Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

“DENDROLOGI”

KELOMPOK I2

Jefri Frade Sirait 203020404111


Misericordias Dominie 203030404113
Alessandro Sebastian Dami 203030404114
Joshua rayhan laurensius S 203030404117
Yunika Fransiska br Tarigan 203020404086
Windy Apriliyani 203020404090
Yuliasih 203020404099
Raskita Purba 203020404102

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS


PERTANIAN JURUSAN/PROGRAM STUDI
KEHUTANAN
2023
Laporan Praktik Lapang

DENDROLOGI

Oleh :

Kelompok XII

No NAMA & NIM Tanda Tangan

1 Jefri Frade Sirait (203020404111)

2 Misericordias Dominie (203030404113)

3 Alessandro Sebastian Dami (203030404114)

4 Joshua Rayhan l. S (203030404117)

5 Yunika Fransiska br Tarigan (203020404086)

6 Windy Apriliyani (203020404090)

7 Yuliasih (203020404099)

8 Raskita Purba (203020404102)

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS


PERTANIAN JURUSAN/PROGRAM STUDI
KEHUTANAN
2023
LAPORAN PRAKTIK LAPANG

EKOLOGI HUTAN

Oleh :

Kelompok XII

Diperiksa oleh Asisten*:

(Glen Widodo, S.Hut )

Tanggal:

Disetujui oleh Pemateri:

Dr. Penyang, S.Hut., M.P


Ir. Yusintha Tanduh, M.P
Tanggal: Tanggal :

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS


PERTANIAN JURUSAN/PROGRAM STUDI
KEHUTANAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat- Nya sehingga laporan Praktik Lapagan mata kuliah Dendrologi di
lingkugan kampus jurusan kehutanan dapat diselesaikan penulis dengan baik.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. Penyang,
S.Hut., M.P, Ibu Yusintha Tanduh, M.P.selaku dosen pengampu mata kuliah
dendrologi serta asisten dosen yang membantu selama proses berjalannya
praktikum sampai kepada penyusunan laporan ini.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
membawa dampak yang positif bagi kalangan yang membutuhkan. Penulis juga
menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi kebaikan
laporan ini. Akhir kata penulis menyampaikan terimakasih.
.

Palangka Raya, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................v

I. PENDAHULUAN..........................................................................................1

I.1 Latar Belakang..................................................................................................1


I.2 Tujuan Praktik..............................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
II.1 Kunci Identfikasi..................................................................................3

II.2 Hebarium.............................................................................................4

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANG......................................6


III.1 Tempat dan Waktu................................................................................6

III.2 Objek, Bahan, dan Peralatan.................................................................6


3.3 Cara Kerja......................................................................................................8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................14


4.1 Hasil............................................................................................................14
V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................24

5.1 Kesimpulan........................................................................................24
5.2 Saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
ii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.Pengenalan Hasil Jenis...........................................................................14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Hebarium..........................................................................................15

Gambar 4.2.1 Ulin (Eusidroxylon zwageri)...........................................................16

Gambar 4.2.2 Tumih ( Combretocarpus rotundatus )...........................................17

Gambar 4.2.3 Sungkai ( Peronema canescens )....................................................18

Gambar 4.2.4 Balangeran ( Shorea balangeran )..................................................19

Gambar 4.2.5 Mahoni ( Swietenia mahagoni )......................................................20

Gambar 4.2.6 Alau ( Daerydiun pectinatum)........................................................21

Gambar 4.2.7 Ketapang ( Terminelia catappa)....................................................22

Gambar 4.2.8 Akasia dau lebar ( Acacia mangium)..............................................23


iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Saat Pengaambilan Pohon Contoh Untuk Herbarium

