Anda di halaman 1dari 95

OLEH:

Budi
Widyaiswara Pusdiklat SDM LHK

BOGOR
Juli, 2023
Setelah selesai mengikuti
pembelajaran ini, peserta
diharapkan mampu melakukan
pendampingan pemberdayaan
sasaran penyuluhan kehutanan.
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu:
1. Menjelaskan pembentukan kelompok tani hutan
2. Menjelaskan penguatan kelola kelembagaan, kelola
lingkungan dan kelola usaha
3. Menjelaskan jejaring kemitraan
4. Melakukan pendampingan dan penyelesaian
masalah dalam pemberdayaan kelompok sasaran
penyuluhan
Peraturan Perundangan terkait
1. Peraturan Menteri LHK Nomor P.76/Menlhk/Setjen/ Kum.1/8/
2016 Tentang Penyuluh Kehutanan Swasta dan Penyuluh
Kehutanan Swadaya Masyarakat
2. Peraturan Menteri LHK No. 43 tahun 2017 tentang
Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar KSA dan KPA
3. Permen LHK No. 89 Th. 2018 tentang Pedoman Kelompok
Tani Hutan
4. Peraturan Menteri LHK: No.
P.13/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 tentang Pendampingan
Kegiatan Pembangunan di Bidang Kehutanan
5. PerKabadan P2SDM No P.4 Tahun 2018 tentang Petunjuk
Teknik Penilaian Kelompok Tani Hutan dan PerKabadan
P2SDM No.5 Tahun 2020 Tentang Perubahan Perkabadan
P2SDM No P.4 Tahun 2018
6. Peraturan Menteri LHK No 9 tahun 2021 tentang Perhutanan
Sosial
LATAR BELAKANG

UU No. • Meningkatkan kemampuan rakyat


dengan mengembangkan kapasitas dan
41/99 keberdayaan masyarakat

• Memberdayakan pelaku utama dan pelaku


usaha melalui: penciptaan iklim usaha
kondudif, penumbuhan motivasi,
UU No. pengembangan potensi, pemberian peluang,
peningkatan kesadaran, pendampingan
16/2006 dan fasilitasi. Penyuluhan dilaksanakan:
terintegrasi dengan sub sistem pembangunan
kehutanan

Permen LHK: No.


P.13/MENLHK/SETJEN/
KUM.1/4/2019 • Pendampingan Di Bidang Kehutanan
Lanjutan

• Penyuluhan Kehutanan sebagai ujung tombak


keberhasilan pembangunan kehutanan.

• Indikator keberhasilan pembangunan kehutanan:


hutan lestari dan masyarakat sejahtera yang
berkeadilan.

• Kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dapat


terwujud melalui pemberdayaan masyarakat (inti
penyuluhan). Jadi keberhasilan penyuluhan kehutanan
= indikator keberhasilan pembangunan kehutanan.
Lanjutan...
• Desa hutan 31.957 (1.305 di dlm, 7.947 di tepi, 22.709 di
sekitar hutan)
• Penduduk dlm kawasan hutan 48,8 juta, 10,2 juta miskin.

• Penyuluh Kehutanan: meningkatkan keterampilan dan


kemampuan masyarakat untuk mencapai
kesejahteraannya melalui kegiatan pendampingan dan
pemberdayaan masyarakat.

• Instansi terkait: Eselon I lingkup Kemenhut, Dishut/DLHK


Prov,Kab,Kota, Dinas Terkait, UPT KLHK harus
berkoordinasi & bersinergi demi terselenggaranya
penyuluhan kehutanan yang optimal.
CURAH PENDAPAT
Dalam konteks PENYULUHAN,
apa yang dimaksud dengan
PENDAMPING ?
Tuliskan pendapatnya masing-masing di link
padlet berikut:
https://padlet.com/budickr/dalam-konteks-
penyuluhan-yang-dimaksud-dengan-pendamping-
ada-pnh4roam0ibtqz41
CURAH PENDAPAT
Apa yang dimaksud dengan
PENDAMPINGAN (dalam
konteks penyuluhan) ?
Tuliskan pendapatnya masing-masing di link
padlet berikut:
https://padlet.com/budickr/apa-yang-dimaksud-
dengan-pendampingan-dalam-konteks-penyuluh-
6h31uuqk0hg6ihzb
CURAH PENDAPAT

Siapa yang dapat menjadi


PENDAMPING (dalam konteks
penyuluhan) ?
PENDAMPING
Penyuluh kehutanan pegawai negeri sipil, penyuluh kehutanan swadaya
masyarakat, penyuluh kehutanan swasta, dan pihak lain yang memiliki
kompetensi dan ditetapkan untuk melakukan pendampingan (Permen LHK No.
P.13 Tahun 2019 tentang Pendampingan Kegiatan Pembangunan di Bidang
Kehutanan)

PENDAMPINGAN
Aktivitas penyuluhan yang dilakukan secara terus-menerus pada masyarakat
dalam kegiatan pembangunan kehutanan untuk meningkatkan keberhasilan
dan keberlanjutan pembangunan kehutanan serta keberdayaan dan
kesejahteraan masyarakat (PermenLHK No P.13 Tahun 2019 tentang
Pendampingan Kegiatan Pembangunan di Bidang Kehutanan).

Kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh/seseorang/kelompok masyarakat


untuk mencermati dan belajar bersama tentang persoalan dan potensi yang
dihadapi masyarakat dan mendiskusikannya untuk mencari jalan keluar
(rencana usaha) yang mungkin dapat diambil oleh masyarakat.
Tujuan pendampingan dalam rangka mendukung keberhasilan
dan keberlanjutan kegiatan pembangunan kehutanan pada
tingkat lapangan, mendorong partisipasi masyarakat dalam
pembangunan kehutanan untuk meningkatkan kemandirian
dan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan pendampingan dalam pembangunan Kehutanan:


1. Pendampingan teknis kegiatan pembangunan Kehutanan,
2. Penguatan kelembagaan KTH,
3. Membangun jaringan usaha maupun hubungan kemitraan
dengan pemerintah dan stakeholder lainnya.
4. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan kehutanan .
TUGAS PENDAMPING

• Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap fungsi dan


1 manfaat hutan dan lingkungan bagi kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat

• Menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk


2 berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan di
bidang kehutanan di wilayahnya.

• Melakukan bimbingan teknis terhadap permohonan


3 izin, hak atau kegiatan pembangunan di bidang
kehutanan.

• Melaksanakan bimbingan teknis kepada masyarakat


tentang rencana kerja tahunan, rencana kegiatan
4 usaha, rencana definitif kelompok dan rencana definitif
kebutuhan kelompok kegiatan pembangunan di
bidang kehutanan
TUGAS PENDAMPING

• Melakukan bimbingan teknis


5 pelaksanaan kegiatan pembangunan di
bidang kehutanan

• Melakukan monitoring dan evaluasi


6 terhadap perkembangan kegiatan
pendampingan

• Membuat laporan berkala secara manual


dan/atau dalam jaringan (online) kepada instansi
7 yang menetapkan sebagai Pendamping, dengan
tembusan kepada Dinas dan Kepala Badan
melalui Kepala Pusat Penyuluhan.
Pendampingan mempunyai 3 fungsi utama (Rahardjo 1998 dalam
Effendie 2008), yaitu:
Motivator,
• Menumbuhkan motivasi para anggota untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan kelompok.
• Berperan aktif bersama anggota untuk menggali motivasi akan arti
pentingnya membentuk kelompok untuk bersama-sama mengatasi
persoalan kehidupan terutama masalah-masalah ekonomi.
Fasilitator,
• Memfasilitasi anggota kelompok agar memiliki keterampilan yang
dipandang perlu untuk pengembangan kelompok.
• Membantu penyusunan sistem administrasi dan manajerial kelompok
dan kelembagaan dengan simple administration system dan juga dapat
• Menghubungi lembaga yang kompeten untuk memberikan wawasan
bagi peningkatan ketrampilan teknik berusaha
Komunikator
• Mencari informasi tentang jenis usaha apa yang dipandang memiliki
prospek yang baik di masa kini dan akan datang.
• Mengusahakan net working dengan lembaga-lembaga perekonomian
maupun pemerintah yang dapat membantu keberlangsungan program
yang diagendakan.
Fungsi Pendamping
1 • Edukator

2 • Motivator

3 • Fasilitator

4 • Dinamisator

5 • Inspirator

6 • Konselor

7 • Mediator

8 • Advokator
Tujuan
PENDAMPINGAN

Mempersiapkan dan meningkatkan kapasitas


MASYARAKAT DI TINGKAT TAPAK

Berpartisipasi aktif dalam Kegiatan Pembangunan


Kehutanan
Kemandirian, kesejahteraan, keberhasilan dan
keberlanjutan pembangunan kehutanan
• Tujuan pendampingan dalam pemberdayaan
masyarakat:
– Pembentukan dan penataan organisasi secara
demokratis
– Mensosialisasikan program pembangunan kehutanan
yang ada di wilayah kerjanya
– Membangun jaringan usaha maupun hubungan
kemitraan dengan pemerintah dan stakeholder
lainnya.
• Tujuan pendampingan KTH dalam
pembangunan kehutanan:
– Meningkatnya kapasitas KTH
– Meningkatnya partisipasi KTH
– Meningkatnya keberhasilan dan keberlanjutan
pembangunan kehutanan
– Terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat di dalam dan sekitar hutan
Prinsip Pendampingan:
 Keterbukaan;
 Demokratisasi;
 Berorientasi pada proses pembelajaran bersama;
 Adanya kepastian hak, kewajiban dan tanggung
jawab;
 Mendorong masyarakat memecahkan masalahnya
sendiri, menggali dan mengembangkan potensi SDA
dan SDM yang dimilikinya;
 Penguatan kelembagaan kelompok tani;
 Pengembangan jejaring kerja dan kemitraan;
 Pengembangan nilai-nilai sosial masyarakat.
Kegiatan pembangunan di bidang
kehutanan yang memerlukan
pendampingan meliputi :
1. Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati,
2. Perlindungan Hutan,
3. Pemanfaatan Hutan,
4. Rehabilitasi Hutan dan Lahan,
5. Perhutanan Sosial
6. Kegiatan pembangunan kehutanan
lainnya
TENAGA PENDAMPING
Pendamping kegiatan pembangunan kehutanan
yang diselenggarakan oleh Institusi Pemerintah
 Pendamping kegiatan pembangunan kehutanan
yang diselenggarakan oleh badan usaha bidang
kehutanan (BUMN, BUMD dan BUMS)
dilaksanakan oleh penyuluh kehutanan swasta
(PKS) atau PKSM;

 Pendamping kegiatan pembangunan kehutanan


yang dilakukan bekerja sama dengan pihak lain:
LSM, PTN dan PTS.
KRITERIA PENDAMPING
• Memiliki sikap yang baik yaitu jujur dan ikhlas, ramah
dan tegas, demokratis, rendah hati;
• Mempunyai komitmen kuat pada kemajuan
masyarakat, mengenali dan menghormati adat
istiadat setempat, semangat belajar dan
meningkatkan potensi diri;
• Memiliki kompetensi dalam bidang teknis kehutanan,
komunikasi, dan pemberdayaan masyarakat;
• Mampu mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan kebutuhan
masyarakat, membantu memecahkan masalah masyarakat
yang berkaitan dengan pembangunan kehutanan;
• Bersedia bertempat tinggal dekat dengan lokasi kegiatan
pendampingan.
Strategi Pendampingan
• Salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan
kegiatan pendampingan pembangunan kehutanan
adalah pemilihan metode dan teknik pendampingan
• Metode dan teknik pendampingan dalam pemberdayaan
masyarakat (Dephut, 2004):
• Dialogis dengan pendekatan pendidikan orang
dewasa
• Partisipastif melalui model diskusi kelompok
• Demokratis melalui pendapat mayoritas
Sikap dan Kecakapan Pendamping
1. Memberi dorongan, memuji, bersahabat, hangat.
2. Membuka jalan, memberi alternatif solusi permasalahan.
3. Menetapkan pedoman, menciptakan pegangan dan
aturan tata tertib.
4. Mengikuti keputusan bersama, mendengarkan gagasan.
5. Mendiagnosis, mengajak kelompok menghadapi
masalah dan potensi serta mengkajinya menjadi usaha
produktif.
6. Meredakan ketegangan, mengurangi rasa ketegangan
dengan sikap santai dan penuh humor.
7. Mendengarkan, kemampuan mendengarkan secara
diagnostik persoalan, pikiran, praduga anggota dan
pengurus serta berempati kepada mereka.
Butir-Butir Strategi Pendampingan (1)
• Bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pemimpin
adat dan orang-orang yang memiliki pengaruh di masyarakat.
• Menumbuhkan rasa saling percaya, hindarkan rasa saling curiga.
• Belajar bersama dalam suasana kehidupan nyata, sehingga dapat
mengamati dan mendalami serta dapat menangkap nuansa dan kepekaan
dalam kehidupan rumah tangga dan kehidupan masyarakat desa/kampung;
membangun “kepekaan“ fasilitator dalam mencermati aspirasi dan cita-cita
masyarakat dalam menuju keberdayaan masyarakat.
• Membangun simpati, empati dan kerjasama dengan cara
bergaul/bersilaturahmi dengan masyarakat, ngobrol dan berdiskusi dengan
masyarakat tentang penghidupan, keinginan/cita-cita/harapan.
• Menciptakan dan menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat.
• Mengamati kondisi masyarakat.
• Bersosialisasi dengan masyarakat/menyesuaikan diri dengan kondisi yang
ada di masyarakat.
Butir-Butir Strategi Pendampingan (2)
• Menghadiri pertemuan-pertemuan di kampung seperti pengajian,
pernikahan, khitanan, kedukaan, event-event tertentu dan lain-lain.
• Belajar bersama masyarakat membangun kelembagaan, membentuk aturan
main/kesepakatan bersama.
• Menggali informasi tentang masyarakat, sejarah kampong, perkembangan
sumberdaya alam dan penghidupan masyarakat
• Menggali persoalan-persoalan terutama dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam hutan dan penghidupan masyarakat.
• Membangun kerjasama dengan berbagai elemen dalam masyarakat
maupun dengan pihak-pihak luar masyarakat.
• Membangun kelembagaan agar dapat mengembangkan kerjasama,
menciptakan ketertiban, silaturahmi, membantu menyelesaikan persoalan
secara bersama, wahana mengawasi dan mengendalian berbagai kegiatan.
TAHAPAN PENDAMPINGAN
PERSIAPAN
Pembentukan dan
IDENTIFIKASI Penguatan
PERENCANAAN
Kelompok
Pembinaan
PELAKSANAAN Aktivitas Kelompok
Pemberdayaan
EVALUASI Kelompok
Pengembangan
Kemampuan
TERMINASI Permodalan
KELOMPOK TANI HUTAN (KTH)
1. Pengertian KTH
2. Prinsip dasar KTH
3. Aspek dalam kelompok
4. Fungsi dan kegiatan KTH
5. Identifikasi/identitas KTH
6. Tahap-tahap kehidupan suatu
kelompok
7. Tahap pertumbuhan kelompok
8. Pembinaan KTH
9. Administrasi KTH
KELOMPOK TANI HUTAN
• KTH: kumpulan petani atau perorangan warga negara
Indonesia beserta keluarganya yang mengelola usaha di
bidang kehutanan di dalam dan di luar kawasan hutan
yang meliputi usaha hasil hutan kayu, hasil hutan bukan
kayu dan jasa lingkungan, baik di hulu maupun di hilir
(PermenLHK No P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018
Tentang Pedoman Kelompok Tani Hutan).
• Kelompok tani: suatu perkumpulan petani yang anggotanya
mempunyai kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, keakraban
dan keserasian, serta memiliki kehendak yang sama
untuk melakukan upaya pelestarian sumberdaya alam
yang ada di sekitarnya.
KTH – Pengelolaan SDH
• KTH: memiliki ketergantungan terhadap hutan dan/atau
komoditas kehutanan sebagai sumber kehidupannya dan
tujuan bersama untuk meningkatkan taraf hidup dan
perekonomian melalui usaha di bidang kehutanan.
• Pengelolaan hutan dalam bentuk berkelompok bertujuan
untuk mendorong motivasi, rasa kebersamaan dan
memiliki keinginan yang lebih kuat dalam menyelesaikan
suatu masalah, mempercepat dan mendorong perubahan
yang lebih nyata dan menyeluruh.
• Catatannya: keinginan berkelompok tersebut timbul dari
masyarakat sendiri, sebab bila kelompok tersebut dibentuk
hanya sebagai syarat dapat diberikan akses maka hanya
akan fokus pada penyelesaian konflik internal sehingga
kegiatan-kegiatan yang terkait pengelolaan hutan akan
terhambat.
Prinsip KTH
• Prinsip dasar KTH adalah dari, oleh dan untuk
anggota.
• Penekanan pada keberhasilan kelompok yang
memberikan manfaat bagi seluruh anggota
• Pendekatan keswadayaan dalam proses
penumbuhan dan pengembangan kelompok
• Keberhasilannya sangat ditentukan oleh peran
serta aktif semua anggota.
Prinsip Pembentukan KTH
Pembentukan KTH berprinsip pada pemberdayaan
masyarakat, dengan ciri dasar:
• Meningkatkan kapasitas atau kemampuan kelompok tani
• Mewujudkan keadilan anggota kelompok tani
• Menumbuhkan kekuasaan dan kewenangan masing-
masing anggota dan atau pengurus organisasi dalam
kelembagaan kelompok tani
• Mengupayakan kesinambungan (sustainable) keberadaan
usaha dan manfaat kelembagaan kelompok tani
• Untuk itu perlu pengakuan terhadap keberadaan
kelembagaan KTH sebagai subjek/pelaku utama secara
formal
Aspek-Aspek KTH
• Nilai, Visi dan Misi: prinsip/pedoman,
tujuan yang ingin dicapai, pernyataan
yang akan dikerjakan (pedoman untuk
kegiatan-kegiatan kelompok)
• Aturan: disepakati dan dijalankan bersama
• Insentif: material dan non-material bagi
pengurus dan anggota
• Sumber Daya: SDM, Modal
• Rencana Kerja: untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan
Fungsi Kelompok
• Media pembelajaran masyarakat
• Peningkatan kapasitas anggota
• Pemecahan permasalahan
• Kerjasama dan gotong royong
• Pengembangan usaha produktif
• Pengolahan dan pemasaran hasil hutan
• Peningkatan kepedulian terhadap
kelestarian hutan.
Identifikasi – Pembentukan KTH
• Identifikasi terhadap individu pelaku utama: nama, alamat, tempat
dan tanggal lahir, pendidikan, mata pencaharian, jumlah anggota
keluarga, jenis usaha kehutanan, luas dan status lahan usaha petani
hutan
• Identifikasi ekonomi: jenis mata pencaharian, jumlah dan jenis
lembaga usaha, dan tingkat pendapatan petani
• Identifikasi sosial: kelembagaan informal masyarakat, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat
• Identifikasi kondisi budaya: kearifan lokal, adat istiadat norma dan
kebiasaan masyarakat.
• Identifikasi kelembagaan KTH yang sudah ada: nama, alamat,
jumlah anggota, stuktur organisasi, nama pengurus, aturan organisasi,
legalitas dan kelas KTH, jenis kegiatan dan kapasitas usaha kelompok
• Identifikasi potensi wilayah kerja KTH: luas kawasan hutan, luas
hutan milik/adat, luas lahan kritis, potensi unggulan bidang kehutanan
dan bentuk hak atau izin yang membebani kawasan hutan atau tanah
Tahapan Kehidupan Kelompok
1. Tahap 1: Anggota kelompok mengandalkan pemimpin (atau siapapun
yang dianggap pemimpin) untuk membimbingnya, anggota wajib
mengetahui tugas-tugas, sementara itu pemimpin wajib menetapkan
tujuan.
2. Tahap 2: Terjadi pertentangan akibat perbedaan pendapat mengenai
cara terbaik menyelesaikan pekerjaan.
3. Tahap 3: Adanya persatuan diantara anggota kelompok setelah
pertentangan diselesaikan, merasa sebagai bagian dari kelompok, saling
mendukung satu sama lain dalam menyelesaikan pekerjaan, dan saling
berbagi gagasan, informasi, dan perasaan. Pada tahap ini, kondisi
sangat menyenangkan bagi anggota kelompok.
4. Tahap 4: tahap teratas yang dapat dicapai suatu kelompok, tidak semua
kelompok dapat mencapai tahap ini, bahkan ada yang mundur ke tahap
sebelumnya. Pada tahap ini, anggota kelompok saling tergantung dan
mendukung satu dengan yang lain, dapat bekerja dalam sub kelompok,
memiliki komitmen kuat untuk menyelesaikan tugas dan memecahkan
masalah.
Fase Pertumbuhan Kelompok
1. Fase Pembentukan Rasa Kekelompokan (forming): anggota
kelompok melakukan penjajakan mengenai hubungannya dengan anggota
lainnya serta mulai menjalin pola hubungan diantara anggota kelompok
yang memiliki perilaku yang berbeda-beda
2. Fase Peralihan (storming): Partisipasi anggota mulai meningkat,
interaksi makin intensif dan konflik akan kerap terjadi karena masing-masing
anggota akan berusaha mempengaruhi yang lainnya untuk menerima
idenya.
3. Fase Pembentukan Norma: walaupun konflik masih terjadi, anggota
kelompok semakin mempelajari karakter anggota lainnya, memahami
perbedaaan dan mencari cara berkomunikasi satu dengan lain, berusaha
menjalin ikatan kebersamaan dan kepercayaan antar anggota kelompok
4. Fase berprestasi: sudah terjadi keharmonisan antar anggota, norma
kelompok disepakati, tujuan dan tugas kelompok serta peran masing
masing anggota telah jelas, maka prestasi kelompok dapat mulai
diupayakan.
Pembentukan KTH
• Pembentukan KTH atas prakarsa Pelaku Utama: diawali dengan
pertemuan pembuatan kesepakatan bersama beberapa Pelaku Utama.
• Pembentukan KTH atas prakarsa Penyuluh Kehutanan/ Pendamping:
diawali pertemuan musyawarah mufakat dihadiri Pelaku Utama, aparat
desa, tokoh masyarakat/agama/adat untuk identifikasi potensi masyarakat
untuk dikembangkan sebagai suatu kelompok.
• Hasil pertemuan pembentukan KTH dituangkan dalam berita acara
pembentukan KTH, memuat:
– Pemberian nama KTH;
– Pemilihan pengurus KTH; dan
– Pembentukan struktur organisasi KTH.
• Berita acara pembentukan KTH sebagai lampiran dalam surat
permohonan penetapan KTH kepada kepala desa/lurah (Format tersedia di
PermenLHK P.89 Tahun 2018)
• Kepala desa/lurah menetapkan Pembentukan KTH
• KTH terbentuk, diklasifikasi untuk mengetahui kelas KTH, berdasarkan hasil
penilaian KTH (Kelola kelembagaan, Kelola kawasan, Kelola usaha).
GAPOKTANHUT
• Untuk meningkatkan skala usaha kelompok, KTH dapat
membentuk GAPOKTANHUT.
• Pembentukan GAPOKTANHUT, dengan ketentuan:
– KTH yang telah memiliki nomor registrasi dari Dinas Tkt
Provinsi;
– Paling sedikit terdiri atas 2 (dua) KTH yang memiliki jenis
komoditas usaha yang sama; dan
– Kedudukan KTH berada dalam 1 (satu) wilayah provinsi.
• Pembentukan GAPOKTANHUT dilakukan berdasarkan
kesepakatan beberapa ketua KTH yang akan membentuk
GAPOKTANHUT.
Kelas KTH
• KTH Kelas Pemula
• KTH Kelas Madya
• KTH Kelas Utama
Pembinaan KTH (1)
• Bertujuan untuk mewujudkan KTH yang
produktif, mandiri, sejahtera, dan
berkelanjutan
• Pembinaan KTH dilaksanakan oleh:
1. Penyuluh Kehutanan/pendamping;
dan/atau
2. Instansi pembina KTH.
• Instansi Pembina KTH terdiri atas: UPTD,
UPT KLHK, Perum Perhutani, Dinas, Badan
P2SDM, dan Ditjen.
Pembinaan KTH (2)
• Pembinaan juga ditujukkan untuk mencapai kelompok yang
baik
• Kelompok yang baik:
1. Merupakan kumpulan orang yang mengutamakan
kebersamaan, menjunjung harkat martabat kemanusiaan,
hak suara anggota tidak diwakilkan
2. Memiliki tujuan yang sama
3. Musyawarah
4. Keanggotaan bersifat sukarela
5. Dari, oleh dan untuk anggota
6. Tata laksana terbuka
7. Pendidikan yang terus-menerus
8. Permodalan swadaya
9. Mengakar di masyarakat
ADMINISTRASI KTH (1)
• Administrasi Kegiatan:
1. Buku Induk Anggota,
2. Buku Kegiatan Kelompok,
3. Buku Tamu,
4. Buku Notulen Rapat,
5. Buku Produktivitas dan Hasil Produksi,
6. Buku Agenda Surat Masuk dan Surat Keluar,
7. Buku Ekspedisi,
8. Buku Kepemilikan Sarana/Prasarana Anggota,
9. Buku Luas Lahan Garapan,
10. Buku Pengurus,
11. Buku Daftar Hadir
ADMINISTRASI KTH (2)
• Administrasi Keuangan:
1. Buku Kas,
2. Buku Iuran Anggota,
3. Buku Tabungan Anggota,
4. Buku Inventaris,
5. Buku Penjualan,
6. Buku Pembelian,
Perangkat Kelengkapan Administrasi KTH
Selain buku-buku dan dokumen penting lain yang harus dimiliki Kelompok Tani,
Kelompok Tani yang kuat dan sudah maju diharapkan juga memiliki perangkat
kelengkapan administrasi lainnya:
1. Sekretariat Kelompok Tani
2. Papan Nama (Plank) Kelompok Tani
3. Stempel Kelompok Tani
4. Arsip Surat Masuk dan Surat Keluar
5. Arsip Dokumen Berita Acara Pembentukan Kelompok Tani
6. Arsip Dokumen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kelompok
Tani
7. Arsip Dokumen Berita Acara Benah Kelompok Tani
8. Rencana Kerja Kelompok atau Rencana Definitif Kelompok Tani (RDK)
9. Rencana Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK)
10. Rencana Usaha Anggota (RUA)
11. Arsip Dokumen Biodata Anggota Kelompok Tani
12. Dokumen berupa papan data (Monografi) Kelompok Tani
13. Peta Wilayah Kelompok Tani
Aspek Pendampingan :

Kelola Kelola Kelola


Kelembagaan Kawasan Usaha

Jenis Kegiatan :
Tata hutan Pemanfaatan
dan hutan dan Rehabilitasi
penyusunan penggunaan dan
rencana kawasan reklamasi
pengelolaan hutan hutan
hutan
Penilaian Aspek Pendampingan
sesuai Kelas KTH

• PerKabadan P2SDM KLHK No P.4 Tahun


2018 tentang Petunjuk Teknik Penilaian
Kelompok Tani Hutan, direvisi oleh
PerKabadan P2SDM KLHK No.5 Tahun
2020 Tentang Perubahan Perkabadan
P2SDM No P.4 Tahun 2018
RUANG LINGKUP
ASPEK KELOLA KELEMBAGAAN
• Pembagian tugas, peran, tanggung jawab dan wewenang
setiap pengurus KTH;
• Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART) dan/atau aturan kelompok;
• Penyusunan kelengkapan administrasi kelompok;
• Pembuatan rencana kegiatan KTH;
• Peningkatan kapasitas sumber daya manusia KTH;
• Peningkatan kepedulian sosial, semangat kebersamaan,
gotong royong, kejujuran, dan keterbukaan dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan kelompok;
• Pembentukan kader dan regenerasi kepemimpinan dalam
kelompok; dan/atau
• Penyusunan laporan kemajuan KTH setiap akhir tahun.
Ciri Kelola Kelembagaan – KTH Kelas Pemula
1. Legalitas kelompok belum kuat (berita acara pertemuan);
2. Aturan kelompok belum ada dan atau belum dijalankan;
3. Manajemen kelompok (perencanaan, pelaksanaan, monitoring
evaluasi) belum berjalan baik ;
4. Administrasi kelompok belum tertata rapi;
5. Partisipasi anggota dalam kegiatan belum maksimal;
6. Susunan pengurus belum lengkap dan pengurus belum berperan
maksimal;
7. Peningkatan kapasitas SDM Pengurus dan anggota sangat kurang;
8. Keterlibatan kelompok dalam pelatihan dan kegiatan yang
diselenggarakan pihak lain sangat kurang;
9. Belum ada regenerasi dan kaderisasi pemimpin (pembentukan
kelompok/PKSM/keterlibatan generasi muda);
10. Belum ada perhatian terhadap isu kearifan lokal terkait pengelolaan
hutan/pelestarian sumberdaya alam dan kesetaraan gender
(keterlibatan kaum wanita).
Ciri Kelola Kelembagaan – KTH Kelas Madya
1. Legalitas kelompok kuat (SK Kepala Desa);
2. Aturan kelompok (AD/ART atau aturan tertulis lainnya) sudah disusun dan
ditaati bersama;
3. Manajemen kelompok (perencanaan, pelaksanaan, monitoring evaluasi) sudah
dilaksanakan tetapi belum dikelola dengan baik dan teratur;
4. Administrasi kelompok sudah ditata rapi (3-5 buku administrasi lengkap dan
diisi secara teratur);
5. Partisipasi anggota dalam kegiatan cukup baik (lebih dari 50% anggota aktif)
6. Susunan pengurus lengkap, pengurus menjalankan tugasnya sesuai
pembagian tugas yang sudah ditetapkan bersama;
7. Peningkatan kapasitas SDM Pengurus dan anggota (10-20%) dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan;
8. Kelompok aktif /banyak mengikuti pelatihan (12 jenis) dan kegiatan (2-3 jenis
kegiatan) yang diselenggarakan pihak lain;
9. Sudah ada regenerasi dan kaderisasi pemimpin (pembentukan 1 kelompok
baru/1 orang PKSM/<5% keterlibatan generasi muda);
10. Sudah ada perhatian terhadap isu kearifan lokal terkait pengelolaan
hutan/pelestarian sumberdaya alam dan kesetaraan gender (keterlibatan
wanita).
Ciri Kelola Kelembagaan – KTH Kelas Utama
1. Legalitas kelompok kuat (Akte Notaris);
2. Aturan kelompok (AD/ART atau aturan tertulis dan aturan tidak tertulis lainnya)
dipahami dan ditaati bersama;
3. Manajemen kelompok (perencanaan, pelaksanaan, monitoring evaluasi) sudah
dilaksanakan dengan baik dan teratur (perencanaan jangka pendek/tahunan
dan menengah);
4. Administrasi kelompok sudah ditata rapi (> 5 buku administrasi lengkap dan diisi
secara teratur);
5. Partisipasi anggota dalam kegiatan cukup baik (lebih dari 75% anggota aktif);
6. Susunan pengurus lengkap, pengurus menjalankan tugasnya sesuai
pembagian tugas yang sudah ditetapkan bersama;
7. Peningkatan kapasitas SDM Pengurus dan anggota (>20%) dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan;
8. Kelompok aktif /banyak mengikuti pelatihan (>3 jenis) dan kegiatan (>5 jenis
kegiatan) yang diselenggarakan pihak lain;
9. Regenerasi dan kaderisasi pemimpin dipersiapkan dengan baik: (> 3 kelompok
baru/ > 3 orang PKSM baru/> 10% keterlibatan generasi muda);
10. Perhatian terhadap isu kearifan lokal terkait pengelolaan hutan/pelestarian
sumberdaya alam dan kesetaraan gender cukup besar (keterlibatan wanita >
20%)
Pendampingan Penguatan Kelembagaan KTH
1. Menciptakan iklim yang kondusif: saling mempercayai, saling mendukung
antar anggota kelompok tani, antar kelompok tani, antar kelompok tani
dengan pembinanya (penyuluh, petugas lainnya), sehingga mampu
membentuk dan menumbuhkembangkan kelompok tani secara
partisipatif.
2. Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota kelompok tani,
berpikir rasional, terbuka terhadap ide baru, berorientasi pada Iptek,
menghargai prestasi, efisien, produktif, memiliki perhitungan untuk
bertindak dan berani mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan
sendiri serta tidak fatalistis.
3. Membantu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta menyusun
rencana dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam usahanya.
4. Mengelola usaha secara komersial, berkelanjutan dan ramah lingkungan.
5. Kerjasama setiap anggota.
6. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi usaha masing
masing anggota
7. Mengembangkan kemampuan untuk menciptakan teknologi lokal spesifik.
RUANG LINGKUP
ASPEK KELOLA KAWASAN
• Kelola kawasan: kegiatan kelompok tani dalam mengelola kawasan
untuk mendapatkan produksi yang optimal dengan memperhatikan
fungsi-fungsi hutan serta konservasi tanah dan air serta menjaga
keanekaragaman hayati.
• Kelola kawasan berkaitan dengan kawasan yang menjadi kelola
kelompok tani hutan.
• Kelola kawasan meliputi: batas wilayah kelola; identifikasi potensi
daya dukung dan permasalahan dalam wilayah kelola; pemanfaatan
wilayah kelola; kegiatan rehabilitasi dan konservasi sumberdaya
hutan/alam; kesadaran dan kepedulian masyarakat; pengelolaan
hutan lestari.
• Bagi kelompok tani, manfaat dalam kelola kawasan: optimalisasi
pemanfaatan kawasan dengan tetap memperhatikan fungsi kawasan
hutan dan tetap memperhatikan fungsi ekologis antara lain
konservasi tanah dan air dan menjaga keanekaragaman hayati.
Ciri Kelola Kawasan – KTH Tingkat Pemula
1. Batas wilayah Kelola dalam Batas kawasan hutan belum
dipahami, belum ditata dan dipetakan (secara partisipatif).
2. Potensi, daya dukung dan permasalahan wilayah kelola belum
diidentifikasi dan dipetakan dengan baik
3. Wilayah kelola belum dimanfaatkan sesuai dengan potensi.
4. Kelompok menjalankan kegiatan bidang rehabilitasi dan
konservasi sumberdaya hutan/alam sedikitnya 1 kegiatan
untuk masing-masing bidang.
5. Dampak kegiatan kelompok terhadap kesadaran dan
kepedulian masyarakat dan lingkungan sekitar (berdampak
minimal 1 jenis kegiatan).
6. Merintis kegiatan ke arah pengelolaan hutan lestari (PHBM,
SVLK) dan lainnya (melakukan kelengkapan administrasi).
Ciri Kelola Kawasan – KTH Tingkat Madya
1. Batas wilayah kelola dalam batas kawasan hutan dipahami,
ditata dan dipetakan (secara partisipatif).
2. Potensi, daya dukung dan permasalahan wilayah kelola
diidentifikasi dan dipetakan dengan baik, tetapi belum
didokumentasikan dengan baik.
3. Wilayah kelola dimanfaatkan sesuai dengan potensi (ada
perencanaan sesuai potensi secara tertulis).
4. Kelompok menjalankan kegiatan bidang rehabilitasi dan
konservasi sumberdaya hutan/alam sedikitnya 2-3 kegiatan
untuk masing-masing bidang.
5. Dampak terhadap kesadaran dan kepedulian masyarakat dan
lingkungan sekitar (2-3 jenis kegiatan).
6. Melakukan kegiatan ke arah pengelolaan hutan lestari (PHBM,
SVLK) dan lainnya (tahap penilaian pihak ketiga).
Ciri Kelola Kawasan – KTH Tingkat Utama
1. Batas wilayah kelola dalam batas kawasan hutan dipahami
dengan benar oleh pengurus dan anggota, ditata dan dipetakan
(secara partisipatif).
2. Potensi, daya dukung dan permasalahan wilayah kelola
diidentifikasi dan dipetakan dan didokumentasikan dengan baik.
3. Wilayah kelola dimanfaatkan sesuai dengan potensi (ada
perencanaan sesuai potensi secara tertulis) dan diketahui para
pihak.
4. Kelompok menjalankan kegiatan bidang rehabilitasi dan
konservasi sumberdaya hutan/alam sedikitnya > 3 kegiatan untuk
masing-masing bidang.
5. Dampak terhadap kesadaran dan kepedulian masyarakat (> 3
jenis kegiatan) dan lingkungan sekitar (> 3 dampak).
6. Memperoleh sertifikat pengelolaan hutan lestari (PHBM, SVLK).
Pendampingan Penguatan Kelola Kawasan
• Pemahaman terhadap batas wilayah kelola;
• Aktivitas kelompok dalam melakukan rehabilitasi
(penanaman lahan kritis/kosong/tidak produktif, turus
jalan, kanan kiri sungai);
• Pemanfaatan wilayah kelola sesuai dengan potensi;
• Peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
dalam pelestarian hutan dan konservasi sumber daya
alam dan/atau
• Pencapaian pengelolaan hutan lestari yang antara lain
perolehan sertifikat pengelolaan hutan lestari.
RUANG LINGKUP
ASPEK KELOLA USAHA
Kelola usaha kelompok tani hutan berkaitan dengan:
• Kegiatan usaha kelompok tani hutan
• Permodalan
• Pemasaran dan
• Kemitraan dengan berbagai pihak.
Ciri Kelola Usaha – KTH Tingkat Pemula
1. Modal awal kelompok masih bersumber dari bantuan
Pemerintah.
2. Penambahan modal usaha kelompok belum ada atau
belum banyak.
3. Penambahan jenis usaha kelompok belum ada atau
masih sedikit.
4. Cakupan pemasaran usaha belum luas (tingkat
desa/kecamatan).
5. Upaya menjalin kemitraan dengan berbagai pihak
melalui berbagai media belum maksimal.
6. Penambahan pendapatan anggota dari usaha
kelompok masih minim
Ciri Kelola Usaha – KTH Tingkat Madya
1. Modal awal kelompok masih bersumber dari swasta atau pihak
lainnya.
2. Penambahan modal usaha kelompok (25% lebih).
3. Sumber penambahan modal usaha: mitra usaha.
4. Penambahan jenis usaha kelompok (minimal 2 jenis).
5. Cakupan pemasaran usaha cukup luas (kabupaten/kota).
6. Upaya menjalin kemitraan dengan berbagai pihak melalui
berbagai media sudah berjalan cukup baik (temu usaha, akses
informasi teknologi 2-5 sumber).
7. Penambahan mitra usaha: 2 MoU.
8. Peningkatan pendapatan anggota dari usaha kelompok
(minimal 25%).
Ciri Kelola Usaha – KTH Tingkat Utama
1. Modal awal kelompok masih bersumber dari swasta atau pihak
lainnya.
2. Penambahan modal usaha kelompok (25% lebih).
3. Sumber penambahan modal usaha: mitra usaha.
4. Penambahan jenis usaha kelompok (minimal 2 jenis).
5. Cakupan pemasaran usaha cukup luas (kabupaten/kota).
6. Upaya menjalin kemitraan dengan berbagai pihak melalui
berbagai media sudah berjalan cukup baik (temu usaha, akses
informasi teknologi 2-5 sumber).
7. Penambahan mitra usaha: 2 MoU.
8. Peningkatan pendapatan anggota dari usaha kelompok
(minimal 25%).
Pendampingan Penguatan Kelola Usaha
1. Penyusunan rencana dan analisis usaha bidang
kehutanan.
2. Penguatan manajemen usaha tani.
3. Pengembangan diversifikasi usaha produktif
kehutanan lainnya.
4. Penyelenggaraan temu usaha KTH dengan pelaku
usaha.
5. Pengembangan kerjasama, jejaring kerja dan
kemitraan dengan pelaku usaha.
6. Peningkatan akses informasi dan teknologi dari
berbagai sumber; dan/atau mendorong pembentukan
badan usaha/koperasi.
TEKNIS PEMBANGUNAN
KEGIATAN HTR
METODE:
DIALOGIS DENGAN
PENDEKATAN
POD,
PARTISIPATIF,
DAN
ADMINISTRASI DEMOKRATIS
PENDAM- KELOMPOK KEBERLANJUTAN
PENGUATAN
KELEMBAGAAN & PEMBANGUNAN
PINGAN DINAMIKA KEHUTANAN
KELOMPOK
TEKNIK:
DISKUSI UMUM
CURAH PENDAPAT
DISKUSI KELOMPOK
PRAKTEK LAPANGAN
USAHA DLL
(PRODUKTIVITAS) PEMASARAN
& &
KEMITRAAN KEMITRAAN
Metode pendampingan dalam pemberdayaan
masyarakat :

1. Dialogis dengan pendekatan pendidikan orang


dewasa
2. Partisipastif melalui model diskusi kelompok
3. Demokratis melalui pendapat mayoritas

Beberapa contoh teknik pendampingan yang dapat


dilakukan :

1. DISKUSI UMUM (DISKUSI KELAS)


2. CURAH PENDAPAT (BRAINSTORMING)
3. DISKUSI KELOMPOK
4. PRAKTEK LAPANGAN
Untuk mengetahui tingkat kegiatan dan keefektifan kelompok
dalam rangka mencapai tujuan, dapat dianalisis melalui unsur-unsur
DINAMIKA KELOMPOK :
1) Tujuan Kelompok :
Hasil akhir/keadaan yang diinginkan oleh semua anggota kelompok
Apakah ada pertentangan tujuan kelompok dengan tujuan
anggota kelompok

2) Struktur Kelompok,
Bentuk tata hubungan antara individu dalam kelompok dan
kedudukan dan peran masing-masing individu (Cara kelompok
mengatur dirinya sendiri untuk mencapai tujuan kelompok)
Bagaimana : a) struktur kekuasaan atau pengambilan keputusan,
b) struktur tugas dan pembagian pekerjaan
c) struktur komunikasi/aliran komunikasi sebagai
sarana bagi kelompok untuk berinteraksi
3) Fungsi Tugas,
Apakah tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
sesuai dg fungsi dan kedudukan masing-masing dalam kelompok

4) Pembinaan dan Pengembangan Kelompok,


Bagaimana Kelompok berusaha mempertahankan kehidupan/
keberadaan kelompok

5) Kekompakan Kelompok,
Bagaimana rasa keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya

6) Suasana Kelompok,
Bagaimana suasana kelompok yang dipengaruhi oleh : hubungan antar
anggota, kebebasan berpartisipasi, dan lingkungan fisik
7) Tegangan Kelompok,
Apakah ada sesuatu/kondisi yang menimbulkan tegangan pada
kelompok untuk menumbuhkan dorongan berbuat sesuatu demi
tercapainya tujuan kelompok

8) Keefektifan Kelompok,
Apakah keberhasilan yang dicapai oleh kelompok memuaskan
anggotanya
Keefektifan dilihat dari segi produktivitas, moral & kepuasan anggota
 Tercapainya Tujuan Kelompok  Produktivitas
 Semangat & sikap anggota kelompok  Moral
 Tercapainya Tujuan Pribadi  Kepuasan Anggota

9) Agenda Terselubung
Apakah ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok
yang diketahui oleh semua anggotanya tetapi tidak dinyatakan
secara tertulis
USAHA (PRODUKTIVITAS) & KEMITRAAN

1. MENGGALI POTENSI SDA DAN SDM


2. MENCERMATI PELUANG USAHA
3. MENGENALI INFORMASI PELUANG PASAR
4. MENCARI DAN MENJEMBATANI MITRA KERJA
DENGAN MASYARAKAT.
5. MEMBANTU PROSES PEMBUATAN KEESPAKATAN
(MoU) DENGAN PEMERINTAH, DUNIA USAHA, DAN
STAKEHOLDER LAINNYA
6. MENGGALANG KERJASAMA UNTUK
MENINGKATKAN POSISI TAWAR MASYARAKAT
JEJARING KEMITRAAN(1)
• Salah satu pengembangan usaha masyarakat maupun usaha
kelompok tani hutan adalah pengembangan jejaring kerjasama
dan kemitraan. Implementasi jejaring kerja adalah Kemitraan
• Jejaring kerja: sebagai proses aktif membangun dan mengelola
hubungan yang produktif, luas, kokoh baik personal maupun
organisasi.
• Sebagai proses, mempunyai hubungan fungsional yang tidak
dapat dipisahkan karena terjadinya kolaborasi yang didasarkan
pada prinsip kerjasama, kepercayaan, integritas dan
konsensus, merupakan fenomena/perwujudan hubungan kerja.
• Aplikasinya dalam organisasi, jejaring dirumuskan sebagai
suatu proses/kegiatan untuk memelihara, mengintegrasikan
dari empat hal terpilih: kemampuan, bakat, hubungan
(relationship) dan mitra kerja demi peningkatan kinerja suatu
komunitas/kelompok.
JEJARING KEMITRAAN (2)
• Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha
baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar
prinsip saling memerlukan, mempercayai,
memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan
pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dengan
usaha besar (PP No.17 Tahun 2013).
• Kemitraan terjadi apabila satu pihak menjadi bagian
dari pihak lainnya yang bermitra; saling
berhubungan/saling terkait; saling membutuhkan dan
saling mengisi; saling memberi, masing-masing pihak
dapat memberikan kontribusi untuk keberhasilan
suatu program kegiatan dan lain sebagainya.
JEJARING KEMITRAAN (3)
Keberhasilan jejaring kerja haruslah memenuhi
nilai-nilai pokok:
a. Adanya kejujuran dari individu,
b. Adaya hubungan yang saling dapat dipercaya,
saling memahami, saling menguntungkan,
saling sama-sama menang,
c. Ada prinsip pemberdayaan,
d. Secara organisasi harus dibina tercapainya
kemitraan.
JEJARING KEMITRAAN (4)
Dasar kemitraan:
a. adanya kebutuhan yang dirasakan oleh pihak
yang akan bermitra,
b. Adanya persoalan internal dan external usaha
yang dihadapi dalam mengembangkan
agribisnis,
c. Kegiatan yang dijalankan dapat memberikan
manfaat nyata.
Kapasitas berjaringan Bentuk-bentuk kapasitas berjaringan masyarakat
Berjaringan antar (1) KTH Lestari Jaya 1 hingga 8, (2) Gapoktan Beringin Jaya,
anggota masyarakat merupakan gabungan KTH Lestari Jaya 1 hingga 8, beranggotakan
551 Kepala Keluarga dari dua desa, (3) KWT Himawari sebagai
perkumpulan ibu-ibu anggota HKm Beringin Jaya, (4) Koperasi
primer Beringin Jaya (belum berjala karena terkendala pengelola
dan modal), (5) Kelompok kecil pembuatan jalan beton ke areal
HKm, (6) Kelompok Sadar Wisata yang mengelola air terjun di
batas areal izin HKm, (7) Jaringan antar anggota HKm terkait
input-proses-output, pascaproduksi dan pemasaran terkait kebun
kopi campur (tenaga kerja, bibit, tanggung renteng pinjaman kredit,
dll), dan (8) Jaringan jual-beli hasil kopi dan tanaman lain di lokal.
Berjaringan dengan (1) anggota HKm terpilih dijadikan Mitra KPH, (2) Kerja sama
pihak-pihak di luar dengan Bank BI dan Kemendes-PDTT berupa bantuan alat
komunitas pengolahan pascapanen biji kopi (roaster dan grinder) berskala
komersial, (3) pinjaman kredit dari Bank BRI dan BLU-P3H
KLHK, (4) kegiatan rehabilitasi DAS dan Kebun Bibit Rakyat
dengan BPDASHL-KPH, (5) bantuan bibit MPTS dari Bupati
Tanggamus, (6) anggota HKm diikusertakan dalam studi banding,
pelatihan, pameran ke luar wilayah (7) Dijadikan tempat belajar,
studi banding, tempat penelitian oleh pihak-pihak dari luar
wilayahnya, (8) Juara 1 Wana Lestari tingkat provinsi dan nasional
tahun 2016, dan (9) Ketua HKm Beringin Jaya mendapatkan
penghargaan dan perjalanan Umroh dari Bupati Tanggamus.
Kapasitas Pemerintah (Pusat-Daerah)
Keterlibatan Para Pihak Terkait
TERBIT PERBAIKAN
IZIN PENDAPATAN
Outcome yang
Persyaratan Izin Usaha Ekonomi Produktif
berkelanjutan:
Faktor Teknologi 1. Pemanfaatan/
Pemerintah Pemerintah (daerah-pusat)
Kesejarahan
(daerah-pusat) Informasi & Pengelolaan
Pasar dan jaringannya 2. Pendapatan
Pengetahuan
LSM- 3. Fungsi
Swasta/Mitra Usaha
TEKNIS Pendamping Modal
SDM-organisasi formal ekosistem
Informasi Pendamping hutan
Bridging Social Capital
BERJARINGAN
Pemerintah Desa Bonding Social Capital
KULTURAL
Identitas Sosial Identitas Sosial
Anggota Masyarakat Pemerintah
Anggota
KAPASITAS yang terlibat Desa Pasar Lokal
Masyarakat
MASYARAKAT
TAHAP PRA IZIN TAHAP PASCA IZIN

Ketersediaan Infrastruktur Pendukung


Tujuan Kemitraan
1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil,
2. Meningkatkan nilai tambah bagi pelaku
kemitraan,
3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan
masyarakat dan usaha kecil,
4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pedesaan, wilayah dan nasional,
5. Memperluas kesempatan kerja,
6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Tujuan membangun jejaring
kemitraan untuk KTH
1. Meningkatkan partisipasi Kelompok Tani Hutan
(KTH);
2. Meningkatkan jumlah dan mutu suatu produk;
3. Mensinergikan program Pelaku usaha dengan KTH;
4. Meningkatkan kapasitas pelaku utama;
5. Sosialisasi, promosi, dan publikasi;
6. Peningkatan akses informasi, pasar, dan teknologi;
7. Meningkatkan produksi dan pendapatan anggota
KTH.
Langkah Praktis Membangun Kemitraan
1. Identifikasi dan pendekatan kepada pelaku usaha dengan cara
mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan jenis
usaha, produk unggulan, potensi sumberdaya, teknologi dan
keterampilan, permodalan, Sumberdaya manusia, sarana dan
prasarana lainnya.
2. Membentuk wadah organisasi ekonomi yaitu mengelompokan usaha
sejenis yang mempunyai legalitas.
3. Menganalisis kebutuhan pelaku usaha untuk mengetahui peluang
dan permasalahan.
4. Menyusun rencana kerja KTH, Misal: menyusun RUKK dan RAB.
5. Menumbuhkan kesiapan bermitra, tentang hak dan kewajibannya.
6. Melakukan Temu Usaha: mempertemukan pelaku utama yang telah
siap bermitra dengan Pelaku Usaha dan/atau lembaga keuangan.
7. Koordinasi antar institusi terkait: Perizinan, kebijakan perkreditan,
Tingkat suku bunga, Peraturan yang membantu proses kemitraan.
Syarat Membangun Kemitraan
• Ada dua pihak atau lebih organisasi atau
lembaga.
• Memiliki kesamaan visi dan misi dalam
mencapai tujuan organisasi/lembaga.
• Ada kesepakatan/kesepahaman.
• Saling percaya dan membutuhkan.
• Memiliki komitmen bersama untuk mencapai
tujuan yang lebih besar.
Pola Jejaring Kemitraan
• Untuk memperkuat usaha masyarakat di dalam dan
sekitar hutan yang efisien dan berdaya saing:
1. Kemitraan antara usaha ekonomi rakyat dengan
usaha ekonomi skala besar,
2. Kemitraan antar usaha ekonomi rakyat,
3. Kemitraan antara usaha ekonomi rakyat dengan
pemerintah
• Lingkup Kemitraan: pengelolaan usaha (skill and
management), pengembangan permodalan, dan
pengembangan pasar.
Kemitraan Kehutanan
• Kerjasama antara masyarakat setempat dengan
pengelola hutan, pemegang izin usaha
pemanfaatan hutan/jasa hutan, izin pinjam pakai
kawasan, atau pemegang izin usaha industri
primer hasil hutan
• Kemitraan dilakukan untuk mendorong
peningkatan peran aktif para pihak pengelolaan
lingkungan hidup dan kehutanan, dilakukan untuk
pemberdayaan Masyarakat melalui penguatan
mitra (kawasan, kelembagaan/ penguatan
kelompok dan usaha).
Contoh Kemitraan di Kehutanan
Kemitraan Pemanfaatan Kawasan:
• Kemitraan budidaya tanaman pangan, sayuran
• Kemitraan budidaya tanaman obat
• Kemitraan budidaya tanaman hias
• Kemitraan budidaya jamur
• Kemitraan budidaya lebah
• Kemitraan penangkaran satwa
• Kemitraan budidaya saran burung walet
Kemitraan pemanfaatan jasa lingkungan:
• Kemitraan pemanfaatan jasa aliran air
• Kemitraan pemanfaatan air
• Kemitraan wisata alam
• Kemitraan perlindungan keanekaragaman
hayati
• Kemitraan penyelamatan dan perlindungan
lingkungan
• Kemitraan penyerapan dan/atau penyimpanan
karbon.
• Kemitraan pemanfaatan hasil hutan kayu:
– Kemitraan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
pada hutan alam
– Kemitraan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
pada hutan tanaman
• Kemitraan pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu:
– Kemitraan usaha pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu pada hutan alam;
– Kemitraan usaha pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu pada hutan tanaman
• Kemitraan pemungutan hasil hutan kayu:
– Kemitraan pemungutan hasil hutan kayu pada
hutan alam.
– Kemitraan pemungutan hasil hutan kayu pada
hutan tanaman.
• Kemitraan pemungutan hasil hutan bukan
kayu:
– Kemitraan pemungutan hasil hutan bukan
kayu pada hutan tanaman.
Contoh 1
• Perjanjian kontrak supply bahan baku industri.
• Perjanjian kerjasama antara Ketua FMU Wana Asri Kab.
Lumajang dengan PT. Kutai Timber Indonesia, Kab.
Probolinggo.
• Isi perjanjian: FMU Wana Asri akan mensuplai kayu bulat
sebanyak 6.000 M3/ Tahun dengan rincian kayu sengon laut
5.500 M3 dan kayu balsa sebanyak 500 M3.
Contoh 2
• Perjanjian Kerjasama Tentang Pembuatan Bibit Tanaman
Produksi.
• Perjanjian kerjasama antara Ketua FMU Wana Asri Kab.
Lumajang dengan PT. Kutai Timber Indonesia, Kab.
Probolinggo.
• Isi perjanjian: FMU Wana Asri akan membuat bibit sengon
sebanyak 3.300 batang
Contoh 3
• Perjanjian Pinjam Meminjam Uang.
• Perjanjian kerjasama antara Ketua FMU Wana Asri Kab.
Lumajang dengan PT. Kutai Timber Indonesia, Kab.
Probolinggo.
• Isi perjanjian: PT. KTI meminjamkan uang sebesar
Rp18.000.000,- untuk biaya modal dengan jangka waktu
angsuran selama 18 bulan tanpa bunga dengan diangsur
Rp1.000.000,- per bulan.
Contoh 4
• Perjanjian Kerjasama Penanaman Tanaman Keras.
• Perjanjian kerjasama antara Ketua FMU Wana Asri Kab.
Lumajang dengan PT. Kutai Timber Indonesia, Kab.
Probolinggo.
• Isi perjanjian: FMU Wana Asri menerima bantuan bibit sengon,
jabon, dan balsa sebanyak 174.105 batang dan pihak Pt. KTI
membeli seluruh produk kayu dari FMU.
Pola Kemitraan Vertikal
Sebagai strategi perusahaan dengan
membagi resiko ke unit di bawahnya dalam
mata rantai produksi perdagangan:
• Pola Inti Plasma
• Perusahaan Inti Rakyat (PIR)
• Pola penghela
• Pola Pengelola
• Pola Sub Kontrak
• Pola Dagang Umum
• Pola Waralaba
Pengembangan Kemitraan Usaha
Proses pengembangan kemitraan:
1. Memulai membangun hubungan dengan
calon mitra,
2. Mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra,
3. Mengembangkan strategi dan menilai detail
bisnis,
4. Mengembangkan program,
5. Memulai pelaksanaan,
6. Memonitor dan mengevaluasi perkembangan.
Peranan Pelaku Kemitraan
• Peranan Pengusaha Besar
• Peranan Pengusaha kecil
• Peranan Penyuluh Dalam Kemitraan
Kelompok:
1. Melakukan identifikasi/verifikasi terhadap kelompok
yang memiliki usaha yang produktif,
2. Mendata input produksi yang dihasilkan,
3. Memfasilitasi kelompok tani dan pengusaha dalam
berkolaborasi melalui penandatanganan Surat
Perjanjian Kerja (SPK).
Setiap komunitas yang berkembang memerlukan
Integrasi dengan pihak lain dan saling
ketergantungan baik antara individu, individu
dengan kelompok, individu dengan sistem,
kelompok dengan kelompok, kelompok dengan
sistem.
Jaringan yang dapat meningkatkan kelompok
berdasarkan kemitraan (win win solution = saling
membutuhkan, saling mendukung dan
menguatkan).
OUTPUT PENDAMPINGAN
KEMANDIRIAN MASYARAKAT/KTH :
 BERORGANISASI DAN
MENGGALANG KERJA SAMA
 MEMECAHKAN MASALAH DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
 BERUSAHA DAN MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS
 PEMASARAN DAN MENJARING
MITRA KERJA
Tugas Mandiri – Diskusi Kelompok
(didasarkan pada pengalaman lapangan)
1. Uraikan, apa saja yang menjadi kunci keberhasilan dan apa
hambatan/masalah dalam pendampingan untuk keberhasilan
program/kegiatan di KTH/Kelompok Sasaran Penyuluhan?
2. Penguatan aspek pendampingan (kelembagaan/kawasan/usaha)
apa yang pernah dilakukan/dialami, apa yang menjadi kunci
keberhasilan dan apa hambatan/masalah yang dihadapi?
3. Setiap KTH tidak lepas dari Masalah Internal KTH. Uraikan,
masalah apa saja yang pernah diselesaikan melalui
pendampingan, apa yang menjadi kunci keberhasilan untuk
menyelesaikan masalah tersebut dan apa hambatan/tantangan
yang dialami saat menyelesaikan masalah tersebut?
4. Uraikan, jejaring kemitraan apa yang pernah didampingi antara
KTH dengan para pihak terkait?, apa yang menjadi kunci
keberhasilan dan apa hambatan/masalah yang dialami dari
bermitra tersebut?
TERIMA KASIH
budickr@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai