MANADO
2013
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Tim Pelaksana
1. Max K. S. Wowor, SP.
2. Stery J. Lombogia, S.Sos.
3. Ir. Zainal A. Jusuf
4. Robby Rombeng, S.Sos.
5. Surja A. Makiengung, S.Sos.
6. Domingos Soares
7. Arlenos
Di nilai di : Manado
Pada Tanggal : Oktober 2013
Oleh :
KEPALA BIDANG PERLINDUNGAN KEPALA UPTD TAMAN HUTAN RAYA
DAN PELESTARIAN ALAM GUNUNG TUMPA
Disahkan di : Manado
Pada Tanggal : Oktober 2013
Oleh :
KEPALA DINAS KEHUTANAN
PROVINSI SULAWESI UTARA
Pelaksana :
Team Penyusun
DAFTAR ISI
Tabel :
V–2 Rencana Sarana Prasarana Wisata Alam pada Ruang A dan C ..... V – 12
A. LATAR BELAKANG
Hutan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, merupakan sumber daya
alam yang memiliki aneka ragam kandungan kekayaan alam yang bermanfaat
bagi manusia, baik manfaat ekologi, sosial budaya, maupun ekonomi. Sebagai
bentuk perwujudan rasa syukur terhadap karunia-Nya, maka hutan harus
diurus dan dimanfaatkan secara optimal dengan mempertimbangkan
kecukupan luas kawasan hutan dalam daerah aliran sungai, daerah
Kabupaten/Kota, dan/atau Provinsi serta keserasian manfaat secara
proporsional sesuai sifat, karakteristik dan kerentanan peranannya sebagai
penyerasi keseimbangan lingkungan lokal, nasional, dan global.
Sesuai dengan sifat, karakteristik dan kerentanannya sebagai penyerasi
keseimbangan lingkungan, hutan dibagi dalam 3 (tiga) fungsi pokok yaitu
hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Selanjutnya masing-
masing fungsi pokok hutan diatur pengelolaannya dalam rangka mewujudkan
prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari.
Dalam rangka optimalisasi fungsi dan manfaat hutan dan kawasan
hutan sesuai dengan amanat Pasal 19 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang, dan sesuai
dengan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat, pada
prinsipnya kawasan hutan dapat diubah peruntukan atau fungsinya. Untuk
menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan, manfaat sosial
budaya, dan manfaat ekonomi, maka perubahan peruntukan dan fungsi
kawasan hutan harus berasaskan optimalisasi distribusi fungsi dan manfaat
kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan dengan memperhatikan
keberadaan kawasan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang
proporsional.
Beberapa kegiatan awal yang bersifat multidisiplin dan terpadu untuk
perencanaan pengembangan Agro Wana Wisata adalah kegiatan penataan
ruang atau blok/zonasi fungsi, kajian potensi, kajian penyusunan rencana tata
letak, desain fisik, rencana pengelolaan detil dan kegiatan fisik terpadu. Salah
satu tahap awal yang perlu dilakukan untuk mengelola Agro Wana Wisata
adalah menyusun tata ruang kawasan. Penyusunan blok/zonasi kawasan
memerlukan kajian yang mendalam dan detil mengenai landscape dari
9
suatu kawasan, data mengenai kondisi biogeofisik dan sosek, sehingga
dihasilkan zonasi kawasan yang reprentatif terhadap pengembangan lebih
lanjut, baik dari unsur budaya setempat, estetika maupun segi ilmiah. Salah
satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut adalah dengan
metode SIG. Analisa SIG dalam hal ini dapat berfungsi menyokong
pengambilan keputusan dalam penentuan blok/zonasi kawasan Agro Wana
Wisata.
10
tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepetingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, parawisata, dan
rekreasi.
3. Sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah unsur-unsur hayati di
alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan
sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non-hayati
di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
4. Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar
habitatnya tidak punah.
5. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya adalah
upaya menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa agar tidak
punah.
6. Identifikasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk mengenal
jenis, keadaan umum status populasi dan tempat hidupnya yang dilakukan
di dalam habitatnya.
7. Inventansasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk
mengetahul kondisi dan status populasi secara lebih rinci serta daerah
penyebarannya yang dilakukan di dalam dan di luar habitatnya maupun di
lembaga konservasi.
8. Jenis tumbuhan atau satwa adalah jenis yang secara ilmiah disebut
species atau anak-anak jenis yang secara ilmiah disebut sub-species baik
di dalam maupun di luar habltatnya.
9. Populasi adalah kelompok individu dan jenis tertentu di tempat tertentu
yang secara alami dan dalam jangka panjang mempunyai kecenderungan
untuk mencapai keseimbangan populasl secara dinamis sesuai dengan
kondisi habitat beserta lingkungannya.
10.Pengelolaan KPA adalah upaya terpadu dalam perencanaan, penataan,
pengembangan, pemanfaatan, pemeliharaan, pengawasan, perlindungan,
dan pengendaliannya.
11.Rencana Pengelolaan KPA adalah panduan yang memuat tujuan,
kegiatan dan perangkat yang diperlukan untuk pengelolaan kawasan
peletarian alam.
12.Rencana Pengelolaan Agro Wana Wisata adalah panduan yang memuat
tujuan, kegiatan, dan perangkat yang diperlukan untuk pengelolaan Agro
Wana Wisata.
13.Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) adalah rencana
pengelolaan makro yang bersifat indikatif disusun berdasarkan kajian
aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya dengan memperhatikan
partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat dan rencana pembangunan
daerah/wilayah.
14.Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJM) adalah rencana pengelolaan
strategis, kualitatif dan kuantitatif, disusun berdasarkan rencana
pengelolaan jangka panjang.
15.Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (TPJP-Tahunan) adalah rencana
pengelolaan teknis operasional, kualitatif dan kuantitatif, disusun
berdasarkan dan merupakan penjabaran dari rencana pengelolaan jangka
menengah.
16.Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan suatu alat yang berisi
kerangka dasar bagi upaya pengalokasian ruang berdasarkan fungsi,
struktur dan hirarki ruang, serta sebagai pengendalian pemanfaatan ruang.
17.Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
18.Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
19.Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi.
20.Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan.
21.Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam adalah pelaksanaan
suatu kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam rangka membantu
meningkatkan efektivitas pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam secara
bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan
kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
22.Para Pihak (stakeholders) adalah semua pihak yang memiliki minat,
kepedulian, atau kepentingan terhadap eksistensi kawasan pelestarian
alam. Para pihak dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
kelompok masyarakat, perorangan baik lokal, nasional, maupun
internasional, LSM, BUMN/BUMD, BUMS, perguruan pendidikan tinggi,
lembaga ilmiah dan media massa.
