Oleh:
ALESSANDRO SEBASTIAN DAMI (203030404114
MISERICODIAS DOMINIE (203030404113)
JOSHUA REYHAN LORENIUS SILAM (203030404117)
JEFRI FRADE SIRAIT (203020404111)
YUNIKA FRANSISKA BR TARIGAN (203020404086)
WINDY APRILIYANI (203020404090)
YULIASIH (203020404099)
RASKITA PURBA (203020404102)
Kelompok :
12
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa. yang telah melimpahkan segala
nikmat, rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
Silvikultur. Karena tanpa nikmat-Nya, kami pasti belum tentu bisa menyelesaikan
ini dari awal hingga akhir
Kami sadar, masih banyak kekurangan dari pelaksanaan dan penyusunan Laporan
praktik lapangan ini. Namun, kami sudah melakukannya semaksimal yang kami
bisa. Oleh karena itu, mohon untuk kritik dan saran yang membangun agar lebih
baik untuk ke depannya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDEHULUAN
1.1 Latar Latar belakang
1.2 Tujuan praktik
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODE PRAKTIKUM
2.1 Tempat dan Waktu
2.2 Bahan dan peralatan
2.3 Pelaksanaan Praktik
BAB 1V PEMBAHASAN DAN HASIL
4.1 Pada Lokasi Taman Hutan Alam
4.1.1 Pemeliharaan Tanaman
4.1.2 Pengukuran Tinggi Dan Diameter
4.2 Lokasi Hutan Serba Guna
4.2.1 Pemeliharaan Tanaman
4.2.2 Pengamatan Jenis Tanaman
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
I. Pendahuluan
Hutan memiliki banyak manfaat untuk kita semua. Hutan merupakan paru-
paru dunia (planet bumi) sehingga perlu kita jaga karena jika tidak maka hanya
akan membawa dampak yang buruk bagi kita di masa kini dan masa yang akan
datang. Hutan dapat menampung air hujan di dalam tanah, mencegah intrusi air
laut yang asin, menjadi pengatur tata air tanah mencegah erosi dan banjir,
menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah juga sebagai wilayah untuk
melestarikan keanekaragaman hayati.
Mengingat banyaknya manfaat dari hutan maka pengelolaan hutan yang
baik merupakan tindakan yang harus dilakukan. Sistem silvikultur merupakan
serangkaian kegiatan terencana mengenai pengelolaan hutan dan sebagai sistem
budidaya hutan atau teknik bercocok tanam hutan yang dimulai dari pemilihan
bibit, pembuatan tanaman, penanaman, pemeliharaan, sampai pada pemanenan
atau penebangannya.
Pengukuran dimensi pohon guna menentukan potensi hutan merupakan
kegiatan pokok dalam inventarisasi hutan. Kualitas hasil inventarisasi hutan yang
dilakukan sangat ditentukan oleh ketelitian dalam pengukuran dimensi pohon baik
diameter maupun tinggi pohon. Karena itu dibutuhkan pengetahuan yang benar
tentang cara kerja alat dan pemakaian alat ukur pohon dengan baik. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan praktik pengukuran di lapangan dan dilakukan
secara berulang.
makro Indonesia’s Forest and Other Land Use (FOLU) NET SINK 2030 untuk
Pengendalian Perubahan Iklim yang berpijak pada Sustainable
Kegiatan penanaman bibit yang siap tanam pada lokasi penanaman merupakan
tahap kegiatan pembangunan hutan yang sangat penting karena menentukan
tingkat keberhasilan dalam pembangunan hutan. Akan tetapi, setelah penanaman
dilakukan, perlu adanya suatu tindakan guna menjaga keberlangsungan dan
kualitas hidup bibit yang ditanam yaitu pemeliharaan tanaman muda.
Pemeliharaan tanaman muda dilaksanakan pada seluruh tanaman yang baru tanam
pada lokasi penanaman yaitu ketika usia bibit sudah mencapai sekitar enam bulan
dengan maksud untuk meningkatkan kualitas, pertumbuhan, dan persen hidup
tanaman yang ditanam (BPTH Sulawesi, 2008). Dengan demikian, maka semua
tindakan pemeliharaan yang dilakukan dalam kegiatan ini ditujukan untuk
menciptakan kondisi lingkungan dan tempat tumbuh yang optimal bagi
produktivitas dan kualitas tanaman. Sedangkan produktivitas tanaman lebih
cenderung ditentukan oleh sifat genetik tanaman itu sendiri.
