Anda di halaman 1dari 56

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG


B AL AI P E NG EL OL A A N D AE R A H AL I R A N S U N GA I AS A H A N / B AR UM U N
Jl. Viyata Yudha No. 108 Telp. (0622) 431261, Fax. 431261 – Pematang Siantar

LAPORAN AKHIR

PEMBUATAN KEBUN BIBIT RAKYAT


BPDASHL ASAHAN BARUMUN TAHUN 2018

Pematangsiantar, Desember 2018


7
KATA PENGANTAR

Dalam rangka memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, BPDASHL Asahan Barumun melaksanakan kegiatan Pembangunan Kebun Bibit Rakyat dengan tujuan mendukung program
penghijauan dan pelestarian alam untuk meningkatkan kesejahteraan melalui upaya pemeliharaan tanaman yang produktifitas dalam
waktu relatif singkat.

Buku laporan pelaksanaan Pembangunan Kebun Bibit Rakyat di wilayah kerja Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung
Asahan Barumun meliputi kegiatan pembuatan dan penanaman bibit hasil KBR sesuai rancangan teknis yang telah ditentukan sebagai
pertanggungjawaban sekaligus untuk mengetahui hasil yang telah dicapai serta permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan
kegiatan dan upaya tindak lanjut guna dijadikan bahan masukan, pertimbangan dan evaluasi bagi pengambil keputusan dalam
menentukan kebijakan selanjutnya sehingga kegiatan pembangunan KBR dalam rangka memulihkan DAS dan lahan kritis pada tahap-
tahap berikutnya dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan mencapai hasil yang maksimal.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat sehingga kegiatan Pembangunan Kebun Bibit Rakyat dalam
rangka meningkatkan fungsi hutan dan lahan pada tahun berikutnya dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Pematangsiantar, Desember 2018

Kepala Balai,

Ir. Tekstiyanto, MP
NIP. 19661012 199403 1 001

1
7

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar .................................................................................................................................................. i

Daftar Isi ....................................................................................................................................................... ii

I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang......................................................................................................................... 1

B Maksud dan Tujuan ................................................................................................................. 2

C Dasar Pelaksanaan .................................................................................................................. 2

D Sasaran Kegiatan ................................................................................................................... 3

E Sumber Biaya ......................................................................................................................... 4

F Ruang Lingkup ....................................................................................................................... 4

G Pengertian – Pengertian ......................................................................................................... 5

2
7

II GAMBARAN UMUM.................................................................................................................................. 7

A Gambaran Umum SWP DAS Asahan Barumun ................................................................................... 7

B Gambaran Umum Kelompok Tani KBR................................................................................................ 17

III METODE PELAKSANAAN.......................................................................................................... 20

A Tahapan Pelaksanaan...................................................................................................... 20

B Tata Waktu Pelaksanaan.................................................................................................... 21

C Analisis Data................................................................................................................... 21

IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................................ 33

A Target Pembangunan Kebun Bibit Rakyat............................................................................ 33

B Realisasi Pembangunan Kebun Bibit Rakyat........................................................................ 34

C Permasalahan dan Upaya Tindak Lanjut............................................................................... 36

3
7
V PENUTUP ............................................................................................................................... 37

A Kesimpulan .................................................................................................................... 37

B Saran ........................................................................................................................... 38

4
7
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan Pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR) ini merupakan suatu kegiatan upaya penyediaan bibit berkualitas

melalui pembuatan bibit jenis tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna (MPTS) oleh Kelompok Masyarakat Pengelola.

Kegiatan ini juga suatu upaya menanam di lahan kritis atau lahan kosong dan lahan tidak produktif di luar kawasan hutan.

Keinginan masyarakat untuk menanam tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna dalam berbagai upaya rehabilitasi

hutan dan lahan, dibatasi oleh ketidakmampuan mereka untuk memperoleh bibit yang baik, sehingga masyarakat

cenderung untuk menanam tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna dari biji atau benih asalan atau yang tidak jelas

asal usulnya sehingga tanaman tersebut akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk berproduksi dan apabila nantinya

setelah berproduksi kualitas dan kuantitas hasilnya kurang memuaskan.

Bertolak dari pengalaman tersebut, dipandang perlu untuk merumuskan kegiatan penyediaan bibit yang lebih baik yang

berbasis pemberdayaan masyarakat dengan nama Kebun Bibit Rakyat (KBR). Kebun Bibit Rakyat merupakan program

pemerintah untuk menyediakan bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna (MPTS) yang dilaksanakan secara

swakelola oleh kelompok masyarakat, bibit kebun bibit rakyat ini dipergunakan untuk merehabilitasi hutan dan lahan kritis

serta kegiatan penghijauan lingkungan.

5
7
Salah satu kegiatan untuk mendukung program Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan pemberdayaan masyarakat adalah

pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR). KBR dimaksud adalah untuk menyediakan bibit tanaman kayu-kayuan atau

tanaman serbaguna (MPTS) dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mendukung pemulihan

fungsi dan daya dukung DAS.

Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan sangat terkait dengan keberadaan dan aktifitas masyarakat, baik secara individu

maupun anggota kelompok. Peran serta masyarakat harus didorong secara berkelanjutan, agar kegiatan Rehabilitasi Hutan

dan Lahan dapat menjadi tanggung jawab bersama. Salah satu upaya untuk mendorong peran serta masyarakat tersebut

adalah melalui pemberian insentif kepada masyarakat dalam kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, sekaligus sebagai

upaya meningkatkan kepedulian, kemampuan dan kemandirian masyarakat serta untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat setempat.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang hasil pelaksanaan kegiatan Pembuatan Kebun

Bibit Rakyat sebanyak 10 Unit yang telah dilaksanakan oleh 10 Kelompok Tani KBR di 4 (Empat) Kabupaten, sedangkan

tujuannya adalah sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

pertimbangan serta evaluasi dalam rangka menentukan kebijakan selanjutnya.

6
7
C. Dasar Pelaksanaan

Dasar pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR) di Satuan Wilayah Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Asahan Barumun

Tahun 2018, adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.18 /MenLHK-II/2015 tanggal 14 April 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2. Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2010 tentang Kebun Bibit Rakyat

3. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.49/MenLHK/Setjen/Das.2/5/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kebun

Bibit Rakyat.

4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.39/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor: P.9/Menhut-II/2013 Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung dan Pemberian Insentif

Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

D. Sasaran Kegiatan

Sasaran pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) di Satuan Wilayah Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Asahan Barumun

Tahun 2018 berada pada 4 (Empat) UPT. Kesatuan Pengelolaan Hutan di Kabupaten/Kota :

1. KPH Wilayah IV Balige Kabupaten Toba Samosir sebanyak 3 Unit KBR.

2. KPH Wilayah XII Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara sebanyak 3 Unit KBR,

7
7
3. KPH Wilayah XIII Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan sebanyak 2 Unit KBR,

4. KPH Wilayah VI Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 2 Unit KBR,

E. Sumber Biaya

Pembiayaan kegiatan pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) di Satuan Wilayah Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Asahan

Barumun Tahun 2018 bersumber pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) BA. 29 pada Balai Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai dan Hutan Lindung Asahan Barumun Tahun 2018.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup laporan pelaksanaan kegiatan yang terkait realisasi pelaksanaan pembuatan Kebun Bibit Rakyat sebanyak

10 Unit yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani KBR adalah:

1. Pendahuluan

2. Risalah Umum Lokasi

3. Metode Pelaksanaan

4. Hasil dan Pembahasan

5. Kesimpulan dan Saran

8
7
G. Pengertian

Pengertian-pengertian yang terkait pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) di Satuan Wilayah Pengelolaan DAS dan Hutan

Lindung Asahan Barumun Tahun 2018, antara lain :

1. Benih adalah bahan tanaman yang berupa bahan generatif (biji) atau bahan vegetatif yang digunakan untuk

pengembangbiakan tanaman hutan.

2. Bibit adalah tumbuhan muda hasil pengembangbiakan secara generatif atau secara vegetatif.

3. Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Jenis Tanaman Serbaguna (Multi Purpose Tree Species/MPTS) adalah jenis tanaman yang menghasilkan kayu dan

bukan kayu (buah- buahan, getah, kulit dll).

5. Kebun Bibit Rakyat yang selanjutnya disingkat KBR adalah kebun bibit yang dikelola oleh kelompok masyarakat baik

laki-laki maupun perempuan melalui pembuatan bibit berbagai jenis tanaman hutan dan/atau tanaman serbaguna

(MPTS) yang pembiayaannya bersumber dari dana pemerintah.

6. Kelompok masyarakat pelaksana KBR adalah kelompok masyarakat yang menyusun rencana, melaksanakan, dan

mengawasi pembangunan KBR.

9
7
7. Tim Perencana adalah anggota kelompok masyarakat yang dipilih oleh anggota kelompok masyarakat pelaksana KBR

dengan anggota paling sedikit 3 (tiga) orang, bertugas menyusun Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK).

8. Tim Pelaksana adalah anggota kelompok masyarakat yang dipilih oleh anggota kelompok masyarakat pelaksana KBR

dengan anggota paling sedikit 3 (tiga) orang, bertugas melaksanakan pembangunan KBR sesuai RUKK.

9. Tim Pengawas adalah anggota kelompok masyarakat yang dipilih oleh anggota kelompok masyarakat pelaksana KBR

dengan anggota paling sedikit 3 (tiga) orang, bertugas mengawasi pelaksanaan pembangunan KBR sesuai RUKK.

10. Pendampingan adalah penguatan kelembagaan kelompok masyarakat oleh Petugas Lapangan Kebun Bibit

Rakyat/Rehabilitasi Hutan dan Lahan (PL-KBR/RHL),

11. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok yang selanjutnya disingkat RUKK adalah rencana pembangunan KBR yang disusun

oleh kelompok, antara lain memuat nama dan alamat kelompok, lokasi, jenis dan jumlah bibit, asal benih, komponen

kegiatan dan rencana pemanfaatan bibit.

12. Surat Perjanjian Kerjasama (SPKS) adalah perjanjian antara kelompok masyarakat dengan Pejabat Pembuat Komitmen

yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam pelaksanaan pembuatan KBR.

Sumber benih adalah suatu tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih yang berkualitas.

10
7
II. GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum SWP DAS Asahan Barumun

1. Letak dan Kondisi Wilayah Geografis

Wilayah kerja BPDAS Asahan Barumun berdasarkan Instruksi Menteri Kehutanan Nomor : INS.3/Menhut-II/2009

terletak di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau. Secara geografis wilayah BPDAS Asahan Barumun

terletak pada posisi koordinat 97° 3' 27” s/d 100° 29' 3” Bujur Timur dan 3° 11' 49” Lintang Utara s/d 0° 38' 19''

Lintang Selatan, dengan luas 4.560.400,69 ha, dengan batas -batas :

Sebelah Utara : DAS Bolon, DAS Padang, DAS Ular, DAS Wampu

Sebelah Timur : Selat Malaka

Sebelah Selatan : DAS Rokan, Prop. Sumatera Barat, Prop.Riau

Sebelah Barat : DAS Singkil, Samudera Indonesia

2. Batas Wilayah Administrasi

Hasil tumpang susun antara batas DAS hasil revisi tahun 2009 sesuai penetapan wilayah kerja BPDAS dalam instrusksi

Menhut II/2009 dengan batas administrasi, wilayah administrasi yang masuk kedalam wilayah kerja BPDASHL Asahan

11
7
Barumun terdiri dari 23 Kabupaten dan 4 Kota. Luas dan prosentase wilayah administrasi secara keseluruhan yang

masuk kedalam batas wilayah BPDAS Asahan Barumun dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel : 2.1. Prosentase Luas Wilayah Administrasi BPDASHL Asahan Barumun


