Latar Belakang
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat ditujukan untuk memberantas kemiskinan dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat pengelola hutan. Agar tujuan ini tercapai, diperlukan keterlibatan berbagai
pihak termasuk di luar sektor kehutanan untuk dapat melakukan pengembangan kelembagaan usaha,
peningkatan kualitas produk dan pemasaran hasil hutan.
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat telah menghasilkan berbagai kebijakan dan program nasional
yang mendukung peningkatan akses dan hak kelola masyarakat atas sumber daya hutan. Berbagai
bentuk pengelolaan sumber daya hutan tersebut mencakup kawasan hutan negara dan hutan hak.
Instrument penguasaan dan pengelolaan hutan negara telah digulirkan seperti Hutan Kemasyarakatan
(HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), dan Kemitraan Kehutanan. Sementara itu,
perkembangan pesat Hutan Rakyat (HR) yang termasuk hutan hak, dan Hutan Adat juga mengundang
perhatian khusus bagi pengambil kebijakan dan pegiat di lapangan, selain dinamika pengelolaan hutan
di kawasan hutan Perum Perhutani di Jawa.
Pemerintah Joko Widodo dan Jusuf Kala memperhatikan dan kemudian mencanangkan program
Perhutanan Sosial dengan target seluas 12,7 juta ha hingga tahun 2019. Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan kemudian menerbitkan Peraturan Menteri No. P.83/2016 tentang Perhutanan Sosial.
KLHK juga menerbitkan P.39/2017 tentang Ijin Pemanfaatan Hutan untuk Perhutanan Sosial yang
merespon situasi social dan lingkungan pada areal kerja Perhutani, selain mendorong penerapan
Kemitraan Kehutanan dalam P.83/2016.
Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM) sebagai lembaga multipihak yang berperan sebagai
pendorong gerakan menuju cara pandang kehutanan masyarakat di Indonesia saat ini beberapa
konsorsium atas dukungan MCAI Indonesia dan CEPF mendukung proses-proses pengembangan
kelembagaan kehutanan masyarakat melalui penyebaran informasi, pengembangan konsep, penguatan
kapasitas dan perumusan kebijakan. Dalam konsorsium Wanakita yang terdiri dari 8 lembaga [FKKM,
LATIN, LEI ,CFES, YBUL, FKKM Sumbar, WALESTRA, ICS, PKBI Sumbar] selama kurun setahun terakhir
mencoba mendorong Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML) di Kabupaten Solok
Selatan dan Pesisir Selatan – Sumatera Barat serta Kabupaten Kerinci - Jambi untuk penurunan emisi gas
rumah kaca. Salah satu aspek yang menjadi perhatian penting FKKM adalah mengembangkan metode
knowledge management sebagai produk pengetahuan bersama, dan pengembangan produk
masyarakat.
Festival Perhutanan Sosial Nasional (PeSoNa) yang diselenggarakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan dibawah kewenangan Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
menjadi wadah atau sarana untuk memperkenalkan perhutanan sosial disemua eleman di seluruh
masyarakat Indonesia dan sejauhmana penerapannya sudah dilakukan oleh kelompok masyarakat.
Melalui sarasehan yang bertema “Saatnya Rakyat Bicara” maka masyarakat berperan aktif dalam
PeSoNa dimana mereka bertukar pengalaman sehingga menjadi media yang tepat dalam
mempromosikan hasil kegiatan bersama masyarakat.
Bagi FKKM yang selama ini telah bekerja bersama dan tergabung dalam konsorsium Wanakita melalui
Sarasehan PeSona ingin mendorong pengetahuan masyarakat tentang Pengelolaan Hutan Berbasis
Masyarakat Lestari (PHBML), dan mengangkat antara lain kesuksesan PHBML yang tergabung di
WANAKITA di Solok Selatan, Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat, serta Kab. Kerinci, Provinsi Jambi.
Selain itu masyarakat peserta program WANAKITA juga dapat saling belajar khususnya untuk Kabupaten
Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan sebagai
upaya memperkuat dukungan publik atas inisiatif mendorong percepatan perhutanan sosial di
Indonesia.
Tujuan Kegiatan
1. Media Penyebaran Informasi mengenai Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari
(PHBML) di Kabupaten Solok Selatan dan Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten
Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan
sebagai upaya memperkuat dukungan publik atas inisiatif mendorong percepatan perhutanan
sosial di Indonesia.
2. Mempromosikan kesuksesan Konsorsium WANAKITA dalam mengembangkan program antara
lain dari Solok Selatan, Pesisir Selatan dan Kerinci.
3. Mendorong keterlibatan aktif peserta tsb di berbagai acara di PESONA : Sarasehan (menjadi
narasumber untuk Sesi 'Rakyat Bicara dgn Rakyat’ atau 'Success Story' atau 'Pengembangan
Usaha' atau 'Ínstrumen PS' atau 'Serba Serbi PS.
4. Memperkenalkan, dan memasarkan pengembangan Produk HHBK berbasis masyarakat melalui
ajang Pameran di PeSoNa, dll.
Output Kegiatan
Festival PeSoNa diselenggarakan pada tanggal 6-8 September 2017, bertempat di Kantor Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Gedung Manggala Wanabakti. Jl
Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Mendorong Promosi dan Penyebaran Informasi Perhutanan Sosial oleh 6 orang tim Knowledge
Management FKKM dan Konsorsium Wanakita dengan melibatkan masyarakat dari solok selatan dan
kerinci.
Aktifitas Kegiatan
b. Presentasi Poster. Selama Pameran PeSoNa berlangsung, akan ditampilkan Poster infografis
yang berisi tentang 4 lokasi dari program yang akan didorong untuk mendapatkan ijin
pengelolaan perhutanan sosial, antara lain:
- Hutan Nagari Pakan Raba Tengah
- Hutan Nagari Sako Utara Pasia Talang
- Hutan Nagari Koto Ranah
c. Distribusi Warta FKKM. Terdistribusinya 100 eksemplar Warta FKKM Edisi 1 2017 dengan
tema Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial kepada pengunjung dan peserta selama
berlangsungnya Festival PeSoNA
d. Distribusi Leaflet Program PHBML. Terdistribusinya 100 Leaflet Program Perhutan Sosial di
Kabupaten Solok Selatan, Pesisir Selatan dan Kerinci. 100 Leaflet Pengembangan Biogas
kepada Pengunjung dan peserta selama berlangsungnya Festival Pesona
e. Presentasi Visual. Pemutaran Film documenter tentang Program PHBML dan pengembangan
Produk PS.