Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS KEBIJAKAN PERHUTANAN SOSIAL DALAM PENINGKATAN

PARTISIPASI DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL


EKONOMI DI JAWA TIMUR

Disusun oleh:
Dr. Sujarwo, SP., MP.,M.Sc
Dr. Asihing Kustanti, S.Hut., M.Si
Dr. Mofit Jamroni, S.Pt., M.Si
Daru Ardianto, SH.,MT
Rifqi Rahmat Hidayatullah,
S.Hut., M.Si
PENDAHULUAN
KONDISI DAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari
MASYARAKAT DIDALAM/SEKITAR HUTAN
yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan
• TORA dr kawasan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat
Upaya meningkatkan hutan: 4,10 juta Ha atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk
kesejahteraan • Perhutanan Sosial:
12,7 juta Ha
meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan
dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan
Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat, Hutan
Adat dan Kemitraan Kehutanan. (PermenLHK No.09/2021)

Kondisi
Masyarakat IPHPS
Sekitar Hutan
HD Hutan Desa → Pengelolaan Desa – Kesejahteraan Desa
HKm Hutan Kemasyarakatan → Pemberdayaan
AKSES KELOLA masyarakat
MASYARAKAT
HTR → Hutan Tanaman Rakyat – Hutan Produksi Lestari (Silvikultur)
HA → Hutan Adat (Penetapan)
• 25.863 Desa di dalam/Sekitar Kemitraan Kehutanan → Partnership dalam pengelolaan hutan
Kawasan Hutan
• Penduduk miskin di areal hutan • UU 41 Tahun 199 tentnag Kehutanan
10,2 jt (36,73% dari total penduduk • PP No 23 Tahun 2021 tentnag Penyelenggaraan Kehutanan
miskin di Indonesia) • Permen LHK Nomor 09 Tahun 2021
TUGAS POKJA NASIONAL PERCEPATAN PERHUTANAN SOSIAL
01. DIVISI PERCEPATAN AKSES
Koordinasi percepatan akses
02. DIVISI PENGEMBANGAN USAHA
pengelolaan PS dan penyelesaian
masalah penyusunan PIAPS
01 Koordinasi pengembangan usaha PS, serta
identifikasi dan integrasi rencana kerja lintas K/L
dalam mendukung pengembangan usaha PS
03. DIVISI PENDAMPINGAN 02 (pemanfaatan, penguatan KUPS, peningkatan
produktivitas lahan dan nilai tambah produk PS,
Koordinasi pendampingan percepatan akses permodalan, pasar, dll)
pengelolaan PS, pemetaan kebutuhan dan
program kerjasama pendampingan secara
nasional dan di daerah
03 04. DIVISI HUTAN ADAT DAN KONFLIK
TENURIAL
05. DIVISI KOMUNIKASI, MONEV
DAN PELAPORAN Koordinasi pemetaan konflik tenurial

Koordinasi dalam upaya meningkatkan 04 kawasan hutan, identifikasi dan

komunikasi dan publikasi terkait PS, 05 verifikasi keberadaan masyarakat


hukum adat, fasilitasi penyelesaian
monev pelaksanaan percepatan penanganan konflik tenurial kawasan
pengelolaan PS, koordinasi pengelolaan hutan
data, nformasi dan pelaporan.

Sumber: Direktorat Pengembangan Usaha PS, Dirjen PS dan KL,


KLHK
PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL : PARADIGMA HITS
PENDUKUNG INFRASTRUKTUR PEMBIAYAAN EKOLOGI/SOSIAL
Asuransi, KUR, BLU, OJK

HULU : TENGAH : HILIR :


Konservasi/perlindungan/produktifitas Nilai Daya
Tambah Saing

Holistik-
SYARAT Tematik
TUJUAN
K/L dan para pihak Terbangun pusat-pusat ekonomi
bersinergi dalam Integrated domestik dan pertumbuhan desa
menjalankan program sentra produksi hasil hutan
Kejelasan lokasi berbasis desa yang menyerap
Kejelasan peran tenaga kerja dan mengentaskan
Spasial kemiskinan.