[23.40, 10/1/2023] Jefri: Kegiatan pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan tanaman
muda dan pemeliharaan tegakan. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan mulai
bibit selesai ditanam di lapangan sampai tanaman mencapai kondisi tegakan yaitu
keadaan dimana pohon-pohonnya telah saling mempengaruhi satu sama lain, baik
tajuk maupun perakarannya (umur 3–5 tahun). Pemeliharaan tegakan dilakukan
setelah tegakan terbentuk sampai tegakan siap ditebang. Pekerjaan pemeliharaan
tanaman muda dapat berupa penyulaman, penyiangan, pendangiran dan
pembebasan gulma serta tanaman pengganggu lainnya. Kegiatan pemeliharaan
tanaman muda juga dapat berupa pemupukan tanaman. Pekerjaan pemeliharaan
tegakan dapat berupa pembebasan tanaman pengganggu, pemangkasan cabang
dan pemeliharaan. Pembebasan tanaman pengganggu dilakukan pada jalur
tanaman pokok sehingga tanaman pokok mendapat kesempatan tumbuh secara
baik. Pemangkasan cabang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
batang melalui peningkatan ukuran panjang batang bebas cabang. Sedangkan
kegiatan penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan ruang tumbuh
yang optimal sehingga pertumbuhan pohon-pohon tertinggal dapat berlangsung
7
lapangan sampai tanaman mencapai kondisi tegakan yaitu keadaan dimana pohon-
pohonnya telah saling mempengaruhi satu sama lain, baik tajuk maupun
perakarannya (umur 3–5 tahun). Pemeliharaan tegakan dilakukan setelah tegakan
terbentuk sampai tegakan siap ditebang. Pekerjaan pemeliharaan tanaman muda
dapat berupa penyulaman, penyiangan, pendangiran dan pembebasan gulma serta
tanaman pengganggu lainnya. Kegiatan pemeliharaan tanaman muda juga dapat
berupa pemupukan tanaman. Pekerjaan pemeliharaan tegakan dapat berupa
pembebasan tanaman pengganggu, pemangkasan cabang dan pemeliharaan.
Pembebasan tanaman pengganggu dilakukan pada jalur tanaman pokok sehingga
tanaman pokok mendapat kesempatan tumbuh secara baik. Pemangkasan cabang
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas batang melalui peningkatan
ukuran panjang batang bebas cabang. Sedangkan kegiatan penjarangan dilakukan
dengan tujuan untuk menciptakan ruang tumbuh yang optimal sehingga
pertumbuhan pohon-pohon tertinggal dapat berlangsung secara maksimal.
Kegiatan Pemeliharaan Tanaman Hutan dilakukan guna membuat tegakan hutan
yang berpotensi tinggi pada saat masa tebang dan guna menjaga kesuburan tanah
serta kelestarian lingkungan. Pemeliharaan hutan bisa berupa pemangkasan
tanaman sela, pemangkasan cabang tanaman pokok, penyiangan, penjarangan
tanaman pokok, perlindungan hutan dari hama/ penyakit serta pencegahan
gangguan penggembalaan, kebakaran dan lain-lain. Untuk memanfaatkan ruang
hidup dalam hutan secara optimal, dibuat tabel perhitungan jumlah pohon yang
harus ada (tetap hidup) dalam tiap hektar kawasan hutan, pada umur pohon serta
dalam tingkat kesuburan tanah tertentu. Jadi secara periodik jumlah pohon terus
dikurangi (dilakukan penjarangan) untuk memberi ruang hidup yang lebih baik
pohon-pohon tinggal tersebut. Pemeliharaan tanaman hutan yang diselenggarakan
dengan tertib dan baik dapat meningkatkan riap (pertambahan volume kayu)
pohon yang tumbuh/tetap tinggal, pengaturan tata ruang lingkungan hidup secara
efektif, pengadaan standing stock yang optimal melalui sebaran kelas umur dan
kelas diameter pohon. Disamping pemeliharaan tanaman, tugas yang tidak kalah
penting agar hutan tetap lestari adalah menjaga gangguan keamanan hutan
9
dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul atau cetok pada sekitar
tanaman dengan radius 25-50 cm tergantung pada jarak tanamnya.
d. penyiraman
penyiraman dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mengangkut air
menggunakan ember kemudian mulai menyiram tanaman.
