disusun oleh:
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN
2.1. Kebijakan
Menurut beberapa para ahli, kebijakan merupakan keputusan pemerintah
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu atas masalah yang terjadi.
Terdapat beberapa tahapan dalam proses kebijakan publik diantaranya,
identifikasi masalah, penyusunan agenda, perumusan kebijakan, pengesahan
kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Implementasi
kebijakan merupakan salah satu bagian tahapan dari proses kebijakan publik
adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Proses pada tahapan ini
dikatakan krusial, hal tersebut dikarenakan bagaimanapun juga baiknya suatu
kebijakan tersebut pelaksanaannya atau implementasinya buruk. Maka dari itu
kebijakan tersebut akan sampai ke sasaran kebijakan dengan baik (Ariyani et al.,
2017).
Kebijakan konservasi yang ada di Indonesia diatur oleh Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Dalam UU ini dinyatakan bahwa pengawetan dan pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya termasuk kegiatan
konservasi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 jo PP No. 108
Tahun 2015 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan
Pelestarian Alam (KPA), Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam
yang melaksanakan kedua kegiatan tersebut. Preservasi atau pengawetan adalah
upaya dalam menjaga dan memelihara keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
berserta ekosistem, baik yang berada di dalam maupun di luar habitat agar
keberadaannya tidak punah, tetap seimbang serta dinamis dalam
perkembangannya. Dalam Taman Nasional, kegiatan ini dilakukan melalui
pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya, penetapan koridor
kehidupan liar, pemulihan ekosistem, dan penutupan kawasan (Ariyani et al.,
2017).
Kegiatan pemanfaatan pada Taman Nasional terdiri atas pemanfaatan
kondisi lingkungan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Pemanfaatan
kondisi lingkungan merupakan pemanfaatan potensi ekosistem, fenomena alam,
keadaan iklim, kekhasan suatu jenis, serta peninggalan budaya yang ada pada
kawasan. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar adalah pemanfaatan jenis
tumbuhan dan satwa dengan mempertimbangkan kelangsungan potensi, daya
dukung, serta keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. Pemanfaatan lestari
dalam Taman Nasional bisa direalisasikan dalam kegiatan penelitian, pendidikan,
dan pengembangan ilmu pengetahuan, pengetahuan konservasi sumber daya alam,
penyimpanan dan penyerapan karbon, pemanfaatan air, wisata alam, pemanfaatan
tumbuhan dan satwa liar, pemanfaatan plasma nutfah untuk budidaya, dan
pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat (Ariyani et al., 2017).
2.2. Konservasi
Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau
melindungi alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau perlindungan.
Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris conservation, yang artinya
pelestarian atau perlindungan. Konservasi adalah segenap proses pengelolaan
suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik.
Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang
dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara
pengawetan. Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan,
kawasan itu sendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama
lindung atau budidaya (Undang-Undang No. 32 Tahun 2009).
Konservasi mencakup beberapa aspek, misalnya konservasi kawasan
lindung, yaitu konservasi di kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam,
sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan. Selanjutnya adalah konservasi aspek sumber daya
alam, yaitu pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya sehingga
bisa dimanfaatkan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Sumber daya alam yang selama ini menjadi pendukung utama pembangunan
nasional perlu diperhatikan keberlanjutan pengelolaannya agar dapat memenuhi
kepentingan generasi saat ini dan masa depan. Untuk itu, telah dilaksanakan
berbagai kebijakan, upaya, dan kegiatan yang berkesinambungan untuk
mempertahankan keberadaan sumber daya alam sebagai modal dalam
pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan seluruh bangsa
dengan tetap mempertahankan daya dukung dan fungsi lingkungan hidup
(Christanto, 2014).
Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam
hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya.(Undang-undang No 5 Tahun 1990). Ada
dua prinsip yang sebenarnya bisa menjadi dasar pembentukan hukum dan
peraturan tentang perlindungan sumber daya alam dan melestarikan ekosistem
atau kelestarian yang dapat diberikan manfaat yang optimal bagi generasi saat ini
dan yang akan datang, dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya
dukung lingkungan dan menerapkan fungsi sosial, keberlanjutan dan fungsi
ekologi yang sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat. Kedua prinsip itu
cocok konservasi sumber daya alam bertujuan untuk melestarikan sumber daya
alam sumber daya hayati agar terhindar dari kepunahan dan mampu
melestarikannya pembangunan nasional (Ramadhani et al., 2017).
