OLEH:
1. Adinda Dwi Putri (M011221007) 11. Andi Irma T P (M011221105)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
I. PENDAHULUAN 3
1.1 Latar belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan masalah 4
II. PEMBAHASAN 6
2.1 Definisi Kerapatan Tegakan dan Cara Menghitung Kerapatan Tegakan 6
2.2 Metode Penetuan Kerapatan Tegakan 7
2.3 Pengaruh Kerapatan Tegakan Terhadap Silvikultur 9
2.4 Pengaruh Kerapatan Tegakan Terhadap Kualitas Tanah 11
2.5 Klasifikasi Tegakan 13
III. PENUTUP 15
DAFTAR PUSTAKA 16
ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas dan
mempunyai manfaat yang sangat besar terhadap kehidupan mahluk hidup.
Menurut Undang-Undang Pokok Kehutanan No.41 tahun 1999 tentang
Kehutanan, hutan merupakan satu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
alam lingkungannya, yang satu dan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Keanekaragaman jenis vegetasi yang tumbuh dan berkembang disetiap
daerah memiliki perbedaan vegetasi tertentu yang di pengaruhi oleh tipe
iklim kawasan, tinggi tempat dan faktor lingkungan tumbuhan lainnya.
Kalimantan Barat merupakan daerah yang beriklim tropis serta memiliki
kekayaan alam hayati dan berbagai flora yang mempunyai nilai tinggi
salah satunya adalah tanaman buah-buahan. Keanekaragaman hayati ini
merupakan sumber daya hayati yang dapat memberikan arti bagi
kehidupan apabila dimanfaatkan, selain itu juga dapat mendukung
pembangunan pertanian (Melaponty, dkk., 2019).
1
adalah suatu daerah tertentu yang tanahnya ditumbuhi pepohonan tempat
hidup segala binatang. Hutan adalah suatu lapangan pohon-pohon secara
keseluruhan yang merupakan persekutuan hidup alam hayati besertaalam
lingkungannya, dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Hutan
merupakan harta kekayaan yang tidak ternilai, oleh karena itu hasil dari
hutan perlu dijaga, dipertahankan dan di lindungi agar hutan dapat
berfungsi dengan baik. Istilah hutan merupakan terjemahan dari kata bos
(Belanda) dan forrest (Inggris). Forrest merupakan dataran tanah yang
bergelombang dan dapat dikembangkan untuk kepentingan diluar
kehutanan, seperti pariwisata. Di dalam hukum Inggris kuno, forrest (hutan)
adalah suatu daerah tertentu yang tanahnya ditumbuhi pepohonan, tempat
hidup binatang buas dan burung-burung hutan (Melaponty, dkk., 2019).
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa itu kerapatan tegakan dan bagaimana cara menghitungnya?
2. Bagaimana metode penentuan kerapatan tegakan?
3. Bagaimana pengaruh kerapatan tegakan terhadap silvikultur?
4. Bagaimana pengaruh kerapatan tegakan terhadap sifat fisik tanah?
5. Bagaimana cara membedakan klasifikasi tegakan?
3
II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kerapatan Tegakan dan Cara Menghitung Kerapatan
Tegakan
4
hal ini kita kenal adanya tegakan pinus, tegakan jati, tegakan kelas umur
satu, dua tahun dan lain sebagainya (Paembonan, 2020).
