Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN PENYULUHAN KEHUTANAN

Oleh:

TIM WIDYAISWARA
BDLHK MAKASSAR

DISAMPAIKAN DALAM FASE ELEARNING


DIKLAT PEMBENTUKAN PENYULUH KEHUTANAN
KERJASAMA KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI SELATAN
DAN BALAI DIKLAT LHK MAKASSAR

NOVEMBER 2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kehutanan berorientasi pada upaya menjamin kelestarian hutan
dan meningkatkan kemakmuran masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Pemberdayaan
masyarakat sekitar hutan memerlukan upaya-upaya penyuluhan. Penyuluhan kehutanan
yang terarah dan terencana akan mendorong percepatan kekuatan dan kemampuan
masyarakat sekitar hutan dalam berpartisipasi dalam pembangunan kehutanan, sehingga
dapat tumbuh dan berkembang ekonomi rakyat yang mandiri, tangguh, dan berkelanjutan,
yang dicirikan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, berkembangnya kapasitas
dan kemampuan masyarakat, serta meningkatnya kelembagaan masyarakat.
Perlu dipahami bahwa agar tujuan penyuluhan dapat tercapai secara optimal
maka penyuluhan kehutanan secara sistemik, artinya penyuluhan kehutanan harus dilihat
sebagai suatu sistem. Penyuluhan kehutanan merupakan sub sistem dalam sistem
pembangunan kehutanan, tetapi juga merupakan sebuah sistem yang terdiri dari sub
sistem kelembagaan, sub sistem kebijakan, sub sistem perencanaan, sub sistem
prosedur kerja, sub sistem monitoring evaluasi, serta sub sistem materi, metode dan alat
bantu penyuluhan. Penataan dan pengembangan sistem penyuluhan yang lebih baik
merupakan unsur penting yang harus diupayakan agar pelaksanaan penyuluhan
kehutanan dapat berjalan efektif dan efisien.
Sesuai dengan perkembangan jaman, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, tingkat kesadaran dan tingkat pendidikan masyarakat, kondisi sosial
budaya masyarakat, kondisi ekonomi masyarakat, arah dan paradigma pembangunan
serta kebijakan pembangunan termasuk kebijakan pembangunan kehutanan. Dalam
melakukan kegiatan penyuluhan kehutanan baik di Pusat dan daerah, penyuluh
kehutanan menghadapi kebutuhan pengembangan penyuluhan, yang berkaitan dengan
kebijakan, perencanaan, prosedur kerja dan lainnya. Pengembangan penyuluhan
kehutanan, sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor: 27 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
Kehutanan dan Angka Kreditnya, merupakan tugas pokok dan fungsi yang khusus ada
pada jenjang Penyuluh Kehutanan tingkat ahli.
Salah satu perbedaan mendasar tugas pokok dan fungsi jenjang Penyuluh
Kehutanan tingkat trampil dan Penyuluh Kehutanan tingkat ahli yang tertuang keputusan
MENPANRB dimaksud adalah terletak pada unsur Pengembangan Penyuluhan
Kehutanan. Kegiatan pengembangan penyuluhan kehutanan memerlukan ilmu

1
pengetahuan, metodologi dan teknik analisis tertentu, sehingga kegiatan tersebut hanya
mampu dilakukan oleh penyuluh kehutanan tingkat ahli. Karena sesuai dengan definisinya
Penyuluh Kehutanan tingkat ahli ialah jabatan fungsional Penyuluh Kehutanan yang
dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi
dan teknik analisis tertentu.

B. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti pembeiajaran mata diklat ini, peserta diktat diharapkan mampu
menjelaskan cara melakukan pengembangan penyuluhan kehutanan.

C. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pelajaran ini peserta dapat:
a. Menjelaskan teknik menelaah pelaksanaan strategi dan kebijakan penyuluhan
kehutanan
b. Menjelaskan teknik pengembangan pedoman juklak, juknis, dan prosedur kerja
penyuluhan kehutanan.
c. Menjelaskan metode pengembangan teknik cara melakukan pengembangan teknik,
metodologi, materi, sarana dan media penyuluhan kehutanan.
d. M,enjelaskan pengembangan system monitoring dan evaluasi penyuluhan kehutanan.

