Anda di halaman 1dari 7

1. Pendahuluan 3.

Menerima pasokan air tawar yang


cukup dari darat. Umumnya dekat
Hutan mangrove adalah ekosistem dengan aliran sungai.
hutan peralihan antara daratan dan lautan 4. Terlindung dari gelombang besar dan
yang memiliki banyak manfaat. Indonesia arus pasang surut yang kuat. Air
memiliki ekosistem hutan mangrove dengan bersalinitas (2-22/ppt) hingga asin
mencapai 38 ppt.
luas 3.189.000 hektar. Hutan mangrove
memiliki potensi secara fisik, ekonomi dan
ekologis. Potensi fisik hutan mangrove yaitu Keberadaan ekosistem mangrove dalam
mencegah intrusi air laut ke darat. Potensi dua dekade terakhir mengalami penurunan
ekologi hutan mangrove yaitu sebagai kualitas secara drastis mangrove yang
tempat pemijahan (spawning gorund), tersisa pada saat ini hanyalah komunitas
mangrove yang terdapat disekitar muara
daerah asuhan (nursery ground), daerah
sungai dengan ketebalan 10-100m, yang di
mencari makan (feeding ground) bagi dominasi oleh Avicennia Marina,
organisme disekitar mangrove dan Rhizophora Mucronata, Sonneratia
penyedia pakan khususnya bagi kepiting Caseolaris yang semuanya memiliki
dan udang. Sedangkan potensi secara manfaat sendiri. Misalkan pohon Avicennia
ekonomi yaitu memanfaatkan kayu maupun memiliki kemampuan dalam
bukan kayu dari mangrove tersebut sebagai mengakumulasi (menyerap dan menyimpan
dalam mengakumilasi dalam organ daun,
bahan makanan maupun kayu bakar
akar, dan batang) logam berat pencemar,
sehingga memberi kontribusi dalam upaya sehingga keberadaan mangrove dapat
peningkatan ekonomi masyarakat sekitar. berperan untuk menyaring dan mereduksi
(Ariftia.dkk, 2014) tingkat pencemaran diperairan laut, dan
manfaat ekonomis seperti hasil kayu serta
Kata mangrove berasal dari perpaduan bermanfaat sebagai pelindung bagi
bahasa Melayu manggi-manggi dan bahasa lingkungan ekosistem daratan dan
Arab el-gurm menjadi mang -gurm, lautan.(Mulyadi. dkk, 2009) .
keduanya sama-sama berarti Avicennia
Pada tahun 1999 luas hutan mangrove
(api-api). Sedangkan menurut MacNae
di Indonesia mencapai 8,60 juta hektar dan
(1968) kata mangrove merupakan yang telah mengalami kerusakan sekita
perpaduan bahasa Portugis mangue 5,30 juta hektar. Kerusakan tersebut di
(tumbuhan laut) dan bahasa Inggris grove sebabkan oleh konversi mangrove yang
(belukar), yakni tumbuhan yang hidup di dijadikan sebagai pertambakan,
tepi laut. (Setyawan, 2003) pemukiman, dan industri, padahal
mangrove memiliki fungsi yang sangat
Menurut (Bengen, 2001) mangrove strategis dalam menciptakan ekosistem
memiliki karakteristik antara lain: pantai yang layak untuk kehidupan
organisme akuatik. Keseimbangan ekologi
1. Umumnya tumbuh pada daerah lingkungan perairan pantai akan tetap
intertidal yang jenis tanahnya terjaga apabila keberadaan mangrove
berlumpur, berlempung dan berpasir. dipertahankan karen mangrove berfungsi
2. Selalu hidup pada daerah tergenang sebagai biofilter, agen pengikat dan
air laut secara berkala, baik setiap perangkap populasi. Mangrove juga
hari maupun yang hanya tergenang sebagai tempat hidup berbagai jenis
pada saat pasang purnama. gastropoda, kepiting pemakan detritus, dan
