Anda di halaman 1dari 15

Created By :

Mada Hatami
Muhammad Jihad N.A
Nurhadi Prayogi
Raymon Arsanto
Petrus Bintang
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapka puji syukur ke hadirat Allah SWT, tuhan
semesta alam, kami telah dapat menyelesaikan makalah ini. Seiring dengan
tujuan kami untuk menyelesaikan tugas pkn yg memiliki tujuan untuk
mengetahui sejarah pemerintahan Indonesia.
Buku ini berisikan ringkasan tentang materi sejarah perkembangan
pemerintahan Indonesia dari masa kepemimpinan B.J Habibie sampai
sekarang. Uraian materi yang di berikan mengacu pada tujuan pembelajaran
dari standar kompetensi yang berlaku saat ini.
Materi disajikan dalam bahasa yang tepat, singkat ,tepat, lugas,
dan jelas. Perlu di ingatkan kembali tujuan Materi ini untuk mengingatkan
kembali sejarah masa pemerintahan bangsa Indonesia yang di pelajari
dalam sekolah.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siswa dan
siswi dalam penggunaan belajar dan hasilnya dapat di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sekian dari kami pembuat makalah ini di mohon
untuk kritik dan saran yg membangun untuk kami. jangan pernah
melupakan sejarah
Terimakasih.

Kelompok 5
1.1 Latar Belakang
Berawal dari dampak krisis ekonomi di tahun 1997 yang melanda
Kawasan Asia dan berdampak sangat luas bagi perekonomian di Indonesia. Nilai
tukar rupiah yang merosot tajam pada bulan Juli 1997, membuat rupiah semakin
terpuruk. Sebagai dampaknya hampir semua perusahaan modern di Indonesia
bangkrut, yang diikuti PHK pekerja-pekerjanya, sehingga angka pengangguran
menjadi meningkat.
Krisis ini juga berimbas langsung pada sektor moneter, terutama
melalui penutupan beberapa bank yang mengalami kredit bermasalah dan krisis
likuiditas, sehingga perbankan nasional menjadi berantakan. Hal inilah yang
memunculkan krisis kepercayaan dari investor, serta pelarian modal ke luar
negeri.
Didorong oleh kondisi yang makin parah, pada bulan Oktober 1997
pemerintah meminta bantuan IMF (International Monetary Fund) untuk
memperkuat sektor finansial, pengetatan kebijakan viskal dan penyesuaian
struktural perbankan. Akan tetapi, pengaruh bantuan IMF sangatlah kecil dalam
membantu krisis di Indonesia. Beberapa kebijakan seperti kebijakan fiskal dan
kebijakan likuidasi. Kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk mengatasi krisis yang
dilakukan oleh pemerintah ternyata tidak mampu memulihkan perekonomian,
dimana harga-harga bahan kebutuhan pokok tetap mengalami peningkatan.


Pada tanggal 18 Mei 1998 sampai 22 Mei 1998 ribuan mahasiswa
menduduki Gedung DPR/MPR dengan tuntutan mengadakan Sidang Istimewa
dengan agenda mengganti Soeharto. Upaya Presiden Soeharto untuk meredam
tuntutan mahasiswa dan masyarakat adalah dengan membentuk Komite
Reformasi.
Pada pagi harinya, tanggal 21 Mei 1998 di Istana Merdeka Jakarta,
Presiden Soeharto menyatakan dirinya berhenti dari jabatan Presiden RI,
lewat pidatonya dihadapan wartawan dalam dan luar negeri.
Usai Presiden Soeharto mengucapkan pidatonya, Wapres B.J. Habibie
langsung diangkat sumpahnya menjadi Presiden RI ketiga dihadapan Pimpinan
Mahkamah Agung, yang disaksikan oleh Ketua DPR dan Wakil-Wakil Ketua DPR.
Teriakan-teriakan kemenangan atas peristiwa bersejarah itu disambut dengan
haru-biru para mahasiswa di Gedung DPR/MPR.
17 bulan kemudian isu pertama menunjukkan perkembangan positif.
Isu ke dua mengarah pada pengurangan peranan militer di bidang politik. Isu
ketiga terselesaikan dalam konteks Timor-Timur namun tidak pada daerah lain,
isu ke empat belum terselesaikan dan isu kelima tetap tidak terpecahkan.

