PUSAT PENYULUHAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
TAHUN 2015 Buku Saku Penyuluh | i
ii | Buku Saku Penyuluh
Mars Penyuluh
Ref:
Bersatu padu, bergandeng tangan
Untuk tunaikan tugas kita
Halang rintangan, segala tantangan
Hadapi dengan suka cita
Karena kita menghabdi bagi ibu pertiwi
Agar rakyat sejahtera …
Tingkatkanlah semangat berkarya
Kepala Pusat,
A. Latar Belakang
Penyuluh adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberikan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan
kehutanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tugas pokok Penyuluh adalah melakukan kegiatan persiapan,
pelaksanaan, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan penyuluhan kehutanan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Penyuluh tidak hanya dituntut
untuk profesional, tetapi kariernyapun harus berkembang. Oleh
karenanya, dalam rangka pengembangan karier dan peningkatan
profesionalisme Penyuluh telah diterbitkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 27 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
dan Angka Kreditnya, yang merupakan penyempurnaan dari
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
130/KEP/M. PAN/12/2002.
Dalam menjalankan fungsinya, Penyuluh dituntut untuk
melakukan pendampingan terhadap kegiatan-kegiatan
pembangunan kehutanan.
C. Pengertian
1. Penyuluh adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan melakukan
kegiatan penyuluhan kehutanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Penyuluhan Kehutanan adalah proses pengembangan
pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok masyarakat
sasaran agar mereka tahu, mau dan mampu memahami,
melaksanakan dan mengelola usaha-usaha kehutanan
untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
sekaligus mempunyai kepedulian dan berpartisipasi aktif
dalam pelestarian hutan dan lingkungan.
3. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut
paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang
diselenggarakan secara terpadu.
4. Penyuluh Tingkat Terampil adalah pejabat fungsional
yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mem-pergunakan
prosedur dan teknik kerja tertentu.
5. Penyuluh Tingkat Ahli adalah pejabat fungsional yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu
pengetahuan, metodologi dan teknik analisis tertentu.
6. Programa Penyuluhan Kehutanan adalah rencana tertulis
yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah
dan pedoman pelaksanaan penyuluhan serta sebagai alat
C. Jenjang Jabatan
SK MENPAN NO. 130/KEP/M. PERMENPAN DAN RB NO.27
PAN/12/2002 TAHUN 2013
1. Belum ada jenjang Pelaksanaan 1. Ada Penambahan jenjang Pelaksana
Pemula dan Utama Pemula dan Utama
D. Uji Kompetensi
SK MENPAN NO. 130/KEP/M. PERMENPAN DAN RB NO.27
PAN/12/2002 TAHUN 2013
1. Belum mengatur uji kompetensi 1. Penyuluh yang akan naik jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi harus
mengikuti dan lulus uji kompetensi
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Uji
Kompetensi diatur lebih lanjut oleh
Menteri Kehutanan
K. Pengangkatan Kembali
SK MENPAN NO. 130/KEP/M. PERMENPAN DAN RB NO.27
PAN/12/2002 TAHUN 2013
Belum mengatur pengangkatan kembali 1. Pengangkatan kembali maksimal usia
setelah dibebaskan sementara karena 54 tahun untuk jenjang Pelaksana
ditugaskan penuh diluar jabatan Pemula, Pelaksana, Pelaksana
fungsional Penyuluh Lanjutan dan Pertama.
Untuk madya dan Utama usia 58
tahun
2. Untuk Penyelia dan Muda:
a. Yang sudah menduduki jabatan
sebelum Perpres BUP maksimal
usia 58
b. Yang menduduki jabatan setelah
perpres BUP maksimal usia 54
tahun
H. Pembiayaan
Institusi penyelenggara pembangunan wajib mengalokasikan
pembiayaan untuk kegiatan pendampingan.
Pembiayaan pendampingan kegiatan pembangunan
kehutanan bersumber dari:
1. anggaran pendapatan dan belanja negara;
2. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan
3. sumber lainnya melalui institusi penyelenggara
pembangunan kehutanan.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik
nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya
kecuali kayu yang berasal dari hutan.
HHBK merupakan sumber bahan pangan (alternatif), sumber
bahan obat-obatan, penghasil serat, penghasil getah-getahan
dan benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa
yang berasal dari hutan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Berdasarkan produk-produk yang dihasilkan, HHBK dapat
dikelompokkan menjadi: 1) kelompok resin; 2) minyak atsiri; 3)
minyak lemak, pati dan buah-buahan; 4) tannin, bahan pewarna
dan getah; 5) tumbuhan obat dan tanaman hias; 6) palma dan
bambu; 7) alkaloid; dan 8) hasil hewan.
Upaya pengembangan HHBK perlu dilakukan secara
berkelanjutan, maka strategi pengembangannya dengan memilih
jenis prioritas yang diunggulkan berdasarkan pada kriteria,
indikator dan standar sebagaimana tercantum dalam peraturan
perundangan yang berlaku.
Jenis-jenis HHBK unggulan yang ada di Indonesia yaitu:
Jernang
Jernang merupakan
merupakan hasil ekstraksi
hasil ekstraksi buah beberapa
buah beberapa jenisdari
jenis rotan
rotan dari kelompok Daemonorops. Jernang
kelompok Daemonorops. Jernang adalah suatu padatan yang adalah suatu
padatan yang mengkilat, bening atau kusam, rapuh, meleleh
mengkilat, bening atau kusam, rapuh, meleleh bila dipanaskan dan
bila dipanaskan dan mudah terbakar dengan mengeluarkan
mudah terbakar
asap.
dengan mengeluarkan asap.
Getah
Jernang bermanfaat
Getah Jernang sebagai
bermanfaat bahan
sebagai bakubaku
bahan baikbaik
di dunia
di
kesehatan maupun
dunia perindustrian
kesehatan sebagai berikut:
maupun perindustrian sebagai berikut:
• Bahan
• baku
Bahanobat-obatan: obat diare,
baku obat-obatan: disentri,
obat diare, pembeku
disentri, pembekudarah
karena luka,
darahsakit
karenagigi, asma,
luka, sakit sipilis dan sipilis
gigi, asma, berkhasiat aphrodisiac
dan berkhasiat
(meningkatkan libido);
aphrodisiac (meningkatkan libido);
• Bahan
• baku
Bahan baku vernis,
pewarna pewarna vernis,porselen,
keramik, keramik,marmer,
porselen,
batu,
marmer, batu, kayu, rotan,
kayu, rotan, bambu, cat dan kertas;bambu, cat dan kertas;
• Bahan
• penyamakan
Bahan penyamakan
kulit; kulit;
• Bahan baku kosmetik/lipstik dan lain-lain.
• Bahan baku kosmetik/lipstik dan lain-lain.
2. KEMIRI (Alleurites mollucanna)
2. KEMIRI
Kemiri(Alleurites mollucanna)
adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai,
sumber minyak dan rempah-rempah.
Kemiri adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai ,
sumber minyak dan rempah-rempah.
26 | Buku Saku Penyuluh
Gambar: Pohon
Gambar: dandan
Pohon buah Kemiri
buah Kemiri
Gambar:Pohon
Gambar: PohonJelutung
Jelutung
Manfaat
Manfaat daridari
jelutung antara
jelutung lain:
antara lain:
• • Kayunya
Kayunya sebagai bahan
sebagai bahanbaku
bakuindustri
industri plywood, pensil,
plywood, pensil,
mainan
mainandandanmoulding;
moulding;
• Getahnya merupakan bahan baku permen karet;
28 | Buku Saku Penyuluh
4.4. SAGU
SAGU (Metroxylon
(Metroxylon spp)
spp)
Sagu
Sagu merupakan
merupakantanaman
tanaman penghasil karbohidrat
penghasil yangyang
karbohidrat cukup
tinggi
cukup dibandingkan dengan tanaman
tinggi dibandingkan penghasil penghasil
dengan tanaman karbohidrat
lainnya.
karbohidrat lainnya.
Sagu
Sagudapat
dapattumbuh
tumbuh di daerah
di daerah dataran rendah
dataran sampai
rendah dengan
sampai
ketinggian 700 m dpi.700
dengan ketinggian Ketinggian
m dpi. tempat yangtempat
Ketinggian optimal yang
adalah
400 m dpi.
optimal Sagu400
adalah tumbuh
m dpi.diSagu
lahantumbuh
gambut,di rawa,
lahan payau
gambut,atau
rawa,sering
yang payautergenang
atau yang air,sering tergenang
dan variasi air, sagu
genetik dan divariasi
Papua
genetik sagu
merupakan di Papua
yang merupakan
terbesar di dunia. yang terbesar di dunia.
Gambar:pohon
Gambar: pohonsagu
sagu
Di wilayah
Di wilayah Indonesia
Indonesia Bagian
Bagian Timur.
Timur. sagusagu sejak
sejaklama
lama
dipergunakan sebagai makanan pokok Ol«hsebagian
dipergunakan sebagai makanan pokok Oleh sebagian
penduduknya, terutama
penduduknya, terutama didiMaluku
Malukudan Irian
dan Jaya.
Irlin Disamping
Jtya. Disamping
itu, manfaatnya yang lain adalah:
itu, manfaatnya yang lain adalah:
30 Manfaat
| Buku Saku Penyuluh
dan kapulaga adalah:
Gambar Porang
Gambar Porang
9. 9. ROTAN
ROTAN(Calamus
(Calamussp) sp)
Rotan
Rotanadalah
adalah tumbuhan
tumbuhan yang
yang tergolong Palmae seperti
tergolong Palmae seperti
Korthalsia spp, Ceratalobus spp, Daemonorops spp,
Korthalsia spp, Ceratalobus spp, Daemonorops spp,Calamus
Calamus
spp, Plectocoma spp, Cornera spp dan Ptectomiopsis spp.
spp, Plectocoma spp, Cornera spp dan Ptectomiopsis spp.
Rotan tumbuh secara alami, baik di dalam kawasan hutan
Rotan turnbuh secara alami, baik di dalam kawasan hutan
maupun di luar kawasan hutan.
maupun di iuar kawasan hutan.
Gambar.Rotan
Gambar. Rotansetelah
setelahdipanen
dipanen
Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2-5 cm,
beruas-ruas
Batang panjang, tidak
rotan biasanya berongga,
langsing dengan dan banyak2-5yang
diameter cm,
dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan
beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak tajam. Duri
yang
dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini
Saku Penyuluh | 35
berfungsi sebagai alat pertahanan diri danBuku
herbivora sekaiigus
membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan
Hutan Desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan
dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani
izin/hak.