No. Kabupaten Propinsi Luas (ha) Prosentase (%)
1. Kab. Asahan Sumatera Utara 344.942,12 7,56
2. Kab. Batubara Sumatera Utara 7.872,43 0,17
3. Kab. Dairi Sumatera Utara 6.250,62 0,14
4. Kab. Humbang Hasundutan Sumatera Utara 119.805,80 2,63
5. Kab. Karo Sumatera Utara 6.315,32 0,14
6. Kab. Labuhan Batu Sumatera Utara 270.016,67 5,92
7. Kab. Labuhanbatu Selatan Sumatera Utara 244.946,97 5,37
8. Kab. Labuhanbatu Utara Sumatera Utara 357.655,07 7,84
9. Kab. Mandailing Natal Sumatera Utara 622.643,12 13,65
10. Kab. Nias Sumatera Utara 82.910,19 1,82
11. Kab. Nias Barat Sumatera Utara 54.823,16 1,20
12. Kab. Nias Selatan Sumatera Utara 246.735,36 5,41
13. Kab. Nias Utara Sumatera Utara 119.125,47 2,61
14. Kab. Padang Lawas Sumatera Utara 184.672,57 4,05
15. Kab. Padang Lawas Utara Sumatera Utara 344.994,76 7,57
16. Kab. Pasaman Barat Sumatera Barat 39.743,79 0,87
17. Kab. Rokan Hilir Riau 30.080,79 0,66
18. Kab. Samosir Sumatera Utara 103.599,91 2,27
19. Kab. Simalungun Sumatera Utara 28.812,00 0,63
20. Kab. Tapanuli Selatan Sumatera Utara 403.306,39 8,84
21. Kab. Tapanuli Tengah Sumatera Utara 188.949,57 4,14

12
7
22. Kab. Tapanuli Utara Sumatera Utara 380.190,24 8,34
No. Kabupaten Propinsi Luas (ha) Prosentase (%)
23. Kab. Toba Samosir Sumatera Utara 207.325,98 4,55
24. Kota Gunung Sitoli Sumatera Utara 29.515,95 0,65
25. Kota Padang Sidimpuan Sumatera Utara 14.775,10 0,32
26. Kota Sibolga Sumatera Utara 1.112,08 0,02
27. Kota Tanjung Balai Sumatera Utara 6.143,61 0,13
28. Danau Toba Sumatera Utara 113.135,56 2,48
Luas Total 4.560.400,69 100,00
Sumber : Analisa Peta DAS dan Administrasi Skala 1 : 50.000 Wilayah BPDAS Asahan Barumun th. 2013

2. Batas Wilayah Daerah Aliran Sungai

Berdasarkan Daerah Aliran Sungai di wilayah BPDASHL Asahan barumun terdapat 183 (seratus delapan puluh tiga)

DAS yang tersebar dalam 28 Kabupaten/kota, yang selanjutnya dibagi menjadi 10 (sepuluh) Satuan Wilayah

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dalam efektivitas pengelolaannya. Pembagian SWP DAS Asahan Barumun dapat

diuraikan dalam Tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2. Pembagian SWP DAS Asahan Barumun


No. Nama SWP Administrasi (Kabupaten) Luas (Ha)
1. Asahan Toba 1. Toba Samosir,
2. Samosir,
3. Humbang Hasundutan, 737.185,03
4. Tapanuli Utara,
5. Simalungun,

13
7
No. Nama SWP Administrasi (Kabupaten) Luas (Ha)
6. Asahan,
7. Kota Tanjung Balai
2. Kualuh 1. Toba Samosir,
2. Labuhan Batu Utara, 425.637,33
3. Labuhan Batu
3. Batang Toru 1. Tapanuli Utara,
2. Tapanuli Tengah, 383.494,54
3. Tapanuli Selatan,
4. Humbang Hasundutan
4. Barumun Bilah 1. Tapanuli Selatan,
2. Padang Lawas Utara,
3. Padang Lawas, 1.338.385,82
4. Tapanuli Utara,
5. Labuhan Batu Selatan
5. Batang Natal Mandailing Natal 306.850,00

6. Batang Gadis 1. Tapanuli Selatan,


2. Kota Padangsidempuan, 505.429,98
3. Mandailing Natal

7. Lumut 1. Tapanuli Tengah,


2. Tapanuli Utara, 8.5857,26
3. Sibolga
8. Sibundong Garigis 1. Humbang Hasundutan,
2. Tapanuli Tengah, 243.951,53
3. Tapanuli Utara
9. Nias 1. Nias
2. Nias Selatan
3. Nias Barat 408.702,02
4. Nias Utara
5. Kota Gunung Sitoli

14
7
No. Nama SWP Administrasi (Kabupaten) Luas (Ha)
10. Telo Nias Selatan 110.785,46

Jumlah 4.560.400,69

3. Bentuk Lahan

Berdasarkan sistem lahan yang ada, maka dapat digunakan untuk mengklasifikasikan menjadi bentuk lahan yang

terdapat di wilayah BPDASHL Asahan Barumun seperti dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3. Data Bentuk Lahan Wilayah BPDASHL Asahan Barumun

No Bentuk Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

1 Lembah Aluvial 79.836,33 1,75


2 Perbukitan 836.149,68 18,34
3 Dataran 1.169.523,42 25,65
4 Teras-Teras 82.388,58 1,81
5 Pegunungan 1.363.275,79 29,89
6 Rawa-Rawa 399.234,72 8,75
7 Pantai 44.932,75 0,99
8 Kipas dan Lahar 84.747,32 1,86
9 Dataran Aluvial 311.211,73 6,82
10 Rawa Pasut 22.642,90 0,50

15
7

No Bentuk Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

11 Teras-Teras 3.796,47 0,08


12 Jalur Kelokan 20.750,58 0,46
13 Tubuh Air 141.910,42 3,11
TOTAL 4.560.400,69 100,00

Sumber : Analisa Peta Land System Skala 1 : 250.000

4. Topografi

Berdasarkan bentuk topografi, wilayah BPDAS Asahan Barumun sebagian besar merupakan daerah berfisiografi sangat

curam sekitar 1.861.877,81 Ha atau 40,83 % dari luas wilayah, selebihnya berfisiografi datar hingga curam. Pegunungan

berada pada bagian tengah wilayah kerja yaitu di bagian tengah Pulau Sumatera yang merupakan wilayah yang

berbatasan dengan Danau Toba dan sekitarnya. Tinggi tempat mulai 0 m s/d 2.150 m dpl. Adapun kondisi kemiringan

lahan mulai dari datar 25,73 %, landai 7,19 %, agak curam 7,74 %, curam 15,40 %, dan sangat curam 40,83 % dan

selengkapnya terdapat dalam Tabel 2.4 berikut :

