Anda di halaman 1dari 12

DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 SETELAH MASA

REFORMASI
Disusun oleh:

1. Hogie Dwi Putri Natalis (08040322094)


2. Salsabila Nazhifah Raharjo (08020322073)
3. Ellena Manaby Yullyana (08030322084)

ABSTRAK

Penyebab utama runtuhnya rezim Orde Baru bisa dikatakan ialah krisis moneter
yang telah terjadi di Kawasan Asia yang menyebar dari Thailand, hingga sampai di
Indonesia di tahun 1997. Situasi di Indonesia semakin memburuk sejak tahun tersebut.
Banyak persoalan yang berujung pada reformasi di Era Orde Baru, terutama yang
berkaitan dengan tidak adanya keadilan di political, economic, and legal fields di
Indonesia pada saat itu. Pada sidang tahunan dan siding umum MPR1. Perbedaan juga
dapat dilihat dalam struktur organisasi negara. Segala sesuatu yang berkaitann dengan
Struktur Organisasi Negara Kesatuan republic Indonesia bisa disebut juga Sistem
ketatanegaraan, khususnya dalam hal komposisi dan kedudukan lembaga negara, yang
fungsi dan kewenangannya saling terkait menurut UUD 1945.

Kata Kunci: UUD 1945, Setelah Masa Reformasi

A. LATAR BELAKANG

Presiden Soeharto dituntut mundur oleh rakyat pada sejak tanggal 13 Mei
1998, dan di esok harinya yaitu 14 Mei 1998 terjadi kerusuhan di beberapa tempat,
yaitu di Jakarta dan di Surakarta. Lalu, di tanggal 15 mei 1998, presiden Soeharto
Kembali menghadiri KTT G-15 di Kairo. Hal ini jelas dipengaruhi oleh kurs rupiah
yang sempat merosot hingga 185%, dari Rp 5.400/US$ pada akhir 1997 hingga
menyentuh Rp 15.400/US$ pada 23 Januari 1998.2
1
‘Sejarah Perumusan UUD 1945 - Latar Belakang Dan Masa Perubahan - Sejarah Lengkap.Html’.
2
‘Rupiah-Ambruk-Terus-Bakal-Seperti-Krismon-1998.Htm’.
Dan akhirnya, pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto membuka pintu
kepemimpinan untuk B. J. Habibie. Tujuannya adalah untuk menciptakan kehidupan
Indonesia yang lebih baik di bidang politik, ekonomi, hukum, dan social.

B. LATAR BELAKANG LAHIRNYA ERA REFORMASI

Faktor utama yang menyebabkan runtuhnya Pemerintahan Orde Baru adalah


krisis keuangan Asia, yang dimulai di Thailand dan menyebar ke Malaysia, Korea
Selatan, dan Indonesia. Sejak 1997, perekonomian Indonesia terus menurun. Asia
sedang mengalami krisis keuangan yang semakin parah. Sementara ketidakpuasan
publik meningkat, gerakan anti-KKN dan prevalensi KKN tumbuh. Ketidaksetaraan
ekstrim adalah akar penyebab social and economic unrest. Demonstrasi oleh siswa.
Permintaan utama para demonstran adalah untuk mencapai perubahan yang jauh dan
peningkatan ekonomi yang saat itu tidak menguntungkan. Selain itu, kinerja dan
prestasi Suharto yang menurun dikaitkan dengan kesehatannya yang memburuk.

Jakarta menyaksikan demonstrasi besar-besaran pada tahun 1998 pada


tanggal 12 Mei. Empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas dalam konfrontasi
dengan petugas keamanan selama insiden Trisakti. Empat mahasiswa yang tewas
dalam insiden tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Hendriawan, Hery Hariyanto,
dan Hafidin Royan. Nama mereka tercantum di bawah ini. Presiden Soeharto
menanggapi dengan berjanji untuk mengubah Kabinet Pembangunan VII menjadi
Kabinet Reformasi. Selain itu, ia akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas
menegakkan undang-undang anti monopoli dan anti korupsi serta undang-undang
pemilu, undang-undang komposisi MPR, undang-undang partai, dan undang-undang
DPR dan DPRD. Namun, 14 Menteri menolak untuk bergabung dengan Komite
Reformasi, sehingga tidak terbentuk selama pembentukannya. Selain itu, penolakan
ini adalah salah satu alasan Presiden Soeharto mengundurkan diri..3