PENDUKUNG KELEMBAGAAN
SDM TEKNOLOGI JEJARING
PEMASARAN
PERCEPATAN PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL
MELALUI INTEGRATED AREA DEVELOPMENT/IAD KLUSTER
KOMODITI Kemitraan Usaha (4P): Public-Private-
Integrated Area People-Partnership
Development/IAD Sinergi dan
Kolaborasi
Melalui : Pengembangan wilayah
terpadu berbasis Perhutanan
Sosial/Integrated Area PUBLIC  Bertujuan untuk peningkatan
Development untuk peningkatan Pemerintah pembangunan ekonomi ;
skala ekonomi dan nilai tambah Pusat dan Daerah  Dilakukan secara terintegrasi dan
komoditas yang dilakukan secara kolaborasi antara KLHK bersama
terintegrasi dan kolaborasi antara Kementerian/Lembaga, Pemda,
Kementerian Lingkungan Hidup dan PARTNERSHIP BUMN, akademisi, swasta dan
Kehutanan dengan masyarakat;
kementerian/lembaga, Pemerintah  Dalam pelaksanaan kegiatan
Daerah, badan usaha milik negara, PEOPLE PRIVATE pengembangan IAD, pemegang
akademisi, swasta, dan Masyarakat. KUPS Dana CSR
Dana investasi
Persetujuan PS dapat melakukan
kerjasama dengan para pihak
Offtaker
melalui kemitraan usaha;
MoU  Pemegang Persetujuan PS dapat
membentuk koperasi untuk
Implementasi (Pendampingan) dan Monev
meningkatkan kelembagaan
Pengelolaan PS
NGO/AKademisi Media

* Contoh IAD secara Nasional di Kab. Lumajang dan Kab. Belitung


PENDAHULUAN

Kondisi Fungsi Hutan di Jawa Timur

Perbandingan Luas Berdasarkan Fungsi


Hutan di Provinsi Jawa Timur

25%
Hutan Lindung

Suaka Alam dan


Pelestarian Alam
58% Hutan Produksi
17%
PENDAHULUAN

Kondisi Perhutanan Sosial di Provinsi Jawa Timur


Jumlah Ijin Perhutanan Sosial Berdasarkan Kabupaten
60

55 53

50
45
45 42 41
40

35
31
28 29
30

25
20 20
20
16 16
15
11
10 7 7
4 4 3 3
5
1 1 1 1
0
PENDAHULUAN
Permen LHK 9 tahun 2021 tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial
Permen LHK 9 tahun 2021 tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial adalah aturan pelaksanaan dari
ketentuan Pasal 247 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan.
Mengatur Tentang:
a. Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial; Actor Kunci dalam Perhutanan Sosial di daerah:
b. Kegiatan Pengelolaan Perhutanan Sosial; 1. POKJA PPS: UPT, Pemda Prov, SKPD
c. Perhutanan Sosial pada Ekosistem Gambut; Bidang Kehutanan, KPH, Pemda Kab/Kota,
d. Jangka Benah kebun rakyat; Masyarakat Sipil, Pelaku Usaha, Kader
e. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian; konservasi, relawan LHK
f. Percepatan Pengelolaan Perhutanan Sosial; dan
2. Pendamping Perhutanan Sosial:
sanksi administratif.
1. Pengusulan KPS
2. Pasca Keputusan/Penetapan SK
PP No 23 TAHUN 2021 tentang Penyelenggaraan
3. Perhutani
Kehutanan Pasal 1 ayat (51) Multiusaha Kehutanan
adalah penerapan beberapa kegiatan usaha Kehutanan
4. Pimpinan Desa
berupa usaha Pemanfaatan Kawasan, usaha Pemanfaatan 5. Tokoh Masyarakat
Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu, dan/atau usaha 6. Penyuluh
Pemanfaatan Jasa Lingkungan untuk mengoptimalkan 7. Mitra KPS/KUPS
Kawasan Hutan pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi.
TUJUAN DAN ANALISIS

Tujuan
Formulasi kebijakan perhutanan sosial untuk peningkatan partisipasi dan
kesejahteraan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Provinsi Jawa Timur

