Disusun oleh :
Nama : Alfian Herdi Feisal, S.K.H.
NIP : 19950714 201902 1 001
Jabatan : Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Pertama
Instansi : Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa
Tenggara Timur
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, dan hidayahNya
yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan hasil aktualisasi. Laporan hasil aktualisasi ini disusun guna memenuhi syarat
untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) lingkup Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK).
Penulisan laporan hasil aktualisasi ini dapat terlaksana dengan baik berkat
bantuan, dorongan, doa, serta bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
iii
8. Rita Widianingsih, S. Hut selaku Ketua Panitia Diklatsar CPNS KLHK Tahun
2019 beserta jajarannya atas kerja kerasnya demi terlaksana seluruh
rangkaian diklatsar CPNS KLHK tahun 2019;
9. Seluruh staf BBKSDA NTT yang telah sangat membantu penulis dalam
melaksanakan kegiatan aktualisasi serta menyusun laporan hasil aktualisasi;
10. Seluruh Widyaiswara, pelatih serta staff Pusdiklat SDM KLHK dan Yonif 315
Garuda yang telah meluangkan segenap waktu, tenaga, serta pikirannya
demi kelancaran seluruh rangkaian diklatsar CPNS KLHK tahun 2019;
11. Seluruh rekan-rekan CPNS angkatan XI dan XII atas kerja samanya dalam
melalui rangkaian diklatsar CPNS KLHK tahun 2019 serta seluruh pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis berharap semoga laporan hasil aktualisasi ini dapat
memberikan manfaat bagi setiap yang membacanya.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
1. Tupoksi Organisasi ..................................................................... 1
2. Tupoksi Pengendali Ekosistem Hutan ......................................... 2
3. Deskripsi Isu ............................................................................... 3
a) Kondisi saat ini ....................................................................... 3
b) Dampak jika tidak diselesaikan .............................................. 4
c) Dukungan teoritik .................................................................... 5
d) Rumusan isu .......................................................................... 5
B. Nilai-Nilai Organisasi ...................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................. 6
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vi
BAGIAN I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Tupoksi Organisasi
Organisasi dan tata kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) diatur dalam PermenLHK No. P.18/MenLHK-II/2015
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. KLHK dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan di
bidang pengelolaan konservasi sumber daya alam dan ekosistem dibantu
oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
(KSDAE).
Di dalam lingkup Direktorat Jenderal KSDAE sendiri kemudian
Kementerian LHK menerbitkan PermenLHK No. P.8/MenLHK/
Setjen/OTL.0/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Konservasi Sumber Daya Alam. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
KSDA merupakan unit pengelola konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dirjen
KSDAE. UPT KSDA Dipimpin oleh seorang Kepala Balai.
UPT KSDA mempunyai tugas penyelenggaraan konservasi sumber
daya alam dan ekosistemnya di cagar alam, suaka margasatwa, taman
wisata alam dan taman buru serta koordinasi teknis pengelolaan taman
hutan raya dan kawasan ekosistem esensial. Dalam melaksanakan
tugasnya, UPT KSDA menyelenggarakan fungsi :
a. Inventarisasi potensi, penataan kawasan dan penyusunan rencana
pengelolaan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan
taman buru;
b. Pelaksanaan perlindungan dan pengamanan cagar alam, suaka
margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru;
c. Pengendalian dampak kerusakan sumber daya alam hayati;
d. Pengendalian kebakaran hutan di cagar alam, suaka margasatwa,
taman wisata alam, dan taman buru;
1
e. Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa liar besera habitatnya
serta sumberdaya genetik dan pengetahuan tradisional;
f. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan;
g. Evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem dan penutupan
kawasan;
h. Penyiapan pembentukan dan operasional Kesatuan Pengelolaan
Hutan Konservasi (KPHK);
i. Penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran konservasi
sumber daya alam dan ekosistemnya;
j. Pengembangan kerjasama dan kemitraan bidang konservasi
sumberdaya alam dan ekosistemnya;
k. Pengawasan dan pengendalian peredaran tumbuhan dan satwa
liar;
l. Koordinasi teknis penetapan koridor hidupan liar;
m. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan kawasan
ekosistem esensial;
n. Pengembungan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber
daya alam dan ekosistemnya;
o. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan konservasi;
p. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga serta kehumasan.
2
b. Penangkaran/Budidaya;
c. Pembinaan habitat dan satwa liar;
d. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati;2
e. Kelembagaan Masyarakat;
f. Menyusun bahan informasi teknis;
g. Melakukan penyusunan/pengembangan draft kebijakan PEH;
h. Membuat karya tulis/karya ilmiah
i. Menerjemahkan/menyadur buku atau karya ilmiah.
3. Deskripsi Isu
Isu yang diangkat : Pengelolaan satwa di penangkaran rusa dan kandang
penampungan di BBKSDA NTT.
a) Kondisi saat ini
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara
Timur (BBKSDA NTT) merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat
Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem yang
mempunyai fungsi untuk melaksanakan pengelolaan jenis tumbuhan
dan satwa liar beserta habitatnya serta sumberdaya genetik dan
pengetahuan tradisional.
Sebagai salah satu bentuk pengelolaan satwa adalah adanya
kandang penampungan satwa pada BBKSDA NTT. Kandang satwa
tersebut berfungsi sebagai kandang untuk menampung sementara
satwa hasil serahan masyarakat atau evakuasi di lapangan sebelum
dilepasliarkan kembali ke alam. Di Provinsi NTT, kasus konflik antara
buaya dan manusia tertinggi di seluruh Indonesia, terutama selama 8
tahun terakhir sehingga sebagian besar satwa yang ada di BBKSDA
NTT terutama yang di Kota Kupang merupakan buaya muara/air asin
(Crocodylus porosus) yang mengalami konflik di masyarakat. BBKSDA
NTT di Kota Kupang sejauh ini menampung 13 ekor buaya muara, 7
ekor di kantor Balai Besar, 6 ekor di kantor Seksi Konservasi Wilayah II
(SKW II) Kupang. Selain itu, di kantor Balai Besar terdapat pula burung
Kakatua berjumlah 5 ekor (Cacatua sulphurea, C. gallerita, dan C.
goffini) serta 2 ekor burung nuri. Meskipun keberadaan satwa di
kandang penampungan sifatnya sementara, namun belum ada
3
pengelolaan satwa yang optimal di BBKSDA NTT, dan seringkali satwa
ditampung hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun karena
keterbatasan anggaran untuk melepasliarkan (terutama untuk satwa
dari luar provinsi) ataupun belum menemukan tempat yang cocok dan
masyarakat yang mau menerima dilepasliarkannya satwa konflik di
lingkungan sekitar mereka. Kondisi ini sebenarnya merupakan kondisi
umum hampir seluruh UPT KSDAE di Indonesia. Bahwa belum ada
standar operasional prosedur satwa yang baik dan berbasis pada
kesejahteraan hewan (animal welfare). Pengelolaan dalam hal ini
berada dalam lingkup perawatan, pemeriksaan, dan pengangkutan
satwa.
BBKSDA NTT juga memiliki fungsi untuk mengatur serta
mengawasi peredaran satwa liar dan dilindungi yang ada di Provinsi
NTT, salah satunya adalah penangkaran rusa. BBKSDA NTT
mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan izin penangkar serta
melakukan pengawasan pada penangkaran rusa. Namun sejauh ini
pengawasan yang dilakukan masih terbatas pada izin penangkar dan
naik turunnya populasi rusa dalam penangkaran, belum pernah
dilakukan evaluasi kesehatan rusa yang ada di penangkaran.
4
untuk mengobati (kuratif) juga untuk mencegah (preventif) suatu
penyakit.
c) Dukungan teoritik
Peningkatan mutu pengelolaan satwa yang baik akan menjawab
keresahan masyarakat maupun pihak tertentu mengenai buruknya
pengelolaan satwa di instansi milik pemerintah, sehingga dapat
mendapatkan kepercayaan dari publik kembali (Pelayan Publik).
Diharapkan pula standar operasional prosedur ini dapat menjadi acuan
bagi UPT yang lain dalam mengelola satwa ataupun oleh penangkaran
satwa terhadap satwa mereka (Whole of Government), dan apabila
standar operasional prosedur ini dapat dilaksanakan dan terdapat
output yang bermanfaat dalam lingkup BBKSDA NTT, maka dapat oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dijadikan acuan dalam
membentuk aturan yang lebih tinggi lagi dengan lingkup nasional
(Manajemen ASN).
d) Rumusan isu
Penilaian kualitas isu dilakukan dengan metode analisis APKL
yang menilai isu dengan menggunakan kategori aktual, problematika,
kekhlayakan, dan kelayakan. Isu prioritas dipilih berdasarkan skor yang
muncul paling besar setelah dilakukan analisis APKL. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan, serta diskusi dan pertimbangan oleh
mentor maka isu prioritas yang dipilih adalah isu “Pengelolaan satwa
di penangkaran rusa dan kandang penampungan di BBKSDA NTT”
dengan rumusan isu “Belum adanya SOP dalam pengelolaan satwa
(perawatan, pemeriksaan, pengangkutan) di BBKSDA NTT”.
B. Nilai-Nilai Organisasi
BBKSDA NTT tidak memiliki nilai-nilai organisasi tingkat UPT dan
menerapkan nilai-nilai yang tercantum dalam Permen LHK No.
P.64/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Kode Etik Revolusi Mental
Aparautr Sipil Negara Lingkup KLHK. Adapun nilai yang dimaksud adalah nilai
integritas, etos kerja, dan gotong royong. Nilai integritas mencakup disiplin,
5
jujur, dan ikhlas; etos kerja mencakup profesional, dan tanggung jawab; dan
gotong royong berupa kerja sama. Ketiga nilai tersebut merupakan nilai
strategis revolusi mental yang wajib ditaati dan dipedomani semua PNS,
CPNS, dan PPPK dalam lingkup KLHK.
C. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya aktualisasi ini adalah untuk menyelesaikan
permasalahan/isu yang ada dengan menerapkan nilai-nilai dasar ASN yaitu
ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi). Isu prioritas yang telah dipilih adalah isu “Pengelolaan satwa di
penangkaran rusa dan kandang penampungan di BBKSDA NTT” dengan
rumusan isu “Belum adanya SOP dalam pengelolaan satwa (perawatan,
pemeriksaan, pengangkutan) di BBKSDA NTT”, maka tujuan dari aktualisasi
ini adalah adanya SOP Pengelolaan Satwa di BBKSDA NTT, untuk mencapai
tujuan tersebut, dilakukan kegiatan-kegiatan untuk memecah permasalahan
yang ada, antara lain :
1) Mengumpulkan referensi tentang pengelolaan satwa
2) Melakukan diskusi dengan ahli mengenai mengenai manajemen
pengelolaan satwa
3) Melakukan pendataan kesehatan satwa di penangkaran rusa
4) Melakukan pendataan kesehatan satwa di kandang penampungan
di BBKSDA NTT
5) Menyusun draft SOP Pengelolaan Satwa.
6
BAGIAN II
CAPAIAN PELAKSANAAN AKTUALISASI
A. Penjelasan Perubahan
Pada kegiatan aktualisasi yang telah dirancang sebelumnya terdapat
beberapa perubahan, antara lain :
1. Adanya perubahan penyebutan istilah kandang penampungan milik
BBKSDA NTT menjadi kandang penampungan milik BBKSDA NTT karena
istilah ‘kandang penampungan’ sesuai dengan penamaannya di kantor
BBKSDA NTT.
2. Adanya perubahan fokus pada kegiatan 4 tahapan kegiatan 3 yang
awalnya melakukan pendataan kesehatan satwa di kandang BBKSDA NTT
menjadi melakukan pendataan dan pengukuran morfometri buaya di
kandang BBKSDA NTT dengan mempertimbangkan asas kebermanfaatan,
pengukuran morfometri buaya merupakan tahap dasar pengelolaan buaya
namun belum pernah dilaksanakan sebelumnya.
3. Adanya perubahan fokus pada Draft SOP Pengelolaan Satwa yang
awalnya akan dibuat secara general menjadi spesifik pada satwa buaya
dan rusa mengikuti kegiatan-kegiatan sebelumnya yang terfokus pada
satwa rusa dan buaya.
4. Adanya perubahan output pada kegiatan 5 tahapan 2 yaitu SPT Tim
Penyusunan SOP Pengelolaan Satwa menjadi Draft SK Tim Penyusunan
SOP Pengelolaan Satwa.
