Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Silvika Medan, Mei 2022

DINAMIKA POHON DALAM HUTAN

Dosen penanggungjawab:
Dr.Delvian SP.,MP.

Disusun oleh :
Adhitya Agung Prasetya Manurung 211201189
Anastasya Zefanya 211201191
Desi Marbun 211201175
Fauzan Farid 211201078
Maria Icha Hutahean 211201085
Rangga Yakhin Boas Efrian Sinaga 211201199
Sarah Febriani Br Sembiring 211201179
Kelompok 8
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN
2022

iii
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Dinamika Pohon dalam
Hutan”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup menyelesaikan
laporan ini dengan baik.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Delvian,SP,MP selaku dosen
penanggung jawab di Praktikum Silvika kali ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada para asisten yang telah membantu penulis secara moral dan
material. Dan juga penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
mendukung dan memberikan semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas ini
tepat waktu.
Penulis menyadari, bahwa Laporan Praktikum yang ini masih jauh dari
katasempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
sebagai acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga
Laporan Praktikum ini bias menambah wawasan parapembaca dan bias bermanfaat
untuk pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Medan, Mei 2022

Penulis

i
3

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
PENDAHULUAN
Latar belakang................................................................................................1
Tujuan.............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan tempat...........................................................................................7
Alat dan bahan................................................................................................7
Prosedur..........................................................................................................7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil................................................................................................................8
Pembahasan....................................................................................................9
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan..................................................................................................11
Saran.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
4

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
Tabel 1. Data pengamatan pengamatan pohon dalam
Hutan .................................................... 7

iii
1

PENDAHULUAN

Latar belakang
Pohon-pohon di hutan alam tumbuh dalam ekosistem yang rapat,
sehingga terjadi kompetisi yang ketat untuk mendapatkan cahaya dan unsur hara.
Disamping dipengaruhi oleh lingkungan klimatis dan edapis, pertumbuhan pohon di
hutan juga dipengaruhi oleh jenis pohon dan kelas diameternya. Berdasarkan
referensi tersebut, maka penelitian untuk mengetahui model pertumbuhan
pohonpohon di hutan alam tropis dapat dilakukan dengan mengelompokan
jenis pohon serta dibagi dalam kelas-kelas diameternya. Pengelompokan jenis
pohon sangat penting dilakukan agar semua jenis pohon dalam hutan alam dapat
terwakili, karena hutan alam tersusun oleh lebih dari 3.000 jenis pohon berkayu
termasuk 267 spesies Dipterocarpaceae (Wahyudi, 2012).
Ruang temu (interface) antara pohon tanaman pertanian merupakan kunci
dalam pengelolaan agroforestri. Kunci untuk memahami potensi biologi dan
pengendalian sistem agroforestri dan respon komponen tanaman terhadap lingkungan
dalam sistem agroforestri yaitu tree/crop interface. Di dalam ruang temu ini
sebenarnya kepentingan petani untuk menghadirkan komponen penyususn dari pohon
dan tanaman semusim, sehingga kehadiran dua komponen tersebut harus
memperhatikan interaksinya. Dinamika komponen penyusun yang diikuti oleh
dinamika ruang berpengaruh terhadap dinamika sumberdaya dalam sistem
agroforestri. Dinamika sumberdaya ini akan lebih terlihat dalam sistem berbagi
sumberdaya (resources sharing) khususnya antar pohon, pohon dengan tanaman
semusim dan antar tanaman semusim (Elonard, 2015).
Sumberdaya di atas tanah (cahaya matahari) bervariasi dari waktu ke waktu,
sehingga hal ini memberikan penangkapan cahaya oleh tanaman semusim juga
dinamis. Perkembangan sistem dibawah tanah khususnya sistem perakaran juga akan
memberika konstribusi pada dinamika sistem agroforestri. Kepadatan. pohon yang
memberikan konsekuensi pada kepadatan penutupan bidang olah oleh tajuk akan
berbanding lurus dengan kepadatan perakaran, sehingga akan menjadi pembatas
2

