Anda di halaman 1dari 15

KONSERVASI EKSITU K

KELOMPOK 1

1. Chandra Prayoga ( 202041500194 )


2. Helena Ermina Sari ( 202041500118 )
3. Rini Astuti ( 202041500249 )
4. Sabila Ruhkiat Kirana ( 202041500279 )
5. Annisa Risky Bintari ( 202041500119 )
6. Muhammad sundoyo ( 202041500238 )
7. Putri wulandari ( 202041500150 )
Pengertian konservasi
Konservasi diartikan sebagai upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dengan berpedoman pada asas
pelestarian. Sumber daya alam adalah unsur-unsur hayati yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan
sumber daya alam hewani (satwa) dengan
unsur non hayati di sekitarnya yang secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konservasi Sumber Daya Alam Hayati adalah pengelolaan sumber
daya alam (hayati) dengan pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaan dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai
keragamannya. Pengertian ini juga disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Pasal 1 Nomor 5 Tahun 1990
Tujuan dan Manfaat Konservasi
Secara hukum tujuan konservasi tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati
serta keseimbangan ekosistemnya
sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan mutu kehidupan manusia.

Selain tujuan yang tertera di atas tindakan konservasi mengandung tujuan:

1. Preservasi yang berarti proteksi atau perlindungan sumber daya alam


terhadap eksploitasi komersial, untuk memperpanjang pemanfaatannya bagi keperluan studi, rekreasi dan tata guna air.

2. Pemulihan atau restorasi, yaitu koreksi kesalahan-kesalahan masa lalu yang telah membahayakan produktivitas pengkalan
sumber daya alam.

3. Penggunaan yang seefisien mungkin. Misal teknologi makanan harus memanfaatkan sebaik-baiknya biji rambutan, biji mangga,
biji salak dan lain-lainnya yang sebetulnya berisi bahan organik yang dapat diolah menjadi bahan makanan.
4. Penggunaan kembali (recycling) bahan limbah buangan dari pabrik, rumah tangga, instalasi-instalasi air minum dan lain-
lainnya. Penanganan sampah secara modern masih ditunggu-tunggu.

5. Mencarikan pengganti sumber alam yang sepadan bagi sumber yang telah menipis atau habis sama sekali. Tenaga nuklir
menggantikan minyak bumi.

6. Penentuan lokasi yang paling tepat guna. Cara terbaik dalam pemilihan sumber daya alam untuk dapat dimanfaatkan secara
optimal, misalnya pembuatan waduk yang serbaguna di Jatiluhur, Karangkates, Wonogiri, Sigura-gura.

7. Integrasi, yang berarti bahwa dalam pengelolaan sumber daya diperpadukan berbagai kepentingan sehingga tidak terjadi
pemborosan, atau yang satu merugikan yang lain. Misalnya, pemanfaatan mata air untuk suatu kota tidak harus mengorbankan
kepentingan pengairan untuk
persawahan.

Pada dasarnya konservasi merupakan suatu perlindungan terhadap alam dan makhluk hidup lainnya. Sesuatu yang mendapat
perlindungan maka dengan sendiri akan terwujud kelestarian.

Cara eksitu merupakan cara memanipulasi obyek yang dilestarikan untuk dimanfaatkan dalam upaya pengkayaan jenis, terutama
yang hampir mengalami kepunahan dan bersifat unik. Cara konservasi eksitu dianggap sulit dilaksanakan dengan keberhasilan
tinggi disebabkan jenis yang dominan
terhadap kehidupan alaminya sulit berdaptasi dengan lingkungan buatan.
Manfaat-manfaat konservasi diwujudkan dengan:

1. Terjaganya kondisi alam dan lingkungannya, berarti upaya konservasi dilakukan dengan memelihara agar kawasan konservasi
tidak rusak.

2. Terhindarnya bencana akibat perubahan alam, yang berarti gangguangangguan terhadap flora fauna dan ekosistemnya pada
khususnya serta sumber daya alam pada umumnya menyebabkan perubahan berupa kerusakan maupun penurunan jumlah dan
mutu sumber daya alam tersebut.

3. Terhindarnya makhluk hidup dari kepunahan, berarti jika gangguangangguan penyebab turunnya jumlah dan mutu makhluk
hidup terus dibiarkan tanpa upaya pengendalian akan berakibat makhluk hidup tersebut menuju kepunahan bahkan punah sama
sekali.

