Anda di halaman 1dari 6

PERWUJUDAN KESATUAN WILAYAH NKRI DI ERA REFORMASI

Disusun Oleh : Kelompok 2

Anggota:
Cahya Amelia Sani (M011221122)
Devi Damayanti (M011221129)
Ainun Mardyyah Ramdhani (M011221136)
Sandwi Samart (M011221143)
Fernando Daud Ikeda Tangdialla (M011221150)
Rahmadani (M011221157)
Nurul Fatimah Azzahra S Tayeb (M011221164)
Hilda Binti Hidayat (M011221172)
Sitti Nurhaliza (M11221179)

Dosen Pengampu :
Dr. Wadzibah Nas, SE,MM.

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Pada masa presiden Suharto turun dari jabatannya yaitu pada Mei 1998, peristiwa ini
menandai awal dari sebuah era baru dalam sejarah Indonesia. Setelah dikuasai oleh rezim
otoriter Orde Baru Suharto selama lebih dari 3 dekade, Indonesia memulai fase baru yang
dikenal sebagai reformasi. Era ini dipandang sebagai awal periode demokrasi dengan
perpolitikan yang terbuka dan liberal. Dasar dari transisi ini di rumuskan dalam UU yang
disetujui parlemen dan disahkan Presiden Indonesia di tahun 1999 yang menyerukan transfer
kekuasaan pemerintahan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Awal dari
pemerintahan di era reformasi atau yang disebut sebagai masa transisi ini digunakan untuk
membuka peluang dalam menata kehidupan yang lebih berdemokrasi. Masa reformasi
dimulai dengan adanya kepemimpinan BJ Habibie sebagai presiden untuk menggantikan
Soeharto yang telah mengundurkan diri. Reformasi yang terjadi tersebut disebabkan semakin
banyaknya krisis yang terjadi seperti politik, ekonomi, hukum, sosial, dan juga krisis
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang ada.

Era reformasi membawa perubahan mendasar bagi Negara Kesatuan Republik


indonsia yaitu semakin dianutnya asas transparasi dan akuntabilitas. Pasal 1(1) UUD 1945
menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah satu negara persatuan dalam bentuk republik”.
Layak disebutkan di sini adalah kalimat "Negara". Persatuan” bertujuan untuk menjelaskan
bentuk pemerintahan yang dianut oleh Indonesia. Negara yang bersatu. Kata "republik"
mengatakan sistem pemerintahan yang dianut oleh negara Indonesia. Eza raja, ratu, kaisar,
sultan atau amir di negara islam (Mahmuzar, 2020).

Kondisi pemerintahan Indonesia sebelum masa reformasi 1998 didominasi oleh


kalangan militer, sehingga demokrasi kurang berjalan dengan baik. Selain itu, perekonomian
juga terpuruk yang disebabkan karena Korupsi Kolusi dan Nepotisme marak terjadi dan
bergantungnya ekonomi Indonesia pada bantuan modal asing. Karena serangkaian kondisi
tersebut dan banyaknya kerugian lain yang dialami masyarakat, maka terjadilah gerakan era
reformasi pada tahun 1998 yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa dan intelektual. Ada
enam hal yang dituntut oleh gerakan reformasi tahun 1998, yaitu:
 Adili Suharto dan para pengikutnya
 Amandemen UUD 1945
 Otonomi daerah seluas-luasnya
 Tegakkan supremasi hukum
 Berantas KKN
 Turunkan Suharto dari kursi pemerintahan, dan
 Hapuskan dwifungsi ABRI.

