Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN HUTAN MANGROVE DI LUAR NEGERI

( Laporan Praktikum Manajemen Hutan )

oleh

Kelompok 5
Muhammad Rafi 2214151036
Juan M.T Siallagan 2254151014
Dina Lorensa 2214151045

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan mangrove merupakan jenis hutan yang tumbuh di daerah pasang
surut (terutama di pantai lindung, laguna dan muara sungai) yang komunitas
vegetasinya bertoleransi terhadap kadar garam yang tinggi. Ekosistem hutan
mangrove adalah suatu sistem yang terdiri dari organisme (vegetasi, hewan dan
mikroorganisme) yang berinteraksi dengan sistem lingkungannya di suatu habitat
hutan mangrove. Ekosistem mangrove dapat dilihat sebagai habitat bagi vegetasi
mangrove dan hewan-hewan di dalamnya. Ekosistem mangrove sangat kompleks,
karena banyak faktor yang saling mempengaruhi, baik di dalam maupun di luar
pertumbuhan dan perkembangannya. Hutan mangrove dapat tumbuh pada pantai
karang, yaitu pada karang koral mati yang di atasnya ditumbuhi selapis tipis pasir
atau ditumbuhi lumpur atau pantai berlumpur (Lose et al., 2015).
Mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri khusus, di
antaranya adalah tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau
hanya tergenang pada saat pasang pertama, tempat tersebut menerima pasokan air
tawar yang cukup dari darat, daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus
pasang surut yang kuat, airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2–22 ppt)
hingga asin. Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam daerah tropis yang
mempunyai manfaat besar baik secara ekologi maupun ekonomi. Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia.
Hutan mangrove di dunia mencapai luas sekitar ± 16.530.000 hektar, yang
tersebar di Asia 7.441.000 hektar, Afrika 3.258.000 hektar dan Amerika
5.831.000 hektar, sedangkan di Indonesia dilaporkan seluas 3.735.250 hektar.
Demikian, luas hutan mangrove Indonesia hampir 50% dari luas mangrove Asia
dan hampir 25% dari luas hutan mangrove dunia (Onrizal, 2010).
Mangrove adalah formasi tanaman yang habitatnya dipengaruhi oleh
pasang surut. Menurut Jones et al. (2014), vegetasi mangrove tersebar di 120
negara di dunia yang berada pada garis lintang antara 30°LU dan 30°LS.
Indonesia merupakan negara dengan sebaran vegetasi mangrove terluas di dunia
dengan luas 3.112.989 ha atau 22,6% dari luas mangrove dunia (Giri et al., 2011).
Dengan potensi yang sangat besar tersebut, mangrove memiliki peran yang sangat
vital dalam pembangunan sosial ekonomi masyarakat pesisir. Beberapa peran
mangrove dalam meningkatkan sosial ekonomi antara lain penghasil kayu bakar
dan arang, pengembangan kawasan ikan, udang dan kepiting, melindungi tambak
dari abrasi, dan sarana ekowisata. Salah satu penyebab utama degradasi mangrove
yang berkepanjangan adalah pemanfaatan mangrove yang tidak didasarkan pada
kondisi ekologi atau daya dukungnya serta tidak adanya penilaian kesehatan hutan
mangrove secara berkala di suatu kawasan (Anwar & Gunawan, 2007).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini sebagai berikut:


1. Mengenali jenis dan sifat manajemen hutan mangrove

2. Mengidentifikasi POAC dalam pengelolaan hutan mangrove di Indonesia dan


Luar Negeri

3. Mengenali kebijakan sebagai dasar pengelolaan hutan mangrove di Indonesia

4. Mengidentifikasi bentuk dan sifat kelembagaan dalam pengelolaan hutan


mangrove di Indonesia
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dengan judul Manajemen Hutan Mangrove di Luar Negeri.
dilakukan pada hari Jumat, 17 Maret 2023 pukul 10.00-12.50 WIB, di ruangan
Vicon Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah laptop dan handphone.
Dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah website resmi
Manajemen Hutan Mangrove di Luar Negeri.

2.3 Metode
Metode praktikum yang di gunakan sebagai berikut.
1. Peserta praktikum berbagi menjadi 6 kelompok praktikum

2. Setiap kelompok browsing manajemen hutan mangrove secara umum

3. Dua kelompok mengidentifikasi pengelolaan hutan mangrove di Indonesia

4. Dua kelompok mengidentifikasi pengelolaan hutan mangrove di luar negeri

5. Setiap kelompok browsing kebijakan pengelolaan hutan mangrove di tingkat


nasional yang ada di website Kementrian Kehutanan, Lingkungan Hidup,
Pertanian dan Kelautan dan Perikanan
6. Semua kelompok identifikasi lembaga yang mengelolaan hutan mangrov

7. Identifikasi keterkaitan antara kebijakan dengan bentuk kelembagaan yang ada


di lokasi contoh (hasil browsing)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil praktikum yang diperoleh sebagai berikut :


Tabel 1. Kebijakan Hutan Mangrove
No Tingkat Kebijakannya

1. Nasional 1. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 ayat 3.


2. Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Undang-
Undang Pokok Agraria.
3. Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
4. Undang-Undang No. 5 tahun 1994 tentang Konvensi
Keanekaragaman Hayati.
5. Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
6. Peraturan Presiden Republlik Indonesia Nomor 73 Tahun
2012 Tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem
Mangrove.

Tabel 2. Fungsi Manajemenisasi Hutan Mangrove


No Hutan Mangrove Fungsi Manajemen
.
1. Hutan Mangrove Planning
Muthurajawela di 1. Melestarikan keanekaragaman hayati di daerah
Sri Lanka tersebut serta menjaga keseimbangan ekosistem.
2. Melakukan penanaman kembali mangrove pada area
yang kosong atau terdegradasi.
3. Melakukan promosi melalui pendidikan dan
kampanye kesadaran masyarakat untuk
Tabel 2. Lanjutan
No Hutan Mangrove Fungsi Manajemen
.
keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan.

Organizing
Hutan Mangrove Muthurajawela di Sri Lanka dikelola
oleh Departemen Kehutanan Sri Lanka yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pelestarian
Hutan Mangrove Muthurajawela, Badan Pelestarian
Lingkungan Hidup Sri Lanka (Central Environmental
Authority - CEA) bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan lingkungan hidup nasional di
Sri Lanka, Yayasan Konservasi Alam dan Pendidikan
Sri Lanka (Wildlife and Nature Protection Society of
Sri Lanka - WNPS) bertanggung jawab melakukan
upaya dan mempromosikan pentingnya konservasi
lingkungan hidup di Sri Lanka serta peran masyarakat
lokal dalam program pelestarian dan pemulihan

Actuating
1. Pemulihan hutan mangrove yang rusak akibat
aktivitas manusia atau bencana alam dengan
penanaman kembali bibit mangrove, pembersihan
lingkungan, dan pencegahan kerusakan lebih lanjut.
2. Melakukan pengawasan dan penegakan hukum
terhadap aktivitas yang merusak lingkungan di sekitar
hutan mangrove dengan pengawasan terhadap aktivitas
nelayan, peternak, atau pembangunan ilegal di sekitar
hutan mangrove.
3. Menjaga keberlangsungan hutan mangrove dengan
memperkenalkan ekowisata yang bertanggung jawab
dan berkelanjutan di sekitar kawasan hutan mangrove

Tabel 2. Lanjutan
No Hutan Mangrove Fungsi Manajemen
.
Controlling
1. Melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin
untuk memastikan keberhasilan program pengelolaan
hutan mangrove.
2. Melakukan perencanaan jangka panjang,
pengembangan kegiatan baru, dan pembaruan rencana
strategis
3. Melakukan kegiatan pemulihan lahan, penanaman
kembali bibit mangrove, dan pencegahan kerusakan
lebih lanjut.

2. Hutan Mangrove Planning


Rivers State di 1. Melakukan identifikasi daerah yang memenuhi
Nigeria
kriteria untuk menanam hutan mangrove
2. Melakukan perencanaan tata ruang dengan
mempertimbangkan ukuran dan letak pohon mangrove
3. Melakukan perawatan dan pemeliharaan untuk
menjaga keberhasilan pertumbuhan

Organizing: -

Actuating:-

Controlling :
Tabel 2. Lanjutan
No Hutan Mangrove Fungsi Manajemen
.
3. Hutan Mangrove Planning:
Niger Delta di 1. Mengurangi erosi dan memberikan tempat hidup
Nigeria bagi banyak spesies hewan dan tumbuhan.
2. Melakukan pemantauan secara teratur untuk
memastikan kelestarian hutan mangrove
3. Melakukan penanaman kembali pohon mangrove

Organizing:
Hutan mangrove niger delta dikelola oleh lembaga
pengawas yang dapat memonitor dan mengevaluasi
implementasi kebijakan, beberapa pihak yang dapat
bertindak sebagai pengawas kebijakan hutan mangrove
delta Niger ada pemerintah, LSM, masyarakat, dan
akademisi yang bergerak di bidang lingkungan hidup.

Actuating:
1. Memberikan informasi dan pendidikan tentang
pentingnya hutan mangrove bagi ekosistem delta Niger
dan kehidupan manusia, serta cara untuk melestarikan
dan mengelola hutan mangrove dengan berkelanjutan.
2. Memperkuat pengawasan dan perlindungan hutan
mangrove dari praktik-praktik destruktif seperti
pemotongan kayu liar dan penggunaan bahan bakar
fosil di daerah pantai.
3. Melakukan kegiatan restorasi dan rehabilitasi hutan
mangrove yang rusak atau terdegradasi, seperti
penghijauan dan penanaman kembali mangrove yang
sudah mati.

Controlling: -
Tabel 3. Pokok- pokok Kegiatan pada Hutan Mangrove
No Hutan Mangrove Pokok Kegiatan
.
1. Hutan Mangrove Ekonomi
Muthurajawela di 1. Pengumpulan ikan dan udang
Sri Lanka 2. Menjadi daya tarik pariwisata
3. Melakukan budidaya udang dan kepiting di dalam
tambak-tambak di sekitar hutan bakau.

Sosial
1. Melindungi dan mempertahankan keberadaan
ekosistem bakau dan keanekaragaman hayati di
dalamnya.
2. Menawarkan wisata alam yang menarik, seperti
jelajah sungai dan melihat satwa liar seperti burung,
monyet, kadal, dan berbagai jenis binatang lainnya.
3. Masyarakat setempat dan wisatawan dapat
mengikuti program pelatihan dan edukasi tentang
pentingnya hutan mangrove dan cara menjaga
kelestariannya.

Ekologi
1. Zona luas wilayah meliputi sekitar 7.000 hektar atau
sekitar 17.300 hektar.
2. Zona barat hutan bakau Muthurajawela terletak di
sebelah barat Sungai Negombo dan merupakan salah
satu wilayah yang paling terjaga di dalam kawasan
konservasi. Zona ini memiliki luas sekitar 1.300 hektar
dan merupakan habitat bagi berbagai jenis flora dan
fauna, termasuk burung migran, reptil, mamalia, dan
serangga.
3. Zona timur hutan bakau Muthurajawela terletak di
sebelah timur Sungai Negombo dan merupakan bagian
dari kawasan konservasi Muthurajawela yang luas.

Tabel 3 Lanjutan
No Hutan Mangrove Pokok Kegiatan
.
Zona ini memiliki luas sekitar 2.000 hektar dan
merupakan habitat penting bagi berbagai spesies
tumbuhan dan hewan, termasuk mangrove, burung,
reptil, dan mamalia.

2. Hutan Mangrove
Ekonomi
Rivers State di
1. Sebagai tempat penghasilan bagi nelayan sekitar
Nigeria
2. Penghasil kayu untuk industri lokal maupun
internasional
3. Pariwisata dengan memberikan keindahan alam dari
ekosistem mangrove dengan cara ekowisata

Sosial
1. Sebagai sumber penghasilan masyarakat sekitar
yang bekerja sebagai nelayan
2. Memiliki nilai budaya yang tinggi bagi masyrakat
setempat dan sering dijadikan tempat kegiatan religius
masyarakat setempat
3. Sebagai tempat pendidikan akan pentingnya hutan
mangrove bagi makhluk hidup