Tabel 2.4. Data Kelerengan Lahan Wilayah BPDASHL Asahan Barumun


No Kelas Lereng Kriteria Luas (Ha) Prosentase %
1 0-8% Datar 1.173.196,05 25,73

16
7
2 9 - 15 % Landai 327.995,74 7,19
3 16 - 25 % Agak Curam 353.167,05 7,74
4 26 - 40 % Curam 702.404,49 15,40
5 > 40 % Sangat Curam 1.861.877,81 40,83
TOTAL 4.560.400,69 100,00
Sumber : Analisa Peta Lereng Skala 1 : 25.000 BPDAS Asahan Barumun

5. Penutupan Lahan

Penutupan lahan/vegetasi merupakan kondisi permukaan bumi yang menggambarkan kenampakan penutupan lahan dan

vegetasi. Pola penggunaan lahan suatu daerah akan sangat berpengaruh terhadap aliran permukaan (run off), daya erosi

dan debit sungai yang terdapat didaerah tersebut. Seperti halnya sawah yang terdapat pada lereng curam, walaupun ada

masukan (input) berupa penterasan yang baik akan berdampak negatip terhadap lingkungan, kondisi tutupan lahan di

wilayah BPDAS Asahan Barumun seperti dalam Tabel 2.5 berikut :

Tabel 2.5. Penutupan Lahan di Wilayah BPDASHL Asahan Barumun

No Penutupan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

1 Bandara/Pelabuhan 645,02 0,01

2 Hutan Lahan Kering Primer 300.826,93 6,60

3 Hutan Lahan Kering Sekunder 698.397,42 15,31

17
7
No Penutupan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

4 Hutan Mangrove Primer 1.526,94 0,03

5 Hutan Mangrove Sekunder 17.353,61 0,38

6 Hutan Rawa Primer 2.541,84 0,06

7 Hutan Rawa Sekunder 80.625,59 1,77

8 Hutan Tanaman 83.053,98 1,82

9 Pemukiman 17.603,49 0,39

10 Perkebunan 722.732,49 15,85

11 Pertanian Lahan Kering 1.394.772,45 30,58

12 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 255.241,81 5,60

13 Rawa 7.846,78 0,17

14 Sawah 143.055,32 3,14

15 Semak Belukar 472.188,38 10,35

16 Semak Belukar Rawa 64.097,84 1,41

17 Tambak 743,36 0,02

18 Tanah Terbuka 155.072,83 3,40

19 Tubuh Air 141.759,44 3,11

20 Awan 315,11 0,01

18
7
No Penutupan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

Total 4.560.400,69 100,00

Sumber : Analisa Peta Penutupan Lahan Skala 1 : 100.000 (Dirjen Planologi, Kementerian Kehutanan Tahun 2011)

Dari analisa Tabel 6 diketahui bahwa penutupan lahan sebagian besar wilayah didominasi oleh pertanian lahan kering

seluas 1.394.772,45 Ha atau menempati 30,58 % wilayah kerja BPDAS Asahan Barumun. Sedangkan penutupan lahan

terkecil adalah Bandara/Pelabuhan seluas 645,02 Ha atau 0,01 %.

6. Produktivitas Lahan

Tingkat Produktivitas beberapa komoditi di Wilayah BPDASHL Asahan Barumun yang ditanam pada kawasan budidaya

pertanian pada umumnya tergolong sangat tinggi dengan rata-rata 75,23 % dari luasan wilayah kawasan budidaya

pertanian. Tingkat produktivitas lahan di wilayah BPDASHL Asahah Barumun sebagaimana Tabel 2.6 berikut :

Tabel 2.6. Tingkat Produktivitas Lahan di Wilayah BPDASHL Asahan Barumun


No Kriteria Luas (Ha) Prosentase (%)
1 Sangat Rendah 268.809,30 13,15

2 Rendah 177,28 0,01

3 Sedang 93.044,91 4,55

4 Tinggi 144.128,65 7,05

5 Sangat Tinggi 1.537.444,76 75,23

19
7
Total 2.043.604,90 100,00

Sumber : Analisa Peta Land System dan survei lapangan Wilayah BPDAS Asahan Barumun tahun 2013

7. Fungsi Kawasan

Berdasarkan fungsi kawasan wilayah BPDASHL Asahan Barumun sebagian besar merupakan Areal penggunaan lain atau

daerah bukan kawasan hutan seluas 2.043.604,90 Ha atau menempati 44,81 % wilayah BPDASHL Asahan Barumun.

Kawasan hutan terluasnya merupakan kawasan hutan lindung seluas 1.005.832,77 Ha atau menempati 22,06 % luas

wilayah kerja. Kondisi fungsi kawasan selengkapnya tersaji pada Tabel 2.7 berikut :

Tabel 2.7. Fungsi Kawasan di Wilayah BPDASHL Asahan Barumun


No Penggunaan Lahan Luas %
Kawasan Suaka Alam (KSA)/Kawasan Pelestarian Alam
1
(KPA)/Taman Buru (TB) 427.000,80 9,36
2 Kawasan Hutan Lindung 1.206.881 26,46
3 Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) 641.769 14,07
4 Kawasan Hutan Produksi (HP) 704.452 15,45
6 Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi(HPK) 75.684 1,66
7 Areal Pengguanaan Lain (APL) 1.504.605,69 32,99
TOTAL 4.560.400,69 100,00

Sumber : Peta Kawasan Hutan Wilayah BPDAS Asahan Barumun, 2014

20
7
B. Gambaran Umum Kelompok Tani Penerima Kebun Bibit Rakyat

1. Kabupaten Toba Samosir

Penetapan Kelompok Tani pembuatan Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Toba Samosir berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Balai PDASHL Asahan Barumun Nomor: SK 41/BPDASHL.AB/2018 tanggal 9 April 2018 tentang

Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR Tahun 2018 pada Satuan Kerja Kesatuan Pengelolaan

Hutan Wilayah IV di Kabupaten Toba Samosir disajikan pada tabel 2.8 berikut ini:

Tabel 2.8. Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR di Kabupaten Toba Samosir

No Nama Kelompok Desa Kecamatan Kabupaten Titik Koordinat

1 Maju Tangga Batu II Parmaksian Toba Samosir 02⁰ 28' 26,4'' N 99⁰ 10' 28,0'' E

2 Usaha Bersama Nalela Porsea Toba Samosir 02⁰ 28' 46,5'' N 99⁰ 07' 25,6'' E

3 Marsada Rautbosi Porsea Toba Samosir 02⁰ 28' 45,4'' N 99⁰ 06' 0,21'' E

2. Kabupaten Tapanuli Utara


Penetapan Kelompok Tani pembuatan Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Tapanuli Utara berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Balai PDASHL Asahan Barumun Nomor: SK 42/BPDASHL.AB/2018 tanggal 09 April 2018 tentang

