PENDAHU
LUAN
Penataan dan pengelolaan kawasan di KPHL Brang Rea (Unit VII) sampai
dengan saat ini belum dilaksanakan secara optimal, hal ini ditandai dengan belum
dilakukannya penataan hutan secara menyeluruh baik dalam bentuk pembagian blok
dan petak, inventarisasi potensi hutan. Potensi pada kawasan hutan KPHL Brang
Rea (Unit VII) mempunyai peluang untuk dikembangkan pada pengembangan
komoditi tertentu dengan pola kemitraan dalam bentuk pemanfaatan kawasan
seperti pengembangan blok wisata, blok Agroforestry, blok HHK, blok HHBK. Akan
tetapi dalam kegiatan ini penataan batas dan blok untuk Wisata dan Agroforestry
menjadi fokus dalam kegiatan pemantapan dan pemanfaatan kawasan hutan.
Potensi yang memiliki KPHL Brang Rea (Unit VII) salah satunya yang akan
dikembangkan berupa potensi wisata dan HHBK.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
8
Pada umumnya kawasan hutan lindung KPHL Brang Rea (Unit VII) memiliki
kondisi yang cukup baik dan berpotensi untuk dijadikan destinasi wisata. Daerah
tujuan wisata yang hampir seluruhnya merupakan wisata alam belum sepenuhnya
mendapat campur tangan manusia sehingga pesonanya masih alami. Keadaan ini
tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Kecamatan Poto Tano
memiliki wisata alam pantai serta Wisata Paralayang Desa Tua Mantar dan
Kecamatan Brang Rea yang mempunyai obyek wisata gua yaitu Gua Member yang
mempesona selain wisata alam pengunungan yang eksotik serta keragaman jenis
flora dan fauna alamnya. Pemanfaatan jasa lingkungan lain yang menjadi fokus
pengelolaan adalah inisiasi karbon. Potensi karbon yang dapat dikembangkan dalam
bentuk AR-CDM, REDD atau REDD +. Untuk kegiatan agroforestry akan
dkembangkan pada kawasan lahan dengan kategori kritis, karena kombinasi
tanaman sisal sangat cocok untuk dkembangkan dilahan kering
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
11
14. Penetapan Wilayah KPH adalah pengesahan wilayah KPH pada kawasan hutan
oleh Menteri.
15. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan
menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak.
16. Rencana Pengelolaan Hutan KPH adalah suatu rencana induk pengelolaan
hutan jangka panjang KPH yang memuat unsur-unsur tujuan yang akan dicapai,
kondisi yang dihadapi, dan strategi kelayakan pengembangan pengelolaan
hutan, yang meliputi tata hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan
hutan dan konservasi alam, serta pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
17. Sistem Silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau sistem teknik bercocok
tanaman hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai, menanam,
memelihara tanaman dan memanen.
18. Petak Tanaman adalah bagian terkecil dari blok/unit KPH yang bersifat
permanen, berfungsi sebagai suatu kesatuan pengelolaan dan satu kesatuan
administrasi dan memiliki luas minimal tertentu yang ditetapkan.
19. Hutan/Lahan Kritis adalah hutan/lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan
hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur
produktivitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya keseimbangan
ekosistem DAS.
20. Pemeliharaan Hutan adalah kegiatan untuk menjaga, mengamankan, dan
meningkatkan kualitas tanaman hasil kegiatan reboisasi, penghijauan jenis
tanaman, dan pengayaan tanaman.
21. Pemanfaatan Hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan hutan,
pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
22. Pemanfaatan Kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh
sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan manfaat ekonomi
secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya.
23. Pemanfaatan Jasa Lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi
jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi
utamanya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
12
24. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan
tidak mengurangi fungsi pokoknya.
25. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan
dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.
26. Izin Pemanfaatan Hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha
pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau
bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada
areal hutan yang telah ditentukan.
27. IUPHHK dan/atau IUPHHBK dalam Hutan Tanaman adalah izin usaha yang
diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau bukan kayu
dalam hutan tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan penyiapan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran.
28. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) adalah izin untuk mengambil hasil
hutan berupa kayu pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan,
pengangkutan, dan pemasaran untuk jangka waktu dan volume tertentu.
29. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK) adalah izin untuk
mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan lindung dan/atau hutan
produksi antara lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getahgetahan, tanaman
obat-obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu.