Menurut SBY, reformasi bukanlah revolusi, sebuah gerakan perubahan tanpa ada
kekerasan dan korban. Ia mengatakan, reformasi tidak boleh mengganti dan menjebol
kerangka bernegara dari sebuah bangsa. Reformasi adalah sebuah gerakan yang diaggap tidak
berjalan dengan baik. SBY menyebut ada 10 alasan yang mendorong reformasi yaitu
kekuasaan yang relative absolut, demokrasi yang lemah, dan konsentrasi kekuasaan yang
terlalu berfokus di pusat dan tidak memperhatikan daerah.
Tujuan Adanya Masa Reformasi:
1. Dengan adanya masa reformasi digunakan untuk menata kembali segala struktur
pemerintahan dan kenegaraan, termasuk didalamnya yaitu perundang-undangan serta
konstitusi yang menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai serta cita-cita yang
diharapkan seluruh masyarakat Indonesia.
2. Dengan adanya masa reformasi diharapkan melakukan perubahan serius serta
bertahap dalam menemukan berbagai nilai baru dalam kehidupan masyarakat
berbangsa dan juga bernegara.
3. Dengan adanya masa reformasi diharapkan adanya perbaikan dalam berbagai bidang
kehidupan yaitu politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.
4. Dengan adanya masa reformasi diharapkan dapat menghapus dan menghilangkan
berbagai kebiasaan dan cara hidup masyarakat Indonesia yang tidak sesuai dengan
hukum yang ada, seperti KKN, kekuasaan yang otoriter, segala penyimpangan yang
terjadi dan penyelewengan oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Pada era reformasi ini juga memberikan dampak pada NKRI yaitu :
 Kebebasan menyampaikan pendapat
Setelah masa reformasi, orang-orang bebas untuk mengemukakan pendapatnya.
Presiden BJ Habibie memberikan ruang bagi siapapun yang ingin menyampaikan
pendapat, baik dalam bentuk rapat umujm maupun unjuk rasa atau demonstrasi.
Namum bagi orang-orang yang ingin melakukan ujuk rasa, harus terlebih dahulu
untuk mendapatkan izin dari pihak kepolisian untuk menentukan lokasi dimana
demonstrasi dilakukan. Hal ini dilakukan karena mengacu dengan UU No. 28 Tahun
1997 tentang kepolisian Republik Indonesia.
 Reformasi bidang hukum
Pada masa pemerintahan BJ Habibie dilakukan reformasi bidang hukum, dimana
reformasi hukum ini di sesuaikan dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat.
Tindakan tersebut dianggap baik oleh masyarakat luas, karena reformasi hokum yang
berlaku di Indonesia cenderung bersifat konservatif, ortodoks dan elitis.
 Masalah Dwifungsi ABRI
Setelah reformasi dilaksanakan, peran ABRI di perwakilan rakyat DPR mulai
dikurangi secara bertahap, yaitu dari yang tadinya berjumlah 75 orang menjadi 38
orang. Dahulu, ABRI terdiri dari empat Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan
Udara, dan Kepolisian RI. Namun sejak tanggal 5 Mei 1999, Polri telah memisahkan
diri dari ABRI dan berganti nama menjadi kepolisian negara, istilah ABRI juga
berubah menjadi TNI.

Pemerintah konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi negara berisi adanya


pembatasan kekuasaan pemerintahan maupun eksekutif dan adanya jaminan atas hak asasi
manusia dan hak-hak warga Negara lainnya. Setelah Soeharto mengundurkan diri sebagai
presiden indonesia dan mulai memasuki masa reformasi, muncul kebijakan yang
berhubungan dengan kebebasan berpolitik. Seperti adanya kemerdekaan pers, kemerdekaan
membentuk partai politik, terselenggaranya pemilu yang demokratis dan Otonomi Daerah
pada tahun 1999.

Dilakukannya amandemen atau perubahan pada UUD NRI Tahun 1945 pada masa
reformasi ini termasuk mengenai penyelenggaraan negara. Salah satu tujuan utamanya adalah
agar kekuasaan presiden tidak disalahgunakan sehingga tercapai kondisi kenegaraan yang
lebih stabil. Masa reformasi Indonesia mengalami lima kali pergantian presiden, yakni B.J.
Habibie (masa memimpin 1998-1999), Abdurrahman Wahid (masa memimpin 1999-2001),
Megawati Soekarno Putri (masa memimpin 2001-2004), Susilo Bambang Yudhoyono (masa
memimpin 2004-2014) dan Joko Widodo (masa memimpin 2014-sekarang).

Pasca reformasi, banyak daerah di Kepulauan Indonesia yang ingin melepaskan diri
dari Indonesia. Hal tersebut sebenarnya sudah terjadi sejak era sebelum reformasi, baik era
orde baru maupun orde lama. Alasan beberapa daerah ingin lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah ketimpangan dalam pembangunan ekonomi, penegakkan hukum
yang tidak adil, hingga adanya keterlibatan negara lain. Beberapa daerah tersebut antara lain;
Timor-Timur, Aceh, Maluku, hingga Papua. Dalam upaya mencapai tujuannya untuk
memerdekakan diri dari Indonesia, daerah tersebut membentuk sebuah gerakan separatis,
seperti Gerakan Aceh Merdeka dan Organisasi Papua Merdeka.
Dengan demikian, alasan beberapa daerah ingin lepas dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah ketimpangan dalam pembangunan ekonomi, penegakkan hukum yang tidak
adil, hingga adanya keterlibatan negara lain.
DAFTAR PUSTAKA

Andrew, Gramedia.com (2021). Pengertian Orde lama, Orde baru & Reformasi.

https://www.ksap.org/sap/sejarah-reformasi-nkri/

Mahmuzar. 2020. Model Negara Kesatuan Republik Indonesia Di Era Reformasi.


Jurnal Hukum & Pembangunan. 50 (2). 302-316.

https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/reformasi/item181

Anda mungkin juga menyukai