Anda di halaman 1dari 193

2019

SMK/MAK

jilid 1

Budi Daya
Perikanan Laut

bidang keahlian Kemaritiman


Industri Perikanan Laut
program keahlian Perikanan

Jakson Rumengan
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

REDAKSIONAL

Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran

Penulis:
Jakson Rumengan

Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono

Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah

Desain Sampul
Sonny Rasdianto

Layout/Editing:
Ratna Murni Asih
Apfi Anna Krismonita
Indah Mustika Ar Ruum

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
iii
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bahan ajar yang disusun pada tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktif dengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.

SMK Bisa! SMK Hebat!

INDUSTRI PERIKANAN
iv LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PRAKATA
PRAKATA

Program Nawacita yang digaungkan oleh pemerintah saat ini salah satu sektor
yang dikembangkan adalah Kemaritiman dikerenakan Indonesia adalah Negara
kepulauan dimana 70% dari wilayah Indonesia adalah perairan (Laut). Dan disektor
ini menurut pemerintah lebih khusus Bapak Presiden Joko Widodo belum sepenuhnya
dioptimalkan, untuk itu sektor Industri Perikanan Laut dalam hal ini Budidaya Perikanan
Laut menjadi salah satu perhatian dari pemerintah untuk ketahanan pangan nasional
guna menghadapi tantangan saat ini di era Revolusi 4.0. namun permasalahan yang
dihadapi untuk menjawab tantangan Revolusi 4.0, perlu adanya peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia.
Menjawab akan permasalahan tersebut pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan tentang Revitalisasi SMK
dimana salah satu sektor yang diprioritaskan adalah Sumber Daya Manusia dimana
SMK adalah lembaga pendidikan yang dipersiapkan bersentuhan langsung dengan
Dunia Usaha/Dunia Industri.
Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan mampu menjadi solusi untuk tantangan
Revolusi Industri 4.0. SMK merupakan Sekolah menengah yang menitiberatkan pada
Skill/keahlian dari peserta didik sehingga didalam pelaksanaannya lebih banyak
praktik daripada teori.
Buku Budidaya Perikanan Laut ini disusun berdasarkan pengembangan
Kurikulum 2013 pada Kompetensi Keahlian Industri Perikanan Laut. Buku ini disusun
dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan Budidaya Perikanan
Laut bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan khususnya kompetensi keahlian
Industri Perikanan Laut.
Buku ini diharapkan bisa menjadi rujukan bagi para peserta didik dan bisa
memberi manfaat dan menjawab kebutuhan khususnya di Dunia Usaha/Dunia Industri.
Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk peningkatan kualitas buku ini
sehingga bisa menuju pada kesempurnaan buku ini.

Motongkad, 27 Juni 2020

Jakson Rumengan

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
v
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ iv
PRAKATA.............................................................................................................. v
DAFTAR ISI........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... x
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU........................................................................... xi
PETA KONSEP BUKU........................................................................................... xiii
APERSEPSI......................................................................................................... xiv

BAB I KESEHATAN,KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP (K3LH)............ 1


A. Pengertian ..............................................................................................................3
B. Peralatan K3LH Dalam Usaha Budidaya Perikanan........................................6
C. PENERAPAN K3LH Dalam Usaha Budidaya Perikanan...................................8
D. Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat....................................................... 13

BAB II WADAH DAN MEDIA BUDIDAYA PERIKANAN LAUT..................................... 18


A. Pemilihan Lokasi Budidaya.............................................................................. 20
B. Desain dan Tata letak Wadah Budidaya........................................................ 21
C. Pengelolaan Media Budidaya Perikanan....................................................... 24

BAB III CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB)................................................. 42


A. Pengertian............................................................................................................ 46
B. Bioteknologi Dan Biosecurity Budidaya Perikanan.................................... 49
C. Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB).............................................................. 55

PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL................................................................... 66

BAB IV SELEKSI DAN PENEBARAN BENIH KOMODITAS PERIKANAN....................... 73


A. Pengertian............................................................................................................ 75
B. Seleksi Benih....................................................................................................... 76
C. Penebaran Benih/Stocking Density............................................................... 84

BAB V KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA PERIKANAN............................................ 97


A. Sifat – Sifat Air..................................................................................................... 99
B. Air Laut................................................................................................................100
C. Pengertian..........................................................................................................103
D. Parameter Fisika...............................................................................................104
E. Parameter Kimia...............................................................................................112
F. Parameter Biologi.............................................................................................121

INDUSTRI PERIKANAN
vi LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

DAFTAR ISI

BAB VI KEBUTUHAN PAKAN KOMODITAS BUDIDAYA PERIKANAN.......................137


A. Pengertian.........................................................................................................139
B. Kebutuhan Nutrisi Biota Air...........................................................................139
C. Pakan Alami......................................................................................................154
D. Pakan Buatan....................................................................................................158

PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP.................................................................173

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................178
BIODATA PENULIS.............................................................................................179

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
vii
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 ilustrasi keselamatan kerja.............................................................................2


Gambar 1.2 ilustrasi keselamatan kerja.............................................................................3
Gambar 1.3 Alat Keselamatan Kerja....................................................................................6
Gambar 1.4 perlengkapan Standar K3LH...........................................................................7
Gambar 1.5 lokasi kerja beresiko dengan karakteristik air tawar................................9
Gambar 1.6 lokasi kerja beresiko dengan karakteristik air payau...............................9
Gambar 1.7 lokasi kerja beresiko dengan karakteristik air laut................................ 10
Gambar 1.8 lokasi kerja dengan resiko cukup tinggi................................................... 10
Gambar 1.9 baju pelampung.............................................................................................. 11
Gambar 1.10 Tempat kerja dengan resiko kebakaran tinggi...................................... 11
Gambar 1.11 alur/diagram penerapan K3 dalam Usaha Agribisnis perikanan...... 12
Gambar 1.12 Alat Pemadam kebakaran ringan............................................................. 13
Gambar 1.13 Binatang berbisa.......................................................................................... 14
Gambar 2.1 PH meter........................................................................................................... 38
Gambar 2.2 Kertas lakmus.................................................................................................. 38
Gambar 2.3 Planktonnet..................................................................................................... 38
Gambar 2.4 Haemocytometer........................................................................................... 38
Gambar 2.5 Ekman dredge................................................................................................. 39
Gambar 2.6 Spektrofotometer........................................................................................... 39
Gambar 3.1 kondisi lingkungan kerja budidaya............................................................ 43
Gambar 3.2 penerapan Biosecurity Budidaya Perairan............................................... 51
Gambar 3.3 udang terjangkit WSSV................................................................................. 52
Gambar 3.4 Udang terjangkit viru TSV............................................................................ 53
Gambar 4.1 Program Pemerintah sektor perikanan (penyaluran benih pada
masyarakat)..................................................................................................... 74
Gambar 4.2 Budidaya perairan /akuakultur................................................................... 75
Gambar 4.3 Benih King Cobia (a) dan Kerapu Macan (b)............................................. 76
Gambar 4.4 Benih Ikan Nemo............................................................................................ 78
Gambar 4.5 Benih yang tersedia di Hatchery (panti benih)....................................... 79
Gambar 4.6 Proses aklimatisasi benih di KJA................................................................ 80
Gambar 4.7 Kegiatan Sortasi dan Grading...................................................................... 81
Gambar 4.8 Peralatan Sortasi dan Grading..................................................................... 83
Gambar 4.9 Benih Hasil Sortasi dan Grading................................................................. 84
Gambar 4.10 Kegiatan Persiapan Sampling................................................................... 89
Gambar 4.11 Cara mengukur panjang rata – rata benih ikan..................................... 90
Gambar 4.12 menimbang biomassa benih ikan............................................................ 91
Gambar 4.13 Benih Ikan Kakap Putih............................................................................... 91
Gambar 5.1 Kegiatan Budidaya berbasis Perairan Laut............................................... 98
Gambar 5.2 Kegiatan Budidaya Perairan Laut..............................................................100
Gambar 5.3 Kegiatan Pengelolaan Kualitas Air...........................................................103
Gambar 5.4 Pengukuran Salinitas air.............................................................................106
Gambar 5.5 Secchi disk.....................................................................................................108
Gambar 5.6 Warna – warni Perairan umum (a) Pantai Raja Ampat, Indonesia
(b) Danau Hiller, Australia, (c) Danau Kelimutu, NTT Indonesia,
(d) Pantai La Jollla, San Diego, (e) Tambak Garam di San Fransisco

INDUSTRI PERIKANAN
viii LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

DAFTAR GAMBAR

Bay dan (f) sumber air panas The grand prismatic spring di
Amerika Serikat............................................................................................109
Gambar 5.7 Alat Ukur pH ( kertas lakmus dan pH meter)..........................................112
Gambar 5.8 Kegiatan Pengukuran DO...........................................................................115
Gambar 5.9 Sirkulasi CO2............................................................................................................................................................................. 117
Gambar 5.10 Pengujian Amoniak dan Nitrit.................................................................120
Gambar 5.11 Macam – macam Plankton.......................................................................121
Gambar 5.12 Jenis – jenis Phytoplankton.....................................................................122
Gambar 5.13 Salah satu jenis Zooplankton..................................................................123
Gambar 5.14 Neuston........................................................................................................127
Gambar 5.15 Perifiton.......................................................................................................128
Gambar 6.1 kegiatan penyaluran pakan pada pembudidaya...................................138
Gambar 6.2 Suplai pakan untuk kegiatan budidaya perikanan...............................139
Gambar 6.3 (a) pemberian pakan alami pada induk ikan cobia (b) kolam
kultur pakan alami.......................................................................................154
Gambar 6.4 Kegiatan produksi pakan buatan..............................................................158

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
ix
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kualitas Air Budidaya......................................................................................... 20