CARA PENELAAHAN PELAKSANAAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENYULUHAN


KEHUTANAN

Sebelum melakukan pengembangan penyuluhan kehutanan diperlukan analisis terhadap


program atau kegiatan penyuluhan kehutanan yang sudah dan sedang berjalan. Perlu
dilakukan identifikasi dan analisis apa permasalahan yang dihadapi, apa penyebab atau
akar permasalahan dan langkah-langkah perbaikan atau pengembangan prioritas yang
perlu dilakukan agar penyuluhan kehutanan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

1. Teknik analisis masalah


Ada banyak teknik untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan baik
berkaitan dengan aspek manajemen penyuluhan maupun metode, materi, sarana dan alat
bantu penyuluhan kehutanan. Masing-masing alat bantu analisis memiliki kelebihan dan

2
kekurangan, sehingga untuk menganalisis kebijakan dan strategi penyuluhan dapat
digunakan beberapa alat analisis. Yang terpenting dalam hal ini ialah penggunaan alat
analisis sesuai dengan kondisi riil, serta berdasarkan data dan fakta yang ada. Pada
materi ini akan dibahas tiga teknik yang dapat dilakukan secara bersama-sama dan saling
terkait.
Ragam Alat Analisis dan Kegunaannya
NO RAGAM ALAT ANALISIS KEGUNAAN
MASALAH
1. DIAGRAM POHON MASALAH Model Untuk Merinci Masalah Dan Sebab Akibat

2. DIAGRAM FISHBONE Model Untuk Merinci Masalah Dan Sebab Akibat

3. MATRIKS GMP Matriks Dalam Memilih Prioritas Masalah

2. Tahapan Analisis
Untuk menganalisis masalah yang berkaitan dengan penyuluhan kehutanan, perlu
dilakukan beberapa langkah dengan menggunakan beberapa alat analisis di antaranya
adalah:
(1) Lakukan identifikasi masalah-masalah yang perlu dipecahkan atau dicarikan jalan
keluar;
(2) Pilih prioritas masalah yang akan diselesaikan. Dari hasil inventarisasi masalah pada
butir (1) perlu ditetapkan prioritas masalah yang akan diselesaikan lebih dahulu,
supaya masalah dapat diselesaikan dengan baik dan tuntas. Prioritas masalah dipilih
menggunakan Matrik GMP;
(3) Setelah didapatkan prioritas masalah, perlu dilakukan analisis masalah. Analisis
masalah dalam hal ini mencari penyebab spesifik, dengan menggunakan alat analisa
pertanyaan “Mengapa”, Fish bone Diagram dan Diagram Pohon masalah;
(4) Tentukan penyebab utama/prioritas yang harus diselesaikan dengan menggunakan
matrik GMP;
(5) Buat konsep pengembangan penyuluhan kehutanan yang diharapkan untuk
mengatasi penyebab utama/prioritas.

3. Teknik Penentuan Prioritas masalah


Masalah adalah kesenjangan antara kondisi yang ada saat ini (empirik) dengan
apa yang diharapkan/seharusnya. Banyak sekali masalah dalam penyuluhan kehutanan
yang perlu diselesaikan, tetapi kita harus memilih masalah mana yang menjadi prioritas
yang perlu diselesaikan terlebih dahulu. Penentuan prioritas masalah dapat dilakukan
diantaranya dengan menggunakan alat Matrik GMP.
Metode Matrik GMP merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas
masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode GMP dilaksanakan dengan
memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta

3
kemungkinan beRkembangnya masalah tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Kegawatan (G), yaitu besarnya dampak yang timbul terhadap keselamatan jiwa
manusia/uang/produksi/harta benda/reputasi baik individu maupun organisasi, dilihat
dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan;
b. Kemendesakan (M), yaitu banyaknya waktu tersedia untuk penanganan suatu
masalah, dengan melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja,
pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak;
c. Penyebaran (P) atau tingkat perkembangan masalah yaitu perkiraan bertambah
buruknya suatu keadaan dibandingkan dengan sebelumnya/keadaan sekarang.
Apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.