4.1. Hasil
Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Kebijakan Konservasi UU No. 5 Tahun 1990
No. Kebijakan Keterangan Contoh
1 Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan Contoh wilayah
sistem merupakan satu proses alami dari tertentu sebagai
penyangga berbagai unsur hayati dan non wilayah
kehidupan hayati yang menjamin perlindungan
kelangsungan kehidupan sistem penyangga
makhluk. Perlindungan sistem kehidupan tersebut
penyangga kehidupan terdapat berupa
pada Bab II Pasal 6, Pasal 7, kwasansuakaalam
Pasal 8, Pasal 9, (cagar alam;
dan Pasal 10. suakamargasatwa)
dan kawasan
pelestarianalam
(TamanNasional;
Taman Hutan Raya;
Taman Wisata
Alam) (Dareal,
B.V., 2019)
2 Pengawetan Pengawetan keanekaragaman Kawasan cagar
keanekaragama n tumbuhan dan satwa beserta alam dan kawasan
jenis tumbuhan & ekosistemnya, dilaksanakan suakamargasatwa
beserta dengan menjaga keutuhan dikelola dengan
ekosistemnya kawasansuaka alam melakukan upaya
Tabel 1 (Lanjutan)
No. Kebijakan Keterangan Contoh
agar tetap dalam keadaan asli. pengawetan
Pengawetankeanekaragama n jenis keanekaragaman
tumbuhan dan sata beserta jenis tumbuhan dan
ekosistemnya. atau jenis satwa
(Wulandari et al.,
2019).
3 Pemanfaaan secara Pemanfaatan secara lestari sumber Kegiatan
lestari sumber daya daya alam hayati dan ekosistemnya pemanfaatan lestari
alam hayati dan terdapat pada Bab VI Pasal 26 dan ekonomi di
ekosistemny yaitu, pemanfaatan secara lestari taman nasional
sumber daya alam hayati dan Karimunja dilakukan
ekosistemnya dilakukan melalui dengan penelitian
kegiatan: dan pengembangan
a. Pemanfaatan kondisi lingkungan ilmu pengetahuan,
kawasan pelestarian alam; pendidikan dan
b. Pemanfaatan jenis tumbuhan peningkatan
dan satwa liar. Pasal 27, kesadartahuan
pemanfaatan kondisi lingkungan konservasi alam,
kawasan pelestarian alam serta pemanfaatan
dilakukan dengan tetap menjaga jasa lingkungan dan
kelestarian fungsi kawasan. Pasal wisata alam (Ariyani
28, Pemanfaatan jenis tumbuhan et al., 2017).
dan satwa liar dilakukan dengan
memperhatikan kelangsungan
potensi, daya dukung, dan
keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa liar.
4 Kawasan Kawasan pelestarian alam Salah satu contoh
pelestarian alam terdapat dalam pasal 1 nomor kawasan pelestarian
13 terdiri dari: alamyaitu di kawasan
a. Taman Nasional. Taman Nasional
b. Taman Hutan Raya. Kepulauan Seribu,
c. Taman Wisata Alam. yaitu yang berkaitan
Tabel 1 (Lanjutan)
No. Kebijakan Keterangan Contoh
Pada pasal 30 kawasan dengan komunikasi
pelestarian alam mempunyai antar pribadiyang
fungsi perlindungan sistem digunakan
penyangga kehidupan, sebagaisuatu strategi
pengawetan keanekaragaman dalam
jenis tumbuhan dan satwa, serta prosessosialisasipeles
pemanfaatan secara lestari tarian alam (Toha et
sumber daya alam hayati dan al., 2020).
ekosistemnya; Pasal 31Taman
Nasional dapat dilakukan untuk
kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya,budaya, dan
wisata alam. Serta tanpa
mengurangi fungsi pokok
masing-masing kawasan.; Pasal
32 kawasan taman nasional
dikelola dengan sistem zona inti,
zona
pemanfaatan, dan zona lain
5 Pemanfaatan Pemanfaatan jenis tumbuhan dan Salah satu contoh
jenis tumbuhan satwa liar terdapat pada pasal 36, pemanfaatan satwa
dan satwa liar dandapat dilaksanakan dalam jenistumbuhan dan
bentuk: satwa liaryaitu di
a.Pengkajian, penelitiandan kabupaten bangka
pengembangan; tengah yang
b.Penangkaran; digunakan sebagai
c. Perburuan; obat tradisional
d. Perdagangan; (Syafutra et al.,
e.Peragaan; 2021).
f.Pertukaran;
g.Budidaya tanaman obat-obatan;
h. Pemeliharaan untuk kesenangan.
Tabel 1 (Lanjutan)
No. Kebijakan Keterangan Contoh
Ketentuan lebih lanjut dimaksud
dalam ayat (1) diatur dengan
peraturan pemerintah (Peraturan
Pemerintah No. 05 Tahun1990).
6 Peran serta Peran serta rakyat dalam Penyelenggaraan
rakyat konservasi sumber daya alam konservasi sumber
hayati dan ekosistemnya diarahkan daya alam hayati dan
dan digerakkan oleh. Pemerintah ekosistemnya ber
melalui berbagai kegiatan yang sama Polisi
berdaya guna dan berhasil guna. Kehutanan di
Dalam mengembangkan peran BKSDA Bali serta
serta rakyat, pemerintah keterlibatan masya
menumbuhkan dan meningkatkan rakat terkait dengan
sadar konservasi sumber daya perlindungan jenis-
alam hayati dan ekosistemnya di jenis satwa liar,
kalangan rakyat melalui pendidikan karena keterlibatan
dan penyuluhan. Dan ketentuan masyarakat meru
lebih lanjut diatur dengan pakan ujung tombak
Peraturan Pemerintah, yang dari kesuksesan
terdapat pada bab IX pasal 37. konservasi
(Pramantara et al.,
2022).
2. Mempunyai fungsi
utama sebagai kawa-
san pengawetan keane-
karagaman jenis biota,
ekosistem, serta gejala
dan keunikan alam
yang terdapat di
dalamnya.
Kawasan 1. Memiliki ekosistem Suaka alam perairan
suaka alam khas, baik di lautan Selat Pantar dan laut
2. Memiliki keane-
karagaman satwa
yang tinggi.
3. Merupakan tempat
dan kehidupan bagi
jenis satwa migran
tertentu.
2. Memiliki formasi
biota tertentu dan-
/atau unit-unit pe-
nyusunnya.
3. Memiliki sumber
daya alam yang khas
dan unik baik berupa.
Tabel 5 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
jenis tumbuhan
maupun jenis satwa
dan ekosistemnya
serta gejala alam yang
masih utuh.
4. Memiliki paling
sedikit satu ekosistem
yang terdapat di da-
lamnya yang secara
materi atau fisik tidak
boleh diubah baik oleh
eksploitasi maupun
penduduk manusia
5. Memiliki keadaan
alam yang asli untuk
dikembangkan sebagai
pariwisata alam
6. Memiliki kea-daan
alam yang asli untuk
di-kembangkan seba-
gai pariwisata alam
5 Taman hutan 1. Berhutan atau ber- Taman Hutan Raya Bu-
raya vegetasi tetap yang kit Barisan Sumatera
memiliki tumbuhan Utara (Sumardi, 2018).
dan/atau satwa yang
beragam.
2. Memiliki arsitektur
bentang alam yang baik.
Tabel 5 (Lanjutan)
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
3. Memiliki akses yang
baik untuk keperluan
pariwisata.
4. Merupakan kawasan
dengan ciri khas baik
asli maupun buatan,
baik pada kawasan yang
ekosistem nya masih
utuh maupun kawasan
yang sudah berubah.
5.Memiliki keindahan
alam dan/atau gejala
alam.
Fujiyanti (2214151067)
4.2.5 PP NO. 26 Tahun 2008
PP No. 26 Tahun 2008 membahas mengenai rencana tata ruang wilayah nasional
yang memadukan dan menyerahkan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air,
dan tata guna sumberdaya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang
harmonis dan dinamis. Semua hal yang terdapat didalamnya termiat dalam
kebijakan-kebijakan, yaitu:
Perlindungan terhadap kawasan bawahannya
a. Kawasan hutan lindung
Kawasan hutan lindung dengan faktor ke-miringan lereng, jenis tanah, dan in-
tensitas hujan yang jumlah hasil per-kalian bobotnya sama dengan 175 atau lebih.
Kawa-san hutan yang mempunyai ke-miringan lereng paling sedikit 40%.
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling.
Contoh Kawasan hutan lindung rekomendasi Kecmatan Dabun Gelang Kabu-
paten Gayo Lues (Fitri, 2021). Kawasan hutan lindung Kinarum dan Tampaan,
Kali-mantan Selatan (Hidayat, 2018).
b. Kawasan bergambut
Kawasan bergambut memiliki ketebalan 3 m atau lebih yang terdapat di hulu
sungai atau rawa. Salah satu contohnya adalah Kawasan bergambut di Desa
Kasang Kecamatan Kuantan Mudik (Yanti, 2018) dan Kawasan gambut di
Kalimantan Tengah (Fitriani, 2019).
c. Kawasan resapan
Kawasan resapan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk meresapkan air hujan
dan pengontrol tata air permukaan. Salah satu contoh Kawasan resapan air di
Lereng Selatan Gunung Api Merapi (Sejati, 2020), Kawasan resapan air di daerah
Wargajaya, Sukamakmur, Bogor (Putra et al., 2021).
b. Sempadan sungai
Sempadan sungai ialah daratan yang berada di sepanjang tepian sungai bertanggul
dengan lebar paling sedikit 5 m dari kaki tanggul sebelah luar, sedangkan daratan
sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 m. Daratan dengan jarak 50 m sampai dengan 100
dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi. Daratan sepanjang tepian danau
atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau
atau waduk dari tepi sungai. Salah satu contohnya yaitu Sempadan Sungai
Bengawan Solo Keca matan Bojonegoro (Widayanti et al., 2013). Sempadan
Sungai Ciliwung l (Leonardy et al., 2020), Kawasan waduk Jati Gede Kabupaten
Sumedang (Djuwendah et al., 2017), Kawasan waduk Cirata, Jawa Barat
(Radiarta et al., 2016).
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kebijakan konservasi yang ada di indonesia dimuat dalam UU No. 5 Tahun
1990, UU No. 41 Tahun 1999, PP No. 7 tahun 1999, Permenhut No. 20 Tahun
2018, dan Permenhut No. 106 Tahun 2018, PP No. 8 Tahun 1999, serta yang
terakhir PP No. 26 Tahun 2008.
2. Bnyak kebijakan dan peraturan konservasi yang diterapkan di Indonesia,
implementasinya seringkali masih menghadapi banyak tantangan, seperti
minimnya pengawasan dan penegakan hukum, serta kurangnya partisipasi
masyarakat dalam upaya konservasi. Dengan demikian, penting untuk terus
memperkuat implementasi dari kebijakan dan peraturan konservasi tersebut
dengan melibatkan semua pihak yang terkait dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya konservasi dalam pembangunan berkelanjutan.
5.2. Saran
Disarankan agar praktikan lebih banyak literasi dengan tujuan memahami
mengenai kebijakan dan peraturan tentang konservasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2017. Kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Jurnal Analisis
Kehutanan. 10 (6): 114- 122.
Amir, L., Raharja, I.F. 2018. Tindakan pemerintah daerah dalam pengelolaan
Hutan Kota Muhamad Sabki untuk meningkatkan sumber pendapatan
daerah di Kota Jambi. Jurnal Sains Sosio Humaniora. 2(1): 43-50.
Andy. 2018. Peraturan Pengelolaan Taman Buru Lingga Isaq Propinsi Aceh. 6
(3): 68-81
Indrawan, M., Primack, R. B., & Supriatna, J. 2007. Biologi Konservasi: Edisi
Revisi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Kasno., Haneda, N.F., Syaufina, L., Putra, E.L. 2007. Pengembagan Metode
Penilaian Ksehatan Hutan Lindung Dan Hutan Tanaman. tersedia di laman
http://www.respository.ipb.ac.id/614. Diakses Maret 2023.
Kurniawati, F., Kistiyah, S., Luthfi, A.N. 2019. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan redistribusi lahan bekas kawasan hutan. Tunas
Agraria. 2(3): 1-23.
Meijaard, E., Sheil, D., Nasi, R., Augeri, D., Rosenbaum, B., Iskandar, D., ... &
O’Brien, T. 2006. Hutan pasca pemanenan: melindungi satwa liar dalam
kegiatan hutan produksi di Kalimantan. CIFOR.
Mutaqin, D. J., Muslim, M. B., Rahayu, N. H. 2021. Analisis konsep forest city
dalam rencana pembangunan Ibu Kota Negara. Bappenas Working Papers.
4(1): 13-29.
Najicha, Fatma Ulfatun. 2021. Dampak kebijakan alih fungsi kawasan hutan
lindung menjadi areal pertambangan berakibat pada degradasi hutan. In
Proceeding of Conference on Law and Social Studies. 11 hlm.
Prayitno., Dessy, Eko., Andi Chairil Ichsan. 2002. Problematika hukum Kesatuan
Pengelolaan Hutan di Indonesia. Jurnal Belantara. 4(1): 75-88.
Purba, B., Nainggolan, L.E., Siregar, R.T., Chaerul, M., Simarmata, M.M.,
Bachtiar, E., Meganingratna, A. 2020. Ekonomi Sumber Daya Alam:
Sebuah Konsep, Fakta Dan Gagasan. Yayasan Kita Menulis.
Putra., Dwi, Fauzia, Agung, Suprianto., Nila, Restu Wardani. 2021. Model
kerjasama (co-management) pengelolaan hutan Desa Giripurno Kota Batu
sebagai sumber belajar kontekstual geografi sumberdaya alam. Jurnal
Penelitian dan Pendidikan IPS. 15 (2): 209-217.
Rachman, M. 2012. Konservasi nilai dan warisan budaya. Indonesian Journal of
Conservation. 1(1): 30-39.
Rahmadanty, Atika , I Gusti Ayu Ketut Rachmi., Fatma Ulfatun Najicha. 2021.
Kebijakan pembangunan kesatuan pengelolaan hutan di Indonesia: suatu
terobosan dalam menciptakan pengelolaan hutan lestari. Al-Adl: Jurnal
Hukum. 13(2): 264-283.
Rahman, Arief., Diman Ade Mulada. 2020. Pemungutan Hasil Hutan Negara.
Jatiswara. 35(3): 338-352.
Rizki, A., Tati, B., Nizar, N. 2017. Pengaruh Bentuk Hutan Kota Terhadap
kenyamanan termal di sekitar hutan kota. Buana Sains. 16(2): 101-110.
Romzy, N., Triwahyudianto, T., Wardani, N.R. 2019. Modal sosial dalam
pengelolaan hutan produksi pada Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH) Desa Pandantoyo Kabupaten Kediri. JPIG (Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Geografi). 4(1): 9-16.
Sallata, M.K. 2015. Konservasi dan pengelolaan sumber daya air berdasarkan
keberadaannya sebagai sumber daya alam. Buletin Eboni. 12(1): 75-86.
Sandi, P. 2017. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Turut Serta Dalam Tindak
Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati (Studi Putusan No. 712/Pid.
Sus/2012/Pn. Pbr).
Setyabudi, I., Djoko, R., Pranama, D.A. 2021. Evaluasi Perilaku Pengguna Pada
Kawasan Hutan Mangrove Sukadana Kabupaten Kayong Utara. (Doctoral
dissertation, Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi).
Subekti, S. 2020. Kawasan konservasi maritim dan SDG 14: Prospek Teluk Benoa
Bali. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi. 4(1): 73-82.
Sumardi., Widyastuti, S.M. 2007. Dasar Dasar Perlindungan Hutan. Cetakan II.
Gama Press. Yogyakarta.
Syafutra, R., Fitriana, F., Kamal, A., Wulandari, F., Wulan, N.A.N., Alamsyah, Z.
2021. Pemanfaatan satwa liar sebagai obat tradisional di Desa Terak dan
Teru, Kabupaten Bangka Tengah. EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi,
Botani, Zoologi Dan Mikrobiologi. 6(2): 42-50.
Tandi, N., Paputungan, U., & Walangitan, H. D. 2023. Strategi mitigasi konflik
manusia dan monyet yaki (Macaca nigra) di Cagar Alam Duasudara Dan
Taman Wisata Alam Batuputih Kota Bitung. AGRI-SOSIOEKONOMI.
19(1): 645-656.
Wilhelmus., Bhisa V., Leonardus, K.L. 2021. Penetapan kawasan hutan lindung di
dalam Hutan Ulayat di Desa Paubokol. Jurnal Hukum Yurisprudinsia.
22(2): 42-50.
Wulandari., Muhammad, F., dan Maryono. 2019.Strategi pemanfaatan
keanekaragaman hayati tumbuhan untuk pendidikan konservasi bagi
pengunjung taman hutan raya (Tahura).Masters thesis, School of
Postgraduate.
Yanti, D., Arlius, F., Moh, A. 2017. Analisis kesesuaian lahan untuk
pengembangan komoditas kopi arabika Di Kabupaten Solok. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas. 21(1): 70-78.