Frekuensi genangan menentukan bivalvia pemakan plankton sehingga akan
komposisi vegetasi hutan mangrove.
memperkuat fungsi mangrove sebagai Kawasan hutan. Kerusakan hutan
biofilter alami. (Mulyadi. dkk, 2009) mangrove di dalam Kawasan hutan sekitar
1,7 juta hektar atau 44,73 persen dan
kerusakan di luar Kawasan hutan 4,2 juta
masyarakat akan meningkat. Penerapan
hektar atau 87,50 persen antara tahun
program ini menggunakan sistem mina
1982-1993 telah terjadi pengurangan
hutan (silvofishery) di ekosistem hutan
ekosistem hutan mangrove seluas 513.670
mangrove merupakan salah satu
ha atau 46.697 ha per tahunnya (Gunawan
pendekatan yang tepat dalam pemanfaatan
dan Anwar, 2005)
ekosistem hutan mangrove secara lestari
.(Wibowo dan titin, 2006) Sementara dalam kurun waktu 2000-
2014, Indonesia telah kehilangan hutan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
mangrove seluas 4.364 km2. Sehingga rata-
bagaimana cara mengurangi kerusakan
rata dalam kurun satu tahun, Indonesia
pada ekosistem mangrove serta
telah kehilangan 311 km2 atau sekitar 120
mengetahui apa saja manfaat yang di dapat
lapangan sepakbola per hari. Sehingga
dari pengelolaan ekosistem mangrove.
Indonesia adalah penyumbang 50%
2. Metodelogi kehilangan mangrove dunia (Hamilton dan
Casey,2016)
2.1 waktu dan tempat
Hutan mangrove di Jawa telah
penelitian ini dilakukan pada bulan
mengalami penyusutan dari awal penelitian
Desember 2018. Penyusunana data di
tahun 1985 seluas 170.500 ha hingga pada
lakukan di Laboratorium Integrasi
tahun 1997 menyusut menjadi 19.007 ha.
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Jawa Timur dari luas 57.000 ha menjadi
Surabaya.
500 ha, Jawa Barat 66.500 ha menjadi
<5000 ha, dan Jawa Tengah dari luas
2.2 metode
46.500 menjadi 13.577 ha. Luas tambak di
Penelitian ini menggunakan metode
Jawa 128.740 terbagi menjadi Jawa Barat
studi literatur. Studi literatur adalah mencari
(50.330 ha), Jawa Tengah (30.497 ha), dan
refrensi teori yang relevan dengan kasus
Jawa Timur (47.913 ha). Jika perluasan
atau permasalahan yang ditemukan.
tambak terus berkembang deng
Refrensi ini dapat dicari dari berbagai
mengurangi hutan mangrove, kemungkinan
sumber seperti buku, jurnal, artikel laporan
besar akan sulit menemukan hutan
penelitian, dan lain-lain untuk memperkuat
mangrove di Jawa (Setyawan, 2003).
argumentasi-argumentasi yang ada.
Kerusakan mangrove ditetapkan
3. Hasil dan Pembahasan berdasarkan prosentase luas tutupan dan
kerapatan mengrove yang hidup (Kepmen
3.1 cara mengurangi kerusakan
LH No.201, 2004). Kriteria mangrove baik
mangrove
(sangat padat dan sedang) yaitu dengan
Keberadaan hutan mangrove di kerapatan pohon antara ≥1000 - <1500
Indonesia berada di kisaran 8,6 juta hektar, pohon/Ha kategori sedang dengan
yaitu terdiri dari 3,8 juta hektar di dalam prosentase tutupan ≥50 - <75, serta
Kawasan hutan dan 4,8 juta hektar di luar mangrove kategori sangat padat dengan
kerapatan ≥ 1500 pohon/Ha prosentase arus laut, (3) tipe tanah, (4) pemilihan
tutupan ≥ 75% ; sedangkan mangrove spesies, (5) penggembalaan hewan ternak,
dengan Kriteria klasifikasi mengalami (6) sampah, (7) kelemahan manajemen,
