Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN DAN PERATURAN KONSERVASI

(Laporan Pengantar Konservasi Sumber Daya Hutan)

Oleh:

An-Nadzri Fikrudin Haq


2254151013
Kelompok 5

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konservasi merupakan kegiatan untuk mengawetkan bahan sumber daya.
Hal ini mencakup adanya kebijakan teknis yang terlibat dalam melindungi
sumberdaya alam dari kerusakan dan kehancuran, termasuk kegiatanyang dibuat
konservator. Kegiatan konservasi sering berhubungan dengan suatu kawasan,
kawasan itu sendiri yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya (
Akhmaddhian, 2013).
Pemanfaatan sumber daya alam hayati dapat dilaksanakan secara lestari
dan
berkelanjutan dengan dilakukan langkah-langkah yang bersifat konservatif
sehingga sumber daya alam hayati dan ekosistem dapat terpelihara serta seimbang
dengan pembangunan nasional. Pelestarian hutan dalam pengertian khusus adalah
bentuk dan proses pengelolaan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga secara
terus menerus dapat memperbaiki produksi dan jasa yang diharapkan dan tidak
menimbulkan dampak lingkungan yang tidak diinginkan. Hutan menyediakan
banyak manfaat bagi masyarakat utamanya yang berada dan berinteraksi di sekitar
hutan yaitu menopang perekonomian masyarakat, memelihara sumber pangan,
bahan obat-obatan, serta pemberi jasa lingkungan yang baik (Mirwan, 2016).
Lingkungan adalah isu yang sedang berkembang di dunia bersamaan
dengan Hak Asasi Manusia dan Korupsi. Pelestarian alam di Indonesia secara
hukum mengacu kepada beberapa Peraturan,yaitu : Pertama,Undang-Undang
Nomor 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya; Kedua Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan; Ketiga, Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Keempat, Undang-undang Nomor 21 Tahun
2014 tentang Konservasi Tanah dan Air (Praharjo, 2021).
1.2. Tujuan
Tujuan dari pratikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan kebijakan dan peraturan konservasi sumber
daya alam dan hutan serta ekosistemnya, khususnya di Indonesia.
2. Menganalisa dan menyimpulkan implementasi kebijakan dan peraturan
konservasi dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Jumat, 24 Maret 2023 pada pukul 07.00 –
09.50 di ruang 3.1 jurusan kehutanan, fakultas pertanian, universitas lampung.

2.2. Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah ATK (alat tulis),
kamera digital / DSLR dan laptop. Bahan yang digunakan adalah referensi dari
berbagai sumber.

2.3. Prosedur Kerja


Prosedur kerja pada praktikum ini meliputi:
1. Mengeksplorasi dan mengumpulkan serta menyususn informasi kebijakan
dan peraturan seputar konservasi sumber daya alam menjadi literasi
2. Melakukan analisa dan menyimpulkan bagaimana implementasi kebijakan
dan peraturan konservasi sumber daya alam.
3. Menyusun informasi dan hasil analisa dalam laporan ilmiah
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Hasil pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
a. Pengertian Konservasi
KELOMPOK : 5 (lima)
LOKASI : Bandar Lampung
HARI/TANGAL : Jum’at, 24 Maret 2023

Tabel 3.1.1 Kebijakan Konservasi UU No. 5 Tahun 1990


No. Kebijakan Keterangan Contoh

1. Perlindungan Sistem penyangga kehidupan Hutan Lindung Sungai


sistem merupakan satu proses alami dari Wain di Kalimantan
penyangga berbagai unsur hayati dan non-hayati Timur merupakan
kehidupan yang menjamin kelangsungan kawasan hutan negara
kehidupan makhluk. Perlindungan yang memiliki fungsi
sistem penyangga kehidupan dapat untuk mengatur tata air,
berupa Kawasan Suaka Alam dan mencegah banjir,
Kawasan Pelestarian Alam. mengendalikan erosi,
perlindungan sistem
penyangga kehidupan,
mencegah intrusi air laut,
serta memelihara
kesuburan tanah
(Purwanto, 2017).

2. Pemanfaatan Kawasan pelestarian alam mempunyai Kawasan Taman


secara lestari fungsi perlindungan sistem penyangga Nasional Karimun Jawa
sumber daya kehidupan,pengawetan melakukan pemanfaatan
alam hayati dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan lestari dengan penelitian
ekosistemnya satwa, serta pemanfaatan secara lestari dan pengembangan ilmu
sumber daya alam hayati dan pengetahuan, pendidikan,
ekosistemnya. serta pemanfaatan jasa
lingkungan juga wisata
alam (Kamal et al., 2016)
Tabel 3.1.1. Lanjutan
No. Kebijakan Keterangan Contoh

3. Pengawetan Pengawetan keanekaragaman Kegiatan pengawetan


keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta keanekaragaman jenis
jenis tumbuhan dan ekosistemnya, dilaksanakan dengan tumbuhan dan satwa
satwa beserta menjaga keutuhan kawasan suaka beserta ekosistemnya
ekosistemnya alam agar tetap dalam keadaan asli. di kawasan Taman
Nasional Karimunjawa
dilakukan melalui
pengelolaan jenis
tumbuhan dan satwa
beserta habitatnya dan
pemulihan ekosistem.
(Ariyani, 2017).