23.Peran serta para pihak adalah kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh
para pihak yang timbul atas minat, kepedulian, kehendak dan atas
keinginan sendiri untuk bertindak dan membantu dalam mendukung
pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam.
24.Kelembagaan Kolaborasi dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan
Kawasan Pelestarian Alam adalah pengaturan yang meliputi wadah
(organisasi), sarana pendukung, pembiayaan termasuk mekanisme kerja
dalam rangka melaksanakan pengelolaan kolaborasi yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan para pihak.
25.Analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah salah
satu metode analisa yang didasarkan pada kajian tehadap
Lingkungan Internal yaitu aspek kekuatan (Strength), dan kelemahan
(Weaknesses), serta terhadap lingkungan Eksternal yaitu aspek peluang
(Opportunities), dan ancaman (Threats) untuk pengambilan keputusan.
26.Lembaga Konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi
tumbuhan dan atau sama di luar habitatnya (ex situ), baik berupa lembaga
pemerintah maupun lembaga non pemenntah.
27.Pariwisata Alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
alam, termasuk usaha pemanfaatan obyek dan daya tarik serta usaha-
usaha yang terkait dengan wisata alam.
28.Pengusahaan Pariwisata Alam adalah suatu kegiatan untuk
menyelenggarakan usaha pariwisata alam di suaka margasatwa, taman
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam berdasarkan rencana
pengelolaan.
29.Izin usaha penyediaan jasa wisata alam yang selanjutnya disebut IUPJWA
adalah izin usaha yang diberikan untuk penyediaan jasa wisata alam pada
kegiatan pariwisata alam.
30.Izin usaha penyediaan sarana wisata alam yang selanjutnya disebut
IUPSWA adalah izin usaha yang diberikan untuk penyediaan fasilitas
sarana serta pelayanannya yang diperlukan dalam kegiatan pariwisata
alam.
31.Blok Pemanfaatan adalah bagian dari kawasan taman wisata alam dan
taman hutan raya yang dijadikan tempat pariwisata alam dan kunjungan
wisata.
32.Rencana Pengelolaan adalah suatu rencana makro yang bersifat indikatif
strategis, kualitatif, dan kuantitatif serta disusun dengan memperhatikan
partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat, kondisi lingkungan dan rencana
pembangunan daerah/wilayah dalam rangka pengelolaan suaka
margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
33.Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam adalah suatu rencana kegiatan
untuk mencapai tujuan usaha pemanfaatan pariwisata alam yang dibuat
oleh pengusaha pariwisata alam yang didasarkan pada rencana pengelolaan
suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata
alam.
34.Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
35.Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
36.Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
37.Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha.
38. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
39.Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
40.Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
41.Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang
melakukan kegiatan usaha pariwisata.
42.Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling
terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
43.Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi
utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata
yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, daya dukung lingkungan hidup,
serta pertahanan dan keamanan.
44.Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang
dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
45.Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di
bidang kehutanan.
46.Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan
bertanggung jawab di bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya.
47.Direktur Teknis adalah Direktur yang diserahi tugas dan bertanggung jawab
di bidang konservasi kawasan.
48.Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut sebagai pemerintah, adalah
perangkat Negara Kesatuan RI yang tediri dari Presiden beserta Menteri.
49.Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom
yang lain sebagai badan eksekutif daerah.
50.BAPPEDA adalah Badan pada Propinsi/Kabupaten/Kota yang menangani
dan bertanggungjawab dibidang Perencanaan Pembangunan Daerah.
51.Dinas adalah Dinas Propinsi/Kabupaten/Kota yang menangani bidang
kehutanan.
52.Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja Pemerintah
Daerah (provinsi) yang membidangi Kehutanan dan Keparawisataan.
53.Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) adalah UPT Pemerintah Daerah
(provinsi) yang mengelola Hutan dan atau membidangi kehutanan.
BAB II
KEBIJAKAN KEPARAWISATAAN ALAM
A. PARIWISATA
Pasal 12
a. Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan
aspek:
- sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya
tarik pariwisata.
- potensi pasar
- lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan
wilayah.
- perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis
dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
- lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan
pemanfaatan aset budaya
- kesiapan dan dukungan masyarakat dan kekhususan dari wilayah
b. Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam
terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
c. Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial
dan agama masyarakat setempat.
Pasal 13
a. Kawasan strategis pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat
(1) dan ayat (2) terdiri atas kawasan strategis nasional, kawasan strategis
pariwisata provinsi, dan kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota.
b. Kawasan strategis pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bagian integral dari rencana tata ruang wilayah nasional,
rencana tata ruang provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten
/kota.
Pasal 14
a. Usaha pariwisata meliputi, antara lain: daya tarik wisata, kawasan
pariwisata, jasa transportasi pariwisata, jasa perjalanan pariwisata, jasa
makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan
hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan
pariwisata, jasa pramuwisata, wisata tirta dan spa.
b. Usaha pariwisata selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan menteri.
Pasal 15
a. Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14, pengusaha pariwisata wajib mendaftarkan usahanya
terlebih dahulu kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 16
Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat menunda atau meninjau kembali
pendaftaran usaha pariwisata apabila tidak sesuai dengan ketentuan tata cara
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15
Pasal 17
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan dan melindungi
usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi dalam bidang usaha pariwisata
dengan cara: Membuat kebijakan pencadangan usaha pariwisata untuk usaha
mikro, kecil, menengah, dan koperasi dan menfasilitasi kemitraan usaha
mikro, kecil, menengah, dan koperasi dengan usaha skala besar.
Kebijakan pariwisata nasional dapat ditinjau dari UUD 1945 dan UU Nomor 9
Tahun 1990, hingga Tahun 1999 dengan apa yang dinamakan “Kebijakan
Nasional” (National Policy) tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN).
Pencantuman pariwisata dalam GBHN baru dilakukan pada Pelita II tahun
1978, yaitu dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang GBHN.
Kedudukan UU Nomor 9 tahun 1990 dalam perundang-undangan nasional
merupakan undang-undang non-organik yang lahir dan timbul atas dasar
pemenuhan kebutuhan kebijakan operasional di bidang pariwisata yang
bersifat lintas sektoral.
UU Nomor 9 tahun 1990 dapat dikaitkan dengan UUD 1945 yang
diamandemen, khususnya berkaitan pasal 32 dan 33, yaitu : kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya;
demokrasi ekonomi keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Selama empat dasawarsa pembangunan nasional, kebijakan kepariwisataan
telah mengalami perubahan yang signifikan. Awalnya, pariwisata dipandang
sebagai kegiatan pembangunan yang berbasiskan kebudayaan, kemudian
sebagai salah satu andalan sektor ekonomi terutama bagi peningkatan
penerimaan devisa.