1. Analisis Karakteristik Biofisik Sumberdaya (termasuk Property Right)


2. Analisis Peraturan (Rule in form) Perhutanan Sosial dan Multiusaha Kehutanan (Analisis kebijakan)
3. Analisis rule in use (Analisis Kebijakan)
4. Analisis kebijakan → Analisis arena aksi yang terdiri dari analysis pengaruh dan kepentingan
(Reed
et al. 2009), Indikator partisipasi masyarakat Marschall (2006) dan
indikator peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat (Imron 2012)
5. Analisis Livelihood masyarakat yang terlibat dalam perhutanan sosial
6. Analisis Tingkat kesiapan pemegang SK dalam menjalankan perhutanan sosial
7. Analisis kriteria evaluasi yang terdiri dari efficiency, equity, accountability dan adaptability
(Blomquist 1992; ER Ostrom et al. 1994; Imperial dan Yandle 1998)
8. Analisis Model Perhutanan Sosial Berbasis Multiusaha Kehutanan di Provinsi Jawa Timur
BENEFIT KAJIAN

Manfaat
• Bagi Pemerintah: Memberikan alur kebijakan bagi peningkatan partisipasi dan
kesejahteraan sosial ekonomi di Provinsi Jawa Timur dan berpotensi
meningkatkan pendapatan daerah
• Bagi pengusaha: memberikan informasi kelompok komoditas dominan
diusahakan di perhutanan sosial
• Bagi Masyarakat Pemegang SK: Memberi kejelasan proses lanjut dan
pendampingan diperlukan
• Akademisi: pengembangan skema perhutanan sosial
pengetahuan pasca
terbitnya SK Perhutanan Sosial
METODE PENELITIAN

Metode Pengambilan Data/Rencana Pengambilan Lokus

Lokus dipilih:
1. Telah mendapat SK Perhutanan Sosial
2. Telah memiliki KUPS yang telah berjalan

Metode Pengambilan Data

1. Data yang akan dikumpulkan meliputi data primer dan data sekuder. Sumber data primer adalah
sumber data utama di mana sebuah data dihasilkan.
2. Data primer diperoleh melalui kegiatan pengamatan atau observasi lapangan secara langsung
dan pertanyaan terstruktur, Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara.
DOKUMENTASI LAPANG

Temu masyarakat PS di Madiun Wawancara penggalian data melalui Kuisioner


DOKUMENTASI LAPANG

Temu masyarakat PS di Lumajang Wawancara penggalian data melalui Kuisioner


DOKUMENTASI LAPANG

Temu masyarakat PS di Malang Selatan Wawancara penggalian data melalui Kuisioner


KERANGKA KONSEP ANALISIS
METODE ANALISIS DATA: INSTITUTIONAL ANALYSIS AND DEVELOPMENT (IAD) OSTROM 2005)

VARIABEL EKSOGEN
ARENA AKSI

KARAKTERISTIK BIOFISIK SUMBERDAYA


(Property Right dan Kondisi Biofisik) STAKEHOLDERS/AKTOR
1. Pemerintah Provinsi Jawa Timur
ATRIBUT KOMUNITAS 2. Pemerintah Kabupaten
3. Pemerintah Desa INTERAKSI
1. Nilai-nilai perilaku 4. Pemegang SK
2. Tingkat kesepahaman 5. UPT kawasan
3. Tingkat homogenitas 6. LSM/Yaysan KRITERIA
7. Pengusaha
8. Pokja PS
RULE IN USE EVALUAS
1. Aturan Posisi I
SITUASI AKSI efficiency,
RULE IN FORM 2. Aturan Keanggotaan • Analisis Livelihood equity,
(Peraturan tentang 3. Aturan • Analisis Tingkat kesiapan accountability, dan
• Analisis Aktor (Reeds et al. 2009)
Otoritas Perhutanan Sosial dan 4. • Indikator partisipasi masyarakat adaptability
Aturan Informasi Multiusaha Kehutanan) Marschall (2006) (Blomquist 1992;
5. Aturan Agregasi • indikator peningkatan kesejahteraan
hidup masyarakat (Imron 2012) ER Ostrom et al.
6. Aturan Lingkup • Analisis model perhutanan sosial 1994; Imperial dan
7. Aturan Biaya- Yandle 1998)
Manfaat
OUTCOMES
ANALISIS KHARAKTERISTIK PS – PENGGUNAAN SUMBERDAYA