5. Adanya perubahan pada kegiatan 5 yang awalnya 9 tahapan kegiatan
menjadi 5 tahapan kegiatan dengan pertimbangan efisiensi waktu penulis
dan staf BBKSDA NTT karena kondisi kantor sedang fokus pada kegiatan
lain yang sifatnya nasional dan kegiatan akhir tahun lainnya
8
Pelaksanaan kegiatan ke-5 terdapat perubahan yang cukup signifikan
yaitu pengurangan dari 9 tahapan kegiatan menjadi 5 tahapan kegiatan karena
banyak kegiatan yang melibatkan staf lain sedangkan di BBKSDA NTT sedang
ada persiapan pelaksanaan acara tingkat nasional yaitu ‘Festival Menipo’ yang
menyerap sebagian besar staf di BBKSDA NTT sehingga sulit untuk
dilaksanakan. Pembentukan tim penyusunan SOP masih pada draft Sk yang
sedang ditelaah oleh Kepala Balai Besar. Sembari menunggu tanda tangan
SK, tahapan lain tetap dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan arahan mentor.
Kelengkapan capaian aktualisasi tertuang pada Lampiran 1. Matriks
Pelaksanaan Aktualisasi.
C. Manfaat
1) Individu Peserta
Manfaat yang didapat penulis selaku peserta diklat dalam kegiatan
aktualisasi adalah dapat meningkatkan kapasitas diri, dan dapat memulai
kegiatan-kegiatan yang awalnya belum tahu harus dimulai darimana, serta
meningkatkan hubungan kerja dengan orang-orang kantor karena bayak
kegiatan yang sifatnya melibatkan rekan kerja.
2) Pimpinan Langsung/Unit Kerja
Manfaat yang didapat pada pimpinan langsung/unit kerja tempat penulis
melaksanakan aktualisasi adalah banyak data baru yang sebelumnya
mungkin belum pernah digali seperti data kesehatan rusa di penangkaran
maupun data pengukuran morfometri buaya sehingga menambah
kekayaan data di tingkat unit kerja, pun membantu pimpinan langsung
dalam melihat gambaran lapangan.
3) Unit Organisasi (UPT)
Manfaat yang didapatkan oleh UPT dalam hal ini BBKSDA NTT adalah
adanya daftar draft SOP baru yang akan disahkan, karena ditingkat
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ada keharusan bagi setiap
UPT untuk membuat SOP mengenai hal administrasi maupun teknis.
4) Stakeholders
Manfaat yang didapatkan oleh stakoholder dalam hal ini adalah
penangkar rusa maupun FKH Undana adalah membuka ruang kerja sama
9
yang lebih dalam lagi guna bersama-sama meningkatkan pengelolaan
satwa di masing-masing instansi.
D. Tantangan/Hambatan
Tantangan yang dialami adalah penulis harus pintar mengatur waktu
antara tugasnya sebagai staf di BBKSDA NTT yang harus melaksanakan
tusinya dan sebagai peserta latsar yang haeus melaksanakan aktualisasinya.
Hambatan yang dialami adalah kesibukan yang dialami oleh peserta maupun
staf lain sehingga harus bisa mencari celah waktu ditengah kesibukan agar
dapat melaksanakan kegiatan aktualisasi, terutama kegiatan yang
membutuhkan kerja sama dari pihak lainnya.
10
BAGIAN III
JADWAL PELAKSANAAN AKTUALISASI
11
c) Melakukan uji coba pengisian
formulir di penangkaran rusa
d) Melaporkan kepada mentor
mengenai pendatan kesehatan
rusa
e) Melakukan revisi terhadap
formulir disesuaikan dengan
arahan mentor sekaligus evaluasi
di lapangan
4. Pendataan kesehatan satwa di
kandang penampungan di BBKSDA
NTT
a) Melakukan konsultasi dengan
mentor terkait pendataan
kesehatan satwa di kandang
BBKSDA NTT
b) Melakukan koordinasi dengan
pihak yang memiliki kewenangan
mengelola satwa di kantor
c) Melakukan pendataan kesehatan
satwa di kandang BBKSDA NTT
d) Melaporkan hasil pendataan
kesehatan satwa di BBKSDA
NTT pada mentor
5. Menyusun draft SOP Pengelolaan
Satwa
a) Melakukan konsultasi dengan
mentor mengenai pengusulan
pembentukan tim penyusunan
SOP Pengelolaan Satwa
b) Membantu pembentukan tim
penyusunan SOP Pengelolaan
Satwa
c) Mengadakan diskusi dengan tim
penyusunan SOP Pengelolaan
Satwa
d) Melakukan konsultasi dengan
mentor terkait persiapan
penyusunan draft SOP
Pengelolaan Satwa
e) Menyusun draft SOP
Pengelolaan satwa
f) Meminta masukan dari tim
12
penyusunan SOP Pengelolaan
Satwa.
g) Melaporkan hasil draft SOP
Pengelolaan Satwa kepada
mentor
h) Melakukan perbaikan draft SOP
Pengelolaan Satwa.
i) Melaporkan hasil perbaikan draft
SOP Pengelolaan Satwa kepada
mentor.
6. Membuat laporan aktualisasi
Keterangan :
Rencana aktualisasi
Realisasi aktualisasi
13
BAGIAN IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Kegiatan ke-1 : Mengumpulkan referensi tentang pengelolaan satwa.
Pada pelaksanaan kegiatannya mengaktualisasikan nila-nilai dasar PNS
yaitu etika publik, nasionalisme, akuntabilitas, dan komitmen mutu.
b) Kegiatan ke-2 : Melakukan diskusi dengan ahli mengenai mengenai
manajemen pengelolaan satwa.
Pada pelaksanaan kegiatannya mengaktualisasikan nila-nilai dasar PNS
yaituetika publik, komitmen mutu, nasionalisme, dan akuntabilitas ; serta
mengaktualisasikan kedudukan dan peran ASN yaitu whole of government.
c) Kegiatan ke-3 : Melakukan pendataan kesehatan satwa di penangkaran
rusa.
Pada pelaksanaan kegiatannya mengaktualisasikan nila-nilai dasar PNS
yaitu etika publik, akuntabilitas, Komitmen mutu, dan nasionalisme; serta
mengaktualisasikan kedudukan dan peran ASN yaitu pelayan publik, dan
manajemen ASN.
d) Kegiatan ke-4 : Melakukan pendataan kesehatan satwa di kandang
penampungan di BBKSDA NTT.
Pada pelaksanaan kegiatannya mengaktualisasikan nila-nilai dasar PNS
yaitu etika publik, nasionalisme, akuntabilitas, dan komitmen mutu; serta
mengaktualisasikan kedudukan dan peran ASN yaitu manajemen ASN.
e) Kegiatan ke-5 : Menyusun draft SOP Pengelolaan Satwa.
Pada pelaksanaan kegiatannya mengaktualisasikan nila-nilai dasar PNS
yaitu etika publik, akuntabilitas, komitmen mutu, nasionalisme, dan anti
korupsi; serta mengaktualisasikan kedudukan dan peran ASN yaitu
manajemen ASN.
B. Saran
1) Untuk panitia penyelenggara
Kegiatan latsar terlaksanana dengan baik dan tepat waktu, peserta
latsar pun dapat menangkap inti pembelajaran dari yang diberikan oleh
14
penyelenggara latsar CPNS ini. Perlu adanya pertimbangan durasi waktu
yang begitu padat sehingga terkadang peserta kelelahan dalam mengikuti
rangkaian latsar yang ada.
2) Untuk instansi
Pengelolaan satwa butuh perubahan pola pikir dari pimpinan dan
perbaikan fasilitaa terutama yang ada di BBKSDA NTT. Kandang
penampungan harusnya memiliki tujuan akhir yaitu melepasliarkan satwa di
habitat alaminya, namun seringkali sulit untuk dilakukan karena
keterbatasan anggaran dan fasilitas. Perlu adanya keseriusan dan
komitmen oleh BBKSDA NTT dalam melaksanaskan pengelolaan satwa
yang ada di BBKSDA NTT.
Agar kedepannya walau peserta latsar CPNS saat melaksanakan
kegiatan aktualisasi tidak berarti mengabaikan tusinya sebagai pegawai
namun terkadang masih perlu diberi keleluasaan waktu dan administrasi
yang berkaitan dengan aktualisasi. Peran mentor sangat membantu dalam
mencari solusi atas kendala yang ada, baiknya tetap dipertahankan dan
ditingkatkan lagi.
15
LAMPIRAN
16
Lampiran 1. Matriks Pelaksanaan Aktualisasi
Matrik Pelaksanaan Aktualisasi Peserta Pelatihan Dasar CPNS KLHK Tahun 2019
Pengelolaan satwa di penangkaran rusa dan kandang penampungan di BBKSDA NTT
Penguatan
Kontribusi Terhadap
Keterkaitan Substansi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil Tusi/Tujuan Nilai
Mata Pelatihan
Organisasi
Organisasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. Mengumpulkan 1. Melakukan Catatan konsultasi Saya telah berkonsultasi Dengan melakukan Melakukan
referensi tentang konsultasi arahan dari mentor dengan mentor secara sopan pengumpulan referensi pengumpulan
pengelolaan satwa dengan mentor dan screenshot santun (Etika Publik) dan tentang pengelolaan satwa referensi
obrolan konsultasi dengan menggunakan Bahasa maka saya telah menambah pengelolaan satwa
Indonesia yang baik dan benar pengayaan ilmu pada diri dengan menerapkan
(Nasionalisme) mengenai saya selaku staf di kantor nilai dasar
kegiatan pengumpulan sehingga mendukung fungsi
Etika Publik,
referensi. BBKSDA NTT yaitu
Nasionalisme,
Pengelolan jenis Komitmen Mutu,
2. Mengumpulkan Referensi Saya telah mengumpulkan tumbuhan dan satwa liar Akuntabilitas
referensi dari (printscreen sampul referensi dari sumber yang beserta habitatnya serta
Telah menguatkan
berbagai sumber dan sitasi sumber) jelas sehingga dapat sumberdaya genetik dan
nilai KLHK yaitu
dipertanggungjawabkan isinya pengetahuan tradisional,
(Akuntabilitas) dan pengawasan dan Integritas : jujur,
pengendalian peredaran disiplin, ikhlas;
tumbuhan dan satwa liar. Etos kerja :
tanggung jawab
dan profesional;
17
3. Menerjemahkan Terjemahan Saya telah menerjemahkan Gotong royong :
referensi bahasa referensi dari bahasa inggris ke Kerja sama
inggris ke Bahasa Bahasa Indonesia
Indonesia (Nasionalisme) agar lebih
mudah dimengerti apabila
dibaca orang lain (Komitmen
Mutu) serta menyadur dengan
menyebutkan sumbernya
(Etika Publik)
18
5. Menyerahkan Catatan hasil diskusi Saya telah menyerahkan hasil
dan dan dokumentasi rangkuman saya yang telah
mendiskusikan saya susun secara rapi (Etika
hasil rangkuman Publik) dan menggunakan
referensi kepada bahasa yang baik dan benar
mentor (Nasionalisme) dan
mendiskusikannya dengan
mentor sebagai bukti
pertanggungjawaban kegiatan
yang telah saya lakukan
(Akuntabilitas)
19
2. Melakukan diskusi 1. Melakukan Catatan konsultasi Saya telah berdiskusi dengan Dengan melakukan diskusi Melakukan diskusi
dengan ahli mengenai konsultasi arahan dari mentor, mentor dengan sopan dan dengan ahli/pakar mengenai dengan ahli/pakar
manajemen dengan mentor dokumentasi, surat santun (Etika Publik) manajemen pengelolaan mengenai
pengelolaan satwa terkait tugas aktualisasi di mengenai narasumber yang satwa maka semakin manajemen
narasumber yang Kupang, dan surat telah dipilih untuk melakukan bertambahnya ilmu serta pengelolaan satwa
telah diajak permohonan masukan konten pada kompetensi yang akan dengan menerapkan
berdiskusi bimbingan dan tanda pengelolaan satwa agar SOP mendukung fungsi BBKSDA nilai dasar
terima surat. yang telah dibuat lebih NTT yaitu
Etika Publik,
berbasis keilmuan dan
Pengelolan jenis Komitmen Mutu,
pengalaman ahli (Komitmen
tumbuhan dan satwa liar Nasionalisme,
Mutu)
beserta habitatnya serta Akuntabilitas,
sumberdaya genetik dan Whole of
pengetahuan tradisional, Government
dan pengawasan dan
2. Mengontak Screenshot obrolan Saya telah menghubungi maka telah
pengendalian peredaran
narasumber koordinasi narasumber dan mengadakan tumbuhan dan satwa liar. menguatkan nilai
janji dengan narasumber, KLHK yaitu
dalam menghubungi Integritas : jujur,
narasumber saya telah disiplin, ikhlas;
menggunakan bahasa yang Etos kerja :
sopan dan langsung pada inti tanggung jawab
pembicaraan mengenai skema dan profesional;
diskusi, tempat, dan waktu Gotong royong :
(Etika Publik) serta Kerja sama
menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar
(Nasionalisme)
20
3. Mengadakan Print out Powerpoint Saya telah bertemu dengan
pertemuan dan yang disajikan, daftar narasumber dengan tepat
diskusi dengan hadir, notulensi waktu, memakai pakaian yang
narasumber diskusi, dan pantas dan sopan dan telah
dokumentasi. aktif berdiskusi dengan
narasumber (Etika Publik).
