Anda di halaman 1dari 50

KEBIJAKAN DAN PERATURAN KONSERVASI

(Laporan Pengantar Konservasi Sumber Daya Hutan)

Oleh

Porto Mauritio
1916151086
Kelompok 1

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
I. PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Sejak implementasi otonomi daerah (2001), persoalan utama yang dihadapi dalam

pengembangan kawasan konservasi di Indonesia adalah pembagian kewenangan

pusat dan daerah. Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, kewenangan

konservasi masih ada di tangan pemerintah pusat, padahal ada banyak inisiatif di

tingkat daerah mengenai peraturan pengelolaan kawasan konservasi yang belum

terakomodir oleh peraturan pusat.

Dalam Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999, disebutkan bahwa

peraturan konservasi masih merupakan wewenang penuh pemerintah pusat.

Peraturan ini menunjukkan secara jelas bahwa belum terjadi desentralisasi di

bidang konservasi, padahal banyak inisiatif di tingkat kabupaten dan masyarakat

yang dapat melengkapi peraturan konservasi tersebut. Pengelolaan sentralistik

diperparah oleh proses perencanaan, penataan kawasan, perlindungan dan

pengawasan dan berbagai kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan

kawasan konservasi yang seringkali dikembangkan secara tidak transparan oleh

pemerintah pusat. Dukungan pemerintah daerah dan masyarakat terhadap

pengelolaan kawasan konservasi rendah (Natural Resources Management, 2001a).


Sehingga dalam rangka menyeimbangkan kepentingan konservasi dan menjamin

kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan

konservasi, pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan perundang-udangan

yang memberikan jaminan akses kepada masyarakat untuk memanfaatkan

kawasan konservasi. Berbagai peraturan perundang-udangan tersebut mulai dari

peraturan pemerintah, peraturan menteri kehutanan (saat ini Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan), hingga yang terakhir adalah Peraturan

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem No.

P.6/KSDAE/SET/ Kum.1/6/2018 tentang Petunjuk Teknis Kemitraan Konservasi

Pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Perdirjen KSDAE

No. 6/2018).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan mendeskripsikan kebijakan dan peraturan konservasi sumber

daya alam dan hutan serta ekosistemnya, khususnya di Indonesia.

2. Menganalisa dan menyimpulkan implementasi kebijakan dan peraturan

konservasi dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.


II. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 13 November 2020, pukul 13.30 s.d.

16.20 WIB, bertempat di rumah masing-masing dikarenakan daring.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ATK (alat tulis) dan laptop.

Bahan yang digunakan adalah referensi dari berbagai sumber.

C. Prosedur Praktikum

Prosedur kerja pada praktikum ini sebagai berikut:

1. Dieksplorasi dan dikumpulkan serta menyususn informasi kebijakan dan

peraturan seputar konservasi sumber daya alam menjadi literasi.

2. Dilakukan analisa dan Disimpulkan bagaimana implementasi kebijakan dan

peraturan konservasi sumber daya alam.

3. Disusun informasi dan hasil analisa dalam laporan ilmiah.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil matriks mengenai informasi kebijakan dan peraturan mengenai konservasi

yang meliputi UU No. 5 tahun 1990 tentang KSDAE; UU No. 41 tahun 1999

tentang Kehutanan; PP No. 7 tahun 1999 tentang Perlindungan Tumbuhan dan

Satwa; PP No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan satwa; PP No.

26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 3.1 Kebijakan Konservasi UU No. 5 tahun 1990


No Kebijakan Keterangan Contoh
1. Perlindungan Sistem penyangga Pemerintah Kabupaten
sistem kehidupan merupakan satu Kapuas Hulu
penyangga proses alami dari berbagai menetapkan beberapa
kehidupan unsur hayati dan non wilayahnya sebagai
hayati yang menjamin kawasan lindung dengan
kelangsungan kehidupan menerbitkan Surat
makhluk. Perlindungan Keputusan Bupati.
sistem penyangga Beberapa kawasan yang
kehidupan ditujukan bagi ditetapkan Sebagai
terpeliharanya proses kawasan lindung oleh
ekologis yang menunjang
Lanjutan Tabel 3.1 Kebijakan Konservasi UU No. 5 tahun 1990

No Kebijakan Keterangan Contoh


kelangsungan kehidupan Bupati Kapuas Hulu
untuk meningkatkan adalah Danau Nanga
kesejahteraan masyarakat Empangau, Danau
dan mutu kehidupan Merdasan, Danau
manusia. Pengulan, dll. Di
kawasan lindung ini
masyarakat tidak boleh
melakukan pemanfaatan
sumber daya alam yang
ada secara berlebihan.
Pengelolaan kawasan
lindung ini dilakukan
oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah
(SKPD) terkait seperti
Dinas Kehutanan, Dinas
Pekerjaan Umum, dan
Kantor Lingkungan
Hidup (Nurhayati, 2010)
2. Pengawetan Pengawetan Implementasi kebijakan
keanekaragaman keanekaragaman konservasi melalui
jenis tumbuhan tumbuhan dan satwa kegiatan pengawetan
dan satwa beserta beserta ekosistemnya, pada kima, penyu, flora
ekosistemnya dilaksanakan melalui dan fauna yang ada
kegiatan yaitu pengawetan dalam kawasan perlu
keanekaragaman dilakukan agar tidak
tumbuhan dan satwa punah. Kegiatan
beserta ekosistemnya serta pengawetan
pengawetan jenis keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa. tumbuhan dan satwa di
Lanjutan Tabel 3.1 Kebijakan Konservasi UU No. 5 tahun 1990
No Kebijakan Keterangan Contoh
TN Karimunjawa
dilakukan melalui
pengelolaan jenis
tumbuhan dan satwa
beserta habitatnya dan
pemulihan ekosistem
(Anisa, dkk 2017).

