Felicia Rosalind
Olivia C. Khotiera
Ivan D. H. Situmorang
Refalina Gunawan
Reyna H. Elbela
Vincent Gunawan
Kelas XI IPA 2
Demokrasi Pada Masa Reformasi
Sistem pemerintahan
Sistem pemerintahan yang terlaksana pada saat reformasi adalah presidensial. Dimulai pada
tahun 1998 sampai sekarang. Dan berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Sistem presidensial berarti negara Indonesia
dipimpin oleh presiden. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, serta
dipilih rakyat melalui pemilihan umum. Pada era ini, pemerintahan memberikan ruang gerak
kepada partai politik dan DPR untuk turut serta mengawasi pemerintahan secara kritis.
kelebihan
- Diberikannya kebebasan pers dan dalam berpendapat
Kebebasan pers di Indonesia lahir setelah Orde Baru tumbang pada 1998 dan munculnya pasal
28 F UUD 1945, melalui amandemen kedua, yang berbunyi,” setiap orang berhak
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan mengungkapkan segala jenis saluran yang tersedia.”
- Pemberantasan kkn
Salah satu tuntutan dari reformasi 1998 adalah pemberantasan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme
(KKN). Memang, di jaman orde baru, praktek KKN tumbuh sangat subur. Di jaman orde baru,
yang kekuasaannya sangat sentralistik, praktek korupsi banyak berpusat di Soeharto dan
kroninya. Namun sekarang ini, seiring dengan desentralisasi, praktek korupsi menyebar luas ke
daerah dan berlangsung sangat massal.
- Diberlakukannya pembatasan masa jabatan presiden
Pembatasan masa jabatan Presiden merupakan isu penting dalam perubahan UUD 1945.
Pembatasan dilakukan untuk menghindari masa jabatan yang tidak terbatas sebagaimana terjadi
pada Orde Lama dan Orde Baru. Semakin lama masa jabatan, maka semakin besar peluang
terjadinya penyalahgunaan maupun penyelewengan, sebagaiamana diingatkan oleh Lord Acton,
bahwa power tends to corrupt.
- Bebas mendirikan partai politik
Partai politik pada masa reformasi jumlahnya menjadi banyak, contohnya pemilu pada tahun
2004. Ini dikarenakan masyarakat sudah mengenal atau tahu sedikit tentang partai politik
sehingga membuat masyarakat memiliki berbagai macam pandangan. Apalagi setelah reformasi,
masyarakat dibebaskan untuk menyalurkan pendapat dan aspirasinya
Kekurangan
- Kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan public, serta cenderung lambat
mengambil kebijakan dan Tindakan
Sentralisasi hanya menguntungkan sebagian kecil elit-elit daerah yang bisa diajak kerja sama
oleh oknum-oknum pusat. Tuntutan desentralisasi ini sangat keras disuarakan oleh daerah-
daerah, khususnya yang kaya sumber daya alam, antara lain Riau, Kalimantan, Aceh, dan Papua,
karena bila dirunut kebijakan sentralisasi ini tak lepas dari gurita Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
dari pusat ke daerah-daerah, dimana pengusaha kroni-kroni Soeharto diduga memiliki
kepentingan dalam mengeksploitasi sumber daya alam di daerah-daerah sehingga daerah merasa
tidak diperlakukan adil.
- Pendidikan politik rakyat masih rendah
Pengetahuan warga tentang lingkungan politik terutama yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
sebagai warga negara masih kurang, disamping itu penilaian warga terhadap sistem politik dan
perilaku politik juga masih rendah
Lembaga pemerintah ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (disingkat KPK), ditugaskan untuk
membebaskan Indonesia dari korupsi dengan menyelidiki dan mengusut kasus-kasus korupsi
serta memantau tata kelola negara (yang menerima kekuasaan yang luas untuk melakukan
tugasnya).
Namun, opini-opini mengenai prestasi KPK masih diperdebatkan. Para pengkritik menekankan
bahwa KPK lebih fokus untuk menangani tokoh profil yang lebih rendah (tokoh kecil dan tidak
penting), meskipun selama beberapa tahun terakhir, terutama menjelang akhirnya pemerintahan,
ada beberapa kasus tokoh profil tinggi seperti menteri, pejabat kepolisian berpangkat tinggi,
hakim dan bendahara partai dari Partai Demokrat-nya Yudhoyono yang telah diciduk.