Tabel 3.1.2. Kebijakan Konservasi UU No. 41 Tahun 1999


Pembagian Keterangan
Bentuk
No. Kawasan Contoh
Kawasan Definisi Fungsi Pokok
Hutan

1. Berdasarkan Hutan Hutan lindung Fungsi utama dari 1. Hutan


Fungsi Lindung merupakan hutan lindung lindung
kawasan yang adalah sebagai suungai
berfungsi sebagai perlindungan Wain.
tempat sistem penyangga
perlindungan kehidupan untuk 2. Hutan
keanekaragaman mengatur tata air, lindung
hayati, menjaga mencegah banjir, Wehea.
tata air, pengendalian 3. Hutan
mencegah erosi erosi, mencegah lindung
dan menjaga intrusi air laut, Alas Kethu.
kesuburan tanah dan memelihara
(Anugrah et al., kesuburan tanah 4. Hutan
2017). (Najicha, 2021). Taman
Raya Bung
Hatta.
5. Hutan
Lindung
Baning

Hutan Hutan konservasi Hutan konservasi 1. Taman


Konservasi dapat diartikan diharapkan Nasional
sebagai kawasan mampu Way
hutan yang mendukung Kambas. 2.
dilindungi untuk dalam upaya Taman
tujuan perlindungan Nasional
melestarikan serta pelestarian Gunung
wilayah hutan alam dalam suatu Gede
tertentu termasuk kawasan tertentu Pangrango.
juga kehidupan (Akhmaddian, 3. Taman
yang berada 2013). Nasional
didalamnya Kepulau an
Seribu.
Tabel 3.1.2. Lanjutan
Pembagian Keterangan
Bentuk
No. Kawasan Contoh
Kawasan Definisi Fungsi Pokok
Hutan

agar tetap terjaga Nasional


(Kusumaningtya Baluran.
et al., 2013).
5. Taman
Nasional
Alas Purwo.
6. Taman
Nasional
Bromo
Tengger
Semeru.
7. Taman
Nasional
Bali Barat.
8. Taman
Nasional
Gunung
Tambora

Hutan Hutan produksi Fungsi utama dari 1. Hutan


Produksi adalah kawasan hutan produksi Mahoni di
hutan yang adalah untuk pulau Jawa.
hasilnya bisa kebutuhan
dipakai atau masyarakat yang 2. Hutan
diambil, baik memiliki izin Jati di
dalam bentuk untuk mengelola. Sumbawa 3.
kayu maupun Selain itu, hasil Hutan
non-kayu. hutan produksi Damar di
Pemanfaatan juga berguna kepulauan
hutan produksi sebagai bahan Maluku
contohnya baku industri. 4. Hutan
sebagai lahan Supaya Bambu di
untuk penggunaan nya Lumajang.
membangun dilakukan secara 5. Hutan
kawasan tertentu bertanggung Jabon di
atau sebagai jawab, ada yang Sumatera
sumber hasil disebut Utara.
hutan yang bisa Pengelolaan
diperdagangkan Hutan Produksi
(Romzy, 2019). Lestari
(Saraswati,
2020).
Tabel 3.1.2. Lanjutan
Keterangan
Pembagian Bentuk
No. Contoh
Kawasan Hutan Kawasan Definisi Fungsi Pokok

2. Berdasarkan Hutan Hutan negara Hutan negara Hutan


statusnya Negara adalah hutan berdasarkan konservasi
yang berada fungsinya bisa adalah
pada tanah contoh
yang berbentuk hutan
konservasi, hutan Hutan
tidak dibebani lindung, serta konservasi
hak-hak atas hutan produksi. adalah
tanah Memiliki fungsi contoh hutan
(Yulyandini, pokok sebagai Negara,
2018). pengawetan misalnya
keanekaragaman hutan yang
tumbuhan dan ada di taman
satwa serta nasional way
ekosistemnya kambas.
(Rahman, 2020). Yaitu
sebagai
tempat salah
satu hewan
endemik
pulau
Sumatera
yaitu gajah
Sumatra
(Yanti, et
al., 2017).
Hutan Hak Hutan Hak Hutan Rakyat Kabupaten
adalah hutan memiliki fungsi Donggala
yang berada secara ekologi merupakan
pada maupun ekonomi salah satu
tanah/lahan bagi masyarakat. kabupaten di
masyarakat Manfaat secara Provinsi
yang telah ekologi antara Sulawesi
dibebani hak lain perbaikan tata Tengah yang
atas tanah di air Daerah Aliran merupakan
luar kawasan Sungai (DAS), hutan hak.
hutan negara, konservasi tanah Potensi
dibuktikan dan perbaikan tutupan
dengan alas mutu lingkungan. hutan di
titel berupa Sedangkan Kabupaten
sertifikat hak manfaat ekonomi Donggala
milik, Letter dari hutan rakyat relatif luas
C atau Girik, yaitu peningkatan dan memiliki
hak guna pendapatan petani peran
usaha, hak dari strategis
pakai, atau dalam
dokumen mendukung
penguasaan pembanguna
atau n daerah
Tabel 3.1.2. Lanjutan
Pembagian Keterangan
Bentuk
No. Kawasan Contoh
Kawasan Definisi Fungsi Pokok
Hutan

kepemilikan hutan rakyat (Mirwan,


lainnya yang dan penyediaan 2016).
diakui oleh kayu rakyat
Badan (Mirwan, 2016).
Pertanahan
Nasional (BPN)
(Mirwan, 2016).