Lampiran 2. Pengambilan kulit pohon pulai

Lampiran 3. Pengambilan Akar

Lampiran 4. Menulis jenis Pohon

Lampiran 5. Foto Bersama


v
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kunci identifikasi tumbuhan merupakan suatu kunci yang berguna dalam
mengidentifikasi tumbuhan berupa keterangan mengenai ciri-ciri yang merupakan
kegiatan taksonomi atau klasifikasi. Dalam langkah kunci determinasi terdapat
dua alternatif ciri yang berlawanan. Pada kunci determinasi tumbuhan juga berisi
deskripsi tentang ciri-ciri yang berlawanan. Sehingga satu bagian ditolak dan
bagian yang lain dapat diterima. Hal tersebut terus berlanjut sampai pada akhirnya
akan diperoleh suatu jawaban yang merupakan identifikasi tumbuhan yang di
maksud. Penggunaan referensi harus mencakup semua kemungkinan yang akan
terjadi dalam proses identifikasi. Sehingga tumbuhan yang akan diidentifikasi
harus dideskripsikan semua bagian morfologinya. Mulai dari bagian akar, batang
daun bahkan bunga.
Menurut Simpson (2006), identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan
empat metode. Di antaranya kunci taksonomi, menulis deskripsi tumbuhan,
membandingkan spesimen, membandingkan gambar, dan pendapat lembaga atau
ahli. Identifikasi tumbuhan adalah serangkaian proses pengenalan tumbuhan
untuk mengetahui jenis tumbuhan secara detail dan lengkap serta dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Proses identifikasi tumbuhan bertujuan
mengetahui identitas dari tumbuhan yang belum diketahui.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktik lapangan mata kuliah Dendrologi dengan
judul membuat kunci identifikasi adalah:
1. Untuk mengetahui dan mengenal bagian-bagian daun, serta membedakan daun
lengkap dan daun tidak lengkap.
2. Untuk mempelajari bermacam-macam tipe daun majemuk serta membedakan
antara daun majemuk dan daun tunggal.
3. Agar mampu membuat herbarium tumbuhan dengan baik dan benar, serta
lengkap dengan keterangan dan catatan yang akan ditulis di lapangan.
2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kunci Identifikasi


Identifikasi merupakan hal mendasar untuk mendapatkan identitas suatu
spesimen tumbuhan, terkait dengan banyak aspek botani selanjutnya. Dokumen
inventarisasi flora pada umunya dilengkapi dengan kunci identifikasi dan
deskripsi. Identifikator dituntut untuk memiliki dasar pengetahuan yang kuat
terkait istilah-istilah identifikasi tumbuhan untuk dapat menggunakannya.
Sayangnya, dewasa ini identifikator tumbuhan semakin terbatas dan minat
generasi muda dalam bidang ini semakin berkurang.
Komputerisasi kunci identifikasi dan deskripsi dapat menjadi solusi
untuk bermacam permasalahan tersebut. Dalam artikel ini,penulis memberikan
contoh otomatisasi penyusunan kunci identifikasi (konvensional dan
interaktif)sekaligus deskripsi tiap takson (level genus). Daftar takson yang
digunakan ialah daftar jenis pohon dari hutan dan daftar karakter diekstrak dari
sebuah buku tentang karakter morfologi tumbuhan.
Komputerisasi kunci identifikasi tumbuhan dan deskripsi takson dilakukan
dengan perangkat lunak Delta System, terdiri atas Delta Editor untuk editing
matriks takson dan karakter serta Delta Intkey untuk menampilkan kunci
identifikasi interaktif. Sebanyak 53 genus berhasil disajikan sebagai terminal
takson pada kunci identifikasi bertakik (konvensional) dengan memanfaatkan 17
karakter morfologi. Pada tampilan kunci identifikasi interaktif, daftar karakter
dapat diurutkan berdasarkan nilai koefisien separasi.
Hasil studi ini mendemostrasikan bahwa komputerisasi penyusunan kunci
identifikasi dan deskripsi memungkinkan pengguna untuk fokus pada daftar
takson dan karakter, untuk selanjutnya komputer yang akan mengerjakan tampilan
keluarannya Sedangkan, kunci identifikasi merupakan suatu cara yang digunakan
para ahli biologi untuk menentukan filum (divisi), kelas, ordo, famili , genus, atau
spesies.
3

