Anda di halaman 1dari 78

KEBIJAKAN DAN PERATURAN KONSERVASI

(Laporan Praktikum Pengantar Konservasi Sumber Daya Hutan)

disusun oleh:

Alvina Arifa (2214151009)


Tantowi Gunawan Napitupulu (2214151049)
Jeffrey Orlando Simatupang (2214151051)
Alvino Bayu Satria Veritas (2214151058)
Komang Intan Gayatri (2214151059)
Fujiyanti (2214151067)
Syifa Rohma Qotrunnada (2214151069)

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konservasi memiliki makna seluruh kegiatan pemeliharaan yang sesuai
dengan situasi dan kondisi suatu wilayah. Gerakan konservasi adalah kerja sama
dan tidak mungkin dilakukan oleh seorang diri. Selain itu, gerakan konservasi
harusnyay tidak menjadi gerakan yang eksklusif, melainkan bagaimana cara
menciptakan gerakan konservasi yang dapat memperoleh dukungan serta
melibatkan public. Gerakan konservasi ini merupakan sebuah alat, oleh
karenanya, petuah :satunya kata dan perbuatan”, serta seloka yang berbunyi “apa
yang dikatakan dilakukan dan apa yang dilakukan dikatakan”, akhirnya harus
menjadi kulminasi spirit dari konservsi (Rachman, 2012).
Pada Undang-Undang No.23 Tahun 1997 dituliskan Pengelolaan
Lingkungan Hidup disebutkan bahwa konservasi sumber daya alam adalah
pengelolaan sumber daya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya
secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbaharui untuk menjamin
kesinambungan ketersediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilainya (Sallata, 2015). Konservasi sumber daya alam merupakan
tanggung jawab semua orang di bumi ini. Karena pengaruh ekologis yang
disebabkan dari bermacam kegiatan pembangunan tidak dibatasi oleh perbedaan
wilayah administrative pemerintahan negara. Oleh karena itu, konservasi
seharusnya memang menjadi bagian integral dari pembangunan (Christanto,
2014).
Kawasan konservasi mempunyai fungsi sebagai sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa, juga sebagai
pemanfataan secara lestari sumber daya alam. Adapun konflik pengelolaan
sumber daya seperti pada sumber daya hutan yang kerap terjadi adalah konflik
yang terjadi di masyarakat dalam dan di sekitar hutan terutama hutan konservasi,
dengan bermacam pihak dari luar yang diyakini memiliki otoritas dalam
pengelolaan sumber daya hutan, seperti pemerintah dan swasta (Marina, 2011).
Semenjak implementasi otonomi daerah, persoalan utama yang dihadapi dalam
pengembangan kawasan konservasi di Indonesia yaitu pembagian kewenangan
pusat dan daerah. Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, kewenangan
konservasi masih berada di tangan pemerintah pusat, padahal banyak yang
inisiatif di tingkat daerah mengenai peraturan pengelolaan kawasan konservasi
yang belum terakomodir oleh peraturan pusat (Primanto, 2020). Hutan dan
sumber daya alam lainnya seperti air, tanah, dan mineral serta satwa dan
tumbuhan yang ada di dalamnya harus dikelola secara berkelanjutan. Kebijakan
dan peraturan konservasi sumber daya alam dan hutan bermula dari kesadaran
akan pentingnya fungsi hutan dalam melindungi dan mempertahankan
keberlangsungaan hidup manusia dan lingkungannya. Kehancuran hutan akan
berdampak bagi habitat satwa liar, kekuranganan ketersediaan air bersih hingga
bencana alam lainnya. Oleh karena itu, praktikum mengenai kebijakan dan
peraturan dalam konservasi ini perlu dilakukan

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini agar mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan kebijakan dan peraturan konservasi sumber
daya alam dan hutan serta ekosistemnya, khususnya di Indonesia.
2. Menganalisa dan menyimpulkan implementasi kebijakan dan peraturan
konservasi dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan
Menurut beberapa para ahli, kebijakan merupakan keputusan pemerintah
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu atas masalah yang terjadi.
Terdapat beberapa tahapan dalam proses kebijakan publik diantaranya,
identifikasi masalah, penyusunan agenda, perumusan kebijakan, pengesahan
kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Implementasi
kebijakan merupakan salah satu bagian tahapan dari proses kebijakan publik
adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Proses pada tahapan ini
dikatakan krusial, hal tersebut dikarenakan bagaimanapun juga baiknya suatu
kebijakan tersebut pelaksanaannya atau implementasinya buruk. Maka dari itu
kebijakan tersebut akan sampai ke sasaran kebijakan dengan baik (Ariyani et al.,
2017).
Kebijakan konservasi yang ada di Indonesia diatur oleh Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Dalam UU ini dinyatakan bahwa pengawetan dan pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya termasuk kegiatan
konservasi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 jo PP No. 108
Tahun 2015 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan
Pelestarian Alam (KPA), Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam
yang melaksanakan kedua kegiatan tersebut. Preservasi atau pengawetan adalah
upaya dalam menjaga dan memelihara keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
berserta ekosistem, baik yang berada di dalam maupun di luar habitat agar
keberadaannya tidak punah, tetap seimbang serta dinamis dalam
perkembangannya. Dalam Taman Nasional, kegiatan ini dilakukan melalui
pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya, penetapan koridor
kehidupan liar, pemulihan ekosistem, dan penutupan kawasan (Ariyani et al.,
2017).
Kegiatan pemanfaatan pada Taman Nasional terdiri atas pemanfaatan
kondisi lingkungan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Pemanfaatan
kondisi lingkungan merupakan pemanfaatan potensi ekosistem, fenomena alam,
keadaan iklim, kekhasan suatu jenis, serta peninggalan budaya yang ada pada
kawasan. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar adalah pemanfaatan jenis
tumbuhan dan satwa dengan mempertimbangkan kelangsungan potensi, daya
dukung, serta keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. Pemanfaatan lestari
dalam Taman Nasional bisa direalisasikan dalam kegiatan penelitian, pendidikan,
dan pengembangan ilmu pengetahuan, pengetahuan konservasi sumber daya alam,
penyimpanan dan penyerapan karbon, pemanfaatan air, wisata alam, pemanfaatan
tumbuhan dan satwa liar, pemanfaatan plasma nutfah untuk budidaya, dan
pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat (Ariyani et al., 2017).

2.2. Konservasi
Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau
melindungi alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau perlindungan.
Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris conservation, yang artinya
pelestarian atau perlindungan. Konservasi adalah segenap proses pengelolaan
suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik.
Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang
dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara
pengawetan. Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan,
kawasan itu sendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama
lindung atau budidaya (Undang-Undang No. 32 Tahun 2009).
Konservasi mencakup beberapa aspek, misalnya konservasi kawasan
lindung, yaitu konservasi di kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam,
sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan. Selanjutnya adalah konservasi aspek sumber daya
alam, yaitu pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya sehingga
bisa dimanfaatkan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Sumber daya alam yang selama ini menjadi pendukung utama pembangunan
nasional perlu diperhatikan keberlanjutan pengelolaannya agar dapat memenuhi
kepentingan generasi saat ini dan masa depan. Untuk itu, telah dilaksanakan
berbagai kebijakan, upaya, dan kegiatan yang berkesinambungan untuk
mempertahankan keberadaan sumber daya alam sebagai modal dalam
pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan seluruh bangsa
dengan tetap mempertahankan daya dukung dan fungsi lingkungan hidup
(Christanto, 2014).
Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam
hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya.(Undang-undang No 5 Tahun 1990). Ada
dua prinsip yang sebenarnya bisa menjadi dasar pembentukan hukum dan
peraturan tentang perlindungan sumber daya alam dan melestarikan ekosistem
atau kelestarian yang dapat diberikan manfaat yang optimal bagi generasi saat ini
dan yang akan datang, dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya
dukung lingkungan dan menerapkan fungsi sosial, keberlanjutan dan fungsi
ekologi yang sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat. Kedua prinsip itu
cocok konservasi sumber daya alam bertujuan untuk melestarikan sumber daya
alam sumber daya hayati agar terhindar dari kepunahan dan mampu
melestarikannya pembangunan nasional (Ramadhani et al., 2017).

2.3. Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati atau biodiversity adalah istilah yang pertama kali
digunakan dalam versi panjangnya biological diversity. Mulanya, istilah ini
digunakan yang tujuannya menyebutkan jumlah atau kekayaan spesies. Karena
istilahnya yang terlalu sederhana, istilah ini menimbulkan perdebatan para ahli.
Dibandingkan dengan istilah awalnya yaitu biological diversity, istilah
biodiversitas lebih banyak dikenal dan mendapatkan perhatian dan lebih diterima.
Kebanyakan menyatakan keanekaragaman hayati tidak sama dengan jumlah
spesies. Hal ini dikarenakan istilah yang pertama bersifat lebih umum. Apabila
yang dimaksud dengan keanekaragaman terbatas pada jumlah spesies, menurut
kalangan ini lebih sesuai digunakan istilah kekayaan spesies atau species richness.
Pielou menyatakan keanekaragaman hayati juga tidak sama dengan
keanekaragaman spesies sebagai jumlah spesies disuatu area dan jumlah
kelimpahannya (Leksono, 2010).
Terdapat tiga istilah yang meliputi keanekaragaman hayati. Istilah tersebut
banyak diacu yang hingga sekarang menjadi tiga tingkatan menurut skala
organisasi biologisnya. Tiga istilah tersebut mencakup gen, spesies, dan ekosistem
serta proses-proses ekologinya. Dimana bentuk kehidupan ini merupakan
bagiannya. Istilah ini dapat diartikan sebagai keanekaragaman bentuk kehidupan
dalam ekosistem atau bioma tertenu (Leksono, 2010). Keanekaragaman hayati
tidak distribusikan secara merata di Bumi; wilayah tropis memiliki
keanekaragaman hayati yang kaya, serta jumlah keanekaragaman hayati terus
menurun apabila semakin jauh dari ekuator.

2.4. Hutan Konservasi


Hutan Konservasi adalah kawasan hutan yang dilindungi untuk melestarikan
hutan dan seluruh kehidupannya agar fungsi hutan tetap terjaga dan berjalan
sebagaimana mestinya. Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999,
hutan lindung adalah kawasan hutan dengan ciri-ciri tertentu yang tugas utamanya
adalah melestarikan keanekaragaman tumbuhan dan satwa (Lismarini, 2016).
Hutan lindung memberikan banyak manfaat bagi masyarakat yang tinggal di
sekitar kawasan hutan, seperti jasa lingkungan, sumber air dan pangan, sehingga
ketika masyarakat desa seperti rimbawan dapat hidup berdampingan dengan
hutan, maka kesejahteraan masyarakat dapat terjaga. Oleh karena itu, untuk
menjamin kualitas hutan konservasi sedemikian rupa sehingga dapat menjaga
kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistem hutannya, diperlukan hutan
konservasi yang sehat.
Hutan konservasi adalah Kawasan hutan yang di lindungi guna melestarikan
hutan dan seluruh kehidupan yang ada di dalamnya sehingga fungsi hutan tetap
terjaga dan berjalan sebagimana semestinya. menurut undang undang no 41 tahun
1999 tentang kehutanan, hutan konservasi merupakan hutan yang memiliki ciri
khas tertentu dan fungsi pokok sebagai pengawetan keanekaragaman hayati serta
ekosistem nya. menurut lismarini (2016), hutan konservasi juga memberikan
banyak manfaat bagi masyarakat yang hidup di sekitar Kawasan hutan tersebut.
Contohnya jasa lingkungan, sumber air, dan sumber pangan sehingga Ketika
masyarakat desa selaku pengelola hutan mampu hidup berdampingan dengan
hutan maka kesejahteran masyarakat dapat terjaga. dengan demikian, guna
menjamin kualitas hutan konservasi agar tetap terjaga kelestarian sumberdaya
alam hayati serta ekosistem hutannya, serta diperlukan suatu hutan konservasi
yang sehat.
Menurut Sumardi dan Widyastuti (2007), penggambaran hutan konservasi
yang sehat merupakan suatu kondisi hutan yang memiliki keseimbangan
ekosistem hutan yang baik dan mampu menjalankan fungsinya. fungsi tersebut
merupakan fungsi yang telah ditetapka sebelumnya Seperti fungsi produksi,
lindung, dan konservasi (Nuhamara et al., 2001). Menurut Kasno dkk (2007),
Kriteris pencapaian pengelolaan hutan secara lestari dapat dilihat dari Kesehatan
hutan itu sendiri. Secara umum pengelolaan hutan konservasi yang lestari harus
memperhatikan keadaan khusus biofisik hutan, keadaan ekonomi dan keadaan
social buddaya masyarakat. Indikator keberhasilan pengelolaan hutan yang lestari
bergantung pada kondisi ekosistem setempat serta sistem silvikultur yang
diterapkan karena setiap wilayah hutan mempunyai karakteristik ekosistem yang
spesifik atau khas sehingga kriteria dan indicator Kesehatan hutan konservasi
yang digunakan harus disesuaikan dengan ekosistem setempat. indicator ekologis
Kesehatan hutan yang akan digunakan untuk mengetahui Kesehatan hutan
konservasi antara lain biodiversitas dan vitalitas, melalui metode Forest Health
Monitoring (FHM).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Maret 2023, puku 07.00-09.50
WIB, di Ruang KHT 2, Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.

2.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum adalah laptop, ATK (alat tulis). Bahan
yang digunakan pada praktikum adalah referensi dari berbagai sumber.