kerusakan/ jarang yaitu mangrove dengan dan (8) ketiadaan pastisipasi masyarakat
kerapatan <1000 pohon/Ha dan prosentase (widagdo,2014)
<50%. (Widagdo, 2014)
Banyaknya eksploitasi yang dapat merusak
Kegiatan manusia terhadap pola ekosistem mangrove. Dapat dilakukan
pemanfaatan sumber daya alam dan pola dengan cara Pendekatan Berbasis
pembangunan dituding sebagai faktor Masyarakat (PBM), dengan ini diharapkan
penyebab kerusakan ekosistem hutan masyarakat dapat mengetahui pentingnya
mangrove. Tindakan manusia seperti hutan bakau dan mengetahui bagaimana
membuka lahan untuk tambak yang cara menjaga hutan bakau agar tetap lestari
melampaui batas daya dukung, maupun (Pramudji, 2002).
memanfaatkan tanaman mangrove secara
berlebihan tanpa melakukan Berkurangnya jumlah mangrove
rehabilitasiakan menyebabkan terjadinya pada umumnya disebabkan oleh sebagian
degradasi ekosistem hutan mangrove. besar masyarakat lebih cenderung untuk
Demikian pula pola pembangunan yang mengambil kayunya sebagai kayu
dijalankan di daerah akan mempengaruhi bakar/kayu bangunan, terlebih lagi jika
kelestarian sumber daya hutan mangrove. lokasinya berdekatan dengan pemukiman
(Gumilar, 2012) warga (Winarno, 2016). Sesuai dengan
pendapat (Bayan, 2014), Kondisi mangrove
Penyebab kerusakan hutan mangrove yang letaknya berdekatan dengan
dikarenakan oleh dua faktor yaitu faktor
pemukiman penduduk dan muara sungai
aktivitas manusia dan faktor alam.
Kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas seiring dengan pertumbuhan pembangunan
manusia yaitu perambahan hutan mangrove akan menyebabkan tersebarnya sampah di
secara besar-besaran yang dimanfaatkan seluruh permukaan substrat yang akan
untuk pembuatan arang, kayu bakar, dan berdampak pada penurunan kualitas
bahan bangunan serta penguasaan lahan mangrove dan akan mengakibatkan
untuk masyarakat, pembukaan lahan untuk hilangnya media alami mangrove yang
pertambakan ikan dan garam, pemukiman,
pertanian, pertambangan, dan digunakan sebagai media pertumbuhannya.
perindustrian.(Mulyadi. dkk, 2009) Sehingga akan berakhir pada hilangnya
populasi mangrove di Kawasan tersebut.
Kusmana (2003) menambahkan ada
tiga faktor utama yang menjadi penyebab Selanjutnya, penyebab
utama kerusakan mangrove yaitu (1) berkurangnya vegetasi mangrove
pencemaran, (2) konservasi hutan dikarenakan terjadi penebangan pohon
mangrove yang kurang memperhatikan mangrove sebagai keperluan pembuatan
lingkungan dan (3) penebangan yang genteng dan pembangunan infrastruktur
berlebihan
seperti jalan raya, pelabuhan tangkahan
untuk nelayan serta adanya pembuatan
Kegagalan restorasi mangrove di Jawa tambak udang. Sesuai dengan pendapat
dapat di sebabkan oleh: (1) kesalahan Hossain et al. (2009); Polidoro et al. (2010);
pemahaman pola hidrologi, (2) perubahan Spalding et al. (2010), bahwa ancaman
utama untuk semua jenis mangrove adalah masyarakat terhadap hutan mangrove
perusakan habitat dan pengalihan daerah diantaranya dilakukan pengalihan mata
mangrove sebagai kebutuhan dalam pencaharian masyarakat, dimana terdapat
sebagian masyarakat yang masih mencari
memenuhi sumber makanan berupa