Penilaian menggunakan skala likert 1-5:


5 : Sangat Penting/Serius/Cepat perkembangannya
4 : Penting/Serius/Cepat perkembangannya
3 : Cukup Urgen/Serius/Cepat perkembangannya
2 : Kurang Urgen/Serius Cepat perkembangannya
1 : Tidak Urgen/Serius Cepat perkembangannya

Total nilai terbesar menunjukkan masalah prioritas yang perlu diselesaikan lebih dahulu.

Contoh Matriks GMP


PENILAIAN
Total
No Masalah KRITERIA
Nilai
G M P

1. Peraturan Tentang Kelembagaan 5 5 5 15


Penyuluhan Kehutanan

2. Sistem Kerja Penyuluhan Kehutanan 5 4 4 13

3. Materi penyuluhan Kehutanan 3 3 5 11

4. Analisis Masalah (Analisis sebab akibat)


Setelah diketahui masalah prioritas, selanjutnya perlu dicari akar masalah
penyebab masalah prioritas tersebut. Ada dua kemungkinan masalah, yaitu masalah
tunggal yang bisa langsung dicari faktor penyebabnya dan ada masalah majemuk yang

4
harus dicari penyebab masing-masing. Untuk mencari akar masalah (penyebab) dapat
menggunakan alat analisis: diagram tanya jawab, diagram Fishbone, atau diagram pohon
masalah.

a. Diagram Tanya Jawab


Metode ini mencari penyebab spesifik yang menggambarkan hubungan “sebab-
akibat” yang logis, yaitu dengan menjawab pernyataan “mengapa” atau “apabila….” 
maka…..”. Buatlah daftar penyebab timbulnya masalah prioritas yang telah ditetapkan.

Contoh Diagram Tanya Jawab


PERTANYAAN “MENGAPA” JAWAB

Mengapa Terlambat Masuk Kantor Karena Mobil Mogok

Mengapa Mobil Mogok Karena Accu Lemah

Mengapa Accu Lemah Karena Air Accu Habis

Mengapa Air Accu Habis Karena Service Terlambat

Mengapa Service Terlambat Karena Jadual Service Belum Ada

Mengapa Jadual Service Belum Karena Kelemahan Manajemen


Ada Perawatan.

b. Analisa Tulang Ikan (Fishbone Diagram)


Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai sebab
potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti
dan rapi. Alat ini juga membantu kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi
dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang
berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan
sebagainya. Langkah-Langkah:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

5
Langkah-Langkah Penerapan Fishbone

Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan


 Pilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa.
 Buatlah gambar pada flipchart berdasarkan contoh dibawah ini.

Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah


 Akibat atau masalah yang akan ditangani tulislah pada kotak sebelah paling kanan
diagram tulang ikan. Misalnya Laporan Anggaran Akhir bulan terlambat.

Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama


 Dari garis horizontal utama, ada empat garis diagonal yang menjadi "cabang". Setiap
cabang mewakili "sebab utama" dari masalah yang ditulis.
 Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk
akal dengan situasi. Kategori-kategori ini bisa diringkas seperti :
o Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Mesin, Materi, Pengukuran
o Metode, Mesin, Material, Manusia - (4M)
o Tempat (Place), Prosedur (Procedure), Manusia (People), Kebijakan (Policy) - (4P)
o Lingkungan (Surrounding), Pemasok (Supplier), Sistem (System), Keterampilan
(Skill) - (4S)
 Kategori tersebut hanya sebagai saran; bisa menggunakan kategori lain yang dapat
membantu mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada lebih dari 6 kotak.

Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran


 Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan menggunakan
curah pendapat.
 Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab tersebut
harus ditempatkan dalam Diagram tulang ikan. (yaitu, tentukan di bawah kategori yang
mana gagasan tersebut harus ditempatkan. Misalnya di kategori mesin.)
 Sebab-sebab ditulis pada garis horizontal sehingga banyak "tulang" kecil keluar dari
garis horizontal utama.
 Suatu sebab bisa ditulis dibawah lebih dari satu kategori sebab utama (misalnya,
menerima data yang terlambat bisa diletakkan dibawah manusia dan sistem).

6
Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
 Setelah setiap kategori diisi carilah sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu
kategori. Sebab - sebab inilah yang merupakan petunjuk "sebab yang tampaknya
paling mungkin " lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada diagram.

Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin


 Diantara semua sebab-sebab, harus dicari sebab yang paling mungkin.
 Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling
memungkinkan) dan tanyakan , "Mengapa ini sebabnya ?"
 Pertanyaan "Mengapa ?" akan membantu Anda sampai pada sebab pokok dari
permasalahan teridentifikasi.
 Tanyakan "Mengapa ?" sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Kalau
sudah sampai kesitu sebab pokok telah terindentifikasi.

Contoh Diagram Fishbone

c. Metode analisis pohon masalah


Dengan analisis pohon masalah dapat ditelusuri penyebab utama dari
permasalahan prioritas/utama yang perlu diselesaikan. Biasanya masalah utama tersebut
disebabkan oleh beberapa penyebab, tetapi fokuskan perhatian pada penyebab utama
dan carilah akar permasalahan dari penyebab utama tersebut.

7
Contoh Analisis masalah dengan Teknik Pohon Masalah

PROSEDUR PENGEMBANGAN PENYULUHAN KEHUTANAN

1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan dalam hal ini dapat diartikan penambahan, penyempurnaan dan
atau penjabaran dari umum ke khusus. Penambahan adalah upaya menemukan,
merekomendasikan satu atau lebih kebijakan, metode penyusunan perencanaan
penyuluhan, metode penyuluhan atau sarana/alat bantu penyuluhan, yang selama ini
belum ada. Sebagai contoh, penambahan kebijakan penyuluhan kehutanan. Sampai
dengan saat ini dalam penyuluhan kehutanan, belum ada kebijakan (pedoman,
juklak/juknis) berkaitan dengan pembinaan kelompok tani/sasaran penyuluhan. Mengingat
pentingnya acuan bagi para penyuluh dalam melakukan pembinaan kepada kelompok
sasaran, maka penyuluh kehutanan ahli dapat menyusun konsep dan mengusulkan
kepada unit pembina untuk dijadikan konsep awal atau draf pedoman pembinaan
kelompok sasaran, untuk selanjutnya dibahas dan ditetapkan sebagai
pedoman/juklak/juknis.
Penyempurnaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengkoreksi hal-hal yang
belum tepat berkaitan dengan kebijakan, perencanaan, prosedur kerja, metode, materi

8
dan alat bantu penyuluhan, sehingga menjadi lebih baik. Sebagai contoh,
penyempurnaan prosedur kerja. Prosedur kerja penyuluhan kehutanan yang sejak dahulu
dikenal oleh penyuluh kehutanan adalah sistem Latihan dan Kunjungan (Laku). Latihan
dalam hal ini lebih sering digunakan untuk mentransfer teknologi atau inovasi sebagai
kebutuhan institusi penyelenggara, tanpa memperhatikan kesesuaian kondisi masyarakat
sasaran. Oleh karena itu dalam prosedur kerja perlu dikoreksi bahwa latihan bukan saja
digunakan untuk kepentingan institusi penyelenggara penyuluhan saja, tetapi juga
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sasaran.
Penjabaran dari umum ke khusus adalah upaya untuk memberikan pernyataan
atau deskripsi lebih jelas berkaitan dengan kebijakan, perencanaan, prosedur kerja,
metode, materi dan atau alat bantu penyuluh, sehingga menjadi lebih mudah dimengerti
dan terhindar dari salah pemahaman. Sebagai contoh berkaitan dengan kebijakan:
dalam Undang-Undang No.16 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan disebutkan dan dijelaskan mengenai programa secara umum. Penjelasan
lebih terinci apa itu programa penyuluhan kehutanan: siapa yang menyusun, apa saja
isinya, bagaimana mekanisme penyusunan programa diuraikan dalam Peraturan Menteri
Kehutanan.

