PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(English). Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal
didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan yang tumbuh di daerah batas pasang-
surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai. Tumbuhan tersebut
tergenang di saat kondisi air pasang dan bebas dari genangan di saat kondisi air
daerah tropis & sub tropis yang didominasi oleh tumbuhan mangrove pada daerah
tumbuhan yang hidup di darat dan di laut dan tergolong dalam ekosistem peralihan
atau dengan kata lain berada di tempat perpaduan antara habitat pantai dan
habitat darat yang keduanya bersatu di tumbuhan tersebut. Hutan mangrove juga
Hal ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem
yang tidak ada duanya.Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut
sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan
Tujuan dari praktek lapang teknk rehabilitasi adalah untuk mengetahui metode
C. Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup dari praktikum ini mencakup dari proses rehabilitasi
A. Mangrove
1. Definisi
mangrove merupakan hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang
surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan
gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya
mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Dalam dua dekade ini
tumbuh di daerah pasang surut. Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau
hutan payau. Dinamakan hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya
didominasi oleh jenis bakau, dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di
atas tanah yang selalu tergenang oleh air payau. Arti mangrove dalam ekologi
tumbuhan digunakan untuk semak dan pohon yang tumbuh di daerah intertidal
dan subtidal dangkal di rawa pasang tropika dan subtropika. Tumbuhan ini selalu
hijau dan terdiri dari bermacam-macam campuran apa yang mempunyai nilai
ekonomis baik untuk kepentingan rumah tangga (rumah, perabot) dan industri
baik sumberdaya kayunya maupun sumberdaya biota air (udang, kepiting, ikan)
2007).
sebagai berikut :
Hutan mangrove sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100
jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan
semipalmatus)
pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang
c. Pengendapan lumpur
penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut sering
kali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan mangrove, kualitas air
Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air dan terjadi
pertanian.
e. Transportasi
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau
bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi
h. Penambat racun
1. Definisi
(Muhaerin, M. 2008).
tertentu sehingga tidak bias lagi diperbaiki atau memperbaharui diri sendiri. Dalam
kondisi seperti ini, homeostasis ekosistm telah berhenti secara permanen dan
proses normal untuk regenerasi normal atau perbaikan alami dari kerusakn
2. Manfaat Rehabilitasi
mangrove baik dari sektor jasa, penyeadian bahan baku ataupu pangan dan lain-
Pengumpulan bibit sebaiknya dilakukan oleh kelompok. Jenis bibit yang akan
rehabilitasi. Pertimbangan yang lain adalah dengan melihat struktur tanah dan
ekologi kawasan rehabilitasi. Jenis Rhizophora mucronata adalah jenis bibit yang
kedalam polibag dan setelah di isi didalam polibag diletakkan di dalam areal
aktivitas babi hutan masuk kedalam areal pembibitan. Upaya persemaian dan
pembibitan dilakukan 1-3 bulan sebelum penanaman. Ini dilakukan agar bibit
b. Penanaman
tumbangnya bibit karena tekanan arus pasang dan atau pengaruh ombak/
gelombang, tiap bibit mangrove diikat pada ajir yang dipatok didekat mangrove
(Susiana, 2011).
Pada beberapa daerah yang sangat ekstrim dengan pola pasang surut yang
polibag bambu dan atau pot yang didisain khusus. Bentuk polibag dapat dilakukan
dengan panajaman pada bagian bawah yang juga berfungsi sebagai pasak untuk
tiap bibit. Modifikasi juga dapat dipadu dengan pengikatan pada ajir berlapis untuk
seberapa banyak bibit yang kita dapat tanam tapi seberapa banyak bibit yang bisa
bertahan hidup dengan kondisi lokasi yang kadang bersifat ekstrim (Zulkifi, 2008.)