1.2 Kebijakan-Kebijakan Pada Masa Pemerintahan B.J. Habibie di Era
Reformasi

Setelah Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998, maka pada pagi itu juga,
Wakil Presiden B.J. Habibie dilantik dihadapan pimpinan Mahkamah
Agung menjadi Presiden Republik Indonesia ketiga di Istana Negara. Dengan
berhentinya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, maka sejak saat itu
Kabinet Pembangunan VII dinyatakan demisioner (tidak aktif).

Kebijakan-kebijakan pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie

Pada bidang politik
Ada berbagai langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan pada masa
pemerintahan Presiden B.J. Habibie setelah terbentuknya Kabinet Reformasi
Pembangunan. Kebijakan politik yang diambil yaitu: dengan dibebaskannya
para tahanan politik pada masa Orde Baru, peningkatan kebebasan pers,
pembentukan parpol dan percepatan Pemilu dari tahun 2003 ke tahun 1999,
penyelesaian masalah Tomor-Timur, pengusutan kekayaan Soeharto dan
kroni-kroninya, pemberian gelar Pahlawan Reformasi bagi korban Trisakti.

Pada Bidang Ekonomi
Di dalam pemulihan ekonomi, secara signifikan pemerintah berhasil
menekan laju inflasi dan gejolak moneter dibanding saat awal terjadinya
krisis. Namun langkah dalam kebijakan ekonomi belum sepenuhnya
menggembirakan karena dianggap tidak mjempunyai kebijakan yang kongkrit
dan sistematis seperti sektor riil belum pulih. Di sisi lain, banyaknya kasus
penyelewengan dana negara dan bantuan luar negeri membuat Indonesia
kehilangan momentum pemulihan ekonomi. Pada tanggal 21 Agustus 1998
pemerintah membekukan operasional Bank Umum Nasional, Bank Modern,
dan Bank Dagang Nasional Indonesia.

Pada Bidang Manajemen Internal ABRI
Pada masa transisi di bawah Presiden B.J. Habibie, banyak perubahan-
perubahan penting terjadi dalam tubuh ABRI, terutama dalam tataran
konsep dan organisatornya. Pertimbangan mendasar yang melatarbelakangi
keputusan politik dan akademis reformasi internal TNI, antara lain:
- Prediksi tantangan TNI ke depan di abad XXI begitu besar, komplek dan
multidimensional, atas dasar itu TNI harus segera menyesuaikan diri.
- TNI senantiasa harus mau dan mampu mendengar serta merespon aspirasi
rakyat.
- TNI mengakui secara jujur, jernih dan objektif, sebagai komponen bangsa
yang lainnya, bahwa di masa lalu ada kekurangan dan distorsi sebagai
konsekuensi logis dari format politik Orba
Pada tanggal 20 Oktober 1999, MPR berhasil memilih Presiden
Republik Indonesia yang ke-4 yaitu KH. Abdurrahman Wahid dengan
wakilnya Megawati Soekarnoputri. Pada masa pemerintahan Gus Dur, ada
beberapa persoalan yang dihadapi yang merupakan warisan dari
pemerintahan Orde Baru yaitu :

1) Masalah praktik KKN yang belum terselesaikan
2) Pemulihan ekonomi
3) Masalah BPPN
4) Kinerja BUMN
5) Pengendalian Inflasi
6) Mempertahankan kurs rupiah
7) Masalah jejaring pengamanan sosial ( JPS)
8) Masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama
9) Penegakan hukum dan penegakan Hak asasi manusia (HAM)
Pembaharuan yang dilakukan pada masa Pemerintahan Gus Dur adalah :
1) Membentuk Kabinet Kerja
2) Bidang Ekonomi
3) Bidang Budaya dan Sosial

