Disusun oleh:
1. Donansar Kalimanto (02)
2. Mariana Ramelan (06)
3. Sarif Purnama (10)
4. Dwi Hananto (14)
Kelas XII IPA 5
MASA PEMERINTAHAN
ABDURRAHMAN WAHID
A. Pemilihan Umum Tahun 1999
Pemilihan Umum yang dilaksanakan tahun 1999 menjadi sangat penting,
karena diharapkan dapat memulihkan keadaan Indonesia yang sedang
dilanda multikrisis. Pemilu tahun 1999 juga merupakan ajang pesta rakyat
Indonesia dalam menunjukkan kehidupan berdemokrasi. Sifat pemilu ini
Luber Jurdil Presiden Habibie menetapkan tanggal 7 Juni 1999 sebagai waktu
pelaksanaan pemiliahan umum. Selanjutnya lima paket undang-undang
tentang politik dicabut. Sebagai gantinya DPR berhasil menetapkan tiga
undang-undang politik baru yang disahkan pada tanggal 1 Februari 1999 dan
ditandatangani oleh Presiden Habibie. Ketiga udang-udang itu antara lain
undang-undang partai politik, pemilihan umum, susunan serta kedudukan
MPR, DPR dan DPRD. Munculnya undang-undang politik yang baru
memberikan semangat untuk berkembangnya kehidupan politik di Indonesia.
Dengan munculnya undang-undang politik banyak parpol bermunculan
sebanyak 112. Namun hanya 48 partai politik yang berhasil mengikuti
pemilu. Pelaksanaan pemilu ditangani oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil pemerintah dan wakil-wakil dari
partai-partai politik peserta pemilu. Hasilnya lima besar partai yang berhasil
meraih suara-suara terbanyak diantaranya PDI-P, Golkar, Partai Persatuan
pembangunan, Partai Pembangkitan Bangsa, PAN. Pemilu berjalan dengan
aman dan dapat di terima oleh suara partai peserta pemilihan umum.
C. Masa Kepresidenan.
1. Tahun 1999 Kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah
kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB,
Golkar, PPP, PAN, Partai Keadilan (PK), non-partisan dan TNI. Wahid
kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan. Reformasi pertama
adalah membubarkan Departemen Penerangan, senjata utama rezim
Soeharto dalam menguasai media. Reformasi kedua adalah membubarkan
Departemen Sosial yang korup. Setelah satu bulan berada dalam Kabinet
Persatuan Nasional, Menteri Menteri Koordinator Pengentasan Kemiskinan
(Menko Taskin) Hamzah Haz mengumumkan pengunduran dirinya pada
bulan November. Muncul dugaan bahwa pengunduran dirinya diakibatkan
karena Gus Dur menuduh beberapa anggota kabinet melakukan korupsi
selama ia masih berada di Amerika Serikat. Dugaan lain,diakibatkan karena
ketidaksenangannya atas pendekatan Gus Dur dengan Israel. Rencana Gus
Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini
menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor
Timur. Gus Dur ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap
Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah.
Pada 30 Desember, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya.
Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-
pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.
Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta,
tanggal 8 Juni 1921. Dia adalah anak ketiga Kertosudiro dengan Sukirah yang dinikahinya
setelah lama menduda. Dengan istri pertama, Kertosudiro yang menjadi petugas pengatur air
desa atau ulu-ulu, dikaruniai dua anak. Perkawinan Kertosudiro dan Sukirah tidak bertahan lama.
Keduanya bercerai tidak lama setelah Soeharto lahir. Sukirah menikah lagi dengan Pramono dan
dikaruniai tujuh anak,
Belum genap 40 hari, bayi Soeharto dibawa ke rumah Mbah Kromo (adik kakek Sukirah). Mbah
Kromo kemudian mengajari Soeharto kecil untuk berdiri dan berjalan. Soeharto juga sering
diajak ke sawah. Sering, kakeknya memberi komando pada kerbau saat membajak sawah.
Karena dari situlah, Soeharto belajar menjadi pemimpin.
Ketika semakin besar, Soeharto tinggal bersama kakeknya, Mbah Atmosudiro, ayah dari ibunya.
Soeharto sekolah ketika berusia delapan tahun, tetapi sering berpindah. Semula disekolahkan di
Sekolah Dasar (SD) di Desa Puluhan, Godean. Lalu, pindah ke SD Pedes (Yogyakarta) lantaran
ibu dan ayah tirinya, Pramono pindah rumah ke Kemusuk Kidul. Kertosudiro kemudian
memindahkan Soeharto ke Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Soeharto dititipkan di rumah
bibinya yang menikah dengan seorang mantri tani bernama Prawirowihardjo. Soeharto diterima
sebagai putra paling tua dan diperlakukan sama dengan putra-putri Prawirowihardjo. Soeharto
kemudian disekolahkan dan menekuni semua pelajaran, terutama berhitung. Dia juga mendapat
pendidikan agama yang cukup kuat dari keluarga bibinya.
Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah
pada tahun 1941.Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.Pada tahun 1947,
Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran.
Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo.
Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan
putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi,
Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Pada 1 Maret 1949, ia ikut serta dalam serangan umum yang berhasil menduduki Kota
Yogyakarta selama enam jam. Inisiatif itu muncul atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX
kepada Panglima Besar Soedirman bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera
melakukan serangan umum di Yogyakarta dan menduduki kota itu selama enam jam untuk
membuktikan bahwa Republik Indonesia (RI) masih ada.
Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan
politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian
komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat
Letnan Kolonel.
Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR
dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87
tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat
Pertamina (RSPP), Jakarta. Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek
Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi
Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul
13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ. Kemudian
sekira pukul 14.40, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju
kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta.Ambulan yang mengusung jenazah Pak
Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal.Sejumlah wartawan
merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana,
mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak.Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan
Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah
Pak Harto.Isak tangis warga pecah begitu rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan
Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekira pukul 14.55, Minggu (27/1). Sementara itu,
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah
menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan, menyempatkan
mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1).
Presiden menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI
Kedua Haji Muhammad Soeharto.
Pada pemerintahan Presiden Soeharto pemerintahan yang diktator tetapi aman dan damai.
Terdapat dwi fungsi ABRI. Dalam hal ini manunggalnya ABRI dengan rakyat dan mantapnya
dwi fungsi ABRI merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan selama PJP I sampai
pertengahan pelaksanaan Repelita VI sekarang ini. Pembangunan pertahanan keamanan terus
dilakukan sesuai dengan Sishankamrata, dan dengan terus memperkuat kemampuan ABRI dalam
melaksanakan kedua fungsinya.
2. Sosial
Adanya kesenjangan sosial yang mencolok antara orang kaya dan orang miskin.Namun, ada
kebijakan-kebijakan yang baik seperti transmigrasi dan keluarga berencana, adanya gerakan
memerangi buta huruf, munculnya gerakan Wajib Belajar dan Gerakan Nasional Orang Tua
Asuh. Pengembangan hukum adat sebagai hukum nasional bertolak dari paham Savignian yang
menganggap bahwa hukum itu tak mungkin dibuat dan dibebankan dari atas (sebagai atau tidak
sebagai sarana perekayasa sosial) melainkan akan dan harus tumbuh berkembang seiring dengan
berkembangnya masyarakat itu sendiri. Namun justru dengan konsep ini para ahli hukum adat
rupanya kesulitan ketika harus menyatukan hukum-hukum adat yang ada di Indonesia mengingat
banyaknya latar belakang sosial budaya masyarakat
Indonesia.Dan sampai saat penyusunan konsep suatu sistem hukum nasional, para ahli hukum
adat baru siap dengan statement bahwa “Hukum adat merupakan salah satu sumber yang penting
untuk memperoleh bahan-bahan bagi Pembangunan Hukum Nasional yang menuju kepada
unifikasi hukum”.
Akan tetapi dalam kehidupan sosial mereka mulai membuka diri dan mau peduli terhadap
lingkungan di sekitarnya.Mereka tidak lagi menolak apabila terpilih menjadi Ketua RT/RW dan
secara aktif ikut dalam penyelengaraan Pemilu di lingkungan tempat tinggalnya.
3. Politik
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966 merupakan dasar legalitas dimulainya
pemerintahan Orde Baru di Indonesia.Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara, yang diletakan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Dan juga dapat dikatakan bahwa Orde Baru merupakan koreksi terhadap
penyelewangan pada masa lampau, dan berusaha untuk menyusun kembali kekuatan bangsa
untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa. Melalui
Ketetapan MPRS No.XIII/MPRS/1966, Letjen Soeharto ditugaskan oleh MPRS untuk
membentuk Kabinet Ampera.Akibatnya muncul dualisme kepemimpinan nasional. Berdasarkan
Keputusan Presiden No. 163 tanggal 25 Juli 1966 dibentuklah Kabinet Ampera.Dalam kabinet
baru tersebut Soekarno tetap sebagai presiden dan sekaligus menjabat sebagai pimpinan kabinet.
Tetapi ketika kabinet Ampera dirombak pada tanggal 11 Oktober 1966, jabatan Presiden tetap
dipegang Soekarno, dan Letjen Soeharto diangkat sebagai perdana menteri yang memiliki
kekuasaan eksekutif dalam kabinet Ampera yang disempurnakan. Sesuai dengan Ketetapan
MPRS No.XIII/MPRS/1966, menyebabkan kekuasaan pemerintahan di tangan Soeharto semakin
besar sejak awal tahun 1967. Pada 10 Januari 1967, Presiden Soekarno menyerahkan Pelengkap
pidato pertanggungjawaban presiden yang disebut Pelnawaksara, tidak diterima oleh MPRS
berdasarkan Keputusan Pimpinan MPRS No. 13/B/1967. Dan pada tanggal 20 Februari
diumumkan tentang penyerahan kekuasaan kepada pengemban Ketetapan MPRS
No.IX/MPRS/1966.Sebagai tindak lanjut lembaga tertinggi Negara ini mengeluarkan Ketetapan
No.XXXIII/MPRS/1967 tertanggal 12 Maret 1967, yang secara resmi mencabut seluruh
kekuasaan pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno, dan mengangkat Soeharto sebagai
pejabat presiden Republik Indonesia.Dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS itu, situasi
konflik yang telah menyebabkan terjadinya instabilitas politik nasional dapat teratasi.Dan pada
tanggal 27 Maret 1968 Soeharto diangkat sebagai presiden Republik Indonesia berdasarkan
Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968, sampai presiden lama.Langkah-langkah yang
dilakukan adalah:
Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera dengan tugasnya Dwi
Darma. Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilitas ekonomi sebagai
persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet Ampera terkenal
dengan nama Catur Karya Kabinet Ampera yakni
2) Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu tanggal 5 Juli
1968
3) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
4) Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya
5) Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret1968 menetapkan Soeharto sebagai presiden RI
untuk masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah
Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca Krida yang meliputi:
4) Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soeharto sebagai
pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:
1) Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS
No IX/MPRS/1966
3) Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat
Gerakan 30 September 1965.