c. Pemeliharaan
dan lokasinya lebih ke arah darat (kadar lumpurnya tipis). Lokasi seperti ini sangat
aereum). Selain itu, perhatian khusus juga harus dilakukan apabila penanaman di
lakukan di areal bekas piyai atau paku-pakuan. Piyai atau paku-pakuan akan
menjadi pesaing bagi bibit/benih mangrove yang baru ditanam. Pakupakuan atau
piyai setelah ditebang dalam waktu yang tidak terlalu lama sekitar 5 bulan akan
inset” dan kutu lompat (Mealy bug). Ciri-ciri serangan hama ini daun menjadi
kuning dan kemudian rontok kemudian tanaman menjadi mati. Cara mengatasinya
dengan pemusnahan tanaman yang terkena serangan hama ini (Sudjana, 2002)
3. Ketam/kepiting
kelamaan anakan akan mati. Ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan ini.
akan lolos dari gangguan dan dapat tumbuh dengan baik. Kedua, benih ditanam
sekaligus dua dan rapat dalam satu lubang. Dengan demikian ketam tidak dapat
memanjat dan mengigit benih yang rapat ini. Ketiga, membungkus bibit/benih
dengan bambu yang telah dilubangi ruas dalamnya dan diperuncing bagian
bawahnya. Cara yang ketiga ini akan menambah pekerjaan dan hasilnya belum
a b c
Gambar 1. Perlindungan tanaman dari ketam/kepiting:
(a) penanaman yang rapat
Gambar 2. Perlindungan tanaman dari ketam/kepiting:
(b) penanaman dua benih
1. Rhizophora mucronata
memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam
dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari
Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada
pangkal, gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Bentuk elips melebar hingga bulat
menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Daun mahkota 4
berwarna putih. Kelopak bunga 4 berwarna kuning pucat, panjangnya 13-19 mm.
Buah lonjong atau panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm,
Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang.
Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divis i: Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
2. Sonneratia alba
kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat. Akar
berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas
yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm. Memiliki daun
berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang
berwarna putih, mudah rontok. Kelopak bunga 6-8 berkulit, bagian luar hijau, di
dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari banyak,
ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah rontok. Buah Sonneratia alba
seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga.
Buah mengandung banyak biji 150-200 biji dan tidak akan membuka pada saat
Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Lytharaceae
Genus : Sonneratia
3. Bruguiera gymnorrhza
memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam
dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari
pangkal, gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Bentuk elips melebar hingga bulat
menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Daun mahkota 4
berwarna putih. Kelopak bunga 4 berwarna kuning pucat, panjangnya 13-19 mm.
Buah lonjong atau panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm,
Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang.
Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
menggelembung. Pohon seringkali memiliki akar tunjang yang kecil. Daun hijau
sederhana dan terletak berlawanan. Bentuk daun bulat telur terbalik-elips dengan
ujung membundar. Ukuran daunnya sekitar 1-10 x 2-3,5 cm. Bunga mengelompok
di ujung tandan. Gagang bunga panjang dan tipis. Terletak di ketiak daun dengan
formasi kelompok 5-10 bunga per kelompok. Mahkota daun 5 berwarna putih dan
kemudian jadi coklat. Kelopak bunga 5 berwarna hijau, panjang 4-5mm, tabung
2mm. Tangkai benang sari lebih panjang dari kepala sarinya yang tumpul.
pendek. Leher kotilodon menjadi kuning jika sudah matang atau dewasa.
Membentuk belukar yang rapat pada pinggir daratan dari hutan pasang surut atau
pada areal yang tergenang oleh pasang tinggi dengan tanah memiliki sistem
dari Mozambik hingga Pasifik Barat, termasuk Australia Utara, Malaysia dan
Indonesia. Bahan kayu bakar yang baik serta merupakan salah satu kayu terkuat
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Family: Rhizophoraceae
Genus : Ceriops
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan tahun
1. Ceriops decandra
Memiliki pohon atau semak kecil dengan ketinggian hingga 15 cm. Kulit kayu
berwarna coklat, jarang berwarna abu-abu atau putih kotor, permukaan halus,
cm. Bunga mengelompok dengan gagang yang pendek, tebal, dan bertakik.
Kelopak bunga berjumlah 5 dengan warna hijau, ada lentisel dan berbintil. Benang
tajam dan berbintil, warna hijau hingga coklat. Ceriops decandra tumbuh tersebar
di sepanjang hutan pasang surut, akan tetapi lebih umum pada bagian daratan
dari perairan pasang surut dan berbatasan dengan tambak pantai. Menyukai
klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Ceriops
Spesies : Ceriops decandra ( Wetlands, 2011)
2. Rhizophora mucronata
dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar
tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah. Gagang
daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Letak daun sederhana dan berlawanan.
Ukurannya 11-23 x 5-13 cm. Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat
5 cm. Karangan bunga berkelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota
Buah lonjong atau panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm,
klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora mucronata (Wetlands. 2011)
3. Sonneratia alba
kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat. Akar
berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas
yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm. Memiliki daun
berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang
Buah Sonneratia alba seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya
terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji 150-200 biji dan tidak
akan membuka pada saat telah matang. Ukuran buah diameter 3,5-4,5 cm.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Lytharaceae
Genus : Sonneratia
Spesies : Sonneratia alba (Wetlands. 2011)
4. Rhizophora stylosa
Memiliki pohon dengan satu atau banyak batang, tinggi hingga 10 m dengan
kulit kayu halus, bercelah, berwarna abu-abu hingga hitam. Memiliki akar tunjang
dengan panjang hingga 3 m dan akar udara yang tumbuh dari cabang bawah.
Memiliki daun berkulit, berbintik teratur dilapisan bawah, gagang daun berwarna
hijau, panjang gagang 1-3,5 cm, dengan panjang pinak daun 4-6 cm, berbentuk
menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm yang terletak di bawah
ketiak daun dengan bentuk formasi kelompok (8-16 bunga perkelompok). Panjang
buahnya 2,5-4 cm, berbentuk buah pir, berwarna coklat berisi 1 biji fertil dengan
Tumbuh pada habitat yang beragam di daerah pasang surut dengan substrat
berlumpur, berpasir dan batu. Menyukai pematang sungai pasang surut, tetapi
juga sebagai jenis pionir dilingkungan pesisir atau pada bagian daratan dari
mangrove.
klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Rihizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora stylosa (Wetlands. 2011)
6. Tahap-Tahap Pembibitan
diantaranya:
lokasi penanaman hal ini bertujuan agar dapat memepermudah akses distribusi
bibit mangrove pada saat penanaman. Harus diperhatikan juga tentang kondisi
lingkungan, seperti tipe pasang surut di lokasi bedeng. Kondisi pasang surut yang
tepat sangat dibutuhkan untuk menjaga sirkulasi air dan mengenali pola
bedeng diantaranya bedeng tingkat, bedeng tanpa tingkat, dan tanpa bedeng
(Priyono, 2010).
buah yang tua dan tidak terkena serangan hama penggerek. Buah bakau dan buah
tumu biasanya dipetik dari pohon dengan memanjat atau menggunakan galah.
Kedua buah ini apabila dipungut dari yang jatuh biasanya banyak yang sudah
terkena serangan hama penggerek. Pohon bakau yang baik sebagai sumber buah
hijau tua atau kecoklatan dengan kotiledon (cincin) sudah memanjang. Buah
bakau kecil/bakau bini (R. apiculata) yang tua berwarna hijau tua dengan kotiledon
tua berwarna hijau tua. Pohon api-api (Avicennia) dan pedada/prepat (Sonneratia)
yang baik sebagai sumber buah berasal dari tegakan 5 tahun lebih. Kedua buah
ini biasanya dipungut dari buah yang jatuh dari pohon. ciri-ciri api-api (Avicennia
marina) yang tua berwarna putih kekuningan dengan kulit buah sedikit mulai
mengelupas, sedang api-api (A. alba) berwarna coklat kekuningan, buah prepat
(Sonneratia alba) yang tua berwarna hijau tua, sedangkan pedada (S. caseolarist)
agar pada saat disemaikan bias mencapai kelulusan hidup yang maksimal, buah
mangrove yang ditemukan baiasanya berupa propagul dan tipe buah yang bulat,
dimana tipe propagul berbentuk bulat lonjong memanjang dan tipe bauh bulat
berbentuk bulat, dengan variasi bulat lancip seperti jenis avicennia dan bulat
penuh yang terdapat pada sonneratia. Kedua tipe buah mangrove ini di perlakukan
dengan cara merendamkan kurang lebih dua hari atau disesuaikan dengan jarak
(Priyono, 2010).