4. Mampu mewujudkan keseimbangan lingkungan baik mikro maupun makro, berarti dalam ekosistem terdapat hubungan yang
erat antara makhluk hidup maupun dengan lingkungannya.

5. Mampu memberi kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, berarti upaya konservasi sebagai sarana pengawetan dan pelestarian
flora fauna merupakan penunjang budidaya, sarana untuk mempelajari flora fauna yang sudah punah maupun belum punah dari
sifat, potensi maupun
penggunaannya.

6. Mampu memberi kontribusi terhadap kepariwisataan, berarti ciri-ciri dan


obyeknya yang karakteristik merupakan kawasan ideal sebagai saran
rekreasi atau wisata alam.
Definisi konservasi Ex Situ
Konservasi Ex Situ (di luar kawasan) adalah upaya konservasi yang dilakukan dengan menjaga dan
mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitat alaminya dengan cara pengumpulan jenis,
pemeliharaan dan budidaya (penangkaran). Tempat-tempat konservasi Ex Situ dilakukan pada tempat-
tempat seperti kebun binatang, kebun botani, taman hutan raya, kebun raya, penangkaran satwa, taman
safari, taman kota dan taman burung.
Metode yang digunakan pada bentuk konservasi ini dengan cara memanipulasi objek yang dilestarikan
untuk dimanfaatkan dalam upaya pengkayaan jenis, terutama yang hampir mengalami kepunahan dan
bersifat unik.

Cara konservasi Ex Situ dianggap sulit dilaksanakan dengan keberhasilan tinggi disebabkan jenis yang
dominan terhadap kehidupan alaminya sulit beradaptasi dengan lingkungan buatan. Konservasi sendiri
mencakup manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup, hewan, termasuk manusia sehingga
dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah
survei, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan.
Definisi Konservasi Ex situ

Konservasi ex situ adalah konservasi


komponen keanekaragaman hayati di luar habitat
alaminya. Karena cendana adalah flora berkayu
dengan rotasi (siklus hidup) yang relatif panjang,
sehingga prosedur yang lazim digunakan adalah
dengan cara menanam di lokasi yang telah
direncanakan misalnya kebun botani, arboretum
dan bentuk lainnya.
konservasi ek-situ yaitu usaha pelestarian Rafflesia dengan cara
memindahkan bunga tersebut dan habitat alaminya ke habitat buatan
seperti ke Kebun Botani. Meskipun konservasi secara ex-situ lebih
mahal dan lebih sulit dibandingkan dengan konservasi in-situ, namun
cara ini telah membawa hasil yang cukup menggembirakan bagi
usaha pelestarian Rafflesia, seperti bunga Rafflesia yang tumbuh di
Kebun Raya Bogor salah satu bukti keberhasilan konservasi ex-situ.

Keuntungan lain dari konservasi ex-situ adalah memudahkan para


peneliti, peminat, pemerhati dan pengunjung bunga Rafflesia untuk
meneliti sekaligus menikmati keindahan bunga tersebut tanpa harus
merusak habitat alaminya
Contoh Konservasi Ex Situ di Indonesia

01 02 Kebun Binatang
Taman Safari

03
Kebun Botani
Contoh Konservasi Ex Situ di Indonesia
1. Taman Safari

Taman Safari adalah salah satu bentuk pelestarian untuk menjaga keanekaragaman hayati, dengan cara membuatkan suatu
tempat baru yang lingkungannya dibuat semirip mungkin dengan habitat asal dari flora dan fauna tersebut.
Di Indonesia pada tahun 1980 Taman Safari Indonesia Cisarua mulai dibangun dengan memanfaatkan lahan perkebunan
teh seluas 50 hektar yang tak lagi produktif. Enam tahun kemudian, taman ini diresmikan sebagai taman konservasi satwa
liar dan taman rekreasi di Indonesia.
Lalu pada 16 Maret 1990, taman ini dinyatakan sebagai Endangered Species Breeding Center di Indonesia. Saat ini, Taman
Safari Indonesia Cisarua Bogor telah memiliki lahan seluas 150 hektar dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendidikan
dan rekreasi. Safari Night menjadi salah satu produk perjalanan petualangan yang populer. Taman Safari Indonesia di
daerah lain yaitu Taman Safari Indonesia 2 terletak di lereng Gunung Arjuno, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur, serta Taman Safari Indonesia 3 di Desa Serongga, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali dan Batang
Dolphins Center di Pantai Sigandu, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Contoh Konservasi Ex Situ di Indonesia
2. Kebun Binatang

Kebun binatang adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan, dan dipertunjukkan kepada publik. Selain
sebagai tempat rekreasi, kebun binatang berfungsi sebagai tempat pendidikan, riset, dan tempat konservasi untuk satwa
terancam punah.

