Anda di halaman 1dari 67

KRIDA TATA WANA

Disiapkan oleh :
Latipah Hendarti
Detara Foundation
Jl. Panorama 8 RT 5 RW 5 Sindangbarang , BOGOR 16117
Hp : 0821 6742 4150 Email: fdetara@yahoo.com
Latipah Hendarti
Direktur DeTara Foundation
Anggota PIN Saka Kalpataru Nasional
Andalan Bidang Lingkungan Kwarcab Kota Bogor
Pendidikan Formal
• Strata 1 : Fakulatas Kehutanan IPB
• Master : Ecological Economic & Forest Policy,
Seoul National University, Korea Selatan
• PhD Candidate, Seoul National University

Keahlian:
Ekologi Ekonomi dan Kebijakan Sumberdaya Alam Berperspekti Gender
Pendidikan Lingkungan Hidup Berkelanjutan
Penguatan Masyarakat PSDAM
Ekowisata; CSR; Pengembangan LSM Lingkungan
PENGUASAAN HUTAN
UU 41/1999 Pasal 4 :
 Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya DIKUASAI oleh
Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
 Penguasaan hutan oleh Negara memberi wewenang
PENGURUSAN HUTAN kepada Pemerintah untuk :
a. mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan
hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan;
b. menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau
bukan kawasan hutan; dan
c. mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara
orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum
mengenai kehutanan.
HIRARKHI PENGURUSAN HUTAN MENURUT UU 41/1999

HUTAN DAN ISINYA DIKUASAI NEGARA – DIURUS OLEH PEMERINTAH

1. PENGURUSAN HUTAN
1.1. Perencanaan Kehutanan
1.2. Pengelolaan hutan
1.3. Litbang, diklat, & Penyuluhan
1.4. Pengawasan

1.1. PERENCANAAN KEHUTANAN


1.2. PENGELOLAAN HUTAN
1.1.1. Inventarisasi hutan,
1.1.2. Pengukuhan kawasan hutan, 1.2.1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
1.1.3. Penatagunaan kawasan hutan, 1.2.2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan,
1.1.4. Pembentukan wil. pengelolaan hutan, 1.2.3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan,
1.1.5. Penyusunan rencana kehutanan. 1.2.4. Perlindungan hutan dan konservasi alam.

1.1.1. INV HUTAN 1.1.2. PENGUKUHAN 1.1.3. PENATAGUNAAN


1.1.4. PEM WIL PH
KWS HTN KWS HTN
Inv. hutan tingkat nasional, Penunjukan kws hutan Tingkat Nasional
Inv. hutan tingkat wilayah, Penataan batas kws hutan Penetapan Fungsi Kws Hutan
Tingkat Provinsi
Inv. hutan tingkat DAS, Pemetaan kws hutan, Penetapan Penggunaan Kws Hutan
Tingkat Kab/Kota
Inv. hutan tingkat UP Penetapan kws hutan
Perencanaan kehutanan
 Perencanaan kehutanan adalah proses penetapan tujuan,
penentuan kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam
pengurusan hutan lestari untuk memberikan pedoman dan
arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan
kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
yang berkeadilan dan berkelanjutan.
 Tujuan perencanaan kehutanan adalah
mewujudkanpenyelenggaraan kehutanan yang efektif dan
efisien untuk mencapai menfaat fungsi hutan yang optimum
dan lestari.
Ruang lingkup perencanaan kehutanan
Perencanaan kehutanan meliputi kegiatan :
 Inventarisasi hutan
 Pengukuhan kawasan hutan
 Penatagunaan kawasan hutan
 Pembentukan wilayah pengelolaan hutan
 Penyusunan rencana kehutanan

Perencanaan kehutanan dilaksanakan :


 Secara transparan, partisipatif dan bertanggung-gugat
 Secara terpadu dengan memperhatikan kepentingan nasional, sektor
terkait dan masyarakat serta mempertimbangkan aspek ekonomi,
ekologi, sosial budaya dan berwawasan global
 Dengan memperhatikan kekhasan dan aspirasi daerah termasuk
kearifan tradisional
Inventarisasi Hutan
Pengertian :
Inventarisasi hutan adalah kegiatan yang dilaksanakan
untuk mengetahui dan memperoleh data serta informasi
tentang sumberdaya, potensi kekayaan alam hutan serta
lingkungannya secara lengkap.

