Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

EKOLOGI HUTAN

Oleh :
Kelompok IX

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2021
LAPORAN PRAKTIKUM/TUTORIAL

EKOLOGI HUTAN

NO. NAMA NIM


1. Alfonsius Rudulfo Sihaloho 193020404048
2. Aris Budi Setiawan 193030404135
3. Charisa Reguna Caeli Sinaga 193010404024
4. Dea Febe Anjani 193020404090
5. Ervan Kristian 193030404123
6. Fajar Rizky Dwi Yulianto 193010404009
7. Mei Cintya Angelia Damanik 193010404025
8. Trisnawati Wulandari 193020404037
9. Ricky Tri Imanuel 193030404126
10. Stevanus Rudyanto 193020404049
11. Wayan Dini Apri Kahayani 193010404008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Ekologi Hutan
dengan tepat sesuai waktu yang di tentukan tanpa halangan suatu apapun.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam berjalannya praktikum Ekologi Hutan, terkhusus Kepada Ibu
Dosen Dr. Milad Madiyawati, S.Hut., M.P serta kepada Bapak Dosen Hendra Toni,
S.Hut., M.P., selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekologi Hutan. Kepada rekan-
rekan yang telah membantu dan bekerja sama selama dilakukannya praktikum.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini masih banyak
kekurangannya oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar laporan ini dapat lebih baik lagi. Harapan penyusun laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca.

Palangka Raya, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................................ 2

II. DASAR TEORI ........................................................................................................................ 3

2.1 Petak Contoh Vegetasi ................................................................................................... 3

III. METODOLOGI...................................................................................................................... 8

3.1 Bahan dan Alat ............................................................................................................... 8

3.2 Pelaksanaan ................................................................................................................... 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 10

V. PENUTUP............................................................................................................................ 14

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 14

5.2 Saran ............................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 15

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pohon ................................10

Tabel 2 Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Tiang .................................10

Tabel 3 Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pancang ............................11

Tabel 4 Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Semai ................................11

Tabel 5 Hasil Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pohon ......................12

Tabel 6 Hasil Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Tiang .......................12

Tabel 7 Hasil Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pancang ...................13

iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan
komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat
tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies,
kerapatan maupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu
ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan
asosiasi konkrit/nyata. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode
untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
(Syafei, 1990).

Gambaran struktur hutan dapat dilaksanakan dengan berbagai pendekatan.


Metode yang banyak digunakan dan telah dikenal luas oleh peneliti ekologi yaitu
analisis vegetasi dengan metode kuadrat (petak ukur). Penggunaan kuadrat artinya
pengukuran dilakukan pada bidang dua dimensi yang memiliki luas Pengamatan
parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu
ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu
komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah
satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang,
semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah
dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga
vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian
dan Swamy, 2000).

Struktur hutan dapat digambarkan dengan struktur kuantitatif, yaitu susunan


spesies dan nilai kelimpahan masing- masing. Salah satu variabel kelimpahan yang
sering digunakan adalah nilai penting (importance value) atau kadang disebut juga
dengan indeks nilai penting, yang sering disingkat menjadi INP. Indeks Nilai Penting
adalah hasil penjumlahan densitas relatif (relative density), dominansi relatif (relative
dominance), dan frekuensi relatif (relative frequency). Kerapatan suatu spesies
2

adalah jumlah individu per satuan luas suatu spesies. Kerapatan menggambarkan
jumlah atau cacah individu. Dominansi suatu spesies adalah jumlah luas bidang dasar
per satuan luas suatu spesies. Dominansi menggambarkan ukuran individu. Frekuensi
suatu spesies adalah proporsi jumlah kuadrat atau petak ukur yang ditempati oleh
suatu spesies. Frekuensi menggambarkan distribusi individu. Dengan demikian, nilai
penting adalah suatu kuantitas spesies yang menggabungkan unsur jumlah, ukuran,
dan distribusi individu suatu spesies.