Tabel 3.1 Potensi Produksi Lestari.................................................................................... 44
Tabel 4.1 Padat Penebaran dan Produksi Bandeng (Chanos chanos) Di tambak
sesuai dengan Pola Penglolaan....................................................................... 85
Tabel 4.2 Perbandingan Pola Pengelolaan pada Budidaya Udang di
Tambak.................................................................................................................. 86
Table 5.1 Beberapa Sifat Air............................................................................................... 99
Tabel 5.2 Hubungan Antara Penurunan Salinitas Dengan Laju Pertumbuhan
Dan Kelulus Hidup Udang Windu..................................................................107
Tabel 5.3 Pengaruh pH terhadap Komonitas Biologi Perairan.................................114
Tabel 5.4 Hubungan antara pH air dan kehidupan ikan budidaya..........................114
Tabel 5.5 Kelarutan oksigen jenuh pada air murni dengan berbagai suhu
(T - °C) pada tekanan udara 760 mm Hg (1 atmosfir)..............................115
Tabel 5.6 Pengaruh oksigen pada ikan..........................................................................116
Tabel 5.7 Pengaruh suhu terhadap kelarutan karbondioksida diperairan
alami.....................................................................................................................118
Tabel 5.8 Kation dan anion utama pada perairan tawar dan laut............................119
Tabel 5.9 Plankton berdasarkan perbedaan ukuran...................................................122
Tabel 5.10 Hubungan antara pH air dan kehidupan ikan budidaya........................133
Tabel 5.11 Pengaruh suhu terhadap kelarutan karbondioksida diperairan
alami....................................................................................................................133
Tabel 6.1 Nama dan singkatan asam amino (Millamena, 2002)..............................142
Tabel 6.2 Kebutuhan Protein pada Beberapa Jenis Kerapu......................................144
Tabel 6.3 Beberapa Sumber Lemak/Lipid.....................................................................145
Tabel 6.4 Vitamin Premix yang digunakan per Kg pakan untuk Kerapu................150
Tabel 6.5 Fungsi Mineral dan Kebutuhan untuk Ikan.................................................151
Tabel 6.6 Beberapa jenis pakan alami yang sudah dibudidayakan secara
massal..................................................................................................................155
Tabel 6.7 Formula pakan untuk Benih Kerapu Bebek (Cromileptes
Altivelis)..............................................................................................................159
Tabel 6.8 Formula Pakan untuk Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus Suilus)
Dewasa................................................................................................................160
Tabel 6.9 Jenis bahan baku dan kandungan nutrisinya.............................................161
Tabel 6.10 Nama bahan, kandungan protein, jumlah bahan dan hasil
kali.....................................................................................................................163

INDUSTRI PERIKANAN
x LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PETUNJUK
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU
PENGGUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku dengan judul Budi Daya Perikanan Laut ini diharapkan dapat menjadi
panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan mmemperhatikan hal-
hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.

Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam


buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri sebelum
benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing
saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Akhir Bab. Jika anda
belum menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat mengulangi untuk
mempelajari materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila anda masih mengalami
kesulitan memahami materi yang ada dalam bab ini, silahkan diskusikan dengan
teman atau guru anda.
Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan
dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebuut adalah:

Lembar Praktikum Lembar acuan yang digunakan untuk melatih


keterampilan peserta didik sesuai kompetensi
keahlianya.
Contoh Soal Digunakan untuk memberikan gambaran soal yang akan
ditanyakan dan cara menyelesaikannya.
Cakrawala Berisi tentang wawasan dan pengetahuan yang berkaitan
dengan ilmu yang sedang dipelajari.
Jelajah Internet Fitur yang dapat digunakan peserta didik untuk
menambah sumber belajar dan wawasan. Menampilkan
link dan QR code sumber belajar.
Rangkuman Berisi ringkasan pokok materi dalam satu bab.
Tugas Mandiri Kegiatan yang bertujuan untuk melatih peserta didik
dalam memahami suatu materi dan dikerjakan secara
individu maupun kelompok (diskusi).

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
xi
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU

Penilaian Akhir Bab Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi


yang sudah dicapai peserta didik setelah mempelajari
satu bab.
Refleksi Kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik
maupun guru di akhir kegiatan pembelajaran guna
mengevaluasi dan memberikan umpan balik kegiatan
belajar mengajar.
Penilaian Akhir Digunakan untuk mengevaluasi kompetensi peserta
Semester didik setelah mempelajari materi dalam satu semester.

INDUSTRI PERIKANAN
xii LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PETA KONSEP
PETA KONSEP BUKU BUKU

BUDI DAYA PERIKANAN LAUT

SEMESTER GASAL SEMESTER GENAP

BAB I KESEHATAN, KESELAMATAN BAB IV SELEKSI DAN PENEBARAN


KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP BENIH KOMODITAS PERIKANAN

BAB II WADAH DAN MEDIA BAB V KUALITAS AIR MEDIA


BUDIDAYA PERIKANAN LAUT BUDIDAYA PERIKANAN

BAB III CARA BUDIDAYA IKAN BAB VI KEBUTUHAN PAKAN


YANG BAIK (CBIB) KOMODITAS BUDIDAYA PERIKANAN

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
xiii
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

APERSEPSI APERSEPSI

Indonesia Negara kepulauan dengan 70% persen wilayah adalah perairan/


laut menjadikan Indonesia memiliki potensi perairan yang menjanjikan dimana
keanekaragaman hayati yang ada diperairan khususnya perikanan sangat melimpah.
Kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa terlahir di Negara ini. Kita panjatkan
doa kepadaNya sebagai ungkapan syukur atas anugerahNya yang melimpah khususnya
dibidang Kemaritiman. Nyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai bentuk
rasa Nasionalisme sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Setelah melakukan presensi dan menanyakan kondisi serta kesiapan peserta
didik untuk mengikuti pembelajaran, guru mengajak siswa untuk sama – sama
mengamati tayangan atau video yang membawa pada materi pembelajaran. Guru
dapat menanyakan materi video yang ditayangkan, mengajak peserta didik untuk
mengemukakan pendapatnya.

INDUSTRI PERIKANAN
xiv LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN


BAB
LINGKUNGAN HIDUP (K3LH) I

BAB I KESEHATAN,KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN


HIDUP (K3LH)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari tentang Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan


Hidup (K3LH) peserta didik diharapkan mampu menjelaskan peralatan K3LH
dalam Usaha Budidaya Perikanan,menjelaskan dan melakukan penerapan K3LH
dalam Usaha Budidaya Perikanan.

PETA KONSEP

KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA


DAN LINGKUNGAN HIDUP (K3LH)

Peralatan K3lh Da- Penerapan K3lh Da-


lam Usaha Budidaya lam Usaha Budidaya Prosedur Menghada-
Perairan Perairan pi Keadaan Darurat

KATA KUNCI

Kesehatan,Keselamatan Kerja,Lingkungan Hidup

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
1
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENDAHULUAN

Gambar 1.1 ilustrasi keselamatan kerja


Sumber : https://www.klopmart.com/article/detail/k3-keselamatan-dan-kesehatan-kerja

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) pada dunia


usaha/Industri harus diperhatikan dengan seksama oleh semua tenaga kerja
dalam setiap lingkup kerjanya. Pelaksanaan K3LH merupakan salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas
dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Dalam
dunia usaha perikanan, budidaya ikan merupakan salah satu subsector yang
menggunakan tenaga kerja dalam jumlah cukup besar untuk memenuhi target
produksinya. Tempat kerja adalah suatu ruangan atau lapangan,tertutup
atau terbuka,bergerak atau tetap, tempat tenaga kerja beraktifitas untuk
pengembangan suatu usaha dan dimana terdapat sumber – sumber bahaya.
Pada dunia usaha budidaya ikan, tempat bekerja terdapat didalamatau di luar
ruangan, bergantung pada jenis usahanya.

INDUSTRI PERIKANAN
2 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian

Gambar 1.2 ilustrasi keselamatan kerja


Sumber : http://sitimaryatulkiptiyah.blogspot.com/2013/12/
pakai-alat-pelindung-diri-apd-demi.html

Pada beberapa kasus terjadinya kecelakaan di tempat kerja sudah menjadi


rahasia umum di karenakan adanya keterbatasan fasilitas keamanan kerja, juga
karena kelemahan pemahaman factor-faktor prinsip yang perlu diterapkan
perusahaan khususnya dibidang Perikanan. Filosofi keselamatan dan Kesehatan
kerja dalam memamndang setiap karyawan memiliki hak atas perlindungan
kehidupan kerja yang nyaman belum sepenuhnya dipahami baik oleh pihak
manajemen maupun karyawan. Lebih lanjut menurut dirjen pembinaan dan
pengawasan ketenagakerjaan (dalam Jalaludin;2012) I Gusti Made Arka, Angka
kecelakaan kerja di Indonesia hingga Juli tahun 2010 mencapai 47.919 kasus,
meskipun angka ini menrun dari tahun2009 yang berjumlah 54.398 kasus,namun
masih tergolong tinggi, terjadinya kecelakaan itu erat kaitannya dengan belum
seimbangnya jumlah pengawas ketenagakerjaan yang saat ini hanya ada sebanyak
2.308 petugas. Pernyatan ini menunjukan alasan bahwa dari 54.398 kasus
kecelakaan kerja, sebanyak 20.086 kasus tergolong pelanggaran kelembagaan
pengawasan ketenagakerjaan. Artinya jumlah pengawas tersebut belum memnuhi
standar ideal di bandingkan jumlah perusahaan di Indonesia yang mencapai 208.813
perusahaan dengan 102,05 juta tenaga kerja. Idealnya, dengan jumlah perusahaan
lebih dari 200 ribu harus memiliki 5.000 tenaga pengawas ketenagakerjaan
(metrotvnews.com, Rabu 25 Agustus 2010). Begitu juga dengan para pengusaha
di bidang budidaya perikanan masih banyak perusahaan yang belum menerapkan
standarisasi kesehatan,keselamatan kerja dan Lingkungan Hidup. Kenyataan ini
menuntut perhatian kita semua akan pentingnya Kesehatan,Keselamatan Kerja
dan Lingkungan Hidup (K3LH), karena K3LH itu belum menjadi perhatian penuh