Terakhir, sejak tahun 1999 sampai sekarang pariwisata dikembalikan pada
konsep semula sebagai program pembangunan sosial budaya. Perubahan
kebijakan tersebut telah membawa implikasi luas, baik pada kegiatan
kepariwisataan itu sendiri, maupun bagi pengelolaan lingkungan alam, sosial
dan budaya sebagai sumber daya yang menjadi andalan utama dalam kegiatan
pariwisata.
Apa yang penyebabnya? Perubahan kebijakan pariwisata tersebut telah
membawa dampak luas baik pada kegiatan kepariwisataan itu sendiri,
maupun pemanfaatan lingkungan alam, sosial dan budaya sebagai sumber
daya pariwisata. Beberapa hal ketidaksesuaian ada dalam kebijakan pariwisata
kita. Misalnya, hingga tahun „90-an, kebijakan pariwisata sangat bersifat
sentralistik, ekonomi sentris dan eksploitatif dalam penerapannya.
17
Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan GBHN 1978 yang menunjukkan
bahwa ciri utama pelaksanaan kebijakan kepariwisataan adalah memperbesar
penerimaan devisa dengan segala daya upaya. Akibatnya, sisi penerimaan
devisa meningkat. Namun, eksplotasi yang berlebihan merusak sumber daya
alam dan budaya.
Memang karena eranya, UU Nomor 9 tahun 1990 yang disusun atas dasar
pemenuhan kebutuhan kebijakan operasional, juga bersifat sentralistik,
berpihak pada swasta berskala besar dan membatasi peran masyarakat,
khususnya dalam pengambilan keputusan yang diperlukan dalam
menyelenggarakan kepariwisataan.
Parahnya lagi, beberapa UU termasuk UU Nomor 9 tahun 1990 menunjukkan
muatan yang inkontekstual (Lex specialist derogate lex generalist) dengan
kebijakan terkait. Artinya sifat UU Nomor 9 tahun 1990 terhadap Undang-
undang lainnya (yang terkait), tidak memiliki hubungan kontekstual.
Bayangkan bahwa kata terpadu, terintegrasi selalu dikumandangkan, apa
lacur kebijakan satu sektor dengan sektor lain masih banyak yang tidak
berhubungan.
Masyarakat, pelestarian memang tercantum dalam UU Nomor 9 tahun 1990,
namun secara rinci dan lengkap belum mengakomodasi dimensi kesejahteraan
lokal, konservasi sumber daya alam, peningkatan kualitas hidup, serta
keseimbangan distribusi kesejahteraan inter dan antargenerasi.
Butir Penting
B. WISATA ALAM
20
Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
yang secara rinci mengatur mengenai : usaha pariwisata alam; peralihan
kepemilikan izin; kerjasama pariwisata alam; pengawasan, evaluasi dan
pembinaan; dan sanksi.
Sedangkan dalam tataran teknis terbit Peraturan Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor : P.3/IV-Set/2011 Tentang
Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Suaka
Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam,
Desain Tapak adalah Pembagian ruang pengelolaan pariwisata alam di zona
pemanfaatan dan zona rimba yang diperuntukkan bagi ruang publik dan
ruang usaha penyedia jasa/sarana pariwisata alam.
Tidak ada akses jalan masuk dan tidak boleh ada fasilitas
Perdirjen No : P. 3/IV-SET/2011
21
Keanekaragaman hayati dan ekosistem di Dusun Batu Melik yang khas
dan unik merupakan komoditas yang sangat menjanjikan dan menjadi daya
tarik yang sangat diminati wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun
wisatawan mancanegara.
D. RESPONSIBLE TOURISM
22
2. Dimensi Pendidikan, yaitu wisatawan yang mengikuti kegiatan wisata
tersebut akan mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai ekosistem,
keunikan biologi dan kehidupan sosial di tempat yang dikunjungi.
3. Dimensi Sosial/Kemasyarakatan, yaitu bentuk kegiatan wisata yang secara
aktif melibatkan masyarakat (khususnya masyarakat lokal) menjadi bagian
dari actor utama dalam penyelenggaraan kegiatan wisata tersebut.
4. Dimensi Ekonomi, yaitu menumbuhkan kegiatan perekonomian yang
berbasis masyarakat.
Menurut batasan di atas, kegiatan ekowisata secara langsung atau tidak
langsung ikut berperan dalam upaya melindungi dan mengelola habitat alam
dan spesies di dalamnya serta di sisi lain dapat menguntungkan masyarakat
setempat dari segi ekonomi
Kawasan Agro Wana Wisata Batu Tilam merupakan salah satu kawasan hutan
yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat, dengan tipe ekosistemnya yang
terbentuk di dalam kawasan mengikuti perubahan bentuk topografi dan
bentang alam. Berbagai tipe ekosistem yang masing-masing ekosistem
dicirikan oleh munculnya tumbuhan
dominan yang mencirikannya. Keanekaragaman dari tipe ekosistem yang
terdapat di dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas areal Agro Wana Wisata
Batu Tilam secara umum memiliki tipe ekosistem hutan dataran rendah,
terletak pada ketinggian 100 - 627 m dpl.
Selain potensi flora dan fauna, Agro Wana Wisata Batu Tilam juga memiliki
Panorama alam seperti air terjun batu tilam dan gua tempat bersarangnya
burung walet. Lansekap kawasan Agro Wana Wisata Batu Tilam pun cukup
bervariasi. Dimulai dari hamparan berbagai bukit sampai dengan banyaknya
aliran sungai yang ada. Apabila menggunakan jalan masuk dari arah Dusun
Batu Melik pada pagi hari, maka akan didapatkan pemandangan yang bagus
dimana bukit-bukit masih diselimuti kabut dan berbagai jenis satwa.
F. KEPARIWISATAAN ALAM DI TAHURA GUNUNG TUMPA
G. EKOWISATA
Wisatawan
Menurut (Fandlei, et.al, 2000), Indonesia memiliki potensi yang sangat besar
dalam pengembangan ekowisata kawasan hutan tropika yang tersebar di
kepulauan yang sangat menjanjikan untuk ekowisata dan wisata khusus.
