Anda di halaman 1dari 2

MASA PEMERINTAHAN BJ HABIBIE

Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa


Indonesia untuk dimintai pertimbangannya dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang
akan diketuai oleh Presiden Soeharto, namun mengalami kegagalan dan para mahasiswa
dengan tuntutan tetap yaitu reformasi dan turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan.

Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB bertempat di Istana Negara, Presiden
Soeharto meletakkan jabatannya sebagai presiden dihadapan ketua dan beberapa anggota dari
Mahkamah Agung.Maka sejak saat itu, Presiden Republik Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie
sebagai presiden yang ke-3.

PERBEDAAN PENDAPAT

Pasal 8 UUD 1945 yang menyatakan bahwa Bila Presiden mangkat, berhenti atau tidak
dapat melakukan kewajibannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya.

Pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Sebelum presiden memangku jabatan
maka presiden harus mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR. Sementara,
Habibie tidak melakukan hal itu dan ia mengucapkan sumpah dan janji di depan Mahkamah
Agung dan personil MPR dan DPR yang bukan bersifat kelembagaan.

memungkinkan bahwa sumpah dam janji itu diucapkan didepan Mahkamah Agung.
Namun, pada saat Habibie menerima jabatan sebagai presiden tidak ada alasan bahwa sumpah
dan janji presiden dilakukan di depan MPR atau DPR, Artinya sumpah dan janji presiden dapat
dilakukan di depan rapat DPR, meskipun saat itu Gedung MPR/DPR masih diduduki dan dikuasai
oleh para mahasiswa.

PEMBENTUKAN KABINET

Habibie yang menjabat sebagai presiden menghadapi keberadaan Indonesia yang serba
parah, baik dari segi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Oleh karena itu, langkah-langkah yang
dilakukan oleh Habibie adalah berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi dan politik.Untuk
menjalankan pemerintahan, presiden habibie tidak mungkin dapat melaksanaknnya sendiri
tanpa dibantu oleh menteri-menteri dan kabinetnya. Oleh karena itu, Habibie membentuk
kabinet.

Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 36 orang menteri, dan para
menteri itu diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, PDI.

1. Bidang ekonomi
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, B.J. Habibie
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
2. Bidang politik
Mengupayakan politik Indonesia dalam kondisi transparan dan merencanakan pemilihan
umum yang berlangsung sebagai berikut:

3. Bidang hukum
Target reformasi hokum menyangkut 3 hal yaitu substansi hokum, aparatur penegak
hukum yang bersih dan berwibawa, dan peradilan yang jujur
MASLAH DWI FUNGSI ABRI
ABRI mulai melakukan melakukan reorientasi dan reposisi peran social
politiknya. ABRI yang duduk dalam anggota MPR/DPR jumlahna sudah dikurangi dari 75
menjadi 38 orang. ABRI yang semula menjadi terdiri dari 4 angkatan termasuk polri
mulai memisahkan diri dari ABRI dan menjadi kepolisian Negara. Istilah ABRI menjadi
TNI yang terdiri dari angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara
PEMILU 1999

Untuk melaksanakan Pemilu yang diamanatkan oleh MPR, B.J. Habibie mengadakan beberapa
perubahan yaitu,

a) Menggunakan asas Luber dan Jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil)
b) Mencabut 5 paket undang-undang tentang politik yaitu undang-undang tentang Pemilu;
Susunan, Kedudukan, Tugas, dan Wewenang MPR/DPR; Partai Politik dan Golkar; Referendum;
serta Organisasi Massa
c) Menetapkan 3 undang-undang politik baru yaitu Undang-undang Partai Politik; Pemilihan
Umum; dan Susunan serta kedudukan MPR, DPR, dan DPRD
d) Badan pelaksana pemilihan umum dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang terdiri
atas wakil dari pemerintahan dan partai politik serta pemilihan umum.
LEPASNYA TIMOR TIMOR

dunia Internasional memberikan tekanan berat kepada Indonesia dalam masalah hak asasi
manusia di Tim-Tim. Bagi Habibie Timor-Timur adalah kerikil dalam sepatu yang merepotkan
pemerintahannya, sehingga Habibie mengambil sikap pro aktif dengan menawarkan dua pilihan
bagi penyelesaian Timor-Timur yaitu di satu pihak memberikan setatus khusus dengan otonomi
luas dan dilain pihak memisahkan diri dari RI. Otonomi luas berarti diberikan kewenangan atas
berbagai bidang seperti : politik ekonomi budaya dan lain-lain kecuali dalam hubungan luar
negeri, pertahanan dan keamanan serta moneter dan fiskal. Sedangkan memisahkan diri berarti
secara demokratis dan konstitusional serta secara terhorman dan damai lepas dari NKRI.
Tanggal 30 Agustus 1999 pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur berlangsung
aman. Namun keesokan harinya suasana tidak menentu, kerusuhan dimana-mana. Suasana
semakin bertambah buruk setelah hasil penentuan pendapat diumumkan pada tanggal 4
September 1999 yang menyebutkan bahwa sekitar 78,5 % rakyat Timor-Timur memilih
merdeka. Pada awalnya Presiden Habibie berkeyakinan bahwa rakyat Timor-Timur lebih
memilih opsi pertama, namun kenyataannya keyakinan itu salah, dimana sejarah mencatat bahwa
sebagian besar rakyat Timor-Timur memilih lepas dari NKRI. Lepasnya Timor-Timur dari NKRI
berdampak pada daerah lain yang juga ingin melepaskan diri dari NKRI seperti tuntutan dari
GAM di Aceh dan OPM di Irian Jaya, selain itu Pemerintah RI harus menanggung gelombang
pengungsi Timor-Timur yang pro Indonesia di daerah perbatasan yaitu di Atambua. Masalah
Timor-Timur tidaklah sesederhana seperti yang diperkirakan Habibie karena adanya bentrokan
senjata antara kelompok pro dan kontra kemerdekaan di mana kelompok kontra ini masuk ke
dalam kelompok militan yang melakukan teror pembunuhan dan pembakaran pada warga sipil.,
ketidak mampuan Indonesia mencegah teror, menciptakan keamanan mendorong Indonesia harus
menerima pasukan internasional.

Anda mungkin juga menyukai