Dimensi lain dari sebuah tegakan hutan adalah tinggi rerata pohon
yang menyusun tegakan tersebut. Tinggi rerata pohon dalam sebuah
tegakan akan dapat digunakan untuk memvisualisasikan ukuran
pepohonan dalam tegakan, rekatif dalam tegakan lainnya yang berbeda di
sekitarnya. Tinggi rerata juga sangat dekat hubungannnya dengan indeks
tempat tumbuh dari suatu tegakan maka estimasi semua ukuran dari
pepohonan harus dilakukan terlebih dahulu. Pengukuran tinggi di lapangan
merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki konsekuensi biaya yang
paling mahal dalam pelaksanaan inventarisasi hutan. Oleh karena itu
sangat sering tinggi pohon diestimasi dengan menggunakan persamaan
berbasis pada diameter setiap pohon. Untuk mengetahui indeks tempat
tumbuh (site index) digunakan hanya tinggi pepohonan yang domimnan
dan co-dominan, sehingga tinggi pepohonan intermediat dan yang
tertekan tidak dipertimbangkan dalam perhitungan indeks tempat tumbuh
tegakan. Tinggi pepohonan hasil pengukuran lapangan dapat digunakan
untuk memproyeksikan pertumnbuhan tinggi tegakan, terutama pada
hutan seumur. Dan pertumbuhan tinggi akan, meniingkat kendatipun
5
juumlah pohon persatuan luas mengalami penurunan. Proyeksi tinggi
pepohonan pada hutan atau tegakan tidak seumur akan memperlihatkan
kondisi konstan saat tegakan tersebut telah dewasa (Umar, 2020).
a. Metode Okuler
6
sebagai hubungan luas bidang dasar, jumlah pohon, atau
volumenya dengan nilai tabel hasil normal untuk umur dan indeks
tempat tumbuh yang sama. Luas bidang dasar adalah kriteria yang
paling banyak digunakan karena mudah ditentukan dilapangan
dengan peralatan yang menggunakan prinsip sudut Bitterlich.
Kriteria untuk ukuran kerapatan yaitu kemudahan dlam penerapan
dan kemampuan mengubahnya ke volume jika tabel hasil tersedia.
Metode ini tergantung pada pengetahuan umur dan kualitas tempat
tumbuh tegakan. Kesalahan dalam penentuan umur dan indeks
tempat tumbuh membatasi ketelitian penguluran kerapatan.
Variabel dalam metoda ini dapat diukur dengan mudah dan teliti
dalam tegakan. Kerapatan tegakan dapat dievaluasi dengan tidak
bergantung pada umur dan kualitas tempat tumbuh. Kurangnya
tabel hasil yang dapat dibandingkan untuk kebanyakan jenis
mengurangi kegunaan metode tersebut, dan pada setiap kasus
kegunaannya terbatas untuk perbandingan kerapatan tegakan
dalam suatu jenis dan daerah tertentu.
7
ruang tumbuh maksimal yang dapat digunakan oleh pohon dan
data keperluan pohon minimal untuk mempertahankan tempatnya
dalam tegakan. Pohon yang tumbuh terbuka harus digunakan untuk
mengumpulkan data proyeksi luas tajuk vertikal dengan diameter
pohon, karena hanya pohon yang tumbuh terbuka hubungan luas
tajuk dengan setiap diameter setinggi dada tidak dipengaruhi
oleh persaingan.
e. Metode praktis
8
untuk pertumbuhan optimal.
9
memiliki dampak yang baik terhadap sifat fisik tanah, namun dengan
kegiatan penjarangan yang dilakukan pada tegakan jabon mampu
memberikan pertumbuhan yang lebih baik.
Perbedaan sifat fisik tanah pada setiap petak tidak terlalu menonjol
perbedaannya tetapi dari hasil pengamatan secara keseluruhan terdapat
pengaruh kearah kualitas yang lebih baik dengan semakin bertambah
kerapatannya, seperti tekstur yang berlempung. Tekstur tanah dapat
berpengaruh terhadap perkembangan akar tanaman, laju infiltrasi,
permeabilitas tanah, daya untuk menahan air hingga kemudahan
pengolahan tanah. tekstur tanah berpengaruh terhadap pori-pori dalam
tanah. Tekstur tanah pada lahan terbuka cenderung ke tekstur liat yang
porositasnya cenderung kecil, hal ini karena pada lahan terbuka hanya
sedikit vegetasi yang ada diatasnya dan juga belum ada pengolahan tanah
pada wilayah tersebut. Sedangkan, pada lahan belukar tua memiliki tekstur
lempung berpasir karena memiliki banyak vegetasi akan mempermudah
10
proses dekomposisi bahan organik yang akan menghasilkan asam-asam
organik yang lebih mudah pecah menjadi ukuran yang lebih kecil (Leonika,
dkk., 2021).