Kondisi Perhutanan Sosial Provinsi Luas (Ha) Jumlah SK Jumlah KK


JAWA TIMUR 176149.68 347 120.990
di Provinsi Jawa Timur
ANALISIS KHARAKTERISTIK PS – PENGGUNAAN SUMBERDAYA
KARAKTERISTIK BIOFISIK SUMBERDAYA
ATRIBUT KOMUNITAS
FORM ATURAN DALAM PERHUTANAN SOSIAL: UU NO 41 TAHUN 1999

1. Pasal 2, mengatur bahwa penyelenggaraan kehutanan harus berpegang


teguh pada asas manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan,
kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan.
2. Pasal 4 ayat 1, mengatur bahwa hutan beserta kekayaan alam di
dalamnya dikuasai oleh Negara untuk kemakmuran rakyat.
3. Pasal 21b, mengatur bahwa pemanfaatan hutan ditujukan untuk
memperoleh manfaat yang optimalbagi kesejahteraan seluruh
masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga
kelestariannya.
FORM ATURAN DALAM PERHUTANAN SOSIAL: PERMEN LHK NO 9 TAHUN 2022

Pasal 13
Pengusulan Persetujuan PS dalam bentuk dikehendaki ditujukan
kepada Menteri dengan tembusan kepada Gubernur, Bupati/Walikota,
OPD Bid Kehutanan, UPT and KPH

Pasal 100
Pengelolaan program Perhutanan Sosial:
a. penataan areal dan penyusunan rencana;
b. pengembangan usaha;
c. penanganan konflik tenurial;
d. Pendampingan; dan
e. Kemitraan Lingkungan.
FORM ATURAN DALAM PERHUTANAN SOSIAL: PERMEN LHK NO 9 TAHUN 2022

Pasal 102

Tahapan yang harus dilakukan dalam penandaan batas areal


kerja, melalui tahapan berikut:
a. rapat kesepakatan batas;
b. pembentukan tim;
c. pelaksanaan penandaan batas; dan
d. pembuatan berita cara hasil penandaan batas.
FORM ATURAN DALAM PERHUTANAN SOSIAL: PERMEN LHK NO 9 TAHUN 2022

Pasal 108

1. Penyusunan Rencana pengelolaan PS dalam bentuk


RKPS
(Rencana Kelola Perhutanan Sosial)
2. RKPS tediri dari:
a. Gambaran Umum
b. Rencana Kegiatan → Rencana
Pemanfaatan Hua
tn, KUPS →
RKT, Rencana Pengembangan Usaha
c. Peta rencana kelola

3. Hasil pengamatan di lapang belum terdapat RKPS di Pemegang SK


FORM ATURAN DALAM PERHUTANAN SOSIAL: PERMEN LHK NO 9 TAHUN 2022

Dalam Pasal 144 disebutkan kandidat mitra KPS/KUPS:


a. Badan usaha milik negara, BUMD atau badan usaha milik swasta;
b. Perguruan tinggi;
c. Koperasi;
d. Badan usaha milik desa;
e. Lembaga Swadaya Masyarakat/ lembaga donor;
f. Kelompok Masyarakat lainnya; dan/atau
g. Perorangan.
FORM ATURAN DALAM PERHUTANAN SOSIAL: PERMEN LHK NO 9 TAHUN 2022

Dalam Pasal 145 disebutkan bentuk Kerjasama KPS/KUPS:


a. Pendampingan teknis dan kelembagaan, yaitu:
a. pelatihan kewirausahaan;
b. studi banding kegiatan usaha; dan/atau
c. peningkatan kelembagaan menjadi badan usaha.

b. Fasilitasi permodalan, dengan ketentuan: mitra usaha dapat


memberikan penyertaan modal berupa uang atau sarana
prasarana dengan nilai maksimal 50% (lima puluh persen)
dari
modal pemegang Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial;

c. Fasilitasi pemasaran
FORM ATURAN DALAM PERHUTANAN SOSIAL: PERMEN LHK NO 9 TAHUN 2021

1. Dalam pasal 193 disebutkan Perhutanan sosial sebagai salah satu


terobosan pemerintah dalam mengangkat standard hidup masyarakat
diharapkan memiliki akselerasi dalam realisasinya.

2. KLHK melalui Permen LHK 9 2021 promote konsep pengembangan


wilayah terpadu berbasis Perhutanan Sosial/integrated area
development (IAD) untuk peningkatan pembangunan ekonomi di
desa.
RULE IN FORM DALAM PS

RULE IN FORM (PERSEN)

Apakah BELUM ada PERDES terkait perhutanan sosial? 76,74

Apakah sudah ada PERDES terkait perhutanan sosial? 23,26

Peraturan PS BELUM mengakomodasi kepentingan masyarakat 18,60

Peraturan PS sudah mengakomodasi kepentingan masyarakat 81,40

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
RULE IN USE DALAM PS
DOKUMENTASI PERHUTANAN SOSIAL INDONESIA

Jenis PS dengan KUPS yang Terdapat Pendamping dan Belum Terdapat Pendamping
DOKUMENTASI PERHUTANAN SOSIAL INDONESIA

Status Tingkatan KUPS yang Terdapat Pendamping dan Belum Terdapat Pendamping
GAMBARAN PENDAMPING DAN PENERIMA SK PS JAWA TIMUR
Jumlah
No Kabupaten/Kota Unit SK
Pendamping
1 Banyuwangi 7 41
2 Situbondo 6
3 Blitar 2 51
4 Bojonegoro 3 41
5 Gresik 4 7
6 Lamongan 23
7 Jember 5 20
8 Kediri 1 6
9 Batu 2 2
10 Malang 21
11 Lumajang 7 12
12 Madiun 1 16
13 Mojokerto 2 4
14 Ngawi 2 41
15 Pasuruan 1 5
16 Proobolinggo 2 3
17 Trenggalek 2 16
18 Tuban 3 29
19 Tulungagung 2 3
Total 347

46
ARENA AKSI: AKTOR DAN PERSEPSI MASYARAKAT ATAS PERANNYA DALAM PS
ARENA AKSI: SITUASI AKSI

5 2 3 1 4
ARENA AKSI: SITUASI AKSI
ARENA AKSI: SITUASI AKSI – Case di Lumajang
ARENA AKSI: SITUASI AKSI – Case di Madiun
ARENA AKSI: SITUASI AKSI – Implementasi
ARENA AKSI: SITUASI AKSI – Implementasi

Note: Jawaban Sudah/belum; Ya/Tidak


INDIKASI CAPAIAN PS DALAM EKONOMI

Persen Ada Tidaknya Peningkatan income setelah mendapatkan SK PS


56,00

54,00 53,49

52,00

50,00

48,00
46,51
46,00

44,00

42,00
Meningkatkan penghasilan Tidak meningkatkan penghasilan
IDENTIFIKASI FAKTOR PENDUKUNG PS

1. Adanya regulasi yang telah ditetapkan dengan baik dan memberikan design
mekanisme bagaimana Perhutanan Sosial dijalankan.
2. Adanya aktivitas ekonomi dan kelembagaan sebelumnya yang telah berlangsung
lama dilakukan masyarakat sekitar hutan maupun kelembagaan lainnya yang
potensial untuk disinergikan dan/atau ditransformasikan dengan program PS.
3. Adanya tokoh-tokoh masyarakat yang mampu mendorong perubahan
pengelolaan
sumberdaya hutan lebih baik.
4. Dukungan peraturan daerah provinsi Jawa Timur dalam implementasi perhutanan
sosial. Hal ini terkait dengan diterbitkannya Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor
86 Tahun 2021 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi,
serta Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang telah menempatkan satu
Bidang dalam Dinas Kehutanan terkait dengan perhutanan sosial, yaitu Bidang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial.
IDENTIFIKASI FAKTOR PENDUKUNG PS

5. Dukungan kebijakan Pemerintah provinsi Jawa Timur membentuk Cabang Dinas


Kehutanan yang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kehutanan
melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Provinsi di
wilayah kerjanya.
6. Bakorwil yang potensial difungsikan dalam program pengentasan kemiskinan
berbasis pada implementasi Perhutanan Sosial di Jawa Timur
7. Telah adanya dukungan kebijakan pemerintah daerah kabupaten untuk
implementasi
program perhutanan sosial dan bahkan menjadi percontohan nasional
8. Potensi linkage implementasi Perhutanan Sosial dengan pembangunan
perdesaan,
pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan.
IDENTIFIKASI FAKTOR PENGHAMBAT PS

1. Relatif rendahnya sosialiasi langsung kepada masyarakat. Hal ini disadari karena
memang ada pandemi Covid-19 yang luar biasa menghambat semua aktivitas
masyarakat. Sosialisasi yang belum mencukupi membawa konsekuensi mis-
interpretasi atas pengusulan dan pelaksanaan PS oleh masyarakat.
2. Rendahnya jumlah pendampingan dan kualitas pendamping yang diharapkan dapat
meningkatkan proses dialog dan partisipasi anggota dan pihak lain terkait dalam
pengusulan Perhutanan Sosial. Pendamping program Perhutanan Sosial menjadi
titik esensial pertama selain juga POKJA PPS (percepatan Perhutanan Sosial).
3. Masyarakat masih mengalami kesulitan untuk merealisasikan ketentuan penandaan
batas sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 9 tahun 2021.
IDENTIFIKASI FAKTOR PENGHAMBAT PS

4. Pembinaan kelompok pemegang SK PS dalam kelola kelembagaan, kelola bisnis dan


kelola kawasan belum optimal diupayakan. Pembinaan ini membutuhkan hadirnya
Pokja PPS dan juga pembimbing yang memperjelas ruang gelap pelaksanaan
Perhutanan Sosial dan membuka peluang mitra bagi geliat ekonomi KUPS.
5. Kurang maksimalnya dukungan pemerintah daerah dan pemerintah desa terhadap
perhutanan sosial.
6. Lemahnya saling dukung dan keterkaitan program antar lembaga yang berada di
lingkup pemerintahan, seperti program BUMDES (Badan Usaha Milik Desa), Subsidi
Pertanian (pupuk), pengembangan koperasi dan permodalan. Dalam konteks kendala
ini peran dinas pertanian, dinas koperasi, dinas pemberdayaan masyarakat desa,
perbankkan, disperindag, kadin, dan lainnya terkait sangat dibutuhkan
IDENTIFIKASI FAKTOR PENGHAMBAT PS

7. Lemahnya pengolahan pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah hasil hutan
dan pertanian. Desiminasi inovasi pengolahan hasil bersama praktisi dan
perguruan tinggi menjadi kunci untuk permasalahan ini. Selain itu, labeling produk
juga menjadi hal yang signifikan untuk meningkatkan jangkauan pasar atas
produk hasil hutan. Akan sangat baik jika ada economic value of transfer dengan
Green Labelling atas produk-produk hasil hutan yang memperhatikan aspek
konservasi dan kelestarian hutan.
8. Lemahnya resolusi konflik terkait implementasi perhutanan sosial. Hal ini terkait
dengan upaya mitigasi atas potensi konflik yang terjadi di lapangan sehingga
pembentukan Commad Center atau Pusat Pengaduan Perhutanan Sosial (P3S)
yang dikelola oleh POKJA PPS menjadi penting direalisasikan
IDENTIFIKASI FAKTOR PENGHAMBAT PS

9. Asimetris informasi antara prinsipal (pemerintah) dan agen (masyarakat pemegang


SK) terjadi karena belum adanya POKJA PPS di Provinsi Jawa Timur yang
menyebabkan peningkatan potensi persepsi yang salah tentang pengelolaan
Perhutanan Sosial dan rentan pula terjadinya konflik di lapangan. Upaya mereduksi
asimetris informasi dapat dilakukan dengan segera membentuk POKJA PPS sebagai
mana diamanatkan dalam Permen LHK Nomor 9 tahun 2021 Pasal 9.
10. Masih belum optimalnya pembinaan KUPS dan jalinan kemitraan usaha KPS. Masih
lemahnya KPS dan KUPS yang dibentuk tentu merupakan hal yang dapat ditoleransi
karena PS merupakan program yang masih terus memiliki dinamika
penyempurnaannya. Namun demikian, kemandirian dan kreativitas KPS dalam
penguatan kelembagaan dan juga ekonomi dengan tetap memperhatikan ekologi
hutan yang lestari merupakan prioritas yang harus terus dibangkitkan
REKOMENDASI TINDAK LANJUT
A. Permen LHK No 9 Tahun 2021 telah memberi guidance cukup baik namun perlu
petunjuk teknis untuk akselerasi implementasi