2.2 Herbarium
Herbarium merupakan suatu eksperimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu yang dilengkapi dengan data-
data dan manfaat dari tumbuhan tersebut. Ada beberapa tahapan dari pembuatan
herbarium, dimulai dari pengumpulan tanaman, pengeringan, pengawetan, dan
pembuatan herbarium salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan generasi
muda tentang pemanfaatan tumbuhan dapat dilakukan melalui kegiatan
herbarium. Herbarium merupakan spesimen tumbuhan yang telah diawetkan dan
dapat dijadikan sebagai media pembelajar menyatakan bahwa herbarium
merupakan material pokok yang bermanfaat saat mempelajari sistematis
tumbuhan dapat digunakan untuk membantu identifikasi tumbuhan dengan
keunggulan mudah dibawa dan praktis digunakan. Tujuan koleksi herbarium yaitu
untuk memperkenalkan etnobotani terhadap anak-anak dan sebagai penelitian
tindak lanjut oleh para ahli (Greve et al., 2016). Herbarium memiliki dua jenis,
yaitu herbarium kering (daun, akar, bunga, batang), dan herbarium basah (buah-
buahan). Herbarium yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran adalah
herbarium kering. Herbarium kering merupakan koleksi tumbuhan yang telah
dikeringkan dan disusun pada sebuah kertas serta diberi keterangan terkait dengan
spesimen tersebut (Dikrullah et al., 2018). Herbarium kering akan mendorong
siswa untuk semakin berkreasi terhadap jenis-jenis tumbuhan
Herbarium memiliki dua jenis, yaitu herbarium kering (daun, akar,
bunga, batang), dan herbarium basah (buah-buahan). Herbarium yang dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran adalah herbarium kering. Herbarium kering
merupakan koleksi tumbuhan yang telah dikeringkan dan disusun pada sebuah
kertas serta diberi keterangan terkait dengan spesimen tersebut (Dikrullah et al.,
2018). Herbarium kering akan mendorong mahasiswa untuk semakin berkreasi
terhadap jenis-jenis tumbuhan. Terutama pada saat dilakukannya kegiatan
pembuatan herbarium. Melalui kegiatan herbarium yang telah diberikan dapat
mengedukasi sekaligus menambah sikap ilmiah bagi para Mahasiswa
4

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktek lapangan mata kuliah Dendrologi dilaksanakan di
lingkugan kampus jurusan kehutanan pada hari Jumat, 6 Januari 2023.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan dalam pembuatan herbarium dan
identifikasi pohon adalah sebagai berikut:
1. GPS
2. Gunting tanaman
3. Koran bekas (tabloid)
4. Karung beras
5. Plastik ukuran karung (atau 50 kg)
6. Cutter
7. Tali rafia/Benang jagung/jarum kasur
8. Label gantung (ukuran 3 cm x 3 cm yang diikat dengan benang “jagung”
9. Triplek/kardus ukuran maksimal 30x40 cm
10. Pensil, Spidol permanent, Buku dan alat tulis
11. Alkohol 96% /alkohol 70% atau spritus
12. Botol kosong
13. Selotif
14. Kertas muonting/karton tebal
16. Panduan Praktik Lapangan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023
15. Oven
16. Kertas Kalkir
17. FAA (untuk awetan basah)

3.3 Cara kerja


3.3.1 Koleksi Lapangan
a. Spesimen diambil di lapangan :
5

 Dipilih tampilan secara fenotif sehat, tidak rusak, tidak serangan hama
dan penyakit
 Harus lengkap (daun, ranting, kulit batang, biji, bunga dan buah) ukuran
spesimen yang diambil, setelah nanti dipotong, disusun/diatur/ditata tidak
lebih dari 30 cm. Jika tinggi tumbuhan/tanaman tsb tidak lebih dari 30
cm harus diambil sampai akarnya; tumbuhan itu parasit maka tumbuhan
inang tempat tumbuhnya harus terbawa.
 Tumbuhan/tanamannya diambil dua atau satu spesimen saja.
b. Spesimen tanda (diberi label gantung atau label lapangan dan di tulis nomor
koleksinya.
c. Data di catat di tallysheet :
 Titik koordinat, Nama local
 Lokasi pengambilan
 Waktu pengambilan
 Tempat hidup tumbuhan/tanaman,
 Habitus (perawakan batang) warna daun, permukaan daun, pucuk (daun
muda atau daun tua), bunga, buah dan biji (jika ada), bau, kulit batang,
rasa dan ciri-ciri khas lainnya (getah dll) .
 Kolektor .
d. Spesimen 1/1 diletakkan pada lembaran koran. Selanjutnya di masukan ke
dalam karung, diatur dengan hati-hati dan serapi mungkin, sampai semua
spesimen terkumpul; pada proses pengangkutan spesimen dari lapangan ke
laboratorium, sebaiknya karung dilapis dengan kardus atau triplek dan diikat.