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru
pemerintahan pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partai- partai
politik menjadi tiga kekuatan social politik.Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak
didasarkan pada kesamaan ideologi, tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan social
politik itu adalah:
1) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII,
dan PERTI
2) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik,
Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu
tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan
selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan
memenangkan Pemilu. Pada Pemilu 1997 yang merupakan pemilu terakhir masa pemerintahan
Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51 % dengan perolehan 325 kursi di DPR, dan PPP
memperoleh 5,43 %dengan peroleh 27 kursi.Dan PDI mengalami kemorosotan perolehan suara
hanya mendapat11 kursi. Hal disebabkan adanya konflik intern di tubuh partai berkepala banteng
tersebut, dan PDI pecah menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang sekarang
menjadi PDIP. Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde Baru telah
menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik. Apalagi Pemilu
berlangsung dengan asas LUBER (langsung, umum, bebas, dan rahasia). Namun dalam
kenyataannya Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu kontrestan Pemilu yaitu Golkar.
Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemilu 1971 sampai dengan Pemilu 1997
menguntungkan pemerintah di mana perimbangan suara di MPR dan DPR didominasi oleh
Golkar. Keadaan ini telah memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama
enam periode, karena pada masa Orde Baru presiden dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap
pertanggungjawaban, rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu
mendapat persetujuan MPR dan DPR tanpa catatan
Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan peran ganda kepada
ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial.Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan
Dwi Fungsi ABRI.Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI karena adanya pemikiran
bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam
pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara
pengangkatan tanpa melalui Pemilu. Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI
didasarkan pada fungsinya sebagai stabilitator dan dinamisator.Peran dinamisator sebanarnya
telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan.Waktu itu Jenderal Soedirman telah
melakukannya dengan meneruskan perjuangan, walaupun pimpinan pemerintahan telah ditahan
Belanda.Demikian juga halnya yang dilakukanSoeharto ketika menyelamatkan bangsa dari
perpecahan setelah G 30 S PKI, yangmelahirkankan Orde Baru.Boleh dikatakan peran
dinamisator telah menempatkan ABRI pada posisiyang terhormat dalam percaturan politik
bangsa selama ini.
Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali dipulihkan.Dan
MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri
Indonesia.Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia harus didasarkan pada kepentingannasional,
seperti pembangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan.
Majelis Umum PBB untuk masa siding tahun 1974.Dan Indonesia juga memulihkanhubungan
dengan sejumlah negara seperti India, Thailand, Australia, dan negara-negara lainnya yang
sempat renggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.
Dengan perantaraan Dubes Pakistan untuk Myanmar, Habibur Rachman, hubungan Indonesia
dengan Singapura berhasil dipulihkan kembali.Pada tanggal 2 Juni 1966 pemerintah Indonesia
menyampaikan nota pengakuan atas Republik Singapura kepada Perdana Menteri Lee Kuan
Yew.Dan pemerintah Singapura menyampaikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan
hubungan diplomatik dengan Indonesia.
1.1 Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil
mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
Dan pada tanggal 11 Agustus 1966 penandatangan persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-
Malaysia ditandatangani di Jakarta oleh Adam Malik (Indonesia) dan Tun Abdul Razak
(Malaysia).
Sebagai presiden Indonesia selama lebih dari 30 tahun, Soeharto telah banyak memengaruhi
sejarah Indonesia.Dengan pengambil alihan kekuasaan dari Soekarno, Soeharto dengan
dukungan dari Amerika Serikat memberantas paham komunisme dan melarang pembentukan
partai komunis. Dijadikannya Timor Timur sebagai provinsi ke-27 (saat itu) juga dilakukannya
karena kekhawatirannya bahwa partai Fretilin (Frente Revolucinaria De Timor Leste
Independente /partai yang berhaluan sosialis-komunis) akan berkuasa di sana bila dibiarkan
merdeka.Hal ini telah mengakibatkan menelan ratusan ribu korban jiwa sipil.
Sistem otoriter yang dijalankan Soeharto dalam masa pemerintahannya membuatnya populer
dengan sebutan “Bapak“, yang pada jangka panjangnya menyebabkan pengambilan keputusan-
keputusan di DPR kala itu disebut secara konotatif oleh masyarakat Indonesia sebagai sistem
“ABS” atau “Asal Bapak Senang”.
Selama orde baru, hak-hak politik warga Negara tidak diberi tempat. Tidak ada kebebasan pers.
Pemerintah melakukan control yang sangat ketat . Sementara itu, masyarakat yang mempunyai
pendapat berbeda dengan pemerintah maka akan dicap sebagai makar dan dapat dipenjarakan
4. Ekonomi
Banyak tindak korupsi pada masa-masa ini. Namun, pertumbuhan ekonomi timbuh dan
berkembang sangat pesat dan adanya perbaikan ekonomi dan pembangunan. Pada masa
pemerintahan Soeharto ini terjadi swasembada pangan, dimana harga sembako tergolong relatif
murah.
Untuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan pemerintah Orde Lama,
pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah:
1) Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan ini didasari
oleh Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966
2) MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program
stabilisasi dan rehabilitasi.
Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi
dan rehabilitasi ekonomi.Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan
inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus.Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan
secara fisik sarana dan prasarana ekonomi.Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem
ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Langkah-langkah yang diambil Kabinet
Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS tersebut adalah:
1) Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan
kemacetan. Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi tersebut adalah:
e) Penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.
2) Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan maupun
kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.
Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membentung laju inflasi. Dan pemerintah Orde
Baru berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967–1968, tetapi harga bahan
kebutuhan pokok naik melonjak.Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968,
pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak
harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing.Sejak saat itu ekonomi nasional
relatif stabil, sebab kenaikan harga bahan-bahan pokok dan valuta asing sejak tahun 1969 dapat
dikendalikan pemerintah.
Selain mewariskan keadaan ekonomi yang sangat parah, pemerintahan Orde Lama juga
mewariskan utang luar negeri yang sangat besar yakni mencapai 2,2-2,7 miliar, sehingga
pemerintah Orde Baru meminta negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran
kembali utang Indonesia. Pada tanggal 19–20 September1966 pemerintah Indonesia mengadakan
perundingan dengan negara-negara kreditor di Tokyo.Pemerintah Indonesia akan melakukan
usaha bahwa devisa ekspor yang diperoleh Indonesia akan digunakan untuk membayar utang
yang selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku. Hal ini mendapat tanggapan
baik dari negara-negara kreditor.Perundinganpun dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai
kesepakatan sebagai berikut.
Pembayaran hutang pokok dilaksanakan selama 30 tahun, dari tahun 1970 sampai dengan 1999.
a) Pembayaran dilaksanakan secara angsuran, dengan angsuran tahunan yang sama besarnya.
c) Pembayaran hutang dilaksanakan atas dasar prinsip nondiskriminatif, baik terhadap negara
kreditor maupun terhadap sifat atau tujuan kredit.
2) Pertemuan Amsterdam
Pada tanggal 23-24 Februari 1967 diadakan perundingan di Amsterdam, Belanda yang bertujuan
membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negeri serta kemungkinan pemberian
bantuan dengan syarat lunas, yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Intergovernmental Group
for Indonesia). Pemerintah Indonesia mengambil langkah tersebut untuk memenuhi
kebutuhannya guna pelaksanaan program-program stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi serta
persiapan-persiapan pembangunan. Di samping mengusahakan bantuan luar negeri tersebut,
pemerintah juga berusaha dan telah berhasil mengadakan penangguhan serta memperingan
syarat-syarat pembayaran kembali (rescheduling) hutang-hutang peninggalan Orde Lama.
Melalui pertemuan tersebut pemerintah Indonesia berhasil mengusahakan bantuan luar negeri.
c. Pembangunan Nasional
Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah selanjutnya yang
ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan
nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka
pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pambangunan Jangka Pendek dirancang melalui
Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka
mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia.Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang
mencakup periode 25-30 tahun.Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan
Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yang
tertulis dalam pembukaan UUD 1945 yaitu:
d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social
Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru berpedoman pada
Trilogi Pembangunan dan Delapan jalur Pemerataan.Inti dari kedua pedoman tersebut adalah
kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi
Trilogi Pembangunan adalah :
a) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat.
Dan Delapan Jalur Pemerataan yang dicanangkan pemerintah Orde Baru adalah:
a) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang dan
perumahan.
f) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda
dan kaum wanita.
a) Pelita I
Pelita I dilaksanakan mulai 1 April1969 sampai 31 Maret1974, dan menjadi landasan awal
pembangunan masa Orde Baru.Tujuan Pelita I adalah meningkatkan taraf hidup rakyat dan
sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan tahap berikutnya.Sasarannya adalah
pangan, sandang, perbaikan prasarana perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani. Titik beratnya adalah pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan
untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena
mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
b) Pelita II
Pelita II mulai berjalan sejak tanggal 1 April 1974 sampai 31 Maret 1979.Sasaran utama Pelita II
ini adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana prasarana, mensejahterakan rakyat,
dan memperluas kesempatan kerja.Pelaksanaan Pelita II dipandang cukup berhasil.Pada awal
pemerintahan Orde Baru inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I inflasi berhasil ditekan
menjadi 47%. Dan pada tahun keempat Pelita II inflasi turun menjadi 9,5%.