1.2 Tujuan
Praktikum bertujuan untuk mengetahui struktur kuantitatif komunitas pohon
berdasarkan spesies penyusun dan INP-nya serta Indeks Dominansi (C), Indeks
Keanekaragaman Jenis, Indeks Kemerataan jenis dan indeks kekayaan jenis
II. DASAR TEORI
Hal yang harus diperhatikan oleh seorang surveyor agar survey vegetasi yang
dilakukan dapat memberikan data/informasi yang teliti dan dapat dipertanggung
jawabkan. Hal-hal tersebut adalah ukuran, jumlah dan bentuk petak contoh yang
akan dipilih, cara meletakkan petak contoh, objek yang akan diamati, parameter
vegetasi yang akan diukur, dan teknik analisis vegetasi yang akan digunakan.
2.1 Petak Contoh Vegetasi
Mempelajari komposisi jenis dan struktur komunitas tumbuhan umumnya
dilakukan dengan sampling. Dalam hal ini ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu
ukuran bentuk dan jumlah petak contoh, cara meletakkan petak, dan teknik analisa
vegetasi yang harus digunakan.

a. Ukuran, Jumlah dan Bentuk


Petak Ukuran petak bergantung pada ukuran tumbuhan (semai, pancang, tiang,
pohon), kerapatan tumbuhan dan keragaman jenis serta keheterogenan lifeformnya.
Dalam penentuan ukuran petak prinsipnya adalah bahwa petak harus cukup besar
agar individu species yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus
cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
duplikasi atau pengabaian. Salah satu cara/metoda untuk menentukan ukuran/jumlah
petak contoh adalah menggunakan kurva species area (akan dibahas pada mata
kuliah yang berkaitan).
b. Cara meletakkan plot contoh
Ada dua cara peletakan petak contoh, yaitu cara acak (random sampling) dan
cara sistematik (systematic sampling). Dari segi floristisekologis, Random sampling
Hanya mungkin digunakan Apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya
Hutan tanaman dan padang rumput. Sedangkan untuk Keperluan survey Vegetasi
yang lebih teliti sistematik sampling dianjurkan, karena mudah dalam
pelaksanaannya dan data yang dihasilkan akan dapat lebih bersifat representative.
Bahkan dalam keadaan tertentu yang terkait dengan keterbatasan biaya, tenaga dan
waktu, purposive sampling pun dapat digunakan dalam analisis vegetasi.

c. Kriteria Stadium Pertumbuhan


Secara ekologis cukup penting untuk membeda bedakan Tumbuhan ke dalam
stadium Pertumbuhan semai, pancang, tiang dan pohon, bahkan tumbuhan bawah. 5
Tingkatan pertumbuhan pohon dibedakan berdasarkan perkembangan pohon dan
digunakan untuk analisis vegetasi, yaitu:
4

1. Tingkat semai (seedling), yaitu permudaan mulai kecambah -setinggi 150 cm


dibagi dalam kelas 0 - 30 cm dan 30 – 150 cm.
2. Tingkat pancang (sapling), yaitu permudaan yang tingginya > 150 cm sampai
pohon-pohon muda yang berdiameter < 10 cm.
3. Tingkat tiang (poles), yaitu pohon-pohon muda yang berdiameter 10 – 20 cm.
4. Tingkat pohon (tree), yaitu pohon yang berdiameter > 20 cm.

d. Ukuran Sub-plot untuk Berbagai Stadium Pertumbuhan


Keperluan risalah tumbuhan bawah, permudaan dan pohon di dalam petak
contoh seyogyanya dilakukan di dalam subplot-subplot contoh agar memudahkan
dalam risalahnya dan tidak terjadi duplikasi penghitungannya. Teknik pembuatan
sub-plot-sub-plot tersebut biasanya dilakukan secara nested sampling, yaitu sub-plot
yang berukuran lebih besar mengandung sub-plot yang berukuran lebih kecil. Dalam
hal ini ukuran sub-plot untuk berbagai stadium pertumbuhan adalah :
a. Semai dan tumbuhan bawah :2x2m
b. Pancang :5x5m
c. Tiang : 10 x 10 m
d. Pohon : 20 x 20 m.