30. Perlindungan Hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan
manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan
atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan.
31. Identifikasi areal KPH adalah kegiatan pengenalan, penggalian informasi dan
survey lapangan untuk mengetahui kondisi biofisik kawasan hutan dan
lingkungan disekitarnya, serta kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat
disekitar wilayah kerja KPH.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
13
32. Wilayah tertentu dalam wilayah KPH adalah wilayah hutan yang situasi dan
kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha
pemanfaatannya.
33. Kemitraan kehutanan adalah kerjasama antara masyarakat setempat dengan
pemegang izin pemanfaatan hutan atau pengelola hutan, pemegang izin usaha
industri primer hasil hutan, dan/atau Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam
pengembangan kapasitas dan pemberian akses, dengan prinsip kesetaraan dan
saling menguntungkan.
BAB II
ANALISIS DAN
PROYEKSI
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
14
2.1. Analisis Kegiatan
Kegiatan pengembangan investasi oleh KPHL Brang Rea (Unit VII) dapat
dimulai dengan melakukan penyusunan business plan. Kemudian KPHL Brang Rea
(Unit VII) dapat membuka akses investasi dengan bantuan Badan Penanaman
Modal Daerah/Nasional, komunikasi dengan perusahaan kehutanan besar yang
reputabel, kerjasama investasi skala kecil dengan Kementerian Koperasi dan UKM.
Potensi kawasan hutan di KPHL Brang Rea (Unit VII) yang dapat dikembangkan
diantaranya potensi HHK, HHBK, dan Jasling. Kerjasama antara KPH dengan
stakeholder dilakukan dengan system kemitraan, yakni mengembangkan kapasitas
dan memberikan akses kepada stakeholder melalui Izin pemanfaatan hutan.
Kegiatan yang dilakukan dalam wilayah KPHL Brang Rea (Unit VII) di
lakukan dengan system kemitraan. Perlu ada singkronisasi antara pemegang
kebijakan dengan masyarakat setempat. Oleh karena itu, koordinasi/ bimbingan
teknis diharapkan mampu memberikan pemahaman yang sama antara pemegang
kebijakan dan masyarakat.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
18
2.1.6. Pengendalian Kebakaran Hutan
2.1.6.1. Patroli Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan
Kondisi kawasan hutan KPHL Brang Rea (Unit VII) yang didominasi oleh
hutan lahan kering primer. Data curah hujan pada bulan april sampai dengan
agustus menunjukkan curah hujan dikawasan ini rendah (musim kemarau). Kondisi
seperti ini berdampak pada timbulnya titik api dibeberapa wilayah yang berpotensi
terjadi kebakaran hutan akibat gesekan dan angin. Upaya pencegahan kebakaran
hutan dilakukan untuk mengurangi kerusakan hutan baik itu yang terjadi secara
alami ataupun karena ulah manusia. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan
adalah patroli secara berkala dan sosialisasi ke masyarakat sekitar hutan mengenai
cara pengendalian kebakaran hutan. Lokasi yg sering terjadi kebakarn hutan dapat
dilihat pada peta di bawah ini:
Salah satu penyebab kerusakan hutan adalah kebakaran hutan, baik itu
karna ulah manusia ataupun kebakaran secara alami yang dsebabkan oleh gesekan
seresah. Upaya-upaya dalam rangka mencegah dan membatasi kerusakan hutan
yang disebabkan oleh kebakaran dilakukan kegiatan pengendalian kebakaran hutan.
Menanamkan jiwa kepedulian masyarakat terhadap mengenai keberadaan dan
manfaat hutan sangatlah penting dalam menjaga kelestarian kawasan hutan. Salah
satu kegiatan yang sangat penting dilakukan adalah memberikan sosialisasi kepada
masyarakat dan stakeholder terkait mengenai pengendalian dan kebakaran hutan.