2. Alasan Perlunya Pengembangan Penyuluhan


Penyuluhan merupakan suatu kegiatan pembangunan, sekaligus merupakan
salah satu cabang ilmu terapan, yang berkaitan dengan pembelajaran dan
pengembangan masyarakat. Sebagai bagian dari rangkaian pembangunan kehutanan,
penyuluhan mengikuti perkembangan pembangunan kehutanan. Demikian juga
penyuluhan sebagai salah satu ilmu terapan, yang merupakan perpaduan dari ilmu
komunikasi, ilmu sosiologi, ilmu psikologi, ilmu ekologi manusia, ilmu pengembangan
masyarakat, maka perkembangan ilmu dimaksud akan mempengaruhi ilmu penyuluhan,
dan akhirnya berdampak pada praktek/kegiatan penyuluhan. Oleh karenanya terdapat
tiga hal penting sebagai alasan perlunya pengembangan penyuluhan kehutanan yaitu:
a. Perubahan Kebijakan Pembangunan Kehutanan
b. Perkembangan ilmu dan teknologi
c. Perubahan kondisi dan kebutuhan masyarakat

3. Rambu-Rambu Pengembangan Penyuluhan


Dalam peraturan mengenai jabatan fungsional Penyuluh Kehutanan, diharapkan
setiap penyuluh kehutanan, terutama Penyuluh Kehutanan Ahli dapat berperan dalam

9
pengembangan penyuluhan kehutanan. Setiap upaya pengembangan penyuluhan
mendapatkan apresiasi dalam bentuk pemberian nilai angka kredit, asalkan sesuai
dengan rambu-rambu yang ada. Rambu-Rambu dalam pengembangan penyuluhan
kehutanan antara lain adalah:
a. Tetap mengacu kepada prinsip-prinsip dan tujuan penyuluhan
Setiap upaya pengembangan penyuluhan kehutanan harus tetap mengacu pada
prinsip dan tujuan penyuluhan, yaitu kemandirian masyarakat sasaran. Upaya
pengembangan penyuluhan kehutanan yang mengarah pada ketergantungan
masyarakat sasaran, tidak dapat digolongkan pada upaya pengembangan
penyuluhan, karena bertentangan dengan hakekat dan falsafah penyuluhan itu
sendiri.
b. Didasari atas pengkajian yang mendalam
Pengembangan penyuluhan haruslah didasari oleh adanya pengkajian mendalam,
yang didukung oleh data dan fakta.
c. Menghasilkan hasil yang lebih baik.
Setiap upaya pengembangan penyuluhan, baik pengembangan kebijakan,
perencanaan, prosedur kerja, metode, materi penyuluhan, harus mengeluarkan hasil
yang lebih baik, bukan sebaliknya.

4. Tahapan Pengembangan Penyuluhan


Untuk memudahkan seorang penyuluh kehutanan dalam melakukan
pengembangan penyuluhan kehutanan, sebaiknya mengikuti tahapan sebagai berikut:
a. Penelaahan atas kebijakan, perencanaan, prosedur yang berlaku
b. Penyusunan konsep awal pengembangan
c. Konsep dipresentasikan di depan pejabat-pejabat instansi penyuluhan
d. Penyusunan konsep final;
e. Konsep akhir diserahkan untuk dinilai dan disahkan oleh kepala instansi

5. Outline Penyusunan Pengembangan Penyuluhan


Konsep pengembangan penyuluhan harus dibuat dalam bentuk tulisan, agar
mudah dimengerti dan lebih jelas. Untuk memudahkan dan meyakinkan pembaca/
audience mengenai konsep pengembangan penyuluhan yang diusung, maka konsep
pengembangan penyuluhan agar memperhatikan outline sebagai berikut:
a. Pendahuluan, yang berisi latar belakang dan tujuan penyusunan pengembangan
penyuluhan;

10
b. Telaahan terhadap penyuluhan yang akan dikembangkan, baik berupa kebijakan
lama, materi atau metode lama yang akan dikembangkan;
c. Konsep pengembangan penyuluhan.