yang disukai oleh kepiting, dengan demikian pada saat disemaikan maka
pemangsaan buah oleh kepiting bisa dikurangi. Perendaman dengan air tawar
(Priyono, 2010).
4. Pembibitan
dengan menyediakan alat dan bahan yang diperlukan seperti polibek, polibek yang
digunakan harus disesuaikan dengan jenis mangrove yang akan dibibit, untuk jenis
mangrove Rhizhopora spp, dan Bruigera spp. menggunakan polibek yang besar,
sedangkan polibek untuk jenis Avicennia spp, Sonneratia spp, dan Ceriops spp.
lubang pada bagian bawah dan disamping yang berguna untuk sirkulasi udara dan
Selain itu yang perlu disiapkan ialah lumpur yang digunakan sebaiknya
diambil dari sekitar lokasi penanaman. Hala ini bertujuan untuk mengoptimalkan
a. Pertama tama mengambil polibek, lalu isi dengan lumpur yang ada
disekitar bedeng.
c. Seteah diisi lumpur, lipat bagian atas polibek ke bagian luar, dengan
agar setiap bedeng bias digunakan untuk satu jenis mangrove, agar
penanaman mangrove.
apo ini sebaiknya diletakkan persis di pematang tambak bagian luar untuk
melindunginaya dari abrasi dan erosi, salah satu pemecah gelombang yakni Apo-
apo yang bisa dapa terbuat dari semen ataupun beton yang dibuat segiempat,
kemudian pemecah gelombang dari potongan bambu yang diayam ataupun apo-
apo yang terbuat dari ban-ban bekas yang dikuatkan dengan potongan bambu,
setiap apo-apo ini memilki kelebihan dan kekurangannya diaman untuk yang
terbuat dari semen dan beton memiliki kekuatan kontruksi yang baik untuk
terbuat dari bamboo memilki kekuatan yang kurang tahan lama namun untuk
dari ban memiliki daya tahan yang cukup lama dan murah namun belum dapat
6. Penanaman mangrove
diantaranya substrat, salinitas ata kadar garam yang variasi menetukan pola
Substrat harus sesuai dengan jenis mangrove yang kan ditanam. Pada
sedimen yang berlumpur sesuai dengan jenis Rhizoophora spp, selanjutnya untuk
Avicennia spp dan Sonneratia spp,menyukai tanah berpasir yang berada di pinggir
pantai, jenis mangrove seperti Aegiera spp, Pandanus spp, dan lainnya bisa hidup
dilaksanakan pada saat tergenang dengan syarat akar bibit benar-benar tertancap
degan baik di sedimen dan terikat kuat disamping ajirnya. Adapun bahan yang
berbagai jenis bibit mangrove, cetok, ajir, dan tali raffia. Secra sederhana teknik
penanaman
e. Buka polibek yang menutupi sedimen dan akar bibit. Simpan polibek diatas
ajir.
g. Setelah itu ikat batang bibit mangrove ke ajir dengan mengguanakan tali
j. Hal yang perlu diperhatiikan , jangan tanam semua bibit di bedeng untuk
tahap penyulaman.