Keberhasilan pemerintah di era orde baru dalam pelaksaannya di bidang


pembangunan ekonomi juga harus dilihat sebagai kemenangan besar untuk rakyat
Indonesia seiring dengan peningkatan sarana prasarana fisik yang bisa dinikmati
Sebagian besar masyarakyat pada masa itu. Tetapi, capaian ekonomi juga

3
Josep J. Darmawan and Raymundus Rikang R.W., ‘Narasi Dramatis Berita Tragedi Trisakti 1998’, Jurnal
ILMU KOMUNIKASI, 11.1 (2014) <https://doi.org/10.24002/jik.v11i1.382>.
infrastruktur orde baru tidak sebanding dengan perkembangan mental para pejabat
pemerintah, pelaku ekonomi, dan apparat keamanan. Korupsi, Kolusi, dan
nepotisme (KKN) telah mencapai proporsi epidemi pada pertengahan 1997 (untuk
penguasa, pejabat, dan otoritas).

Banyak masalah yang mendorong reformasi selama era orde baru terkait
dengan tidak adilnya bidang ekonomi, politik, dan hukum yang ada. Ketentuan orde
baru 1966 dimaksudkan untuk secara ketat dan konsisten melaksanakan UUD 1945,
dan juga Pancasila di dalam tatanan hidup social, berbangsa, dan bernegara.

Setelah Orde Baru menguasai pemerintah, ada keinginan untuk


mempertahankan kekuasaan atau status quo. Hal ini mengakibatkan sikap yang
semakin bermusuhan terhadap orang Texas awal Orde Baru. Akhirnya, ada banyak
penyimpangan dan inkonsistensi dalam nilai-nilai dan peraturan Pancasila dalam
UUD 1945 seperti yang diterapkan oleh pemerintahan pada saat itu. Beberapa faktor
yang berkontribusi terhadap kebangkitan reformasi adalah sebagai berikut.

1. Krisis Politik

Salah satu contoh faktor yang berkontribusi terhadap kematian


Kepemimpinan Soeharto adalah politics structure yang lumpuh dan lemah yang
berkembang selama tiga puluh tahun berkuasa. Masalah politik juga akan
muncul dalam demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan baik. Kedaulatan
rakyat tampaknya berada di tangan satu kelompok, apalagi pemerintah. Menurut
Pasal 2 UUD 1945, "kedaulatan berada di tangan rakyat dan sepenuhnya
disadari oleh MPR.". Sungguh, MPR sebagai wakil rakyat menjalankan
kedaulatan rakyat secara de jure (sah), tetapi secara de facto anggota MPR telah
terstrukturdan di rekayasa, hingga Sebagian besar anggotanya dicalonkan
dengan cara nepotisme.

Kondisi ini merongrong kepercayaan terhadap lembaga pemerintah,


termasuk DPR dan MPR. Munculnya gerakan reformasi adalah karena
ketidakpercayaan ini. Gerakan reformasi menuntut lima paket reformasi hukum
politik yang dianggap sebagai penyebab tidak adanya keadilan, antara lain:

a) UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilu


b) UU No. 2 Tahun 1985 tentang susunan, departemen, tugas dan wewenang
DPR/MPR
c) UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Kelompok Kerja
d) UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum
e) UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas4

Pembangunan ekonomi dan Pembangunan Nasional dipandang


memperburuk disparitas ekonomi. Monopoli sumber daya ekonomi yang
dipegang oleh satu kelompok, konglomerat, tidak dapat mengakhiri kemiskinan
bagi sebagian besar Orang Indonesia. Menyusul peristiwa 27 Juli 1996, kondisi
negara dan politik negara itu memburuk. Peristiwa ini terjadi akibat konflik
internal Partai Demokrasi Indonesia (PDI).5

Krisis politik menjadi faktor yang memicu gerakan reformasi tidak hanya
seputar topik konflik, tetapi juga dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan
pemerintah. Orang-orang dalam politik merasa bahwa pemerintah memberikan
tekanan besar pada oposisi, sebagaimana dibuktikan oleh tindakan kekerasan
terhadap individu atau kelompok yang menentang atau mengkritik kebijakan
pemerintah. Selanjutnya, masyarakat meminta agar masa jabatan presiden
diperbaiki.