6. Pengembangan Kebijakan Penyuluhan


Pengembangan kebijakan penyuluhan kehutanan diperlukan sehubungan dengan
berkembangnya kebijakan Pemerintah, kebijakan Kementerian Kehutanan bahkan
komitmen Pemerintah dan Kementerian Kehutanan menanggapi isu-isu global seperti
ekolabel, sustainable forest management, climate change dan global warming. Berbagai
kebijakan pemerintah berkaitan dengan hal tersebut antara lain komitmen Indonesia untuk
menurunkan tingkat emisi kargon sebesar 26% dengan kekuatan sendiri dan 41% dengan
bantuan internasional merupakan suatu hal yang harus dapat diwujudkan pada tahun
2020. Kontribusi dari sektor kehutanan terhadap pengurangan emisi sebesar 14%
menjadi perhatian dan tanggung jawab kita bersama untuk mewujudkannya, sehingga
perlu dikembangkan kebijakan penyuluhan kehutanan terkait dengan masalah ini.
Salah satu tugas penyuluh kehutanan antara lain mensukseskan penerapan
kebijakan Kementerian Kehutanan secara menyeluruh, sehingga penyuluh kehutanan
perlu ditingkatkan kapasitas dan kompetensi dalam seluruh bidang pembangunan
kehutanan. Beberapa contoh kebijakan Pemerintah/Kebijakan Kementerian Kehutanan
yang relatif baru, yang masih memungkinkan untuk dikembangkan dalam kebijakan
penyuluhan:
- UU 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan,
- KEP.137/MEN/7/2011 tentang Standar Kinerja Kompetensi Nasional Indonesia
(SKKNI) Profesi Penyuluh Kehutanan
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 78 Tahun 2014 tentang Programa Penyuluhan
Kehutanan
- Pengembangan HHBK
- Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
- Kebun Bibit Rakyat (KBR)
- Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
- Dll

7. Pengembangan Perencanaan Penyuluhan


Pengembangan Perencanaan Penyuluhan dilaksanakan sebagai konsekuensi
pengembangan kebijakan penyuluhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat.

11
Sebagai contoh: Kebijakan Pemerintah tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan (UU No.16 Tahun 2006) mensyaratkan pembuatan programa penyuluhan
sebagai rencana tertulis kegiatan penyuluhan selama satu tahun, sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan penyuluhan oleh penyuluh kehutanan. Dalam UU tersebut
disebutkan dengan tegas bahwa penyusunan programa dan hal-hal lain berkaitan dengan
programa diatur dalam Peraturan Menteri.
Pengaturan mengenai programa penyuluhan kehutanan dalam Permenhut
merupakan salah satu pengembangan kebijakan maupun pengembangan perencanaan
penyuluhan. Permenhut Nomor 78 Tahun 2014 tentang Programa Penyuluhan Kehutanan
tersebut merupakan salah satu bentuk pengembangan kebijakan penyuluhan. Tetapi bila
dilihat dari isi perencanaan penyuluhan kehutanan yang terkandung di dalamnya, dapat
dikategorikan ke dalam pengembangan perencanaan penyuluhan. Selanjutnya
perencanaan penyuluhan perlu dikembangkan atau diuraikan lebih rinci bagaimana
konsep perubahan perencanaan penyuluhan yang konvensional menjadi perencanaan
penyuluhan yang partisipatif, yaitu perencanaan yang melibatkan semua pemangku
kepentingan penyuluhan kehutanan.
Dalam Permenhut tentang programa disebutkan salah satu dasar dari
perencanaan adalah identifikasi kebutuhan dan permasalahan sasaran penyuluhan.
Metode identifikasi kebutuhan dan permasalahan sasaran penyuluhan tersebut sangat
beragam, dan belum dijelaskan secara rinci. Oleh karena itu, salah satu bentuk
pengembangan perencanaan penyuluhan kehutanan ialah pedoman penentuan
kebutuhan dan permasalahan sasaran penyuluhan kehutanan.