Kegiatan inventarisasi hutan terdiri dari :


 Inventarisasi hutan tingkat nasional
 Inventarisasi hutan tingkat wilayah
 Inventarisasi hutan tingkat Daerah Aliran Sungai; dan
 Inventarisasi hutan tingkat unit pengelolaan
Pengukuhan kawasan hutan
 Pengukuhan kawasan hutan adalah kegiatan yang berhubungan
dengan penataan batas suatu wilayah yang telah ditunjuk sebagai
wilayah hutan guna memperoleh kepastian hukum mengenai status
dan batas kawasan hutan.
 Pengukuhan kawasan hutan bertujuan untuk terwujudnya kepastian
hukum mengenai status, batas dan luas wilayah hutan.
 Pengukuhan kawasan hutan dilakukan melalui tahapan kegiatan
sebagai berikut :
 penunjukan kawasan hutan
 penataan batas kawasan hutan
 pemetaan kawasan hutan, dan
 penetapan kawasan hutan
Penatagunaan kawasan hutan
• Penatagunaan kawasan hutan adalah rangkaian
kegiatan dalam rangka menetap-kan fungsi dan
penggunaan kawasan hutan. Penatagunaan
kawasan hutan dibuat berdasarkan hasil
pengukuhan kawasan hutan.
• Penatagunaan kawasan hutan meliputi kegiatan
penetapan fungsi kawasan hutan dan
penggunaan kawasan hutan
Pembentukan wilayah pengelolaan hutan
 Pembentukan wilayah pengelolaan hutan adalah kegiatan
yang bertujuan membentuk unit-unit pengelolaan hutan
dengan mempertimbangkan karakteristik lahan, tipe hutan,
fungsi hutan, kondisi DAS, sosial budaya, ekonomi,
kelembagaan masyarakat setempat termasuk masyarakat
hukum adat dan batas administrasi pemerintahan.
 Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan untuk
tingkat propinsi, kabupaten/kota dan tingkat unit pengelolaan.
 Pembentukan wilayah pengelolaan hutan bertujuan untuk
mewujudkan pengelolaan hutan efisien dan lestari.
Unit/kesatuan pengelolaan hutan

Unit pengelolaan hutan dibentuk berdasarkan


kriteria dan standar yang ditetapkan oleh
Menteri, terdiri dari :
• Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi
(KPHK)
• Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
• Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Penyusunan rencana kehutanan
 Penyusunan rencana kehutanan merupakan kegiatan menyusun
dokumen perencanaan pembangunan kehutanan menurut jangka
waktu perencanaan, skala geografis dan menurut fungsi pokok
kawasan hutan.
 Berdasarkan skala geografis, rencana kehutanan meliputi tingkat
nasional, tingkat propinsi dan tingkat kabupaten.
 Berdasarkan fungsi pokok kawasan hutan, rencana kehutanan disusun
untuk hutan konservasi, produksi dan hutan lindung.
 Berdasarkan jangka waktu pelaksanaannya, rencana kehutanan
meliputi jangka panjang, menengah dan pendek.
Substansi rencana kehutanan
Rencana kehutanan meliputi seluruh aspek
pengurusan kehutanan yang mencakup kegiatan
penyelenggaraan :
– Perencanaan kehutanan
– Pengelolaan hutan
– Penelitian dan pengembangan pendidikan dan
latihan, penyuluhan kehutanan
– Pengawasan.
KRIDA TATA WANA
Tata yang berarti menata atau mengatur danWana yang berarti Hutan,
jadi Tata Wana mempunyai arti menata / mengatur kawasan hutan
dan merisalah isinya.

Tujuan :
Mengajak Pramuka dan generasi Muda untuk memiliki pengetahuan
dan ketrampilan dalam melakukan kegiatan di bidang inventarisasi
hutan, pengukuhan, dan penataan hutan  serta pengukuran dan
pemetaan hutan.

SKK
Krida Tata Wana, terdiri atas 3 (tiga) SKK :
1.      SKK Perisalahan Hutan
2.      SKK Penginderaan Jauh.
3.      SKK Pengukuran dan Pemetaan Hutan
SKK
Perisalahan Hutan
Pengertian
Inventarisasi Hutan  atau Forest Inventory (Inggris) à Bosch
Inventarisatie (Belanda) yang berarti kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang sumberdaya alam hutan
Sumberdaya Hutan : segala sesuatu yang dapat diambil nilai manfaat dari
hutan meliputi aspek ekonomi, ekologi dan sosial

Perisalahan hutan/Inventarisasi hutan adalah kegiatan pengumpulan data


kualitatif dan kuantitatif tentang hutan diantaranya mengenai luas areal,
potensi keadaan fisik lapangan, dan sosial ekonomi sekitar hutan.
Kegiatan ini untuk mengetahui kekayaan hutan yang ada di dalam
wilayah. Dengan adanya data kekayaan tersebut, maka dalam
merencanakan perlakuan terhadapnya akan rasional, sehingga
pengelolaan hutan yang akan diterapkan pada hutan tersebut dapat
berlangsung terus-menerus (lestari). Tanpa data kekayaan hutan maka
sifat pengelolaan menjadi acak-acakan dengan dampak akhir tidak
terciptanya pengelolaan hutan yang lestari.
Hutan bersifat dinamis, sehingga inventarisasi dilakukan secara berkala dalam
rentang waktu tertentu.
Tujuan Inventarisasi
• Mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang
dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan
kebijaksanaan strategik jangka panjang, jangka menengah dan
operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman
inventarisasi yang dilaksanakan.
• Memantau perubahan kuantitatif sumberdaya hutan, baik yang
bersifat pertumbuhan maupun pengurangan karena terjadinya
gangguan alami maupun gangguan manusia.
• Tujuan rinci :
– Survey penilaian/evaluasi tegakan atau lahan
– Menentukan preskripsi silvikultur
– Survey permudaan
– Inventarisasi untuk tujuan pemanenan
– Survey pakan satwa
– Pemantauan tumbuhan
Ruang Lingkup Inventarisasi Hutan
1. Keadaan lahan hutan
Meliputi jenis tanah, kondisi fisik, biologi dan kimia tanah, kondisi iklim, serta
kondisi topografi. Faktor- faktor inilah yang telah, sedang dan akan terus
mempengaruhi kondisi pertumbuhan / perkembangan vegetasi (khususnya
pohon-pohon) yang ada pada suatu lahan hutan.

2. Keadaan tegakan,
Antara lain meliputi : luas areal (yang produktif dan tidak produktif), struktur
tegakan dan komposisi jenis, penyebaran kelas umur, penyebaran ukuran
pohon, keadaan pertumbuhan, keadaan permudaan, kerapatan tegakan,
penyebaran kelas bonita, dan keadaan  tempat tumbuh.

