Anda di halaman 1dari 8

BJ HABIBIE

Reformasi merupakan suatu perubahan yang bertujuan untuk memperbaiki


kerusakan-kerusakan yang diwariskan oleh Orde Baru atau merombak segala
tatanan politi, ekonomi, social dan budaya yang berbau Orde baru. Atau
membangun kembali, menyusun kembali.
Dalam rangka menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat dan agar dapat
mewijudkan tujuan dari reformasi tersebut maka B.J.Habibie mengeluarkan
beberapa kebijakan, antaranya:
Kebijakan dalam bidang politik
a) Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga
banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik
b) Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas dan
Mochtar Pakpahan
c) Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
d) Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR
e) Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan
jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :
(1) Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983
tentangReferendum
(2) Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978
tentang Pancasila sebagai azas tunggal
(3) Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978
tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan
Kebijakan di luar batas perundang-undangan
(4) Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode
12 Ketetapan MPR antara lain :
a. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan
dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan
negara
b. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme

c. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan
wakil presiden Republik Indonesia
d. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
e. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi
ekonomi
f. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
g. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR
No. I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
h. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
i. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
j. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
k. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus
kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan
pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila
l. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila

Kebijakan Dalam Bidang Ekonomi


Untuk memperbaiki prekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor
perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional
( BPPN ). berikut kebijakan dalam bidang ekonomi bj habibie:
a) Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan
BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
b) Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
c) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga di bawah Rp. 10.000,00
d) Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
e) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
f) Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat
g) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Kebebasan Dalam Menyampaikan Pendapat dan Pers
Kebebasan menyampaikan pendapat dalam masyarakat mulai terangkat
kembali. Hal ini terlihat dari mumculnya partai-partai politik dari berbagaia

golongan dan ideology. Masyarakat dapat menyampaikan kritik secara terbuka


kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyampaikan pendapat,
kebebasan juga diberikan kepada Pers. Reformasi dalam Pers dilakukan dengan
cara menyederhanakan permohonan Surat Ijin Usaha Penerbitan ( SIUP ).
Pembentukan Parpol dan Percepatan pemilu dari tahun 2003 ke tahun
1999
Presiden RI ketiga ini melakukan perubahan dibidang politik lainnya diantaranya
mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3 Tahun 1999
tentang Pemilu, UU No. 4 Tahun 1999 tentang MPR dan DPR.
Itulah sebabnya setahun setelah reformasi Pemilihan Umum dilaksanakan
bahkan menjelang Pemilu 1999, Partai Politik yang terdaftar mencapai 141 dan
setelah diverifikasi oleh Tim 11 Komisi Pemilihan Umum menjadi sebanyak 98
partai, namun yang memenuhi syarat mengikuti Pemilu hanya 48 Parpol saja.
Selanjutnya tanggal 7 Juni 1999, diselenggarakan Pemilihan Umum Multipartai.
Dalam pemilihan ini, yang hasilnya disahkan pada tanggal 3 Agustus 1999, 10
Partai Politik terbesar pemenang Pemilu di DPR, adalah:
1). Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati
Soekarno Putri meraih 153 kursi
2).

Partai Golkar pimpinan Akbar Tanjung meraih 120 kursi

3). Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pimpinan Hamzah Haz meraih 58


Kursi
4). Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan H. Matori Abdul Djalil meraih 51
kursi
5).

Partai Amanat Nasional (PAN) pimpinan Amein Rais meraih 34 Kursi

6).

Partai Bulan Bintang (PBB) pimpinan Yusril Ihza Mahendra meraih 13 kursi

7).

Partai Keadilan (PK) pimpinan Nurmahmudi Ismail meraih 7 kursi

8).

Partai Damai Kasih Bangsa (PDKB) pimpinan Manase Malo meraih 5 Kursi

9).