Sosialisasi ini diharapkan masyarat mampu memahami tata cara pengedalian
kebakaran hutan dan ikut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian hutan. Kegiatan
pengendalian kebakaran hutan merupakan tanggung jawab semua lapisan baik itu
Pemerintah, KPH, masyarakat maupun para pemengang ijin pemanfaatan kawasan
hutan (Stakeholder).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
20
kualitas maupun kuantitas SDM. Pengelolaan hutan yang baik dapat diwujudkan
melalui pembentukan kelompok tani hutan yang dberikan hak kelola hutan secara
optimal dan lestari untuk kesejeteraan masyarakat, sehingga terciptanya
keselarasan antara ekologi, ekonomi dan social serta untuk menghindari tumpang
tindih kewenangan dalam pengelolaan hutan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
21
setiap SKPD atau perangkat kerja lainnya. Selain SDM dan keterampilan, sarana
dan prasarana merupakan yang utama yang mendukung berjalannya kegiatan yang
berlangsung di KPH. Fasilitasi sarana dan peralatan oleh Kementerian Kehutanan
dalam rangka pembentukan KPHL Brang Rea (Unit VII) sudah terealisasi, namun
demikian masih ada beberapa sarana dan peralatan yang dibutuhkan dalam rangka
mendukung kegiatan operasionalisasi KPHL Brang Rea (Unit VII) baik dilapangan
maupun operasional perkantoran sebagai alat untuk mengoptimalisasi program
kegiatan tersebut.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
22
mendaftarkan usaha mereka dan ketidakpahaman tehadap prosedur yang harus
diikuti.dalam beberapa kasus, pelakuusaha sengaja melanggar hokum untuk
menghindari beban pajak dan berbagai tanggung jawab administrative lainnya.
SVLK adalah salah satu inisiatif pemerintah yang muncul untuk mengatasi
pembalakan liar dan mempromosikan kayu legal di Indonesia. Dengan
diberlakukannya SVLK, perusahaan harus memastikan bahwa mereka
menggunakan kayu hanya dari sumber legal. SVLK bersifat wajib bagi semua
kesatuan pengelolaan hutan dan industry kehutanan, dan ini diberlakukan bersama
dengan skema sertifikasi wajib yang lain, yaitu sertifikasi pengelolaan hutan produksi
lestari (PHPL). Sosialisasi SVLK diharapkan mampu memberi pemahaman kepada
masyarakat dan instansi terkait yang berhubungan dengan pengolahan kayu serta
pentingnya penggunaan kayu yang bersertifikat.
Di beberapa lokasi, kondisi kawasan hutan KPH KPHL Brang Rea (Unit
VII) tergolong dalam kategori kritis dan perlu untuk mengembalikan kondisi dan
mengoptimalkan fungsi kawasan dalam rangka memberikan manfaat ekonomi,
ekologi dan sosial. Minat yang besar dari masyarakat dan investor untuk mengelola
hutan melalui pola pemanfaatan kawasan hutan dengan aktivitas budidaya tanaman
tahunan dan semusim, penggunaan kawasan hutan dengan kegiatan penambangan
serta minat investor untuk mengembangkan jasa lingkungan di KPH KPHL Brang
Rea (Unit VII) merupakan peluang untuk mengaktifkan kegiatan rehabilitasi hutan
yang disesuaikan dengan hak dan kewajiban yang akan diemban oleh setiap
stakeholder sesuai dengan pola pengelolaan yang akan ditempuh atau sebagai
konsekuensi dari ijin pengelolaan yang didapatkan. Masyarakat maupun investor
yang berminat untuk mengelola hutan akan ditempuh melalui pola kemitraan dengan
tujuan mengoptimalkan fungsi hutan sesuai peruntukannya yang dapat memberikan
manfaatan ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan kawasan hutan. Kegiatan
rehabilitasi dapat dilakukan secara kolaboratif oleh setiap stakeholders dengan
pengawasan dan bimbingan dari pemerintah sebagai pengelola kawasan hutan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
23
2.1.13.1. Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Hutan
KPHL Brang Rea (Unit VII)
Kegiatan inventarisasi hutan di dalam wilayah kelola merupakan upaya
untuk memperoleh informasi berkaitan dengan keadaan dan potensi sumberdaya
hutan serta lingkungannya dengan tujuan untuk mendapatkan data dan informasi
yang aktual, dimana hasilnya nanti dipergunakan sebagai dasar pengembangan
perencanaan dan perumusan kebijakan serta strategi pengelolaan hutan baik jangka
pendek, menengah dan panjang. Penataan hutan merupakan kegiatan rancang
bangun unit pengelolaan mencakup pengelompokkan sumberdaya hutan sesuai
dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara
berkelanjutan. Kegiatan tata hutan di tingkat tapak merupakan kegiatan merancang
blok dan petak sebagai unit pengelolaan terkecil dimaksudkan sebagai upaya untuk
pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif dalam rangka memperoleh manfaat
yang lebih optimal dan lestari.
