Anda di halaman 1dari 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang lingkungan hidup

1. Pengertian lingkungan hidup

Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang

terdapat dalam suatu tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

mempengaruhi hidupnya (Siahaan, 2004: 4). Lingkungan hidup sebagai

lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencangkup dan meliputi semua

unsur dan faktor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam (Soedjono,

1979: 20).

Pengertian lingkungan hidup dalam Undang-Undang no. 32 tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Lingkungan merupakan kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta

flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan

kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana

menggunakan lingkungan fisik tersebut.

Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta

seluruh kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati. Secara garis besar

ada 2 macam lingkungan yaitu lingkungan fisik dan lingkungan biotik.

a. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik adalah segala benda mati dan keadaan fisik yang ada

disekitar individu-individu misalnya :

- Batu-batuan, mineral, air, udara;

- Unsur-unsur iklim, cuaca, suhu;

- Kelembaban;

- Angin;

- Faktor gaya berat;

- Dan lain-lain.

Lingkungan fisik ini berhubungan dengan makhluk hidup yang

menghuninya demikian erat. Sebagai contoh mineral yang dikandung

suatu tanah menentukan kesuburan, yang erat hubungannya dengan

tanaman-tanaman yang tumbuh di atasnya. Contoh lain, kelembaban dan

curah hujan mempengaruhi penyediaan air untuk tumbuh-tumbuhan,

hewan dan manusia.

b. Lingkungan biotik

Lingkungan biotik adalah segala makhluk hidup yang ada disekitar

individu baik tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Tiap unsur biotik ini

berinteraksi antar biotik dan juga dengan lingkungan fisik/abiotik.

11
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
Lingkungan baik yang biotik maupun abiotik selalu mengalami

perubahan, baik secara tiba-tiba maupun perlahan-lahan. Perubahan ini

berhubungan erat dengan ekosistemnya yang mempunyai stabilitas

tertentu. Semakin besar aneka ragam ekosistemnya makin besar daya

stabilitasnya. Misalnya hutan di daerah tropis yang mengandung begitu

banyak ragam tumbuh-tumbuhan dan hewan di dalamnya, walaupun tanpa

perawatan tetap akan dapat mempertahankan stabiltas kehidupannya.

Sebaliknya sawah atau ladang yang hanya terdiri dari beberapa jenis

tumbuh-tumbuhan saja akan mempunyai stabilitas yang kecil, artinya

tanpa perawatan stabilitas akan terganggu (Supardi, 1994 : 2-3).

Alam sebagai wadah dalam segala kehidupan dan alam pulalah yang

menyediakan segala yang diperlukan untuk kehidupan maupun

meningkatkan taraf kehidupan sepanjang manusia mampu

membudidayakan dengan semaksimal mungkin. Alam diciptakan bukan

semata-mata untuk dimanfaatkan isinya sesuai dengan kemampuannya

saja tanpa memperhatikan adanya keterbatasan kemampuan, dan bukan

segalanya telah tinggal memanfaatkan saja, melainkan harus melalui

proses agar sumber yang ada di alam ini dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan yang disesuaikan dengan keperluan (Joko, 1999 : 8).

Alam sebenarnya memiliki sistem yang sangat kompleks, demikian

pula ciri dan wataknya yang sangat beraneka ragam. Namun ada beberapa

watak yang dapat diidentifikasi seperti:

12
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
a. Dinamis

Lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem berkembang dari waktu ke

waktu dan gejala – gejalanya dapat dilihat dari fenomena – fenomena yang

terjadi, seperti fenomena fisik, biologis, dan sosial.

b. Saling Berinteraksi

Dalam suatu lingkungan biasanya dalam sub sistemnya atau yang

lebih rendah akan saling berinteraksi terus menerus guna mencapai

keseimbangan. Apabila ada pengaruh dari luar maka akan terjadi interaksi

pula untuk mencapai keseimbangn baru.

c. Interpendensi

Dalam suatu sistem, setiap bagian dari sistem akan bergantung pada

bagian lainnya. Jadi tiap – tiap bagian dari sistem tidak hanya akan saling

kait mengkait dan berhubungan satu dan lainnya, tetapi juga terdapat

saling ketergantungan.

d. Integrasi

Penampilan sistem sebagai suatu konsep kesatuan yang terintegrasi

lebih memiliki keutamaan. Integrasi ini merupakan salah satu konsep

pendekatan sistem. Dengan konsep keterpaduan ini maka setiap bagian

dari sistem pembangunan dirancang secara terintegrasi untuk mencapai

tujuan tertentu.

e. Tujuan Sistem

Suatu sistem dibuat dengan tujuan tertentu. Bentuk tujuan dari suatu

sistem merupakan suatu bentuk yang diharapkan (desired output).

13
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
Pengukuran tujuan dari suatu sistem yang dirancang, sedapat mungkin

harus jelas dan sejauh mungkin dinyatakan dalam suatu ukuran kualitatif.

f. Organisasi Sistem

Organisasi dalam suatu struktur sistem menyangkut fungsi, struktur,

dan hirarki. Dalam pengorganisasian sistem harus memungkinkan bahwa

masing – masing sub sistem dapat mencapai tujuannya yang selaras

dengan tujuan keseluruhan dari sistem.

g. Multi Disiplin

Pendekatan sistem dimaksudkan untuk dapat memecahkan masalah

yang kompleks. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan dari berbagai

disiplin. Pendekatan sistem dilakukan untuk mengambil keputusan dalam

perencanaan dan perancangan sistem (Fandeli, Chafid, 2007 : 50-53).

2. Lingkungan hidup di Indonesia

Lingkungan hidup Indonesia adalah kawasan nusantara, yang

menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan

iklim, tropis, cuaca, dan musim yang memberikan kondisi alamiah dan

kedudukan serta peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa dan

rakyat Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala

aspeknya. Dengan demikian wawasan dalam menyelenggarakan

pengelolaan lingkungan hidup Indonesia adalah wawasan Nusantara.

Lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem terdiri dari daerah, masing-

masing sebagai subsistem yang meliputi aspek sosial budaya, ekonomi dan

14
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
fisik, dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang satu dengan

yang lain dan dengan daya dukung lingkungan yang berlainan. Pembinaan

pengembangan yang didasarkan pada keadaan daya dukung lingkungan

akan meningkatkan keselarasan dan keseimbangan subsistem, yang juga

berarti meningkatkan ketahanan subsistem (Gatot, 2004: 20).

3. Unsur-unsur lingkungan hidup

Pengertian lingkungan hidup itu dapat dirangkum dalam suatu

rangkaian unsur-unsur sebagai berikut :

a. Semua benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organisme, tanah,

air, udara, rumah, sampah, mobil, angin dan lain-lain;

b. Daya, disebut juga energi;

c. Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi;

d. Perilaku atau tabiat;

e. Ruang, yaitu wadah berbagai komponen berada;

f. Proses interaksi, disebut juga saling mempengaruhi, atau biasa pula

disebut dengan jaringan kehidupan (Siahaan, 2004: 5).

Unsur-unsur tersebut mempunyai pola hubungan tertentu yang bersifat

tetap dan teratur saling mempengaruhi. Untuk memperoleh gambaran

tentang unsur-unsur tersebut perlu dijelaskan ruang, keadaan, materi dan

energi.

15
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
1). Ruang

Ruang adalah wadah atau tempat berkumpulnya komponen-komponen

lingkungan hidup, seperti benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup.

Jadi, di mana terdapat komponen lingkungan hidup berarti di situ

terdapat ruang. Ruang atau wadah yang berada di sekitar komponen

lingkungan hidup itu mempunyai interaksi yang kuat yang merupakan

satu kesatuan; sehingga ruang atau wadah tersebut merupakan tempat

berlangsungnya ekosistem.

2). Keadaan

Keadaan adalah sebuah “kondisi” atau suatu “situasi” yang memiliki

berbagai ragam dan bentuk-bentuk yang satu sama lain saling

berinteraksi. Keadaan dapat bersifat positif dan negatif. Keadaan

positif dapat terjadi apabila kondisi atau situasi memiliki bentuk-

bentuk yang membantu kelancaran berlangsungnya proses

merangsang makhluk-makhluk untuk melakukan sesuatu, tetapi ada

yang justru mengganggu berprosesnya interaksi lingkungan dengan

baik; misalnya dalam kemiskinan, masyarakat cenderung merusak

lingkungan hidupnya. Contoh lain dari keadaan adalah kondisi gelap

atau situasi yang berisik, sehingga mengganggu proses interaksi

makhluk hidup di dalamnya.

3). Materi

Materi ialah segala sesuatu yang ada pada suatu tempat tertentu dan

waktu tertentu pula. Menurut pendapat kuno, semua benda terdiri dari

16
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
empat macam materi asal, yaitu api, air, tanah dan udara. Materi

diperlukan untuk susunan tubuh manusia, hewan dan tumbuh-

tumbuhan. Materi yang diperlukan bagi susunan tubuh tersebut

diperoleh dari makanan. Materi tersebut diperlukan pula untuk

mengatur metabolisme dalam tubuh, seperti vitamin, dan mineral-

mineral tertentu; sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa materi maka

tak akan ada kehidupan makhluk hidup. Materi merupakan hal yang

sangat ensensial bagi kehidupan makhluk makhluk tersebut.

4). Energi

Hubungan antara materi dan energi adalah erat sekali. Untuk

mememproleh energi, orang harus makan, makanan adalah materi.

Setelah memperoleh materi dari makanan tersebut timbullah energi

yang memungkinkan manusia melakukan aktifitas sehari-hari. Dengan

demikian proses materi menimbulkan energi yang berupa daya atau

tenaga untuk melakukan aktifitas. Energi atau daya adalah sesuatu

yang memberi kemampuan untuk menjalankan kerja. Alam semesta

penuh dengan energi yang mengejawantah dalam berbagai bentuk,

seperti cahaya dan radiasi lain, panas, daya kinetik (gerak), daya

potensial (posisi), dan lain-lain. Energi dapat mengalami berubahan

bentuk atau transformasi energi, yaitu dari bentuk energi berubah ke

dalam bentuk lain, misalnya cahaya menjadi panas, kemudian panas

menjadi gerak, gerak menjadi listrik dan seterusnya (Gatot, 2004 : 13-

15).

17
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
4. Kualitas lingkungan hidup

Konsep kualitas lingkungan hidup sangat erat hubungannya dengan

kualitas hidup. Suatu lingkungan hidup yang dapat mendukung kualitas

hidup yang baik dikatakan mempunyai kualitas yang baik pula dari vice

versa. Dengan demikian kualitas adalah derajat dipenuhinya kebutuhan

dasar manusia. Semakin baik kebutuhan dasar itu dapat dipenuhinya oleh

lingkungan hidup, semakin tinggi pula kualitas lingkungan hidup itu (

Tresna, 1991 : 7).

Kualitas lingkungan dapatlah diartikan dalam kaitannya dengan

kualitas hidup, yaitu dalam kualitas lingkungan yang baik terdapat potensi

untuk berkembangnya kualitas hidup yang tinggi. Namun kualitas hidup

sifatnya adalah subyektif dan relatif. Kualitas hidup dapat diukur dengan

tiga kriteria :

a. Derajat dipenuhinya kebutuhan untuk hidup sebagai makhluk

hayati. Kebutuhan ini bersifat mutlak, yang didorong oleh

keinginan manusia untuk menjaga kelangsungan hayatinya.

b. Derajat dipenuhinya kebutuhan untuk hidup manusiawi.

Kebutuhan hidup ini bersifat relatif, walaupun ada kaitannya

dengan hidup pertama kelangsungan hidup hayati.

c. Derajat kebebasan untuk memilih. Sudah barang tentu dalam

masyarakat yang tertib, derajat kebebasan itu dibatasi oleh hukum.

Baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Beberapa contoh

18
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
ialah kebebasan memilih agama dan pendidikan ( Otto, 2007 : 23-

24).

B. Tinjauan umum tentang hukum lingkungan

1. Perkembangan hukum lingkungan di Indonesia

Saat ini pembagian hukum secara klasik, yang masih sering digunakan

adalah pembagian hukum menjadi hukum publik dan privat atau perdata.

Termasuk hukum publik adalah hukum tata negara, hukum administrasi

negara, hukum pidana, dan hukum internasional. Termasuk hukum privat (

perdata) adalah hukum dagang dan hukum intergentil atau hukum antartata

hukum. Hukum adat tidak merupakan lapangan hukum tersendiri karena

meliputi lapangan-lapangan hukum yang telah disebutkan.

Istilah “hukum lingkungan” merupakan konsepsi yang relatif masih

baru dalam dunia keilmuan pada umumnya dan dalam lingkungan ilmu

hukum pada khususnya, yang tumbuh sejalan bersamaan dengan

tumbuhnya kesadaran akan lingkungan. Dengan tumbuhnya pengertian

untuk melindungi dan memelihara lingkungan hidup tersebut, tumbuh pula

perhatian hukum kepadanya ( Gatot, 2004 : 24).

Di Indonesia sendiri, organisasi yang berhubungan dengan lingkungan

hidup sudah dikenal lebih dari sepuluh abad yang lalu. Dari prasasti

Jurunan tahun 876 Masehi diketahui adanya jabatan “tuhalas” yakni

pejabat yang mengawasi hutan atau alas, yang kira-kira identik dengan

jabatan petugasa Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA).

Kemudian prasasti Haliwangbang pada tahun 877 Mahesi menyebutkan

19
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
adanya jabatan “tuhaburu” yakni pejabat yang mengawasi masalah

perburuan hewan di hutan. Contoh lain adalah pengendalian pencemaran

yang ditimbulkan oleh pertukangan logam; kegiatan membuat logam, yang

sudah tentu menimbulkan pencemaran dikenai pajak oleh petugas yang

disebut “tuhagusali” ( Said, 1985 : 63-64).