3.3.2 Laboratorium
a. Proses Pengepresan dan Pengawetan
1. Setelah selesai proses koleksi dilapangan, dilanjutkan dengan proses
pengepresan dan pengawetan. Ke-2 proses ini menjadi penentu
bagus/baiknya spesimen yang dibuat. Kegagalan dalam proses ini dapat
menyebabkan spesimen yang dibuat akan menjadi sampah, layaknya
serasah.
2. Keluarkan spesimen dari karung.
6

3. Bersihkan spesimen dari tanah dan kotoran yang menempel memakai lap
kain atau tisu. Pastikan spesimen telah bersih.
4. Semprot dengan alkohol 70% .
5. Letakkan spesimen pada lembaran koran. Tata sedemikian rupa, sehingga
semua organ tumbuhan terlihat.
6. Susun/atur/tata setiap specimen tersebut sehingga memperlihatkan karakter
dari bagian-bagiannya (lembaran daun diatur dengan membalikkannya).
Apabila ada bunga, buah dapat ditata di samping tumbuhan, agar tumbuhan
tidak bergeser dapat diberi selotip.
7. Apabila spesimen berukuran lebih panjang dari lembaran koran dan
memilki karakter yang tidak boleh hilang, lipat spesimen tersebut dengan
tatanan yang baik.
8. Sampel bunga yang bagian-bagiannya telah gugur, masukkan dalam
amplop.
9. Sampel buah, dibelah posisi melintang/membujur untuk melihat karakter
biji/bag dalamnya. Bila memungkinkan lakukan pengawetan basah.
10. Lakukan untuk semua specimen.
11. Lakukan pengamatan ulang pada setiap spesimen (label yang rusak,
penataan yang kurang bagus, dll).
12. Dokumentasikan masing-masing spesimen.
b. Proses Pengeringan
1. Proses pengeringan sebaiknya dilakukan setelah 48 jam sampel melalui
proses pengawetan
2. Susun koran yg berisi spesimen bergantian dengan karton kardus hingga
beberapa lapis/sampai spesimen habis (30 – 40 cm).
3. Cek kembali tatanan spesimen, apabila berubah tata ulang
4. Lakukan pengepresan/penekanan tumpukan koran tsb dan ikat dengan kuat
5. Masukkan ikatan tersebut dalam oven, dengan waktu 48 jam
c. Proses Mounting
1. Setelah proses pengeringan, keluarkan sampel dari oven, cek, apabila
sampel belum kering arus dioven ulang
2. Proses ini umumnya dengan menjahit spesimen pada bagian tertentu
7

3. Ada juga dengan menggunakan selotip


4. Lakukan proses ini untuk setiap specimen
5. Proses ini merupakan tahap akhir sebelum spesimen disimpan dilemari
spesimen.
6. Selama proses pengeringan berjalan, lakukan pembuatan label herbarium
dan label map herbarium.
7. Pindahkan informasi lapangan dari buku catatan ke label herbarium yang
disajikan.
8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengenalan Jenis Pohon
Adapun hasil yang telah didapatkan identifikasi morfologi dari 8 pohon
seperti pada tabel yang ada di bawah ini:
No. Nama Nama Ilmiah Famili Penampilan umum
Jenis
1. Ulin Eusideroxylon Lauraceae Daun pohon berwarna
zwageri hijau tua, sederhana,
kasar, elips hingga bulat
telur.
2. Tumih Combretocarpu Anisophylleaceae Bunga dari jenis ini
s rotundatus berbentuk malai,
muncul pada bagian
pangkal cabang,
berwarna kuning,
3. Sungkai Peronema Lamiaceae Daun sungkai majemuk
canescens menyirip ganjil, poros
bersayap dan letaknya
berpasangan
4. Balangeran Shorea Dipterocarpaceae Daun berukuran sedang
balangeran memanjang dan bagian
ujung meruncing
5. Mahoni Swietenia Meliaceae daun berbentuk bulat
mahagoni oval, ujung dan pangkal
daun runcing dan tulang
daun menyirip
6. Alau Dacrydium Podocarpaceae daun menjarum dan
pectinatum terbagi-bagi

7. Ketapang Terminalia Combretaceae tajuknya yang tumbuh


catappa bertingkat sehingga
pagoda serupa serta
cabangnya yang
mendatar
8. Akasia Acacia Fabaceae Daun tidak lengkap
daun lebar mangium karena terdiri atas
tangkai serta helaian
daun
9

4.1.2 Herbarium
Adapun hasil herbarium dari pohon Pulai (Alstonia scholaris) sebagai
berikut:
Akar Pulai berakar tunggang,
dengan adanya lentisel berpori pada
bagian permukaan akarnya. Batang
Kulit batang berwarna coklat terang
dan terdapat getah berwarna putih
susu pada bagian dalam kulit kayu.
Batang yang sudah tua sangat rapuh
dan mudah terkelupas. Daun pulai
tergolong dalam tipe duduk daun
berkarang. Bentuk daun bulat telur
seperti spatula dengan ujung daun
meruncing. Urat daun sangat jelas
menonjol di bagian permukaan
bawahnya. Tiap buku-buku batang
atau tangkai terdapat 4 – 9 daun.
Bunga pulai tergolong bunga
biseksual dan mengelompok pada
pucuk daun. Perhiasan bunga berwarna putih kehijauan dengan bagian tepi
melengkung ke bagian dalam. Buah pulai berbentuk memanjang dan ramping.
Buah terdiri dari 2 folikel dan buah pulai akan pecah saat kering.