Ketegangan politik menjelang pemilu 1997 memicu kekacauan


tambahan, terutama perselisihan agama dan suku. Kerusuhan di Banjarmasin
pada penutupan kampanye pemilu 1997 merenggut banyak nyawa. Golkar
memenangkan pemilu dengan suara mayoritas. Soeharto kembali dicalonkan
sebagai presiden di Majelis Umum MPR 1998-2003 sebagai hasil dari
kemenangan mutlak Golkar. Sementara di masyarakat yang digerakkan oleh
mahasiswa, arus yang kuat muncul melawan terpilihnya kembali Soeharto
sebagai Presiden.

Soeharto terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia oleh MPR pada


siding umum pada 8 Maret 1998, dan BJ Habibie adalah Wakil Presiden.
Mahasiswa dan intelektual sama-sama menekan kepemimpinan Presiden
4
‘Kemukakan Lima Paket Undang-Undang Politik Yang Dianggap Menjadi Sumber Ketidakadilan - Mas
Dayat.Html’.
5
‘Perekonomian Indonesia_Zulkifli A.Ika.Pdf’.
Soeharto. Kemudian ada demonstrasi mahasiswa besar yang diarahkan ke DPR /
MPR sebagai simbol wakil rakyat. Pimpinan DPR terpaksa menolak permintaan
para pengunjuk rasa sebagai akibat dari demonstrasi ini. Pada tanggal 20 Mei
1998, pimpinan DPR mengumumkan peringatan untuk melakukan SI (sidang
khusus) MPR jika Soeharto tidak segera mundur, berdasarkan kesepakatan
pembicaraan dengan perwakilan masyarakat massa di daerah. Untuk
menghindari ancaman, Ketua MPR Hermoko mengumumkan kebuntuan,
mengatakan bahwa jika presiden tidak mengumumkan pengunduran dirinya
pada hari Jumat, 22 Mei 1998, pimpinan DPR/MPR akan mengatur konferensi
dengan semua faksi. DPR mengeluarkan teguran pada hari yang sama
dijadwalkan untuk membahas agenda pelaksanaan NPR pada hari Senin, 25 Mei
1998. Soeharto mengumumkan kepergiannya dari kursi kepresidenan pada 21
Mei 1998, di Istana Negara.6

2. Krisis Hukum

Sejak munculnya gerakan reformasi yang dipimpin oleh mahasiswa, ada


banyak ketidakadilan dalam implementasi hukum selama era Orde Baru itu
sendiri. Saat itu, mahasiswa juga tertarik dengan masalah hukum. Reformasi
hukum diinginkan oleh individu untuk memposisikan sistem hukum dengan
tepat.

Adalah mungkin untuk menegaskan bahwa telah terjadi krisis hukum


selama pemerintahan Soeharto. Krisis terjadi sebagai akibat dari berbagai
ketidakadilan dalam penegakan hukum selama era Orde Baru. seperti kekuasaan
kehakiman putusan, yang diuraikan dalam Pasal 24 UUD 1945 dan berbeda dari
kekuasaan pemerintah eksekutif. Tetapi pada saat itu, pemerintahan eksekutif
hakim menggunakan kekuasaan kehakiman untuk membenarkan kebijakan dan
tindakan pemerintah, dan proses peradilan sering dimanipulasi jika penguasa,
anggota keluarga, atau pejabat negara terlibat.7.