Gambar 1. Penempatan Sub Plot Contoh Pengamatan


Untuk mendapatkan mendapatkan Indeks Nilai Penting tiap spesies digunakan
rumus sebagai berikut:

( )
5

( )

( )

INP (Indeks Nilai Penting)


a. INP = KR spesies A + DR spesies A + FR spesies A (tiang dan pohon)
b. INP = KR spesies A + FR spesies A (Pancang dan Semai)
Indeks Dominansi dihitung dengan rumus :

d. Pengukuran Keanekaragaman Vegetasi


Pengukuran keanekaragaman jenis dapat dilakukan dengan mengukur secara
langsung obyek atau organisme yang terkait. Aspek-aspek yang diamati dalam
rangka pengukuran di dalam keanekaragaman jenis, meliputi : kerapatan, frekuensi
dan dominansi (Istomo, 1995).
Selanjutnya Istomo (1995), mengemukakan bahwa untuk menentukan tingkat
keanekaragaman yang dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut :
1) Indeks Kekayaan (Richness Indices);
2) Indeks Keanekaragaman (Diversity Indices); dan
3) Indeks Kemerataan (Evenness Indices).
Menurut Mc. Intosh (1976) dalam Santoso (1995), Kekayaan jenis adalah
jumlah jenis (species) dalam suatu komunitas. Kemudian Kemton (1979) dalam
Santosa (1995), mendefinisikan kekayaan jenis sebagai jumlah jenis dalam sejumlah
kekayaan jenis adalah jenis dalam luasan areal tertentu.
Indeks kemerataan menunjukkan ukuran kemerataan proporsi jumlah individu
pada spesies yang dijumpai pada komunitas tertentu. Di samping itu, nilai
kemerataan dapat digunakan sebagai indikator adannya sistem dominasi antara setiap
spesies (Santosa, 1995). Secara sederhana untuk menentukan keanekaragaman jenis
dari suatu komunitas tumbuhan adalah berdasarkan jumlah dan variasi jenis yang
terdapat di dalam komunitas itu sendiri (Setiadi dan Puspa, 1989 dalam Ilona, 2003).
Untuk mengetahui keragaman jenis (spesies) dalam suatu komunitas, menggunakan
indeks Shannon (Ludwig dan Reynolds, 1988) yaitu :
6

Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
N = Jumlah total individu
ni = Jumlah spesies ke - i
ln = Logaritma natural
Besarnya indeks keanekaragaman akan dibandingkan di antara tingkattingkat
pertumbuhan, nilai yang lebih tinggi menunjukkan stabilitas yang tinggi, jika H’ ≤ 1
maka keanekaragaman rendah, jika nilai 1 < H < 3 maka keanekaragaman sedang
dan jika H’ ≥ 3 maka keanekaragaman tinggi (Soegianto, 1994).
Kemerataan Jenis
Indeks kemerataan jenis dihitung menggunakan rumus indeks Margalef
(Ludwig dan Reynolds 1988), dengan rumus sebagai berikut :

( )
Keterangan :
E = Indeks kemerataan
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
S = Jumlah jenis
Ln = Logaritma natural
Indeks kemerataan yang lebih tinggi dari suatu tingkatan pertumbuhan
menunjukkan terdistribusinya individu-individu kepada jenis-jenis akan lebih merata,
kisaran nilai indeks kemerataan adalah 0-1, bila nilainya 0 berarti kemerataan jenis
rendah dan bila nilainya 1 maka kemerataan jenis tinggi (Soegianto, 1994).
Kekayaan jenis
Untuk mengetahui kekayaan jenis tanaman obat digunakan rumus indeks Evennes
(Ludwig dan Reynolds 1988), yaitu:

Keterangan :
R = Indeks Margalef (indeks kekayaan jenis)
S = Jumlah jenis
N = Jumlah total individu
Ln = Logaritma natural
R < 2,5 = menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang rendah
7