Tertatanya potensi yang kawasan KPHL Brang Rea (Unit VII) yang
memudahkan dalam pembagian dan pengelompokan wilayah kelola yang termuat
dalam bentuk blok dan petak, sehingga pengelolaan kawasan hutan sesuai dengan
fungsi pokok dan peruntukannya.
Penataan areal kerja KPHL Brang Rea (Unit VII) yang terbagi kedalam
blok dan petak dan tertatanya blok dan petak wisata, dan HHBK di wilayah
Kecamatan Brang Rea dan Kecamatan Poto Tano.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
24
2.2.2.1. Pengumpulan Data dan Informasi
KPHL Brang Rea (Unit VII) memiliki core bisnis diantaranya wisata alam
(wisata kampung adat, wisata alam). Penyusunan konsep KPHL Brang Rea (Unit
VII) menjadi pedoman dan tata cara penyusunan business plan dan informasi
mengenai penjabaran business plan yang tertuang dalam bentuk dokumen business
plan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
25
2.2.4.1. Sosialisasi Tata Cara Izin Pemungutan
Kondisi kelola kawasan hutan KPHL Brang Rea (Unit VII) dengan Hasil
Hutan Kayu (HHK) dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang potensial akan
dilakukan tata kelola yang lebih intensif dengan melakukan peningkatan
pemahaman masayarakat dan stakeholder dalam hal izin pemungutan hasil hutan,
sehingga nantinya diharapkan pemanfaatan sumber daya hutan ini mampu
memberikan kontribusi bagi masyarakat dan Negara.
Pemetaan potensi Konflik di KPHL Brang Rea (Unit VII) harus mampu
memetakan wilayah konflik dan menemukan kesepakatan antara pihak yang
berkonflik untuk menentukan solusi yang tepat. Wilayah yang berpotensi
menimbulkan konflik berada pada wilayah Benete, Maluk, Talonang, Sekongkang,
Tongo, Aikangkung dan Tatar.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
26
Operasional KPH diharapkan kedepan mampu memberikan dampak
secara ekonomis sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar
kawasan dan mampu mengurangi konflik antara masyarakat dan pemerintah dengan
memberikan gambaran wilayah pengelolaan dan bentuk pemanfaatan kawasan
dengan pola kemitraan antara kelompok tani hutan maupun pihak ketiga lainnya
sebagai pengelola hutan. Sosialisasi mengenai Operasionalisasi KPHL dilaksanakan
di Kecamatan Brang Rea dan Kecamatan Poto Tano.
Kegiatan patroli pengaman hutan di KPHL Brang Rea (Unit VII) harus
dilakukan dengan preventif, persuasive dan konsisten dalam melakukan tindakan
pengamanan hutan. Peningkatan pengamanan hutan juga harus dapat
meminimalisisr kerusakan hutan dan perlindungan vegetasi di dalam hutan produksi.
Patroli dilakukan secara rutin dan berkala pada wilayah rawan pencurian kayu yaitu
di wilayah di wilayah Seran, Rempe Rarak Rungis, Bangkat Monteh, Lamuntet,
Tepas Sepakat, Seminar Salit, Mura, Lampok dan Seloto.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
27
membentuk tenaga teknis yang propesional dan tangguh. Kegiatan pelatihan
bimbingan teknis pengelolaan hutan dilaksanakan di Balai KPH Sejorong Mataiyang
Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
28
BAB III
Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 merupakan penjabaran
dari penjabaran visi yang tertuang dalam dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka
Panjang (RPHJP) dalam mengimplementasikan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
KPH Brang Rea (Unit VII). Oleh karena itu, masing-masing rencana kegiatan merupakan
pelaksanaan misi yang mempunyai cakupan yang luas disesuaikan dengan arah rencana
pembangunan kehutanan Nasional dan Propinsi. Penjabaran hirarkinya hingga diterjemahkan
hingga ke tingkat operasional. Penjelasan masing-masing rencana kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut :
Kegiatan pengelolaan hutan di tingkat tapak memerlukan batas blok dan petak yang
jelas. Kejelasan batas kawasan, blok dan petak memiliki beberapa keuntugan dalam
hubungan dengan perencanaan dan aspek sosial. Batas kawasan, blok dan petak yang jelas
memastikan luas areal kelola kawasan, blok dan petak yang menjadi dasar dalam
perencanaan. Batas blok dan petak yang jelas dapat mempermudah pengelolaan dan
mengurangi konflik dalam masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan hutan.