2.3. Prosedur Kerja


Berikut merupakan langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum:
1. Mengeksplorasi dan mengumpulkan serta menyusun informasi kebijakan
dan peraturan seputar konservasi sumber daya alam.
2. Menganalisa dan menyimpulkan implementasi kebijakan dan peraturan
konservasi sumber daya alam.
3. Menyusun informasi dan menganalisa laporan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Kebijakan Konservasi UU No. 5 Tahun 1990
No. Kebijakan Keterangan Contoh
1 Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan Contoh wilayah
sistem merupakan satu proses alami dari tertentu sebagai
penyangga berbagai unsur hayati dan non wilayah
kehidupan hayati yang menjamin perlindungan
kelangsungan kehidupan sistem penyangga
makhluk. Perlindungan sistem kehidupan tersebut
penyangga kehidupan terdapat berupa
pada Bab II Pasal 6, Pasal 7, kwasansuakaalam
Pasal 8, Pasal 9, (cagar alam;
dan Pasal 10. suakamargasatwa)
dan kawasan
pelestarianalam
(TamanNasional;
Taman Hutan Raya;
Taman Wisata
Alam) (Dareal,
B.V., 2019)
2 Pengawetan Pengawetan keanekaragaman Kawasan cagar
keanekaragama n tumbuhan dan satwa beserta alam dan kawasan
jenis tumbuhan & ekosistemnya, dilaksanakan suakamargasatwa
beserta dengan menjaga keutuhan dikelola dengan
ekosistemnya kawasansuaka alam melakukan upaya
Tabel 1 (Lanjutan)
No. Kebijakan Keterangan Contoh
agar tetap dalam keadaan asli. pengawetan
Pengawetankeanekaragama n jenis keanekaragaman
tumbuhan dan sata beserta jenis tumbuhan dan
ekosistemnya. atau jenis satwa
(Wulandari et al.,
2019).
3 Pemanfaaan secara Pemanfaatan secara lestari sumber Kegiatan
lestari sumber daya daya alam hayati dan ekosistemnya pemanfaatan lestari
alam hayati dan terdapat pada Bab VI Pasal 26 dan ekonomi di
ekosistemny yaitu, pemanfaatan secara lestari taman nasional
sumber daya alam hayati dan Karimunja dilakukan
ekosistemnya dilakukan melalui dengan penelitian
kegiatan: dan pengembangan
a. Pemanfaatan kondisi lingkungan ilmu pengetahuan,
kawasan pelestarian alam; pendidikan dan
b. Pemanfaatan jenis tumbuhan peningkatan
dan satwa liar. Pasal 27, kesadartahuan
pemanfaatan kondisi lingkungan konservasi alam,
kawasan pelestarian alam serta pemanfaatan
dilakukan dengan tetap menjaga jasa lingkungan dan
kelestarian fungsi kawasan. Pasal wisata alam (Ariyani
28, Pemanfaatan jenis tumbuhan et al., 2017).
dan satwa liar dilakukan dengan
memperhatikan kelangsungan
potensi, daya dukung, dan
keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa liar.
4 Kawasan Kawasan pelestarian alam Salah satu contoh
pelestarian alam terdapat dalam pasal 1 nomor kawasan pelestarian
13 terdiri dari: alamyaitu di kawasan
a. Taman Nasional. Taman Nasional
b. Taman Hutan Raya. Kepulauan Seribu,
c. Taman Wisata Alam. yaitu yang berkaitan
Tabel 1 (Lanjutan)
No. Kebijakan Keterangan Contoh
Pada pasal 30 kawasan dengan komunikasi
pelestarian alam mempunyai antar pribadiyang
fungsi perlindungan sistem digunakan
penyangga kehidupan, sebagaisuatu strategi
pengawetan keanekaragaman dalam
jenis tumbuhan dan satwa, serta prosessosialisasipeles
pemanfaatan secara lestari tarian alam (Toha et
sumber daya alam hayati dan al., 2020).
ekosistemnya; Pasal 31Taman
Nasional dapat dilakukan untuk
kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya,budaya, dan
wisata alam. Serta tanpa
mengurangi fungsi pokok
masing-masing kawasan.; Pasal
32 kawasan taman nasional
dikelola dengan sistem zona inti,
zona
pemanfaatan, dan zona lain
5 Pemanfaatan Pemanfaatan jenis tumbuhan dan Salah satu contoh
jenis tumbuhan satwa liar terdapat pada pasal 36, pemanfaatan satwa
dan satwa liar dandapat dilaksanakan dalam jenistumbuhan dan
bentuk: satwa liaryaitu di
a.Pengkajian, penelitiandan kabupaten bangka
pengembangan; tengah yang
b.Penangkaran; digunakan sebagai
c. Perburuan; obat tradisional
d. Perdagangan; (Syafutra et al.,
e.Peragaan; 2021).
f.Pertukaran;
g.Budidaya tanaman obat-obatan;
h. Pemeliharaan untuk kesenangan.
Tabel 1 (Lanjutan)
No. Kebijakan Keterangan Contoh
Ketentuan lebih lanjut dimaksud
dalam ayat (1) diatur dengan
peraturan pemerintah (Peraturan
Pemerintah No. 05 Tahun1990).
6 Peran serta Peran serta rakyat dalam Penyelenggaraan
rakyat konservasi sumber daya alam konservasi sumber
hayati dan ekosistemnya diarahkan daya alam hayati dan
dan digerakkan oleh. Pemerintah ekosistemnya ber
melalui berbagai kegiatan yang sama Polisi
berdaya guna dan berhasil guna. Kehutanan di
Dalam mengembangkan peran BKSDA Bali serta
serta rakyat, pemerintah keterlibatan masya
menumbuhkan dan meningkatkan rakat terkait dengan
sadar konservasi sumber daya perlindungan jenis-
alam hayati dan ekosistemnya di jenis satwa liar,
kalangan rakyat melalui pendidikan karena keterlibatan
dan penyuluhan. Dan ketentuan masyarakat meru
lebih lanjut diatur dengan pakan ujung tombak
Peraturan Pemerintah, yang dari kesuksesan
terdapat pada bab IX pasal 37. konservasi
(Pramantara et al.,
2022).