Perkembangan yang berarti yang bersifat menyeluruh dan mejalar ke

berbagai pelosok dunia dalam bidang peraturan perundang-undangan di

bidang lingkungan hidup terjadi setelah adanya konfrensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) tentang lingkungan hidup manusia di Stockholm

pada tahun 1972. Di Indonesia dalam rangka persiapan menghadapi

konfrensi PBB tersebut, telah disusun “Laporan Nasional” tentang keadaan

lingkungan hidup di Indonesia. Sebagai persiapan laporan tersebut telah

diselenggarakan “Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup Manusia dan

Pembangunan Nasional” di Bandung pada tanggal 15 s/d 18 Mei 1972.

Dalam seminar tersebut telah disampaikan makalah tentang “Pengaturan

Hukum Masalah Lingkungan Hidup Manusia beberapa fikiran dan saran”

oleh Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H.,LLM. Makalah tersebut

merupakan pengarahan pertama mengenai perkembangan Hukum

Lingkungan di Indonesia ( Gatot, 2004 : 27-28).

2. Pengertian hukum lingkungan

Hukum Lingkungan merupakan instrumen yuridis bagi pengelolaan

lingkungan hidup, dengan demikian hukum lingkungan pada hakekatnya

merupakan suatu bidang hukum yang terutama sekali dikuasai oleh kaidah

20
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
- kaidah hukum administrasi negara. Untuk itu dalam pelaksanaannya

aparat pemerintah perlu memperhatikan “Asas - asas Umum Pemerintahan

yang Baik” (Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur/General

Principles of Good Administration). Hal ini dimaksudkan agar dalam

pelaksanaan kebijaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan pengelolaan

lingkungan hidup.

Menurut Gatot P.Soemartono ( 2004 : 45 ) menyebutkan hukum itu

adalah keseluruhan kumpulan peraturan tentang tingkah laku manusia

yang isisnya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan

dalam kehidupan bermasyarakat, yang pelaksanaan peraturan tersebut

dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang.

Berdasarkan uraian mengenai pengertian hukum, maka hukum lingkungan

adalah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang tingkah laku orang

tentang apa yang seharusnya dilakukan terhadap lingkungan, yang

pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh

pihak yang berwenang.

Menurut Drupsen, hukum lingkungan adalah hukum yang

berhubungan dengan lingkungan alam dalam arti seluas-luasnya. Ruang

lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup

pengelolaan lingkungan. Di samping hukum lingkungan pemerintahan

yang dibentuk pemerintah pusat, ada pula hukum lingkungan pemerintah

yang berasal dari pemerintah daerah dan sebagian lagi dibentuk oleh

21
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
badan-badan internasional atau melalui perjanjian-perjanjian dengan

negara lain.

Hukum lingkungan pemerintah dibagi menjadi beberapa bidang, yaitu

hukum kesehatan lingkungan, hukum perlindungan lingkungan dan hukum

tata ruang. Hukum kesehatan lingkungan adalah hukum yang berhubungan

dengan kebijaksanaan di bidang kesehatan lingkungan, pemeliharaan

kondisi air, tanah dan udara dengan pencegahan kebisingan, kesemuanya

dengan latar belakang perbuatan manusia yang diserasikan dengan

lingkungan.

Hukum perlindungan lingkungan tidak mengenal satu bidang

kebijaksanaan, akan tetapi merupakan kumpulan dari berbagai peraturan

perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan yang berkaitan

dengan lingkungan biotis dan batas tertentu juga dengan lingkungan

antrohogen. Hukum tata ruang adalah hukum yang berhubungan dengan

kebijaksanaan tata ruang, diarahkan kepada tercapainya atau

terpeliharanya penyesuaian timbal balik yang terbaik antara ruang dan

kehidupan masyarakat(Gatot , 2004 : 50)

Pengertian hukum lingkungan adalah hukum yang mendasari

penyelenggaraan perlindungan dan tata pengelolaan serta meningkatkan

ketahanan lingkungan (Danu saputro, 1980: 35-36). Hukum lingkungan

dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmu hukum

yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi

yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum

22
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum lingkungan memiliki aspek

yang lebih kompleks.

a. Hukum Lingkungan Modern

Hukum lingkungan yang lebih berorientasi pada lingkungan atau

Environment-Oriented Law. Dalam hukum lingkungan modern,

ditetapkan ketentuan dan norma - norma guna mengatur tindak perbuatan

manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan

kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat

secara langsung terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun

generasi - generasi mendatang. Hukum Lingkungan modern berorientasi

pada lingkungan, sehingga sifat dan waktunya juga mengikuti sifat dan

watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikian lebih banyak

berguru kepada ekologi. Dengan orientasi kepada lingkungan ini, maka

Hukum Lingkungan Modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau

komprehensif integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan

wataknya yang luwes.

b. Hukum Lingkungan Klasik

Sebaliknya hukum lingkungan klasik lebih menekankan pada orientasi

penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law. Hukum Lingkungan

Klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan tujuan terutama

sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber - sumber daya

lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai

hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka waktu yang sesingkat -

23
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
singkatnya. Hukum Lingkungan klasik bersifat sektoral, serta kaku dan

sukar berubah. Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan, bahwa sistem

pendekatan terpadu atau utuh harus diterapkan oleh hukum untuk mampu

mengatur lingkungan hidup manusia secara tepat dan baik, sistem

pendekatan ini telah melandasi perkembangan Hukum Lingkungan di

Indonesia. Drupsteen mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan

(Millieu recht) adalah hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam

(Naturalijk milleu) dalam arti seluas - luasnya. Ruang lingkupnya

berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan

lingkungan. Mengingat pengelolaan lingkungan dilakukan terutama oleh

Pemerintah, maka Hukum Lingkungan sebagian besar terdiri atas Hukum

Pemerintahan (bestuursrecht)(Hartiwingingsih, 2007 : 3 ).

3. Karakter Hukum Lingkungan

Adapun karakter hukum lingkungan adalah multi aspek dan multi

disipliner yang berorientasi pada pelestarian fungsi dan kemampuan

lingkungan hidup dengan pendekatan utuh dan menyeluruh (holistik). Ia

juga baru merupakan hukum yang berwawasan lingkungan sebagai ciri

utama hukum lingkungan modern. Bahwa ia terkait dan harus sejalan

dengan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.dalam kontek ini

harus dimaknai dan ditambah dimensi hukum, ilmu dan teknologi sehingga

bermakna sebagai sistem hubugan dalam penegakan hukum lingkungan

mutlak digunakan pendekatan multi aspek dan multi disipliner, baik

24
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
berkaitan dengan perusakan maupun pencemaran lingkungan hidup(

Wahid, 2011 :20).

C. Tinjauan umum tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan

1. Sejarah Analisis mengenai dampak lingkungan

Amdal dikenal semenjak lahirnya PP No 29 Tahun 1986 sebagai salah

satu langkah tindak lanjut dari Pasal 16 Undang-undang Lingkungan Hidup.

Lahirnya UULH merupakan konsekuensi keanggotaan negara Republik

Indonesia dalam PBB yang pada tahun 1972 dalam forum konferensi di

Stockholm telah melahirkan perasaan solidaritas untuk membebaskan

manusia dari rasa sakit sebagai akibat dari rusaknya lingkungan hidup

(Hermien, 1993: 173).

