Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN STUDI

SILVIKULTUR HUTAN ALAM


PRAKTIK DAN TEKNIK SILVIKULTUR DALAM MENJAGA
KESETIMBANGAN EKOSISTEM PADA PENGELOLAAN
TAMAN WISATA ALAM

Oleh:
Muhammad Ziddan Antarsyah
C1L021043

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
A.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Silvikultur adalah ilmu dan seni (teori dan praktek) dalam pembangunan hutan yang
dimulai dari pembibitan, permudaan (regenerasi hutan), pembinaan hutan, pengaturan
tumbuhan dan kesehatan hutan sehingga menghasilkan tegangan hutan yang produktif dan
lestari (Nurkin, 2019). Sivikultur yakni suatu cara melakukan permudahan hutan secara alami
dan buatan, serta pemeliharaan tegangan sepanjang hidupnya. Silvikultur dapat di analogikan
dengan ilmu agronomi dan holtikultura di pertanian karena silvikultur dapat juga
membicarakan cara-cara budidaya membudidayakan tumbuhan, dalam hal pohon hutan.
Silvikultur dapat dianalogikan dengan ilmu agronomi dan holtikultural di pertanian,
karena silvikultur dapat juga membicarakan cara-cara membudiyakan tumbuhan, dalam hal
pohon-pohon hutan. Dalam pengertian lebih luas, silvikultur dapat disebut ilmu pembinaan
hutan, dengan ruang lingkup dari pembijian, persemaian, penanaman lapangan, pemeliharaan
hutan, dan cara-cara pemudaan nya.
Taman wisata alam adalah area rekreasi atau kawasan yang dirancang dan diatur
sedemikian rupa untuk mempertahankan keindahan alamiah serta keanekaragaman hayati.
Tujuan utama dari taman wisata alam adalah untuk memberikan pengalaman berwisata yang
mendalam kepada pengunjung sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem di
sekitarnya. Definisi Taman Wisata Alam (TWA) menurut peraturan Undang-Undang No. 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi
alam.
Taman wisata alam biasanya mencakup berbagai fitur alam seperti gunung, hutan, sungai,
danau, pantai, gua, dan lain sebagainya. Fasilitas dan jalur-jalur yang aman dan mudah
diakses sering kali dibangun untuk mengizinkan pengunjung menikmati keindahan alam
tersebut tanpa merusak lingkungan. Banyak taman wisata alam juga menawarkan aktivitas
seperti hiking, camping, birdwatching, fotografi alam, dan berbagai kegiatan luar ruangan
lainnya.
Salah satu aspek penting dari taman wisata alam adalah konservasi. Upaya dilakukan
untuk melindungi flora dan fauna yang ada di dalamnya serta menjaga keseimbangan
ekosistem. Pendidikan lingkungan juga sering menjadi bagian integral dari taman wisata
alam, di mana pengunjung diajak untuk memahami pentingnya pelestarian alam dan
lingkungan.
Laporan ini bertujuan untuk mendokumentasikan praktik dan teknik silvikultur yang
diterapkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dalam pengelolaan Taman Wisata Alam.
Taman Wisata Alam adalah kawasan yang memiliki nilai keanekaragaman hayati dan
keindahan alam, sehingga pendekatan silvikultur yang berkelanjutan diperlukan untuk
memastikan kelestarian lingkungan.
B. Metode Studi
Studi ini dilakukan melalui langkah langkah berikut :
1. Identifikasi keanekaragaman hayati
Identifikasi spesies tanaman dan hewan yang ada di Taman Wisata Alam, termasuk
pohon, tumbuhan semak, dan hewan liar.

2. Evaluasi kondisi Ekosistem


Penilaian kondisi ekosistem meliputi analisis tanah, iklim, dan faktor lain yang
mempengaruhi kelangsungan hidup organisme di dalam taman.

3. Pemilihan teknik silvikultur


Pemilihan teknik silvikultur yang sesuai dengan karakteristik taman, seperti
pemanenan selektif, regenerasi alami, atau penanaman tanaman endemik.

4. Implementasi praktik silvilkultur


Penerapan teknik silvikultur dalam pengelolaan taman, termasuk pemangkasan,
pemeliharaan, dan pemanenan yang selektif.

5. Monitoring dan evaluasi


Pemantauan reguler terhadap perubahan ekosistem setelah penerapan teknik
silvikultur, serta evaluasi dampaknya terhadap keanekaragaman hayati dan
keseimbangan ekosistem.
C. HASIL STUDI
Berikut adalah hasil studi praktik dan teknik silvikultur dalam menjaga keseimbangan
ekosistem dalam pengelolaan Taman Wisata Alam:
1. Identifikasi keanekaragaman hayati
Taman Wisata Alam ini memiliki beragam spesies tanaman, termasuk pohon-pohon
endemik dan tumbuhan semak yang menjadi tempat hidup bagi berbagai hewan
seperti burung, mamalia, dan serangga. Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah
yang mencakup semua bentuk kehidupan yang mencakup gen, spesies tumbuhan,
hewan, mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi. (sutoyo, 2010)

2. Evaluasi kondisi ekosistem


 Analisis menunjukkan bahwa tanah memiliki kualitas yang baik untuk
pertumbuhan tanaman, dan iklim mendukung kehidupan yang beragam.
 Kondisi ekosistem Taman Wisata Alam penting untuk diketahui karena terkait
dengan keberlangsungan dan ketersediaan jasa ekosistem. Jasa ekosistem
sangat terkait dengan ekosistem dalam memberikan manfaat bagi
kesejahteraan masyarakat (Elliff & Kikuchi, 2015).
 Penilaian kondisi Pada Taman Wisata Alam juga sangat penting untuk
perencanaan konservasi dan pengelolaan termasuk penelitian dan pengukuran
ekonomi dan valuasi (Schmitt & Duke, 2015).

3. Pemilihan teknik silvikultur


Teknik silvikultur yang dipilih adalah pemanenan selektif dan regenerasi alami.
Upaya penanaman kembali menggunakan tanaman endemik juga diutamakan.
Pemanenan selektif pada taman wisata alam merujuk pada praktik mengumpulkan
atau memanen sumber daya alam secara bijaksana dan berkelanjutan dari lingkungan
alam, dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan
sumber daya tersebut. (Budiman & Dian, 2015)

4. Implementasi Praktik Silvikultur


Praktik silvikultur dilakukan dengan mengidentifikasi pohon yang matang untuk
dipanen dan memberikan ruang bagi tanaman muda untuk tumbuh. Pemeliharaan
tumbuhan endemik juga dilakukan untuk mendukung keanekaragaman.

5. Monitoring dan Evaluasi


Hasil pemantauan menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati tetap terjaga.
Pemanenan selektif tidak mengganggu ekosistem secara signifikan, dan regenerasi
alami berjalan baik. Pemantauan ini harus rutin dilakukan agar kelestarian Taman
Wisata Alam tetap terjaga.

D. KESIMPULAN
Studi ini menunjukkan bahwa penerapan praktik dan teknik silvikultur dalam
pengelolaan Taman Wisata Alam efektif dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan
pendekatan berkelanjutan, taman dapat terus menjadi tempat yang menarik dan edukatif
sambil mendukung kelestarian lingkungan.

E. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil studi ini, beberapa rekomendasi yang mungkin adalah:
 Terus melakukan pemantauan rutin terhadap ekosistem untuk mendeteksi perubahan
yang mungkin terjadi.
 Mengutamakan penggunaan tanaman endemik dalam upaya rehabilitasi lahan.
 Menggabungkan penelitian dan pendekatan inovatif dalam pengelolaan untuk
meningkatkan efektivitas praktik silvikultur.
SUMBER
Achmad, B. U. D. I. M. A. N., & Diniyati, D. I. A. N. (2015). Keragaman jenis tanaman dan
pengelolaannya pada hutan rakyat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pros. Semnas
Masy Indn, 1(3), 460-465.
Elliff, C. I., & Kikuchi, R. K. P. (2015). The ecosystemservice approach and its application as
a tool for integrated coastal management. Natureza & Conservação, 13(2), 105–111.
Nurkin, B. (2019). Buku Ajar Silvikultur. Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
peraturan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990
Schmitt K, Duke NC. (2015). Mangrove Management ,Assessment and Monitoring. Di
dalam: Tropical Forestry Handbook. hlm. 1–29
Sutoyo, S. (2010). keanekaragaman hayati indonesia Suatu Tinjauan: Masalah dan
Pemecahannya. Buana Sains, 10(2), 101-106.

Anda mungkin juga menyukai