Anda di halaman 1dari 106

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan


Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor
13/MEN.2021 tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Perikanan, kegiatan
penyuluhan dilaksanakan dengan berpedoman pada Programa Penyuluhan yaitu rencana tertulis
yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan. Programa Penyuluhan disusun setiap tahun dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan
perikanan dan memperhatikan keterpaduan dan sinergitas program Kementerian Kelautan dan
Perikanan dengan Pemerintah Daerah serta stakeholder lainnya.

Programa Penyuluhan Perikanan Nasional Tahun 2022 berisi tentang keadaan umum,
masalah, tujuan serta cara mencapai tujuan di sektor kelautan dan perikanan. Berbagai program
dan atau kegiatan prioritas KKP yang memerlukan dukungan Penyuluh Perikanan telah
tercantum dalam Programa Penyuluhan Perikanan Nasional Tahun 2022 untuk menjadi salah
satu acuan pelaksanaan kegiatan dukungan Penyuluh Perikanan.

Dengan telah tersusunnya Programa Penyuluhan Perikanan Nasional Tahun 2022 sejak
pengumpulan bahan, penyusunan dan pembahasan, kami mengucapkan terima kasih kepada
perwakilan unit kerja Eselon I lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan, perwakilan Penyuluh
Perikanan Jenjang Madya dari 9 Satminkal Penyuluhan serta perwakilan Pelaku Utama dan/atau
Pelaku Usaha perikanan.

Jakarta, November 2021

Kepala Pusat Pelatihan


dan Penyuluhan KP

Dr. Lilly Aprilya Pregiwati, S.Pi., M.Si

No Penanggungjawab Paraf
1 Koordinator Kelompok
Penyuluhan

i
SAMBUTAN
PLT KEPALA BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Visi pembangunan nasional 2020-2024 berdasarkan visi dan misi Presiden dan Wakil
Presiden Periode Tahun 2019-2024 Joko Widodo-Ma’ruf Amin adalah “Terwujudnya Indonesia
Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi ini
diwujudkan melalui sembilan Misi Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita kedua, sebagai
berikut: (1) peningkatan kualitas manusia Indonesia; (2) struktur ekonomi yang produktif, mandiri,
dan berdaya saing; (3) pembangunan yang merata dan berkeadilan; (4) mencapai lingkungan
hidup yang berkelanjutan; (5) kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa; (6)
penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (7) perlindungan
bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga; (8) pengelolaan
pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; serta (9) sinergi pemerintah daerah dalam
kerangka Negara Kesatuan.

Untuk itu, pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2020-2024 akan menjabarkan
agenda pembangunan nasional kedalam program-program pembangunan antara lain untuk
kesejahteraan masyarakat, penyerapan lapangan pekerjaan, dan peningkatan devisa Negara.
Seluruh kebijakan tersebut dilaksanakan dengan prinsip ekonomi biru sebagaimana tuntutan
pembangunan global. Untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut, maka Kementerian
Kelautan dan Perikanan menetapkan 3 (tiga) prioritas pembangunan tahun 2022, yaitu:
1. Kebijakan penangkapan terukur untuk peningkatan PNBP dari sumber daya alam perikanan
tangkap dan untuk kesejahteraan nelayan. Ke depan, hasil dari PNBP akan dikembalikan
untuk perlindungan nelayan antara lain asuransi dan jaminan hari tua, serta pembangunan
sarana prasarana bagi kepentingan nelayan, seperti tempat pendaratan ikan yang higienis.
2. Pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor. Dalam hal ini dilakukan
revitalisasi tambak-tambak rakyat. Pemerintah hadir membangun infrastruktur pertambakan
sehingga produktivitasnya meningkat. Di samping itu akan dibangun kawasan budidaya
tambak udang skala besar sebagai percontohan/modelling, yang merupakan kegiatan
budidaya terintegrasi, mulai dari pembenihan, pabrik pakan, pembesaran, instalasi
pengolahan air limbah, hingga manajemen kawasan terpadu yang ramah lingkungan.
3. Pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya tawar, payau, dan laut berbasis
kearifan lokal, yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan
pendapatan pembudidaya ikan dan masyarakat, serta menjaga komoditas bernilai ekonomis
penting yang terancam punah.

Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM sebagai uni
kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengemban tanggung jawab mewujudkan
misi kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan melalui dukungan Pendidikan, pelatihan,
penyuluhan dan riset. Peran Penyuluh Perikanan di lapangan diharapkan memiliki fungsi:
1. Enlightening: yaitu Kemampuan Penyuluh memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Tolak ukurnya adalah keberhasilan Penyuluh memberikan pencerahan kepada Penyuluh
Perikanan. Enlightening diartikan sebagai upaya Penyuluh merubah perilaku dan sikap pelaku
utama dari tidak mau menjadi mau.
2. Enrichment: Setiap Penyuluh harus dapat memperkaya pelaku utama/usaha dengan
informasi dan teknologi, sehingga penyuluh lah sumber pengetahuan. Enrichment diartikan
sebagai upaya Penyuluh merubah perilaku dan sikap pelaku utama dari tidak tahu menjadi
tahu. Sumber informasi dan pengetahuan yang diperoleh penyuluh bersumber dari riset.
Sinergi riset dan Penyuluh harus menghasilkan desa inovasi.

ii
3. Empowerment: Kemampuan Penyuluh dalam memberdayakan masyarakat dan menginisiasi
untuk menciptakan sesuatu dalam rangka mengubah hidup pelaku utama dan pelaku usaha.
Empowerment diartikan sebagai upaya Penyuluh untuk meningkatkan kapasitas dan
keterampilan pelaku utama dan pelaku usaha.
Programa Penyuluhan Perikanan Nasional Tahun 2022 yang disusun dan dibahas oleh
Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, BRSDM KP bersama unit kerja lingkup
Kementerian Kelautan dan Perikanan, perwakilan Penyuluh Perikanan jenjang Madya, dan
perwakilan pelaku utama/usaha KP diharapkan menjadi dasar bagi Penyuluh Perikanan dalam
menyusun Rencana Kerja Penyuluhan Perikanan Tahun 2022.

Jakarta, November 2021


Plt. Kepala Badan Riset
dan Sumber Daya Manusia KP

Dr. Kusdiantoro, S.Pi., M.Sc


No Penanggungjawab Paraf

1 Kapuslatluh KP
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. i

KATA SAMBUTAN………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii


DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….. v
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
II. KEADAAN ....................................................................................................... 4
A. Perikanan Tangkap ................................................................................... 6
B. Perikanan Budidaya .................................................................................. 14
C. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan ......................... 18
D. Pengelolaan Ruang Laut .......................................................................... 25
E. Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan ……………………. 53
F. Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan ................................................ 57
G. Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil ……………… 61
III. MASALAH ....................................................................................................... 69
A. Perikanan Tangkap ................................................................................... 69
B. Perikanan Budidaya .................................................................................. 69
C. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan ......................... 70
D. Pengelolaan Ruang laut ............................................................................ 70
E. Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan …………………….. 71
F. Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan .................................................. 71
G. Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil ……………… 71
IV. TUJUAN ........................................................................................................... 72
A. Perikanan Tangkap .................................................................................... 72
B. Perikanan Budidaya .................................................................................. 72
C. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan ......................... 72
D. Pengelolaan Ruang Laut .......................................................................... 73
E. Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan ……………………. 73
F. Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan .................................................. 74
G. Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil ……………… 74
V. CARA MENCAPAI TUJUAN............................................................................. 75

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Capaian Kegiatan Penataan Kampung Nelayan ……………………………. 11


Tabel 2. Program Prioritas DJPB Tahun 2021 ………………………………………... 18
Tabel 3. Daftar Peraturan Daerah tentang RZWP3K …………………………………. 28
Tabel 4. Daftar Sertifikasi Pulau-Pulau Kecil Terluar …………………………………. 29
Tabel 5. Jumlah Penanaman Mangrove dan Vegetasi Pantai Tahun 2014 – 2017 .. 31
Tabel 5. Panjang dan Lokasi Pembangunan Pelindung Pantai (Sabuk Pantai,
Hybrid Engineering dan Struktur Concrete) Tahun 2015-2017 ……………. 31
Tabel 7. Lokasi Pembangunan PRPM / PRPEP ………………………………………. 33
Tabel 8. Lokasi Pelaksanaan Kegiatan GITA LAUT …………………………………… 35
Tabel 9. Daftar Peraturan Daerah Pelarangan Penggunaan Plastik ………………… 35
Tabel 10. Rincian Bantuan Geomembran Tahun 2015-2018 ………………………….. 39
Tabel 11. Lokasi dan Pengelola Gudang Garam Nasional Tahun 2016-2018 ………. 40
Tabel 12. Target dan Realisasi Nilai Tukar Petambak Garam Tahun 2015-2019 …… 43
Tabel 13. Peraturan Bupati Penetapan MHA …………………………………………….. 44
Tabel 14. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) 46
Tabel 15. Daftar Perizinan Pemanfaatan Jenis Ikan ……………………………………. 48
Tabel 16. Lokasi Pembangunan Dermaga Tahun 2015-2019 ..................................... 48
Tabel 17. Bantuan Sarana Prasarana Ekonomi Produktif Tahun 2015-2019 .............. 49
Tabel 18. Lokasi dan Jumlah Bantuan Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi 51
Tabel 19. Lokasi Penerima Bantuan Sarana Prasarana Wisata Bahari
Tahun 2015-2019 ………………………………………………………………… 53
Tabel 20. Jumlah Kelompok Masyarakat Pengawas ……………………………………. 54

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) … 12


Gambar 2. Perkembangan Penyusunan RZWP3K ………………………………………… 28
Gambar 3. Peta Lokasi PRPEP Tahun 2015-2019 ………………………………………… 34
Gambar 4. Grafik Capaian Luasan Integrasi Lahan Pegaraman Tahun 2017-2019……. 37
Gambar 5. Ilustrasi Integrasi Pegaraman …………………………………………………… 37
Gambar 6. Grafik Capaian Geomembran Tahun 2017-2019 ……………………………… 38
Gambar 7. Gudang Garam Nasional ………………………………………………………… 39
Gambar 8. Grafik Produksi Garam Nasional (Juta Ton) …………………………………… 41
Gambar 9. Lokasi dan Jenis Bantuan PUGaR Tahun 2017 ………………………………. 42
Gambar 10. Lokasi dan Jenis Bantuan Sarana Prasarana PUGaR Tahun 2018 ………… 42
Gambar 11. Grafik Target dan Capaian Penambahan Luas Kawasan Konservasi
Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tahun 2015-2019 ………………….. 45
Gambar 12. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) 46
Gambar 13. Jenis Ikan Target Konservasi 2015-2019 (20 Jenis) ………………………….. 47
Gambar 14. Peta Lokasi dan Jenis Bantuan Konservasi Tahun 2016-2018 ……………… 52
Gambar 15. Sebaran jumlah POKMASWAS di masing-masing Propinsi …………………. 54
Gambar 16. Kegiatan Destructive Fishing yang dilakukan dengan menggunakan Bom … 55
Gambar 17. Barang Bukti Kegiatan Destructive Fishing yang diamankan oleh Pengawas
Perikanan di Lapangan …………………………………………………………… 55
Gambar 18. Kampanye stop destructive fishing ………………………………………………. 56
Gambar 19. Jenis Penyu yang Dilindungi …………………………………………… ……….. 57
Gambar 20. Jenis dan Lokasi Percontohan Penyuluhan KP Tahun 2021 ………………… 59
Gambar 21. Lokasi Desa Inovasi Tahun 2021 ……………………………………………….. 60

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Visi pembangunan nasional 2020-2024 berdasarkan visi dan misi Presiden dan
Wakil Presiden Periode Tahun 2019-2024 Joko Widodo-Ma’ruf Amin adalah “Terwujudnya
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”. Visi ini diwujudkan melalui sembilan Misi Pembangunan yang dikenal sebagai
Nawacita kedua, sebagai berikut: (1) peningkatan kualitas manusia Indonesia; (2) struktur
ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing; (3) pembangunan yang merata dan
berkeadilan; (4) mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan; (5) kemajuan budaya
yang mencerminkan kepribadian bangsa; (6) penegakan sistem hukum yang bebas
korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (7) perlindungan bagi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga; (8) pengelolaan pemerintahan yang bersih,
efektif, dan terpercaya; serta (9) sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara
Kesatuan.
Presiden menetapkan lima arahan utama sebagai strategi dalam pelaksanaan
misi Nawacita dan pencapaian Visi Indonesia 2045. Kelima arahan tersebut mencakup
pembangunan sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, penyederhanaan
regulasi, penyederhanaan birokrasi, dan transformasi ekonomi. Kelima arahan utama
Presiden tersebut dituangkan dalam dokumen perencanaan melalui tujuh agenda
pembangunan nasional dalam RPJMN 2020-2024. Tujuh agenda pembangunan nasional
tersebut, terdiri dari: (1) memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang
berkualitas dan berkeadilan; (2) mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan
dan menjamin pemerataan; (3) meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdaya saing; (4) revolusi mental dan pembangunan kebudayaan; (5) memperkuat
infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar; (6)
membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim;
dan (7) memperkuat stabilitas politik, hukum, pertahanan, dan kemananan, dan
transformasi pelayanan publik
Untuk itu, pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2020-2024 akan
menjabarkan agenda pembangunan nasional kedalam program-program pembangunan
antara lain untuk kesejahteraan masyarakat, penyerapan lapangan pekerjaan, dan
peningkatan devisa negara.
Arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2020-2024 mengacu
kepada agenda pembangunan nasional dan arahan Presiden yang terkait dengan sektor
kelautan dan dan perikanan. Arah dan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan
yang akan ditempuh dalam tahun 2020-2024, terdiri atas:
1. kebijakan penangkapan terukur untuk peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap dan untuk kesejahteraan nelayan;
2. pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor dan pembangunan
kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal;
3. meningkatkan daya saing hasil kelautan dan perikanan yang didukung dengan
penjaminan kualitas mutu untuk peningkatan konsumsi dalam negeri dan ekspor;
4. pengelolaan ruang laut, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang didukung dengan
penguatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan; dan
5. penguatan kebijakan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk
pengembangan usaha kelautan dan perikanan.
Seluruh kebijakan tersebut dilaksanakan dengan prinsip ekonomi biru
sebagaimana tuntutan pembangunan global. Untuk mengimplementasikan kebijakan
tersebut, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan 3 (tiga) prioritas
pembangunan tahun 2022, yaitu:
1. Kebijakan penangkapan terukur untuk peningkatan PNBP dari sumber daya alam
perikanan tangkap dan untuk kesejahteraan nelayan. Ke depan, hasil dari PNBP akan
dikembalikan untuk perlindungan nelayan antara lain asuransi dan jaminan hari tua,

1
serta pembangunan sarana prasarana bagi kepentingan nelayan, seperti tempat
pendaratan ikan yang higienis.
2. Pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor. Dalam hal ini dilakukan
revitalisasi tambak-tambak rakyat. Pemerintah hadir membangun infrastruktur
pertambakan sehingga produktivitasnya meningkat. Di samping itu akan dibangun
kawasan budidaya tambak udang skala besar sebagai percontohan/modelling, yang
merupakan kegiatan budidaya terintegrasi, mulai dari pembenihan, pabrik pakan,
pembesaran, instalasi pengolahan air limbah, hingga manajemen kawasan terpadu
yang ramah lingkungan.
3. Pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya tawar, payau, dan laut berbasis
kearifan lokal, yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan
pendapatan pembudidaya ikan dan masyarakat, serta menjaga komoditas bernilai
ekonomis penting yang terancam punah.
Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004 Juncto UU No 45 Tahun 2009 tentang
Perikanan mengamanatkan pengembangan SDM KP dilakukan melalui pendidikan,
pelatihan, dan penyuluhan perikanan. BRSDMKP memberikan peran fungsi penyuluhan
pada 3 hal yaitu: a. Enlightening: yaitu kemampuan Penyuluh memberikan pencerahan
kepada masyarakat KP. b. Enrichment: Setiap Penyuluh harus dapat memperkaya pelaku
utama/usaha dengan inovasi ilmu dan teknologi kelautan dan perikanan dan
c.Empowerment: kemampuan Penyuluh dalam memberdayakan masyarakat kelautan
dan perikanan.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan dilaksanakan dengan berpedoman pada Programa
Penyuluhan yaitu rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah
dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Programa
Penyuluhan disusun setiap tahun dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi
pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan dan memperhatikan keterpaduan
dan sinergitas program Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Pemerintah Daerah
serta stakeholder lainnya.
Keberadaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
telah memberikan implikasi terhadap keberadaan penyuluh perikanan, dari sebelumnya
dibawah pengelolaan kabupaten/kota berpindah menjadi pengelolaan KKP (pusat). Untuk
menindaklanjuti mandatori tersebut, sejak tahun 2017 KKP telah mengembangkan 9
kelembagaan Satuan Administrasi Pangkal (Satminkal), dimana 5 Satminkal melekat
bersama dengan Balai Pelatihan dan 4 Satminkal melekat bersama 4 Balai Riset (Bogor,
Palembang, Maros dan Gondol). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam
mengamanatkan kepada Pemerintah Pusat sesuai dengan kewenangan dan lingkup
urusannya memberi fasilitas penyuluhan dan pendampingan kepada Nelayan, Pembudi
Daya Ikan, dan Petambak Garam, termasuk keluarganya.
Programa Penyuluhan Perikanan Nasional disusun oleh Pusat Pelatihan dan
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, BRSDM KP bersama perwakilan Penyuluh
Perikanan, perwakilan pelaku utama/usaha KP dan unit kerja lingkup Kementerian
Kelautan dan Perikanan.

B. Maksud dan Tujuan


Programa Penyuluhan Perikanan Nasional Tahun 2022 disusun dengan maksud:
1. Menyatukan kesepahaman Penyuluh Perikanan, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha,
lembaga/instansi terkait yang menangani penyuluhan perikanan untuk mengetahui
keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan penyuluhan perikanan nasional;
2. Memberikan informasi kepada Penyuluh Perikanan, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha
untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan penyuluhan
perikanan; dan

2
3. Menumbuhkan tanggungjawab bersama Penyuluh Perikanan antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha dalam penyelenggaraan
penyuluhan perikanan tingkat nasional.
Tujuan penyusunan Programa Penyuluhan Perikanan Nasional adalah:
1. Memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan
penyuluhan perikanan nasional; dan
2. Memberikan pedoman bagi Penyuluh Perikanan dalam menyusun rencana kerja
penyuluhan perikanan tahun 2022.

3
II. KEADAAN

Capaian KKP dalam Pembangunan Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019 antara
lain:
1. Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (IKMKP) adalah salah satu
ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan yang
akan diukur dengan menggunakan dua variabel pokok yaitu ekonomi dan sosial. Pada
tahun 2015 realisasi IKMKP mencapai 45,12 dan pada tahun 2019 meningkat menjadi
57,66. Indikator dimensi ekonomi yang digunakan mencakup Nilai Tukar Nelayan (NTN),
Nilai Tukar Usaha Pembudi Daya (NTUPi), Nilai Tukar Pengolah Hasil Perikanan
(NTPHP), dan Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG). Indikator dimensi sosial dan
kelembagaan meliputi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan usaha kelautan
dan perikanan, jumlah kelompok kelautan dan perikanan yang meningkat kelasnya, dan
jumlah kelompok kelautan dan perikanan yang disuluh. Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada
tahun 2015 mencapai 106,14 dan pada tahun 2019 meningkat mencapai 113,74. Nilai
Tukar Pembudi Daya Ikan (NTPi) pada tahun 2016 mencapai 98,96 dan pada tahun
2019 meningkat mencapai 102,09. Nilai Tukar Pengolah Hasil Perikanan (NTPHP)
pada tahun 2016 mencapai 102,38 dan pada tahun 2019 meningkat mencapai 103,53.
Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG) pada tahun 2015 mencapai 98,82 dan pada tahun
2018 meningkat mencapai 110,14, sedangkan pada tahun 2019 menjadi 91,19.
Fluktuasi nilai NTN/NTUPi/NTPHP/NTPG antara lain dipengaruhi oleh faktor cuaca,
faktor harga komoditas, indeks konsumsi rumah tangga, dan indeks biaya produksi, serta
kenaikan inflasi.
2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan tahun 2016 mencapai 5,19% dan
tahun 2019 meningkat mencapai 5,81%. Pertumbuhan PDB Perikanan tersebut telah
melampaui pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian tahun 2019 yaitu sebesar 3,64% dan
pertumbuhan PDB Nasional tahun 2019 yang besarnya 5,02%. Apabila dilihat dari
besaran nilai ekonominya, PDB Perikanan tahun 2019 mencapai Rp252,5 triliun. Angka
ini belum termasuk PDB dari industri pengolahan dan kegiatan perikanan lainnya di
sektor hilir.
3. Produksi perikanan tahun 2015 mencapai 22,31 juta ton dan pada tahun 2019
meningkat mencapai 23,86 juta ton, yang terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar
7,53 juta ton dan produksi perikanan budidaya sebesar 16,33 juta ton (termasuk rumput
laut). Produksi perikanan yang meningkat setiap tahun mendukung ketahanan
pangan nasional terutama dalam penyediaan protein hewani untuk peningkatan gizi
masyarakat, serta pencegahan dan penurunan stunting.
4. Produksi garam nasional tahun 2015 mencapai 2,48 juta ton dan pada tahun 2019
meningkat mencapai 2,85 juta ton. Capaian tersebut didukung oleh capaian produksi
garam rakyat yang dilaksanakan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Garam Rakyat
(PUGAR) di 23 kabupaten/kota.
5. Nilai ekspor hasil perikanan tahun 2015 mencapai USD 3,95 miliar dan pada tahun 2019
meningkat mencapai USD 4,93 miliar. Capaian nilai ekspor tahun 2019 tersebut
didominasi oleh komoditas udang sebesar USD 1,72 miliar, komoditas Tuna Tongkol
Cakalang (TTC) sebesar USD 0,75 miliar, komoditas Cumi Sotong Gurita (CSG) sebesar
USD 0,56 miliar, dan komoditas rajungan kepiting senilai USD 0,39 miliar. Peningkatan
ekspor hasil perikanan didukung antara lain oleh keikutsertaan KKP dalam berbagai
pameran internasional dan penguatan sistem karantina ikan dan jaminan mutu produk
perikanan.
6. Tingkat konsumsi ikan pada tahun 2015 mencapai 41,11 kg/kapita/tahun dan pada
tahun 2019 meningkat menjadi 54,49 kg/kapita/tahun. Capaian tersebut didukung
oleh kampanye nasional Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang
dilaksanakan di seluruh provinsi. Terdapat tiga pilar penyokong tingkat konsumsi
ikan yakni penguatan demand melalui pertumbuhan permintaan ikan, penguatan
supply melalui program peningkatan tingkat produksi, dan penguatan kerja sama

4
dengan mitra instansi pemerintah dan masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa
semakin meningkatnya kegemaran masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi ikan,
serta berhasilnya program Gemarikan yang telah dilaksanakan.
7. Luas kawasan konservasi perairan pada tahun 2015 mencapai 17,30 juta hektar (ha) dan
pada tahun 2019 meningkat mencapai 23,14 juta ha. Pencapaian tersebut
merupakan keberhasilan KKP dalam penyampaian program kawasan konservasi
sebagai prioritas nasional maupun global kepada pemerintah daerah sehingga
pemerintah daerah mengalokasikan ruang lautnya sebagai kawasan konservasi. Selain
itu juga didukung oleh kuatnya koordinasi dan kolaborasi antar pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, K/L terkait, perguruan tinggi, mitra Lembaga Swadaya
Masyarakat/Non- Governmental Organization, dan masyarakat.
8. Kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada tahun 2019 mencapai 93,57%.
Pencapaian tersebut merupakan hasil dari pelaksanaan fungsi-fungsi pencegahan,
pemantauan, pengawasan, dan penindakan di bidang kelautan dan perikanan.
Fungsi pencegahan dilakukan melalui proses sosialisasi kepada masyarakat
sekaligus pelibatan langsung melalui Kelompok Masyarakat Pengawas
(Pokmaswas). Fungsi pemantauan dilakukan melalui berbagai media dan sarana
termasuk melalui pengoperasian Pusat Pengendalian (Pusdal) yang memanfaatkan
teknologi Vessel Monitoring System (VMS), RadarSat, dan sistem penginderaan jauh
lainnya. Fungsi pengawasan dilakukan melalui aktivitas pemeriksaan kepatuhan para
pelaku usaha kelautan dan perikanan oleh Pengawas Perikanan secara
profesional. Sedangkan penindakan dilakukan melalui proses penyidikan dan
penanganan barang bukti terhadap pelaku pelanggaran di bidang kelautan dan
perikanan. Seluruh fungsi tersebut berjalan sinergis dengan instansi penegak hukum
lainnya melalui Satuan Tugas Pemberantasan Illegal Fishing.
9. Pada tahun 2019 operasional karantina ikan sebagai komponen Customs Immigration
and Quarantine (CIQ) telah hadir di 31 lokasi perbatasan dari 43 lokasi perbatasan
prioritas yang telah ditetapkan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Dari
31 (tiga puluh satu) lokasi perbatasan tersebut diantaranya adalah di Pos Lintas
Batas Negara (PLBN) Jagoibabang, Aruk, dan Entikong di Kalimantan Barat, PLBN
Matomasin, Matoain, dan Wini di Atambua, Nusa Tenggara Timur, PLBN Skow dan Sota
di Papua. Untuk perbatasan laut yaitu PLBN Nunukan di Kalimantan Utara, PLBN
Miangas dan Marore di Sulawesi Utara, PLBN Simeulue dan Sabang di Aceh, PLBN
Natuna di Kepulauan Riau. Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan
mengalami peningkatan sebesar 1,38% yaitu 78,52% di tahun 2018 menjadi 79,60 di
tahun 2019.
10. Tingkat kemandirian Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) pada tahun 2019
telah mencapai kategori pra mandiri 3 (terbangun) untuk tiga SKPT yaitu Moa, Sabang,
dan Rote Ndao, dan kategori pra mandiri 4 (terkelola) untuk sepuluh SKPT yaitu Natuna,
Merauke, Saumlaki, Sebatik, Biak Numfor, Mimika, Morotai, Talaud, Mentawai, dan
Sumba Timur. Beberapa SKPT sudah melakukan kegiatan lalu lintas ikan di domestik
maupun ekspor, diantaranya SKPT Natuna, Mimika, Sebatik, Merauke, dan Morotai.
11. Pada tahun 2019, rekomendasi dan/atau inovasi penelitian dan pengembangan
(litbang) yang diusulkan untuk dijadikan bahan kebijakan pada unit kerja eselon I KKP
atau stakeholders lainnya mencapai 37 rekomendasi terdiri dari dua belas rekomendasi
pada bidang Riset Perikanan, tiga rekomendasi pada bidang Riset
Pengolahan Produk dan Biotek, sepuluh rekomendasi pada bidang Riset Sosial
Ekonomi, dan dua belas rekomendasi pada bidang Riset Kelautan.
12. Jumlah kelompok pelaku utama/usaha yang meningkat kelasnya setelah
mendapatkan pelatihan dan/atau penyuluhan pada tahun 2019 mencapai 1.903
kelompok. Peningkatan kelas ini terdiri atas peningkatan kelas kelompok Pemula ke
Madya sebanyak 1.831 kelompok dan peningkatan kelompok Madya ke Utama
sebanyak 72 kelompok.

5
13. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kelautan dan Perikanan
selama tahun 2015-2019 terus mengalami peningkatan yaitu dari sebesar Rp137,10
miliar di tahun 2015 menjadi Rp756,51 miliar di tahun 2019.
14. Nilai kinerja Reformasi Birokrasi pada tahun 2019 mencapai 78,60 dengan kategori
BB, Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan kategori A, dan
KKP meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) untuk Laporan Keuangan tahun 2018.

A. Perikanan Tangkap
Produksi perikanan tahun 2015 mencapai 22,31 juta ton dan pada tahun 2019
meningkat mencapai 23,86 juta ton, yang terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar
7,53 juta ton dan produksi perikanan budidaya sebesar 16,33 juta ton (termasuk rumput
laut). Produksi perikanan yang meningkat setiap tahun mendukung ketahanan pangan
nasional terutama dalam penyediaan protein hewani untuk peningkatan gizi masyarakat,
serta pencegahan dan penurunan stunting.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau di
Indonesia kurang lebih 17.504 pulau, dan yang sudah dibakukan dan didaftarkan ke
Perserikanan BangsaBangsa (PBB) sejumlah 16.671 pulau. Luas perairan Indonesia
adalah 6,4 juta km² yang terdiri dari luas laut teritorial 0,29 juta km2, luas perairan
pedalaman dan perairan kepulauan 3,11 juta km², dan luas Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) Indonesia 3,00 juta km2. Selain itu Indonesia memiliki luas Zona Tambahan
perairan 0,27 juta km2, luas landas kontinen 2,8 juta km2, dan panjang garis pantai
108.000 km (Badan Informasi Geospasial dan Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL,
2018).
Sebagai negara maritim terbesar di dunia, Indonesia memiliki kekayaan alam
sangat besar dan beragam, baik berupa Sumber Daya Alam (SDA) terbarukan
(perikanan, terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove, rumput laut, dan produk
bioteknologi), SDA tak terbarukan (minyak, gas bumi, timah, bijih besi, bauksit, dan
mineral lainnya), energi kelautan (seperti pasang-surut, gelombang, angin, OTEC (Ocean
Thermal Energy Conversion), maupun jasa-jasa lingkungan kelautan dan pulau-pulau
kecil untuk pariwisata bahari, transportasi laut, dan sumber keragaman hayati serta
plasma nuftah). Kekayaan alam tersebut menjadi salah satu modal dasar yang harus
dikelola dengan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Indonesia.
Sumber daya ikan di laut Indonesia meliputi 37% dari spesies ikan di dunia,
dimana beberapa jenis diantaranya mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti tuna, udang,
lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan hias, kekerangan, dan rumput laut.
Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta
ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI), berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 50/KEPMEN-KP/2017 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang
Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia.
Dari seluruh potensi sumber daya ikan tersebut, Jumlah Tangkapan yang
Diperbolehkan (JTB) sebesar 10,03 juta ton per tahun atau sekitar 80% dari potensi
lestari, dan baru dimanfaatkan sebesar 6,98 juta ton pada tahun 2019 atau baru 69,59%
dari JTB, sementara total produksi perikanan tangkap (di laut dan perairan darat) adalah
7,53 juta ton. Potensi mikro flora-fauna kelautan juga belum tereksplorasi sebagai
penyangga pangan fungsional pada masa depan.
1. Pendampingan Identifikasi calon penerima Bantuan Pemerintah dan pasca
mendapatkan Bantuan Pemerintah (sosialisasi, pemetaan kebutuhan nelayan,
pendampingan proses pengusulan bantuan, pendampingan proses BAST).
Pada tahun 2020, sebagai penanangan dampak pandemi Covid-19 bagi
subsektor Perikanan Tangkap dilakukan penguatan terhadap ketahanan ekonomi

6
untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan, melalui penguatan ketahanan
pangan dan infrastruktur, seperti kemudahan fasilitasi usaha dan investasi, fasilitasi
asuransi nelayan, sertifikasi tanah nelayan, pengembangan pemukiman nelayan maju,
pengembangan skema pembiayaan/bank mikro nelayan yang murah dan mudah
diakses, penguatan kelembagaan nelayan, pengaturan akses nelayan terhadap
pengelolaan sumber daya, penataan dan penyederhanaan perizinan usaha, dan
investasi perikanan kelautan yang efisien dengan didukung oleh regulasi yang
kondusif serta penguatan kewirausahaan dan usaha mikro kecil dan menengah
dengan memberikan stimulus. Pemberian stimulus sebagai upaya pemulihan ekonomi
nasional diantaranya dilakukan melalui kegiatan:
- Bantuan Sarana Pengembangan Usaha Nelayan (BSPUN)
Kegiatan ini merupakan salah satu program yang bertujuan untuk mempertahankan
kualitas hasil tangkapan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan harga
atau nilai jual hasil tangkapan ikan pada masa pandemi Covid-19. Selain berkaitan
dengan kualitas hasil tangkapan, program ini juga bertujuan untuk
mempertahankan kapasitas usaha nelayan khususnya bagi koperasi nelayan,
Kelompok Usaha Bersama (KUB), dan perkumpulan KUB atau perkumpulan
nelayan. Bentuk BSPUN pada tahun 2020 berupa 370 unit kendaraan roda tiga
berinsulasi dan 450 unit chest freezer kapasitas 200 liter. Kedaraan roda tiga
berinsulasi disalurkan kepada 228 KUB/Koperasi di 14 provinsi, 61 Kab/Kota.
Sedangkan chest freezer disalurkan kepada 499 KUB/Koperasi di 12 Provinsi, 87
Kab/Kota. Mekanisme pelaksanaan kegiatan diatur dalam Kepmen KP No.
69/KEPMEN-KP/SJ/2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Sarana
Pengembangan Usaha Nelayan yang ditetapkan pada tanggal 8 September 2020.

- Bantuan Alat Penangkapan Ikan


Bantuan alat penangkapan ikan merupakan salah satu program yang disusun untuk
mempertahankan keberlangsungan usaha nelayan kecil, khususnya nelayan kecil
pada masa pandemi ini. Sasaran dari program bantuan ini adalah koperasi nelayan
dan KUB dengan rencana penyaluran bantuan sejumlah 100.000 paket API. Paket
yang akan diberikan berupa paket API dan peruntukannya bukan untuk
meningkatkan produktivitas namun untuk meningkatkan ketahanan (resilience)
usaha nya. Mekanisme pelaksanaan diatur dalam Kepmen KP No. 70/KEPMEN-
KP/SJ/2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Alat Penangkapan Ikan TA 2020
yang ditetapkan pada tanggal 8 September 2020.
Adapun jenis bantuan API ini terdiri dari jaring insang, bubu rajungan, pancing ulur,
dan rawai dasar yang dialokasikan untuk mendukung usaha penangkapan ikan
menggunakan kapal berukuran sampai dengan 10 GT. Berdasarkan hasil seleksi
dan verifikasi, telah ditetapkan 35.636 unit API untuk 632 KUB/Koperasi Penerima
dan telah ditetapkan melalui SK PPK Nomor: 1708/DJPT/TU.110.D2/X/2020.
Penyaluran bantuan API direncanakan untuk 15 Provinsi, yaitu Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Sealtan, Kepulauan Bangka
Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
dan Nusa Tenggara Barat. Sampai dengan Desember 2020 telah diselesaikan
17.545 paket alat penangkapan ikan untuk 8 Provinsi dan 33 Kabupaten/Kota.
17,545 paket diberikan untuk 338 KUB/Koperasi di Provinsi Bengkulu, Lampung,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB.

- Bantuan Mesin Kapal Perikanan


Tujuan pengadaan bantuan mesin kapal perikanan tahun anggaran 2020 yaitu
mempertahankan keberlangsungan usaha nelayan kecil pada masa pandemi
Covid-19. Sasaran bantuan mesin kapal perikanan adalah koperasi nelayan dan
kelompok usaha bersama. Pada tahun 2020 telah tercapai sejumlah 34 unit
bantuan mesin kapal yang tersebar pada 6 Provini di 6 Kab./Kota

7
Ditjen Perikanan Tangkap melalui Program bantuan Ditjen Perikanan Tangkap
Tahun 2021 berupa pengadaan 14 Unit Kapal perikanan yang sampai saat ini telah
terbangun 12 unit kapal (8 unit 5 GT dan 4 unit 10 GT) dan proses finishing 2 unit kapal
5 GT (progres fisik pembangunan 86,78%). Selain itu, telah tersalurkan sebanyak 725
paket API kepada 1 KUB di Subang, Jawa Barat dari target 12.000 paket API yang
akan disebar di 29 kab/kota pada 11 provinsi: Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Riau, Jambi, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, NTT.

2. Identifikasi calon penerima Bantuan Premi Asuransi Nelayan


Pemerintah wajib memberikan perlindungan terhadap Nelayan sebagaimana
yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
Petambak Garam. Dalam penyelenggaraan kegiatan Bantuan Premi Asuransi
Nelayan (BPAN), telah diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.18/PERMEN-KP/2016 tentang Jaminan Perlindungan Atas Risiko Nelayan,
Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam. Undang-undang dan Peraturan Menteri
tersebut menjadi dasar dan payung hukum Direktorat Jenderal dalam menyalurkan
Premi Asuransi Nelayan.
BPAN bertujuan untuk memberikan jaminan perlindungan untuk
menghindarkan risiko yang dialami nelayan dalam kegiatan usaha penangkapannya.
Sasaran BPAN bagi nelayan meliputi nelayan kecil dan nelayan tradisional dengan
risiko yang dijamin yaitu kematian, cacat tetap dan biaya pengobatan.
Bantuan Premi Asuransi Nelayan pada tahun 2020 tidak dilakukan karena
adanya pemotongan anggaran. Pada tahun 2021 semula BPAN akan diberikan
kepada 120.000 Nelayan di 34 Provinsi (392 Kota/Kabupaten). Namun kegiatan tidak
dilanjutkan pasca refocusing anggaran dan dialihkan untuk penanggulangan pandemi
covid-19

3. Pendampingan Kampung Nelayan Maju


Kondisi kampung nelayan di Indonesia dinilai sangat memprihatinkan, dimana
populasinya semakin padat karena semakin meningkatnya jumlah penduduk dan
urbanisasi. Selain itu, keadaan pemukiman masyarakat saat ini terlihat kumuh dan
kotor. Akses jalan, air bersih, sarana drainase, pengelolaan sampah dan limbah masih
kurang memadai. Keadaan seperti ini tentunya perlu perbaikan dan penataan agar
terwujud kawasan kampung nelayan yang bersih, sehat dan nyaman serta dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat nelayan. Kawasan pemukiman nelayan juga
diharapkan dapat dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga
dapat memberikan pengaruh bagi keberlangsungan hidup para nelayan dan
keluarganya.
Tujuan Pendampingan Kampung Nelayan Maju adalah untuk mengembangan
kawasan/lingkungan kampung nelayan yang bersih, sehat dan nyaman yang mampu
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya nelayan. Pada tahun 2021,
pengembangan kampung nelayan telah dilakukan di 1 lokasi, yaitu Desa Suak Gual,
Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung.

4. Pendampingan Identifikasi calon penerima Sertifikat Hak Atas Tanah (SEHAT)


Nelayan
Dalam rangka meningkatkan jaminan akses permodalan bagi nelayan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menjalin kerjasama dengan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam bentuk kegiatan
pemberdayaan nelayan melalui kegiatan fasilitasi sertifikasi hak atas tanah.
Kegiatan fasilitasi sertifikasi hak atas tanah dimaksudkan untuk memberikan
kepastian hukum hak atas tanah nelayan, mengubah predikat modal pasif menjadi
modal aktif yang dapat dimanfaatkan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit dari

8
lembaga keuangan bank maupun non-bank. Melalui upaya tersebut diharapkan
nelayan dapat memperoleh modal usaha untuk peningkatan usaha dan
pengembangan ekonomi produktif lainnya.
Bentuk fasilitasi pelaksanaan kegiatan fasilitasi SeHAT Nelayan terdiri dari
kegiatan Pra dan Pasca Sertifikasi yang berupa :
a. Koordinasi dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional (Kementerian ATR/BPN), Kantor Wilayah BPN Provinsi dan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota;
b. Sosialisasi, Indentifikasi calon peserta calon lokasi (CPCL) dan dokumen alas hak
kegiatan fasilitasi SeHAT Nelayan;
c. Penyampaian daftar nominatif CPCL kegiatan fasilitasi SeHAT Nelayan secara
berjenjang;
d. Penyampaian daftar penerima SeHAT Nelayan secara berjenjang;
e. Pembinaan, pendampingan dan fasilitasi akses permodalan, akses produksi dan
akses pasar bagi penerima SeHAT Nelayan pasca sertifikasi dalam rangka
pengembangan kapasitas nelayan.
Target pelaksanaan identifikasi SeHAT nelayan tahun 2020 ditetapkan
sebanyak 15.000 bidang/calon peserta/calon lokasi. Namun adanya pandemi Covid-
19 yang melanda Indonesia membuat Pemerintah mengeluarkan kebijakan refocusing
anggaran untuk dialihkan pada fokus penanganan dan penanggulangan pandemi
Covid-19 sehingga target direvisi sesuai anggaran yang baru dan dengan kondisi
dilapangan identifikasi SeHAT nelayan tahun 2020 menjadi 2.500 bidang calon
peserta/calon lokasi. Sampai dengan akhir Tahun 2020 capaian hasil identifikasi yang
dilaksanakan mencapai 10.012 bidang/calon peserta/calon lokasi atau 400% melebihi
target yang telah ditetapkan.
Pada tahun 2021, ditergetkan identifikasi calon peserta dan calon lokasi
SeHAT Nelayan sebanyak 7.500 CPCL dan sampai saat ini, telah teridentifikasi
sebanyak 12.986 CPCL di 98 kab/kota pada 19 provinsi.

5. Peningkatan Kapasitas Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan


Pengembangan usaha perikanan tangkap tidak hanya berorientasi pada skala
usaha besar namun juga harus berorientasi pada skala usaha kecil atau menengah.
Bahkan saat ini, unit usaha perikanan tangkap skala kecil masih mendominasi struktur
usaha perikanan tangkap nasional dan unit ini sebagian besar bersifat individu yaitu
berbasis pada rumah tangga perikanan (RTP).
Beberapa ciri unit usaha perikanan tangkap skala kecil adalah masih
banyaknya keterbatasan kemampuan nelayan dalam mengakses sumber daya ikan,
kurangnya akses terhadap modal usaha, kurangnya penguasaan teknologi
penangkapan ikan yang efisien, kurangnya informasi tentang dinamika harga dan
pasar hasil tangkapan ikan dan lain-lain. Keadaan tersebut menyebabkan rendahnya
tingkat pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Oleh karena itu salah satu upaya yang
ditempuh untuk meningkatkan kemampuan usaha nelayan tersebut adalah dengan
meningkatkan skala usaha perikanan tangkap dari pendekatan individu ke dalam
sebuah wadah unit usaha kelompok yang disebut Kelompok Usaha Bersama (KUB).
KUB sebagai wadah nelayan untuk mengembangkan skala usaha dan
sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan, menjadi embrio dalam penumbuhan
sebuah entitas bisnis yang lebih besar guna meningkatkan daya saing usaha
perikanan skala kecil. Selanjutnya pembentukan KUB akan lebih memudahkan dalam
pembinaan dan sasaran berbagai program Pemerintah terkait pemberdayaan
masyarakat nelayan adalah kepada nelayan yang tergabung dalam KUB.
KUB sebagai salah satu unit usaha perikanan yang dibentuk secara
pasrtisipatif oleh sekelompok nelayan atau pelaku perikanan lainnya diharapkan dapat
menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam menjalankan usaha perikanannya.
KUB memiliki peranan sebagai berikut :

9
a. Menumbuhkan kesadaran kepada seluruh anggotanya akan pentingnya sumber
daya ikan sebagai aset ketahanan pangan masyarakat;
b. Melakukan kegiatan penangkapan yang lebih selektif sesuai dengan tuntutan pasar
dengan mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya ikan;
c. Mendorong anggota KUB dan nelayan sekitar menggunakan teknologi
penangkapan ramah lingkungan, selektif, efektif dan efisien;
d. Mempertahankan kualitas hasil tangkapan melalui Cara Penanganan Ikan yang
Baik (CPIB) di atas kapal yang dapat berkontribusi terhadap peningkatan nilai hasil
tangkapan;
e. Menjaga habitat ikan dan lingkungan ekosistemnya secara langsung dalam upaya
keberlanjutan usaha penangkapan ikan.
Pada tahun 2020, ditargetkan 2.250 kelompok yang dilakukan peningkatan
kapasitas kelembagaannya. Sampai dengan akhir tahun 2020 jumlah KUB yang
ditingkatkan kapasitasnya sebanyak 2.361 KUB. Selain itu, telah dilaksanakan
Bimbingan Teknis Penguatan Kelembagaan Nelayan (KUB dan Koperasi Nelayan) di
beberapa lokasi antara lain Kab. Serang, Kab. Garut, Kab. Cilacap dan Kab. Brebes
Peningkatan Kapasitas Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan tahun 2021 akan
diberikan kepada 2400 Kelompok di 34 Provinsi dan sampai saat ini telah terlaksana
di 2.731 KUB.

6. Diversifikasi Usaha Keluarga Nelayan


Diversifikasi usaha merupakan program pemberdayaan keluarga nelayan guna
meningkatkan pendapatan melalui diversifikasi usaha. Diversifikasi usaha dapat
dijadikan sebagai strategi dalam peningkatan pendapatan keluarga nelayan melalui
pengembangan alternatif pendapatan. Pengembangan diversifikasi usaha dilakukan
melalui diversifikasi usaha vertikal dan diversifikasi usaha horizontal. Diversifikasi
usaha vertikal merupakan pengalihan dan pengembangan usaha hulu maupun hillir
yang terkait dengan kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan diversifikasi usaha
horizontal merupakan pengembangan usaha bersifat komplemen yang usahanya
berkaitan/tidak dengan kegiatan penangkapan ikan. Seiring dengan pembinaan yang
telah dilaksanakan selama ini, mulai tumbuh kelompok-kelompok usaha wanita
nelayan (istri/putri nelayan) yang bertujuan untuk diversifikasi usaha keluarga nelayan
dengan beragam usaha produktif antara lain pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan, budidaya perikanan, pembuatan dan perbaikan alat penangkapan ikan
serta kegiatan ekonomi produktif lainnya. Sehingga wanita nelayan memiliki peran
strategis dalam penguatan ekonomi keluarga nelayan.
Pada tahun 2020 ditetapkan target keluarga nelayan yang difasilitasi
Diversifikasi usahanya sebanyak 2.900 RTP, sehubungan dengan pandemi COVID 19
maka Pemerintah mengeluarkan kebijakan refocusing anggaran untuk dialihkan pada
penanganan dan penanggulangan pandemi Covid-19, sehingga target direvisi menjadi
1.000 RTP. Sampai dengan akhir tahun 2020, capaian pelaksanaan kegiatan
pengembangan dan diversifikasi usaha keluarga nelayan sejumlah 1.946 RTP
(194,6%) yang telah dilaksanakan di 18 lokasi.
Pada tahun 2021, ditargetnya diversifikasi sejumlah 2.000 RTP, namun sampai
saat ini baru tercapai diversifikasi usaha nelayan sejumlah 700 RTP dengan rincian
354 orang nelayan dan 346 orang wanita nelayan di Belitung, Cirebon, Pangandaran,
Bitar dan Pekalongan.

7. Fasilitasi kerjasama penataan kampung nelayan dengan mitra melalui dana


CSR/PKBL
Penataan kampung nelayan dilakukan melalui sumber pendanaan APBN dan
melalui fasilitasi kerjasama program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL)/Corporate
Social Responsibility (CSR) dari perusahaan BUMN atau swasta nasional lainnya.
Penataan kampung nelayan melalui APBN maupun fasilitasi penataan kampung
nelayan melalui kerjasama CSR/PKBL membutuhkan koordinasi dan sinergi antara

10
KKP, K/L, BUMN/Swasta Nasional, DKP Provinsi/Kabupaten/Kota, serta penyuluh
dalam hal proses identifikasi dan persiapan pelaksanaan kegiatan penataan kampung
nelayan. Pada tahun 2020 ditetapkan target 10 lokasi yang akan difasilitasi penataan
kawasan/ sentra kampung nelayan dan terealisasi 100%.
Tujuan Fasilitasi kerjasama penataan kampung nelayan ini untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN dan membentuk calon Mitra Binaan baru
dan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana
dari bagian laba BUMN. Capaian kegiatan ini pada tahun 2020 dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Capaian Kegiatan Penataan Kampung Nelayan


No. Lokasi Keterangan
1. Kab. Pati, Jawa Tengah a. Identifikasi dan PKS dengan bank BRI
b. Pelaksanaan penataan terkendala pandemi Covid-19
2. Kab, Demak, Jawa Tengah a. Identifikasi dan PKS dengan bank BRI
b. Pelaksanaan penataan terkendala pandemi Covid-19
3. Kab. Karawang, Jawa Barat Sosialisasi dan identifikasi calon lokasi
4. Kab. Pacitan, Jawa Timur Sosialisasi dan identifikasi calon lokasi

Fasilitasi kerjasama penataan kampung nelayan dengan mitra melalui dana


CSR/PKBL dilakukan di 40 Lokasi, yaitu 13 Provinsi: Aceh, Bengkulu, Lampung, Jawa
Barat, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Papua, Papua Barat.

8. Pendampingan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu


Sebagaimana disebutkan dalam RPJMN 2015-2019, salah satu nawacita ke 3
adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu arah arah
kebijakan dalam RPJMN adalah mendorong percepatan pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi, sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth), di
masing masing pulau di luar Jawa, terutama di wilayah koridor ekonomi, dengan
menggali potensi dan keunggulan daerah. Pembanguan Sentra Keluaran dan
Perikanan terpadu (SKPT) di pulau-pulau kecil dan perbatasan merupakan program
perioritas KKP tahun 2015-2019 yang bertujuan utuk mengintegrasikan proses bisnis
kelautan dan perikanan di pulau pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan secara
berkelanjutan
Pada tahun 2020, Ditjen Perikanan Tangkap telah melakukan pembinaan dan
pembangunan di 4 lokasi yaitu SKPT Natuna di Kabupaten Natuna Kepulauan Riau,
SKPT Sebatik di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara, SKPT Merauke di
Kabupaten Merauke dan SKPT Saumlaki di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Provinsi
Maluku. Pada tahun 2021, kembali dilakukan pendampingan terhadap 4 SKPT yang
sama dengan tahun 2020, yang tujuannya adalah untuk memusatkan kegiatan
nelayan di sentra kelautan dan perikanan di 4 lokasi tersebut, yaitu Merauke, Natuna,
Sebatik, Saumlaki.

9. Pendampingan Operasionalisasi Lembaga Pengelola Perikanan WPPNRI


Undang-Undang No.45/2009 tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 2004
tentang Perikanan telah mengamanatkan dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, bahwa
pengelolaan perikanan di wilayah perairan Indonesia harus dilaksanakan secara
terencana dan telah disusun Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) di masing-
masing WPPNRI. RPP ini adalah dokumen resmi yang memuat analisis situasi
perikanan dan rencana aksi strategis yang merupakan kesepakatan antara
Pemerintah dan stakeholder sebagai arah dan pedoman pelaksanaan pengelolaan

11
sumberdaya ikan. Dalam implementasinya mengacu pada Kepmen KP No.
18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia telah menetapkan 11 (sebelas) WPPNRI.
Tujuan untuk mensosialisasikannya Lembaga Pengelola Perikanan WPPNRI.
Tahun 2021 Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap akan membentuk 11
kelembagaan WPPNRI untuk melaksanakan kegiatan penyusunan analisa data
komposisi hasil tangkapan ikan, frekuensi pendaratan ikan, jumlah alat penangkapan
ikan, perbandingan produksi aktual dengan jumlah tangkapan ikan yang
diperbolehkan (JTB) dan produktivitas sumber daya ikan di 11 WPPNRI.

Gambar 1. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-


NRI)

10. Penyampaian kewajiban pengisian logbook penangkapan ikan


Logbook penangkapan ikan adalah laporan harian tertulis nahkoda mengenai
kegiatan perikanan dan operasional harian kapal penangkap ikan. Melalui
pelaksanaan logbook penangkapan ikan diharapkan seluruh kegiatan operasional
penangkapan ikan dapat diperoleh data dan informasinya untuk selanjutnya dianalisis
dan digunakan dalam kegiatan perencanaan hingga menghasilkan rekomendasi
kebijakan pengelolaan sumber daya ikan berkelanjutan. Kepatuhan dalam penerapan
logbook penangkapan ikan akan berdampak pada meningkatnya akurasi data dan
hasil analisis kegiatan penangkapan ikan yang akan mempengaruhi kesesuaian
kebijakan pemerintah dalam pengelolaan perikanan sehingga dapat menjamin
kelestarian sumberdaya ikan dan keberlanjutan usaha penangkapan ikan
Kewajiban pengisian logbook penangkapan ikan merupakan implementasi dari
peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 48/2014 tentang Logbook
Penangkapan Ikan. Penerapan Logbook penangkapan ikan bagi seluruh kapal
perikanan berukuran >5 GT diharapkan agar seluruh kegiatan operasional
penangkapan ikan dapat diperoleh data dan informasinya untuk selanjutnya dianalisis
untuk digunakan dalam kegiatan perencanaan hingga menghasilkan rekomendasi
kebijakan pengelolaan sumber daya ikan.
Sampai dengan akhir tahun 2020, sebanyak 6.930 kapal perikanan
melaksanakan logbook penangkapan ikan. Penghitungan jumlah kapal perikanan
menunjukkan sebaran jumlah kapal perikanan melaporkan data logbook penangkapan
ikan di WPPNRI. Adapun komposisi kapal izin yang melaksanakan logbook
penangkapan ikan sampai dengan saat ini, kapal izin daerah sebesar 32% dan kapal
izin pusat sebesar 68%. Kapal izin daerah masih mendominasi pelaksanaan logbook

12
penangkapan ikan dikarenakan berdasarkan data statistik, sebagian besar kapal di
Indonesia adalah skala kecil.
Pelaksanaan Logbook penangkapan ikan tahun 2021 ini ditargetkan sebanyak
7.000 unit kapal di 87 Pelabuhan Perikanan terdiri dari 22 UPT Pusat dan 65 UPTD
serta 174 kapal perikanan. Sampai saat ini, jumlah kapal perikanan yang telah
melaporkan logbook penangkapan ikan di 11 WPPNRI dan Laut Lepas sebanyak
27.152 trip di 6.716 unit kapal.

11. Pendataan kelautan dan perikanan tahun 2022 dalam rangka mendukung Big
Data Kelautan dan Perikanan
Data memiliki arti penting bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi penyelenggaraan dalam pembangunan nasional untuk memajukan
kesejahteraan rakyat. Ketersediaan data yang akurat, terkini dan reliable sangat
dibutuhkan dalam pengambilan kebijakan di berbagai bidang khususnya data
perikanan tangkap.
Isu strategis dalam sektor kelautan dan perikanan perlu ditangani secara cepat
dan akurat, sehingga ketersediaan data dan informasi sosial ekonomi berskala mikro
secara periodic untuk mendukung Big Data Kelautan dan Perikanan menjadi
kebutuhan yang mendasar guna perumusan kebijakan sektor kelautan dan perikanan.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menguatkan sistem pendataan di lingkup
Perikanan Tangkap. Pendataan kelautan dan perikanan tahun 2021 dalam rangka
mendukung Big Data Kelautan dan Perikanan akan dilakuan di 34 Provinsi.
Pengelolaan data di Kementerian Kelautan dan Perikanan diatur melalui
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No 67/Permen-KP/2017 tentang Satu
Data Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan peraturan ini maka data yang tersebar di
berbagai Unit Kerja Eselon I lingkup KKP diintegrasikan dalam satu standar data yang
dilengkapi dengan satu metadata dan diseminasi secara elektronik dalam satu portal
data.

12. Perbaikan pola pikir nelayan


Masyarakat nelayan sebagai salah satu sisi kehidupan masyarakat Indonesia
pada umumnya memegang peranan yang cukup penting dalam pemanfaatan
sumberdaya alam. Sebagai suatu pekerjaan di sektor informal, kehidupan masyarakat
nelayan perlu mendapat perhatian karena nelayan merupakan salah satu komunitas
yang saling ketergantungan satu sama lain.
Kemajuan zaman dewasa ini sudah semakin maju, seiring dengan kemajuan
teknologi yang makin canggih dan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin
berkembang. Maka tidaklah mengherankan bilamana terjadi perubahan atau
pergeseran nilai budaya dan kehidupan dalam masyarakat. Perubahan tersebut
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam tatanan masyarakat.
Terjadi perubahan pola pikir dilihat pada alasan sosial, dan ekonomi. Alasan sosial,
pola pikir yang terjadi membuat hubungan sosial antar masyarakat yang lain menjadi
lebih saling menghargai lagi dan saling mendukung satu sama lain. Alasan ekonomi,
dengan adanya pendidikan dapat membantu meningkatkan taraf hidup mereka dan
pendapatan mereka akan semakin meningkat. Di era digitalisasi yang perkembangan
semakin cepat ini perlu penyesuaian perbaikan pola pikir nelayan yang berorientasi
jauh ke depan, mengubah pola bahwa nelayan kita masih hidup dengan caranya
sendiri, seharusnya nelayan bisa hidup sejahtera dengan memanfaatkan potensi yang
ada.
Tujuan perbaikan pola pikir nelayan diharapkan agar nelayan memiliki
kesadaran betapa pentingnya menabung, investasi, memiliki asuransi, investment dan
mengembangkan bisnis sendiri.

13
B. Perikanan Budidaya
Produksi perikanan tahun 2015 mencapai 22,31 juta ton dan pada tahun 2019
meningkat mencapai 23,86 juta ton, yang terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar
7,53 juta ton dan produksi perikanan budidaya sebesar 16,33 juta ton (termasuk rumput
laut). Produksi perikanan yang meningkat setiap tahun mendukung ketahanan pangan
nasional terutama dalam penyediaan protein hewani untuk peningkatan gizi masyarakat,
serta pencegahan dan penurunan stunting.
Seiring dengan kegiatan penangkapan ikan, kegiatan budidaya ikan juga selalu
meningkat sejak tahun 1980-an, seperti berkembangnya budidaya laut untuk berbagai
jenis ikan seperti kerapu, kakap, dan baronang, budidaya tambak untuk komoditas udang
dan bandeng, serta budidaya air tawar seperti ikan mas, nila, lele, dan patin. Indonesia
mempunyai potensi lahan perikanan budidaya yang sangat luas yaitu 17,91 juta ha yang
meliputi lahan budidaya air tawar 2,8 juta ha (15,8%), lahan budidaya air payau 2,96 juta
ha (16,5%) dan lahan budidaya laut 12,12 juta ha (67,7%). Pemanfaatan potensi lahan
perikanan baru mencapai 2,7% yang terdiri atas pemanfaatan lahan budidaya laut
278.920 ha, pemanfaatan lahan budidaya tambak 605.909 ha, dan pemanfaatan lahan
budidaya air tawar 316.446 ha. Potensi produksi perikanan budidaya di Indonesia
mencapai 100 juta ton/tahun dengan nilai produksi mencapai USD 251 miliar (Dahuri,
2019). Kontribusi subsektor perikanan budidaya terhadap total nilai ekspor nonmigas
adalah 1,13%, dan 37,71% jika dibandingkan terhadap total nilai ekspor perikanan pada
tahun 2018 (BPS, 2019). Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung
untuk pengembangan pakan ikan mandiri guna mengurangi ketergantungan akan pakan
pabrikan yang sangat tergantung kepada bahan baku impor, dalam hal ini tepung ikan.
Beberapa bahan tepung pakan yang dapat digunakan sebagai pengganti tepung impor
antara lain adalah tepung maggot (ulat lalat hitam/black soldier), daging kerang hijau, ikan
rucah atau ikan sisa olahan, ikan pemakan plankton yang nilai ekonominya rendah di
masyarakat, bahan fermentasi berbagai tumbuhan, serta cacing lumbricus. Indonesia
mempunyai potensi lahan perikanan budidaya yang sangat luas yaitu 17,91 juta ha yang
meliputi lahan budidaya air tawar 2,8 juta ha (15,8%), lahan budidaya air payau 2,96 juta
ha (16,5%) dan lahan budidaya laut 12,12 juta ha (67,7%). Pemanfaatan potensi lahan
perikanan baru mencapai 2,7% yang terdiri atas pemanfaatan lahan budidaya laut
278.920 ha, pemanfaatan lahan budidaya tambak 605.909 ha, dan pemanfaatan lahan
budidaya air tawar 316.446 ha. Potensi produksi perikanan budidaya di Indonesia
mencapai 100 juta ton/tahun dengan nilai produksi mencapai USD 251 miliar (Dahuri,
2019). Kontribusi subsektor perikanan budidaya terhadap total nilai ekspor nonmigas
adalah 1,13%, dan 37,71% jika dibandingkan terhadap total nilai ekspor perikanan pada
tahun 2018 (BPS, 2019).
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung untuk
pengembangan pakan ikan mandiri guna mengurangi ketergantungan akan pakan
pabrikan yang sangat tergantung kepada bahan baku impor, dalam hal ini tepung ikan.
Beberapa bahan tepung pakan yang dapat digunakan sebagai pengganti tepung impor
antara lain adalah tepung maggot (ulat lalat hitam/black soldier), daging kerang hijau, ikan
rucah atau ikan sisa olahan, ikan pemakan plankton yang nilai ekonominya rendah di
masyarakat, bahan fermentasi berbagai tumbuhan, serta cacing lumbricus.
Pembangunan perikanan budidaya bertujuan untuk meningkatkan kontribusi sub-
sektor perikanan budidaya terhadap perekonomian sektor perikanan nasional, dengan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan budidaya, mengoptimalkan
pengeolaan kawasan perikanan budidaya secara berkelanjutan, dan meningkatkan
produksi perikanan budidaya secara berkelanjutan (Renstra DJPB Tahun 2020 – 2024)
Sub sektor perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan
peluang usaha dan menyerap tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan. Perikanan
budidaya memiliki beberapa karakteristik, yakni: (i) dapat dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat mulai dari pedesaan sampai dengan perkotaan, (ii) mempunyai karakteristik
usaha yang cepat menghasilkan (quick yielding) dengan margin keuntungan yang cukup
besar, (iii) mempunyai backward dan forward linkage yang cukup luas, sehingga dapat

14
memacu pembangunan industri hulu maupun hilir (seperti pabrik pakan, tumbuhnya
hatchery, industri jaring, industri pengolahan, cold storage, pabrik es dan lain
sebagainya), (iv) dapat mengatasi kemiskinan penduduk, dan (v) teknologi terapan yang
tersedia cukup banyak.
Karakteristik perikanan budidaya juga menunjukan bahwa sebagian besar usaha
perikanan budidaya termasuk dalam kategori usaha skala kecil, dengan jenis usahanya
yang sangat beragam sesuai dengan kondisi daerah atau paket teknologi, dan memiliki
basis lokasi usaha di pedesaan, sehingga maju mundurnya aktivitas perikanan budidaya
memiliki kaitan erat dengan ekonomi rakyat di pedesaan. Sementara itu, perikanan
budidaya juga merupakan aktivitas usaha yang penuh dengan teknologi, maka
keberhasilan pengaplikasian teknologi perikanan budidaya di suatu daerah dapat
dereplikasi/ digandakan untuk pengembangannya di daerah lain.

1. Bantuan Benih dan Calon Induk Ikan


Bantuan benih ikan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membantu
para pembudidaya memenuhi kebutuhan benih bermutu dan meningkatkan hasil
produksinya sehingga berdampak pada peningkatan produksi perikanan budidaya.
Bantuan benih juga sebagian dilepaskan (restocking) di perairan umum dengan tujuan
untuk menjaga sumberdaya genetik dan pemanfaatan produktivitas perairan umum
sehingga akan memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Pada
tahun 2020, target bantuan benih sebesar 215,75 juta ekor dengan realisasi 230,90
juta ekor atau mencapai 107% (LKJ DJPB Tahun 2020).
Produksi induk unggul merupakan bagian dari kebutuhan bahan baku industri
pengolahan dari sektor hulu terutama dari komoditas utama budidaya perikanan
terutama dalam penyediaan induk, maka sub sektor perbenihan memegang peranan
sangat penting untuk menyediakan induk unggul dan benih bermutu yang pada
akhirnya akan meningkatkan produksi, efisiensi dan efektivitas. Pada Tahun 2020
produksi induk unggul yang dihasilkan dari UPT Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya telah menghasilkan produksi calon induk sebanyak 1.046.956 ekor dengan
prosentase pencapaian sekitar 104,70% dari target yang telah ditetapkan sebesar
1.000.000 ekor (LKJ DJPB Tahun 2020). Sedangkan untuk tahun 2021, target bantuan
benih sebesar 217 juta ekor, produksi induk sebesar 1,1 juta ekor dan target bibit
rumput laut sebesar 200 ton.

2. Gerakan Pakan Mandiri


Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI) adalah upaya dan solusi yang tepat
untuk meningkatkan keuntungan dan kemandirian pembudidaya ikan. Kebijakan ini
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi melalui peningkatan efisiensi
pembiayaan pakan dalam usaha pembudidayaan ikan. Gerpari terdiri dari bantuan
mesin pakan, bantuan bahan baku pakan, bantuan pakan alami, dan bantuan pakan
dari UPT DJPB kepada pembudidaya ikan.
Paket bantuan pakan mandiri Tahun 2020 terdiri dari mesin penepung dan
mesin pencetak pakan ikan (pelleting), sedangkan paket bantuan bahan baku pakan
mandiri yang disalurkan terdiri dari: (i) tepung ikan sebanyak 300 kg (spesifikasi: kadar
protein minimal 45%, kadar abu maksimal 30%, kadar air maksimal 12%, dan tidak
berjamur/busuk) dan (ii) bungkil kedelai sebanyak 350 kg (spesifikasi: kadar protein
minimal 42%, kadar air maksimal 13%, dan tidak berjamur/busuk). . Bantuan ini
didistribusikan kepada 20 kelompok penerima bantuan dengan kriteria sebagaimana
telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.
Realisasi penyaluran bantuan mesin dan bahan baku pakan sudah terdistribusi
sebanyak 20 paket dengan capaian sebesar 100 %. Bantuan ini tersebar di 6 Provinsi
dan 12 Kabupaten/Kota.

15
3. Bantuan Sarana Prasarana dan Percontohan Produksi dan Usaha Budidaya
Peningkatan produksi perikanan budidaya dilakukan melalui beberapa strategi
antara lain adalah pemberian bantuan paket sarana dan prasarana pada komoditas
unggulan dimana bantuan tersebut sebagai stimulus bagi masyarakat baik masyarakat
umum maupun para pembudidaya ikan untuk dapat terus melakukan usaha budidaya.
Dengan paket bantuan tersebut harapannya akan muncul pelaku usaha baru di bidang
perikanan budidaya. Paket bantuan sarana dan prasarana budidaya yang diberikan
adalah paket bantuan sarana prasarana sistem bioflok, minapadi, ikan hias dan
asuransi usaha budidaya.
Melalui penerapan beberapa teknologi adaptif, aplikatif, efektif dan efisien
dalam rangka mewujudkan perikanan budidaya yang berkelanjutan, kegiatan usaha
budidaya lele dengan teknologi bioflok merupakan pilihan yang menguntungkan
karena jumlah tebar ikan lele dapat dioptimalkan dalam wadah terbatas dimana airnya
dikonsdisikan menjadi kaya mikroorganisme bermanfaat yang menjaga kualitas air
pemeliharaan sehingga kualitas lele dan omset pembudidaya meningkat.
Asuransi Perikanan bagi Pembudi Daya Ikan Kecil (APPIK) diharapkan mampu
menjawab berbagai persoalan yang menimpa pembudi daya ikan, mulai dari bencana
alam, perubahan iklim hingga menyebabkan banjir, kekeringan, dan wabah penyakit
ikan. Dasar hukum program Asuransi ini adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan dan
Petambak Garam. Pembudidaya ikan yang mengasuransikan unit budidayanya
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas usahanya.
Berjalannya program APPIK merupakan hasil kerja sama KKP dengan menggandeng
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI).
Dengan adanya asuransi usaha ini, usaha pembudidaya ikan semakin diminati
lembaga pembiayaan, karena sudah terdapat mitigasi risiko kegagalan usaha.
Pada tahun 2020, target Bantuan Sarana dan Prasarana Percontohan Produksi
dan Usaha Budidaya adalah 521 paket yang terdiri dari 100 paket Bantuan Minapadi
dan 421 Bantuan Bioflok. Capaian hingga tahun 2020 adalah 521 paket (100%) yang
terdiri dari realiasi 100 paket Bantuan Minapadi dan 421 paket Bantuan Bioflok (LKJ
DJPB Tahun 2020).
Target bantuan premi asuransi pada tahun 2020 sebesar 5000 hektar dengan
realisasi 12.521 hektar atau mencapai 250,42%.

4. Bantuan Excavator
Dalam mendukung percepatan peningkatan infrastruktur tambak/kolam
budidaya, dibutuhkan penyediaan prasarana mendukung pengembangan usaha
budidaya berupa excavator. Spesifikasi excavator yang diberikan kepada penerima
bantuan, yaitu mini excavator kelas 3 - 8 ton atau excavator standar kelas 10-25 ton.
Excavator yang disalurkan oleh DJPB mayoritas telah dimanfaatkan untuk
merehabiltasi tambak yang telah eksis, mencetak tambak baru (ekstensifikasi) dan
rehabilitasi saluran irigasi. Selain itu, excavator yang disalurkan juga telah
dimanfaatkan untuk rehabilitasi tanggul, mencetak kolam, merehabilitasi kolam, jalan
produksi, rehabilitasi caren, mencetak tambak garam dan juga membangun embung.
Pencapaian penyaluran bantuan excavator pada tahun 2020 adalah 28 unit
dan telah disampaikan kepada kelompok penerima sesuai dengan target yang
ditetapkan. Bantuan Excavator telah disalurkan kepada 28 kelompok di 25 Provinsi di
26 Kabupaten. (LKJ DJPB Tahun 2019).
5. Pengelolaan Irigasi Perikanan Partisipatif (PITAP)
PITAP merupakan kegiatan rehabilitasi saluran irigasi tambak yang
dilaksanakan oleh Kelompok Pengelola Irigasi Perikanan atau disebut POKLINA. Latar
belakang pelaksanaan PITAP adalah: (i) banyaknya saluran irigasi tambak khususnya
saluran tersier yang rusak atau tidak berfungsi secara maksimal; (ii) pembudidaya
tidak mempunyai dana yang cukup untuk melakukan rehabilitasi saluran tambak; (iii)

16
belum ada kelembagaan atau kelompok pengelola irigasi perikanan yang merupakan
keterwakilan dari pembudidaya ikan yang duduk dalam organisasi komisi irigasi pada
tingkat Kabupaten/Kota. Saluran irigasi yang direhab ini adalah saluran irigasi tersier,
yaitu jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam
petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran kuarter, saluran pembuang, dan
bangunan pelengkapnya.
Pada tahun 2020, dari target 10 kelompok penerima manfaat, tercapai 100%,
yang meliputi kelompok di 9 Provinsi pada 10 Kabupaten/Kota. Adapun panjang
saluran yang direhabilitasi mencapai 20.910,9 meter (LKJ DJPB Tahun 2020).

6. Fasilitasi Sertifikasi Hak Atas Tanah Bagi Pembudidaya Ikan


Pemberdayaan hak atas tanah masyarakta bagi pembudidaya ikan adalah
kegiatan yang dilakukan lintas sektoral secara terintegrasi dan berkesinambungan
dalam rangka penyediaan subjek dan objek (pra sertipikasi), sertipikasi dan
pengaksesan aset ke sumber-sumber ekonomi, produksi dan pasar (pasca
sertipikasi). Penyiapan sertipikasi dilakukan melalui koordinasi dengan Pemerintah
Daerah dan selanjutnya diusulkan kepada BPN untuk mengikuti kegiatan Sertipikasi.
Manfaat yang diharapkan dari Kegiatan Pra Sehatkan adalah untuk
menyiapkan lahan Pembudidaya ikan yang memenuhi persyaratan sesuai kriteria agar
dapat diproses penerbitan Sertipikat Hak atas Tanahnya, untuk mendapatkan legalitas
hak atas tanah yang dimiliki dan selanjutnya dapat digunakan sebagai agunan kredit
pada perbankan dan sumber pembiayaan lainnya untuk kegiatan usaha
pembuddidaya ikan. Target bidang lahan pembudidaya ikan yang disiapkan
sertifikasinya tahun 2020 adalah 13.000 bidang dengan realisasi mencapai 14.053
bidang yang tesebar di 26 Provinsi 146 kab/kota.

7. Bantuan Kebun Bibit Rumput Laut


Pembangunan kawasan kebun bibit rumput laut memberikan peluang bagi para
pelaku usaha dalam pengembangan kebun bibit rumput laut. Dengan melihat kondisi
tersebut maka percontohan usaha kebun bibit rumput laut menjadi hal yang utama
untuk dilaksanakan di daerah sebagai alternatif untuk pengembangan kawasan kebun
bibit rumput laut.
Pada tahun 2020, alokasi anggaran untuk kegiatan kebun bibit rumput laut
sebesar Rp 3.200.000.000,- dengan realisasi mencapai Rp 2.817.055.877,-
sementara fisiknya mencapai 102,5% atau mencapai 82 paket dari target 80 paket.
(LKJ DJPB Tahun 2020).

8. Percontohan Pengelolaan Kluster Kawasan Perikanan Budidaya berkelanjutan


Merupakan Kegiatan baru yang dilaksankan pada tahun 2020 sebagai Major
Project dalam RPJMN 2020 – 2024 yakni Revitalisasi Tambak di Kawasan Sentra
produksi Udang dan Bandeng untuk meningkatnya produksi ikan/udang menjadi 10,32
juta ton pada tahun 2024 atau tumbuh 8,5% per tahun.
Kegiatan percontohan pengelolaan kawasan perikanan budidaya
berkelanjutan di kawasan budidaya tahun 2020 sebanyak 7 paket yang dilaksanakan
oleh UPT DJPB di Lampung, Jawa Barat, Jepara, Karawang, Situbondo, Ujung Batee
dan Takalar.
Berdasarkan Dokumen Rencana Kerja Perikanan Budidaya Tahun 2021 hasil
Trilateral Meeting tanggal 2 Oktober 2020, kegiatan prioritas perikanan budidaya tahun
2021 dapat dilihat pada Tabel 2.

17
Tabel 2. Program Prioritas DJPB Tahun 2021
NO JENIS KEGIATAN VOLUME
1 Bantuan benih ikan air tawar, air payau, dan laut 217 juta ekor
2 Produksi induk unggul 1,1 juta ekor
3 Asuransi pembudidaya ikan 5.000 orang
4 Bantuan bahan baku dan mesin pakan 60 paket
5 Bantuan minapadi 200 paket
6 Bantuan bioflok 304 paket
7 Bantuan excavator 38 unit
8 Mesin penyedot lumpur (dredger) 2 unit
9 Kebun bibit rumput laut kultur jaringan 100 paket
10 Bantuan bibit rumput laut 200 ton
11 Bantuan pakan mandiri 1500 ton
12 Pengelolaan irigasi perikanan partisipatif 55 paket
13 Pembangunan/rehabilitasi unit pembenihan 20 paket
skala rakyat
14 Model Usaha budidaya Ikan Konsumsi (lobster, 16 paket
patin, kepiting, sidat)
15 Budidaya Maggot dan Pakan Alami 21 paket
16 Bantuan Sarpras Ikan Hias 150 paket
17 Bantuan KJA Budidaya Laut 150 unit
18 Kluster Tambak Udang dan Bandeng 28 Lokasi
19 Sarpras Pendukung Revitalisasi Tambak 80 Unit
20 Penyiapan Sertifikasi Lahan Budidaya 13.000 bidang

C. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan


Nilai ekspor hasil perikanan tahun 2015 mencapai USD 3,95 miliar dan pada tahun
2020 meningkat mencapai USD 5,20 miliar. Capaian nilai ekspor tahun 2020 tersebut
didominasi oleh komoditas udang sebesar USD 2,06 miliar, komoditas Tuna Tongkol
Cakalang (TTC) sebesar USD 0,90 miliar, komoditas Cumi Sotong Gurita (CSG) sebesar
USD 0,60 miliar, dan komoditas rajungan kepiting senilai USD 0,37 miliar. Peningkatan
ekspor hasil perikanan didukung antara lain oleh keikutsertaan peningkatan volume
produk olahan, pembinaan mutu pada unit pengolahan ikan, penerapan sertifikasi produk,
serta promosi produk perikanan skala internasional.
Tingkat konsumsi ikan pada tahun 2015 mencapai 41,11 kg/kapita/tahun dan pada
tahun 2020 meningkat menjadi 56,39 kg/kapita (angka prognosa, setara ikan utuh segar).
Capaian tersebut didukung oleh kampanye nasional Gerakan Memasyarakatkan Makan
Ikan (Gemarikan) yang dilaksanakan secara merata di seluruh provinsi. Terdapat tiga
pilar penyokong tingkat konsumsi ikan yakni penguatan demand melalui pertumbuhan
permintaan ikan, penguatan supply melalui peningkatan produksi hulu, penguatan kerja
sama dengan mitra instansi pemerintah dan masyarakat dalam forikan, dan ketersediaan
pasar ikan modern dan pasar ikan tradisional yang bersih serta sentra kuliner ikan. Hal
ini juga menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kegemaran masyarakat Indonesia
dalam mengonsumsi ikan, serta berhasilnya program Gemarikan yang telah
dilaksanakan.

1. Pendampingan bagi pelaku usaha agar melakukan kegiatan pengolahan sesuai


GMP dan SSOP
Unit Pengolahan Ikan yang selanjutnya disingkat UPI, adalah tempat dan
fasilitas untuk melakukan aktifitas pengolahan ikan. Unit Pengolahan Ikan adalah
tempat yang digunakan untuk mengolah ikan baik yang dimiliki oleh perorangan
maupun badan usaha. Unit Pengolahan Ikan (UPI) harus memiliki sistem manajemen

18
keamanan pangan yang mencakup Good Manufacturing Practices (GMP), Standard
Sanitation Operating Procedure (SSOP).
Good Manufacturing Practices selanjutnya disingkat GMP merupakan cara atau
teknik berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan. Sedangkan Sanitation Standard Operating
Procedures selanjutnya disingkat SSOP merupakan prosedur untuk memelihara
kondisi sanitasi/kebersihan.
Kondisi unit UMKM pengolahan hasil kelautan dan perikanan saat ini :
a) Kelayakan Sarana Prasarana Pengolahan
- Ruang proses menyatu dengan kegiatan Rumah Tangga atau sudah memiliki
tempat tapi belum layak
- peralatan pengolahan belum memenuhi standar
b) Komitmen peneraman jaminan mutu
- Pengolah tidak memiliki komitmen atau belum memahami GMP dan SSOP
- UPI belum memiliki panduan mutu
c) Masih adanya penggunaan BTM (Bahan Tambahan Makanan) yang tidak sesuai
- Adanya penggunaan BTM yang tidak diiizinkan/dilarang
- air bersih dan es terbatas dan belum teruji kualitasnya di laboratorium
d) Tata letak dan Lay out bangunan
- Belum memenuhi standar
- Alur proses produksi belum mengalir baik sehingga beresiko cross
contamination
Dengan kondisi UMKM Pengolahan hasil kelautan dan perikanan
sebagaimana diatas maka perlu adanya pendampingan bagi pelaku usaha agar
melakukan kegiatan pengolahan sesuai GMP dan SSOP

2. Pemberian Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP)


SKP adalah sertifikat yang diberikan kepada pelaku usaha terhadap setiap Unit
Pengolahan Ikan yang telah menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP)
dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP). SKP diterbitkan oleh Dirjen
Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan sebagai hasil pembinaan
terhadap UPI. Pembinaan sendiri dilakukan oleh Pembina Mutu
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) diterbitkan berdasar penilaian oleh Tim
Sertifikasi Kelayakan Pengolahanterhadap UPI dengan Pemeringkatan sebagai
berikut :
a. SKP A apabila mempunyai nilai baik sekali;
b. SKP B apabila mempunyai nilai baik; dan
c. SKP C apabila mempunyai nilai cukup.
Setiap orang atau badan usaha yang melakukan penanganan dan atau
pengolahan ikan seperti Unit Pengolahan Ikan (UPI) baik skala menengah, besar
maupun skala mikro dan kecil yang termasuk didalamnya gudang beku penyimpanan
ikan (ekspor/impor/dalam negeri), unit penanganan rumput laut kering, unit
penanganan ikan hidup, non UPI, dan kapal pengolahan ikan. SKP berlaku selama 2
(dua) tahun sejak diterbitkan. Pelaku Usaha yang telah memiliki SKP wajib menjaga
konsistensi penerapan Cara Pengolahan Ikan yang Baik dan pemenuhan persyaratan
Prosedur Operasi Standar Sanitasi.
Manfaat SKP antara lain :
1. Memberikan jaminan mutu dan keamanan pada produk perikanan yang
diproduksi, diimpor, dan diedarkan di wilayah RI
2. Memenuhi standar produk hasil perikanan yang dipersyaratkan (SNI untuk produk
yang diperdagangkan di pasar dalam negeri atau standar negara buyer untuk
produk yang diekspor)

19
3. Memenuhi persyaratan sanitasi dan higiene dalam penanganan dan pengolahan
hasil perikanan
4. Meningkatkan kepercayaan konsumen karena memberikan rasa aman terhadap
konsumen Dalam Negeri dan Luar Negeri
5. Memperluas pasar sehingga omzet meningkat
6. Memudahkan UKM mendapatkan pembinaan dan fasilitasi dari Pemerintah (KKP,
BSN BPOM).
Target penerbitan SKP tahun 2020 sebanyak 2,250 sertifikat sedangkan target
tahun 2021 sebanyak 2650 sertifikat. Tujuan dari kegiatan meningkatnya volume
produk olahan KP yang bermutu dan berdaya saing. Tahun 2020 target volume produk
olahan KP yang bermutu dan berdaya saing sebesar 6,9 juta ton, sedangkan target
tahun 2021 sebesar 7,05 juta ton.

3. Peningkatan pengetahuan manajemen usaha dan pengelolaan keuangan


Dalam melaksanakan kegiatan mampu usahanya baik pengolah hasil
perikanan maupun pemasar produk perikanan, perlu dibekali dengan pengetahuan
manajemn usaha dan pengelolaan keuangan. Dengan pembekalan pengetahuan
manajemen usaha dan pengelolaan perikanan diharapkan pengolah dan pemasar
produk perikanan dapat mengembangkan usahanya dan menjaga keberlangsungan
usahanya.

4. Peningkatan akses terhadap potensi dan informasi pasar oleh industri


perikanan khususnya UMKM
Jumlah UMKM di Indonesia yang bergerak di bidang pengolahan hasil
perikanan lebih dari 63.934 UPI (KKP, 2014). Masih banyak UMKM di bidang
perikanan yang lemah dalam manajemen, akses terhadap informasi pasar, teknologi
dan sumberdaya manusia (SDM). Produk perikanan yang dihasilkan UMKM masih
sulit menembus pasar karena kualitas, kuantitas dan kontinuitas hasil produksi masih
belum stabil serta ketidakmampuan dalam mengakses modal.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pelaku usaha perikanan, maka
diperlukan kerjasama antar berbagai pihak, termasuk pemerintah, perguruan
tinggi/lembaga penelitian, lembaga penyuluhan, lembaga pelatihan, dan
pengusaha/swasta untuk memberikan pelayanan langsung kepada pelaku usaha
perikanan yang masih lemah. Kerjasama ini berupa peningkatan keterampilan dan
pengetahuan pelaku usaha, layanan informasi, akses pasar, dan mediasi untuk akses
modal sehingga pelaku usaha diharapkan dapat menjadi lebih kuat, mandiri dan
handal.

5. Peningkatan penerapan teknologi pengolahan dan pemasaran inovatif oleh


pelaku usaha
Penerapan inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran inovatif oleh pelaku
usaha pengolahan maupun pemasaran hasil perikanan saat ini masih rendah. Saat ini
telah banyak teknologi inovasi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang dapat
diterapkan oleh pelaku usaha pengolahan dan pemasaran produk perikanan. Dengan
adanya penerapan teknologi pengolahan dan pemasaran inovatif oleh palaku usaha
perikanan diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor hasil perikanan. Nilai ekspor
hasil perikanan tahun 2020 sebesar 6,17(USD Miliar), Sedangkan target tahun 2021
yaitu 6,63 (USD Miliar).

6. Meningkatkan Nilai Tukar Pengolah Hasil Perikanan


Pentingnya bidang usaha pengolahan dalam pembangunan idustri perikanan
nasional, Kementerian Kelautan Perikanan setiap tahunnya melakukan penghitungan
Nilai Tukar Hasil Pengolah Perikanan (NTPHP) mulai tahun 2015 untuk melihat tingkat

20
keberhasilan program yang telah dilakukan oleh KKP sekaligus memonitor usaha
pengolahan secara nasional.
Penghitungan Nilai Tukar Pengolah Hasil Perikanan (NTPHP) dapat menjadi
salah satu proxy untuk melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga pengolah hasil
perikanan. NTPHP merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima
rumah tangga pengolah hasil perikanan (It) dengan indeks harga yang dibayar rumah
tangga pengolah hasil perikanan (Ib).
Hasil Penghitungan NTPHP :
1. Tahun 2016 : 102,90
2. Tahun 2017 : 102,67
3. Tahun 2018 : 103,12
4. Tahun 2019 : 103,53
5. Tahun 2020 : 103,75
Arti dari Nilai NTPHP
NTPH > 100 : memiliki makna bahwa pengolah hasil perikanan mengalami surplus.
Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya.
Nilai NTPHP = 100: memiliki makna bahwa pengolah hasil perikanan mengalami
impas. Kenaikan atau penurunan harga produksinya sama dengan persentase
kenaikan penurunan harga barang konsumsi
Nilai NTPHP < 100 : memiliki makna pengolah hasil perikanan mengalami defisit.
Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga
barang konsumsinya. Pendapatan pengolah turun, lebih kecil dari pengeluarannya.
Tahun 2021 diharapkan Nilai Tukar Hasil Pengolah Perikanan mencapai target
104.

7. Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan)


Dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan gizi nasional untuk
menyiapkan generasi bangsa yang sehat dan cerdas, serta menghela industri
perikanan nasional perlu dilakukan kegiatan GEMARIKAN yang dilakukan secara
terpadu dan terstruktur dengan melibatkan seluruh pihak di tingkat kabuaten/kota,
provinsi hingga nasional.
Beberapa kegiatan dilakukan melalui pendekatan Komunikasi dengan seluruh
mitra Gemarikan, masyarakat dan pemangku kepentingan melalui pertemuan-
pertemuan untuk mengajak dan membangun kesadaran gizi masyarakat agar gemar
mengkonsumsi ikan. Upaya penyediaan informasi kepada masyarakat juga dilakukan
melalui penyediaan bahan dan media promosi serta penyebarluasannya kepada
masyarakat melalui kegiatan bazar, lomba masak, pameran pangan dan keluarga,
serta festival untuk mengkampanyekan manfaat makan ikan dan mengenalkan ragam
produk perikanan. Kegiatan Edukasi juga dilakukan kepada masyarakat melalui
institusi pendidikan formal dan informal melalui kegiatan safari dan pemberian paket
Gemarikan untuk menyampaikan informasi manfaat ikan bagi kecerdasan dan
kesehatan, serta mengajaknya mengkonsumsi ikan dalam rangka mendukung
peningkatan kualitas dan daya saing bangsa.
Pada tahun 2018 telah dilaksanakan kampanye GEMARIKAN di beberapa
Provinsi yang ditetapkan dengan memperhatikan tingkat konsumsi ikan dan stunting
yang telah disinergikan dengan data dari Kementerian Kesehatan.
Pelaksanaan program Gemarikan tahun 2019 ditargetkan mencakup 34 provinsi
dan 32 kabupaten/kota lokasi stunting. Selain untuk meningkatkan kesadaran gizi
dengan mengkonsumsi ikan, program ini juga membantu promosi di dalam negeri.
Promosi peningkatan konsumsi ikan dilakukan melalui rangkaian acara Safari
Gemarikan, pemberian paket Gemarikan (makanan berbahan baku ikan), lomba
masak berbahan baku ikan, iklan layanan masyarakat dan pameran produk perikanan.
Rangkaian kegiatan kampanye gemarikan antara lain: 1) Edukasi manfaat
makan ikan, games dan kuis gemarikan; 2) Penyampaian paket gemarikan berisi 3

21
olahan ikan; 3) Makan siang bersama dengan menu ikan, snack dan kudapan; 4)
Pembagian materi promosi berupa flyer manfaat ikan, flyer kandungan gizi ikan,
tumbler gemarikan, tas lipat, tempat pensil ikan; dan 5) Demo masak di Mobil ATI
dengan materi pembuatan produk olahan ikan, dengan harapan makin banyak
masyarakat yang tertarik untuk menyediakan menu makanan berbahan baku ikan di
rumah, sekolah, katering, dan sebagainya.
Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan konsumsi ikan antara lain:
1) Di beberapa wilayah masih kebiasaan masyarakat untuk makan ikan yang rendah;
2) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang gizi dan manfaat protein ikan bagi
kesehatan dan kecerdasan;
3) Rendahnya suplai ikan di beberapa wilayah;
4) Sarana pemasaran dan distribusi masih terbatas; dan
5) Diversifikasi produk hasil perikanan yang belum bisa memenuhi tuntutan
konsumen.
Guna mendukung peningkatan konsumsi ikan, Ditjen PDSPKP akan
menginisiasi berbagai program/kegiatan pembangunan yang dititikberatkan pada 3
(tiga) aspek utama, yaitu :
1) Menjamin ketersediaan produk hasil perikanan dengan kualitas baik (supply),
2) Mendukung kemudahan masyarakat dalam menjangkau hasil perikanan
(accessibility)
3) Mendorong peningkatan konsumsi produk hasil perikanan (consumption),
Khusus di daerah rawan stunting, Safari Gemarikan dilakukan untuk
mengedukasi masyarakat tentang sumber daya ikan, kandungan gizi dan manfaat
ikan, menumbuhkan kreativitas dalam mengolah dan usaha kuliner ikan untuk
mendorong perbaikan gizi masyarakat melalui peningkatan asupan protein yang
bersumber dari ikan. Untuk mengukur tingkat keberhasilan penanganan stunting, KKP
melakukan penghitungan angka konsumsi ikan di lokasi stunting.
Tingkat konsumsi ikan masyarakat pada tahun 2020 sebesar 56,39 kg/kapita
sedangkan target tahun 2021 sebesar 58,08 kg/kapita.

8. Pendampingan pada kegiatan penumbuhan wirausaha baru bidang kelautan dan


perikanan
Pengembangan kewirausahaan (enterpreneurship) menjadi sangat penting
dan strategis dalam mengatasi lapangan kerja dan mendorong ekonomi nasional.
Salah satu peluang usaha yang dapat dikembangan untuk penumbuhan wirausaha
baru adalah bidang pengolahan hasil kelautan dan perikanan.
Ditjen PDSPKP melalui Direktorat Usaha dan Investasi telah melakukan
penjaringan minat wirausaha dengan menggandeng Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota dan Provinsi dan melalui Sekolah Menengah Kejuruan seluruh
Indonesia. Selanjutnya dengan menggandeng GoUKM, KKP bersama-sama
melakukan pendampingan calon wirausaha baru yang terpilih dalam program
peningkatan kapasitas calon wirausaha baru yang dilakukan secara virtual/online.
Sedangkan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sektor kelautan
dan perikanan, salah satu bentuk dukungan KKP ialah dengan program “Pasar Laut
Indonesia”. Program ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan kompetensi dan
kapasitas UMKM melalui fasilitasi dan bimbingan teknis dalam peningkatan kualitas
SDM, peningkatan nilai tambah produk, peningkatan dan perluasan jangkauan
pemasaran, penguatan kelembagaan usaha dan peningkatan akses pembiayaan.

9. Menjaring calon debitur potensial dan Fasilitasi akses ke bank Pelaksana


Pelaku usaha sektor Kelautan dan Perikanan tahun 2019 mencapai 4,1 juta
orang/unit usaha. Pelaku usaha pengolahan baik UPI Mikro Usaha Kecil dan
Menengah besar sebanyak 63,364 Unit Usaha. Sedangkan untuk pemasar ikan
sebanyak 24,851 Orang.

22
Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi
(UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah
menerbitkan Paket Kebijakan yang bertujuan meningkatkan Sektor Riil dan
memberdayakan UKMK. Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan UMKMK
mencakup:
Peningkatan akses pada sumber pembiayaan
- Pengembangan kewirausahan
- Peningkatan pasar produk UMKMK
- Reformasi regulasi UMKMK
Presiden dalam Ratas bulan Desember 2019 menyampaikan arahan terkait
pembiayaan Sektor Kelautan dan Perikanan, yaitu : Pembentukan Klaster Perikanan
untuk mendukung KUR, Peningkatan Skema Pembiayaan dan Digitalisasi Usaha
Perikanan. Kemudian ditindaklanjuti oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dalam
Arahan yang disampaikan dalam Rakornas DJPDSPKP, Desember 2019 adalah
Peningkatan Akses KUR untuk Usaha Perikanan, dengan tujuan mempercepat
penyerapan bantuan permodalan bagi pengembangan usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) di sektor Kelautan dan Perikanan.
Oleh karena itu diperlukan database calon debitur potensial UMKM yang dapat
diperoleh dari data Kartu Kusuka KKP, selanjutnya data debitur tersebut akan di
verifikasi oleh Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) Perbankan sebagai bahan
pertimbangan, apakah debitur yang mengajukan kredit itu layak atau tidak untuk
diberikan Kredit Modal Kerja atau Kredit Investasi.
Pembiayaan Usaha Kelautan dan Perikanan melalui Kredit Program tahun
2020 sebesar 3 Triliun. Sedangkan target 2021 yaitu 3,3 Triliun.

10. Pendampingan Identifikasi calon penerima Bantuan Pemerintah dan pasca


mendapatkan Bantuan Pemerintah
Tujuan program pemberian bantuan pemerintah ini adalah untuk memberikan
bantuan Sarana Pemasaran Bergerak berupa boks ikan untuk kendaraan roda 2 (dua),
kendaraan roda 2 (dua) yang dilengkapi boks displai dan penyimpanan ikan serta roda
3 (tiga) yang dilengkapi dengan boks berpendingin yang higienis dan dapat
mempertahankan mutu produk perikanan yang dipasarkan.
Sasaran Sasaran kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana pemasaran
bergerak antara lain:
1. terjaminnya mutu dan keamanan hasil perikanan selama proses pemasaran
2. meningkatkan pendapatan pemasar hasil perikanan; dan
3. meningkatkan penyerapan tenaga kerja melalui penciptaan lapangan kerja baru.
Indikator keberhasilan Indikator keberhasilan pemberian bantuan pemerintah
Sarana Pemasaran Bergerak adalah penyediaan, penyaluran dan pemanfaatan 50
(lima puluh) unit Bantuan Pemerintah Sarana Pemasaran Bergerak roda 2 (dua) dan
roda 3 (tiga). Persyaratan Penerima Bantuan Pemerintah:
1. Kriteria Penerima Bantuan Pemerintah
a. kelompok masyarakat, diutamakan berbadan hukum dan sudah atau akan
melakukan kegiatan di bidang pemasaran ikan. Kelompok Masyarakat
diantaranya Koperasi dan Kelompok Usaha Bersam
b. kelompok masyarakat hukum adat, telah mendapatkan penetapan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan melakukan kegiatan di
bidang pemasaran ikan
c. lembaga swadaya masyarakat, berbadan hukum dan sudah atau akan
melakukan kegiatan di bidang pemasaran ikan
d. lembaga pendidikan, terdaftar pada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, atau

23
Kementerian Agama serta sudah atau akan melakukan kegiatan di bidang
pemasaran ikan
e. lembaga keagamaan, diutamakan berbadan hukum dan sudah atau akan
melakukan kegiatan di bidang pemasaran ikan
2. Persyaratan Penerima Bantuan Pemerintah Calon Penerima Bantuan Pemerintah
harus memenuhi persyaratan administrasi sebagai berikut:
a. Calon penerima Bantuan Pemerintah Sarana Pemasaran Bergerak merupakan
Koperasi di bidang perikanan dengan persyaratan sebagai berikut:
1) diutamakan berbadan hukum atau memiliki surat pengesahan dari Dinas
yang melaksanakan bidang kelautan dan perikanan atau menyertakan
surat pengesahan Pohlaksar dari Kepala Desa setempat;
2) memiliki pengalaman usaha di bidang perikanan;
3) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama kelompok;
4) membuat surat pernyataan kesanggupan untuk memanfaatkan dan
menyampaikan laporan setiap 3 (tiga) bulan sekali;
b. Persyaratan teknis
1) telah atau akan melakukan melaksanakan kegiatan di bidang kelautan dan
perikanan;
2) memiliki pengalaman dan kemampuan melaksanakan proses
pembelian/penjualan, pengangkutan/transportasi dan pemasaran ikan;
3) memiliki kemampuan menyediakan biaya operasional, biaya perawatan
serta biaya perbaikan;
4) memiliki komitmen, rencana usaha dan rencana pemanfaatan.

11. Mengidentifikasi Poklahsar yang berminat dan siap ditingkatkan menjadi


koperasi
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tahun 2018
menyebutkan ada sekitar 2.884 koperasi perikanan di Indonesia yang meliputi 2.802
unit Skala Usaha Mikro, 69 unit Skala Usaha Kecil 69, dan 13 unit Skala Usaha
Menengah. Jumlah koperasi perikanan tersebut mengisi 2,09 % dari sekitar 138.140
unit jumlah seluruh koperasi yang ada di Indonesia. Dari 2.802 koperasi perikanan,
hanya sekitar 58% atau 1.687 yang aktif, dan yang mempunyai Nomor Induk Koperasi
(NIK) hanya sekitar 271 unit.
Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mendorong poklahsar menjadi koperasi
dimana koperasi bisa menjadi peluang menjalankan usaha seluas-luasnya guna
meningkatkan kesejahteraan anggota. Keberadaan koperasi memberikan
kemampuan bagi poklahsar untuk menjalin kemitraan dan bersinergi dari berbagai
pelaku usaha lainnya dari hulu ke hilir.

12. Pendataan kelautan dan perikanan tahun 2022 dalam rangka mendukung Big
Data Kelautan dan Perikanan
Data memiliki arti penting bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi penyelenggaraan dalam pembangunan nasional untuk memajukan
kesejahteraan rakyat. Ketersedian data yang akurat, terkini dan akuntable sangat
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan dalam menyusun regulasi atau kebijakan.
Manfaat dari ketersediaan data yang akurat, terkini dan akuntable dapat
mendukung perumusan kebijakan, menghitung konstribusi ekonomi serapan tenaga
kerja pembangunan kelautan dan perikanan
Pengelolaan data di Kementerian Kelautan dan Perikanan diatur melalui
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No 67/Permen-KP/2017 tentang Satu
Data Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan peraturan ini maka data yang tersebar di
berbagai Unit Kerja Eselon I lingkup KKP diintegrasikan dalam satu standar data yang
dilengkapi dengan satu metadata dan diseminasi secara elektronik dalam satu portal
data.

24
D. Pengelolaan Ruang Laut
Produksi garam nasional tahun 2020 mencapai 1,36 juta ton dan pada semester
I tahun 2021 baru mencapai 0,003 juta ton dari total target produksi garam … juta ton.
Capaian produksi garam didukung oleh produksi garam rakyat yang dilaksanakan melalui
kegiatan Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) di 23 kabupaten/kota.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya peningkatan produksi garam antara
lain: integrasi pergaraman, revitalisasi gudang garam rakyat, pembangunan jalan
produksi/saluran tambak garam, dan pembangunan sarana washing plant.
Sesuai Amanah Peraturan Presiden Nomor: 23 Tahun 2021 tentang Percepatan
Kebijakan Satu Peta, salah satu amanah untuk Ditjen PRL adalah Pemutakhiran
Informasi Geospasial (IG) Lahan Garam. Pada tahun 2020 mulai dilakukan pemutakhiran
IG Lahan Garam di Wilayah Sulawesi melalui verifikasi dan validasi data di Provinsi
Gorontalo (Kab. Pohuwato), Sulawesi Tengah (Kota Palu), dan Sulawesi Selatan (Kab.
Kep. Selayar, Jeneponto, Takalar, Maros, dan Pangkajene dan Kepulauan). Pada
semester I tahun 2021 pemutakhiran IG Lahan Garam dilaksanakan melalui: (i) sampling
petak lahan garam di Kab. Pohuwato, Kota Palu, dan Kab. Pangkajene dan Kepulauan
dan (ii) persiapan pemutakhiran IG Lahan Garam Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Banten, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
Luas kawasan konservasi perairan pada tahun 2020 mencapai 24,11 juta hektar
(ha) dan pada semester I tahun 2021 tetap 24,11 juta ha dengan penambahan kawasan
yang dicadangkan seluas 0,64 juta ha. Pencapaian tersebut merupakan keberhasilan
KKP dalam penyampaian program kawasan konservasi sebagai prioritas nasional
maupun global kepada pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah mengalokasikan
ruang lautnya sebagai kawasan konservasi. Selain itu juga didukung oleh kuatnya
koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, K/L terkait,
perguruan tinggi, mitra Lembaga Swadaya Masyarakat/NonGovernmental Organization,
dan masyarakat.
Dalam mendukung pengelolaan Kawasan konservasi yang efektif, pada tahun
2020 Ditjen PRL telah menyalurkan bantuan Kelompok Penggerak Konservasi
(KOMPAK) sejumlah 10 peket di Kab. Aceh Selatan, Kota Padang, Kep. Anambas,
Pandeglang, Banyuwangi, Tanah Bumbu, Sabu Raijua, Bone, Maluku Tengah, dan Kep.
Sula. Target penyaluran bantuan kelompok konservasi meningkat di tahun 2021 dengan
jumlah 34 paket. Capaian penyaluran bantuan Kelompok Konservasi semester I tahun
2021 adalah 8 paket di Kab. Aceh Jaya, Pesisir Selatan, Kolaka Utara, Kota Manado,
Tanah Bumbu, Kutai Kertanegara, Maluku Tengah, dan Kota Ternate.
Keanekaragaman hayati laut Indonesia memiliki potensi besar untuk
dimanfaatkan baik bagi kepentingan konservasi maupun ekonomi produktif. Berdasarkan
citra satelit, diperkirakan luas terumbu karang Indonesia mencapai 2,5 juta ha (P2O-LIPI,
2018) atau sekitar 10% dari total terumbu karang dunia yaitu seluas 284.300 km2
(Spalding et al. 2001) dengan penyumbang terbesar adalah coral triangle yang
menyumbang sekitar 34% (luas 73.000 km2) terhadap total luas terumbu karang dunia
(Burke et al. 2014). Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai pusat segitiga karang
dunia yang memiliki kekayaan jenis karang paling tinggi yaitu 569 jenis dari 82 marga dan
15 suku (Suharsono, 2014) atau sekitar 70% lebih jenis karang dunia dan lima jenis
diantaranya merupakan jenis yang endemik.
Selanjutnya LIPI melalui Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) menyatakan bahwa
penelitian dan pemantauan terumbu karang terhadap 1.067 site di seluruh Indonesia
menunjukkan bahwa terumbu karang dalam kategori jelek sebanyak 386 site (36,18%),
kategori cukup sebanyak 366 site (34,3%), kategori baik sebanyak 245 site (22,96%), dan
kategori sangat baik sebesar 70 site (6,56%).
Indonesia juga mempunyai wilayah lamun dan mangrove yang luas. Berdasarkan
penelitian P2O-LIPI (2018) luasan lamun Indonesia seluas 293.464 ha, sedangkan luas
kawasan mangrove berdasarkan data One Map Mangrove (2018) seluas 3,5 juta ha.
Perairan laut Indonesia juga menyimpan potensi sumber daya nonhayati yang
melimpah. Masih banyak wilayah perairan Indonesia yang memiliki potensi ekonomi

25
namun belum terkelola secara memadai. Industri maritim, bioteknologi, jasa kelautan,
produksi garam dan turunannya, biofarmakologi laut, pemanfaatan air laut selain energi,
pemasangan pipa dan kabel bawah laut, dan/atau pengangkatan benda dan muatan
kapal tenggelam, merupakan subsektor kelautan yang belum tergarap secara optimal.

1. Perencanaan Ruang Laut


Perencanaan Ruang Laut menjadi penting karena diperlukan untuk
memberikan landasan spasial dalam rangka menyelenggarakan kebijakan dan
strategi pembangunan kelautan; keterpaduan berbagai kepentingan dan program
sektor di wilayah laut; pertahanan kawasan perbatasan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; arahan perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di daerah;
serta pemberian izin pemanfaatan ruang laut yang menjadi kewenangan Pusat, di
Kawasan Strategis Nasional (KSN), Kawasan Strategis Nasional tertentu (KSNT),
lintas provinsi, dan perairan laut di atas 12 mil dari garis pantai, serta kewenangan
daerah dibawah 12 mil.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut telah memulai proses
perencanaan tata ruang laut sejak tahun 2000-an. Capaian kegiatan terkait
perencanaan ruang laut meliputi: (a) Pengaturan Sempadan Pantai; b) Rencana Tata
Ruang Laut Nasional; (c) Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah (KAW); (d)
Rencana Zonasi Kawasan Strategis Tertentu (KSN); (e) Rencana Zonasi Kawasan
Strategis Nasional Tertentu (KSNT); (f) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (RZWP3K); dan (g) Perizinan Pemanfaatan Ruang Laut.

a. Pengaturan Sempadan Pantai


Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No 21 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Penghitungan
Batas Sempadan Pantai. Peraturan ini memuat lebih detil tata cara yang dapat
dilakukan pemerintah daerah dalam menghitung Batas Sempadan Pantai sesuai
dengan kharakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menggunakan aspek
mitigasi bencana.

b. Rencana Tata Ruang Laut Nasional


Pemerintah Indonesia telah mengundangkan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Laut. Penetapan PP 32/2019
tentang Rencana Tata Ruang Laut merupakan tindak lanjut amanat Pasal 43 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Rencana Tata
Ruang Laut (RTRL) berfungsi untuk memberikan landasan spasial dalam
penyelenggaraan kebijakan dan strategi pembangunan kelautan; keterpaduan
berbagai kepentingan dan program sektor di wilayah laut; pertahanan kawasan
perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia; arahan perencanaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil di daerah dan perencanaan zonasi kawasan laut;
serta arahan pemberian ijin lokasi dan izin pengelolaan yang menjadi
kewenangan Pemerintah di Kawasan Strategis Nasional (KSN), Kawasan
Strategis Nasional Tertentu (KSNT), dan Kawasan Antarwilayah (Teluk, Selat dan
Laut). PP 32 Tahun 2019 ini merupakan capaian kegiatan prioritas yang
menjadikan Indonesia mensejajarkan dirinya dengan negara besar dunia yang
telah memiliki dokumen National Marine Spatial Planning.

c. Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah (KAW)


Penyusunan RZ Kawasan Antarwilayah yang berupa RZ Laut, RZ Selat, dan
RZ Teluk merupakan salah satu program prioritas yang diamanatkan oleh
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia.
Sampai saat ini, telah disusun 9 Dokumen Perencanaan Ruang Laut Kawasan
Antarwilayah (Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Natuna-Natuna

26
Utara, Teluk Tomini, Teluk Bone, Laut Maluku, Selat Malaka, dan Laut Flores) dari
total 19 lokasi kawasan antarwilayah.

d. Rencana Zonasi Kawasan Strategis Tertentu (KSN)


Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai
warisan dunia. Rencana Zonasi KSN yang telah disusun sejak tahun 2015-2019
sebanyak 13 lokasi KSN dan 4 KSN pada tahun 2015 dalam bentuk dokumen
Masterplan, yang perkembangannya sampai sekarang masih dalam proses
legalisasi. Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2020
– 2024 ditargetkan tersusunnya dokumen perencanaan di 16 KSN yang
ditindaklanjuti untuk ditetapkan kedalam Peraturan Presiden.

e. Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT)


Rencana Zonasi KSNT yang berupa Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT),
merupakan salah satu upaya Negara dalam menjaga kedaulatan NKRI. Rencana
Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) merupakan amanat dari UU
Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan Pada 43 ayat 4. Selanjutnya pada
Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-pulau
Kecil Terluar menyatakan bahwa pemanfaatan PPKT dilakukan berdasarkan
rencana zonasi, dalam hal ini Rencana Zonasi KSNT. Pulau-Pulau Kecil Terluar
merupakan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT). Sesuai dengan
Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penetapan Pulau – Pulau Kecil
Terluar, Indonesia mempunyai 111 PPKT yang wajib disusun rencana zonasinya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan RZ KSNT untuk 4
pulau yang ditetapkan melalui 3 (tiga) Peraturan Menteri terkait RZ KSNT Pulau
Nipa, Pulau Maratua dan Pulau Sambit, dan Pulau Senua. Ketiga aturan tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 32/PERMEN-KP/2017
tentang Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Pulau Nipa.
2) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4/PERMEN-KP/2018
tentang Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Pulau Maratua
dan Pulau Sambit.
3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41/PERMEN-KP/2018
tentang Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Pulau Senua
di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018-2037.
Ditargetkan pada akhir RPJM 2015-2019 telah disusun Rencana Zonasi
KSNT untuk 38 lokasi PPKT. Fokus RPJM 2020 – 2024 akan disusun Rencana
Zonasi KSNT untuk 60 PPKT.

f. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)


Peraturan Daerah tentang RZWP3K merupakan salah satu instrumen
penting dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan untuk
mewujudkan kedaulatan, keberlanjutan dan kesejahteraan. Peraturan Daerah
tersebut merupakan amanat Undang Undang Nomor 27 Tahun 2007 jo Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil dan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Kedua UU tersebut berimplikasi pada kewenangan pengelolaan perairan
(12 mil) yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi. Sampai dengan
Bulan Juli Tahun 2019, telah ditetapkan sebanyak 22 Peraturan Daerah tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) yang disajikan
pada Tabel 3. Perkembangan penyusunan RZWP3K lainnya disajikan dalam
Gambar 2.

27
Tabel 3. Daftar Peraturan Daerah tentang RZWP3K
No Provinsi Peraturan Daerah
Nomor Tanggal
1. Sulawesi Utara Perda No. 1 Tahun 2017 14 Maret 2017
2. Sulawesi Barat Perda No. 6 Tahun 2017 30 Oktober 2017
3. NTB Perda No. 12 Tahun 2017 10 November 2017
4. NTT Perda No. 4 Tahun 2017 13 November 2017
5. Sulawesi Tengah Perda No. 10 Tahun 2017 22 Desember 2017
6. Jawa Timur Perda No. 1 Tahun 2018 5 Februari 2018
7. Lampung Perda No. 1 Tahun 2018 15 Januari 2018
8. Sumatera Barat Perda No. 2 Tahun 2018 26 Februari 2018
9. Maluku Perda No. 1 Tahun 2018 7 Agustus 2018
10. Maluku Utara Perda No. 2 Tahun 2018 27 Agustus 2018
11. Kalimantan Utara Perda No. 4 Tahun 2018 14 Agustus 2018
12. DI Yogyakarta Perda No. 9 Tahun 2018 24 September 2018
13. Kalimantan Selatan Perda No. 13 Tahun 2018 16 Juli 2018
14. Gorontalo Perda No. 4 Tahun 2018 26 September 2018
15. Jawa Tengah Perda No. 13 Tahun 2018 21 Desember 2018
16. Kalimantan Barat Perda No. 1 Tahun 2019 16 Januari 2019
17. Kalimantan Tengah Perda No. 1 Tahun 2019 8 Januari 2019
18. Jawa Barat Perda No. 5 Tahun 2019 25 Februar 2019
19. Sumatera Utara Perda No. 4 Tahun 2019 18 Maret 2019
20. Sulawesi Tenggara Perda No. 9 Tahun 2018 31 Desember 2018
21. Sulawesi Selatan Perda No. 2 Tahun 2019 8 Mei 2019
22. Bengkulu Perda No. 5 Tahun 2019 2 Juli 2019

Gambar 2. Perkembangan Penyusunan RZWP3K

g. Perizinan Pemanfaatan Ruang Laut


Pemanfaatan dalam menggunakan ruang laut dalam pelaksanaannya harus
sesuai dengan perencanaan ruang laut (rencana zonasi) yang telah disusun,
dimana upaya untuk mengarahkan pemanfaatan yang sesuai dengan
perencanaan dilakukan dengan “Pengendalian Pemanfaatan Ruang Laut”.

28
Dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang laut, Kementerian Kelautan
dan Perikanan telah menerbitkan beberapa aturan terkait pemanfaatan ruang laut,
yaitu:
1) Permen KP No. 47/PERMEN-KP/2016 tentang Pemanfaatan Kawasan
Konservasi Perairan
2) Permen KP No. 8/PERMEN-KP/2019 tentang Penatausahaan Izin
Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya dalam Rangka
Penanaman Modal Asing dan Rekomendasi Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil
dengan Luas di Bawah 100 Km 2 (Seratus Kilometer Persegi).
3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 24/PERMEN-KP/2019
tentang Tata Cara Pemberian Izin Lokasi Perairan dan Izin Pengelolaan
Perairan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
4) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25/PERMEN-KP/2019
tentang Izin Pelaksanaan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

2. Sertifikasi Pulau-Pulau Kecil Terluar


Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) adalah pulau-pulau dengan luas lebih kecil
atau sama dengan 2.000 km 2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan
ekosistemnya yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang
menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional
dan nasional. PPKT memiliki nilai strategis sebagai Titik Dasar dari Garis Pangkal
Kepulauan Indonesia dalam penetapan wilayah Perairan Indonesia, Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia dan Landas Kontinen Indonesia. Saat ini Indonesia telah
menetapkan 111 (seratus sebelas) PPKT berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
6 Tahun 2017 Tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar.
Dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
memanfaatkan sumber daya alam untuk pembangunan berkelanjutan, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan, maka diperlukan
pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar, salah satunya melalui program penataan
pemanfaatan PPKT.
Beberapa isu sensitif di pulau-pulau kecil terluar antara lain: a) penjualan
pulau-pulau kecil; b) penguasaan pulau kecil oleh Warga Negara Asing (private
island); c) kerusakan lingkungan di PPKT; d) konflik pemanfaatan ruang dan
sumberdaya di PPKT; serta e) aktivitas ilegal seperti illegal fishing, illegal logging,
dan penyelundupan orang dan barang di PPKT.
Dengan dilatarbelakangi hal tersebut di atas dan sebagai bentuk antisipasi dan
solusi bagi permasalahan kepemilikan pulau maka Kementerian Kelautan dan
Perikanan melakukan pensertipikatan Hak Atas Tanah/Hak Pengelolaan di PPKT
atas nama Pemerintah RI c.q. Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada Badan
Pertanahan Nasional c.q. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Sampai dengan tahun
2019, telah terbit 28 sertipikat di 23 pulau yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Daftar Sertifikasi Pulau-Pulau Kecil Terluar


No Nama Pulau Desa Kecamatan Kabupaten Luas Tanggal Terbit
Tanah
(M2)
1. Pulau Berakit Berakit Teluk Bintan 7,700 13 Pebruari 2018
Sebong
2. Pulau Malang Berakit Teluk Bintan 1,195 13 Pebruari 2018
Berdaun Sebong
3. Pulau Cimanuk Cikalong Tasikmalaya 3,750 9 Mei 2018
Batukolotok
4. Pulau Cimanuk Cikalong Tasikmalaya 2,197 9 Mei 2018
Nusamanuk
5. Pulau Tokong Mubur Palmatak Kepulauan 10,510 14 Maret 2018
Belayar Anambas

29
6. Pulau Tokong Kiabu Siantan Kepulauan 14,270 14 Maret 2018
Malang Biru Selatan Anambas
7. Pulau Damar Mampok Jemaja Kepulauan 41,200 14 maret 2018
Anambas
8. Pulau Tokong Bayat Palmatak Kepulauan 12,143 7 Mei 2018
Nanas Anambas
9. Pulau Wunga (I) Afulu Afulu Nias Utara 9,919 14 Desember
2018
10. Pulau Wunga Afulu Afulu Nias Utara 3,786 14 Desember
(II) 2018
11. Pulau Wunga Afulu Afulu Nias Utara 50,300 14 Desember
(III) 2018
12. Pulau Pagai Betumonga Pagai Utara Kepulauan 14,110 26 Desember
Utara Mentawai 2018
13. Pulau Sebetul Air Payang Pulau Laut Natuna 1,918 27 Desember
2018
14. Pulau Sambit Bohe Silian Maratua Berau 6,976 27 Pebruari 2019
15. Pulau Morotai Daeo Morotai Pulau 52,200 17 Desember
Majiko Selatan Morotai 2018
16. Pulau Sebatik Pancang Sebatik Nunukan 12,000 17 Mei 2019
Utara
17. Pulau Rupat Tanjung Rupat Utara Bengkalis 17,060 27 Juni 2019
Punak
18. Pulau Bengkalis Muntai Bengkalis Bengkalis 2,630 27 Juni 2019
19. Pulau Salando Kapas Dako Tolitoli 1,124 10 Mei 2019
Pemean
20. Pulau Lingayan Ogotua Dampal Tolitoli 8,290 30 April 2019
Utara
21. Pulau Jiew Gemia Patani Utara Halmahera 117,000 16 April 2019
Utara
22. Pulau Intata Kakarotan Nanusa Kep. Talaud 83,200 8 Agustus 2019
23. Pulau Marampit Marampit Nanusa Kep. Talaud 97,400 8 Agustus 2019
I Timur
24. Pulau Marampit Marampit Nanusa Kep. Talaud 1,768 8 Agustus 2019
II Timur
25. Pulau Batu Aru Selatan Kep. Aru 901 23 Agustus 2019
Batugoyang Goyang Timur
26. Pulau Kultubai Mesiang Aru Tengah Kep. Aru 21,480 23 Agustus 2019
Utara I Selatan
27. Pulau Kultubai Gomo Aru Tengah Kep. Aru 15,040 23 Agustus 2019
Utara II Gomo Selatan
28. Pulau Nuhu Yut Weduar Kei Besar Maluku 77,900 13 September
Feer Selatan Tenggara 2019
Barat

3. Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


Tingginya aktivitas di wilayah pesisir menyebabkan semakin meningkatnya
tekanan terhadap sumberdaya dan lingkungan pesisir. Hal tersebut, menyebabkan
kerusakan di wilayah pesisir seperti erosi, sedimentasi, banjir, kerusakan ekosistem.
Selain tekanan, pemanfaatan sumber daya yang tidak memperhatikan keberlanjutan
dan kelestariannya juga memperparah kerusakan yang terjadi.
Rehabilitasi dan Restorasi dilakukan dalam rangka pemulihan kerusakan di
wilayah pesisir, selain untuk memperbaiki wilayah pesisir yang rusak di wilayah
pesisir yang rusak, rehabilitasi dan restorasi diharapkan dapat mendukung
industrialisasi perikanan. Lingkungan yang baik akan meningkatkan produktivitas
perikanan. Seperti diketahui bersama, keberadaan dan kualitas biota laut sangat
dipengaruhi oleh kualitas lingkungan dimana biota tersebut hidup.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang
Laut adalah penanaman mangrove dan vegetasi pantai; perlindungan pantai berupa
pembangunan sabuk pantai, struktur concrete dan hybrid engineering;
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT); pembangunan Pusat Restorasi dan
Pengembangan Ekosistem Pesisir (PRPEP); dan Gerakan Cinta Laut (GITA LAUT).

30
a. Penanaman mangrove dan vegetasi pantai
Sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2017, KKP telah melakukan
upaya penanaman mangrove sebanyak 8.940.071 batang dan vegetasi pantai
sebanyak 146.383 seperti tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penanaman Mangrove dan Vegetasi Pantai Tahun 2014 –
2017

No Penanaman Jumlah per Tahun (Batang) Total


2014 2015 2016 2017 (Batang)
1. Mangrove 1.046.167 6.202.974 1.591.930 63.500 8.904.571
2. Vegetasi 64.209 48.308 33.866 146.383
Pantai
b. Pembangunan sabuk pantai, hybrid engineering, dan struktur concrete
Sejak tahun 2015 sampai dengan 2017, KKP telah melakukan
pembangunan sabuk pantai sepanjang 17.209 m (Karawang, Subang, Indramayu,
Tegal, Kendal, Brebes, Pekalongan, Tuban, Karawang dan Kotawaringin); hybrid
engineering sepanjang 23.850 m (Cirebon, Brebes, Semarang, Demak, Jepara,
Pati, Serang, Rembang, dan Gresik), dan dan struktur concrete sepanjang 501 m
(Aceh Barat, Padang, Pariaman, Pangandaran, Pati, dan Mempawah). Panjang
dan lokasi pembangunan sabuk pantai, hybrid engineering, dan struktur concrete
disajikan pada Tabel 6. Sedangkan pada tahun 2019, dilaksanakan pembangunan
hybrid engineering di Bone dan Bombana.

Tabel 6. Panjang dan Lokasi Pembangunan Pelindung Pantai


(Sabuk Pantai, Hybrid Engineering dan Struktur Concrete)
Tahun 2015-2017
No Lokasi Tahun Panjang (m)
Sabuk Pantai
1. Kabupaten Karawang 2015 600
2. Kabupaten Subang 2015 600
3. Kabupaten Indramayu 2015 600
4. Kabupaten Tegal 2015 366
5. Kabupaten Kendal 2015 483
6. Brebes 2016 1.700
7. Tegal 2016 700
8. Kendal 2016 1.000
9. Pekalongan 2016 3.300
10. Tuban 2016 3.00
11. Karawang 2017 3.300
12. Kota Waringin Timur 2017 1.260
Total 17.209
Hybrid Engineering
1. Cirebon 2015 2.910
2. Brebes 2015 910
3. Kota Semarang 2015 3.145
4. Demak 2015 915
5. Jepara 2015 3.140
6. Pati 2015 3.140
7. Serang 2017 2.240
8. Cirebon 2017 1.850
9. Rembang 2017 1.100
10. Demak 2017 3.300
11. Gresik 2017 1.200

31
Total 23.850
Struktur Concrete
1. Aceh Barat 2017 140
2. Padang Pariaman 2017 41
3. Pangandaran 2017 180
4. Pati 2017 110
5. Mempawah 2017 30
Total 501

c. Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)


KKP juga menginisiasi kegiatan yang membangun ketangguhan desa,
khususnya dalam menghadapi bencana dan dampak perubahan iklim, melalui
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). PDPT adalah bagian
pelaksanaan program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Kelautan dan Perikanan melalui intervensi kegiatan pada pengembangan
manusia, sumberdaya pesisir, infrastruktur/lingkungan, usaha, dan kesiapsiagaan
terhadap bencana dan perubahan iklim.
Kegiatan ditujukan kepada: (1) meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat
terhadap bencana dan perubahan iklim di desa pesisir dan pulau-pulau kecil; (2)
meningkatkan kualitas lingkungan hidup di desa pesisir dan pulau-pulau kecil; (3)
meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan secara partisipatif di desa pesisir dan pulau-pulau kecil; dan (4)
memfasilitasi kegiatan pembangunan dan/atau pengembangan sarana dan/atau
prasarana sosial ekonomi di desa pesisir dan pulau-pulau kecil. PDPT dilakukan
sejak tahun 2012 sampai dengan 2016.
1) Pada tahun 2012, PDPT dilakukan di 48 desa dan pada tahun 2013 terdapat
penambahan 18 desa.
2) Pada tahun 2014, dilaksanakan di 66 desa/kelurahan (tersebar di 22
kabupaten/kota) yaitu Kab. Asahan, Kab. Pesisir Selatan, Kab. Kaur, Kab.
Tangerang, Kab. Sukabumi, Kab. Kendal, Kab. Kulonprogo, Kab. Pacitan,
Kab. Pontianak, Kab. Kotawaringin Barat, Kab. Banjar, Kab. Parigimoutong,
Kab. Pinrang, Kota Bau-bau, Kab. Seram Bagian Barat, Kab. Teluk
Wondama, Kab. Malang, Kab. Demak, Kab. Tanggamus, Kab. Cirebon, Kab.
Lebak, Kab. Sikka
3) Pada tahun 2015 di 66 Desa/Kelurahan (tersebar di 22 kabupaten/kota) yaitu
Malang, Demak, Tanggamus, Cirebon, Lebak, Sikka, Aceh Barat, Agam,
Bangka Barat, Pandeglang, Kebumen, Pekalongan, Trenggalek, Sambas,
Tanah Laut, Luwu Utara, Gorontalo Utara, Kendari, Morotai, Lombok Utara,
Sumba Timur, Maluku Tenggara.
4) Pada tahun 2016 di 75 Desa/Kelurahan (tersebar di 25 kabupaten/kota) yaitu
Aceh Barat, Agam, Bangka Barat, Pandeglang, Kebumen, Pekalongan,
Trenggalek, Sambas, Tanah Laut, Luwu Utara, Gorontalo Utara, Kendari,
Morotai, Lombok Utara, Sumba Timur, Maluku Tenggara, Brebes,
Kotawaringin Timur, Kep. Meranti, Tanjung Jabung Barat, Bitung, Gresik,
Singkawang, Garut, Pandeglang.

d. Pembangunan Pusat Restorasi dan Pengembangan Ekosistem Pesisir


(PRPEP)
Pusat Restorasi dan Pengembangan Ekosistem Pesisir (PRPEP)
merupakan lokasi yang diarahkan sebagai pusat pemulihan dan restorasi
ekosistem pesisir sekaligus dikembangkan menjadi sarana edukasi, penelitian
dan laboratorium alam. Pengembangan PRPEP sudah dirintis oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2015 yang awalnya dikenal dengan nama
Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM). Perubahan numenklatur

32
ini dilakukan untuk melakukan upaya restorasi terhadap ekosistem pesisir lainnya
tidak hanya terfokus pada ekosistem mangrove, namun juga dilakukan ekosistem
terumbu karang dan ekosistem lamun.
Tujuan Pengembangan PRPEP adalah:
1) Mempertahankan keberadaan ekosistem pesisir dari kerusakan.
2) Memulihkan kembali atau merestorasi ekosistem pesisir yang rusak.
3) Pembelajaran bagi masyarakat dalam mengenal fungsi dan manfaat
ekosistem pesisir serta upaya restorasinya.
4) Pusat laboratorium alam untuk penelitian dan pendidikan.
5) Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar melalui ekowisata.
6) Meningkatkan produksi perikanan baik melalui wanamina di dalam PRPEP
maupun perikanan tangkap disekitarya.
7) Menciptakan lapangan kerja sekaligus meningkatkan perekonomian
masyarakat sekitar.
Sejak tahun 2015, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah
memberikan bantuan pemerintah berupa bangunan sarana dan prasarana di
kawasan yang potensial untuk pengembangan PRPM atau PRPEP. Beberapa
jenis bantuan yang diberikan antara lain: (a) Pondok Informasi, (b) Tracking
Mangrove, (c) Menara Pantau, (d) Gazebo, (e) Kamar Mandi, (f) Kantin, (g)
Dermaga, (h) Aula pertemuan, (i) Gapura, (j) Tempat rest area, (k) tempat
pembibitan mangrove, (l) kios/pusat oleh-oleh, dan (m) penginapan.
Sejak tahun 2015 hingga saat ini telah tersebar 26 paket pengembangan
PRPM / PRPEP di 20 lokasi sebagaimana disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 3.

Tabel 7. Lokasi Pembangunan PRPM / PRPEP


No Tahun Jumlah Lokasi
1. 2015 9 Kabupaten Simelue, Kabupaten Bekasi, Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten
Pasuruan, Kabupaten Sinjai, Kota Balikpapan,
Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Kep. Sangihe
2. 2016 2 Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Sinjai
3. 2017 5 Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Lombok Barat,
Kabupaten Makassar, Kabupaten Kubu Raya, Kota
Bitung
4. 2018 4 Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Makassar,
Kabupaten Gorontalo, Kota Bitung
5. 2019 6 Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Sukabumi.
Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Berau,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten
Serdang Bedagai
Jumlah 26

33
Gambar 3. Peta Lokasi PRPEP Tahun 2015-2019

e. Gerakan Cinta Laut (GITA LAUT)


Gerakan Cinta Laut (GITA LAUT) bertujuan untuk mengembangkan rasa
memiliki dan kepedulian untuk menjaga kelestarian laut serta menumbuhkan
kecintaan pada budaya bahari sebagai jati diri bangsa maritim dan bermaksud
untuk merwujudkan rasa memiliki dan kepedulian generasi muda, masyarakat,
wanita pesisir dan aparat untuk menjaga kelestarian laut serta menumbuhkan
kecintaan pada budaya bahari sebagai jati diri bangsa maritim.
Dalam pelaksanaannya GITA LAUT dilakukan dalam beberapa kegiatan
antara lain Gerakan Bersih Pantai dan Laut (GBPL), Jambore Pesisir, Sekolah
Pantai Indonesia (SPI), pemberian Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah,
pelatihan pengolahan sampah, dan berpartisipasi dalam forum nasional maupun
internasional terkait marine debris.
Sejak 2017, paling tidak Kementerian Kelautan dan Perikanan telah
melaksanakan kegiatan GBPL di 25 lokasi dengan total sampah yang terkumpul
405.883,95 kg, Jambore Pesisir di 4 lokasi (Lampung Selatan, Pangandaran,
Sambas, dan Cirebon), SPI di 14 lokasi (Pangandaran-Jawa Barat, Merauke-
Papua, Kota Sabang-Aceh, Indramayu, Kepulauan Seribu-DKI Jakarta, Lombok-
NTB, Bone-Sulawesi Selatan, Palu-Sulawesi Tengah, Serang-Banten, Pulau
Pramuka-DKI, Belitung Timur-Bangka Belitung, Bengkalis-Riau, Meranti-Riau,
dan Painan-Sumatera Barat), pemberian bantuan sarana prasarana pengolah
sampah, pelatihan pengolahan sampah dan partisipasi aktif dalam pertemuan
terkait pembahasan marine debris seperti APEC, EAS, AMF, CSEAS, dan UNEP.
Lokasi pelaksanaan kegiatan GITA LAUT disajikan pada Tabel 8.
Dalam hal implementasi komitmen pengurangan sampah plastik ini diikuti
dengan Legalisasi Peraturan Daerah baik Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sampai
saat ini sudah ada 1 Provinsi dan 11 Kabupaten/Kota yang sudah mengeluarkan
Peraturan Daerah pelarangan penggunaan plastik sekali pakai seperti pada Tabel
9.

34
Tabel 8. Lokasi Pelaksanaan Kegiatan GITA LAUT
No Kegiatan Jumlah Lokasi
1. GBPL 25 Tahun 2017 (6): Labuan Bajo NTT; Kota Batam
Kepulauan Riau; Kota Cirebon Jawa Barat,
Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara, Tanjung
Benoa Bali; dan Pantai Merthasari Bali
Tahun 2018 (9): Pantai Aeng Batu-Batu Makassar;
PPS Nizam Zachman Jakarta; Jakarta (CFD
Lauching Pandu Laut Nusantara); Pantai Padang
Galak Bali; Labuan Bajo NTT; Pantai Kuta Bali;
Raja Ampat Papua Barat; dan Manado Sulawesi
Utara
Tahun 2019: Pantai Prigi Jawa Timur; Pantai Cerri
Pandeglang Jawa Barat; Lampung Selatan;
Kepulauan Seribu; Pantai Merthasari Bali; Ancol-
DKI Jakarta; Nias Selatan; Pohuwato-Gorontalo;
dan Manado
2. Jambore Pesisir 4 Tahun 2017 (2): Pangandaran dan Cirebon
Tahun 2018 (1): Sambas
Tahun 2019 (1): Lampung Selatan
3. Sekolah Pantai 5 Tahun 2017 (5): Pangandaran, Merauke, Kota
Indonesia Sabang, Indramayu, dan Kepulauan Seribu
Tahun 2019 (9): Lombok-NTB, Bone-Sulawesi
Selatan, Palu-Sulawesi Tengah, Serang-Banten,
Pulau Pramuka-DKI, Belitung Timur-Bangka
Belitung, Bengkalis-Riau, Meranti-Riau, Painan-
Sumatera Barat
4. Sarana Pengolah 21 Tahun 2017 (11): PPS Muara Barau, PPI Muara
Sampah (Plastik, alat Angke, Pelabuhan Perikanan Bungus, PPN
press, dan/atau Sibolga, TPI Aluh-Aluh Besar, Kenjeran, Nusa
kompos) Penida, Labuan Bajo, PPS Bitung, PPS Kendari,
Pandeglang, Kota Sorong, Batam, TPI Sungai
Nibung, Kupang, Cirebon, Cilacap, Kota Ambon
Tahun 2018 (2): Cilincing dan Sukabumi
Tahun 2019 (2): Klungkung dan Kota Pekalongan
5. Pelatihan Pengolahan 7 Tahun 2018 (4): Cilincing, Muara Baru, Labuan
Sampah Plastik Bajo (2 kali)
Tahun 2019 (3): Sukabumi, Cilincing, Muara Baru

Tabel 9. Daftar Peraturan Daerah Pelarangan Penggunaan Plastik


No Provinsi / Kabupaten / Nomor
Kota
1. Provinsi Bali Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018
tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali
Pakai
2. Kota Denpasar Peraturan Walikota Denpasar Nomor 36 Tahun 2018
tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik
3. Kota Banjarmasin Peraturan Wali Kota (Perwali) Banjarmasin Nomor 18
tahun 2016 tentang Pengurangan Penggunaan
Kantong Plastik
4. Kota Balikpapan Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 8 tahun 2018
tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik

35
5. Kota Bogor Peraturan Wali Kota (Perwali) nomor 61 tahun 2018
tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik
6. Kota Banjarbaru Peraturan Walikota (PERWALI) No. 66 Tahun 2016
tentang Pengurangan Kantong Plastik
7. Kota Padang Peraturan Walikota (PERWALI) Nomor 36 Tahun 2018
tentang Pengendalian Penggunaan Kantong Belanja
Plastik

8. Kota Jambi Peraturan Wali Kota (Perwal) Nomor 54/2018 tentang


Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

9. Kota Samarinda Perwali Kota Samarinda No. 1 Tahun 2019 tentang


Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik
10. Kota Bontang Peraturan Wali Kota Bontang (Perwali) Nomor 30
tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan
Sampah Plastik Sekali Pakai

11. Kabupaten Badung Perbup No. 47 Tahun 2018 tentang Pengurangan


Penggunaan Kantong Plastik.
12. Kabupaten Biak Perda Kabupaten Biak Numfor tentang Pengelolaan
Numfor Sampah, per tanggal 1 juni 2019 pemberlakuan
larangan menyediakan kantong plastik pada toko
modern dan pusat perbelanjaan

4. Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGaR)


Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGaR) merupakan program
nasional yang bertujuan untuk mensejahterakan petambak garam rakyat dan
mendorong terwujudnya Swasembada Garam Nasional. Program ini diinisiasi oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak tahun 2011 dan terus
dilaksanakan sampai sekarang. Program nasional ini merupakan bentuk komitmen
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petambak garam rakyat dan
membuka lapangan usaha guna mendukung pertumbuhan ekonomi berdasarkan
potensi kelautan negara kita.
Dalam implementasinya, Program PUGaR menggunakan 4 (empat)
pendekatan, yaitu: (1) produktivitas; (2) kualitas; (3) kontinuitas; dan (4) kelembagaan
usaha. Empat pendekatan ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa petambak garam
cenderung masih berusaha secara individual dengan kepemilikan lahan yang
terfragmentasi (terpisah-pisah) dengan pemanfatan teknologi sederhana. Hal ini
yang kemudian menyebabkan pola produksi garam cenderung menghasilkan garam
dengan produktivitas dan kualitas dan kuantitas yang rendah, yang pada akhirnya
secara luas mempengaruhi jaminan stok garam nasional.
Sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut, arah kebijakan dan
strategi pengembangan usaha garam nasional adalah meningkatkan produktivitas
dan kualitas garam rakyat melalui:
a. Manajemen lahan yaitu integrasi pegaraman dan penggunaan geomembran;
b. Pembentukan koperasi garam; dan
c. Pembangunan gudang garam nasional (ggn) yang menerapkan sistem resi
gudang komoditas garam.
Dalam pelaksanaan PUGaR 2015-2019, kegiatan integrasi lahan, penerapan
geomembran, pembangunan GGN, maupun penyaluran sarana prasarana dilakukan
bertahap, disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan daerah.
a. Integrasi Lahan Garam dan Geomembran
Integrasi lahan adalah kegiatan untuk
mengkonsolidasikan/menggabungkan lahan, minimal 15 Ha, dalam satu kesatuan

36
proses produksi. Prinsip utama dalam konsep lahan integrasi adalah untuk
mensinergikan kegiatan produksi bahan baku melalui tata kelola tanah, tata kelola
air, dan tata kelola panen guna mendapatkan kualitas yang lebih baik.
Tujuan pelaksanaan integrasi pegaraman adalah meningkatkan kualitas
dan kuantitas garam hasil produksi melalui penyatuan tempat dan proses produksi
garam dalam kesatuan hamparan yang utuh. Penataan lahan yang efektif dengan
perbandingan antara meja kristalisasi dengan peminihan adalah 1:4 sampai
dengan 1:8, artinya luas kristalisasi 1 bagian maka luas pemihinan 4 s/d 8 bagian.
Apabila luas lahan 15 Ha, maka luas kristalisasi 4,10 Ha, luas bouzem, peminihan
11,33 Ha. Inti dari integrasi pegaraman adalah memperpanjang aliran air sampai
di meja kristalisasi sehingga garam yang dihasilkan lebih banyak dan berkualitas.
Capaian luasan integrasi pegaraman disajikan pada Grafik.

Integrasi Lahan (Ha)


1.250,00 1,158.00

1,000.00
1.000,00

750,00

500,00

258.54
250,00

-
2017 2018 2019*

Gambar 4. Grafik Capaian Luasan Integrasi Lahan Pegaraman Tahun 2017-


2019

Gambar 5. Ilustrasi Integrasi Pegaraman

37
Geomembran merupakan lembaran lapisan yang dihamparkan pada lahan
garam. Lembaran membrane ini bersifat tahan air, korosi, minyak, asam, dan
panas tinggi. Geomembran merupakan produk HDPE (High Density Polyethylene)
atau LDPE (Low Density Polyethylene) yang berfungsi sebagai penahan air.
Geomembran sangat cocok digunakan untuk geoisolator pembuatan garam,
pelapis tambak/kolam agar tidak meresap ke dalam tanah.
Fungsi geomembran pada tambak garam adalah sebagai alas tambak
untuk mencegah terikatnya kristal garam dengan tanah tambak sehingga proses
pemanenan lebih mudah dilakukan serta garam hasil panen tidak tercampur
dengan tanah. Geomembran juga mampu mempercepat kristalisasi garam karena
warnanya yang gelap sehingga mampu menyerap panas lebih baik. Cahaya
matahari yang terkumpul tidak akan memantul kembali sehingga menimbulkan
panas internal di area tambak garam sehingga membuat air laut lebih cepat
terkristal.
Capaian geomembran tahun 2015-2019 disajikan pada Gambar 8. Rincian
bantuan geomembran 2015-2018 disajikan pada Tabel 10.

Geomembran (m2)
9.000.000,00 8.561.286,00

8.000.000,00
7.000.000,00
6.000.000,00
5.000.000,00
4.000.000,00
3.000.000,00
2.000.000,00 1.266.596,32 1.000.000,00
1.000.000,00 453.320,00 527.770,89
-
2015 2016 2017 2018 2019*

Gambar 6. Grafik Capaian Geomembran Tahun 2017-2019

38
Tabel 10. Rincian Bantuan Geomembran Tahun 2015-2018
Geomembran (m²)
No Kabupaten
2015 2016 2017 2018
1 Aceh Utara - - - 14.968,80
2 Pidie Jaya - - - 29.568,00
3 Cirebon 1.000.000,00 - 17.556,00 -
4 Indramayu 762.700,00 - 25.317,60 112.912,80
5 Karawang 40.000,00 8.100,00 - 47.589,00
6 Brebes 400.000,00 - 29.937,60 65.234,40
7 Demak 570.590,00 96.500,00 44.255,00 104.966,00
8 Jepara 417.690,00 95.240,00 - -
9 Pati 598.170,00 32.894,40 25.228,00 208.134,00
10 Rembang 684.710,00 - 57.164,00 155.122,92
11 Tuban 159.350,00 - 55.572,00 15.000,00
12 Lamongan 212.334,00 - 60.250,00 19.219,20
13 Pasuruan 164.000,00 25.317,60 - -
14 Gresik 50.120,00 - - -
15 Sidoarjo 73.000,00 37.514,00 - -
16 Probolinggo 29.380,00 43.613,00 - -
17 Kota Pasuruan 85.000,00 - - -
18 Bangkalan 126.880,00 - - -
19 Sampang 596.534,00 28.103,80 59.724,00 -
20 Pamekasan 434.934,00 20.910,00 10.752,00 30.240,00
21 Sumenep 1.092.932,00 29.383,20 18.480,00 55.070,40
22 Buleleng - 13.490,40 - -
23 Lombok Barat 10.700,00 9.609,60 - 11.500,00
24 Lombok Tengah 11.760,00 - - -
25 Lombok Timur 6.653,00 5.544,00 - -
26 Bima 172.740,00 - 36.221,00 99.237,60
27 Sumbawa 73.584,00 7.100,00 - 84.000,00
28 Kupang - - 27.535,00 -
29 Alor - - - 600,00
30 Pangkep 385.120,00 - 27.117,00 110.880,00
31 Takalar 135.750,00 - - 13.675,20
32 Kepulauan Selayar 23.520,00 - - -
33 Jeneponto 160.815,00 - 32.661,69 88.678,00
34 Pohuwato 82.320,00 - - -
JUMLAH 8.561.286,00 453.320,00 527.770,89 1.266.596,32

b. Pembangunan Gudang Garam Nasional


Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan bantuan berupa
Gudang Garam Nasional (GGN) yang dikelola oleh koperasi. GGN dipergunakan
khusus sebagai tempat penyimpanan komoditas garam yang dapat
diperdagangkan. Sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 telah dibangun
18 GGN (2016=6, 2017=6, dan 2018=6 unit) dan direncanakan akan dilakukan
pembangunan sebanyak 6 unit pada tahun 2019 dengan lokasi Aceh Utara,
Indramayu, Demak, Jepara, Pati, dan Pamekasan. Pembangunan GGN
menerapkan Sistem Resi Gudang (SRG) komoditas garam. Lokasi dan pengelola
GGN disajikan pada Tabel 11.

Gambar 7. Gudang Garam Nasional

39
Tabel 11. Lokasi dan Pengelola Gudang Garam Nasional Tahun 2016-2018

Nama
Tahun
Propinsi Kabupaten Alamat Koperasi
Pembangunan
Pengelola

Aceh 1 Pidie Jaya Desa Lancang, Kec.Bandar Baru 2018 Koperasi Peutuah Laot

Jawa 2 Indramayu Jl. Krimun-Kertasari, Desa Krimun, 2016 Koperasi Produsen


Barat Kecamatan Losarang, Kabupaten Garam Rejeki Agung
Indramayu
3 Cirebon Jl. Desa, Desa Bungko, 2016 Koperasi Garam Rakyat
Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Muara Djati
Cirebon
4 Karawang Kec. Cilamaya Wetan, Desa Tegal 2018 Koperasi Garam Segara
Warna Jaya

Jawa 5 Brebes Desa Bukalamba, Kecamatan 2017 Koperasi Garam


Tengah Bukalamba, Kabupaten Brebes Mutiara Bahari

6 Demak Jl. Babalan - Menco, Desa 2017 Koperasi Garam Laut


Berahan Wetan, Kecamatan
Wedung, Kabupaten Demak
7 Pati Jl. Juwana -Rembang KM.03 Ds. 2016 Koperasi Mutiara Laut
Raci RT06/05 Kecamatan Mandiri
Batangan Kabupaten Pati
8 Rembang Desa Purworejo RT03/02, 2017 Koperasi Guyup Rukun
Kecamatan Kaliori, Kabupaten
Rembang
Jawa 9 Tuban Desa Cempoko Rejo, Kecamatan 2017 Koperasi Pugar
Timur Palang, Kabupaten Tuban Ronggolawe Makmur

10 Sampang Jl. Makbul, Kelurahan Polagan, 2017 Koperasi Syirkah


Kecamatan Sampang, Kabupaten Mu’awanah
sampang
11 Pamekasan Dsn Talang, Desa Montok, 2016 KUD. Karya Sakti
Kecamatan Larangan, Kabupaten
Pamekasan
12 Lamongan Kec. Brondong, Desa 2018 Koperasi Garam
Sedayulawas Lamongan

13 Sumenep Jl. Raya Pamekasan, Dusun 2018 Koperasi Sumber Asri


Masaran, Desa Sentol Daya, Kec. Sejahtera
Pragaan
Sulsel 14 Pangkep Maccini Baji Kel Pundata Baji, Kec. 2016 Koperasi Mappatuwo
Labakkang Kabupaten Pangkajene
Kepulauan
15 Jeneponto Kec. Arungkeke, Desa 2018 Koperasi Pasar Untung
Baronglamu Bersama

NTB 16 Bima Jl. Lintas Bima Sumbawa 2016 Koperasi Nusa Larity
RT001/001, Desa Donggobolo, Jaya
Kecamatan Woha, Kabupaten
Bima
17 Sumbawa Kec. Terano, Desa Labuan 2018 Koperasi Tegar
Bontong Sejahtera

NTT 18 Kupang RT07/03, Desa Bipolo, Kecamatan 2017 Koperasi Mitra Usaha
Sulamu, Kabupaten Kupang Bipolo
(Sebelah PT Garam Bipolo)

40
c. Produksi Garam
Produksi garam nasional diperoleh dari produksi garam rakyat dan PT.
Garam selama satu musim produksi. Setiap tahun dilakukan kegiatan pendataan
garam yang merupakan kerjasama antara KKP dengan BPS. Selain jumlah
produksi, tujuan pendataan garam adalah untuk memperoleh data pokok usaha
garam rakyat lainnya, seperti stok garam dan harga jual garam di tingkat
petambak. Selain itu, data yang diperoleh diharapkan dapat menjadi pelengkap
data runtun waktu yang telah dikumpulkan pada tahun-tahun sebelumnya
sehingga memperkaya informasi data pergaraman nasional. Unit statistik
kegiatan adalah semua petambak garam rakyat, baik yang melakukan usaha
dengan menggunakan media tambak maupun media non tambak, seperti
perebusan atau penjemuran.
Capaian produksi garam nasional tahun 2015-2019 sebagaimana
disajikan pada Grafik. Produksi garam di Indonesia masih bergantung dengan
kondisi iklim yang sangat fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir yang
menyebabkan produksinya dari tahun ke tahun beragam.

Produksi Garam Nasional (Juta Ton)


3,50 3.11
3,00 2.70 2.66
2,50
2,00
(Juta Ton)

1,50 1.11
1,00
0,50 0.14
-
2015 2016 2017 2018 2019*

Tahun
*2019 merupakan angka prognosa (berdasarkan hasil estimasi dari BRSDMKP
Gambar 8. Grafik Produksi Garam Nasional (Juta Ton)

d. Bantuan Sarana Prasarana PUGaR


Kementerian Kelautan dan Perikanan juga memberikan bantuan sarana
prasarana dalam rangka mendukung kegiatan Pengembangan Usaha Garam
Rakyat, antara lain: eskavator mini, truk pengangkut, motor roda 3, dan test kit
garam. Lokasi dan jenis bantuan disajikan pada Gambar. Pada tahun 2019,
direncanakan pengadaan sarana prasarana PUGaR di 23 kabupaten / kota,
meliputi Aceh Utara, Pidie Jaya, Indramayu, Cirebon, Karawang, Brebes, Demak,
Jepara, Rembang, Pati, Tuban, Lamongan, Pamekasan, Sampang, Bima,
Sumbawa, Lombok Timur, Lombok Barat, Kupang, Sabu Rajua, Jeneponto,
Pangkep, dan Takalar.

41
Gambar 9. Lokasi dan Jenis Bantuan PUGaR Tahun 2017

Gambar 10. Lokasi dan Jenis Bantuan Sarana Prasarana PUGaR Tahun 2018

e. Survei Nilai Tukar Petambak Garam


Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG) menunjukkan daya tukar (terms of
trade) dari produk petambak garam dengan barang maupun jasa yang
dikonsumsi dan untuk biaya proses produksi, yang merupakan salah satu
komponen untuk mengukur tingkat kesejahteraan petambak garam. Pada 2014,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerjasama dengan Badan Pusat
Statistik (BPS) telah melakukan Survei Penyusunan Diagram Timbang Nilai
Tukar Petambak Garam (SPDT NTPG). Sejak 2015 kerjasama tersebut
dilanjutkan dengan melakukan Survei Harga Nilai Tukar Petambak Garam
(NTPG) secara bulanan untuk memantau perkembangan harga produksi dan
biaya produksi yang diperlukan pada penghitungan NTPG. NTPG merupakan
perbandingan antara indeks harga yang diterima petambak garam (It) dengan
indeks harga yang dibayar petambak garam (Ib). Salah satu komponen
penghitungan It dan Ib adalah data harga yang harus dikumpulkan secara rutin
antar waktu. Pengumpulan data tidak terbatas pada harga produsen garam,
namun juga harga eceran barang dan jasa yang merupakan bagian biaya proses

42
produksi. Capaian Nilai Tukar Petambak Garam tahun 2015-2019 disajikan pada
Tabel 12.
Pada tahun 2019, penghitungan NTPG dilakukan di 10 kabupaten pada 5
provinsi, yaitu Aceh Utara dan Aceh Timur (Provinsi Aceh), Cirebon (Jawa Barat),
Pati dan Rembang (Provinsi Jawa Tengah), Lamongan, Sampang dan Sumenep
(Provinsi Jawa Timur), Lombok Barat dan Bima (Provinsi Nusa Tenggara Barat).
Survei Harga Produksi dan Survei Biaya Produksi untuk Penghitungan NTPG
tahun 2019 dilakukan oleh Penyuluh Perikanann di 39 kecamatan sampel.

Tabel 12. Target dan Realisasi Nilai Tukar Petambak Garam Tahun 2015-
2019

2015 2016 2017 2018 2019

T R T R T R T R T R
101 100,42 102 102,23 102,25 115.5 102,5 110,14 102,5 -
T = Target, R = Realisasi

f. Pemutakhiran Informasi Geospasial Lahan Garam


Pemutakhiran Informasi Geospasial Lahan Garam dilakukan untuk
mendapatkan data dan sebaran lahan garam yang telah terpetakan sampai tahun
2015 dan lokasi Gudang Garam yang ada di 12 provinsi dan 64 kabupaten/kota
wilayah yang memiliki potensi garam. Kegiatan ini dilakukan sebagai amanah
Kebijakan Satu Peta Nasional, dimana Direktorat Jasa Kelautan menjadi
Produsen datanya. Proses pemutakhiran dilakukan dengan mendapatkan
bimbingan dari Badan Informasi Geospasial sebagai Pembina Data Spasial
Nasional. Tahapan kegiatan ini dimulai dari penyusunan NSPK, Survei
Kelapangan dan Penyusunan Peta Lahan Garam terupdate. Pada tahapan survei
terdiri dari Survei Partisipatif dan Groundcheck ke lokasi lahan garam yang ada
di setiap kabupaten dan provinsi. Tujuan survei adalah untuk mencari informasi
detail dari sebaran lahan garam, fungsi dan jenis lahan garam dan lokasi Gudang
Garam. Responden survei adalah Petambak Garam, Penyuluh Perikanan,
Pemilik dan pengelola Gudang Garam dan Dinas Kelautan dan Perikanan
kabupaten/kota terkait. Tahun 2020 dilakukan pemutakhiran Informasi
Geospasial Lahan Garam di Pulau Sulawesi yaitu pada Provinsi Gorontalo,
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan dengan jumlah 7 kabupaten, selanjutnya
pada tahun 2021 akan dilaksanakan di 9 provinsi yang lain yaitu Aceh, Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur.

5. Masyarakat Hukum Adat


Masyarakat Hukum Adat (MHA) memiliki peran penting dan strategis dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Ikatan yang kuat antara masyarakat
hukum adat dan sumberdaya alam di wilayahnya menumbuhkan nilai-nilai
pengelolaan sumberdaya alam yang lestari dan berkelanjutan. Pengelolaan
sumberdaya alam tersebut dapat dilihat dari falsafah dan praktik hidup mereka yang
senantiasa menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam. Hal ini
ditunjukan dengan berbagai kearifan lokal yang masih berjalan sampai sekarang,
seperti maneé, sasi, ombo, kera-kera, ngam dll. Kearifan lokal yang masih ada
tersebut perlu dipertahankan dan diperkuat keberadaannya.
Pengakuan dan perlindungan MHA ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Daerah yang dalam hal ini adalah Bupati/Walikota sebagaimana dimuat dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 52 Tahun 2014 tentang

43
Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, yang dimulai
dengan pembentukan Panitia MHA hingga tahapan pengakuan dan perlindungan
MHA.
Dalam hal penetapan wilayah kelola Masyarakat Hukum Adat, Kementerian
Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 8/PERMEN-KP/2018 tentang Tata Cara Penetapan Wilayah Kelola
Masyarakat Hukum Adat dalam Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil. Sampai dengan Bulan Juni Tahun 2019, telah terbit 12 Peraturan Bupati
terkait Penetapan Masyarakat Hukum Adat (MHA) sebagaimana disajikan dalam
Tabel 13.

Tabel 13. Peraturan Bupati Penetapan MHA

No Kabupaten Provinsi Peraturan Bupati / Tentang


/ Kota Walikota
1. Sorong Papua Barat 7 Tahun 2017 Hukum Adat dan Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan
tanggal 8 April 2017 dan Perlindungan Sumber Daya Laut Di Kampung
Malaumkarta Distrik Makbon Kabupaten Sorong

2. Buton Sulawesi 24 Tahun 2017 Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Laut
Selatan Tenggara tanggal 7 Agustus Berbasis Kearifan Lokal Dalam Wilayah Pulau
2017 Siompu Di Kabupaten Buton Selatan
3. Maluku Maluku 81 Tahun 2017 Hukum Adat dan Kearifan Lokal Dalam Perlindungan
Tengah tanggal 6 November dan Pengelolaan Sumber Daya Laut Negeri Haruku
2017 Kabupaten Maluku Tengah
4. Kota Tual Maluku 43 Tahun 2017 Hukum Adat dan Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan
tanggal 23 dan Perlindungan Sumber Daya Laut Pulau Mangur
November 2017 dan Pulau Kaimear Kota Tual
5. Wakatobi Sulawesi 40 Tahun 2017 Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir
Tenggara Tanggal 30 dan Laut Berbasis Masyarakat Adat Kadie Liya
November 2017 Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten
Wakatobi
6. Kepulauan Sulawesi 36 Tahun 2017 Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Laut
Talaud Utara tanggal 29 Berbasis Kearifan Lokal Dalam Wilayah Hukum Adat
Desember 2017 Desa Kakorotan Kecamatan Nanusa Kabupaten
Kepulauan Talaud
7. Buton Sulawesi 13 Tahun 2018 Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum
Tenggara tanggal 29 Juni Adat Wabula Dalam Pengelolaan Sumber Daya
2018 Pesisir dan Laut Berbasis Hukum Adat
8. Maluku Maluku 166 Tahun 2018 Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir
Tenggara tanggal 1 dan Laut Berbasis Masyarakat Hukum Adat Tanebar
September 2018 Evav (Tanimbar Kei) Kecamatan Kei Kecil Barat
Kabupaten Maluku Tenggara
9. Biak Papua 34 Tahun 2018 Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir
Numfor tanggal 12 dan Laut Berbasis Masyarakat Hukum Adat Pulau
September 2018 Owi dan Pulau Auki Kabupaten Biak Numfor

10. Seram Maluku 16 Tahun 2018 Pengakuan dan Perlindungan serta Pengelolaan
Bagian tanggal 31 Oktober Sumber Daya Pesisir dan Laut Berbasis Masyarakat
Timur 2018 Hukum Adat Negeri Kataloka Kabupaten Seram
Bagian Timur
11. Fak-Fak Papua Barat 2 Tahun 2019 Pengakuan dan Perlindungan serta Pengelolaan
Tanggal 14 Januari Sumber Daya
2019 Pesisir dan Laut Berbasis Masyrakat Hukum Adat
Petuanan Arguni, Petuanan Wertuar dan Pik Pik
Sekar Desa/Pulau Arguni dan Ugar Distrik Arguni
dan Distrik Kokas Kabupaten Fakfak
12. Tambrauw Papua Barat 12 Tahun 2019 Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum
tanggal 29 April Adat Werur Distrik Bikar Dalam Pengelolaan Sumber
2019 Daya Pesisir dan Laut Berbasi Hukum Adat
Kabupaten Tambrauw

Dalam rangka mendukung kegiatan ekonomi bagi masyarakat di pesisir dan


pulau – pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyalurkan bantuan
sarana prasarana untuk Masyarakat Hukum Adat, Lokal dan Tradisional sejak tahun
2017.

44
6. Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(KKP3K) merupakan salah satu upaya pelindungan sumberdaya ikan dan
lingkungannya yang dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan
secara berkelanjutan. Kawasan konservasi tersebut diharapkan dapat menjaga
sistem rantai makanan dan siklus hidup ikan ekonomis penting; menjamin
keberadaan budaya, adat istiadat dan nilai sejarah; dan menjamin akses area
masyarakat lokal dalam pemanfaatan kawasan konservasi sehingga dapat
mengurangi laju degradasi habitat dan kepunahan sumberdaya ikan serta
memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat.
Luas kawasan konservasi meningkat sangat signifikan selama tahun 2015-
2019. Sampai dengan Oktober Tahun 2019, luas kawasan konservasi telah
mencapai 22,68 juta hektar. Target dan capaian penambahan luas Kawasan
Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tahun 2015-2019 disajikan pada
Gambar 11.

LUAS KAWASAN KONSERVASI


2015-2019
Luas Kawasan Konservasi (Juta

25 22.68
20,87 21,5
17,98 19,14 19,3
18,6
20 16,517,3 17,1
15
Ha)

10 TARGET
5
CAPAIAN
0
2015 2016 2017 2018 2019

Tahun

Gambar 11. Grafik Target dan Capaian Penambahan Luas Kawasan Konservasi
Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tahun 2015-2019

Secara rinci, luasan Kawasan konservasi sampai dengan Bulan Oktober


Tahun 2019, terdiri dari 5.342.023,02 Ha yang dikelola oleh Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP), 4.632.009,30 Ha yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan 12.712.254,59 Ha yang dikelola oleh Pemerintah
Daerah Provinsi (Tabel 14).
Target luas kawasan konservasi perairan tertuang dalam kesepakatan
Convention Biological Diversity (CBD) ke-10 pada tahun 2010 di Nagoya, Aichi
Perfecture, Jepang, dengan target Aichi Biodiversity Target 10 for Coral Reefs and
Closely Associated Ecosystems yaitu sebesar 10% dari luas perairan Indonesia,
kurang lebih sekitar 32,5 juta ha pada tahun 2020. Dari luasan yang tercapai saat ini,
6,98% dari Aichi target (Gambar 12). Indonesia berkomitmen target 32,5 juta ha
tersebut akan dicapai pada tahun 2030. Diharapkan dengan luasan kawasan
konservasi yang ada dapat memberikan kontribusi terhadap perikanan yang
berkelanjutan dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan.

45
Gambar 12. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Tabel 14. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

No Kawasan Konservasi Bulan Oktober Tahun


2019
Jumlah Luas (Ha)
A Dikelola KKP 10 5.342.023,02
1 Taman Nasional Perairan 1 3.355.352,82
2 Suaka Alam Perairan 3 445.630,00
3 Taman Wisata Perairan 6 1.541.040,20
B Dikelola oleh Provinsi 155 12.712.254,59

4 Kawasan Konservasi Daerah 155 12.712.254,59


C Dikelola KLHK 30 4.632.009,30
5 Taman Nasional Laut 7 4.043.541,30
6 Taman Wisata Alam Laut 14 491.248,00
7 Suaka Margasatwa Laut 4 5.400,00
8 Cagar Alam Laut 5 91.820,00
Jumlah Total 195 22.686.286,91

7. Pengelolaan Jenis Ikan


Dalam upaya pengelolaan (perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan) jenis
ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan peraturan terkait
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan jenis ikan, yaitu:
a. Kepmen KP No. 18/KEPMEN-KP/2013 tentang Status Perlindungan Penuh Ikan
Hiu Paus (Rhincodon typus)
b. Kepmen KP No. 37/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Status Perlindungan
terbatas Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus)
c. Kepmen KP No. 04/KEPMEN-KP/2014 tentang Penetapan Status Perlindungan
Penuh Ikan Pari Manta (Manta spp)
d. Kepmen KP No. 43/KEPMEN-KP/2016 tentang Penetapan Status Perlindungan
Terbatas Ikan Terubuk (Tenualosa ilisha)
e. Kepmen KP No 49/KEPMEN-KP/2018 tentang Penetapan Status Perlindungan
Terbatas Ikan Capungan Banggai (Pterapogon kauderni)

46
f. Permen KP No.61/PERMEN-KP/2018 tentang Pemanfaatan Jenis Ikan yang
Dilindungi dan/atau Jenis Ikan yang Tercantum dalam Appendiks Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora
g. Kepmen KP No. 79/KEPMEN-KP/2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN)
Konservasi Mamalia Laut
Sampai dengan tahun 2019, target pengelolaan jenis ikan adalah 20
sebagaimana disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13. Jenis Ikan Target Konservasi 2015-2019 (20 Jenis)


Dalam rangka pengendalian pemanfaatan jenis ikan, Kementerian Kelautan
dan Perikanan telah menerbitkan Permen KP No.61/PERMEN-KP/2018 tentang
Pemanfaatan Jenis Ikan yang Dilindungi dan/atau Jenis Ikan yang Tercantum dalam
Appendiks Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora.
Pemanfaatan Jenis Ikan yang dilindungi berdasarkan ketentuan nasional
untuk Jenis Ikan yang dilindungi penuh dan dilindungi terbatas dan pemanfaatan
Jenis Ikan yang masuk dalam Appendiks CITES dilakukan melalui kegiatan: a.
penelitian dan pengembangan; b. Pengembangbiakan; c. perdagangan; d. aquaria;
e. pertukaran; dan f. pemeliharaan untuk kesenangan. Ruang lingkup pengaturan
dalam Peraturan Menteri ini diantaranya meliputi jenis ikan yang:
a. Dilindungi berdasarkan ketentuan nasional untuk Jenis Ikan yang dilindungi penuh
dan dilindungi terbatas;
b. Masuk dalam Appendiks CITES; dan
c. Mempunyai kemiripan (look alike species) dengan jenis ikan yang dilindungi dan
masuk dalam Appendiks CITES.
Setiap kegiatan pemanfaatan Jenis Ikan wajib memiliki Surat Izin
Pemanfaatan Jenis Ikan (SIPJI) sesuai dengan peruntukannya. Setiap
pengangkutan Jenis Ikan yang dilindungi dan/atau masuk dalam Appendiks CITES
wajib memiliki Surat Angkut Jenis Ikan (SAJI), untuk memastikan agar jenis ikan
dilindungi dan yang diatur dalam appendiks CITES dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, untuk jenis ikan yang mempunyai kemiripan (look alike spesies) dilakukan
pengontrolan melalui mekanisme penerbitan rekomendasi. Daftar perizinan dan
penerbit izin disajikan pada Tabel 15.

47
Tabel 15. Daftar Perizinan Pemanfaatan Jenis Ikan
No Jenis perizinan** Penerbit izin Evaluasi

1 Izin Pengambilan Dari Alam Menteri Dirjen PRL


2 SIPJI untuk Penelitian dan Pengembangan Menteri Kepala Badan yang
menangani urusan
Litbang Perikanan
3 SIPJI untuk Pengembangbiakan Menteri Dirjen PRL
4 SIPJI untuk Perdagangan Dalam Negeri Menteri Dirjen PRL
5 SIPJI untuk Perdagangan Luar Negeri Menteri Dirjen PRL
6 SIPJI untuk Aquaria Menteri Dirjen PRL
a. Koleksi Ikan Mati
b. Koleksi Ikan Hidup
c. Peragaan Ikan Hidup
7 SIPJI untuk Pertukaran di Dalam Negeri Menteri Dirjen PRL
8 SIPJI untuk Pertukaran ke Luar Negeri Menteri Dirjen PRL

9 SIPJI untuk Pemeliharaan Untuk Kesenangan Menteri Dirjen PRL

10 SAJI Dalam Negeri Kepala UPT Kepala UPT


11 SAJI Luar Negeri Dirjen PRL Dirjen PRL
12 Sertifikat pra Konvensi Menteri Dirjen PRL
13 Sertifikat Introduksi dari Laut Menteri Dirjen PRL
14 Rekomendasi Jenis Look Alike Species Kepala UPT Kepala UPT
*Sumber: Permen KP No.61/PERMEN-KP/2018
** Kegiatan pemanfaatan Wajib memiliki Izin dan dikenakan tarif PNBP

8. Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


a. Bantuan Dermaga
Dalam rangka mendukung dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat di pulau-pulau kecil, KKP melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan
Ruang Laut menyediakan sarana prasarana berupa Dermaga Apung. Dermaga
apung di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diperuntukkan untuk memenuhi
kebutuhan transportasi bagi masyarakat dan sebagai tempat untuk menambatkan
kapal pada suatu platform yang mengapung di atas air serta berfungsi sebagai
penghubung antara kapal dengan dermaga atau daratan agar
perpindahan/mobilisasi barang dan penumpang dari dan ke arah keduanya
menjadi lebih mudah. Sampai dengan tahun 2018, telah dibangun sebanyak 19
dermaga apung dan dalam proses pembangunan di 6 lokasi pada tahun 2019
(Tabel 16).
Tabel 16. Lokasi Pembangunan Dermaga Tahun 2015-2019
Tahun Jumlah dan Lokasi
2015 11 1) Pulau Senoa, Kab Natuna
2) Pulau Derawan, Kab Berau
3) Pulau Maratua, Kab Berau
4) Pulau Sangihe, Kab Sangihe
5) Pulau Simeuluecut, Kab Simeulue
6) Pulau Saronde, Kab Gorontalo Utara
7) Pulau Angso, Kota Pariaman
8) Pulau Liwungan, Kab Pandeglang
9) Pulau Luang, Kab Maluku Barat Daya
10) Pulau Larat, Kab Kep Tanimbar
11) Pulau Kolepon District Waan, Kab Merauke
2017 4 1) Pulau Cawan, Kab Inhil
2) Pulau Tangah, Kota Pariaman
3) Desa Nusawiru, Kab Pangandaran

48
Tahun Jumlah dan Lokasi
4) Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi
2018 4 1) Pulau Moro, Kab Karimun
2) Pulau Siantan, Desa Tarempa, Kep. Anambas
3) Pulau Kei Kecil, Desa Satean, Maluku Tenggara
4) Pulau Boleng, Desa Batu Tiga, Kab Manggarai Barat
2019* 6 1) Pulau Rupat, Desa Makeruh, Kecamatan Rupat, Bengkalis
2) Desa Bonto Lebang, Kec. Bonto Haru, Kab. Kep. Selayar
3) Pulau Lingian Desa Ogotua Kec. Dampal Utara Kab. Toli-
Toli
4) Desa Sukanayo, Kokalukuna, Kota Bau Bau
5) Pulau Lusi, Desa Telocor Kec. Jabon, Kab. Sidoarjo
6) Dermaga Penyebrangan Telocor, Desa Telocor Kec. Jabon
Kab. Sidoarjo
Jumlah 25
*target 2019

b. Bantuan Sarana Ekonomi Produktif


KKP melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut juga memberikan
bantuan sarana ekonomi produktif untuk masyarakat di Pulau-Pulau Kecil.
Pemberian bantuan sarana ini sebagai stimulan untuk menggerakkan dinamika
perekonomian yang berbasis kebutuhan serta meningkatkan partisipasi dan
kapasitas masyarakat dalam pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil. Sejak
tahun 2015-2018, bantuan telah diberikan untuk masyarakat yang tersebar di 82
kabupaten/kota dan target 2019 adalah 30 paket bantuan (Tabel 25). Bantuan
tersebut dapat berupa mesin dan alat pengolahan produk perikanan;
perahu/jukung; multiputpose floating shelter (MPFS); mesin tempel dengan
kapasitas 5 PK; cool box; alat tangkap ramah lingkungan; peralatan selam; jaket
pelampung; pondok wisata, pondok informasi, homestay; kios portable; mesin
pengolah sampah; sarana sanitasi; sarana lainnya yang mendukung usaha
ekonomi produktif masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; perbaikan
sarana dan prasarana pesisir dan pulau-pulau kecil; sarana tambat labuh;
penyediaan air bersih/pipanisasi.
Tabel 17. Bantuan Sarana Prasarana Ekonomi Produktif Tahun 2015-2019
Tahun Jumlah dan Lokasi
2015 20 1) Pulau Maratua, Berau, Kalimantan Timur
2) Pulau Simeulucut, Simeulue, Aceh
3) Pulau Liki, Merauke, Papua
4) Pulau Subi Kecil, Natuna, Kep. Riau
5) Pulau Rani, Supiori, Papua
6) Pulau Kisar, Maluku Barat Daya, Maluku
7) Pulau Kakorotan, Kep. Talaud, Sulawesi Utara
8) Pulau Kawio, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara
9) Pulau Masela, Maluku Barat Daya, Maluku
10) Pulau Kawaluso, Kep. Sangihe, Sulawesi Utara
11) Pulau Marore, Kep. Sangihe, Sulawesi Utara
12) Pulau Bras, Supiori, Papua
13) Pulau Enggano, Bengkulu Utara, Bengkulu
14) Pulau Wetar, MBD, Maluku
15) Pulau Liran, MBD, Maluku
16) Pulau Kolepon, Merauke
17) Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara
18) Pulau Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah
19) Pulau Lingayan, Tolitoli, Sulawesi Tengah
20) Pulau Senua, Natuna, Kepulauan Riau

49
Tahun Jumlah dan Lokasi
2016 7 1) Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara
2) Gorontalo, Utara.
3) Pulau Kangean, Madura
4) Pulau Enggano, Bengkulu
5) Pulau Senoa, Natuna
6) Pulau Sangihe, Kab Sangihe
7) Pulau Senoa, Natuna
2017 21 1) Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau
2) Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat
3) Kabupaten Anambas, Provinsi Kepulauan Riau
4) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau
5) Kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau
6) Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB
7) Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT
8) Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat
9) Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah
10) Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur
11) Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung
12) Kabupaten Sabang, Provinsi Aceh
13) Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo
14) Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung
15) Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat
16) Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan
17) Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara
18) Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
19) Kabupaten Kota Tidore, Provinsi Maluku Utara
20) Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara
21) Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku
2018 34 1) Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh
2) Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara
3) Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara
4) Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara
5) Kabupaten Kep. Mentawai, Provinsi Sumatera Barat
6) Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau
7) Kabupaten Inhil, Provinsi Riau
8) Kabupaten Anambas, Provinsi Kepulauan Riau
9) Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau
10) Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu
11) Kabupaten Kep. Seribu, Provinsi DKI Jakarta
12) Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah
13) Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat
14) Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Timur
15) Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan
16) Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
17) Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara
18) Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara
19) Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
20) Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah
21) Kabupaten Bone Balango, Provinsi Gorontalo
22) Kabupaten Kep. Talaud, Provinsi Sulawesi Utara
23) Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara
24) Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur
25) Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara
26) Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara
27) Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi maluku Utara
28) Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara
29) Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku
30) Kabupaten Kota Tual, Provinsi Maluku

50
Tahun Jumlah dan Lokasi
31) Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku
32) Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat
33) Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat
34) Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat
2019 16 1) Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
2) Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur
3) Kabupaten Gresik, Jawa Timur
4) Kec. Panimbang Kab. Pandeglang, Banten
5) Kec. Sumur Kab. Pandeglang, Banten
6) Kota Makassar, Sulawesi Selatan
7) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat
8) Kabupaten Indragiri Hilir, Riau
9) Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
10) Kota Semarang, Jawa Tengah
11) Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku
12) Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
13) Kepulauan Tanimbar, Maluku
14) Kepulauan Tanimbar, Maluku
15) Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara
16) Kabupaten Lampung Selatan, Lampung
*target 2019

c. Bantuan Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (Kompak)


Bantuan pemerintah untuk konservasi (yang selanjutnya disebut Kompak)
merupakan bagian dari upaya mendukung efektivitas pengelolaan konservasi.
Bantuan pemerintah tersebut merupakan salah satu satu strategi agar masyarakat
memiliki kapasitas untuk menjadi mitra dalam pengelolaan konservasi. Untuk itu
bantuan diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang melakukan
kegiatan konservasi baik pelindungan, pelestarian, dan pemanfaatan pada
kawasan konservasi maupun jenis ikan dilindungi.
Sejak tahun 2016 sampai dengan 2018, dilaksanakan program Bantuan
Konservasi untuk 109 kelompok masyarakat, sedangkan pada tahun 2019 dengan
target 27 kelompok masyarakat (Tabel 18).

Tabel 18. Lokasi dan Jumlah Bantuan Kelompok Masyarakat Penggerak


Konservasi (Kompak)
Tahun Jumlah Lokasi
(Kelompok)
2016 50 Sumatera Barat (6), Bengkulu (1), Banten (1), Jawa
Barat (5), Jawa Tengah (1), Jawa Timur (3), Bali (2),
NTB (7), NTT (8), Kalimantan Selatan (2), Sulawesi
Selatan (8), Maluku (4), Papua Barat (2)
2017 30 Aceh (6), Kepulauan Riau (3), Bangka Belitung (1),
Sumatera Barat (2), Bali (1), Sulawesi Tengah (10),
Sulawesi Selatan (1), Sulawesi Barat (1), Maluku (2),
Papua Barat (3)
2018 56 Aceh (2), Sumatera Utara (2), Sumatera Barat (3),
Kepulauan Riau (6), Bengkulu (3), Bangka Belitung
(1), Banten (1), Jawa Barat (2), Jawa Timur (1), Bali
(1), NTB (3), NTT (2), Kalimantan Barat (4),
Kalimantan Selatan (1), Kalimantan Timur (1),
Sulawesi Selatan (4), Sulawesi Tengah (2), Sulawesi
Utara (1), Gorontalo (1), Sulawesi Tenggara (1),
Maluku (3), Maluku Utara (2), Papua (3), Papua Barat
(6)

51
Tahun Jumlah Lokasi
(Kelompok)
2019* 27 Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara
Barat, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Lampung, Kepulauan Riau,
Aceh, Jawa Timur, Maluku Utara, Papua, dan Papua
Barat
Toal 163
*Target 219

Gambar 14. Peta Lokasi dan Jenis Bantuan Konservasi Tahun 2016-2018

d. Bantuan Sarana Prasarana Wisata Bahari


Untuk memperoleh manfaat pendayagunaan sumberdaya dan jasa
kelautan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, maka pengelolaan pariwisata
bahari diarahkan pada pengembangan wisata bahari secara berkelanjutan (
sustainable marine tourism) sebagai bagian integral dari pembangunan kelautan,
yang berbasis pada ekosisitem, ekonomi dan sosial budaya. Untuk itu dalam
pelaksanaan pembagunan wisata bahari perlu dipacu menjadi berbagai kegiatan
ekonomi yang ditujukan untuk meningkatkan perolehan devisa, pemerataan
kesempatan kerja dan pendapatan, serta pemberdayaan masyarakat. Satu hal
yang menjadi perhatian KKP dalam pengembangan kegiatan wisata bahari adalah
tetap terjagannya kelestarian ekosistem pesisir dan laut baik sebagai sumberdaya
alam maupun sebagai lingkungan hidup agar mampu memberikan sumbangan
yang besar bukan saja bagi keberlanjutan pembangunan pariwisata bahari dan
pembangunan kelautan secara menyeluruh.
Lokasi penerima bantuan sarana prasarana wisata bahari Tahun 2015-2019
disajikan pada Tabel 19.

52
Tabel 19. Lokasi Penerima Bantuan Sarana Prasarana Wisata Bahari
Tahun 2015-2019

Tahun Lokasi
2016 Bitung, Gorontalo, Manokwari, Banyuwangi, Belitung, Badung,
Manggarai, Lembata, Malang
2017 Kab. Kulon Progo (Kecamatan Jangkaran Temon), Kab. Bima
(Kecamatan Kambu), Kab Bintan (Kecamatan Teluk Sebong dan
Teluk Bintan), Kab. Lombok Barat (Kecamatan Sekotong)
2018 Lombok Timur, Lombok Barat, Lampung Selatan, Pekalongan,
Bangka Tengah, Karawang, Natuna
2019* Kab. Bima dan Sumbawa, Kab. Lombok Utara, Timur dan Barat),
Kab. Buleleng, Kab Belitung, Kab Wakatobi, Keb. Seribu, Raja
Ampat, Gresik, Trenggalek, Tulungagung, Bone Bolango, Cirebon,
Karawang, Bengkayang, Kubu Raya, Muna, Alor, Flores Timur,
Nias, Kebumen
*target 2019

E. Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan


Kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada tahun 2019 mencapai
93,57%. Untuk tahun 2020 dengan target 94% dapat mencapai 94,76% serta sampai
dengan bulan Agustus 2021 capaian telah mencapai 77,69% dari target 55%, penurunan
target dipengaruhi oleh refocusing anggaran. Pencapaian tersebut merupakan hasil dari
pelaksanaan fungsi-fungsi pencegahan, pemantauan, pengawasan, dan penindakan di
bidang kelautan dan perikanan. Fungsi pencegahan dilakukan melalui proses sosialisasi
kepada masyarakat sekaligus pelibatan langsung melalui Kelompok Masyarakat
Pengawas (Pokmaswas). Fungsi pemantauan dilakukan melalui berbagai media dan
sarana termasuk melalui pengoperasian Pusat Pengendalian (Pusdal) yang
memanfaatkan teknologi Vessel Monitoring System (VMS), RadarSat, dan sistem
penginderaan jauh lainnya. Fungsi pengawasan dilakukan melalui aktivitas pemeriksaan
kepatuhan para pelaku usaha kelautan dan perikanan oleh Pengawas Perikanan secara
profesional. Sedangkan penindakan dilakukan melalui proses penyidikan dan
penanganan barang bukti terhadap pelaku pelanggaran di bidang kelautan dan
perikanan.

1. Pembinaan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS)


Berdasarkan Undang-Undang Perikanan No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45 Tahun 2009 pada pasal 67, masyarakat
dapat diikutsertakan dalam pengawasan. Salah satu bentuk partisipasi mayarakat
dalam pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan adalah dengan membentuk
kelompok-kelompok masayarakat pengawasan (Pokmaswas). Pokmaswas tersebut
merupakan kelembagaan pengawasan SDKP yang bersifat non formal.
Selama kurun waktu 7 tahun (2015-2021) telah terbentuk sebanyak 2.500 lebih
Pokmaswas yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia, sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 20. Adapun Sebaran jumlah Pokmaswas dapat dilihat pada Gambar 15.

53
Tabel 20.Jumlah Pokmaswas dalam 7 Tahun Terakhir
No Tahun Jumlah Pokmaswas (kelompok)
1 2015 1488
2 2016 1640
3 2017 1850
4 2018 1549
5 2019 2160
6 2020 2294
7 2021 2530

Gambar 15. Sebaran jumlah POKMASWAS di masing-masing Propinsi

Pembinaan Pokmaswas dilakukan bersama dengan Dinas Kelautan Dan


Perikanan provinsi. Metode pembinaan dilakukan dalam bentuk fasilitasi bantuan
sarana dan prasarana pengawasan, pembinaan dan sosialisasi di lokasi domisili
kelompok maupun dikumpulkan di ruang pertemuan melalui temu teknis pokmaswas,
dan mengembangkan sistem administrasi keanggotaan dengan penerbitan kartu tanda
anggota Pokmaswas. Dalam kegiatan pembinaan tersebut disampaikan tentang (i)
peraturan terkini tentang pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dan
peraturan perundangan lainnya yang terkait dalam pengelolaan sumber daya kelautan
dan perikanan, (ii) penyampaian informasi terjadinya indikasi pelanggaran dalam
pemanfaatan SDKP melalui SMS Gateway POKMASWAS.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut tahun 2022 dilakukan penilaian terhadap
POKMASWAS yang berprestasi. Penilaian ini bertujuan untuk memilih POMASWAS
yang telah berperan aktif POKMASWAS dalam membantu pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan. POKMASWAS yang terpilih akan mendapatkan penghargaan
yang akan diserahkan pada saat anugerah Adhi Bhakti Mina Bahari (AMB) tahun 2022.

2. Pengawasan destructive fishing


Selain permasalahan IUU Fishing, perairan Indonesia juga rawan terhadap
terjadinya kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara yang merusak (destructive
fishing). Kegiatan ini bahkan dapat menyebabkan kerugian yang besar terutama
terhadap kelestarian ekosistem perairan yang ada.

54
Gambar 16. Kegiatan destructive fishing yang dilakukan dengan
mengunakan bom ikan

Kegiatan penanggulangan kegiatan perikanan yang merusak atau yang disebut


dengan destructive fishing oleh Ditjen PSDKP sudah diupayakan sejak maraknya
pengeboman ikan di wilayah perairan Indonesia. Berdasarkan hasil pengawasan oleh
Pengawas Perikanan di beberapa wilayah rawan destructive fishing, pengeboman ikan
sudah dimulai sejak lama. Sejak tahun 2015 Ditjen PSDKP, Dinas Kelautan dan
Perikanan dan Direktorat Polair melakukan pengawasan Bersama terkait kegiatan
destructive fishing ini. Modus yang digunakan juga beragam mulai dari pengeboman
ikan menggunakan bom rakitan, setrum dan racun ikan.

Gambar 17. Barang bukti kegiatan destructive fishing yang diamankan


oleh pengawas perikanan di lapangan

Beberapa kasus destructive fishing ada yang ditangani melalui pembinaan


pelaku, pemeriksaan pelaku dengan dituangkan ke BAP hingga ke penanganan tindak
pidana. Namun demikian kerap kali Pengawas Perikanan kesulitan untuk menangkap
pelaku karena pelaku kabur dengan membawa barang bukti maupun meninggalkan
barang buktinya. Bahkan, beberapa diantara pelaku juga berani melemparkan bom ikan
ke Pengawas Perikanan sebagai bentuk perlawanan pada saat aksinya diketahui oleh
Pengawas Perikanan. Meskipun para pelaku pengeboman paham bahwa
menggunakan bom ikan dapat mencelakakan dirinya namun hal itu belum menyurutkan
niat pelaku untuk melakukan pengeboman ikan. Senada dengan penggunaan bom ikan,
penggunaan racun ikan juga marak untuk menangkap ikan karang, demikian halnya
dengan setrum yang digunakan untuk menangkap ikan umumnya di perairan air tawar
dan payau. Salah satu aksi Pengawas Perikanan dalam penanggulangan destructive
fishing di Pangkajene Kepulauan Sulawesi Selatan yang merupakan wilayah dengan
kasus pengeboman tertinggi di Indonesia. Bekerjasama dengan instansi lain yang
terkait, dilakukan penggerebekan di rumah pelaku pengeboman di Pulau Karanrang dan
berhasil menangkapp pelaku dan barang bukti berupa bahan peledak. Aksi Pengawas
Perikanan dilanjutkan dengan penangkapan di rumah pelaku lainnya dan mendapatkan

55
barang bukti 13 (tiga belas) jeriken berisi ammonium nitrat yang sedianya digunakan
untuk bahan pembuatan bom ikan.

Gambar 18. Kampanye stop destructive fishing

Selain pengawasan dan pembinaan kepada masyarakat, Ditjen PSDKP juga


melakukan kegiatan kampanye dan edukasi penanggulangan destructive fishing sejak
tahun 2017.
Dimulai di Kawasan Konservasi Kepulauan Kapoposang pada tahun 2017,
diteruskan ke Kolaka di tahun 2018 dan di tahun 2019 kegiatan kampanye dan edukasi
dilaksanakan di Sumbawa, serta tahun 2020 maupun 2021 yang dilaksanakan di
Sulawesi Tengah dan Jawa Barat.
Kegiatan diisi dengan sosialisasi kepada siswa sekolah khususnya sekolah
dasar, dengan pertimbangan sebagian besar anak nelayan tidak bersekolah hingga
jenjang pendidikan yang tinggi. Eduaksi yang diberikan berupa arti penting ikan dan
terumbu karang serta bahaya penggunaan bom, setrum dan racun untuk menangkap
ikan. Harapannya informasi edukasi yang diterima oleh siswa-siswa tersebut dapat
diterima dan diteruskan ke orang tua mereka masing-masing sekaligus untuk memutus
siklus lahirnya generasi baru pengguna bom dan racun. Acara edukasi ke siswa juga
diisi dengan lomba mewarnai berhadiah dan permainan seru yang dipandu oleh Diten
PSDKP serta workshop transplantasi karang dan tour ke kapal pengawas untuk
mendapatkan pengalaman bagaimana Pengawas Perikanan bekerja mengawasi dan
menjaga sumberdaya kelautan dan perikanan milik Bersama.

3. Pengawasan jenis ikan yang dilindungi


Maraknya perdagangan illegal jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi
termasuk jenis ikan yang dilindungi berdasarkan aturan perundangundangan memiliki
dampak negatif terhadap sumber daya ikan dan lingkungannya, maka perlu dilakukan
pengawasan yang cukup intensif terhadap segala bentuk kegiatan pemanfaatan jenis
ikan dilindungi. Kegiatan pengawasan pemanfaatan jenis ikan dilindungi merupakan
salah satu langkah dalam rangka pemberantasan perdagangan illegal jenis ikan
dilindungi sebagaimana instruksi Menteri Kelautan dan Perikanan dalam memberantas
mafia bidang kelautan dan perikanan secara nasional. Kegaiatan diinisiasi oleh
Direktorat Jenderal PSDKP dengan melibatkan instansi lain yang terkait. Pelaksanaan
komponen ini dilakukan dengan cara Kampanye dan Edukasi dalam rangka
Pengawasan Pemanfaatan Jenis Ikan Dilindung, salah satunya adalah penyu. KKP
telah mengeluarkan Surat Edaran MKP Nomor 526/2015 tentang Pelaksanaan
Perlindungan Penyu, Telur, Bagian Tubuh dan/atau Produk Turunannya, sehingga tidak
boleh dimanfaatkan secara keseluruhan termasuk derivatnya serta untuk kegiatan
sosialisasi dan kampanye tahun 2021 PSDKP lebih memfokuskan pada kampanye
dan/atau sosialisasi terkait perlindungan hewan penyu dan telah menerbitkan dokumen
Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Penyu periode 2016 – 2020, dengan sasaran
penurunan perdagangan ilegal penyu maupun kematian penyu akibat tertangkap tidak

56
sengaja serta terwujudnya peran aktif masyarakat dalam perlindungan penyu di sekitar
lokasi peneluran. Sama seperti halnya dengan sosialisasi Destructive Fishing, kegiatan
sosialisasi ikan yang dilindungi selain melalukan sosialisasi pada masyarakat nelayan
juga kepada siswa sekolah pada daerah nelayan, dengan tujuan pada usia dini mereka
mampu memiliki edukasi yang melekat terkait pelestarian lingkungan.

Gambar 19. Jenis penyu yang dilindungi

F. Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan


Pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang kelautan dan perikanan
memiliki peranan strategis dalam mendukung pencapaian pembangunan kelautan dan
perikanan secara keseluruhan. Peranan strategis tersebut dilaksanakan melalui kegiatan
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan yang diarahkan untuk mendorong dan
mempercepat peningkatan kapasitas sumber daya manusia kelautan dan perikanan,
sehingga memiliki kapasitas dan kompetensi yang diharapkan untuk optimalnya
pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan.
Peran BRSDM di bidang pendidikan didukung dengan keberadaan 20 Satuan
Pendidikan, yang terdiri atas 9 Politeknik KP, 10 (sepuluh), 9 (Sembilan) Sekolah Usaha
Perikanan Menengah (SUPM) dan 1 (satu) Akademi Komunitas, dengan tenaga pendidik
berjumlah 412 orang terdiri atas 203 guru dan 209 dosen, dalam menyelenggarakan
kegiatan pendidikan dengan pendekatan teaching factory dengan 70% praktek dan 30%
teori. Satuan pendidikan KP menerima peserta didik dari anak pelaku utama sebesar 40%
dari total penerimaan peserta didik pada tahun 2014 dan 2015, meningkat menjadi 44%
pada tahun 2016, 46% pada tahun 2017, 48% pada tahun 2018, dan 50% pada tahun
2019.
Sampai tahun 2018, KKP membangun 6 Politeknik Kelautan dan Perikanan
(Poltek KP) dan 1 Akademi Komunitas, yakni Poltek KP Karawang, Poltek KP Bone,
Poltek Kupang, Poltek KP Pangandaran, Poltek KP Jembrana, Poltek KP Dumai dan
Akademi Komunitas Wakatobi
Jumlah peserta didik lembaga pendididkan di KKP pada tahun 2019 mencapai
7.747 peserta didik. Presentase jumlah peserta didik dari pelau usaha utama bidang
kelautan dan perikanan mencapai 50,85 % dari total peserta didik. Anak-anak pelaku

57
utama tersebut adalah anak nelayan, pembudidaya, pengolah/pemasar ikan dan
petambak garam. Jumlah lulusan pada tahun 2019 mencapai 2.298 lulusan.
Peran BRSDM di bidang pelatihan didukung dengan keberadaan 5 Balai Pelatihan
dan Penyuluhan Perikanan (BPPP), 1 Balai Diklat Aparatur (BDA), 413 Pusat Pelatihan
Perikanan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP), dan 63 Tempat Uji Kompetensi
(TUK) yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan jumlah tenaga pelatih terdiri atas 75
widyaiswara dan 72 instruktur. Kegiatan Pelatihan ditujukan bagi masyarakat KP dengan
jenis pelatihan bidang penangkapan, budidaya, pengolahan, pemasaran hasil perikanan,
konservasi, mesin perikanan, pelatihan inovatif dan pelatihan lainnya sesuai kebutuhan
kompetensi yang akan ditingkatkan, yang dapat dilengkapi dengan sertifikat kompetensi
yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi/BNSP dengan menggunakan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(KKNI) dan Standar Kompetensi Khusus (SKK). Sedangkan pelatihan aparatur ditujukan
bagi aparatur negara, meliputi pelatihan struktural (dalam jabatan dan prajabatan),
pelatihan fungsional, dan pelatihan teknis kelautan dan perikanan bagi aparatur di
lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta aparatur daerah dalam rangka
mendukung program dan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
KKP telah melaksanakan pelatihan untuk aparatur dan non aparatur
(masyarakat). Pada tahun 2018, jumlah masyarakat yang dilatih di bidang kelautan dan
perikanan mencapai 16.501 orang, aparatur KKP sebanyak 2.878 orang dan enumerator
sebanyak 3.810 orang. Sedangkan pelatihan keahlian telah berhasil memberikan
sertifikasi kompetensi kepada 6.512 orang. Jumlah pelatihan yang telah dilaksanakan
sampai bulan Oktober 2019 sejumlah 21.619 orang, terdiri atas pelatihan aparatur
sejumlah 1.316 dan non aparatur (masyarakat) sejumlah 20.303 orang.
Penyuluhan Perikanan didukung oleh Penyuluh Perikanan sebanyak 6.242
orang. Terdiri dari 2.411 orang Penyuluh Perikanan PNS, 1.971 orang Penyuluh
Perikanan Bantu, dan 1.860 orang Penyuluh Perikanan Swadaya (Data per 30 November
2021). Penyuluh Perikanan tersebut dikelola oleh 9 Satuan Administrasi Pangkal
(Satminkal), yaitu Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
Gondol, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan Bogor,
Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan Palembang, Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Maros, Balai Pelatihan
dan Penyuluhan Perikanan Medan, Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Tegal,
Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi, Balai Pelatihan dan Penyuluhan
Perikanan Bitung, dan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Ambon.
Kegiatan penyuluhan perikanan didukung oleh sarana dan prasarana berupa 5
unit mobil penyuluhan, 1.100 kendaraan roda dua, 5 unit perahu motor, 15 unit speed
boat, 180 unit computer, 75 unit leptop, 2.000 unit handphone, dan 1.551 unit water test
kit.
Jumlah kelompok pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan yang
disuluh pada tahun 2019 sebanyak 40.000 kelompok dan tahun 2020 sebanyak 47.745
kelompok dari target 41.000 kelompok. Sedangkan jumlah kelompok yang berhasil
dinaikkan kelas kemampuannya, pada tahun 2019 sebanyak 1.903 kelompok dan tahun
2020 sebanyak 1.597 kelompok dari target 1.500 kelompok. Peningkatan kelas ini terdiri
atas peningkatan kelas kelompok Pemula ke Madya sebanyak 1.831 kelompok dan
peningkatan kelompok Madya ke Utama sebanyak 72 kelompok.

58
Dalam rangka diseminasi teknologi, telah dilaksanakan unit percontohan
penyuluhan kelautan dan perikanan. Pada tahun 2019 sebanyak 23 unit percontohan,
tahun 2020 sebanyak 13 unit percontohan dan tahun 2021 sebanyak 9 unit percontohan.
Teknologi yang digunakan adalah teknologi terekomendasi hasil penelitian dan
pengembangan sesuai kebutuhan masyarakat kelautan dan perikanan dengan kriteria
mudah diadopsi, menguntungkan, dan ramah lingkungan.

Gambar 20. Jenis dan lokasi percontohan penyuluhan KP tahun 2021

Selanjutnya dalam rangka pembangunan kelautan dan perikanan berbasis


kewilayahan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia juga telah merintis Desa Inovasi.
Pada tahun 2020 terdapat 5 rintisan Desa Inovasi, yaitu Desa Tanjung Medara di Rokan
Hulu dengan Budiday Magot, Desa Pasir di Kebumen dengan bengkel nelayan, Desa
Mentaos di Kota Banjarbaru dengan kampung iwak, Desa Tolotio di Bonebolango dengan
Budidaya Udang Vaname, Desa Rumah Tiga di Kota Ambon dengan pembesaran ikan
hias air laut. Sementara pada tahun 2021, rintisan Desa Inovasi dilaksanakan di Desa
Karang Ayar-Deli Serdang dengan budidaya cacing sutera, Desa Tanggulangin-
Kebumen dengan pengolahan garam konsumsi, Desa Kendalburur-Tulungagung dengan
budidaya ikan patin intensif, Desa Kemantren-Lamongan dengan budidaya rajungan,
Desa Kasawari-Kota Bitung dengan wisata bahari, dan Desa Kampung Undi-Manokwari
dengan pembesaran ikan nila.

Gambar 21. Lokasi Desa Inovasi Tahun 2021

59
Selain melaksanakan unit percontohan, dalam rangka peningkatan kompetensi
penyuluh perikanan dalam hal pengetahuan terkait program, kebijakan, dan teknologi
kelautan dan perikanan terkini, juga dilakukan video conference. Pada tahun 2020 telah
dilaksanakan video conference sebanyak 44 kali. Sedangkan untuk tahun 2021, sampai
minggu pertama bulan Oktober telah dilaksanakan 28 kali kegiatan video conference.
Disamping itu juga telah disusun berbagai materi penyuluhan perikanan tercetak
dan tertayang guna mendukung program Kementerian Kelautan dan Perikanan
Pengembangan Kampung Perikanan Budidaya. Materi yang telah disusun diunggah pada
Cyber Extension agar dapat diakses oleh Penyuluh Perikanan dan pelaku utama serta
pelaku usaha kelautan dan Perikanan. Sampai tahun 2020, jumlah materi penyuluhan
perikanan yang tersedia pada Cyber Extension sejumlah 26.809 meliputi materi
perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengolahan ikan, faram, konservasi, metodologi
penyuluhan, karantina ikan, dan legislasi kelautan dan perikanan.
Pada tahun 2021, capaian kinerja penyuluhan perikanan untuk jumlah kelompok
pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan yang didampingi mencapai
47.942 kelompok dari target 41.000 kelompok (116,93 %), jumlah kelompok yang berhasil
ditumbuhkan sejumlah 4.066 kelompok dari target 2.000 kelompok (203,3 %), dan jumlah
kelompok yang berhasil dinaikkan kelas kemampuannya sejumlah 1.618 kelompok dari
1.500 kelompok (107,86 %). Sementara itu, untuk tahun 2022, target indikator kinerja
utama penyuluhan perikanan tidak mengalami perubahan, yaitu jumlah kelompok yang
didampingi sejumlah 41.000 kelompok, kelompok yang ditumbuhkan sejumlah 2.000
kelompok, dan kelompok yang dinaikkan kelas kemampuannya sejumlah 1.500
kelompok.

G. Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Kelautan dan Perikanan
Pada tahun 2019 operasional karantina ikan sebagai komponen Customs
Immigration and Quarantine (CIQ) telah hadir di 31 lokasi perbatasan dari 43 lokasi
perbatasan prioritas yang telah ditetapkan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan
(BNPP). Dari 31 (tiga puluh satu) lokasi perbatasan tersebut diantaranya adalah di Pos
Lintas Batas Negara (PLBN) Jagoibabang, Aruk, dan Entikong di Kalimantan Barat, PLBN
Matomasin, Matoain, dan Wini di Atambua, Nusa Tenggara Timur, PLBN Skow dan Sota
di Papua. Untuk perbatasan laut yaitu PLBN Nunukan di Kalimantan Utara, PLBN
Miangas dan Marore di Sulawesi Utara, PLBN Simeulue dan Sabang di Aceh, PLBN
Natuna di Kepulauan Riau. Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan
mengalami peningkatan sebesar 1,38% yaitu 78,52% di tahun 2018 menjadi 79,60 di
tahun 2019.
Pada tahun 2019 operasional karantina ikan sebagai komponen Customs
Immigration and Quarantine (CIQ) telah hadir di 31 lokasi perbatasan dari 43 lokasi
perbatasan prioritas yang telah ditetapkan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan
(BNPP). Dari 31 (tiga puluh satu) lokasi perbatasan tersebut diantaranya adalah di Pos
Lintas Batas Negara (PLBN) Jagoibabang, Aruk, dan Entikong di Kalimantan Barat, PLBN
Matomasin, Matoain, dan Wini di Atambua, Nusa Tenggara Timur, PLBN Skow dan Sota
di Papua. Untuk perbatasan laut yaitu PLBN Nunukan di Kalimantan Utara, PLBN
Miangas dan Marore di Sulawesi Utara, PLBN Simeulue dan Sabang di Aceh, PLBN
Natuna di Kepulauan Riau. Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan
mengalami peningkatan sebesar 1,38% yaitu 78,52% di tahun 2018 menjadi 79,60 di
tahun 2019. Pada tahun 2019 operasional karantina ikan sebagai komponen Customs
Immigration and Quarantine (CIQ) telah hadir di 31 lokasi perbatasan dari 43 lokasi
perbatasan prioritas yang telah ditetapkan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan
(BNPP). Dari 31 (tiga puluh satu) lokasi perbatasan tersebut diantaranya adalah di Pos
Lintas Batas Negara (PLBN) Jagoibabang, Aruk, dan Entikong di Kalimantan Barat, PLBN
Matomasin, Matoain, dan Wini di Atambua, Nusa Tenggara Timur, PLBN Skow dan Sota
di Papua. Untuk perbatasan laut yaitu PLBN Nunukan di Kalimantan Utara, PLBN
Miangas dan Marore di Sulawesi Utara, PLBN Simeulue dan Sabang di Aceh, PLBN
Natuna di Kepulauan Riau. Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan

60
mengalami peningkatan sebesar 1,38% yaitu 78,52% di tahun 2018 menjadi 79,60 di
tahun 2019.
Berdasarkan data rencana induk pengelolaan perbatasan 2020-2024 dari Badan
Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), jumlah lokasi prioritas perbatasan ada sebanyak
41 lokasi di 13 provinsi. Lokasi tersebut adalah Sabang, serdang Bedagai, Rokan hilir,
Bengakalis, Indragiri hilir, Meranti, Dumai, Natuna, Anambas, Batam, Bintan, karimun,
Sangihe, Talaud, Aruk, Jagoi Babang, Sanggau, Sintang, Nanga Badau, entikong, Kutai
Barat, Malinau, Nunukan, Sebatik, Kupang, Wini, Atambua, Rote-Ndao, Alor, Motaain,
Motamasin, Maluku Barat Daya, Saumlaki, Aru, Morotai, Sota, Boven Digoel, Peg.
Bintang, Keerom, Skow, Supiori, dan Raja Ampat. Target Indikator Keberhasilan
Pengawasan di wilayah perbatasan pada tahun 2020 adalah sebesar 70% dimana jumlah
Rencana Operasional Pengawasan Karantina Ikan, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
pada tahun 2020 sebanyak 41 lokasi yaitu Jagoi Babang, Aruk, Entikong, Wini,
Motomasin, Motoain, Anambas, Sota, Skow, Mentawai, Tanjang Balai Karimun, Natuna,
Panipahan, Miangas, Morotai, Marore, Lagoi Bintan, Dumai, Bengkalis, Segulung, Naga
Badau, Belakang Padang, Batu Ampar, Serdang Bedagai, Tembilahan, Selat Panjang,
Saumlaki, Sebatik, Nunukan, Simeuleu dan Sabang. Pada Tahun 2020, telah dilakukan
verfikasi tingkat keberhasilan pengawasan di 41 lokasi titik perbatasan dimana dengan
capaian 73,78 % 7 lokasi dilakukan verifikasi langsung dan 34 lokasi secara on desk.
Kegiatan pada Tahun 2020 tidak dapat optimal dikarenakan adanya pandemi Covid-19
yang mengakibatkan: 1. Pengawasan langsung di lapangan jumlahnya berkurang 2.
Kegiatan koordinasi, komunikasi dan Kerjasama serta operasi bersama tidak dapat
dilaksanakan secara optimal 3. Kegiatan monitoring dan evaluasi banyak mengalami
penundaan. Perubahan metode perhitungan, dimana pada Tahun 2020 menggunakan 7
indikator penilaian, sedangkan Tahun 2020 hanya menggunakan 6 indikator penilaian. •
Perlunya BKIPM menjaga keamanan di wilayah perbatasan tidak terlepas dari tingginya
potensi terjadinya kejahatan di wilayah tersebut.
Sedangkan capaian sampai dengan triwulan III tahun 2021 dari target 68%
terealisasi sebesar 79,98 % atau berkisar 110,26%. Dalam perkembangannya, kejahatan
lintas batas ini mengalami peningkatan yang relatif tajam serta menimbulkan kerugian
yang sangat besar baik bagi masyarakat mapun negara, seperti yang terjadi pada kasus
illegal fishing, penyelundupan (smuggling) benih lobster maupun kepiting bertelur dalam
mengamankan wilayah perbatasan dari kemungkinan terjadinya berbagai aktivitas illegal.
Namun dalam pelaksanaannya, kasus illegal fishing, penyelundupan (smuggling) benih
lobster maupun kepiting bertelur masih terjadi dikarenakan masih terdapat beberapa
kekurangan antara lain adalah : - Masih banyaknya pintu-pintu pemasukan dan
pengeluaran yang tidak resmi yang tidak terawasi oleh petugas sehingga memungkinkan
masih adanya masyarakat yang melewati jalan/pintu tersebut untuk melalulintaskan MP/
hasil perikanan; - Masih kurangnya jumlah personil yang terdapat didaerah perbatasan
khususnya daerah perbatasan yang memiliki frekuensi lalu lintas media pembawa/hasil
perikanan yang cukup tinggi; - Masih kurangnya dan belum updatenya pemahaman
petugas terhadap perubahan regulasi/kebijakan dari pusat; - Masih kurangnya monitoring
dan evaluasi yang dilakukan dari UPT induk ke wilker perbatasan. Mengantisipasi hal
tersebut, BKIPM telah melakukan berbagai upaya konkrit, di antaranya: 1. Melakukan
patroli perbatasan dan/atau operasi gabungan secara rutin, dengan melibatkan instansi
lain, seperti TNI, Polri, Bea Cukai, Badan Karantina Pertanian, PLBN, Kementerian
Perhubungan, Imigrasi serta instansi terkait lainnya; 2. Meningkatkan pengawasan
terhadap Illegal fishing, penyelundupan komoditi perikanan. 3. Meningkatkan koordinasi
antarinstansi pemerintah yang terkait dalam pengamanan daerah perbatasan seperti TNI,
Polri, Kantor Imigrasi dan Bea Cukai. 4. Meningkatkan kualitas pengawasan di pos-pos
lintas batas terhadap lalu lintas komoditi perikanan. Peningkatan pengawasan meliputi
penambahan pos-pos pengawasan dan personil di pointas batas 5. Melakukan
Sosialisasi tentang Peraturan Perundangan tentang Karantina Ikan dan Mutu kepada
pengguna jasa di beberapa wilker BKIPM.

61
1. Pengendalian/Pengawasan jenis ikan yang dilarang dan bersifat invasive
Salah satu ancaman utama terhadap keanekaragaman jenis ikan asli dan
ekosistemnya di seluruh dunia adalah introduksi spesies eksotik/asing bersifat invasif
yang dikenal pula sebagai spesies asing invasif (SAI). Introduksi ikan invasif
menyebabkan penurunan keanekaragaman ikan di danau-danau di Indonesia. Biota
invasif, termasuk ikan, dapat merusak biota di danau dan sungai. Sampai saat ini
paling tidak ada 16 jenis ikan eksotik/invasif dari luar negeri yang secara sengaja
dimasukan ke danau dan sungai-sungai Indonesia. Dalam rangka hal tersebut
pemerintah dalam hal ini telah menerbitkan PERMEN Nomor 41/PERMENKP/2014
tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke Dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia. Pencegahan jenis ikan yang dilarang, dilindungi
dan dibatasi melalui pintu pemasukan dan pengeluaran (impor, ekspor, dan antar area
dalam wilayah Republik Indonesia) yang telah ditetapkan, sebagai upaya dalam
perlindungan dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang partisipatif,
bertanggung jawab dan berkelanjutan. Sebagai upaya dalam perlindungan dan
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang partisipatif, bertanggung jawab
dan berkelanjutan, maka perlu adanya pencegahan terhadap masuk dan tersebarnya
jenis ikan dilarang, dilindungi dan dibatasi sesuai ketentuan peraturan. Jenis ikan
dilarang adalah Jenis Ikan yang dilarang berdasarkan peraturan perundangundangan
dan/atau karena statusnya dilindungi penuh berdasarkan ketentuan Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dan/atau
hukum internasional lain yang diratifikasi, termasuk telur, bagian tubuh, dan/atau
produk turunannya (derivat). Jenis ikan Dilindungi adalah Jenis Ikan dilindungi yang
dilakukan terhadap siklus hidupnya di habitat asli dan habitat buatan dan/atau seluruh
bagian tubuhnya, termasuk telur, cangkang, dan produk turunannya Jenis ikan
dibatasi adalah jenis ikan dilindungi berdasarkan ukuran tertentu,wilayah sebaran
tertentu, periode waktu tertentu dan/atau sebagian tahapan siklus hidup tertentu.
Diperkirakan 8.500 spesies ikan hidup di perairan Indonesia atau merupakan
45% dari jumlah spesies yang ada di dunia. Sebanyak 1.300 spesies dari jumlah
tersebut menempati perairan tawar (Kottelat & Whitten, 1996). Dilihat dari jumlah
spesies ikan air tawar, Indonesia menempati ranking kedua di dunia setelah Brazil dan
pertama di Asia (Budiman et al., 2002). Indonesia memiliki total 440 spesies ikan air
tawar endemik berada di posisi ke-4, setelah Brazil (1716 spesies), China (888
spesies) dan Amerika Serikat (593 spesies), serta lebih dari 140 spesies endemik ikan
laut.
Menyadari besarnya keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia, perlu
dilakukan upaya untuk menjaga dan melindungi kelestariannya. Hal ini dikarenakan
keanekaragaman hayati memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas
ekosistem, sebagai sumber plasma nutfah dan sumber ekonomi. Keanekaragaman
hayati juga berpotensi sebagai obyek industri eko-wisata yang dapat menjadi salah
satu sumber devisa negara (Husnah et al., 2008).
Salah satu ancaman utama terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem
alam di seluruh dunia adalah introduksi spesies eksotik/asing yang bersifat invasif
(dikenal sebagai spesies asing invasif (SAI). Menurut Reid and Miller (1989),
kepunahan ikan air tawar yang disebabkan oleh introduksi spesies asing mencapai
30%. SAI dianggap sebagai penyebab kedua menurunnya keanekaragaman hayati
global setelah perusakan habitat secara langsung. Pemasukan, penyebaran dan
penggunaan berbagai spesies asing baik yang dilakukan secara sengaja maupun

62
tidak disengaja yang kemudian menjadi invasif telah menyebabkan kerugian ekologi,
ekonomi dan sosial yang cukup besar. SAI juga dapat mengakibatkan dampak buruk
bagi kesehatan manusia, hewan dan ikan, serta menimbulkan kerugian yang sangat
besar pada berbagai-macam sektor komersial, termasuk: pertanian, kehutanan,
perikanan/budidaya, perdagangan, transportasi, pariwisata dan rekreasi.
Dalam rangka mencegah kerusakan terhadap keanekaragaman ikan dan
lingkungannya, Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya diantaranya:
a. Penetapan jenis-jenis ikan yang dilindungi melalui Peraturan Pemerintah maupun
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (KEPMEN KP);
b. Pelarangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke Dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
(PERMEN KP) Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014; dan
c. Keputusan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan lainnya yang mengatur
tentang pemasukan dan pengeluaran ikan.
Pada Tahun 2020 capaian Persentase sebaran jenis ikan dilarang dan/atau
bersifat invasif yang diidentifikasiPengendalian/Pengawasan jenis ikan yang dilarang
dan bersifat invasive tercapai 124,64 % dari target 100 sehingga capaiannya berkisar
120%. Target yang ditetapkan pada tahun 2021 adalah 100% dari 91 Lokasi.
Realisasi indikator kinerja pemetaan sebaran jenis ikan yang bersifat invasif sampai
dengan bulan September tahun 2021 sebesar 60 Lokasi atau 65,93%.

2. Unit usaha perikanan yang memenuhi standar dalam penerapan biosecurity


(Cara Karantina yang baik)
Dengan semakin meningkatnya arus lalulintas perdagangan komoditas
perikanan dalam rangka ekspor, impor maupun domestik akan berdampak terhadap
resiko kemungkinan masuk dan tersebarnya HPIK dari luar negeri ke dalam wilayah
negara Republik Indonesia, dan antar area di dalam wilayah negara Republik
Indonesia yang dapat terbawa melalui media pembawanya. Hal ini dapat berakibat
terancamnya produksi perikanan nasional dan kelestarian sumber daya alam hayati
ikan Indonesia, disamping adanya beberapa negara pengimpor hasil perikanan yang
mempersyaratkan beberapa jenis ikan tertentu yang akan dikirim kenegaranya harus
bebas beberapa jenis HPIK dan/atau HPI tertentu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 9/PERMEN-
KP/2019, Instalasi Karantina Ikan adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas
yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina ikan,
pengendalian mutu keamanan hasil perikanan. IKI dilengkapi sarana dan fasilitas yang
memenuhi syarat kelayakan dan menerapkan biosekuriti dan dibedakan sesuai
peruntukannya yaitu untuk ikan hidup, ikan mati dan benda lain. IKI yang memenuhi
standar ditandai dengan dimilikinya Sertifikat Intalasi Karantina Ikan (SIKI) yang
diterbitkan oleh Pusat Karantina Ikan. Penerbitan SIKI harus memenuhi prosedur
sertifikasi yang telah ditetapkan. IKI yang ditetapkan pada tahun 2018 sebanyak 551
IKI baru maupun perpanjangan. Kemudian IKI yang telah ditetapkan pada tahun 2019
hingga Bulan September sebanyak 279 IKI yang meliputi IKI yang baru ditetapkan
maupun perpanjangan SIKI yang habis masa berlakunya. Kemudian target IKI yang
ditetapkan tahun 2020 adalah 425 IKI. Pada tahun 2020 Unit usaha yang menerapkan
prinsip CKIB adalah unit usaha yang telah melaksanakan manajemen kesehatan ikan
berdasarkan standar biosekuriti untuk menjamin kesehatan ikan. Suatu IKI telah
menerapkan prinsip Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) apabila telah memenuhi

63
beberapa persyaratan sebagai berikut: • IKI telah ditetapkan kelayakannya (memiliki
Sertifikat IKI); • IKI telah memenuhi prinsip-prinsip biosecurity; • IKI telah memenuhi
persyaratan administrasi dan manajemen (pakta integritas, SOP, Rekaman Data). •
Apabila telah memenuhi syarat sebagai IKI yang menerapkan CKIB kemudian
diterbitkan sertifikat CKIB (SCKIB) oleh Pusat Karantina Ikan setelah melalui proses
verifikasi dan evaluasi terhadap rekomendasi UPT KIPM atas penerbitan SCKIB.
Indikator Jumlah unit usaha perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan
biosecurity diukur dengan menghitung jumlah IKI yang telah bersertifikasi SCKIB yang
telah diterbitkan oleh Pusat Karantina Ikan - BKIPM. Realisasi indikator ini sampai
dengan Triwulan IV tahun 2020 mencapai 405 UPI dari target 420 UPI atau sebesar
96,43%. UPI yang bersertifikat SCKIB. Sedangkan sampai dengan bulan Target yang
ditetapkan Jumlah unit usaha perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan
biosecurity pada tahun 2021 adalah 550 Sertifikat. Capaian sampai dengan bulan
September tahun 2021 sebanyak 642 sertifikat atau 116.73%

3. Pengawasan mutu hasil perikanan domestik


Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen
dasar untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Berdasarkan
Undang-Undang tersebut, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan, baik
yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan
makanan dan minuman.
Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan dan pemenuhan konsumsi
pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang. Pemenuhan kecukupan
pangan dan gizi dapat tercermin dari tingkat pencapaian pangan yang disediakan dan
yang dikonsumsi terhadap jumlah pangan dan gizi yang tersedia, mutu maupun
keragamannya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagaimana diamanatkan dalam Inpres
01 Tahun 2017 berkewajiban untuk meningkatkan dan memperluas pelaksanaan
gerakan memasyarakatkan makan ikan pada masyarakat dan mengawasi mutu dan
keamanan hasil perikanan. Untuk Langkah-langkah strategis yang dilakukan untuk
mencapai tujuan dimaksud antara lain melalui optimalisasi ketersediaan ikan sehat
dan aman konsumsi sebagai pangan sehat; Penguatan sistem jaminan mutu dan
keamanan hasil perikanan; Pengendalian mutu di pasar/ sentra produksi ikan sehat;
dan Pengendalian ikan sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Sesuai amanat dalam Inpres 01 Tahun 2017 tersebut, BKIPM melakukan
kegiatan pengawasan terhadap mutu dan keamanan hasil perikanan dari residu dan
bahan berbahaya dalam rangka menjamin ketersediaan ikan yang bermutu dan aman
dikonsumsi oleh masyarakat. Indikator penjaminan mutu hasil perikanan domestic
merupakan gabungan dari 2 (dua) kegiatan, yaitu monitoring Kesegaran Ikan, Residu
dan Bahan Berbahaya serta Pengawasan mutu hasil perikanan Domestik. Monitoring
kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya dilakukan dalam rangka pengendalian
mutu dan keamanan hasil perikanan. Capaian lokasi yang terkendali kesegaran ikan,
residu dan bahan berbahaya hingga akhir tahun 2020 sebanyak 19 lokasi dari yang

64
ditargetkan dalam setahun sebanyak 13 lokasi (capaian 120%). Adapun lokasi yang
telah dilakukan kegiatan tersebut yaitu : PPN Brondong, PPN Ambon, PPS Cilacap,
Perairan Probolinggo, Perairan Tegal Sari, Perairan Denpasar, PPN Prigi, Perairan
Lampung, Perairan Makassar, Perairan Sorong, Perairan Ternate, Perairan Sorong,
TPI Karangsong, PPP Tawang, PPN Palabuhanratu, PPS Bitung, TPI Eretan, TPI
Suranenggala, PPN Pekalongan dan Perairan Tanjung Balai dengan rincian kegiatan
sebagai berikut: a. Pengambilan contoh (ikan) di masing masing lokus; b. Pengujian
contoh, dengan parameter uji: • Organoleptik • Mikrobiologi : Coliform & Escherichia
coli dan Salmonella; • Residu kimia : logam berat Merkuri (Hg), Cadmium (Cd) dan
Plumbun (Pb), Histamin; • Cemaran Marine biotoxin (racun hayati laut) : Ciguatoxin,
ASP, PSP dan DSP. Sedangkan pengawasan mutu hasil perikanan Domestik sebagai
implementasi dari Inpres No. 01 Tahun 2017 terkait dengan penyediaan pangan sehat
bagi masyarakat. Pelaksanaan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan di
sentra distribusi hasil perikanan domestic (modern dan tradisional) pada tahun 2020
dilakukan melalui kegiatan monitoring untuk mendapatkan gambaran jaminan mutu
hasil perikanan di masing-masing kab/kota. Lokasi yang menjadi objek pengendalian
penjaminan mutu hasil perikanan domestik pada tahun 2020 sebanyak 39 lokasi dari
yang ditargetkan dalam setahun sebanyak 34 lokasi atau sebesar 114,71%. Lokasi
kegiatan pengendalian mutu hasil perikanan domestik tersebut yaitu: Kota Jogjakarta,
Kota Balikpapan, Kota Bau –bau , Kota Batam, Kota Surabaya, Kota Palembang, Kota
Tahuna, Kab Mamuju, Kab. Merauke, Kota Banjarbaru, Kota Banda Aceh Kota Palu,
Kota Manado, Kab Sleman, Kab Bnatul, Kab. Kulonprogo, Kota Tarakan, Kota Tanjung
Pinang, Kab. Sidoarjo, Kota Semarang, Kota Merauke, Kab. Bima, Kota Cirebon, Kota
Denpasar, Kab. Sanggau, Kab. Gorontalo Utara, Kota Tangerang, Kota Tangerang
Selatan, Kota Jambi, Kota Makassar, Kota Pekanbaru, Kab. Lombok Timur, Kab.
Nunukan, Kota Medan, Kota Pekanbaru, Kota Gresik, Kota Kupang dan Kab. Deli
Serdang. Kegiatan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Domestik
dalam rangka penerapan Inpres 01 tahun 2017 tentang Masyarakat Hidup Sehat terdiri
dari : a. Inspeksi sarana prasarana, cara pengolahan yang baik (GMP), persyaratan
prosedur operasi sanitasi standar (SSOP) dan penanganan ikan yang baik/ Good
Handling Practices (GHdP) terhadap pasar tradisional dan moderen; b. Pengambilan
contoh dalam rangka pengendalian mutu hasil perikanan dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan untuk masing-masing lokus yang telah ditentukan, dengan jumlah contoh
minimal 5 (lima) atau 10% dari jumlah ikan yang ada di masing-masing lokus. c.
Pengujian contoh dalam rangka pengendalian mutu hasil perikanan sesuai dengan
parameter yang telah ditentukan, yaitu : • Pengujian kesegaran ikan (organoleptik); •
Pengujian mikrobiologi (Total Plate Count, E. coli, Salmonella dan parameter lain
apabila dibutuhkan); • Pengujian kimia (bahan kimia yang kemungkinan sengaja
ditambahkan dan berdampak pada kesehatan, yaitu formalin dan bahan kimia lainnya
yang tidak diperbolehkan untuk pangan). Dengan demikian,realisasi indikator ini Pada
Tahun 2020 sebanyak 58 lokasi dari target 47 lokasi atau mencapai 123,40%.
Sedangkan pada tahun2021 sampai dengan Triwulan III Capaian kegiatan
Penjaminan mutu hasil perikanan domestik pada triwulan III sebanyak 27 lokasi.
Capaian hingga September 2021 sebanyak 67 lokasi.

65
4. Unit Penanganan dan/atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem
traceability
Produk hasil perikanan Indonesia menghadapi berbagai tuntutan dan
tantangan yang semakin kompleks diantaranya; ketatnya persyaratan jaminan mutu
(quality) dan keamanan (safety) pangan, kemampuan telusur (traceability), ramah
lingkungan (environmental friendly) dan keberlanjutan (sustainability). Untuk itu
diperlukan upaya tindakan penguatan penerapan Sistem Jaminan Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan (SJMKHP) mulai dari hulu sampai hilir. Agar traceability
dapat diterapkan secara konsisten, maka semua pihak yang terlibat dalam rantai
suplai dan produksi harus melakukan pencatatan (informasi dan koleksi data) tentang
hal-hal yang telah ditentukan terhadap input produksi atau produk yang dikelolanya.
Sebagai konsekuensi, pemerintah dan industri makanan sangat perhatian
mengenai jaminan mutu dan keamanan pangan, untuk memberikan lebih banyak
informasi mengenai sumber bahan baku, proses pengolahan, dan distribusi produk
makanan dalam rantai suplai dan akhirnya sampai ke konsumen. Dengan mengetahui
asal usul bahan baku atau produk di rantai suplai hasil perikanan, maka harapan
pembeli khususnya industri hasil perikanan atau Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan
konsumen terhadap jaminan bebas penyakit karantina (disease), keamanan pangan
(food safety) akan menjadi semakin transparan dan jelas.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, pada tahun 2019 Pusat Pengendalian
Mutu telah melaksanakan program penerapan traceability pada pelaku industri
perikanan sebanyak 130 UPI. Sementara itu, pada tahun 2020 ditargetkan sebanyak
80 UPT untuk menerapkan sistem traceabilitycapaiannya sebesar 95 atau berkisar
118,75% dari target tahun 2020. Kinerja tersebut tidak terlepas dari upaya BKIPM
untuk menerapkan sistem perbaikanan manajemen ketelusuran secara berkelanjutan
melalui perbaikan atau revisi daftar pemeriksaan (checklist) verifikasi penerapan
sistem ketelusuran UPI, Sehingga pelaksanaan pada tahun 2020 dapat melebihi target
yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukan meningkatnya penerapan sistem traceability
oleh UPI yang mengindikasikan meningkatnya kesadaran UPI dalam mengendalikan
informasi distribusi hasil perikanan dari hulu ke hilir untuk mengantisipasi
permasalahan yang dapat terjadi dari hasil perikanan yang dihasilkannya. Sedangkan
Pada Tahun 2021 Capaian Unit Penanganan dan/atau Pengolahan Ikan (UPI) yang
menerapkan sistem traceability pada triwulan III sebanyak 56 unit dan Capaian hingga
September 2021 sebanyak 181 unit.

5. Supplier yang menerapkan Cara Penanganan Ikan Yang Baik (CPIB)


Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagaimana diamanatkan dalam Inpres
01 Tahun 2017 berkewajiban untuk meningkatkan dan memperluas pelaksanaan
gerakan memasyarakatkan makan ikan pada masyarakat dan mengawasi mutu dan
keamanan hasil perikanan. Langkah-langkah strategis yang dilakukan untuk mencapai
tujuan dimaksud antara lain melalui optimalisasi ketersediaan ikan sehat dan aman
konsumsi sebagai pangan sehat; Penguatan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan; Pengendalian mutu di pasar/ sentra produksi ikan sehat; Penyediaan
sentra kuliner berbasis ikan sehat dan Pengendalian ikan sehat dan aman untuk
dikonsumsi.
Untuk memastikan bahwa suatu unit pengumpul/supplier menerapkan sistem
jaminan mutu dan kemanan hasil perikanan terhadap sanitasi dan higiene
penanganan ikan dengan berdasarkan prinsip-prinsip HACCP sesuai persyaratan
yang telah ditentukan, maka Otoritas Kompeten melakukan pengendalian melalui
kegiatan inspeksi terhadap unit pengumpul/supplier.
Dalam mendukung kegiatan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan dari hulu sampai hilir, maka di tingkat hulu (unit pengumpul/suplier) perlu di

66
lakukan sertifikasi. Sertifikat Kesehatan ini hanya dapat diterbitkan untuk produk
perikanan yang telah memenuhi persyaratan sesuai yang tertuang dalam keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada proses produksi, pengolahan dan
distribusi. Keputusan tersebut didukung dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.52/PERMEN-KP/2018 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Penerbitan Sertifikat Cara Penanganan Ikan Yang Baik di Supplier dan Peraturan
Kepala BKIPM No. 47/PER-BKIPM/2019 tentang Petunjuk Teknis Penerbitan Sertifikat
Cara Penanganan Ikan Yang Baik di Supplier. Peraturan tersebut mengatur tentang
persyaratan dari hulu ke hilir termasuk didalamnya Cara Penanganan Ikan yang Baik
(CPIB) pada unit pengumpul/supplier sebagai bukti komitmen Otoritas Kompeten
dalam rangka pengendalian jaminan mutu dan kemanan hasil perikanan. Dalam kurun
waktu Oktober 2019 sampai dengan Agustus 2020 telah diterbitkan Sertifikat Cara
Penanganan Ikan Yang Baik (CPIB) di Supplier sebanyak 445 (empat ratus empat
puluh lima) sertifikat CPIB di supplier. Sedangkan pada Tahun 2021 Capaian
Penerbitan serrtifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB) Triwulan III sebanyak
54 sertifikat dan capaian hingga Sepember 2021 sebanyak 211 sertifikat CPIB.

6. Pelaku Usaha (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor (sertifikasi HACCP)


Keamanan pangan khususnya hasil perikanan, masalah dan dampak
penyimpangan mutu, serta kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
pengembangan sistem mutu industri pangan merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah, industri dan konsumen, yang saat ini sudah harus memulai
mengantisipasinya dengan implementasi sistem mutu pangan. Karena di era pasar
bebas ini industri pangan Indonesia mau tidak mau sudah harus mampu bersaing
dengan derasnya arus masuk produk industri pangan negara lain yang telah mapan
dalam sistem mutunya. Salah satu sasaran pengembangan di bidang pangan adalah
terjaminnya pangan yang dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan
yang berbahaya bagi kesehatan.
Masih kurangnya tanggung jawab dan kesadaran produsen dan distributor
terhadap keamanan pangan tampak dari penerapan Good Agricultural Practice (GAP)
dan teknologi produksi berwawasan lingkungan yang belum sepenuhnya oleh
produsen primer, penerapan Good Handling Pratice (GHP) dan Good Manufacturing
Pratice (GMP) serta Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang masih jauh
dari standar.
Untuk itu, kesadaran semua pihak untuk meningkatkan manajemen mutu dan
keamanan pangan sangatlah penting. Tidak bisa hanya menyerahkan tanggung jawab
kepada pemerintah atau pihak produsen saja akan tetapi semua pihak termasuk
konsumen punya andil cukup penting dalam meningkatkan sistem manajemen mutu
dan keamanan pangan di Indonesia.
Dewasa ini, kesadaran konsumen pada pangan adalah memberikan perhatian
terhadap nilai gizi dan keamanan pangan yang dikonsumsi. Faktor keamanan pangan
berkaitan dengan tercemar tidaknya pangan oleh cemaran mikrobiologis, logam berat,
dan bahan kimia yang membahayakan kesehatan. Untuk dapat memproduksi pangan
yang bermutu baik dan aman bagi kesehatan, tidak cukup hanya mengandalkan
pengujian akhir di laboratorium saja, tetapi juga diperlukan adanya penerapan sistem
jaminan mutu dan sistem manajemetrn lingkungan, atau penerapan sistem produksi
pangan yang baik (GMP– Good Manufacturing Practices) dan penerapan analisis
bahaya dan titik kendali kritis (HACCP - Hazard Analysis and Critical Control Point).
Indikator ruang lingkup produk yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP
di Unit Pengolahan Ikan diukur dengan menghitung jumlah penerbitan Sertifikat

67
PMMT/ HACCP, baik itu permohonan baru, penambahan ruang lingkup ataupun
perpanjangan yang diterbitkan sampai dengan triwulan berjalan serta verifikasi
terhadap UPI yang telah memiliki Sertifikat PMMT/HACCP untuk menjamin komitmen
dan efektivitas penerapan PMMT/HACCP dalam rangka memenuhi persyaratan
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada kegiatan penanganan
dan/atau pengolahan di UPI.
Pada tahun 2019 Pusat Pengendalian Mutu dan keamanan hasil perikanan
melakukan sertifikasi HACCP sebanyak 3.200 ruang lingkup pada 909 UPI yang
tersebar di seluruh propinsi. Tahun 2020 direncanakan untuk melakukan sertifikasi
sebanyak 1295 ruang lingkup sampai dengan triwulan III teralisasi sebesar 1.339.
Realisasi indikator ini pada Tahun 2020 telah tercapai 3.339 ruang lingkup dari target
1.295 sertifikat atau mencapai 120%. Sedangkan pada Tahun 2021 Capaian Ruang
Lingkup Produk yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP pada triwulan III
sebanyak 730 sertifikat shingga capaian sampai September 2021 sebanyak 2.143
sertifikat

68
III. MASALAH

Sektor kelautan dan perikanan memiliki permasalahan yang kompleks karena


keterkaitannya dengan banyak sektor dan juga sensitif terhadap interaksi terutama dengan
aspek lingkungan. Terdapat berbagai isu pengelolaan perikanan di Indonesia yang berpotensi
mengancam kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan, keberlanjutan mata pencaharian
masyarakat di bidang perikanan, ketahanan pangan, dan pertumbuhan ekonomi yang
bersumber dari pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.

A. PerikananTangkap
1. Belum optimalnya pengelolaan sumber daya ikan secara berkelanjutan dan adanya
degradasi Sumber Daya Ikan (SDI) akibat ekploitasi melebihi batas kemampuan ikan
untuk melakukan regenerasi;
2. Tingkat produktivitas kapal perikanan dan alat penangkapan ikan yang masih perlu
ditingkatkan;
3. Infrastruktur dan konektivitas pelabuhan perikanan serta sarana dan prasara lainnya
yang belum memadai;
4. Belum optimalnya akses nelayan terhadap faktor produksi termasuk permodalan serta
sistem perlindungan yang harus terus dikembangkan;
5. Produktivitas armada penangkapan ikan yang masih belum optimal dan struktur
armada penangkapan ikan masih didominasi skala kecil dan tradisional;
6. Sarana prasarana pendukung di daerah belum seluruhnya memadai seperti
pelabuhan perikanan, balai benih, pertambakan garam, budidaya ikan, dan lain lain;
serta;
7. Pengelolaan sumber daya ikan berbasis Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia (WPPNRI), termasuk optimalisasi kelembagaan WPPNRI; dan
8. Akses permodalan untuk peningkatan skala usaha.

B. Perikanan Budidaya
1. Terbatasnya ketersediaan dan distribusi induk dan benih unggul dan bermutu, harga
pakan yang masih mahal mengakibatkan biaya produksi tidak efisien, penyakit,
kapasitas sumber daya manusia, kondisi infrastruktur yang belum memadai dan
terbatas untuk mendukung usaha perikanan budidaya yaitu antara lain balai benih
ikan, saluran irigasi, listrik, jalan produksi, laboratorium kesehatan ikan, laboratorium
kultur jaringan. Permasalahan lain yang menghambat pengembangan perikanan
budidaya secara berkelanjutan adalah terjadinya asimetrik regulasi yang bersifat
intrasektoral dan intersektoral, persyaratan perizinan yang sangat kompleks,
kelembagaan pembudi daya ikan masih belum bankable, dan keterbatasan akses
permodalan;
2. Kegiatan usaha budidaya ikan di indonesia masih didominasi oleh pembudidaya skala
kecil, teknologi tradisional, produktivitas yang rendah, penurunan daya dukung
perairan dan lingkungan, dampak perubahan iklim, nilai tambah yang masih relatif
kecil, serta pemanfaatan lahan yang belum optimal, dan biaya produksi yang tinggi;
3. Penerapan good aquaculture practices masih belum dilaksanakan secara optimal
dalam pelaksanaan kegiatan perikanan budidaya;
4. Sarana prasarana pendukung di daerah belum seluruhnya memadai seperti, balai
benih, budidaya ikan, dan lain lain;
5. Akses permodalan untuk peningkatan skala usaha; dan
6. Program dan kegiatan dalam pembangunan perikanan budidaya yang telah
dilaksanakan membutuhkan tenaga pendamping lapangan, dan sebagian diantaranya
belum mencapai hasil yang diharapkan, diantara kendala dan permasalahannya
berkaitan dengan pembinaan teknis dan manajemen serta pendampingan usaha
untuk dapat mengkases sumber teknologi dan lembaga pembiayaan. Serta diperlukan

69
juga pendampingan dan bimbingan teknis supaya pembudidaya dan pelaku usaha
mentaati tata kelola perikanan budidaya yang bertanggung jawab.

C. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan


1. Sektor hilir perikanan memiliki beberapa tantangan untuk menjawab permintaan global
yang dinamis serta persaingan pasar yang semakin ketat. Apabila diuraikan,
tantangan dimaksud dapat diidentifikasi menjadi enam tantangan, yaitu:
a. Tantangan investasi sektor kelautan dan perikanan
b. Tantangan pembiayaan usaha kelautan dan perikanan untuk mendapatkan akses
pada kredit program
c. Tantangan distribusi produk dan manajemen sistem logistik ikan
d. Tantangan peningkatan volume produk olahan hasil perikanan yang berdaya saing
e. Tantangan peningkatan angka konsumsi ikan nasional
f. Tantangan peningkatan nilai ekspor hasil perikanan
2. Investasi pada sektor kelautan dan perikanan terbuka luas bagi penanam modal asing
dan dalam negeri. Pemerintah telah memberikan insentif yang besar bagi kemudahan
berusaha melalui UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja serta PP 5 tahun 2021 tentang
Kemudahan Berusaha melalui Perizinan Berusaha Berbasis Risiko yang telah
memberikan ruang yang besar bagi kemudahan berusaha di Indonesia;
3. Pembiayaan usaha kelautan dan perikanan sangat diperlukan untuk meningkatkan
skala ekonomi produksi hasil perikanan. Namun demikian, hambatan yang ada adalah
akses terhadap permodalan tersebut, salah satunya terkait dengan collateral. Peluang
pendanaan usaha bisa diakses melalui program Kredit Usaha Rakyat yang
memberikan keringanan bagi UMKM untuk memperoleh permodalan;
4. Indonesia adalah negara kepulauan sehingga distribusi produk hasil perikanan dari
satu wilayah ke wilayah lain memiliki hambatan yang tinggi dalam hal biaya. Kendala
utama adalah ketersediaan jasa angkut ikan murah yang tersedia sepanjang tahun.
Selain itu, fasilitas penyimpanan ikan yang kurang memadai jumlahnya apabila
dibandingkan dengan jumlah ikan yang didaratkan dapat secara signifikan
menurunkan mutu dan harga ikan, dilain pihak pemanfaatan sarana penyimpanan
mewajibkan pengelola untuk memiliki pengetahuan yang memadai serta modal yang
cukup;
5. Unit pengolahan ikan nasional didominasi oleh skala UMKM sebesar hampir 98 %.
Sehingga memiliki tantangan yang besar untuk meningkatkan volume produksinya
tanpa didukung oleh faktor modal, teknologi, dan faktor produksi lainnya yang
memadai;

6. Stunting masih menjadi momok utama dalam pengembangan sumber daya manusia.
Salah satu upaya pemerintah untuk menekan permasalahan tersebuta dalah melalui
peningkatan gizi masyarakat dengan mengkonsumsi ikan yang sejalan dengan
program Gemarikan yang dilaksanakan secara merata di 34 Provinsi;
7. Pasar ekspor memiliki tantangan tertinggi dimana produk perikanan yang dihasilkan
harus memahami perubahan keinginan pasar yang sangat dinamis serta persyaratan
ekspor yang menjadi hambatan semakin ketat; dan
8. Implementasi ketertelusuran ikan melalui aplikasi STELINA yang memerlukan
sosialisasi/pengenalan kepada pengolah dan pemasar secara luas.

D. Pengelolaan Ruang Laut


1. Degradasi ekosistem, perubahan iklim, dan cuaca ekstrim;
2. Harmonisasi ruang laut dan ruang darat untuk penguatan melalui penyelarasan
Rencana Tata Ruang (RTR) menurut klasifikasinya dengan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K), Rencana Zonasi Kawasan Strategis
Nasional (RZ KSN), Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu (RZ
KSNT), Rencana Zonasi Kawasan Antarwilayah (RZ KAW), dan Rencana Tata Ruang
Laut (RTRL);

70
3. Akselerasi pengendalian pemanfaatan ruang laut dan pulau-pulau kecil serta perairan
di sekitarnya; dan
4. Terkait dengan permasalahan garam, selama ini kebutuhan nasional garam dalam
negeri banyak dipenuhi dari impor. Sebagai negara yang memiliki panjang pantai
nomor dua di dunia, sudah seharusnya kebutuhan nasional garam dapat dipenuhi dari
produksi dalam negeri. Saat ini produksi garam nasional masih belum dapat
memenuhi kebutuhan dalam negeri baik secara kuantitas maupun kualitas, yang
antara lain dikarenakan usaha pergaraman masih tradisional, infrastruktur yang minim,
dan tata niaga garam yang belum mendukung.

E. Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan


1. Belum optimalnya peran POKMASWAS dalam mendukung pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan;
2. Masih maraknya destructive fishing dan kurangnya pemahaman nelayan terhadap
bahaya destructive fishing; dan
3. Masih maraknya penangkapan ikan dilindungi dan kurangnya pemahaman nelayan
terhadap jenis ikan yang dilindungi.

F. Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan


1. Pengetahuan pelaku utama/usaha perikanan terhadap akses permodalan masih
rendah;
2. Pengetahuan pelaku utama/usaha perikanan terhadap akses pasar masih rendah;
3. Pengetahuan pelaku utama/usaha perikanan terhadap akses teknologi inovatif dan
terekomendasi masih rendah;
4. Rendahnya pemahaman pelaku utama/usaha perikanan mengenai tata kelola
administrasi kelompok dalam pengembangan usaha kelompok;
5. Jumlah kelompok pelaku utama/usaha perikanan yang mandiri masih rendah;
6. Pemahaman pelaku utama/usaha perikanan terhadap pentingnya pendirian koperasi
masih rendah;
7. Materi pelatihan belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat
perikanan; dan
8. Salah satu permasalahan yang dihadapi Penyuluh Perikanan pada saat ini adalah
sulitnya melaksanakan penilaian kelas kemampuan kelompok. Hal ini dikarenakan
adanya pandemi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan pertemuan dalam
skala banyak orang, sulitnya mengumpulkan anggota kelompok dalam satu waktu,
dan membutuhkan anggaran.

G. Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan


1. Belum optimalnya penerapan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan hulu hilir
(kapal, tambak, supplier, dan unit pengolah ikan); dan
2. Masih kurangnya sarana dan prasarana inspeksi dan laboratorium pengujian, sarana
layanan dan pengawasan di sentra-sentra produksi, serta di pintu-pintu pos lintas batas
negara dan di bandara/pelabuhan baru.

71
IV. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan kegiatan untuk pemecahan masalah


penyuluhan perikanan untuk tahun 2022 sebagai berkut:
A. PerikananTangkap
1. Peningkatan produktifitas penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap
ramah lingkungan;
2. Optimalisasi pengelolaan sumber daya ikan dan pengendalian penangkapan ikan
dalam mendukung keberlanjutan sumber daya ikan;
3. Peningkatan fasilitasi semua nelayan kecil untuk mendapatkan perlindungan asuransi;
4. Peningkatan jumlah lahan milik nelayan yang tersertifikasi;
5. Peningkatan kemampuan KUB agar lebih berdaya saing;
6. Peningkatan jumlah pemukiman nelayan yang layak huni; dan
7. Peningkatan kepatuhan nelayan dan pengusaha perikanan tangkap terhadap regulasi
kebijakan tentang perikanan tangkap.

B. Perikanan Budidaya
1. Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya dengan peningkatan produktivitas usaha
melalui pendampingan pembudidaya dan pelaku usaha untuk perbaikan teknologi,
penggunaan benih unggul, pakan bermutu, obat ikan dan bahan kimia yang sesuai
ketentuan serta manajemen usaha yang efisien dan efektif;
2. Memastikan Bantuan Pemerintah yang diberikan tepat sasaran dan mendorong
pemanfaatan secara tepat guna, sehingga dapat meningkatkan produksi,
produktivitas usaha dan meningkatkan taraf hidup pembudidaya ikan;
3. Melalukan pembinaan untuk pemanfaatan ruang sesuai peruntukkan serta penataan
Kawasan Perikanan Budidaya dengan penetapan peraturan tata ruang (RZWP3K
dan RTRW);
4. Pembangunan dan peningkatan infrastruktur perikanan budidaya yang memadai
melalui saluran irigasi, jalan produksi dan wadah budidaya;
5. Peningkatan Sarana dan Prasarana Produksi Pakan Mandiri untuk masyarakat;
6. Peningkatan pemanfaatan dan penyediaan pakan alami sebagai alternatif pakan
buatan;
7. Peningkatan akses permodalan dan perlindungan usaha perikanan budidaya skala
kecil;
8. Pengembangan asuransi mandiri perikanan budidaya;
9. Peningkatan akses teknologi perikanan budidaya untuk masyarakat;
10. Mengoptimalkan digitalisasi untuk usaha perikanan budidaya; dan
11. Penataan mekanisme pendataan perikanan budidaya sehingga dapat menjangkau
semua sentra perikanan budidaya.

C. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan


1. Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan yang layak dan memenuhi standar;
2. Diterapkannya Good Manufacturing Practices (GM) dan Sanitation Standard
Operational Procedures oleh Unit Pengolah Ikan;
3. Terlaksananya proses penanganan dan pengolahan ikan secara higienis;
4. Tersedianya jaminan mutu dan keamanan pada produk perikanan yang diproduksi,
diimpor, dan diedarkan di wilayah Republik Indonesia;
5. Terlaksananya pembekalan persyaratan dan tata cara penerbitan GMP/SKP serta
prosedur Aplikasi SKP Online;
6. Meningkatnya pengetahuan manajemen usaha dan pengelolaan keuangan;
7. Meningkatknya nilai ekspor hasil perikanan;
8. Meningkatnya pengetahuan terhadap kandungan gizi dan manfaat makan ikan
sehingga mendorong peningkatan konsumsi ikan masyarakat;

72
9. Mendorong peningkatkan asupan gizi masyarakat yang bersumber dari ikan dalam
rangka mendukung penurunan angka stunting;
10. Meningkatnya nilai tambah, diversifikasi dan daya saing produk perikanan;
11. Meningkatnya Kesejahteraan Pengolah Hasil Perikanan;
12. Menciptakan wirausaha baru yang mandiri di bidang kelautan dan perikanan;
13. Meningkatnya pembiayaan usaha KP melalui kredit program;
14. Tersalurkannya Bantuan Pemerintah tepat sasaran dan dimanfaatkan dengan baik;
15. Meningkatnya kapasitas kelembagaan Poklahsar menjadi Koperasi;
16. Penguatan sistem pendataan lingkup Ditjen PDSPKP;
17. Meningatnya pengetahuan dan kemampuan pengolah ikan dalam melakukan
diversifikasi produk dan kemasan serta memperoleh peta data ragam serta data
UPHPN;
18. Tersedianya peta data nilai tambah produk;
19. Tersedianya capaian volume produk olahan yang dihasilkan UPI skala mikro Kecil
sebagai bahan pengambilan kebijakan;
20. Tefasilitasinya UMKM pelaku pemasar ikan dalam mengakses dan memasarkan
produk KP secara online melalui start up dan market place;
21. Terfasilitasinya UMKM pelaku pemasar ikan dalam mengakses promosi secara
online melalui #Pasarlautindonesia, #BanggaBuatanIndonesia;
22. Terfasilitasinya pedagang pasar ikan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
cara penanganan ikan yang baik dan cara berjualan ikan yang baik;
23. Terfasilitasinya pengelola pasar ikan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
cara pengelolaan pasar ikan yang baik;
24. Meningkatnya pertisipasi UMKM pelaku usaha pemasaran untuk mengurus perijinan
berusaha pada aplikasi OSS RBA; dan
25. Memperkenalkan Aplikasi STELINA kepada Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan.

D. Pengelolaan Ruang Laut


1. Peningkatan penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-
pulau kecil secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat melalui mekanisme
perizinan;
2. Peningkatan fasilitas sarana dan prasarana perikanan dalam pengembangan usaha
perikanan di wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil serta dalam pengembangan
usaha perikanan untuk masyarakat pesisir;
3. Penyediaan data produksi garam yang menjadi acuan nasional;
4. Peningkatan produktivitas lahan dan tercapainya target produksi garam rakyat;
5. Penghitungan Indeks Diterima dan Indeks Berbayar, sebagai indikator tingkat
kesejahteraan Petambak Garam;
6. Peningkatan pemahaman kesadaran masyarakat terkait dengan kelestarian
sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
7. Peningkatan pendampingan dan kapasitas SDM masyarakat penerima bantuan
pemerintah dan/atau calon penerima bantuan pemerintah dalam upaya mendukung
kegiatan ekonomi masyarakat dan pengawasan konservasi.

E. Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan


1. Meningkatkan peranan kelompok masyarakat pengawas dalam membantu
pengawasan SDKP;
2. Meningkatkan pemahaman kepada masyarakat dan nelayan akan bahaya destructive
fishing yang merusak sumber daya ikan dan lingkungannya; dan
3. Meningkatkan pemahaman kepada masyarakat dan nelayan akan jenis ikan yang
dilindungi.

73
F. Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan
1. Melakukan penyuluhan dan pendampingan pelaku utama dan atau pelaku usaha KP
sebanyak 41.000 kelompok;
2. Meningkatkan kelas kelompok pelaku utama dan taua usaha KP sebanyak 1.500
kelompok;
3. Menumbuhkan kelompok pelaku utama dan atau pelaku usaha KP sebanyak 2.000
kelompok;
4. Melakukan percontohan penyuluhan KP sejumlah 9 paket;
5. Melakukan penumbuhan desa inovasi yang menerapkan Iptek di 5 lokasi;dan
6. Melaksanakan pelatihan masyarakat sejumlah 25.000 orang;

G. Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan


1. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penyebaran jenis ikan yang dilarang
dan bersifat invasive;
2. Meningkatnya jumlah Unit usaha perikanan yang memenuhi standar dalam penerapan
Biosecurity (Cara Karantina yang baik);
3. Meningkatnya pelaku usaha perikanan dalam pengendalian kualitas mutu hasil
perikanan untuk konsumsi domestik (pasar, centra perikanan dll);
4. Meningkatnya jumlah Unit Penanganan dan/atau Pengolahan Ikan yang menerapkan
sistem traceability;
5. Meningkatnya jumlah Supplier yang menerapkan Cara Penanganan Ikan Yang Baik
(CPIB) ; dan
6. Meningkatnya jumlah Pelaku Usaha (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor
(sertifikasi HACCP.

74
BAB V. CARA MENCAPAI TUJUAN

A. Perikanan Tangkap
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Masih terdapat Pendampingan Identifikasi Memastikan Bantuan Nelayan Survei dan 75 Unit 23 Provinsi Januari- Dit. Kapal DJPT Dinas yang
bantuan calon penerima Bantuan Pemerintah yang diberikan pendamping Kapal Aceh, Banten, Jawa Desemb API dan membidangi
pemerintah yang Pemerintah dan pasca tepat sasaran dan an perikanan Barat, Jawa Tengah, er 2022 Penyuluh Perikanan
belum mendapatkan Bantuan mendorong pemanfaatan Jawa Timur, Kalimantan Perikanan
dimanfaatkan Pemerintah (sosialisasi, secara tepat guna, Barat, Kalimantan
secara optimal pemetaan kebutuhan sehingga dapat Timur, Lampung,
nelayan, pendampingan meningkatkan taraf hidup Maluku Utara, Maluku,
proses pengusulan bantuan, nelayan NTB, NTT, Papua,
pendampingan proses Sulawesi Barat,
BAST) Sulawesi Selatan,
Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Riau,
Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, Kep. Riau,
Papua Barat
1.000 paket 23 Provinsi: Januari- Dit. Kapal DJPT Dinas yang
Alat Aceh, Bali, Banten, Desemb API dan membidangi
Penangkapa Jawa Barat, Jawa er 2022 Penyuluh Perikanan
n Ikan Tengah, Jawa Timur, Perikanan
Kalimantan Barat, NTB,
Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur,
Lampung, Maluku,
Maluku Utara, NTT,
Sulawesi Selatan,
Papua, Riau, Sulawesi
Barat, Sulawesi
Tenggara, Sumatera
Barat, Sumatera
Selatan, Bangka
Belitung, Sulawesi
Tengah

75
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sosialisasi pembangunan Operasionalnya TPI pada Nelayan Pertemuan 2 lokasi 2 Provinsi Januari- Dit. DJPT Dinas yang
TPI pada Perikanan perikanan perairan darat Kelompok Lampung dan Sulawesi Desemb Pengelolaan membidangi
Perairan Darat dan Selatan er 2022 Sumberdaya Perikanan
Kunjungan Ikan dan
Penyuluh
Perikanan
Prasarana pemulihan Menjaga keberlanjutan Nelayan Pertemuan 10 unit 5 Provinsi Januari- Dit. DJPT Dinas yang
sumber daya ikan pemanfaatan sumber daya Kelompok Lampung, Jawa Desemb Pengelolaan membidangi
berkelanjutan yang ikan dan Tengah,Maluku, Maluku er 2022 Sumberdaya Perikanan
dibangun Kunjungan Utara, dan Papua Barat Ikan dan
Penyuluh
Perikanan
Sosialisasi pengembangan Terpusatnya kegiatan Nelayan Pertemuan 49 lokasi PP Barelang, PP Januari- Dit, DJPT Dinas yang
pelabuhan perikanan nelayan di pelabuhan Kelompok Sorong, PP Poumako, Desemb Kepelabuha membidangi
perikanan dan PP Benjina, PP Tegal er 2022 nan Perikanan
Kunjungan sari, PP Selili, PP Perikanan
Donggala, PP Idi, PP dan
Krueng Mane, PP Kuala penyuluh
Tari, PP Labuhan Haji, perikanan
PP Lampulo, PP
Peudada, PP Pusong,
PP Ujung Serangga, PP
Air Bangih, PP Carocok
( Tarusan ), PP Muara
Anai, PP Sikakap, PP
Tiku, PP Pulau Tello, PP
Tanjung Balai Asahan,
PP Muara Angke, PP
Pulau Baai, PP Eretan
Wetan, PP Karangsong,
PP Bajomulyo, PP
Klidang Lor, PP Tasik
Agung, PP Tegalsari,
PP Muncar, PP
Mayangan, PP
Tamperan, PP
Pondodadap, PPP
Sungai Rengas, PP
Tarempa, PP Telaga
Punggur, PP Kema, PP
Tumumpa, PP Lappa,
PP Dobo, PP Bacan, PP
Dufa-Dufa, PP Goto, PP

76
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tobelo, PP Tenau
Kupang, PP Sape, PP
Klademak, PP
Sanggeng
2 Kondisi kampung Penataan Kampung Nelayan Terciptanya Pencaha Pendamping 10 lokasi 7 provinsi dan 10 Januari- Dit. DJPT Dinas yang
nelayan pada Maju yang Terintegrasi kawasan/lingkungan rian an Kab/Kota: Desemb Perizinan membidangi
umumnya tidak kampung nelayan yang kepala Kab. Malang (Desa er 2022 dan Perikanan
higienis, kumuh bersih, sehat dan nyaman keluarga Tambak Rejo, Kenelayana
dan tidak sehat serta meningkatkan > 60% Kecamatan Sumber n dan
dan perlu kualitas hidup masyarakat, nelayan Manjing Wetan) Jawa Penyuluh
dilakukan khususnya nelayan Lokasi Timur, Probolinggo Perikanan
penataan prioritas (Jawa Timur),
(aspirasi Banyuasin (Sumatera
, TL Selatan), Bandar
kunker, Lampung (Lampung),
dll) Lampung Selatan
Dekat (Lampung), Karawang
dengan (Jawa Barat), Garut
sentra (Jawa Barat), Jember
nelayan/ (Jawa Tengah),
Pelabuh Bantaeng (Sulawesi
an Selatan), Kapuas Hulu
Perikana (Kalimantan Barat)
n
Dukung
an kuat
Pemda
Fasilitasi kerjasama - Untuk meningkatkan Kampun Pendamping 40 Lokasi 13 Provinsi: Aceh, Januari- Dit. DJPT Dinas yang
penataan kampung nelayan kemampuan usaha kecil g an Bengkulu, Lampung, Desemb Perizinan membidangi
dengan mitra melalui dana agar menjadi tangguh dan Nelayan Jawa Barat, Banten, er 2022 dan Perikanan
CSR/PKBL mandiri melalui Jawa Tengah, Kenelayana
pemanfaatan dana dari Kalimantan Timur, n dan
bagian laba BUMN Kalimantan Utara, Penyuluh
- Untuk membentuk calon Sulawesi Utara, Perikanan
Mitra Binaan baru dan Sulawesi Tengah,
pemberdayaan kondisi Sulawesi Tenggara,
sosial masyarakat oleh Papua, Papua Barat
BUMN melalui
pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN

77
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3 Masih terbatasnya Pendampingan Identifikasi Memastikan tepatnya Nelayan Survei, 7.500 CPCL 21 Provinsi dan 143 Januari- Dit. DJPT Dinas yang
jumlah bidang calon penerima Sertifikat Calon Penerima Calon Pertemuan Kab/Kota Desemb Perizinan membidangi
tanah milik Hak Atas Tanah (SEHAT) Lokasi (CPCL) bantuan Kelompok er 2022 dan Perikanan
nelayan yang Nelayan Sertifikat Hak Atas Tanah dan Kenelayana
tersertifikasi (SEHAT) Nelayan Kunjungan n dan
Penyuluh
Perikanan
4 Pemanfaatan Fasilitasi pendanaan Meningkatnya nelayan/ Pertemuan 1.500 22 pelabuhan perikanan Januari- Dit. DJPT Dinas yang
akses permodalan nelayan pembiayaan usaha KP KUB/kop Kelompok Nelayan UPT Pusat Desemb Perizinan membidangi
dan Bantuan melalui kredit program erasi dan er 2022 dan Perikanan
peralatan yang Kunjungan Kenelayana
belum optimal bagi n dan
para pelaku usaha Penyuluh
kelautan dan Perikanan
perikanan
5 Masih terbatasnya Peningkatan Kapasitas KUB yang meningkat KUB Pendamping 2.500 34 Provinsi Januari- Dit. DJPT Dinas yang
jumlah KUB yang Kelompok Usaha Bersama kapasitas an kelompok Desemb Perizinan membidangi
meningkat Nelayan kelembagaannya menjadi er 2022 dan Perikanan
kapasitasnya Koperasi Kenelayana
n dan
Penyuluh
Perikanan
Kelembagaan usaha Menggabungnya koperasi- Nelayan Pertemuan 1 kelompok Subang-Jawa Barat Januari- Dit. DJPT Dinas yang
nelayan yang dikembangkan koperasi kecil dalam satu Kelompok Desemb Perizinan membidangi
sebagai korporasi nelayan wadah koorporasi nelayan dan er 2022 dan Perikanan
Kunjungan Kenelayana
n dan
Penyuluh
Perikanan
6 Ketergantungan Pengembangan dan Memberdayakan keluarga Keluarg Penyuluhan 2.000 RTP 34 Provinsi Januari- Dit. DJPT Dinas yang
keluarga nelayan Diversifikasi Usaha Keluarga nelayan dengan kegiatan a akses iptek Desemb Perizinan membidangi
pada penghasilan Nelayan pengembangan dan Nelayan terkait er 2022 dan Perikanan
nelayan, penganekaragaman usaha (Istri, diversifikasi Kenelayana
sementara untuk meningkatkan nilai Anak) usaha n dan
nelayan tidak tambah usaha sebagai Penyuluh
dapat melaut upaya menghindari Perikanan
sepanjang tahun ketergantungan pada
(tergantung ketunggalan usaha
cuaca)

78
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
7 Pembangunan Pendampingan Sentra Terpusatnya kegiatan Nelayan Pertemuan 12 lokasi Kab. Merauke, Kab. Januari- Ditjen DJPT Dinas yang
kelautan dan Kelautan dan Perikanan nelayan di sentra kelautan Kelompok Kepulauan Tanimbar, Desemb Perikanan membidangi
perikanan belum Terpadu dan perikanan dan Kab. Nunukan, Kab. er 2022 Tangkap Perikanan
merata Kunjungan Natuna, Kota Sabang, dan
Kab. Rote Ndao, Kab. Penyuluh
Biak, Kab. Mimika, Kab. Perikanan
Kep. Mentawai, Kab.
Maluku Barat Daya,
Kab. Pulau Morotai,
Kab. Kep. Talaud.
8 Kurangnya Pendampingan Tersosialisasikannya Nelayan Pertemuan 11 WPP 11 Pelabuhan Perikanan Januari- Dit. DJPT Dinas yang
pemahaman dan Operasionalisasi Lembaga Lembaga Pengelola Kelompok UPT Pusat: PPS Desemb Pengelolaan membidangi
kepatuhan Pengelola Perikanan Perikanan WPPNRI dan Belawan, PPS Bungus, er 2022 Sumberdaya Perikanan
nelayan dan WPPNRI Kunjungan PPS Cilacap, PPN Ikan dan
pemangku Pemangkat, PPS Nizam Penyuluh
kepentingan Zachman, PP Untia, Perikanan
terhadap regulasi PPS Kendari, PPN
kebijakan tentang Ambon, PPS Bitung,
perikanan tangkap PPN Ternate dan PPN
(alat tangkap Tual
ramah lingkungan, Penyampaian kewajiban Mendorong Jumlah Kapal Nelayan Pertemuan 15.000 UPT Daerah dan 22 Januari- Penyuluh DJPT Dinas yang
BBM untuk pengisian logbook yang menerapkan logbook Kelompok laporan UPT Pusat Desemb Perikanan, membidangi
nelayan, penangkapan ikan dan er 2022 Syahbandar, Perikanan
permodalan, Kunjungan Petugas
illegal fishing, logbook
batas wilayah
penangkapan/WP
P, perizinan, dan
transhipment)
9 Tingkat risiko yang Pendampingan Penyaluran Memastikan tepatnya Nelayan Pendamping 120.000 34 Provinsi dan 386 Januari- Penyuluh DJPT Dinas yang
tinggi dalam Bantuan Premi Asuransi penerima bantuan an, orang Kab/Kota Desemb Perikanan membidangi
kegiatan usaha Nelayan asuransi nelayan dan pertemuan er 2022 Perikanan
penangkapan ikan nelayan terlindungi Kelompok
dan mayoritas dan
nelayan belum Kunjungan
terlindungi dengan Pendampingan Asuransi Penguatan perlindungan Nelayan Pendamping 16.000 34 Provinsi dan 386 Januari- Penyuluh DJPT Dinas yang
asuransi Nelayan mandiri dan jaminan hari tua an, orang Kab/Kota Desemb Perikanan membidangi
nelayan pertemuan er 2022 Perikanan
Kelompok
dan
Kunjungan

79
B. Perikanan Budidaya
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Terdapat potensi Pendampingan dalam Memastikan Bantuan Pembudi Survei dan Provinsi Aceh, Prov.
Bantuan proses identifikasi, verifikasi, Pemerintah yang diberikan daya pendamping Sumatera Selatan ,
Pemerintah yang penyaluran, dan tepat sasaran dan ikan an Provinsi Riau, Provinsi
kurang tepat pemanfaatan bantuan mendorong pemanfaatan Serang, Provinsi
sasaran dan pemerintah DJPB ke secara tepat guna, Sumatera Barat,
kurang pembudidaya sehingga dapat Provinsi Sumatera
termanfaatkan meningkatkan produksi Utara, Provinsi
dan taraf hidup Lampung, Provinsi Jawa
pembudidaya ikan Barat, Provinsi Jawa
UPT DJPB
Tengah, Provinsi Januari- Dinas yang
319 Unit dan DJP
Yogyakarta, Provinsi Desemb membidangi
Bioflok Penyuluh B
Jawa Timur, Provinsi er 2022 Perikanan
Perikanan
Kalimantan Barat,
Provinsi Kalimantan
Tengah, Provinsi Bali,
Provinsi NTB, Provinsi
NTT, Prov. Sulawesi
Tenggara, Prov.
Sulawesi Selatan, Prov.
Sulawesi Barat, Prov.
Papua
Provinsi Aceh, Provinsi
Sumatera Utara,
Provinsi Riau, Provinsi
Sumatera Barat,
Provinsi Sumatera
301 Unit UPT DJPB
Selatan, Provinsi Jambi, Januari- Dinas yang
Mesin dan dan DJP
Provinsi Bangka Desemb membidangi
Bahan Baku Penyuluh B
Belitung, Provinsi er 2022 Perikanan
Pakan Perikanan
Bengkulu, Provinsi
Lampung, Provinsi Jawa
Barat, Provinsi Jawa
Timur, Provinsi Jawa
Tengah, Provinsi Bali
Prov. Jawa Tengah,
Prov. Jawa Timur, Prov.
Kep Riau, Prov. UPT DJPB
150 Unit Januari- Dinas yang
Lampung, Prov. Banten, dan DJP
Kebun bibit Desemb membidangi
Prov. Sulawesi Selatan, Penyuluh B
rumput laut er 2022 Perikanan
Prov. Kalimantan Utara, Perikanan
Prov. Bali, Prov. NTB,
Prov. Sulawesi

80
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tenggara, Prov. Maluku,
Prov. Papua-Pabar
Provinsi Aceh, Prov.
Sumatera Selatan,
Provinsi Riau, Prov.
Kep. Bangka Belitung,
Provinsi Lampung,
Provinsi Jawa Timur,
Prov. Kalimantan UTara,
Prov., Kalimantan Timur,
35 Unit UPT DJPB
Provinsi NTB, Prov. Januari- Dinas yang
Exavator dan DJP
Sulawesi Tengah, Desemb membidangi
dan 1 Unit Penyuluh B
Provinsi Jawa Barat, er 2022 Perikanan
Dredger Perikanan
Provinsi Jawa Tengah,
Provinsi Bengkulu,
Prov. Sulawesi
Tenggara, Prov.
Sulawesi Selatan, Prov.
Sulawesi Barat, Prov.
Sulawesi Tengah, Prov.
Gorontalo
Aceh, Kalbar, Kaltara, UPT DJPB
Januari- Dinas yang
65 Unit Gorontalo, Sulteng, dan DJP
Desemb membidangi
PITAP NTB, Kalsel, Sulbar, Penyuluh B
er 2022 Perikanan
Sulsel, Sultra Perikanan

Provinsi Aceh,
3.000 Unit
Lampung, Kalimantan UPT DJPB
Sarana Januari- Dinas yang
Selatan, Kalimantan dan DJP
Revitalisasi Desemb membidangi
Timur, Sulawesi Penyuluh B
Tambak er 2022 Perikanan
Selatan, Sulawesi Perikanan
(Kincir)
Tenggara, NTB
2 Unit
UPT DJPB
Sarpras Provinsi Kalimantan Januari- Dinas yang
dan DJP
Budidaya Barat, Provinsi Jawa Desemb membidangi
Penyuluh B
Komoditas Tengah er 2022 Perikanan
Perikanan
Lokal
UPT DJPB
Januari- Dinas yang
151 Juta dan DJP
34 Provinsi Desemb membidangi
Ekor Benih Penyuluh B
er 2022 Perikanan
Perikanan

81
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

UPT DJPB
Januari- Dinas yang
100.000 dan DJP
34 Provinsi Desemb membidangi
Ekor Induk Penyuluh B
er 2022 Perikanan
Perikanan

10 Unit
Bantuan UPT DJPB
Provinsi Lampung, Bali, Januari- Dinas yang
sarana dan dan DJP
NTT, Sulawesi Barat, Desemb membidangi
prasarana Penyuluh B
Maluku dan Papua er 2022 Perikanan
pembenihan Perikanan
UPR/HSRT

Dit.
Banyak lahan Kawasan
Meningkatkan produksi,
tambak yang tidak Pendampingan Pembudi Survei dan Januari- dan Dinas yang
produktivitas dan DJP
produktif (idle), Pembangunan Budidaya daya pendamping 1 lokasi Provinsi Jawa Tengah Desemb Kesehatan membidangi
kesejahteraan B
kawasan Udang Berbasis Kawasan ikan an er 2022 Ikan dan Perikanan
pembudidaya ikan
pertambakan Penyuluh
2 belum ditata Perikanan
sehingga
produktivitas Pendampingan Provinsi Sumatera
Meningkatkan produksi DJPB, UPT
rendah dan Pembangunan Kampung- Pembudi Survei dan Barat, Sumatera Januari- Dinas yang
pembudidaya ikan, dan DJP
berpotensi tidak kampung Perikanan daya pendamping 6 lokasi Selatan, Jawa Tengah, Desemb membidangi
pengembangan kampung Penyuluh B
berkelanjutan Budidaya Berbasis Kearifan ikan an Jawa Timur, NTT dan er 2022 Perikanan
budidaya Perikanan
Lokal NTB

Pemahaman
Transfer teknologi Meningkatkan minat Penyebaran UPT DJPB
masyarakat Masyara Januari- Dinas yang
pembudidayaan ikan ke masyarakat untuk booklet, dan DJP
3 terhadap teknologi kat 34 34 provinsi Desemb membidangi
masyarakat, termasuk melakukan kegiatan usaha folder, dan Penyuluh B
budidaya ikan umum er 2022 Perikanan
publikasi contoh sukses pembudidayaan ikan video Perikanan
masih rendah
usaha budidaya
Pengetahuan Pembudi
Meningkatnya
manajemen usaha Peningkatan pengetahuan da ikan Januari- Dinas yang
pengetahuan manajemen Pertemuan Penyuluh DJP
4 dan pengelolaan manajemen usaha dan skala 34 34 provinsi Desemb membidangi
usaha dan pengelolaan kelompok Perikanan B
keuangan masih pengelolaan keuangan mikro er 2022 Perikanan
keuangan
rendah dan kecil

Masih terbatasnya Pokdakan yang meningkat


Januari- Dinas yang
jumlah Pokdakan Peningkatan Kapasitas kapasitas Pokdaka Pendamping Penyuluh DJP
5 34 34 Provinsi Desemb membidangi
yang meningkat Pokdakan kelembagaannya menjadi n an Perikanan B
er 2022 Perikanan
kapasitasnya Koperasi

82
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Dit.
Masih terbatasnya Kawasan
Memastikan tepatnya Pembudi Pertemuan
jumlah bidang Pendampingan Identifikasi Januari- dan Dinas yang
Calon Penerima Calon daya Kelompok 5.000 DJP
6 lahan milik calon penerima sertifikasi 34 Provinsi Desemb Kesehatan membidangi
Lokasi (CPCL) sertifikasi Ikan dan bidang B
pembudidaya ikan lahan budidaya er 2022 Ikan dan Perikanan
lahan budidaya Kecil Kunjungan
yang tersertifikasi Penyuluh
Perikanan
Dit. Produksi
Resiko usaha
Pendampingan Identifikasi Pembudi Survei, 6.500 orang Januari- dan Usaha Dinas yang
berupa kegagalan DJP
7 calon penerima bantuan Jaminan keamanan usaha daya Pertemuan pembudiday 29 Provinsi Desemb dan membidangi
panen akibat B
premi asuransi ikan kelompok a er 2022 Penyuluh Perikanan
berbagai faktor
Perikanan

C. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan


PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kelayakan Sarana Sarana dan Prasarana Pengola Pendamping 34 34 provinsi Januari- Dit. DJP Dinas
Prasarana Pengolahan layak dan h dan an dan Desemb Pengolahan DSP yang
Pengolahan: memenuhi standar Pemasa Penyuluhan er 2022 dan Bina KP membidan
a) Ruang proses r Ikan Mutu dan gi
menyatu dengan Penyuluh perikanan
kegiatan Rumah Perikanan
Tangga atau
sudah memiliki
tempat tapi belum
layak Peningkatan pengetahuan
1 b) peralatan kelayakan dasar pengolahan
pengolahan belum (GMP dan SSOP)
memenuhi standar
c) Tata letak dan
Lay out bangunan
Belum memenuhi
standar
d) Alur proses
produksi belum
mengalir baik
sehingga beresiko

83
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
cross
contamination
2 Komitmen Penerapan GMP dan Januari-
Penerapan SSOP oleh Pengolah Ikan Desemb
Jaminan Mutu: er 2022
a) Pengolah tidak
memiliki komitmen
atau belum
memahami GMP
dan SSOP
b) UPI belum
memiliki panduan
mutu
3 Proses Proses penanganan dan Januari-
penanganan dan pengolahan ikan secara Desemb
pengolahan belum higienis er 2022
saniter dan
higienis
4 Mutu produk Memberikan jaminan mutu Unit Pendamping 2650 34 provinsi Januari- Dit. DJP Dinas KP
Olahan Perikanan dan keamanan pada Pengola an Sertifikat Desemb Pengolahan DSP Prov/Kab/
Skala UMKM produk perikanan yang han Ikan SKP/GMP er 2022 dan Bina KP Kota
masih perlu diproduksi, diimpor, dan yang Mutu dan
ditingkatkan serta diedarkan di wilayah diterbitkan Penyuluh
pemenuhan Republik Indonesia bagi Unit Perikanan
jaminan mutu dan Pengolahan
keamanan hasil Ikan (UPI)
Kelautan dan Pemberian Sertifikat
perikanan sesuai SKP/GMP
standar
5 Kurangnya Pembekalan persyaratan Pengola Sosialisasi 34 34 provinsi Januari- Dit. DJP Dinas KP
informasi dan tata cara penerbitan h Ikan dan Desemb Pengolahan DSP Prov/Kab/
mengenai tata GMP/SKP serta prosedur pendamping er 2022 dan Bina KP Kota
cara pengajuan Aplikasi SKP Online an Mutu dan
sertifikat Penyuluh
GMP/SKP Perikanan
6 Pengetahuan Peningkatan pengetahuan Meningkatnya Pengola Pertemuan 34 34 provinsi Januari- Dit. Usaha DJP Dinas
manajemen usaha manajemen usaha dan pengetahuan manajemen h dan kelompok Desemb dan DSP yang
dan pengelolaan pengelolaan keuangan usaha dan pengelolaan Pemasa er 2022 Investasi KP membidan
keuangan masih keuangan r Ikan dan gi
rendah Penyuluh perikanan
Perikanan

84
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
7 Akses terhadap Peningkatan akses terhadap Meningkatkan nilai ekspor Pengola Pertemuan 34 34 provinsi Januari- Dit. DJP Dinas
potensi dan potensi dan informasi pasar hasil perikanan h dan kelompok Desemb Pemasaran DSP yang
informasi pasar oleh industri perikanan Pemasa er 2022 dan KP membidan
oleh industri khususnya UMKM r Ikan Penyuluh gi
perikanan Perikanan perikanan
khususnya UMKM
masih rendah
8 Penerapan inovasi Peningkatan penerapan Meningkatkan nilai UMKM Diseminasi, 34 34 provinsi Januari- BBP3KP DJP Dinas
teknologi inovasi teknologi tambah, diversifikasi dan Pengola pendamping Desemb dan DSP yang
pengolahan dan pengolahan dan pemasaran daya saing produk h dan an, er 2022 Penyuluh KP membidan
pemasaran masih produk perikanan oleh perikanan pemasar pertemuan Perikanan gi
rendah pelaku usaha produk kelompok perikanan
perikana
n
9 Kesejahteraan Meningkatkan Nilai Tukar Meningkatkan Pengola Pendamping 34 34 provinsi Januari- Ditjen PDSP DJP Dinas
Pengolah dan Pengolah Hasil Perikanan Kesejahteraan Pengolah h dan an dan Desemb KP dan DSP yang
Pemasar Hasil Hasil Perikanan Pemasa Penyuluhan er 2022 Penyuluh KP membidan
Perikanan masih r Ikan Perikanan gi
rendah perikanan
10 Angka Konsumsi Gerakan Memasyarakatkan 1) Meningkatkan Kab,/Kot Penghitunga 120 promosi 34 Provinsi Jan-Des Direktorat Ditje Dinas
Ikan (AKI) Makan Ikan (Gemarikan) pengetahuan terhadap a yang n AKI dan 2022 Pemasaran, n teknis
masyarakat masih kandungan gizi dan AKI-nya Kampanye dan PDS yang
rendah, serta manfaat makan ikan masih Gemarikan Penyuluh PKP membidan
angka stunting sehingga mendorong rendah, Perikanan gi KP
Indonesia masih peningkatan konsumsi dan
tinggi ikan masyarakat. 2) Kab./Kot
Mendorong peningkatkan a yang
asupan gizi masyarakat angka
yang bersumber dari ikan stunting-
dalam rangka mendukung nya
penurunan angka stunting masih
tinggi
11 Pemanfaatan Pendampingan pada Menciptakan wirausaha masyara Pendamping 1096 Pelaku 34 provinsi Januari- Dit. Usaha DJP Dinas
akses permodalan kegiatan penumbuhan baru yang mandiri di kat an usaha yang Desemb dan DSP yang
dan Bantuan wirausaha baru bidang bidang kelautan dan umum difasilitasi er 2022 Investasi KP membidan
peralatan yang kelautan dan perikanan perikanan kemudahan dan gi
belum optimal bagi berusaha Penyuluh perikanan
para pelaku usaha dan Perikanan
kelautan dan berinvestasi
perikanan nya

85
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
46 34 provinsi Januari- Dit. Usaha DJP Dinas
Penumbuha Desemb dan DSP yang
n wirausaha er 2022 Investasi KP membidan
KP dan gi
Penyuluh perikanan
Perikanan
Menjaring calon debitur Meningkatnya Pengola Pendamping 34 34 provinsi Januari- Dit. Usaha DJP Dinas
potensial dan pembiayaan usaha KP h dan an Desemb dan DSP yang
Fasilitasi akses ke bank melalui kredit program Pemasa er 2022 Investasi KP membidan
Pelaksana r Ikan dan gi
Penyuluh perikanan
Perikanan
12 Terdapat Bantuan Pendampingan Identifikasi Memastikan Bantuan Pengola Survei dan 4 unit Sentra Sambas, Raja Ampat, Januari- Dit. DJP Dinas
Pemerintah yang calon penerima Bantuan Pemerintah yang diberikan h dan Pendamping Kuliner Ikan Bau Bau, Kebumen Desemb Pengolahan DSP yang
kurang tepat Pemerintah dan pasca tepat sasaran dan dapat Pemasa an er 2022 dan Bina KP membidan
sasaran dan mendapatkan Bantuan digunakan r Ikan Mutu dan gi
kurang Pemerintah Penyuluh perikanan
termanfaatkan Perikanan
4 Unit Pasar Mamuju Tengah, Januari- Dit. DJP Dinas
Ikan Indragiri Hilir, Sampang Desemb Pengolahan DSP yang
er 2022 dan Bina KP membidan
Mutu dan gi
Penyuluh perikanan
Perikanan
9 Unit mobil Kab. Pasuruan, Januari- Dit. Logistik DJP Dinas
refrigasi dan Kebumen, Konawe Desemb dan DSP yang
6 unit mobil Selatan, Sambas, er 2022 Penyuluh KP membidan
non refrigasi Indramayu, Kota Perikanan gi
Bandung, Oku Timur, perikanan
Kota Ternate, Maluku
Tengah, Lampung
Selatan

86
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
300 Unit Kota Banda Aceh, Kota Januari- Dit. DJP Dinas
Chest Lhokseumawe, Kota Desemb Pengolahan DSP yang
Freezer dan Langsa, Kab. Buleleng, er 2022 dan Bina KP membidan
Peralatan Kab. Karangasem, Mutu dan gi
Pengolahan Serang, Cianjur, Kota Penyuluh perikanan
Bogor, Sukabumi, Perikanan
Subang
Bogor, Karawang,
Cirebon, Ciamis,
Tasikmalaya, Demak,
Pati, Sragen, Wonogiri,
Sukoharjo, Magelang,
Sidoarjo, Banyuwangi,
Malang
Kota Malang, Kediri,
Kota Kediri, Trenggalek,
Kota Pontianak,
Mempawah, Kutai
Kartanegara, Sukamara,
Kota Bandar lampung,
Kota Tual, Kep. Buru,
Kep. Taliabu, Aceh
Besar, Kota Mataram,
Kota Kupang, Kupang,
Rote Ndao, Biak, Kota
Pekanbaru, Mamuju,
Kota Kendari
Kota Makassar, Kota
Padang, Kota
Palembang, Pasuruan,
Lampung Selatan,
Probolinggo,
Tulungagung, Bekasi,
Kutai Barat,Blitar,
Purwakarta
250 Unit Provinsi : Bali, Bangka Januari- Dit. DJP Dinas
peralatan Belitung, Jawa Barat, Desemb Pemasaran DSP yang
pengolahan Jawa Tengah, Jawa er 2022 dan KP membidan
Timur, Lampung, Penyuluh gi
Maluku Utara, NTB, Perikanan perikanan
NTT, Papua, Riau,
Sumbar, Sumsel

87
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Unit UPI Kab Purwakarta Januari- Dit. DJP Dinas
Zero Waste Desemb Pengolahan DSP yang
er 2022 dan Bina KP membidan
Mutu dan gi
Penyuluh perikanan
Perikanan
5 Unit Pasaman, OKU Timur, Januari- Dit. DJP Dinas
Sarana Pati, Gresik, Lombok Desemb Pengolahan DSP yang
Pasca Timur, Kupang er 2022 dan Bina KP membidan
Panen (termasuk anggaran Mutu dan gi
untuk membiayai Penyuluh perikanan
tunggakan 2021) Perikanan

13 Masih terbatasnya Mengidentifikasi Poklahsar Poklahsar yang meningkat Poklahs Pendamping Peningkatan 34 provinsi Januari- Dit. Usaha DJP Dinas
jumlah Poklahsar yang siap ditingkatkan kapasitas ar an Kapasitas Desemb dan DSP yang
yang meningkat menjadi koperasi kelembagaannya menjadi 35 Lembaga er 2022 Investasi KP membidan
kapasitasnya Koperasi Usaha KP dan gi
Penyuluh perikanan
Perikanan
14 Database Pendataan kelautan dan Penguatan sistem Poklahs Survei 34 34 provinsi Januari- Ditjen PDSP DJP Dinas
Poklahsar dan perikanan tahun 2021 dalam pendataan di lingkup ar Desemb KP dan DSP yang
Produksi rangka mendukung Big Data PDSP KP er 2022 Penyuluh KP membidan
Pengolahan serta Kelautan dan Perikanan Perikanan gi
Pemasaran perikanan
Produk KP belum
tersaji dengan
baik
15 Kurangnya Sosialisasi dan Meningatkan pengetahuan UPI dan Pendataan 300 UPI 34 provinsi Januari- Dit. DJP Dinas
informasi dan pendampingan diversifikasi dan kemampuan pengolah UPHPN dan Desemb Pengolahan DSP yang
pemahaman produk dan kemasan, ikan dalam melakukan pendamping er 2022 dan Bina KP membidan
terkait diversifikasi pendataan ragam, diversifikasi produk dan an Mutu dan gi
produk dan pengambilan data dan kemasan serta Penyuluh perikanan
kemasan, pemetaan UPHPN memperoleh peta data Perikanan
pendataan ragam, ragam serta data UPHPN
serta informasi
data UPHPN (Unit
Penanganan dan
Pengolahan Hasil
Perikanan Non
Pangan)

88
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
16 Kurangnya data Sosialisasi Perhitungan nilai Memperoleh peta data UPI dan Pendataan 34 34 provinsi Januari- Dit. DJP Dinas
informasi nilai tambah produk kelautan dan nilai tambah produk UPHPN dan Desemb Pengolahan DSP yang
tambah hasil perikanan pendamping er 2022 dan Bina KP membidan
kelautan dan an Mutu dan gi
perikanan Penyuluh perikanan
Perikanan
17 Tidak tersedianya Pendataan produksi UPI Mendapatkan capaian Unit Sampling 34 34 provinsi Januari- Dit. DJP Dinas
petugas mikro kecil volume produk olahan Pengola dan Desemb Pengolahan DSP yang
pengambil data yang dihasilkan UPI skala han Ikan Pendamping er 2022 dan Bina KP membidan
produksi UPI mikro Kecil sebagai bahan an Mutu dan gi
untuk sampel pengambilan kebijakan Penyuluh perikanan
perhitungan Perikanan
volume produk
olahan

18 Berkurangnya Peningkatan dan perluasan UMKM pelaku pemasar UMKM Sosialisasi, 34 34 Provinsi Jan-Des Direktorat Ditje Dinas
jumlah pembeli akses pasar secara digital ikan dapat mengakses pemasar pelatihan, 2022 Pemasaran, n teknis
pada aktifitas jual untuk UMKM pemasar dan memasarkan produk produk dan dan PDS yang
beli ikan langsung produk Kelautan dan KP secara online melalui Keluatan pendamping Penyuluh PKP membidan
di pasar, sebagai Perikanan start up dan market place dan an Perikanan gi KP
akibat Perikana
pembatasan n
kegiatan
masyarakat di
masa pandemi
covit-19
19 Akses promosi Peningkatan dan perluasan UMKM pelaku pemasar UMKM Sosialisasi, 34 34 Provinsi Jan-Des Direktorat Ditje Dinas
produk KP masih akses promosi secara ikan dapat mengakses pemasar pelatihan, 2022 Pemasaran, n teknis
rendah online untuk produk promosi secara online produk dan dan PDS yang
Kelautan dan Perikanan melalui Keluatan pendamping Penyuluh PKP membidan
#Pasarlautindonesia, dan an Perikanan gi KP
#BanggaBuatanIndonesia Perikana
n
20 Pemanfaatan Pendampingan kepada Memastikan penerima BP Penerim Pendamping 34 34 Provinsi Jan-Des Direktorat Ditje Dinas
Bantuan penerima BP, mulai tahap sesuai dengan kriteria dan a BP an 2022 Pemasaran, n teknis
Pemerintah persiapan, pelaksanaan, mempunyai kemampuan dan PDS yang
(sarana dan pemanfaatan, pelaporan dan mengelola secara teknis, Penyuluh PKP membidan
prasarana monev manajemen dan Perikanan gi KP
pemasaran) permodalan
belum optimal

89
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
21 Aktifitas Sosialisasi dan pembinaan Pedagang pasar ikan Pedaga Sosilisasi 34 34 Provinsi Jan-Des Direktorat Ditje Dinas
pemasaran ikan di kepada pedagang pasar memiliki pengetahuan dan ng pasar dan 2022 Pemasaran, n teknis
pasar yang belum ikan tentang cara berjualan pemahaman tentang cara ikan dan pembinaan dan PDS yang
memenuhi kaidah ikan yang baik penanganan ikan yang pelaku cara Penyuluh PKP membidan
cara pemasaran baik dan cara berjualan usaha penanganan Perikanan gi KP
ikan yang baik. ikan yang baik pemasar ikan yang
an ikan baik dan
(suplier, cara
pedagan berjualan
g ikan yang
keliling, baik
dll)
22 Pengelolaan Sosialisasi dan pembinaan Pengelola pasar ikan Pengelol Sosilisasi 34 34 Provinsi Jan-Des Direktorat Ditje Dinas
Pasar Ikan belum kepada pengelola pasar ikan memiliki pengetahuan dan a pasar dan 2022 Pemasaran, n teknis
memenuhi standar tentang Cara Pengelolaan pemahaman tentang cara ikan dan pembinaan dan PDS yang
sanitasi dan Pasar Ikan yang Baik pengelolaan pasar ikan los ikan cara Penyuluh PKP membidan
higienis yang baik pada ppengelolaa Perikanan gi KP
pasar n pasar ikan
rakyat yang baik

23 Kewajiban pelaku Pendampingan UMKM Meningkatkan pertisipasi UMKM Pelatihan 34 34 Provinsi Jan-Des Direktorat Ditje Dinas
usaha pemasaran pelaku usaha pemasaran UMKM pelaku usaha pemasar dan 2022 Pemasaran, n teknis
untuk mengurus mendaftar di aplikasi OSS pemasaran untuk produk pendamping dan PDS yang
perijinan berusaha RBA sesuai dengan "PP mengurus perijinan Kelautan an Penyuluh PKP membidan
sesuai aplikasi 5/2021 tentang berusaha pada aplikasi dan Perikanan gi KP
OSS RBA masih Penyelenggaraan Perizinan OSS RBA Perikana
rendah Berusaha Berbasis Risiko n
(P2B2R)"
24 Implementasi Pendampingan kepada Memperkenalkan Aplikasi Pengola Pendamping 34 34 Provinsi Jan-Des Direktorat Ditje Dinas
ketertelusuran pelaku usaha (pengolah dan STELINA kepada h dan an 2022 Logistik dan n teknis
ikan melalui pemasar hasil perikanan) Pengolah dan Pemasar Pemasa Penyuluh PDS yang
aplikasi STELINA dalam mengimplimentasikan Hasil Perikanan r Hasil Perikanan PKP membidan
yang memerlukan STELINA Perikana gi KP
sosialisasi/pengen n
alan kepada
pengolah dan
pemasar secara
luas

90
D. Pengelolaan Ruang Laut
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
9 Lokasi:
1. Kab. Indramayu, 2.
Kab. Pati, 3. Kab.
Mensejahterakan Dit. Jasa Dinas
Masih rendahnya Petamb Rembang, 4. Kab.
petambak garam rakyat Januari- Kelautan yang
produktivitas lahan Pengembangan usaha ak Pendamping Brebes, 5. Kab. DJP
1 dan mewujudkan 200 Ha Desemb dan membidan
dan kualitas garam rakyat garam/K an Sumenep, 6. Kab. RL
pemenuhan kebutuhan er 2022 Penyuluh gi
produksi garam UGAR Pamekasan, 7. Kab.
garam nasional. Perikanan perikanan
Lombok Timur, 8. Kab.
Bima, dan 9. Kab.
Pangkajene Kepulauan
Dinas
Dit. KKHL
2 Lokasi: Januari- yang
dan DJP
Vegetasi Pantai 10 Ha 1. Kab. Kebumen Desemb membidan
Penyuluh RL
2. Kab. Banyuwangi er 2022 gi
Perikanan
perikanan
10 Lokasi.
1. Kab. Aceh Barat, 2.
Kab. Pesawaran, 3.
Kab. Lampung Selatan,
Dinas
4. Kab. Sukamara, 5. Dit. KKHL
Januari- yang
Kab. Pulang Pisau, 6. dan DJP
Rehabilitasi Mangrove 200 Ha Desemb membidan
Kab. Kotawaringin Penyuluh RL
Beberapa er 2022 gi
Menyediakan Ekosistem Masyara Barat, 7. Kab. Tanah Perikanan
kawasan pesisir Pendamping perikanan
2 dan Lingkungan yang kat Bumbu, 8. Kab.
pantai mengalami an
Berkelanjutan Pesisir Kotabaru, 9. Kab. Tanah
kerusakan
Laut, 10. Kab.
Pangkajene Kepulauan
4 Lokasi: Dinas
Dit. KKHL
1. Kab. Majene, 2. Kab. Januari- yang
dan DJP
Rehabilitasi Kawasan 4 Unit Kulonprogo, 3. Kab. Desemb membidan
Penyuluh RL
Pasuruan, 4. Kab. er 2022 gi
Perikanan
Malang perikanan
Dinas
Dit. KKHL
Januari- yang
Pengelolaan Kawasan dan DJP
13,8 Juta Ha 34 provinsi Desemb membidan
Konservasi Penyuluh RL
er 2022 gi
Perikanan
perikanan

91
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
15 Lokasi:
1. Pulau Rangsang, Kep
Meranti,
2. Pulau Rote, Rote
Ndao,
3. Pulau Bongkil,
Bolmut,
4. Pulau Sabu, Sabu
Raijua,
5. Pulau Kultubai, Kep
Aru,
6. Pulau Bertuah, Pesisir
Terbatasnya Masyara Barat,
sarana dan kat 7. Pulau Rupat, Dinas
Mengembangkan
prasarana pesisir Bengkalis, Januari- Dit. P4K dan yang
perekonomian masyarakat Pendamping DJP
3 peningkatan Sarana Ekonomi Produktif dan 15 Unit 8. Pulau Bengkalis, Desemb Penyuluh membidan
pesisir dan pulau-pulau an RL
ekonomi di pesisir pulau- Bengkalis, er 2022 Perikanan gi
kecil
dan pulau-pulau pulau 9. Pulau Mangkai, Kep. perikanan
kecil kecil Anambas
10. Pulau Miossu, Kab.
Tambraw
11. Letti, MBD,
12. Pulau Asutubun,
Kab. Maluku Tenggara
Barat
13. Pulau Brass, Kab.
Supiori,
14. P. Berhala, Serdang
Berdagai
15. Pulau Pelampong,
Kota Batam
KOMPA
K
Masih kurangnya
(Kelomp
kapasitas dan Dinas
ok Dit. KKHL
sarana prasarana Stimulasi pengelolaan dan Meningkatkan kapasitas Januari- yang
Masyara Pendamping 20 dan DJP
4 masyarakat pemanfaatan kawasan kelompok masyarakat 34 provinsi Desemb membidan
kat an Kelompok Penyuluh RL
sebagai mitra konservasi penggerak konservasi er 2022 gi
Pengger Perikanan
pengelolaan perikanan
ak
konservasi
Konserv
asi)

92
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lokasi:
Ditemukan 1. Komunitas Burangasi Dinas
Komunitas Masyarakat
pelanggaran dan Terpenuhinya hak dan Masyara Buton Selatan Januari- Dit. P4K dan yang
Hukum Adat , Pengakuan Pendamping DJP
5 pengabaian perlindungan MHA di kat 3 Komunitas 2. Desa Torosiaje Kab. Desemb Penyuluh membidan
dan Perlindungan MHA di an RL
hukum adat pada WP3K pesisir Pohuwato er 2022 Perikanan gi
WP3K
beberapa WP3K 3. Komunitas Tanimbar perikanan
Evav, Maluku Tenggara
Masih terbatasnya Lokasi:
Survei, Dinas
jumlah bidang Memastikan tepatnya 1. Pulau Liran, Kab.
Masyara Pertemuan Januari- Dit. P4K dan yang
lahan milik Sertifikasi hak atas tanah di Calon Penerima Calon MBD, 2. Pulau Dana, DJP
6 kat Kelompok 3 Lokasi Desemb Penyuluh membidan
masyarakat pesisir Pulau Terluar Lokasi (CPCL) bantuan Kab. Saburaijua, 3. RL
pesisir dan er 2022 Perikanan gi
pulau terluar yang Sertifikat Hak Atas Tanah Pulau Lusi, Kab.
Kunjungan perikanan
tersertifikasi Sidoarjo
9 Lokasi:
1. Kab. Indramayu, 2.
Kab. Demak, 3. Kab. Dit. Jasa Dinas
Petamb
Harga garam Pati, 4. Kab. Rembang, Januari- Kelautan yang
Revitalisasi Gudang Garam Mempertahankan harga ak Pendamping DJP
7 rendah pada saat 21 unit 5. Kab. Sumenep, 6. Desemb dan membidan
Rakyat/GGN garam garam/K an RL
panen raya Kab. Pamekasan, 7. er 2022 Penyuluh gi
UGAR
Kab. Lombok Barat, 8. Perikanan perikanan
Kab. Bima, dan 9. Kab.
Jeneponto
Total produksi garam Dit. Jasa Dinas
Produksi garam Petamb
rakyat dapat terserap 2 Lokasi: Januari- Kelautan yang
rakyat belum Sentra Ekonomi Garam ak Pendamping DJP
8 maksimal sebagai bahan 2 Unit 1. Kab. Bangkalan Desemb dan membidan
terserap secara Rakyat garam/K an RL
baku konsumsi dan 2. Kab. Tuban er 2022 Penyuluh gi
optimal UGAR
industri Perikanan perikanan
Dit. Jasa Dinas
Kandungan NaCl Petamb
2 Lokasi: Januari- Kelautan yang
garam rakyat Meningkatkan kandungan ak Pendamping DJP
9 Mini Washing Plant Garam 2 Unit 1. Kab. Tuban Desemb dan membidan
masih dibawah NaCl garam rakyat garam/K an RL
2. Kab. Pamekasan er 2022 Penyuluh gi
garam impor UGAR
Perikanan perikanan

93
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pemanfaatan jasa
kelautan dan Mengoptimalkan
perikanan untuk pemanfaatan jasa 10 Lokasi:
mendapatkan nilai kelautan dan perikanan 1. Gresik; 2. Lombok
Dinas
tambah bagi untuk mendapatkan nilai Timur; 3. Kupang
Masyara Januari- Dit. P4K dan yang
kesejahteraan Desa Wisata Bahari (Dewi tambah bagi Pendamping 4. Kebumen; 5. Belitung DJP
10 kat 10 Lokasi Desemb Penyuluh membidan
masyarakat pesisir Bahari) kesejahteraan masyarakat an Timur; 6. Buleleng RL
pesisir er 2022 Perikanan gi
dan pengelolaan pesisir dan pengelolaan 7. Denpasar; 8. Alor; 9.
perikanan
kelautan, pesisir kelautan, pesisir dan Aceh Jaya 10. Nias
dan pulau-pulau pulau-pulau kecil secara Utara
kecil secara berkelanjutan
berkelanjutan
45 Lokasi:
1. Kab. Aceh Besar, 2.
Kab. Aceh Timur, 3.
Kab. Aceh Utara, 4.
Kota Sabang, 4. Kota
Banda Aceh, 6. Kab.
Pesisir Selatan, 7. Kab.
Kepulauan Meranti, 8.
Kab. Karimun, 9. Kota
Batam, 10. Kab.
Banyuasin, 11. Kab.
Lampung Selatan, 12.
Kurangnya
Kab. Lampung Timur,
kesadaran
13. Kab. Tulang Dinas
masyarakat Meningkatkan Dit. KKHL
Masyara 49 Bawang, 14. Kota Januari- yang
tentang polusi laut Gerakan Cinta Laut/ Gita pemahaman kesadaran Demonstrasi dan DJP
11 kat Kelompok Serang, 15. Kab. Desemb membidan
akibat aktifitas Laut/ masyarakat terkait dengan , Bimtek Penyuluh RL
pesisir Masyarakat Karawang, 16. Kota er 2022 gi
manusia di polusi laut Perikanan
Cirebon, 17. Kab. perikanan
daratan yang
Subang, 18. Kab.
kurang terkendali
Cianjur (2 lokasi), 19.
Kota Sukabumi, 20.
Kab. Tasikmalaya, 21.
Kab. Pangandaran, 22.
Kab. Kebumen, 23. Kab.
Rembang, 24. Kab.
Cilacap, 25. Kab,
Purworejo, 26. Kab.
Wonogiri, 27. Kab.
Sampang, 28. Kab.
Pasuruan, 29. Kab.
Blitar, 30. Kab. Jember,

94
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
31. Kab. Klungkung, 32.
Kota Bima, 33. Kab.
Sumbawa, 34. Kab.
Sumba Timur, 35. Kota
Kupang, 36. Kab.
Manggarai Barat, 37.
Kab. Kotawaringin
Barat, 38. Kab.
Bengkayang, 39. Kota
Pontianak, 40. Kab.
Berau, 41. Kab.
Mamuju, 42. Kab.
Wakatobi, 43. Kab.
Pangkajene Kepulauan,
44. Kab. Kepulauan
Selayar, 45. Kota
Ambon

Petamb
Memperoleh data dan
ak Survei
informasi tentang harga Kab. Aceh Timur, Aceh
Belum tersedianya garam pengumpula Dit. Jasa Dinas
tertimbang komoditas Utara, Cirebon,
data indikator rakyat, n data harga Januari- Kelautan yang
Penghitungan Nilai Tukar garam di tingkat produsen, Rembang, Pati, DJP
12 kesejahteraan pedagan garam dan 5 provinsi Desemb dan membidan
Petambak Garam (NTPG) dan harga tertimbang Lamongan, Sampang, RL
petambak garam g barang barang er 2022 Penyuluh gi
barang modal untuk Sumenep, Lombok
yang terstandar modal modal ke Perikanan perikanan
produksi garam sebagai Barat, dan Bima
produksi responden
variabel pembentuk NTPG
garam
Belum tersedianya
Database Dit. Jasa Dinas
Pendataan kelautan dan
Produksi Garam Penguatan sistem Petamb Januari- Kelautan yang
perikanan tahun 2021 dalam DJP
13 Rakyat, Survei pendataan di lingkup ak Survei 12 provinsi 64 kabupaten/kota Desemb dan membidan
rangka mendukung Big Data RL
Harga Produksi DJPRL garam er 2022 Penyuluh gi
Kelautan dan Perikanan
dan Harga Biaya Perikanan perikanan
Produksi
Petamb
ak
Belum Garam, Dit. Jasa Dinas
Memperoleh data luas Prov. Aceh, Jawa Barat,
terupdatenya data Penyulu Januari- Kelautan yang
Pemutakhiran Informasi lahan garam yang Jawa Tengah, Jawa DJP
14 sebaran luas h Survei 7 provinsi Desemb dan membidan
Geospasial Lahan Garam termutakhirkan dan data Timur, Banten, Bali, dan RL
lahan garam di Perikana er 2022 Penyuluh gi
gudang garam NTB
Indonesia n dan Perikanan perikanan
Dinas
KP

95
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kabupat
en/Kota

E. Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan


PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Belum optimalnya Pembinaaan kepada Meningkatkan peranan Kelompo Pembinaan 34 - 34 Provinsi Januari- Dinas DJP Dinas
peran Kelompok Masyarakat kelompok masyarakat k dan Desemb Provinsi dan SDK Kelautan
POKMASWAS Pengawas (POKMASWAS) pengawas dalam Masyara penyuluhan er 2022 Penyuluh P dan
dalam mendukung membantu pengawasan kat Perikanan Perikanan
pengawasan SDKP Pengaw Provinsi
sumber daya as
kelautan dan (POKMA
perikanan SWAS)
2 Masih maraknya Penyadartahuan/ pemberian Meningkatkan Masyara Kunjungan,K 1 Provinsi - Palembang (Sumatera Januari- DJ PSDKP DJP Dinas
destructive fishing pemahaman/sosialisasi pemahaman kepada kat dan ampanye, Selatan) Desemb dan SDK Kelautan
dan kurangnya kepada nelayan tentang masyarakat dan nelayan nelayan sosialisasi, er 2022 Penyuluh P dan
pemahaman larangan destuctive fishing akan bahaya destructive penyadartah Perikanan Perikanan
nelayan terhadap fishing yang merusak uan kepada Provinsi
bahaya sumber daya ikan dan masyarakat
destructive fishing lingkungannya dan nelayan
serta
penyebaran
materi
melalui
media

3 Masih maraknya Penyadartahuan/ pemberian Meningkatkan Masyara Kunjungan,K 1 Provinsi - Morowali (Sulawesi Januari- DJ PSDKP DJP Dinas
penangkapan ikan pemahaman/sosialisasi pemahaman kepada kat dan ampanye, Tengah) Desemb dan SDK Kelautan
dilindungi dan kepada nelayan tentang masyarakat dan nelayan nelayan sosialisasi, er 2022 Penyuluh P dan
kurangnya jenis ikan yang dilindungi akan jenis ikan yang penyadartah Perikanan Perikanan
pemahaman dilindungi uan kepada Provinsi
nelayan terhadap masyarakat
jenis ikan yang dan nelayan
dilindungi serta
penyebaran
materi
melalui
media

96
F. Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengetahuan,
1).
keterampilan dan
Kunjungan
sikap pelaku Meningkatkan
pembinaan;
utama dan atau kemampuan kelompok Dinas
Kelompo 2). Latihan
pelaku usaha KP menjadi mandiri dalam Januari- Pusl yang
Pendampingan kelompok k pelaku dan Penyuluh
1 pada akses menjalankan usaha 34 provinsi Desemb atluh membidan
pelaku utama utama/u dukungan 41.000 Perikanan
pembiayaan, khususnya terkait dengan er 2022 KP gi
saha KP fasilitasi
akses pasar, akses permodalan, pasar, Perikanan
pendamping
akses teknologi dan teknologi
an legalitas
KP serta informasi
usaha
masih terbatas
1).
Kunjungan
pembinaan; Pusl
Pelaku utama dan Pelaku utama Pelaku Dinas
2). Latihan atluh
atau pelaku usaha memperoleh manfaat utama/P Januari- yang
Pembentukan Kelompok dan Penyuluh KP,
2 masih banyak sebagai anggota elaku 34 provinsi Desemb membidan
pelaku utama/usaha KP dukungan 2.000 Perikanan Sat
yang belum kelompok pelaku usaha er 2022 gi
fasilitasi mink
berkelompok utama/usaha KP KP Perikanan
pendamping al
an legalitas
kelompok
Pusl
Kunjungan atluh
Meningkatkan KP,
Jumlah kelompok pembinaan,
kemampuan kelompok Pelaku Sat Dinas
pelaku utama dan latihan dan
Peningkatan kelas menjadi mandiri dalam utama/P Januari- mink yang
atau pelaku usaha dukungan Penyuluh
3 Kelompok pelaku menjalankan usaha elaku 34 provinsi Desemb al membidan
KP yang naik fasilitasi 1.500 Perikanan
utama/usaha KP khususnya terkait dengan usaha er 2022 gi
kelas masih pendamping
akses permodalan, pasar, KP Perikanan
rendah an kelas
dan teknologi
kelompok

Pusl
Sumatera Utara, atluh
Penerapan teknik Pelaku Dinas
Pelaku utama mengakses Lampung, Jawa Barat, KP,
dan atau metoda utama/P Januari- yang
Percontohan Penyuluhan informasi teknologi, akses Jawa Tengah, Jawa Penyuluh Sat
4 penyuluhan elaku Dempond Desemb membidan
Kelautan dan Perikanan permodalan, dan akses 9 Timur, Bali, Sulawesi Perikanan mink
percontohan usaha er 2022 gi
pemasaran Utara, Sulawesi Selatan, al
masih terbatas KP Perikanan
Maluku

97
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pusl
Masyara atluh Dinas
Meningkatkan daya saing kat/Kelo Sumatera Utara, Jawa KP,
Desa yang Januari- BPPP dan yang
usaha masyarakat desa mpok Pendamping Tengah, Jawa Sat
5 menerapkan iptek Desa Inovasi Desemb Penyuluh membidan
melalui pemanfaatan iptek pelaku an 5 Timur,Sulawesi Utara, mink
KP masih terbatas er 2022 Perikanan gi
kelautan dan perikanan utama Maluku al Perikanan
KP

Pelatihan Pusl
Masyara
masyarakat KP atluh Dinas
kat/Kelo
masih terbatas Identifikasi pelaku utama Meningkatkan Januari- BPPP dan KP, yang
mpok Survei,
6 dibandingkan calon peserta pelatihan keterampilan pelaku 34 provinsi Desemb Penyuluh Sat membidan
pelaku Kunjungan 25.000
kebutuhan masyarakat utama KP er 2022 Perikanan mink gi
utama
masyarakat yang al Perikanan
KP
harus dilatih

G. Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan


PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Sosialisasi,
Pelaku koordinasi, Dinas
Belum optimalnya UPT BKIPM
Mencegah terjadinya utama/P evaluasi, Januari- yang
pengendalian Sebaran penyakit ikan dan BKI
1 penyebaran ikan antar elaku pendamping 260 Paket 260 Kabupaten Desemb membidan
penyakit ikan di karantina yang diidentifikasi Penyuluh PM
wilayah usaha an dengan er 2022 gi
masyarakat Perikanan
KP pelaku perikanan
usaha
Belum
tersosialisasikan
secara optimal Sosialisasi,
pelaku usaha Meningkatnya kesadaran Pelaku koordinasi, Dinas
UPT BKIPM
perikanan Sebaran jenis ikan dilarang masyarakat terhadap utama/P evaluasi, Januari- yang
dan BKI
2 terhadap jenis dan/atau bersifat invasif penyebaran jenis ikan elaku pendamping 94 Lokasi 94 Kabupaten Desemb membidan
Penyuluh PM
ikan yang dilarang yang diidentifikasi yang dilarang dan bersifat usaha an dengan er 2022 gi
Perikanan
dan bersifat invasif invasif KP pelaku perikanan
serta dampak usaha
negatifnya dari
jenis ikan tersebut

98
PIHAK
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ
TERKAIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Komitmen unit Sosialisasi,


usaha KP dalam Pelaku koordinasi, Dinas
Meningkatnya Unit Usaha UPT BKIPM
penerapan Unit Usaha Perikanan yang utama/P evaluasi, Januari- yang
Perikanan yang Memenuhi dan BKI
3 standar Memenuhi Standar dan elaku pendamping 800 Unit 34 Propinsi Desemb membidan
Standar dan Menerapkan Penyuluh PM
Biosecurity yang Menerapkan Biosecurity usaha an dengan er 2022 gi
Biosecurity Perikanan
masih belum KP pelaku perikanan
optimal usaha
Sosialisasi,
Kualitas mutu hasil koordinasi,
perikanan Meningkatnya pelaku evaluasi,
domestik (pasar, usaha perikanan dalam Pelaku pengawasan Dinas
UPT BKIPM
TPI, PPI,centra pengendalian kualitas utama/P mutu hasil Januari- yang
Penjaminan mutu hasil dan BKI
4 perikanan dll) mutu hasil perikanan elaku perikanan 80 unit 80 Kabupaten/kota Desemb membidan
perikanan domestik Penyuluh PM
belum untuk konsumsi domestik usaha domestik er 2022 gi
Perikanan
sepenuhnya (pasar, centra perikanan KP pendamping perikanan
sesuai dengan dll) an dengan
standar mutu pelaku
usaha
Belum diterapkan Sosialisasi,
sepenuhnya Meningkatnya jumlah Unit Pelaku koordinasi, Dinas
Unit Penanganan dan/atau UPT BKIPM
sistem trecability Penanganan dan/atau utama/P evaluasi, Januari- yang
Pengolahan Ikan yang dan BKI
5 di Unit Pengolahan Ikan yang elaku pendamping 250 Unit 34 Propinsi Desemb membidan
menerapkan sistem Penyuluh PM
Penanganan menerapkan sistem usaha an dengan er 2022 gi
traceability Perikanan
dan/atau traceability KP pelaku perikanan
Pengolahan Ikan usaha

Belum diterapkan Sosialisasi,


sepenuhnya Meningkatnya jumlah Pelaku koordinasi, Dinas
UPT BKIPM
prinsip Cara Supplier yang menerapkan Supplier yang utama/P evaluasi, Januari- yang
dan BKI
6 Penanganan Ikan Cara Penanganan Ikan menerapkan Cara elaku pendamping 300 Unit 46 UPT KIPM Desemb membidan
Penyuluh PM
Yang Baik (CPIB) Yang Baik (CPIB) Penanganan Ikan Yang usaha an dengan er 2022 gi
Perikanan
pada Supplier Baik (CPIB) KP pelaku perikanan
hasil perikanan usaha

Sosialisasi,
Pelaku koordinasi, Dinas
Masih ditemukan UPT BKIPM
utama/P evaluasi, Januari- yang
mutu produk hasil Sertifikasi dan pengawasan Terjaminnya mutu produk dan BKI
7 elaku pendamping 12 Bulan 34 Provinsi Desemb membidan
perikanan yang mutu hasil perikanan kelautan dan perikanan Penyuluh PM
usaha an dengan er 2022 gi
rendah Perikanan
KP pelaku perikanan
usaha

99

Anda mungkin juga menyukai