Secara formal ketentuan mengenai Amdal di negara kita muncul

bersamaan dengan lahirnya Undang-undang No. 4 tahun 1982 tentang

Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Soejono, 1996: 29).

Kebijakan tentang AMDAL telah mengalami beberapa kali perbaikan atau

penyempurnaan. Pada tahun 1993 dikarenakan adanya kebijakan deregulasi

dan debirokratisasi maka terbit Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993

untuk menyempurnakan Peraturan Pemerintah sebelumnya. Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) disempurnakan kembali pada

tahun 1999 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, kebijakan

ini didorong oleh kebijakan baru di bidang politik yaitu demokratisasi,

reformasi dan otonomi daerah.

25
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
Menurut Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan, yang kemudian disempurnakan menjadi

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan, Amdal yang semula hanya memiliki satu model,

berkembang dan mempunyai beberapa bentuk (otto, 1997 : 36).

2. Pengertian Analisis mengenai dampak lingkungan

Analisis mengenai dampak lingkungan adalah suatu instrumen

pengambilan keputusan tentang rencana penyelenggaraan usaha yang

berkenaan dengan pengelolaan dampak besar dan penting serta merupakan

public policy yang ditetapkan pemerintah sebagai pelaksanaan undang-

undang untuk mempertahankan lingkungan berkelanjutan (Siahaan, 2004 :

239).

Berdasarkan PP No. 27 tahun 1999, definisi AMDAL ialah kajian

mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah suatu studi yang

mendalam tentang dampak negatif dari suatu kegiatan. AMDAL

mempelajari dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup dan dampak

lingkungan terhadap pembangunan yang didasarkan pada konsep ekologi,

yaitu ilmu yang mepelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan

lingkungan hidup, oleh karena itu konsep AMDAL dikatakan sebagai

26
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
konsep ekologi pembangunan, yang mempelajari hubungan timbal balik

antara pembangunan dengan lingkungan hidup.

Pada hakekatnya AMDAL merupakan suatu kajian terhadap suatu

rencana pembangunan agar tetap berwawasan lingkungan. Kegiatan

pembangunan yang dilakukan dijaga agar dalam prosesnya tidak merusak

sistem dalam ekosistem. AMDAL sebagai suatu kajian tersistem digunakan

untuk perencanaan suatu program agar sesuai dengan model sesungguhnya

di alam.

Dokumen AMDAL terdiri dari beberapa bagian:

a. Dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-

ANDAL);

b. Dokumen analisis dampak lingkungan;

c. Dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL);

d. Dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL);

Pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan memiliki 5

(lima) prinsip dasar, yakni sebgai berikut :

1. Prinsip keadilan antar generasi (intergenerational equity)

Prinsip keadilan antar generasi berangkat dari suatu gagasan

bahwa generasi sekarang menguasai sumber daya alam yang ada

di bumi sebagai titipan untuk dipergunakan generasi yang akan

datang. Setiap generasi merupakan penjaga dari planet bumi ini

untuk kemanfaatan generasi berikutnya, dan sekaligus sebagai

27
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
penerima manfaat dari generasi sebelumnya. Keadaan demikian

menuntut tanggung jawab dari generasi sekarang untuk

memelihara peninggalan seperti halnya kita menikmati berbagai

hak untuk menggunakan warisan bumi ini dari generasi

sebelumnya.

2. Prinsip keadilan dalam satu generasi (intrageneration equity)

Prinsip keadilan dalam satu generasi merupakan prinsip yang

berbicara tentang keadilan diantara satu atau sesama generasi,

termasuk didalamnya ketidak keberhasilan dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar lingkungan dan sosial, atau terdapat

dan kelompok-kelompok masyarakat tentang pemenuhan kualitas

(environmental and social quality of life). Intragenerational

equality sangat erat kaitannya dengan isu lingkungan

sustainability karena :

a. Beban dari permasalahan lingkungan dipikul oleh mereka

(masyarakat) yang lemah ( secara sosial dan ekonomi)

b. Tidak seluruh anggota masyarakat memiliki akses yang sama

dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang

berdampak pada lingkungan. Pengetahuan, ketrampilan,

keberdayaan (power) serta struktur pengambilan keputusan

disatu sisi menguntungkan anggota masyarakat tertentu dan

disisi lain merugikan kelompok masyarakat lainnya

28
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
c. Tidak sedikit praktek-praktek pembangunan dan produksi

yang tidak berkelanjutan mengakibatkan kerusakan sumber

alam nasional atau sumber alam yang dipergunakan hajat

orang banyak.

3. Prinsip pencegahan dini (precautionary principle)

Prinsip ini mengandung suatu pengertian apabila terdapat ancaman

yang berarti atau ancaman adanya kerusakan lingkungan yang

tidak dapat dipulihkan, ketiadaan temuan atau pembuktian ilmiah

yang konklusif dan pasti, tidak dapat dijadikan alasan untuk

menunda upaya-upaya mencegah kerusakan lingkungan hidup

tersebut. Dalam menetapkan prinsip ini, pengambilan keputusan

harus dilandasi oleh :

a. Evaluasi yang sungguh-sungguh untuk mencegah seoptimal

mungkin kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan

b. Penilaian (assesment) dengan melakukan analisis resiko

dengan berbagai opsi

Gagasan di balik penggunaan prinsip ini merupakan respon

terhadap kebijakan lingkungan konvensional dimana upaya

pencegahan atau penanggulangan baru dapat dilakukan apabila

resiko benar-benar telah dapat diketahui serta dibuktikan.

Mengikuti pola konvensional ini maka upaya pencegahan dan

penanggulangan terhadap kerusakan lingkungan seringkali

terlambat.

29
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
4. Prinsip perlindungan keanekaan hayati (biodyversity concervation)

Prinsip perlindungan keanekaan hayati merupakan tolak ukur

berhasil tidaknya prinsip keadilan antar generasi dan prinsip

keadilan dalam generasi serta prinsip pencegahan dini. Sebagai

contoh dalam keadaan masyarakat lokal/setempat mengalami

kehilangan atau terputus dari ekosistemnya, sedangkan

ekosistemnya, sedangkan ekosistemnya sebagai “survival system”

mereka oleh aktifitas pembangunan, maka tertutup akses bagi

mereka terhadap tingkat kehidupan dan kesejahteraan yang layak.

Pada akhirnya, perlindungan keanekaragaman hayati akan efektif

dilakukan melalui upaya ekonomi lingkungan.

5. Internalisasi biaya lingkungan dan mekanisme insentif

Rasio pentingnya penekanan prinsip ini berangkat dari suatu

keadaan dimana penggunaan sumber daya alam kecenderungan

atau reaksi dari dorongan pasar. Sebagai akibatnya adalah

kepentingan yang selama ini tidak terwakili dalam komponen

pengambilan keputusan dalam menentukan harga pasar tersebut

diabaikan, dan menimbulkan kerugian bagi mereka. Dampak ini

yang diistilahkan eksternalitas, sebab kepentingan kepentingan

kelompok yang dirugikan merupakan komponen eksternal (yang

tidak masuk hitungan) dalam proses pembentukan harga pasar.