3. Berdasarkan Inventarisasi Inventarisasi inventarisasi Inventarisasi


Perencanaan Hutan hutan hutan juga dapat hutan
Hutan merupakan digunakan dilakukan oleh
kegiatan untuk untuk pengelola
mengetahui mengetahui dan hutan di
potensi hutan memperoleh Indonesia,
yang mencakup data dan contohnya di
mengenai informasi Kementrian
informasi jumlah mengenai Lingkungan
persediaan kondisi sosial, Hidup dan
produk, tiap dari ekonomi, dan Kehutanan
tegakan, budaya (KLHK),
komposisi jenis masyarakat Perum
pohon serta sekitar hutan Perhutani,
untuk serta jasa dan Hutan alam
pembuatan lingkungan (HA) atau
rencana kerja alamnya Hutan
panjang untuk (Almarief, tanaman
kelestarian 2018). industri (HTI)
hutan. Kegiatan yang
inventarisasi umumnya
hutan menjadi melakukan
syarat penting inventarisasi
untuk hutan guna
merencanakan kepentingan
hutan lestari produksi
(Indrayatie, pohon (kayu)
2021). (Latifah dan
Ipu, 2021).
Pengukuhan Pengukuhan Pemberian Kegiatan
Kawasan kawasan hutan kepastian penunjukan,
Hutan adalah rangkaian hukum penataan
kegiatan mengenai batas,
penunjukan, status, letak, pemetaan dan
penataan batas, batas dan luas penetapan
dan penetapan suatu wilayah kawasan hutan
kawasan hutan tertentu yang dengan
sudah ditunjuk
Tabel 3.1.2. Lanjutan
Pembagian Keterangan
No. Kawasan Bentuk Kawasan Contoh
Hutan Definisi Fungsi Pokok

(Kurniawati et sebagai kawasan tujuan


al., 2019). hutan menjadi untuk
kawasan hutan memberika
tetap dengan n kepastian
Keputusan hukum atas
Menteri status,
(Kurniawati et letak, batas
al., 2019). dan luas
kawasan
hutan
(Wilhelmus
dan Lewuk,
2021).

Penatagunaan Penatagunaan Penataan ruang Perubahan


Kawasan Hutan kawasan hutan pada dasarnya kawasan
adalah kegiatan bertujuan untuk hutan
penetapan mengatur menjadi
fungsi dan pembagian ruang kawasan
penggunaan menjadi beberapa bukan
kawasan hutan fungsi sehingga hutan
(Syahadat et terwujud adalah
al., 2012). ruang yang aman, pemerintah
nyaman, produktif Provinsi
dan berkelanjutan Sumatera
dengan adanya Utara
pembagian mengubah
kawasan hutan status dan
berdasarkan fungsi
fungsi pokoknya kawasan
(Syahadat et al., hutan
2012). membuat
pariwisata
(Hidayani
et al., 2021)
4. Berdasarkan Kawasan Hutan Hutan Suaka Kawasan hutan Cagar Alam
Kawasan Suaka Alam alam adalah suaka alam Rafflesia
Hutan kawasan hutan memiliki fungsi Aceh-
Konservasi yang karena pokok sebagai Serbojadi,
sifat-sifatnya kawasan Aceh
yang khas pengawetan Timur.
diperuntukan keanekaragaman Cagar Alam
secara khusus tumbuhan dan Dolok
untuk satwa serta Sipirok,
perlindungan ekosistemnya Tapanuli
alam hayati yang juga Selatan,
atau manfaat- berfungsi sebagai Sumatra
wilayah Utara.
Tabel 3.1.2. Lanjutan
Pembagian Keterangan
Bentuk
No. Kawasan Contoh
Kawasan Definisi Fungsi Pokok
Hutan

manfaat yang sistem Cagar Alam


lainnya penyangga Bukit
(Setyabudi, kehidupan Bungkuk,
2021). (Rido, 2016). Kampar, Riau.
Cagar Alam
Gunung
Simpang,
Cianjur, Jawa
Barat.