kayu mangrove untuk dijual. Untuk
pertanian, pembangunan infrastruktur mengatasi hal ini maka perlu dilakukan
perkotaan dan pesisir.(Winarno, 2016) upaya peningkatan potensi ikan di kawasan
hutan mangrove yaitu dengan melakukan
Salah satu cara untuk mengurangi penanaman mangrove sehingga mangrove
penebangan hutan mangrove adalah dapat menjadi nursery ground dan fishery
membentuk suatu kawasan yang ground. Dalam jangka panjang hal ini dapat
dinamakan kawasan hutan lindung yaitu mengurangi tekanan masyarakat terhadap
suatu kawasan dimana hutan mangrove hutan mangrove.
5. Adanya political will untuk
dilindungi dan tidak dapat ditebang karena
Mempertahankan ekosistem mangrove
dengan penebangan yang tidak terkendali sebagai upaya untuk menjaga keberadaan
dapat menyebabkan menurunnya kualitas pulau-pulau kecil dan gugus pulau.(Vatria,
dan kuantitas hutan mangrove. Onrizal dan 2010)
kusmana dalam Patang, 2012)
menyatakan bahwa menurunnya kualitas
dan kuantitas ekosistem mangrove akan Peran pemerintah dalam penanganan
kerusakan hutan mangrove dengan
berdampak pada meningkatnya abrasi
membuat peraturan yang mengikat dengan
pantai, penurunan tangkapan ikan di sekitar hukum, yaitu :
pantai, intrusi air laut yang semakin 1. Kebijakan tentang pengelolaan
mendekati daratan, malaria, dan mangrove
lainnya.(Patang, 2012) a. UU Nomer 1 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Wilayah
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
dalam mengurangi kerusakan ekosistem b. PerPres RI Nomer 73 Tahun
mangrove yaitu :
2012 tentang Strategi Nasional
1. Dibangun suatu konsep pengelolaan
Pengelolaan Ekosistem
yang berbasis berkelanjutan (sustainable),
memiliki visi ke depan (future time), Mangrove.
terintegrasinya kepentingan ekonomi dan 2. Bentuk Implementasi dari peraturan
ekologi, dan pelibatan masyarakat. yang telah dibuat, dengan beberapa
2. Membangun Kawasan hutan lindung, kebijakan :
yaitu kawasan hutan yang ditetapkan a. Aktivitas implementasi dan
fungsinya untuk melindungi kelestarian komunikasi antar organisasi.
lingkungan hidup yang mencakup sumber b. Karakteristik agen pelaksana.
daya alam, sumber daya buatan, dan nilai c. Kondisi ekonomi, social dan
bersejarah, budaya bangsa guna politik.
kepentingan pembangunan berkelanjutan. d. Kecenderungan pelaksana
3. Melakukan Kegiatan rehabilitasi hutan (Nawawi, dkk, 2017).
harus memperhatikan pola adaptasi
tanaman, kesesuaian lahan dan lingkungan,
sebaiknya jenis-jenis endemik setempat,
serta disukai dan memberikan tambahan Dari sisi internal pengelolaan hutan
ekonomi bagi masyarakat. mangrove memiliki kekuatan dari instansi
4. Perlu dibangun renstra pengelolaan pada pemerintah, organisasi kemasyarakatan
ekosistem yang dapat mengurangi tekanan dalam bidang pengolaan hutan mangrove,
dan pengaruhnya mangrove terhadap hutan (silvofishery) di ekosistem hutan
perekonomian. Tetapi disisi itu ada mangrove merupakan salah satu
kelemahannya yaitu, masyarakat yang pendekatan yang tepat dalam pemanfaatan
masih sering melakukan penebangan ekosistem hutan mangrove secara lestari
pohon mangrove, pendidikan masyarakat .(Wibowo dan titin, 2006)