Masyarakat yang menjadi korban dari kerusakan lingkungan tidak

memiliki suatu mekanisme untuk memaksa kelompok untuk

30
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
membayar kerugian bagi kerusakan tersebut kecuali pengadilan

atau mekanisme resolusi konflik lainnya (Hadin Muhjad, 2015 :

16-18).

3. Peraturan tentang Amdal

Peraturan tentang Amdal secara khusus yaitu diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak

lingkungan hidup. Dalam Peraturan Pemerintah Analisis mengenai dampak

lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan

penting suatu usaha dan/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan. Dampak besar dan penting adalah

perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh

suatu usaha dan/atau kegiatan.

Peraturan tentang Amdal juga sudah ada secara khusus dalam

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pemerintah Kabupaten

Cilacap dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga mengatur tentang analisis

mengenai dampak lingkungan hidup dalam Pasal 1 butir 17 menyebutkan

bahwa analisis mengenai dampak lingkungan yang selanjutnya disebut

Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau

kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi

31
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau

kegiatan.

Menurut Pasal 1 angka 11 UU No.32 Tahun 2009 dirumuskan bahwa

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut

Amdal, adalah kajian dampak penting suatu usaha dan/ atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/kegiatan.

Pengaturan Amdal dalam UU No.32 Tahun 2009 diatur lebih lengkap

dari UU 23 Tahun 2009. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 22 :

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting

terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal.

(2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria :

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

rencana usaha dan/kegiatan;

b. Luas wilayah penyebaran dampak;

c. Insentitas dan lamanya dampak berlangsung;

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan

terkena dampak;

e. Sifatnya komulatif dampak;

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak;

g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi

Pasal 23 UU No 32 Tahun 2009

32
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
(1) Kriteria usaha/dan atau kegiatan yang berdampak penting yang

wajib dilengkapi dengan Amdal terdiri atas:

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;

b. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbaharukan

maupun yang tidak terbaharukan;

c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat

menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya

alam dan pemanfaatannya;

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi

lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan

sosial dan budaya;

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi

pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam

dan/atau perlindungan cagar budaya;

f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad

renik;

g. Penggunaan dan pembuatan bahan hayati dan non hayati;

h. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau

mempengaruhi pertahanan negara;

i. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai

potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.

33
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan

yang wajib dilengkapi dengan Amdal sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan dengan Peraturan Menteri.

Pasal 24 UU No 32 tahun 2009

Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan lingkungan

hidup

Pasal 25 UU No 32 Tahun 2009

Dokumen Amdal memuat:

a. Pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau

kegiatan;

b. Evaluasi kegiatan disekitar lokasi rencana usaha dan/atau

kegiatan;

c. Saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap

rencana usaha dan/atau kegiatan;

d. Prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting

dampak yang terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan

tersebut dilaksanakan;

e. Evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi

untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan

lingkungan hidup;

f. Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Pasal 26 UU No 32 Tahun 2009

34
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
(1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun

oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.

(2) Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip

pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta

diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan.

(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud Pasal (1) meliputi :

a. Yang terkena dampak;

b. Pemerhati lingkungan hidup;

c. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam

proses amdal.

(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat mengajukan

keberatan terhadap dokumen amdal.

Pasal 27 UU no 32 Tahun 2009

Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa sebagaimana

yang dimaksud Pasal 26 ayat (1) dapat meminta bantuan kepada

pihak lain.

Pasal 28 UU No 32 Tahun 2009

(1) Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)

dan Pasal 27 wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusunan

amdal.

35
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
(2) Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi penyusun

amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Penguasaan metodologi penyusunan amdal;

b. Kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan dan

evaluasi dampak serta pengambilan keputusan;

c. Kemampuan menyusun rencana pengelolaan dan

pemantauan lingkungan.

(3) Sertifikat kompetensi penyusunan amdal sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi

penyusunan amdal yang ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan kriteria

kompetensi penyusun amdal diatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 29 UU No 32 Tahun 2009

(1) Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal yang

dibentuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai

dengan kewenangan.

(2) Komisi penilai amdal wajib memiliki lisensi dari Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(3) Persyaratan dan tatacara lisensi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 30 UU No 32 Tahun 2009

36
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
(1) Keanggotan Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 29 terdiri atas wakil dari unsur:

a. Instansi lingkungan hidup;

b. Instansi teknis terkait;

c. Pakar dibidang pengetahuan yang terkait dengan jenis

usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;

d. Pakar dibidang pengetahuan yang terkait dengan dampak

yang timbul dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang

sedang dikaji;

e. Wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak;

f. Organisasi lingkungan hidup.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Penilai Amdal dibantu

oleh tim teknis yang terdiri atas pakar independen yang

melakukan kajian teknis dan sekretariat yang dibentuk untuk itu.

(3) Pakar independen dan sekretariat sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota

sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 31 UU No 32 Tahun 2009

Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai Amdal, Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota menetapkan keputusan kelayakan

atau ketidaklayakan lingkungan hidup sesuai dengan

kewenangannya.

Pasal 32 UU No 32 Tahun 2009

37
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membantu penyusunan

amdal bagi usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah

yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup.

(2) Bantuan penyusunan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berupa fasilitasi, biaya, dan/atau penyusunan amdal

(3) Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi

lemah diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 33 UU No 32 Tahun 2009

Ketentuan lebih lanjut mengenai amdal sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 32 diatur dalam Peraturan

Pemerintah

4. Pengertiaan Kerangka acuan

Kerangka Acuan adalah ruang lingkup kajian Amdal sebagai hasil

pelingkupan (scoping). Pelingkupan (scoping) adalah proses pemusatan

kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan dampak penting, yang harus

bertujuan mengidentifikasi sifat (the nature) dari konsekuensi dampak yang

harus dipertimbangkan (Siahaan, 2004: 248).

Kerangka acuan ialah uraian tugas yang harus dilaksanakan dalam

studi ANDAL. Kerangka acuan dijabarkan dari pelingkupan sehingga

kerangka acuan memuat tugas-tugas yang relevan dengan dampak penting.

Dengan kerangka acuan yang demikian itu studi ANDAL menjadi terfokus

pada dampak penting. Karena kerangka acuan didasarkan pada pelingkupan

dan pelingkupan mengharuskan adanya identifikasi dampak penting maka

38
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
pemrakasa haruslah mempunyai kemampuan untuk melakukan identifikasi

dampak penting itu baik sendiri maupun dengan bantun konsultan.

Di dalam studi ANDAL dilakukan pula identifikasi dampak. Jika

pelaksana ANDAL adalah konsultan yang membantu pemrakarsa dalam

penyusunan kerangka acuan, tidaklah akan terjadi perbedaan antara dampak

penting yang diidentifikasinya dengan yang tertera pada kerangka acuan.