Klasifikasi
Kingdom               : Plantae
Divisi                    : Tracheophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Ordo                      : Gentianales
Famili                    : Apocynaceae

Genus                    : Alstonia
Spesies                   : Alstonia scholaris
\
10

4.2 Pembahasan
4.2.1. Ulin (Eusideroxylon zwageri)
Nomor Pohon : Ulin (Eusideroxylon zwageri)
Penampilan umum : Daun pohon berwarna hijau tua, sederhana, kasar, elips
hingga bulat telur
Pangkal Batang : Batang lurus berbanir, tajuk berbentuk bulat dan rapat
serta memiliki percabangan yang mendatar
Pepagan luar : a. Tekstur : kasar, kuat, dan sangat keras
b. Warna : coklat gelap 
Tajuk : a. Bentuk : bulat dan rapat
b. Pola Percabangan : percabangan yang mendatar
Pepagan dalam : a. Tekstur : Halus
b. Warna : Coklat kekuningan
c. Bergetah / tidak : Tidak bergetah
Kayu gubal : a. Warna : coklat kekuningan

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotiledoneae
Ordo : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Eusideroxylon
Species :Eusideroxylon
zwageri
Gambar 4.1. Pohon Ulin

Morfologi : Karakteristik batangnya lurus berbanir, tajuk berbentuk bulat dan


rapat, serta memiliki percabangan yang mendatar. Pohon ulin umumnya tumbuh
pada ketinggian 5 m hingga 400 m di atas permukaan laut dengan kontur tanah
yang datar hingga miring. Dengan akar tunggang, batang berkayu, pertulangaan
daun menyirip, bunga berkelamin dua.
11

4.2.2 Tumih (Combretocarpus rotundatus)


Pohon : Tumih (Combretocarpus rotundatus)
Penampilan umum : Bunga dari jenis ini berbentuk malai, muncul pada bagian
pangkal cabang, berwarna kuning
Pangkal Batang : Tidak berbanir
Pepagan luar : a. Tekstur : Kasar dan beralur dalam
b. Warna : coklat terang sampai coklat keabu-abuan 
Tajuk : a. Bentuk : lancip atau kubuh
b. Pola Percabangan : percabangan tunggal
Pepagan dalam : a. Tekstur : keras
b. Warna : coklat kejingga-jigan
c. Bergetah / tidak : Tidak brgth
Kayu gubal : a. Warna : keputihan
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : antisophyllales
Famili : Anisophylleaceae
Genus : Combretocarpus
Spesies : Combretocarpus
rotundatus

Gambar 4.2. Pohon Tumih


Morfologi : Jenis ini hidup di daerah rawa, terkadang dengan bantalan dari akar
nafas berwarna coklat kemerahan berbentuk seperti benang. Bunga dari jenis ini
berbentuk malai, muncul pada bagian pangkal cabang, berwarna kuning, kelopak
berbentuk deltoid-ovatus; stamen berjumlah dua kali lipat dari jumlah mahkota;
memiliki tiga (sampai empat) kepala putik, tidak saling menempel. Buahnya
merupakan buah kering, umumnya bersayap tiga, dengan masing-masing buah
mengandung satu pucuk yang berbentuk kumparan. Daun berbentuk alternate,
mengerucut pada bagian pangkal, membulat pada bagian ujung dan tidak memiliki
12

stipula. Daun muda berwarna merah tua terang sampai merah gelap.

4.2.3 Sungkai (Peronema canescens)


Pohon : Sungkai (Peronema canescens)
Penampilan umum : Daun sungkai majemuk menyirip ganjil, poros
bersayap dan letaknya berpasangan
Pangkal Batang : Tidak berbanir
Pepagan luar : a. Tekstur : halus
b. Warna : Putih 
Tajuk : a. Bentuk : oval
b. Pola Percabangan : percabangan tunggal
Pepagan dalam : a. Tekstur : Halus
b. Warna : putih
c. Bergetah / tidak : Tidak bergetah
Kayu gubal : a. Warna : keabu-abuan
Klasifikasi :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Peronema
Spesies : Peronema canescens
Gambar 4.3 Pohon Sungkai
Morfologi : Bentuk batang lurus dengan parit kecil, kulit luar berwarna abu-
abu beralur dangkal dan mengelupas kecil-kecil dan tipis. Tinggi pohon
mencapai 10 m. Diameternya mencapai 30 cm. Bunga dalam kedudukan malai,
cabang lebar, dan letaknya berpasangan. Panjang malai 20-40 cm, kelopak
bunga agak tertutup rapat dan berbulu dengan ukuran 0,5 - 2 mm berwarna
hijau pada pangkal.
13