Partai Nahdlatur Ummat pimpinan Sjukron Mamun meraih 5 kursi

10). Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) pimpinan Jendral (Purn) Edi Sudradjat
meraih 4 kursi
Penyelesaian Masalah Timor Timur
Sejak terjadinya insident Santa Cruz, dunia Internasional memberikan tekanan
berat kepada Indonesia dalam masalah hak asasi manusia di Tim-Tim. Bagi
Habibie Timor-Timur adalah kerikil dalam sepatu yang merepotkan
pemerintahannya, sehingga Habibie mengambil sikap pro aktif dengan
menawarkan dua pilihan bagi penyelesaian Timor-Timur yaitu di satu pihak
memberikan setatus khusus dengan otonomi luas dan dilain pihak memisahkan

diri dari RI. Otonomi luas berarti diberikan kewenangan atas berbagai bidang
seperti : politik ekonomi budaya dan lain-lain kecuali dalam hubungan luar
negeri, pertahanan dan keamanan serta moneter dan fiskal. Sedangkan
memisahkan diri berarti secara demokratis dan konstitusional serta secara
terhorman dan damai lepas dari NKRI.
Sebulan menjabat sebagai Presiden habibie telah membebaskan tahanan politik
Timor-Timur, seperti Xanana Gusmao dan Ramos Horta.
Sementara itu di Dili pada tanggal 21 April 1999, kelompok pro kemerdekaan
dan pro intergrasi menandatangani kesepakatan damai yang disaksikan oleh
Panglima TNI Wiranto, Wakil Ketua Komnas HAM Djoko Soegianto dan Uskup
Baucau Mgr. Basilio do Nascimento. Tanggal 5 Mei 1999 di New York Menlu Ali
Alatas dan Menlu Portugal Jaime Gama disaksikan oleh Sekjen PBB Kofi Annan
menandatangani kesepakan melaksanakan penentuan pendapat di Timor-Timur
untuk mengetahui sikap rakyat Timor-Timur dalam memilih kedua opsi di atas.
Tanggal 30 Agustus 1999 pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur
berlangsung aman. Namun keesokan harinya suasana tidak menentu, kerusuhan
dimana-mana. Suasana semakin bertambah buruk setelah hasil penentuan
pendapat diumumkan pada tanggal 4 September 1999 yang menyebutkan
bahwa sekitar 78,5 % rakyat Timor-Timur memilih merdeka. Pada awalnya
Presiden Habibie berkeyakinan bahwa rakyat Timor-Timur lebih memilih opsi
pertama, namun kenyataannya keyakinan itu salah, dimana sejarah mencatat
bahwa sebagian besar rakyat Timor-Timur memilih lepas dari NKRI. Lepasnya
Timor-Timur dari NKRI berdampak pada daerah lain yang juga ingin melepaskan
diri dari NKRI seperti tuntutan dari GAM di Aceh dan OPM di Irian Jaya, selain itu
Pemerintah RI harus menanggung gelombang pengungsi Timor-Timur yang pro
Indonesia di daerah perbatasan yaitu di Atambua. Masalah Timor-Timur tidaklah
sesederhana seperti yang diperkirakan Habibie karena adanya bentrokan senjata
antara kelompok pro dan kontra kemerdekaan di mana kelompok kontra ini
masuk ke dalam kelompok militan yang melakukan teror pembunuhan dan
pembakaran pada warga sipil. Tiga pastor yang tewas adalah pastor Hilario,
Fransisco, dan dewanto. Situasi yang tidak aman di Tim-Tim memaksa ribuan
penduduk mengungsi ke Timor Barat, ketidak mampuan Indonesia mencegah
teror, menciptakan keamanan mendorong Indonesia harus menerima pasukan
internasional.
Pelaksanaan Pemilu
Pada masa pemerintahan B.J. Habibie berhasil diselenggarakan pemilu
multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu
tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Dalam pemerintahan B. J. Habibie juga
berhasil menyelesaikan masalah Timor Timur . B.J.Habibie mengambil kebijakan
untuk melakukan jajak pendapat di Timor Timur. Referendum tersebut
dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 dibawah pengawasan UNAMET.
Hasil jajak pendapat tersebut menunjukan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur
lepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada

tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan nama
Republik Demokratik Timor Leste.
Selain dengan adanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh B.J. Habibie,
perubahan juga dilakukan dengan penyempurnaan pelaksanaan dan perbaikan
peraturan-peraturan yan tidakk demokratis, dengan meningkatkan peran
lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi,
wewenang dan tanggung jawab yang mengacu kepada prinsip pemisahan
kekuasaan dn tata hubungan yang jelas antara lembaga Eksekutuf, Legislatif dan
Yudikatif.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis
antara lain :
Keluarnya ketetapan MPR RI No X / MPR/1998 Tentang Pokok-Pokok Reformasi.
Ketetapan No VII/MPR/ 1998 tentang pencabutan Tap MPR tentang referendum
Tap MPR RI No XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari
KKN.
Tap MPR RI No XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan presiden dan
wakil presiden RI.
Amandemen UUD 1945 sudah sampai Amandemen I,II,III,IV.
Berakhirnya Masa Pemerintahan B.J. Habibie
Dengan mundurnya Presiden Soeharto dari jabatan presiden pada tanggal 21
mei 1998, maka Wakil Presiden B.J. Habibie menggantikan kedudukannya
sebagai presiden. Pelimpahan ini memunculkan reaksi pro dan kontra dalam
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa legitimasi pemerintahan B.J. Habibie
sangat lemah, karena keberadaan Habibie dianggap sebagai suatu paket warisan
pemerintahan Soeharto. Bahkan beberapa kolompok menuntut pembentukan
pemerintahan transisi. Hal lain yang melemahkan legitimasi Habibie dalam
memimpin pemerintahan ialah ia tidak dipilih secara luber dan jurdil sebagai
presiden dan merupakan satu paket pemilihan pola musyawarah mufakat
dengan Soeharto.
Selain itu, beberapa tokoh memberi komentar pemerintahan Habibie sebagai
pemerintahan transisi (Nurcholis Majid). Belum lepas dari bayang-bayang
Soeharto (Amien Rais), Melakukan reformasi hanya pada kulitnya saja dan
perpanjangan rezim mantan Presiden Soeharto (Megawati). Komentarkomentar tersebut makin melemahkan legitimasi Habibie sebagai presiden.
Meskipun terdapat berbagai kemajuan dan keberhasilan yang dicapai oleh
pemerintahan Habibie. Dimana sejak Kabinet Reformasi Pembangunan dibentuk,
seperti penyelenggaraan Sidang Istimewa MPR, penyelenggaraan pemilu dan
reformasi di bidang politik, sosial, hukum, dan ekonomi.

Di tengah-tengah upaya pemerintahan Habibie memenuhi tuntutan reformasi,


pemerintah Habibie dituduh melakukan tindakan yang bertentangan dengan
kesepakatan MPR mengenai masalah Timor-Timur. Pemerintah dianggap tidak
berkonsultasi terlebih dahulu dengan DPR/MPR sebelum menawarkan opsi kedua
kepada masyarakat Timor-Timur. Dalam jajak pendapat terdapat dua opsi yang
ditawarkan di Indonesia di bawah Presiden B.J. Habibie, yaitu: otonomi luas bagi
Timor-Timur dan kemerdekaan bagi Timor-Timur. Akhirnya tanggal 30 Agustus
1999 pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur berlangsung aman dan
dimenangkan oleh kelompok Pro Kemerdekaan yang berarti Timor-Timur lepas
dari wilayah NKRI. Masalah itu tidak berhenti dengan lepasnya Timor-Timur,
setelah itu muncul tuntutan dari dunia Internasional mengenai masalah
pelanggaran HAM yang meminta pertanggungjawaban militer Indonesia sebagai
penanggungjawab keamanan pasca jajak pendapat. Hal ini mencoreng Indonesia
di Dunia Internasional.
Selain kasus pelanggaran HAM di Timor-Timur tersebut, terjadi kasus yang sama
seperti di Aceh melalui Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Irian Jaya lewat
Organisasi Papua Merdeka (OPM), dengan kelompok separatisnya yang menuntut
kemerdekaan dari wilayah Republik Indonesia.
Pada tanggal 1-21 Oktober 1999, MPR mengadakan Sidang Umum. Dalam
suasana Sidang Umum MPR yang digelar dibawah pimpinan Ketua MPR Amien
Rais, tanggal 14 Oktober 1999 Presiden Habibie menyampaikan pidato
pertanggungjawabannya di depan sidang dan terjadi penolakan terhadap
pertanggungjawaban presiden sebagai Mandataris MPR lewat Fraksi PDIPerjuangan, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Kesatuan Kebangsaan
Indonesia dan Fraksi Demokrasi Kasih Bangsa. Pada umumnya, masalah-masalah
yang dipersoalkan oleh Fraksi-fraksi tersebut adalah masalah Timor-Timur, KKN
termasukan pengusutan kekayaan Soeharto, dan masalah HAM. Sementara itu,
di luar Gedung DPR/MPR yang sedang bersidang, mahasiswa dan rakyat yang
anti Habibie bentrok dengan aparat keamanan. Mereka menolak
pertanggungjawaban Habibie, karena Habibie dianggap sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Rezim Orba.
Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup Rapat
Paripurna sambil mengatakan, dengan demikian pertanggungjawaban Presiden
B.J. Habibie ditolak. Pada hari yang sama Presiden habibie mengatakan bahwa
dirinya mengundurkan diri dari pencalonan presiden. Habibie juga iklas terhadap
penolakan pertanggungjawabannya oleh MPR. Menyusul penolakan MPR
terhadap pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie dan pengunduran
Habibie dalam bursa calon presiden, memunculkan dua calon kuat sebagai
presiden, yaitu Megawati dan Abdurrahman Wahid semakin solid, setelah calon
PresidenYusril Ihza Mahendra dari Fraksi Partai Bulan Bintang mengundurkan diri
melalui voting, Gus Dur terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia keempat
dan dilantik dengan Ketetapan MPR No. VII/MPR/1999 untuk masa bakti 19992004. Tanggal 21 Oktober 1999 Megawati terpilih menjadi Wakil Presiden RI
dengan Ketetapan MPR No. VIII/MPR/1999 mendampingi Presiden Abdurrahman
Wahid. Terpilihnya Abdurrahman Wahid dan Megawati sebagai Presiden dan