Metode penyelesaian batas kawasan, blok dan petak tanpa menimbulkan konflik di
masyarakat merupakan harapan semua pihak dan sekaligus merupakan pekerjaan berat
pengelola kawasan hutan. Oleh karena itu dalam penataan blok dan petak di lapangan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
29
memerlukan keterlbatan dan kesepakatan bersama antara penelola dengan masyarakat yang
nantinya akan ikut terlibat dalam pengelolaan hutan. Penataan kawasan saat ini memiliki
peluang menimbulkan konflik sehingga perlu dilakukan secara hati-hati dengan
mempertimbangan semua aspek yang berpotensi menimbulkan konflik. Penataan Blok dan
petak akan dilakukan setiap tahun sesuai anggaran yang tersedia. Pada tahap awal ditarget
penyelesaian penataan blok dan petak pada blok kawasan hutan yang belum dibebani ijin
pemanfaatan salah satunya adalah blok pemanfaatan wilayah tertentu.
Penataan kawasan yang telah disepakati bersama harus dipetakan dan disosialisasikan.
Pemetaan batas kelola diperlukan sebagai salah satu dokumen tertulis yang akan menjadi
acuan khususnya jika ada konflik batas dikemudian hari. Selain itu, pemeliharaan tanda
batas baik blok dan petak bahkan batas kawasan harus dilakukan secara berkesinambungan
untuk menghindari hilangnya tanda batas di lapangan. Kegiatan-kegiatan lain yang dapat
dilakukan dalam mendukung penataan batas antara lain melalui sosialisasi dan penyusunan
aturan lokal (awig-awig).
3.2. Pemanfaatan Hutan pada wilayah tertentu
Sumberdaya alam khususnya hutan, memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan
manusia, baik manfaat langsung, maupun tidak langsung. Manfaat langsung seperti
penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti
pencegahan erosi, pengaturan tata air, perlindungan dan manfaat rekreasi. Keberadaan hutan,
dalam hal ini daya dukung hutan terhadap segala aspek kehidupan manusia, satwa dan
tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi rendahnya kesadaran manusia akan arti penting
hutan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan.
Mengingat pentingnya arti hutan bagi masyarakat, maka pengelolaan sebagian
kawasan hutan di KPH Brang Rea (Unit VII) akan dilakukan dengan pola kemitraan yaitu
pada blok pemanfaatan wilayah tertentu yang terdapat pada hutan lindung dan hutan
produksi.
Rencana Pengelolaan Wilayah Tertentu pada KPHL Brang Rea (Unit VII) sesuai pada
tabel 3.1 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Wilayah Tertentu KPHL Brang Rea (Unit VII)
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
30
o Kemitraan antara KPH dengan
masyarakat, KTH, Koperasi,
BUMN dan BUMS
2. Blok HPT Pemanfaatan 7.250.88 o Pengusahaan Hutan Tanaman
HHK-HT Model Kemitraan dengan Investor
dan Masyarakat
Program kerja yang masuk dalam misi melaksanakan pengelolaan hutan yang optimal dan
lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah Pembangunan Model Usaha
Pengembangan HHBK, Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Optimalisasi Pemanfaatan Areal
KPHL Oleh Masyarakat melalui beberapa kegiatan, antara lain:
1. Sosialisasi Kelembagaan KPHL Brang Rea (Unit VII) kepada Masyarakat Sekitar
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan pemahaman kepada
masyarakat terkait keberadaan KPH sebagai pengelolaan kawasan hutan di KPHL
Brang Rea (Unit VII). Sosialisasi ini dilaksanakan di Kantor Balai Balai KPH
Sejorong Mataiyang Brang Rea dengan masyarakat Poto Tano, Seteluk Taliwang dan
Brang Rea.
