Anda di halaman 1dari 23

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
a) Tinjauan tentang Lingkungan Hidup
1) Definisi Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati oleh makhluk
hidup bersama dengan benda hiduo dan tak hidup. Seperti halnya
adalanya keterkaitan antara manusia yang terkait erat deng makhluk
hidup lain, dan manusia berinteraksi dengan lingkungan hidup
fenotipe, genotipe. Lingkungan hidup memiliki sifat yang ditentukan
oleh bermacam – macam faktor , yaitu :
a. Jenis dan jumlah masing – masing jenis unsur lingkungan hidup
tersebut;
b. Hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup itu;
c. Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidu; dan
d. Faktor materiil, yaitu keadaan, suhu, cahaya, energi, dan
kebisingan.
Unsur – unsur tersebut diatas yang mempengaruhi sifat – sifat
lingkungan hidup tidak merupakan unsur – unsur yang terlepas satu
sama lain. Unsur – unsur tersebut mempunyai pola hubungan
tertentu yang bersifat tetap dan teratur serta saling mempengaruhi.
More than a decade ago, Boulder was among the first U.S. cities
to develop a local agenda for climate change mitigation. It
signaled support for the Kyoto Protocol by setting a local goal of
reducing greenhouse gas emissions to seven percent below 1990
levels by 2012. The city’s climate action plan included what the
city is proud to call “ the nation’s first carbon tax” and other
initiatives to reduce environmental impacts, including the kinds of
energy efficiency , tranportation, and waste management
strategies many other cities also employ.( Uma Outka,2016.
105). commit to user

36
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri


dari berbagai daerah, masing – masing sebagai suatu subsistem yang
meliputi aspek budaya, ekonomi, dan fisik, dengan corak ragam
yang berbeda antara subsistem yang satu dengan yang lain, dan
dengan daya dukung lingkungan yang berlainan. Pembinaan dan
pengembangan yang didasarkan pada keadaan daya dukung
lingungan akan meningkatkan keselarasan dan keseimbangan
subsistem, yang juga berarti meningkatkan subsistem.
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Penglolaan Lingkungan Hidup dalam Ketentuan
Umum Pasal 1 angka 1 , yang dimaksud lingkungan hidup adalah “
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam
itu sendiri, kelangsunan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain”.
LL.Bernard dalam bukunya yang berjudul “ Introduction to
Social Psychology “ menerangkan bahwa lingkungan terbagi atas 4 (
empat ) macam ( N.H.T Siahaan, 2004 : 13-14 ) yaitu:
a. Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang terdiri
dari gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut,
radiasi, gaya tarik, ombak, dan sebagainya;
b. Lingkungan biologi atau organik yaitu segala sesuatu yang
bersifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuh
– tumbuhan.Termasuk juga disini yaitu lingkungan prenatal
dan proses biologi seperti reproduksi, pertumbuhan dan
sebagainya.
c. Lingkungan sosial, di dalamnya dibagi menjadi tiga bagian:
1. Lingkungan fisiososial, yaitu meliputi kebudayaan materiil:
peralatan, senjata, mesin, gedung – gedung dan lain-lain;
2. Lingkungan biososial manusia dan bukan manusia, yaitu
commit
manusia dan to user
interaksinya terhadap sesamanya dan
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