sekitar pesisir yang masih rendah, dan
belum adanya teknologi yang masuk. Dari Pengelolaan hutan mangrove
sisi eksternalnya terdapat peluang dan sebagai ekowisata ada dua cara yaitu
ancamannya.(Utomo.2017) perlindungan hutan mangrove dan
Dari segi peluang yaitu, potensi rehabilitasi hutan mangrove. Salah satu
pengembangan hutan mangrove sangat cara yang dapat dijadikan untuk melindungi
besar dan penanam mangrove tidak hutan mangrove dengan menunjuk salah
melanggar adat istiadat dan kebiasaan. Dari satu wilayah yang dapat dijadikan wilayah
sisi ancaman yaitu, rusaknya sumerdaya, konservasi yang nantinya akan dijadikan
adanya tumpang tindih kewenangan, dan sabuk hijau disepanjang pantai. Adapun
adanya pencemaran lingkungan. Jadi dilihat langkah-langkah dalam melalukan
dari faktor internal dan eksternal, bahwa pengelolaan yaitu :
peran masyarakat sekitar pesisir diberikan
kesempatan utuk berperan aktif dalam 1. Dengan mengidentifikasi wilayah
pengolaan hutan mangrove. Dalam yang memenuhi persyaratan
melibatkan masyarakat dapat menjamin ekologis dalam pembangunan
kelestarian sumberdaya kelautan dan juga mangrove.
kesejahteraan hidup masyarakat sekitar 2. Membuat peraturan zona untuk
juga (Utomo, 2017). melindungi fluks air, nutrisi, serta
organisme yang keluar masuk dari
sistem.
3.2 pengelolaan mangrove 3. Selalu memantau perkembangan
hasil dari wilayah konservasi.
Upaya dalam pelestarian ekosistem
Pada dasarnya adapun faktor faktor yang
hutan mangrove yaitu dengan cara
tidak akan bisa terlepas yaitu, penataan
rehabilitasi untuk memulihkan dan
lingkungan alami, nilai pendidikan,
meningkatkan fungsi perlindungan,
partisipasi masyarakat, upaya konservasi
pelestarian dan fungsi produksinya.
dan pengelolaan lingkungan, serta
Melakukan tindakan rehabilatasi hutan
minimalisasi dampak dan pengaruh
mangrove dapat dilakukan melalui program
lingkungan (Wardhani, 2011).
perhutanan sosial. Selain kegiatan
mananam juga menyadarkan masyarakat Pemerintah memiliki program jangka
untuk memelihara ekosistem hutan. pendek untuk melakukan pengelolaan dan
Kegiatan perhutanan sosial ini memiliki
rehabilitasi hutan mangrove, dapat dilakukan
keuntungan antara lain dapat memberi
dengan cara berikut ini :
kesempatan kerja dan berusaha bagi
petani/nelayan atau masyarakat sekitar
a. Melakukan koordinasi dengan
hutan khususnya dan kesejahteraan
berbagai institusi negeri dan
masyarakat akan meningkat. Penerapan
swasta dalam menginventarisir
program ini menggunakan sistem mina
dan mengelola hutan mangrove
b. Membuat jaringan kerja untuk 4. Kesimpulan
mengelola hutan mangrove.
Dari hasil penelitian dapat
c. Mensosialisasikan peran dan disimpulkan bahwa peneliti dapat
manfaat hutan mangrove kepada
mengetahui bagaimana cara mengurangi
masyarakat.
kerusakan pada ekosistem mangrove
d. Memberikan pendidikan dan oleh berbagai sumber jurnal di pulau
training yang berkaitan dengan jawa, serta mengetahui manfaat yang di
cara untuk merehabilitasi dan dapat dari pengelolaan ekosistem
pengelolaan utan mangrove. mangrove.
e. Memberikan sanksi hukum yang
tegas bagi pelanggar.
(Pramudji,2004) 5. Daftar Pustaka

