Anda di halaman 1dari 4

Kehidupan Bangsa Indonesia pada Masa Reformasi

Saat ini, kita sudah sangat dimudahkan dengan kemudahan teknologi dan kebebasan berpendapat.
Tapi, tahukah kamu bahwa ada sejarah panjang yang menuntun bangsa Indonesia hingga bisa
berada di titik ini? Jika Quipperian masih ingat, zaman dulu bangsa Indonesia mengalami masa
pembebasan dari Orba atau Orde Baru ke masa Reformasi.

Pada masa Reformasi inilah, banyak perubahan-perubahan besar yang terjadi. Seperti yang kita
tahu, pada zaman Orba, semua serba krisis hingga akhirnya rakyat Indonesia pun berdemo
meminta Presiden Soeharto agar turun dari jabatannya. Setelah Presiden Soeharto turun, masa
Reformasi pun dimulai.

Nah, lantas sebenarnya seperti apa sih kehidupan bangsa Indonesia pada masa Reformasi dulu?
Yuk, simak pembahasannya di bawah ini!

Munculnya Gerakan Reformasi

Reformasi adalah suatu perubahan tatanan kehidupan lama dengan tatanan kehidupan yang baru
yang bertujuan ke arah perbaikan kehidupan di masa depan. Orang yang mendukung reformasi
disebut dengan reformis. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reformasi berarti perubahan secara drastis
untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara.
Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada 1998 merupakan suatu gerakan untuk
mengadakan perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum. Gerakan ini muncul
karena keadaan keadaan masyarakat Indonesia sejak terjadinya krisis moneter dan ekonomi
sangat terpuruk. 

Masalah yang dihadapi Pemerintah Indonesia saat itu ialah sulitnya kebutuhan sembilan bahan
pokok (sembako) karena harganya yang sangat tinggi, sampai-sampai masyarakat pun harus antre
untuk membelinya.

Peristiwa ini ini diperparah dengan kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang semakin tidak
terkendali. Oleh karena itu, kemunculan gerakan reformasi bertujuan untuk memperbaharui
tatanan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara agar kesejahteraan rakyat tercapai. 

Beberapa agenda reformasi yang disuarakan para mahasiswa antara lain sebagai berikut:

1. Adili Soeharto dan kroni-kroninya. 


2. Amandemen UUD 1945. 
3. Penghapusan Dwi fungsi ABRI. 
4. Otonomi daerah yang seluas-luasnya. 
5. Supremasi hukum. 
6. Pemerintahan yang bersih dari KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).

Ciri Pokok Masa Reformasi

Berikut ini beberapa perubahan-perubahan selama masa reformasi yang paling menonjol.

1. Pengangkatan Habibie menjadi Presiden RI

B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden Indonesia pada 21 Mei 1998 setelah Soeharto

mengundurkan diri sebagai Presiden RI. Presiden Habibie bertekad mewujudkan

pemerintahan yang bersih dari KKN.

2. Kebebasan Berpendapat
Tidak seperti pada zaman Orba, kebebasan berpendapat pada masa pemerintahan Presiden
Habibie mendapatkan dukungan pemerintah. Pemerintah mengizinkan rakyat mengadakan rapat
umum maupun demonstrasi. Namun, untuk demonstrasi tetap perlu mendapatkan izin dari
kepolisian.

3. Masalah Dwi Fungsi ABRI

Dwi Fungsi ABRI membuat ABRI berperan dalam kehidupan militer dan juga dalam kehidupan
sipil. Sehingga, ABRI punya peran lebih dalam kehidupan masyarakat sipil yang menyebabkan
menguatnya peran negara pada masa Orba.

Oleh sebab itu, penghapusan Dwi Fungsi ABRI merupakan salah satu tuntutan dalam reformasi
1998 ditanggapi pemerintah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jumlah anggota ABRI yang duduk di DPR dikurangi, dari 75 orang menjadi 38 orang.
2. Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) memisahkan diri dari ABRI pada 5 Mei 1999.
3. Istilah ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Udara (TNI AU), Angkatan
Darat (TNI AD), dan Angkatan Laut (TNI AL). 
4. Reformasi Bidang Hukum

Kebijakan hukum pada masa Orde Baru lebih bersifat konservatif dan elitis, artinya pelaksanaan
hukum lebih mencerminkan keinginan pemerintah dan menjadi alat pelaksanaan ideologi dan
program negara, membuat rakyat seakan-akan tidak punya hak hukum di Indonesia.

Maka, Presiden Habibie melakukan reformasi hukum sebagai berikut:

1. Melakukan rekonstruksi atau pembongkaran watak hukum Orde Baru, baik berupa
Undang-Undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan menteri. 
2. Melahirkan 69 Undang-Undang. 
3. Penataan ulang struktur kekuasaan kehakiman.
5. Sidang Istimewa MPR

Sidang istimewa MPR dilaksanakan pada 10 – 13 November 1998. Harapan dari sidang istimewa
MPR adalah agar MPR bisa benar-benar mewakili aspirasi rakyat dari berbagai kalangan. Namun,
saat sidang istimewa MPR berlangsung, suasana di luar gedung MPR/ DPR memanas karena
tuntutan perubahan makin gencar melalui demonstrasi mahasiswa dan kelompok masyarakat
lainnya yang menginginkan perubahan. 

6. Pemilu 1999

Pemilu 1999 dilaksanakan pada 7 Juni 1999 dan diikuti oleh 48 partai.

7. Sidang Hasil Pemilu 1999

Sidang Umum MPR dilaksanakan 14 – 21 Oktober 1999 yang dimulai dengan agenda
mendengarkan pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie. Salah satu penyebab ditolaknya
pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie adalah menyangkut pemberian referendum kepada
Timor Timur yang membuat Timor Timur lepas dari Indonesia.

Sebelum pembacaan pidato pertanggungjawaban ini, pada Sidang Umum MPR dilaksanakan
pemilihan ketua MPR dan DPR yang hasilnya: 

1. Akbar Tanjung sebagai ketua DPR; 


2. Amien Rais sebagai ketua MPR. 

Lalu, pemilihan Presiden dengan 3 kandidat kuat, yaitu: 

1. Megawati Soekarnoputri dari PDIP; 


2. Abdurrahman Wahid dari PKB; 
3. Yusril Ihza Mahendra dari PBB (kemudian mengundurkan diri).  

Anda mungkin juga menyukai