2. Identifikasi Potensi Produksi dan Nilai Ekonomi HHBK serta Jasa Lingkungan
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengumpulkan sumber data baik potensi hasil hutan
kayu, hasil hutan bukan kayu serta potensi-potensi wisata alam yang belum terdata
sehingga mampu memberikan informasi tentang nilai-nilai ekonomis potensi yang ada
di KPHL Brang Rea (Unit VII). Output yang diharapkan yaitu berupa sumber data
potensi yang bersifat digitasi dan pemetaan.
3. Budidaya Tanaman HHBK
Kegiatan ini akan dilaksanakan di blok pemanfaatan bawah tegakan, yaitu
pengembangan tanaman kopi dalam kawasan Hutan Lindung. Luasan yang akan
dikembangkan untuk tahap awal tanaman kopi bawah tegakan seluas 50 Ha yang
berlokasi di Dusun Rarak Desa Rarak Rungis dan dan Pengembangan HHBK di
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
31
Kawasan Hutan Lindung seluas 100 Ha di Dusun Rarak dan Dusun Rongis Desa
Rarak Rungis Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat dengan jenis
tanaman kemiri aren.
4. Penyusunan Desain Tapak Pemanfaatan Jasling Wisata Alam (Lokasi Desa Tua
Mantar dan Gua Member Bangkat Monteh)
Kegiatan ini akan diarahkan pada blok jasa lingkungan untuk pengembangan wisata
alam di lokasi Desa Tua Mantar Blok Pemanfaatan Hutan Lindung dengan jenis
tanaman Cemara dan beberapa tanaman MPTS dan Gua Member pada Blok
Pemanfaatan dalam Kawasan Hutan Produksi. Keluaran/out put dari kegiatan ini
adalah dokumen Desain Tapak pengelolaan blok jasa lingkungan.
5. Verifikasi Calon Mitra
Sebagai bentuk keseriusan KPHL Brang Rea (Unit VII) dalam mendorong proses
kemitraan akan dilakukan proses verifikasi calon mitra KPHL terhadap rencana
kegiatan tahun 2018. Out put dari kegiatan ini adalah kesesuaian kelengkapan berkas
kemitraan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6. Pembangunan Fasillitas Jasa Lingkungan Wisata (lokasi Desa Tua Mantar dan Gua
Member Bangkat Monteh)
Dalam pengembangan blok wisata akan penanaman tanaman Cemara dan beberapa
tanaman MPTS seluas 50 Ha dalam Blok Pemanfaatan Hutan Lindung serta
melakukan penataan ruang sesuai desain tapak dan desain fisik sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan nilai estetika.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
35
Untuk mengoptimalkan upaya perlindungan hutan, KPHL Brang Rea (Unit VII)
berupaya untuk melibatkan peran aktif masyarakat sebagai salah satu pilar dalam pengelolaan
hutan. Adapun kegiatan-kegiatan terkait perlindungan hutan adalah sebagi berikut:
1. Identifikasi dan Pemetaan Konflik di Areal KPHL
Kegiatan ini diarahkan pada pengumpulan data potensi konflik, khususnya konflik
tenurial yang tersebar dibeberapa lokasi antara lain, benete, tatar dan talonang. Potensi
konflik tersebut akan dituangkan dalam peta potensi konflik sebagai basic data dalam
penyusunan kegiatan. Kebutuhan anggaran adalah sebesar
2. Patroli Partisipatif Pengamanan Hutan
Dalam rangka meminimalisir tingkat gangguan keamanan hutan di KPHL Brang Rea
(Unit VII), kegiatan rutin patroli pengamanan hutan akan dilaksanakan secara
terorganisir dengan tim pengamanan hutan KPHL Brang Rea (Unit VII). Kegiatan
patroli akan dilaksanakan sebanyak 12 kali, dengan rincian 8 kali patroli rutin dan 4
kali patroli gabungan dengan intsansi terkait lainya. Out put dari kegiatan ini adalah
menurunya tingkat gangguan keamanan hutan, penindakan hukum dan dokumen
pelaporan kegiatan.
3. Perlindungan dan Pengamanan Hutan
Perlindungan hutan dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan dan
berkurangnya potensi tumbuhan, satwa dan plasma nutfah. Kegiatan perlindungan dan
pegamanan hutan dilakukan secara berkala. Rencana perlindungan dan pengamanan
hutan KPHL Brang Rea (Unit VII) Tahun 2018 berupa kegiatan :
- Pembuatan Dam Penahan sebanyak 5 Unit pada Blok Perlindungan Hutan
Lindung dan Hutan Produksi di Desa Bangkat Munteh, Desa Senayan, Desa
Tamekan, Desa Tuananga dan Desa Kuang Busir.