Pelita III dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984.Pelaksanaan Pelita III
masih berpedoman pada Trilogi Pembangunan, dengan titik berat pembangunan adalah
pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan.
d) Pelita IV
Pelita IV dilaksanakan tanggal 1 April 1984 sampai 31 Maret 1989.Titik berat Pelita IV ini
adalah sektor pertanian untuk menuju swasembada pangan, dan meningkatkan industri yang
dapat menghasilkan mesinindustri sendiri.Dan di tengah berlangsung pembangunan pada Pelita
IV ini yaitu awal tahun 1980 terjadi resesi.Untuk mempertahankan kelangsungan pembangunan
ekonomi, pemerintah mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal.Dan pembangunan nasional
dapat berlangsung terus.
e) Pelita V
Pelita V dimulai 1 April 1989 sampai 31 Maret 1994.Pada Pelita ini pembangunan ditekankan
pada sector pertanian dan industri. Pada masa itu kondisi ekonomi Indonesia berada pada posisi
yang baik, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,8% per tahun.[rujukan?] Posisi perdagangan
luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan.Peningkatan ekspor lebih baik
dibanding sebelumnya.
f) Pelita VI
Pelita VI dimulai 1 April 1994 sampai 31 Maret 1999.Program pembangunan pada Pelita VI ini
ditekankan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian, serta peningkatan
kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai
penggerak pembangunan. Namun pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-
negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam
negeri yang mengganggu perekonomian telah menyebabkan proses pembangunan terhambat, dan
juga menyebabkan runtuhnya pemerintahan Orde Baru.
Pada permulaan orde baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi
nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat.
Selama pemerintahannya, Presiden Soeharto telah berhasil meletakkan kerangka tinggal landas
dengan capaian-capaian bidang ekonomi antara lain:
a. Berhasil meningkatkan pertumbuhan Indonesia dari minus 2,25 pada tahun 1963 menjadi naik
tajam sebesar 12% pada tahun 1969 atau setahun setelah dirinya ditunjuk sebagai pejabat
Presiden. Selama periode tahun 1967-1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat ditingkatkan
dan dipertahankan rata-rata 7,2% pertahun.
b.Pertumbuhan Indonesia yang tinggi dan berkelanjutan (mulai tahun 1967 s/d 2007) menjadikan
Indonesia digolongkan kedalam ekonomi industri baru (Newly Industrializing Economies, NIEs)
. Pertumbuhan tinggi dan konsisten, stabilitas yang terkelola dengan baik dan disertai political
will pemerataan telah menghasilkan capaian-capaian:
(2) panjang usia harapan (life expectancy) meningkat cukup tajam dari 56 tahun pada tahun 1966
menjadi 71 tahun pada tahun 1991.
(3) proporsi penduduk yang hidup dalam kemiskinan absolut menurun tajam dari 60% tahun
1966 menjadi 14% pada tahun 1990.
(4) perbaikan secara cepat dan signifikan indikator sosial- ekonomi mulai dari pendidikan hingga
kepemilikan peralatan serta penguasaan teknologi. Indonesia juga telah berubah dari negara
pengimpor beras menjadi negara swasembada tahun 1984 dan pertumbuhan penduduk dapat
dikendalikan melalui program keluarga berencana (KB).Capaian prestasi ini menjadikan
Indonesia (bersama Malaysia dan Thailand) digolongkan sebagai “Keajaiban Asia”.
d. Sektor pertanian juga tumbuh cepat yang didukung dengan peningkatan produktivitas padi.
Pada awal pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia masih menjadi pengimpor beras terbesar
di dunia. Pada tahun 1969 produksi beras Indonesia hanya 12 juta ton, namun meningkat pesat
menjadi 28 juta ton pada tahun 1980-1989 dan menjadikannya sebagai negara swasembada
beras. Prestasi ini mengundang kekaguman internasional sehingga pada tanggal 14 November
1985.
f. Berhasil menyediakan kebutuhan papan. Selama periode 1978-1983 melalui Perum Perumnas
pemerintah telah membangun 209.872 unit perumahan dan selama pemerintahan Presiden
Soeharto secara keseluruhan telah terbangun 441.923 unit rumah. Selama periode 1978-1983
Perum Perumnas telah menjadi perintis munculnya kawasan pemukiman bagi penduduk
kalangan menengan ke bawah. Melalui kebijakan KPR (Kredit Kepemilikan Rumah),
masyarakat juga dipermudah dalam penyediaan rumah tempat tinggal.
h. Melalui kebijakan anggaran berimbang, Pemerintahan Presiden Soeharto juga dinilai berhasil
menekan inflasi dibawah 10%, rata-rata defisit neraca berjalan 2,5% dari PDB dan
mempertahankan cadangan devisa mendekati jumlah kebutuhan impor kurang lebih 5 bulan.
Selain kebijakan anggaran berimbang, pemerintahan Presiden Soeharto juga mempertahankan
kebijakan moneter secara hati-hati, mengupayakan tingkat kurs yang kompetitif dan
mempertahankan sistem devisa bebas untuk menarik investasi dengan mengantisipasi perubahan
situasi pasar dunia. Kebijakan tersebut dilaksanakan untuk mencapai sasaran stabilitas ekonomi
makro, yaitu terkendalinya inflasi dan defisit neraca berjalan.
Untuk menjaga etika hubungan internasional maka diadakan pembicaraan dengan negara-negara
tersebut dan akhirnya dicapai kesepakatan antara Indonesia dengan negara-negara Paris Club
pada bulan April 1970 untuk penyelesaian tunggal dan menyeluruh utang-utang Indonesia
dengan kesepakatan:
1. Pembayaran utang pokok dilakukan dengan mencicil selama 30 tahun dari 1970 sampai
dengan tahun 1999.
2. Pembayaran atas bunga yang sudah disepakatidilakukan selama 15 tahun dari 1985
sampai 1999.
3. Utang yang dijadwalkan kembali tersebut bebas bunga.
4. Indonesia mempunyai pilihan untuk menunda sebagian dari utang yang jatuh tempo pada
delapan tahun pertama ke delapan tahun terakhir, yakni 1992-1999, dengan bunga
sebesar empat persen pertahun.
Pemerintahan Presiden Soeharto melakukan pengelolaan utang secara hati-hati dalam jumlah
seperlunya dan mengalokasikannya untuk biaya kegiatan pembangunan yang produktif.Kehati-
hatian ini tampak dari jumlah hutang Indonesia selama era Orde Baru dengan era reformasi.
Selama 32 tahun memerintah, pemerintahan Presiden Soeharto mencatatkan utang sekitar
Rp.46,88 triliun per tahun. Jumlah ini lebih kecil jika dibandingkan dengan 10 tahun
pemerintahan reformasi yang mencatatkan utang sebesar Rp. 111,4 triliun per tahun. Pada saat
mengundurkan diri pada bulan Mei 1998, Presiden Soeharto mencatatkan utangsebesar Rp. 553
triliun.Sedangkan 10 tahun pemerintahan reformasi telah mencatatkan utang sebesar Rp. 1667
triliun.
Keterputusan agenda tinggal landas akibat krisis ekonomi dan moneter barangkali tidak akan
terlalu parah dan dapat dilanjutkan kembali manakala terdapat soliditas komponen bangsa.
Permasalahannya terdapat banyak pelaku dalam peristiwa reformasi 1998 yang didalamnya
mengusung agenda pragmatisnya masing-masing sehingga soliditas bangsa tidak bisa segera
terwujud.Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diwarnai beragam instabilitas
(keamanan, politik, pemerintahan dan ekonomi) sehingga keberlangsungan agenda tinggal landas
menjadi terbengkalai.
Target mengantarkan Indonesia menjadi salah satu kekuatan dari 20 besar negara di dunia pada
tahun 2005, hanya bisa diwujudkan dengan predikat sebagai “the emerging market” atau negara
yang pasarnya sedang tumbuh dengan stabil dan dalam hal ini merupakan bahasa halus dari
“tempat pembuangan produk negara-negara maju”. Sedangkan target tinggal landas (setara
dengan negara maju pada tahun 2019/2020) dengan struktur perekonomian yang didukung
industri pertanian dan industri strategis yang kuat justru semakin menjauh. Bahkan sejumlah ahli
ekonomi menyatakan telah terjadi de-industrialisasi pada era reformasi. Segala jerih payah untuk
mewujudkan kedaulatan dan kemandirian ekonomi bangsa itu kini harus ditata kembali.
Kegagalan ini merupakan kegagalan bersama sebagai sebuah bangsa yang dalam proses transisi
tahun 1998 tidak bisa memetakan secara akurat siapa lawan dan siapa pengkianat bangsa yang
sesungguhnya.
5. Budaya
Pada masa Orde Baru terdapat beberapa kebijakan pemerintah yang bersifat diskriminatif, seperti
Surat Edaran No.06/Preskab/6/67 yang memuat tentang perubahan nama. Dalam surat itu
disebutkan bahwa masyarakat keturunan Cina harus mengubah nama Cinanya menjadi nama
yang berbau Indonesia, misalnya Liem Sioe Liong menjadi Sudono Salim. Selain itu,
penggunaan bahasa Cinapun dilarang.
6. Ideologi
Pada pemerintahan Presiden Soeharto Pancasila terkesan menjadi Ideologi tertutup.Pancasila
hanya menjadi lambang dasar negara saja, namun nilai-nilai Pancasila tidak diterapkan dalam
kehidupan pemerintahan.Pemerintahan bersifat otoriter, hanya terpaku pada Presiden saja dan
demokrasi tidak berjalan.
Kecenderungan orde baru dalam memandang Pancasila sebagai doktrin yang komprehensif
terlihat pada anggapan bahwa ideologi sebagai sumber nilai dan norma dan karena itu harus
ditangani (melalui upaya indoktrinasi) secara terpusat. Pada akhirnya, pandangan tersebut
bermuara pada keadaan yang disebut dengan perfeksionisme negara. Negara perfeksionis adalah
negara yang merasa tahu apa yang benar dan apa yang salah bagi masyarakatnya, dan kemudian
melakukan usaha-usaha sistematis agar ‘kebenaran’ yang dipahami negara itu dapat diberlakukan
dalam masyarakatnya. Sehingga formulasi kebenaran yang kemudian muncul adalah sesuatu
dianggap benar kalau hal tersebut sesuai dengan keinginan penguasa, sebaliknya sesuatu
dianggap salah kalau bertentangan dengan kehendak penguasa.