3. Kawasan suaka Kawasan suaka alam Kawasan suaka alam


alam mempunyai fungsi pokok yang ditetapkan adalah
sebagai kawasan cagar alam dan suaka
pengawetan margasatwa.
keanekaragaman
tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya serta
berfungsi sebagai wilayah
perlindungan sistem
penyangga kehidupan

4. Pengawetan jenis Pengawetan jenis Dengan melarang


tumbuhan dan tumbuhan dan satwa yang mengambil, melukai,
satwa dilindungi hanya dapat memiliki, merusak,
dilakukan dalam bentuk memusnahkan,
pemeliharaan atau memelihara,
pengembangbiakan oleh mengangkut, dan
lembaga-lembaga yang memperniagakan
dibentuk untuk itu. tumbuhan dan satwa
yang dilindungi atau
bagian-bagiannya dalam
keadaan hidup atau mati.
Lanjutan Tabel 3.1 Kebijakan Konservasi UU No. 5 tahun 1990
No Kebijakan Keterangan Contoh
5. Pemanfaatan Pemanfaatan kondisi Pemanfaatan secara
secara lestari lingkungan kawasan lestari sumber daya alam
sumber daya alam pelestarian alam dilakukan hayati dan ekosistemnya
hayati dan dengan tetap menjaga dilakukan melalui
ekosistemnya kelestarian fungsi kegiatan pemanfaatan
kawasan. Pemanfaatan kondisi lingkungan
jenis tumbuhan dan satwa kawasan pelestarian
liar dilakukan dengan alam dan pemanfaatan
memperhatikan jenis tumbuhan dan
kelangsungan potensi, satwa liar.
daya dukung, dan
keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa liar.
6. Kawasan Kawasan pelestarian alam Kawasan pelestarian
pelestarian alam mempunyai fungsi alam adalah taman
perlindungan sistem nasional, taman hutan
penyangga kehidupan, raya dan taman wisata
pengawetan alam.
keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya.
7. Pemanfaatan Pemanfaatan jenis Pemanfaatan jenis
jenis tumbuhan tumbuhan dan satwa liar tumbuhan dan satwa liar
dan satwa liar dilakukan dengan dapat dilaksanakan
memperhatikan dalam bentuk:
a. Pengkajian, penelitian
dan pengembangan;
b. Penangkaran;
Lanjutan Tabel 3.1 Kebijakan Konservasi UU No. 5 tahun 1990
No Kebijakan Keterangan Contoh
c. perburuan;
d. perdagangan;
e. peragaan;
f. pertukaran;
g. budidaya tanaman
obat-obatan;
h. Pemeliharaan untuk
kesenangan
8. Penyerahan Dalam rangka Desentralisasi tugas ke
urusan dan tugas pelaksanaan konservasi pemerintah daerah dari
pembantuan sumber daya alam hayati pusat mengenai
dan ekosistemnya, konservasi sumberdaya
pemerintah dapat hutan dan ekosistemnya.
menyerahkan sebagian
urusan di bidang tersebut
kepada pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974
tentang pokok-pokok
pemerintahan di daerah

Tabel 5.2. Kebijakan Konservasi UU No. 41 tahun 1999

Pembagian Bentuk Keterangan


No. Contoh
Kawasan Hutan Kawasan Definisi Fungsi Pokok
1. Berdasarkan Hutan Hutan lindung fungsi pokok Hutan
Fungsi Lindung kawasan hutan sebagai lindung
yang pelindungan sungai
mempunyai wain, hutan
Lanjutan Tabel 5.2. Kebijakan Konservasi UU No. 41 tahun 1999

Pembagian Bentuk Keterangan


No. Contoh
Kawasan Hutan Kawasan Definisi Fungsi Pokok
1 fungsi pokok Sistem lindung
sebagai penyangga wehea,
pelindungan kehidupan hutan
sistem lindung
penyangga alas kethu,
kehidupan hutan
untuk taman raya
mengatur tata bung hatta
air, mencegah
banjir,
mengendalika
n erosi,
mencegah
intrusi air
lautdan
memelihara
kesuburan
tanah
Hutan Hutan Kawasan Cagar
Konserva konservasi pengawetan alam, suaka
si adalah keanekaragam marga
kawasan hutan an tumbuhan satwa,
dengan ciri dan satwa taman
khas tertentu, serta nasional,
yang mempu ekosistem- taman
nyai fungsi nya. hutan raya
pokok dan taman
pengawetan wisata
keanekaragam alam.
Lanjutan Tabel 5.2. Kebijakan Konservasi UU No. 41 tahun 1999

Pembagian Bentuk Keterangan


No. Contoh
Kawasan Hutan Kawasan Definisi Fungsi Pokok
man tumbuhan
dan satwa
serta
ekosistemnya
Hutan Hutan Memproduksi Hutan
Produksi
produksi hasil hutan Mahoni,
adalah Huan Jati,
kawasan hutan Hutan
yang Pinus,
mempunyai Hutan
fungsi pokok Jabon
memproduksi
hasil hutan
2. Berdasarkan Kawasan Hutan suaka Sistem Cagar
hutan
hutan konservasi suaka alam adalah penyangga alam, dan
alam hutan dengan kehidupan suaka
ciri khas margasatw
tertentu yang a
mempunyai
fungsi pokok
sebagai
kawasan
pengawetan
keanekaragam
an tumbuhan
dan satwa
serta
Lanjutan Tabel 5.2. Kebijakan Konservasi UU No. 41 tahun 1999

Pembagian Bentuk Keterangan


No. Contoh
Kawasan Hutan Kawasan Definisi Fungsi Pokok
Kawasan Kawasan Perlindungan Suaka
hutan hutan sstem margasatw
peestarian pelestarian penyangga a pulau
alam alam adalah kehidupan bawean,
hutan dengan serta suaka
ciri kas pengawetan margasatw
tertentu yang a dataran
mempunyai tinggiYang,
fungsi pokok Taman
perlindungan wisata
sistem kawah ijen,
penyangga Taman
kehidupan wisata aam
pengawetan gunung
keanekaragam baung
an jenis
tumbuhan,
satwa dan
pemanfaatan
secara lestari
sumber daya
alam hayati
dan
ekosistemnya
Taman Taman buru Mengendalika Taman
buru adalah bagian n populasi buru lingga
dari perburuan isaq,
konservasi Taman
yang buru pulau
Lanjutan Tabel 5.2. Kebijakan Konservasi UU No. 41 tahun 1999

Pembagian Bentuk Keterangan


No. Contoh
Kawasan Hutan Kawasan Definisi Fungsi Pokok
digunakan pini,
untuk wisata Taman
berburu buru
komara
3. Berdasarkan Hutan Hutan negara Kawasan Hutan
status berdirinya Nrgara adalah hutan pelestarian lindung,
yang berada alam hutan
pada tanah produksi,
yang tidak hutan
dibebani hak konservasi
atas tanah
Hutan Hutan hak Kawasan Cagar
Hak adalah hutan pelestarian alam, dan
yang berada alam suaka
pada tanah margasatw
yang dibebani a
hak atas tanah.