tumbuhan beserta hewan domestik dan semua bahan yang


digunakan manusia yang berasal dari sumber organik;
3. Lingkungan Psikososial, yaitu yang berhubungan dengan
tabiat batin manusia seperti sikap, pandangan, keinginan,
keyakinan. Hal ini dapat terlihat melalui kebiasaan, agama,
ideologi, bahasa, dan lain-lain.
d. Lingkungan Komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara
institusional, berupa lembaga – lembaga masyarakat, baik yang
terdapat di daerah kota atau desa.
2) Mutu Lingkungan Hidup
Mutu lingkungan hidup biasanya dikaitkan dengan masalah
lingkungan. Tolak ukur mutu dari Lingkungan Hidup ialah dimana
terdapatnya orang kerasan hidup dalam lingkungan tersebut , maka
dapat dikatakan hal tersebut mutu lingkungan yang baik. Dalam hal
lain mutu lingkungan hidup dapat dilihat dari:
a. Totalitas kondisi dari masing – masing faktor yang maksimal;
b. Pengelolaanya bersifat holistik, memandang keseluruhannya
sebagai suatu satu kesatuan;
c. Mutu lingkungan sama dengan kondisi lingkungan dalam
hubungan dengan mutu hidup;
d. Mutu hidup tergantung pada derajat pemenuhan kebutuhan
dasar dimana sama dengan mutu lingkungan yang derajat
pemenuhan kebutuhan dalam kondisi tersebut.
Dari beberapa penjelasan mengenai mutu lingkungan hidup
dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan hidup dapat juga dipakai
sebagai sumber daya.

b) Tinjauan tentang Hukum Lingkungan.


1) Definisi Hukum Lingkungan
Pada umumnya yang dimaksud dengan hukum adalah
commit
keseluruhan peraturan to user – kaidah dalam suatu kehidupan
atau kaidah
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

bersama, dalam kata lain hukum adalah keseluruhan peraturan


tentang tingkah laku manusia yang isinya tentang apa yang
seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan dalam kehidupan
bermasyarakat, yang pelaksanaan peraturan tersebut “ dapat “
dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang. (R.M.
Gatot P.S.2004: ) Manusia harus melindungi dan mengamankan
alam agar dapat terselenggara secara teratur dan pasti, serta dapat
diikuti dan ditaati oleh semua pihak. Untuk itu perlu perlindunan dan
pengamanan yang dituanggkan dala bentukperaturan hukum,
seehinga akan lahir hukum yan mmeemperhatikan kepentingan alam
atau huku yang berorientasi pada kepentingan alam. Hukum yang
melindungi dan mengamankan kepentingan alam artinya berupa
keharusan untuk melindungi dan mengamankan alam terhadap
kemerosotan mutu dan kerusakannya, dengan kata lain keharusan
menjaga kelestariannya. Dalam hal itu, lahir jenis hukum yang
secara khusus diciptakan dengan mmaksud dan tujuan terpokok
untuk memelihara dan melindungi lingkungan hidup ( alam ) yang
dinamakan “ hukum lingkungan hidup “ atau secara singkat disebut
dengan Hukum Lingkungan ( Danusaputro 1980:67-101).
Hukum Lingkungan merupakan terjemahan dari istilah
Enviromental Law ( dalam bahasa inggris ), Millieu Recht ( bahasa
Belanda ), Hukum Alam seputar ( bahasa Malaysia ) yang sama
mempunyai makna yaitu hukum yang mengatur tatanan lingkungan
yang ada di sekitar manusia ( I Gusti Ayu Ketut R.H.2011:103 ).
Hukum Lingkungan menurut Soedjono adalah hukum yang
mengatur tatanan lingkungan hidup, dimana lingkungan mencakup
semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan
jasad – jasad hidup lainnya ( Soedjono, 1983 : 29 ).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

2) Hukum Lingkungan di Indonesia


Sebagai subsistem atau bagian ( komponen ) dari subsistem
hukum nasional Indonesia, hukum lingkungan Indonesia di
dalamnya membebtuk suatu sistem. Maka dari itu sebagai suatu
sistem, hukum lingkungan Indonesia mempunyai subsistem yang
terdiri dari:
a. Hukum penataan lingkungan;
b. Hukum acara lingkungan;
c. Hukum perdata lingkungan;
d. Hukum pidana lingkungan;
e. Hukum Lingkungan Internasional.
Kelima subsistem dari sistem hukum lingkungan Indonesia
tersebut dapat dimasukkan ke dalam Undang – Undang Nomor 4
Tahun 1982 Tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup ( Sebelum adanya Undang – Undang Nomor No 23 Tahun
1997 dan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup ).
Pengaturan hukum tentang lingkungan hidup manusia yang
perlu dipikirkan menurut Mochtar Kusuma-Atmaja adalah sebagai
berikut :
a. Peranan hukum adalah untuk menstrukturkan keseluruhan
konsep sehingga kepastian dan ketertiban terjamin. Adapun isi
materi yang harus diatur ditentukan oleh ahli – ahli dari masing
– masing sektor, disamping perencanaan ekonomi dan
pembangunan yang akan memperlihatkan dampak secara
keseluruhan;
b. Cara pengaturan menurut hukum perundang – undangan dapat
bersifat preventif atau represif, sedangkan mekanismenya ada
beberapa macam, yang antara lain dapat berupa perizinan,
insentif, denda, dan hukuman;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