2,5> R > 4 = menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang sedang


R>4 = menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang tinggi
III. METODOLOGI
Metode ini menggunakan sejumlah kuadrat dengan bentuk tertentu, dapat
berupa lingkaran, bujur sangkar, atau persegi panjang, dibuat dalam wilayah hutan.
Penempatan kuadrat bisa secara acak atau sistematik. Masing-masing bentuk dan
ukuran kuadrat memiliki kelebihan dan konsekuensi yang berbeda, baik dari segi
prakteknya (kepraktisan) maupun dalam hal analisis dan penafsiran hasilnya. Hasil
analisis dianggap mewakili jika spesies penyusun dalam sampel mendekati spesies
penyusun yang sesungguhnya.
3.1 Bahan dan Alat
Bahan praktikum yaitu vegetasi yang berada dilokasi praktikum, sedangkan
alat yang digunakan meliputi kompas, GPS, parang, patok kayu, tali (20 m, 10 m,5 m
dan 2 m, roll meter, pita meter, alat tulis, kertas/tally sheet untuk mencatat data, serta
kamera untuk dokumentasi.
3.2 Pelaksanaan
Cara kerja
1. Lokasi kuadrat/petak yang akan digunakan untuk lokasi pengamatan ditentukan
sesuai dengan kondisi lapangan (acak atau sistematik).
2. Membuat petak ukur dengan ukuran 20 m x 20 m dibuat secara perkelompok,
dimana di dalamnya ada penempatan plot ukuran 2m x 2m, 5m x 5m (plot 10x10 m
untuk vegetasi tingkat pohon dan tiang, 5 x 5 m untuk vegetasi tingkat pancang dan 2
x 2 m untuk vegetasi tingkat semai.
3. Dalam setiap kuadrat atau petak ukur, setiap spesies pohon diidentifikasi namanya
dan diukur keliling setinggi dada (1,30 m dari permukaan tanah). Untuk tingkat
pancang dan semai diidentifikasi jenisnya dan tinggi (termasuk semai atau pancang).
4. Keliling setinggi dada kemudian diubah menjadi LBDS.
5. Kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan INP dan Indeks Dominansi
tiap jenis.
6. Dalam praktikum, ketelitian pengukuran adalah satu angka di belakang koma.
7. Pengambilan data dari lapangan dilakukan perkelompok perpetak/perjalur yang
disesuaikan dengan kondisi tempat praktikum. Data dari masing masing kelompok
dikumpulkan jadi data keseluruhan permahasiswa dimana laporan dibuat perorang.
Dalam laporan, mahasiswa menjelaskan cara pelaksanaan praktikum dengan kalimat
sendiri. Untuk mempermudahkan dalam pengerjaan data yang ada bisa
menggunaakan Ms. Excel.
8. Skema susunan laporan :
9

a. Judul
b. Pendahuluan
c. Tujuan Praktek
d. Dasar Teori
e. Cara Pelaksanaan
f. Hasil dan Pembahasan
g. Kesimpulan
h. Daftar Pustaka
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang disajikan berupa data, proses penghitungan, dan hasil yang didapat.
Pembahasan dapat berupa deskripsi komunitas pohon berdasarkan struktur
kuantitatifnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil. Proses penghitungan
berupa uraian tentang asal angka-angka yang diperoleh dalam hasil praktikum.
Datanya disajikan seperti berikut ini.

Tabel 1. Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pohon

No PU Keliling Diameter
Nama spesies
kuadrat/petak (m) (cm) (cm)
Tumih 72,25 23
1 20x20 Tumih 103,67 33
Tumih 102,04 32,48
Gerunggang 23 20,06
Gerunggang 71 22,61
Tumih 64 20,38
2 20x20
Tumih 68,5 21,81
Tumih 77 24,52
Tumih 68 21,65
Tumih 98 31,21
3 20x20
Tumih 66 21,01

Tabel 2. Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Tiang

No PU Keliling Diameter
Nama spesies
kuadrat/petak (m) (cm) (cm)
Tumih 45,86 14,60
Tumih 39,26 12,50
Tumih 40,84 13
Tumih 58,11 18,50
1 10x10 Tumih 54,03 17,20
Tumih 50,26 16
Tumih 43,98 18
Tumih 37,69 12
Gerunggang 49,32 15,70
11

gerunggang 34 10,82
2 10x10
Tumih 54 17,19
Gerunggang 34 10,82
3 10x10
Tumih 49 15,60

Tabel 3. Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pancang

No PU
Nama spesies LBDS
kuadrat/petak (m)
1 5x5 Tumih 19,62
Tumih 26,42
2 5x5
Gerunggang 51,75
Tumih 6,60
Tumih 0,38
Tumih 4,90
Tumih 23,73
Gerunggang 63,60
3 5x5
Gerunggang 2,54
Gerunggang 9,61
Gerunggang 9,61
Gerunggang 0,95
Gerunggang 34,20

Tabel 4. Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Semai

No PU
Nama spesies
kuadrat/petak (m)
1 2x2 -
2 2x2 -
3 2x2 -

Hasilnya dimasukan dalam tabel dengan susunan seperti berikut ini :