21
7
Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR Tahun 2017 pada Satuan Kerja Kesatuan Pengelolaan

Hutan Wilayah XII di Kabupaten Tapanuli Utara disajikan pada tabel 2.9 berikut ini:

Tabel 2.9. Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR di Kabupaten Tapanuli Utara

No Nama Kelompok Desa Kecamatan Kabupaten Titik Koordinat

1 Rimbanami Lestari Parbubu II Tarutung Tapanuli Utara 01⁰ 58' 51,1''N 98⁰ 58' 46,8''E

2 Lestari Siaro Siborong borong Tapanuli Utara 02⁰ 13' 20,3''N 98⁰ 57' 45,7''E

3 Martua Pagaran Pisang Adiankoting Tapanuli Utara 01⁰ 51' 51,1''N 98⁰ 54' 23,1''E

3. Kabupaten Humbang Hasundutan

Penetapan Kelompok Tani pembuatan Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Humbang Hasundutan berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Balai PDASHL Asahan Barumun Nomor: SK 43/BPDASHL.AB/2018 tanggal 09 April 2018 tentang

Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR Tahun 2018 pada Satuan Kerja Kesatuan Pengelolaan

Hutan Wilayah IV di Kabupaten Humbang Hasundutan disajikan pada tabel 2.10 berikut ini:

Tabel 2.10. Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR di Kabupaten Humbang Hasundutan

22
7
No Nama Kelompok Desa Kecamatan Kabupaten Titik Koordinat

1 Ribawan Muda Sosor Gonting Dolok Sanggul Humbang Hasundutan 02⁰ 16' 14,8''N 98⁰ 46' 30,9''E

2 Maduma Sibuntuon Parpea Lintong Nihuta Humbang Hasundutan 02⁰ 16' 55,6''N 98⁰ 52' 45,5''E

4. Kabupaten Padang Lawas Utara

Penetapan Kelompok Tani pembuatan Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Balai PDASHL Asahan Barumun Nomor: SK 43/BPDASHL.AB/2018 tanggal 09 April 2018 tentang

Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR Tahun 2018 pada Satuan Kerja Kesatuan Pengelolaan

Hutan Wilayah VI di Kabupaten Tapanuli Selatan disajikan pada tabel 2.11 berikut ini:

Tabel 2.11. Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR di Kabupaten Tapanuli Selatan

No Nama Kelompok Desa Kecamatan Kabupaten Titik Koordinat

1 Parsadaan Gunung Manaon Padang Bolak Padang Lawas Utara 01⁰ 26' 46,0''N 99⁰ 36' 14,1''E

2 Saba Biara Sigama Ujung Gading Padang Bolak Padang Lawas Utara 01⁰ 26' 46,0''N 99⁰ 36' 14,1''E

23
7
III. METODE PELAKSANAAN

A. Tahapan Pelaksanaan

Kegiatan awal yang harus dilakukan dalam rangka pembangunan Kebun Bibit Rakyat adalah koordinasi dan sosialisasi,

kegiatan ini merupakan persiapan pelaksanaan yang diawali dengan mempersiapkan administrasi, antara lain

mencakup : studi pustaka (pedoman/juklak), surat menyurat, rancangan teknis, pembinaan teknis, tata waktu

pelaksanaan, rencana anggaran biaya (RAB), dll.

Adapun tahapan-tahapan pembuatan Kebun Bibit Rakyat adalah sebagai berikut :

a. Koordinasi;

b. Sosialisasi;

c. Pengendalian;

d. Pembinaan; dan

e. Pelaporan

24
7

B. Tata Waktu Pelaksanaan

Tabel 3.1 Tata Waktu Pelaksanaan KBR

Bulan
No Kegiatan
T-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Koordinasi dan Sosialisasi
2 Pengajuan usulan/proposal KBR
3 Verifikasi administrasi dan Teknis
4 Penetapan KBR oleh Kepala Balai
5 Penyusunan RUKK dan SPKS
6 Pembuatan KBR
7 Penyusunan Rancangan Penanaman
8 Penanaman bibit KBR
9 Pengendalian, pembinaan, pelaporan

C. Analisis Data

3.2.1. Bidang Kelembagaan

a. Satker Pelaksana

Kebijakan pengelolaan di bidang kehutanan pada Satker Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Kabupaten/Kota

sangat ditentukan Oleh: 1). Sarana dan Prasarana, 2). Sumber Daya Manusia (SDM), 3). Kebijakan Kabupaten/Kota

25
7
yang bersangkutan, 4). Dan lain sebagainya sehingga mempengaruhi terhadap Pelaksanaan Pembangunan yang di

tandai dengan: 1). Tinggi rendahnya Prosentase (%) Penyerapan Anggaran pada satker yang bersangkutan, 2).

Bimbingan Teknis, 3). Monitoring dan Evaluasi Kegiatan dan 4). Pelaporan Kegiatan.

b. Kelompok Pengelola KBR

Kelompok Pengelola Kebun Bibit Rakyat merupakan kelompok tani pelaksana Pembuatan persemaian pada

Desa/lokasi didalam, diluar dan disekitar kawasan Hutan dalam rangka penanggulangan lahan kritis, lahan kosong

dan lahan terlantar lainnya.

Pemberdayaan kelompok dalam rangka meningkatkan keberhasilan persemaian sangat ditentukan oleh kemampuan

kelompok tersebut dalam perencanaan, pengaturan anggota kelompok, pelaksanaan dan pengawasan terhadap

pelaksanaan KBR tersebut. Beberapa fungsi managemen tersebut antara lain berupa :

1. Perencanaan

Keberhasilan suatu kegiatan sangat ditentukan oleh perencanaan yang baik, dengan mengkaji suatu wilayah

Pedesaan untuk memahami Situasi, Kondisi dan potensi Wialayah Pedesaan secara efisein dan menyeluruh

dengan melibatkan berbagai lembaga dan masyarakat pedesaan dengan menggunakan pendekatan Partisifatif.