Kawasan hutan yang dapat berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis
lingkungan adalah Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, Taman Wisata Alam), Kawasan Suaka Alam (Suaka Margasatwa) dan
Hutan Lindung melalui kegiatan wisata alam terbatas, serta Hutan Produksi
yang berfungsi sebagai Wana Wisata.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa perencanaan pengembangan ekowisata harus
didasarkan pada regulasi secara nasional maupun kesepakatan secara
internasional. Seluruh regulasi dan kesepakatan internasional dijadikan dasar
dan landasan untuk pengembangan ekowisata nasional. Sementara
pengembangan ekowisata regional atau lokal didasarkan pada regulasi di
daerah serta persepsi dan preferensi masyarakat sebagai bentuk realisasi
paradigma baru yang memberdayakan rakyat. Dalam perencanaan
pengembangan ekowisata tujuan yang ingin dicapai adalah kelestarian alam
dan budaya serta kesejahteraan masyarakat. Sementara pemanfaatan hanya
dlakukan terhadap aspek jasa estetika, pengetahuan (pendidikan dan
penelitian) terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati filosofi,
pemanfaatan lajur untuk tracking dan adventure.
Choy (1997) dalam Fandle, et.al (2000) menjelaskan bahwa ada 5 (lima) aspek
utama berkembangnya ekowisata yaitu : (1) adanya keaslian alam dan budaya
(2) keberadaan dan dukungan masyarakat (3) pendidikan dan pengalaman (4)
keberlanjutan dan (5) kemampuan manajemen pengelolaan ekowisata.
Tabel III-1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Provinsi Sulawesi Utara, 2010-2015
Visi : “Menuju Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Saing. dan Sejahtera”
1 2 3
Misi 2 : 1. Memelihara dan 1. Terwujudnya sanggar-sanggar budaya serta komunitas
Mengembangkan mengembangkan adat
kebudayaan dan kebudayaan daerah 2. Terwujudnya Pelestarian bahasa daerah
berbagai potensi alam untuk menjadi 3. Terwujudnya status kawasan konservasi menjadi
daerah sebagai bagian warisan dunia kawasan konservasi dunia (World Heritage Sites, Cagar
dari warisan dunia 2. Memelihara dan Biosfer)
mengembangkan 4. Terwujudnya Pelestarian kawasan konservasi (Taman
potensi alam daerah hutan raya: Bunaken, dan Bogani Nani Wartabone;
untuk menjadi Cagar Alam: Tangkoko, Dua Sudara; Suaka Margasatwa:
warisan dunia Manembo-nembo, Karakelang; Taman Wisata Alam:
Batu Putih, Batu Angus)
5. Terwujudnya Daerah Perlindungan Laut (DPL) dan
Daerah Perlindungan Mangrove (DPM)
6. Terwujudnya kawasan konservasi baru termasuk
pengembangan kawasan konservasi laut daerah (KKLD)
dan Taman Hutan Raya (TAHURA)
7. Terwujudnya Pelestarian peninggalan benda dan situs
bersejarah (Cagar Budaya)
1 2 3
29
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS
1 2 3
Misi 13 : Mengelola 1. Meningkatkan 1. Terlaksananya peningkatan kualitas pengelolaan
30
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS
31
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS
Dari pemaparan tersebut diatas jelas terlihat adanya benang merah yang
menunjukkan relevansi pembangunan Provinsi dengan pengembangan
kawasan TAHURA. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam segala
aspek kehidupan yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi, akan
mengurangi tekanan terhadap keutuhan kawasan dan kelestarian
keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya. Selain dari itu, program
kepariwisataan pemerintah provinsi dapat disinergikan dengan peluang
yang dimiliki oleh TAHURA untuk memanfaatkan kawasan sebagai tujuan
wisata alam. Dengan menjalin komunikasi dan kerjasama yang intensif
baik TAHURA maupun pemerintah daerah Provinsi dan Kota/Kabupaten
akan memperoleh banyak manfaat dengan kehadiran TAHURA Gunung
Tumpa yang dikelola secara baik dan profesional untuk meningkatkan
kemanfaatannya bagi masyarakat. Baik program Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota maupun TAHURA Gunung Tumpa, distrategikan untuk
pembangunan masyarakat.
32
jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan
dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat”
Dari definisi diatas, dapat dipahami bahwa ekowisata adalah ecological
tourism, yaitu suatu model pengembangan pariwisata yang bertanggung
jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara
kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam (dan segala bentuk
budaya yang menyertainya) yang mendukung konservasi, melibatkan unsur
pendidikan dan pemahaman, memiliki dampak yang rendah dan keterlibatan
aktif sosio ekonomi masyarakat setempat. Ekowisata merupakan upaya
untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber
alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang
berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam
plus.
Adanya unsur plus plus di atas yaitu kepudulian, tanggung jawab dan
komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat setempat ditimbulkan oleh : Kekuatiran akan makin rusaknya
lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploatatif terhadap sumber
daya alam, Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik
dan sehat, Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi
aktif masyarakat setempat, Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika
mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi ('economical benefit') dari
lingkungan yang lestari, Kehadiran wisatawan ke tempat-tempat yang masih
alami itu memberikan peluang bagi penduduk setempat untuk mendapatkan
penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka
homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang
berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan
mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara
materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual.
Dalam perspektif pembangunan daerah kota Manado jangka panjang,
penetapan visi Manado Kota Model Ekowisata adalah satu dari 5 (lima)
tahapan pembangunan daerah yang disepakati melalui Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Manado 2005-2025.
Jika tahap pertama yaitu periode 2005-2010 dengan visi Manado Kota
Pariwisata Dunia, ditujukan pada upaya memperkenalkan dan menjadikan
Manado sebagai salah satu destinasi wisata dunia di Indonesia, maka pada
tahapan kedua yaitu periode 2010-2015 visi kota Manado diarahkan untuk
memperkuat citra kota Manado sebagai kota wisata dunia dengan fokus pada
meningkatkan primadona pariwisata kota Manado yaitu Taman Nasional
Bunaken yang dikelola melalui prinsip-prinsip ekowisata.
Oleh karena ekowisata lebih diarahkan pada kawasan Taman Nasional dalam
hal ini Taman Nasional Bunaken, maka berkembangnya berbagai kegiatan
perkotaan lainnya termasuk mass-tourism, MICE-tourism maupun
perdagangan dan jasa tetap akan dikembangkan.
Tujuan dan sasaran pada hakekatnya adalah penegasan kembali visi dan
misi pembangunan kota Manado secara lebih terinci, lebih tergambar dengan
jelas dan selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan kerangka kerja
pembangunan secara keseluruhan. Rumusan tujuan dan sasaran
merupakan dasar dalam penyusunan pilihan-pilihan strategi pembangunan
dan sarana untuk mengevaluasi pilihan-pilihan tersebut. Tujuan (goal)
adalah pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk menapai visi,
melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis dan permasalahan
pembangunan daerah.
