PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah
dari
penguatan
sistem
pengurusan
hutan
nasional,
provinsi
dan
b.
Pengelolaan hutan yang meliputi kelola produksi, kelola lingkungan dan kelola
sosial;
c.
Rumusan Masalah
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Model Dampelas Tinombo mempunyai
luas 112.664 ha dengan luas hutan produksi 91.254 ha, yang terdapat dalam
wilayah kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong. Sebagian besar dari
total luas hutan produksi tersebut merupakan hutan sekunder yang mempunyai
potensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai aktor utama dalam
pengelolaannya, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Berangkat dari
pemikiran tersebut, maka permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini
adalah perlu adanya suatu analisis pemanfaatan lahan hutan produksi pada KPH
Model Dampelas Tinombo Desa Karya Mukti kecamatan Dampelas Kabupaten
Donggala.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemanfaatan lahan
hutan produksi di Desa Karya Mukti pada KPH Model Dampelas Tinombo
Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala.
Kegunaan yang dapat diharapaka dari penelitain ini adalah dapat digunakan
sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi instansi terkait dalam melakukan
pengelolaan dan pemanfaatan lahan untuk wilayah KPH Dampelas Kecamatan
Dampelas Kabupaten Donggala.
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Perancanaan Kehutanan
Perencanaan kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan
dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan
pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan
untuk sebesar - besarnya kmakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
(Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan 2010).
Perencanaan hutan adalah suatu bagian proses pengelolaan hutan untuk
memperoleh landasan kerja dan landasan hukum agar terwujud ketertiban dan
kepastian hukum dalam pemanfaatan hutan sehingga menunjang diperolehnya
manfaat hutan yang optimal, berfungsi serbaguna dan pendayagunaan secara lestari.
(Masatria 2010).
Tujuan perencanaan kehutanan adalah
mewujudkan penyelenggaraan
kehutanan yang efektif dan efisien untuk mencapai manfaat fungsi hutan yang
optimum dan lestari. Perencanaan kehutanan meliputi kegiatan :
1. Inventarisasi hutan
2. Pengukuhan kawasan hutan
3. Penatagunaan kawasan hutan
4. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan
5. Penyusunan rencana kehutanan
Pemanfaatan Hutan
Dalam PP Nomor 6 Tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana
Pemanfaatan huta bertujuan untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa hutan
secara optimal, adil, dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan hutan
dapat dilakukan pada seluruh kawasan hutan, yang terdiri dari:
a.
Hutan konservasi, kecuali pada cagar alam, zona rimba, dan zona inti dalam taman
nasional.
b. Hutan lindung
c. Hutan produksi
Akses masyarkat terhadap sumber daya hutan dapat terdiri dari barbagai
bentuk dan tipologi sesuai dengan, kondisi sosial masyarakat, sejarah interkasi
masyarkat dangan hutan dan harapan ekonomi masyarakat untuk diperbaiki
kehidupannya. Apabila dikaitkan dengan ijin atau penetapan status kawasan hutan,
akses masyarakat yang ditetapkan tidak dapat ditetapkan pada tingat KPH, karena
kewenangan untuk itu berada ditangan pemerintah atau pemerintah daerah.
Keberadaan KPH memingkinkan identifikasi keberadaan dan kebutuhan
masyarakat terhadap manfaat sumberdaya hutan dengan lebih jelas dan cermat,
sehingga proses-proses pengakuan hak, ijin maupun kolaborasi menjadi lebih
mungkin dilakukan. Demikian pula penyelesain konflik maupun pencegahan
terjadinya konflik lebih dapat dikendalikan. Selain itu KPH dapat menfasilatisai
komunikasi dengan pemerintah atau pemerintah daerah untuk menata hak dan akses
masyarakat terhadap sumber daya hutan.
2.3
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas (HPT) merupakan hutan yang hanya dapat dieksploitasi
dengan cara tebang pilih. Hutan Produksi Terbatas merupakan hutan yang
dialokasikan untuk produksi kayu dengan intensitas rendah. Hutan produksi terbatas
ini umumnya berada di wilayah pegunungan di mana lereng-lereng yang curam
b.
c.
Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi (HPK) merupakan Kawasan hutan dengan
faktor kelas lereng jenis, tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai nilai 124 atau kurang di luar hutan suaka alam
dan hutan pelestarian alam. Kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk
digunakan bagi pengembangan transmigrasi, permukiman pertanian dan perkebunan.
2.4
standar, prosedur dan criteria pengelolaan hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di jelaskan
bahwa Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai
fungsi pokok dan peruntukkannya yang dapat dikelola secara efesien dan lestari.
KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bartahap dikembangkan
menuju situasi dan kondisi aktual KPH di tingkat tapak, yang diindikasikan oleh
suatu kemampuan menyerap tenaga kerja, investasi, memproduksi barang dan jasa
kehutanan yang melembaga dalam system pengelolaan hutan secara efisiensi dan
lestari (Badan Planologi Kehutanan, 2006).
KPH Model Dampelas-Tinombo merupakan salah satu unit KPH dari
sebanyak 21 KPH di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah dengan luas 112.664 ha,
yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Donggala dan Kabupaten parigi Moutong.
Pembentukan unit KPH Model Dampelas-Tinombo bertujuan agar pengelolaan hutan
produksi dapat dilakukan secara efesiensi dan lestari.
III.
3.1
Pengelolaan Hutan (KPH) model Dampelas Tinombo Desa Karya Mukti Kecamatan
Dampelas, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah
3.2
3.3
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalan metode survey dan metode
wawancara. Metode ini digunkan untuk mengamati kondisi aktual di lapangan, baik
kondisi biofisik hutan maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di
sekitar kawasan hutan.
3.3.1
a.
Data primer terdiri dari data-data kondisi aktual lapangan seperti jenis vegetasi dan
penutupan lahan di kawasan hutan produksi serta kondisi sosial ekonomi masyarakat
seperti pemanfaatan lahan hutan disekitar maupaun di dalam kawasan hutan oleh
terlibat atau sedikitnya mengetahui tentang keberadaan KPH; (c) bersedia untuk
diwawancarai atau dijadikan responden penelitian ini.
3.3.2.1 Survey
Metode survey ini diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap objek yang akan diteliti, meliputi pengamatan terhadap kondisi aktual di
lapangan yang terdiri dari pengamatan kondisi biofisik hutan seperti jenis vegetasi
dan penutupan lahan pada kawasan hutan wilayah KPH model Dampelas yang
lahannya di manfaatkan.
3.3.2.2 Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dangan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya dengan penjawab
dengan menggunakan alat yan dinamakan panduan pertanyaan dalam bentuk
kuisioner.
Dalam melakukan wawancara, penentuan responden dipilih dengan
menggunakan metode Purposive Sampling. Purposive Sampling Merupakan teknik
sampling yang Satuan samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan
tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria
yang dikehendaki dalam pengambilan sampel. Sesuai dengan namanya, sampel
diambil dengan maksud dan tujuan yang diinginkan peneliti atau sesuatu diambil
sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut
memiliki atau mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dia buat.
(Nurfadli 2009).
3.3.3
Analisis data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
sebagaimana kecenderungan data.
Dari rumusan di atas dapat ditarik garis besar bahwa analisi data bermaksud
untuk mengorganisasikan data yang telah terkumpul. Data yang terkumpul tersebut
terdiri dari catatan lapangan, foto, dokumentasi terkait lainnya, artikel, dan
sebagainya.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode
pengumpulan di atas (survey dan wawancara), maka data tersebut selanjutnya akan di
olah dan dianalisi dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif
merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan meninterpretasikan arti data-data
yang terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin
aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum
dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.