- Pembuatan Gully Plug sebanyak 50 Unit di Resort Brang Rea dan Resort Seteluk
- Pembangunan Kantor Resort sebanyak 1 Unit di Resort Brang Rea
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
36
tahapan pengelolaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring
merupakan langkah untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik tersebut.
Prinsip kolaboratif dalam pengembangan organisasi merupakan salah satu cara
memperbesar dan memperkuat KPHL Brang Rea (Unit VII). Sehingga perlu dilakukan
penyelenggaraan koordinasi dengan instansi dan stakeholder terkait harus merupakan salah
satu agenda utama yang dilaksanakan organisasi KPHL Brang Rea (Unit VII).
3.9. Koordinasi dan Sinergi Dengan Instansi dan Stakeholder Terkait
Kebijakan menguatkan kelembagaan KPHL diarahkan untuk menjadikan KPHL Brang
Rea (Unit VII) sebagai sebuah institusi pengelola hutan di tingkat tapak yangdijalankan
secara profesional, efektif dan efisien. Dalam kebijakan penguatan kelembagaan ini, terdapat
4 arahan yang menjadi fokus yaitu : organisasi dan tata hubungan kerja, kapasitas SDM
pengelola, tata kelola dan sarana prasarana.
Organisasi KPHL sebagai sebuah lembaga atau institusi tingkat tapak dalam
pengelolaan hutan merupakan ujung tombak dalam pencapaian target pembangunan
kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten. Oleh karena itu diperlukan kebijakan yang
matang dalam organisasi, kelembagaan, dan tata hubungan kerja baik antar KPHL maupun
dengan instansi lainnya.
Selain itu, tugas dan fungsi juga akan memberikan arah tentang bagaimana hubungan
kerja atau sistem kerja antara komponen atau bagian dalam struktur organisasi KPHL, dan
bahkan pola hubungan eksternal KPHL. Selain itu keberadaan organisasi KPHL mampu
memberikan pelayanan kepada publik dalam pengusahaan dan pemanfaatan potensi kawasan
hutan terutama dalam pengembangan kemasyarakatan yang berada di wilayah KPHL.
Kualitas sumber daya manusia pengelola kawasan hutan yang tinggi merupakan pokok
yang harus dimiliki baik oleh KPHL Brang Rea (Unit VII) maupun masyarakat yang akan
menjadi mitra dalam pengelolaan hutan sehingga perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan hutan dapat berjalan dengan optimal. Sebagai tolok ukur kualitas sumber daya
manusia yang tinggi dapat dilihat dari kemampuan, keterampilan dalam pengelolaan kawasan
hutan.
Sebagai implementasi dari tolok ukur tersebut, maka peningkatan sumber daya manusia
selain didasari atas pengalaman juga sangat dipengaruhi oleh pelatihan yang diperoleh oleh
masyarakat.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
37
Untuk mendukung program tersebut, beberapa rencana kegiatan akan diarahkan pada
tercapainya kwalitas perencanaan dan kemampuan SDM pengelola, khususnya masyarakat
sebagai calon mitra KPHL Brang Rea (Unit VII). Kegiatan tersebut antara lain:
1. Pelatihan Penanganan Pasca Panen dan Penggunaan Alat Pengelolaan HHBK Madu
Kepada Kelompok Tani Hutan.
Kegiatan ini untuk memberi pengetahuan dan ketrampilan kepada kelompok
masyarakat dalam pengelolaan potensi HHBK pasca produksi. Kegiatan dilaksanakan
sebanyak 2 (dua ) angkatan dan dilaksanakan di Kecamatan Brang Rea. Out put
kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan kelompok masyarakat
dalam pengelolaan HHBK.
2. Konsultasi Publik Desain Tapak Wisata
Kegiatan konsultasi publik ini akan melibatkan beberapa pihak termasuk ahli yang
berkompeten dalam memberikan koreksi dan masukan dalam pembuatan desain
tapak. Lokasi kegiatan akan dilaksanakan di wilayah Kecamatan Brang Rea dan
Kecamatan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat. Out put kegiatan ini adalah
tersusunya dokumen desain tapak pengelolaan blok Wisata.