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
3
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

baik bagi karyawan maupun bagi mnajemen atau pihak pengusaha khususnya
dibidang perikanan.
Bila kita melihat pada kegiatan sehari-hari dalam masyarakat, kita sangat
mudah menemui banyak orang yang mengabaikan Kesehatan dan keselamatan
kerja tersebut yang kita dapat lihat dari cara mereka yang tidak membentengi
dirinya dengan perlengkapan keamanan. Sebagai contoh, banyak orang yang
bekerja sambil merokok ditempat yang rawan kebakaran,merokok diruangan yang
ber-AC, dalam bengkel kerja mengelas dan tidak pakai kacamata pengaman, sedang
mengendarai motor tidak pakia helm dan sambil baca dan menulis sms, memotong
rumput dengan menggunakan mesin pemotong rumput tidak menggunakan
kacamata pengaman,tidak menggunakan penutup telinga,dan hanya memakai
alas kaki dan/atau sandal/sepatu yang tidak standar, untuk pengelolaan wadah
budidaya (kolam) tidak menggunakan sepatu boot yang sesuai dengan standar,
untuk kegiatan di laboratorium khusus perikanan tidak menggunakan APD (Alat
Perlindungan Diri) yang memadai, dan banyak lagi contoh lain yang menunjukan
orang tidak perhatian dengan K3LH ini. Oleh karena itu perlu ditanamkan dan
dibudayakan bahwa K3LH itu penting untuk keselamatan semua orang.
Sebelum kita membicarakan hal-hal lain yang berkaitan dengan K3LH
sebaiknya kita pahami terlabih dahulu beberapa pengertian berikut ini :
1. Keselamatan kerja adalah hal-hal yang menyangkut dari risiko yang bekerja di
suatu tempat atau perusahaan yang disebabkan oleh kecelakaan yang terjadi
didalam, tempat atau perusahaan tersebut (Lidya dkk,1996). Keselamtan
kerja juga menunjuk pada suatu kondisi kerja yang aman dan selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja (Mangkunegara,2000).
Keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan
metode yang mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalami
cedera. Dalam peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah,mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
2. Kesehatan kerja adalah hal-hal yang :
a. Menyangkut kemungkinan ancaman terhadpa kesehatan sesorang yang
bekerja pada suatu tempat atau perusahaan selama waktu kerja yang
normal (Lidya dkk,1996)
b. Kondisi yang bebas dari gangguan fisik,mental emosi,atau rasa sakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja (Mangkunegara,2000)
c. Santoso (2004) mengatakan kesehatan kerja adalah kesehatan jasmani
dan rohani.
3. Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi
dalam pelaksanaan hubungan kerja. Adapun yang termasuk kecelakaan kerja
adalah :
Celaka akibat langsung pekerjaan, saat atau waktu kerja, perjalanan (dari
rumah ke tempat kerja, melalui jalan atau sarana yang wajar), dan penyakit
akibat kerja. Undang –undang No. 14 tahun 1969, tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, pasal 9 yang menyatakan “tiap tenaga kerja berhak

INDUSTRI PERIKANAN
4 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

mendapat perlindungan atau keselamatan,kesehatan,kesusilaan,pemeliharaan


moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral
agama. Menurut Suryadi (2002:91) pengertian kesehatan dan keselamatan kerja
adalah menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang menjamin kesehatan
dan keselamatan karyawan agar tugas pekerjaan di wilayah kerja perusahaan
dapat berjalan lancar. Lebih lanjut Nasution (1994:253) mengemukakan bahwa
kesehatan dan keselamtan kerja adalah segala yang menyangkut hal-hal
berikut ini :
a. Pembuatan, percobaan, segala jenis produk yang mempergunakan mesin-
mesin atau peralatan.
b. Segala perawatan, perbaikan peralatan produksi
c. Segala pembersihan pembuangan limbah dalam produksi.
4. Lingkungan Hidup menurut Munadjat Danusaputro (Hukum Lingkungan Buku
11,Bandung:Nasional Binacit.1985 hlm,201), lingkungan atau lingkungan
hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk didalamnya
manusia dan tingkah-perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana
manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad-jasad hidup lainnya. Secara yuridis pengertian lingkungan
hidup pertama kali dirumuskan dalam UU No. 4 Tahun 1982 (disingkat UULH-
1982) tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup,
yang kemudian dirumuskan kembali dalam UU No. 23 tahun 1997 (disingkat
UUPLH-1997) tentang pengelolaan lingkungan hidup dan terakhir dalam
UU No.32 Tahun 2009 (disingkat UUPPLH-2009) tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkunga hidup. Perbedaan mendasar pengertian lingkungan
hidup menurut UUPPLH-2009 dengan kedua undang-undang sebelumnya yaitu
tidak hanya menjaga kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain, tetapi juga kelangsungan alam itu sendiri. Jadi
sifatnya tidak lagi antroposentris atau biosentris, melainkan telah mengarah
kepada ekosentris.
Berdasarkan pengertian dalam ketiga undang-undang tersebut, jelas bahwa
lingkungan hidup terdiri atas dua unsur atau komponen, yaitu unsur atau
komponen makhluk hidup (biotic) dan unsur atau komponen makhluk tak hidup
(abiotic). Di antara unsur-unsur tersebut terjalin suatu hubungan timbal balik,
saling memengaruhi dan ada ketergantungan satu sama lain. Makhluk hidup
yang satu berhubungan secara bertimbal balik dengan makhluk hidup lainnya
dan dengan benda mati (tak hidup) di lingkungannya. Adanya hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya menunjukkan bahwa
makhluk hidup dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungan
di mana ia hidup. Makhluk hidup akan memengaruhi lingkungannya, dan
sebaliknya perubahan lingkungan akan memengaruhi pula kehidupan makhluk
hidup. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik tersebut dinamakan
ekologi (Muhamad Akib;2016). Kesadaran lingkungan adalah perhatian atau
kepedulian masyarakat dunia terhadap lingkungan sebagai akibat terjadinya
berbagai masalah lingkungan. Secara umum kesadaran lingkungan telah dimulai
sejak tahun 1950-an sebagai akibat terjadinya berbagai kasus lingkungan di
dunia. Secara global perhatian terhadap lingkungan dimulai di kalangan Dewan

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
5
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Ekonomi dan Sosial PBB pada waktu peninjauan terhadap hasil-hasil gerakan
Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-1 (1960-1970). Kebijakan lingkungan
adalah kebijakan negara atau pemerintah di bidang lingkungan. Kebijakan
lingkungan dengan demikian menjadi bagian dari kebijakan publik.

B. Peralatan K3LH Dalam Usaha Budidaya Perikanan

Gambar 1.3 Alat Keselamatan Kerja


Sumber : https://thpunila.com/2019/07/10/pentingnya-penerapan-
kesehatan-dan-keselamatan-kerja/

Sebelumnya telah disebutkan bahwa program K3LH dalam perusahaan masih


belum banyak mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik dari pihak pekerja/
karyawan ataupun dari pihak pengusaha atau pimpinan perusahaan, padahal
program K3LH sangat penting keberadaanya terkait dengan keberadaan karyawan
agar dapat bekerja tanpa gangguan yang berarti juga terhadap pengusaha bila
karyawan dapat bekerja tanpa gangguan itu, maka dalam jangka panjang berarti
akan meningkatkan produktifitas perusahaan.
Secara umum keberadaan K3 ini berkenaan dengan hak karyawan yang menyatakan
bahwa :
1. Setiap pekerja berhak memperoleh jaminan atau keselamatan kerja,agar
terhindar dari kecelakaan.
2. Setiap orang yang berada di tempat kerja harus dijamin keselamatannya;dan
3. Tempat pekerjaan di jamin selalu dalam keadaan yang aman.
Dari semua progam K3 yang ada dalam perusahaan pada dasarnya memiliki
tujuan tersendiri. Menurut Gouzali (2000) tujuan K3 adalah terpeliharanya fisik
dan mental karayawan dari segala macam gangguan yang dapat mempengaruhi
produktivitas perusahaan. Begitupun penerapan K3 dalam sektor Budidaya
Perikanan bertujuan agar meningkatkan produktivitas pemeliharaan baik
pembenihan maupun pembesaran sehingga target yang sudah ditetapkan dapat
tercapai.
Secara spesifik ada tiga alasan mengapa K3 itu diperlukan,yaitu :
1. Moral, maksudnya adanya program K3 untuk pencegahan kecelakaan karena
alasan kemanusiaan, artinya setiap karyawan bekerja itu siapapun mereka,
dari bangsa manapun,memilki agama apapun mereka,mereka harus diakui
sebagai makhluk social yang perlu dijaga keamanan dan keselamatannya
karena ikatan moral.
INDUSTRI PERIKANAN
6 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

2. Hukum, makna dari alasan hokum adlah semua perushaan harus tunduk
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,bila perusahaan
tidak bertanggung jawab, dan mengabaikan K3 dan terjadi kecelakaan atau
gangguan keamanan kerja dalam perusahaan hingga menyebabkan cedera
bagi para karyawan/pekerja, maka perusahaan akan dikenakan hukuman atau
denda sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku,untuk menghindari hal
ini maka perusahaan harus mengadakan dan menjaga adanya program K3.
3. Ekonomi, alasan aspek ekonomi ini adalah untuk menyadarkan pengusaha atau
pimpinan perusahaan bahwa bila terjadi gangguan keamanan dan kecelakaan
kerja, maka akan menjadi biaya tinggi bagi perusahaan, atau perusahaan harus
menanggung semua biaya untuk menanggulangi gangguan keamanan dan
kecelakaan itu, termasuk recovery sikap mental atau moral tenaga kerja yang
kena dampak gangguan kecelakaan atau mendapat cedera, harus disadari
oleh pimpinan perusahaan bahwa pemborosan biaya dapat ditekan melalui
terjaganya program K3 dalam perusahaan.
Secara umum orang menyadari bahwa untuk terjaganya program K3, maka
perusahaan harus menyediakan berbagai peralatan dan kelengkapan K3,
baik yang menyangkut perlengkapan yang terpasang pada berbagai aspek
kerja dalam perusahaan, seperti terpasang pada dinding,terpasang pada
mesin dan terpasang pada kendaraan, juga perlengkapan dan peralatan yang
langsung digunakan oleh karyawan saat mereka menunaikan tugas-tugasnya
yang disebut dengan alat perlindungan diri (APD) karyawan/pekerja, adapun
beberapa alat yang sering dipakai sebagai pelindung diri karyawan itu adalah :
a. Kacamata
b. Sepatu pengaman/sepatu boot
c. Sarung tangan
d. Topi pengaman
e. Pelindung paru-paru
f. Masker mulut
g. Filter skrin, dan lainnya.