3. Keterangan yang bersangkut-paut dengan pemanfaatan


• Meliputi aksesibilitas dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar
hutan, termasuk pola penggunaan lahan.
Inventarisasi Hutan di Indonesia
• Pada Hutan Tanaman
• Inventarisasi Menyeluruh Berkala (IHMB) –
Permerhut No. P 33/Menhut-II/2009
• Pedoman Penyusunan pRencana Pengaturan
Kelas Hutan SK Direksi Perum Perhutani No.
378/1992
• Pendugaan Standing stock
Jenis Inventarisasi Hutan :

1.      Inventarisasi terestris
Survei Terestris adalah salah satu teknik untuk
mendapatkan informasi sumber daya hutan dan
lingkungannya melalui pengumpulan data di
lapangan.
2.      Inventarisasi dengan bantuan citra satelit
Survey dengan menggunakan bantuan citra satelit
Metoda Pelaksanaan
• Karena dalam pelaksanaan inventarisasi hutan biasanya
menghadapi cakupan areal yang sangat luas, maka pelaksanaan
inventarisasi hutan biasanya tidak dilakukan sensus (pengukuran
semuanya) karena menyangkut biaya yang tinggi dan waktu yang
lama, tetapi melalui beberapa pengambilan contoh (sampling).
• Cara sampling ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :
a.      Pekerjaan dapat lebih cepat terselesaikan karena hanya sejumlah
kecil saja dari seluruh populasi yang perlu diukur dan dicatat
b.      Biaya yang diperlukan lebih murah
c.       Angka-angka dalam sample jauh lebih sederhana dan volume
pekerjaan jauh lebih kecil, maka mempermudah dalam penarikan
kesimpulan
d.      Pengamatan dapat dilakukan dengan tujuan-tujuan lain.
Beberapa Metoda Sampling
Beberapa metode sampling yang biasa digunakan dalam perisalahan
hutan antara lain:
a. Simple Random Sampling (sampling secara acak)
b. Systematic Sampling (sampling secara sistematik/ teratur)
c. Stage sampling (sampling secara bertingkat, karena kondisi tertentu)
d. Stratifical Sampling (dilaksanakan stratifikasi sebelum dilaksanakan
sampling)
e. Systematic Sampling With Random Start (sampling sistematik/
teratur dengan petak ukur pertama secara acak/random)
• Intensitas Sampling (IS) yaitu persentase perbandingan antara luas
petak ukur (sampling) dengan luas seluruh areal . data yang
dikur/dicatat adalah diameter, tinggi pohon, jumlah pohon,
kelerengan, keadaan fisik lapangan, struktur tanah, dan sebagainya
Peralatan
Peralatan yang digunakan :
Alat ukur sudut = kompas
b.      Alat ukur lereng =
suunto hypsometer, haga
meter, clinometers
c.       Alat ukur jarak =
tambang ukur
d.      Alat ukur diameter = phi
band, meteran kain
e.      Alat ukur tinggi pohon =
haga meter, christen
meter
f.        Alat ukur titik koordinat
= GPS, Geocam pada
Android
Contoh Inventarisasi Tegakan Hutan
Rakyat
• Tujuan :
• mengetahui berapa meter kubik kayu (dalam
keadaan berdiri) yang dimiliki dalam Hutan
Rakyat
• mengendalikan penebangan yang berlebihan,
dengan mengetahui etat tebang
• mengetahui jenis-jenis tanaman yang terdapat
di hutan rakyat

Rinaldi M/IF2091 Strukdis 26


Parameter yang di ukur
 Jenis Pohon
 Jumlah Pohon
 Tinggi Pohon
 Keliling Pohon
 Luas Bidang Dasar (Lbds)
 Volume per Satuan Luas
Metode
Sampling
• Petak ukur: adalah bidang lahan yang diukur untuk
representasi bidang yang lain. Petak ukur di hutan rakyat
menggunakan bidang lahan hutan rakyat.
• Intensitas Sampling (IS) adalah suatu bilangan yang
menggambarkan perbandingan jumlah sample dengan jumlah
populasi seluruhnya. Misalnya dari 500 hektar, akan diambil
sampling seluas 25 hektar (mungkin bisa 50 atau lebih bidang
hutan rakyat), maka IS adalah 25/500 x 100% = 5%.

Rinaldi M/IF2091 Strukdis 29


Alat dan Bahan
Proses Inventarisasi Tegakan
 Pengukuran Tinggi
 Pengukuran keliling
 Pencatatan
 Penandanaan/Penomoran
Langkah
Langkah
Langkah
Langkah
Alur Penomoran
Eksekusi
• Tentukan populasi (luas total hutan yg akan diinvent)
• Tentukan sensus atau sampling.
– Jika sensus maka ukurlah semua pohon, sebaiknya dilakukan oleh
anggota keluarga pemilik lahan.
– Jika sampling maka tentukan intensitas sampling dan lokasi
samplingnya (lokasi petak hutan rakyat). Berdasarkan sebaran
wilayah, kelas umur, jenis pohon. Intinya representatif.
• Siapkan tim-tim untuk dilatih inventarisasi pohon.
• Masing-masing tim minimal 3-4 orang: pencatat
tallysheet, pengukur tinggi, pemegang galah+pengukur
keliling pohon.

Rinaldi M/IF2091 Strukdis 37


SKK
Pengukuran dan Pemetaan Hutan
Pengukuran Hutan
• Pengukuran hutan dalah kegiatan mengukur untuk memperoleh
kemantapan dan kepastian status kawasan hutan, baik secara yuridis
formal berupa berita acara tata batas dan keputusan penetapan kawasan
hutan oleh Menteri Kehutanan, maupun material fisik di lapangan berupa
pelaksanaan tata batas, untuk kepentingan pengurusan dan pengelolaan
hutan sebaik-baiknya antara lain pola pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(DAS).
• Pengukuran hutan yang pertama dilakukan pada masa Belanda masih
menjajah Indonesia, kemudian setiap 10 tahun dilakukan pengukuran
hutan berkala yang disebut dengan rekonstruksi batas. Kegiatan ini
dilakukan untuk memastikan keadaan luas hutan masih tetap. Dalam
kegiatan pengukuran hutan, ilmu yang digunakan adalah ilmu jarak dan
sudut. Pengukuran jarak menggunakan koreksi kemiringan (trigonometri),
karena keadaan lapangan di hutan tidak datar, sedangkan pengukur
memetakan hutan tersebut di bidang datar. Setelah dilakukan
pengukuran, di titik-titik tertentu dipasang tanda (pal) sesuai fungsinya.
Pemetaaan Hutan
• Pemetaan adalah kegiatan menggambar hasil pengukuran
ke dalam bentuk peta dengan skala tertentu. Peta adalah
gambaran dari permukaan bumi pada suatu bidang datar
yang dibuat secara kartografis menurut proyeksi dan skala
tertentu dengan menyajikan unsur-unsur alam dan buatan
serta informasi lain yang diinginkan.

• Peta hutan biasanya menggunakan skala 1:10.000 dan


1:25.000. pengukuran luas area bisa digunakan kertas
millimeter kalkir. Di perkembangan zaman, sekarang
kegiatan pengukuran dan pemetaan hutan menggunakan
alat GPS ( Global Positioning System).
• Secara teoritis, Russell C. Brinker (1984)
mendefinisikan peta sebagai hasil gambaran/proyeksi
dari sebagian permukaan bumi pada bidang datar atau
kertas dengan skala tertentu.
• Berbeda dari hanya sebuah gambar atau foto, peta
memberikan banyak sekali informasi yang dibutuhkan
dengan pendeskripsian satu-persatu penampakan di
lapangan dengan simbol titik,garis dan/atau poligon
yang tergambar dalam peta tersebut. Dengan sebuah
peta, kita akan belajar arti dan hubungan antar simbol-
simbol tersebut saling berhubungan. Ilustrasi
Contoh Proses Pementaan Partisipatif
Secara garis besar, manfaat peta dapat kita jabarkan sebagai berikut:
1. Untuk mencatat keadaan setempat Dengan mencantumkan kondisi, kualitas, dan juga
kuatintas suatu tempat, maka peta dapat berfungsi untuk mencatat keadaan suatu tempat,
misalnya sawah tadah hujan dibedakan dengan sawah beririgasi.