3. Krisis Ekonomi

6
‘8 Maret 1998, Saat Soeharto Bersedia Menjadi Presiden (Lagi)....Html’.
7
‘Krisis_Hukum_Pada_Masa_Orde_Baru.Docx’.
Ekspansi ekonomi Indonesia secara signifikan dipengaruhi oleh krisis
moneter yang telah menimpa negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996.
Krisis keuangan global tidak berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Krisis
ekonomi, yang dimulai dengan depresiasi rupiah sehubungan dengan dolar AS,
terutama berdampak pada Indonesia, dari semua negara Asia yang
mengalaminya. Semuanya dimulai pada Oktober 1997, ketika nilai mata uang
Asia Tenggara mulai memburuk. Guncangan ini memaksa Indonesia untuk
mencari bantuan IMF. Bulan ini, Bursa Saham Asia mengguncang sekali lagi,
dan bunga bank meningkat sebesar 300%. IMF mengeluarkan paket bantuan
darurat senilai $ 40 Juta Untuk Indonesia. Rupiah turun dengan cepat menjadi
10.000 per dolar AS pada Januari 1998.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun nol ketika nilai rupiah turun,
yang menyebabkan iklim bisnis memburuk. Pada akhir tahun 1997, situasi
keuangan Indonesia telah terkena dampak negatif dari pembubaran beberapa
bank. Badan pemulihan perbankan nasional didirikan oleh pemerintah untuk
membantu bank-bank bermasalah secara finansial (klbi). Ketidakmampuan
untuk membayar kembali pinjaman dari bank-bank yang berjuang membuat
upaya pemerintah tampak sia-sia.
Selama kediktatoran Orde Baru, Soeharto memfokuskan sebagian besar
pengaruhnya pada ekonomi karena ia percaya bahwa pemerintahan yang stabil
harus dibangun di atas ekonomi yang stabil dan berkembang. Hal ini berbeda
dengan Sistem Orde Lama, yang memprioritaskan pembangunan nasional dan
memegang keyakinan bahwa keberhasilan ekonomi akan mengikuti kesuksesan
politik. Selain itu, sistem ekonomi Soeharto menciptakan masalah besar yang
pada akhirnya menyebabkan kematian pemimpin dan nasib bangsa, yang tidak
dapat dicegah oleh Soeharto; ada inflasi.
Inflasi ini menimbulkan krisis moneter, yang tidak hanya mengganggu
tetapi juga merusak keuangan negara. Krisis moneter berdampak pada kegiatan
ekonomi lainnya sejak tahun fiskal 1998/1999 dimulai. Pada akhir tahun 1997,
Jumlah sembilan produk makanan di pasaran mulai berkurang, yang
menyebabkan situasi ekonomi saat ini. Hasilnya adalah peningkatan biaya
produk. informasi mengenai minuman dan makanan. Meskipun Indonesia
menandatangani Perjanjian 50 poin (letter Of intent atau LOL) dengan IMF pada
tanggal 15 Januari 1998, pemerintah mengantisipasi bahwa IMF akan
dibubarkan untuk mengatasi masalah keuangan.
Unsur lain yang berkontribusi terhadap dilema ekonomi Indonesia adalah
perjuangan negara dengan utang luar negeri. ULN Indonesia salah satu
penyebab terjadinya krisis ekonomi adalah ULN Indonesia. Namun, Utang Luar
Negeri Indonesia terdiri dari utang publik dan swasta. Utang adalah tanggung
jawab negara hingga 63,462 miliar dolar AS hingga 6 Februari 1998, dan utang
swasta hingga 73,962 miliar dolar AS. Kepercayaan asing di Indonesia telah
terkikis sebagai akibat dari utang ini. Masalah ini juga dipengaruhi oleh keadaan
perbankan Indonesia yang dianggap tidak sehat akibat kerja sama dan korupsi,
serta tingginya persentase kredit macet.