Lythracea
32 Bungur Lagerstroemia e 32 1.3
Tanaman yang diukur berjumlah 12 tanaman, dengan jenis ulin dan bungur. Hasil
pengukuran tinggi pohon yang tertinggi yaitu diperoleh oleh nomor tanaman 40
dengan jenis bungur, sedangkan hasil pengukuran tinggi tanaman terendah didapat
pada nomor pohon 30 dan 32 dengan jenis bungur. Kemudian hasil pengukuran
diameter yang terbesar yaitu pada nomor pohon 25 dan 31 dengan jenis bungur,
sedangkan hasil pengukuran diameter terkecil didapat pada nomor pohon 29
dengan jenis bungur.
Gambar 1. Pembersihan
14
Gambar 2. Penyiangan
Penyiangan/perumputan dengan tujuan kegiatan dalam menghilangkan
rumput atau tumbuh-tumbuhan lain (liar) yang tidak diinginkan tumbuh bersama
semai dalam upaya membebaskan tanaman dari persaingan dengan tumbuhan
liar dalam hal memperoleh cahaya, udara, air dan penyerapan unsur-unsur hara.
Sehingga, tanaman harus dibebaskan dari gulma, paling tidak dilakukan selama
dua tahun pertama. Penyiangan harus dilakukan secara rutin pada dua bulan
pertama, setelah masuk secara periodic 3 bulanan.
c. Pendangiran Tanaman
15
Gambar 3. Pendangiran
d. Penyiraman
16
Gambar 4. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mengangkut air
menggunakan ember dan gayung kemudian mulai menyiram pada tanaman pada
setiap areal jalur yang telah diberikan pupuk NPK.
Nama
Jalur No Pohon Nama Botanis Famili
1 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
2 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
3 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
4 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
5 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
1 6 Rambai Baccaurea motleyana Phyllanthaceae
7 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
8 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
9 Petai Parkia speciosa Fabaceae
10 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
11 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
1 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
2 Karet Hevea brasiliensis Euphorbiaceae
3 Rambai Baccaurea motleyana Phyllanthaceae
2 4 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
5 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
6 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
7 Petai Parkia speciosa Fabaceae
1 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
2 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
3 Rambai Baccaurea motleyana Phyllanthaceae
3
4 Rambai Baccaurea motleyana Phyllanthaceae
5 Rambai Baccaurea motleyana Phyllanthaceae
6 Rambai Baccaurea motleyana Phyllanthaceae
1 Rambutan Nephelium lappaceum Sapindaceae
4 2 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
3 Cempedak Artocarpus integer Moraceae
17
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Setelah 1 hari melakukan kegiatan Praktik lapangan Silvikultur ini, yang di
lakukan dalam 2 sesi. kami banyak sekali mendapatkan pengalaman, pengetahuan
serta ilmu.
namun saat melakukan Praktik Lapangan silvikultur kami melakukan hal itu
secara langsung dan sekaligus mempraktekkan yang langsung di bimbing oleh
Dosen dan asisten Dosen.
Saran
Ada pun saran dari praktik lapangan ini yaitu di butuhkan ketelitian dalam
pengamatan. Agar data yang di dapatkan menjadi akurat. Dalam pengamatan yang
berada dilapanagn persediaan alat dan bahan sabgat dibutuhkan, sehingga dalam
pengmatan tidak terdapat hambatan yang dapat menggangu kegiataan kita.
19
Daftar Pustaka
Jurasek, A., Leugner, J., & Martincova, J. (2009). Effect of initial height of seedlings on
the growth of planting material of norway spruce (Piceaabies (L.) Karst.)in mountain
conditions. Journal of Forest Science 55(3), 112 – 118 Kementrian Kehutanan. 2012.
Info Hutan No. 151. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.Bogor: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Perum Perhutani. 1996. Petunjuk Teknis (Prosedur Standar Operasional) Pembuatan
Tanaman Hutan. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Biro Pembinaan Hutan.
Sutedjo. M. M. 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. Syamsuri,
Istamar. (2000). Biologi 2000 SMU jilid B. Jakarta:
Erlangga Thompson, B. E. (1985). Seedling morphological evaluation: what you can tell
by looking. In Duryea, M.L. Proceedings evaluation seedling quality; principles,
procedurs and predictive abilities of mayor test. Oregon State University. Forest
Research Laboratory. pp. 59 - 71
Rahayu IS. 2014. Karakteristik dan Sifat-sifat dasar Kayu Jati Unggul Umur 4 dan 5 Tahun
Asal Jawa Barat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 19(1): 50 56.
21
LAMPIRAN
1.Pembersihan Jalur
3.Pengukuran Tinggi
4. percatatan
23
6.Pengemburan Tanah
24
8.Pemupukan
s
26