Gambar 1.4 perlengkapan Standar K3LH


Sumber: Dok. Pribadi

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
7
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

C. PENERAPAN K3LH DALAM USAHA BUDIDAYA PERIKANAN


Dalam dunia usaha budidaya perikanan ada tiga bagian/fase yang dapat
dijadikan segmen usaha yaitu pembenihan, pendederan dan pembesaran.
Usaha pembenihan adalah usaha dalam budidaya ikan yang outputnya adalah
menghasilkan benih ikan yang tentu saja berkualitas. Usaha pendederan adalah
usaha dalam budidaya ikan yang outputnya ukuran ikan sebelum ditebarkan ke
unit pembesaran atau ukuran sebelum konsumsi. Sedangkan usaha pembesaran
adalah usaha dalam budidaya ikan yang outputnya adalah ikan berukuran
konsumsi. Kegiatan produksi dalam budidaya ikan dibagi dalam beberapa kegiatan
antara lain adalah pembenihan, pendederan dan pembesaran. Kesehatan dan
keselamatan kerja pada kegiatan produksi tersebut harus dilakukan agar target
produksi yang diharapkan tercapai dan tidak terdapat kecelakaan kerja. Penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan produksi ini berkaitan dengan
metode produksi yang digunakan. Metode produksi dalam budidaya ikan ada tiga
yaitu :
1. Metode produksi secara ekstensif
2. Metode produksi secara semi intensif
3. Metode Produksi secara intensif
Metode produksi secara ekstensif atau lazim disebut dengan metode
tradisional adalah metode produksi yang dalam kegiatannya membutuhkan areal
budidaya yang luas dan sumber pakan dari kegiatan ini masih bergantung pada
pakan alami. Pakan alami ini dibuat didalam wadah budidaya dimana ikan tersebut
dipelihara. Dalam metode produksi ini hasil yang diperoleh membutuhkan waktu
relatif lebih lama. Metode produksi secara semi intensif adalah suatu metode
budidaya yang membutuhkan areal budidaya yang luas dengan sumber pakan yang
digunakan dalam budidaya adalah pakan alami ditambah dengan pakan tambahan
atau supplemental feed. Dalam metode produksi ini ditambahkan pakan buatan
yang mempunyai kandungan nutrisi lebih rendah dari pakan pabrik dan hanya
memberikan kontribusi terhadap penambahan energi kurang dari 50%. Metode
produksi secara intensif adalah suatu metode budidaya yang menggunakan
prinsip dari areal budidaya sekecil-kecilnya diperoleh hasil produksi sebesar-
besarnya dengan penggunaan pakan seluruhnya adalah pakan buatan.
Berdasarkan pelaksanaan K3LH secara umum, pelaksanaan K3LH dalam
usaha/industri perikanan sudah seharusnya dilakukan sesuai perundang-
undangan yang berlaku dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi aktivitas/
pekerjaan yang ada. K3LH sendiri harus dijadikan sebagai persyaratan untuk
meningkatkan produktivitas kerja para pekerja atau karyawan perusahaan.
Usaha/Industri perikanan secara umum sekali lagi terdiri dari 3 (tiga) tahap
yaitu pembenihan,pendederan dan pembesaran yang pada pelaksanaannya di
kelompokkan pada jenis air atau media yang digunakan yaitu air tawar, air payau,
atau air laut/asin :

INDUSTRI PERIKANAN
8 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

1. Agribisnis perikanan air tawar

Gambar 1.5 lokasi kerja beresiko dengan karakteristik air tawar


Sumber: https://infoakuakultur.com/cara-budidaya-udang-vaname-di-kolam-terpal/

2. Agribisnis perikanan air payau

Gambar 1.6 lokasi kerja beresiko dengan karakteristik air payau


Sumber: https://pekanbaru.tribunnews.com/2018/03/18/bupati-bengkalis-
minta-instansi-terkait-pantau-tambak-udang-vaname

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
9
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

3. Agribisnis perikanan air laut

Gambar 1.7 lokasi kerja beresiko dengan karakteristik air laut


Sumber : http://www.riaubook.com/berita/49519/pemprov-riau-gesa-
penyelesaian-perda-izin-usaha-perikanan-budidaya-ini-substansinya

Sedangkan berdasarkan tempat/lokasinya usaha agribisnis perikanan itu dilakukan


biasanya terbagi atas :
1. Agribisnis perikanan di dalam kolam
2. Agribisnis perikanan di dalam keramba
3. Agribisnis perikanan di dalam jaring apung

Gambar 1.8 lokasi kerja dengan resiko cukup tinggi


Sumber: http://engkisasongko.student.umm.ac.id/2016/10/21/budidaya-perairan-aquaculture/

INDUSTRI PERIKANAN
10 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Jenis perairan dan tempat/lokasi agribisnis perikanan sedikit banyak akan


membedakan pelaksanaan K3LH nya. Ini dikarenakan kondisi tempat kerja
yang berbeda sehingga memerlukan pengelolaan K3LH yang sesuai dengan
karakteristiknya.

Gambar 1.9 baju pelampung


Sumber : https://tokoonline88.com/jual-jaket-pelampung-cara-aman-berada-di-air/

Misalnya, untuk aktivitas budidaya perikanan di jarring apung baik di air tawar
maupun air laut tentu syarat-syarat keselamatan kerjanya akan terdapat perbedaan
dengan budidaya perikanan di kolam darat. Perbedaan yang mencolok adalah
dapat dilihat untuk agribisnis perikanan di jarring apung harus disediakannya
perahu/sekoci penolong dan jaket/pelampung keselamatan, yang harus cepat
dapat diraih oleh pekerja jika terjadi situasi kondisi darurat. Misalnya jika terjadi
kebakaran tempat kerja akibat korsleting listrik atau dari sumber-sumber api
lainnya. Pada saat berada di jarring apung, bagi pekerja yang tidak dapat berenang
diwajibkan menggunakan jaket pelampung. Ini dikhawatirkan pekrja terjatuh ke
dalam perairan yang cukup dalam.

Gambar 1.10 Tempat kerja dengan resiko kebakaran tinggi


Sumber: https://www.isw.co.id/post/2017/01/18/pentingnya-perawatan-berkala-keramba-jaring-apung

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
11
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Beberapa kelalaian yang mengakibatkan kecelakaan kerja teridentifikasi terjadi


karena beberapa factor dibawah ini :
1. Factor pekerja itu sendiri (skill, knowledge dan Attitude),
2. Factor salah prosedur penggunaan alat,
3. Factor lingkungan sekitar proses kerja berlangsung serta,
4. Factor manajemen kerja.
Oleh karena itu berdasarkan peraturan perundang – undangan yang sudah
disampaikan sebelumnya, diperintahkan kepada pengurus, pengusaha untuk
melaksanakan UU ini, sedangkan untuk pegawai pengawas dan ahli keselamatan
kerja diperintahkan untuk mengawasi ditaatinya undang – undang ini.

Gambar 1.11 alur/diagram penerapan K3 dalam Usaha Agribisnis perikanan

Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko
yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Selanjutnya dilakukan pengendalian untuk menurunkan tingkat
resiko. Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan :
1. Kondisi dan kejadian yang menimbulkan potensi bahaya
2. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
Penilaian resiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tindakan
pengendalian,dimana perusahaan harus merencanakan manajemen dan
pengendalian kegiatan-kegiatan, produk jasa yang dapat menimbulkan resiko
kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan
dan menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan
bahan,prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
produk barang dan jasa.
Pengendalian resiko kesehatan dan keselamatan akibat kerja dilakukan melalui
metode:
1. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi, hygiene, dan sanitasi.
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi system bonus insentif,
penghargaan dan motivasi diri.

INDUSTRI PERIKANAN
12 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi


5. Penegakan hukum

D. PROSEDUR MENGHADAPI KEADAAN DARURAT


Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat
atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui kendalanya pada saat
kejadian yang sebenarnya. Pengujian prosedur secara berkala dilakukan oleh
personel yang memiliki kompetensi kerja dan untuk instalasi yang mempunyai
bahaya besar harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang.
1. Akibat kelalaian kerja mengakibatkan tenaga kerja mengalami cedera misalnya
terluka, tersengat setrum, dan patah tulang.
2. Akibat kelalaian kerja mengakibatkan kerugian usaha seperti kebakaran tempat
kerja, robeknya jarring, kolam bocor, korsleting listrik sehingga merusak alat
produksi, dan lain sebagainya.

Gambar 1.12 Alat Pemadam kebakaran ringan


Sumber: https://alatpemadam.co.id/mengenal-alat-pemadam-api-ringan-apar/

3. Akibat kelalaian kerja mengakibatkan tenaga kerja cedera yang disebabkan


oleh gigitan binatang berbisa.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
13
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.13 Binatang berbisa


Sumber: https://ilmupengetahuanumum.com/10-hewan-yang-paling-beracun-
dan-berbisa-di-dunia/

4. Akibat kelalaian manajemen mengakibatkan kesehatan tenaga kerja menurun


antara lain :
a. Penetapan jam kerja yang tidak proporsional
b. Tidak melengkapi perlengkapan untuk keselamatan dan kesehatan kerja
c. Tidak memperhatikan kondisi keamanan dan keselamatan tempat kerja
d. Tidak membuat tempat kerja yang layak
e. Tidak memfasilitasi pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja.