11
baik pula. Sifat fisik tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Fungsi pertama tanah sebagai media tumbuh
adalah sebagai tempat akar mencari ruang untuk berpenetrasi baik
secara horizontal maupun vertikal. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi
oleh tanaman tergantung pada ruang pori pori yang terbentuk diantara
partikel-partikel tanah, yaitu tekstur, struktur tanah, berat vulome
tanah dan berat jenis tanah. Kerapatan porositas tersebut menentukan
kemudahan air bersirkulasi dengan udara (drainase dan aerasi tanah)
. Berbagai karakteristik penggunaan lahan dan kerapatan tajuk tanaman
akan menghasilkan kualitas fisik tanah dan kapasitas transfer air tanah
yang berbeda, mempengaruhi cadangan air tanah, drainase, limpasan, dan
erosi, serta hasil pertanian.
12
berumuran sama atau paling tidak berada dalam kelas umur yang sama.
Smith menyebutkan bahwa sutau tegakan dianggap kalua perbedaan
umur antara pohon-pohon yang paling tua dan yang paling muda tidak
melebihi 20% Panjang daun (rotasi). Sebenarnya dalam hutan yang
dipermudakan secara alam sukar sekali dijumpai tegakan yang terdiri dari
pohon-pohon yang berumur sama.
Tegakan seperti ini timbul apabila suatu tegakan yang tua mulai
tumbang denga nagak mendadakatau suatu jenis toleran membentuk
lapisan di bawah jenis intoleran. Bentuk ini sangat umum di hutan hujan
tropika, yang mempunyai dua, tiga, atau bahkan empaty lapisan hutan.
Tegakan tidak teratur adalah tegakan yang timbul apabila satu atau
beberapa group pohon ditebang atau mati secara alami dalam suatu
tegakan yang seumur. Permudaan yang muncul adalah pada celah yang
terbuka dimana cahaya matahari dapat masuk.
13
dalam pengelolaan silvikultur. Disini, beberapa pohon dipertahankan pada
sutau areal untuk memproduksi tanaman baru di bawahnya.
7. Tegakan Campuran
III. PENUTUP
Berdasarkan rumusan masalah yang diberikan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
14
porositas, bulk densitiy, particle density dan tekstur tanah. Dengan
bertambahnya kerapatan atau vegetasi dalam suatu wilayah maka bulk
densitiy dan particle density akan menurun. Hal tsb. dipengaruhi oleh
vegetasi yang ada diatasnya karena akar memegang peranan penting
agar tanah tidak menjadi padat dan mempunyai pori-pori yang cukup
untuk dilalui air dan unsur hara.
DAFTAR PUSTAKA
Leonika, A., Nugroho, Y., & Rudy, G. S. (2021). Pengaruh Kerapatan
Tegakan Terhadap Sifat Fisik Tanah Pada Berbagai Tutupan Lahan Di
KHDTK Mandiangin ULM. Jurnal Sylva Scienteae, 4(4), 608-616.
15
Umar.S. 2020. Perspektif Ekonomi Kesatuuan Pengelolaan Hutan (KPH).
CV Budi Utama: Yogyakarta.
Hidayat, R., Abdullah, U. H., Wilis, R., & Farida, N. (2023). Hubungan
Korelasi di antara Potensi C Biomassa dengan Indeks Kualitas Tanah
Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Kering di Kabupaten Aceh
Besar: Hubungan Korelasi di antara Potensi C Biomassa dengan
Indeks Kualitas Tanah Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Kering
di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Nusantara, 4(3), 1725-1730.
Wijayanto, N., & Pratiwi, E. (2011). Pengaruh naungan dari tegakan sengon
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) terhadap pertumbuhan
tanaman porang (Amorphophallus onchophyllus). Jurnal Silvikultur
Tropika, 2(1), 46-51.
16