Syaiful Eddy1*, Mohammad Rasyid Ridho2, Iskhaq Iskandar2, dan Andy Mulyana 3
1
Mahasiswa Jurusan Ilmu Lingkungan Program Doktor Universitas Sriwijaya Palembang 2 Fakultas
Sains Universitas Sriwijaya Inderalaya
3
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya
*
Penulis korespondensi: syaifuleddy@gmail.com
ABSTRAK
Hutan mangrove merupakan jenis vegetasi toleran garam, hidup di zona pasang surut di wilayah pesisir tropis dan
subtropis dengan ekosistem unik yang memiliki fungsi strategis sebagai penghubung dan penyeimbang ekosistem darat
dan laut. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang produktif dan memiliki fungsi yang kompleks, seperti fungsi fisik,
fungsi biologis, dan fungsi sosial ekonomi. Sumber daya perikanan hutan mangrove sangat produktif, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif, karena hutan mangrove berperan sebagai habitat alami (spawning, nursery dan feeding
ground) bagi berbagai jenis ikan, udang dan kepiting, serta sebagai sumber plasma nutfah dan genetik. kolam. Hutan
mangrove juga memberikan jasa ekosistem yang berharga bagi masyarakat pesisir, atraksi wisata, konservasi alam,
pendidikan dan penelitian. Namun, ekosistem ini rapuh karena sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, biasanya
karena pengaruh antropogenik; oleh karena itu, sulit untuk dipulihkan. Selain itu, ekosistem ini sangat terbuka sehingga
mudah dieksploitasi oleh manusia; hal ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitasnya. Masyarakat lokal yang
menggunakan hutan bakau dan sumber dayanya mungkin memiliki pengetahuan botani dan ekologi yang cukup besar
tentang hutan mereka. Teknik silvofishery dalam budidaya sangat cocok untuk upaya konservasi hutan mangrove berbasis
masyarakat. Silvofishery merupakan model terpadu yang mempertimbangkan manfaat ekonomi dan konservasi.