Dengan melibatkan lemabaga lembaga dan masyarakat di pedesaan dalam merencanakan suatu kegiatan

26
7
membuat rasa memiliki masyarakat terhadap kegiatan tersebut lebih tinggi sehingga ada minat masyarakat untuk

memelihara, menjaga dan mengembangkan kegiatan dimasa masa yang akan datang.

2. Kelompok Pengelola

Pembentukan kelompok pengelola Kebun Bibit Rakyat dibentuk dan dipilih secara Musyawarah dan mufakat untuk

menetapkan Nama kelompok, ketua dan pengurus lainnya dan kemudian ditetapkan oleh pemerintah setempat

sebagai dasar hukum yang syah. Kelompok pengelola mempunyai struktur, tugas dan tanggung jawab yang jelas

sehingga menghasilkan kenerja yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.

3. Pengelolaan

Pengelolaan Kebun Bibit Rakyat melibatkan semua anggota kelompok dengan pembagian tugas dan tanggung

jawab serta hak yang jelas. Pemberian tugas yang jelas tersebut memberikan dampak hubungan antara anggota

selalu harmonis, akur sehingga membuat situasi dan kondisi yang kondisif sehingga terciptanya dinamika

kelompok yang baik. Dinamika kelompok yang baik dapat meningkatkan kenerja dan hasil yang diharapkan lebih

maksimal seperti yang diharapkan.

27
7
4. Pengawasan

Pengendalian dan pengawasan suatu kegiatan sangat perlu dilakukan baik oleh lembaga/stakeholder terkait

maupun oleh kelompok pengelola dengan tujuan terkendalinya jenis kegiatan yang telah dilaksanakan.

Monitoring dalam rangka pengendalian adalah untuk memperoleh data dan informasi yang akurat terhadap suatu

kegaiatan. Data dan informasi tersebut dipergunakan untuk mengambil langkah dan kebijakan dalam hal

perencaan kegiatan untuk masa yang akan datang.

Secara umum penguatan kelembagaan kelompok pengelola KBR dapat dilihat antara lain :

1) Administrasi

Dokumen administrasi kelompok pengelola kebun bibit rakyat antara laian berupa :

a. Buku tamu kelompok,

b. Anggaran dasar/anggaran rumah tangga kelompok/aturan intern kelompok lainnya,

c. Rencana kerja kelompok,

d. Rencana kelompok dapat berupa :

▪ Rencana kebutuhan kelompok/ Rencana defenitif kebutuhan kelompok (RDK/RDKK) dan/ atau Rencana

Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK),

28
7
▪ Rencana kerja kelompok bulanan,

▪ Rencana kerja kelompok Semester,

▪ Rencana kerja kelompok tahunan,

e. Melakukan surat menyurat :

▪ Surat masuk,

▪ Surat keluar,

▪ Surat undangan,

▪ Notulen rapat,

▪ Dokumentasi kegiatan kelompok berupa Foto, video dan sebagainya.

2) Organisasi

a. Kelompok pengelola di bentuk secara musyawarah,

b. Kelompok telah ditetapkan dengan surat keptusan Aparat Pemerintah,

c. Kelompok pengelola mempunyai Struktur organisasi yang jelas.

29
7
3.2.2. Bidang Teknis.

Persemaian sementara atau juga yang dikenal dengan persemaian sederhana biasanya dibangun dan dikelola oleh

kelompok-kelompok tani atau perorangan dengan tetap memperhatikan persyaratan persyaratan teknis yang harus

dipenuhi dengan tujuan dapat menghasilkan bibit yang berkualitas dan dalam Jumlah yang telah direncanakan. Untuk

mencapai tingkat keberhasilan tersebut, beberapa persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan/tahapan

pekerjaan pembangunan Persemaian yang baik :

a. Perencanaan

Persyaratan Lokasi Kebun Bibit Rakyat

Kriteria Desa Sebagai lokasi KBR sebagai berikut :

 Berada dalam DAS Prioritas,

 Memiliki Lahan kritis, lahan kosong atau lahan kosong,

 Secara umum mata pencarian Penduduknya tergantung pada sektor pertanian (Kehutanan, Perkebunan dan

Pertanian),

 Terdapat kelompok pengelola.

30
7
Disamping kriteria desa lokasi KBR tersebut diatas, hal yang sangat penting mempengaruhi tingkat keberhasilan

pembuatan bibit dengan target 25.000 batang adalah persyaratan lokasi persemaian sbb:

- Luas 0,125 Ha,

- Topografi datar ( 0-8 % ),

- Tanah subur, Bebas banjir, Cukup cahaya,

- Areal bebas sangketa/ tidak diperuntukan untuk kegiatan lain.

- Tersedia sumber air secara terus menerus,

- Aksebilitas tinggi atau mudah dijangkau/didatangi.

- Dekat dengan lokasi penanaman.

Faktor penunjang yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pembuatan bibit KBR adalah :

- Lahan tidak dalam sangketa atau tidak diperuntukan untuk kegiatan lainnya.

- Lahan bersih dari tumbuhan penggangu,

- Batas lokasi persemaian harus jelas/ Patok lokasi ada,

- Lokasi dipagar ( bila perlu )

31
7
b. Pelaksanaan

1) Sarana dan Prasarana :

 Gubuk kerja,

 Papan nama, meliputi : papan nama Kegiatan ( Nama kegiatan, lokasi, luas areal, jenis bibit, tahun

pembuatan dsb.

 Papan mutasi (Jumlah dan jenis bibit, tanggal semai, tanggal penyapihan,penyaluran bibit, dsb).

 Bedengan :

- Bedeng tabur/ bedeng semai

- Bedeng sapih

Bedeng sapih digunakan untuk memisahkan penyapihan bibit dengan menggunakan polybag dengan ukuran

disesuaikan dengan jenis bibit : kayu-kayuan (10x15) cm, dan MPTS ( 12x17 ) cm.

 Naungan

- Dibuat sesuai dengan kebutuhan.

 Jalan Inpeksi

32
7
- Dibuat diantara bedengan ukuran disesuaikan untuk memudahkan jalan dan aktifitas dalam persemaian

(Penyiraman, Pengangkutan bibit, dll)

 Sarana Penyiraman

Sarana penyiraman berupa :

- Bak penampung air, selang air, gembor, ember, gayung

- Pompa air ( bila memungkinkan).