7. Penyulaman mangrove
bibit yang mati setelah ditanam dengan bibit yang baru, diman bibit yang
diguanakn yang telah disisikan paa saat tahap penanaman, selain tiu bibit
mangrove yang terlihat roboh dari ajirnya dan terlepas tali rafianya dikuatkan
kembali. Apabila ada hama yang ditemukan maka berikan insektisida atau
maluskisida jika dibutuhkan untuk mengatasi hama dan gangguan yang lain
8. Pemeliharaan
panjang untuk memastikan bibit mangrove agar bisa hidup dalam jangka waktu
yang lama. Program yang dilkukan dalam elihraan yakni penjarangan ini berupa
penebangan beberapa batang pohon mangrove muda, ini dilakukan agar dapat
memeberi ruang tumbuh yang ideal bagi mangrove agar tumbuh dengan
maksimal. Selain itu dilakukan penebasan terhadap tanamn liar untuk mengurangi
persaingan tumbuh bibit mangrove yang telah ditanam dengna tumbuhan liar
pada hari minggu 16, oktober 2016 pada pukul 7.30 – 13.00 WITA, yang
Ekosistem Pesisir dan Laut ini berupa kamera berfungsi untuk mengambil gambar
di lokasi praktik, skop digunakan untuk mengambil lumpur, tali rafia sepanjang ± 5
meter yang berfungsi untuk mengikat jaring, sendok sedimen digunakan untuk
sebagai titik atau pembatas lahan rehabilitasi, dan bambu digunakan untuk
digunakan untuk membuat lubang pada patok, dan rol meter digunakan untuk
pada lokasi praktik teknik rehabilitasi mangrove, dan polybag sebagai tempat
menyimpan lumpur.
C. Prosedur Kerja
1. Pemilihan Bibit
Tahap awal yang dilakukan dalam memilih bibit mangrove yang akan
dan Perikanan yang cocok dengan kondisi lingkungan yang akan direhabilitasi dan
2. Penentuan Lokasi
Hal-hal yang perlu diperhitungkan pada saat penentuan dilakukan yaitu kerapatan
mangrove ,karena semakin kecil kerapatan dari mangrove disuatu lokasi, maka
Kerapatan mangrove dihitung 3 kali ulangan dengan plot ukuran 10x10 m. Pada
setiap ulangan dianalisis jenis dan jumlah mangrove yang termasuk pohon dan
semaian yang ada dalam plot kemudian mencatat hasil yang didapatkan.
4. Penanaman Mangrove
sebagai area penanaman, barulah bibit mangrove siap ditanam. Adapun tata cara
penanaman mangrove yaitu dengan mengambil bibit yang telah ada, membuat
lubang sekitar 10 cm, lalu menanam bibit dengan arah akar kearah bawah lubang
ikan, udang dan kepiting. Selain dijadikan sebagai tempat budidaya, tambak
pendidikan Unhas juga sering dijadikan lokasi praktek oleh mahasiswa Unhas
terumbu karang.
B. Hasil
C. Pembahasan
jenis Rhizophora mucronata karena buahnya yang mudah didapat, mudah disemai
serta dapat tumbuh pada daerah genangan pasang yang tinggi maupun genangan
rendah serta dapat tumbuh di daerah yang berlumpur. Adapun bibit Rhizophora
apiculata dan Ceriops tagal dipih karena merupakan tumbuhan bakau yang paling
sering atau banyak ditemukan di lapangan. Rhizophora apiculta dan eriops tagal
dipilih daya tahan jenis ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis-jenis
tumbuhan bakau lainnya. Sebagai tumbuhan pionir dalam suatu ekosistem
introduksi biji atau propogul dimana penanaman biji atau propagul dapat dilakukan
bahawa keberhasilan hidup dan pertumbuhan bibit mangrove tidak ada perbedaan
signifikan antara benih hasil semaian, cangkokan, dan benih yang ditanam
A. Kesimpulan
teknik peyemaian biji atau propagul dimana penanaman biji atau propagul dapat
Sonneratia alba.
B. Saran
Praktik lapang selanjutnya semoga bisa lebih baik dan tempatnya mungkin
bisa dipindahkan karena masih banyak kawasan yang harus direhabilitasi, serta
Waryono. 2008. Beberapa Jenis Hasil Perairan Segara Anakan Cilacap yang
telah Dimanfaatkan Penduduk Sekitarnya. Dalam Prosiding Seminar II
Ekosistem Mangrove. Jakarta. Hal 358.