Disamping pembaharuan-pembaharuan di atas, Gus Dur juga
mengeluarkan berbagai kebijakan yang dinilai Kontroversial dengan MPR dan
DPR, yang dianggap berjalan sendiri, tanpa mau menaati aturan
ketatanegaraan, melainkan diselesaikan sendiri berdasarkan pendapat kerabat
dekatnya, bukan menurut aturan konstitusi negara. Kebijakan-kebijakan yang
menimbulkan kontroversial dari berbagai kalangan yaitu :

1) Pencopotan Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi yang dianggap Orde Baru.
2) Pencopotan Kapuspen Hankam Mayjen TNI Sudradjat, yangdilatarbelakangi
oleh adanya pernyataan bahwa Presiden bukan merupakan Panglima Tinggi.
3) Pencopotan Wiranto sebagai Menkopolkam, yang dilatarbelakangi oleh
hubungan yang tidak harmonis dengan Gus Dur.
4) Mengeluarkan pengumuman tentang menteri Kabinet Pembangunan Nasional
yang terlibat KKN sehingga mempengaruhi kinerja kabinet menjadi merosot.
5) Gus Dur menyetujui nama Irian Jaya berubah menjadi Papua dan
Mengizinkan pengibaran bendera Bintang Kejora.

Puncak jatuhnya Gus dur dari kursi kepresidenan ditandai oleh adanya
Skandal Brunei Gate dan Bulog Gate yang menyebabkan ia terlibat dalam kasus
korupsi, maka pada tanggal 1 Februari 2006 DPR-RI mengeluarkan
memorandum yang pertama sedangkan memorandum yang kedua dikeluarkan
pada tanggal 30 Aril 2001. Gus Dur menanggapi memorandum tersebut dengan
mengeluarkan maklumat atau yang biasa disebut Dekrit Presiden yang berisi
antara lain :

1) Membekukan MPR / DPR-RI
2) Mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat dan mengambil tindakan serta
menyusun badan yang diperlukan untuk pemilu dalam waktu satu tahun.
3) Membubarkan Partai Golkar karena dianggap warisan orde baru

Dalam kenyataan, Dekrit tersebut tidk dapat dilaksanakan karena
dianggap bertentangan dengan konstitusi dan tidak memiliki kekuaran hokum,
maka MPR segera mengadakan Sidang Istimewa pada tanggal 23 Juli 2001 dan
Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai Presiden RI menggantikan Gus Dur
berdasarkan Tap MPR No. 3 tahun 2001 dengan wakilnya Hamzah Haz.
Megawati dilantik menjadi presiden republik indonesia pada tanggal 23 juli
2001. pada masa pemerintahannya banyak persoalan yang harus dihadapi. Salah
satu masalah yang amat penting adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum
kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan itu antara lain :
1. Era kepemimpinan soeharto telah mewarisi utang luar negri (pemerintah dan
swasta) sebesar US$150,80 MILIAR. Kebijakan megawati dalam mengatasi
masalah ini adalah meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$5,8
miliar pada pertemuan paris club ke-3 tanggal 12 april 2002. pada tahun
2003, pemerintah mengakolasikan pembayaran utang luar negri sebesar
Rp116,3 triliun. Melalui kebijakannya tersebut utang luar negri indonesia
berkurang menjadi US$134.66 miliar. Salah satu keputusan megawati yang
sangat penting pula adalah indonesia mengakhiri kerjasamanya dengan IMF.
2. krisis ekonomi yang melanda indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan
kemerosotan pendapatan perkapita. Pada tahun 1997 pendapatan perkapita
indonesia tinggal US$465. melalui kebijakan pemulihan keamanan situasi
indonesia menjadi tenang. Presiden megawati berhasil menaikan pendapatan
perkapita cukup signifikan yaitu sekitar US$930.