Prosedur menghadapi keadaan Darurat


Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan
harus memiliki prosedur yang meliputi :
1. Penyediaan fasilitas P3K denga jumlah yang cukup dan sesuai sampai pada
mendapat pertolongan medis selanjutnya.
2. Proses perawatan lanjutan.

Prosedur rencana pemulihan keadaan darurat


Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk
secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan
tenaga kerja yang mengalami trauma.

INDUSTRI PERIKANAN
14 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

CONTOH SOAL

1. Dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dalam perusahaan


umumnya kita dibekali dengan alat pelindung diri (APD). Coba anda identifikasi
APD standar dalam perusahaan
2. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal wajib dilakukan untuk setiap
perusahaan karena hal ini dilindungi oleh peraturan perundang –undangan.
Tuliskan dasar hukum yang dijadikan acuan untuk penerapan K3!

Penyelesaiannya :
1. APD standar dalam perusahaan dapat dilihat pada gambar.

2. K3 ditentukan berdasarkan Undang – undang dan peraturan Menteri Tenaga


Kerja, yaitu :
a. UU no 1 tahun 1970
b. UU no. 21 tahun 2003
c. UU no. 13 tahun 2003
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996

CAKRAWALA

PT IMIP Didesak Terapkan Sistem Kerja Aman


Ketua  Dewan Pengawas Perhimpunan Bantuan Hukum Rakyat (PBHR) Sulawesi
Tengah,  Muhammad Masykur mendesak pihak PT Indonesia Morowali Industrial
Park (IMIP) agar tidak main-main dengan jaminan keselamatan kerja. Hal itu
diungkapkannya akibat telah banyak korban jiwa yang terus berjatuhan di
kawasan industry tersebut. Yang terbaru adalah, seorang buruh lagi – lagi
meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, atas nama Basri Tonga (BT). Dijelaaskan
Masykur, kecelakaan kerja terjadi disaat korban mengendarai truck 10 roda
yang mengangkut slag dari lokasi PT IMIP ke PT Indonesia Ruipu Nickel Chrome
Alloy (IRNC). Belum diketahui kenapa slag tersebut dibawa ke PT IRNC, namun

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
15
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

CAKRAWALA

kecelakaan terjadi di saat mobil yang dikendarai tidak mampu menanjak dan
akhrinya terguling menindih korban, hingga yang bersangkutan nyawanya tidak
terselamatkan (26/9/2019).
Menurutnya, dari kronologi kejadian tersebut nampaknya aktifitas kerja yang
dibebankan kepada korban tidak didasari dengan system manajemen keselamatan
kerja, sebagaimana diatur dalam aturan perundang – undangan. Karena jika
ditelaah secara kasat mata, kondisi lokasi memungkinkan terjadinya kerawanan
kecelakaan kerja, sehingga semestinya bisa diantisipasi sedini mungkin. “Anehnya
hal demikian sepertinya dibiarkan saja dengan harapan semuanya baik-baik saja,
ya syukur – syukur kalau tidak terjadi apa – apa”kata Masykur.
Mantan wakil ketua komisi III DPRD Sulawesi Tengah itu menjelaskan bahwa
penerapan system kerja seperti itu yang ditetapkan oleh PT IMIP sangat tidak
kredibel dan jauh dari aspek perlindungan jaminan keselamatan kerja kepada
buruh.”sepertinya nyawa manusia tidak dipandang sebagai sesuatu yang mutlak
adanya untuk dilindungi, sesuai dengan harkat dan martabat manusia, padahal
dalam undang – undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal
87 memerintahkan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan manajemen
keselamatan kerja yang terintegerasi dengan menejemen perusahaan”ungkap
Masykur.
Masykur juga mendesak kepada PT IMIP agar bertanggung jawab dan tidak lepas
tangan atas kecelakaan kerja yang berujung kematian sebagaimana yang kerap
terjadi. Ia juga meminta kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah
melalui dinas terkait agar segera melakukan evaluasi atas manajemen keselamatan
kerja PT IMIP. “Jika hasilnya buruk, sebaiknya PT IMIP ditutup sementara, sambil
dilakukan perbaikan atas system keselamatan kerja yang sesuai”tandasnya.
Sumber : https://kailipost.com/2019/09/pt-imip-didesak-terapkan-sistem-kerja-
aman.html

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan agar lebih luas tentang materi


Kesehatan,Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup anda
dapat mempelajari secara mandiri melalui internet. Di
internet kalian bisa mencari lebih jauh materinya. Salah satu
website yang dapat menambah wawasan dan pemahaman
kalian tentang Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan
Hidup adalah sebagai berikut:
https://www.klopmart.com/article/detail/k3-keselamatan-
dan-kesehatan-kerja

INDUSTRI PERIKANAN
16 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

RANGKUMAN

1. Pelaksanaan K3LH merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan


tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja.
2. Keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material,
dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak
mengalami cedera.
3. Perusahaan harus menyediakan peralatan dan kelengkapan K3LH, baik yang
pada dinding,mesin dan kendaraan perusahaan maupun pemakaian APD
karyawan/pekerja.
4. Tujuan dari penerapan K3LH ini khususnya Budidaya Perikanan adalah untuk
meningkatkan hasil Produksi.

TUGAS MANDIRI

Perhatikan lokasi /tempat kerja industry perikanan di sekitar daerah anda.


Analisis oleh anda dapat secara berkelompok kemudian diskusikan mengenai
resiko kerja apa saja yang mungkin terjadi terkait Kesehatan, Keselamatan Kerja
dan Lingkungan Hidup serta prosedur menghadapi keadaan darurat dan insiden
apa saja yang harus disiapkan oleh manajemen.

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan K3LH!
2. Tuliskan beberapa pengertian tentang K3LH menurut para ahli!
3. Tuliskan beberapa peralatan yang digunakan dalam K3LH!
4. Jelaskan tujuan dari penerapan K3LH!
5. Dalam kegiatan budidaya perairan khususnya budidaya perairan laut tidak
lepas dari resiko keselamatan kerja. Coba anda tuliskan resiko – resiko apa
saja yang dapat terjadi dalam kegiatan budidaya perairan laut !

REFLEKSI

Setelah mempelajari dan memahami materi tentang kesehatan,keselamatan kerja


dan lingkungan hidup (K3LH) pada bab ini, silahkan anda membuat pertanyaan
jika ada materi yang belum anda pahami sehingga pemahaman anda pada materi
ini bisa anda gunakan untuk mengikuti materi selanjutnya.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
17
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

BAB WADAH DAN MEDIA BUDIDAYA


II PERIKANAN LAUT

BAB II WADAH DAN MEDIA BUDIDAYA


PERIKANAN LAUT

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa mampu (1) menentukan desain
dan tata letak budidaya perikanan laut secara jujur dan bertanggung jawab;
(2) menjelaskan jenis – jenis wadah budidaya perikanan laut secara jujur dan
bertanggung jawab; (3) menjelaskan media budidaya perikanan laut secara jujur
dan bertanggung jawab; dan (4) melaksanakan persiapan wadah dan media
budidaya perikanan laut secara berani,disiplin dan bertanggung jawab.

PETA KONSEP

PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA


PERIKANAN LAUT

Pemilihan Lokasi Desain Dan Tata Letak Pengelolaan Media


Budidaya Perikanan Wadah Budidaya Budidaya Perikanan

Melaksanakan
Persiapan Wadah
Budidaya Perikanan

KATA KUNCI

Desain, Tata Letak, Wadah

INDUSTRI PERIKANAN
18 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENDAHULUAN

Pada dasarnya ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan usaha budidaya biota laut termasuk budidaya perikanan.
Karena laut yang dimanfaatkan sebagai lahan budidaya merupakan wilayah yang
penggunaannya melibatkan sektor lain (Common property) seperti; perhubungan,
pariwisata, dan lain-lain, maka perhatian terhadap persyaratan lokasi tidak hanya
terbatas pada faktor-faktor yang berkaitan dengan kelayakan teknis budidaya
melainkan juga faktor kebijaksanaan pemanfaatannya dalam kaitan dengan
kepentingan lintas sektor. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Pemerintah telah
mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut (SK. Mentan No.
473/Kpts./Um/7/1982). Agar pemilihan lokasi dapat memenuhi persyarataan teknis
sekaligus terhindar dari kemungkinan pengaruh penurunan daya dukung lingkungan
akibat pemanfaatan perairan di sekitarnya oleh kegiatan lain, maka lokasi yang dipilih
adalah yang memenuhi kriteria untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan di laut serta
kelangsungan usaha secara berkelanjutan.
Sebagai langkah awal budidaya perikanan laut adalah pemilihan lokasi budidaya
yang tepat. Oleh karena itu, pemilihan dan penentuan lokasi budidaya harus didasarkan
pertimbangan ekologis, teknis, higienis, sosio-ekonomis, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pemilihan lokasi sebaiknya dilakukan dengan
mempertimbangkan gabungan beberapa faktor yang dikaji secara menyeluruh. Oleh
karena itu, tidak semua lokasi dapat dijadikan sebagai tempat budidaya. Selain faktor
lokasi, faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan adalah faktor keamanan.
Faktor keamanan merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan setiap kegiatan
usaha yang dilakukan. Apalah gunanya Lokasi yang sangat ideal , tetapi faktor
keamanan tidak mendukung. Hal ini akan menimbulkan kerugian yang cukup besar
akibat dari pencurian.
Indonesia sebagai salah satu Negara Kepulauan kepulauan terbesar di dunia
memiliki potensi yang sangat besar di bidang Perikanan baik perikanan tangkap
maupun Budidaya. Namun saat ini untuk perikanan tangkap kendala yang di hadapi
adalah populasi ikan itu sendiri mulai berkurang di alam. Sehingga untuk memperbaiki
hal tersebut adalah dengan cara restocking di alam atau dengan cara Budidaya.
Menurut Undang-Undang Perikanan No.45 tahun 2009, yang dimaksud
dengan budidaya ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau
mengembangbiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,
termasuk kegiatan menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkan ikan. Ikan adalah
semua jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di
dalam lingkungan perairan yang meliputi binatang dan tumbuhan yang hidup dalam
air tawar, asin ataupun air payau. Penyebutan budidaya bisa berdasarkan jenis ikan,
tempat pemeliharaan, salinitas air dan tingkat teknologinya.
Teknologi budidaya perairan yang dimaksud yakni konstruksi wadah budidaya,
pemilihan lokasi budidaya, penentuan pola tanam, penggunaan benih unggul dan
padat penebaran (stocking density) yang tepat, pemberian pakan yang sesuai (jumlah,
mutu, waktu dan cara), pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan kualitas air,
pemantauan proses budidaya termasuk menghitung laju pertumbuhan komoditas
budidaya perikanan, pemanenan dan penanganan pascapanen.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
19
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pemilihan Lokasi Budidaya