Tetapi jika konsultannya lain, dapatlah terjadi bahwa dalam proses

identifikasi dampak itu dapat terjadi teridentifikasinya dampak penting yang

tidak termuat dalam kerangka acuan. Dalam hal ini konsultan ANDAL

seyogyanya merundingkan dengan pihak pemrakarsa agar dilakukan

pekerjaan-tambah. Karena menurut kepmen kerangka acuan harus disetujui

oleh instansi yang berwenang, maka baik pekerjaan kurang maupun

pekerjaan tambah persetujuan harus bersifat resmi yang disetujui tidak saja

oleh pemrakarsa, melainkan juga oleh instansi yang berwenang ( Otto, 2007

: 79).

Tujuan penyusunan Kerangka Acuan Andal adalah untuk:

a. Merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL;

b. Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien

sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia.

Adapun fungsi Dokumen Kerangka Acuan ANDAL adalah sebagai

rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi, yang bertanggung jawab yang

membidangi rencana usaha atau kegiatan, dan penyusunan studi ANDAL

yang akan dilakukan. Dokumen ANDAL juga berfungsi sebagai salah satu

39
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
bahan rujukan bagi penilai dokumen ANDAL untuk mengevaluasikan hasil

studi ANDAL (Gatot, 2004 : 164).

Kerangka acuan bagi pembuat ANDAL merupakan pegangan yang

diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses penyusunan

ANDAL. ANDAL harus dilaksanakan sesuai dengan kerangka acuan yang

telah ditetapkan. Pembuatan kerangka acuan tersebut dilakukan bersama

antara pemrakasrsa dan instansi yang bertanggung jawab, maksudnya

bertujuan untuk mempercepat penyusunan kerangka acuan tersebut, dengan

pengertian bahwa instansi yang bertanggung jawab hanya bersifat

memberikan pentunjuk-petunjuk yang diperlukan dalam penyusunan dalam

kerangka acuan tersebut.

Kerangka acuan dapat disusun dalam tiga cara:

Yang pertama, kerangka acuan disusun oleh komisi yang bertanggung

jawab bersama-sama dengan pemrakarsa proyek. Yang kedua, kerangka

acuan disusun bersama antara komisi yang bertanggung jawab, pemrakarsa

proyek dan pelaksana AMDAL atau konsultan ANDAL. Yang ketiga,

kerangka acuan disusun oleh pelaksana AMDAL yang diajukan kepada

pemrakarsa proyek, kemudian dibicarakan bersama-sama instansi yang

bertanggung jawab (Erwin, 2009 : 94).

Dasar pertimbangan penyusunan Kerangka acuan ANDAL :

a. Keanekaragaman

ANDAL bertujuan untuk menduga kemungkinan terjadinya

dampak dari suatu rencana usaha atau kegiatan terhadap

40
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
lingkungan. Rencana usaha atau kegiatan pada umumnya sangat

beraneka ragam menurut bentuknya, ukuran, tujuannya sasarannya,

dan sebagainya. Demikian pula rona lingkungan akan berbeda

menurut letak geografi, keanekaan faktor lingkungan, pengaruh

manusia, dan sebagainya karena itu, tata kaitan antara keduanya (

rencana usaha dan rona lingkungan) tentu akan sangat bervariasi.

b. Keterbatasan sumber daya

Penyusunan ANDAL sering kali dihadapkan pada keterbatasan

sumber daya, keterbatasan waktu, dana, tenaga, metode dan

sebagainya. Kerangka acuan ANDAL memberikan ketegasan

tentang bagaimana menyesuaikan tujuan dan hasil yang ingin

dicapai dalam keterbatasaan sumber daya tersebut tanpa

mengurangi mutu pekerjaan ANDAl. Dalam kerangka acuan

ANDAL ditonjolkan upaya untuk menyusun prioritas manakah

yang harus diutamakan agar tujuan ANDAL dapat terpenuhi meski

sumber daya terbatas.

c. Efisiensi

Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL perlu

dibatasi pada faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan

kebutuhan, sehingga dengan cara ini ANDAL dapat dilakukan

secara efisien.

d. Pihak-pihak dalam penyusunan kerangka acuan ANDAL

41
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
Pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam penyusunan

kerangka acuan ANDAL adalah pemrakarsa instansi yang

bertanggung jawa dan calon penyusun studi ANDAL. Namun

dalam pelaksanaan peyusunan kerangka acuan ANDAL (proses

pelingkupan) harus senantiasa melibatkan para pakar serta

masyarakat yang berkepentingan sesuai Pasal 22 PP Nomor 51

Tahun 1993 Tentang AMDAL.

e. Pemakai hasil ANDAL dan penyusunan kerangka acuan ANDAL

Menurut Pasal 6 PP Nomor 51 Tahun 1993, Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan merupakan bagian kegiatan studi kelayakan

rencana usaha atau kegiatan. Hasil studi kelayakan ini tidak hanya

berguna untuk para perencana, tetapi yang terpenting adalah bagi

pengambil keputusan. Oleh karena itu dalam menyusun kerangka

acuan ANDAL untuk suatu ANDAL perlu dipahami, bahwa nanti

akan merupakan bagian dari studi kelayakan yang akan digunakan

oleh pengambil keputusan dan perencanaan.

f. Wawasan kerangka acuan ANDAL

Dokumen kerangka acuan ANDAL harus mencerminkan secara

jelas dan tegas wawasan lingkungan yang harus dipertimbangkan

dalam pembangunan suatu rencana usaha atau kegiatan.

g. Proses pelingkupan

Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan

lingkup permasalahan dalam mengidentifikasi dampak penting

42
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
(hipotesis) yang berkaitan dengan rencana usaha atau kegiatan.

Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam penyusunan

kerangka acuan ANDAL karena melalui proses ini dihasilkan hal-

hal sebagai berikut :

1) Dampak penting terhadap lingkungan yang dipandang relevan

untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL dengan

meniadakan hal-hal atau komponen lingkungan yang dipandang

kurang atau tidak penting untuk ditelaah;

2) Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa

pertimbangan seperti: batas proyek, batas ekologis, batas sosial,

dan batas administratif;

3) Kedalam studi ANDAL yang antara lain mencangkup metode

uang digunakan, jumlah sampel yang diukur dan tenaga ahli

yang dibutuhkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia

(Gatot, 2007 : 165-168).

5. Jenis-jenis Amdal

Apabila dilihat dari peraturan dan berbagai keputusan administratif

mengenai ke- Amdal-an, maka sistem Amdal dapat digolongkan ke dalam

beberapa jenis. Penggolongan demikian dilakukan melalui pendekatan

kajian terhadap jenis-jenis kegiatan. Jenis-jenis Amdal adalah sebagai

berikut :

a. Amdal Secara Tunggal.

43
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha/kegiatan

yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi

proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan

usaha/kegiatan. Kajian ini menghasilkan dokumen kerangka acuan

Analisis Dampak Lingkungan, rencana Pengelolaan Lingkungan

dan Rencana Pemantauan Lingkungan.

b. AMDAL Kegiatan Terpadu

Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau

kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan

hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan

kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.

c. AMDAL Kawasan

Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau

kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu

kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan satu

instansi yang bertanggung jawab.

d. AMDAL Regional

Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau

kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu

kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembagan wilayah

sesuai dengan rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan

kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.