7 Penyerahan urusan Dalam rangka pelaksanaan Salah satu contoh


dan tugas pembantu konservasi sumber daya alam penyerahan urusan
an hayati dan ekosistemnya, dan tugas pembantu-
pemerintah dapat menyerahkan an oleh pemerintah
sebagian urusan di bidang tersebut daerah Jambi kepada
kepada pemerintah daerah kementerian kehutan-
sebagaimana dimaksud dalam an guna dalam pe-
Undang-undang Nomor 5 Tahun ngelolaan hutan Kota
1974 tentang pokok-pokok Muhamad Sabki
Tabel 1 (Lanjutan)
No. Kebijakan Keterangan Contoh
pemerintahan di daerah. Ketentuan untuk meningkatkan
lebih lanjut sebagaimana dimaksud sumber pendapatan
dalam ayat (1) diatur dengan daerah di Kota Jambi
Peraturan Pemerintah (Peraturan (Amir et al., 2018).
Pemerintah No. 05 Tahun 1990).
8 Penyidikan Selain pejabat penyidik kepolisian Salah satu contoh
Negara Republik Indonesia, juga penyidikan disini
pejabatPegawai Negeri Sipil ialah penyidikan
tertentu di lingkungan departemen yang dilakukan oleh
yang lingkup tugas dan tanggung polisi kehutanan
jawabnya meliputi pembinaan seperti proses
konservasi sumber daya alam penyidikan tindak
hayati dan ekosistemnya, diberi pidana pembakaran
wewenang khusus sebagai hutan tanpa izin yang
penyidik sebagaimana dimaksud dilakukan perse-
dalam Undang-undang Nomor 8 orangan (studi di
Tahun 1981 tentang hukumacara dinas kehutanan di
pidana, untuk melakukan penyidika provinsi Sumatera
tindak pidana di bidang konservasi utara (Sihombing,
sumber daya alam hayati dan 2018).
ekosistemnya. Kewenangan
penyidik sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), tidak mengurangi
kewenangan penyidik sebagaimana
diatur dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia dan
Undang- undang Nomor 9 Tahun
1985 tentang perikanan. Penyidik
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), berwenang untuk:
a. Melakukan pemeriksaan atas
laporan atau keterangan berkenan
Tabel 1 (Lanjutan)
No. Kebijakan Keterangan Contoh
dengan tindak pidana di bidang
konservasi sumberdaya alam hayati
dan ekosistemnya;
b. Melakukanpemeriksaaan
terhadap orang yang diduga
melakukan tindak pidana dibidang
konservasi sumberdaya alam hayati
dan ekosistemnya;
c. Memeriksa tanda pengenal
seseorang yang berada dalam
kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam;
d. Melakukan penggeledahan dan
penyitaan barang bukti tindak
pidana di bidang konservasi
sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya;
e. Meminta keterangan dan bahan
9 Ketentuan pidana Barang siapa dengan sengaja Dari pasal 19 ayat (1)
melakukan pelanggaran terhadap yaitu setiap orang
ketentuan sebagaimana dimaksud dilarang melakukan
dalam pasal 19 ayat (1) dan pasal kegiatan yang dapat
33 ayat (1) dipidana dengan pidana membuat perubahan
penjara paling lama 10 (sepuluh) pada keutuhan
tahun dan denda paling banyak Rp kawasan pada
200.000.000,00. keutuhan kawasan
unsur obyektif dari
pasal 33 ayat (1)
yaitu setiap orang
dilarang melakukan
kegiatan yang dapat
mengakibatkan pe-
rubahan pada keutuh-
Tabel 1 (Lanjutan)
No. Kebijakan Keterangan Contoh
an zona inti taman
nasional. Apabila ter-
dapat perbuatan di-
atas dapat dipidana
penjara paling lama
10 tahun dan denda
paling banyak Rp
200.000.000 (Sandi,
2017).
10 Ketentuan Hutan suaka alam dan taman Hutan suaka alam
peralihan wisata yang telah ditunjuk dan dan taman wisata
ditetapkan berdasarkan peraturan yang telah ditunjuk
perundang-undangan yang dan ditetapkan ber-
berlaku sebelum berlakunya dasarkan peraturan
Undang-undangini dianggap telah undang-undang
ditetapkan sebagai kawasan suaka yang berlaku
alam dan taman wisata alam sebelumnya di-
berdasarkan Undang-undang ini. anggap telah di-
tetapkan sebagai
kawasan suaka
alam dan taman
wisata alam
berdasarkan
Undang-undang ini
(Hariningsih,
2019).
Tabel 2. Kebijakan Konservsi UU No. 41 Tahun 1999
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
Berdasar Hutan Hutan lindung Fungsi utama 1. Hutan
1 kan fungsi lindung me-rupakan dari hutan lindug
kawasan yang lindung adalah sungai
berfungsi se- sebagai per- Wain
bagai tempat lindungan 2. Hutan
perlindungan ke- sistem penya- lindug
anekaragaman ngga kehidup Weha.
hayati, menjaga an untuk me- 3. Hutan
tata air, ngatur tata air, lindung
mencegah erosi mencegah Alas
dan menjaga banjir, pengen Kethu
kesuburan tanah dalian erosi, 4. Hutan
(Anugrah et al., mencegah Taman
2017). intrusi air laut, Raya
serta meme Bung
lihara kesubur Hatta.
an pada tanah 5. Hutan
(Najicha, Lindung
2021). Baning.
Hutan Hutan konservasi Hutan konser 1. Taman
Kon- adalah kawasan vasi diharap Nasional
servasi hutan yang dilin- kan mampu Way
dungi untuk mendukung da Kambas.
tujuan melestari lam upaya per 2. Taman
kan wila yah lindungan serta Nasional
hutan tertentu pelestari an Gunung
termasuk juga ke alam dalam Gede
hidupan yang ber suatu kawasan Pangrango
ada di dalamnya tertentu 3. Taman
agar tetap terjaga (Akhmaddian, Nasional
(Kusumaningtyas 2013). Kepulauan
et al., 2013). Seribu.
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
4. Taman
Nasional
Baluran.
5. Taman
Nasional
Alas
:Purwo.
6. Taman
Nasional
Bromo
Tengger
Semeru.
7. Taman
Nasional
Bali Barat
8. Taman
Nasional
Gunung
Tambora
Hutan Hutan produksi Fungsi utama 1. Hutan
Produksi adalah kawasan dari hutan pro Mahoni di
hutan yang hasil duksi adalah pulau
nya bisa dipakai untuk kebutuh Jawa.
atau diambil, an masyarakat 2. Hutan Jati di
baik dalam ben yang memiliki Sumbawa
tuk kayu maupun izin untuk me 3. Hutan
nonkayu. Peman ngelolanya. Se Damar di
faatan hutan lain itu, hasil kepulauan
produksi contoh hutan produksi Maluku
nya sebagai la juga berguna 4. Hutan Bambu
han untuk mem sebagai bahan di Lumajang
bangun kawasan baku industri.
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
tertentu atau se Supaya 5. Hutan
bagai sumber penggunaannya Jabobon di
hasil hutan yang dilakukan Sumatra Utara
bisa diperdagang secara
kan (Romzy, bertanggung
2019) jawab, ada yang
disebut
pengelolaan
Hutan Produksi
Lestari.(Sarasw
ati, 2020
2 Berdasar Hutan Hutan negara ada Hutan negara Hutan konser
kan Negara lah hutan yang berdasarkan fu vasi adalah
Statusnya berada pada ta ngsinya bisa contoh hutan
nah yang tidak berbentuk hutan Negara, misal
dibebani hak atas konservasi, hu nya hutan yang
tanah. (Yulyand, tan lindung, ada di Taman
2018) serta hutan pro Nasional Way
duksi. Memiliki Kambas, yaitu
fungsi pokok sebagai tempat
sebagai penga salah satu
wetan keaneka hewan endemik
ragaman tumbu pulau Sumatera
han dan satwa yaitu gajah
serta ekosistem Sumatra (Yanti,
nya (Rahman, 2017)
2020).
Hutan Hak Hutan Hak ada Hutan Rakyat Kabupaten
lah hutan yang memiliki fungsi Donggala me
berada pada tan secara ekologi rupakan sa lah
ah/lahan masya maupun eko satu kabupaten
rakat yang telah, nomi bagi ma di Provinsi da
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
dibebani hak atas syarakat. Sulawesi
tanah di luar Manfaat secara Tengah yang me
kawasan hutan ekologi antara rupakan hutan
negara, dibukti lain perbaikan hak. Potensi
kan dengan alas tata air Daerah tutupan hutan di
titel berupa Aliran Sungai Kabupaten
sertifikat hak (DAS), konser- Donggala relatif
milik, Letter C vasi tanah dan luas dan memi
atau Girik, hak perbaikan mutu liki peran stra
guna usaha, hak lingkungan. Se- tegis dalam men
pakai, atau dangkan man- dukung pem
dokumen peng- faat ekonomi bangunan da
uasaan/pemilikan dari hutan erah (Mirwan,
lainnya yang rakyat yaitu 2016).
diakui oleh peningkatan
Badan Pertanah- pendapatan
an Nasional petani dari
(BPN) (Mirwan, hutan rakyat
2016). dan penyediaan
kayu rakyat
(Mirwan, 2016
3 Berdasar Inventari Inventarisasi hu Inventarisasi Inventarisasi
kan Peren sasi Hutan tan merupakan hutan juga dapat hutan dilakukan
canaan kegiatan untuk digunakan oleh pengelola
Kehutanan mengetahui po untuk menge hutan di
tensi hutan yang tahui dan Indonesia, con
mencakup me memperoleh tohnya di
ngenai informasi data dan infor Kementrian
jumlah persedia masi mengenai Lingkungan
an produk, riap kondisi sosial, Hidup dan
dari tegakan, ekonomi, dan Kehutanan
komposisi jenis budaya masya
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
rakat sekitar (KLHK), Perum
hutan serta jasa Perhutani,
dan lingkungan Hutan alam
alamnya (HA) atau Hutan
(Almarief, A. Z. tanaman industri
2018). (HTI) yang
umumnya me
lakukan inven
tarisasi hutan
guna kepenting
an produksi po
hon (kayu)
(Latumahina et
al., 2021).
Pengukuh Pengukuhan Pemberian ke kegiatan pe
an kawas kawasan hutan pastian hukum nunjukan, pe
an hutan adalah rangkaian mengenai sta nataan batas,
kegiatan tus, letak, batas pemetaan dan
penunjukan, dan luas suatu penetapan ka
penataan batas, wilayah terten wasan hutan
dan penetapan tu yang sudah dengan tujuan
kawasan hutan ditunjuk seba untuk mem
(Kurniawati, gai kawasan berikan kepas
2019). hutan menjadi tian hukum
kawasan hutan atas status,
tetap dengan letak, batas
Keputusan dan luas kawa
Menteri san hutan
(Kurniawati, (Wilhelmus et
2019). al., 2021).
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
Penata Penatagunaan ka Penataan ruang Perubahan ka
gunaan wasan hutan ada pada dasarnya wasan hutan
kawasan lah kegiatan pene bertujuan untuk menjadi kawa
hutan tapan fungsi dan mengatur pem san bukan hutan
penggunaan ka bagian ruang adalah pemerin
wasan hutan. menjadi bebe tah Provinsi
(Syahadat, rapa fungsi Sumatera Utara
2012). sehingga ter mengubah status
wujud ruang dan fungsi
yang aman, kawasan
nyaman, pro (Hidayani ,
duktif dan ber 2021).
kelanjutan, de
ngan adanya
pembagian ka
wasanhutan ber
dasarkan fungsi
pokoknya
(Syahadat,
2012).
Pembentu Pembentukan wi Fungsi pemben Contoh studi
kan layah pengelola tukan wilayahan kasus pengelola
wilayah an hutan tingkat pengelolaan hu an hutan adalah
penge unit pengelolaan tan untuk yang dilakukan
lolaan dilaksanakan mencapai pe oleh Perum
hutan dengan memper ngelolaan hutan Perhutani dan
timbang kan secara optimal, LMDH Desa
karakteristik la lestari, dan Giripurno Kota
han, tipe hutan, berkeadilan se Batu melalui
fungsi hutan suai dengan Comanagement
kondisi daerah fungsi pokok dalam skema
aliran sungai, dan peruntuk program
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
sosial budaya, kannya Pengelolaan
ekonomi, (Prayitno, Hutan Bersama
kelembagaan 2020). Masyarakat
masyarakat (PHBM) (Putra ,
setempat 2021).
termasuk
masyarakat
hukum adat dan
batas
administrasi
pemerintahan
(Prayitno, 2020).
Penyusu Kehutanan ada Bertujuan untuk Dengan mene
nan lah proses pene mewujudkan pe tapkan RPHJP
rencana tapan kegiatan nyelenggaraan yang ada pada
kehutanan dan perangkat kehutanan yang setiap kawasan
yang diperlukan efektif dan hutan konser
dalam pengurus efisien untuk vasi atau lin-
an hutan lestari mencapai man dung, seperti
untuk memberi faat fungsi misalnya
kan pedoman dan hutan yang RPHJP KPHL
arah guna menja optimum dan Pesawaran.
min tercapainya lestari
tujuan penyeleng (Rahmadanty et
garaan kehutanan al., 2021).
untuk sebesarnya
kemakmuran rak
yat yang berke
adilan dan berkel
anjutan
(Rahmadanty,
et al., 2021).
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
4 Berdasar Kawasan Hutan Suaka Kawasan hutan Cagar Alam
kan hutan alam adalah ka suaka alam Rafflesia Aceh–
kawasan suaka alam wasan hutan memiliki fungsi Serbojadi, Aceh
hutan yang karena sifat pokok sebagai Timur. Cagar
konserva si -sifatnya yang kawasan peng Alam Dolok
khas diperuntuk awetan keaneka Sipirok,
an secara khusus ragaman tum Tapanuli
untuk perlindung buhan dan Selatan,
an alam hayati satwa serta Sumatra Utara.
atau manfaat- ekosistemnya Cagar Alam
manfaat yang yang juga Bukit Bungkuk,
lainnya berfungsi se Kampar, Riau.
(Setyabudi, bagai wilayah Cagar Alam
2021). sistem penyan Gunung
gga kehidupan. Simpang,
(Rido, 2016). Cianjur,
Jawa Barat
Kawasan Kawasan Kawasan hutan Taman
hutan pelestarian Alam Pelestarian alam Nasionan Gede
pelestarian adalah kawasan mempunyai fu Pangrango,
alam dengan ciri khas ngsi pokok Taman Nasional
tertentu, baik di perlindungan si Bromo,
daratan maupun stem penyangga Taman Nasional
di perairan yang kehidupan, pe Komodo.
mempunyai fung ngawetan ke
si perlindungan anekaragaman
sistem penyang jenis tumbuhan
ga kehidupan, dan satwa, serta
pengawetan ke pemanfaatan se
anekaragaman je cara lestari
nis tumbuhan sumber daya
dan satwa, serta alam hayati dan
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
pemanfaatan ekosistemnya.
secara lestari (Ahmad, 2017).
sumber daya
alam hayati dan
ekosistemnya
(Ahmad, 2017 )
Kawasan Taman Buru Taman Buru Taman Buru
taman adalah kawasan sendiri memiliki Gunung Masigit
buru hutan konservasi fungsi untuk Kareumbi, di
yang bisa diman mengakomodir Sumedang Jawa
faatkan untuk kebutuhan per Barat. Taman
mengakomodir buruan satwa Buru Bangkala,
wisata berburu. pada kawasan di Sulawesi
(Andy, 2018). konservasi. Selatan. Taman
(Andy, 2018). Buru Padang
Mata Osu, Di
Sulawesi
Tenggara.
5 Berdasarka Taman Taman nasiona Penelitian dan Tama nNasional
n penetapan Nasional adalah sebagai pengembangan : Way Kambas
kawasan kawasan peles Penelitian dan Provinsi
hutan tarian alam yang pengembangan Lampung.
dengan mempunyai eko kehutanan yang Taman Nasional
tujuan sistem asli, dimaksud ada Ujung Kulon,
khusus dikelola dengan lah kegiatan Taman Nasional
sistem zonasi yang mencakup Komodo,
yang dimanfaat penelitian dan Taman Nasional
kan untuk tujuan pengembangan Komodo,
penelitian, ilmu kehutanan un Taman Nasional
pengetahuan, pen tuk mendukung Bunaken,
didikan menun pembangunan Taman Nasional
jang budidaya, kehutanan Tanjung Putting,
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
pariwisata dan (Menteri Ling- Taman Nasional
rekreasi (UU No. kungan Hidup Gunung Leuser.
5, 1990). dan Kehutanan
Republik
Indonesia,
2018). Pendidik
an dan pelatih
an: pendidikan
dan pelatihan
kehutanan yang
dimaksud ada
lah proses pe
nyelenggaraan
pembelajaran da
lam rangka
membina sikap
dan perilaku,
serta mening
katkan kemam
puan dan ke
trampilan pe
gawai kehutan
an dan sumber
daya manusia
kehutanan lain
nya menuju
sumber daya
manusia ke
hutanan yang
profesional dan
berakhlak mulia
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
(Menteri Ling-
kungan Hidup
dan Kehutanan
Republik
Indonesia,
2018). Religi
dan Budaya:
Religi dan Bu-
daya adalah ke
giatan yang dila
kukan untuk ke
pentingan religi
dan budaya se
tempat dan pe
nerapan tek
nologi tradisi
onal (indigen-
oustechnology)
yang dalam pe
laksanaannya
harus memper
hatikan sejarah
sejarah perkem
bangan seluruh
masyarakat ti
dak terkecuali
siapa pun itu
dan juga ke
lembagaan adat
istiadat yang
ada (indigen-
ousinst itution)
Tabel 2 (Lanjutan)
Pembagian Keterangan
Kawasan
No Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok
Hutan
serta kelestarian
alam dan ter
peliharanya eko
sistem ekosis
tem yang ada
(Menteri Ling-
kungan Hidup
dan Kehutanan
Republik
Indonesia,
2018).
6 Berdasar Hutan kota Hutan kota meru Peranan hutan Hutan Kota
kan fungsi pakan salah satu kota yang me Malang, Hutan
untuk ke- dari ruang ter miliki andil da Kota Velodrom,
pentingan buka hijau kota lam keberlanjut Hutan Kota
pengaturan yang terdiri dari an sebuah kehi Malabar, Hutan
iklim mikro komunitas ve- dupan sebagai Kota Jl. Jakarta
estetika, getasi berupa mana fungsi (Rizal et al.,
dan resapan pohon dan asosi ruang terbuka 2015)
air di setiap asinya yang tum hijau untuk pe
kota buh di lahan kota lestarian kota
atau sekitar kota yaitu sebagai
berbentuk jalur, paru-paru kota,
menyebar, dan penurun suhu,
bergerombol de tempat resapan
ngan struktur me air, sebagai tem
nyerupai atau pat untuk me
meniru hutan nyerap polusi
alam (Rizki et dan masih
al., 2017). banyak lagi
(Isymiftah.,
2020).
Tabel 3.Kebijakan Konservasi PP No. 7 tahun 1999, Permenhut No. 20 Tahun
2018, dan Permenhut No. 106 Tahun 2018 (Bandingkan ketiganya).
Kriteria Perlindungan
Penetapan Penurunan
No Kebijakan Sebaran Contoh
Golongan Populasi Tajam di
Terbatas
Alam
1 Perlindungan Dilindungi Kecil Habitat Akibat alih Badak
satwa liar alami fungsi dan Jawa
di TNUK pem bangun (Rhinoce
an russonda
icus)
Tidak
Dilindungi
2 Upaya Dilindungi Kecil Habitat Perburuan Vanda
Pengawetan alami di liar Mungil
TN Lore Minahasa
Lindu (Vanda
celebica)
Tidak
Dilindungi
3 Penetapan Dilindungi Kecil Habitat Gangguan- Merak
jenis alami di gangguan di (Pavomut
tumbuhan TNAP dalamnya icus) dan
dan satwa Bango
tongtong
(Leptopti
Losjavan
cus)
Tidak Menca
Dilindungi pai
tingkat
tertentu
4. Pengelolaa
tumbuhan
dan satwa
Tabel 3 (Lanjutan)
Kriteria Perlindungan
Penetapan Penurunan
No Kebijakan Sebaran Contoh
Golongan Populasi tajam di
Terbatas
alam
4 Serta Dalam Kecil Habitat Akibat Komodo
Habitatnya Habitat alami di Perubahan (Varanus
(In situ) TNK Iklim komodoe
nsis)
Luar
Habitat
(Ex Situ)
5 Lembaga Untuk Kecil Habitat Kerusakan Gajah
Konservasi kepenti aslinya Hutan yang Sumatera
ngan parah (Elephas
khusus maximus
sumatrae
nsis)
Untuk ke Besar Luar
pentingan habitat
Umum aslinya
6 Pengiriman Dalam Terbatas Sesuai Perdaga
atau pengang wilayah RI habitat ngan satwa
kutan tum asli liar secara
buhan dan ilegal
satwa yang
dilindungi
Luar Terbatas Sesuai Perdaganga
wilayah RI habitat n satwa liar
asli secara ilegal

7 Satwa yang Dikembalik Kecil Habitat Konflik Gajah


membahayak an ke alami di dengan Sumate-
an manusia Habitatnya TNWK manusia dan ra
perusakan (Elephan
hutan s
Tabel 3 (Lanjutan)
Kriteria Perlindungan
Penetapan Penurunan
No Kebijakan Sebaran Contoh
Golongan Populasi tajam di
Terbatas
alam
maximus
sumatrae
nsis)
Ditangkap
/dibunuh
oleh
petugas
berwenag
apabila
menganca
m nyawa
8 Pengawasan Preventif Terbatas Habitat Kerusakan Harimau
dan alami di hutan Sumatera
pengendali TNTN (Panthera
an tigris
sumatrae)
Represif Terbatas Habitat Konflik Harimau
alami di dengan Sumatera
TNTN manusia (Panther a
tigris
sumatrae)