Saya telah membuat daftar
hadir diskusi, notulensi diskusi
dan mendokumentasikan
kegiatan saya sebagai bentuk
laporan kepada atasan
(Akuntabilitas) dan saya telah
memastikan bahwa hal-hal
penting dalam diskusi telah
tercatat di dalam notulensi
(Komitmen Mutu). Berdiskusi
dengan pakar dari luar instansi
telah memunculkan hubungan
yang sehat antar instansi
(Whole of Government)
4. Melaporkan Catatan hasil diskusi Saya telah melaporkan hasil
hasil diskusi dan dokumentasi diskusi saya dengan
dengan mentor narasumber kepada mentor
agar mentor tahu
perkembangan kegiatan saya
(Akuntabilitas) secara sopan
dan santun (Etika Publik)
menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar
(Nasionalisme).
21
3. Melakukan 1. Melakukan Screenshot obrolan Saya telah berkonsultasi Dengan melakukan Melakukan
pendataan kesehatan konsultasi kosultasi, catatan dengan mentor terkait pendataan kesehatan satwa pendataan
satwa di dengan mentor hasil konsultasi dan pendataan satwa di kandang di penangkar rusa milik kesehatan satwa di
penangkaran rusa terkait pendataan dokumentasi penangkaran dengan bahasa masyarakat di sekitar penangkaran satwa
satwa di yang baik dan benar serta kawasan balai maka dapat milik masyarakat
penangkaran mendengarkan dengan baik mendukung fungsi BBKSDA yang dilakukan
rusa apabila ada arahan (Etika NTT yaitu dengan
Publik) mengaktualisasikan
Pengelolan jenis
nilai dasar
tumbuhan dan satwa liar
beserta habitatnya serta Etika Publik,
sumberdaya genetik dan Komitmen Mutu,
pengetahuan tradisional, Nasionalisme,
pengawasan dan Akuntabilitas,
pengendalian peredaran Pelayan Publik,
tumbuhan dan satwa liar, Manajemen ASN
2. Membuat alat Formulir Saya telah membuat formulir dan pemberdayaan
telah menguatkan
bantu pendataan untuk pengisian data masyarakat di dalam dan
nilai KLHK yaitu
kesehatan satwa kesehataan satwa, saya telah sekitar kawasan
(formulir) memastikan bahwa butir-butir konservasi. Integritas : jujur,
penilaian sederhana namun disiplin, ikhlas;
mencakup segala yang Etos kerja :
dibutuhkan (Etika Publik) tanggung jawab
agar data yang didapatkan dan profesional;
bermanfaat untuk kantor saya Gotong royong :
(Komitmen mutu) Kerja sama
22
3. Melakukan uji Press release, formulir Saya telah mencoba mengisi
coba pengisian yang telah diisi, surat formulir kesehatan satwa di
formulir di tugas, dan penagkaran rusa yang ada di
penangkaran dokumentasi kota Kupang, dalam melakukan
rusa pengisian formulir saya telah
menggunakan pakaian yang
sopan dan rapi sesuai dengan
status saya sebagai pegawai
pemerintah (Etika Publik),
saya juga tidak telah membeda-
bedakan pemilik penangkaran
rusa dalam rangka menjaga
persatuan di tengah
masyarakat (Nasionalisme),
saya juga telah memastikan
bahwa formulir telah diisi data
sebaik mungkin (Komitmen
Mutu). Pendataan ini juga
merupakan bentuk pelayanan
bagi pemilik penangkaran rusa
untuk memonitor kesehatan
rusanya (Pelayan Publik), dan
pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan ini sesuai dengan
gelar dan jabatan saya
(Manajemen ASN)
23
4. Melaporkan Catatan hasil Saya telah melaporkan hasil
kepada mentor melaporkan, rekap formulir kesehatan
mengenai dokumentasi, dan satwa kepada mentor sebagai
pendataan laporan pemeriksaan bentuk tanggung jawab yang
kesehatan rusa rusa di kandang telah saya lakukan
penangkaran. (Akuntabilitas)
24
4. Melakukan 1. Melakukan Catatan hasil Saya telah berkonsultasi Dengan melakukan Melakukan
pendataan kesehatan konsultasi konsultasi dan dengan mentor terkait pendataan kesehatan satwa pendataan
satwa di kandang dengan mentor dokumentasi pengisian formulir kesehatan di kandang milik BBKSDA kesehatan satwa di
penampungan di terkait pendataan satwa di kandang milik NTT maka telah mendukung kandang milik
BBKSDA NTT kesehatan satwa BBKSDA NTT dengan fungsi BBKSDA NTT yaitu BBKSDA NTT
di kandang menggunakan bahasa dengan
Pengelolan jenis
BBKSDA NTT Indonesia yang baik dan benar mengaktualisasikan
tumbuhan dan satwa liar
(Etika Publik, Nasionalisme) nilai dasar
beserta habitatnya serta
sumberdaya genetik dan Nasionalisme,
pengetahuan tradisional, Etika Publik,
dan pengawasan dan Akuntabilitas,
pengendalian peredaran Komitmen Mutu,
tumbuhan dan satwa liar. Manajemen ASN
maka telah
menguatkan nilai
KLHK yaitu
Integritas : jujur,
disiplin, ikhlas;
Etos kerja :
2. Melakukan Catatan hasil Saya telah berkonsultasi dan
tanggung jawab
konsultasi konsultasi, screenshot koordinasi dengan pegawai
dan profesional;
dengan pihak obrolan konsultasi kantor yang memiliki
Gotong royong :
yang memiliki dan koordinasi, serta kewenangan dalam mengelola
Kerja sama
kewenangan dokumentasi satwa di kantor, dalam
mengelola satwa berkoordinasi saya telah
di kantor menerapkan etiket sopan dan
.
santun menyesuaikan waktu
dan diri saya dengan kesibukan
beliau (Etika Publik)
25
3. Melakukan Formulir yang sudah Saya telah melakukan
pendataan terisi dan pendataan formulir di kandang
kesehatan satwa dokumentasi penampungan milik BBKSDA
di kandang NTT. Dalam mengisi formulir
BBKSDA NTT tersebut saya telah melakukan
kerjasama dengan pegawai lain
yang ahli dalam menangani
satwa sehingga keamanan
operator dan satwa dapat
terjaga (Akuntabilitas,
Komitmen Mutu). Pendataan
kesehatan satwa ini sesuai
dengan gelar dan jabatan saya
(Manajemen ASN)
26
5. Menyusun draft SOP 1. Melakukan Catatan hasil Saya telah berkonsultasi Dengan menyusun draft SOP Menyusun draft SOP
Pengelolaan Satwa konsultasi konsultasi dan dengan mentor mengenai Pengelolaan Satwa sebagai Pengelolaan Satwa
dengan mentor dokumentasi pembentukan tim penyusunan bahan dasar untuk untuk diterapkan di
mengenai SOP Pengelolaan Satwa dengan standardisasi pengelolaan lingkup BBKSDA
pengusulan sopan santun (Etika Publik) satwa maka telah NTT dengan
pembentukan tim mendukung fungsi BBKSDA mengaktualisasikan
penyusunan SOP NTT yaitu nilai dasar
Pengelolaan
Pengelolan jenis Etika Publik,
Satwa
tumbuhan dan satwa liar Akuntabilitasm
beserta habitatnya serta Komitmen Mutu,
sumberdaya genetik dan Nasionalisme, Anti
pengetahuan tradisional, Korupsi ,
dan pengawasan dan Manajemen ASN
2. Membantu Draft SK Tim Saya bersama dengan mentor
pengendalian peredaran
membentuk tim Penyusunan SOP membentuk tim penyusunan maka telah
tumbuhan dan satwa liar.
penyusunan SOP Pengelolaan Satwa SOP Pengelolaan Satwa sebagai menguatkan nilai
Pengelolaan bentuk kerja sama yang baik KLHK yaitu
Satwa antara staf (Akuntabilitas)
dengan pemilihan anggota tim Integritas : jujur,
berdasarkan asas disiplin, ikhlas;
profesionalisme (Komitmen Etos kerja :
Mutu). Pembentukan tim ini tanggung jawab
telah berbasis keilmuan dan dan profesional;
kompetensi para anggotanya Gotong royong :
(Manajemen ASN) Kerja sama
27
3. Menyusun draft Draft SOP Saya telah menyusun draft SOP
SOP Pengelolaan menggunakan bahasa
satwa Indonesia yang sesuai EYD
(Nasionalisme) dan format
yang mengacu pada peraturan
perundang-undangan
(Komitmen Mutu). Dalam
menyusun dan mencetak draft
SOP Pengelolaan Satwa saya
telah menggunakan fasilitas
negara secara bertanggung
jawab (Etika Publik) sehingga
negara tidak dirugikan dengan
pemakaian yang sia-sia (Anti
Korupsi)
28
5. Melaporkan Catatan hasil diskusi Saya telah menyerahkan hasil
hasil draft SOP dan dokumentasi. draft SOP kepada mentor
Pengelolaan sebagai bentuk
Satwa kepada pertanggungjawaban kegiatan
mentor yang telah saya lakukan
(Akuntabilitas)
29
30
31
32
Lampiran 3. Bukti Pengendalian Pembelajaran Aktualisasi oleh Coach
Nama Peserta : Alfian Herdi Feisal, S.K.H.
NIP : 19950714 201902 1 001
Unit Kerja : Balai Besar Konservasi Sumber Daya
Jabatan : Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Pertama
Rumusan Isu : Pengelolaan satwa di penangkaran rusa dan kandang
penampungan di BBKSDA NTT
Waktu dan
Penyelesaian Kegiatan Catatan Coaching Media
Coaching
Tahapan Kegiatan
Output Kegiatan Terhadap
Pemecahan Isu
Keterkaitan Substansi Mata
Pelatihan
Kontribusi Terhadap Tusi
Organisasi
17 November
2019 melalui
aplikasi
whatsapp
33
2) Kegiatan 2: Melakukan diskusi dengan ahli mengenai mengenai manajemen
pengelolaan satwa
Waktu dan
Penyelesaian Kegiatan Catatan Coaching Media
Coaching
Tahapan Kegiatan
Output Kegiatan Terhadap
Pemecahan Isu
Keterkaitan Substansi Mata
Pelatihan
Kontribusi Terhadap Tusi
Organisasi
17 November
2019 melalui
aplikasi
whatsapp
34
3) Kegiatan 3: Melakukan pendataan kesehatan satwa di penangkaran rusa
Waktu dan
Penyelesaian Kegiatan Catatan Coaching Media
Coaching
Tahapan Kegiatan
Output Kegiatan Terhadap
Pemecahan Isu
Keterkaitan Substansi Mata
Pelatihan
Kontribusi Terhadap Tusi
Organisasi
7 November
2019 melalui
aplikasi
whatsapp
Penguatan Nilai Organisasi
35
4) Kegiatan 4: Melakukan pendataan kesehatan satwa di kandang penampungan
di BBKSDA NTT
Waktu dan
Penyelesaian Kegiatan Catatan Coaching Media
Coaching
Tahapan Kegiatan
Output Kegiatan Terhadap
Pemecahan Isu
Keterkaitan Substansi Mata
Pelatihan
Kontribusi Terhadap Tusi
Organisasi
7 November
2019 melalui
aplikasi
whatsapp
Penguatan Nilai Organisasi
36
5) Kegiatan 5: Menyusun draft SOP Pengelolaan Satwa
Waktu dan
Penyelesaian Kegiatan Catatan Coaching Media
Coaching
Tahapan Kegiatan
Output Kegiatan Terhadap
Pemecahan Isu
Keterkaitan Substansi Mata
Pelatihan
Kontribusi Terhadap Tusi
Organisasi
17 November
2019 melalui
aplikasi
whatsapp
Penguatan Nilai Organisasi
37
Lampiran 4 : Bukti-Bukti Pendukung Kegiatan
Kegiatan 1 : Mengumpulkan referensi tentang pengelolaan satwa
1. Melakukan konsultasi dengan mentor
• Konsultasi pertama (8 Oktober 2019) – via aplikasi Whatsapp dan
telepon
Catatan :
Sedang dibuatkan SPT pelaksanaan aktualisasi yang dikoordinasikan
dengan kepala bagian TU, nantinya akan dikeluarkan untuk semua CPNS.
Sedang dicarikan dukungan anggaran oleh Balai. Laksanakan kegiatan
sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.
• Konsultasi kedua (11 Oktober 2019) – via telepon
SPT pelaksanaan aktualisasi mengikuti SPT latsar yang pertama dikeluarkan
dari Balai karena sudah mencakup off campus.
38
4. Merangkum referensi pengelolaan satwa
Terlampir
(Rangkuman)
5. Menyerahkan dan mendiskusikan hasil rangkuman referensi kepada mentor
Catatan :
Sudah baik hanya saja perlu diperhatikan untuk tanda tangan pada hasil
rangkuman, terjemahan, dan referensi harus ada tanda tangan dari
penyusun dan diketahui oleh mentor
39
DAFTAR REFERENSI YANG DIGUNAKAN
Crocodiles: Biology, Husbandry and Diseases. E.W. Huechzermeyer. 2003.
Morphometric Analysis of Crocodylus porosus from the North Coast of Arnhem Land,
Northern Australisa. Grahame J. W. Webb dan Harry Messel. 1978.
Mader’s Reptile and Amphibian Medicine and Surgery. Stephen J. Divers dan Scott J.
Stahl. 2019.
Size estimation, morphometrics, sex ratio, sexual size dimorphism, and biomass of
Crocodylus acutus in the coastal zone of Belize. Steven G. Platt, dkk. 2011.
Here be a Dragon: Exceptional Size in a Saltwater Crocodile (Crocodylus porosus)
Estimation of Total Length from Head Length of Saltwater Crocodiles (Crocodylus
porosus) in the Northern Territory, Australia. Yusuke Fukuda. 2013.
Status Survey and Conservation Action Plan: Crocodiles. James Perran Ross (IUCN).
1998.
Pembesaran dan Penangkaran Buaya Jenis Buaya Muara Crocodylus porosus dan
Buaya Air Tawar Irian Crocodylus novaeguineae, Hellen Kurniati. 2008.
Code of Practice on the humane treatment of wild and farmed australian crocodiles.
Natural Resource Management Miniaterial Council. 2009.
40
41
42
43
44
45
46
TERJEMAHAN REFERENSI
Dari Buku Crocodiles: Biology, Husbandry and Diseases (2003)
Buaya Nil dapat ditandai secara lubang hidung dapat dikaitkan pada
hitam pada kedua sisi ekornya, dan Warna putih gigi pada buaya
kemungkinan dapat juga diterapkan yang baru menetas dan buaya yang
pada jenis buaya yang lain. Ekor yang lebih tua mengindikasikan status nutrisi
tergeletak dalam posisi tegak atau kalsium buaya. Buaya yang mengalami
datar menyamping dapat defisiensi kalsium mempunyai gigi yang
mengindikasikan status kesehatan tampak seperti ‘kaca’, bersih, dan
buaya, posisi yang terakhir tembus cahaya, dan pada buaya yang
menandakan kondisi kesehatan buaya baru menetas harus diuji kekakuan dari
yang jelek, namun masih dapat tulang mereka dengan secara lembut
diragukan. Hewan selanjutnya membengkokkan moncong atas
diperiksa berdasarkan abnormalitas mereka.
yang jelas, luka, lesi kulit lainnya atau
Pada buaya yang baru menetas,
adanya dekolorasi ada kondisi mata.
mulut dapat dibuka, dengan secara
47
lembut membukanya dari bagian membengkokkan ekor pada
hidung, untuk memeriksa gingiva, lidah posisi yang berlawanan dapat
dan dua lipatan pada valva gular. membuka ruang antara tulang
chevron panjang yang menutupi
Koleksi Sampel
kanal hemal. Vena dorsal dapat
Darah dicapai pada jarak yang sama
48
• Jumlah darah yang sedikit untuk untuk selanjutnya dikeringkan kembali.
apus darah dapat didapatkan Untuk mempersiapkan spesimen apus
melalui memotong ujung kuku darah yang permanen makan perlu
buaya, ujung dari sisik atas diberi pengecatan oleh cat Giemsa.
buaya, dan ujung dari ekor
Urin
buaya.
Pada coprodeum, urin tercampur
MENDAPATKAN APUS DARAH.
dengan feses sehingga membuatnya
Sejumlah sedikit darah diteteskan pada
tidak mungkin untuk mengoleksi urin
salah satu ujung gelas objek dan ujung
yang bersih untuk pemeriksaan klinik.
dari gelas objek satunya atau kaca
Namun, urin yang bersih bisa
penutup diletakkan di atas tetesan
didapatkan untuk kepentingan
darah. Darah akan menyebar
penelitian dengan melakukan
sepanjang gelas objek, sebelum
kateterisasi pada ureter.
didorong sepanjang gelas objek
sehingga menyebar dalam bentuk yang Feses
tipis. Gelas objek dapat ditandai Feses bercampur dengan urin bisa
dengan menggunakan pensil. Sel didapatkan pada kloaka buaya yang
darah merah buaya berinti, dan inti diletakkan secara rebah dorsal. Untuk
tersebut cenderung mengaburkan sampel bakteriologikal dari feses bisa
pengecatan apus darah jika apus darah didapatkan dengan melakukan swab
tersebut terlalu tebal. Maka dari itu kloaka, untuk kemudian ditaruh pada
diperlukan kehati-hatian dalam kontainer steril (tabung), atau media
menyiapkan apus darah yang sangat transport, dan diletakkan pada
tipis. pendingin hingga diperiksa di
49
Buku Code of Practice on The Humane Treatment of Wild and Farmed
Australian Crocodiles (2009)
pada kontainer dan diberikan lapisan berbagai cara. Pipa PVC tertutup
meminimalisir cedera pada moncong. dengan ukuran buaya salah satu media
dalam peti kayu memudahkan untuk ventilasi dan perlu pencegahan dari
50
dipisahkan agar buaya yang yang memastikan rahang buaya
berdekatan tidak melukai satu sama agak terbuka.
lain dengan giginya yang menonjol di • Stop memberi makan
samping rahang. setidaknya tiga hari sebelum
dilakukan transportasi.
Buaya dengan panjang >1,5 m
• Memastikan tali sekitar tubuh
Terdapat beberapa cara untuk
terkunci, (bukan tali simpul yang
memindahkan buaya dengan ukuran
dapat mencekik buaya), juga
besar, dan cara tersebut berdasarkan
memsatikan sirkulasi darah
ukuran buaya, pergerakan buaya (area
serta nafas tidak terganggu.
sempit atau lebar), logistik yang
• Mengikat buaya pada papan
tersedia, dan jarak dan/atau waktu
untuk mencegah kesulitan yang
transit buaya di perjalanan. Kunci
tidak perlu selama transportasi,
keberhasilan selama transportasi
dan agar buaya dapat dibawa
adalah untuk mencegah kesulitan yang
dengan lebih mudah masuk atau
tidak perlu, mencegah resiko muntah
turun kendaraan, pesawat, dll,
dan tersedak, mengurangi stimulasi
atau ke dalam kandang.
visual, pendengaran, dan mekanik
• Meminimalisir syok dan
selama transportasi, mencegah
guncangan selama transportasi.
kemungkinan orang yang menangani
• Meminimalisir stimulasi visual
terluka melalui gigitan, dan
dengan menutup mata buaya
memastikan buaya tidak mengalami
atau menjaga buaya pada
kepanasan yang berlebihan, dingin
kontainer yang gelap.
yang berlebihan atau dehidrasi. Maka
• Jika kesulitan yang berlebihan
dari itu perlu diperhatikan:
belum terjadi, imobilisasi kimia
• Memastikan bahwa kepala tidak dapat dipertimbangkan.
lebih rendah dari tubuh sehingga • Secara teratur berikan buaya
cairan regurgitasi dapat masuk dengan air selama transportasi.
kembali ke dalam esofagus • Lindungi buaya dari kepanasan
daripada menggenang pada atau kedinginan yang
bukaan glottis, dan/atau berlebihan.
memakai tali yang tebal,
Buaya yang besar dapat
potongan pipa, atau material lain
ditransportasikan dalam peti yanf
51
sengaja dibangun berventilasi (dengan
ujung yang dapat dilepas/diangkat).
Buaya yang akan dirilis sesegera
mungkin setelah diangkut tidak perlu
diikat kaki dan moncongnya sehingga
buaya tidak kesulitan untuk melawan
ikatan selama perjalanan. Namun,
kehati-hatian harus dilakukan untuk
memastikan buaya tidak memiliki ruang
yang cukup di dalam kotak untuk
membalikkan badam, kebanyakan luka
atau kematian terjadi ketika buaya
tersangkut di kotak. Pada jalanan yang
kasar, peti transportasi harus
diletakkan pada material untuk
meredakan vibrasi dan syok akibat
benda tajam dalam kotak (contohnya
matras yang dilapisi kanvas). Ini juga
menyekat peti dengan panas dari
kendaraan (jika sesuai).
52
Buku Guidelines for the Transport of Farmed Deer (2004)
53
menurunkan. Tenang, percaya diri, Pembagian dalam kurungan
penanganan yang kompeten sebaiknya padat dan sebaiknya pada
dibutuhkan. Rusa harus dinaikkan dan ketinggian yang cukup tinggi untuk
diturunkan secara perlahan dan tenang mencegah rusa loncat melewatinya.
pada satu kurungan pada satu waktu,
Rusa yang bising dipisahkan
tanpa menggunakan tongkat atau
atau dikurung tersendiri.
penghalau. Hal yang penting adalah
rusa perlu didampingi perjalanannya Anak rusa dalam usia yang
ruang yang cukup untuk berbaring, mendapatkan ruang yang cukup untuk
54
55
RANGKUMAN REFERENSI
56
d. Tempat yang teduh dan hangat serta terjangkau sinar matahari jika memang
diperlukan;
e. Ketersediaan lorong bawah tanah yang sesuai bagi satwa yang suka menggali
tanah;
f. Ketersediaan pohon, fasilitas untuk memanjat dan bahan lainnya yang
memungkinkan penggunaan ruang vertikal bagi hewan yang suka memanjat
atau terbang; dan
g. Ketersediaan kualitas air sesuai dengan kebutuhan satwa.
Pasal 9.
Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit antara lain:
a. Ketersediaan ruang yang cukup;
b. Ketersediaan sarana untuk hidup sosial berkelompok satwa, guna mencegah
konflik antar satwa;
c. Sanitasi yang sesuai;
d. Makanan yang cukup;
e. Perawatan kesehatan dari dokter hewan dan paramedik untuk mencegah,
mengobati luka dan penyakit yang diderita oleh satwa;
Pasal 10.
Bebas dari rasa takut dan tertekan disebabkan oleh:
a. Luka fisik dan intimidasi dari satwa yang hidup dalam kelompok sosial yang
berlebihan atau tidak normal;
b. Ancaman predator (pemangsa) dari luar dan penyakit;
c. Kurangnya perhatian pengelola satwa terhadap frustasi dan kebosanan;
d. Masalah kegaduhan dan kebisingan; dan
e. Penciuman dan rangsangan penglihatan.
57
Pasal 16
Tempat tinggal satwa dan kelengkapannya harus dirancang sesuai dengan kebutuhan
biologis, fisik dan perilaku satwa, sehingga dapat membuat satwa merasa nyaman
dan aman. Tempat tinggal satwa harus memerhatikan:
a. Persyaratan tempat tinggal satwa;
b. Luas tempat tinggal;
c. Bahan/materi tempat tinggal;
d. Kenyamanan tempat tinggal dan kebutuhan dasar satwa;
e. Peralatan tempat tinggal, kurungan, akuarium, kolam; dan
f. Pencegahan stres atau penganiayaan satwa.
Pasal 17.
Persyaratan tempat tinggal satwa harus cukup luas untuk melakukan kegiatan rutin
satwa agar dapat menunjang kesejahteraan sesuai jenisnya, dan harus memerhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Terhindar dari dominasi individu tertentu dalam suatu kelompok satwa;
b. Terhindar dari resiko yang persisten dan konflik yang tidak dapat diselesaikan
antara anggota kelompok satwa atau antara
Pakan rusa
Penyediaan pakan pada sistem penangkaran rusa yang ekstensif ini dilakukan
secara alamiah melalui perbaikan habitat. Lokasi semacam ini akan membuat rusa
berperilaku sebagaimana satwa liar, sehingga cocok sebagai satwa buru. Contoh
beberapa jenis rumput yang disukai oleh rusa timor. Andropogon contortus, Eragrostis
bahiensis, Andropogon fastigiatus, Desmodium capitulum, Micrilaena stipoides,
Paspalum scrobiculatum, Eragrostis uniloides, Remirea maritama, Pollinia fulva,
Indigofera glanddulosa, Mollugo petaphyla, Euphorbia reniformis, Botriochloa globa,
Setaria adhaerens, dan Choris barbata.