Penyelenggaraan hutan desa dimaksudkan untuk memberikan
akses kepada masyarakat setempat melalui lembaga desa
dalam memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari.
Tujuan penyelenggaraan hutan desa adalah miningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat secara berkelanjutan.
Pelaku utama hutan desa adalah Lembaga Desa yang dalam hal
ini lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa (Perdes) secara fungsional berada dalam organisasi desa
dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa dan diarahkan
menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Prinsip utama hutan Desa
• Tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan
• Ada keterkaitan masyarakat terhadap sumber daya hutan
Kriteria kawasan hutan desa
• Hutan lindung dan hutan produksi
• Belum dibebani hak pengelolaan atau izin pemanfaatan
• Berada dalam wilayah administrasi desa yang bersangkutan
Verifikasi
HP Hutan
Desa
Verifikasi
HP Hutan
Desa
B. Standard
SVLK memiliki 2 (dua) dimensi yaitu dimensi Standar
atau Alat (tools) untuk menilai dan dimensi Sistem atau
Mekanisme yang harus diikuti.Dengan demikian SVLK
merupakan alat dan mekanisme untuk menilai/memverifikasi
legalitas kayu atau produk kayu.
1. Standar V-LK
Standar yang berlaku pada Hutan Negara meliputi 3
prinsip yang harus dipenuhi unit kelola yaitu:
a. Kepastian areal dan hak pemanfaatan,
b. Memenuhi sistem dan prosedur penebangan dan
c. Pemenuhan aspek lingkungan dan sosial (Amdal).
Sedangkan standar pada Hutan Hak hanya ada satu
prinsip yang harus dipenuhi yaitu: kepemilikan Kayu
dapat dibuktikan keabsahannya sesuai Lampiran 2.3
Pelaksanaan Verifikasi
1) Pelaksanaan V-LK oleh LV & PI terdiri dari 3 tahap yaitu
tahap pertemuan pembukaan, tahap verifikasi dokumen dan
observasi lapangan serta tahap pertemuan penutupan.
2) Tahap pertemuan pembukaan yaitu pertemuan antara LV &
PI dengan auditee, LV & PI memberikan penjelasan tentang
tujuan, ruang lingkup, jadwal, metodologi dan prosedur
verifikasi, dan hasil pertemuan dimuat dalam BAP yang
ditandatangani kedua pihak.
3) Tahap Verifikasi dokumen dan observasi lapangan
dilaksanakan selambat-lambatnya 21 hari kalender.
4) Tahap pertemuan penutupan yaitu pertemuan dalam
rangka LV & PI memaparkan hasil verifikasi dokumen dan
observasi lapangan, kepada Auditee, dan hasilnya dimuat
dalam Notulensi yang ditandatangani kedua pihak.
Re-Sertifikasi
a. Selambat-lambatnya 6 bulan sebelum berakhir masa
berlaku Serfikat-LK, maka pengurus kelompok mengajukan
permohonan re-sertifikasi kepada Lembaga Verifikasi dan
Penilai Independen.
b. Verifikasi kolektif tetap dilakukan secara random sampling
(acak) yaitu V2 dari jumlah anggota, itu berarti bahwa
terhadap anggota yang sudah diverifikasi pada tahap awal
ataupun tahap penilikan berpeluang sama untuk diverifikasi
dengan anggota yang belum diverifikasi pada tahap awal
ataupun pada tahap penilikan.
LINGKUP SVLK
1. Hutan
Negara Produk Akhir
4. Industri V-Legal
3. Industri Sekunder &
Primer Barang Jadi
Ekspor /
Lokal
2. Hutan Hak
/ Hutan Milik
Gambar Ruang Lingkup V-LK.
a. Pemberian Tanda V-Legal
Gambar Ruang Lingkup V-LK.
Berdasarkan Lampiran 6 Peraturan Menteri Kehutanan Rl
Nomor P. 38 Tahun 2009 Jo P. 68 2011, maka pedoman
a. Pemberian Tanda V-Legal
penggunaan tanda V-legal sebagai berikut:
1. Pemilik
Berdasarkan tanda V-legal
Lampiran adalah Menteri
6 Peraturan Kementerian Kehutanan
Kehutanan Rl
yang penetapannya didasarkan pada
Nomor P. 38 Tahun 2009 Jo P. 68 2011, maka pedoman SK Menteri
penggunaanKehutanan Nomor
tanda V-legal SK. 641/Menhut-ll/2011
sebagai berikut: tanggal 10
November 2011.
1. Pemilik tanda V-legal adalah Kementerian Kehutanan yang
penetapannya didasarkan pada SK Menteri Kehutanan
60 | Buku Saku Penyuluh
Nomor SK. 641/Menhut-ll/2011 tanggal 10 November 2011.
2. Kementerian Kehutanan memberikan Kuasa kepada KAN
untuk menggunakan tanda V-Legal dan sebagai pemegang
kuasa KAN dapat memberikan hak/ lisensi penggunaan
2. Kementerian Kehutanan memberikan Kuasa kepada
KAN untuk menggunakan tanda V-Legal dan sebagai
pemegang kuasa KAN dapat memberikan hak/lisensi
penggunaan tanda V-Legal kepada Lembaga Verifikasi
Legalitas Kayu (L-VLK) yang telah diakreditasi
selanjutnya L-VLK pemegang lisensi dapat memberikan
hak/sub liesensi kepada unit kelola yang telah memilik
kepada
S-PKPLunit kelola
atau S-LKyang telah memilik S-PKPL atau S-LK
3. Tanda
3. Tanda V-Legal dibubuhkan langsung
V-Legal dibubuhkan langsungpada
pada
kayukayu
atauatau
produk
produk kayu atau kemasan, dibubuhkan pada tempatyang
kayu atau kemasan, dibubuhkan pada tempat
mudah
yang dilihatdengan
mudah dilihat ukuran proposional
dengan ukuransehingga tanda V-
proposional
Legal dan Informasi pelengkap dapat dibaca
sehingga tanda V-Legal dan Informasi pelengkap dapat dengan
mudah menggunakan bahan yang tidak mudah
dibaca dengan mudah menggunakan bahan yang tidak rusak.
mudah rusak.
Pengertian KPH
Unit pengelolaan adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil
sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola
secara efisien dan lestari, yang kemudian disebut KPH, antara
lain dapat berupa Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL),
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK).
Seluruh kawasan hutan di Indonesia terbagi habis dalam wilayah
KPH. Dalam satu wilayah KPH dapat terdiri lebih dari satu fungsi
pokok hutan yang penamaannya ditentukan oleh fungsi hutan
yang luasnya dominan. KPH dikelola oleh organisasi pemerintah
yang menyelenggarakan fungsi pengelolaan hutan. KPH
berperan sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan
atau di tingkat tapak yang harus menjamin bahwa pengelolaan
hutan dilakukan secara lestari sesuai dengan fungsinya.
Gambaran
Gambaran untuk
untuk membedakan
membedakan fungsi
Gambaran untuk membedakan fungsimanajemen
fungsi manajemen dan
manajemen danfungsi
dan fungsi
fungsi
administrasi
administrasidijelaskan
dijelaskandalam
dalamGambar
Gambar1 1
administrasi dijelaskan dalam Gambar 1
KPH Model
Dalam rangka persiapan menuju Organisasi KPH yang
sesunggguhnya, telah dilakukan pengembangan KPH Persiapan
di 28 Provinsi berupa KPH Model. Berdasarkan Permenhut
No.P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH, pasal
13 ayat (4) menyatakan bahwa dalam rangka persiapan untuk
mewujudkan kelembagaan KPH, Menteri dapat menetapkan
wilayah KPH Model yang merupakan salah satu bagian dari
wilayah KPH Provinsi. Oleh karena itu pada beberapa wilayah
yang telah berkomitmen untuk mempersiapkan embrio KPH
melalui KPH Model, Menteri Kehutanan menetapkan KPH Model
tersebut. Telah ditetapkan 90 KPH model di seluruh Indonesia,
yaitu terdiri dari 60 KPHL dan KPHP dan 30 KPHK.
KADISKAB/KEP. KPHP
(Menyiapkan Pert. Teknis Kwsn)
Info areal, penutupan lahan,
BUPATI/WALIKOTA Tumpang Tindih Perizinan lain
atau Kepala KPHP Tan. Reb & Rehabilitasi, Daftar nama masy.
Calon pmg Izin diketahui oleh Camat
dan Kades sesuai KTP,
Pernyataan aksesibilitas tidak sulit
Peta Usulan 1 : 50.000
USULAN
SK RENC HTR
PENCADANGAN/ DIRJEN BUK
DIRJEN PLANHUT
TOLAK
Hasil
MENTERI verif
Menteri Kehutanan menetapkan 5 (lima) jenis tanaman hutan yang benihnya wajib
diambil dari sumber benih bersertifikat. Penetapan jenis tanaman hutan menjadi acuan
dalam penggunaan benih disetiap kegiatan :
1. Pengadaan benih;
2. Pengedaran benih; dan/atau
3. Penanaman untuk kepentingan public pada kaasan hutan/dan atau tanah Negara.
Daftar jenis tnaaman hutan dan lokasi sumber benih tercantum pada tabel di bawah ini :
91
92
5 35.10.072 Tegakan Benih Jawa Timur Banyuwangi Wongsorejo Watukebo 36,20
Terseleksi
6 35.10.073 Tegakan Benih Jawa Timur Banyuwangi Tegaldimo Kalipait 32,30
Teridentifikasi
7 35.18.093 Tegakan Benih Jawa Timur Nganjuk Gondang Balong Gobang 2,50
Teridentifikasi
8 35.22.019 Tegakan Benih Jawa Timur Bojonegoro Kasiman Batokan 0,62
Teridentifikasi
9 35.26.087 Tegakan Benih Jawa Timur Bangkalan Geger Togobang 2,50
93
94
33 73.04.018 Tegakan Benih Sulawesi Jeneponto Bangkala Barat Barana 7,00
Teridentifikasi Selatan
34 73.10.020 Tegakan Benih Sulawesi Barru Mallusetasi Nepo 2,00
Teridentifikasi Selatan
35 73.13.016 Tegakan Benih Sulawesi Wajo Gilireng Lamata 2,40
Teridentifikasi Selatan
36 73.13.018 Tegakan Benih Sulawesi Wajo Gilireng Lamata 1,00
Teridentifikasi Selatan
37 73.14.014 Tegakan Benih Sulawesi Sidanreng Kulo
Jumlah 417,45
95
96
7 18.03.007 Tegakan Benih Lampung Lampung Kalibung Tanjung Agung 1,00
Terseleksi Selatan
8 32.02.097 Tegakan Benih Jawa Barat Sukabumi Bojong Lopang Sindang Resmi 2,00
Terseleksi
9 32.05.080 Tegakan Benih Jawa Barat Garut Kadungora Harumansari 1,47
Terseleksi
10 32.05.088 Tegakan Benih Jawa Barat Cianjur Cikalong Kulon Cigunung 1,60
Terseleksi Herang
11 32.06.105 Tegakan Benih Jawa Barat Tasikmalaya Cipatujah Lebak Saat
97
98
33 53.18.003 Tegakan Benih NTT Nagekeo Aesesa Rendu Butowe 0,80
Terseleksi Selatan
34 53.18.005 Tegakan Benih NTT Nagekeo Boawae Raja 0,45
Terseleksi
35 53.18.007 Tegakan Benih NTT Nagekeo Aesesa Tengaliba, 0,45
Terseleksi Selatan Dusun Bonat,
Lokasi Padugoa
36 53.19.001 Tegakan Benih NTT Manggarai Borong Sita 0,96
Terseleksi Timur
103
12 53.17.004 Tegakan Benih NTT Sumba Barat Wawema Barat Waimangura 1,64
104
Teridentifikasi Daya
13 53.18.004 Tegakan Benih NTT Nagekeo Boawae Raja 0,26
Teridentifikasi
14 64.09.022 Tegakan Benih Kalimantan Penajam Paser Sepaku Maridan 1,08
Teridentifikasi Timur Utara
15 71.01.022 Tegakan Benih Sulawesi Utara Bolaang Lolayan Bakan 2,00
Teridentifikasi Mengondow
105
Jumlah 43,52
E2. JABON MERAH atau SAMAMA (Antocephallus macrophylla)
106
Nomor
No Sumber Kelas SB Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Luas
Benih
1 2 3 4 5 6 7 8
1 71.07.001 Tegakan Benih Sulawesi Utara Bolaang Mon- Bolangitan Nunuka 5,00
Teridentifikasi gondow Utara Timur
2 71.07.002 Tegakan Benih Sulawesi Utara Bolaang Mon- Kaidipang Inomunga 2,00
Teridentifikasi gondow Utara
b. Kebakaran
hutan karena
b. Kebakaran hutan Faktor
karena Manusia
Faktor Manusia
Pembukaan lahan dengan
Pembukaan lahanmembakar
dengan dapatmembakar dapat
dilakukandilakukan
oleh perorangan, kelompok, ataupun
oleh perorangan, kelompok, ataupun
perusahaan, karena pilihan
perusahaan, karenapembersihan lahan usaha
pilihan pembersihan lahan usaha
dengan
dengan biaya biaya
murah danmurah
praktis,dan praktis,
baika baik pada usaha
pada usaha
kebun/ladang masyarakat,
kebun/ladang masyarakat, usaha perkebunan HGU,usaha perkebunan HGU,
Transmigrasi, kesengajaan untuk
Transmigrasi, kesengajaan untuk menduduki kawasan menduduki kawasan
hutan dan hutan dan mendapatkan
mendapatkan hak tanpa ijin,hakataupun
tanpa ijin, ataupun
kesengajaan
kesengajaan lainnya. lainnya.
Api unsur
Api sebagai sebagai unsur penyulut
penyulut kebakarankebakaran
hutan danhutan dan
lahan oleh agen manusia dikelompokan dalam api dalam api
lahan oleh agen manusia dikelompokan
sebagai sebagai alatdan
alat (tools) (tools) dan api sebagai
api sebagai senjata (weapon).
senjata (weapon).
1) Api 1) Api sebagai
sebagai alat (tools)
alat (tools) dalam dalam aktivitas/kebiasaan
aktivitas/kebiasaan
perladangan berpindah (shivting
perladangan berpindah(shivting cultivation), ataupun cultivation),
ataupun konversi lahan hutan
konversi lahan hutan untuk perkebunan, juga untuk perkebunan,
pembersihanjuga lahan
pembersihan
usaha dan lahan usaha
ataupun dan ataupun
pembukaan
pembukaan lahan usaha baru,
lahan usaha baru, karena dianggap praktis dan karena dianggap
murah bahkan diyakini akan menyuburkan tanah, akan
praktis dan murah bahkan diyakini
menyuburkan tanah, tanpa mempertimbangkan
tanpa mempertimbangkan kerugian pembersihan
lahan dengan cara membakar.
110 | Buku Saku Penyuluh
D. Pola Pembangunan
Pola Pembangunan Model Desa Konservasi harus mengacu
pada :
1. Pedoman Penyusunan Master plan Pemberdayaan
Masyarakat di sekitar kawasan konservasi
2. Rencana pengelolaan kawasan dan program
pembangunan daerah setempat;
3. Ruang kelola Model Desa Konservasi merupakan desa
di sekitar kawasan konservasi yang letaknya di dalam
daerah penyangga atau desa enclave dan desa-desa
adat yang ditetapkan dengan peraturan daerah
4. Rencana program Model Desa Konservasi sudah
dikoordinasikan dengan instansi teknis terkait dan
pemerintah daerah setempat.
C. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi dilakukan melalui tahapan kegiatan:
1. Sosialisasi
Sosialisasi calon lokasi UPPK dilakukan oleh Penyuluh
yang wilayah kerjanya meliputi calon lokasi UPPK
kepada kelompok tani hutan dengan melibatkan kepala
Buku Saku Penyuluh | 121
desa dan tokoh masyarakat setempat mengenai :
a. rencana lokasi pembangunan UPPK;
b. rencana kegiatan yang akan dilakukan;
c. para pihak yang terlibat;
d. pembiayaan
2. Pemilihan calon lokasi
a. Calon lokasi pembangunan UPPK dipilih dengan
persyaratan:
1) Memiliki akses yang mudah dijangkau dan
strategis;
2) Berada di dalam atau di luar kawasan hutan;
3) Terdapat kelompok tani hutan yang
mempunyai usaha atau melaksanakan
kegiatan di bidang kehutanan;
4) Luas lahan : untuk lahan di dalam kawasan
hutan minimal 5 (lima) hektar berada dalam
satu hamparan; atau dipilih pada kawasan yang
sudah dibebani Izin Hutan Kemasyarakatan,
Hak Pengelolaan Hutan Desa, atau Izin Hutan
Tanaman Rakyat.
5) Untuk lokasi di luar kawasan hutan minimal
5 (lima) hektar dalam pengelolaan kelompok
tani hutan ; atau dipilih pada lahan milik atau
lahan adat.
3. Pengusulan dan penetapan lokasi.
a. Di dalam kawasan hutan
1) Lokasi yang berada dalam kawasan hutan yang
telah dibebani izin pemanfaatan, calon lokasi
diusulkan oleh Penyuluh kepada pemegang
122 | Buku Saku Penyuluh
IUPHKm, HPHD dan Izin HTR.
2) Penyusunan rancangan pembangunan UPPK
oleh Penyuluh dan pemegang izin
3) Rancangan pembangunan UPPK memuat
antara lain:
a) risalah dan sketsa lokasi;
b) rencana kegiatan;
c) identitas anggota kelompok tani hutan;
d) jangka waktu
e) pembiayaan.
a) Rancangan pembangunan UPPK disetujui
oleh instansi penyelenggara pembangunan
kehutanan kabupaten/kota setempat.
b. Di luar kawasan hutan
1) Calon lokasi yang berada di luar kawasan
hutan, calon lokasi diusulkan oleh Penyuluh
kepada kelompok tani hutan pemilik lahan atau
lahan adat.
2) Dalam hal usulan lokasi pembangunan UPPK
disetujui oleh kelompok tani hutan pemilik
lahan atau lahan adat, maka disusun perjanjian
kerjasama antara instansi penyelenggara
penyuluhan kehutanan kabupaten/kota dengan
ketua kelompok tani pemilik lahan atau lahan
adat.
3) Perjanjian kerjasama, memuat antara lain :
a) letak dan luas lokasi UPPK
b) jenis kegiatan
D. Rancangan
Rancangan pembangunan UPPK, setidaknya berisi :
1. Isi rancangan
Untuk menentukan keberhasilan pembangunan
UPPK diperlukan rancangan pembangunan UPPK yang
disusun oleh Penyuluh bersama dengan kelompok tani
hutan secara partisipatif dan dibahas bersama instansi
terkait meliputi kegiatan:
a. Pengumpulan data
1) Pengumpulan data dapat dilakukan secara
primer dan sekunder.
2) Data primer, meliputi antara lain luas dan
status lahan, topografi lahan, kondisi vegetatif/
penutupan lahan dan potensi sumber air.
3) Data sekunder antara lain data agroklimat, titik
koordinat, data sosial ekonomi masyarakat,
kelompok tani hutan, informasi pasar, jenis
tanah, jumlah penduduk dan kelembagaan
lainnya.
b. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan cara
mengolah data melalui tahapan rekapitulasi,
tabulasi, analisis, dan pembuatan peta lokasi
dengan skala 1 : 10.000.
E. Pelaksanaan Kegiatan
1. Penguatan kelembagaan Kelompok Tani Hutan, antara
lain :
a. Penguatan administrasi Kelompok Tani hutan
b. Peningkatan kapasitas Kelompok Tani Hutan,
yang dilakukan antara lain dalam bentuk sekolah
lapangan, pelatihan, magang, dan studi banding
c. Peningkatan kelembagaan usaha Kelompok
Tani Hutan menjadi badan usaha atau koperasi
Kelompok Tani Hutan
2. Pelaksanaan kegiatan teknis dan pengembangan
usaha, antara lain :
a. Penyediaan sarana dan prasarana produksi
b. Pengembangan usaha
c. Kemitraan dan jejaring usaha dll
F. Para Pihak
1. Pelaku
1. Penyuluh
Berperan sebagai pendamping kelompok tani
hutan dalam pelaksanaan pembangunan UPPK
sesuai dengan rancangan pembangunan UPPK
yang telah ditetapkan, bertugas memfasilitasi
pengembangan organisasi kelompok tani hutan,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, akses
informasi (modal, pasar dan teknologi) serta
membangun kemitraan.
