HABIBIE
Setelah menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden RI, Suharto menyerahkan
kekuasaan kepada Wakil Presiden B.J. Habibie. Pada saat itu juga Wakil Presiden B.J. Habibie
diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru di
Istana Negara.
Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB bertempat di Istana Negara, Presiden
Soeharto meletakkan jabatannya sebagai presiden dihadapan ketua dan beberapa anggota dari
Mahkamah Agung. Pada tanggal itu pula, dan berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Presiden
menunjuk Wakil Presiden B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden, serta
pelantikannya dilakukan di depan Ketua Mahkamah Agung dan para anggotanya. Maka sejak
saat itu, Presiden Republik Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie sebagai presiden yang ke-3.
Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie
membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri
atas 16 orang menteri, dan para menteri itu diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar,
PPP, PDI.
Pristiwa-pristiwa penting yang terjadi pada masa kepemimpinan Presiden Habibie adalah
sebagai berikut.
1. Pelaksanaan Pemilu 1999
Keluarnya kebijakan kebebasan berekspresi ditandai dengan main banyaknya partai
politik baru yang terdiri. Pemilu 1999 bertujuan untuk memilih anggota MPR, DPR, dan DPRD.
Sementara itu, pemilihan Presiden dan wakilnya masih dilakukan oleh anggota MPR.
Pemilu tahun 1999 diikuti oleh 48 partai.
2. Pembebasan Tahanan Politik
Tiga hari setelah menjabat sebagai presiden, Habibie membebaskan Sri Bintang
Pamungkas dan Muchtar Pakpahan. Tahanan politik dilepaskan secara bergelombang.akan tetapi,
Budiman Sujatmiko dan beberapa petinggi Partai Rakyat Demokrat (PRD) yang ditahan oleh
pemerintah Orde Baru baru dibebaskan pada masa Presiden K.H. Abdurrahman Wahid.
3. Lepasnya Timor Timur
Sejarah kelam yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie adalah Timor
Timur dari Indonesia. Pada tanggal 3 Februari 1999, pemerintahan B.J. Habibie mengeluarkan
opsi terhadap masalah timor timur. Opsi pertama menerima otonomi khusus atau tetap menjadi
wilayah RI. Opsi kedua Merdeka dari wilayah Indonesia. Untuk memutuskan masalah timor
timur tersebut, diadakan jajak pendapat yang diikuti oleh seluruh rakyat timor timur.
Menurut hasil jajak pendapat yang dilaksanakan pada 30 Agustus 1999 sebanyak 78.5%
rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri atau merdeka dari Indonesia.
4. Munculnya Beberapa Kerusuhan dan Gerakan Separatis
Kerusuhan terjadi menyangkut kerusuhan antar etnis dan antar agama. Kerusuhan antar
etnis misalnya kerusuhan antar etnis di Cilacap dan di Jember, serta kekerasan terhadap kaum
pendatang Madura di Kalimantan Barat. Kerusuhan bersifat sparatis juga terjadi di Aceh dan
Papua.
5. Sidang Umum (SU) MPR 1999
Pada bulan Oktober 1999, MPR mengadakan sidang umum. Sesuai hasil keputusan SU
Amin Rais terpilih dan ditetapakan sebagai ketua MPR menyisihkan Matori Abdul Jalil dari
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Adapun akbar tanjung terpilih sebagai ketua DPR.
Pembaharuan yang dilakukan oleh B.J. Habibie antara lain,
1.) Bidang Ekonomi
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, B.J. Habibie melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
· Merekapitulasi perbankan.
· Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.
· Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serikat hingga dibawah Rp.10.000,-.
· Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
· Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
· Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri.
2.) Bidang Politik
· Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak
bermunculan partai-partai politik
· Membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas dan Moch. Pakpahan.
· Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen.
· Membentuk tiga undang-undang demokratis yaitu,
(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3) Tap No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden
Maksimal Hanya Dua Kali Periode.