Potensi sumber daya alam yang terkandung di dalam perairan sangat luar
biasa banyak. Apalagi negara Indonesia yang dengan keberadaan perairannya
yang sangat luas dan berada di wilayah tropis, merupakan wilayah yang sangat
cocok untuk kehidupan biota air khususnya ikan. Kita sangat bersyukur kepada
Tuhan yang menurunkan nikmat yang sangat banyak kepada umat manusia yang
hidup di dunia ini. Salah satunya disediakan komoditas perairan yang dapat
menjadi salah satu sumber pangan. Untuk dapat menjemput rezeki tersebut,
manusia harus mampu mengusahakannya, baik dengan cara menangkap maupun
dengan membudidayakannya. Namun begitu, kita harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan agar mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan apa
yang kita inginkan. Dalam pemilihan lokasi budidaya ada beberapa aspek yang
harus kita perhatikan sehingga hasil produksi budidaya dapat ditingkatkan atau
dikatakan berhasil yaitu ; Aspek Teknis, Aspek Ekonomis dan Aspek Sosial
1. Aspek Teknis
Secara teknis lokasi Budidaya yang baik dan benar sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan atau kegagalan budidaya. Aspek teknis yang harus
diperhatikan ialah:
a. Kualitas Air Budidaya

Tabel 2.1 Kualitas Air Budidaya


No Parameter Kisaran Nilai
1 Kedalaman air >5m
2 Kadar Garam 20-35 ppt
3 Oksigen terlarut 3-7 ppm
4 Kecepatan Arus 0,1 – 0,5 meter/detik
5 Tinggi Air Pasang 0,5 – 1,5 meter
6 PH 6 – 8,5
7 Suhu 27 – 320 C

Selain itu yang harus diperhatikan juga adalah perairan terlindung dari
arus dan ombak yang besar, bebas dari pencemaran terutama terhadap
pencemaran logam berat, lokasi mempunyai topografi yang landai dengan
dasar berpasir atau lumpur berpasir. Serta tidak kalah penting adalah
penempatan wadah tidak mengganggu pelayaran atau lalu lintas laut.
2. Aspek Ekonomis
Aspek ekonomis berkaitan dengan faktor-faktor pendukung kemudahan
produksi dan pemasaran. Semakin sulit menyiapkan faktor produksi dan 
pemasaran maka semakin besar biaya  yang dikeluarkan dan otomatis menekan
keuntungan. Aspek Ekonomis yang harus diperhatikan adalah:
a. Lokasi mudah dijangkau. Lokasi Budidaya harus dapat mudah dijangkau

INDUSTRI PERIKANAN
20 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

karena dapat menekan biaya operasional.


b. Dekat dan atau memiliki sarana penunjang seperti : sarana komunikasi, dan
sarana atau prsarana transportasi
c. Tidak terlalu jauh dari sumber pakan benih, sarana produksi lainnya, serta
alat dan bahan untuk membangun komplek budidaya.
d. Dekat dengan daerah pemasaran. Jarak yang dekat dengan pemasaran
dapat menekan biaya transportasi dan penurunan kualitas ikan.
e. Tidak dekat dengan pemukiman dan industri Pemukiman dan industri yang
menghasilkan limbah menjadikan kualitas air untuk budidaya berkurang
dan mengganggu pertumbuhan ikan.
f. Mudah mendapatkan tenaga kerja. Kemudahan mendapatkan tenaga kerja
dari warga sekitar dapat menekan biaya mendatangkan tenaga kerja dari
daerah lain, serta memberikan pendapatan bagi masyarakat sekitar.
g. Sesuai dengan rencana induk pengembangan daerah setempat

3. Aspek Sosial
Ditinjau dari aspek sosiologis/ sosial , lokasi yang dipilih untuk budidaya ikan
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Lingkungan hidup dan kelestarian alam dapat dijaga, artinya lahan yang
digunakan tidak merusak lingkungan yang sudah ada sehingga nantinya
dapat terjalin hubungan yang baik dengan masyarakat pengguna tanah di
sekitarnya.
b. Sumberdaya alam   sekitar  dapat  digunakan,  artinya  dalam  penyediaan 
sarana  dan prasarana tidak perlu harus dicari ke daerah lain.
c. Penduduk sekitar dapat digunakan sebagai tenaga kerja, artinya orang yang
bekerja pada usaha yang akan dibangun berasal dari lingkungan sekitarnya
sehingga dapat mengurangi pengangguran.
d. Ada dampak positif bagi masyarakat sekitar, artinya lokasi usaha yang akan
dibangun dapat dijadikan contoh bagi masyarakat dan adapat diadakan
kerja sama produksi dengan penduduk sekitarnya
e. Keamanan lokasi terjamin atau tidak terganggu oleh orang-orang yang tidak
bertanggung

B. Desain dan Tata letak Wadah Budidaya


Ikan berkualitas baik biasanya dihasilkan dari manajemen budidaya yang baik
pula. Persiapan sejak dari tambak atau kolam menentukan keberhasilan dari panen
ikan.  Secara komersial, tujuan dari petambak atau pembudidaya tentunya adalah
ikan yang dipanen bisa memberikan kualitas terbaik, bisa bersaing di pasar, dan
berkelanjutan. Satu jenis ikan yang cukup banyak dibudidayakan dan memiliki
harga kompetitif di pasar adalah ikan kerapu. Budidaya kerapu yang sering dijumpai
dalam bentuk keramba jaring apung (KJA).
Mempersiapkan unit budidaya ikan, harus berada di lokasi yang tidak
mengancam kelestarian sumber daya kelautan. Petambak perlu menyadari
pentingnya clustering atau zonasi untuk mengembangkan budidaya ikan yang
berkelanjutan.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
21
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Kapasitas juga harus dipertimbangkan. Jangan sampai tambak atau keramba


jaring apung (KJA) yang berlebih muatannya berubah menjadi sistem yang
mengganggu kondisi lingkungan. Selain itu perlu mengatur jarak antara keramba
untuk mengoptimalkan penggunaan daya dukung. Dan, yang tak kalah penting
dalam mempersiapkan bangunan keramba jaring apung untuk ikan kerapu
adalah pengawasan terhadap kondisi fisik lingkungan yang meliputi suhu, arus,
kedalaman, kekeruhan, gelombang, amplitudo pasang surut. Serta, faktor kimia
lingkungan di antaranya kadar oksigen terlarut, salinitas dan parameter biologi
lainnya. Desain dan konstruksi KJA ikan kerapu harus kuat dan stabil mengambang
untuk meminimalisasi resiko kerusakan. Standar persiapan KJA ikan kerapu
dilakukan dengan cara  Membersihkan keramba dari puing-puing atau sampai
melalui penyemprotan. Atau   perendaman dalam desinfektan juga disarankan.
Selanjutnya keringkan dengan cahaya matahari di tempat bersih.Periksa daya
apung dan kekuatan bingkai keramba. Lalu, atur keramba di lokasi yang sesuai.
Jaring apung (cage culture) adalah sistem budidaya dalam wadah berupa
jaring yang mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung dan
di tempatkan di perairan seperti sungai yang berair tenang seperti di muara-
muara sungai, danau, waduk, rawa, selat, dan teluk. Sistem tersebut dewasa ini
lebih dikenal dengan nama Karamba Jaring Apung ( KJA), walaupun sebenarnya
istilah karamba sejak dulu adalah bentuk wadah berupa kurungan dari kayu atau
bambu yang dimasukkan ke dalam air. Sistem ini terdiri dari beberapa komponen
seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan untuk pengontrolan, dan jangkar.
Rangka terbuat dari kayu, bambu, atau besi siku, dan berfungsi sebagai tempat
bergantungnya kantong jaring dan sebagai landasan jalan untuk pengontrolan
serta rumah jaga. Kantong jaring terbuat dari bahan Polyethelene (PE) atau Poly
prophelene (PP) dengan berbagai mata jaring dan berbagai ukuran gulungan
benang, berfungsi sebagai wadah untuk memelihara ikan dan sebagai wadah
memberok ikan. Pelampung bisa menggunakan drum minyak, drum palstik,
atau menggunakan styrofoam, atau gabus yang dibungkus dengan plastik terpal
yang berfungsi untuk mempertahankan kantong jaring agar tetap mengapung
di permukaan air. Jalan pengontrolan atau nama istilahnya di petani disebut
“geladak”, terbuat dari papan, bambu, atau kayu berfungsi untuk memudahkan
pengontrolan dan pengelolaan jaring apung (memberi pakan, panen). Rumah
jaga berfungsi sebagai tempat tinggal teknisi budidaya sistem ini, juga berfungsi
sebagai kantor atau gudang sarana dan prasarana produksi. Bahan yang sebaiknya
digunakan adalah bahan yang reltif ringan bobotnya seperti triplek, bilik bambu
(bambu yang dianyam), asbes atau seng. Hal ini dimaksudkan agar pelampung
tidak tenggelam. Jangkar berfungsi untuk menambatkan jaring apung agar tidak
hanyut atau terombang ambing kesana kemari, terbuat dari beton atau dari batu
yang diikat menggunakan tambang serta dilabuhkan ke dasar perairan. Sistem
teknologi akuakultur ini ditempatkan pada perairan dengan kedalaman 7 – 40
m. Apabila kedalaman kurang dari 7 m, sebenrnya masih bisa dipergunakan
untuk lokasi budidaya, namun dengan resiko yang cukup besar karena pada dasar
perairan nantinya bisa menjadi tempat bertumpuknya bahan-bahan organik dan
senyawa-senyawa beracun seperti NH3, H2S dan sebagainya.