dalam maksimalisasi penyerapan sumberdaya di atas tanah dan di bawah saling


berhubungan erat. Salah satu pendekatan untuk mengetahui dinamika sumberdaya di
atas tanah maupun di bawah tanah adalah respon tanaman tanaman semusim dalam
menangkap dan memanfaatkan sumberdaya yang diekspresikan dalam pertumbuhan
tanaman semusim. Dinamika didasarkan pada sistem zonasi dalam sistem agroforestri
untuk mengetahui kecenderungan sumberdaya (Darmawan et al., 2016).
Pengamatan terkait dinamika dan keberhasilan tanaman bisa dilihat dari
pertumbuhannya. Pertumbuhan tanaman dapat diukur dari beberapa parameter yaitu
diameter, tinggi, luas tajuk, volume, dan sebagainya. Penyusun suatu tegakan
seringkali terdapat pohon yang berukuran lebih besar atau dominan daripada pohon
lainnya. Hal tersebut disebabkan adanya persaingan dalam menyerap sumberdaya
dalam hal ini cahaya matahari, air dan nutrisi di dalam tanah untuk menunjang
pertumbuhan pohon. Dampaknya bisa terlihat pada ukuran individu pohon tersebut
yang berbeda seperti pada tinggi, diameter, luasan tajuk dibanding ukuran individu
pohon lain di sekitarnya (Campoe et al., 2013).
Tajuk, terutama bagian yang terkena cahaya merupakan salah satu bagian
pohon yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan pohon sebagai tempat
terjadinya proses utama fotosintesis dan merefleksikan hubungan yang erat dengan
kesehatan pohon. Hasil proses fotosintesis didistribusikan untuk pertumbuhan
diameter batang maupun tinggi pohon, serta digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan dalam pengelolaan tegakan apakah dimensi diameter
dan tinggi pohon tersebut masih sesuai dengan ruang tumbuh yang dibutuhkan.
Diameter tajuk juga dapat dimanfaatkan untuk mengukur kerapatan
tegakan. Kerapatan tegakan nantinya akan menentukan ruang tumbuh bagi
pertumbuhan pohon disebabkan setiap pohon memiliki ruang tumbuh yang terbatas
yakni dibatasi oleh pohon di sekitarnya (Pretzsch et al., 2015).
Tujuan
Mengetahui dinamika pohon berdasarkan klasifikasi pohon atas dasar
kedudukan tajuk dalam hutan, bagian-bagiannya, serta mengetahui jumlah atau
sebaran dari suatu jenis dalam tingkat-tingkat hidup persatuan luas.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan adalah kumpulan atau asosiasi pohon-pohonan yang cukup rapat


dan menutupi areal yang cukup luas sehngga dapat membentuk iklim mikro dengan
kondisi ekologis yang khas, yang berbeda dengan iklim mikro dan kondisi ekologis
areal luarnya. Hutan adalah suau asosiasi tumbuh-tumbuhan yang didominasi
oleh pohon-pohonan atau vegetasi berkayu lainnya, yang menempati suatu areal yang
cukup luas. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Sementara tegakan adalah hutan yang mempunyai karakter lebih seragam, baik
dalam komposisi jenis, umur, maupun kenampakan umumnya; misal tegakan
Acacia mangium, Pinus merkusii, dan sebagainya (Berlian, 2016).
Sebuah pohon apapun jenisnya selalu bersentuhan dengan dua macam
perkembangan. Yang pertama adalah perkembangan ke atas. Dan yang kedua
perkembangan ke bawah. Yang pertama berkaitan dengan aktivitas batang, daun, dan
buah. Dan yang kedua berkaitan dengan aktivitas akar. Dengan proses pertumbuhan
semacam ini, pohon tidak pernah melihat waktu sebagai bagian yang mengancam
hidupnya. Sebaliknya pohon selalu melihat waktu sebagai sahabat dan cermin
pertumbuhan dirinya. Semakin lama waktunya, sebuah pohon akan semakin memiliki
akar yang dalam dan kuat (Fajarwati, 2015).
Budidaya hutan berkaitan erat dengan kontrol terhadap proses pembentukan
tegakan hutan, pertumbuhan pohon, komposisi jenis tumbuhan, dan kualitas tegakan
hutan atau vegetasi. Dalam praktikum kali ini para praktikandiharuskan melakukan
beberapa tahapan kerja yang diawali dengan pengukuran ketinggian area
penelitian, pengukuran tinggi dan diameter pohon, kemudian menggambar lapisan
tajuk pohon hutan. Setelah melakukan tahapan-tahapan kerja tersebut maka para
praktikan yang bersangkutan dapat mengetahui berbagai tingkatan tajuk pertumbuhan
tegakan pada pohon hutan (Abidin, 2019).
4