c. Cara pendekatan atas penanggulangannya dapat bersifat


sektoral, misalnya perencanaan kota, pertambangan , pertanian,
industri, pekerjaan umum, kesehatan, dan lain-lain. Dapat juga
dilakukan secara menyeluruh dengan mengadakan Undang –
Undang Pokok mengenai Lingkungan Hidup Manusia ( Law
on the Human Environmental atau Environmental Act ) yang
merupakan dasar bagi pengaturan sektoral;
d. Pengaturan masalah ini dengan jalan hukum harus disertai oleh
suatu usaha penerangan dan pendidikan masyarakat dalam soal
– soal lingkungan hidup manusia. Hal ini karena pengaturan
hukum hanya akan berhasil apabila ketentuan – ketentuan atau
peraturan perundang – undangan itu dipahami oleh masyarakat
dan dirasakan kegunaanya;
e. Efektivitas pengaturan hukum masalah lingkungan hidup
manusia tidak dapat dilepaskan dari keadaan aparat
administrasi dan aparat penegak hukum sebagai prasarana
efektivitas pelaksanaan hukum dalam kenyataan hidup sehari –
hari ( R.M Gatot P. Soemartono, 1996: 58-59 ).
Di dalam Undang – Undang Nomor 32 tahun 2009 terdapat 3 (
tiga ) jenis sanksi hukum yang terdiri atas :
a. Sanksi administrasi;
b. Sanksi perdata;
c. Sanksi Pidana.
Sanksi administrasi meliputi paksaan pemerintah dan
pencabutan izin, untuk sanksi perdata Undang – Undang ini
mengatur tentang penerapan asas tanggung jawab mutlak, dan
menyatakan tetap berlakunya hukum acara perdata sebagai acuan
dalam tata cara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup,
sedangkan dalam sanksi pidana ketentuan – ketentuan pidana
mencakup tentang pidana penjara dan denda, ketentuan tentang delik
material dan delikcommit to user
formal, ketentuan tentangtanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

korporasi dan ketentuan tentang asas subsidiaritas penerapan sanksi


pidana.
Berdasarkan pengamatan dari berbagai peraturan perundang –
undangan dan literatur ada beberapa macam sanksi administratif :
a. Peringatan / teguran lisan;
b. Peringatan / teguran tertulis;
c. Tindakan paksa peemerintahan ( bestuursdwang / politisdwang
);
d. Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan;
e. Denda administratif;
f. Pengenaan uang paksa ( dwangsom ).
3) Aspek – Aspek Hukum Lingkungan
Drupsteen berpendapat terdapatnya hukum lingkungan
pemerintahan, dimana hukum ini berkenaan dengan pengelolaan
lingkungan hidup yang utamanya dilakukan oleh pemerintah.
Hukum lingkungan pemerintahan ini terbagi lagi dalam bidang, yaitu
( N.H.T. Siahaan 2008:63 ):
a. Hukum Kesehatan Lingkungan
Hukum kesehatan lingkungan yaitu adanya hubungan dengan
kebijaksanaan dibidang lingkungan, dengan pemeliharaan,
kondisi air, tanah, dan udara dengan mencegah kebisingan
yang pada tujuannya adanya keserasian perbuatan manusia.
b. Hukum Perlindungan Lingkungan
Hukum perlindungan lingkungan ini ialah cabang hukum
lingkungan yang tidak hanya menyangkut suatu bidang
kebijaksanaan, tetapi sebagai kesatuan dari berbagai peraturan
perundang – undangan di sektor pengelolaan lingkungan
hidup.
c. Hukum Tata Ruang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Hukum tata ruang erat kaitannya dengan penataan ruangg yang