Dengan mengabaikan situasi aktual Rakyat, Pemerintah Orde Baru


melanggar Pasal 33 UUD 1945 dalam upaya mengubah Negara Republik
Indonesia menjadi negara industri. Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang
rendah bagi masyarakat agraris. Namun demikian, sistem ekonomi Orde Baru
berbeda secara signifikan dari Sistem Ekonomi Pancasila. Landasan demokrasi
ekonomi adalah, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 33 UUD 1945, bahwa
produksi dilakukan oleh semua untuk semua yang diperintah atau dimiliki oleh
rakyat. Sistem ekonomi kapitalis, berbeda dengan orde baru, didominasi oleh
konglomerat yang terlibat dalam berbagai monopoli, oligopoli, korupsi, dan
kolusi.

Pola pemerintahan terpusat sistem pemerintahan Orde Baru merupakan


salah satu sentralisasi. Dalam penerapan desain pemerintahan terpusat ini, semua
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara terpusat dari Pusat
Pemerintahan Kota Sukabumi. Manifestasi politik sentralisasi yang paling
terlihat adalah dalam domain ekonomi. Ini dibuktikan dengan banyaknya
kekayaan yang dibawa dari pedesaan ke pusat. Hal ini mengakibatkan
ketidakbahagiaan dengan pemerintah, provinsi, dan pemerintah pusat. Politik
sentralistik ini juga dapat dilihat dalam pola pemberitaan pers Jakarta-sentris,
karena berita Jakarta selalu menjadi berita utama. Kalaupun surat kabar daerah
melaporkan, peristiwa yang terjadi di tempat-tempat yang tidak ada
hubungannya dengan kepentingan pusat Biasanya tidak bisa menyamai berita
yang terjadi di Kota Sukabumi dalam menangkap ruang dan halaman.

4. Krisis Kepercayaan

Dengan berlanjutnya krisis hukum, politik, dan terutama ekonomi,


legitimasi pemerintah menurun, dan orang-orang mulai kehilangan kepercayaan.
Ketidakpercayaan publik telah menjadi penyakit kelembagaan,
memanifestasikan dirinya dalam berbagai fenomena kelembagaan, termasuk
korupsi dan kolaborasi antara pejabat pemerintah dan pengusaha, serta
ketidakpastian hukum. Menurut R. William Liddle, krisis moneter Indonesia
mempengaruhi banyak elemen kehidupan masyarakat. Akibatnya, pemerintah
Orde Baru kehilangan kredibilitasnya. Masyarakat, khususnya kaum intelektual
gerakan reformasi yang dipimpin oleh mahasiswa dan mahasiswa, bereaksi keras
terhadap skenario berbahaya ini. Di berbagai bagian negara, sejumlah
demonstrasi mahasiswa diadakan dengan dukungan dari anggota masyarakat
seperti pekerja, tokoh masyarakat, dan organisasi non-pemerintah (LSM). Dia
meminta pengunduran diri Presiden Soeharto dan mengakui bahwa Presiden
Soeharto harus disalahkan atas setiap masalah yang muncul di masa depan.

Protes oleh mahasiswa dipicu oleh pengumuman pemerintah pada 4 Mei


1998, tentang peningkatan biaya transportasi dan bahan bakar. Aksi mahasiswa
memuncak pada 12 Mei 1998, di Universitas Trisakti Jakarta. Aksi damai
mahasiswa ini berubah menjadi aksi unjuk rasa setelah penembakan empat
mahasiswa Trisakti. Kemalangan Trisakti mengejutkan dasar dan jaringan yang
bertentangan dengan strategi pemerintah yang tidak demokratis dan tidak
menyukai.

Soeharto kembali ke Indonesia, tetapi ada tekanan populer yang meluas


baginya untuk mengundurkan diri. Mahasiswa yang datang ke gedung
DPR/MPR untuk berdiskusi dengan pimpinan DPR / MPR akhirnya memilih
kebebasan dan tinggal di gedung perwakilan sebelum tuntutan reformasi total
tercapai. Di Jakarta, Presiden Soeharto bertemu dengan kelompok agama dan
masyarakat. Presiden kemudian mengumumkan pembentukan Dewan
Reformasi, membubarkan pemerintah, dengan cepat mengadakan pemilihan, dan
menolak mencalonkan diri untuk pemilihan ulang.