B. Segera ditetapkan POKJA PPS dengan dukungan penganggaran APBD


Provinsi
C. Sangat baik jika ditunjang dengan Instruksi Gubernur kepada
Bupati/Walikota memfasilitasi dan mendampingi implementasi Perhutanan
Sosial melalui SKPD terkait. Bappeda menjalankan fungsi koordinasi dan
monitoring implementasi Instruksi Gubernur
D. Pengembangan Sistem informasi PS Jawa Timur yang dapat digunakan
POKJA PPS dalam akselerasi dan monitoring implementasi PS di Jawa
Timur
REKOMENDASI TINDAK LANJUT

E. Peningkatan Partisipasi calon KPS untuk pengusulan Perhutanan Sosial dan


mendorong partisipasi Pimpinan Desa dan partisipasi anggota calon KPS, melalui:
1. Peningkatan mekanisme sosialisasi dan pendampingan baik dalam rangka
pengusulan
PS maupun setelah penerimaan SK PS
1. Pelaksana Sosialiasi: POKJA PPS
2. Pelaksana Pendampingan: Pendamping/Penyuluh ditetapkan
2. Maksud Sosialisasi:
1. Gambaran umum maksud tujuan Program PS
2. Menjelaskan dokumen persyaratan pengusulan
3. Kejelasan Mekanisme pengusulan
4. Tindak lanjut pasca penerimaan SK PS → Penandaan batas, RKPS, RKT,
Penguatan
KUPS, AD/ART
REKOMENDASI TINDAK LANJUT

E. Peningkatan Partisipasi atas Program Perhutanan Sosial

3. Penyusunan petunjuk teknis pengusulan PS dan tindak lanjut pasca


penerimaan SK PS
4. Pembentukan Command Center atau Pusat Pengaduan Perhutanan Sosial
(P3S) yang dikelola oleh POKJA PPS
REKOMENDASI TINDAK LANJUT

F. Peningkatan KESEJAHTERAAN social ekonomi implementasi Program


Perhutanan Sosial

1. Road to establishment KPS


1. Setelah pengusulan dan mendapatkan SK PS, maka tindak lanjut penandaan
batas, RKPS/RKT, dan pengaktifan KUPS menjadi critical
2. Perdes kepengurusan pengelolaan KPS yang telah ditetapkan perlu distimulasi
di AWAL untuk membangkitkan kegiatan ekonomi berbasis Perhutanan Sosial
→ Peran Dinas, Penyuluh/Pendamping sangat kritis
3. Diseminasi pengelolaan produk hasil hutan melalui program kerja Dinas terkait
4. Diseminasi pengelolaan sumberdaya hutan lestari melalui POKJA KPS ataupun
program kerja Dinas terkait
REKOMENDASI TINDAK LANJUT

F. Peningkatan KESEJAHTERAAN social ekonomi implementasi Program


Perhutanan Sosial
2. The established KPS → strengthening KUPS
1. Pengelola KUPS bekerja didukung SKPD dan Pendamping/Penyuluh
terkait meningkatkan akses pasar dan nilai ekonomi hasil hutan KUPS
2. Tindak lanjut optimalisasi pengelolaan sumberdaya atas berkembangnya produk
KUPS agar meminimumkan trade-off aspek lingkungan dan ekonomi
3. Peningkatan partisipasi anggota dalam mendukung produk unggulan hasil hutan
KUPS
4. Peningkatan kapasitas pengelola dalam mengelola finansial, kelembagaan KUPS
untuk menuju penguatan keberlanjutan usaha
5. Peningkatan jalinan kemitraan usaha sesuai aturan ditetapkan
TIM PENELITI

Dr. Sujarwo, SP., MP.,M.Sc

Dr. Mofit Jamroni, S.Pt., M.Si Dr. Asihing Kustanti, S.Hut., M.Si

Daru Ardianto, SH.,MT Rifqi Rahmat Hidayatullah, S.Hut., M.Si


TERIMA

Anda mungkin juga menyukai