Kawasan Kawasan Kawasan hutan Taman


Hutan pelestarian alam pelestarian alam Nasional Gede
Pelestarian adalah kawasan mempunyai Pangrango.
Alam dengan ciri khas fungsi pokok Taman
tertentu, baik di perlindungan Nasional
daratan maupun sistem Bromo. Taman
di perairan yang penyangga Nasional
mempunyai kehidupan, Komodo.
fungsi pengawetan
perlindungan keanekaragama
sistem n jenis
penyangga tumbuhan dan
kehidupan, satwa, serta
pengawetan pemanfaatan
keanekaragama secara lestari
n jenis sumber daya
tumbuhan dan alam hayati dan
satwa, serta ekosistemnya
pemanfaatan (Ahmad, 2017).
secara lestari
sumber daya
alam hayati dan
ekosistemnya
(Ahmad, 2017).
Kawasan Taman Buru Taman Buru Taman Buru
Taman Buru adalah kawasan sendiri memiliki Gunung
hutan fungsi untuk Masigit
konservasi yang mengakomodir Kareumbi, di
bisa kebutuhan Sumedang
dimanfaatkan perburuan Jawa Barat.
untuk satwa pada Taman Buru
mengakomodir kawasan Bangkala, di
wisata Sulawesi
Tabel 3.1.2. Lanjutan
Pembagian Keterangan
Bentuk
No. Kawasan Contoh
Kawasan Definisi Fungsi Pokok
Hutan

berburu. (Andy, konservasi. Selatan. Taman


2018). (Andy, 2018). Buru Padang
Mata Osu, Di
Sulawesi
Tenggara.

Tabel 3.1.3. Kebijakan Konservasi PP No. 7 tahun 1999, Permenhut No. 20 Tahun
2018, dan Permenhut No. 106 Tahun 2018 (bandingkan ketiganya)
Keterangan
Penetapan
No. Kebijakan Sebaran Penurunan Contoh
Golongan Populasi
Terbatas tajam di alam

1. Perlindunga Dilindungi Kecil Habitat Akibat alih Badak


n satwa liar alami di fungsi dan Jawa
TNUK pembangunan (Rhinocero
s
sondaicus)

Tidak
- - - -
Dilindungi

2. Upaya Dilindungi Kecil Habitat Perburuan liar Vanda


Pengawetan alami di Mungil
TN Lore Minahas a
Lindu (Vanda
celebica)

Tidak
- - - -
Dilindungi

3. Penetapan Dilindungi Kecil Habitat Gangguan Merak


Jenis alami di gangguan di (Pavo
Tumbuhan TNAP. dalamnya muticus)
Dan Satwa dan Bango
tongtong
(Leptopti
los
javanicus)

Tidak
- - - -
Dilindungi

4. Pengelolaan Dalam Kecil Habitat Akibat Komodo


Jenis habitat (In alami di perubahan (Varanus
Tumbuhan Situ) TNK iklim komodoe
Dan Satwa nsis)
Serta
Habitatnya Luar habitat - - - -
Tabel 3.1.4. Kebijakan Konservasi PP No. 8 Tahun 1999
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh

1. Penangkaran Upaya perbanyakan melalui Setiap orang, Menurut


(Bab III. Pasal pengembangbiakan dan Badan Hukum, Thohari et al.
7-16). pembesaran Koperasi atau (2011) Sistem
tumbuhan dan satwa liar Lembaga penangkaran
dengan tetap Konservasi dapat rusa di beberapa
mempertahankan melakukan negara
kemurnian jenisnya. kegiatan mengacu pada
Penangkaran dapat penangkaran jenis prinsip
dilakukan terhada jenis tumbuhan dan pengelolaan
tumbuhan dan satwa liar satwa liat atas izin habitat yaitu
yang dilindungi maupun meteri. Izin secara intensif
yang tidak dilindungi pengakaran atau extensif.
(PP No.8 Tahun 1999). sekaligus izin penangkaran
untuk dapat rusa Tahura
menjual hasil untuk
penangkaran dikembangkan
setelah memenuhi menjadi
standar kualifikasi ekowisata
penangkaran dengan satwa
tertentu. liar sebagai
Penangkara wajib objek wisatanya
menjaga kemurnian (Xavier
jenis satwa liar et al., 2018).
yang dilindungi
sampai pada
generasi pertama
(PP No. 8 Tahun
1999).
2. Perburuan Perburuan ialah Dilakukan untuk Berdasarkan
(Bab IV. Pasal pengambilan hewan dan keperluan olahraga penelitian
17). tanaman liar (Fadilah, buru (sport Pattiselanno dan
2017). hunting), perolehan Mentansan
trofi (hunting (2010) jenis
trophy), dan hewan buruan
perburuan suku Maybrat
tradisionl oleh ialah babi hutan,
masyarakat (PP kuskus, dan soa-
No. 8 Tahun soa, tikus tanah
1999). dan juga rusa
(Seseray dan
Sumpe., 2017).
Tabel 3.1.4. Lanjutan
3. Perdagangan Tumbuhan dan satwa liar Perdagangan jenis -
(Bab V. Pasal yang dapat diperdagangkan tumbuhan dan
18-26). ialah jeniis satwa liar yang satwa liar hanya
tidak dilindungi. Tumbuhan dapat dilakukan
dan satwa liat yang oleh badan usaha
digunakan untuk yang didirikan
perdagangan diperoleh dari menurut
hasil penangkaran dan hukumIndonesia
pengambilan atau setalah mendapat
penangkapan dari alam (PP rekomendasi dari
No. 8 Tahun 1999). menteri.
Dikecualikan dari
ketentuan,
perdagangan dalam
skala terbatas dapat
dilakuka oleh
masyarakat yang
tinggal di dalam
dan disekitar areal
buru dan di sekitar
Taman Buru
sebagimana diatur
dalam ketentuan
peraturan
perundang-
undangan tentang
perburuan satwa
buru. Badan usaha
yang melaukan
perdagangan
tumbuhan dan
satwa liar
membayar
pungutan yang
ditetapkan menurut
ketentuan peraturan
perundang-
undangan yang
berlaku. Tiap-tiap
perdagngan
tumbuhan dan
satwa liar wajib
dilengkapi dengan
dokumen yang sah
(PP No. 8 Tahun
1999).
Tabel 3.1.4. Lanjutan
4. Peragaan Peragaan jenis tumbuhan Lembaga, badan -
(Bab VI. Pasal dan satwa liar dapat berupa atau orang yang
27-30). koleksi hidup atau koleksi melakukan
mati termasuk bagian- peragaan tumbuhan
bagiannya serta hasil dari dan satwa liar
padanya (PP No. 8 Tahun bertanggung jawab
1999). atas
esehatan dan
keamanan
tumbuhan dan
satwa liar yang
diperagakan.
Menteri mengatur
standar teknis
kesehatan dan
keamanan
tumbuhan dan
satwa liar untuk
keperluan peragaan
(PP No. 8 Tahun
1999).
5. Pertukaran Pertukaran dilakukan untuk Pertukaran jenis Anoa, Babi
(Bab VII. mempertahankan atau tumbuhan satwa rusa, Badak
Pasal 31- 34). meningkatkan populasi, liar yang dilindungi Jawa, Badak
memperkaya hanya dapat Sumatera,
keanekaragaman jenis, dilakukan terhadap Badak Jawa,
penelitian dan ilmu jenis tumbuhan dan Lutung
pengetahuan, dan atau satwa liar yang Mentawai,
penyelamatan jenis yang sudah dipelihara Orangutan,
bersangkutan (PP No. 8 oleh lembaga Elang Jawa,
Tahun 1999). konservasi. Biawak
Pertukaran dapat Komodo,
dilakukan antara Harimau
satwa dengan satwa Sumatera,
atau tumbuhan Cendrawasih,
dengan tumbuhan. dan Owa Jawa
Pertukaran hanya dapat
dilakukan atas dipertukarkan
dasar atas persetujuan
keseimbangan nilai presiden (PP
konservasi jenis No. 8 Tahun
tumbuhan dan 1999).
satwa liar yang
bersangkutan (PP
No.8 Tahun 1999).
Tabel 3.1.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh

1. Perlindungan Mata air - Kawasan dan sifat-sifat - Kawasan hutan


daerah mata air harus umbulan desa ngenep
setempat teridentifikasi efektif karangploso
(Praharjo, 2021)
- Kawasan hutan
- Kawasan harus desa Watowara,
memperhatikan jarak Titehena, Flores
dan arah mata aliran air, Timur (Sunimbar,
sumber daya air yang 2020)
terkait, serta kondisi
lingkungan di sekitar

Sempadan - Kawasan memiliki - Kawasan Hutan


sungai batas wilayah ketetapan Taman Nasional
sempadan sungai, seperti Gunung Leuser
kemiringan lereng dan (Ulummudin, 2017).
jarak dari tepi sungai
sebagai kawasan
konservasi yang
dilindungi - Kawasan hutan
mangrove Kota
- Kawasan di dalam Langsa, Aceh Timur
batas sempadan sungai (Nurdin, 2018).
diwajibkan untuk
memelihara dan
memperbaiki tanggul,
bendungan, dan saluran
air yang ada di sekitar
sungai.

2. Perlindungan Kawasan hutan - Kawasan hutan dengan - Kawasan Hutan


terhadap lindung faktor kemiringan Lindung Reko
kawasan lereng, jenis tanah, dan Kecamatan Dabun
bawahannya intensitas hujan Gelang Kabupaten
yang jumlah hasil Gayo Lues (Fitri,
perkalian bobotnya sama 2021).
dengan 175 atau lebih.
- Kawasan hutan yang - Kawasan Hutan
mempunyai kemiringan Lindung Kinarum
lereng paling sedikit dan Tampaan,
40%. Kalimantan Selatan
- Kawasan hutan yang (Hidayat, 2018).
mempunyai ketinggian
paling sedikit 2.000
meter di atas permukaan
laut.
Tabel 3.1.5. Lanjutan
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh

Kawasan Ketebalan gambut 3 - Kawasan


bergambut meter atau lebih yang Bergambut di Desa
terdapat di hulu sungai Kasang Kecamatan
atau rawa. Kuantan Mudik
(Yanti, 2018).

- Kawasan Gambut
di Kalimantan
Tengah (Fitriani,
2019).

3. Perlindungan Sempadan - Daratan - Sempadan Pantai


daerah pantai sepanjang tepian laut Taman Wisata
setempat dengan jarak paling Perairan Gili
sedikit 100 meter dari Trawangan, Nusa
titik pasang air laut Tenggara Barat
tertinggi ke arah darat; (Budilestari, dkk,
atau 2014).
- Daratan sepanjang
tepian laut yang bentuk - Kawasan
dan kondisi fisik Sempadan Pantai di
pantainya curam atau Kabupaten Bangka
terjal dengan jarak Tengah (Nelawati et
proporsional al., 2020).
terhadap bentuk dan
kondisi fisik pantai.
Sempadan - Daratan sepanjang - Sempadan Sungai
sungai tepian sungai bertanggul Bengawan Solo
dengan lebar paling Kecamatan
sedikit 5 meter dari kaki Bojonegoro
tanggul sebelah luar (Widayanti dkk.,
- Daratan sepanjang 2013).
tepian sungai besar tidak
bertanggul di luar - Sempadan Sungai
kawasan permukiman Ciliwung l (Leonardy
dengan lebar paling dan Santoni, 2020).
sedikit 100 meter dari
tepi sungai; dan
- Daratan sepanjang
tepian anak sungai tidak
bertanggul di luar
kawasan permukiman
dengan lebar paling
sedikit 50
meter dari tepi sungai.
Tabel 3.1.5. Lanjutan
4. Kawasan suaka Kawasan suaka - Kawasan yang - Cagar alam
alam, alam memiliki Pananjung
pelestarian keanekaragaman biota, Pangandaran
alam, dan cagar ekosistem, serta gejala (Nurjaman et al.,
budaya. dan keunikan alam yang 2017)
khas baik di darat
maupun di perairan.
- Mempunyai fungsi
utama sebagai kawasan
pengawetan
keanekaragaman jenis
biota, ekosistem, serta
gejala dan keunikan
alam yang terdapat di
dalamnya.
Kawasan suaka - Memiliki ekosistem Suaka alam perairan
alam laut dan khas, baik di lautan Selat Pantar dan laut
perairan lainnya maupun di perairan sekitarnya, Alor
lainnya. (Wabang, 2019)
- Merupakan habitat
alami yang memberikan
tempat atau
perlindungan bagi
perkembangan
keanekaragaman
tumbuhan dan satwa.
5. Kawasan Kawasan rawan Kawasan berbentuk Lereng Gunung
rawan bencana tanah longsor lereng yang rawan Wilis, Kediri (Putra
alam terhadap et al., 2021)
perpindahan material
pembentuk lereng
berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau
material campuran.
kawasan rawan Kawasan sekitar pantai Kawasan rawan
gelombang yang rawan terhadap bencana tsunami
pasang gelombang pasang wilayah Parangtritis,
dengan kecepatan antara Yogyakarta (Naja
10 sampai dengan 100 dan Mardiatno,
kilometer per jam yang 2018).
timbul akibat angin
kencang atau gravitasi
bulan atau matahari.
3.2 Pembahasan
Dalam undang-undang (UU) nomor 14 tahun 1999 adalah suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan sumber daya hayati yang didominasi oleh
pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungan nya,yang satu dengan lainya
tidak dipisahkan. Definisi hutan menurut undang-undang tersebut dilihat dari
sudut pandang biofisik.aspek ekologis ataupun tujuan pengolahan tidak
disebutkan dalam undang-undang tersebut (Kadarisman,2018).
Kebijakan dan peraturan konservasi ada karena diperlukan dasar dalam
menegakan hukum dalam mengelola sumberdaya alam, keankeragaman hayati
serta ekosistemnya.Perarutannya diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1990
tentang KSDAE, Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, PP No.
7 tahun 1999 tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa serta PP No. 8 tahun
1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan satwa, PP No. 26 tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Nasional merupakan beberapa kebijakan dan peraturan
konservasi yang menjadi dasar untuk penegakan dan pengelolaan sumberdaya
alam, keanekaragaman hayayi serta ekosistemnya (Yanto, 2013).
Kebijakan dan peraturan konservasi di Indonesia memiliki tujuan untuk
mempromosikan berkelanjutan. Beberapa kebijakan penting tersebut diantaranya
adalah UU No. 5 Tahun 1990 tentang KSDAHE, UU No. 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan Lingkungan hidup, Rencana Aksi Nasional
Koservasi keanekaragaman hayati 2015-2020, dan Renncana Pembanagunan
Jangka Menengah Nasional 2020-2024.Meskipun demikian, implementasi
kebijakan dan peraturan konservasi di Indonesia masih menghadapi beberapa
tantangan, seperti kurangnya koordinasi antar Lembaga pemerintah dan
pengawasan yang tidak efektif. Selain itu, pemanfaatan sumber daya alam yang
tidak berkelanjutan dan merusak lingkungan masih terjadi, terutama di sector
pertanian, kehutanan, dan tambang. Pemerintah Indonesia telah melakukan
beberapa upaya untuk meningkatkan implementasi kebijakan dan peraturan
konservasi, termasuk peningkatan pengawassan dan penegakan hukum serta
promosi pengembangan ekonomi berkelanjutan (Nurlaela dan Yuwono, 2018).
IV. SIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Di Indonesia terdapat Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang KSDAE,
Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, PP No. 7 tahun 1999
tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa serta PP No. 8 tahun 1999
tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan satwa, PP No. 26 tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Nasional merupakan beberapa kebijakan dan peraturan
konservasi yang menjadi dasar untuk penegakan dan pengelolaan sumberdaya
alam, keanekaragaman hayayi serta ekosistemnya.
2. Peraturan dan kebijakan konservasi bertujuan untuk pembangunan nasional,
karena pada dasarnya sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya mempunyai
kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan karena saling berkaitan satu
dengan yang lainnya serta saling mempengaruhi maka dari itu perlu
dilakukan konservasi agar sumber daya alam hayati serta ekosistemnya selalu
terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan.