Tabel 4. Kebijakan Konservasi PP No. 8 Tahun 1999


No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
1 Bab III. Upaya perbanyakan Setiap orang, Menurut
Pasal7-16. melalui pengembang Badan Hukum, Thohari et al
Pena ngkaran biakan dan pembesar Koperasi atau (2011)
an tumbuhan dan Lembaga Sistem
satwa liar dengan Konservasi penangkaran
tetap dapat rusa di
Tabel 4 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
kemurnian jenisnya. Melakukan ke negara
Penangkaran dapat giatan penangkar mengacu pada
dilakukan terhada an jenis tumbuh prinsip
jenis tumbuhan dan an dan satwa liat pengelolaan
satwa liar yang atas izin meteri. habitat yaitu
dilindungi maupun Izin pengakaran secara intensif
yang tidak dilindungi sekaligus izin atau extensif.
(PP No.8 Tahun untuk dapat penangkaran
1999) menjual hasil rusa Tahura
penangkaran se untuk
telah memenuhi dikembang
standar kualifi kan menjadi
kasi penangkaran ekowisata
tertentu penang dengan satwa
karan wajib liar sebagai
menjaga kemur objek
nian jenis satwa wisatanya
liar yang dilindu (Xavier
ngi sampai pada et al., 2018)
generasi pertama
(PP No. 8 Tahun
1999).
2 Bab IV. Pasal Perburuan ialah Dilakukan untuk Berdasarkan
17. Perburuan pengambilan keperluan penelitian
hewandan tanaman olahraga buru Pattiselanno
liar (Fadilah,2017). (sport hunting), dan Mentans
perolehan trofi an (2010)
(hunting trophy), jenis hewan
dan perburuan buruan suku
tradisionl oleh Maybrat
masyarakat (PP ialah babi
No. 8 Tahun hutan,
1999). kuskus,dan
Tabel 4 (Lanjutan)

No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh


soa- soa, tikus
tanah dan juga
rusa(Seseray et
al., 2017).
3 Bab V. Pasal Tumbuhan dan satwa Perdagangan jenis Perdagangan
18-26. Perda liar yang dapat diper tumbuh an dan cula badak (1
ganan dagang kanialah jenis satwa liarha nya kg bernilai
satwaliar yang tidak dapat dilakukan ribuan US
dilindungi. Tumbuh oleh badan usaha Dolar) dan
an dan satwa liat yang didiri kan trenggiling
yang digunakan menurut hukum sebagaian besar
untuk perdagangan Indonesia setalah berskala
diperoleh dari hasil mendapat rekomen internasional,
penangkaran dan pe dasi dari menteri. ke Asia Timur
ngambilan atau pe Dikecualikan dari (Vietnam dan
nangkapan dari alam ketentuan, perdaga Cina).
(PP No. 8 Tahun ngandalan skala Perdagangan
1999). terbatas dapat dila harimau dan
kukan oleh mas gading (Asia
yarakat yang ting dan Afrika)
gal di dalam dan berskala
disekitar areal buru domestik dan
dan di sekitar antar negara,
Taman Buru sebagi kulit hariamau
mana diatur dalam dan gading
ketentuan peratur dianggap
an perundang- sangat berharga
undangan ten tang oleh kalangan
perburuan satwa elit di
buru. Badan usaha Indonesia
(Riza, 2005).
Tabel 4 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
yang melakukan
per dagang an
tumbuhan dan
satwa liar mem
bayar pungutan
yang ditetapkan me
nurut ketentu an
peratur an per
undang-undang an
yang berlaku. Tiap-
tiap perdagangan
tumbuhan dan
satwa liar wajib
dilengkapi dengan
dokumen yang sah
(PP No. 8 Tahun
1999)

4 Bab VI.Pasal Peragaan jenis Lembaga, badan Peragaan jenis


27-30.Pe tumbuhan dan satwa atau orang yang tumbuhan dan
ragaan liar dapat berupa melakukan pe satwa liar
koleksi hidup atau ragaan tumbuhan dapat berupa
koleksi mati dan satwa liar ber koleksi hidup
termasuk bagian- tanggung atas atau koleksi
bagiannya serta hasil kesehatan ke mati termasuk
dari padanya(PPNo. amanan tumbuh bagian-bagian
8 Tahun 1999). an dan satwa liar nya serta hasil
yang di peraga dari padanya.
kan. Menteri me
ngatur standar
teknis kesehatan
dan keamanan
Tabel 4 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
keamanan
tumbuhan dan
satwa
5 Bab VII. Pasal Pertukaran dilakukan Pertukaran jenis Anoa, Babi rusa
31-34.Pertukaran untuk mempertahan tumbuhan satwa ,Badak Jawa,
kan atau mening liar yang Badak Sumatera
katkan populasi, dilindungi hanya ,Badak Jawa,
memperkaya keane dapat dilakukan LutungMentaw
karagaman jenis, pe terhadap jenis ai, Orangutan,
nelitian danilmu pe tumbuhan dan Elang Jawa,
ngetahuan, dan atau satwa liar yang Biawak, Komo
penyelamatan jenis sudah dipelihara do, Harimau
yang bersangkutan Oleh lembaga Suma tera
(PP No.8 Tahun konservasi. Per ,Cendrawasih,d
1999). tukaran dapat di an Owa Jawa
lakukan antara hanya dapat
satwa dengan dipertukark an
satwa tumbuhan atas persetujuan
Dengan tumbuh presiden (PP
an. Pertukaran No. 8 Tahun
dilakukan atas 1999).
dasar keseimbang
an nilai konse
rvasi jenis tumbuh
an dan satwa liar
yang ber sangkut
an (PP No.8
Tahun 1999).
6. Bab VIII. Pasal Pemanfaatan jenis Ketentuan tentang
35-36. Budi tumbuhan liar yang budidaya tanaman
Daya tanaman berasal dari habitat obat-obatan diatur
obat-obatan alam untuk keperluan dengan PP ter
budidaya tanaman sendiri. Pada
Tabel 4 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
obat-obatan saat ditetapkan
dilakukan dengan peraturan
tetap memelihara pemerintah ini,
kelangsungan peraturan
potensi, populasi, pemerintah yang
daya dukung, dan mengatur
keanekaragaman mengenai
jenis tumbuhan budidaya tanaman
liar(PP No.8 Tahun obat-obatan adalah
1999). PP No. 44 Tahun
1995 tentang
perbenihan
tanaman (PP No.8
Tahun
1999).

7 Bab IX. Pasal Setiap orang dapat Pemelihara jenis


37-41. memelihara jenis tumbuhan dan
Pemeliharaan tumbuhan dan satwa satwa liar untuk
untuk liar untuk tujuan kesenangan,
kesenangan kesenangan. wajib:
Tumbuhan dan satwa a.memelihara
liar untuk keperluan kesehatan,
pemeliharaan untuk kenyamanan, dan
kesenangan hanya keamanan jenis
dapat dilakukan tumbuhan atau
terhadap jenis yang satwa liar
tidak dilindungi (PP pemeliharaannya
No.8 Tahun b.menyediakan
1999). tempat dan
fasilitas yang
memenuhi standar
pemeliharaan jenis
Tabel 4 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
tumbuhan dan
satwa liar (PP
No.8 Tahun
1999).

8. Bab X. Pasal Pengiriman atau Dalam melakukan Pengiriman


42. Pengiriman pengangkutan jenis pengiriman atau sepasang
Atau tumbuhan dan satwa pengangkutan panda, hewan
pengangkutan liar dari suat kawasan tumbuhan dan unik asal Cina
tumbuhan dan habitat ke satwa liar wajib merupakan
satwa liar kawasan habitat dilengkapi kebanggaan
lainnya di Indonesia, dengan dokumen rakyat Cina,
atau dari dan ke luar pengiriman atau berhasil
wilayah Indonesia, pengangkutan dipindahkan
harus disertai dengan yang disebut Surat dengan
dokumen pengiriman Angkut selamat dari
atau pengangkutan Tumbuhan/Satwa tempat
yang disebut Surat (SATS). SATS asalnya di
Angkutan memuat Woonglo,
Tumbuhan/Hewan keterangan tentang Chengdu,
(SATS) (Hanif, jenis dan jumlah Cina ke
2015). tumbuhan dan Taman Safari
satwa, pelabuhan Bogor,
pemberangkatan Indonesia.
dan pelabuhan kemudian,
tujuan, identitas yang kedua,
orang atau badan pengiriman
yang mengirim badak
dan menerima Sumatera,
tumbuhan dan hewan dengan
satwa dan status
peruntukan critically
pemanfaatan endangered
tumbuhan dan
Tabel 4 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
satwa Yang dipin
(Hanif, 2015). dahkan dari
kebun
binatang di
Cincinati,
Ohio,
Amerika
Serikat ke
Suaka Badak
di Lampung,
Sumatera
Selatan
(Fatchoelqorib
, 2018).

Tabel 5 Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008


No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
1 Perlindungan ter- Kawasan hutan lin- Kawasan hutan Kawasan hutan
hadap kawasan dung dengan faktor ke- lindung reko-
bawahannya miringan lereng, mendasi Keca-
jenis tanah, dan in- matan Dabun
tensitas hujan yang Gelang Kabu-
jumlah hasil per- paten Gayo
kalian bobotnya Lues (Fitri,
sama dengan 175 2021). Kawasan
atau lebih. Kawa- hutan lindung
san hutan yang Kinarum dan
mempunyai ke- Tampaan, Kali-
miringan lereng mantan Selatan
paling sedikit 40%. (Hidayat,
Kawasan hutan 2018).
yang mempunyai
ketinggian paling
Tabel 5 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
Sedikit 2.000 MDPL
Kawasan bergambut Ketebalan gambut Kawasan ber-
3 m atau lebih gambut di Desa
yang terdapat di Kasang Keca-
hulu sungai atau matan Kuantan
rawa Mudik (Yanti,
2018). Ka-wasan
gambut di Kali-
mantan Tengah
(Fitriani, 2019).
Kawasan resapan air Kawasan yang Kawasan re-
mempunyai ke- sapan air di
mampuan tinggi Lereng Selatan
untuk meresapkan Gunung Api
air hujan dan Merapi (Sejati,
sebagai pengon- 2020). Kawasan
trol tata air resapan air di
permukaan. daerah Warga-
jaya, Suka-
makmur, Bogor
(Putra et al.,
2021).
2 Perlindungan de- Sempadan pantai Daratan sepanjang Sempadan pantai
ngan setempat tepi-an laut dengan Taman Wisata
jarak paling sedikit pe-rairan Gili
100m dari titik Trawangan,
pasang air laut Nusa Tenggara
tertinggi ke arah Barat (Budi-
darat atau. daratan lestari et al.,
sepanjang tepian 2014). Kawa-
laut yang bentuk san sempadan
dan kondisi fisik pantai di Kabu-
pan-tainya curam paten Bangka
Tabel 5 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
atau terjal dengan Bangka Tengah
jarak proporsional (Nelawati et al.,
terhadap bentuk dan 2020).
kondisi fisik pantai.
Sempadan Daratan sepanjang Sempadan Sungai Be-
sungai tepian sungai ngawan Solo Keca-
bertanggul dengan matan Bojonegoro
lebar paling sedikit (Widayanti et al.,
5m dari kaki tanggul 2013). Sempadan
sebelah luar daratan Sungai Ciliwung l
sepanjang tepian (Leonardy et al., 2020).
sungai besar tidak Kawasan waduk Jati-
bertanggul di luar gede Kabupaten Su-
kawasan permu- medang (Djuwendah et
kiman dengan lebar al., 2017). Kawasan
paling sedikit 100. waduk Cirata, Jawa
Daratan dengan jarak Barat (Radiarta et al.,
50 m sampai dengan 2016).
100 meter dari titik
pasang air danau atau
waduk tertinggi.
Daratan sepanjang
tepian danau atau
waduk yang lebarnya
proporsional terhadap
bentuk dan kondisi
fisik danau atau
waduk dari tepi
sungai.
Ruang ter- Lahan dengan luas Ruang Terbuka hijau
buka hijau paling sedikit 2.500 Kota Semarang (Arifi-
kota m². Berbentuk satu yanti et al., 2014).
hamparan, berbentuk Ruang terbuka hijau
Tabel 5 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
jalur, atau kom-binasi publik di Kota
dari bentuk satu Surabaya (Ernawati,
hamparan dan jalur. 2015).
Didominasi komunitas
tumbu-han.
3 Kawasan suaka Kawasan 1. Kawasan yang me- Cagar alam Panan-
alam, peles- suaka alam miliki keanekaragaman jung Pangandaran
tarian alam, dan biota, ekosistem, serta (Nurjaman et al.,
cagar budaya gejala dan keunikan 2017).
alam yang khas baik di
darat maupun di
perairan.

2. Mempunyai fungsi
utama sebagai kawa-
san pengawetan keane-
karagaman jenis biota,
ekosistem, serta gejala
dan keunikan alam
yang terdapat di
dalamnya.
Kawasan 1. Memiliki ekosistem Suaka alam perairan
suaka alam khas, baik di lautan Selat Pantar dan laut

laut dan pe- maupun di perairan sekitarnya, Alor


lainnya. (Wabang, 2019).
rairan lain-
nya
2. Merupakan habitat
alami yang mem-
berikan tempat atau
perlindungan bagi
perkembangan ke-
anekaragaman tum-
buhan dan satwa.
Tabel 5 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
Suaka mar- 1. Merupakan tempat Suaka marga satwa
gasatwa dan hidup dan
perkem- gunung leuser
suaka mar- bangbiakan dari suatu (Abbas, 2020).
gasatwa laut jenis satwa yang perlu
dilakukan upaya kon-
servasinya.

2. Memiliki keane-
karagaman satwa
yang tinggi.

3. Merupakan tempat
dan kehidupan bagi
jenis satwa migran
tertentu.

4. Memiliki luas yang


cukup sebagai habitat
jenis satwa yang
bersangkutan.
Cagar alam 1. Memiliki ke- Cagar alam bukit
dan cagar anekaragaman jenis bungkuk, riau (Yasir
alam laut tumbuhan, satwa, dan et al., 2019).
tipe ekosistemnya.

2. Memiliki formasi
biota tertentu dan-
/atau unit-unit pe-
nyusunnya.

3. Memiliki kondisi alam


baik biota maupun
fisik-nya yang masih
asli atau belum
Tabel 5 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
diganggu manusia.

4. Memiliki luas dan


bentuk tertentu.