8. Pengembangan Prosedur Kerja Penyuluhan


Pengembangan prosedur kerja penyuluhan kehutanan dilaksanakan sebagai
konsekuensi atau tindak lanjut pengembangan kebijakan penyuluhan, dan
pengembangan perencanaan pelaksanaan penyuluhan. Contohnya: Sistem Kerja LAKU
(Latihan dan Kunjungan) saat ini masih dipergunakan dan dinilai masih cukup efektif.
Namun, dengan adanya perubahan kebijakan dan perencanaan penyuluhan kehutanan,
perlu dirumuskan peraturan baru yang mengatur tentang Sistem Kerja LAKU.
Pengembangan prosedur kerja lainnya ialah pembuatan prosedur kerja khusus bagi
Penyuluh Kehutanan yang ditempatkan di BKSDA dan Taman Nasional memiliki wilayah
binaan yang berbeda dengan penyuluh kehutanan yang ditempatkan di Kabupaten.

9. Pengembangan Sistem Monitoring Dan Evaluasi Penyuluhan

12
Sistem monitoring dan evaluasi penyuluhan kehutanan perlu dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan untuk tercapainya keberhasilan pelaksanaan penyuluhan
kehutanan. Pengembangan sistem monitoring dan evaluasi penyuluhan ini merupakan
tindak lanjut dari adanya perubahan atau pengembangan kebijakan, perencanaan, dan
prosedur kerja penyuluhan kehutanan.
Pengembangan monitoring dan evaluasi penyuluhan kehutanan perlu dikaitkan
dengan dinamika yang terjadi pada masyarakat. Sekarang masyarakat sudah terbiasa
dengan keterbukaan, demokrasi, sehingga sebagai penerima manfaat dari penyuluhan
kehutanan, masyarakat sangat penting untuk dilibatkan dalam proses pemantauan dan
evaluasi penyuluhan kehutanan. Inilah yang disebut dengan monitoring dan evaluasi
partisipatif, yang melibatkan peran anggota kelompok. Dengan metode tersebut maka
ukuran, parameter dan cara penilaian dapat didialogkan dengan kelompok sasaran
sebelum kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan, hal itulah yang nilai keunggulan.
Dengan demikian kemungkinan terjadi bias terhadap hasil monitoring dan evaluasi relatif
kecil atau bahkan tidak ada.
Pengukuran dan parameter yang digunakan untuk mengevaluasi atau menilai
keberhasilan penyuluhan kehutanan merupakan hal penting dalam sistem monitoring dan
evaluasi. Sampai dengan saat ini dalam penyuluhan kehutanan, belum ada pedoman
yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan sebagai acuan ukuran, parameter, dan
indikator keberhasilan pelaksanaan penyuluhan kehutanan. Dengan demikian,
penyusunan dan pengembangan parameter dan indikator pengukuran keberhasilan
penyuluhan kehutanan merupakan salah satu bagian dari pengembangan sistem
monitoring dan evaluasi penyuluhan kehutanan.

PENGEMBANGAN ASPEK TEKNIK, METODE, MATERI, SARANA DAN ALAT BANTU


PENYULUHAN KEHUTANAN

1. Pengembangan Teknik dan Metode Penyuluhan Kehutanan


Perubahan paradigma penyuluhan kehutanan ke arah pemberdayaan masyarakat
menuntut pengembangan metode penyuluhan, dari penyuluhan yang bersifat
konvensional dengan komunikasi linier kepada metode penyuluhan yang partisipatif
dengan komunikasi dialogis. Metode penyuluhan partisipatif menempatkan sasaran
penyuluhan bukan sebagai orang bodoh, tetapi lebih menghargai sasaran penyuluhan
kehutanan sebagai orang yang berpengalaman. Pada metode penyuluhan kehutanan