Rusa adalah hewan yang rentan terhadap cekaman, kematian dapat terjadi
akibat prosedur penanganan yang menimbulkan trauma dan cekaman yang
menyebabkan perubahan pathologi pada alat dalam dan otot yang oleh para ahli
disebut dengan enteropathy dan capture myopathy, Cekaman yang dimaksud pada
keadaan ini adalah suatu perubahan dimana kemampuan tubuh untuk mengatur
keseimbangan (homeostatik) terganggu, akibatnya mekanisme fisiologi yang
mengatur keseimbangan tidak berfungsi. Gangguan keseimbangan pada rusa
58
disebabkan oleh cekaman primer, cekaman sekunder, dan akibat keracunan
obat/toksik.
1. Cekaman primer yaitu stres yang disebabkan oleh rasa ketakutan dan/atau
kesakitan bila berlanjut sehingga rusa dapat mengalami pembesaran pembuluh
darah (vasodilatasi) yang dapat mengurangi efektivitas volume darah yang
beredar dan bila berlangsung lama dapat mengakibatkan hipertermi. Apabila rusa
sudah mengalami cekaman atau penanganan rusa berlangsung lebih dari 5
hingga 10 menit maka sebaiknya rusa dilepas pada tempat yang luas dan jauh
dari keramaian dan digabungkan dengan rusa-rusa yang lain. Apabila hal ini tidak
dilakukan maka rusa dapat mengalami kematian akibat cekaman primer ini.
2. Cekaman sekunder adalah cekaman yang disebabkan oleh trauma, pendarahan,
kehilangan darah dalam jumlah besar yang disebabkan oleh perkelahian antar
rusa jantan. Kematian dapat terjadi tergantung dari berat ringannya trauma atau
banyak sedikitnya perdarahan.
3. Cekaman toksik adalah cekaman yang disebabkan oleh obat seperti obat anastesi
yang dapat menekan pernapasan dan menurunkan tekanan darah apabila dosis
berlebihan. Biasanya efek toksin ini terjadi apabila pendugaan berat badan rusa
dan penentuan dosis, terutama pada rusa yang ketakutan dan kelelahan.
Cekaman toksik ini terjadi pada saat pemberian obat bius, rusa yang tercekam
akan melawan dan berusaha untuk tetap berdiri tegak, sebagian rusa berhasil
melawan. Pada keadaan seakan-akan obat bius tidak berfungsi atau dosisnya
kurang, tetapi apabila dosisnya ditambah akan mengalami overdosis.
59
tanpa diberi perlakuan berkali-kali. Melatih rusa secara berulang-ulang akan
menjadikan kegiatan tersebut kebiasaan bagi mereka, dan dengan ini resiko
cekaman akan berkurang. Metode ini akan mengedepankan melatih rusa yaitu
dengan membiasakan dan melakukannya berkali-kali. Melatih rusa pada cekaman
yang ringan, yang berlangsung berulang-ulang, diikuti dengan cekaman yang lebih
berat secara berulang-ulang, dapat menstimulasi rusa beradaptasi pada stressor
tersebut. Bila tanpa membiasakan, rusa akan mendapat cekaman berlangsung lama
dan terus menerus, bisa saja tidak menimbulkan efek langsung tetapi rusa menjadi
lemah dan rentan terhadap infeksi penyakit endemik yang ada di sekelilingnya.
♦♦♦♦
Kandang karantina diperuntukkan bagi anakan buaya yang baru datang dari
alam. Anakan yang baru datang dari alam biasanya dalam kondisi stress. Anakan
yang baru datang dan dalam kondisi stress biasanya membawa enyakit yang dapat
menular pada individu buaya lainnya yang dalam kondisi sehat di kandang. Penyakit
yang biasa dibawa adalah infeksi jamur dan bakteri. Yang harus diperhatikan dalam
kandang karantina adalah:
60
Kandang isolasi mempunyai fungsi untuk pengobatan dan penyembuhan
penyakit buaya sakit. Penyakit yang umum dijumpai adalah infeksi yang disebabkan
oleh jamur dan bakteri, infefksi dapat terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Selain
penyakit, luka-luka pada tubuh buaya akibat perkelahian dapat menyebabkan infeksi
pada kuit. Yang perlu diperhatikan dalam kandang isolasi adalah:
1. Kepadatan buaya sakit: untuk individu ukuran panjang total tubuh 1-1,5
meter, 1 kandang hanya diperuntukkan untuk satu individu. Banyaknya
buaya dalam satu kandang isolasi tergantung pada besarnya buaya dan
jenis penyakitnya. Individu dengan macam penyakit sama dan pengobatan
sama dapat disatukan dalam 1 kandang isolasi.
2. Bentuk kolam: Kolam dengan bagian tepi landai pada salah satu sisi kolam
untuk mempermudah penangkapan dan pemeriksaan buaya.
Kebersihan air dan kandang: Air dan dasar kolam pada kandang isolasi harus selalu
bersih untuk mempercepat penyembuhan buaya sakit.
61
1. Penyakit infeksi;
2. Penyakit karena kekurangan nutrisi penting pada makanan (malnutrisi);
3. Penykait karena lingkungan tidak sesuai.
Penyakit infeksi umumnya disebabkan oleh parasit dan mikroba. Buaya yang
terserang penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi harus segera diisolasi di
kandang isolasi.
Jamur umrumnya menyerang kulit, jaringan mukosa kulit, liver dan paru-paru..
Gejala infeksi jamur pada kulit atau jaringan mukosa (mata, anus, mulut) dapat terlihat
apabila pada kulit terdapat bulatan-bulatan putih. Penyakit yang menyerang pada
buaya di kandang penangkaran adalah penyakit jamur kulit. Jamur kulit merupakan
penyakit yang menular, menyebabkan kerusakan pada kulit buaya sehingga merusak
dalam artian kualitas kulit buaya yang akan dikomersialkan. Biasanya jamur ini
disebabkan oleh air kolam yang kotor dan kurang bersihnya pembersihan kandang,
dan pakan yang terlalu banyak mengandung lemak, hingga rendahnya suhu air kolam
62
di bawah 24oC. Apabila dibiarkan, jamur itu akan masuk semakin jauh ke dalam
jaringan kulit dan membentuk borok. Pengobatan untuk penyakit jamur kulit sendiri
dapat menggunakan potassium permanganat pada air kolam dan copper sulphate
dalam air yang bertujuan untuk mengangkut fungi pada dasar kolam sebelum
diberikan air baru, pengobatannya dapat menggunakan bakterisidal dan fungisidal
spektrum luas.
63
diberikan oral atau injeksi untuk sehari sekali selama dua hari. Mebendazole dengan
dosis 20-25 mg/kg berat badan diberikan secara oral untuk sehari sekali selama dua
hari. Pengobatan untuk pentastomiasis belum ada yang efektif, perlakuan dengan
mendinginkan makanan pada suhu 10oC selama 72 jam sebelum diberikan kepada
buaya merupakan tindakan yang dapat menurunkan jumlah kasus.
64
65
Kegiatan 2 : Melakukan diskusi dengan ahli mengenai manajemen pengelolaan
satwa
1. Melakukan konsultasi dengan mentor terkait narasumber yang akan diajak
berdiskusi
Catatan :
Kegiatan akan bersifat formal/resmi (bersurat dari instansi), nantinya surat
akan berbunyi untuk meminta pendampingan dari Universitas Nusa Cendana
(Undana) terkait penyusunan SOP Pengelolaan satwa. Kegiatan sebaiknya
dilakukan dengan personil BBKSDA NTT yang datang ke Undana. Buat surat
permohonan pendampingan ke Undana, setelah itu baru dibuat surat tugas.
Membuat surat tugas selama di Kupang dalam rangka pelaksanaan
aktualisasi.
Terlampir
(Surat Tugas aktualisasi di Kupang)
Terlampir
(Surat permohonan bimbingan dan tanda terima surat)
66
2. Mengontak narasumber
• Kontak pertama (11 Oktober 2019) – Via aplikasi line
Catatan :
Konsultasi akan berbentuk formal atau informal, jika formal dapat
bertemu dengan plt Dekan Fakultas Kedokteran Hewan sekaligus
Wakil Rektor 1 Undana. Ada usulan untuk mengundang narasumber
ke BBKSDA NTT untuk melihat dan menilai secara langsung kandang
di BBKSDA NTT dengan output berupa rekomendasi-rekomendasi.
67
• Kontak kedua (7 November 2019) – Via aplikasi line
Catatan :
Konsultasi akan dilaksanakan tanggal 15 November 2019 di Fakultas
Kedokteran Hewan Undana mengikuti jadwal dari narasumber.
• Kontak ketiga (13 November 2019) – Via aplikasi line
Catatan :
Diskusi akan dilaksanakan pada tanggal 15 November 2019 pukul
09.00 WITA.
68
3. Mengadakan pertemuan dan diskusi dengan narasumber
Terlampir
(Print out Powerpoint yang disajikan, daftar hadir, notulensi diskusi (pada
halaman 151))
69
4. Melaporkan hasil diskusi dengan mentor
Catatan :
Karena sambutan yang positif dari Undana, kerja sama dapat ditindaklanjuti
untuk ke depannya.
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
Kegiatan 3 : Melakukan pendataan kesehatan satwa di penangkaran rusa
1. Melakukan konsultasi dengan mentor terkait pendataan satwa di
penangkaran rusa
• Konsultasi pertama (13 Oktober 2019) – via aplikasi Whatsapp
Catatan :
Lakukan kegiatan dengan menyesuaikan waktu di lapangan, walau
kegiatan 1 belum selesai, tidak apa-apa lanjut ke kegiatan 2.
81
2. Membuat alat pendataan satwa (formulir)
Terlampir
(Formulir pemeriksaan kesehatan satwa)
3. Melakukan uji coba pengisian formulir di penangkaran rusa
82
Penangkaran rusa di Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang
83
Penangkaran rusa di TNI AU El Tari Kupang
84
Penangkaran rusa milik Yulius Lau
85
Penangkaran rusa di Balai Litbang KLHK Kupang
Terlampir
(Surat tugas, formulir yang telah diisi)
86
4. Melaporkan kepada mentor mengenai pendataan kesehatan rusa
Catatan :
Sudah baik, berikan perubahan sesuai dengan apa yang didapat ke
lapangan.
Terlampir
(Laporan pemeriksaan kesehatan rusa di kandang penangkaran)
87
5. Melakukan revisi terhadap formulir disesuaikan dengan arahan mentor
sekaligus evaluasi di lapangan
Catatan :
Jangan lupa beri penjelas untuk setiap kategori pemeriksaan formulir dapat
dipergunakan untuk semua pegawai yang bertugas walaupun bukan dokter
hewan.
Terlampir
(Formulir pemeriksaan kesehatan satwa yang sudah direvisi)
88
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupang 85228 (0380) 832211
Tanggal : ………………………………………….
No Nama/ Spesies Jenis Umur Ekspresi Pernapasan Kulit Feses Nafsu Aktivitas Respon BCS Diagnosis Ket.
Kode Kelamin Muka Makan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
89
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupang 85228 (0380) 832211
Nama : ……………………………………………………………………………………………
Bulan : ……………………………………………………………………………………………
No Ekspresi Pernapasan Kulit Feses Nafsu Aktivitas Respon BCS Diagnosis Tanggal Ket.
Muka Makan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
90
91
92
93
94
95
96
LAPORAN HASIL KEGIATAN
I. PELAKSANAAN
Dasar Pelaksanaan : ST.602/K.5/TU/PEG/KSA/10/2019
Tempat : Penangkaran Rusa Timor di Kota Kupang
Hari/tanggal : Selasa-Jumat/15 Oktober-22 Oktober 2019
Kegiatan : Pemeriksaan kesehatan rusa timor pada penangkaran
rusa timor di Kota Kupang
II. PELAKSANAAN
1. Alfian Herdi Feisal, S.K.H/NIP. 19950714 201902 1 001
2. Irvan Stefanus Taraama, S.P./NIP. 19881014 201902 1 001
III. PENDAHULUAN
Rusa timor adalah rusa asli Indonesia yang lebih kecil dari rusa sambar.