2. Untuk perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam Banyak masyarakat


sudah melaksanakan suatu pengelolaan lahan secara berkelanjutan, tetapi tidak pernah
merencanakan terlebih dahulu. Tetapi di masa globalisasi saat ini, kemungkinan masuknya
modal dari luar akan sangat mungkin mempengaruhi pola pengelolaan lahan yang sudah
ada. Dengan perencanaan yang dilengkapi dengan peta akan sangat membantu dalam
proses perencanaan tersebut, dengan membuat suatu rencana tata ruang setempat.

3. Untuk bahan berkomunikasi masyarakat dengan pihak luar. Peta juga dapat digunakan untuk
berkomunikasi antara masyarakat dengan pihak luar, hal ini dimungkinkan bahasa dan
istilah yang digunakan antara masyarakat dan pihak luar mungkin berbeda.
Tujuan Pemetaan Partisipatif
1. Untuk dialog awal tentang berbagai konflik yang ada di masyarakat
2. Untuk mempermudah perencanaan tata guna lahan, areal yang dilindungi,
dan pengembangan ekonomi lokal
3. Untuk menggali dan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang sumber
daya alam dan lingkungan sekitar
4. Untuk menambanh rasa percaya diri masyarakat dalam pengelolaan
saumberdaya alamnya
5. Sebagai alat untuk perngorganisasian masyarakat
Peta Sketsa.
Jenis Peta
Peta paling sederhana dalam kegiatan pemetaan adalah peta sketsa. Peta sketsa
adalah suatu lukisan bebas mengenai suatu kawasan di atas kertas.
Penggambarannya tidak memerlukan pengukuran di lapangan, dan hanya
didasari pada perspektif sudut padang ”Jika dilihat dari atas”. Peta sketsa ini
adalah peta yang paling mudah digunakan oleh masyarakat.

Peta sketsa merupakan peta sementara yang biasanya berisi tentang tanda-tanda
alam, karena dengan tanda-tanda alam tersebut orang akan mudah
menentukan suatu lokasi. Tanda-tanda alam tersebut bisa berupa bukit,
jalan, jurang, sungai, dan lainya.
Peta Dasar
Peta dasar adalah suatu peta yang memperlihatkan pentunjuk atau ciri-ciri yang
bisa dijadikan acuan, seperti sungai, jalan, bukit, yang selanjutnya akan
berguna sebagai
kerangka pembuatan peta tematik. Peta dasar yang paling umum dan paling
berguna adalah peta topografi (peta garis ketinggian suatu wilayah), dimana
pada peta topografi akan dengan jelas digambarkan bentuk lahan, lembah,
gunung, punggung bukit, kemiringan, dan s sebagainya. Pembuatan peta
dasar memerlukan pengukuran di lapangan dengan menggunakan
Peta Tematik.
Peta tematik merupakan kelanjutan dari peta dasar, artinya peta dasar yang sudah
akan ditambah dengan simbol-simbol, atau warna tertentu. Dengan simbol dan
warna tertentu dapat disampaikan informasi mengenai keadaan lapangan. Peta
tematik dapat berupa peta jenis tanah, peta kemiringan lahan, peta kepemilikan
lahan dan lain sebagainya.
Unsur yang dapat digambar dalam peta