2. Kelompok Tani
Berperan sebagai pelaksana pembangunan
UPPK, wajib mengembangkan dan memperkuat
organisasi, melaksanakan kegiatan fisik sesuai
dengan rancangan pembangunan UPPK yang
telah ditetapkan.
3. Pelaku Usaha
Berperan sebagai mitra kelompok tani hutan dan
Penyuluh dalam proses produksi, paska panen dan
akses sumber daya (modal, pasar dan teknologi.
G. Pengendalian
1. Pemantauan
Mengumpulkan data dan informasi pelaksanaan
kegiatan pembangunan UPPK secara terus menerus
atau berkala
2. Evaluasi
Melakukan penilaian terhadap hasil pelaksanaan
pemantauan pembangunan UPPK sesuai dengan
target-target yang telah ditetapkan dan mengidentifikasi
hambatan serta solusi pemecahannya. Pengendalian
pembangunan UPPK dilakukan oleh kelompok tani
hutan, instansi penyelenggara penyuluhan kehutanan
kabupaten/kota, instansi koordinasi penyuluhan
provinsi dan Badan
3. Pelaporan
B. Karakteristik KTH
1. KTH memiliki Azas :
1) kekeluargaan
2) kerjasama
3) kesetaraan
4) partisipatif
5) keswadayaan
2. KTH memiliki fungsi sebagai media :
a. pembelajaran masyarakat
b. peningkatan kapasitas anggota
c. pemecahan permasalahan
d. kerjasama dan gotong royong
e. pengembangan usaha produktif, pengolahan dan
pemasaran hasil hutan
Buku Saku Penyuluh | 131
f. peningkatan kepedulian terhadap kelestarian
hutan
3. Kegiatan KTH
a. Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
b. Hutan Kemasyarakatan (HKm)
c. Hutan Rakyat (HR)
d. Pembibitan tanaman kehutanan
e. Penanaman, pemeliharaan dan pemanenan
tanaman kehutanan
f. Agroforestry / silvopasture/ silvofishery
g. Pemanfaatan jasa lingkungan
h. Pemanfaatan kawasan hutan
i. Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar
j. Pemungutan hasil hutan bukan kayu
k. Pemanfaatan hutan mangrove dan hutan pantai
E. Klasifikasi KTH
Klasifikasi KTH digunakan sebagai dasar pembinaan
untuk peningkatan kemampuan dan kemandirian KTH,
didasarkan pada hasil penilaian kemampuan KTH dalam
melaksanakan kelola kelembagaan, kelola kawasan dan
kelola usaha, terdiri atas :
1. Kelas Pemula
2. Kelas Madya
3. Kelas Utama
Penilaian kemampuan KTH dilakukan dalam bentuk
skoring dengan menggunakan instrumen kriteria penilaian
kemampuan KTH, dengan ketentuan :
a. di bawah 350 : Kelas Pemula
b. 350 – 700 : Kelas Madya
c. di atas 700 : Kelas Utama
Penilaian kemampuan KTH, dilakukan oleh Tim Penilai
Kemampuan KTH yang dibentuk oleh instansi pelaksana
penyuluhan kehutanan kabupaten/kota. Tim Penilai
Kemampuan KTH menyampaikan hasil penilaian kepada
kepala instansi pelaksana penyuluhan kehutanan
kabupaten/kota.
Penilaian KTH dilakukan setiap tahun, berdasarkan hasil
penilaian, kepala instansi pelaksana penyuluhan kehutanan
kabupaten/kota menyampaikan usulan penetapan kelas
2. Kepengurusan 30
a. Lengkap (Ketua, Sekretaris, 30
Bendahara, Seksi-seksi
dengan uraian tugas dan
semua berjalan sesuai
fungsinya)
b. Cukup (Ketua, Sekretaris, 20
Bendahara, Seksi-seksi
dengan uraian tugas dan
semua berjalan sesuai
fungsinya)
4. Perencanaan Kegiatan 20
Kelompok (RKK)
a. Rencana Tahunan, 20
Rencana Jangka
Menengah (5 Tahun)
b. Rencana Tahunan 15
c. Rencana tidak tertulis 10
d. Belum memiliki rencana 0
kegiatan kelompok
12. Keikutsertaan 20
pengurus/anggota dalam
kegiatan peningkatan kapasitas
(pelatihan/kursus/magang)
dalam 3 tahun terakhir
a. >20% dari jumlah anggota 20
b. 10% - 20% dari jumlah 15
anggota
c. <10% dari jumlah anggota 10
d. Belum ada yang pernah 0
mengikuti pelatihan
8. Peningkatan pendapatan 40
kelompok
a. > 50% 40
b. 25% - 50% 25
c. < 25% 10
d. Belum ada 0
A. Perencanaan
1. Kriteria Lokasi
a. Diprioritaskan desa hutan yang berada di dalam dan
sekitar hutan dan belum terdapat pos penyuluhan
desa;
b. Masyarakat desa tersebut mempunyai
ketergantungan terhadap sumber daya hutan;
c. Terdapat kelompok tani hutan aktif di bidang
kehutanan;
d. Terdapat PKSM dan atau calon PKSM;
e. Terdapat penyuluh kehutanan PNS sebagai
pendamping;
f. Lokasi mudah dijangkau oleh masyarakat;
g. Perangkat desa memiliki kepedulian terhadap
pembangunan kehutanan;
h. Tersedia lahan untuk pembangunan Posluhutdes
dan percontohan pengembangan usaha
kehutanan.
B. Pelaksanaan
1. Sosialisasi
2. Penetapan organisasi dan penyusunan pengurus
Penetapan struktur organisasi dan susunan
kepengurusan Posluhutdes dituangkan dalam surat
keputusan Kepala Desa.
3. Pembangunan Sarana Prasarana Posluhutdes
4. Peresmian Posluhutdes
5. Pelaksanaan Kegiatan Posluhutdes
2. Lembaga/Instansi Pembina
a. Kepala Desa/Lurah
b. Badan Perwakilan Desa (BPD)
c. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
(LPMD)
d. Instansi penyelenggaraan penyuluhan kehutanan
daerah
e. Instansi pembangunan kehutanan daerah (UPT
pusat dan daerah, Dinas teknis terkait)
f. Lembaga non pemerintah (BUMD, BUMN,
Lembaga Pendidikan)
g. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
h. Instansi penyelenggara penyuluhan kehutanan
pusat.
A. Syarat-Syarat Pembentukan
Koperasi primer dihadiri oleh sekurang-kurangnya 20 orang;
Koperasi sekunder dibentuk dan didirikan oleh minimal 3
badan hukum koperasi; Pendiri koperasi primer adalah WNI,
cakap dan mampu melakukan perbuatan hukum; Pendiri
koperasi sekunder adalah pengurus koperasi primer yang
diberi kuasa untuk menghadiri rapat pembentukan koperasi
sekunder Usaha koperasi harus layak secara ekonomi,
dikelola secara efisien, memberikan manfaat ekonomi bagi
anggotanya; Modal sendiri harus cukup tersedia untuk
mendukung kegiatan usaha koperasi; Memiliki tenaga
terampil dan mampu untuk mengelola koperasi.
Mengajukan permohonan
Pembuatan akta
pengesahan secara tertulis
oleh notaris
kepada Pejabat berwenang
Pengesahan selambat-
PENERBITAN
lambatnya 3 bulan sejak
SK
berkas diterima lengkap
A. Prinsip
l Keswadayaan; penyelenggaraan dilakukan dengan
perlengkapannya.
l Terletak di desa yang memungkinkan tersedia fasilitas
akomodasi (masyarakat sekitar).
l Lokasi mudah dijangkau.
D. Verifikasi
l Legalitas dan kesiapan kelembagaan pengelola calon
Wanawiyata Widyakarya
l Jenis dan volume kegiatan usaha bidang kehutanan
dan aatau LH
l Kegiatan usaha unggulan yang menjadi percontohan/
magang/studi banding/kunjungan bagi masyarakat
E. Penilaian
l Tim penilai.
Penilaian calon lokasi Wanawiyata Widyakarya
dilakukan oleh Tim Penilai yang ditetapkan Kepala
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
l Dasar penilaian, antara lain :
1. Hasil penilaian dari instansi penyelenggara
penyuluhan provinsi
2. Keragaman jenis usaha unggulan
3. Pemerataan/distribusi lokasi
4. Aksesibilitas
5. Dukungan pemda setempat
6. Keberadaan penyuluh pendamping
F. Penetapan
Hasil penilaian dilaporkan kepada Kepala BP2SDM, untuk
selanjutnya mendapatkan penetapan.
pertemuan);
l Aturan kelompok belum ada dan atau belum
dijalankan;
l Manajemen kelompok (perencanaan,
pelaksanaan, monev) belum berjalan baik;
l Administrasi kelompok belum tertata rapi;
l Partisipasi anggota dalam kegiatan belum
maksimal;
berperan maksimal.
l Peningkatan kapasitas SDM pengurus dan
dengan potensi;
l Kelompok menjalankan kegiatan bidang
rehabilitasi dan konservasi SDH sedikitnya
satu kegiatan untuk masing-masing bidang;
l Dampak kegiatan kelompok terhadap
kesadaran dan kepedulian masyarakat dan
lingkungan sekitar (berdampak minimal 1 jenis
kegiatan);
l Merintis kegiatan ke arah pengelolaan hutan
bantuan pemerintah;
l Penambahan modal usaha kelompok belum
buku administrasi);
l Partisipasi anggota dalam kegiatan cukup baik
(> 50% anggota aktif);
l Susunan pengurus lengkap dan pengurus
potensi;
l Kelompok menjalankan kegiatan bidang
rehabilitasi dan konservasi SDH sedikitnya 2-3
kegiatan untuk masing-masing bidang;
l Dampak kegiatan kelompok terhadap
kesadaran dan kepedulian masyarakat dan
lingkungan sekitar (2-3 jenis kegiatan);
l Melakukan kegiatan ke arah pengelolaan
lebih);
l Sumber penambahan modal usaha: mitra
usaha;
l Penambahan jenis usaha kelompok (minimal 2
jenis);
l Cakupan pemasaran usaha cukup luas
(kabupaten/kota);
l Upaya menjalin kemitraan dengan berbagai
swadaya murni;
l Penambahan modal usaha kelompok (> 50%