Untuk menjabarkan misi agar jelas wujudnya dalam masa lima tahun
kedepan ditetapkan tujuan (grand strategy, goals) pembangunan daerah kota
Manado ssebagai berikut :
1. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berkualitas, Rukun dan Damai
2. Menciptakan Lingkungan Perkotaan yang Nyaman.
3. Membangun Identitas dan Citra Kota sebagai Model Ekowisata Dunia
4. Meningkatkan Peran Manado dalam Pengembangan Ekonomi Kawasan
5. Menerapkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih
Kelima grand strategies (tujuan/goals) tersebut diatas merupakan kristalisasi
dari apa yang ingin diwujudkan masyarakat kota Manado, yang juga ingin
dicapai melalui visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Manado untuk
periode 2010-2015.
Secara teknokratik, gambaran nyata dari cita-cita pembangunan diatas akan
dicapai secara bertahap, sinambung, dan disesuaikan dengan kemampuan
pendanaan APBD. Namun dengan berupaya menyesuaikan dengan prioritas
nasional dan provinsi Sulawesi Utara, diharapkan pendanaan pembangunan
di kota Manado juga akan didukung oleh dana APBD Provinsi Sulawesi Utara
dan APBN, mengingat posisi Manado sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi
Utara, sekaligus juga semakin signifikan perannya dalam skala nasional,
khususnya dibidang pariwisata. Pembiayaan pembangunan daerah juga
diharapkan akan didukung oleh investasi dunia usaha serta masyarakat itu
sendiri.
Dari pemaparan tersebut diatas jelas terlihat adanya benang merah yang
menunjukkan relevansi pembangunan kota dengan pengembangan kawasan
Taman Hutan Raya Gunung Tumpa. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
dalam segala aspek kehidupan yang ditetapkan oleh pemerintah kota, akan
mengurangi tekanan terhadap keutuhan kawasan dan kelestarian
keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya. Selain dari itu, program
kepariwisataan pemerintah kota dapat disinergikan dengan peluang yang
dimiliki oleh Taman Hutan Raya untuk memanfaatkan kawasan sebagai
tujuan wisata alam. Dengan menjalin komunikasi dan kerja sama yang
intensif baik Pengelola Taman Hutan Raya maupun pemerintah daerah
Provinsi dan Kota/Kabupaten akan memperoleh banyak manfaat dengan
kehadiran Taman Hutan Raya Gunung Tumpa yang dikelola secara baik dan
profesional untuk meningkatkan kemanfaatannya bagi masyarakat. Baik
program Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota maupun Taman Hutan Raya
Gunung Tumpa, distrategikan untuk pembangunan masyarakat.
BAB II SUBSTANSI DESAIN
TAPAK
1. Atraksi (attractions)
2. Aksesibilitas (accessibility)
40
(destination area). Prasarana meliputi tersedianya akses jalan, jembatan,
terminal-stasiun-pelabuhan-bandara, rest area, pom bensin dan lain-lain,
sedangkan sarana meliputi tersedianya alat transportasi baik darat, laut
dan udara (How to get there) atau tersedianya kesiapan infra struktur
suatu wilayah sebagai penunjang kemudahan wisatawan dalam mencapai
daerah tujuan wisata yang diinginkan.
Tersedianya prasarana dan sarana transportasi sebagai akses perjalanan
wisatawan untuk mencapai daerah tujuan adalah bersifat mutlak, dan
tersedianya layanan transportasi lokal merupakan suatu tuntutan bagi
terciptanya kemudahan wisatawan agar secara cepat dan nyaman dapat
mencapai obyek wisata.
3. Amenitas (Amenity)
C. METODE KEGIATAN
1. Data Primer.
Pedoman Wawancara
Tanyajawab dengan pegunjung (wisatawan) disetiap titik rencana
untuk desain tapak tentang masalah sehubungan dengan tema yang
diamati
Pengamatan
Pencatatan atas pengamatan secara langsung di area penelitian
mengenai kondisi aktual yang sedang dihadapi.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk data sudah jadi dan
terolah yang didapat dari instansi teknis terkait serta data hasil studi
pustaka guna mendapatkan gambaran awal, teori atau konsep yang
relevan dengan rencana desain tapak yang dilakukan. Sumber data
sekunder diperoleh dari institusi pengampu kepentingan (Dinas
Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara / UPTD TAHURA Gunung Tumpa)
termasuk kemitraan TAHURA.
E. VALIDASI KE LAPANGAN
Proses validasi data akan menjadi lebih jelas jika data yang diperoleh
semakin jelas, terarah dan spesifik melalui instrumen yang ditetapkan dari
hasil tahap orientasi. Perolehan data dan informasi yang diperoleh dari tahap
orientasi dan hasil observasi penelitian lapangan akan dikelompokkan serta
masing-masing akan diurai dalam bentuk dokumen dan plotting maupun
menurut jenis data agar diperoleh himpunan data dan informasi untuk di
lakukan analisis data baik secara kuantitatif mapun kualitatif. Sedangkan
hasil perolehan data kualitatif akan dipergunakan sebagai referensi dalam
pengembangan interpretasi data agar khususnya dalam menganalisa desain
tapak.
H. PENGESAHAN
Selanjutnya setelah mendapatkan perbaikan dilakukan penilaian oleh Kepala
UPTD TAHURA dan kemudian pengesahan oleh Kepala Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi Utara
BAB V
ANALISA WILAYAH PERENCANAAN
A. RISALAH KAWASAN
b. Batas-batas
c. Sejarah Kawasan
Penggalian sejarah merupakan satu cara untuk mengingat kembali apa yang
sudah terjadi di masa lalu, dari awal keberadaan kawasan hutan Gunung
Tumpa hingga kondisi sekarang. Penggunaan tokoh-tokoh masyarakat dan
aparat pemerintahan setempat sebagai tokoh kunci, sangat membantu dalam
penggalian yang dilakukan melalui cara wawancara secara mendalam
ataupun melalui diskusi secara terfokus. Informasi yang didapat tidak hanya
dari pihak masyarakat tapi juga didapat dari dokumen-dokumen yang terkait
dengan lokasi yang dimaksud.