Selain itu, ada tiga cara dalam Ariftia, Ria Indrian dkk. 2014.
strategi pengelolaan ekosistem mangrove Nilai Ekonomi Total Hutan Mangrove
yaitu : Pengadaan kegiatan rehabilitasi Desa Margasari Kecamatan Labuhan
mangrove dengan melibatkan komponen Maringgai Kabupaten Lampung Timur:
masyarakat secara langsung, Pendidikan Jurnal Syiva Lestari Vol2.No3.
tentang wawasan lingkungan dan
Bayan EI. 2014. Analisis
pemanfaatan mangrove secara efektif dan
Degredasi Fungsi Ekologi Mangrove
efisien kepada masyarakat setempat,
Sebagai Habitat Makrozoobentos dan
pembuatan peraturan dan standar
Pengelolaannya di Pantai Angke Kapuk,
operasional prosedur (SOP) pengelolaan
Jakarta Utara. [Thesis]. Bogor (ID):
secara khusus pada ekosistem mangrove Institut Pertanian Bogor.
(Oky Y,dkk. 2013)
Bengen, D.G. (2001). Sinopsis
Ekosistem dan Sumberdaya Alam
Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Bengkulu
Utara. Bengkulu.

Gumilar, Iwang. 2012. Partisipasi


Masyarakat Pesisir Dalam Pengelolaan
Ekosistem Hutan Mangrove
Berkelanjutan Di Kabupaten Indramayu:
Jurnal Akuatik Vol. III No.2

Gunawan, H dan C. Anwar.


2005. Analisis Keberhasilan Rehabilitasi
Mangrove di Pantai Utara Jawa Tengah.
Info Hutan Vol. II, No.4 : 239-248.
Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Hamilton SE, and Casey D. Vatria, Belvi. 2010. Berbagai
2016. Global Ecol Biogeogr: Vol.25 Kegiatan Manusia Yang Dapat
Hal.729-738. Menyebabkan Terjadinya Degredasi
Ekosistem Pantai Serta Dampak Yang
Kusmana C. dkk. 2003. Teknik Ditimbulaknnya.: Jurnal Belian Vol.9
Rehabilitasi Mangrove: Fakultas N0.1.
Kehutanan IPB.
Wardhani, Maulinna Kusumo.
Mulyadi, Edi. dkk. 2009. 2011. Kawasan Konservasi Mangrove
Konversi Hutan Mangrove Sebagai Suatu Potensi Ekowisata: Jurnal
Ekowisata: Jurnal Ilmiah Teknik Kelautan Vol.4 No.1
Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus.
Wibowo,K dan Titin,H. 2006.
Nawawi, Ziaul Haq. dkk. 2017. Pelestarian Hutan Mangrove Melalui
Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Pendekatan Mina Hutan (silvofishery):
Mangrove:Juenal Sulesana Vol.11 No.2. Jurnal Teknik Lingkungan
Vol.7.No.3,Hal:227-233.
Oky Y. dkk. 2013. Kajian
Bioekologi dan Strategi Pengelolaan Widagdo, Rizky Fauzi dan
Ekosistem Mangrove : Studi Kasus di Agung Sugiri. 2014. Kajian
Teluk Awur Jepara Pengendalian Dalam Mengatasi
Patang. 2012. Analisis Strategi Kerusakan Ekosistem Mangrove Di
Pengelolaan Hutan Mangrove (Kasus di Kawasan Pesisir Kabupaten
Desa Tongke-Tongke Kabupaten Pekalongan: Teknik PWK Vol.3 No.2.
Sinjai): Jurnal Agrisistem. Vol.8 No.2.
Winarno, Sigit. 2016. Strategi
Pramudji. 2002. Dampak dan Pengelolaan Mangrove Melalui Analisis
Upaya Untuk Penanggulangannya Tingkat Kerusakan. Kabupaten Bintan.
Eksploitasi Hutan Mangrove Di [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Indonesia: Oseana, Vol XXVII. No.3. Bogor.

Pramudji. 2004. Penanganan


Hutan Mangrove Di Kawasan Pesisir
Indonesia: Oseana Vol.XXIX No.1
Hal:19-26.
Setyawan, Ahmad Dwi. dkk.
2003. Kondisi terkini Ekosistem
Mangrove di Jawa: Biodiversitas Vol.4
No.2.

Utomo, Bekti. dkk. 2017. Strategi


Pengelolaan Hutan Mangrove Di Desa
Taunggul Tlare Kecamatan Kedung
Kabupaten Jepara: Jurnal Ilmu
Lingkungan Vol.15 Issue.2.

Anda mungkin juga menyukai