A. Lingkungan Hidup
25
Agoes Soegianto. Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan.
Surabaya: Airlangga University Press, 2010, hlm. 1
25
26
tidak drastis.26
lingkungan.
26
Ibid, hlm. 39
27
organik, dan
27
St.Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku 11, Bandung: Nasional Binacit.
1985. hlm. 201
28
dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati, dan
suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat
juga benda tak hidup, seperti udara yang terdiri atas bermacam gas, air
dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang
ditempati makhluk hidup bersama benda hidup dan tak hidup inilah
28
RM Gatot Soemartono, Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, 1991, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm 14
29
tetapi juga kelangsungan alam itu sendiri. Jadi sifatnya tidak lagi
ekosentris.
jelas bahwa lingkungan hidup terdiri atas dua unsur atau komponen,
yaitu unsur atau komponen makhluk hidup (biotic) dan unsur atau
Limbah industri kayu lapis dapat berbentuk core, spur trim, round
up, clipping, trimming, serbuk gergaji dan debu amplas kayu. Hampir
a. Limbah Padat.
29
Muhammad Akib, Hukum Lingkungan:Perspektif Global Dan Nasional, Rajawali Pers,
Jakarta, 2016, hlm. 1
30
Ibid, hlm. 11
31
potongan, kulit kayu, inti kayu, potongan tepi kayu, sisa kupasan,
core, core reject, padatan glue, ceceran glue, sisa potongan sisi
Limbah padat dari proses produksi kayu lapis yang dominan adalah
limbah kayu. Selain limbah kayu tersebut, pada industri kayu lapis
plastik.
lapis
a. Limbah cair
asalnya yaitu mesin glue spreader maka air limbah yang dihasilkan
total dan pH. Sistem pengolahan air limbah akan ditentukan oleh
mesin produksi
B. Hukum Pidana
a. Teori Absolut
b. Teori Relatif
yaitu:
terllebih dahulu.
tidak berdaya.
c. Teori Gabungan
pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu
37
masyarakat.
d. Teori Integratif
Teori Itegratif ini diperkenalkan oleh Muladi, guru besar
2) Perlindungan Masyarakat;
4) Pengimbalan/Pengimbangan.
e. Restoration
Restorasi menekankan kerugian yang disebabkan kepada
yang menjadikan rasa aman dan damai dari korban dan pelaku
konsekuensialisme ke depan.
f. Incapacitation (inkapasitasi/pelemahan)
C. Asas Subsidiaritas
1. Asas Subsidiaritas
terakhir)31
lingkungan hidup.
remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu
Lingkungan
31
https://blogmhariyanto.blogspot.co.id/2016/06/asas-subsidiaritas-hukum-pidana-
dalam.html diakses pada tangga 21 oktober 2017 pukul 23.00
44
Strafrecht (WVS), yaitu pasal 173a dan 173b. Kedua pasal tersebut
32
https://ferli1982.wordpress.com/2010/12/21/asas-subsidiaritas-dalam-hukum-
lingkungan-di-indonesia/ diakses pada tanggal 20 September 2017 pukul 03.00 WIB
48
hak itu dapat dicabut. Kaitannya dengan hukum perdata dalam hak
dalam hukum pidana tersebut adalah sanksi negatif, oleh karena itu
waktu dijalani, tetapi sesudah itu orang yang dikenai itu masih
“stigma”. Jadi orang tersebut mendapat stigma jahat, dan hal ini
hidup.
administratif33
33
https://ferli1982.wordpress.com/2010/12/21/asas-subsidiaritas-dalam-hukum-
lingkungan-di-indonesia/ diakses pada tanggal 20 September 2017 pukul 03.00 WIB
54
pengendalian;
lingkungan global;
lingkungan hidup.
pemulihan.
23 Tahun 1997 hanya ada enam pasal yang menguraikan masalah sanksi
tahun 2009 ada 19 Pasal (Pasal 97 sampai dengan Pasal 115). Jika diamati
beberapa pasal.
delik formil dan delik materil. Menurut Sukanda Husin (2009: 122) delik
Pasal 105