44
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di dalam aspek teori, konsep

dan metodologi ANDAL tidak mengalami perubahan sejak tahun 1986

hingga kini, sedangkan pada tatanan prosedural sejak ditetapkannya Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan, dokumen penapis Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) tidak

diperlukan lagi.

6. Komisi penilai Amdal

Untuk menilai dokumen-dokumen ke Amdal-an, ada sebuah komisi

yang bertugas menilai dokumen, yang terdapat di tingkat pusat sebagai

komisi penilai pusat dan di tingkat daerah oleh komisi penilai daerah.

Komisi di tingkat pusat dan daerah dibentuk oleh Menteri dan Gubernur,

dan selanjutnya masing- masing komisi ini berkedudukan di Bapedal

(pusat) dan Bapedalda (bapedal daerah) (Siahaan, 2004: 250).

7. Tugas komisi penilai amdal

Komisi penilai pusat memiliki otoritas menilai Amdal bagi kegiatan-

kegiatan yang memenuhi kriteria:

a. Kegiatan yang bersifat berstrategis dan menyangkut aspek hankam

negara;

b. Kegiatan yang lokasinya meliputi lebih dari satu wilayah propinsi;

c. Kegiatan yang berlokasi di wilayah sengketa dengan negara lain;

d. Kegiatan yang berlokasi di wilayah ruang lautan;

e. Kegiatan yang berlokasi di lintas negara Indonesia dengan negara

lain.

45
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
D. Tinjauan umum tentang pencemaran lingkungan

1. Pengertian Pencemaran

Menurut Stephanus Munadjat Danusaputro pencemaran adalah suatu

keadaan, dalam mana suatu zat dan energi diintroduksikan ke dalam suatu

lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sendiri dalam

kosentrasi sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya perubahan

dalam keadaan termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak

berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan, dan

keselamatan hayati.

Menurut WHO ditetapkan empat tahapan pencemaran :

a. Pencemaran tingkat pertama

Pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia,

baik dilihat dari kadar zat pencemarannya maupun waktu

kontaknya dengan lingkungan.

b. Pencemaran tingkat kedua

Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi ringan pada

pancaindera dan alat vegetatif lainnya serta menimbulkan

gangguan pada komponen ekosistem lainnya.

c. Pencemaran tingkat ketiga

Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh

dan menyebabkan sakit yang kronis.

d. Pencemaran tingkat keempat

46
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
Pencemaran yang telah menimbulkan dan mengakibatkan

kematian dalam lingkungan karena kadar zat pencemaran terlalu

tinggi (Supardi, 1994 : 31).

2. Pengertian pencemaran lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup

oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai

peruntukannya. Perusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan

perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan/atau

hayatinya yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi lagi dalam

menunjang pembangunan yang berkelanjutan (Pasal 1 ayat (14) Undang-

undang No. 32 Tahun 2009).

Pencemaran lingkungan dan perusakan lingkungan juga megakibatkan

adanya kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan menurut Undang-

undang No 32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (17) adalah perubahan langsung

dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati

lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan.

Pencemaran lingkungan terjadi di dalam lingkungan terdapat bahan

yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang

bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga mengganggu kesehatan,

eksistensi manusia, dan aktivitas manusia serta organisme lainnya. Bahan

penyebab pencemaran tersebut disebut bahan pencemar dan polutan. Polusi

47
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang akan mengakibatkan

menurunnya kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan serta

ketenangan hidup makhluk hidup (termasuk manusia). Terjadinya atau

pencemaran lingkungan ini umumnya terjadi akibat kemajuan teknologi

dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup. Misalnya pencemaran air,

udara dan tanah akan menyebabkan merosotnya kualitas air, udara dan

tanah. Sebagai akibatnya akan terjadi banyak hal-hal yang merugikan dan

mengancam kelestarian lingkungan ( Supardi, 1994 : 28-29).

Untuk menciptakan lingkungan dalam kehidupan yang seimbang

sangat tergantung dari kegiatan manusia, sedangkan kegiatan manusia

sangat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakatnya dalam mengelola

dan membina lingkungan. Kesadaran terhadap lingkungan tidak hanya

bagaimana menciptakan suatu yang indah dan bersih saja, tetapi kewajiban

setiap manusia untuk menghormati hak-hak orang lain atau kehidupan yang

lain, juga terhadap kewajibannya. Seringkali kita jumpai tindakan orang

atau sekelompok orang (perusahaan) yang hanya mengejar kepentingannya

sendiri tanpa memperhatikan dampak dan hak orang lain. Misalkan pabrik-

pabrik dalam produksinya menggunakan api dengan cerobong ke atas,

sepintas disadari atau tidak nampaknya tidak begitu membahayakan karena

akibatnya tidak dirasakan pada saat itu ( Joko, 1999 : 16-17).

Pencemaran sebagai akibat proses pembangunan, umumnya yang

langsung merasakan adalah masyarakat di sekitar proyek, karena itu

masyararat harus dilindungi dari pengaruh buruk yang mungkin

48
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
ditimbulkan. Mengingat hal ini, maka setiap pada proyek industri selain

memperhatikan lokasi proyek yang harus memenuhi persyaratan lingkungan

untuk menjaga kelestarian, juga perlu diperhatikan pencegahan pengotoran

dalam bentuk pengaturan pembuangan zat sisa dan kotoran yang sebaik-

baiknya ( Joko, 1999 : 152).

Masalah pencemaran industri ataupun segala bentuk pencemaran

merupakan tanggung jawab kita semua, namun karena keterbatasan sarana

dan prasarana untuk menghindari pencemaran maka dalam pengendaliannya

dilakukan sistem pembagian tugas dan wewenang antara instansi-instansi

yang telibat untuk menangani pencemaran akibat kegiatan industri.

Pengendalian pencemaran industri bermakna suatu kegiatan yang

mencangkup upaya pencegahan dan/atau penanggulangan terjadinya

pencemaran industri. Departemen perindustrian yang ikut bertanggung

jawab terhadap pencemaran industri dari perusahaan industri dan lokasi

industri, dengan sasaran semua limbah industri yang dibuang dari sumber

pencemaran industri ke lingkungan bebas/umum, untuk mengupayakan agar

selalu memenuhi standar kualitas limbah yang telah ditetapkan (Joko, 1994

:44).

3. Dampak pencemaran lingkungan

Setiap pembangunan memiliki dampak yang ditimbulkan dari

pembangunan tersebut dilaksanakan adapun dampak yang ditimbullkan dari

pembangunan menyebabkan ad anya pencemaran lingkungan yang

49
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
dihasilkan dari pembangunan pencemaran lingkungan dibagi menjadi 2

yaitu :

a. Kerugian ekonomi dan sosial (economic and social in jury).

b. Gangguan sanitair (sanitary hazard) (Muhammad, 2009. 35).

Dampak ialah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat

adanya aktivitas manusia termasuk didalamnya dampak pembangunan fisik

dan non fisik. Besarnya dampak yang terjadi akibat kegiatan pembangunan

ditentukan oleh :

a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak

Suatu kegiatan umumnya mempunyai sasaran, berapa jumlah

manusia yang akan menikmati kegiatan tersebut. Suatu kegiatan

mempunyai dampak penting bila jumlah manusia yang terkena

dampak, tetapi tidak termasuk yang menikmati manfaat

kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari yang

menikmatinya. Kriteria lain ialah bila jumlah manusia yang

terkena dampak, baik yang tidak maupun yang menikmati

sasaran manfaat kegiatan jumlahnya sama atau lebih besar dari

yang terkena dampak dalam penyebaran dampak.

b. Luas wilayah penyebaran dampak

Dampak lingkungan dari suatu kegiatan menjadi penting bila

luas wilayah penyebaran dampak paling sedikit dua kali luas

wilayah kegiatan, atau bila melampaui batas wilayah

50
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
administrasi pada tingkat kabupaten diatas, atau bila penyebaran

dampak tersebut melampaui batas negara.

c. Lamanya dampak berlangsung

Dampak kegiatan menjadi penting, bila dampak tersebut

berlangsung pada seluruh tahap kegiatan, baik pada tahap

prakonstruksi maupun tahap konstruksi atau pun tahap pasca

konstruksi atau bila berlangsung minimal selama separuh dari

umur kegiatan.

d. Insentitas dampak

Insentitas dampak dihitung dengan cara mengukur berat, atau

ringannya dampak serta besarnya penyimpanan dari baku mutu

lingkungan. Dampak lingkungan bersifat penting bila

menyebabkan terjadinya perubahan toleransi lingkungan secara

drastis dalam waktu singkat dan dalam ruang yang luas sehingga

lingkungan tidak dapat pulih kembali.

e. Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak

Suatu dampak bersifat penting apabila banyak komponen

lingkungan yang terkena dampak, baik komponen sosial budaya,

komponen abiotik maupun komponen biotik.

f. Sifat komunikatif dampak

Dampak mempunyai perilaku yang berbeda-beda, yang muncul

sementara kemudian berkurang dan akhirnya menghilang.

Sebaliknya dapat pula bersifat komunikatif, suatu dampak dapat

51
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
sangat berbahaya bila bertemu dengan dampak lain, sehingga

bahaya masing-masing dampak menjadi sangat berbahaya.

Fenomena ini terjadi karena dampak-dampak tersebut bersatu

dan ditingkatkan derajat bahannya yang disebut akumulasi

sinergetik. Akumulasi dapat pula menyebabkan berkurangnya

bahaya masing-masing dampak yang disebut akumulasi

antagomistik (Supardi, 1994 :159 :160).

Dalam hal ini, udara pada lingkungan tercemar oleh zat –zat polutan

sehingga tidak bersih lagi dan merupakan gangguan bagi makhluk hidup/

manusia sekitarnya. Dengan kemajuan teknologi pada masa kini, polusi

udara telah menimbulkan banyak kekhawatiran terutama di daerah industri.

Polusi udara ini bisa terjadi karena berasal dari :

a. Kendaraan bermotor

Semua kendaraan bermotor yang memakai bensin dan solar akan

mengeluarkan gas CO, Nitrogen oksida, Blerang dioksida dan partikel-

partikel yang lain dan sisa pembakarannya. Unsur-unsur ini bila mencapai

kuatum tertentu dapat merupakan racun bagi fungsi-fungsi, darah, SO,

dan menimbulkan penyakit pada sistem pernapasan.

b. Pabrik-pabrik industri

Berbagai pabrik industri yang di antara bahan bakunya banyak

mempergunakan zat-zat kimia organik maupun anorganik. Sebagai hasil

pengelolaannya selain menghasilkan produk-produk yang berguna bagi

52
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
kepentingan hidup manusia juga dikeluarkan produk-produk yang tidak

berguna malahan dapat berupa racun. Produk-produk yang tidak berguna

ini jelas akan dibuang dan bisa merusak lingkungan, berupa gangguan

pada kehidupan dan kelestarian lingkungan bila tanpa pengendalian.

Berbagai bentuk penyakit akan timbul pada masyarakat di sekitar pabrik

atau pada para pekerja sendiri akibat masuknya zat-zat buangan ini ke

dalam tubuh (Supardi, 1994 : 32).

Dampak pencemaran juga bisa menimbulkan bau yang tidak enak dari

pembangunan tersebut, bau-bauan yang tidak enak, bisa mengganggu

suasana lingkungan yang menyebabkan seseorang tidak akan betah tinggal

lama ditempat yang menyebarkan bau. Bau yang tidak enak ini selain

mengganggu kesehatan dan kenyamanan seseorang, dapat juga dipakai

sebagai petunjuk adanya pencemaran racun-racun di udara. Bau yang tidak

enak bisa berasal dari proses pembusukan sampah, baik yang berasal dari

jasad organis/biologis maupun kimia/anorganis oleh makhluk-makhluk

pembusuk. Juga bisa yang dari hasil buangan limbah dari pabrik-pabrik

sehingga menyebabkan bau yang tidak enak ke lingkungan sekitarnya

(Supardi, 1994 :42).

Pencemaran lingkungan yang berdampak berubahnya tatanan

lingkungan karena kegiatan manusia atau oleh proses alam berakibat

lingkungan kurang atau tidak berfungsi lagi. Pencemaran berakibatkan

kualitas lingkungan menurun, akan menjadi fatal apabila tidak dapat

dimanfaatkan sebagaimana fungsi sebenarnya. Pencemaran karena limbah-

53
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017
limbah pabrik yang masih murni, belum melalui proses pengolahan Waste

Water Treatmen menyebar kewilayah bebas. Lambat laun dampaknya pada

lingkungan akan terasa hanya soal menunggu waktu saja. Dengan

menyadari bahwa setiap kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak

terhadap lingkungan hidup, maka perlu dengan perkiraan pada perencanaan

awal, sehingga dengan cara demikian dapat dipersiapkan langkah

pencegahan maupun penanggulangan dampak negatifnya dan

mengupayakan dalam bentuk pengembangan dampak posiif dari kegiatan

tersebut ( Joko, 1999 : 27).

4. Unsur-unsur Pencemaran Lingkungan

Sesuai dengan pengertian dalam Pasal 1 Undang-undang Pokok

Lingkungan Hidup Tahun 1997, maka unsur-unsur atau syarat yang mutlak

untuk disebut suatu lingkungan telah tercemar haruslah memenuhi unsur-

unsur sebagai berikut :

a. Masuk atau dimasukkannya komponen-komponen (makhluk hidup, zat

energi zat, dan lain-lain).

b. Ke dalam lingkungan atau ekosistem lingkungan.

c. Kegiatan manusia.

d. Timbul perubahan, atau menurunkan mutu yang lebih rendah hingga ke

tingkat tertentu.

e. Fungsi lingkungan menjadi berkurang atau tidak dapat berfungsi.

f. Menurut peruntukannya.

54
Analisis Mengenai Dampak…, Prido Wiji Saputro, Fakultas Hukum UMP, 2017

Anda mungkin juga menyukai