INDUSTRI PERIKANAN
22 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Keterangan: 1. Gubuk tempat pakan (saung supa)


2. Geladak/jalan untuk pengelola jaring apung
3. Pelampung Jaring Apung
4. Jaring
Lokasi penempatan unit Jaring apung di perairan perlu memperhatikan faktor-
faktor :
1. Bebas Banjir. Lokasi jaring apung bukan merupakan perairan yang sering
dilanda banjir besar. Jika lokasi yang ada sering terjadi banjir, dan terpaksa
harus menggunakannya, maka kita harus mengetahui betul bulan-bulan yang
rawan terjadi banjir, sehingga kita dapat mengatur pola tebar ikannya.
2. Lokasi terlindung dari ombak atau arus yang deras. Persyaratan ini merupakan
persyaratan utama jaring apung yang dioperasikan di laut. Karena ombak
dan arus dapat membawa hanyut dan merusak konstruksi jaring apung, maka
lokasinya harus terlindung dari ombak dan arus . Arus yang terlalu kuat
juga bisa menyebabkan ikan stres, karena badannya akan selalu terombang-
ambing sehingga mengenai jaring karamba.
3. Luasan perairan. Luasan bagian perairan perlu diperhatikan, karena berkaitan
erat dengan kesuburan perairan, dan jarak antar unit jaring apung. Jarak antar
unit jaring apung yang disarankan adalah 50 m. Hal tersebut dimaksudkan
agar bargas/kapal mudah untuk beroperasi serta akan mengurangi kepadatan
unit jaring apung dan memperhatikan daya dukung perairan.
4. Kedalaman Perairan. Kedalaman perairan juga merupakan faktor penentu.
Di bendungan Cirata pada saat air surut maksimum kedalaman bendungan
sekitar 85 m pada titik dasar paling dalam, sehingga dengan demikian
pemasangan unit jaring apung harus memperhatikan surutnya air tersebut.
Pilihlah tempat dimana pada saat air surut unit jaring apung tidak menyentuh
dasar perairan. Sebaiknya pemasangan unit jaring apung dilakukan pada saat
air surut maksimum.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
23
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

5. Arus Air. Pemasangan unit jaring disarankan jangan pada arus air, sebab
jika dipasang pada arus air unit jaring apung akan hanyut terbawa arus air
tersebut. Arus air akan terasa besar

C. Pengelolaan Media Budidaya Perikanan


Pengelolan wadah, media, dan peralatan pembesaran ikan memegang
peranan penting, baik untuk keberhasilan maupun untuk memperlancar kegiatan
produksi. Pengelolaan wadah adalah bagaimana kita mengelola wadah agar bisa
berfungsi dengan optimal untuk digunakan dalam kegiatan pembesaran ikan
seperti tidak bocor, meminimalisir keberadaan hama dan penyakit yang bisa
menyerang ikan, meminimalisir keberadaan bahan-bahan beracun, dan membuat
kondisi kualitas air yang sesuai dengan kehidupan ikan. Pengelolaan media
adalah menjaga kondisi optimal kualitas air agar selalu berada pada kisaran nilai-
nilai yang ideal bagi ikan. Adapun pengelolaan peralatan adalah mengidentifikasi
dan mengadakan peralatan untuk pembesaran ikan baik yang utama maupun
pendukung serta mampu mengoperasikannya sehingga dapat berfungsi untuk
meningkatkan produktifitas kolam/tambak.
Media budidaya ikan merupakan suatu tempat hidup bagi ikan untuk tumbuh
dan berkembang yaitu air. Air yang dapat digunakan sebagai budidaya ikan harus
mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup
ikan. Air yang dapat digunakan sebagai media hidup ikan harus dipelajari agar ikan
sebagai organisme air dapat dibudidayakan sesuai kebutuhan manusia sebagai
sumber bahan pangan yang bergizi dan relatif harganya murah. Air yang dapat
memenuhi kriteria yang baik untuk hewan dan tumbuhan tingkat rendah yaitu
plankton sebagai indikator paling mudah bahwa air tersebut dapat digunakan
untuk budidaya ikan.
Hal ini dikarenakan organisme ini merupakan produsen primer sebagai
pendukung kesuburan perairan. Oleh karena itu kondisi perairan/ air harus
mampu menyiapkan kondisi yang baik, terutama untuk tumbuhan tingkat rendah
(Fitoplankton) dalam proses asimilasi sebagai sumber makanan hewan terutama
ikan. Secara umum air sebagai lingkungan hidup mempunyai sifat fisik, sifat kimia
dan sifat biologi. Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budidaya
ikan maka harus dipahami ketiga parameter kualitas air yang sangat menentukan
keberhasilan suatu budidaya ikan. Dalam bab ini akan dibahas tentang kuantitas
air dalam hal ini sumber air yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya,
parameter kualitas air yang akan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha
budidaya ikan dan bagaimana cara melakukan pengukuran terhadap parameter
kualitas air tersebut agar dapat selalu dipantau perubahan kualitas air dalam
wadah budidaya ikan.
1. Parameter kualitas air
  a. Sifat Fisik
1) Kepadatan (density/berat jenis)
Pada suhu 4  oC-(3,95oC ) air murni mempunyai kepadatan yang
maksimum yaitu 1 (satu), sehingga kalau suhu air naik, lebih tinggi
dari 4oC kepadatan/berat jenisnya akan turun, demikian juga kalau
suhunyanlebih rendah dari 4oC. Sifat air yang demikian itu, maka

INDUSTRI PERIKANAN
24 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

akan terjadi pelapisan-pelapisan suhu air padandanau atau perairan


dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan  suhu air makin rendah
disbanding pada permukaan air. Akan tetapi bila air membeku jadi es,
es tersebut akan terapung. Akibat dari sifat tersebut akan menimbulkan
pergolakan/perpindahan massa air dalam perairan tersebut, baik secara
vertikal maupun horizontal. Sifat air ini mengakibatkan pada perairan
didaerah yang beriklim dingin yang membeku perairannya hanya pada
bagian atasnya saja sedangkan pada bagian bawahnya masih berupa
cairan sehingga kehidupan organisme akuatik masih tetap berlangsung.
Selain itu keuntungan adanya gerakan air ini dapat mendistribusikan/
menyebarkan berbagai zat ke seluruh perairan, sebagai sumber mineral
bagi fitoplankton dan fitoplankton sebagai makanan ikan maupun
hewan air lainnya.
Dasar perairan adalah merupakan akumulasi pengendapan
mineral-mineral yang merupakan persediaan “nutrient” yang akan
dimanfaatkan oleh mahluk hidup (yang pada umumnya tinggal didaerah
permukaan air karena mendapatkan sinar matahari yang cukup). Pada
perairan yang oligotrof (cukup banyak mengandung mineral), aliran
vertikal tidak banyak membawa keberuntungan, justru sebaliknya dapat
mengendapkan mineral-mineral yang datang dari tempat lain kedasar
perairan, mineral-mineral tersebut akan di absorbsi oleh dasar perairan
.Sedangkan kerugian adanya aliran air ini adalah terutama aliran air
yang vertikal sering menimbulkan “upwalling” pada danau-danau,
sehingga menyebabkan keracunan dan kematian ikan secara masal. Hal
ini disebabkan kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan zat-zat
beracun dari dasar perairan akan naik kepermukaan air.
2) Kekentalan ( Viscosity )
Molekul-molekul air mempunyai daya saling tarik menarik,
kalau daya saling tarik menarik tersebut mengalami gangguan karena
adanya benda yang bergerak dalam air seperti benda tenggelam,
maka akan timbul gesekan-gesekan yang disebut dengan “gesekan
intern dalam air“/ Viscosity. Menurut kesepakatan para ahli fisika, pada
suhu 0oC, kekentalan air murni mempunyai nilai yang terbesar, dan
ditandai dengan angka 100. Makinmnaik suhunya, makin berkurang
kekentalannya. Setiap kenaikan suhu 1oC terjadi penurunan viscosity
2%, hingga pada suhu 25oC viscositas turun menjadi setengahnya dari
nilai viscosity pada suhu 0oC. Viscosity ini akan berpengaruh terhadap
proses pengendapan jasad renik (plankton), zat-zat dan benda-benda
yang melayang didalam air.
3) Tegangan Permukaan
Molekul-molekul air mempunyai daya saling tarik menarik
terhadap molekul-molekul yang ada. Dalam fase cair daya tarik menarik
masih sedemikian besarnya, sehingga molekul-molekul zat cair masih
mempunyai daya “Kohesi “. Daya tarik menarik molekul air ini terjadi
kesegala penjuru, sedang dipermukaan hanya terjadi gaya tarik
menarik kesamping dan kedalam saja dan sifat itu yang menyebabkan