4.2.4 Balangeran (Shorea balangeran)


Nomor Pohon : Balangeran (Shorea balangeran)
Penampilan umum : Daun berukuran sedang memanjang dan bagian
ujung meruncing
Pangkal Batang : Tidak berbanir
Pepagan luar : a. Tekstur : halus
b. Warna : kemerahan tua
Tajuk : a. Bentuk : kubuh
b. Pola Percabangan : percabangan majemuk
Pepagan dalam : a. Tekstur : Halus
b. Warna : coklat kemerahan
c. Bergetah / tidak : bergetah kekuningan
Kayu gubal : a. Warna : putih kekuningan atau merah muda
Kalasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Dipterocarpaceae
Genus : Shorea
Spesies : Shorea balangeran

Gambar 4.4 Pohon balangeran


Morfologi : Ranting, kuncup daun. stipule, tangkai daun, pelepah dan saraf di
bawah, malai dan kelopak di luar puberulen merah-cokelat yang terus menerus
padat. Kuncup bunga hingga 6 kali 3 mm, berbentuk fusiform, Buah pedicel
pendek, ramping. Pohon berukuran sangat besar dengan ketinggian mencapai 50
m, dengan diameter sampai 100 cm, bergetah dan berwarna kekuningan seperti
damar jika kering, Kulit pohon tebal dan bercelah-celah dalam Bunga berwarna
kuning muda, Buah bersayap panjang terbagi dua, panjang sayap mencapai 8 cm,
Biji berbentuk seperti kacang, berwarna hijau dan terdapat satu biji dalam satu
buah, Daun berukuran sedang memanjang dan bagian ujung meruncing.
14

4.2.5 Mahoni (Swietenia mahagoni)


Nomor Pohon : Mahoni (Swietenia
mahagoni)
Penampilan umum : daun berbentuk
bulat oval, ujung
dan pangkal daun
runcing dan tulang daun menyirip
Pangkal Batang : Tidak berbanir
Pepagan luar : a. Tekstur : beralur dangkal seperti sisik
b. Warna : kecoklatan
Tajuk : a. Bentuk : kanopi berbentuk payung
b. Pola Percabangan : monopodial arah tumbuh cabang
Pepagan dalam : a. Tekstur : Halus
b. Warna : coklat
kemerahan
c. Bergetah /
tidak : bergetah
Kayu gubal : a. Warna :
kekuningan
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Swietenia
Spesies : Swietenia macrophylla
Gambar 4.5 Pohon Mahoni
Morfologi : Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35–40
m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak
berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, Mahoni baru berbunga setelah
berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari
15

melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak,
bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau
cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain
yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.
Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di
pasir payau dekat dengan pantai.
16

4.2.6 Alau ( Dacrydium pectinatum )


Nomor Pohon : Alau ( Dacrydium pectinatum )
Penampilan umum : daun menjarum dan terbagi-bagi
Pangkal Batang : berbanir
Pepagan luar : a. Tekstur : kasar dan bercela-cela
b. Warna : kecoklatan
Tajuk : a. Bentuk : berbentuk payung atau kerucut
b. Pola Percabangan : percabangan batang yang rapat
Pepagan dalam : a. Tekstur : berserat dan kasar
b. Warna : coklat kemerahan
c. Bergetah / tidak : bergetah
Kayu gubal : a. Warna : kemerahan
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Family : Podocarpaceae
Genus : Dacrydium
Species :Dacrydium pectinatum
Gambar 4.6 Pohon Alau
Morfologi : Pohon berukuran sedang dengan tnggi berkisar antara 20-45 m atau
lebih, Kulit luar pohon berwarna kecoklatan dan bagian dalam kemerahan, Kulit
pohon cukup tebal kira-kira 1 cm bercelah-celah, Getah cair dan berwarna
kemerahan, Bunga dan buah terdapat pada ujung daun,Daun sepert jarum terbagi-
bagi.
17

4.2.7 ketapang ( Terminalia catappa )


Nomor Pohon : ketapang ( Terminalia catappa )
Penampilan umum : tajuknya yang tumbuh bertingkat sehingga pagoda serupa
serta cabangnya yang mendatar
Pangkal Batang :tidak berbanir
Pepagan luar : a. Tekstur : kasar
b. Warna : merah bata hingga keabu-abuan
Tajuk : a. Bentuk : bundar atau teras
b. Pola Percabangan : percabangan simpodial
Pepagan dalam : a. Tekstur : kasar
b. Warna : kuning pucat
c. Bergetah / tidak : tidak bergetah
Kayu gubal : a. Warna : coklat pucat
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familiy : Combretaceae
Genus : Terminalia
Spesies : Terminalia catappa

Gambar 4.7 ketapang


Morfologi : Daun dari buah ini memiliki warna merah muda hingga kuning
merah sebelum terjatuh. Warna tersebut muncul karena adanya pigmen seperti
violaxanthin, cutein dan zeaxanthin. Bunga dari pohon ini memiliki ukuran yang
kecil, warnanya kecil, dan tidak memiliki mahkota. Sementara buah dari pohon
ketapang bentuknya bulat telur, buah muda berwarna hijau sedangkan saat sudah
tua atau matang memiliki warna merah. Bunganya mempunyai lima lobed dan
mempunya aroma yang kurang sedap. Sementara pada bagian daunnya memiliki
bentuk bulat tumpul, mengkilap, kasar, serta warnanya hijau tua. Warna tersebut
18

akan berubah menjadi kuning dan merah ketika jatuh atau gugur.

4.2. 8 Akasia daun lebar (Acacia mangium)


Nomor Pohon : Akasia daun lebar (Acacia mangium)
Penampilan umum : Daun tidak lengkap karena terdiri atas tangkai serta
helaian daun
Pangkal Batang :tidak berbanir
Pepagan luar : a. Tekstur : keras, kasar dan beralur
b. Warna : coklat keabuan
Tajuk : a. Bentuk : berbentuk payung
b. Pola Percabangan : percabangan majemuk
Pepagan dalam : a. Tekstur : berserat
b. Warna : kemerahan
c. Bergetah / tidak : tidak bergetah
Kayu gubal : a. Warna : crem keputihan
Morfologi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Acacia
Spesies : Acacia mangium
Gambar 4.8 Pohon Akasia Daun Lebar

Morfologi : Bentuk daun pada anakan akasia yang baru berkecambah adalah daun
majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Namun setelah beberapa minggu,
daun majemuk tidak akan terbentuk dan tangkai daun serta sumbu utama setiap
daun majemuk akan tumbuh melebar dan berubah menjadi phyllode. Phyllode
mempunyai bentuk tulang daun paralel dan mencapai panjang 25 cm dan lebar 10
cm. Bunga akasia tersusun dari banyak bunga kecil berwarna putih atau krem
seperti paku. Ketika mekar, bentuk bunga mirip sikat botol. Biji akasia berwarna
hitam mengkilap dengan bentuk bervariasi, seperti longitudinal, elips, oval,
19

hingga lonjong dengan ukuran 3-5 mm x 2-3 mm. Biji akasia melekat pada polong
dengan tangkai yang berwarna oranye kemerahan.
20

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1Kesimpulan
Pohon Ulin (Eusideroxylon zwageri) dengan Penampilan umum Daun
pohon berwarna hijau tua, sederhana, kasar, elips hingga bulat telur, Pohon Tumih
(Combretocarpus rotundatus) dengan Penampilan umum Bunga dari jenis ini
berbentuk malai, muncul pada bagian pangkal cabang, berwarna kuning, Pohon
Sungkai (Peronema canescens) dengan Penampilan umum Daun sungkai
majemuk menyirip ganjil, poros bersayap dan letaknya berpasangan, Pohon
Balangeran (Shorea balangeran) dengan Penampilan umum Daun berukuran
sedang memanjang dan bagian ujung meruncing, Pohon Mahoni (Swietenia
mahagoni) dengan Penampilan umum daun berbentuk bulat oval, ujung dan
pangkal daun runcing dan tulang daun menyirip, Pohon Alau ( Dacrydium
pectinatum ) dengan Penampilan umum daun menjarum dan terbagi-bagi, Pohon
ketapang ( Terminalia catappa ) dengan Penampilan umum tajuknya yang tumbuh
bertingkat sehingga pagoda serupa serta cabangnya yang mendatar, Pohon Akasia
daun lebar (Acacia mangium) dengan Penampilan umum Daun tidak lengkap
karena terdiri atas tangkai serta helaian daun.
Pembuatan herbarium yaitu tumbuhan dibersihkan terlebih dahulu lalu
disemprotkan alkohol keseluruh bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga dan
buah), membungkus tumbuhan dengan koran lalu dimasukkan dalam sasak agar
tumbuhan menjadi pipih, selanjutnya tumbuhan dikeringan menggunakan setrika
atau menjemurnya dibawah sinar matahari sampai warna tumbuhan berubah
menjadi kecoklatan.

5.1 Saran
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk pengembangan
ilmu yang berkaitan dengan kegiatan praktikum dendrologi dalam proses
perkuliahan diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai materi herbarium dan
pelaksanaan praktikum dendrologi dari berbagai parameter, seperti waktu
pelaksanaan praktikum, keadaan laboratorium dan sarana prasarana laboratorium.
21

DAFTAR PUSTAKA

Edinburgh, Royal Botanic Garden. "Royal Botanic Garden Edinburgh - What


is a herbarium". www.rbge.org.uk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-06.
Diakses tanggal 2016-03-25.
"Preparing and Storing Herbarium Specimens" (PDF). Conserve O Gram.
National Park Service. November 2009. Diakses tanggal 24 March 2016.

"Fungarium". www.kew.org. Royal Botanic Gardens, Kew. Diakses tanggal 2


February 2016.
"Wood collection (xylarium)". www.kew.org. Royal Botanic Gardens, Kew.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-17. Diakses tanggal 2 February 2016.

"Liberty Hyde Bailey Hortorium". plantbio.cals.cornell.edu. Cornell University


College of Agriculture and Life Sciences. Diakses tanggal 2 February 2016.

BV, DE REE Archiefsystemen. "Herbarium Bogoriensi Museum, Bogor".


arsip-indonesia.org. Diakses tanggal 2019-02-21.

Keller, R. 1996. Identification of Tropical Woody Plants in The Absence of


Flowers and Fruits : A Field Guide. Basel: Springer.

Kusmana, C dan Hikmat, A. 2015. Keanekaragaman hayati flora di Indonesia.


Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. vol 5(2): 187-
198. doi:10.19081/jpsl.5.2.187.Lawrence, A and Hawthorne, W. 2006. Plant
Identification: Creating User-Friendly Field Guides for Biodiverity
Management. Sterling:
Earthscan.Leggett, R and Kirchoff, BK. 2011. Image use in field guides and
identification keys: review and recommendations. AoB PLANTS. vol
2011(plr004): 1-37. doi: 10.1093/aobpla/plr004.Malesian Key Group. 2004.
An Interactive Key to Malesian Seed Plants, v. 1.0 (CD-ROM). Leiden and Kew:
22

National Herbarium Netherland and Royal Botanic Gardens Kew.


Pankhurst, RJ. 1971. Botanical keys generated by computer. Watsonia. vol 8:
357-368).Pankhurst, RJ. 1970. A computer program for generating diagnostic
keys. The Computer Journal. vol 3(2): 145-151. doi: 10.1093/comjnl/13.2.145

Priyadi, A., Sutomo, S., Darma, IDP., and Arinasa, IBK. 2014. Selecting tree
species with high carbon stock potency from tropical upland forest of
Bedugul-Bali, Indonesia. Journal of Tropical Life Science. vol 4(3): 201-205.

Putri, RT., Rugayah, R., and Sedayu, A. 2015. Keanekaragaman, deskripsi dan
kunci determinasi Artabotrys R. Br. (Annonaceae) Pulau Jawa dan Kepulauan
Sunda Kecil. Bioma. vol 11(2): 173-184. doi: 10.21009/Bioma11(2).7.

R Core Team. 2020. R: A Language and Environment for Statistical


Computing. Vienna, Austria: R Foundation for Statistical Computing. Retrieved
from https://www.R-project.org/Reginato, M. 2016. MonographaR: An R
package to
facilitate the production of plant taxonomic monographs. Brittonia. vol 68(2):
212-216. doi: 10.1007/s12228-015-9407-z.Richter, H., Gembruch, K., and Koch,
G. 2014. CITESwoodID: Descriptions, illustrations, identification, and
information retrieval. English, French, German, and Spanish.
23

LAMPIRAN

Pengambilan kulit pohon Pulai


24

Pengambilan Akar

Menulis Jenis Pohon


25

FOTO BERSAMA

Anda mungkin juga menyukai