Selama pembentukannya, upaya untuk membentuk Dewan reformasi dan


mengganti kabinet gagal. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, pada 21 Mei
1998, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatannya
sebagai Presiden Republik Indonesia. Dia kemudian menyerahkan kursi
kepresidenan kepada Wakil Presiden B. J. Habibie, yang langsung diangkat
sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru di Istana Negara oleh
Mahkamah Agung. Reaksi rakyat terhadap pengalihan kekuasaan dari
pemerintah Soeharto ke B. J. Habibie bervariasi. Pada akhirnya, orde baru
sepenuhnya digantikan oleh tatanan Reformasi sejak saat itu.

C. AMANDEMEN UUD 1945 I, II, III, DAN IV

UUD 1945 telah diamandemen empat kali sejak 1999. Amandemen 1945
bertujuan untuk meningkatkan daripada mengubah konstitusi. Amandemen
UUD 1945 diadakan sesuai dengan beberapa aturan atau kesepakatan mendasar.
Ini termasuk tidak mengubah pembukaan UUD 1945, menegaskan sistem
pemerintahan presidensial, dan mempertahankan Republik Indonesia. Pasal ata
torso juga akan memuat penjelasan UUD 1945 yang memuat ketentuan
normatif. Karena mereka lebih diutamakan daripada pasal-pasal yang disepakati
oleh fraksi MPR, amandemen UUD 1945 juga dilaksanakan secara bertahap.
Perubahan pada artikel yang lebih sulit untuk mencapai konsensus mengikuti
proses perubahan ini.

1. Amandemen UUD 1945 pertama (Sidang Umum MPR 14-21 Oktober


1999). Diterapkan terhadap 9 pasal dari total 37 Pasal, yakni Pasal 5,
Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20, dan
Pasal 21.
2. Amandemen UUD 1945 kedua (Sidang Tahunan MPR 7-18 Agustus
2000). Meliputi 5 Bab dan 25 Pasal
3. Amandemen UUD 1945 ketiga ( Sidang Tahunan MPR 1-9 Noember
2001). Mencakup beberapa pasal dan bab mengenai Bentuk dan
Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR, Kepresidenan, Impeachment,
Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman, dan lainnya.
4. Amandemen UUD 1945 keempat (Sidang Tahunan MPR 1-11 Agustus
2002). Menyempurnakan penyesuaian untuk perubahan-perubahan
sebelumnya termasuk penghapusan atau penambahan pasal/bab.8

D. SISTEM KETATANEGARAAN NKRI SETELAH AMANDEMEN


Segala sesuatu yang terkait dengan struktur organisasi Republik
Indonesia, yang berkaitan dengan komposisi dan kedudukan lembaga negara,
menurut UUD 1945, fungsi dan kewenangannya saling terkait satu sama lain
adalah pengertian dari sistem ketatanegaraan Indonesia. Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, menurut UUD 1945, tidak menganut sistem
ketatanegaraan apapun, melainkan sistem ketatanegaraan yang berbeda
berdasarkan bangsa Indonesia itu sendiri. Organisasi Negara terdiri dari
lembaga-lembaga negara yang diuraikan dalam UUD 1945, baik sebelum
maupun sesudah revisi.
Pertama, MPR bukan lagi lembaga negara tertinggi setelah amandemen;
sebaliknya, MPR adalah Lembaga Negara tinggi dengan posisi yang sebanding
dengan DPR dan lembaga negara lainnya. Anggota DPR dan DPD membentuk
keanggotaan MPR setelah amandemen. Kemudian, sebagai hasil dari
amandemen yang dibuat oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi,
KY dibentuk, yang memiliki wewenang untuk menjunjung tinggi martabat dan
kemuliaan Hakim Agung. Kekuasaan kehakiman didasarkan pada konstitusi
1945.
Terakhir, hubungan DPR dengan presiden dapat dipecah menjadi tiga
kategori: anggaran, legislasi, dan pengawasan. Dalam praktiknya, DPR dan
MPR dapat meminta pemecatan presiden selama masa jabatannya jika
ditetapkan bahwa Presiden telah melakukan kejahatan seperti pemerasan,
pencucian uang, dan kejahatan berat lainnya. Namun, sebelum diajukan ke