4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam mengerjakan laporan praktikum.
2. Praktikan diharapkan lebih memahami materi yang telah disampaikan.
3. Praktikan diharapkan bertanya jika terdapat materi yang tidak dimengerti
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, D. 2017. Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam. Jurnal
Analisis Kehutanan. 10 (6), 114-122.

Akhmaddhian, S. 2013. Peran Pemerintah Daerah Dalam Mewujudkan Hutan


Konservasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan. Jurnal Dinamika Hukum. 13(3), 446-456.

Almarief, A. Z. 2018. Analisis Potensi Tegakan Hasil Inventarisasi Hutan Kphp


Nunukan Unit IV Di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara.
Jurnal Agrifor. 17(1), 19-28.

Andy, S. 2018. Peraturan Pengelolaan Taman Buru Lingga Isaq Provinsi Aceh.
Jurnal Ilmu Kehutanan. 6(3), 68-81.

Anugrah, D. Setiawan, A. Master, J. 2017. Keanekaragaman Spesies Burung Di


Hutan Lindung Register 25 Pematang Tanggang Kabupaten Tanggamus.
Jurnal Sylva Lestari. 5(1), 105-116.

Ariyani, N.A.E., dan Kismartini. 2017. Implementasi Kebijakan Konservasi


Pengawetan dan Pemanfaatan Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya di Taman Nasional Karimunjawa. Proceeding Biology
Education Conference. 14(1): 206-213.
Budilestari, N., Hutomo, M., dan Ardiwidjaja, R. 2014. Permasalahan lingkungan
Di Sempadan Pantai Taman Wisata Perairan Gili Trawangan, Nusa
Tenggara Barat. Jurnal Kepariwisataan Indonesia. 9(1): 91-107.

Fitri, R. 2021. Jamur makroskopis di kawasan hutan lindung reko Kecamatan


Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues. Jurnal Jeumpa. 8(1): 483-492.

Fitriani, H., Hartati, NS, dan Sudarmonowati, E. 2019. Uji adaptasi dan produksi
tiga kandidat ubi jalar unggul (Manihot esculenta Crantz) di lahan Gambut
kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Dasar. 20 (2): 75-82.

Hidayani, S. Samosir, B. Munthe, R. 2021. Analisis Hukum Kehutanan Terhadap


Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan Di
Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Mercatoria. 14(2), 107-123.

Hidayat, S. 2018. Autekologi dryobalanops lanceolata burck di kawasan hutan


Kinarum dan Tampaan, Kalimantan Selatan. Buletin Kebun Raya. 21(1): 53-
66.

Indrayatie, E. R. 2021. Inventarisasi Tanam Tumbuh Dan Pola Ruang Pada Tapak
Tower Saluran Udara Tegangan Tinggi. Jurnal Sylva Scienteae. 4(2), 218-
226.

Kadarisman, M. I. (2018).Studi tentang Definisi Hutan dan Diskursusnya serta


Kegiatan Pengurusan dan Pengelolaan Hutan di Indonesia.(Doctoral
dissertation, Thesis pada Program Studi Pengelolaan Hutan, Institut
Pertanian Bogor).

Kamal, M., Hartono, H., Wicaksono, P., Adi, N. S., Arjasakusuma, S. 2016.
Assessment of Mangrove Forest Degradation Through Canopy Fractional
Cover in Karimunjawa Island, Central Java, Indonesia. Geoplanning:
Journal of Geomatics and Planning. 3(2): 107.

Kurniawati, F. Kistiyah, S. Luthfi. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Keberhasilan Pelaksanaan Redistribusi Lahan Bekas Kawasan Hutan. Tunas
Agraria. 2(3), 1-23.
Kusumaningtyas & Chofyan, I. 2013. Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih
Fungsi Lahan Hutan Di Wilayah Kabupaten Subang. Jurnal Perencanaan
Wilayah Dan Kota. 13(2), 72-81.

Latifah dan Ipu. 2021. Rekonstruksi Sistem Tenurial Kehutanan. Jurnal Bidang
Pertanian Dan Lingkungan. 1(1), 24-29.

Leonardy, L., & Santoni, S. 2020. Analisis penerapan konsep eesilence pada
lanskap sempadan Sungai Ciliwung. Architecture Innovation. 4(1): 79-
101.

Mirwan, 2016. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Hutan Hak Di Kabupaten


Donggala. Jurnal Katalogis. 4(12), 53-66.

Naja, DA, dan Mardiatno, D. 2018. Analisis kerentanan fisil permukiman di


kawasan rawan bencana tsunami di wailaya parangtritis yogyakarta.
Jurnal bumi indonesia. 7(1).

Najicha, F. U. 2021. Dampak Kebijakan Alih Fungsi Kawasan Hutan Lindung


Menjadi Areal Pertambangan Berakibat Pada Degradasi Hutan. Jurnal
Ilmu Biologi. 2(1), 13-27.