Tujuan dari penggalian ini adalah untuk melihat sejauhmana konflik yang
terjadi antara pemerintah dengan masyarakat sekitar TAHURA Gunung
Tumpa dan keberadaan masyarakat dengan pemerintah dalam hal ini
wanariset (nama yang dikenal sebagian besar masyarakat Kelurahan/Desa
sekitar hutan)
1. Tahun 1932
2. Tahun 1983
3. Tahun 1996
4. Tahun 1999
5. Tahun 2000
6. Tahun 2013
d. Aksesibilitasi
TAHURA Gunung Tumpa dapat dicapai dari beberapa arah antara lain arah
Utara, Timur dan Selatan. Informasi aksesibilitas menuju TAHURA Gunung
Tumpa, sebagai berikut :
Tabel V-1 : Arah / Jalur lewat dan Jarak tempu menujuk Lokasi
TAHURA Gunung Tumpa
Panjang
No Arah / Jalur Lewat (dari – ke)
(Km)
1 Pusat Kota Manado (Zero Point) – Jembatan Megawati – 13.283,00
Tuminting – Batusaiki – Molas – Meras – Lokasi Gn. Tumpa
2 Pusat Kota Manado (Zero Point) – Jembatan Megawati – 17.773,00
Tuminting – Buha – Bengkol – Pandu – Lokasi Gn. Tumpa
3 Pusat Kota Manado (Zero Point) – Paal 2 – Kairagi - Politeknik – 20.259,00
Buha – Bengkol – Pandu – Lokasi Gunung Tumpa
4 Pusat Kota Manado (Zero Point) – Paal 2 – Kairagi - Paniki – 25.374,00
Tugu Adipura – Kima Atas – Pandu – Lokasi Gunung Tumpa
5 Bandara Sam Ratulangi – Tugu Adipura – Kima Atas – Pandu – 15.265,06
Lokasi Gunung Tumpa
Gambar V.2
Jaringan Jalan Menuju TAHURA Gunung Tumpa
TAHURA
BANDARA
SAM RATULANGI
MANADO
1. Ketinggian
Kawasan TAHURA Gunung Tumpa berketinggian 627 meter dari
permukaan laut, memiliki pemandangan alam yang asri karena
dikelilingi pepohonan yang menghijau dan perkebunan kelapa rakyat,
juga telah dibangun suatu tempat yang dinamakan Bukit Doa.
4. Topografi
5. Penutupan Lahan
Keadaan penutupan lahan kawasan TAHURA Gunung Tumpa
berdasarkan penetapannya sesuai SK GB No. 6 tanggal 28 April 1932
dan hasil rekonstruksi batas tahun 1996 oleh Sub Balai Inventarisasi
dan Perpetaan Hutan, dengan luas 215 hektar, adalah :
a. Hutan lahan kering sekunder : 103,28 ha
b. Pertanian lahan kering campur semak : 111,71 ha
B. WILAYAH PERENCANAAN
TAHURA Gunung Tumpa memiliki obyek daya tarik wisata alam yang
cukup banyak. Berdasarkan Analisis daerah operasi dan daya tarik wisata
alam TAHURA Gunung Tumpa (Mei s/d Juni 2013), terdapat beberapa titik
yang memiliki pemandangan.
Dalam perkembangannya TAHURA baru dimulai pada tahun 2012
penglolaannya, sehingga pengelolaannya dirasa belum optimal. Obyek wisata
alam yang di temukan yang menjadi pertimbangan bagi pengelolaan
kepariwisataan alam ke depan.
Lokasi obyek daya tarik wisata alam di TAHURA Gunung Tumpa yang
menjadi obyek dalam penyusunan desain tapak adalah pada daerah-daerah
yang diarahkan pengelolaannya pada blok/zonasi Pemanfaatan, seperti pada
peta dibawah ini.
Gambar V.4
Peta Blok/Zonasi Pengembangan TAHURA Gunung Tumpa
B C
A. BLOK PEMANFAATAN
B. BLOK RIMBA
C. BLOK INTI
Potensi wisata yang ada di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa antara
lain : adalah hutan alam dengan berbagai tumbuhan terutama : Nantu
(Palaquiun sp), Pohon kulit lawang (Cinnamomun culliawan), Bayur
(Pterospermum javanicum), Amu (Arthocarpus sp), Pakoba (Eugenia sp),
Rotan (Calamus spp), Jenis anggrek dan non anggrek, dan berbagai jenis
satwa seperti Babi hutan (Suscrova sp), Kera Hitam Sulawesi
(Cynopithecus niger), Soa-soa (Hydrasaurus sp), Ular, dan beberapa jenis
burung lainnya. Daya tarik yang lain di TAHURA adalah petualangan
jelajah hutan dengan fasilitas-fasilitas yang perlu dibangun dan
disediakan pada tempat-tempat yang cukup memadai dengan jalur yang
menantang.
Untuk mengelilingi kawasan wisata alam TAHURA Gunung Tumpa
sepanjang ± 9 km, pengunjung harus melewati trek wisata yang yang
akan dibangun.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan di kawasan wisata alam
TAHURA Gunung Tumpa antara lain adalah: jungle tracking, berkemah,
pengamatan satwa, dan pengenalan pohon.
Fasilitas yang perlu disediakan di kawasan wisata alam TAHURA Gunung
Tumpa adalah : wisma tamu, balai pertemuan umum, mushola dan toilet.
Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Alam yang diperlukan di TAHURA
Gunung Tumpa tersaji dalam tabel V-2 dan V-3.
