A. Pendahuluan
Kayu dari hutan rakyat merupakan salah satu bahan baku utama penunjang industri hasil
hutan dibandingkan kayu dari hutan alam yang semakin menipis persediaannya. Untuk itu
minat atau animo masyarakat cukup tinggi dalam memanfaatkan lahannya dengan ditanami
tanaman kayu-kayuan. Namun tanaman kayu-kayuan ini bukan komoditi utama dilahannya
biasanya merupakan komoditi sampingan selain tanaman semusim yang lebih cepat diambil
hasilnya.
Provinsi Banten mempunyai potensi hutan rakyat yang cukup tinggi dengan luasan kurang
lebih 136.190 ha yang tersebar diseluruh Kabupaten/Kota. Hutan rakyat mempunyai
berbagai jenis macam tanaman kayu-kayuan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat
antara lain sengon, sobsi, durian, jabon dan sebagainya. Hal ini tentunya diperlukan
manajemen yang baik sehingga kelestarian hutan rakyat dapat terjaga dan ekonomi
masyarakat.
B. Pengertian
Pengelolaan Hutan Lestari adalah pengurusan dan penggunaan hutan dan lahan hutan
melalui cara dan pada tingkat yang dapat mempertahankan keanekaragaman hayati, beserta
produktivitas, kapasitas regenerasi, serta kemampuan mempertahankan hidup dan
potensinya, untuk memenuhi fungsi-fungsi ekologi yang sesuai, ekonomi dan sosial pada
saat ini dan di masa mendatang, serta tidak menyebabkan kerusakan bagi ekosistem lainnya
(Hasil Konferensi Perlindungan Hutan Tingkat Menteri di Eropa, Helsinki, 1993)
Pengelolaan Hutan Lestari adalah proses mengelola hutan untuk mencapai satu atau lebih
tujuan pengelolaan tertentu secara tegas, dalam menghasilkan barang dan jasa hutan yang
diperlukan secara berkelanjutan, tanpa menyebabkan pengurangan nilai dan
produktivitas hutan di masa yang datang dan tanpa menimbulkan dampak yang tidak
diharapkan terhadap lingkungan fisik dan sosial (Internastional Tropical Timber
Organization, ITTO, 1998)
D. Pelaksanaan
a. Kelola kawasan
b. Kelola hutan
c. Kelola pasar dan konsumen
d. Penataan Kelembagaan
e. Kelayakan investasi, keuangan dan ekonomi
Kesatuan pengelolaan hutan dibentuk sebagai unit pengelola hutan, untuk kawasan hutan
Negara dikenal dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL).
Sedangkan untuk hutan rakyat dikenal dengan unit manajemen pengelolaan hutan
rakyat/forest manajemen unit.
Peningkatan kapasitas kelompok tani menjadi unit manejemen pengelolaan hutan rakyat
sangat diperlukan dalam mewujudkan pengelolaan hutan rakyat lestari. Karena
profesionalisme dan konsistensi dari pelaksanaan proses harus terus terjaga sehingga
kelangsungan akan hasil dari pengelolaan hutan rakyat ini dapat diperoleh dan diterima
secara adil oleh seluruh anggota kelompok tani atau masyarakat yang ikut andil dalam
kegiatan pengelolaan hutan rakyat.
Dengan demikian tahapan awal dalam pengelolaan hutan rakyat lestari yaitu pembentukan
unit manajemen hutan rakyat.
Prinsip-prinsip yang harus dianut dalam melaksanakan manajemen hutan rakyat yaitu :
2. Kebersamaan
3. Keadilan
Pengelolaan hutan rakyat dengan sistem bergulir adalah untuk mengatur pemanfaatan hutan
rakyat serta meningkatkan nilai hutan baik kualitas maupun kuantitas pada areal bekas
tebangan. Dengan adanya rotasi tebangan, agar areal hutan rakyat yang telah terbentuk
diharapkan dapat berfungsi sebagai penghasil kayu buat industry atau kebutuhan lainnya
secara lestari.
Rangkaian kegiatan pengelolaan hutan rakyat dapat di gambarkan tahapan dan tata waktu
pelaksanaannya sebagai berikut :
Etat tebangan tahunan (jatah penebangan tahunan) disesuaikan dengan rotasi tebang dan
volume cadangan tegakan kayu yang tersedia.
Ilustrasi sebaran wilayah pengelolaan hutan rakyat yang dikelola oleh unit manajemen
pengelolaan hutan rakyat
Sebagai ilustrasi pengaturan hasil hutan rakyat berdasarkan kelas umur yang sama,
dengan memiliki luas areal atau volume yang sama disetiap panen dan metode
pemanenannya yaitu metode berdasarkan luas.
Metode berdasarkan luas adalah suatu metode untuk menentukan panen tahunan atau
panen berkala dari suatu hutan berdasarkan alokasi areal.
Dengan rumus :