Bentuk bawaan tajuk pohon dapat berubah ukuran dan bentuk oleh
variasi umur, tempat tumbuh, dan kondisi lingkungan. Dengan berkembangnya
pohon dan pembentukan kanopi, perkembangan individu tajuk dipengaruhi oleh
persaingan dan jarak tanam. Hal ini menjadi landasan klasifikasi kelas-kelas tajuk
yaitu dominan dan non-dominan. Pohon yang dominan atau yang berukuran lebih
besar memiliki kecepatan lebih dalam persaingan untuk menyerapdan mengambil
sumberdaya daripada pohon non-dominan Kekuatan pohon untuk bersaing
memperebutkan sumberdaya lingkungan diasumsikan sama dengan ukuran pohon
tersebut. Pohon yang mempunyai ukuran lebih besar (dominan), tajuk yang luas dan
akar yang lebih banyak diduga lebih mampu memperebutkan faktor lingkungan
seperti cahaya, unsur hara, dan air (Muhdin, 2012).
Pohon dominan dan non-dominan merupakan komponen penting dari tegakan
hutan tanaman seumur, sehingga diperlukan informasi tentang pertumbuhan dan
perkembangannya karena pohon dominan merupakan penghasil kayu bernilai paling
tinggi. Dimensi tajuk berperan penting di dalam meningkatkan estimasi biomassa
pohon dan diperlukan sebagai indikator pertumbuhan dan untuk menjawab
permasalahan mengenai penggunaan serta kebutuhan ruang tumbuh. Ketersediaan
ruang tumbuh yang paling baik dari suatu jenis pohon, dapat ditentukan dari dimensi
lebar tajuknya. Variabel penting dalam tajuk, ditunjukkan dalam panjang tajuk, rasio
tajuk, ataupun lebar tajuk. Keberagaman pola pertumbuhan pohon akan menghasilkan
tajuk yang beragam pula (Goodman et al., 2014).
Dalam hal penggunaan dan kebutuhan ruang tumbuh, lebar tajuk memiliki
peran yang cukup penting. Lebar tajuk dapat digunakan untuk memprediksi cahaya
matahari yang terkena pohon maupun yang terhalang dan terintersepsi pada kanopi
suatu tegakan, sehingga dapat digunakan untuk estimasi jumlahsequestrasi karbon.
Lebar tajuk juga dapat menentukan tingkat persaingan antar pohon dalam tegakan,
dimana pohon yang memiliki tajuk yang lebih lebar akan menyerap cahaya matahari
lebih banyak dan cepat. Kerapatan kanopi dari tegakan merupakan hal yang berperan
penting untuk menilai kesesuaian habitat satwa liar dan risiko kebakaran, juga dapat
diestimasi dengan menggunakan model lebar tajuk (Sharma et al., 2016).
5