3. Penyusunan Desain Fisik Pemanfaatan Jasling Wisata
Kegiatan ini diarahkan pada pertemuan/rapat dalam menyusun dan membuat desain
fisik pemanfaatan Jasling Wisata. Kegaiatan melibatkan beberapa pihak untuk
memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam penyusunan desain fisik.
Lokasi kegiatan di Kecamatan Brang Rea dan Kecamatan Poto Tano.
4. Konsultasi Publik Desain Fisik Wisata
Kegiatan konsultasi publik ini akan melibatkan beberapa pihak termasuk ahli yang
berkompeten dalam memberikan koreksi dan masukan dalam pembuatan desain fisik.
Lokasi kegiatan akan dilaksanakan di Kecamatan Brang Rea dan Kecamatan Poto
Tano. Out put kegiatan ini adalah dokumen desain fisik pengelolaan blok jasa
lingkungan.
5. Bantuan Peralatan HHBK Rotan
Kegiatan ini sebagai bentuk dukungan KPHL Brang Rea (Unit VII) dalam
mendukung usaha ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan, khususnya pada
pengelolaan HHBK Rotan. Out put kegiatan ini adalah terfasilitasinya sarana dan
prasarana pengolahan HHBK Rotan berupa perlengkapan penggorengan rotan untuk
Desa Lampok.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
38
3.11 Penyediaan Dana/ Sumber Pembiayaan
Program dan rencana yang telah disusun harus dapat ditindak lanjuti dengan
rancangan kegiatan dan strategi pendanaan. Sumber pendanaan bagi pengelolaan hutan di
KPHL Brang Rea (Unit VII) bersumber dari dana pemerintah baik APBN maupun APBD dan
juga dari sumber dana lain yang bersifat tidak mengikat yang dapat diperoleh melalui
kolaborasi dengan masyarakat, pihak swasta dan lembaga-lembaga lain yang konsen terhadap
pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan.
KPHLBrang Rea (Unit VII) merupakan salah satu KPHL yang diharapkan dapat
menjadi contoh pengelolaan bagi wilayah lain. Penetapan KPH Brang Rea (Unit VII)
berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor : SK.337/ Menhut-II/2009 dengan luas wilayah
pengelolaan seluas ± 45.302 Ha. Kemudian secara kelembagaan KPHL Brang Rea (Unit VII)
dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 20 tahun 2012. Dari luasan
wilayah pengelolaan tersebut terbagi dalam blok pengelolaan. Luas blok pengelolaan lainya
adalah blok inti seluas ± 14.579,03 Ha, blok perlindungan ± 259,19 Ha, blok khusus 177,97
Ha dan blok pemanfaatan (wilayah tertentu) ± 24.895,35 Ha atau 54% dari luasan hutan
pengelolaan KPHL Brang Rea (Unit VII). Dengan demikian luas areal yang menjadi
kewenangan pengelolaan KPHL Brang Rea (Unit VII)adalah seluas ± 24.895,35 Ha. Luasan
ini telah menjadi kesepahaman bersama antar pemangku kepentingan/pemegang izin
diwilayah KPHL Brang Rea (Unit VII).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
40
BAB Iv
MONITORING DAN
EVALUASI
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
41
BAB Iv
PENUTUP
Penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea
(Unit VII) merupakan arah kegiatan yang akan dilakukan selama 1 tahun kedepan dalam
rangka mewujudkan visi KPHL Brang Rea (Unit VII) yaitu: “Pengelolaan Hutan Yang
Lestrai Berdaya Saing Dan Mandiri Untuk Mendukung Kemakmuran Masyarakat”.
Pengelolaan hutan KPHL Brang Rea (Unit VII) yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 ini
mengacu kepada fungsi hutan yang kemudian menjadi dasar untuk perencanaan pemanfaatan
Blok Pemanfaatan; HP Blok Wisata dan Jasa Lingkungan; HP Blok Pemanfaatan HHBK,
Pemberdayaan Masyarakat serta pembentukan kelompok pengamaman hutan yang secara
teknis kegiatan pengelolaan hutan KPHL Brang Rea (Unit VII) tahun 2018 dilaksanakan
berbasis pola kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL Brang Rea (Unit VII)
42