13
partisipatif komunikasi tidak lagi sebagai alat untuk membawa pesan dari atas ke bawah,
tetapi merupakan proses partisipatoris yang mengikutsertakan sasasan penyuluhan.
Dalam metode penyuluhan partisipatif, penyuluh berfungsi sebagai fasilitator,
motivator, pemandu pembelajaran dan bukan sebagai guru. Sehingga metode
pembelajaran yang digunakan harus mampu mengugah proses berfikir sasaran dan
selalu mengembangkan dialog. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 menegaskan
bahwa penyuluhan merupakan proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha,
sehingga metode penyuluh kehutanan yang digunakan haruslah membuka kesempatan
seluas-luasnya bagi komunikasi timbal balik untuk menemukan kesamaan makna, yang
disebut komunikasi konvergen atau komunikasi dialogis. Metode penyuluhan kehutanan
yang memungkinkan untuk terjadinya komunikasi dialogis tersebut adalah Sekolah
Lapang, Forum Group Discussion (FGD), sharing pengalaman, magang dan lain
sebagainya.,

2. Pengembangan Materi Penyuluhan Kehutanan


Pengembangan materi penyuluhan kehutanan sangat berkaitan dengan perubahan
dan perkembangan kebijakan pembangunan kehutanan. Di sisi lain pengembangan
materi penyuluhan kehutanan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
sasaran penyuluhan kehutanan. Materi penyuluhan kehutanan harus memperhatikan
kebutuhan masyarakat sasaran utama, yaitu pelaku utama dan pelaku usaha, juga
sasaran antara yaitu tokoh masyarakat, generasi muda, pemerhati kehutanan dan
lainnya. Materi penyuluhan kehutanan juga mengikuti perkembangan kebijakan
pembangunan kehutanan. Dengan demikian pengembangan materi penyuluhan
kehutanan merupakan hal mendasar yang terus menerus harus dilakukan oleh penyuluh
kehutanan, sehingga materi penyuluhan kehutanan yang disampaikan merupakan
inovasi, informasi terkini dan terpercaya, tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran,
juga mendukung kebijakan pembangunan kehutanan.

3. Pengembangan Sarana dan alat Bantu Penyuluhan Kehutanan


Sesuai dengan perkembangan teknologi, penyampaian materi penyuluhan
disampaikan menggunakan media dan alat bantu yang terkini. Penggunaan media
internet, saat ini sudah merupakan kebutuhan, apalagi mengingat perkembangan
perdagangan bebas dimana akses pemasaran bagi produk kehutanan menjadi terbuka
luas, sehingga untuk pengembangan pemasaran produk pembangunan kehutanan
(HHBK, Ekowisata/jasa lingkungan dan lainnya) internet sudah merupakan kebutuhan

14
minimal. Oleh karenanya penyuluh kehutanan juga harus dikembangkan untuk memiliki
kompetensi tersebut. Peningkatan kapasitas dan kompetensi penyuluh kehutanan
merupakan kebutuhan mendesak yang perlu dilakukan untuk pengembangan penyuluhan
kehutanan.
Dalam mengembangkan media penyuluhan para penyuluh harus mendasarkan
pada kondisi kelompok sasaran, materi dan tujuan yang ingin dicapai. Disamping itu juga
harus mempertimbangkan fasilitas dan kondisi lingkungan pelaksanaan penyuluhan.
Sebagai contoh penyusunan media berupa gambar-gambar dan benda sebenarnya
(realea) untuk masyarakat yang sebagian besar buta huruf akan lebih bermanfaat
dibandingkan dengan informasi berupa tulisan-tulisan. Contoh lain adalah penyuluhan
dengan menggunakan film untuk jumlah kelompok sasaran yang banyak harus
memeprtimbangkan keberadaan listrik, ruangan dan lain-lain.

15

Anda mungkin juga menyukai