EKOLOGI HUTAN
Oleh :
Kelompok IX
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2021
LAPORAN PRAKTIKUM/TUTORIAL
EKOLOGI HUTAN
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
III. METODOLOGI...................................................................................................................... 8
V. PENUTUP............................................................................................................................ 14
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pohon ................................10
Tabel 5 Hasil Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pohon ......................12
Tabel 6 Hasil Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Tiang .......................12
Tabel 7 Hasil Susunan Tabel Data Analisis Vegetasi Tingkat Pancang ...................13
iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan
komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat
tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies,
kerapatan maupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu
ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan
asosiasi konkrit/nyata. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode
untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
(Syafei, 1990).
adalah jumlah individu per satuan luas suatu spesies. Kerapatan menggambarkan
jumlah atau cacah individu. Dominansi suatu spesies adalah jumlah luas bidang dasar
per satuan luas suatu spesies. Dominansi menggambarkan ukuran individu. Frekuensi
suatu spesies adalah proporsi jumlah kuadrat atau petak ukur yang ditempati oleh
suatu spesies. Frekuensi menggambarkan distribusi individu. Dengan demikian, nilai
penting adalah suatu kuantitas spesies yang menggabungkan unsur jumlah, ukuran,
dan distribusi individu suatu spesies.
1.2 Tujuan
Praktikum bertujuan untuk mengetahui struktur kuantitatif komunitas pohon
berdasarkan spesies penyusun dan INP-nya serta Indeks Dominansi (C), Indeks
Keanekaragaman Jenis, Indeks Kemerataan jenis dan indeks kekayaan jenis
II. DASAR TEORI
Hal yang harus diperhatikan oleh seorang surveyor agar survey vegetasi yang
dilakukan dapat memberikan data/informasi yang teliti dan dapat dipertanggung
jawabkan. Hal-hal tersebut adalah ukuran, jumlah dan bentuk petak contoh yang
akan dipilih, cara meletakkan petak contoh, objek yang akan diamati, parameter
vegetasi yang akan diukur, dan teknik analisis vegetasi yang akan digunakan.
2.1 Petak Contoh Vegetasi
Mempelajari komposisi jenis dan struktur komunitas tumbuhan umumnya
dilakukan dengan sampling. Dalam hal ini ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu
ukuran bentuk dan jumlah petak contoh, cara meletakkan petak, dan teknik analisa
vegetasi yang harus digunakan.
( )
5
( )
( )
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
N = Jumlah total individu
ni = Jumlah spesies ke - i
ln = Logaritma natural
Besarnya indeks keanekaragaman akan dibandingkan di antara tingkattingkat
pertumbuhan, nilai yang lebih tinggi menunjukkan stabilitas yang tinggi, jika H’ ≤ 1
maka keanekaragaman rendah, jika nilai 1 < H < 3 maka keanekaragaman sedang
dan jika H’ ≥ 3 maka keanekaragaman tinggi (Soegianto, 1994).
Kemerataan Jenis
Indeks kemerataan jenis dihitung menggunakan rumus indeks Margalef
(Ludwig dan Reynolds 1988), dengan rumus sebagai berikut :
( )
Keterangan :
E = Indeks kemerataan
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
S = Jumlah jenis
Ln = Logaritma natural
Indeks kemerataan yang lebih tinggi dari suatu tingkatan pertumbuhan
menunjukkan terdistribusinya individu-individu kepada jenis-jenis akan lebih merata,
kisaran nilai indeks kemerataan adalah 0-1, bila nilainya 0 berarti kemerataan jenis
rendah dan bila nilainya 1 maka kemerataan jenis tinggi (Soegianto, 1994).
Kekayaan jenis
Untuk mengetahui kekayaan jenis tanaman obat digunakan rumus indeks Evennes
(Ludwig dan Reynolds 1988), yaitu:
Keterangan :
R = Indeks Margalef (indeks kekayaan jenis)
S = Jumlah jenis
N = Jumlah total individu
Ln = Logaritma natural
R < 2,5 = menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang rendah
7
a. Judul
b. Pendahuluan
c. Tujuan Praktek
d. Dasar Teori
e. Cara Pelaksanaan
f. Hasil dan Pembahasan
g. Kesimpulan
h. Daftar Pustaka
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang disajikan berupa data, proses penghitungan, dan hasil yang didapat.