Keputusan Menteri kehutanan No. 479 tahun 1998 menjelaskan tentang perizinan, kriteria, persyaratan, hak, dan
kewajiban kebun binatang. Konservasi ini didukung dengan aktivitas kebun binatang yang mengumpulkan, mencatat,
merawat, mengembang biakkan, memelihara, inventarisasi, edukasi, dan kepustakaan. Selain itu, dapat menjaga
kemurnian genetik serta secara tidak langsung.

Contoh kebun binatang di Indonesia yaitu Bali Zoo Park, Batu Secret Zoo (Malang), Kebun Binatang Ragunan
(Jakarta), Bali Safari dan Marine Park (Bali), Kebun Binatang Gembira Loka (Yogyakarta).
Contoh Konservasi Ex Situ di Indonesia
3. Kebun Botani

Kebun botani adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi ex-situ yang
melakukan usaha koleksi, pemeliharaan, dan penangkaran berbagai jenis tumbuhan dalam rangka membentuk dan
mengembangkan habitat baru.

Kebun ini juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan dimanfaatkan sebagai sarana
pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Kebun botani milik negara
di Indonesia memakai nama “Kebun Raya” karena ukurannya yang luas.
Di bawah LIPI/negara terdapat empat kebun botani, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Kuningan, Kebun Raya
Cibodas, Kebun Raya Purwodadi (di utara Malang), dan Kebun Raya Bali di Bedugul, Bali. Puspiptek Serpong juga
memiliki Kebun Botani Puspiptek Serpong.

Taman Buah Mekarsari adalah kebun botani yang mengkhususkan diri bagi tanaman buah-buahan. Di Tawangmangu
juga terdapat taman koleksi tanaman obat-obatan milik Balittro. Beberapa perguruan tinggi yang memiliki disiplin ilmu
pertanian terdapat arboretum sebagai fasilitas yang digunakan sebagai tempat percobaan ataupun koleksi terhadap jenis-
jenis pohon tertentu.
 Tujuan pelestarian Ex Situ

Tujuan dilakukan pelestarian ex situ adalah untuk melestarikan makhluk hidup yang terancam punah dan sebagai upaya
rehabilitasi, penangkaran, dan pembiakan hewan maupun tumbuhan langka.

 Kelemahan pelestarian Ex Situ

Kekurangan pelestarian secara 𝘦𝘹 𝘴𝘪𝘵𝘶 adalah memerlukan biaya yang cukup banyak dan mengakibatkan hewan
mengalami stres akibat tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

 Pengelolaan pelestarian Ex Situ

Pelestarian ex-situ dilakukan dengan cara memindahkan hewan atau tumbuhan dari tempat aslinya ke tempat lain. Salah
satu contoh dari pelestarian ex-situ adalah kebun binatang.
DAFTAR PUSTAKA
KEHATI, Materi Kursus Inventarisasi Flora dan Fauna Taman Nasional Meru Betiri,
Malang, 2000, hlm. 8.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, cet.3, Jakarta, 2005, hlm. 589.

Departemen Kehutanan, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Konservasi Sumber Daya Alam, Surabaya: BKSDA
Jawa Timur, 2000, hlm. 15.

Dwijoseputro, Ekologi Manusia dengan Lingkungannya, Erlangga, cetakan ke-3, Jakarta, 1994, hlm. 32.

KEHATI, Op.cit., hlm. 10.

https://lindungihutan.com/blog/konservasi-in-situ-dan-ex-situ/

Team Teaching. 2012. Bahan Ajar Matakuliah Biodiversitas dan Konservasi. Gorontalo

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPAUniversitas Negeri Gorontalo.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai