c. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan
wakil presiden Republik Indonesia
d. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
e. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi
ekonomi
f. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
g. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR
No. I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
h. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
i. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
j. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
k. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus
kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan
pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila
l. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila
6).
Partai Bulan Bintang (PBB) pimpinan Yusril Ihza Mahendra meraih 13 kursi
7).
8).
Partai Damai Kasih Bangsa (PDKB) pimpinan Manase Malo meraih 5 Kursi
9).
10). Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) pimpinan Jendral (Purn) Edi Sudradjat
meraih 4 kursi
Penyelesaian Masalah Timor Timur
Sejak terjadinya insident Santa Cruz, dunia Internasional memberikan tekanan
berat kepada Indonesia dalam masalah hak asasi manusia di Tim-Tim. Bagi
Habibie Timor-Timur adalah kerikil dalam sepatu yang merepotkan
pemerintahannya, sehingga Habibie mengambil sikap pro aktif dengan
menawarkan dua pilihan bagi penyelesaian Timor-Timur yaitu di satu pihak
memberikan setatus khusus dengan otonomi luas dan dilain pihak memisahkan
diri dari RI. Otonomi luas berarti diberikan kewenangan atas berbagai bidang
seperti : politik ekonomi budaya dan lain-lain kecuali dalam hubungan luar
negeri, pertahanan dan keamanan serta moneter dan fiskal. Sedangkan
memisahkan diri berarti secara demokratis dan konstitusional serta secara
terhorman dan damai lepas dari NKRI.
Sebulan menjabat sebagai Presiden habibie telah membebaskan tahanan politik
Timor-Timur, seperti Xanana Gusmao dan Ramos Horta.
Sementara itu di Dili pada tanggal 21 April 1999, kelompok pro kemerdekaan
dan pro intergrasi menandatangani kesepakatan damai yang disaksikan oleh
Panglima TNI Wiranto, Wakil Ketua Komnas HAM Djoko Soegianto dan Uskup
Baucau Mgr. Basilio do Nascimento. Tanggal 5 Mei 1999 di New York Menlu Ali
Alatas dan Menlu Portugal Jaime Gama disaksikan oleh Sekjen PBB Kofi Annan
menandatangani kesepakan melaksanakan penentuan pendapat di Timor-Timur
untuk mengetahui sikap rakyat Timor-Timur dalam memilih kedua opsi di atas.
Tanggal 30 Agustus 1999 pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur
berlangsung aman. Namun keesokan harinya suasana tidak menentu, kerusuhan
dimana-mana. Suasana semakin bertambah buruk setelah hasil penentuan
pendapat diumumkan pada tanggal 4 September 1999 yang menyebutkan
bahwa sekitar 78,5 % rakyat Timor-Timur memilih merdeka. Pada awalnya
Presiden Habibie berkeyakinan bahwa rakyat Timor-Timur lebih memilih opsi
pertama, namun kenyataannya keyakinan itu salah, dimana sejarah mencatat
bahwa sebagian besar rakyat Timor-Timur memilih lepas dari NKRI. Lepasnya
Timor-Timur dari NKRI berdampak pada daerah lain yang juga ingin melepaskan
diri dari NKRI seperti tuntutan dari GAM di Aceh dan OPM di Irian Jaya, selain itu
Pemerintah RI harus menanggung gelombang pengungsi Timor-Timur yang pro
Indonesia di daerah perbatasan yaitu di Atambua. Masalah Timor-Timur tidaklah
sesederhana seperti yang diperkirakan Habibie karena adanya bentrokan senjata
antara kelompok pro dan kontra kemerdekaan di mana kelompok kontra ini
masuk ke dalam kelompok militan yang melakukan teror pembunuhan dan
pembakaran pada warga sipil. Tiga pastor yang tewas adalah pastor Hilario,
Fransisco, dan dewanto. Situasi yang tidak aman di Tim-Tim memaksa ribuan
penduduk mengungsi ke Timor Barat, ketidak mampuan Indonesia mencegah
teror, menciptakan keamanan mendorong Indonesia harus menerima pasukan
internasional.
Pelaksanaan Pemilu
Pada masa pemerintahan B.J. Habibie berhasil diselenggarakan pemilu
multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu
tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Dalam pemerintahan B. J. Habibie juga
berhasil menyelesaikan masalah Timor Timur . B.J.Habibie mengambil kebijakan
untuk melakukan jajak pendapat di Timor Timur. Referendum tersebut
dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 dibawah pengawasan UNAMET.