diarahkan pada tercapainya atau terpeliharanya penyesuaian
timbal balik antara ruang dan kehidupan manusia.
4) Tujuan Hukum Lingkungan
Menurut Mochtar Kusuma-Atmadja( 1975:13 ) peranan hukum
lingkungan adalah untuk menstrukturkan keseluruhan proses
sehingga kepastian dan ketertiban terjamin. Seminar yang
diselenggarakan di Lembang pada tanggal 25 oleh Badan Pembinaan
Hukum Nasional bekerjasama dengan Fakultas hukum Universitas
Padjadjaran mengenai segi – segi hukum dari pengelolaan
lingkungan hidup menjelaskan tujuan dari hukum lingkungan yaitu
meningkatkan peranan pengadilan dalam menyelesaikan sengketa –
sengketa lingkungan dengan bantuan saksi – saksi ahli dalam bidang
ekologi. Menurut Ilyas Asaad dalam penegakan Hukum Lingkungan
bertujuan atas :
a. Tindakan untuk menerapkan perangkat hukum melalui upaya
pemaksaan sanksi hukum guna menjamin ditaatinya ketentuan
– ketentuan yang termuat dalam peraturan perundang –
undangan lingkungan hidup;
b. Penegakan hukum lingkungan bertujuan dalam penataan (
compliamce ) terhadap nilai – nilai perlindungan ekosistem dan
fungsi lingkungan hidup.
Diantara tujuan yang akan dicapai dari hukum lingkungan
adalah terselanggaranya kehidupan yang seimbang dalam
lingkungan hidup. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya terpaku
pada lingkungan manusia saja. Dalam lingkup lingkungan tersebut
ada berbagai komponen makhluk hidup di dalamnya mulai dari
tumbuhan, hewan, dan manusia. Fungsi dan tujuan dari hukum
lingkungan yang kedua adalah mengatur manusia untuk merawat
lingkungan demi generasi anak cucu di masa yang akan datang.
Anda pasti tak ingincommit to user
anak cucu anda pada masa mendatang tak bisa
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

hidup nyaman seperti yang anda rasakan saat ini.


(http://ilmuhukum.net/fungsi-dan-tujuan-hukum-lingkungan/ dikutip
pada tanggal 1 Desember 2015 pada puku 21.00 ).
Penegakan hukum lingkungan berfungsi sebagai mata rantai
terakhir dalam sistem pengaturan perenanaan kebijakan tentang
lingkungan yang terdiri dari beberapa urutan yaitu :
a. Perundang – undangan;
b. Penentuan standar;
c. Pemberian izin;
d. Penerapan;
e. Penegakan Hukum ( Andi Hamzah, 2005:52 ).

c) Tinjauan tentang Pengelolan dan Pemantauan Lingkungan Hidup


1) Pengertian Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan hidup adalah suatu usaha dasar untuk
memelihara dan atau memperbaiki lingkungan agar kebutuhan dasar
kita dapat terpenuhi dengan sebaik – baiknya ( I Gusti Ayu Ketut
R.H. Pengantar Hukum Lingkungan.2011:105 ). Istilah “
pengelolaan “ memiliki arti yaitu mengendalikan, menyelenggarakan
( pemerintah dan sebagainya ), menjalankan dan mengurus (
perusahaan atau proyek dan sebagainya ). Pengelolaan memiliki
beberapa definisi atau arti antara lain yaitu :
a. proses, cara, dan perbuatan mengelola;
b. proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakan
tenaga orang lain;
c. proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi; dan
d. proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian
tujuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang – Undang Nomor 32 Tahun


2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dijelaskan bahwa :
“ Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.”
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memiliki
beberapa asas yang dicantumkan pada Pasal 2 Undang – Undang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :
a. Tangung jawab negara;
b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. keterpaduan;
e. manfaat;
f. kehati-hatian;
g. keadilan;
h. ekoregion;
i. keanekaragaman hayati;
j. pencemar membayar;
k. partisipatif;
l. kearifan lokal;
m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan
n. otonomi daerah.
2) Tujuan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kementrian Negara Non Departemen salah satunya ialah
Kementrian Lingkungan Hidup yang merupakan lembaga
pemerintahan berfungsi sebagai koordinator serta bantuan teknis
kepada sektor Departemen yang membutuhkan apabila menghadapi
masalah lingkungan. Adapun tugas dari Kemetrian Lingkungan
Hidup yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

a. Merumuskan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ;


b. Merencanakan pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan
Lingkungan Hidup;
c. Melakukan koordinasi pelaksanaan kebijaksanaan Lingkungan
Hidup; dan
d. Merumuskan, mengembangkan perangkat hukum pengelolaan
lingkungan hidup dan memantau penerapannya ,
mengembangkan sistem dan tata laksana pengelolaan
lingkungan, memantau dan mengevaluasi kualitas lingkungan
serta pengembangan sistem informasi lingkungan.
Pasal 3 Undang – Undang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyebutkan tujuan – tujuan dari Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu ;
a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan
kelestarian ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
lingkungan hidup;
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan
generasi masa depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan
hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana;
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global.
3) Instrumen Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan
Lingkungan Hidupcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Pasal 14 Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan
bahwa instrumen – instrumen pencegahan pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup yang pada dasarnya adalah juga sebagai
instrumen pengelolaan lingkungan hidup karena pengelolaan
lingkungan hidup dimaksudkan juga untuk mencegah dan mengatasi
masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Dalam Pasal
14 Undang – Undang Nomer 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tertuliskan instrumen –
instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup terdiri atas :
a. KLHS ( Kajian Lingkungan Hidup Strategis );
b. Tata Ruang;
c. Baku Mutu lingkungan Hidup;
d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup;
e. AMDAL;
f. UKL-UPL;
g. Perizinan;
h. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup;
i. Peraturan Perundang – Undangan berbasis Lingkungan Hidup;
j. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup;
k. Analisis Risiko Lingkungan Hidup
l. Audit Lingkungan Hidup; dan
m. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau
perkembangan pengetahuan.
4) Tinjauan tentang Pengawasan dalam Hukum Administrasi
Negara
Pengawasan dimaksudkan adalah sebagai suatu pengawasan
yang dilakukan oleh pengawas administrasi dalam rangka penerapan
norma – norma Hukum Administrasi terhadap warga negara. Paulus
commit
E. Lotulung mengatakan to user
bahwa dalam hukum administrasi negara
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

pengawasan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu ( Ridwan HR. 2009


: 294 – 296 ) :
a. Ditinjau dari segi kedudukan badan atau organ yang
melaksanakan kontrol itu terhadap badan organ yang dikontrol
:
1. Kontrol Intern, berarti bahwa pengawasan itu
dilakukan oleh badan yang secara organisatoris atau
struktural masih termasuk dalam lingkungan
pemerintah sendiri
2. Kontrol Ekstern, berarti bahwa pengawasan ini
dilakukan oleh organ atau lembaga yang secara
organisatoris atau struktural berada di luar
pemerintah.
b. Ditinjau dari waktu pelaksanaan :
1. Kontrol a-priori, adalah bilamana pengawasan itu
dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan
pemerintah
2. Kontrola-posteriori, adalah bilamana pengawasan itu
baru dilaksanakan sesudah dikeluarkannya
keputusan pemerintah.
d. Ditinjau dari segi obyek yang diawasi :
1. Kontrol dari segi hukum ( rechmatgheid ) yaitu
kontrol yang dimaksudkan untuk menilai segi – segi
atau pertimbangan yang bersifat hukumnya saja
2. Kontrol dari segi kemanfaatannya ( doelmatgheid )
yaitu kontrol yang dimaksudkan untuk menilai benar
tidaknya peraturan pemerintah itu dari segi atau
pertimbangan kemanfaatannya.
5) Tinjauan Kewenangan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Undang – undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup tidak lagi mengggunakan konsep kewenangan negara, tetapi
kewenangan pemerintah yang dibedakan atas pemerintah,
pememrintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,. Negara
dijalankan oleh pemerintah sebbuah organisasi kekuasaan negara.
Kewenangan pemerintah pada tiga tingkatan diformulasikan lebih
rinci. Kewenangan pemerintah meliputi :
a. Menetapkan kebijakan nasional;
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH
nasional;
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS;
e. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai AMDAL
dan UKL-UPL
f. Menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam nasional
dan emisi gas rumah kaca;
g. Mengembangkan standar kerja sama;
h. Mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
i. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai sumber
daya alam hayati dan nonhayati,keanekaragaman hayati,
sumber daya genetik, dan keamanan hayati produk rekayasa
genetik;
j. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai B3,
limbah, serta limbah B3;
k. Melakukan penegakan hukum lingkungan.
Kewenangan pemerintah provinsi yang dirumuskan dalam
Pasal 63 ayat (2) meliputi :
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
b. Menetapkan KLHS tingkat provinsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH


provinsi;
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan
lingkungan dan peraturan perundang – undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
e. Mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan
penyelesaian perselisihan antarkabupaten/antarkota serta
penyelesaian sengketa;
f. Menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan
keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak
masyarakat hukum adat terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat provinsi;
g. Mengembangkan dan menyosialisasikan pemanfaatan teknolgi
ramah lingkungan hidup;
h. Melakuakan penegakan hukum lingkungan pada tingkat
provinsi.
Kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang dirumuskan
dalam Pasal 63 ayat ( 3 ) meliputi :
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota;
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH
tingkat kabupaten/kota;
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
UKL-UPL;
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi
gas rumah kaca pada tingkatan kabupaten/kota;
f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama kemitraan;
g. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan
hidup;
commit to user
h. Memfasilitasi penyelsaian sengketa;
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

i. Melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung


jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan
lingkungan dan peraturan perundang – undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
j. melaksanakan standar pelayanan minimal;
k. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan
keberadaan masyarakat hukum adat,kearifan lokal, dan hak
masyarakat hukum adat terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;
l. Mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;
m. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem
informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;
n. Memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan
penghargaan;
o. Menerbitkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota;
p. Melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat
kabupaten/kota.
Kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota yang dirumuskan secara terperinci sesuai dalam
Pasal 63 ayat ( 1 ), ( 2 ), dan ( 3 ) Undang – Undang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Takdir Rahmadi. 2011; 71-75
).
6) Teori Bekerjanya Hukum
Berbica tentang hukum, pada prinsipnya membahas fungsi dan
tujuan hukum di dalam masyarakat. Kebijakan di bidang hukum
akan berimplikasi kepada masalah politik yang sarat dengan
deskriminasi terhadap kelompok. Menurur Soerjono Soekanto ( 1993
: 5 ) untuk memahami fungsi hukum itu tidak lepas dari aspek
peenegakan hukum, yaitu pelaksanaan suatu kebijakan atau
komitmen yang bersangkutan dengan 5 faktor pokok, yaitu :
commit
a. Faktor hukumnya to user
sendiri yang merupakan dasar kebijakan;
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

b. Faktor penegak hukum, yaitu pihak – pihak yang membbentuk


maupun menerapkan hukum;
c. Faktor atau saran atau fasilitas yang mendukung penegakan
hukum;
d. Faktor masyarakat yaitu lingkungan dimana hukum berlaku
atau diterapkan;
e. Faktor budaya yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidupnya.
Hukum senantiasa dibatasi oleh situasi atau lingkungan dimana
ia berada, sehingga tidak heran kalau terjadi ketidak-cocokan antara apa
yang seharusnya ( das sollen ) dengan apa yang senyatanya ( das sein ).
Dari hal tersebut munculah diskrepansi antara law in the book dan law
in action. Oleh sebab itu Chambis dan Seidman dalam mengamati
keadaan yang demikian itu menyebutkan The myth of the operation of
the law to given the lie daily ( Esmi Warassih, 2005:83 ).
Berbagai pengertian hukum sebagai sistem hukum
dikemukakan antara lain oleh Lawrence M Friedman, bahwa hukum itu
merupakan gabungan antara komponen struktur, substansi dan kultur (
Esmi Warassih,2005:30 ) :
a. Komponen struktur yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh
sistem hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka
mendukung bekerjanya sistem tersebut. Komponen ini
dimungkinkan untuk melihat bagaimana sistem hukum itu
memberikan pelayanan terhadap penggarapan bahan – bahan
hukum secara teratur seperti pengadilan negeri, pengadilan
administrasi yang mempunyai fungsi untuk mendukung
bekerjanya sistem hukum itu sendiri;
b. Komponen substansif yaitu sebagai output dari sistem hukum,
beberapa peraturan – peraturan, keputusan – keputusan yang
digunakan baik oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

c. Komponen kultural yaitu terdiri dari nilai – nilai dan sikap –


sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum, atau oleh
Lawrence M Friedman disebut sebagai kultur hukum.
Komponen – komponen tersebut merupakan peringkat sistem
serta menentukan tempat sistem hukum itu ditengah kultur bangsa
secara keseluruhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang
menggunakan atau tidak menggunakan hukum, dan patuh atau tidak
terhadap hukum sangat tergantung pada kultur hukumnya.Kita dapat
mengatakan bahwa kultur hukum seseorang dari lapisan baawah akan
berbeda dengan mereka yang berada di lapisan atas.Demikian pula,
kultur hukum seorang pengusaha berbeda dengan orang – orang yang
bekerja sebagai pegawai negeri dan seterusnya.Tidak ada dua orang laki
– laki maupun wanita yang memiliki sikap yang sama terhadap hukum.
Dari hal tersebut adanya korelasi yang sistematik antara berbagai faktor
seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebangsaan dan sebagainya (
Esmi Warassih,2005:82 ).
Pada dasarnya hukum mempunyai banyak fungsi dalam
usahanya untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan. oleh
karena itu sebagai hukum positif harus dipahami suatu sistem norma.
Pemahaman ini untuk menghindari terjadinya pertentangan antara
norma hukum yang lebih tinggi dengan norma hukum yang lebih
rendah kedudukannya.
d) Tinjauan tentang Izin Usaha ( Kegiatan Usaha )
1) Pengertian Izin Usaha
Izin merupakan instrumen hukum administrasi yang dapat
digunakan oleh pejabat pemerintah yang berwenang untuk mengatur
cara – cara pengusaha dalam menjalankan usahanya. Usaha dan/atau
Kegiatan Usaha selalu diidentikan dengan bisnis, ekonomi, atau suatu
hal yang pada akhirnya bertujuan dengan suatu hasil berupa nominal.
Sedangkan izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan commit to user kegiatan yang wajib Amdal atau
usaha dan/atau
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan


hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan. Sehingga izin usaha dan/atau kegiatan usaha adalah izin yang
diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau
kegiatan.
Sebagai pengusaha dan/atau pelaku kegiatan usaha haruslah
mematuhi prosedur – prosedur yang harus dilakukan untuk memperoleh
izin lingkungan dimulai dengan permohonan izin lingkungan secara
tertulis oleh penanggung jawab usaha. Permohonan izin ini
disampaikan bersamaan dengan pengajuan penilaian Amdal dan RKL-
RPL atau pemeriksaan UKL-UPL. Permohonan tersebut harus
dilengkapi dengan :
a. Dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;
b. Dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan; dan
c. Profil usaha dan/atau kegiatan.
Pengajuan izin lingkungan suatu usaha dan/atau kegiatan usaha
diperlukan juga pengajuan izin perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dalam tahap operasional yang meliputi beberapa izin,
yaitu :
a. Pembuangan air limbah ke air atau sumber air;
b. Pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke tanah;
c. Penyimpanan sementara limbah B3;
d. Pengumpulan limbah B3;
e. Pemanfaatan limbah B3;
f. Pengolahan limbah B3;
g. Penimbunan limbah B3;
h. Pembuangan air limbah ke laut;
i. Dumping ke media lingkungan;
j. Pembuangan air limbah dengan cara reinjeksi;
k. Emisi; dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

l. Pengintroduksian organisme hasil rekayasa genetika ke


lingkungan.
Pemerintah harus melakukan pengawasan dan menindak tegas
penegakan hukumnya terhadap pelaksanaan izin lingkungan terhadap
usaha dan/atau kegiatan usaha, agar tujuan pemberian izin lingkungan
tersebut efektif.
2) Kewajiban Pelaku Usaha dan/atau Kegiatan Usaha
Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan
setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL.
Environmental Impact Assessments (EIA’s) are important part of
environmental regulation. Environmetal Impact Assessments (
EIA ) is the process of indentifying the anticipated enironmental
effects of proposed developments. EIA is used to make decision
more transparent and to mitigate negative environmental impacts
of projects. Scoping is a vital part of the EIA process. It sets the
playing field on which the impact assessment is done.( John W.
Stampe, 2009)
Berdasarkan Pasal 67 Undang – Undang Nomer 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dijelaskan bahwa :
“ Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.”
Di dalam Pasal 68 Undang – Undang Nomer 32 Tahun2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan
mengenai kewajiban setiap orang yang melakukan usaha dan/ atau
kegiatan usaha sebagai berikut :
1. memberikan informasi yang terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;
2. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

3. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan


hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

- UU No. 32 Th 2009 tentang


Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup

Peraturan Daerah Kabupaten


Karanganyar Nomor 5 Tahun
2013 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup

Badan Lingkungan Hidup Pelaku Usaha


Kabupaten Karanganyar

Pengawasan Implementasi/Penerapan

- Instrumen Pencegahan
Pencemaran lingkungan
hidup

- Kewajiban pelaku saha

Terwujudnya Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat


Bagi Kehidupan Makhluk Hidup sekitar Lingkungan
Gambar commit to user
1. Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

Keterangan :

Kebijakan Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup demi


terwujudnya Lingkungan Hidup yang baik dan sehat berpacu pada Undang –
Undang Nomor 32 tahun 2009 dan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar
Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup , dimana sebagai acuan dan pedoman pemerintah nasional dan/atau
daerah dan para pelaku usaha dalam aktivitas kegiatan usaha yang akan terjadi
dan yang sudah terjadi. Nantinya akan berdampak besar dengan lingkungan
hidup sekitarnya.

Pemerintah daerah utamanya ( disini Pemerintah Kabupaten Karanganyar


) berperan penting dalam pengawasan terhadap penerapan kewajiban -
kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha dan/atau pelaku kegiatan
usaha di daerah Kabupaten Karanganyar dan selalu memberikan solusi atau
pemecahan dalam segala hambatan – hambatan yang terjadi dalam kegiatan
usaha yang berengaruh atau berdampak besar bagi lingkungan. Pengawasan
yang tegas sesuai dengan kewajiban yang harus diterapkan oleh Pelaku Usaha
dan/atau Pelaku Kegiatan Usaha Karanganyar yang berpacu pada Undang –
Undang Nomor 32 Tahun 2009 dan dan Peraturan Daerah Kabupaten
Karanganyar Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup akan berbuah hasil sesuai apa yang dikehendaki dalam
tujuan Undang-Undang dan Peraturan Perundang - Undangan tersebut
nantinya.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai