LAPORAN AKHIR
Dalam rangka memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, BPDASHL Asahan Barumun melaksanakan kegiatan Pembangunan Kebun Bibit Rakyat dengan tujuan mendukung program
penghijauan dan pelestarian alam untuk meningkatkan kesejahteraan melalui upaya pemeliharaan tanaman yang produktifitas dalam
waktu relatif singkat.
Buku laporan pelaksanaan Pembangunan Kebun Bibit Rakyat di wilayah kerja Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung
Asahan Barumun meliputi kegiatan pembuatan dan penanaman bibit hasil KBR sesuai rancangan teknis yang telah ditentukan sebagai
pertanggungjawaban sekaligus untuk mengetahui hasil yang telah dicapai serta permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan
kegiatan dan upaya tindak lanjut guna dijadikan bahan masukan, pertimbangan dan evaluasi bagi pengambil keputusan dalam
menentukan kebijakan selanjutnya sehingga kegiatan pembangunan KBR dalam rangka memulihkan DAS dan lahan kritis pada tahap-
tahap berikutnya dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan mencapai hasil yang maksimal.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat sehingga kegiatan Pembangunan Kebun Bibit Rakyat dalam
rangka meningkatkan fungsi hutan dan lahan pada tahun berikutnya dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Kepala Balai,
Ir. Tekstiyanto, MP
NIP. 19661012 199403 1 001
1
7
DAFTAR ISI
Hal
I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang......................................................................................................................... 1
2
7
II GAMBARAN UMUM.................................................................................................................................. 7
A Tahapan Pelaksanaan...................................................................................................... 20
C Analisis Data................................................................................................................... 21
3
7
V PENUTUP ............................................................................................................................... 37
A Kesimpulan .................................................................................................................... 37
B Saran ........................................................................................................................... 38
4
7
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan Pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR) ini merupakan suatu kegiatan upaya penyediaan bibit berkualitas
melalui pembuatan bibit jenis tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna (MPTS) oleh Kelompok Masyarakat Pengelola.
Kegiatan ini juga suatu upaya menanam di lahan kritis atau lahan kosong dan lahan tidak produktif di luar kawasan hutan.
Keinginan masyarakat untuk menanam tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna dalam berbagai upaya rehabilitasi
hutan dan lahan, dibatasi oleh ketidakmampuan mereka untuk memperoleh bibit yang baik, sehingga masyarakat
cenderung untuk menanam tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna dari biji atau benih asalan atau yang tidak jelas
asal usulnya sehingga tanaman tersebut akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk berproduksi dan apabila nantinya
Bertolak dari pengalaman tersebut, dipandang perlu untuk merumuskan kegiatan penyediaan bibit yang lebih baik yang
berbasis pemberdayaan masyarakat dengan nama Kebun Bibit Rakyat (KBR). Kebun Bibit Rakyat merupakan program
pemerintah untuk menyediakan bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna (MPTS) yang dilaksanakan secara
swakelola oleh kelompok masyarakat, bibit kebun bibit rakyat ini dipergunakan untuk merehabilitasi hutan dan lahan kritis
5
7
Salah satu kegiatan untuk mendukung program Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan pemberdayaan masyarakat adalah
pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR). KBR dimaksud adalah untuk menyediakan bibit tanaman kayu-kayuan atau
tanaman serbaguna (MPTS) dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mendukung pemulihan
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan sangat terkait dengan keberadaan dan aktifitas masyarakat, baik secara individu
maupun anggota kelompok. Peran serta masyarakat harus didorong secara berkelanjutan, agar kegiatan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan dapat menjadi tanggung jawab bersama. Salah satu upaya untuk mendorong peran serta masyarakat tersebut
adalah melalui pemberian insentif kepada masyarakat dalam kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, sekaligus sebagai
upaya meningkatkan kepedulian, kemampuan dan kemandirian masyarakat serta untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat.
Maksud pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang hasil pelaksanaan kegiatan Pembuatan Kebun
Bibit Rakyat sebanyak 10 Unit yang telah dilaksanakan oleh 10 Kelompok Tani KBR di 4 (Empat) Kabupaten, sedangkan
tujuannya adalah sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
6
7
C. Dasar Pelaksanaan
Dasar pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR) di Satuan Wilayah Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Asahan Barumun
1. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.18 /MenLHK-II/2015 tanggal 14 April 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Bibit Rakyat.
4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.39/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor: P.9/Menhut-II/2013 Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung dan Pemberian Insentif
D. Sasaran Kegiatan
Sasaran pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) di Satuan Wilayah Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Asahan Barumun
Tahun 2018 berada pada 4 (Empat) UPT. Kesatuan Pengelolaan Hutan di Kabupaten/Kota :
2. KPH Wilayah XII Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara sebanyak 3 Unit KBR,
7
7
3. KPH Wilayah XIII Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan sebanyak 2 Unit KBR,
E. Sumber Biaya
Pembiayaan kegiatan pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) di Satuan Wilayah Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Asahan
Barumun Tahun 2018 bersumber pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) BA. 29 pada Balai Pengelolaan Daerah
F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan pelaksanaan kegiatan yang terkait realisasi pelaksanaan pembuatan Kebun Bibit Rakyat sebanyak
1. Pendahuluan
3. Metode Pelaksanaan
8
7
G. Pengertian
Pengertian-pengertian yang terkait pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) di Satuan Wilayah Pengelolaan DAS dan Hutan
1. Benih adalah bahan tanaman yang berupa bahan generatif (biji) atau bahan vegetatif yang digunakan untuk
2. Bibit adalah tumbuhan muda hasil pengembangbiakan secara generatif atau secara vegetatif.
3. Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Jenis Tanaman Serbaguna (Multi Purpose Tree Species/MPTS) adalah jenis tanaman yang menghasilkan kayu dan
5. Kebun Bibit Rakyat yang selanjutnya disingkat KBR adalah kebun bibit yang dikelola oleh kelompok masyarakat baik
laki-laki maupun perempuan melalui pembuatan bibit berbagai jenis tanaman hutan dan/atau tanaman serbaguna
6. Kelompok masyarakat pelaksana KBR adalah kelompok masyarakat yang menyusun rencana, melaksanakan, dan
9
7
7. Tim Perencana adalah anggota kelompok masyarakat yang dipilih oleh anggota kelompok masyarakat pelaksana KBR
dengan anggota paling sedikit 3 (tiga) orang, bertugas menyusun Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK).
8. Tim Pelaksana adalah anggota kelompok masyarakat yang dipilih oleh anggota kelompok masyarakat pelaksana KBR
dengan anggota paling sedikit 3 (tiga) orang, bertugas melaksanakan pembangunan KBR sesuai RUKK.
9. Tim Pengawas adalah anggota kelompok masyarakat yang dipilih oleh anggota kelompok masyarakat pelaksana KBR
dengan anggota paling sedikit 3 (tiga) orang, bertugas mengawasi pelaksanaan pembangunan KBR sesuai RUKK.
10. Pendampingan adalah penguatan kelembagaan kelompok masyarakat oleh Petugas Lapangan Kebun Bibit
11. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok yang selanjutnya disingkat RUKK adalah rencana pembangunan KBR yang disusun
oleh kelompok, antara lain memuat nama dan alamat kelompok, lokasi, jenis dan jumlah bibit, asal benih, komponen
12. Surat Perjanjian Kerjasama (SPKS) adalah perjanjian antara kelompok masyarakat dengan Pejabat Pembuat Komitmen
yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam pelaksanaan pembuatan KBR.
Sumber benih adalah suatu tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih yang berkualitas.
10
7
II. GAMBARAN UMUM
Wilayah kerja BPDAS Asahan Barumun berdasarkan Instruksi Menteri Kehutanan Nomor : INS.3/Menhut-II/2009
terletak di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau. Secara geografis wilayah BPDAS Asahan Barumun
terletak pada posisi koordinat 97° 3' 27” s/d 100° 29' 3” Bujur Timur dan 3° 11' 49” Lintang Utara s/d 0° 38' 19''
Sebelah Utara : DAS Bolon, DAS Padang, DAS Ular, DAS Wampu
Hasil tumpang susun antara batas DAS hasil revisi tahun 2009 sesuai penetapan wilayah kerja BPDAS dalam instrusksi
Menhut II/2009 dengan batas administrasi, wilayah administrasi yang masuk kedalam wilayah kerja BPDASHL Asahan
11
7
Barumun terdiri dari 23 Kabupaten dan 4 Kota. Luas dan prosentase wilayah administrasi secara keseluruhan yang
masuk kedalam batas wilayah BPDAS Asahan Barumun dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
12
7
22. Kab. Tapanuli Utara Sumatera Utara 380.190,24 8,34
No. Kabupaten Propinsi Luas (ha) Prosentase (%)
23. Kab. Toba Samosir Sumatera Utara 207.325,98 4,55
24. Kota Gunung Sitoli Sumatera Utara 29.515,95 0,65
25. Kota Padang Sidimpuan Sumatera Utara 14.775,10 0,32
26. Kota Sibolga Sumatera Utara 1.112,08 0,02
27. Kota Tanjung Balai Sumatera Utara 6.143,61 0,13
28. Danau Toba Sumatera Utara 113.135,56 2,48
Luas Total 4.560.400,69 100,00
Sumber : Analisa Peta DAS dan Administrasi Skala 1 : 50.000 Wilayah BPDAS Asahan Barumun th. 2013
Berdasarkan Daerah Aliran Sungai di wilayah BPDASHL Asahan barumun terdapat 183 (seratus delapan puluh tiga)
DAS yang tersebar dalam 28 Kabupaten/kota, yang selanjutnya dibagi menjadi 10 (sepuluh) Satuan Wilayah
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dalam efektivitas pengelolaannya. Pembagian SWP DAS Asahan Barumun dapat
13
7
No. Nama SWP Administrasi (Kabupaten) Luas (Ha)
6. Asahan,
7. Kota Tanjung Balai
2. Kualuh 1. Toba Samosir,
2. Labuhan Batu Utara, 425.637,33
3. Labuhan Batu
3. Batang Toru 1. Tapanuli Utara,
2. Tapanuli Tengah, 383.494,54
3. Tapanuli Selatan,
4. Humbang Hasundutan
4. Barumun Bilah 1. Tapanuli Selatan,
2. Padang Lawas Utara,
3. Padang Lawas, 1.338.385,82
4. Tapanuli Utara,
5. Labuhan Batu Selatan
5. Batang Natal Mandailing Natal 306.850,00
14
7
No. Nama SWP Administrasi (Kabupaten) Luas (Ha)
10. Telo Nias Selatan 110.785,46
Jumlah 4.560.400,69
3. Bentuk Lahan
Berdasarkan sistem lahan yang ada, maka dapat digunakan untuk mengklasifikasikan menjadi bentuk lahan yang
terdapat di wilayah BPDASHL Asahan Barumun seperti dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :
15
7
4. Topografi
Berdasarkan bentuk topografi, wilayah BPDAS Asahan Barumun sebagian besar merupakan daerah berfisiografi sangat
curam sekitar 1.861.877,81 Ha atau 40,83 % dari luas wilayah, selebihnya berfisiografi datar hingga curam. Pegunungan
berada pada bagian tengah wilayah kerja yaitu di bagian tengah Pulau Sumatera yang merupakan wilayah yang
berbatasan dengan Danau Toba dan sekitarnya. Tinggi tempat mulai 0 m s/d 2.150 m dpl. Adapun kondisi kemiringan
lahan mulai dari datar 25,73 %, landai 7,19 %, agak curam 7,74 %, curam 15,40 %, dan sangat curam 40,83 % dan
16
7
2 9 - 15 % Landai 327.995,74 7,19
3 16 - 25 % Agak Curam 353.167,05 7,74
4 26 - 40 % Curam 702.404,49 15,40
5 > 40 % Sangat Curam 1.861.877,81 40,83
TOTAL 4.560.400,69 100,00
Sumber : Analisa Peta Lereng Skala 1 : 25.000 BPDAS Asahan Barumun
5. Penutupan Lahan
Penutupan lahan/vegetasi merupakan kondisi permukaan bumi yang menggambarkan kenampakan penutupan lahan dan
vegetasi. Pola penggunaan lahan suatu daerah akan sangat berpengaruh terhadap aliran permukaan (run off), daya erosi
dan debit sungai yang terdapat didaerah tersebut. Seperti halnya sawah yang terdapat pada lereng curam, walaupun ada
masukan (input) berupa penterasan yang baik akan berdampak negatip terhadap lingkungan, kondisi tutupan lahan di
17
7
No Penutupan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)
18
7
No Penutupan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)
Sumber : Analisa Peta Penutupan Lahan Skala 1 : 100.000 (Dirjen Planologi, Kementerian Kehutanan Tahun 2011)
Dari analisa Tabel 6 diketahui bahwa penutupan lahan sebagian besar wilayah didominasi oleh pertanian lahan kering
seluas 1.394.772,45 Ha atau menempati 30,58 % wilayah kerja BPDAS Asahan Barumun. Sedangkan penutupan lahan
6. Produktivitas Lahan
Tingkat Produktivitas beberapa komoditi di Wilayah BPDASHL Asahan Barumun yang ditanam pada kawasan budidaya
pertanian pada umumnya tergolong sangat tinggi dengan rata-rata 75,23 % dari luasan wilayah kawasan budidaya
pertanian. Tingkat produktivitas lahan di wilayah BPDASHL Asahah Barumun sebagaimana Tabel 2.6 berikut :
19
7
Total 2.043.604,90 100,00
Sumber : Analisa Peta Land System dan survei lapangan Wilayah BPDAS Asahan Barumun tahun 2013
7. Fungsi Kawasan
Berdasarkan fungsi kawasan wilayah BPDASHL Asahan Barumun sebagian besar merupakan Areal penggunaan lain atau
daerah bukan kawasan hutan seluas 2.043.604,90 Ha atau menempati 44,81 % wilayah BPDASHL Asahan Barumun.
Kawasan hutan terluasnya merupakan kawasan hutan lindung seluas 1.005.832,77 Ha atau menempati 22,06 % luas
wilayah kerja. Kondisi fungsi kawasan selengkapnya tersaji pada Tabel 2.7 berikut :
20
7
B. Gambaran Umum Kelompok Tani Penerima Kebun Bibit Rakyat
Penetapan Kelompok Tani pembuatan Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Toba Samosir berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Balai PDASHL Asahan Barumun Nomor: SK 41/BPDASHL.AB/2018 tanggal 9 April 2018 tentang
Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR Tahun 2018 pada Satuan Kerja Kesatuan Pengelolaan
Hutan Wilayah IV di Kabupaten Toba Samosir disajikan pada tabel 2.8 berikut ini:
Tabel 2.8. Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR di Kabupaten Toba Samosir
1 Maju Tangga Batu II Parmaksian Toba Samosir 02⁰ 28' 26,4'' N 99⁰ 10' 28,0'' E
2 Usaha Bersama Nalela Porsea Toba Samosir 02⁰ 28' 46,5'' N 99⁰ 07' 25,6'' E
3 Marsada Rautbosi Porsea Toba Samosir 02⁰ 28' 45,4'' N 99⁰ 06' 0,21'' E
Keputusan Kepala Balai PDASHL Asahan Barumun Nomor: SK 42/BPDASHL.AB/2018 tanggal 09 April 2018 tentang
21
7
Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR Tahun 2017 pada Satuan Kerja Kesatuan Pengelolaan
Hutan Wilayah XII di Kabupaten Tapanuli Utara disajikan pada tabel 2.9 berikut ini:
Tabel 2.9. Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR di Kabupaten Tapanuli Utara
1 Rimbanami Lestari Parbubu II Tarutung Tapanuli Utara 01⁰ 58' 51,1''N 98⁰ 58' 46,8''E
2 Lestari Siaro Siborong borong Tapanuli Utara 02⁰ 13' 20,3''N 98⁰ 57' 45,7''E
3 Martua Pagaran Pisang Adiankoting Tapanuli Utara 01⁰ 51' 51,1''N 98⁰ 54' 23,1''E
Penetapan Kelompok Tani pembuatan Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Humbang Hasundutan berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Balai PDASHL Asahan Barumun Nomor: SK 43/BPDASHL.AB/2018 tanggal 09 April 2018 tentang
Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR Tahun 2018 pada Satuan Kerja Kesatuan Pengelolaan
Hutan Wilayah IV di Kabupaten Humbang Hasundutan disajikan pada tabel 2.10 berikut ini:
Tabel 2.10. Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR di Kabupaten Humbang Hasundutan
22
7
No Nama Kelompok Desa Kecamatan Kabupaten Titik Koordinat
1 Ribawan Muda Sosor Gonting Dolok Sanggul Humbang Hasundutan 02⁰ 16' 14,8''N 98⁰ 46' 30,9''E
2 Maduma Sibuntuon Parpea Lintong Nihuta Humbang Hasundutan 02⁰ 16' 55,6''N 98⁰ 52' 45,5''E
Penetapan Kelompok Tani pembuatan Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Balai PDASHL Asahan Barumun Nomor: SK 43/BPDASHL.AB/2018 tanggal 09 April 2018 tentang
Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR Tahun 2018 pada Satuan Kerja Kesatuan Pengelolaan
Hutan Wilayah VI di Kabupaten Tapanuli Selatan disajikan pada tabel 2.11 berikut ini:
Tabel 2.11. Penetapan Lokasi dan Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR di Kabupaten Tapanuli Selatan
1 Parsadaan Gunung Manaon Padang Bolak Padang Lawas Utara 01⁰ 26' 46,0''N 99⁰ 36' 14,1''E
2 Saba Biara Sigama Ujung Gading Padang Bolak Padang Lawas Utara 01⁰ 26' 46,0''N 99⁰ 36' 14,1''E
23
7
III. METODE PELAKSANAAN
A. Tahapan Pelaksanaan
Kegiatan awal yang harus dilakukan dalam rangka pembangunan Kebun Bibit Rakyat adalah koordinasi dan sosialisasi,
kegiatan ini merupakan persiapan pelaksanaan yang diawali dengan mempersiapkan administrasi, antara lain
mencakup : studi pustaka (pedoman/juklak), surat menyurat, rancangan teknis, pembinaan teknis, tata waktu
a. Koordinasi;
b. Sosialisasi;
c. Pengendalian;
d. Pembinaan; dan
e. Pelaporan
24
7
Bulan
No Kegiatan
T-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Koordinasi dan Sosialisasi
2 Pengajuan usulan/proposal KBR
3 Verifikasi administrasi dan Teknis
4 Penetapan KBR oleh Kepala Balai
5 Penyusunan RUKK dan SPKS
6 Pembuatan KBR
7 Penyusunan Rancangan Penanaman
8 Penanaman bibit KBR
9 Pengendalian, pembinaan, pelaporan
C. Analisis Data
a. Satker Pelaksana
Kebijakan pengelolaan di bidang kehutanan pada Satker Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Kabupaten/Kota
sangat ditentukan Oleh: 1). Sarana dan Prasarana, 2). Sumber Daya Manusia (SDM), 3). Kebijakan Kabupaten/Kota
25
7
yang bersangkutan, 4). Dan lain sebagainya sehingga mempengaruhi terhadap Pelaksanaan Pembangunan yang di
tandai dengan: 1). Tinggi rendahnya Prosentase (%) Penyerapan Anggaran pada satker yang bersangkutan, 2).
Bimbingan Teknis, 3). Monitoring dan Evaluasi Kegiatan dan 4). Pelaporan Kegiatan.
Kelompok Pengelola Kebun Bibit Rakyat merupakan kelompok tani pelaksana Pembuatan persemaian pada
Desa/lokasi didalam, diluar dan disekitar kawasan Hutan dalam rangka penanggulangan lahan kritis, lahan kosong
Pemberdayaan kelompok dalam rangka meningkatkan keberhasilan persemaian sangat ditentukan oleh kemampuan
kelompok tersebut dalam perencanaan, pengaturan anggota kelompok, pelaksanaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan KBR tersebut. Beberapa fungsi managemen tersebut antara lain berupa :
1. Perencanaan
Keberhasilan suatu kegiatan sangat ditentukan oleh perencanaan yang baik, dengan mengkaji suatu wilayah
Pedesaan untuk memahami Situasi, Kondisi dan potensi Wialayah Pedesaan secara efisein dan menyeluruh
dengan melibatkan berbagai lembaga dan masyarakat pedesaan dengan menggunakan pendekatan Partisifatif.
Dengan melibatkan lemabaga lembaga dan masyarakat di pedesaan dalam merencanakan suatu kegiatan
26
7
membuat rasa memiliki masyarakat terhadap kegiatan tersebut lebih tinggi sehingga ada minat masyarakat untuk
memelihara, menjaga dan mengembangkan kegiatan dimasa masa yang akan datang.
2. Kelompok Pengelola
Pembentukan kelompok pengelola Kebun Bibit Rakyat dibentuk dan dipilih secara Musyawarah dan mufakat untuk
menetapkan Nama kelompok, ketua dan pengurus lainnya dan kemudian ditetapkan oleh pemerintah setempat
sebagai dasar hukum yang syah. Kelompok pengelola mempunyai struktur, tugas dan tanggung jawab yang jelas
3. Pengelolaan
Pengelolaan Kebun Bibit Rakyat melibatkan semua anggota kelompok dengan pembagian tugas dan tanggung
jawab serta hak yang jelas. Pemberian tugas yang jelas tersebut memberikan dampak hubungan antara anggota
selalu harmonis, akur sehingga membuat situasi dan kondisi yang kondisif sehingga terciptanya dinamika
kelompok yang baik. Dinamika kelompok yang baik dapat meningkatkan kenerja dan hasil yang diharapkan lebih
27
7
4. Pengawasan
Pengendalian dan pengawasan suatu kegiatan sangat perlu dilakukan baik oleh lembaga/stakeholder terkait
maupun oleh kelompok pengelola dengan tujuan terkendalinya jenis kegiatan yang telah dilaksanakan.
Monitoring dalam rangka pengendalian adalah untuk memperoleh data dan informasi yang akurat terhadap suatu
kegaiatan. Data dan informasi tersebut dipergunakan untuk mengambil langkah dan kebijakan dalam hal
Secara umum penguatan kelembagaan kelompok pengelola KBR dapat dilihat antara lain :
1) Administrasi
Dokumen administrasi kelompok pengelola kebun bibit rakyat antara laian berupa :
▪ Rencana kebutuhan kelompok/ Rencana defenitif kebutuhan kelompok (RDK/RDKK) dan/ atau Rencana
28
7
▪ Rencana kerja kelompok bulanan,
▪ Surat masuk,
▪ Surat keluar,
▪ Surat undangan,
▪ Notulen rapat,
2) Organisasi
29
7
3.2.2. Bidang Teknis.
Persemaian sementara atau juga yang dikenal dengan persemaian sederhana biasanya dibangun dan dikelola oleh
kelompok-kelompok tani atau perorangan dengan tetap memperhatikan persyaratan persyaratan teknis yang harus
dipenuhi dengan tujuan dapat menghasilkan bibit yang berkualitas dan dalam Jumlah yang telah direncanakan. Untuk
mencapai tingkat keberhasilan tersebut, beberapa persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan/tahapan
a. Perencanaan
Secara umum mata pencarian Penduduknya tergantung pada sektor pertanian (Kehutanan, Perkebunan dan
Pertanian),
30
7
Disamping kriteria desa lokasi KBR tersebut diatas, hal yang sangat penting mempengaruhi tingkat keberhasilan
pembuatan bibit dengan target 25.000 batang adalah persyaratan lokasi persemaian sbb:
Faktor penunjang yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pembuatan bibit KBR adalah :
- Lahan tidak dalam sangketa atau tidak diperuntukan untuk kegiatan lainnya.
31
7
b. Pelaksanaan
Gubuk kerja,
Papan nama, meliputi : papan nama Kegiatan ( Nama kegiatan, lokasi, luas areal, jenis bibit, tahun
pembuatan dsb.
Papan mutasi (Jumlah dan jenis bibit, tanggal semai, tanggal penyapihan,penyaluran bibit, dsb).
Bedengan :
- Bedeng sapih
Bedeng sapih digunakan untuk memisahkan penyapihan bibit dengan menggunakan polybag dengan ukuran
disesuaikan dengan jenis bibit : kayu-kayuan (10x15) cm, dan MPTS ( 12x17 ) cm.
Naungan
Jalan Inpeksi
32
7
- Dibuat diantara bedengan ukuran disesuaikan untuk memudahkan jalan dan aktifitas dalam persemaian
Sarana Penyiraman
• Kebutuhan benih :
Berdasarkan 1). Kebutuhan bibit, 2). jml benih/kg, dan 3). Prosen tumbuh (%)
- Contoh 1. Kebutuhan Bibit 25.000, benih/kg 1000 btr, Prosentase (%) tumbuh 80 %, maka :
33
7
- Contoh 2. Kebutuhan bibit 20.000, jumlah benih 8.000/kg
- Jarak tanam,
3) Pemeliharaan Persemaian
b. Penyulaman,
c. Penyiraman,
d. Pemupukan dan
e. Pemberantasan hama/penyakit.
3.2.3. Penanaman
Bentuk kegiatan penanaman disesuaikan dengan kondisi lahan, dimana untuk kelerengan yang datar sampai landai
berbentuk Jalur dan untuk kelerengan yang agak curam sampai sangat curam berbentuk kontur (apabila berupa
34
7
penanaman hutan rakyat /dalam satu hamparan yang bersih). Apabila kegiatan berupa penghijauan lingkungan maka
penanaman dengan sistem cemplongan. Apabila areal datar, maka pola tanam dalam bentuk jalur (Gambar 3.1.(a)).
Pada pola tanam ini, larikan tanaman dibuat lurus dengan jarak tanam teratur. Jika pada areal yang agak curam sampai
dengan curam menggunakan pola seperti gambar 3.1.(b). Penanaman dilakukan dengan jumlah tanaman 667 batang/Ha.
Bentuk pola tanam ini disesuaikan dengan kondisi areal atas persetujuan pemberi kerja (UPT/Dinas Kabupaten/Kota).
35
7
Bentuk lubang tanaman dapat di lihat Gambar 3.2 berikut :
30 cm
Bibit yang telah disediakan ditanam pada lubang tanam yang telah dipersiapkan. Apabila bibit menggunakan polybag, maka
sebelum ditanam polybag harus dilepas dengan cara disobek menggunakan pisau, dengan terlebih dahulu media dipadatkan
dengan cara meremas atau menekan kantong. Bibit diletakkan di tengah lubang secara vertikal, ditimbun secara hati-hati
dengan tanah di sisi lubang sampai batas leher akar, kemudian tanah di sekitar bibit dipadatkan dengan jalan ditekan perlahan-
lahan sampai terjadi kontak antara perakaran dengan tanah. Penanaman di lapangan dilakukan saat musim hujan, pada waktu
36
7
pagi hari atau ketika keadaan cuaca mendung. Setelah selesai ditanam, kantong polybag diletakkan di atas ajir tanaman untuk
37
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Target pembuatan Kebun Bibit Rakyat sebanyak 10 Unit berada di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Toba Samosir,
Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, dan Padang Lawas Utara seperti disajikan pada tabel 4.1 berikut ini:
1 Maju Tangga Batu II Parmaksian Toba Samosir 02⁰ 28' 26,4'' N 99⁰ 10' 28,0'' E
2 Usaha Bersama Nalela Porsea Toba Samosir 02⁰ 28' 46,5'' N 99⁰ 07' 25,6'' E
3 Marsada Rautbosi Porsea Toba Samosir 02⁰ 28' 45,4'' N 99⁰ 06' 0,21'' E
4 Rimbanami Lestari Parbubu II Tarutung Tapanuli Utara 01⁰ 58' 51,1''N 98⁰ 58' 46,8''E
5 Lestari Siaro Siborong borong Tapanuli Utara 02⁰ 13' 20,3''N 98⁰ 57' 45,7''E
6 Martua Pagaran Pisang Adiankoting Tapanuli Utara 01⁰ 51' 51,1''N 98⁰ 54' 23,1''E
7 Ribawan Muda Sosor Gonting Dolok Sanggul Humbang Hasundutan 02⁰ 16' 14,8''N 98⁰ 46' 30,9''E
8 Maduma Sibuntuon Parpea Lintong Nihuta Humbang Hasundutan 02⁰ 16' 55,6''N 98⁰ 52' 45,5''E
9 Parsadaan Gunung Manaon Padang Bolak Padang Lawas Utara 01⁰ 26' 46,0''N 99⁰ 36' 14,1''E
10 Saba Biara Sigama Ujung Gading Padang Bolak Padang Lawas Utara 01⁰ 26' 46,0''N 99⁰ 36' 14,1''E
38
7
Realisasi Pembuatan Bibit KBR di Wilayah Kerja BPDASHL Asahan Barumun sebanyak 10 Unit adalah sebagai berikut:
39
7
2. Kopi : 9.000
3. Suren : 4.900
Jumlah : 20.000
2. Martua 1. Alpukat : 7.300
2. Suren : 12.700
Jumlah : 20.000
3. Rimbanami Lestari 1. Kopi : 7.106
2. Kemenyan : 1.479
3. Alpukat : 4.964
4. Suren : 6.702
Jumlah : 20.251
3. Humbang Hasundutan 1. Rimbawan Muda 1. Kopi : 6.500
2. Alpukat : 5.500
3. Suren : 8.000
Jumlah : 20.000
2. Maduma 1. Kopi : 8.500
2. Alpukat : 3.500
3. Suren : 8.000
Jumlah : 20.000
3. Padang Lawas Utara 1. Parsadaan 1. Pinang : 10.000
2. Kopi : 6.000
3. Petai Cina : 1.000
4. Mahoni : 3.000
Jumlah 20.000
2. Sababiara 1. Pinang, : 9.963
2. Mahoni, : 2.877
40
7
3. Kopi, : 6.041
4. Petai Cina, : 1.119
Jumlah : 20.000
a. Kurangnya pengetahuan anggota kelompok tentang tata cara administrasi menyangkut penyusunan RUKK termasuk
b. Kurangnya perencanaan yang matang di tingkat kelompok (belum optimal), seperti penyusunan RUKK, penentuan
c. Dukungan pelaksanaan tidak sepenuhnya melibatkan seluruh anggota kelompok sehingga pembagian kerja tidak
terbagi yang pada gilirannya pencapaian tujuan tidak memenuhi waktu yang telah ditetapkan.
d. Sulit berkoordinasi dengan kelompok karena minimnya fasilitas telepon seluler kelompok tani,
41
7
Upaya Pemecahan Masalah:
a. Mengarahkan Pendamping Lapangan untuk melakukan pendampingan dan memfasilitasi tiap-tiap kelompok dalam
hal penyusunan dan pengajuan RUKK sesuai dengan aturan yang berlaku agar dapat terlaksana dengan baik sesuai
tujuan.
b. Mengarahkan Pendamping Lapangan untuk melakukan koordinasi langsung dengan kelompok tani.
42
7
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar pada hasil pelaksanaan kegiatan Kebun Bibit Rakyat di SWP DAS dan Hutan Lindung Asahan Barumun Tahun
a. Penetapan lokasi dan kelompok masyarakat penerima KBR sebanyak 10 unit dengan alokasi di 4 (Empat)
Kabupaten meliputi Kabupaten Toba Samosir sebanyak 3 Unit, Kabupaten Tapanuli Utara sebanyak 3 Unit,
Kabupaten Humbang Hasundutan sebanyak 2 Unit dan Kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 2 Unit.
b. Secara keseluruhan pelaksanaan pembuatan bibit hasil KBR tahun 2018 telah selesai dilaksanakan dengan realisasi
sebanyak 10 unit KBR dengan jumlah bibit masing-masing kelompok sebanyak minimal 20.000 batang dan telah di
serah terimakan.
c. Untuk penanaman bibit hasil KBR di masing-masing kelompok tani sebanyak 20.000 batang per unit KBR akan
dilaksanakan pada awal tahun 2019 sesuai dengan peta rancangan penanaman KBR yang telah disusun.
43
7
B. SARAN
Saran yang dapat direkomendasikan terkait pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR) di SWP DAS Asahan Barumun
a. Kelompok pengelola Kebun Bibit Rakyat memegang peranan sangat penting dalam terwujudnya pembangunan KBR,
oleh karenanya diperlukan suatu pembinaan yang terus menerus dan secara kontinue baik administrasi maupun
b. Dalam rangka pencapaian target fisik pelaksanaan pembangunan KBR di masing-masing Satker Pelaksana
diharapkan pelaksanaan kegiatan dapat menyesuaikan jumlah unit KBR dengan waktu pelaksanaan sehingga dalam
pedoman/aturan yang telah dibuat dan tetap berkoordinasi dengan Satker Pelaksana dalam hal ini adalah PL-KBR
44
LAMPIRAN
45
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBUATAN KBR DI BPDASHL ASAHAN BARUMUN TAHUN 2018
46
2. Kelompok Tani Usaha Bersama
47
3. Kelompok Tani Marsada
48
B. Kabupaten Tapanuli Utara
49
2. Kelompok Tani Rimbanami Lestari
50
3. Kelompok Tani Martua
51
C. Kabupaten Humbang Hasundutan
52
2. Kelompok Tani Rimbawan Muda
53
D. Kabupaten Padang Lawas Utara
54
2. Kelompok Tani Parsadaan
55