5. Memiliki ciri khas


yang merupakan satu-
satunya contoh di suatu
daerah serta kebera-
daannya me-merlukan
konservasi Koridordi
sepanjang pantai de-
ngan lebar paling
sedikit 130 (seratus tiga
puluh) kali nilai rata-
rata perbedaan air pa-
sang tertinggi dan
terendah tahunan, di-
ukur dari garis air surut
terendah ke arah darat.
4 Taman nasi- 1. Berhutan atau berve- Taman nasional
onal dan ta- getasi tetap
yang baluran (Lathi-
man nasi- memiki tumbuhan dan fah et al, 2015).
onal laut satwa yang beragam.
Taman Nasional
Laut Wakatobi
2. Memiliki luas yang
(Diyati et al.,
cukup untuk menjamin
2018).
kelangsungan proses
ekologi secara alami.

3. Memiliki sumber
daya alam yang khas
dan unik baik berupa.
Tabel 5 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
jenis tumbuhan
maupun jenis satwa
dan ekosistemnya
serta gejala alam yang
masih utuh.

4. Memiliki paling
sedikit satu ekosistem
yang terdapat di da-
lamnya yang secara
materi atau fisik tidak
boleh diubah baik oleh
eksploitasi maupun
penduduk manusia

5. Memiliki keadaan
alam yang asli untuk
dikembangkan sebagai
pariwisata alam

6. Memiliki kea-daan
alam yang asli untuk
di-kembangkan seba-
gai pariwisata alam
5 Taman hutan 1. Berhutan atau ber- Taman Hutan Raya Bu-
raya vegetasi tetap yang kit Barisan Sumatera
memiliki tumbuhan Utara (Sumardi, 2018).
dan/atau satwa yang
beragam.

2. Memiliki arsitektur
bentang alam yang baik.
Tabel 5 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
3. Memiliki akses yang
baik untuk keperluan
pariwisata.

4. Merupakan kawasan
dengan ciri khas baik
asli maupun buatan,
baik pada kawasan yang
ekosistem nya masih
utuh maupun kawasan
yang sudah berubah.

5.Memiliki keindahan
alam dan/atau gejala
alam.

6. Memiliki luas yang


memungkinkan untuk
pengembangan kolek-
si tumbuhan dan/atau
satwa jenis asli dan-
/atau bukan gejala
alam

7. Memiliki luas yang


memungkinkan untuk
pengembangan koleksi
tumbuhan asli.
4.2. Pembahasan
Alvina Arifa (2214151009)
Undang Undang No. 5 Tahun 1990 merupakan Undang Undang yang
membahas tentang Konservasi Sumber Daya Alam, yang didalamnya termuat
kebijakan kebijakan, yaitu:
1. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan
Sistem penyangga kehidupan adalah proses alami dari berbagai unsur hidup
dan tak hidup yang menjamin kelangsungan makhluk hidup. Perlindungan
rencana perawatan jiwa terdapat dalam Pasal 6, 7, 8, 9 dan 10 Bab II. Contoh
kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung sistem penyangga kehidupan
adalah kawasan lindung (kawasan lindung; cagar alam) dan cagar alam (taman
nasional; taman hutan raya; taman wisata alam). (Dareal, B.V, 2019).
2. Pengawetan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dan Satwa Beserta
Ekosistemnya
Dilaksanakan dengan menjaga keutuhan kawasan suaka alam agar tetap
dalam keadaan asli. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan sata beserta
ekosistemnya terdapat pada Bab III Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13.
Contonya adalah Kawasan Cagar Alam dan Kawasan Suaka Margasatwa dikelola
dengan melakukan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau
jenis satwa (Wulandari, et.al, 2019).
3. Pemanfaatan Secara Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
terdapat pada Bab VI Pasal 26 yaitu, Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:
a. pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam;
b. pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.
Pasal 27, Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dilakukan
dengan tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan.
Pasal 28, Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan
memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa liar. Contohnya adalah kegiatan pemanfaatan lestari dan
ekonomi di taman nasional Karimunja dilakukan dengan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan peningkatan kesadartahuan
konservasi alam, serta pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam (Ariyani dan
Kismartini, 2017).
4. Kawasan Pelestarian Alam
Kawasan pelestarian alam terdapat dalam pasal 1 nomor 13 terdiri dari:
a. Taman Nasional
b. Taman Hutan Raya
c. Taman Wisata Alam
Pada pasal 30 kawasan pelestarian alam mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,
serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Pasal 31 Taman Nasional dapat dilakukan untuk kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, dan wisata alam.
Serta tanpa mengurangi fungsi pokok masing-masing Kawasan.
Pasal 32 kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zona inti, zona
pemanfaatan, dan zona lain sesuai keperluan.; Pasal 33 tentang peraturan setiap
orang.
Pasal 34 tentang pengelolaan kawasan.
Pasal 35 tentang pemulihan Kawasan (Peraturan Pemerintah No. 05 Tahun 1990).
Contohnya adalah yaitu di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu, yaitu
yang berkaitan dengan komunikasi antarpribadi yang digunakan sebagaisuatu
strategi dalamprosessosialisasi pelestarian alam (Toha, dan Nugroho, 2020).
5. Pemanfaatan Jenis Satwa dan Tumbuhan Liar
Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar terdapat pada pasal 36, dan dapat
dilaksanakan dalam bentuk:
a. Pengkajian, penelitian dan pengembangan;
b. Penangkaran;
c. Perburuan;
d. Perdagangan;
e. Peragaan;
f. Pertukaran;
g. Budidaya tanaman obat-obatan;
h. Pemeliharaan untuk kesenangan.
Ketentuan lebih lanjut dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah (Peraturan Pemerintah No. 05 Tahun 1990). Salah satu contoh
pemanfaatan satwa jenis tumbuhan dan satwa liar yaitu di kabupaten bangka
tengah yang digunakan sebagai obat tradisional (Syafutra et.al, 2021).
6. Peran Serta Rakyat
Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai
kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna. Dalam mengembangkan peran
serta rakyat, pemerintah menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di kalangan rakyat melalui pendidikan
dan penyuluhan. Dan Ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Pemerintah,
yang terdapa pada bab IX pasal 37. Contohnya adalah penyelenggaraan
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bersama Polisi Kehutanan
di BKSDA Bali serta keterlibatan masyarakat terkait dengan perlindungan jenis-
jenis satwa liar, karena keterlibatan masyarakat merupakan ujung tombak dari
kesuksesan konservasi (Pramantara et.al, 2022).
7. Penyerahan Urusan Dan Tugas Pembantuan
Dalam rangka pelaksanaan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang tersebut
kepada Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor
5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Ketentuan lebih
lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
(Peraturan Pemerintah No. 05 Tahun 1990). Salah satu contoh penyerahan urusan
dan tugas pembantuan oleh pemerintah daerah jambi kepada kementerian
kehutanan guna dalam pengelolaan hutan Kota Muhamad Sabki untuk
meningkatkan sumber pendapatan Daerah di Kota Jambi (Amir et al., 2018).
8. Penyidikan
Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, juga Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi pembinaan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya. Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), tidak mengurangi kewenangan penyidik sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan. Penyidik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berwenang untuk:
a. melakukan pemeriksanaan atas laporan atau keterangan berkenaan dengan
tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;
b. melakukan pemeriksaaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana
dibidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;
c. memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan suaka alam
dan kawasan pelestarian alam;
d. melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana di bidang
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;
e. meminta keterangan dan bahan.
Salah satu contoh penyidikan disini ialah penyidikan yang dilakukan oleh polisi
kehutanan seperti proses penyidikan tindak pidana pembakaran hutan tanpa izin
yang dilakukan perseorangan (studi di dinas kehutanan di provinsi Sumatera
utara) (Sihombing, 2018).
9. Ketentuan Pidana
Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp. 200.000.000,00. Contohnya Unsur obyektifnya dari pasal 19 ayat
(1) yaitu setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat membuat
perubahan pada keutuhan kawasan suaka alam. Sedangkan unsur obyektif dari
pasal 33 ayat (1) yaitu setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan pada keutuhan zona inti taman nasional.Apabila
terdapat perbuatan diatas dapat dipidana penjara paling lama 10 tahun dan denda
paling banyak Rp 200.000.000 (Sandi, 2017).
10. Ketentuan Peralihan
Hutan suaka alam dan taman wisata yang telah ditunjuk dan ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum berlakunya
Undang-undang ini dianggap telah ditetapkan sebagai kawasan suaka alam dan
taman wisata alam berdasarkan Undang-undang ini. Contohnya Hutan suaka alam
dan taman wisata yang telah ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebelum berlakunya Undang- undang ini
dianggap telah ditetapkan sebagai kawasan suaka alam dan taman wisata alam
berdasarkan Undang-undang ini (Hariningsih, 2019).

Tantowi Gunawan N (2214151049)


Pada Tabel 2, kebijakan perlindungan UU No. 41 Tahun 1999 didasarkan
pada fungsinya, yaitu sebagai kawasan berupa hutan cadangan, yang berperan
sebagai penjaga keteraturan air tanah dan pengendali erosi tanah dan pengaturan
iklim. . Fungsi utamanya adalah kawasan yang ditetapkan oleh negara atau
kelompok yang harus dilindungi oleh masyarakat sedemikian rupa sehingga
kekayaan ekosistem tetap dapat berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat, seperti
hutan konservasi. Berupa kawasan hutan lindung, yaitu. kawasan hutan lindung,
yang melindungi hutan dan seluruh biota di dalamnya, agar fungsinya tetap
terjaga dan berjalan sebagaimana mestinya, tugas utama kawasan hutan lindung
adalah kawasan hutan, yaitu kawasan hutan. seperti jasa lingkungan, air dan
sumber pangan sehingga masyarakat sebagai pengelola hutan dapat hidup
berdampingan secara damai. Kawasan hutan lindung misalnya taman nasional,
cagar alam, cagar alam, dan taman wisata alam. Sebagai kawasan hutan produktif,
yaitu. kawasan hutan yang digunakan untuk menghasilkan hasil hutan yang
kegiatannya meliputi pemanenan, penanaman, pengamanan, pengolahan dan
pemasaran hasil hutan kayu yang tugas pokoknya menghasilkan hasil hutan
berupa kayu. atau yang lain. formulir -kayu misalnya, kawasan hutan produksi
dibentuk oleh perusahaan hutan yang sah dan tanaman hutan industri. Pembagian
kawasan hutan berdasarkan statusnya merupakan kawasan hutan negara yang
tidak dibebani hak atas tanah. Tugas utama hutan negara adalah menyerap emisi
karbondioksida dari manusia dan kendaraan bermotor. Contoh hutan produksi
adalah berupa kawasan hutan hak, yaitu penetapan status hutan yang dilakukan
oleh pemilik hak atas tanah berdasarkan permohonan kepada menteri yang
menyelenggarakannya. berwenang sesuai dengan tugasnya. penjaga Contohnya
adalah hutan rakyat, suatu bentuk kawasan hutan adat yang terletak di wilayah
masyarakat adat. Keunggulan hutan konvensional memenuhi kebutuhan hidup,
misalnya pengolahan dan penjualan kayu, serta pemanfaatan secara komersial.
Dalam pembagian kawasan hutan berbasis perlindungan, bentuk kawasannya
adalah cagar alam. Tugas utama cagar alam adalah melindungi keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, dan juga berperan sebagai kawasan
sistem penyangga kehidupan. Di kawasan hutan konservasi alam, yaitu. kawasan
hutan yang tugas utamanya melindungi sistem penyangga kehidupan dan
melestarikan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa. Manfaat hutan lindung
adalah dapat mengurangi pemanasan iklim, mencegah kekeringan pada musim
kemarau dan banjir serta tanah longsor pada musim hujan.

Jeffrey Orlando Simatupang (2214151051)


Berdasarkan PP. 7/1999, kriteria penetapan suatu jenis menjadi dilindungi
memiliki kriteria antara lain, mempunyai populasi yang kecil, adanya penurunan
yang tajam pada jumlah individu di alam, dan memiliki daerah penyebaran yang
terbatas (endemik). Tujuan PP. 7/1999 itu sendiri adalah untuk : 1)
Menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan; 2) Menjaga
kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa; dan 3)
Memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada. Pada tabel 3
Kebijakan konservasi PP nomor 7 Tahun 1999 yang pertama adalah perlindungan
satwa liar yaitu badak jawa penurunan tajam terjadi akibat alih fungsi lahan dan
pembangunan badak jawa memiliki habitat alami di TNUK. Kemudian adalah
upaya pengawetan Vanda mungil Minahasa akibat perburuan liar yang berhabitat
alami di taman nasional Lore Lindu. Selanjutnya perlindungan tumbuhan dan
satwa yaitu merak dan bungo tong-tong yang populasinya berkurang akibat
gangguan-gangguan yang ada di habitatnya, merak dan bunga tontong berhabitat
alami di TNAP. Kemudian kebijakan pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta
habitatnya contohnya adalah komodo yang berhabitat alami di TNK yang
populasinya berkurang akibat perubahan iklim. Kebijakan pembentukan lembaga
konservasi TNWK yang berupa penangkaran gajah Sumatera yang populasinya
berkurang akibat kerusakan hutan yang parah. Yang untukkeenam kebijakan
pengangkutan Tumbuhan dan satwa yang dilindungi untuk mencegah
perdagangan satwa liar yang merupakan hewan endemik dengan populasi terbatas.
Kemudian ada kebijakan pengawasan Satwa yang membayakan manusia, gajah
Sumatera yang berkonflik dengan manusia dan perusakan lahan pertanian. Yang
terakhir ada kebijakan pengawasan dan pengendalian satwa liar contohnya
harimau sumatera dengan populasi terbatas yang berkonflik dengan manusia,
harimau sumatera memiliki habitat alami di TNTN.
Sebanyak 1.771 jenis burung di dunia diketahui berada di Indonesia, bahkan
562 jenis diantaranya berstatus dilindungi. Status ini ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri LHK No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018, tentang
Jenis Tumbuhan Satwa yang Dilindungi, yang terbit pada tanggal 29 Juni 2018.
Selain jenis burung, dalam peraturan ini juga tercantum jenis lain yang dilindungi,
yaitu 137 jenis mamalia, 37 jenis reptil, 26 jenis insekta, 20 jenis ikan, 127 jenis
tumbuhan, sembilan jenis dari Krustasea, Muluska dan Xiphosura, serta satu jenis
amphibi, sehingga total 919 jenis. Terdapat penambahan daftar jenis tumbuhan
dan satwa yang dilindungi dalam P.20/2018, yaitu sebanyak 241 jenis atau 26%
dari daftar yang tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah No. 7 tahun
1999 (PP.7/1999), tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Komang Intan Gayatri (2214151059)