Pendidikan pada masa orde baru bukan untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat, apalagi
untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia, tetapi malah mengutamakan orientasi
politik agar semua rakyat itu selalu patuh pada setiap kebijakan pemerintah.Bahwa putusan
pemerintah adalah putusan yang adiluhung yang tidak boleh dilanggar.Itulah doktrin orde baru
pada sistem pendidikan kita.
Indoktrinisasi pada masa kekuasan Soeharto ditanamkan dari jenjang sekolah dasar sampai pada
tingkat pendidikan tinggi, pendidikan yang seharusnya mempunyai kebebasan dalam pemikiran.
Pada masa itu, pendidikan diarahkan pada pengembangan militerisme yang militan sesuai
dengan tuntutan kehidupan suasana perang dingin .Semua serba kaku dan berjalan dalam sistem
yang otoriter.
7. Pendidikan
Ahkirnya, kebijakan pendidikan pada masa orde baru mengarah pada penyeragaman. Baik cara
berpakaian maupun dalam segi pemikiran. Hal ini menyebabkan generasi bangsa kita adalah
generasi yang mandul. Maksudnya, miskin ide dan takut terkena sanksi dari pemerintah karena
semua tindakan bisa-bisa dianggap subversif. Tindakan dan kebijakan pemerintah orde baru-lah
yang paling benar. Semua wadah-wadah organisasi baik yang tunggal maupun yang majemuk,
dibentuk pada budaya homogen. Bahkan partai politik pun dibatasi. Hanya tiga partai yang
berhak mengikuti Pemilu.Di bidang pendidikan mereka banyak
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan mulai dari kursus bahasa Inggris, Mandarin, komputer
sampai akademi dan universitas. Kalangan mudanya secara aktif mulai memasuki bidang-bidang
profesi di luar wilayah bisnis semata. Mereka sekarang secara terbuka berusaha menjadi artis
sinetron, presenter TV, peragawati, foto model, pengacara, wartawan, pengarang, pengamat
sosial/ politik, peneliti, dsbnya. Hal ini sangat berbeda ketika rezim Orde Baru memberlakukan
kebijakan diskriminasi. Misalnya, pemberlakuan batasan 10 persen bagi etnis Cina untuk bisa
belajar di bidang medis, permesinan, sains dan hukum di universitas.
1) Mengusahakan agar kesempatan mendapatkan pendidikan menjadi terjangkau oleh semua
masyarakat.
2) Meningkatkan secara berangsur-angsur kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui
pendidikan yang bermutu. Untuk meningkatkan mutu pendidikan ini pemerintah masa orde baru
melakukan:
Tamatan SGA yang menurut rencana semula akan ditempatkan sebagai guru SD diangkat
menjadi guru SMP dan SGB. Pada tahun 1952 dibangun Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Pertama (PGSLP). Lama pendidikan PGSLP mula-mula ditetapkan 1 tahun, namun mulai 1
September 1958 lama pendidikan ini diperpanjang menjadi 2 tahun dan lamanya diubah menjadi
Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Atas (PGSLA). Siswa PGSLP ini diambil dari para lulusan
SGA yang telah ditempatkan sebagai guru sekolah menengah.PGSLP ditutup secara menyeluruh
pada tahun ajaran 1978/1979.
Peningkatan pendidikan ini dilakukan melalui peningkatan mutu guru melalui penatara-
penataran guru dalam jabatandan peningkatan mutu kurikulum SD sampai kurikulum SMU. Dari
program-program penataran ini lahir PPPG (Pusat Pengembangan Penataran Guru). Sejak tahun
1977 sampai 1991 didirikan 6 PPPG untuk peningkatan pendidikan umum dan 4 PPPG untuk
peningkatan pendidikan kejuruan.
Sejak 1968 terjadi pembaharuan kurikulum dari tingkat SD sampai tingkat SMU dan selesai
tahun 1975. Pembaharuan ini berupa perubahan cara mengemas seluruh materi pembelajaran.
Misal mata pelajaran fisika, kimia, dan biologi disebut ilmu pengetahuan alam, sedangkan
geografi, sejarah, dan kwarganegaraan disebut ilmu pengetahuan sosial.Program pendidikan
sekolah dari SD sampai SMU pada dasarnya terdiri dari 4 mata pelajaran saja yaitu bahasa,
matematika, IPA, dan IPS.
Berdasarkan laporan-laporan, ada 2 langkah dasar yang dilakukan pemerintah orde baru untuk
memodernisasikan pendidikan keguruan yang bersifat pra jabatan. Langkah-langkahnya yaitu:
1.1 Menyergamkan jenjang pendidikan guru pra jabatan, dari sistem yang merupakan gabungan
antara jenjang pendidikan menengah dan jenjang perguruan tinggi menjadi sistem yang bersifat
strata tunggal, yaitu semua pendidikan guru pra jabatan diselenggarakan pada jenjang perguruan
tinggi.
1.2 Menentukan semua pendidikan guru pra jabatan dikelola oleh Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi dengan dileburnya FKIP dan IPG pada tahun 1963 menjadi IKIP, pihak Departemen P
dan K selaku pihak yang mempekerjakan para lulusan lembaga pendidikan guru merasa
dikalahkan, pada tahun 1989 diputuskan semua pendidikan keguruan yang bersifat pra jabatan
diselenggarakan pada jenjang perguruan tinggi. Jadi pengelolaan pendidikan keguruan dipegang
oleh Departemen Jendral Pendidikan Tinggi.
1. Kelebihan
a. Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru perkembangan GDP per kapita Indonesia yang
pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000
Keberhasilan Pak Harto membenahi bidang ekonomi sehingga Indonesia mampu berswasembada
pangan pada tahun 1980-an, menurut Emil Salim, diawali dengan pembenahan di bidang politik.
Kebijakan perampingan partai dan penerapan azas tunggal ditempuh pemerintah Orde Baru,
dilatari pengalaman masa Orde Lama ketika politik multi partai menyebabkan energi terkuras
untuk bertikai.
Gaya kepemimpinan tegas seperti yang dijalankan Suharto pada masa Orde Baru memang
dibutuhkan untuk membenahi perekonomian Indonesia yang berantakan di akhir tahun 1960.
Namun, dengan menstabilkan politik demi pertumbuhan ekonomi, yang sempat dapat
dipertahankan antara 6%-7% per tahun, semua kekuatan yang berseberangan dengan Orde Baru
kemudian tidak diberi tempat.
c. Swasembada beras
Seperti pepatah From Zero to Hero itulah kebijakan yang dilakukan oleh HM. Soeharto pada
masa pemerintahannya. Saat itu Indonesia menjadi pengimpor beras terbesar didunia, namun
oleh Soeharto ini dijadikan motivasi untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung beras dunia.
Puncaknya adalah ketika pada 1984 Indonesia dinyatakan mampu mandiri dalam memenuhi
kebutuhan beras atau mencapai swasembada pangan. Prestasi itu membalik kenyataan, dari
negara agraria yang mengimpor beras, kini Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pangan di
dalam negeri. Pada tahun 1969 Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton beras tetapi
tahun 1984 bisa mencapai 25,8 juta ton. Harga bahan pokok menjadi murah.
d. Sukses transmigrasi
e. Sukses Program KB
h. Pengangguran minimum
2. Kekurangan
a. Politik
Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir
masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan
Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan
bahwa Indonesia “bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB”, dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28
September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya. Ini merupakan
langkah awal dari ketergantungan Indonesia terhadapa modal asing.
Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru.
Pengucilan politik – di Eropa Timur sering disebut lustrasi – dilakukan terhadap orang-orang
yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar
Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai
pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau
Buru.
Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II 1966 dan
konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto merestrukturisasi
politik dan ekonomi dengan dwitujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan
pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga
pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik
dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.
Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan
dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga
pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai
secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski
kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari komunitas
pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan sama sekali akan berdampak pada resep obat
yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan bahasa Mandarin. Mereka pergi hingga ke
Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan
bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan
menggulingkan pemerintahan Indonesia.
Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian Indonesia yang
sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer
Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa orang Tionghoa Indonesia bekerja juga di
sana. Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agama Konghucu kehilangan pengakuan
pemerintah.
Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu mencapai
kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan
pengaruh komunisme di Tanah Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka
berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh
komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan. Orang Tionghoa dijauhkan dari
kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk menghindari dunia politik karena
khawatir akan keselamatan dirinya.
d. Perpecahan bangsa
Di masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap hari
media massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan “persatuan dan kesatuan bangsa”.
Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan transmigrasi dari daerah
yang padat penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke Kalimantan,
Sulawesi, Timor Timur, dan Irian Jaya. Namun dampak negatif yang tidak diperhitungkan dari
program ini adalah terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat dan kecemburuan
terhadap penduduk pendatang yang banyak mendapatkan bantuan pemerintah. Muncul tuduhan
bahwa program transmigrasi sama dengan jawanisasi yang disertai sentimen anti-Jawa di
berbagai daerah, meskipun tidak semua transmigran itu orang Jawa.
Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak menjadi terbuka antara lain dalam bentuk
konflik Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan. Sementara itu gejolak di Papua yang
dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil dalam pembagian keuntungan pengelolaan sumber
alamnya, juga diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap para transmigra
f. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si
miskin)
g. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh
banyak koran dan majalah yang dibreidel penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan,
antara lain dengan program “Penembakan Misterius” (petrus)
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran
Jangan memandang sebelah mata pemerintahan Soeharto, jika direnungkah banyak jasa-jasa
besar yang dilakukan Soeharto untuk pembangunan dan perkembangan Indonesia dimata dunia
Internasional, sebagian rakyat yang pernah hidup di zaman Presiden Soeharto menganggap
zaman Soeharto merupakan zaman keemasan Indonesia.
REFORMASI INDONESIA
A.Pengaruh Perang Dingin Terhadap Indonesia
Setelah Perang Dunia II berakhir ternyata muncul dua negara super power di dunia yang saling berebut pengaruh di
berbagai kawasan dunia. Dua kekuatan itu adalah yaitu Amerika Serikat yang berhaluan demokrasi-kapitalis dan Uni
Soviet yang berhaluan sosialis-komunis.
Perang dingin berdampak pada peta perpolitikan dunia pada saat itu, sehingga dunia seolah terbagi menjadi tiga
kelompok yaitu: negara-negara Blok Barat yang menganut paham demokrasi, negara-negara Blok Timur yang
menganut paham komunis dan negara-negara Non Blok yang tidak memihak Blok Barat dan tidak memihak Blok
Timur.