Tabel 3.3. Kebijakan Konservasi PP No. 7 tahun 1999

Kriteria Perlindungan
Kebijaka Penetapan Penurunan
No Sebaran Contoh
n Golongan Populasi Tajam di
Terbatas
Alam
1. Perlindung Dilindungi Kecil Habitat Akibat alih Badak
an satwa alami di fungsi dan Jawa
liar TNUK pembangun (Rhinoc
an eros
sondaic
us)
Lanjutan Tabel 3.3. Kebijakan Konservasi PP No. 7 tahun 1999

Kriteria Perlindungan
Kebijaka Penetapan Penurunan
No Sebaran Contoh
n Golongan Populasi Tajam di
Terbatas
Alam
Tidak Besar - - Burung
dilindungi Gereja
(Passer
domesti
cus)

2. Pengelola Dilindungi Kecil Habitat Akibat alih Gajah


an jenis alami di fungsi lahan Sumate
tumbuhan TNWK dan ra
dan satwa perburuan (Elepha
serta s
habitatnya maximu
(In Situ) s
sumatr
aensis
Tidak Besar - - Api-api
dilindungi hitam
(Avicen
nia
alba)

3. Pengelola Dilindungi Kecil Habitat Perburuan Jalak


an jenis alami di liar Bali
tumbuhan TNBBS (Leuco
Dan satwa psar
serta rothsch
habitatnya ildi)
(Ex-situ).
Lanjutan Tabel 3.3. Kebijakan Konservasi PP No. 7 tahun 1999

Kriteria Perlindungan
Kebijaka Penetapan Penurunan
No Sebaran Contoh
n Golongan Populasi Tajam di
Terbatas
Alam
Tidak Besar - - Damar
dilindungi Mata
Kucing
(Shorea
javanic
a)

Tabel 5.4. Kebijakan Konservasi PP No. 8 tahun 1999


No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
1. Penangkaran Upaya -Mempekerja-kan Penangkaran
perbanyakan dan memiliki Rusa Totol (Axis
melalui tenaga ahli axis),
pengembangbiaka dibidang Penangkaran
n dan pembesaran penangkaran jenis Rusa Timor
tumbuhan dan yang (Cervus
satwa liar dengan bersangkutan timorensis),
tetap -Memiliki tempat Penangkaran
mempertahankan dan fasilitas Owa Jawa
kemurnian penangkaran yang (Hylobates
jenisnya memenuhi syarat- moloch).
syarat teknis
-Membuat dan
menyerahkan
proposal kerja.
Lanjutan Tabel 5.4. Kebijakan Konservasi PP No. 8 tahun 1999
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
2. Perdagangan Tumbuhan dan -memiliki tempat Kejahatan
satwa liar yang dan fasilitas perburuan dan
dapat penampungan peredaran satwa
diperdagangkan tumbuhan dan liar dilindungi
adalah jenis satwa satwa liar yang ini ternyata juga
liar yang tidak memenuhi syarat- melibatkan
dilindungi syarat teknis oknum aparat
-menyusun pemerintah
rencana kerja maupun apparat
tahunan usaha keamanan. Hal
perdagangan ini dapat dilihat
tumbuhan dan dalam kasus
satwa tertangkapnya
-menyampaikan pengedar kulit
laporan tiap-tiap harimau
pelaksanaan Sumatera di
perdagangan Jambi pada
tumbuhan dan bulan Juli 2015
satwa lalu. Seorang
oknum, yang
diduga anggota
Persatuan
Menembak
Indonesia.
(PERBAKIN)
Jambi ditahan
dan diperiksa di
Polda Jambi
karena diduga
Lanjutan Tabel 5.4. Kebijakan Konservasi PP No. 8 tahun 1999
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
3. Peragaan Peragaan Jenis Peragaan jenis Fenomena ini
tumbuhan dan tumbuhan dan diperparah
satwa liar dapat satwa liar dapat dengan
berupa koleksi dilakukan oleh pemanfaatan
hidup atau lembaga satwa liar
koleksi mati konservasi dan dilindungi yang
termasuk bagian- lembaga-lembaga tidak lestari,
bagiannya serta pendidikan formal Pemanfaatan
hasil dari padanya yang tidak
lestari tersebut
semakin marak
khususnya
peragaan satwa
dalam bentuk
sirkus satwa.
sirkus satwa
merupakan
eksploitasi
secara
berlebihan dan
mengancam
hak-hak dasar
yang dimiliki
setiap individu
satwa
Lanjutan Tabel 5.4. Kebijakan Konservasi PP No. 8 tahun 1999
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
4. Pertukaran Pertukaran jenis -Pertukaran jenis Tumbuhan liar
tumbuhan dan tumbuhan dan jenis Rafflesia
satwa liar satwa liar yang dan satwa liar
dilakukan dengan dilindungi hanya jenis Anoa
tujuan untuk dapat dilakukan (Anoa
mempertahankan terhadap jenis depressicornis),
atau tumbuhan dan Babi rusa
meningkatkan satwa liar yang (Babyrousa
populasi, sudah dipelihara babyrussa),
memperkaya oleh Lembaga Badak Jawa
keanekaragaman Konservasi (Rhinoceros
jenis, -Pertukaran jenis sondaicus),
penelitian dan tumbuhan dan Badak Sumatera
ilmu satwa liar yang (Dicerorhinus
pengetahuan, dan dilindungi hanya sumatrensis),
atau dapat dilakukan Biawak
penyelamatan oleh dan antar Komodo
jenis yang Lembaga (Varanus
bersangkutan Konservasi dan komodoensis),
pemerintah Cendrawasih
(Seluruh jenis
dari famili
Paradiscidae).

5. Pengambilan Pengambilan -Dengan tetap Aren (Arenga


tumbuhan tumbuhan liar memelihara pinnata), Ondo
liar adalah kegiatan kelangsungan (Diosccorea
memperoleh potensi, populasi, hispida), garut
tumbuhan liar daya dukung, dan (Marantha
dari habitat alam keanekaragaman arunginaceae),
untuk jenis tumbuhan Talas
Lanjutan Tabel 5.4. Kebijakan Konservasi PP No. 8 tahun 1999
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
kepentingan liar. (Colacasia
pemanfaatan jenis -Pemeliharaan esulenta), dan
tumbuhan liar. jenis tumbuhan Rumbia
dan satwa liar (Metroxylon
untuk sago).
kesenangan,
wajib:
-Memelihara
kesehatan,
kenyamanan, dan
keamanan jenis
tumbuhan atau
satwa liar
peliharaannya;
-Menyediakan
tempat dan
fasilitas yang
memenuhi standar
pemeliharaan
jenis tumbuhan
dan satwa liar.
- Pemerintah
setiap 5 (lima)
tahun
mengevaluasi
kecakapan atau
Lanjutan Tabel 5.4. Kebijakan Konservasi PP No. 8 tahun 1999
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
6. Pengkajian Pemanfaatan Penggunaan jenis Pemanfaatan
penelitian dan sumber daya tumbuhan dan jasa lingkungan
pengembangan alam hewan dan satwa liar yang adalah
tumbuhan liar dilindungi untuk pemanfaatan
dan / atau kepentingan potensi hutan
bagiannya serta pengkajian, lindung dengan
hasil produksinya penelitian dan tidak merusak
dalam bentuk pengembangan lingkungan
pengkajian, harus dengan izin seperti
penelitian dan Menteri. ekowisata,
pengembangan; wisata olah raga
penangkaran; tantangan,
perburuan; pemanfaatan air
demonstrasi dan
perdagangan; perdagangan
pertukaran; karbon.
budidaya Pemungutan
tanaman obat; hasil hutan
dan kesenangan bukan kayu
pemeliharaan misalnya
pemungutan
rotan, madu,
getah, buah,
jamur atau
sarang burung
walet (Ginoga
dkk., 2005;
Dewi dkk.,
2010).
Lanjutan Tabel 5.4. Kebijakan Konservasi PP No. 8 tahun 1999
No. Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
7. Pembesara Pembesaran Pembesaran jenis- Pengembangbiaa
n adalah upaya jenis satwa liar n satwa dalam
memelihara dan yang lingkungan yang
membesarkan berkembangbiakny terkontrol
benih atau bibit a dengan cara (Captive
dan anakan dari bertelur, maka breedling), di
tumbuhan dan pembesaran dapat dalam kandang,
satwa liar dari dimulai dari atau tempat semi
alam dengan menetaskan telur alami pada
tetap yang diambil Kijang
mempertahanka langsung dari alam (Muntiacus
n kemurnian dan membesarkan muntjak)
jenisnya. hasil tetesan telur
hingga mencapai
umur atau ukuran
tertentu untuk dapat
dimanfaatkan.

Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008


No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
1. Perlindungan Hutan Kawasan hutan Hutan lindung
terhadap lindung dengan faktor Konak Kepahang
kawasan yang kemiringan, jenis Bengkulu,
memberi tanah, dan itensitas dilakukan penilaian
perlindungan hujan yang jumlah terhadap kriteria-
terhadap hasil perkaliannya kriteria penetapan
kawasan 175 atau lebih. hutan lindung dan
bawahanya Ketinggian di atas didapatkan skor 90
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
2000 m, dan hal ini berarti

kemiringan paling bahwa hutan Konak

sedikit 40% kurang cocoko

dijadikan sebagai

hutan lindung

karena nilainya

kurang dari 175

(Senoaji,2010).

hutan ketinggian gambut lahan gambut

bergambut minimal 3 meter tropika memilki

yang terdapat di fungsi sangat

hulu sungai atau vpenting dalam

rawa penyimpanan rosot

karbon yang

mempengaruhi

perubahan iklim

global. Rata-rata

jumlah biomassa

adalah 400-900

ton/Ha unutk hutan

gambut yang masih

baik, dan 210-460


Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
ton/Ha unutk hutan
gambut bekas
kebakaran 1997
dam 15-21 ton/Ha
unutk lahan yang
mengalami dua kali
kebakaran (Jaya,
2007)

Kawasan Mempunyai Perkembangan


resap air kemampuan tinggi pemukiman di
menyerap air hujan Manado telah
dan sebagai merambah ke
pengontrol tata air kawasan lindung
permukaan seperti kawasan
resapan air.
Perubahan kawasan
resapan air di
Manado tahun
2006-2017 adalah
5,31% dari total
luas kawasan
resapan air di kota
Manado. (Tendean,
2017).
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
2. Kawasan Sempadan Sepanjang tepian penataan sempadan
perlindungan pantai laut dengan jarak pantai Seseh
setempat minimal 100 m dari berdasarkan
titik pasang konsepsi penataan
tertinggi. Daratan ruang tradisional
sepanjang tepian Bali. Desa Adat
laut yang kondisi Seseh memiliki lima
fisiknyacuram atau elemen yang
terjal denganjarak menjadi landasanya
proporsional sebagai analisa
terhadap bentuk dan untuk mencapai
kondisi pantai. tujuan, yaitu
perkembangan
fungsi lahan,
peranan adat,
hirarki dan orientasi
penataan,
pembagian ruang,
dan konsep ring
cucupu dan konflik
permasalahan
dengan pola tata
ruang tradisional.
(Wiradana, dkk.
2010)
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
Sempadan Daratan sepanjang Berdasarkan
sungai tepian sungai penelitian sempadan
bertanggul dengan sungai Code
lebar paling sedikit Yogyakarta
5 (lima) meter dari diperoleh 31
kaki tanggul vegetasi strata
sebelah luar. pohon. Vegetasi
Daratan sepanjang strata pohon yang
tepian sungai besar memiliki nilai INP
tidak bertanggul di tertinggi berada
luar kawasan pada area kajian A
permukiman (daerah ujung) yaitu
dengan lebar paling Albizia falcataria
sedikit 100 (seratus) (104,82%), Cocos
meter dari tepi NUCIFERA
sungai; dan daratan (93,44%), DAN
sepanjang tepian Swietenia mahagoni
anak sungai tidak (17,95%). (Irawati,
bertanggul di luar 2014)
kawasan
permukiman
dengan lebar paling
sedikit 50 (lima
puluh) meter dari
tepi sungai
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
Kawasan Daratan dengan berdasarkan hasil
sekitar danau/ jarak 50 m sampai identifikasi kawasan
waduk dengan 100 dari sekitar danau
titik pasang air dana Dendam Bengkulu
atau waduk memiliki 8 spesies
tertinggi. tumbuhan paku
Daratan sepanjang termasuk dalam
tepian danau atau dalam tujuh genus,
waduk yang empat famili dan
lebarnya tiga ordo ( Slavia,
proporsional 2018).
terhadap bentuk dan
kondisi fisik danau
atau waduk
RTH Kota lahan dengan luas ruang terbuka hijau
paling sedikit 2.500 di kota Palu selama
(dua ribu lima 13 tahun dari 1997
ratus) meter sampai 2010 telah
persegi; berbentuk mengalami
satu hamparan, penurunan dari
berbentuk jalur, 48,86 %menjadi 29,
ataukombinasi dari 48%. Sedangakn
bentuk satu persentase ideal
hamparan dan jalur; hutan kota adalah
dan didominasi 47% atau sekitar 18
komunitas 648 Ha dari kota
tumbuhan. Palu. Penurunan
ruang terbuka hijau
ini akan
meningkatkan suhu
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
uadara secara
signifikan (Ahmad,
2016).