2) Pemilihan jenis benih/tanaman :

• Disesuaikan dengan keinginan Masyarakat setempat/kelompok pengelola.

• Kondisi calon lokasi tanam.

- Tingkat kesuburan tanah,

- Vegetasi /penutupan lahan,dsb.

• Kebutuhan benih :

Berdasarkan 1). Kebutuhan bibit, 2). jml benih/kg, dan 3). Prosen tumbuh (%)

- Contoh 1. Kebutuhan Bibit 25.000, benih/kg 1000 btr, Prosentase (%) tumbuh 80 %, maka :

25.000/1000 X 100/80 = 31,25 Kg benih.

33
7
- Contoh 2. Kebutuhan bibit 20.000, jumlah benih 8.000/kg

Prosentase tumbuh 75 %, maka : 20.000/8000 X 100/75 = 3,33 kg benih.

• Kebutuhan Bibit : Kebutuhan bibit berdasarkan :

- Luas lahan yang akan ditanam,

- Jarak tanam,

- Persiapan untuk penyulaman 10 %

3) Pemeliharaan Persemaian

a. Pembersihan tanaman pengganggu atau gulma,

b. Penyulaman,

c. Penyiraman,

d. Pemupukan dan

e. Pemberantasan hama/penyakit.

3.2.3. Penanaman

Bentuk kegiatan penanaman disesuaikan dengan kondisi lahan, dimana untuk kelerengan yang datar sampai landai

berbentuk Jalur dan untuk kelerengan yang agak curam sampai sangat curam berbentuk kontur (apabila berupa

34
7
penanaman hutan rakyat /dalam satu hamparan yang bersih). Apabila kegiatan berupa penghijauan lingkungan maka

penanaman dengan sistem cemplongan. Apabila areal datar, maka pola tanam dalam bentuk jalur (Gambar 3.1.(a)).

Pada pola tanam ini, larikan tanaman dibuat lurus dengan jarak tanam teratur. Jika pada areal yang agak curam sampai

dengan curam menggunakan pola seperti gambar 3.1.(b). Penanaman dilakukan dengan jumlah tanaman 667 batang/Ha.

Bentuk pola tanam ini disesuaikan dengan kondisi areal atas persetujuan pemberi kerja (UPT/Dinas Kabupaten/Kota).

(a) Pola Tanam Jalur (b) Pola Tanam Kountur


Gambar 3.1. Pola Tanam

35
7
Bentuk lubang tanaman dapat di lihat Gambar 3.2 berikut :

30 cm • Bibit setelah di lepaskan dari polybag

• Ditimbun dengan topsoil


30 cm
• Bagian dasar lubang tanam

30 cm

Gambar 3.2. Bentuk Lubang Tanam

Bibit yang telah disediakan ditanam pada lubang tanam yang telah dipersiapkan. Apabila bibit menggunakan polybag, maka

sebelum ditanam polybag harus dilepas dengan cara disobek menggunakan pisau, dengan terlebih dahulu media dipadatkan

dengan cara meremas atau menekan kantong. Bibit diletakkan di tengah lubang secara vertikal, ditimbun secara hati-hati

dengan tanah di sisi lubang sampai batas leher akar, kemudian tanah di sekitar bibit dipadatkan dengan jalan ditekan perlahan-

lahan sampai terjadi kontak antara perakaran dengan tanah. Penanaman di lapangan dilakukan saat musim hujan, pada waktu

36
7
pagi hari atau ketika keadaan cuaca mendung. Setelah selesai ditanam, kantong polybag diletakkan di atas ajir tanaman untuk

menandakan lubang yang telah ditanam.

37
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Target Pembangunan Kebun Bibit Rakyat

Target pembuatan Kebun Bibit Rakyat sebanyak 10 Unit berada di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Toba Samosir,
Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, dan Padang Lawas Utara seperti disajikan pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Target Pembangunan Kebun Bibit Rakyat Tahun 2018

No Nama Kelompok Desa Kecamatan Kabupaten Titik Koordinat

1 Maju Tangga Batu II Parmaksian Toba Samosir 02⁰ 28' 26,4'' N 99⁰ 10' 28,0'' E

2 Usaha Bersama Nalela Porsea Toba Samosir 02⁰ 28' 46,5'' N 99⁰ 07' 25,6'' E

3 Marsada Rautbosi Porsea Toba Samosir 02⁰ 28' 45,4'' N 99⁰ 06' 0,21'' E

4 Rimbanami Lestari Parbubu II Tarutung Tapanuli Utara 01⁰ 58' 51,1''N 98⁰ 58' 46,8''E

5 Lestari Siaro Siborong borong Tapanuli Utara 02⁰ 13' 20,3''N 98⁰ 57' 45,7''E

6 Martua Pagaran Pisang Adiankoting Tapanuli Utara 01⁰ 51' 51,1''N 98⁰ 54' 23,1''E

7 Ribawan Muda Sosor Gonting Dolok Sanggul Humbang Hasundutan 02⁰ 16' 14,8''N 98⁰ 46' 30,9''E

8 Maduma Sibuntuon Parpea Lintong Nihuta Humbang Hasundutan 02⁰ 16' 55,6''N 98⁰ 52' 45,5''E

9 Parsadaan Gunung Manaon Padang Bolak Padang Lawas Utara 01⁰ 26' 46,0''N 99⁰ 36' 14,1''E

10 Saba Biara Sigama Ujung Gading Padang Bolak Padang Lawas Utara 01⁰ 26' 46,0''N 99⁰ 36' 14,1''E

38
7

B. Realisasi Pembangunan Kebun Bibit Rakyat

Realisasi Pembuatan Bibit KBR di Wilayah Kerja BPDASHL Asahan Barumun sebanyak 10 Unit adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Realisasi Pembangunan Kebun Bibit Rakyat


Kabupaten Nama Kelompok Jumlah Bibit
1. Toba Samosir 1. Maju 1. Alpukat : 3.000
2. Petai : 5.000
3. Durian : 2.000
4. Pinang : 6.000
5. Kopi : 4.000
Jumlah 20.000
2. Marsada 1. Kopi : 6.000
2. Durian : 3.500
3. Petai : 4.000
4. Jengkol : 500
5. Alpukat : 4.000
6. Pinang : 2.000
Jumlah 20.000
3. Usaha Bersama 1. Alpukat : 4.000
2. Petai : 6.000
3. Kopi : 6.000
4. Durian : 4.000
Jumlah 20.000
2. Tapanuli Utara 1. Lestari 1. Alpukat : 6.100