1. Unsur Batas, yaitu terdiri dari : 4. Unsur Bangunan yang terdiri dari:
Batas Penggunaan Lahan (misalnya : sawah, Rumah, Gardu, Saung, dll.
kebun, hutan, pekarangan, pemukiman
5. Unsur Sarana-Prasarana yang terdiri dari:
dll)
Tiang listrik dan Jaringan listrik, Tiang telepon
Batas Penggarapan Lahan (siapa
dan Jaringan telepon, Tiang
penggarapnya)
pemancar/relay
Batas Kepemilikan Lahan (siapa pemilikinya)
telepon selular, dll.
Batas Administrasi (misalnya : batas dusun,
6. Unsur Penggunaan lahan yang terdiri dari:
desa, atau kecamatan), dll.
Pekarangan, Kebun, Sawah Irigasi, Sawah
2. Unsur Komunikasi yang terdiri dari :
Tadah hujan, dll.
Jalan Aspal, Jalan Batu, Jalan Tanah, Jalan
7. Unsur Tanaman yang terdiri dari:\
Setapak, Rel kereta api, dll.
Jenis dan letak tanaman pangan dan jenis dan
3. Unsur Air yang terdiri dari :
letak tanaman kayu-kayuan.
Mata air, Sungai, Parit, Saluran, Danau,
Waduk, Situ, Kolam, Bendungan, Pintu air,
dll.
PERSOALAN DI HALIMUN
Contoh Pemetaan Partisipatif
SKK
Pengindaraan Jarak Jauh
Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh
• Ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu obyek, daerah,
atau fenomena melalui analisa data
yang diperoleh dengan suatu alat tanpa
melakukan kontak langsung dengan
obyek, daerah, atau fenomena yang
dikaji
Wahana dan Sensor
Sensor
Citra Penginderaan Jauh
citra satelit
citra radar

potret udara LiDAR point cloud


Wahana Penginderaan Jauh

http://kabarmag.com/blog1/wp-content/uploads/2009/10/Trike-650x488-web.jpg
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) / Drone

http://thumbs.dreamstime.com/x/air-drones-uav-flat-icons-set-
unmanned-aerial-vehicle-taking-aerial-photography-video-wireless-
radio-remote-control-44254187.jpg

http://thumb1.shutterstock.com/display_pic_with_logo/292
2799/278505770/stock-vector-vector-infographic-of-aerial-
rc-drone-with-camera-simple-design-scheme-of-quadcopter-
flat-design-278505770.jpg
Perhatian!!!
Khusus Pilot Drone

http://geoawesomeness.com/wp-content/uploads/2015/12/DronePlanecruch-infographic-Geoawesomeness.jpg
http://www.lockheedmartin.com/content/dam/lockheed/data/sp
ace/photo/a2100/A2100%20Infographic%205.14.jpg
Pemanfaatan Informasi
• Inventarisasi
• Perencanaan
• Pemantauan
• Mitigasi Bencana
• Navigasi, dll.
Piranti pengolah data
Perkembangan Teknologi Penginderaan Jauh

• Data (LiDAR; Radar; Resolusi tinggi (satelit /


potret udara format kecil)
• Metode pengolahan (komputasi awan)
• Wahana (microlight trike; drone)
• Pemanfaatan informasi (Google; USGS; Bing;
ArcGIS Collector)
• Pengumpulan informasi (Crowdsourcing)
Kebijakan Satu Peta
(One Map Policy)

• UU No 4 /2011 tentang Informasi Geospasial


• Inpres No 6 /2012 tentang Penyediaan, Penggunaan,
Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit
Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi
• Perpres 27/2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial
Nasional
• Kepka BIG 54 /2015 tentang Walidata Informasi Geospasial
Tematik
• PermenLHK P.28/MenLHK/Setjen/KUM.1/2/2016 tentang
Jaringan Informasi Geospasia lingkup KLHK
Potensi Job Creation dan Bakti
pada Masyarakat
• Memetakan potensi Hutan Rakyat – Hutan
Desa –Hutan Adat – Hutan Kota di lokasi
masiang-masing
• Mengidentifikasi potensi sumberdaya alam di
lokasi masing-masing untuk menyusun potensi
pengelolaan berkelanjutan
PRAKTEK
Peserta diminta berkelompok 6-10 orang per
kelompok
Masing-masing kelompok diminta untuk
membuat sketsa peta potensi sumberdaya di
lokasi perkemahan
Proses pembuatan dilakukan selama kurang
lebih 30 menit
Masing-masing kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok

Anda mungkin juga menyukai