12

Tabel 5. Hasil Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pohon

Tabel 5 dalam menganalisis vegetasi tingkat pohon didominasi oleh pohon tumih
dengan nilai Indeks Keanekaragaman Jenis sebesar 91,12, Indeks Kekayaan Jenis
sebesar 0,42 dan Indeks Kemerataan jenisnya 131,46 yang didapat dari petak ukur 1,
2 dan 3 dengan nilai INP sebesar 300 dengan keliling pohon 25 cm. Hasil INP
tertinggi diperoleh dari Pohon tumih dengan INP sebesar 34,65 hal ini didukung pula
oleh hasil dominansi sebesar 21.381,41 yang terdapat dari petak ukur 1 untuk tingkat
pohon. Hasil Kekayaan jenis menunjukkan bahwa pada tingkat pohon hanya terdapat
sedikit vegetasi. Adanya perbedaan tingkat keanekaragaman jenis tersebut
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu ketinggian, garis lintang dan curah hujan. Faktor-
faktor tersebut diatas akan mempengaruhi komposisi jenis dan pola-pola komunitas
dalam suatu habitat.

Tabel 6. Hasil Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Tiang


13

Tabel 6 merupakan hasil dari data analisis vegetasi pada tingkat tiang yang didapati
dari petak ukur 1,2 dan 3 dengan INP total 300 dan INP tertinggi didapati dari pohon
tumih sebesar 25,27 yang didukung pula dari hasil dominansinya sebesar 26.871,50
yang diperoleh dari petak ukur 1 untuk tingkat tiang. Indeks Nilai Penting (INP)
menunjukkan peranan jenis dalam kawasan. Jenis yang mempunyai INP paling besar
berarti mempunyai peranan yang paling penting di dalam kawasan tersebut. Nilai
indeks keanekaragaman jenis sebesar 100,28, nilai indeks kemerataan jenis sebesar
144,68 dan nilai indeks kekayaan jenis sebesar 0,38.

Tabel 7. Hasil Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pancang

Tabel 7 dalam menganalisis vegetasi tingkat pancang didominasi oleh pohon


gerunggang dengan nilai Indeks Keanekaragaman Jenis sebesar 97,47, Indeks
Kekayaan Jenis sebesar 0,39 dan Indeks Kemerataan jenisnya 38,00 yang didapat
dari petak ukur 1, 2 dan 3 dengan nilai INP sebesar 300. Hasil INP tertinggi
diperoleh dari Pohon gerunggang dengan INP sebesar 40,43 hal ini didukung pula
oleh hasil dominansinya sebesar 25.439,10 yang terdapat dari petak ukur 3 untuk
tingkat pancang.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan peranan jenis dalam kawasan. Jenis
yang mempunyai INP paling besar berarti mempunyai peranan yang paling penting
di dalam kawasan tersebut. Pada tingkat pohon dan tiang, pohon tumih mendominasi
pada petak ukur 1, 2 dan 3 dan pada tingkat pancang, yang mendominasi adalah
pohon garunggang. Dari tingkat pancang pada petak ukur 1,2 dan 3 indeks
keanekaragaman jenis lebih tinggi dari kemerataan jenis dan kekayaan jenis.
Sedangkan pada tingkat tiang dan pohon, indeks kemerataan lebih tinggi dari
keanekaragaman jenis dan kekayaan jenis.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan laporan praktikum Ekologi
Hutan ini yaitu dala pelaksaan praktikum ini alat dan bahan harus dilengkapi agar
memudahkan mahasiswa melaksanakan praktik lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbour, M. G., J. H. Burk, and W. D. Pitts. 1980. Terrestrial Plant Ecology.
California: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.
Cox, G. W. 1976. Laboratory Manual of General Ecology. Third edition.
Dubuque,IA: W. C. Brown.
Ludwig, J. A. and J. H. Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A primer on Methods
and Computing. Singapore: John & Wiley and Sons.
Mueller-Dombois, D. and H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation
Ecology. New York: Wiley.
Whittaker, R. H. 1975. Communities and Ecosystems. Second edtion. New York:
Macmillan Pub. Co., Inc. 66 .
LAMPIRAN
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5

Kelompok 6
Kelompok 7
Tingkat pohon

tingkat tiang

tingkat pancang

tingkat semai
Kelompok 8

Kelompok 12

Anda mungkin juga menyukai