3. Kawasan suaka Suaka alam kawasan yang hutan alam Tesso


alam, pelestarian memiliki Nilo merupakan
alam, dan cagar keanekaragaman hutan dengan
budaya biota, ekosistem, keanekaragaman
serta gejala dan tanaman
keunikan alam yang berpembuluh dan
khas baik di darat merupakan habitat
maupun di perairan; bagi harimau
dan/atau sumatra dan gajah
mempunyai fungsi sumatra. Namun
utama sebagai kawasan ini tidak
kawasan luput dari
pengawetan perambahan,
keanekaragaman pembukaan lahan
jenis biota, mengakibatkan
ekosistem, serta perubahanfungsi
gejala dan hutan dan
keunikan alam musnahnya
yang terdapat di berbagai jenis flora
dalamnya. dan fauna.
Perambahan
mengakibatkan
penurunan jumlah
kelimpahan vegetasi
(Kusumo,
dkk,2016)
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
Suaka alam a. memiliki suaka alam perairan
laut ekosistem khas, Raja Ampat
danperairan baik di lautan memiliki ekosistem
lainya maupun di karang dengan nilai
perairan lainnya; keanekaragaman
dan dan biota
b. merupakan asosiasinya yang
habitat alami yang relatif tinggi.
memberikan tempat Keterkaitan
atau ekosistem karang
perlindungan bagi dan ekosstema
perkembangan lainya masiih
keanekaragaman terjaga dan
tumbuhan dan dilindungi.
satwa Berdasarkan citra
analisis landsat
ditemukan 108
keanekaragaman
karang di perairan
dangkal dan
persentase karang
dan ekosstema
lainya masiih
terjaga dan
dilindungi.
Berdasarkan citra
analisis landsat
ditemukan 108
keanekaragaman
karang di perairan
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
dangkal dan
persentase karang
hidup 32,24% serta
6 spesies lamun
yang kondisinya
sehat. (Supriyadi,
dkk. 2018)
suaka a. merupakan kawasan suaka
margasatwa tempat hidup dan margasatwa Sermo
dan perkembangbiakan menjadi salah satu
suakamargas dari suatu jenis kawasan lindung
atwa laut. satwa yang perlu yang ada di DIY.
dilakukan upaya Kawasan ini terdiri
konservasinya; dari hutan sekunder
b. memiliki dengan kerapatan
keanekaragaman vegetasi kurang dari
satwa yang tinggi; 90% dengan
c. merupakan ketinggian 90-250
tempat dan mdpl dan luas 181
kehidupan bagi Ha yang menjadi
jenis satwa migran habitat bagi
tertentu; atau berbagai jenis
d. memiliki luas tumbuhan dan
yang cukup sebagai hewan, salah
habitat jenis satwa satunya adalah
yang herpetofauna dan
bersangkutan. reptil (Yudha, dkk,
2015).
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
Cagar alam a. Memiliki Penetapan Pulau
dan cagar keanekaragaman Sempu sebagai
alam laut jenis tumbuhan cagar alam
satwa, dan tipe didasarkan pada
ekosistemnya; faktor botannis,
b. Memiliki formasi estetis, dan
biota tertentu topografi, dimana
dan/atau unit-unit potensi flora dan
penyusunnya; fauna Pulau Sempu
c. Memiliki kondisi memiliki keunikan
alam, baik biota dan fauna yang
maupun fisiknya endemik. Cagar
yang alam ini memliki
masih asli atau sekitar 282
belum diganggu keanekaragaman
manusia; tumbuhan
d. Memiliki luas berdasarkan kajian
dan bentuk tertentu; pustaka (Irawanto,
atau dkk, 2017)
e. Memiliki ciri
khas yang
merupakan satu-
satunya contoh di
suatu daerah serta
keberadaannya
memerlukan
konservasi.
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
Pantai Koridor di Pengolahan citra
berhutan sepanjang pantai landsat tahun 2001
bakau dengan lebar paling hingga 2011
sedikit 130 menunjukan
(seratus tiga puluh) terjadinya
kali nilai rata-rata perubahan luas
perbedaan air hutan mangrove,
pasang tertinggi dan dimana perubahan
terendah tahunan, luas lahan yang
diukur dari garis air dominan terjadi di
surutterendah ke Desa Tambak rejo
arah darat. dengan penambahan
seluas 25,57 Ha,
dan Desa
Lemahkembar
dengan penambahan
seluas 22, 46 Ha.
Sedangkan yang
mengalami
penurunan di Desa
Sumberanyar seluas
3,25 Ha.
(Haryani,2013).
Taman a. berhutan atau Penetapan taman
nasional dan bervegetasi tetap nasional Gunung
taman yang memiliki Merapi berdampak
nasional laut tumbuhan dan pada pengelolaan
satwa yang pariwisata
beragam
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
b. memiliki luas Kaliurang. Kawasan
yang cukup untuk TNGM dibagi
menjamin dalam beberapa
kelangsungan zona dengan
proses ekologi batasan dan aturan
secara alami; yang mengikat
c. memiliki sumber sebagai kawasan
daya alam yang pelestarian alam,
khas dan unik baik hal ini
berupa jenis mempengaruhi
tumbuhan maupun perkembangan
jenis satwa dan kawasan pariwisata
ekosistemnya serta Kaliurang.
gejala alam yang Masyarakat
masih utuh; memanfaatkan
d. memiliki paling dengan mengelola
sedikit satu penginapan, rumah
ekosistem yang makan, warung, dan
terdapat di jasa wisata lainya
dalamnya yang (Adirahmanta,
secara materi atau 2005).
fisik tidak boleh
diubah baik oleh
eksploitasi maupun
pendudukan
manusia; dan
e. memiliki keadaan
alam yang asli
untuk
dikembangkan
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
Taman hutan a. berhutan atau Taman hutan raya
raya bervegetasi tetap Banten, diharapkan
yang memiliki dapat dikolela
tumbuhan secara berkelanjutan
dan/atau satwa yang sebagai pariwisata
beragam; budaya di taman
b. memiliki hutan raya, dengan
arsitektur bentang mengangkat nilai-
alam yang baik; nilai kearifan lokal.
c. memiliki akses Dengan model
yang baik untuk pengembangan
keperluan pariwisata ini
pariwisata; dihadarapkan dapat
d. merupakan menjadi prototipe
kawasan dengan yang dapat
ciri khas baik asli diaplikasikan oleh
maupunbuatan, baik kawasan lain di
pada kawasan yang Indonesia.
ekosistemnya masih (Sulistyadi, dkk,
utuh maupun 2019).
kawasan yang
sudah berubah;
e. memiliki
keindahan alam
dan/atau gejala
alam; dan
f. memiliki luas
yang
memungkinkan
untuk
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
pengembangan
koleksi tumbuhan
dan/atau satwa jenis
asli dan/ataubukan
asli.
Taman wisata a. memiliki daya Keberadaan
alam dan tarik alam berupa pariwisata khususya
taman wisata tumbuhan, satwa taman wisata alam
alam laut dan ekosistemnya di Pangandaran
yang masih asli memberikan
serta formasi lapangan pekerjaan
geologi yang indah, untuk penduduk
unik, dan langka; lokal dan
b. memiliki akses meningkatkan
yang baik untuk kerjasama antar
keperluan pelaku usaha di
pariwisata; taman wisata alam
c. memiliki luas tersebut (Dhalyana,
yang cukup untuk 2013).
menjamin
pelestarian
sumber daya alam
hayati dan
ekosistemnya untuk
dimanfaatkan bagi
kegiatan wisata
alam; dan
d. kondisi
lingkungan di
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
sekitarnya
mendukung upaya
pengembangan
kegiatan wisata
alam
Kawasan sebagai hasil Komunitas peduli
cagar budaya budaya manusia Cagar Budaya di
dan ilmu yang bernilai tinggi Cagar Budaya SD
pengetahuan yang dimanfaatkan Negri 14, Pontianak
untuk melakukan
pengembangan ilmu pendampingan
pengetahuan kepada siswa untuk
memberikan
pemahaman
mengenai
pelestarian Cagar
Budaya (Bahri,
2019).
4 Kawasan rawan Tanah Kawasan rawan Berdasarkan IRB
bencana alam longsor tanah longsor yang dikeluarkan
sebagaimana BNPB pada tahun
dimaksud dalam 2013, Kabupaten
Pasal 52 ayat (4) Kediri merupakan
huruf a ditetapkan salah satu dari
dengan kriteria abupaten/kota di
kawasan Jawa Timur yang
berbentuk lereng memiliki indeks
yang rawan kebencanaan tinggi.
terhadap Untuk indeks resiko
perpindahan bencana tanah
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
material longsor Kediri
pembentuk lereng menempati urutan
berupa batuan, ke-65 dari 497
bahan rombakan, kabupaten/kota di
tanah, atau material Indonesia. Karena
campuran. hal itu Kabupaten
Kediri rentan
terhadap bencana
alam seperti banjir
dan tanh longsor.
Gelombang Kawasan rawan Di Kabupaten
Pasang gelombang pasang Indramayu
sebagaimana gelombang pasang
dimaksud menempati posisi
dalam Pasal 52 ayat pada sektor IV dan
(4) huruf b level 5, yang
ditetapkan dengan menunjukkan
kriteria bahwa gelombang
kawasan sekitar pasang mempunyai
pantai yang rawan potensi yang sangat
terhadap gelombang besar terjadi
pasang dengan dengan tingkat
kecepatan antara 10 ketergantungan
sampai dengan 100 terhadap potensi
kilometer per jam sepuluh jenis
yang timbul akibat bencana yang
angin kencang atau mungkin terjadi di
gravitasi bulan atau wilayah pesisir Kab.
matahari Indramayu, yang
berpotensi paling
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
merusak adalah
gelombang pasang
sebagai elemen
kunci (BAPPEDA
JABAR, 2007).
Banjir Kawasan rawan Menurut BNPB,
banjir sebagaimana 2015 di Indonesia
dimaksud dalam ada 315 kabupaten
Pasal 52 ayat (4) berada di daerah
huruf c ditetapkan bahaya banjir
dengan kriteria sedang-tinggi. Salah
kawasan yang satu contoh daerah
diidentifikasikan rawan banjir
sering dan/atau yaitubanten,
berpotensi tinggi Jakarta, jawa barat,
mengalami jawa tengah, jawa
bencana alam timur, dan medan
banjir. riau
5. Kawasan lindung Cagar alam Kawasan cagar Menurut Perda
geologi geologi alam geologi Sumbar, daerah
sebagaimana yang dianggap
dimaksud dalam KCAG adalah
Pasal 52 ayat (5) kawasan kars pada
huruf a terdiri atas: kubah batu sangkar,
a. kawasan kabupaten
keunikan batuan batusangkar, dan
dan fosil. sungaiderah,
c. Kawasan kabupaten
keunikan proses sijunjung.
geologi.
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
Rawan Kawasan rawan PVMBG, Badan
bencana alam bencana alam Geologi KESDM
geologi geologi memetakan
sebagaimana kawasan rawan
dimaksud bencana alam
dalam Pasal 52 ayat geologi seperti pada
(5) huruf b terdiri Palu, Pantai selatan
atas: Jawa, dan Barat
a. kawasan rawan Sumatera Rawan
letusan gunung bencana.
berapi.
b. kawasan rawan
gempa bumi.
c. kawasan rawan
gerakan tanah.
d. kawasan yang
terletak di zona
patahan aktif.
e. kawasan rawan
tsunami.
f. kawasan rawan
abrasi, dan
g. kawasan rawan
bahaya gas beracun
Kawasan memberikan 3 kawasan yang
yang perlindungan ditetapkan yaitu di
memberikan terhadap air tanah kecamatan Tanjung
perlindungan sebagaimana Palas Tengah,
terhadap air dimaksud dalam kecamatan Sekatak,
tanah. Pasal 52 ayat (5) dan kecamatan
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
atas: Bunyu pada
a. kawasan imbuhan kabupaten
air tanah, dan Bulungan dan
b. sempadan mata kecamatan Tana Lia
air. pada kabupaten
Tana Tiduung.
6. Kawasan lindung Cagar biosfer Cagar biosfer Cagar biosfer Taka
sebagaimana Bonerate, terletak di
dimaksud dalam kepulauan Selayar,
Pasal 52 ayat (6) provinsi Sulawesi
huruf a ditetapkan Selatan. Kawasan
dengan kriteria: ini terdiri dari
a. memiliki wilayah laut yang
keterwakilan sangat luas yang
ekosistem yang terdiri dari pulau-
masih alami, pulau kecil. Cagar
kawasan yang biosfer ini juga
sudah mengalami dihiasi dengan
degradasi, berbagai terumbu
mengalami karang yang indah.
modifikasi, atau
kawasan binaan.
b. memiliki
komunitas alam
yang unik, langka,
dan indah,
c.merupakan
bentang alam yang
cukup luas yang
mencerminkan
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
interaksi antara
komunitas alam
dengan manusia
beserta kegiatannya
secara harmonis,
atau
d.berupa tempat
bagi pemantauan
perubahan ekologi
melalui penelitian
dan pendidikan.
Ramsar Ramsar Situs ramsar milik
sebagaimana Indonesia ini berada
dimaksud dalam di utara Jakarta,
Pasal 52 ayat (6) tepatnya berada di
huruf kepulauam seribu.
b ditetapkan dengan Secara umum situs
kriteria: a. berupa ramsar pulau
lahan basah baik rambut didominasi
yang bersifat alami vegetasi berupa
atau pohon bakau. Di
mendekati alami wilayah iini tercatat
yang mewakili terdapat 54 spesies
langka atau unit burug dan 6 spesies
yang reptl. Wilayah ini
sesuai dengan secara resmi
biogeografisnya. merupakan suaka
b. mendukung margastwa
spesies rentan,
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
langka, hampir
langka, atau
ekologi komunitas
yang terancam.
c. mendukung
keanekaragaman
populasi satwa
dan/atau
flora di wilayah
biogeografisnya,
atau
d. merupakan
tempat
perlindungan bagi
satwa dan/atau flora
saat melewati masa
kritis dalam
hidupnya.
Taman buru Taman buru BBKSDH JABAR
sebagaimana menyatakan Taman
dimaksud dalam buru Masigit
Pasal 52 ayat (6) Kareumbi (TBMK)
huruf c ditetapkan sebagai salah satu
dengan kriteria: Taman Buru satu-
a. memiliki luas satunya di Jawa-
yang cukup dan Bali dan termasuk
tidak yang tertua, saat ini
membahayakan diupayakan untuk
untuk menjadi TB yang
berfungsi dan.
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
kegiatan berburu,
dan
b. terdapat satwa
buru yang
dikembangbiakkan
yang
memungkinkan
perburuan secara
teratur dan
berkesinambungan
dengan
mengutamakan segi
aspek
rekreasi, olahraga,
dan kelestarian
satwa
Plasma Kawasan Kawasan yang telah
nutfah perlindungan ditetapkan sebagai
plasma nutfah kawasan konserasi
sebagaimana plasma nutfah yaitu
dimaksud seperti Kebun Raya
dalam Pasal 52 ayat Bogor, Kebun Raja,
(6) huruf d Kebun Koleksi
ditetapkan dengan Tanaman Industri
kriteria: Cimanggu Bogor
a. memiliki jenis (Kusumo, 2002).
plasma nutfah
tertentu yang
memungkinkan
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
kelangsungan
proses
pertumbuhannya,
dan
b. memiliki luas
tertentu yang
memungkinkan
kelangsungan
proses pertumbuhan
jenis plasma nutfah.
Pengungsian Kawasan Salah satu kawasan
satwa pengungsian satwa pengungsian satwa
sebagaimana yaitu di Gunung
dimaksud dalam lumut, yang terletak
Pasal 52 ayat (6) di kabupaten Paser,
huruf e ditetapkan Kalimantan Timur.
dengan kriteria: Hutan perawan di
a. merupakan kawasan gunung ini
tempat kehidupan merupakan
satwa yang sejak penyangga
semula menghuni kehidupa 12
areal tersebut. kampung dikawasan
b. merupakan hutan lindung.
tempat kehidupan
baru bagi satwa,
dan
c. memiliki luas
tertentu yang
memungkinkan
berlangsungnya
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
proses hidup dan
kehidupan serta
berkembangbiaknya
satwa.

Terumbu Terumbu karang Kawasan Taman


karang sebagaimana Nasional Bunaken
dimaksud dalam adalah taman laut
Pasal 52 ayat yang terletak di
(6) huruf f Sulawesi Utara.
ditetapkan dengan Taman ini terletak
kriteria: di segita terumbu
a. berupa kawasan karang, menjadi
yang terbentuk dari habtat bagi 390
koloni masif dari spesies terumbu
hewan kecil yang karang dan juga
secara bertahap berbagai spesies
membentuk ikan, moluska,
terumbu reptile, dan mamalia
karang. laut.
b. terdapat di
sepanjang pantai
dengan kedalaman
paling
dalam 40 (empat
puluh) meter, dan
c. dipisahkan oleh
laguna dengan
kedalaman antara
40 (empat puluh)
Lanjutan Tabel 3.5. Kebijakan Konservasi PP No. 26 Tahun 2008
No Kebijakan Deskripsi Persyaratan Contoh
meter, dan
c. dipisahkan oleh
laguna dengan
kedalaman antara
40 (empat puluh)
sampai dengan 75
(tujuh puluh lima)
meter.
Kawasan Kawasan koridor Kawasan koridor
koridor bagi bagi jenis satwa bagi jenis satwa
jenis satwa atau biota laut yang atau biota laut yang
atau biota Dilindungi dilindungi yaitu
laut yang sebagaimana Koridor Satwa di
dilindungi dimaksud dalam desa Naca, Aceh
Pasal 52 ayat (6) Selatan.salah satu
huruf g ditetapkan kawasan koridor
dengan kriteria: satwa liar yang
a. berupa kawasan sudah establish di
memiliki ekosistem Aceh, Sumatera,
unik, biota Indonesia.
endemik,
atau proses-proses
penunjang
kehidupan, dan
b. mendukung alur
migrasi biota laut
B. Pembahasan

Secara umum kebijakan dan hukum yang berkaitan dengan pengelolaan sumber

daya alam tidak dapat dipisahkan dengan pengelolaan kawasan konservasi. Oleh

karena kawasan konservasi merupakan bagian dari sumber daya alam, maka

kebijakan dan hukum konservasi pun pada dasarnya merupakan bagian dari

kebijakan dan hukum pengelolaan sumber daya alam.

Berbagai kebijakan dibuat oleh pemerintah antara lain dengan menetapkan

kawasankawasan tertentu yang dapat dijadikan sebagai kawasan yang dapat

dieksplotasi, dan kawasan-kawasan yang harus dilindungi. Namun bukan berarti

kawasan-kawasan tertentu yang telah ditetapkan sebagai kawasan yang dapat

dieksploitasi, baik eksploitasi sumber daya alam hutan, tambang, minyak dan gas,

ataupun sumber daya laut, dapat dieksploitasi dengan semena-mena dan melupakan

perhatian aspek daya dukung lingkungan, kerusakan lahan, maupun upaya-upaya

rehabilitasi.