8
‘Amandemen UUD 1945 Dilakukan 4 Kali, Sejarah, & Perubahan Pasal.Html’.
sidang khusus MPR, Mahkamah Konstitusi harus terlebih dahulu memutuskan
tuduhan DPR bahwa Presiden melanggar undang-undang..9

E. KESIMPULAN

Mengamankan UUD 1945 bisa diartikan sebagai mempertahankan UUD


1945 yang sudah ditetapkan dan di ratifikasi (disahkan) oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah
proklamasi yang dikumandangkan Ir. Soekarno. Bahwa UUD 1945 berfungsi
sebagai landasan kenegaraan dan masyarakat. Jadi, selama kita masih
mengakui negara proklamasi, kita diwajibkan untuk melaksanakan UUD 1945
dengan sesuai (sebagaimana adanya)

Karena sifat konstitutif dari Pasal 3 dan 37, hasil pemilihan umum tidak
dapat mengubah pembukaan UUD 1945 sebagai prinsip dasar hukum, bahkan
oleh DPR dan MPR. Negara Proklamasi dihilangkan dengan mengubah
pembukaan. Mereka adalah dua sisi yang berbeda tetapi tidak terpisahkan dari
mata uang yang sama.

UUD 1945 diundangkan kembali dengan dekrit Presiden pada tanggal 5


Juli 1959. Meskipun ada artikel yang menentukan otoritas perubahan,
perubahan berupa penjelasan perubahan dalam setiap artikel secara
independen. Dengan arti, teks UUD 1945 harus disimpan karena tidak
mengandung penambahan atau penghapusan dan tidak mengubah tata letak
bab atau frasa.

Mempertahankan UUD 1945 memastikan bahwa hal itu dapat


memperhitungkan dinamika masyarakat dalam setiap keadaan dan pengaturan.
Dengan kata lain, melestarikan berarti mempraktekkan bahasa, pasal, dan
justifikasi UUD 1945 agar terwujud di kehidupan masyarakat dan negara.

9
Sri Warjiati, ‘Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945’, al-Daulah: Jurnal Hukum
dan Perundangan Islam, 2.2 (2012), 185–207 <https://doi.org/10.15642/ad.2012.2.2.185-207>.
DAFTAR PUSTAKA

Yulianto, Arif. 2002. Hubugan Sipil-Militer di Indonesia Pasca Orba. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.
Asvi Warman, Adam. 2009. Penelusuran Sejarah Indonesia. Yogyakarta: penerbit
Ombak.
Dr. H. Syarbaini, Syahrial, M.A. 2014. Pendidikan Pancasila. Jakarta:
Http://www.donidetyawan.com/latarbelakang-reformasi/
Tim penyusun Permata Press.UUD 1945 Amandemen I,II,III & IV .2011
‘8 Maret 1998, Saat Soeharto Bersedia Menjadi Presiden (Lagi)....Html’

‘Amandemen UUD 1945 Dilakukan 4 Kali, Sejarah, & Perubahan Pasal.Html’

J. Darmawan, Josep, and Raymundus Rikang R.W., ‘Narasi Dramatis Berita Tragedi
Trisakti 1998’, Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 11.1 (2014)
<https://doi.org/10.24002/jik.v11i1.382>

‘Kemukakan Lima Paket Undang-Undang Politik Yang Dianggap Menjadi Sumber


Ketidakadilan - Mas Dayat.Html’

‘Krisis_Hukum_Pada_Masa_Orde_Baru.Docx’

‘Perekonomian Indonesia_Zulkifli A.Ika.Pdf’

‘Rupiah-Ambruk-Terus-Bakal-Seperti-Krismon-1998.Htm’

‘Sejarah Perumusan UUD 1945 - Latar Belakang Dan Masa Perubahan - Sejarah
Lengkap.Html’

Warjiati, Sri, ‘Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945’, al-
Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam, 2.2 (2012), 185–207
<https://doi.org/10.15642/ad.2012.2.2.185-207>

Anda mungkin juga menyukai