Klasifikasi rusa timor sebagai berikut: Famili: Cervidae, Genus: Cervus, Spesies:
Cervus timorensis. Di Indonesia terdapat enam subspesies rusa timor yang diberi
nama subspesies sesuai dengan nama daerah asalnya, untuk yang berasal dari
Provinsi NTT terdapat dua subspesies yaitu: Cervus timorensis timorensis (Pulau
Timor), dan C. timorensis floresiensis (Pulau Flores) (Dradjat, 2014). Dalam
perkembangan terbaru, genus rusa timor berkembang menjadi Rusa sehingga
nama latin untuk rusa timor adalah Rusa timorensis.
Rusa timor berasal dari Pulau Jawa, Lombok, Sumbawa, pulau-pulau di Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi. Rusa timor di habitatnya bersifat nokturnal, yaitu
aktif di malam hari. Rusa timor tidak mempunyai musim kawin dan melahirkan
anak kapan saja dalam satu tahun (Dradjat, 2014). Rusa timor merupakan satwa
yang dilindungi oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservesi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya jo PP No. 7 Tahun 1990 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Berdasarkan CITES, rusa timor
termasuk kategori Appendix I. Keberadaannya harus dijaga dan tidak dibenarkan
melakukan perburuan apalagi memperjualbelikan dagingnya. Satwa yang telah
masuk kategori Appendix I CITES pemanfaatannya hanya bisa dari hasil
penangkaran (F2) (BBKSDA NTT, 2015).
IV. PELAKSANAAN
Pada tanggal 15 – 22 Oktober 2019 telah diadakan kegiatan pemeriksaan
kesehatan rusa timor pada penangkaran rusa timor yang ada di Kota Kupang.
Tujuan dari pemeriksaan rusa adalah untuk mengontrol kesehatan rusa sebagai
97
salah satu satwa yang dilindungi undang-undang, menerapkan prinsip
kesejahteraan hewan (animal welfare) serta sebagai tindakan preventif dari
adanya kemungkinan penyakit menular/wabah yang dapat menyerang populasi
rusa. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh tenaga dokter hewan (Alfian Herdi
Feisal, S.K.H.) yang ada di BBKSDA NTT. Penangkaran yang didatangi berjumlah
7 penangkar, antara lain:
1) Bapak Kurniawan;
2) Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang;
3) Pangkalan TNI Angkatan Udara El Tari;
4) Bapak Yulius Lau;
5) Bapak Ali Amran; dan
6) Balai Penelitian dan Pengembangan KLHK Kupang.
Kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan dan pendataan kesehatan rusa
yang ada pada penangkaran rusa timor di Kota Kupang. Kegiatan ini dilakukan
bersamaan dengan kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Seksi
Pemanfaatan dan Pelayanan (P2) serta Seksi Konservasi Wilayah II (SKW II)
BBKSDA NTT yang membawahi wilayah di sekitar Kota Kupang.
Pemeriksaan kesehatan rusa yang dilaksanakan dibatasi pada pemeriksaan
yang dapat dilakukan melalui pendekatan observasi (mengamati) bukan
pemeriksaan secara kontak fisik dikarenakan tidak semua rusa timor di
penangkaran jinak, namun kebanyakan masih memiliki sifat liarnya. Adapun rusa
timor jantan dewasa ketika pada masa kawin atau ranggah utuh berbahaya untuk
didekati. Tidak adanya kandang jepit pada penangkaran juga menyulitkan dalam
proses restrain rusa timor. Pemeriksaan kesehatan rusa yang dilakukan adalah
pemeriksaan ekspresi muka, pernapasan, kulit, feses (kotoran), nafsu makan,
aktivitas, respon, BCS (skor kondisi tubuh), dan diagnosis.
Pemeriksaan kesehatan rusa juga dimaksudkan untuk uji coba formulir di
lapangan. Formulir berbentuk tabel tabulasi yang berisi kategori pemeriksaan dan
diisi dengan menggunakan variabel-variabel yang telah ditentukan (untuk lebih
jelasnya lihat Lampiran).
98
Jumlah rusa yang diperiksa berjumlah 72 ekor, dengan rincian dapat dilihat
pada Tabel 1.
99
Tabel 5. Hasil pemeriksaan kesehatan (feses) rusa.
No. Penangkar Pemeriksaan feses
1 2 3 4
1. PK - - - 23
2. BBPPK - - - 14
3. AURI - - - 5
4. Yulius L - - - 6
5. AI - - - 2
6. Litbang - - - 22
100
Tabel 9. Hasil pemeriksaan kesehatan (BCS) rusa.
No. Penangkar Pemeriksaan BCS
1 2 3 4 5
1. PK - - 23 - -
2. BBPPK - - 14 - -
3. AURI - - 4 - -
4. Yulius L - - 5 1 -
5. AI - - 1 1 -
6. Litbang - - 22 - -
101
Secara umum, hampir seluruh rusa di penangkaran rusa didagnosa sehat,
hanya ada satu ekor yang mengalami alopesia (kerontokan rambut) yang cukup
parah, yaitu rusa pada BBPPK.
V. KESIMPULAN
1. Rusa pada penangkaran rusa di Kota Kupang tergolong dalam keadaan
sehat, kecuali satu ekor mengalami alopesia (kerontokan rambut) yang cukup
parah;
2. Kondisi ekspresi muka, pernafasan, feses (kotoran), dan aktivitas rusa pada
penangkaran rusa di Kota Kupang tergolong normal/tidak ada kelainan;
3. Nafsu makan rusa di penangkaran rusa di Kota Kupang tergolong normal
dengan pakan yang diberikan selalu habis atau sisa 25% dari pemberian awal;
4. 69,5% rusa pada penangkaran rusa di Kota Kupang mengalami kerontokan
rambut;
5. 81,9% rusa pada penangkaran rusa di Kota Kupang masih memiliki sifat liar
(menjauh apabila didekati);
6. 97,2% rusa pada penangkaran rusa di Kota Kupang memiliki kondisi tubuh
yang normal (tidak terlalu gemuk atau kurus).
VI. SARAN
Musim kemarau/panas di Kota Kupang seringkali membuat rusa mengalami
kerontokan rambut yang berlebihan maka dari itu perlu adanya manajemen rusa
dalam hal kesediaan air minum/air untuk berendam dan tempat berteduh rusa di
kandang penangkaran.
Pemeriksaan kesehatan rusa perlu dilakukan secara rutin (minimal 3 bulan
sekali) oleh tenaga medis dokter hewan karena termasuk di dalam rangka
pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati dan memenuhi prinsip
kesejahteraan hewan.
Uji coba formulir sudah cukup efektif dalam mengumpulkan informasi
mengenai kesehatan rusa dengan sedikit perubahan berupa:
1. Pengisian untuk kolom jenis kelamin sebaiknya menggunakan variabel
seperti jantan (1), betina (2);
2. Judul formulir tidak hanya kesehatan satwa namun ditambah “tingkah
laku” satwa;
102
3. Menambah kolom kondisi ranggah khusus untuk pemeriksaan rusa
jantan;
4. Kolom nama/kode diganti nama pemilik/penangkar.
Yang Melaporkan,
103
LAMPIRAN
104
Dokumentasi Kegiatan
105
Variabel
A. Jenis Kelamin
Jantan 2
Betina 1
B. Ekspresi Muka
Sehat 4
Lemah/lesu 3
Tertekan 2
Kesakitan 1
C. Pernafasan
Normal (Inspirasi-ekspirasi dibedakan) 6
Nafas dangkal, frekuensi meningkat 4
Nafas dalam, frekuensi menurun 2
Leleran serous dari hidung -0,5
Leleran mucous dari hidung -1
Leleran pulurent dari hidung -1,5
D. Kulit
Normal 3
Alopesia 2
Alopesia dan urtikaria 1
E. Feses
Normal 4
Lembek 3
Kataral 2
Melena 1
F. Nafsu makan
Pakan habis 5
Pakan sisa 25% 4
Pakan sisa 50% 3
Pakan sisa 75% 2
Pakan utuh 1
G. Aktivitas
Normal, gerak aktif 4
Lesu, kurang aktif 3
Lemah, tidak aktif 2
Diam, ataxia 1
H. Respon (sifat liar)
Responsif, menjauh ketika didekati 3
Kurang responsif, diam ketika didekati 2
Mendekat ke manusia bila didekati 1
I. Body Conditon Score (BCS)
Gemuk 5
Agak gemuk 4
Normal 3
Agak kurus 2
kurus 1
106
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupang 85228 (0380) 832211
107
No Nama/ Spesies Jenis Umur Ekspresi Perna Kulit Feses Nafsu Aktivitas Respon BCS Diagno Ket.
Kode Kelamin Muka pasan Makan sis
27. BBPPK Rusa Timor ♂ >1 thn 4 6 2 4 4 4 3 3 sehat
28. BBPPK Rusa Timor ♂ >1 thn 4 6 2 4 4 4 3 3 sehat
29. BBPPK Rusa Timor ♀ <1 thn 4 6 2 4 4 4 3 3 sehat
30. BBPPK Rusa Timor ♀ <1 thn 4 6 2 4 4 4 3 3 sehat
31. BBPPK Rusa Timor ♀ 1 thn 4 6 1 4 4 4 3 3 Alopecia Kalung biru
cukup
parah
32. BBPPK Rusa Timor ♀ 1 thn 4 6 2 4 4 4 3 3 sehat
33. BBPPK Rusa Timor ♀ >1 thn 4 6 2 4 4 4 3 3 sehat
34. BBPPK Rusa Timor ♀ >1 thn 4 6 2 4 4 4 3 3 sehat
35. BBPPK Rusa Timor ♀ >1 thn 4 6 2 4 4 4 3 3 sehat
36. BBPPK Rusa Timor ♀ >1 thn 4 6 2 4 4 4 3 3 sehat
37. BBPPK Rusa Timor ♀ >1 thn 4 6 2 4 4 4 3 3 sehat
108
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupang 85228 (0380) 832211
109
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupang 85228 (0380) 832211
110
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupang 85228 (0380) 832211
111
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupang 85228 (0380) 832211
Tanggal : ………………………………………….
No Pemilik/ Spes Jenis Umur Ekspresi Perna Kulit Feses Nafsu Aktivi Respon BCS Kondisi Diagno Ket.
penangkar ies Kelamin Muka pasan Makan tas Ranggah sis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
112
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupang 85228 (0380) 832211
Pemilik/penangkar : ……………………………………………………………………………………
Bulan : ……………………………………………………………………………………
No Ekspresi Pernapasan Kulit Feses Nafsu Aktivitas Respon BCS Kondisi Diagnosis Tanggal Ket.
Muka Makan Ranggah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
113
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupang 85228 (0380) 832211
Tanggal : ………………………………………….
No Pemilik/ Spesies Jenis Umur Ekspresi Perna Kulit Feses Nafsu Aktivi Respon BCS Diagnosis Ket.
penangkar Kelamin Muka pasan Makan tas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
114
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupang 85228 (0380) 832211
Pemilik/penangkar : ……………………………………………………………………………………
Bulan : ……………………………………………………………………………………
No Ekspresi Pernapasan Kulit Feses Nafsu Aktivitas Respon BCS Diagnosis Tanggal Ket.
Muka Makan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
115
Kegiatan 4 : Melakukan pendataan kesehatan satwa di kandang penampungan di
BBKSDA NTT
1. Melakukan konsultasi dengan mentor terkait pendataan kesehatan satwa di
kandang BBKSDA NTT
Catatan :
Kegiatan pemeriksaan buaya butuh koordinasi dengan seksi P3 yang
memiliki wewenang terhadap kandang buaya dan seksi konservasi wilayah
II Kupang yang mana sebagian buaya lokasinya berada di kantor SKW II
Catatan :
Pada prinsipnya boleh namun perlu diperhatikan hal-hal teknis
lainnya, terutama pada kandang bawah dimana terdapat buaya-buaya
116
dengan ukuran besar (>3 meter). Harus menerjunkan tim Unit
Penanganan Satwa apabila akan melakukan pemeriksaan pada
buaya, nanti akan dikoordinasikan lebih lanjut. Kondisi sekarang
hampir seluruh pegawai sedang banyak kegiatan, alternatif kegiatan:
tidak seluruh buaya diperiksa, yang memungkinkan saja. Kegiatan
pemeriksaan kesehatan buaya dibarengi dengan kegiatan
pembersihan kandang.
Catatan :
Pada dasarnya siap apabila diperlukan pengambilan data dan
pemeriksaan kesehatan buaya oleh dokter hewan. Pemeriksaan akan
sekalian dilakukan dengan pemasangan tagging buaya karena sudah
banyak yang lepas.