Lebar tajuk dapat menggambarkan persaingan antar individu pohon dan


berpengaruh pada ketebalan cabang pohon, serta secara tidak langsung
berpengaruh pada kualitas kayu dan nilai ekonomi pohon tersebut. Berdasarkan
tingkat tegakan, lebar tajuk berfungsi untuk mengevaluasi penutupan kanopi, di mana
di satu sisi digunakan sebagai ukuran kompetisi secara umum dan di sisi lain untuk
ukuran penting kualitas suatu habitat.. Selain itu, lebar tajuk dapat menjadi tolok
ukur kemampuan bertahan hidup suatu pohon dan memungkinkan untuk
memprediksi pertumbuhan, kematian, dan kandungan biomassa di atas tanah dari
pohon tersebut. Pertumbuhan lebar tajuk memiliki peran untuk melakukan dan
menentukan teknik pemangkasan cabang, penjarangan, serta mendukung dalam
pengambilan keputusan terkait umur rotasi suatu jenis (Dong et al., 2016).
Pengelolaan hutan secara umum sangat bermanfaat bagi bagi kelestarian alam
sekitar dan secara khusus bagi keberlangsungan pembangunan masyarakat. Dalam
pengertian silvika itu sendiri kita ketahui bahwa ilmu yang mempelajari sifat hutan
dan pohon hutan, bagaimana mereka tumbuh bereproduksi dan bereaksi dengan
lingkungannya. Dalam suatu ekosistem tersebut masing-masing individu pohon pasti
mengalami yang namanya persaingan guna mempertahankan kehidupan masing-
masing individu pohon tersebut, dimana diketahui ada kelas tajuk yaiu dominan,
kodominan, intermediate, dan tertekan (Arif, 2012).
Kedudukan pohon di dalam tegakan hutan, pohon-pohon dapat dikelompokkan
ke dalam kelas-kelas sebagai berikut: 1) Pohon dominan, yaitu pohon yang tajuknya
menonjol paling atas dalam hutan sehingga mendapatkan cahaya matahari penuh. 2)
Pohon kodominan, yaitu pohon yang tidak setinggi pohon dominan tetapi
masih mendapatkan cahaya penuh dari atas meskipun cahaya dari samping terganggu
oleh pohon dominan. 3) Pohon tengahan, yaitu pohon yang lebih rendah dari
pohon dominan dan pohon kodominan tetapi masih mendapatkan cahaya dari atas
namun tidak dari samping. 4) Pohon tertekan, yaitu pohon yang ternaungi oleh
pepohonan lain sehingga tidak menerima cahaya yang cukup baik dari atas
maupun samping. 5) Pohon mati (Jubaidin, 2016).
6

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Unsur Hara Terhadap Pertumbuhan
Tanaman” dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Mei 2022 pada pukul 10.00 WIB sampai
dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di melalui Zoom Meeting dan Google
Classroom.

Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pita ukur, alat tulis,
kertas grafik/ kertas mm A3, tali plastik, haga meter/Kristen meter, dan galah.

Prosedur
1. Dibuat petak ukur dalam suatu wilayah hutan dengan cara Nested sampling,
yaitu20 m x 20 m untuk pohon; 10 m x 10 m untuk tiang; 5 m x 5 m untuk
pancang; dan 2m x 2 m untuk semai. Petak yang kecil berada dalam petak yang
besar. Diusahakan antara regu satu dengan yang lainnya bersambung, jarak antar
petak ukur adalah 20 meter.
2. Digambarkan proyeksi horisontal dan proyeksi vertikalnya dari setiap tingkatan
yang ada, kemudian diukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang bebas
cabang dan tinggi totalnya.
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum silvika yang berjudul “Dinamika
Pohon dalam Hutan” adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Data Pengamatan Pohon dalam Hutan
Diamet Tinggi Proyeksi
No Nama jenis Depan Belakang Kanan Kiri klasifikasi
er (cm) (m)
1 Citrus maxima 21,3 6,52 1,8 2,3 2,4 2 Kodominan
2 Artocarpus 15,9 6,71 1,6 1,5 1,7 1,6 Kodominan
heterohilus
3 Mangifera indica 21,03 5,2 2,8 3,23 2 2 Dominan
4 Syzigium ageum 19,3 3 2 2,1 2 2 Kodominan
5 Casuaria 26,7 15,3 2,2 3 1,8 3,2 Kodominan
equisetifalia
6 Canarium 23 18 1,7 1,3 2,1 2 Dominan
indicum L.
7 Mangifera indica 26,73 15 2,8 3,36 2 3,5 Dominan
8 Artocarpus 19,09 18 2,34 3,68 1,84 3,7 Dominan
heterophylus
9 Artocarpus 18,2 14 2,7 3 2,1 2 Dominan
heterophylus
10 Mangifera indica 20 16 3 3,1 2 35 Dominan

Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul “Dinamika Pohon dalam Hutan”, digunakan 6
sampel tanaman diantaranya, yaitu Mangifera indica, Citrus Maxima, Artocarpus
heterophyllus, Syzygium aqueum, casuaria equesetifalia, canarium indicim.L, . Dari
hasil pengamatan didapat bahwa Mangifera indica memiliki tipe tajuk dominan,
Citrus Maxima memiliki tipe tajuk kodominan, Syzygium aqueum memiliki tipe
tajuk kodominan, Artocarpus heterophyllus memiliki tipe tajuk dominan, canarium
indicim,L. memiliki tipe tajuk dominan, dan Casuarina aquesetifalia memiliki tipe
tajuk kodominan.ada juga Artocarpus heterophyllus yang memiliki tajuk kodominan.
Mangifera indica merupakan spesies dengan tinggi dan diameter paling besar,
sedangkan Artocarpus heterophyllus yang kodominan merupakan spesies dengan
tinggi dan diameter paling kecil.
8

Klasifikasi kedudukan pohon dalam tegakan didasarkan pada posisi tajuk


terhadap penerimaan cahaya dari atas. Pohon Dominan: yaitu lapisan tajuk pohon
yang menonjol paling atas dalam tegakan sehingga mendapat cahaya penuh dari atas
sdan sebagian atau cahaya penuh dari samping. Menurut Arif Wp (2010) Pohon
dominan adalah pohon-pohon yang tajuknya terdapat paling atas, tajuk dalam
mendapatakan cahaya matahari penuh atas dan sebagian dari samping dan tingginya
melebihi 20 m. Pohon kodominan adalah pohon ini tidak setinggi pohon dominan
tetapi masih mendapt cahaya penuh dari atas, meskipun dari samping terganggu oleh
dominan dan pohon ini memiliki tinggi antara 17 m sampai 20 m. Pohon pertegakan
adalah pohon yang tajuknya berada di bawah tajuk-tajuk pohon dominan.
Adanya variasi dari jenis-jenis yang dominan dan kodominan pada setiap
tingkat pertumbuhan memberikan pengertian bahwa jenis dominan pada suatu tingkat
pertumbuhan tidak selalu dominan pada tingkat pertumbuhan yang lain. Dominannya
jenis-jenis pohon tersebut dikarenakan jenis-jenis tersebut ditemukan dalam jumlah
yang banyak (kerapatannya besar), tersebar merata ke seluruh areal, dan besarnya
diameter pada tingkat pertumbuhan tiang dan pohon. Selain itu, jenis-jenis dominan
tersebut berhasil memanfaatkan sebagian besar sumberdaya yang ada dibandingkan
dengan jenis-jenis yang lain. Menurut Kusmana & Susanti (2015), tumbuhan
mempunyai korelasi yang sangat nyata dengan tempat tumbuh (habitat) dalam hal
penyebaran jenis, kerapatan, dan dominansinya.
Dominansi jenis dapat dihitung melalui Indeks Nilai Penting (INP)
yang merupakan jumlah dari kerapatan relatif (KR), Frekuensi relatif (FR),
Dominansi Relatif (DR), untuk tiap tingkat pertumbuhan (Pohon, tiang, pancang,
dan semai). Indeks dominansi (Indeks of dominance) adalah parameter
yang menyatakan tingkat terpusatnya dominasi spesies dalam suatu komunitas.
Penguasaan atau dominasi spesies dalam komunitas bisa terpusat pada satu
spesies, beberapa spesies, atau pada banyak spesies yang dapat diperkirakan dari
tinggi rendahnya indeks dominasi. Menurut Nurainan & Prayogo (2018), INP
dapat dijadikan suatu petunjuk untuk menentukan jenis yang dominan pada
suatu tempat.
9

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Hutan adalah kumpulan atau asosiasi pohon-pohonan yang cukup rapat dan
menutupi areal yang cukup luas sehngga dapat membentuk iklim mikro
dengan kondisi ekologis yang khas, yang berbeda dengan iklim mikro dan
kondisi ekologis areal luarnya.
2. Kedudukan pohon di dalam tegakan hutan, pohon-pohon dapat
dikelompokkan ke dalam kelas-kelas sebagai berikut: 1) Pohon dominan, 2)
Pohon kodominan, 3) Pohon tengahan, 4) Pohon tertekan, dan 5) Pohon mati.
3. Mangifera indica merupakan spesies dengan diameter paling besar yaitu
26,73cm, sedangkan Artocarpus heterophyllus yang kodominan merupakan
spesies dengan diameter paling kecil yaitu 15,9 cm.
4. Pohon kodominan, dan pohon lainnya harus berjuang dalam mendapatkan
cahaya karena tertutupi oleh pohon dominan yang memiliki tajuk besar dan
lebar serta batangnya besar.
5. Kedudukan suatu pohon dalam hutan tidak selalu sama tergantung dengan
pohon apakah mampu bersaing dengan pohon yang lainnya

Saran
Semoga lebih baik di praktikum mata kuliah lainnya. Terimakasih banyak
teman-temat satu kelompok atas kerja sama nya dalam penyelesaian seluruh tugas.
Terimakasih banyak juga untuk asisten yang selalu sabra dengan kami. Dan untuk
praktikum silvika terimakasih juga.
10

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 2019. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa.


Bandung.

Arif I. 2010. Karakteristik Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan: Studi Kasus di
Kalimantan Timur. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Berlian, Zainal. 2016. Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Kemangi


(Ocinumamericanum L.) Terhadap Fungi F. Oxysporum Schlecht. Jurnal
biota, 2(1): 99-103.

Campoe O, Stape J, Nouvellon Y, Laclau J, Bauerle W, Binkley D, Le Maire G.


2013. Stem Production, Light Absorption And Light Use Efficiency
Between Dominant And Non-Dominant Trees Of Eucalyptus Grandis
Across A Productivity Gradient In Brazil. Forest Ecology and
Management, 2(1): 14–20.

Darmawan B, Siregar Y, Sukendi, Zahrah S. 2016. Pengelolaan Keberlanjutan


Ekosistem Hutan Rawa Gambut terhadap Kebakaran Hutan dan Lahan
diSemenanjung Kampar, Sumatera (Sustainable Management of Peat
Swamp Forest Ecosystems Toward Forest and Land Fires in Kampar
Peninsula, Sumatera). Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 23(2): 195–205.

Dong C, Wu B, Wang C, Guo Y, Han Y. 2016. Study On Crown Profile Models For
Chinese Fir (Cunninghamia Lanceolata) In Fujian Province And Its
Visualization Simulation. Scandinavian Journal of Forest Research, 31(3):
302-313.

Elonard A. 2015. Optimalisasi Jagung Dan Kedelai Dengan Sistem Agroforestri


Kayu Putih Di Gunung kidul. Jurnal Agroforestry, 19(2): 7-12.

Fajarwati I. 2015. Inventarisasi Hasil Hasil Penelitian tentang Pendugaan Dimensi


Pohon dan Tegakan di Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.

Goodman R, Philips O, Baker T. 2014. The Importance Of Crown Dimensions To


Improve Tropical Tree Biomass Estimates. Ecological Applications,
24(4):680-698.

Jubaidin J. 2016. Asosiasi, Klasifikasi, Dan Struktur Vegetasi Pohon Dataran Rendah
Di Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat (NTB)
(Doctoral Dissertation. UIN Mataram).
11

Muhdin. 2012. Dinamika Struktur Tegakan Hutan Tidak Seumur Untuk Pengaturan
Hasil Hutan Kayu Berdasarkan Jumlah Pohon. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pretzsch H, Biber P, Uhl E, Dahlhausen J, Rötzer T, Caldentey J, Koike T, Con T,


Chavanne A, Seifert T, Toit B, Farnden C, Pauleit S. 2015. Crown Size
And Growing Space Requirement Of Common Tree Species In Urban
Centres, Parks, And Forests. Urban Forestry & Urban Greening,
14(3):466-479.

Sharma R, Vacek Z, Vacek S. 2016. Individual tree crown width models for Norway
spruce and European beech in Czech Republic. Forest Ecology and
Management, 36(6): 208–220.

Anda mungkin juga menyukai