Pada tabel 3, terdapat juga Permenhut No. 106 Tahun 2018, dimana
membahas mengenai jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Tumbuhan dan
satwa liar dilindungi merupakan spesies-spesies yang telah dilindungi oleh
undang-undang dan peraturan karena status mereka terancam punah atau karena
tekanan eksternal yang signifikan. Perlindungan ini diberikan untuk menjaga
keberlangsungan hidup pada spesies-spesies tersebut agar tetao lestari keadaannya
di alam (Liuw, 2015). Perlindungan terhadap tumbuhan dan satwa liar memiliki
peran yang penting dalam menjaga ekosistem dan lingkungan. Tumbuhan sebagai
sumber makanan dan bahan baku, serta penghasil oksigen dan pengendali siklus
hidrologi. Sedangkan satwa liar berperan penting dalam pengendali populasi dan
sebagai penyangga sistem kehidupan yaitu bagian dari rantai makanan pada
ekosistem ( Effendi et al, 2018; Sastrawan, 2021).
Alasan lain mengapa adanya upaya dalam melindungi tumbuhan dan satwa
liar dari ancaman kepunahan contohnya yang diakibatkan dari eksploitasi untuk
kepentingan komersial melalui kegiatan perdagangan internasional. Robert Garner
(2000) menyebutkan terdapat dua penjelasan, yaitu:
1. Adanya nilai hakiki yang dimiliki oleh hewan atau satwa liar sebagai makhluk
hidup. Terkandungnya nilai pada spesies-spesies tertentu terhadap peranannya
yang diberikan sebagai penyeimbang ekosistem.
2. Adanya nilai ekonomis yang terkandung didalamnya. Konteksnya sebagai
objek pariwisata dan sebagai sumber keuntungan jika ditinjau dari aspek
ekonomi, seperti contoh digunakan untuk kepentingan estetika dan kesehatan.
(Suyastri, 2015).
Perlindungan terhadap tumbuhan dan satwa liar merupakan tanggung jawab
bersama sebagai manusia yang dianugerahkan akal dan dapat berpikir ini. Kita
semua dapat berperan dalam menjaga keberlangsungan hidup spesies-spesies
tersebut dengan mengurangi limbah, memperhatikan kelestarian lingkungan, tidak
membeli produk dari satwa liar, serta mendukung program-program konservasi
dan perlindungan di seluruh dunia (Indrawan et al., 2007).
Perlindungan satwa liar adalah upaya untuk memastikan keberlangsungan
hidup dan kesejahteraan hewan liar di alam bebas. Ini melibatkan berbagai strategi
untuk melindungi spesies liar dari ancaman seperti perburuan liar, perusakan
habitat alami, dan perubahan iklim (Zamzami, 2021). Beberapa strategi
perlindungan satwa liar yang umum meliputi:
1. Pembentukan kawasan konservasi alam: kawasan konservasi alam seperti
taman nasional, cagar alam, atau kawasan hutan lindung dapat membantu
melindungi satwa liar dan habitatnya dari kerusakan dan aktivitas manusia.
2. Hukum dan regulasi: Undang-undang dan regulasi yang melindungi satwa liar
dari kegiatan seperti perburuan liar, perdagangan hewan liar, atau perusakan
habitat dapat membantu mempertahankan populasi satwa liar.
3. Pendidikan dan kesadaran masyarakat: Pendidikan dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya satwa liar dan habitat alaminya dapat membantu
mengurangi ancaman terhadap spesies liar.
4. Reintroduksi spesies: Kadang-kadang, spesies liar yang hampir punah dapat
diintroduksi kembali ke habitat asli mereka melalui program reintroduksi untuk
memulihkan populasi mereka.
5. Pengawasan dan penegakan hukum: Pengawasan terhadap kegiatan yang
merugikan satwa liar dan penegakan hukum terhadap pelanggar dapat
membantu mengurangi ancaman terhadap spesies liar.
Perlindungan satwa liar adalah penting untuk menjaga keanekaragaman hayati di
Bumi dan memastikan bahwa satwa liar yang indah dan unik ini dapat dinikmati
oleh generasi mendatang.
Upaya pengawetan konservasi adalah upaya untuk mempertahankan,
memulihkan, dan meningkatkan populasi dan habitat spesies yang terancam punah
atau terdampak oleh aktivitas manusia. Beberapa upaya pengawetan konservasi
yang umum meliputi:
1. Penetapan kawasan konservasi: Kawasan konservasi seperti taman nasional,
cagar alam, atau kawasan hutan lindung dapat membantu mempertahankan
habitat dan populasi spesies yang terancam punah
2. Reintroduksi spesies: Program reintroduksi dapat membantu memulihkan
populasi spesies yang hampir punah.
3. Pemulihan habitat alami: Upaya untuk memulihkan habitat alami seperti
restorasi hutan atau pengendalian invasi spesies asing dapat membantu
meningkatkan kondisi habitat untuk spesies yang terancam punah.
4. Pendidikan dan kesadaran masyarakat: Pendidikan dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya spesies yang terancam punah dapat membantu mengurangi
ancaman terhadap spesies tersebut.
5. Pengawasan dan penegakan hukum: Pengawasan terhadap kegiatan yang
merugikan spesies yang terancam punah dan penegakan hukum terhadap
pelanggar dapat membantu mengurangi ancaman terhadap spesies tersebut.
6. Program pemuliaan dan perawatan: Program pemuliaan dan perawatan spesies
yang terancam punah seperti penangkaran atau kepemilikan khusus dapat
membantu meningkatkan populasi spesies tersebut.
Upaya pengawetan konservasi sangat penting untuk memastikan keberlangsungan
hidup spesies yang terancam punah atau terdampak oleh aktivitas manusia. Ini
juga membantu mempertahankan keanekaragaman hayati di Bumi dan menjaga
ekosistem yang sehat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Purba et al, 2020;
Tandi et al., 2023)
Penetapan jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk mengidentifikasi,
mendokumentasikan, dan melindungi spesies tumbuhan dan hewan yang ada di
suatu wilayah. Ini melibatkan survei, analisis, dan pemantauan spesies di habitat
alami mereka, serta pengumpulan dan penyimpanan data yang terkait dengan
spesies tersebut (Meijaard et al.,2006). Penetapan jenis tumbuhan dan satwa dapat
dilakukan oleh pemerintah atau organisasi konservasi untuk memastikan bahwa
spesies yang penting untuk keanekaragaman hayati dan ekosistem tertentu
terlindungi.
Pengelolaan tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk mengelola sumber
daya alam yang berkelanjutan dan mempertahankan keanekaragaman hayati di
suatu wilayah. Ini melibatkan pengawasan dan pengelolaan sumber daya
tumbuhan dan hewan, serta upaya untuk meminimalkan dampak negatif aktivitas
manusia terhadap keanekaragaman hayati (Khairina et al., 2020). Beberapa
prinsip dan praktik dalam pengelolaan tumbuhan dan satwa antara lain:
1. Pengawasan populasi: Pengelolaan tumbuhan dan satwa melibatkan
pengawasan terhadap populasi spesies untuk memastikan bahwa populasi
tersebut tetap sehat dan berkelanjutan.
2. Pengelolaan habitat: Pengelolaan tumbuhan dan satwa juga melibatkan
pengelolaan habitat alami spesies tersebut untuk memastikan kondisi habitat
tetap mendukung keberlangsungan hidup spesies tersebut.
3. Konservasi ex-situ: Upaya konservasi ex-situ, seperti penangkaran dan
kepemilikan khusus, dapat membantu melindungi spesies yang terancam punah
dan meningkatkan populasi spesies tersebut.
4. Pendidikan dan kesadaran masyarakat: Pendidikan dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya keanekaragaman hayati dan pengelolaan sumber daya alam
dapat membantu mengurangi ancaman terhadap spesies dan habitat mereka.
5. Pengendalian hama dan penyakit: Pengendalian hama dan penyakit pada
tumbuhan dan hewan dapat membantu mempertahankan keberlangsungan
hidup populasi spesies tersebut.
6. Pembangunan berkelanjutan: Pembangunan yang berkelanjutan dapat
membantu meminimalkan dampak negatif aktivitas manusia terhadap
keanekaragaman hayati dan mempertahankan habitat alami spesies.
(Indriyani, 2016; Mustaqin et al., 2021; Pratama, 2022)
Lembaga konservasi adalah organisasi yang didedikasikan untuk
melindungi keanekaragaman hayati dan mempromosikan pengelolaan sumber
daya alam yang berkelanjutan. Lembaga konservasi dapat berupa organisasi
nirlaba, pemerintah, atau swasta yang bekerja sama dalam upaya konservasi
(Subekti, 2020). Beberapa contoh lembaga konservasi adalahWWF, TNC, WCS,
IUCN.
Permenhut No. 106 Tahun 2018 merupakan perubahan kedua dari
Permenhut No. 77 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi, yang telah diubah dengan Permenhut No. 20 Tahun 2018. Permenhut
ini mengatur tentang jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi di
Indonesia. Berikut merupakan poin penting dalam peraturannya, antara lain:
1. Jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi terdiri dari beberapa kategori, yaitu
kategori kritis, langka, dan dilindungi.
2. Tumbuhan dan satwa yang masuk dalam kategori kritis dan langka tidak boleh
ditangkap, diperjualbelikan, atau dimiliki tanpa izin dari pemerintah.
3. Pemerintah juga melarang pengambilan atau pemanfaatan telur, sarang, atau
produk turunan dari tumbuhan dan satwa yang dilindungi tanpa izin dari
pemerintah.
4. Pemerintah juga melarang pengambilan atau pemanfaatan telur, sarang, atau
produk turunan dari tumbuhan dan satwa yang dilindungi tanpa izin dari
pemerintah.
5. Peraturan ini juga menetapkan sanksi bagi pelanggar, seperti denda dan/atau
hukuman penjara.
Menurut Permenhut No. 106 Tahun 2018, adapun beberapa tumbuhan dan
satwa lainnya yang dilindungi, antara lain:
Golongan mamalia:
1. Balaenoptera acutorostrata atau paus tombak
2. Balaenoptera bonaerensis atau paus minke antartika
3. Balaenoptera borealis atau paus sei
4. Macaca maura atau monyet darre
5. Macaca nigra atau monyet yaki
6. Axis kuhlii atau rusa bawean
7. Muntiacus muntjak atau kijang muncak
8. Nycticebus javanicus atau kukang jawa
9. Rhinoceros sondaicus atau badak jawa
Golongan burung:
1. Accipiter erythrauchen atau elangalap maluku
2. Accipiter fasciatus atau elangalap coklat
3. Accipiter griseiceps atau elangalap kepala-kelabu
4. Anseranas semipalmata atau boha wasur
5. Cairina scutulata atau mentok rimba
6. Cacatua alba atau kakatua putih
7. Psilopogon chrysopogon atau takur gedang
8. Casuarius bennetti atau kasuari kerdil
9. Casuarius casuarius atau kasuari gelambir-ganda
Golongan ampibhi:
1. Leptophryne cruentata atau kodok merah
2. Caretta caretta atau penyu bromo
3. Crocodylus novaeguineae atau buaya irian
4. Crocodylus porosus atau buaya muara
5. Varanus auffenbergi atau biawak rote
Golongan ikan:
1. Balantiocheilos melanopterus atau ikan balashark
2. Barbodes microps atau wader goa
3. Neolissochilus thienemanni atau ikan batak
4. Schismatorhynchus heterorhynchus atau pasa
Golongan serangga:
1. Ornithoptera aesacus atau kupu-kupu sayap burung obi
2. Ornithoptera chimaera atau kupu-kupu sayap burung chimaera
3. Ornithoptera croesus atau kupu-kupu sayap burung wallace
4. Ornithoptera goliath atau kupu-kupu sayap burung goliath
Golongan krustasea:
1. Birgus latro atau ketam kenari
Golongan molusca:
1. Hippopus hippopus atau kima tapak kuda
2. Hippopus porcellanus atau kima cina
Golongan tumbuhan:
1. Agathis labillardierei atau damar putih
2. Ceratolobus glaucescens atau palem jawa
3. Johannesteijsmannia altifrons atau daun sang gajah
4. Camptostemon philippinense atau kayu baluno filipina
5. Cymbidium hartinahianum atau anggrek ibu Tien
6. Paphiopedilum gigantifolium atau anggrek kasut raksasa
7. Rafflesia bengkuluensis atau rafflesia Bengkulu
8. Taxus sumatrana atau taksus
9. Aetoxylon sympetalum atau gaharu buaya
Hasil dari tabel 3 yaitu didapatkan hasil bahwa untuk satwa perlindungan
yang dilindungi terdapat Badak Jawa, yang habitat nya terdapat di TNUK,
kemudian terjadi penurunan alam diakibatkan oleh alih fungsi pembangunan.
Untuk satwa yang tidak dilindungi tidak ditemukan hasil. Kemudian pada upaya
pengawetan yang dilindungi terdapat Vanda Mungil Minahasa, yang habitat nya
terdapat di TN Lore Lindu dengan populasi kecil, kemudian terjadi penurunan
alam diakibatkan oleh perburuan liar. Untuk satwa yang tidak dilindungi tidak
ditemukan hasil. Kemudian pada Penetapan jenis tumbuhan dan satwa yang
dilindungi terdapat Merak dan Bango Tongtong, yang habitat nya terdapat di
TNAP dengan populasi kecil, kemudian terjadi penurunan alam diakibatkan oleh
gangguan-gangguan didalamnya. Untuk satwa yang tidak dilindungi tidak
ditemukan hasil. Selanjutnya pada pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta
habitatnya In-Situ, Komodo, yang habitat nya terdapat di TNK dengan populasi
kecil, kemudian terjadi penurunan alam diakibatkan oleh perubahan iklim. Untuk
satwa dan tumbuhan pada Ex-Situ tidak ditemukan hasil. Kemudian pada
Lembaga Konservasi untuk kepentingan khusus terdapat Gajah Sumatera dengan
populasi kecil pada habitat aslinya mengalami penurunan diakibatkan oleh
kerusakan hutan yang parah. Sedangkan untuk kepentinganumum dengan populasi
besar di luar habitat aslinya tidak ditemukan hasil. Selanjutnya pengiriman atau
pengangkutan tumbuhan satwa liar yang dilindungi dalam wilayah RI maupul luar
wilayah RIdengan populasi terbatas dan sesuai dengan habitat asli terjadi
penurunan akibat perdagangan satwaliar secara illegal. Kemudian satwa yang
membahayakan kehidupan manusia yang dikembalikan habitatnya dengan
populasi kecil terdapat Gajah Sumatera yang ada pada habitat alami di TNWK
mengalami penurunan akibat konflik dengan manusia dan kerusahan hutan.
Sedangkan untuk populasi yang dibunuh/ditangkap petugas yang mengancam
nyawa tidak ditemukan hasil. Yang terakhir pengawasan dan pengendalian
preventif dan represif dengan populasi terbatas terdapat Harimau Sumatera, terjadi
penurunan akibat kerusakan hutan dan konflik dengan manusia.