39
7
2. Kopi : 9.000
3. Suren : 4.900

Jumlah : 20.000
2. Martua 1. Alpukat : 7.300
2. Suren : 12.700

Jumlah : 20.000
3. Rimbanami Lestari 1. Kopi : 7.106
2. Kemenyan : 1.479
3. Alpukat : 4.964
4. Suren : 6.702
Jumlah : 20.251
3. Humbang Hasundutan 1. Rimbawan Muda 1. Kopi : 6.500
2. Alpukat : 5.500
3. Suren : 8.000
Jumlah : 20.000
2. Maduma 1. Kopi : 8.500
2. Alpukat : 3.500
3. Suren : 8.000
Jumlah : 20.000
3. Padang Lawas Utara 1. Parsadaan 1. Pinang : 10.000
2. Kopi : 6.000
3. Petai Cina : 1.000
4. Mahoni : 3.000
Jumlah 20.000
2. Sababiara 1. Pinang, : 9.963
2. Mahoni, : 2.877

40
7
3. Kopi, : 6.041
4. Petai Cina, : 1.119
Jumlah : 20.000

C. Permasalahan dan Upaya Tindak Lanjut

Adapun yang menjadi kendala yang dialami antara lain seperti :

a. Kurangnya pengetahuan anggota kelompok tentang tata cara administrasi menyangkut penyusunan RUKK termasuk

point-point utama yang akan diajukan,

b. Kurangnya perencanaan yang matang di tingkat kelompok (belum optimal), seperti penyusunan RUKK, penentuan

jenis tanaman sehingga terkendala benih dan waktu

c. Dukungan pelaksanaan tidak sepenuhnya melibatkan seluruh anggota kelompok sehingga pembagian kerja tidak

terbagi yang pada gilirannya pencapaian tujuan tidak memenuhi waktu yang telah ditetapkan.

d. Sulit berkoordinasi dengan kelompok karena minimnya fasilitas telepon seluler kelompok tani,

41
7
Upaya Pemecahan Masalah:

a. Mengarahkan Pendamping Lapangan untuk melakukan pendampingan dan memfasilitasi tiap-tiap kelompok dalam

hal penyusunan dan pengajuan RUKK sesuai dengan aturan yang berlaku agar dapat terlaksana dengan baik sesuai

tujuan.

b. Mengarahkan Pendamping Lapangan untuk melakukan koordinasi langsung dengan kelompok tani.

42
7
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasar pada hasil pelaksanaan kegiatan Kebun Bibit Rakyat di SWP DAS dan Hutan Lindung Asahan Barumun Tahun

2018, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Penetapan lokasi dan kelompok masyarakat penerima KBR sebanyak 10 unit dengan alokasi di 4 (Empat)

Kabupaten meliputi Kabupaten Toba Samosir sebanyak 3 Unit, Kabupaten Tapanuli Utara sebanyak 3 Unit,

Kabupaten Humbang Hasundutan sebanyak 2 Unit dan Kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 2 Unit.

b. Secara keseluruhan pelaksanaan pembuatan bibit hasil KBR tahun 2018 telah selesai dilaksanakan dengan realisasi

sebanyak 10 unit KBR dengan jumlah bibit masing-masing kelompok sebanyak minimal 20.000 batang dan telah di

serah terimakan.

c. Untuk penanaman bibit hasil KBR di masing-masing kelompok tani sebanyak 20.000 batang per unit KBR akan

dilaksanakan pada awal tahun 2019 sesuai dengan peta rancangan penanaman KBR yang telah disusun.

43
7

B. SARAN

Saran yang dapat direkomendasikan terkait pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR) di SWP DAS Asahan Barumun

tahun 2018, adalah :

a. Kelompok pengelola Kebun Bibit Rakyat memegang peranan sangat penting dalam terwujudnya pembangunan KBR,

oleh karenanya diperlukan suatu pembinaan yang terus menerus dan secara kontinue baik administrasi maupun

teknis sehingga pencapaiannya dapat dilaksanakan secara maksimal.

b. Dalam rangka pencapaian target fisik pelaksanaan pembangunan KBR di masing-masing Satker Pelaksana

diharapkan pelaksanaan kegiatan dapat menyesuaikan jumlah unit KBR dengan waktu pelaksanaan sehingga dalam

penyelenggaraannya dapat dilakukan secara optimal.

c. Diharapkan masing-masing Unit Kelompok Pengelola melakukan pelaksanaan di lapangan mengikuti

pedoman/aturan yang telah dibuat dan tetap berkoordinasi dengan Satker Pelaksana dalam hal ini adalah PL-KBR

sehingga pencapaian tujuan lebih maksimal.

44
LAMPIRAN

45
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBUATAN KBR DI BPDASHL ASAHAN BARUMUN TAHUN 2018

A. Kabupaten Toba Samosir

1. Kelompok Tani Maju

Pembuatan Bibit KBR di Kelompok Tani Maju

46
2. Kelompok Tani Usaha Bersama

Pembuatan Bibit KBR di Kelompok Tani Usaha Bersama

47
3. Kelompok Tani Marsada

Pembuatan Bibit KBR di Kelompok Tani Marsada

48
B. Kabupaten Tapanuli Utara

1. Kelompok Tani Lestari

Pembuatan Bibit KBR di Kelompok Tani Lestari

49
2. Kelompok Tani Rimbanami Lestari

Pembuatan Bibit KBR di Kelompok Tani Rimbanami Lestari

50
3. Kelompok Tani Martua

Pembuatan Bibit KBR di Kelompok Tani Martua

51
C. Kabupaten Humbang Hasundutan

1. Kelompok Tani Maduma

Pembuatan Bibit KBR di Kelompok Tani Maduma

52
2. Kelompok Tani Rimbawan Muda

Pembuatan Bibit KBR di Kelompok Tani Rimbawan Muda

53
D. Kabupaten Padang Lawas Utara

1. Kelompok Tani Sababiara

Pembuatan Bibit KBR di Kelompok Tani Sababiara

54
2. Kelompok Tani Parsadaan

Pembuatan Bibit KBR di Kelompok Tani Parsadaan

55

Anda mungkin juga menyukai