Nelawati, N., Anggraeni, A., dan Akhrianti, I. 2020. Analisis struktur vegetasi
kawasan sempadan pantai di kabupaten bangka tengah. Ekotonia: Jurnal
Penelitian Biologi, Botani, Zoologi Dan Mikrobiologi. 5(1): 9-16.

Nurdin. 2018. Pengelolaan dan konservasi hutan mangrove pada sempadan sungai
di Pantai Timur Aceh. Jurnal Bumi Lestari. 18(1).

Nurjaman, D., Kusmoro, J., & Santoso, P. 2017. Perbandingan Struktur dan
Komposisi Vegetasi Kawasan Rajamantri dan Batumeja Cagar Alam
Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. Jurnal Biodjati. 2(2): 167-179.

Nurlaela, S., & Yuwono, T. 2018. Evaluasi Implementasi Kebijakan Konservasi


Sumber Daya Alam Di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
15(3): 187-199.
Praharjo, A. 2021. Perlindungan konservasi mata air Umbulan Desa Ngenep
Karangploso. Jurnal Budimas. 3(2): 408-414.

Purwanto, Edi dan Koesoetjahjo, Irene. 2017. Pembelajaran dari Hutan Lindung
Sungai Wain. Tropenbos Indonesi. Bogor.
Putra, RA., Putri, AR., dan Santoso FA. 2021. Investigasi kawasan rawan bencana
longsor dengan menggunakan sistem informassi geografis studi kasus
kabupaten madiun. Jurnal pendidikan teknik sipil. 10(2): 68-79.

Rahman A, 2020. Kajian Yuridis Dan Sosiologis Pemungutan Hasil Hutan


Negara. Jurnal Jatiswara. 35(3), 214-236.

Rido, T. 2016. Pemanfaatan Kawasan Suaka Alam Di Indonesia. Jurnal


Belantara. 7(3), 133-146.

Romzy, N. Triwahyudianto, T. Wardani, N. R. 2019. Modal Sosial Dalam


Pengelolaan Hutan Produksi Pada Lembaga Masyarakat Desa Hutan Desa
Pandantoyo. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Geografi. 4(1), 9-16.

Saraswati, D. 2020. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pembakaran


Hutan Dan Lahan Di Hutan Produksi Batu Rusa Desa Air Anyir.
Universitas Bangka Belitung. Bangka Belitung.

Seseray, D. Y., & Sumpe, I. 2017. Identifikasi metode pengolahan daging hasil
buruan secara tradisional pada masyarakat Kebar: sebagai upaya
penganekaragaman sumber protein hewani. In Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 686-692.

Setyabudi A. 2021. Pemberdayaan Masyarakat Daerah Penyangga Kawasan


Suaka Alam. Jurnal Goodgovernance. 17(2), 72-81.

Sunimbar, S. 2020. Kearifan lokal masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan


dan mengelola mata air di desa Watowara, Kecamatan Titehena,
Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur. Jurnal Geodusains. 1(1):
51-60
Syahadat, E. & Subarudi. 2012. Permasalahan Penataan Ruang Kawasan Hutan
Dalam Rangka Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Jurnal
Analisis Kebijakan Kehutanan. 9(2), 131-143.

Ulummudin. 2017. Pengaruh penggunaan lahan di wilayah sempadan sungai


terhadap kualitas air sungai alas di Taman Nasional Gunung Leuser.
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 7(3)
Wabang, Imanuel Lamma. 2019. Analisis kebijakan pengembangan ekowisata
bahari yang berkelanjutan di kawasan konservasi perairan selat pantar dan
laut sekitarnya-Kabupaten Alor. Jurnal penelitian perikanan laut. 6: 147-
156.

Widayanti, R., Anggraeni, M., & Subagyo, A. 2013. Konsep relokasi permukiman
berdasarkan tingkat kerentanan di sempadan Sungai Bengawan Solo
Kecamatan Bojonegoro. Jurnal Tata Kota dan Daerah. 5(1): 55-64.

Wilhelmus & Lewuk. 2021. Penetapan Kawasan Hutan Lindung di Hutan Ulayat
Desa Paubokol. Jurnal Hukum Fikih. 22 (2), 42-50.

Xavier, S., Harianto, S. P., dan Dewi, B. S. 2018. Pengembangan penangkaran


rusa timor (Cervus timorensis) di Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 6(2): 94–102.

Yanti, F. Watiniasihni, L. Suaskaramade. 2017. Perilaku Harian Anak Gajah


Sumatera Dipusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas
Lampung. Jurnal Metamorphosis. 2(2), 74-81.

Yanti, D. 2018. Identifikasi kawasan lindung dan kawasan budidaya di Desa


Kasang Kecamatan Kuantan Mudik. Jurnal Perencanaan, Sains dan
Teknologi (JUPERSATEK). 1(1): 99-118.

Yanto, E. W. B. 2013. Partisipasi masyarakat dalam usaha konservasi hutan.


Journal of Educational Social Studies 2(1): 30-33.

Yulyandini, M. 2018.Wewenang Tidak Langsung Negara Terhadap Hutan Adat


Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012. Jurnal Ilmu
Hukum. 5(4), 37-46.

Anda mungkin juga menyukai