Pembahasan dapat berupa deskripsi komunitas pohon berdasarkan struktur
kuantitatifnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil. Proses penghitungan
berupa uraian tentang asal angka-angka yang diperoleh dalam hasil praktikum.
Datanya disajikan seperti berikut ini.
No PU Keliling Diameter
Nama spesies
kuadrat/petak (m) (cm) (cm)
Tumih 72,25 23
1 20x20 Tumih 103,67 33
Tumih 102,04 32,48
Gerunggang 23 20,06
Gerunggang 71 22,61
Tumih 64 20,38
2 20x20
Tumih 68,5 21,81
Tumih 77 24,52
Tumih 68 21,65
Tumih 98 31,21
3 20x20
Tumih 66 21,01
No PU Keliling Diameter
Nama spesies
kuadrat/petak (m) (cm) (cm)
Tumih 45,86 14,60
Tumih 39,26 12,50
Tumih 40,84 13
Tumih 58,11 18,50
1 10x10 Tumih 54,03 17,20
Tumih 50,26 16
Tumih 43,98 18
Tumih 37,69 12
Gerunggang 49,32 15,70
11
gerunggang 34 10,82
2 10x10
Tumih 54 17,19
Gerunggang 34 10,82
3 10x10
Tumih 49 15,60
No PU
Nama spesies LBDS
kuadrat/petak (m)
1 5x5 Tumih 19,62
Tumih 26,42
2 5x5
Gerunggang 51,75
Tumih 6,60
Tumih 0,38
Tumih 4,90
Tumih 23,73
Gerunggang 63,60
3 5x5
Gerunggang 2,54
Gerunggang 9,61
Gerunggang 9,61
Gerunggang 0,95
Gerunggang 34,20
No PU
Nama spesies
kuadrat/petak (m)
1 2x2 -
2 2x2 -
3 2x2 -
Tabel 5 dalam menganalisis vegetasi tingkat pohon didominasi oleh pohon tumih
dengan nilai Indeks Keanekaragaman Jenis sebesar 91,12, Indeks Kekayaan Jenis
sebesar 0,42 dan Indeks Kemerataan jenisnya 131,46 yang didapat dari petak ukur 1,
2 dan 3 dengan nilai INP sebesar 300 dengan keliling pohon 25 cm. Hasil INP
tertinggi diperoleh dari Pohon tumih dengan INP sebesar 34,65 hal ini didukung pula
oleh hasil dominansi sebesar 21.381,41 yang terdapat dari petak ukur 1 untuk tingkat
pohon. Hasil Kekayaan jenis menunjukkan bahwa pada tingkat pohon hanya terdapat
sedikit vegetasi. Adanya perbedaan tingkat keanekaragaman jenis tersebut
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu ketinggian, garis lintang dan curah hujan. Faktor-
faktor tersebut diatas akan mempengaruhi komposisi jenis dan pola-pola komunitas
dalam suatu habitat.
Tabel 6 merupakan hasil dari data analisis vegetasi pada tingkat tiang yang didapati
dari petak ukur 1,2 dan 3 dengan INP total 300 dan INP tertinggi didapati dari pohon
tumih sebesar 25,27 yang didukung pula dari hasil dominansinya sebesar 26.871,50
yang diperoleh dari petak ukur 1 untuk tingkat tiang. Indeks Nilai Penting (INP)
menunjukkan peranan jenis dalam kawasan. Jenis yang mempunyai INP paling besar
berarti mempunyai peranan yang paling penting di dalam kawasan tersebut. Nilai
indeks keanekaragaman jenis sebesar 100,28, nilai indeks kemerataan jenis sebesar
144,68 dan nilai indeks kekayaan jenis sebesar 0,38.
Kelompok 6
Kelompok 7
Tingkat pohon
tingkat tiang
tingkat pancang
tingkat semai
Kelompok 8
Kelompok 12