Wakil Presiden Republik Indonesia periode 1999-2004 menjadi akhir


pemerintahan Presiden Habibie dengan TAP MPR No. III/MPR/1999 tentang
Pertanggungjawaban Presiden RI B.J. Habibie.

MEGAWATI
Sebagai presiden pertama wanita di Indonesia, ia merupakan presiden pertama
peletak dasar ke arah kehidupan demokrasi. Pembaharuan yang dilakukan
sebagian besar di bidang ekonomi dan politik, sebab pada pemerintahannya,
masalah yang dihadapi kebanyakan merupakan warisan pemerintahan Orde
Baru yaitu masalah krisis ekonomi dan penegakan hukum.
Ada beberapa perubahan yang dilakukan Megawati yaitu :
1.

Bidang Ekonomi

Untuk mengatasi masalah ekonomi yang tidak stabil, ada beberapa kebijakan
yang dikeluarkan Megawati yaitu :
a)
Untuk mengatasi utang luar negeri sebesar 150,80 milyar US$ yang
merupakan warisan Orde baru, dikeluarkan kebijakan yang berupa penundaan
pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar, sehingga hutang luar negeri dapat
berkurang US$ 34,66 milyar.
b)
Untuk mengatasi krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan pendapatan
per kapita sebesar US$ 930. Kurs mata uang rupiah dapat diturunkan menjadi Rp
8.500,00.
c)
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi,
dikeluarkan kebijakan yang berupa privatisasi terhadap BUMN dengan
melakukan penjualan saham Indosat sehingga hutang luar negeri dapat
berkurang.
d)
Memperbaiki kinerja ekspor, sehingga ekspor di Indonesia dapat
ditingkatkan.
e)

Untuk mengatasi korupsi, dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

2.

Bidang Politik

Mengadakan pemilu yang bersifat demokratis yang dilaksanakan tahun 2004 dan
melalui dua periode yaitu :
a)

Periode pertama untuk memilih anggota legislatif secara langsung.

b)
Periode kedua untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung.
Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu pertama yang dilaksanakan secara
langsung artinya rakyat langsung memilih pilihannya.

Pemerintahan Megawati berakhir setelah hasil pemilu 2004 menempatkan


pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai pemenang. Hal ini
merupakan babak baru pemerintahan di Indonesia dimana Presiden dan Wakil
Presiden terpilih dipilih langsung oleh rakyat.

Anda mungkin juga menyukai