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS
Tabel V-2 : Rencana Sarana Prasarana Wisata Alam pada Ruang A dan C
Nama
Besaran
No Bangunan dan Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana
Ruang
Ruang
1 2 3 4 5 6
1 Gerbang (Gate) P= 10 m Struktur permanen dengan Gerbang masuk keluar 1. 1°33'46.14" - 124°50'00.36"
dan L= 1 kolom benton bertulang, dinding TAHURA 2. 1º33‟19,08” - 124º51”05,12”
m bata, fondasi stail (menerus) dan 3. 1º34‟35,48” - 124º50”25,92”
struktur atap
2 Pos Jaga 3X4m Struktur permanen dengan Pos jaga dan keamanan 1. 1°33'46.14" - 124°50'00.36"
Pengaman kolom beton bertulang, dinding kluster kawasan (control 2. 1º33‟19,08” - 124º51”05,12”
Hutan bata, pondasi stall (menerus), kawasan) 3. 1º34‟35,48” - 124º50”25,92”
struktur atap kayu, atap, seng,
kusen pintu, jendela kayu
1°33'42.49"-124°49'58.03" ↔
3 Jalan Utama L= 3,5 – 5 Jalan dengan lebar ± 5 meter, Jalan paving stone yang
1°33'55.00"-124°50'07.01" ↔
dalam Kawasan meter paving stone menghubungkan pintu
1°33'03.20"-124°50'03.00" ↔
TAHURA masuk dengan kawasan-
1°34'12.90"-124°50'07.86" ↔
kawasan lainnya
1°34'24.72"-124°50'08.27" ↔
1°34'35.86"-124°50'26.31"
4 Papan 3x3 Struktur tidak permanen, papan, Alat informasi dan 1. 1º33‟46,95” - 124º50”00,93”
intepretasi meter plat seng, digital printing, papan penjelasan dengan
pemopang simbol-simbol tertentu
5 Pusat Informasi 6x8 Struktur semi permanent dengan Informasi wisata dan 1. 1°33'47.16" - 124°50'00.61"
Wisata meter kolom kayu, dinding kayu, tiket masuk, leaflet,
pondasi stall (menerus), struktur bookeet (tourist quide
atau kayu, atap, seng, kusen book)
pintu, jendela kau
55
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS
Nama
Besaran
No Bangunan dan Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana
Ruang
Ruang
1 2 3 4 5 6
6 Loket Karcis 2 x 1,5 Struktur permanen dengan Loket karcis pengunjung 1. 1º33‟45,94” - 124º50”00,27”
meter kolom beton bertulang, dinding kluster kawasan 2. 1º33‟19,08” - 124º51”05,12”
bata, pondasi stall (menerus),
3. 1º34‟35,48” - 124º50”25,92”
struktur atap baja ringan, atap,
seng, kusen pintu, jendela kaca
7 Pagar pengaman pm Struktur pemanen dengan kolom Pagar batas kluster Keliling areal Taman Hutan Raya
beton bertulang, dinding bata, kawasan (TAHURA) Gunung Tumpa
pondasi stall (menerus), dan
semi permanen dengan kolom
beton bertulang, kawat.
8 Balai pertemuan 12 x 20 Struktur semi permanen dengan Ruang diskusi/rapat 1. 1º34‟19,41” - 124º50”12,64”
(Pendopo) meter kolom beton bertulang, dinding pertemuan
bata, pondasi stall (menerus),
struktur atap kayu, atap, seng,
kusen pintu, jendela kayu
9 Ruang 6x6 Struktur semi permanent dengan Ruang diskusi terbatas 1. 1º34‟19,41” - 124º50”12,64”
pertemuan meter kolom beton kayu, dinding kayu, (kecil), ruang multifungsi
pondasi umpak (setempat), untuk pengelola dan
struktur apap kayu, atap, seng, wisatawan
kusen pintu kedela kayu
56
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS
Nama
Besaran
No Bangunan dan Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana
Ruang
Ruang
1 2 3 4 5 6
1. 1°33'46.39" - 124°50'01.42"
10 Quest house / 6x6 Struktur semi permanent dengan Tempat istirahat tamu, 2. 1°33'46.53" - 124°50'03.39"
Cotage (kamar meter kolom beton kayu, dinding kayu, wisatawan dan 3. 1°33'46.77" - 124°50'05.59"
4. 1°33'47.72" - 124°50'07.20"
tidur) pondasi umpak (setempat), pengunjung yang 5. 1°33'49.88" - 124°50'07.07"
struktur apap kayu, atap, seng, menginap dan 6. 1°33'51.60" - 124°50'07.23"
kusen pintu kedela kayu beristirahat 7. 1°33'53.62" - 124°50'07.75"
57
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS
Nama
Besaran
No Bangunan dan Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana
Ruang
Ruang
1 2 3 4 5 6
15 Mushola 3x4 Struktur pemanen dengan kolom Tempat beribadah bagi 1º33‟58,25” - 124º50”04,46”
meter bertulang, diding batas, pondasi pengelola dan
stail (menerus), struktur atau pengunjung
kayu, atap, seng, kusen pintu,
jendela kayu
16 Mess Karyawan 6 x 12 Struktur pemanen dengan kolom Berfungsi sebagai tempat 1. 1°33'57.17" - 124°50'04.81"
/ Pegawai meter bertulang, diding batas, pondasi tinggal para karyawan / 2.
stail (menerus), struktur atau pegawai pengelola
kayu, atap, seng, kusen pintu, TAHURA
jendela kayu
17 Pondok Kerja 6x8 Struktur pemanen dengan kolom Berfunsgi sebagai tempat 1. 1º33‟54,72” - 124º50”07,45”
meter bertulang, diding batas, pondasi tinggal penjaga TAHURA 2. 1º34‟20,70” - 124º50”15,07”
stail (menerus), struktur atau
kayu, atap, seng, kusen pintu,
jendela kayu
18 Gudang dan 3x3 Struktur permanen, dinding Ruang mekanik dan 1. 1º33‟54,72” - 124º50”07,45”
genset meter bata, atap rangka kayu eletrika
19 Jalan Trail Jalan dengan lebar 2 meter, Jalur intepretasi baik Mengelilingi areal Taman Hutan
paving stone sepanang ± 6.000 untuk wisata biasa Raya Gunung Tumpa
meter maupun wisata
pendidikan
20 Menara 5 x 5 x 12 Struktur semi permanen dengan Untuk memanjakan para 1. 1º34‟20,96” - 124º50”12,09”
Pandang meter kolom kayu, dinding kayu, wisatawan yang 2. 1º33‟25,83” - 124º50”45,29”
pondasi stall (menerus), struktur merkunjung dan melihat
atau kayu, atap, kusen pintu, pemandangan
jendela kau
58
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS
Nama
Besaran
No Bangunan dan Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana
Ruang
Ruang
1 2 3 4 5 6
21 Menara 5 x 5 x 12 Struktur semi permanen dengan Untuk memanjakan para 1. 1°34'05.50" - 124°50'04.58"
Pengawas meter kolom kayu, dinding kayu, wisatawan yang 2.
Kebakaran pondasi stall (menerus), struktur merkunjung dan melihat
Hutan atau kayu, atap, kusen pintu, pemandangan
jendela kau
22 Toilet Umum 3x3 Struktur permanen, dinding Untuk mengakomodasi 1. 1°33'55.42" - 124°50'07.18"
meter bata, atap rangka kayu kebutuhan manusia 2. 1°34'15.92" - 124°50'11.70"
dalam rangka membuang 3. 1°33'46.62" - 124°49'59.27"
hajat sehari-hari
24 Kolam Renang 10 x 20 Struktur permanen dan dinding Sebagai sarana rekreasi, 1. 1º34‟04,98” - 124º50”08,86”
meter bata, dilengkapi dengan sarana tempat bermain, dan
penunjangnya sosialisasi, dll
26 Areal Parkiran 1 Pm Areal yang direncang paving Sebagai tempat parkiran 1º33‟46,38” – 1º33‟57,39”
stone kendaraan pengunjung 124º49”58,49” - 124º50”03,97”
27 Areal Parkiran 2 pm Areal yang direncang paving Sebagai tempat parkiran 1º33‟23,14” – 1º33‟36,49”
stone kendaraan pengunjung 124º51”12,52” - 124º51”11,09”
59
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS
Nama
Besaran
No Bangunan dan Jenis Struktur Bangunan Fungsi Bangunan Letak Sarana Prasarana
Ruang
Ruang
1 Camping 70 x 130 Areal yang dirancang dengan Bagi pencinta alam, pelajar 1º33‟52,15” – 1º33‟56,56”
Ground meter tanaman rumputan, maupun maupun wisatawan yang 124º50”18,45” - 124º50”20,60”
tanaman kehutanan yang ingin berkemah. Selain
endemic lokal setempat instalasi air, perlu juga
disediakan toilet dan
kamar mandi, sehingga
memudahkan para
campers
2 Green House 3 x 5 meter Struktur tidak permanen, net, Pembudidayaan jenis flora 1. 1º34‟48,60” -
(shading neet) kolom penopang yang dilindumgi 124º50”10,75”
60
Desain Tapak TAHURA Gunung Tumpa MKS
Gambar V-5
Pembagian Ruang Pariwisata Alam
di TAHURA Gunung Tumpa
A B D D
C
D
C
D
Karakteristik ruang A, tata letak terdapat pada akses Jalan utama yang
perlu didukung dengan keberadaan sarana dan prasarana penunjang
seperti : Pintu gerbang, pusat informasi, ticketing dan area parkir,
Kantor pengelola, ruang pertemuan (besar dan kecil), pondok kerja,
resting area, guest house dan cotage, mussolah, bumi perkemahan, area
sovenir dan kuliner, gantole, Green House (shading neet), yang
berdekatan dengan jalan tersebut dan terlihat masa-masa bangunan
61
fasilitas penunjang tersebut oleh pengunjung (wisatawan) dan yang
melewati.
Karateristik Ruang E, ruang yang tidak ada akses masuk dan tidak ada
fasilitas
Deliniasi
No Karateristik Ruang
Ruang
1 A - Pintu gebang utama masuk TAHURA
- Akses menuju cluster tujuan wisata
- Pusat pengunjung dan pusat suara (kebisingan)
- Pusat informasi dan pelayanan terhadap pengunjung,
ticketing, parkiran.
- Shelter (tempat berteduh)
- Kantor pengelola
- Guest house dan cotage
- Mess karyawan/pegawai
- Balai pertemuan (besar dan kecil) sebagai fasiltas
Rapat, Expose perseta, Briefing, Pers conference,
penyuluhan dan seminar.
- Mushola (tempat sembayang/Ibadah)
- Papan interpretasi
- Terdapat tanda-tanda informasi
2 B - Pintu Gerbang keluar TAHURA (ke Desa Tiwoho)
- Jembatan gantung
- Camping groud
- Embung-embung
- Kolam renang
- Outbond
3 C - Pintu gerbang masuk/keluar (dari arah Kel. Pandu)
- Jalan tracking keliling (paving stone), jalan olah raga
jalan kaki, bersepeda dan track wisata
- Jembatan gantung
- Shelter/tempat berteduh (permanent & semi
permanent)
- Menara pandang
- Pengenalan jenis flora
4 D - Jungle Tracking
- Menara pengamatan satwa
- Pengenalan jenis flora
- Shelter alami (semi permanen)
5 E - Tidak ada akses jalan maupun fasilitas apapun
BAB VI
KONSEP PENDEKATAN DAN DESAIN TAPAK
1. Atraksi tapak.
Prioritas atraksi utama melihat Flora dan fauna, berbagai jenis satwa
liar dan berbagai jenis burung.
Prioritas atraksi utama hutan dengan medan ringan pada ruang A dan
B dan medan berat pada ruang D (gambar V-5) yang sebagian besar
kegiatan untuk keluarga, rombongan sekolah/instansi ataupun
masyarakat setempat, lokasi ini sering digunakan oleh pelajar atau
mahasiswa sebagai laboratorium interpretasi alam. Perlunya
pengaturan kapasitas pengunjung untuk melalui canopy traill (struktur
kekuatan terhadap beban berat pengunjung)
1 2 3 5 5
Pengembangan Kementerian Pengembangan tapak Terdapat diversifikasi di
diversifikasi atraksi Kehutanan untuk wisata alam dan TAHURA
minat khusus
Pengembangan Dinas Pekerjaan Pengadaan jalan masuk Tersedianya Fasilitas
aksesibiitas untuk Umum lokasi dan pos jaga jalan masuk dan keluar
kemudahan Portal ke dan dari TAHURA
pencapaian menuju Tersedianya Tourism
Dinas Tourism Information
dan sirkulasi dalam Information center
Kebudayaan Center (TIC),
kawasan (TIC), SDM pelaku
dan Pariwisata Pengembangan SDM
pelaku Pariwisata, dan pariwisata dan Sarana
SAPRAS Pariwisata Prasarana Pariwisata
Kementerian Penataan, Tertata dan
Kehutanan dan pengembangan dan terkelolanya TAHURA
Pemerintah pengelolaan TAHURA
Provinsi
Kementerian Lalu lintas menuju ke Lancarnya lalu-lintas ke
Perhubungan TAHURA serta dan dari TAHURA
sekitarnya
BUMN (PLN, Penerangan Listrik (PLN, Penerangan dalam
Bank, dll) Solar Shell), dll kawasan TAHURA dan
kegiatan dukungan
sosial lainnya guna
pelestarian alam
Pengembangan Dukungan pembiayaan Berkembangnya
fasilitas sesuai pengembangan pariwisata
dengan segmen pariwisata Kegiatan–
wisatawan Kementerian kegiatan Peningkatan SDM
dan Lembaga terkait dengan Masyarakat serta
Pemerintah pengembangan pengembangan Daerah
Lainnya TAHURA dan Daerah Penyangga sekitar
Penyangga kawasan
Pemerintah Pengembangan potensi Pengembangan
Kabupaten/Kota daerah penyangga Daerah Penyangga
kawasan TAHURA Konservasi
Pengelolaan Badan Pengelolaan Terkelolanya
Lingkungan untuk Pengelola Lingkungan, dll Lingkungan untuk
pelestarian Lingkungan pelestarian lingkungan
lingkungan Hidup
NJO dan Swasta Kegiatan - kegiatan Terkelolanya TAHURA
pengelola penunjang pengelolaan dan Daerah Penyangga
destinasi dan TAHURA dan sekitar kawasan
masyarakat Pengembangan Daerah
lainnya Penyangga
BAB VII
PENUTUP