Sementara itu dalam rangka perlindungan, berbagai kawasan kemudian ditetapkan

sebagai kawasan lindung ataupun kawasan konservasi seperti hutan lindung,

kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai,

kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan suaka alam

(termasuk, cagar alam), kawasan suaka alam laut dan lainnya, mangrove, taman

nasional, taman hutan raya, taman wisata alam. Kawasan-kawasan tersebut tidak

hanya terdapat di wilayah daratan dengan luas 16,2 juta hektar akan tetapi juga

meliputi wilayah pesisir pantai dan laut yang mencapai luas 3,2 juta hektar
IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Peraturan konservasi sumber daya alam dan hutan serta ekosistemnya,

khususnya di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1990

tentang KSDAE, Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, PP

No. 7 tahun 1999 tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa, PP No. 8 tahun

1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan satwa, PP No. 26 tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Nasional.

2. Pengimplementasi kebijakan dan peraturan konservasi dalam pembangunan

berkelanjutan di Indonesia berupa sebuah proses pemanfaatan sumber daya,

arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, serta perubahan

kelembagaan yang konsisten dengan kebutuhan dari depan dan hari ini.

B. Saran

Pada praktikum kali ini topik utama yang dibahas cukup berat karena mencakup

Peraturan Undang Undang yang harus dianalisis dengan baik. Sebaiknya koondisi

praktikan dalam keadaan baik sehingga dapat lebih fokus dalam pengerjaanya.
DAFTAR PUSTAKA

Adirahmanta, Sadtata Noor. 2005. Prospek Pengembangan Kegiatan Wisata di


Kaliurang Pasca Penetapan Taman Nasional Gunung Merapi. Program
Pasca Sarjana. Undip. Yogyakarta.

Ahmad, Fatimah, dkk. 2016. Analisis hubungan luas ruang terbuka hijau (RTH)
dan perubahan suhu di Kota Palu. Jurnal Hutan Tropis. 13(2).

Bahri, Saiful, dkk. 2019. Upaya pelestarian Cagar Budaya Hollandsch Inlandsche
School (HIS) pertama di Pontianak. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
3(1).

Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2007. Penyusunan Atlas Wilayah
Pesisir dan Laut Utara. Bappeda Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Dewi, I.N., Rizal A.H.B., dan Kusumedi, P., 2010. Implementasi Peraturan
tentang Pengelolaan Hutan Lindung: Studi Kasus di Kabupaten Pangkep
dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan
Kehutanan, 7(3):195-209

Dhalyana, Dini, dan Adiwibowo, Soeryo. 2013. Pengaruh taman wisata alam
Pangandaran terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Jurnal Sosiologi
Pedesaan. 1 (3).

Ginoga, K., Lugina, M dan Djaenudin, D., 2005. Kajian Kebijakan Pengelolaan
Hutan Lindung. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi, 2(2):203-231

Haryani, Nanik Suyo. 2013. Analisis perubahan hutan mangrove menggunakan


citra landsat. Jurnal Ilmiah Landsat. 4(2).

Irawanto, Rony, dkk. 2017. Kajian pustaka keanekaragaman tumbuhan di Cagar


Alam Pulau Sempu Jawa Timur. ProsidingSeminar Masyarakat
Biodiversitas Indonesia. 3 (1).
Irawati, Hani. 2014. Analisis vegetasi strata pohondi sepanjang sempadan sungai
Code Yogyakarta. Jurnal Bioedukatika. 2 (1)

Jaya, Adi, dkk. 2007. Biomassa hutan rawa gambut tropika pada berbagai kondisi
penutupan lahan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 4(4).

Kusumo, Andi, dkk. 2016. Struktur vegetasi kawasan hutan alam terdegradasi di
Taman Nasional Tesso Nilo. Jurnal Ilmu Lingkungan. 14 (1).

Kusumo, S, dkk. 2002. Pedoman Pembentukan Komisi Daera Dan Pengelolaan


Plasma Nutfah. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta.

Natural Resources Management (NRM), 2001a. Memperkuat Transparansi,


Partisipasi Masyarakat dan Akuntabilitas Melalui Mekanisme Konsultasi
Publik dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi. Natural Resources
Management Program (NRM/EPIQ). Jakarta.

Nur, Anisa dan Kismartini. 2017. Implementasi Kebijakan Konservasi


Pengawetan dan Pemanfaatan Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya di Taman Nasional Karimunjawa. Proseeding Biology
Education Conference. 14 (1).

Perka BNPB No 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko.


Bencana

Senoaji, Gunggung. 2010. Studi kesesuaian lahan unutk penentuan kawasan


lindung di hutan Konak Kabupaten Kepahan, Bengkulu. Jurnal Limu
Kehutanan. 4 (1).

Slavia, Hanum, dkk. 2018. Pengembangan huku saku tumbuhan paku berdasarkan
identifikasi Pteridophyta di sekitar danau Dendam Kota Bengkulu. Jurnal
Pendidikan dan Pengembangan Biologi. 2 (1).

Sri, Nurhayati, Q. 2010. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Dalam Kerangka Desentralisasi. Jurnal Kajian 15 (3).

Sulistyadi, dkk. 2019. Pariwisata berkelanjutan dalam perspektif pariwisata


budaya di Taman Hutan Raya Banten. Uwais Inspirasi Indonesia.

Supriyadi, Indarto Happy, dkk. 2018. Kondisi terumbu karang, lamun dan
mangrove di Suaka Alam Perairan Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia. 23 (4)
Tendean, Susi Chintya, dkk. 2017. Evaluasi kawasan resapan air di Kota Manado.
Spasial. 4 (3).

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi sumber daya alam dan


ekosistemnya.

UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, perlindungan penyelenggaraan hutan


dan ekosistemnya.

Wiradana, I Putu Gede, dkk. 2010. Penataan sempadan pantai Seseh berdasarkan
konsepsi penataan ruang tradisional Bali (Studi kasusu: Desa Adat Seseh
Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung). Jurnal Tata Kota dan Daerah. 2
(1).

Yudha, Donan Satria, dkk. 2015. Keanekaragaman spesies amfibi dan reptil di
kawasan suaka margasatwa Sermo DIY. Jurnal Mipa. 38 (1)

Anda mungkin juga menyukai