Hasil jajak pendapat tersebut menunjukan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur
lepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada
tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan nama
Republik Demokratik Timor Leste.
Selain dengan adanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh B.J. Habibie,
perubahan juga dilakukan dengan penyempurnaan pelaksanaan dan perbaikan
peraturan-peraturan yan tidakk demokratis, dengan meningkatkan peran
lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi,
wewenang dan tanggung jawab yang mengacu kepada prinsip pemisahan
kekuasaan dn tata hubungan yang jelas antara lembaga Eksekutuf, Legislatif dan
Yudikatif.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis
antara lain :
Keluarnya ketetapan MPR RI No X / MPR/1998 Tentang Pokok-Pokok Reformasi.
Ketetapan No VII/MPR/ 1998 tentang pencabutan Tap MPR tentang referendum
Tap MPR RI No XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari
KKN.
Tap MPR RI No XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan presiden dan
wakil presiden RI.
Amandemen UUD 1945 sudah sampai Amandemen I,II,III,IV.
Berakhirnya Masa Pemerintahan B.J. Habibie
Dengan mundurnya Presiden Soeharto dari jabatan presiden pada tanggal 21
mei 1998, maka Wakil Presiden B.J. Habibie menggantikan kedudukannya
sebagai presiden. Pelimpahan ini memunculkan reaksi pro dan kontra dalam
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa legitimasi pemerintahan B.J. Habibie
sangat lemah, karena keberadaan Habibie dianggap sebagai suatu paket warisan
pemerintahan Soeharto. Bahkan beberapa kolompok menuntut pembentukan
pemerintahan transisi. Hal lain yang melemahkan legitimasi Habibie dalam
memimpin pemerintahan ialah ia tidak dipilih secara luber dan jurdil sebagai
presiden dan merupakan satu paket pemilihan pola musyawarah mufakat
dengan Soeharto.
Selain itu, beberapa tokoh memberi komentar pemerintahan Habibie sebagai
pemerintahan transisi (Nurcholis Majid). Belum lepas dari bayang-bayang
Soeharto (Amien Rais), Melakukan reformasi hanya pada kulitnya saja dan
perpanjangan rezim mantan Presiden Soeharto (Megawati). Komentarkomentar tersebut makin melemahkan legitimasi Habibie sebagai presiden.
Meskipun terdapat berbagai kemajuan dan keberhasilan yang dicapai oleh
pemerintahan Habibie. Dimana sejak Kabinet Reformasi Pembangunan dibentuk,
seperti penyelenggaraan Sidang Istimewa MPR, penyelenggaraan pemilu dan
reformasi di bidang politik, sosial, hukum, dan ekonomi.
MEGAWATI
Sebagai presiden pertama wanita di Indonesia, ia merupakan presiden pertama
peletak dasar ke arah kehidupan demokrasi. Pembaharuan yang dilakukan
sebagian besar di bidang ekonomi dan politik, sebab pada pemerintahannya,
masalah yang dihadapi kebanyakan merupakan warisan pemerintahan Orde
Baru yaitu masalah krisis ekonomi dan penegakan hukum.
Ada beberapa perubahan yang dilakukan Megawati yaitu :
1.
Bidang Ekonomi
Untuk mengatasi masalah ekonomi yang tidak stabil, ada beberapa kebijakan
yang dikeluarkan Megawati yaitu :
a)
Untuk mengatasi utang luar negeri sebesar 150,80 milyar US$ yang
merupakan warisan Orde baru, dikeluarkan kebijakan yang berupa penundaan
pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar, sehingga hutang luar negeri dapat
berkurang US$ 34,66 milyar.
b)
Untuk mengatasi krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan pendapatan
per kapita sebesar US$ 930. Kurs mata uang rupiah dapat diturunkan menjadi Rp
8.500,00.
c)
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi,
dikeluarkan kebijakan yang berupa privatisasi terhadap BUMN dengan
melakukan penjualan saham Indosat sehingga hutang luar negeri dapat
berkurang.
d)
Memperbaiki kinerja ekspor, sehingga ekspor di Indonesia dapat
ditingkatkan.
e)
2.
Bidang Politik
Mengadakan pemilu yang bersifat demokratis yang dilaksanakan tahun 2004 dan
melalui dua periode yaitu :
a)
b)
Periode kedua untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung.
Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu pertama yang dilaksanakan secara
langsung artinya rakyat langsung memilih pilihannya.