3. ketenangan megawati disambut oleh pasar, tak sampai sebulan dilantik
kurs melonjak ke Rp 8500 per dollar AS. Indeks harga saham
gabungan (IHSG) juga terus membaik hingga melejit ke angka 800.
4. dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan menekan nilai inflasi, presiden megawati menempuh langkah yang
sangat kontroversi, yaitu melakukan privatisasi terhadap BUMN.
Pemerintah menjual indosat pada tahun 2003. hasil penjualan itu
berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1% dan
inflansi hanya 5,06%. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara
didalam periode krisis. Tujuannya adalah melindungi perusahaan
negara dari interversi kekuatan-kekuatan politik dan melunasi
pembayaran utang luar negri.
5. memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun 2002 nilai ekspor mencapai
US$57,158 miliar dan import tercatat US$31,229 miliar. Pada tahun
2003 ekspor juga menanjak keangka US$61,02 miliar dan import
meningkat keangka US$32,39 miliar.
6. kebijakan presiden megawati untuk melakukan pemberantasan korupsi
dengan merealisasikan berdirinya komisi pemberantas korusi (KPK).
Sekalipun telah didirikan KPK karena tidak ada gebrakan konkrit yang
menonjol. Peringkat RI sebagai negara terkorup tetap memburuk. Pada
tahun 2002, dari 102 negara indonesia menduduki peringkat ke-4. pada
tahun 2003 indonesia menempati peringkat ke-6 dari 133 negara
pengangkatan jaksa Agung M.A Rachman tidak memberikan arti penegakan
hukum yang sangat signifikan. Tanpa ada retorika tegas tentang penegakan
korupsi.
Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dapatdibagi menjadi dua
masa, yaitu masa pemerintahan SBY-JK dan SBY-Boediono. Pemerintahan SBY-
Jk berlangsung pada tahun2004-2009. Pemerintahan SBY-Boediono 2009-
sampai sekarang.
Pada tanggal 20 Oktober 2004, Susilo Bambang Yudhoyono dilantik
menjadi Presiden RI yang ke-6. Ia merupakan calon dari Partai Demokrat.
Adapun perubahan dan pembaharuan yang dilakukan adalah :

1) Bidang Ekonomi
a) Untuk menutup hutang Paris Club sebesar US$ 136,6 milyar, Susilo
Bambang Yudhoyono mengeluarkan kebijakan yang berupa menambah
hutang ke CGI sebesar US$ 3,4 milyar.
b) Peningkatan ekspor yang naik mencapai 15,08 persen.
c) Pada tanggal 19 Desember 2004 menaikkan harga-harga BBM mewah
yang dialokasikan untuk dana pendidikan dan menutup hutang luar negeri.

d) Melanjutkan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan Megawati dan
berhasil menekan inflasi sebesar 0,56 %.
e) Meningkatkan harga indeks saham gabungan.
f) Mengandalkan pembangunan infrastruktur missal untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji
memperbaiki iklim investasi.
g) Meningkatkan kampanye antikorupsi, mengeluarkan Keppres percepatan
penindakan korupsi, dan melakukan tindakan konkret.

2) Bidang Politik
a) Memantapkan penghapusan dwi fungsi ABRI
b) Ratusan pejabat yang melakukan korupsi ditahan di Nusa Kambangan
c) Susilo Bambang Yudhoyono memperpanjang darurat sipil dan
mengadakan perundingan dengan tokoh GAM di Helsinki dengan
perantara Crisis Management Initiative pimpinan Martti Ahtisari.

Persoalan yang dihadapi pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono adalah munculnya berbagai bencana alam, seperti Tsunami di Aceh,
Gempa di Yogyakarta, dan banjir yang terjadi di pulau Jawa maupun di luar
Jawa. Di samping itu, juga munculnya gerakan-gerakan sosial seperti GAM,
RMS, dan pertikaian antarkelompok agama.

Anda mungkin juga menyukai