Ekologi
Pengelolaan hutan bakau saat ini tidak berkelanjutan secara
ekologi karena terdapat regenerasi yang memuaskan
Pengumpulan kayu bakar dari hutan bakau dan merupakan
sumber pendapatan yang sangat di perlukan bagi sebagian
besar keluarga.di dalam hutan, tetapi juga penurunan jumlah
pohon besar yang mengkhawatirkan dan kibat dari
ekspolitasi besar besaran.
Tabel 3 Lanjutan
No Hutan Mangrove Pokok Kegiatan
.
3. Hutan Mangrove Ekonomi
Niger Delta di 1. Sebagai tempat perikanan bagi masyarakat setempat
Nigeria 2. Sebagai pariwisata dengan memberikan keindahan
alam dari ekosistem bakaunya
3. Menghasilkan kayu bakar untuk masyarakat sekitar

Sosial
1. Sebagai sumber mata pencaharian masyarakat
2. Sumber pangan untuk masyarakat setempat dengan
melimpahnya hasil laut
3. Sebagai tempat pendidikan lingkungan untuk
belajar tentang ekologi dan pentingnya menjaga
keberlangsungan hutan mangrove

Ekologi
1.  Zona vegetasi bakau terletak di habitat tropis dan
sub-tropis intertidal yang terletak antara 25° LU dan
25° S . Hutan bakau Delta Niger memiliki luas yang
terbesar di dunia mencapai 1,1 juta heltar.
2. Zona penelitian hutan bakau Niger Delta memiliki
luas sekitar 70.000 km² dan hutan bakau tersebar di
seluruh wilayah ini, maka zona penelitian hutan bakau
Niger Delta dapat mencakup area yang cukup besar
dan beragam.

3.2 Pembahasan

Dina Lorensa_ 2214151045


3.2.1 Pengertian dan Fungsi Hutan Mangrove
Hutan mangrove atau hutan bakau merupakan hutan yang tumbuh di atas
rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana
terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik, baik di teluk-teluk yang
terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air
melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Hutan mangrove
adalah jenis hutan yang memiliki ciri khas terletak di sepanjang pantai atau muara
sungai yang mendapat pengaruh dari pasang surut air laut. Hutan mangrove
mempunyai fungsi ekologis yaitu dapat menjadi pelindung pantai dari abrasi oleh
ombak, mencegah intrusi air laut ke daratan, dan dapat menjadi pengatur iklim
mikro. Hutan mangrove juga dapat menjadi tempat tinggal bagi berbagai jenis
biota laut, tempat mencari makan, serta pemijahan. Disamping itu, hutan
mangrove juga memiliki fungsi ekonomis dan sosial bagi masyarakat yang tinggal
di pesisir atau sekitar kawasan hutan mangrove. Hal ini dikarenakan hutan
mangrove dapat menjadi ekowisata yang menarik wisatawan dari dalam maupun
luar negeri untuk berkunjung. Di lokasi wisata hutan mangrove ini pengunjung
bisa menikmati udara segar di tepi pantai, di bawah rimbunan pohon bakau sambil
menikmati deburan ombak yang mendesir di atas pasir putih yang membentang
luas (Nugraha et al., 2018).

3.2.2 Jenis- jenis Hutan Mangrove


Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terbentuk di daerah
pasang surut pantai yang didominasi oleh tumbuhan mangrove. Hutan mangrove
bakau turi (Rhizophora stylosa). Hutan mangrove bakau turi banyak ditemukan di
perairan yang terkena gelombang laut yang tinggi. Hutan mangrove bakau minyak
(Rhizophora apiculata) mangrove ini memiliki akar udara yang tinggi dan halus,
daun berbentuk oval dengan ujung meruncing, serta buah yang berbentuk bulat
dan pipih. Hutan mangrove bakau kecil (Avicennia spp) hutan mangrove bakau
kecil banyak ditemukan di daerah pantai yang terlindung. Hutan mangrove api-api
(Sonneratia spp) mangrove ini memiliki akar udara yang tinggi dan berwarna
merah, daun berbentuk lonjong dengan ujung tumpul, serta buah yang berbentuk
oval dan kecil. Hutan mangrove api-api banyak ditemukan di daerah pantai yang
terlindung dan mudah tergenang air asin (Suhardjono dan Istomo, 2017).

3.2.3 Kebijakan Hutan Mangrove


Kebijakan nasional pengelolaan mangrove merujuk pada Undang-Undang
(UU) No. 27/2007 yang telah diubah menjadi UU No. 1 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. UU tersebut membolehkan
penebangan mangrove di kawasan budidaya jika memenuhi prinsip konservasi.
Meskipun memungkinkan penebangan mangrove, undang-undang melarang
modifikasi ekosistem mangrove di zona budidaya di mana mereka tidak
dipertimbangkan kelestarian fungsi ekologis pesisir. Kebijakan dipantau melalui
pengaturan presiden. (Perpres) No. 73/2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tingkat Nasional. Dalam
Perpres No. 73/2015 ini diatur tata cara pelaksanaan koordinasi pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tingkat nasional yang bertujuan agar
pelaksanaan kegiatan pengelolaan wilayah pesisir dan pulaupulau kecil pada
tingkat nasional menjadi harmoni, sinergi, terpadu, dan berkelanjutan. Kebijakan
nasional mangrove juga mengacu pada Perpres No. 73/2012 tentang Strategi
Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Perpres tersebut mengatur arah
kebijakan, asas, visi, misi, dan sasaran pengelolaan ekosistem mangrove. Salah
satu misinya adalah melakukan konservasi dan rehabilitasi ekosistem mangrove
pada kawasan lindung dan budidaya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatkan nilai manfaat sumberdaya mangrove dan pemanfaatan
ekosistem mangrove yang bijak (Salmiah, 2019).

3.2.4 Latar Belakang Munculnya Kebijakan Tersebut

Setiap kebijakan memiliki latar belakang nya masing-masing dan mengapa


kebijkan tersebut dibentuk. Kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove memiliki
keterkaitan dengan berbagai regulasi lainnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada tahun 2017, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
mengeluarkan peraturan tentang Kebijakan, Strategi, Program, dan Indikator
Kinerja Pengelolaan Ekosistem Mangrove Nasional sebagai tindak lanjut Perpres
No. 73/2012. Peraturan tersebut menargetkan pemulihan mangrove 3,49 juta ha
pada tahun 2045 serta mengamanahkan KLHK, Badan Pertanahan Nasional
(BPN), serta KKP untuk menyusun kriteria ekosistem mangrove sebagai kawasan
lindung/konservasi atau kawasan budidaya/ pemanfaatan, serta untuk menyusun
norma, prosedur, standar, dan kriteria (NPSK) mekanisme konversi mangrove.
Sistem pengelolaan mangrove dipengaruhi oleh praktik pengelolaan pesisir dan
hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir dan sumbernya produksi
perikanan. Kebijakan lain yang berpengaruh adalah perencanaan wilayah adalah
panduan utama apakah mangrove menjadi kegunaan (pertanian) atau kawasan
konservasi. Kejelasan zonasi mempengaruhi sistem pengelolaan mangrove yang
dikelola oleh pemerintah daerah (Anwar, 2021).

3.2.5 POAC Yang Paling Baik

Berdasarkan hutan mangrove yang telah dianalisis dapat diketahui bahwa


yang memiliki POAC terbaik yaitu hutan mangrove Muthurajawela di Sri Lanka.
Hal ini dapat terlihat pada tabel hasil yang telah disajikan bahwa hutan mangrove
Bagian Muthurajawela di Sri Lanka memiliki POAC yang lengkap. Perencanaan
(planning) dan kegiatan pelaksanaannya (actuating) telah berjalan sesuai. Hal ini
dilengkapi dengan adanya pengawasan (controlling) oleh badan pengelola atau
organisasi (organizing) di dalamnya. Kurangnya sumber informasi pada hutan
mangrove Rivers State di Nigeria mengakibatkan tidak diketahui fungsi organisasi
(organizing) dan fungsi pelaksanaannya (actuating). Tentunya hal ini juga
mengakibatkan tidak dapat diidentifikasi bagaimana POAC yang terdapat pada
hutan mangrove Rivers State di Nigeria.

3.2.6 Pokok-Pokok Kegiatan Hutan Mangrove dan Yang Mendasarinya


Pokok-pokok kegiatan hutan mangrove terdiri dari kegiatan yang bersifat
ekonomi, sosial dan ekologi. Dari setiap hutan mangrove pokok-pokok
kegiatannya sebagian sudah teraksanakan dengan tepat walaupun ada beberapa
yang tidak diketahui pokok kegiatannya dikarenakan kurangnya sumber informasi
yang didapatkan. Pokok kegitan hutan mangrove

Anda mungkin juga menyukai