117
Catatan :
Kegiatan pendataan buaya akan dibagi menjadi 2 tahap dikarenakan
kesibukan dari tim penanganan satwa, tahap pertama yaitu mengukur
buaya yang berukuran kecil di kantor balai, tahap kedua yaitu
mengukur buaya yang berukuran besar akan dilaksanakan apabila
personil tim penanganan satwa sudah lebih longgar waktunya.
118
3. Melakukan pendataan kesehatan satwa di kandang BBKSDA NTT
119
4. Melaporkan hasil pendataan kesehatan satwa di BBKSDA NTT pada mentor
Catatan :
Kegiatan sudah terlaksana dengan baik.
Terlampir
(Laporan hasil pengukuran morfometri buaya)
120
121
122
123
124
125
126
LAPORAN HASIL KEGIATAN
I. PELAKSANAAN
Dasar Pelaksanaan : ST.672/K.5/TU/SET/11/2019
Tempat : Kandang penampungan buaya pada BBKSDA NTT
Hari/tanggal : Jumat dan senin/01 dan 04 November 2019
Kegiatan : Pengukuran morfometri buaya di kandang penampungan
buaya pada BBKSDA NTT
II. PELAKSANAAN
1. Alfian Herdi Feisal, S.K.H/NIP. 19950714 201902 1 001
2. Irvan Stefanus Taraama, S.P./NIP. 19881014 201902 1 001
3. Dita Adiati Fitriana, S.Si/NIP. 19950302 201902 2 006
4. Paulus Robinson Pinggadai Kama, S.P./NIP. 19720816 199903 1 005
5. Yohanis Timba/NIP. 19751005 199803 1 002
6. Theodorus Nim Tefa/NIP. 19700517 199703 1 002
7. Rofinus Rubin/NIP. 19660907 199703 1 002
8. Rafael Lena Nguru/NIP. 19750209 200604 1 006
9. Oktavianus Alvanaidi Sene/NIP. 19801026 200012 1 001
III. PENDAHULUAN
Buaya muara (Crocodylus porosus) merupakan satwa yang oleh pemerintah
Indonesia ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi dalam Peraturan Menteri LHK
No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa Dilindungi. Buaya muara termasuk salah satu dari empat spesies Ordo
Crocodylidae yang dilindungi pemerintah bersama dengan buaya irian, buaya
siam, dan buaya sinyulong.
Persebaran Buaya Muara di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Nusa Tenggara Timur, dan Irian Jaya. Nusa Tenggara Timur terutama Pulau
Timor merupakan habitat asli Buaya Muara, beberapa di antaranya bermukim di
kawasan konservasi antara lain TWA Menipo, TWAL Teluk Kupang, TB Bena, dan
CA Hutan Bakau Maubesi. BBKSDA NTT sendiri selama ini menampung 14 ekor
buaya muara di Kota Kupang. Buaya tersebut berasal dari serahan masyarakat
atau diamankan oleh tim Wildlife Rescue Unit (WRU) akibat adanya konflik
dengan manusia di alam.
Morfometri adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan
perubahan dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi
pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme (Turan, 1998).
127
Morfometri atau pengukuran dapat dijadikan tanda-tanda untuk menduga
umur. Vertebrata mempunyai pertumbuhan ukuran morfologikal yang linier dan
sejalan dengan peningkatan umur. Ukuran tubuh akan berkembang sesuai
dengan bertambahnya umur hingga pada suatu titik akan mencapai kematangan
dan tidak akan membesar lagi. Parameter morfometrik merupakan bagian-bagian
tubuh yang mudah terlihat dan diukur (Santosa, et al., 2010).
IV. PELAKSANAAN
Pada tanggal 1 dan 4 November 2019 dilakukan pengukuran morfometri
pada sebagian buaya yang berada di kandang penampungan di Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur (BBKSDA NTT), pengukuran
morfometri ini didasari oleh beberapa hal, yaitu :
1. Data mengenai pengukuran buaya yang ada di kandang penampungan
hanya dilakukan saat pertama kali buaya ditangkap dan pengukuran
yang dilakukan hanya pengukuran panjang tubuh saja;
2. Selama buaya ada di kandang penampungan, belum pernah dilakukan
pembaruan data terkait ukuran buaya; dan
3. Beberapa buaya sudah terlepas nomor tagging-nya dan perlu dilakukan
pendataan kembali.
Parameter morfometri yang dilakukan pada parameter morfomoetri buaya
meliputi pemeriksaan Panjang tubuh/Length body, panjang moncong-
kloaka/Snout-vent length, panjang kepala/Dorsal cranial length, lebar
kepala/Cranial width, panjang moncong/Snout length, lebar moncong/Snout width,
panjang moncong-mata/Snout-eye length, panjang mata-mata/interocular width,
panjang kaki depan/Anterior foot length (kiri dan kanan), panjang kaki
belakang/Posterior food length (kiri dan kanan), lebar badan/Body width, lebar
ekor/Tail width, panjang badan/Trunk length, dan panjang ekor/Tail length. Selain
itu dilakukan juga sexing jenis kelamin buaya.
Buaya yang diukur sebanyak 6 ekor dari 13 ekor yang ada di kandang
penampungan milik BBKSDA NTT. Enam ekor tersebut dipilih berdasarkan
ukurannya, yaitu buaya yang berukuran kecil hingga sedang, hal ini dikarenakan
personil Tim Penangananan Satwa yang dapat bertugas terbatas. Hasil dari
pengukuran morfomertri buaya dapat dilihat di Tabel 1.
128
Tabel 1. Hasil pengukuran morfometri buaya
Parameter 1 2 3 4 5 6
Nama Al Paradi Tuene Kualin Koelet
so kin e
Kode 01 02 03 04 05 06
Tanggal 01/11/ 04/11/ 04/11/ 04/11/ 04/11/ 04/11/
2019 2019 2019 2019 2019 2019
Spesies Buaya Buaya Buaya Buaya Buaya Buaya
muara muara muara muara muara muara
Sex ♂ ♀ ♂ ♂ ♀ ♂
Berat
Umur
Frek. Pulsus 60x/ 44x/ 58x/ 28x/ 40x/ 48x/
menit menit menit menit menit menit
Frek. Nafas - - - - - -
BCS ideal kurus ideal ideal ideal ideal
Panjang tubuh/LB (cm) 185 171 175 151 242 200
Panjang moncong- 84 83 84 73 114 98
kloaka/SVL (cm) 92 86 93 76 118 101
Panjang kepala/DCL 33 28 25 24 36 31
(cm)
Lebar kepala/CW (cm) 25 18 16 13 20 23
Panjang moncong/SL 26 16 18 15 24 20
(cm)
Lebar moncong/SW 9 13 12 10 15 15
(cm)
Panjang moncong- 16 16 19 15 23 21
mata/SEL (cm)
Panjang mata-mata/IOW 3 3 2 1 3 3
(cm)
Panjang kaki Kanan 24 29 27,5 25,5 38 35
depan/AFL
Kiri 23 29 28 23,5 39 36
(cm)
Panjang kaki Kanan 35 38 38 31 48 42
belakang/PFL
Kiri 33,4 40 34,5 32 44 41
(cm)
Lingkar badan (cm) 50 46 50 42 66 64
Lingkar ekor (cm) 46 38 45 37 60 54
Panjang badan/TL (LB- 152 143 150 127 206 169
DCL) (cm)
Panjang ekor/TiL (LB- 93 85 82 75 124 99
SVL) (cm)
129
V. KESIMPULAN
1. Terdapat enam buaya yang diukur morfometrinya dari 13 ekor yang ada di
kandang penampungan BBKSDA NTT;
2. Dari keenam buaya, buaya dengan panjang tubuh terpanjang adalah buaya
Kualin dengan panjang tubuh mencapai 242 cm, dan buaya dengan panjang
tubuh terpendek adalah buaya Tuenekin dengan panjang tubuh 151 cm.
VI. SARAN
Pengukuran morfometri buaya perlu dilakukan secara rutin untuk
mengetahui perkembangan kondisi dari buaya yang ada di kandang penampungan
BBKSDA NTT.
Uji coba formulir morfometri buaya sudah cukup efektif dalam
mengumpulkan informasi mengenai data buaya dengan sedikit perubahan berupa:
5. Perubahan kolom No menjadi Kode;
6. Penghapusan kolom temperatur dan status hidrasi karena sulit dilakukan
pada reptil seperti buaya;
7. Perubahan dari lebar badan dan lebar ekor menjadi lingkar badan dan
lingkar ekor.
Yang Melaporkan,
130
LAMPIRAN
131
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
NUSA TENGGARA TIMUR
JL. SK Lerik Kelapa Lima Kotak Pos 1014, Kupanh 85228 (0380) 832211
Nama : Spesies:
Kode : Sex :
Tanggal: Berat :
Umur :
DATA FISIOLOGIS :
• Frek. Pulpus :
• Frek. Nafas :
• BCS : □ kurus □ ideal □ gemuk/obesitas
PANJANG TUBUH :
132
Pengukuran kepala buaya (Webb dan Messel, 1978; Platt et al., 2011)
Length body
133
Dokumentasi
134
Kegiatan 5 : Menyusun draft SOP Pengelolaan Satwa
1. Melakukan konsultasi dengan mentor mengenai pengusulan pembentukan
tim penyusunan SOP Pengelolaan Satwa
Catatan :
Tim penyusunan SOP Pengelolaan Satwa akan dibuat SK Tim. Tim
sebaiknya mengambil anggota dari pihak seksi konservasi wilayah II (tempat
kandang penampungan), seksi P3, dan subbag umum. Kontak Kepala Seksi
P3 terkait dengan pembentukan tim penyusunan SOP Pengelolaan Satwa.
Terlampir
(Perubahan Tahapan Kegiatan Aktualisasi)
135
4. Meminta masukan dari tim penyusunan SOP Pengelolaan Satwa
Terlampir
(Daftar hadir diskusi tim, Notulensi diskusi tim penyusunan SOP
Pengelolaan Satwa)
5. Melaporkan hasil draft SOP Pengelolaan Satwa kepada mentor
Catatan :
Draft SOP Pengelolaan Satwa selanjutnya akan diserahkan kepada
pimpinan untuk diberi masukan agar lebih sempurna.
136
137
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
NUSA TENGGARA TIMUR
/ f. Peraturan …
138
f. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/
6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER
DAYA ALAM NUSA TENGGARA TIMUR TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP) PENGELOLAAN SATWA DI KANDANG
PENAMPUNGAN BALAI BESAR KSDA NTT
KESATU : Membentuk susunan keanggotaan Tim Penyusunan SOP
Pengelolaan Satwa di Kandang Penampungan pada Balai Besar
KSDA NTT sebagaimana terdapat dalam lampiran keputusan ini.
KEDUA : Tim Penyusunan SOP Pengelolaan Satwa di Kandang
Penampungan Balai Besar KSDA NTT bertugas untuk menyusun
standar operasional prosedur terkait dengan:
a. Perawatan satwa di kandang penampungan BBSKDA NTT;
b. Pemeriksaan kesehatan satwa di kandang penampungan
BBKSDA NTT;
c. Pengambilan sampel satwa di kandang penampungan
BBKSDA NTT;
d. Pengangkutan satwa di kandang penampungan BBKSDA NTT.
139
Ditetapkan di : Kupang
Pada tanggal : Oktober 2019
Kepala Balai Besar,
140
Lampiran : Keputusan Kepala Balai Besar KSDA
NTT
Nomor : SK. /K.5/BIDTEK/KSA/11/2019
Tanggal : November 2019
Jabatan
No Nama/NIP Pangkat/Golongan/Jabatan
dalam unit
A. Pembina/Pengarah
Ir. Timbul Batubara, M.Si Pembina Utama Muda, IV/C
1 NIP. 19610620 198901 1 Kepala Balai Besar KSDA Pembina
001 NTT
MHD. Zaidi, S.Hut. Pembina, IV/a
2 Pengarah
NIP. 197303251999031001 Kepala Bidang Teknis KSDA
Mulyo Hutomo, S.Pi
Pembina, IV/a
3 NIP. 19651201 199503 1 Pengarah
Kepala Bagian Tata Usaha
001
B. Tim Penyusun
1 Imanuel Ndun, S.S.T., M.Si. Penata Tk. I, III/d
NIP. 197006011998031005 Kepala Seksi Perencanaan,
Ketua tim
Perlindungan dan
Pengawetan
2 Selfanus Sostenes Malafu, Penata muda Tk. I, III/b
S.Sos. M.M. Analis Data Pada Sub Bagian Administrasi
NIP. 197609022007011003 Umum Bagian Tata Usaha
3 Marliana Chrismiawati, Penata muda Tk. I, III/b
S.Hut. Pengendali Ekosistem Hutan
NIP. 198503252009122004 pada Seksi Perencanaan, Anggota
Perlindungan dan
Pengawetan
4 Dita Adiata Fitriana, S.Si/ Penata muda, III/a
19950302 201902 2 006 Penyuluh Kehutanan pada
Seksi Perencanaan, Anggota
Perlindungan, dan
Pengawetan
5 Sindi Nursiamdini, S.Hut. Penata muda, III/a
NIP. 199104092015022002 Pengendali Ekosistem Hutan
Pada Seksi Konservasi Anggota
Wilayah II
/ 6. Siska…
141
6 Siska Kuscintari Amelia, Penata muda, III/a
S.Si/ Pengendali Ekosistem Hutan
Anggota
19920112 201902 2 002 Pada Seksi Konservasi
Wilayah II
7 Alfian Herdi Feisal, S.K.H./ Penata muda, III/a
19950714 201902 1 001 Pengendali Ekosistem Hutan
Ahli Pertama pada Seksi Anggota
Konservasi Wilayah II
142
NOMOR Dokumen DK. /K.5/BIDTEK/KSA/11/2019
TGL PEMBUATAN November 2019
TGL REVISI -
TANGGAL EFEKTIF November 2019
DISAHKAN OLEH KEPALA BALAI BESAR KSDA
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP NUSA TENGGARATIMUR,
DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA
ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KSDA NUSA TENGGARA TIMUR Ir. TIMBUL BATUBARA, M.Si
NIP. 196106201989011001
NAMA DOKUMEN STANDAR OPERASI DAN PROSEDUR PENGELOLAAN SATWA DI KANDANG PENAMPUNGAN BBKSDA NTT
DASAR HUKUM: KUALIFIKASI PELAKSANA:
1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan 1. Memiliki kualifikasi untuk menahan, mengekang, dan mengawasi satwa, serta mengetahui kondisi normal dan abnormal satwa.
Kehutanan Nomor ; P.8/Menlhk 2. Mengetahui tugas dan fungsi.
/Setjen/OTL.0/1/2016 Tentang Organisasi dan 3. Mengetahui pengetahuan di bidang medik satwa.
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi
Sumber Daya Alam;
2. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.19/Menhut-
II/2005 Tentang Penangkaran Tumbuhan dan
Satwa Liar
3. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam No. P.9/IV-SET/2011
Tentang Pedoman Etika dan Kesejahteraan Satwa
di Lembaga Konservasi.
KETERKAITAN: PERALATAN PERLENGKAPAN:
1. SOP Penanganan Konflik Buaya 1. Formulir
2. Komputer/printer/scanner
3. Jaringan Internet
4. Peralatan yang mendukung pemeriksaan satwa
PERINGATAN: PENCATATAN DAN PENDATAAN:
- Pelaksana bertanggung jawab atas pelaksanaan Berkas-berkas terkait harus dimasukkan ke dalam satu map yang sama agar memudahkan perekaman satwa.
aktifitas yang telah dilaksanakan.
- Pelaksana wajib memperhatikan aspek
kesejahteraan satwa dan keselamatan baik bagi
satwa maupun pelaksana.
- -
143
SOP Pemasukan Rusa Baru
Memasukkan rusa
kedalam kandang
karantina dan mencatat
data rusa yang baru
Formulir
masuk ke dalam Kandang
pendataan
1 kandang (asal, jenis karantina, formulir 1 hari
awal yang
rusa, jenis kelamin, pendataan awal
sudah terisi
umur, kode) serta
menyampaikan ke
dokter hewan dan
kepala seksi P3
Memeriksa kesehatan,
Formulir
pendataan morfometri Formulir
kesehatan dan
2 rusa (panjang tubuh, kesehatan dan 1 hari
morfometri
berat badan), dan morfometri rusa
rusa
memeriksa kondisi rusa
Mengevaluasi kondisi
rusa berdasarkan jenis
kelamin, usia, dan Laporan yang
3 Laporan tertulis 1 hari
musim kawin kemudian telah disi
melaporkannya ke
Kepala Seksi P3.
144
Memerintahkan perawat Laporan
satwa untuk memasuk tertulis yang
Laporan tertulis
5 kan rusa ke dalam 1 hari telah diisi dan
yang telah diisi
kandang sesuai dengan diparaf Kepala
evaluasi dokter hewan. Seksi P3
Memonitor interaksi
rusa baru dengan rusa
lainnya. Jika terdapat
perkelahian, Berkelahi
melaporkan kepada Laporan
6 dokter hewan dan Laporan tertulis 7 Hari tertulis yang
Kepala Seksi P3, jika telah diisi
tidak terdapat Tidak
perkelahian membuat berkelahi
laporan kepada Kepala
Seksi P3.
145
SOP Pemasukan Buaya Baru
Memasukkan buaya
kedalam kandang
karantina dan mencatat
data buaya yang baru Formulir
Kandang
masuk ke dalam pendataan
1 karantina, formulir 1 hari
kandang (asal, jenis awal yang
pendataan awal
kelamin, umur, kode) sudah terisi
serta menyampaikan ke
dokter hewan dan
kepala seksi P3
Memeriksa kesehatan,
pendataan morfometri Formulir
Formulir
buaya (panjang tubuh, kesehatan dan
2 kesehatan dan 1 hari
berat badan), dan morfometri
morfometri buaya
memeriksa kondisi buaya
buaya
Mengevaluasi kondisi
buaya berdasarkan
Laporan yang
3 ukuran kemudian Laporan tertulis 1 hari
telah disi
melaporkannya ke
Kepala Seksi P3.
146
Memerintahkan perawat Laporan
satwa untuk memasuk tertulis yang
Laporan tertulis
5 kan buaya ke dalam 1 hari telah diisi dan
yang telah diisi
kandang sesuai dengan diparaf Kepala
evaluasi dokter hewan. Seksi P3
Memonitor interaksi
buaya baru dengan
buaya lainnya. Jika
terdapat perkelahian, Berkelahi
melaporkan kepada Laporan
6 dokter hewan dan Laporan tertulis 7 Hari tertulis yang
Kepala Seksi P3, jika telah diisi
tidak terdapat Tidak
perkelahian membuat berkelahi
laporan kepada Kepala
Seksi P3.
147
NOTULENSI DISKUSI
I. PELAKSANAAN
Tempat : Kantor Seksi Konservasi Wilayah IV Kupang
Hari/tanggal : Jumat/15 November 2019
Kegiatan : Diskusi tim penyusunan SOP Pengelolaan Satwa
II. PELAKSANA
1. Alfian Herdi Feisal, S.K.H/NIP. 19950714 201902 1 001
2. Irvan Stefanus Taraama, S.P./NIP. 19881014 201902 1 001
3. Dita Adiati Fitriana, S.Si/NIP. 19950302 201902 2 006
4. Siska Amelia Kuscintari, S.Si/NIP. 19920112 201902 2 002
III. NOTULENSI KEGIATAN
Pada hari Jumat, 15 November 2019, diadakan diskusi terkait dengan
pembentukan SOP Pengelolaan Satwa oleh tim penyusun. Diskusi merupakan
lanjutan dari kegiatan pertemuan dengan pakar satwa liar di Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Nusa Cendana yang diadakan pada hari yang sama.
Terdapat berbagai masukan dan tanggapan terkait draft SOP Pengelolaan
Satwa yang sedang dibuat bersama, antara lain :
• Melakukan sedikit studi terutama perihal nutrisi satwa, contohnya
burung, apakah pakan yang diberikan di kantor BBKSDA NTT sudah
memenuhi kebutuhan nutrisi burung-burung di kandang penampungan
BBKSDA NTT.
• Bentuk kandang apakah perlu dimasukkan ke dalam SOP, walau
kandang satwa sendiri secara peraturan telah diatur dalam Permen
LHK No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 Tentang Spesifikasi
Teknis Kandang Transpor dan Kandang Transit Satwa Liar.
• Memasukkan kegiatan preventif ke dalam SOP, salah satunya adalah
mewajibkan pemasangan plang/rambu-rambu dilarang memberi
makan satwa tanpa diketahui petugas agar menghindari adanya
pelemparan plastik /batu ke dalam kandang guna memberi makan
satwa.
• Penting memasukkan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan/animal
welfare ke dalam SOP Pengelolaan Satwa.
148
• Perlu dimasukkan jangka waktu pemeriksaan rutin satwa yang ada di
BBKSDA NTT, apakah dua minggau sekali atau sebulan sekali agar
terpantau kesehatan satwa yang ada.
149
150
NOTULENSI DISKUSI
VII. PELAKSANAAN
Tempat : Fakultas kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana
Hari/tanggal : Jumat/15 November 2019
Kegiatan : Sanitasi dan kondisi kandang penampungan satwa
BBKSDA NTT
VIII. PELAKSANA
1. Alfian Herdi Feisal, S.K.H/NIP. 19950714 201902 1 001
2. Irvan Stefanus Taraama, S.P./NIP. 19881014 201902 1 001
3. Dita Adiati Fitriana, S.Si/NIP. 19950302 201902 2 006
4. Siska Amelia Kuscintari, S.Si/NIP. 19920112 201902 2 002
IX. NOTULENSI KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat, 15 November 2019 bertempat pada
meeting room di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana. Pada
kegiatan kali ini, narasumber adalah dosen FKH Undana pada Bagian Nutrisi yaitu
drh. Yeremia Y. Sitompul, M.Sc. Beliau adalah dosen lulusan Bristoll University
pada program S2 dengan kekhususan pada wildlife management.
Berikut adalah notulensi dari diskusi yang kami laksanakan :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan satwa adalah
pengetahuan terkait perilaku satwa tersebut, misal satwa buaya maka yang harus
diperhatikan adalah kibasan ekor, gigitan dll. Dalam SOP yang pertama kali
diperhatikan adalah BIOSECURITY DAN BIOSAFETY. Biosafety disini yang
dimaksud adalah perlengkapan dari tim penangan satwa.
Satwa penampungan, five freedoms yang perlu diperhatikan adalah:
1. Bebas dari kelaparan
2. Kenyamanan/ lebih ke keadaan alami dalam habitat
3. Bebas dari luka/injure
4. From fear to distress
5. Perilaku alami di didalam kandang tidak terbatasi
Apakah satwa dalam penampungan yang telah ditampung hingga siap rilis
berdasarkan five freedoms, akankah dapat di rilis kembali ke alam ?
Tempat penampungan satwa yang ideal:
1. Ada 3 zona, aborial, terrestrial dan akuatik (Perhatikan kondisi seperti suhu;
cahaya; kelembapan; tipe air (asin/tawar))
2. Bahan kandang yang harus diperhatikan adalah dari bahan nya, mudah
dibersihkan, kuat dan tahan lama, tidak toksik, tidak berpotensi menciderai
3. Mendukung perilaku alami satwa seperti dialam
4. Menyediakan pangan terkait kebutuhan nutrisi pangan
151
5. Keamanan terkait akses dari dokter, pengunjung dan keeper (modifikasi
kandang misal ada 2 pintu di dua arah sehingga tidak ada tipe model balik
badan untuk keluar dan masuk kandang
6. Edukasi, konservasi dan entertainmen, mitigasi dengan serius terkait
pemberian makanan dari pengunjung ke buaya. Cari peraturan terkait satwa di
penampungan. Edukasi seperti papan informasi dan papan himbauan dibuat
dengan menarik dan mudah di pahami oleh anak-anak. Pendekatan ke kader
konservasi dini (anak-anak s/d dengan remaja). Terkait dalam pelaksanaan
SOP adalah animal welfare.
7. Para staf penangan satwa harus mau belajar / update ilmu terkait penanganan
satwa, status konservasi, peraturan-peraturan dan administrasi terakit
konservasi.
Mangsa (hewan yang dijadikan pakan) sebaiknya diberi makan dahulu terkait
ketersedian nutrisi dan vitamin.
Metode rilis :
- Soft rilis untuk satwa yang lama di penampungan
- Hard rilis untuk satwa baru sebentar di penampungan dan secepatnya akan
rilis
Untuk satwa liar yang akan rilis kea lam, terkait kondisi steril/higenitas yang
harus diperhatikan adalah jangan terlalu tinggi dalam pengkondisian kandang.
Yang paling penting adalah bebas dari hewan pembawa penyakit misal PES
yang dibawa tikus, jamur/ fungi dll. Sisa makan yang harus diperhatikan.
Kupang, November 2019
152
Yang Melaporkan,
153