Fujiyanti (2214151067)
4.2.5 PP NO. 26 Tahun 2008

PP No. 26 Tahun 2008 membahas mengenai rencana tata ruang wilayah nasional
yang memadukan dan menyerahkan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air,
dan tata guna sumberdaya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang
harmonis dan dinamis. Semua hal yang terdapat didalamnya termiat dalam
kebijakan-kebijakan, yaitu:
Perlindungan terhadap kawasan bawahannya
a. Kawasan hutan lindung
Kawasan hutan lindung dengan faktor ke-miringan lereng, jenis tanah, dan in-
tensitas hujan yang jumlah hasil per-kalian bobotnya sama dengan 175 atau lebih.
Kawa-san hutan yang mempunyai ke-miringan lereng paling sedikit 40%.
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling.
Contoh Kawasan hutan lindung rekomendasi Kecmatan Dabun Gelang Kabu-
paten Gayo Lues (Fitri, 2021). Kawasan hutan lindung Kinarum dan Tampaan,
Kali-mantan Selatan (Hidayat, 2018).

b. Kawasan bergambut
Kawasan bergambut memiliki ketebalan 3 m atau lebih yang terdapat di hulu
sungai atau rawa. Salah satu contohnya adalah Kawasan bergambut di Desa
Kasang Kecamatan Kuantan Mudik (Yanti, 2018) dan Kawasan gambut di
Kalimantan Tengah (Fitriani, 2019).

c. Kawasan resapan
Kawasan resapan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk meresapkan air hujan
dan pengontrol tata air permukaan. Salah satu contoh Kawasan resapan air di
Lereng Selatan Gunung Api Merapi (Sejati, 2020), Kawasan resapan air di daerah
Wargajaya, Sukamakmur, Bogor (Putra et al., 2021).

Perlindungan dengan setempat


a. Sempadan pantai
Sempadan sungai merupakan daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling
sedikit 100 m dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat atau. daratan
sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pan-tainya curam atau terjal
dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. Contohnya
Sempadan pantai Taman Wisata prairan Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat
(Budi-lestari et al., 2014). Kawa-san sempadan pantai di Kabupaten Bangka.

b. Sempadan sungai
Sempadan sungai ialah daratan yang berada di sepanjang tepian sungai bertanggul
dengan lebar paling sedikit 5 m dari kaki tanggul sebelah luar, sedangkan daratan
sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 m. Daratan dengan jarak 50 m sampai dengan 100
dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi. Daratan sepanjang tepian danau
atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau
atau waduk dari tepi sungai. Salah satu contohnya yaitu Sempadan Sungai
Bengawan Solo Keca matan Bojonegoro (Widayanti et al., 2013). Sempadan
Sungai Ciliwung l (Leonardy et al., 2020), Kawasan waduk Jati Gede Kabupaten
Sumedang (Djuwendah et al., 2017), Kawasan waduk Cirata, Jawa Barat
(Radiarta et al., 2016).

c. Ruang terbuka hijau kota


Ruang terbuka hijau kota memiliki lahan dengan luas paling sedikit 2.500 m².
Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur. Pada ruang terbuka hijau kota tersebut didominasi komunitas
tumbuhan.
Contohnya Ruang Terbuka Hijau Kota Semarang, Ruang terbuka hijau publik di
Kota Surabaya (Ernawati, 2015).

Kawasan suaka alam pelestarian alam, dan cagar budaya


a. Kawasan suaka alam
1. Kawasan yang me-miliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan
keunikan alam yang khas baik di darat maupundi perairan.
2. Mempunyai fungsi utama sebagai kawa-san pengawetan keane-karagaman
jenis biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang terdapat di
dalamnya.
Contoh dari kawasan suaka ini sendiri ialah Cagar alam Panan-jung Pangandaran
(Nurjaman et al., 2017).
b. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
Kawasan ini sndiri memiliki ciri khas diantaranya, yaitu:
1. Memiliki ekosistem khas, baik di lautan maupun di perairan lainnya.
2. Merupakan habitat alami yang memberikan tempat atau perlindungan bagi
perkembangan ke-anekaragaman tum-buhan dan satwa.
Salah satu contonya yaitu Suaka alam perairan Selat Pantar dan laut sekitarnya,
Alor (Wabang, 2019).
c. Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut
Dalam suaka ini terdapat beberapa syarat diantaranya:
1. Merupakan tempat hidup dan perkem-bangbiakan dari suatu jenis satwa yang
perlu dilakukan upayakon-servasinya.
2. Memiliki keane-karagaman satwa yang tinggi.
3. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu.
4. Memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan. Salah
satu suaka yang ada di Indonesia adalah Suaka marga satwa gunung leuser
(Abbas, 2020).
d. Cagar alam dan cagar alam laut
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar sutu kawasan bisa disebuta
cagar alam, diantaranya:
1. Memiliki ke-anekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya.
2. Memiliki formasi biota tertentu dan-/atau unit-unit pe-nyusunnya.
3. Memiliki kondisi alam baik biota maupun fisik-nya yang masih asli atau belum
diganggu oleh manusia.
4. Memiliki luas dan beentuk tertentu
5. Memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta
kebera-daannya me-merlukan konservasi Koridordi sepanjang pantai de-ngan
lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air
pa-sang tertinggi dan terendah tahunan, di-ukur dari garis air surut terendah ke
arah darat.
Sal satu cagar alam yang negara kita miliki yaitu Cagar alam bukit bungkuk, riau
(Yasir et al., 2019).
e. Taman nasional dan taman nasional laut
Taman nasional laut sendiri harus memiliki syarat agar dia bisa dikatakan sebagai
taman nasional, adapun beberapa syart diantaranya, yaitu:
1. Berhutan atau berve-getasi tetap yang memiki tumbuhan dan satwa yang
beragam.
2. Memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologi secara
alami.
3. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan
maupun jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh.
4. Memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di da-lamnya yang secara
materi atau fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi maupun penduduk
manusia
5. Memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam
6. Memiliki kea-daan alam yang asli untuk di-kembangkan seba-gai pariwisata
alam.
Contoh taman nasional yang ada ialah Taman nasional Baluran, Taman Nasional
Laut Wakatobi (Diyati et al., 2018).
f. Taman hutan raya
Suatu taman dapat disebut sebagai taman hutan raya jika taman tersebut memiliki
syarat seperti dibawah ini:
1. Berhutan atau ber-vegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan/atau satwa yang
beragam.
2. Memiliki arsitektur bentang alam yang baik
3. Memiliki akses yang baik untukkeperluan pariwisata.
4. Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik pada
kawasan yang ekosistem nya masih utuh maupun kawasan yang sudah
berubah.
5. Memiliki keindahan alamdan/atau gejala alam
6. Memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan kolek-si tumbuhan
dan/atau satwajenis asli dan-/atau bukan gejala alam
7. Memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangankoleksi tumbuhan asli.
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara merupakan salah satu taman
hutan raya yang terdapat di Indonesia (Sumardi, 2018).
Syifa Rohma Qotrunnada (2214151069)
PP No 8 tahun 1999 adalah Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang
Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. PP ini merupakan
salah satu instrumen penting dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan
hidup dan konservasi sumber daya alam di Indonesia. PP No 8 tahun 1999 penting
karena memberikan arahan dan aturan yang jelas dalam pengelolaan sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya. Dengan demikian, diharapkan dapat tercapai
keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan perlindungan
lingkungan hidup serta keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi yang akan
datang.
Ketentuan terkait pemanfaatan atas satwa liar yang dilindungi diatur pada
Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar (PP Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar) yang
mengkategorikan perlakuan khusus serta kewenangan yang terhadap satwa-satwa
dilindungi dan pemanfaatannya serta bentuk-bentuk aksi konservasinya namun
pada peraturan menteri ini satwa yang dapat dimanfaatkan atas ketentuan yang
diatur bukan seluruh satwa yang ada pada PermenLHK (Pratama, 2022).
PP Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar mengatur terkait
pemanfaatan atas satwa yang masuk ke dalam daftar satwa PP Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar yang dilindungi negara, peraturan ini mengatur terkait
konservasi dan izin kepemilikan serta pemanfaatan dan prosedurnya. Hal ini
dikarenakan perdagangan untuk tujuan ekonomi atas satwa yang dilindungi
merupakan tindak pidana yang ketentuannya diatur dalam UU KSDAE yang
mengatur ketentuan terkait pidana yang dapat dikenakan atas perdagangan satwa
dilindungi dan kepemilikan tanpa izin (Pratama, 2022).
Beberapa hal yang diatur dalam PP No 8 tahun 1999 yaitu yang pertama
pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan dengan
prinsip-prinsip konservasi, pemanfaatan yang berkelanjutan, dan keadilan sosial.
Kedua pembangunan yang dilakukan di wilayah yang memiliki potensi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya harus memperhatikan aspek lingkungan hidup
dan keberlanjutan. Ketiga kegiatan eksploitasi sumber daya alam hayati harus
dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem.
Keempat pemerintah dapat menetapkan kawasan konservasi, taman nasional,
hutan lindung, dan cagar alam untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya. Serta yang terakhir adalah pengelolaan sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya harus dilakukan dengan partisipasi masyarakat
setempat dan memperhatikan hak-hak adat dan kearifan lokal.
V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kebijakan konservasi yang ada di indonesia dimuat dalam UU No. 5 Tahun
1990, UU No. 41 Tahun 1999, PP No. 7 tahun 1999, Permenhut No. 20 Tahun
2018, dan Permenhut No. 106 Tahun 2018, PP No. 8 Tahun 1999, serta yang
terakhir PP No. 26 Tahun 2008.
2. Bnyak kebijakan dan peraturan konservasi yang diterapkan di Indonesia,
implementasinya seringkali masih menghadapi banyak tantangan, seperti
minimnya pengawasan dan penegakan hukum, serta kurangnya partisipasi
masyarakat dalam upaya konservasi. Dengan demikian, penting untuk terus
memperkuat implementasi dari kebijakan dan peraturan konservasi tersebut
dengan melibatkan semua pihak yang terkait dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya konservasi dalam pembangunan berkelanjutan.

5.2. Saran
Disarankan agar praktikan lebih banyak literasi dengan tujuan memahami
mengenai kebijakan dan peraturan tentang konservasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2017. Kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Jurnal Analisis
Kehutanan. 10 (6): 114- 122.

Akhmaddhian, S. 2013. Peran pemerintah daerah dalam mewujudkan hutan


konservasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Studi di Kabupaten Kuningan). Jurnal Dinamika Hukum.
13(3): 446-456.

Almarief, Andi Zaifryuddin. 2018. Analisis potensi tegakan hasil inventarisasi


hutan KPHP Nunukan Unit IV di Kabupaten Nunukan Provinsi
Kalimantan Utara. Jurnal Agrifor. 17(1): 19-28.

Amir, L., Raharja, I.F. 2018. Tindakan pemerintah daerah dalam pengelolaan
Hutan Kota Muhamad Sabki untuk meningkatkan sumber pendapatan
daerah di Kota Jambi. Jurnal Sains Sosio Humaniora. 2(1): 43-50.

Andy. 2018. Peraturan Pengelolaan Taman Buru Lingga Isaq Propinsi Aceh. 6
(3): 68-81

Anugrah, K.D., Setiawan, A., Master, J. 2017. Keanekaragaman spesies burung di


Hutan Lindung Register 25 Pematang Tanggang Kabupaten Tanggamus
Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 5(1): 105-116.

Ariyani, N. A., dan Kismartini, K. 2017. Implementasi kebijakan konservasi


pengawetan dan pemanfaatan lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya di Taman Nasional Karimunjawa. In Proceeding Biology
Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning.
14(1) : 206-213.
Ariyani, N.A., Kismartini, K. 2017. Implementasi kebijakan konservasi
pengawetan dan pemanfaatan lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya di Taman Nasional Karimunjawa. In Proceeding Biology
Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning.
14(1): 206-213.

Ariyani, N.A.K., Kismartini. 2017. Implementasi kebijakan konservasi


pengawetan dan pemanfaatan lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya di Taman Nasional Karimunjawa. Proceeding Biology
Education Conferenc. 14(1): 206-213.

Christanto, J. 2014. Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam dan


Lingkungan. Konservasi Sumber Daya ALam. 1-29.

Darael, B.V. 2020. Kewenangan pemerintah daerah dalam pengelolaan dan


pendayagunaan kawasan suaka alam menurut Peraturan Perundang-
Undangan. Lex Administratum. 7(2): 81-89.

Dareal, B.V. 2019. Kewenangan pemerintah daerah dalam pengelolaan


pendayagunaan kawasan Suaka Alam menurut peraturan Perundang-
Undangan. Lex Administratum. 7(2).

Effendi, R., Salsabila, H., Malik, A. 2018. Pemahaman tentang lingkungan


berkelanjutan. Modul. 18(2): 75-82.

Hardiyanti., Risna., Hamdani, F., Eko, R.I. 2021. Pertumbuhan tanaman


agroforestri dan kondisi tapak di areal revegetasi di Kawasan Hutan
Lindung Liang Anggang Banjarbaru. Jurnal Sylva Scienteae. 4(6): 1027-
1040.

Hariningsih, S. 2009. Ketentuan peralihan dalam Peraturan Perundang-


Undangan. Jurnal Peraturan Perundang-Undangan. 6(4).

Hariningsih, S. 2018. Ketentuan Peralihan Dalam Peraturan Perundang-


Undangan. Jurnal Legislasi Indonesia. 6(4): 595-602.
Hidayani., Sri., Blinton, Mangojak Samosir., Riswan, Munthe. 2021. Analisis
hukum kehutanan terhadap perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi
bukan kawasan hutan di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera
Utara. Jurnal Mercatoria. 14(2): 107-123.

Indrawan, M., Primack, R. B., & Supriatna, J. 2007. Biologi Konservasi: Edisi
Revisi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Indriyani, S. 2016. Analisis preferensi pakan drop in Rusa Sambar (Cervus


unicolor) dan rusa totol (Axis axis) di penangkaran PT. Gunung Madu
Plantations Lampung Tengah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Isymiftah, R.M. 2020. Efektivitas Pasal 23 Tentang Penyediaan Ruang Terbuka


Hijau Dalam Peraturan Daerah Nomer 1 Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Pasuruan Tahun 2011-2031 (studi di kota
pasuruan). Dinamika. 26(3): 305-320.

Kasno., Haneda, N.F., Syaufina, L., Putra, E.L. 2007. Pengembagan Metode
Penilaian Ksehatan Hutan Lindung Dan Hutan Tanaman. tersedia di laman
http://www.respository.ipb.ac.id/614. Diakses Maret 2023.

Khairina, E., Purnomo, E.P., Malawani, A. D. 2020. Sustainable development


goals: kebijakan berwawasan lingkungan guna menjaga ketahanan
lingkungan di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Ketahanan Nasional. 26(2): 155-181.

Kurniawati, F., Kistiyah, S., Luthfi, A.N. 2019. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan redistribusi lahan bekas kawasan hutan. Tunas
Agraria. 2(3): 1-23.

Kusumaningtyas, R., Ivan, C. 2013 Pengelolaan hutan dalam mengatasi alih


fungsi lahan hutan di Wilayah Kabupaten Subang. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota. 13(2): 1-11.

Latumahina, I.F., Ipu, S.H.M. 2021. Modul Pembelajaran Mata Kuliah


Perhutanan Sosial Untuk Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Hutan
Topik: Agroforestry dalam Perhutanan Sosial. Penerbit Adab.
Leksono, A.S. 2010. Keanekaragaman Hayati. Universitas Brawijaya Press.
Malang.

Lismarini, S. 2016. Pelaksanaan Pengaturan Kawasan Hutan Konservasi dalam


RencanaTata Ruang Wilayah Provinsi Lampung. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Lismarini, S. 2016. Pelaksanaan Pengaturan Kawasan Hutan Konservasi Dalam


Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Liuw, Y. 2015. Perlindungan Hukum Terhadap Hewan Lindung Menurut


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. Lex Crimen. 4(3): 24-29.

Marina, I., Dharmawan, A.H. 2011. Analisis konflik sumberdaya hutan di


kawasan konservasi. Sodality. Jurnal Sosiologi Pedesaan. 5(1): 90-96.

Meijaard, E., Sheil, D., Nasi, R., Augeri, D., Rosenbaum, B., Iskandar, D., ... &
O’Brien, T. 2006. Hutan pasca pemanenan: melindungi satwa liar dalam
kegiatan hutan produksi di Kalimantan. CIFOR.

Mirwan. 2016. Implementasi kebijakan pengelolaan hutan hak di Kabupaten


Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Katalogis. 4(12): 84-95.

Mutaqin, D. J., Muslim, M. B., Rahayu, N. H. 2021. Analisis konsep forest city
dalam rencana pembangunan Ibu Kota Negara. Bappenas Working Papers.
4(1): 13-29.

Najicha, Fatma Ulfatun. 2021. Dampak kebijakan alih fungsi kawasan hutan
lindung menjadi areal pertambangan berakibat pada degradasi hutan. In
Proceeding of Conference on Law and Social Studies. 11 hlm.

Nuhamara, S.T., Kasno., Irawan, U.S. 2001. Assessment on damage indicators in


forest health monitoring to monitor the sustainability of Indonesian
tropical rain forest. dalam forest health monitoring to monitor the
sustainability of Indonesian tropical rain forest. volume II. ITTO, Japan
and SEAMEO-BIOTROP. Bogor.
Peraturan Pemerintah No. 05 Tahun 1990.

PP No. 8 Tahun1999, Pasal 18-26 Tentang Perdagangan.

Pramantara, K. G., Widyantara, I. M. M., Arthanaya, I. W. 2022. Peran polisi


kehutanan dalam perlindungan satwa liar (Studi kasus di Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Bali). Jurnal Interpretasi Hukum. 3(1) : 182-187.

Pramantara, K.G., Widyantara, I.M.M., Arthanaya, I.W. 2022. Peran polisi


kehutanan dalam perlindungan satwa liar (studi kasus di Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Bali). Jurnal Interpretasi Hukum. 3(1): 182-187.

Pratama, C.A. 2022. Perbandingan Peraturan Cites 1975 pada Peraturan


Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dan Implementasinya Pada Kasus di
Indonesia. Litra: Jurnal Hukum Lingkungan, Tata Ruang, dan Agraria.
2(1): 100-114.

Pratama, C.A. 2022. Perbandingan peraturan cites 1975 pada Peraturan


Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 dan implementasinya pada kasus di
Indonesia. LITRA: Jurnal Hukum Lingkungan, Tata Ruang, dan Agraria.
2(1): 100-114.

Prayitno., Dessy, Eko., Andi Chairil Ichsan. 2002. Problematika hukum Kesatuan
Pengelolaan Hutan di Indonesia. Jurnal Belantara. 4(1): 75-88.

Primanto, A. 2020. Otonomi Daerah Dan Pemberdayaan Masyarakat Di


Indonesia. Inteligensia Media (Kelompok Penerbit Intrans Publishing).
Malang. 68 hlm.

Purba, B., Nainggolan, L.E., Siregar, R.T., Chaerul, M., Simarmata, M.M.,
Bachtiar, E., Meganingratna, A. 2020. Ekonomi Sumber Daya Alam:
Sebuah Konsep, Fakta Dan Gagasan. Yayasan Kita Menulis.

Putra., Dwi, Fauzia, Agung, Suprianto., Nila, Restu Wardani. 2021. Model
kerjasama (co-management) pengelolaan hutan Desa Giripurno Kota Batu
sebagai sumber belajar kontekstual geografi sumberdaya alam. Jurnal
Penelitian dan Pendidikan IPS. 15 (2): 209-217.
Rachman, M. 2012. Konservasi nilai dan warisan budaya. Indonesian Journal of
Conservation. 1(1): 30-39.

Rahmadanty, Atika , I Gusti Ayu Ketut Rachmi., Fatma Ulfatun Najicha. 2021.
Kebijakan pembangunan kesatuan pengelolaan hutan di Indonesia: suatu
terobosan dalam menciptakan pengelolaan hutan lestari. Al-Adl: Jurnal
Hukum. 13(2): 264-283.

Rahman, Arief., Diman Ade Mulada. 2020. Pemungutan Hasil Hutan Negara.
Jatiswara. 35(3): 338-352.

Ramdhani, Abdullah., Muhammad, Ali Ramdhani. 2017. Konsep umum


pelaksanaan kebijakan public. Jurnal Publik. 11(1): 1-12.

Rido, T. 2016 . Pemanfaatan kawasan suaka alam (KSA) di Indonesia. Jurnal


Belantara. 7(3): 133-146.

Riza, S. 2005. Pemberantasan Illegal Logging. Wana Aksara. Jakarta.

Rizal, I., Sesetyarini, S, Eko, S. 2015. Keanekaragaman jenis pohon di beberapa


areal hutan Kota Malang. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang. 21: 630-635.

Rizki, A., Tati, B., Nizar, N. 2017. Pengaruh Bentuk Hutan Kota Terhadap
kenyamanan termal di sekitar hutan kota. Buana Sains. 16(2): 101-110.

Robert Garner. Environmental Politics: Britain,Europe and the global


enviorenment, edisi ke-2, (London: Macmillan Press,2000), hlm.54-55.

Romzy, N., Triwahyudianto, T., Wardani, N.R. 2019. Modal sosial dalam
pengelolaan hutan produksi pada Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH) Desa Pandantoyo Kabupaten Kediri. JPIG (Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Geografi). 4(1): 9-16.

Sallata, M.K. 2015. Konservasi dan pengelolaan sumber daya air berdasarkan
keberadaannya sebagai sumber daya alam. Buletin Eboni. 12(1): 75-86.
Sandi, P. 2017. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Turut Serta Dalam Tindak
Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati (Studi Putusan No. 712/Pid.
Sus/2012/Pn. Pbr).

Sandi, P. 2017. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Turut Serta Dalam Tindak


Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati (Studi Putusan No.712/Pid.
Sus/2012/Pn. Pbr). Jakarta.

Saraswati, Dea Ayu. 2020. Penegakan hukum terhadap tindak pidana


pembakaran hutan dan lahan (karhutla) di hutan produksi Batu Rusa
Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka. (Doctoral
dissertation, Universitas Bangka Belitung).

Sastrawan, G.A 2021. Peran hukum perlindungan konsumen dalam


menindaklanjuti kuliner extrim berupa satwa liar di masa pandemi covid
19. Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan. 3(2): 100-107.

Setyabudi, I., Djoko, R., Pranama, D.A. 2021. Evaluasi Perilaku Pengguna Pada
Kawasan Hutan Mangrove Sukadana Kabupaten Kayong Utara. (Doctoral
dissertation, Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi).

Sihombing, E. 2018. Proses Penyidikan Tindak Pidana Pembakaran Hutan Tanpa


Izin Yang Dilakukan Perseorangan (Studi di Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara). Sumatera Utara.

Sihombing, E. 2018. Proses Penyidikan Tindak Pidana Pembakaran Hutan Tanpa


Izin Yang Dilakukan Perseorangan (Studi di Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara).

Subekti, S. 2020. Kawasan konservasi maritim dan SDG 14: Prospek Teluk Benoa
Bali. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi. 4(1): 73-82.

Sumardi., Widyastuti, S.M. 2007. Dasar Dasar Perlindungan Hutan. Cetakan II.
Gama Press. Yogyakarta.

Suyastri, C. 2015. Mengukur efektivitas cites dalam menangani perdagangan


satwa liar dengan menggunakan identifikasi legalisasi artikel CITES.
Transnasional. 4(2): 790-805.
Syafutra, R., Fitriana, F., Kamal, A., Wulandari, F., Wulan, N. A. N., Alamsyah,
Z. 2021. Pemanfaatan satwa liar sebagai obat tradisional di Desa Terak dan
Teru, Kabupaten Bangka Tengah. Jurnal Penelitian Biologi, Botani,
Zoologi Dan Mikrobiologi. 6(2) : 42-50.

Syafutra, R., Fitriana, F., Kamal, A., Wulandari, F., Wulan, N.A.N., Alamsyah, Z.
2021. Pemanfaatan satwa liar sebagai obat tradisional di Desa Terak dan
Teru, Kabupaten Bangka Tengah. EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi,
Botani, Zoologi Dan Mikrobiologi. 6(2): 42-50.

Syahadat., Epi., Subarudi. 2012. Permasalahan penataan ruang kawasan hutan


dalam rangka revisi rencana tata ruang wilayah provinsi. Jurnal Analisis
Kebijakan Kehutanan. 9 (2): 131-143.

Tandi, N., Paputungan, U., & Walangitan, H. D. 2023. Strategi mitigasi konflik
manusia dan monyet yaki (Macaca nigra) di Cagar Alam Duasudara Dan
Taman Wisata Alam Batuputih Kota Bitung. AGRI-SOSIOEKONOMI.
19(1): 645-656.

Toha, M. 2011. Komunikasi antar pribadi sebagai strategi sosialisasi pelestarian


alam di Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmu Komunikasi. 9(2) : 166-179.

Toha, M., Nugroho, A.S. 2020. Komunikasi antarpribadi sebagai strategi


sosialisasi pelestarian alam di Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmu Komunikasi.
9(2): 166-179.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam


Hayati Dan Ekosistemnya.

UU No. 5 Tahun 1990.

Wilhelmus., Bhisa V., Leonardus, K.L. 2021. Penetapan kawasan hutan lindung di
dalam Hutan Ulayat di Desa Paubokol. Jurnal Hukum Yurisprudinsia.
22(2): 42-50.
Wulandari., Muhammad, F., dan Maryono. 2019.Strategi pemanfaatan
keanekaragaman hayati tumbuhan untuk pendidikan konservasi bagi
pengunjung taman hutan raya (Tahura).Masters thesis, School of
Postgraduate.

Wulandari., Muhammad., Fuad., Maryono. 2019. Strategi pemanfaatan


keanekaragaman hayati tumbuhan untuk pendidikan konservasi bagi
pengunjung taman hutan raya (Tahura). Mastersthesis, Schoolof
Postgraduate.

Yanti, D., Arlius, F., Moh, A. 2017. Analisis kesesuaian lahan untuk
pengembangan komoditas kopi arabika Di Kabupaten Solok. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas. 21(1): 70-78.

Yulyandini, Mega Dwi. 2018.Wewenang tidak langsung Negara terhadap hutan


adat pasca putusan mahkamah konstitusi nomor 35/PUU-X/2012, Jurist
Diction. 1(1).

Zamzami, Z. M. 2021. Analisis temuan patroli polisi hutan terhadap perburuan


satwa liar di Resort Way Kanan, Taman Nasional Way Kambas.
LAMPIRAN
Lampiran Plagiarisme

(Gambar 1. Plagiarisme latar belakang)

(Gambar 2. Plagiarisme Tantowi)


(Gambar 3. Plagiarisme Syifa)

(Gambar 4. Plagiarisme Fujiyanti)


(Gambar 5. Plagiarisme Gayatri)

(Gambar 6. Plagiarisme Gayatri)

Anda mungkin juga menyukai