1.Arah Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Masa Perang Dingin
Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia lebih condong kepada negara-negara Blok Barat dalam rangka
mendapatkan pinjaman dana dari negera-negara tersebut untuk memperbaiki ekonomi Indonesia yang hampir
mengalami kebangkrutan. Dengan adanya pinjaman ini secara tidak langsung Indonesia mulai dipengaruhi oleh Blok
Barat yang tercermin dari kebijakan-kebijakan luar negeri Indonesia yang cenderung pro-Barat, walaupun tetap
berusaha untuk netral dengan tidak memihak salah satu blok yang ada.
2.Peran Lembaga Keuangan Internasional Terhadap Pemerintah Orde Baru
Pada masa Orde Baru setahap demi setahap bisa keluar dari keterpurukan ekonomi melalui bantuan dari negara-
negara Barat. Perbaikan ekonomi dilakukan dalam bentuk pembangunan yang disebut dengan rencana
pembangunan lima tahun. Adapun negara-negara Barat yang membantu Indonesia tersebut dalam bentuk
konsorsium yang dinamakan IGGI (Inter-Gouvernmental Group on Indonesia) yang beranggotakan Belanda, Amerika
Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Jepang, Inggris, Perancis, Jerman Barat, Belgia, Italia, dan Swiss.
Negara-negara maju tersebut pada tanggal 23-24 Pebruari 1967 diadakan pertemuan di Amsterdam (Belanda)
menyepakati membentuk badan IGGI untuk memberi kredit kepada Indonesia dengan bantuan pinjaman syarat-
syarat ringan.
Perjalanan politik megawati sampai pada puncak kekuasaan di negeri ini, yaitu terpilihnya ia
sebagai wakil presiden indonesia dan dua tahun selanjutnya ia terpilih menjadi presiden indonesia
menggantikan abdurrahman wahid yang menjabat presiden sebelumnya. Banyak para pengamat politik
menyebutkan bahwa kesuksesan megawati samapai pada puncak tertinggi pemegang kekuasaan di
negeri ini karena ia merupakan pemimpin yang karismatik.
Melalui hal inilah penulis akan membahas bagaimana gaya kepemimpinan yang dianggap
karismatik oleh masyarakat, bagaimana ia menjalankan pemerintahan dan kecapakapan yang ia miliki
sebagai pemimpin yang disanjungkan karena dianggap memiliki kemampuan memimpin seperti ayahnya
Soekarno.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana latar belakang Megawati Soekarno Putri?
b. Bagaimana dengan Aktifitas Megawati Soekarno Putri ?
c. Bagaimana dengan sifat-sifat Megawati Soekarno Putri dalam memimpin?
d. Terobosan apa saja yang telah di capai Megawati Soekarno Putri ?
e. Apa saja keberhasilan dan kegalalan pada masa kepemimpinan oleh Megawati Soekarno Putri?
PEMBAHASAN
Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri (lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947)
adalah Presiden Indonesia periode 23 Juli 2001 - 20 Oktober 2004. Megawati adalah anak kedua
Presiden Soekarno. Ia Biasa dikenal dengan nama Megawati Soekarnoputri. Megawati Soekarnoputri ini
memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar
di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972).
Sebagai pendatang baru dalam kancah politik pada tahun 1987, saat itu Partai Demokrasi
Indonesia (PDI) menempatkan Megawati sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan
Jawa Tengah untuk mendongkrak suara. Masuknya Megawati ke kancah politik menjadikannya terpilih
menjadi anggota DPR/MPR. Ia merupakan presiden wanita pertama dan presiden kelima di Indonesia.
Megawati dilantik menjadi presiden Indonesia pada tanggal 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999-
2001, Megawati menjabat sebagai Wakil Presiden.
Masa kepresidenan Megawati Soekarnoputri dari tahun 2001 ditandai dengan sedikit saja
pencapaian. Megawati tidak mewarisi karisma dari Ayahnya, Soekarno, tidak teralu kompeten dalam
urusan administrasi dan kepemimpinan serta dalam sikap yang pasif dan tertutup, tidak jauh berbeda
dengan gaya Soeharto. Suaminya, Taufik Kiemas dipandang sebagai dalang di balik panggung
kekuasaannya, seorang praktisi politik dan fasilitator keuangan yang andal.
Siapa saja yang menjadi presiden Republik Indonesia pada tahun 2001 pasti menghadapi
permasalahan besar yang merupakan warisan pemerintahan Soeharto, krisis ekonomi dan sosial yang
menyertai lengsernya Soeharto dan kegagalan Habibie serta Abdurrahman Wahid untuk mengatasi hal
ini. Korupsi semakin merajalela dan bahkan mungkin lebih buruk daripada masa Soeharto. Meskipun
hingga kadar tertentu terjadi pemulihan di dalam investasi dalam dan luar negeri, korupsi, bersama
dengan lingkungan umum yang ditandai oleh ketidakpastian hukum dan sistem peradilan yang benar-
benar busuk, telah memastikan bahwa investasi tersebut tidak mencapai tingkatan yang dibutuhkan
untuk memulihkan ekonomi.
Megawati merupakan presiden wanita pertama dan Namanya cukup dikenal dengan Megawati
Soekarnoputri. Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa pada tahun 2001. Sidang
Istimewa MPR diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid yang membekukan
lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999-2001, ia
adalah Wakil Presiden.
Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam
pemilihan presiden langsung Pada 20 September 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi
presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.
B. Aktivitas Megawati Soekarno Putri
Megawati adalah presiden kedua yang menjabat pada masa pemilu multipartai pasca
tumbangnya orde baru. Nama gotong royong juga dipilih megawati untuk menguatkan visi misi utama
pemerintahannya, yaitu rekonsiliasi nasional. Indonesia, saat Megawati terpilih menjadi presiden sedang
porak-poranda akibat beragam konflik, seperti konflik komunal (ambon, poso, sampang) dan konflik
politik (pemakzulan Gus Dur oleh koalisi yang sebelumnya mendukungnya). Gotong royong adalah kata
yang dipilih untuk merekonsiliasi atau mempersatukan bangsa Indonesia dalam semangat membangun
kembali. Melalui Kabinet Gotong Royong, Presiden Megawati Sukarnoputri telah menunjukkan manuver
politik yang piawai dan berhasil memberikan impresi yang positif pada berbagai lapisan masyarakat.
Saat itu tumbuh dan berkembang pendapat pada berbagai masyarakat termasuk pelaku ekonomi,
kalangan birokrasi, pengamat politik, dan masyarakat kampus bahwa Kabinet Gotong Royong yang
dilantik pada hari Jum’at 10 Agustus yang lalu adalah kabinet yang cukup tangguh. Pandangan tersebut
didasarkan atas kenyataan bahwa 26 dari 32 jabatan menteri dan setingkat menteri dijabat oleh para
profesional yang menguasai bidang tugas masing-masing.
Akan tetapi seiring dengan berjalannya Kabinet Gotong Royong dalam menjalankan
pemerintahan, masyarakat sangat dikecewakan. Pasalnya, kinerja dari Kabinet Gotong Royong tersebut
dinilai lamban dalam mengatasi masalah yang terjadi di negara kita saat itu. Wacana publik tentang
efektifitas tim ekonomi Kabinet Gotong Royong (KGR) dalam menghantarkan Indonesia untuk
secepatnya keluar dari krisis yang telah menggerogoti ekonomi dan kehidupan social-politik selama lima
tahun terakhir ini didominasi oleh pandangan bahwa anggota Kabinet Gotong Royong bertindak sangat
lamban dan tanpa koordinasi yang penuh. Persepsi ini secara sadar banyak digaungkan oleh kalangan
akademisi dan politisi baik secara kolektif maupun secara perorangan yang pada gilirannya diterima
sebagai suatu realitas oleh masyarakat.
Namun disisi lain Megawati masih telah menerapkan kebijakan-kenijakan yang telah ia capai
selama pemerintahannya. Kebijakan-kebijakan pada masa Megawati, yaitu :
1. Memilih dan Menetapkan. Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan
menjaga persatuan dan kesatuan. Upaya ini terganggu karena peristiwa Bom Bali yang mengakibatkan
kepercayaan dunia internasional berkurang.
2. Membangun tatanan politik yang baru. Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan
dan kedudukan MPR/DPR, dan pemilihan presiden dan wapres.
3. Menjaga keutuhan NKRI. Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti kasus
Aceh, Ambon, Papua, Poso. Hal tersebut diberikan perhatian khusus karena peristiwa lepasnya Timor
Timur dari RI.
4. Melanjutkan amandemen UUD 1945. Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan perkembangan
zaman.
5. Meluruskan otonomi daerah. Keluarnya UU tentang otonomi daerah menimbulkan penafsiran yang
berbeda tentang pelaksanaan otonomi daerah. Karena itu, pelurusan dilakukan dengan pembinaan
terhadap daerah-daerah.
6. Tidak ada masalah yang berarti dalam masa pemerintahan Megawati kecuali peristiwa Bom Bali dan
perebutan pulan Ligitan dan Sipadan.
C. Sifat-sifat Megawati Soekarno Putri Dalam Memimpim
Megawati Soekarno Putri berpenampilan tenang dan tampak kurang acuh dalam menghadapi
persoalan. Tetapi dalam hal-hal tertentu megawati memiliki determinasi dalam kepemimpinannya,
misalnya mengenai persoalan di BPPN, kenaikan harga BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh
Nanggroe Darussalam.
Gaya kepemimpinan megawati yang anti kekerasan itu tepat sekali untuk menghadapi situasi
bangsa yang sedang memanas. Cukup demokratis, tapi pribadi Megawati dinilai tertutup dan cepat
emosional. Ia alergi pada kritik. Komunikasinya didominasi oleh keluhan dan uneg-uneg, nyaris tidak
pernah menyentuh visi misi pemerintahannya.
Megawati lebih menonjolkan kepemimpinan dalam budaya ketimuran. Ia cukup lama dalam
menimbang-nimbang sesuatu keputusan yang akan diambilnya. Tetapi begitu keputusan itu diambil,
tidak akan berubah lagi. Gaya kepemimpinan seperti ini bukanlah suatu ke1emahan. Seperti dikatakan
oleh Frans Seda: “Dia punya intuisi tajam. Sering kita berpikir, secara logika, menganalisa fakta-fakta,
menyodorkan bukti-bukti, tapi tetap saja belum pas. Di saat itulah Mega bertindak berdasarkan
intuisinya, yang oleh orang-orang lain tidak terpikirkan sebelumnya.”
D. Terobosan Megawati Soekarno Putri
Sebagai presiden pertama wanita di Indonesia, ia merupakan presiden pertama peletak dasar ke
arah kehidupan demokrasi. Pembaharuan yang dilakukan sebagian besar di bidang ekonomi dan politik,
sebab pada pemerintahannya, masalah yang dihadapi kebanyakan merupakan warisan pemerintahan
Orde Baru yaitu masalah krisis ekonomi dan penegakan hukum.
Untuk mengatasi masalah ekonomi yang tidak stabil, ada beberapa kebijakan yang dikeluarkan
Megawati yaitu :
a) Untuk mengatasi utang luar negeri sebesar 150,80 milyar US$ yang merupakan warisan Orde baru,
dikeluarkan kebijakan yang berupa penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar, sehingga
hutang luar negeri dapat berkurang US$ 34,66 milyar.
b) Untuk mengatasi krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan pendapatan per kapita sebesar US$ 930.
Kurs mata uang rupiah dapat diturunkan menjadi Rp 8.500,00.
c) Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi, dikeluarkan kebijakan yang
berupa privatisasi terhadap BUMN dengan melakukan penjualan saham Indosat sehingga hutang luar
negeri dapat berkurang.
Mengadakan pemilu yang bersifat demokratis yang dilaksanakan tahun 2004 dan melalui dua periode
yaitu :
Pemerintahan Megawati berakhir setelah hasil pemilu 2004 menempatkan pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai pemenang. Hal ini merupakan babak baru pemerintahan di
Indonesia dimana Presiden dan Wakil Presiden terpilih dipilih langsung oleh rakyat.
E. Keberhasilan Dan Kegagalan Megawati Soekarno Putri
Sebelumnya, Megawati Soekarnoputri pernah menjabat sebagai Wakil Presiden 1999-2002 &
sebagai Presiden RI 2002-2004. Track Record Megawati selama memimpin RI yang hanya selama 2
tahun :
1. Mendirikan Lembaga pemberantas korupsi KPK pada tahun 2003, karena Megawati Soekarnoputri
melihat institusi Jaksa & Polri saat itu terlalu kotor, sehingga untuk menangkap koruptor dinilai tak
mampu, namun jaksa dan Polri sulit dibubarkan, sehingga dibentuk lah KPK.
2. Menghentikan aktivitas pertambangan Freeport di Papua karena dianggap melanggar aturan
Internasional tentang AMDAL (dampak lingkungan). Lantas anehnya kemudian aktivitas Freeport dibuka
kembali di masa rezim SBY-JK.
3. Menghentikan kontrak pertambangan minyak Caltex di Blok Natuna Kepri. Anehnya, kemudian kontrak
Natuna disambung kembali oleh SBY-JK diberikan kepada ExxonMobile.
4. Menghentikan kontrak pertambangan Migas Caltex di Riau daratan. Anehnya, kemudian kontrak migas
Riau disambung kembali oleh SBY-JK dan diberikan kepada Chevron.
5. Membubarkan BUMN terkorup pada masa itu yaitu Indosat karena merugikan negara puluhan Trilyun &
banyak praktek ilegal di Indosat. Asset dari pembubaran BUMN korup Indosat kemudian dipakai untuk
membayar hutang negara yang saat itu jatuh tempo. Kemudian sebagai ganti Indosat dibuat lembaga
yang lain yaitu Satelindo.
6. Menangkap 17 jenderal korup (termasuk jenderal ketua PBSI) yang dicokok langsung saat Thomas Cup di
Singapura, dan menangkap Ketua Partai Golkar Akbar Tanjung yang terlibat korupsi dana JPS senilai
Rp40 milyar. Dampaknya, pada pemilu berikutnya Megawati dijegal Black Campaign buatan Golkar
sebagai balas dendam dari para jenderal & partai Golkar.
7. Megawati membawa Indonesia berhasil keluar dari IMF pada tahun 2003 yang menandakan Indonesia
sudah keluar dari krisis 1998 dan Indonesia yang lebih mandiri. Berani menghentikan hutang baru. (Zero
hutang / tidak meminjam selama kepemimpinannya).
8. Menangkap 21 pengemplang BLBI antara lain : David Nusa Wijaya, Hendrawan, Atang Latief, Uung
Bursa, Prayogo Pangestu, Syamsul Nursalim, Hendra Rahardja, Sudwikatmono, Abdul Latief, dsb… (BLBI
dikucurkan oleh Suharto tahun 1996 sebesar 600 Trilyun). Namun dalam masa rezim SBY-JK, para
pengemplang BLBI tersebut diundang ke istana oleh SBY-JK tahun 2007 dengan istilah “gelar karpet
merah” undangan jauman makan. Dan lepaslah para pengemplang yang merugikan negara tersebut.
9. Mega mengeluarkan Keppres no 34 Tahun 2004 tentang penertiban bisnis TNI. Dimana aparat TNI sering
dipakai untuk memback-up ilegal logging & kejahatan lainnya ditindak tegas dengan pemecatan
ditambah kurungan penjara.
10. Mendirikan Akademi Intelijen yang pertama di Indonesia.
11. Melakukan pembangunan infrastruktur yang vital setelah pembangunan berhenti sejak 1998.
Diantaranya Tol Cipularang (Cikampek-Bandung) sekaligus dalam rangka peringatan KAA, Jembatan
Surabaya Madura (Suramadu), Tol Cikunir, Rel ganda kereta api. Dimulainya membenahi sistem
transportasi dengan Busway di Jakarta. (selanjutnya Jembatan Suramadu rampung pembangunannya
setelah Mega selesai menjabat).
12. Mengembalikan proporsi pendapatan Gas Arun sebagian besar kepada rakyat Aceh dengan
status daerah Otonomi Khusus dan menangkap petinggi GAM dan anggota GAM yang bersenjata dan
yang sering melakukan pembakaran dan penarikan pajak tidak sah, dengan melibatkan wartawan dan
jurnalis untuk pengecekan pelanggaran HAM. Berhasil membebaskan turis yang disandera GAM.
Sepertinya ibu Megawati sudah lama memikirkan Aceh, dan pidato Ibu Presiden Cut Nyak Megawati di
Aceh menggelegar di siang bolong membangunkan dan memberikan harapan bagi rakyat Aceh.
Namun pada sisi lain, banyak juga hal yang gagal dicapai Megawati dalam masa pemerintahannya.
Salah satu hal yang paling mencolok dalam pemerintahan Megawati Soekarnoputri adalah tentang
maraknya privatisasi BUMN. Kebijakan privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum
dapat diartikan bahwa kepemilikan BUMN oleh negara dihilangkan atau paling tidak diminimalisir
karena kepemilikan atau pengelolaan berpindah ke tangan swasta. Kepemilikan publik berubah menjadi
kepemilikan privat. Hal ini dapat dikatakan menyimpang karena pada dasarnya BUMN adalah salah satu
sarana pemasukan kepada Negara yang harus dipertimbangkan dengan seksama.
Penyimpangan ini terjadi misalnya dalam kebijakan privatisasi PT. Semen Gresik dan PT Indosat.
Privatisasi juga banyak dikecam karena dipandang merugikan negara triliunan rupiah akibat harga
jualnya yang terlalu murah. Keputusan pemerintah pada waktu itu untuk menjual PT Semen Gresik dan
PT Indosat sebagai cara cepat untuk mendapatkan dana segar guna menutupi defisit APBN cenderung
tidak menunjukkan langkah strategis ke depan yang ingin dicapai pemerintah dalam konteks
perencanaan pembangunan, khususnya di sektor industri. Privatisasi tersebut juga sangat elitis dan tidak
melibatkan partisipasi masyarakat luas dalam hal kepemilikan saham.
Banyak kalangan menilai pemerintahan Megawati gagal, walaupun Megawati berpendapat bahwa Ia
hanya meneruskan pemerintahan Abdurrahman Wahid sehingga tidak optimal. Kegagalan itu dapat
dilihat dari aksi-aksi mahasiswa yang mengkritisi pemerintahan Megawati saat itu menunjukkan eskalasi.
Protes mahasiswa menyangkut prakti KKN yang diindikasikan semakin marak, privatisasi BUMN yang
semakin intensif, penanganan BLBI yang terkesan kian longgar, serta harga-harga barang yang terus
membumbung. Hal ini juga terkait dengan kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM dan
kemudian disusul kenaikan TDL dan telepon sehingga kehidupan, khususnya kaum bawah menjadi
susah.
Tanpa disimpulkan, kegagalan dapat pula terlihat dengan menurunnya suara PDI-P pada pemilu
2004 dan kegagalan Megawati untuk terpilih menjadi presiden pada periode berikutnya. Hal ini adalah
indikasi kepercayaan rakyat yang menurun dengan melihat penyelenggaraan pemerintahan sebelumnya.
a) Kinerja megawati dalam memimpin pemerintahan (2001-2004) memang tidak bisa membuktikan
kepada publik bahwa ia memiliki kesamaan kapasitas dengan gaya kepemimpinan bung Karno.
b) Kekecewaan simpatisan partai dari kalangan wong cilik terhadap anggota-anggota parlemen yang tidak
mengesankan layaknya wakil rakyat.
c) Buntut kasus pengesahan pelantikan kepala daerah. Contohnya aksi pemecatan terhadap kader PDI
perjuangan di sumatera selatan dan riau akibat sinyalemen pembelotan dan menerima suap dalam
pemilihan gubernur, dan dilanjutkan dengan sikap megawati yang enggan melantik gubernur terpilih.
Sebutlah selama tiga bulan Gubernur sumsel yang terpilih pada 4 Agustus 2003 tidak dilantik, dan baru
dilantik pada 7 Oktober 2003.
d) Kecenderungan megawati tidak merestui gubernur terpilih bila di luar kehendak pimpinan PDI
Perjuangan Jakarta. Atau yang paling anyar adalah peristiwa kekerasan massal di tegal sebagai buntut
kekecewaan kader PDI Perjuangan atas kekalahan di dalam pemilihan kepada daerah pada 19 Januari
2004.
e) Sifat megawati yang pendiam dalam memimpin pemerintahan sebenarnya jelas-jelas ridak relevan lagi
untuk dipertahankan. Dan dalam pemilihan presiden yang kedua hendaknya megawati tidak lagi
mengulangi sikap di tahun 1999.
f) Penyalahgunaan kekuasaan dan korup. Ini karena maraknya praktek penyalahgunaan kekuasaan dan
perilaku korup di dalam tubuh birokrasi pemerintah. Fakta ini bukan sekadar tudingan, karena berbagai
laporan resmi dari institusi pengawasan keuangan dan lembaga-lembaga internasional seing
mengemukakan indikasi kuat bahwa negeri ini masih merupakan negara terkorup.
g) Diskriminatif dan “Vested Interest”, dua hal yang sebenarnya paling diharamkan dlaam usaha
mewujudkan good governance. Praktis apa yang terjadi pada saat ini adalah berkembangnya fenomena
building block bagi kepentingan partai-partai politik di dalam birokrasi pemerintah. Gejalanya pun sudah
nampak ke permukaan. Misalnya dengan memanfaatkan kedudukan di birokrasi, ada kecenderungan di
kalangan birokrat yang juga politisi partai tertentu itu untuk memberikan keuntungan kepada partai
politik secara ilegal.
h) Mengeluh dan menyalahkan masa lalu. Megawati kerap kali melontarkan keluhan, menuding dan
mengemukakan apologi sebagai kesalahan masa lalu ketika situasi ekonomi, politik dan keamanan
belum menunjukkan perbaikan. Keluhan dan apologi itu seolah-olah sudah menjadi “senjatanya” di
dalam menghadapi tahapan kritik dari publik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Megawati adalah anak kedua Presiden Soekarno. Ia Biasa dikenal dengan nama Megawati
Soekarnoputri.
Megawati adalah presiden kedua yang menjabat pada masa pemilu multipartai pasca
tumbangnya orde baru. Nama gotong royong juga dipilih megawati untuk menguatkan visi misi utama
pemerintahannya, yaitu rekonsiliasi nasional.
Megawati Soekarno Putri berpenampilan tenang dan tampak kurang acuh dalam menghadapi
persoalan. Tetapi dalam hal-hal tertentu megawati memiliki determinasi dalam kepemimpinannya,
misalnya mengenai persoalan di BPPN, kenaikan harga BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh
Nanggroe Darussalam.
Sebagai presiden pertama wanita di Indonesia, ia merupakan presiden pertama peletak dasar ke
arah kehidupan demokrasi. Pembaharuan yang dilakukan sebagian besar di bidang ekonomi dan politik,
sebab pada pemerintahannya, masalah yang dihadapi kebanyakan merupakan warisan pemerintahan
Orde Baru yaitu masalah krisis ekonomi dan penegakan hukum.
3.2 SARAN
Dengan penyusunan makalah ini hendaknya kita mengetahui dan memahami tentang hal-hal
yang menyangkut dengan kepemimpinan Megawati Soekarno Putri. Untuk penyempurnaan makalah ini
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan karya ilmiah ini
dimasa yang akan datang dan kita mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
MAKALAH SEJARAH
MASA PEMERINTAHAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Disusun oleh :
Nama : Dian Ayuningtyas
No : 008
Kelas : XII IPA 1
SMA N 1 BOYOLALI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Susilo Bambang Yudhoyono yang biasa disebut SBY, dilantik sebagai presiden keenam
Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2004. SBY juga merupakan presiden Indonesia
yang pertama kali berhasil melaksanakan masa pemerintahannya secara penuh di masa reformasi
ini. Pada masa pemerintahan SBY ini terdapat beberapa kondisi dan kebijakan yang ditempuh
baik dalam bidang ideologi, politik, ketahanan dan keamanan, ekonomi, sosial, maupun budaya.
Terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono atau yang terkenal dengan sebutan SBY, telah
membuat babak baru dalam perjalanan sejarah Indonesia. Beliau dilantik sebagai presiden
keenam Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2004 bersama wapresnya Jusuf Kalla yang
kemudian kembali terpilih di Pemilu 2009 bersama wapresnya Boediono. Bersama dengan
pasangannya, SBY memiliki komitmen untuk tetap melaksanakan agenda reformasi. Program
pertama pemerintahan SBY-JK dikenal dengan program 100 hari. Program ini bertujuan
memperbaiki sitem ekonomi yang sangat memberatkan rakyat Indonesia, memperbaiki kinerja
pemerintahan dari unsur KKN, serta mewujudkan keadilan dan demokratisasi melalui kepolisian
dan kejaksaan agung.
Langkah tersebut disambut baik oleh masyarakat. Secara umum SBY-JK melakukan
pemeriksaan kepada pejabat yang diduga korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi
kebebasan oleh presiden melakukan audit dan pemberantasan korupsi. Hasilnya telah terjadi
pemeriksaan tersangka korupsi dan pejabat pemerintahan sebanyak 31 orang selama 100 hari.
Artinya SBY-JK sungguh memilki komitmen dalam upaya pemberantasan korupsi. Namun
demikian, masih banyak hal yang harus dievaluasi.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa itu Susilo Bambang Yudhoyono?
2. Bagaimana visi dan misi pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono?
3. Bagaimana keadaan ekonomi dan apa saja kebijakan ekonomi masa pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono?
4. Bagaimana keadaan politik dan apa saja kebijakan politik masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono?
5. Apa saja pembangunan yang terjadi di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono?
6. Apa kekurangan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui siapa itu Susilo Bambang Yudhoyono.
2. Untuk mengetahui bagaimana visi dan misi pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.
3. Untuk mengetahui bagaimana keadaan ekonomi dan apa saja kebijakan ekonomi masa
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
4. Untuk mengetahui bagaimana keadaan politik dan apa saja kebijakan politik masa pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono.
5. Untuk mengetahui apa saja pembangunan yang terjadi di masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono.
6. Untuk mengetahui apa kekurangan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono
Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden Republik Indonesia
keenam. Berbeda dengan presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan
presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran
II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini lahir di
Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. SBY adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan
Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu.
Sementara ibunya, Sitti Habibah adalah putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas. Pendidikan
Sekolah Rakyat adalah pijakan masa depan yang paling menentukan bagi SBY.
Ketika duduk di bangku kelas lima, untuk pertama kalinya SBY kenal dan akrab dengan
nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. SBY kemudian melanjutkan
pendidikannya di SMP Negeri Pacitan. Sejak kecil, SBY bercita-cita untuk menjadi tentara
dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA
akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak jadi masuk Akabri dan
akhirnya dia menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Sewaktu belajar di PGSLP Malang itulah, Susilo
Bambang Yudhoyono mempersiapkan diri untuk masuk kembali ke Akabri. Tahun 1970,
akhirnya SBY masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di
Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan
Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol.
Terbukti, ketika dia meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan
lencana Adhi Makasaya. Seusai menamatkan pendidikan militer pertamanya, SBY kemudian
masih melanjutkan study militernya dengan pergi belajar ke beberapa universitas militer
ternama.
Perjalanan karier militer SBY dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan Tonpan
Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri Lintas
Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi langsung sekitar 30 prajurit.
Kefasihan dalam berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara
(airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat
Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975.
Sekembalinya ke tanah air, SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A
Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun
memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur. Sepulang dari Timor Timur, SBY menjadi
Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau ditempatkan
sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan Yonif Linud
330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982).
Selanjutnya, SBY dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan
Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah Staf
dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989.
SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan ditempatkan di Dinas Penerangan
TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara lain membuat naskah pidato KSAD Jenderal Edi
Sudradjat. Ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, SBY ditarik ke Mabes ABRI untuk
menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal Edi Sudradjat (1993). Ada banyak
sekali jabatan militer yang kemudian dijabat oleh SBY, puncaknya adalah ketika dia dipercaya
bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB (1995).
SBY menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer United
Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas negara Yugoslavia
berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina. Setelah
kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996). Kemudian
menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi
ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster)
ABRI (1998-1999).
Di tahun 2000, SBY memulai langkah politiknya dengan untuk memutuskan pensiun
lebih dini dari militer. SBY kemudian ditunjuk untuk menjabat sebagai Menteri Pertambangan
dan Energi selama masa pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian,
SBY harus meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat
Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan
melantik SBY menjadi Menko Polkam dalam Kabinet Gotong-Royong.
Tetapi pada 11 Maret 2004, SBY memilih untuk mengundurkan diri dari jabatan Menko
Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang
akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Pada pemilu Presiden yang
dilakukan secara langsung untuk pertama kalinya, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla
meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di atas 60 persen. Dan
pada tanggal 20 Oktober 2004 Susilo Bambang Yudhoyono dengan Jusuf Kalla dilantik menjadi
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia ke-6.
Pada 3 Juli 2013, SBY mendapat penghargaan Maha Dwija Praja Utama dari Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI). Penghargaan itu diberi saat Kongres XXI PGRI di Jakarta.
Penghargaan tertinggi dari PGRI dipersembahkan pada tokoh yang memperjuangkan dan
memartabatkan guru. SBY dinilai perhatian pada nasib guru dengan mendeklarasikan bahwa
guru adalah jabatan profesi pada 2004. Tahun 2005, disahkan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Juga adanya sertifikasi guru dan tunjangan profesi guru mulai dibayar.
1. Pendidikan
a. Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) (1973)
b. American Language Course, Lackland, Texas AS (1976)
c. Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS (1976)
d. Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS (1982-1983)
e. Jungle Warfare School, Panama (1983)
f. Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984)
g. Kursus Komando Batalyon (1985)
h. Sekolah Komando Angkatan Darat (1988-1989)
i. Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
j. Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
2. Karir
a. Dan Topan Yonif Linud 330 Kostrad (1974 - 1976)
b. Dan Topan Yonif 305 Kostrad (1976 - 1977)
c. Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
d. Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977 - 1978)
e. Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979 - 1981)
f. Paban Muda Sops SUAD (1981 - 1982)
g. Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983 - 1985)
h. Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986 - 1988)
i. Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
j. Dosen Seskoad (1989 - 1992)
k. Korspri Pangab (1993)
l. Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993 - 1994)
m. Asops Kodam Jaya (1994 - 1995)
n. Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
o. Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia - Herzegovina (sejak
awal November 1995)
p. Kasdam Jaya (1996 - hanya lima bulan)
q. Pangdam II/Sriwijaya (1996 - 1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda
r. Asospol Kassospol ABRI/wakil Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Umum MPR 1998)
s. Kassospol ABRI/Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
t. Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI) (1998 - 1999)
u. Menteri Pertambangan dan Energi (sejak Oktober 1999)
v. Menteri Koordinator Politik Sosial Keamanan (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman
Wahid)
w. Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri),
mengundurkan diri 11 Maret 2004
x. Presiden Republik Indonesia (2004 - 2009)
y. Presiden Republik Indonesia (2009 - 2014)
3. Penghargaan
a. Adi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
b. Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
c. Satya Lencana Seroja, 1976
d. Honorour Graduated IOAC, USA, 1983
e. Satya Lencana Dwija Sista, 1985
f. Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
g. Dosen Terbaik Seskoad, 1989
h. Satya Lencana Santi Dharma, 1996
i. Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996
j. Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western
Sirmium (UNTAES), 1996
k. Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998
l. Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998
m. Wing Penerbang TNI-AU, 1998
n. Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998
o. Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999
p. Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999
q. Bintang Dharma, 1999
r. Bintang Maha Putera Utama, 1999
s. Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003
t. Bintang Asia (Star of Asia) dari BusinessWeek, 2005
u. Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama dari Sultan Brunei
v. Doktor Honoris Causa dari Universitas Keio, 2006
w. Penghargaan Maha Dwija Praja Utama dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) 2013
B. Visi Misi Pemerintah yang Dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla berlangsung pada tahun 2004-
2009. Dalam pemerintahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Jusuf
Kalla mencetuskan visi dan misi sebagai berikut:
Visi :
1. Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai.
2. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan
hak-hak asasi manusia.
3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang
layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Misi :
1. Mewujudkan Indonesia yang aman damai
2. Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis
3. Mewujudkan Indonesia yang sejahtera
D. Keadaan dan Kebijakan Politik pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Dalam pemilu legislatif 2004, partai yang didirikan oleh SBY, yaitu Partai Demokrat,
meraih 7,45% suara. Kemudian pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat,
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya
sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla. Dalam masa
kepemimpinannya bersama Jusuf Kalla, beliau didukung oleh koalisi dari Partai Demokrat,
Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai
Bulan Bintang.
Kemudian di pemilu 2009, SBY kembali menjadi calon presiden bersama pasangan barunya
yaitu Boediono dan kembali terpilih sebagai presiden Indonesia.
Dalam pemerintahan SBY ini, melakukan beberapa kebijakan politik diantaranya:
1. Pembentukan Kabinet Bersatu
Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet Indonesia
Bersatu yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Kabinet Indonesia Bersatu
dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun 2009. Pada 5
Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk pertama kalinya,
dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut atas kinerja para menterinya, Presiden melakukan
perombakan kedua pada 7 Mei 2007.
2. Pembentukan Kabinet Bersatu jilid II
Pada periode kepemimpinannya yang kedua, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu
II yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan partai
politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi
di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang bergabung
setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009, serta kalangan profesional.
Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan
dilantik sehari setelahnya.Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY mengumumkan pergantian Menteri
Keuangan. Pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBY mengumumkan perombakan Kabinet
Indonesia Bersatu II, beberapa wajah baru masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya
bergeser jabatan di dalam kabinet.
3. Menganut konsep Trias Politika
Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut diberbagai
negara di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di suatu negara tidak boleh
dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga
negara yang berbeda.
Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3
lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk membuat
undang-undang; Eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan undang-undang; dan Yudikatif
adalah lembaga yang mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara keseluruhan,
menginterpretasikan undang-undang jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga
ataupun perseorangan manapun yang melanggar undang-undang.
Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan
jalannya pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh satu
lembaga, dan akan memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi, saling
mengimbangi). Kendatipun demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak selamanya
serupa, mulus atau tanpa halangan.
Konsep Trias Politika (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) pada masa pemerintahan SBY
mengalami perubahan progresif, dimana konsep tersebut berusaha menempatkan posisinya
berdasarkan prinsip structural Sistem Politik Indonesia, yakni berdasarkan kedaulatan rakyat.
Pada masa pemerintahan SBY, hal tersebut benar-benar terimplementasikan, dimana rakyat bisa
memilih secara langsung calon wakil rakyat melalui Pemilu untuk memilih anggota dewan
legislaif, dan Pilpres untuk pemilihan elit eksekutif, sekalipun untuk elit yudikatif, pemilihannya
masih dilakukan oleh DPR dengan pertimbangan presiden.
4. Sistem Kepartaian
Di Indonesia sendiri, selama masa pemerintahan SBY di tahun 2004-2009, sistem
kepartaian mengalami perubahan yang signifikan, dimana partai politik bebas untuk didirikan
asalkan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku, serta tidak menyimpang dari
hakikat pancasila secara universal. Masyarakat Indonesia pun dapat memilih calon wakil rakyat
pilihan mereka secara langsung, hal tersebut tentu menunjukan apresiasi negara terhadap hak
dasar bangsa secara universal dalam konteks pembentukan negara yang demokratis.
5. Politik Pencitraan
Politik pencitraan merupakan salah satu senjata ampuh yang digunakan para pemimpin
negara untuk mengambil hati rakyatnya. Pola politik pencitraan tentu digunakan oleh hampir
semua pemimpin negara di dunia, termasuk Presiden SBY. Selaku pemimpin negara, ia tentu
harus membentuk citra dirinya sebaik mungkin demi menjaga imej baiknya di mata masyarakat
Indonesia. Dalam melakukan politik pencitraan tersebut, Presiden SBY melakukanya dengan
beberapa hal, yang terbagi dalam konteks internal dan konteks eksternal.
Dalam konteks internal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan menggunakan kapabilitas
internalnya, yakni dengan kapabilitas retorika atau kemampuan berbicara di depan umum. Dari
lima jenis retorika yang dikemukakan Aristoteles, Presiden SBY dinilai mengimplementasikan
Retorika tipe Elucotio, dimana pembicara memilih kata-kata dan bahasa yang tepat sebagai alat
pengemas pesanya ketika berbicara di depan umum. Selain hal tersebut, konteks internal disini
berkaitan dengan sikap bijak, kalem, dan legowo yang ditunjukan Presiden SBY kepada
masyarakat, dimana hal tersebut tentunya dapat berimplikasi terhadap penarikat rasa simpatik
masyarakat itu sendiri.
Dalam konteks eksternal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan beragam aspek, salah
satunya adalah kampanye, dan introduksi prestasi positif SBY selama memerintah Indonesia. Hal
tersebut tentu dapat memicu ketertarikan rakyat Indonesia akan keberhasilan SBY dan menjadi
simpatik atasnya.
6. Politik Luar Negeri
SBY berusaha memantapkan politik luar negeri Indonesia dengan cara meningkatkan
kerjasama internasional dan meningkatkan kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka
memperjuangkan kepentingan nasional. Baru-baru ini Indonesia berani mengambil sikap sebagai
satu-satunya negara anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang bersikap abstain ketika
semua negara lainnya memberikan dukungan untuk memberi sanksi pada Iran.
SBY telah berhasil mengubah citra Indonesia dan menarik investasi asing dengan
menjalin berbagai kerjasama dengan banyak negara pada masa pemerintahannya, antara lain
dengan Jepang. Perubahan-perubahan global pun dijadikannya sebagai peluang. Politik luar
negeri Indonesia di masa pemerintahan SBY diumpamakan dengan istilah ‘mengarungi lautan
bergelombang’, bahkan ‘menjembatani dua karang’. Hal tersebut dapat dilihat dengan berbagai
insiatif Indonesia untuk menjembatani pihak-pihak yang sedang bermasalah.
Ciri politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan SBY, yaitu :
a) Terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan negara-negara lain (Jepang, China, India,
dll).
b) Terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia terhadap perubahan-perubahan domestik dan
perubahan-perubahan yang terjadi di luar negeri (internasional).
c) Bersifat pragmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba menjalin hubungan dengan
siapa saja (baik negara, organisasi internasional, ataupun perusahaan multinasional) yang
bersedia membantu Indonesia dan menguntungkan pihak Indonesia.
d) Konsep TRUST, yaitu membangun kepercayaan terhadap dunia Internasional. Prinsip-prinsip
dalam konsep TRUST adalah unity, harmony, security, leadership, prosperity. Prinsip-
prinsip dalam konsep TRUST inilah yang menjadi sasaran politik luar negeri Indonesia di tahun
2008 dan selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terjadi banyak kemajuan
di berbagai bidang. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi dan kebebasan berpendapat. Namun,
terdapat beberapa kemunduran juga. Kita tidak dapat melihat kesuksesan suatu pemerintahan
hanya dengan satu pandangan. Kita harus memandang dari berbagai sisi. Jika dibandingkan
dengan pemerintahan pada masa Orde Baru, memang dalam beberapa bidang terlihat
kemunduran. Tetapi bisa saja hal ini dikarenakan pada masa Orde Baru kebebasan pers dikekang
sehingga bagian buruk pada Orde Baru tidak terlihat. Di masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono, musyawarah mufakat diutamakan. Sehingga pengambilan kebijakan terkesan
lambat. Meski begitu, musyawarah mufakat ini dilakukan untuk kepentingan bersama. Sehingga
dapat dikatakan, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono telah cukup berkembang
dibandingkan masa-masa sebelumnya dalam hal demokrasi.
B. Saran
Kami menyarankan agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat kecil.
Karena dari pengamatan kami, rakyat kecil kurang diperhatikan pemerintah. Meski laju
perekonomian Indonesia berkembang pesat, namun perkembangan itu hanya menguntungkan
golongan menengah keatas dan merugikan rakyat kecil sehingga kesenjangan sosial semakin
membentang lebar.
Kami juga menyarankan bagi segenap masyarakat Indonesia untuk turut berpartisipasi
dalam pemerintahan dengan memberikan masukan, kritikan, dan dukungan.