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
25
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

timbulnya tegangan permukaan. Akibat adanya tegangan permukaan,


maka binatang dan tumbuhan yang ringan, seperti kimbung akar dapat
berjalan diatas permukaan air, ada juga plankton yang menggantung
dibawah permukaan air.
4) Suhu Air
Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu
banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini
disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk
naik 1oC, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang
lebih banyak dari pada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukkan
fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada perairan yang dalam.
Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu
yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka
perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam
antara lain;
a) Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
b) Angin, sebagai penggerak permindahan massa air.
c) Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan
(danau) terdapat lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu
rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik
kepermukaan perairan. Selain itu suhu air sangat berpengaruh
terhadap jumlah oksigen terlarut didalam air. Jika suhu tinggi, air
akan lebih lekas jenuh dengan oksigen disbanding dengan suhunya
rendah. Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh
musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude),
waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air.
Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi
kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas
dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya. Kisaran suhu air
yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan
tropis dapat berlangsung berkisar antara 25oC – 32oC. Kisaran suhu
tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara
tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan
budidaya ikan.
Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan
biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada
suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses didalam
perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen
akan berkurang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan
10oC suhu perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen
oleh organism kuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen
oleh organisme akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi organism
air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu
mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5oC) . Pada perairan
yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter
biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi

INDUSTRI PERIKANAN
26 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

karena suhu permukaan air lebih tinggi disbanding dengan suhu air
dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan
menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah
atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari
32oC menjadi 28oC). Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin
yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam
(dari 28oC menjadi 21oC ).
Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling
bawah dimana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif
konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya
matahari kedalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien
suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari 2
meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena
itu bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budidaya ikan
kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah
stratifikasi suhu pada wadah budidaya ikan diperlukan suatu alat bantu
dengan menggunakan aerator/blower/ kincir air. Berdasarkan hasil
penelitian suhu air sangat berpengaruh terhadap respon ikan dalam
mengkonsumsi pakan yang diberikan selama berlangsung kegiatan
budidaya. Respon tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1.
Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan pada ikan Suhu air
(oC) Respon konsumsi pakan Kondisi kritis minimal Tidak ada respon
terhadap pemberian pakan Pemberian pakan berkurang 50% optimum
Pemberian pakan optimum 50% optimum Pemberian pakan berkurang
Tidak respon terhadap pemberian pakan Kondisi kritis minimal Sumber
: Tucker and Hargreaves (2004) dalam Gusrina SMK Jilid I
5) Kecerahan dan kekeruhan air
Kecerahan dan kekeruhan air dalam suatu perairan dipengaruhi
oleh jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam perairan atau
disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari
didalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/tanaman
didalam air,. Oleh karena itu daya tembus cahaya kedalam air sangat
menentukan tingkat kesuburan air. Dengan diketahuinya intensitas
cahaya pada berbagai kedalaman tertentu, kita dapat mengetahui
sampai dimanakah masih ada kemungkinan terjadinya proses asimilasi
didalam air. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan
pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan
menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai
kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan
meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan
asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam
permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air. Masuknya
cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air
(turbidity). Sedangkan kekeruhan menggambarkan tentang sifat optic
yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam perairan. Definisi

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
27
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

yang sangat mudah adalah kekeruhan merupakan banyaknya zat yang


tersuspensi pada suatu perairan. Hal ini menyebabkan hamburan
dan absorbsi cahaya yang datang sehingga kekeruhan menyebabkan
terhalangnya cahaya yang menembus air. Faktor-faktor kekeruhan air
ditentukan oleh:
a) Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur sb)
b) Jasad-jasad renik yang merupakan plankton
c) Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal
dari daun-daun tumbuhan yang terektrak) Faktor-faktor ini dapat
menimbulkan warna dalam air. Pengukuran kekeruhan suatu
perairan dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
dengan Jackson Candler Turbidimeter dengan satuan unit turbiditas
setara dengan 1 mg/l SiO2. Satu unit turbiditas Jackson Candler
Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU (Jackson Turbidity
Unit). Air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan selain harus
jernih tetapi tetap terdapat plankton. Air yang sangat keruh tidak
dapat digunakan untuk kegiatan budidayan ikan, karena air yang
keruh dapat menyebabkan :
(1) Rendahnya kemampuan daya ikat oksigen
(2) Berkurangnya batas pandang ikan
(3) Selera makan ikan berkurang, sehingga efisiensi pakan rendah
(4) Ikan sulit bernafas karena insangnya tertutup oleh
partikelpartikel lumpur
6) Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat
didalam perairan. Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami
adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal
ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran tentang padatan
total didalam air setelah   menjadi oksida, semua bromida dan iodida
digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi.
Pengertian salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam
yang terdapat dalam 1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air
payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang
menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain. Salinitas dapat
dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan
Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas
adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas
untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau
biasanya berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara
30–35 ppt.
b. Sifat Kimia
1) Oksigen
Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai
faktor penting bagi pernafasan. Ikan sebagai salah satu jenis organisme
air juga membutuhkan oksigen agar prosesmetabolisme dalam tubuhnya
berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan disebut dengan oksigen

INDUSTRI PERIKANAN
28 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

terlarut. Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam


air karena ikan tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan dari difusi
langsung dengan udara. Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l
yang berarti jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air atau dalam
satuan internasional dinyatakan ppm (part per million). Air mengandung
oksigen dalam jumlah yang tertentu, tergantung dari kondisi air itu
sendiri, beberapa proses yang menyebabkan masuknya oksigen ke dalam
air yaitu:
a) Diffusi oksigen dari udara ke dalam air melalui permukannya, yang
terjadi karena adanya gerakan molekul-molekul udara yang tidak
berurutan karena terjadi benturan dengan molekul air sehingga O2
terikat didalam air. Proses diffusi ini akan selalu terjadi bila pergerakan
air yang mampu mengguncang oksigen, karena kandungan O2
didalam udara jauh lebih banyak. Menurut penelitian, air murni 1000
cc pada suhu kamar mengandung 7 cc O2, sedangkan udara murni
suhu pada kamar mengundang 210 cc O2. Dari gambaran tersebut,
maka air relatif mudah melepaskan O2 ke udara. Dari imbangan
tersebut di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
Tercapainya imbangan O2 di air dan di udara, tergantung dari
jumlah molekul-molekul zat (garam-garam) yang larut  dalam air (dalam
satuansatuan tertentu), sebab jumlah tersebut yang menentukan
kemungkinan terbentuknya molekul-molekul dan menentukan pula
jumlah banyaknya molekul-molekul gas yang meninggalkan air lagi. Air
yang mengandung garam-garam pada kadar O2 yang rendah saja sudah
dapat seimbang dengan udara lebih cepat, bila di bandingkan dengan air
suling. Kemungkinan bertubrukan molekul air di tentukan oleh suhu air.
Makin tinggi suhu air,makin rendah jumlah oksigen yang dapat di,kandung/
di ikat oleh air. Artinya; jika suhu air tinggi, maka air itu dengan kadar
oksigen yang rendah saja,sudah dapat seimbang dengan udara, sehingga
penambahan oksigen lebih lanjut tidak akan meningkatkan oksigen
terlarut dalam air. Dalam kegiatan budidaya ikan sifat tersebut penting
artinya, terutama dalam pengangkutan ikan hidup, pemeliharaan ikan di
akuarium, atau pemeliharaan ikan secara tertutup pada Recyle Sistem.
Pada pengangkutan ikan sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari waktu
suhu udara masih relatif rendah, sehingga goncangan airnya yang akan
mampu meningkatkan difusi 02 kedalam air. Pada pemeliharaan ikan
diakuarium atau pada tempat yang terbatas, pemberian lampu, yang
mengakibatkan suhu air meningkat, akan menurunkan kemampuan air
mengikat.
b) Diperairan umum, pemasukan oksigen ke dalam air terjadi karena air
yang masuk sudah mengandung oksigen, kecuali itu dengan aliran
air, mengakibatkan gerakan air yang mampu mendorong terjadinya
proses difusi oksigen dari udara ke dalam air.
c) Hujan yang jatuh,secara tidak langsung akan meningkatkan O2 di
dalam air, pertama suhu airakan turun, sehingga kemampuan air
mengikat oksigen meningkat, selanjutnya bila volume air bertambah

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
29
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

dari gerakan air, akibat jatuhnya air akan mampu meningkatkan O2


di dalam air.
d) Proses Asimilasi tumbuhtumbuhan. Tanaman air yang seluruh
batangnya ada didalam air di waktu siang akan melakukan proses
asimilasi, dan akan menambah O2 didalam air. Sedangkan pada
malam hari tanaman tersebut menggunakan O2 yang ada didalam
air. Pengambilan air O2 didalam air disebabkan oleh:
(1) Proses pernafasan binatang dan tanaman air.
(2) Proses pembongkaran (menetralisasi) bahan-bahan organik.
(3) Dasar perairan yang bersifat mereduksi, dasar demikian
hanya dapat di tumbuhi bakteri yang anaerob saja, yang dapat
menimbulkan hasil pembakaran. Menurut Brown (1987)
peningkatan suhu 1o C akan meningkatkan konsumsi oksigen
sekitar 10%. Hubungan antara oksigen terlarut dan suhu dapat
dilihat pada Tabel 3.2. yang menggambarkan bahwa semakin
tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin berkurang. Kadar
oksigen terlarut dalam suatu wadah budidaya ikan sebaiknya
berkisar antara 7 – 9 ppm. Konsentrasi oksigen terlarut ini sangat
menentukan dalam akuakultur. Kadar oksigen terlarut dalam
wadah budidaya ikan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu
dengan cara titrasi atau dengan menggunakan alat ukur yang
disebut dengan DO meter (Dissolved Oxygen).
2) Karbondioksida
Karbondioksida merupakan salah satu parameter kimia yang sangat
menentukan dalam kegiatan budidaya ikan. Karbondioksida yang
dianalisis dalam kegiatan budidaya adalah karbondioksida dalam bentuk
gas yang terkandung di dalam air. Gas CO2 memegang peranan sebagai
unsur makanan bagi semua tumbuhan yang mempunyai chlorophil, baik
tumbuh-tumbuhan renik maupun tumbuhan tingkat tinggi. Sumber gas
CO2 didalam air adalah hasil pernafasan oleh binatang-binatang air dan
tumbuhtumbuhan serta pembakaran bahan organik didalam air oleh
jasad renik. Bagian air yang banyak mengandung CO2 adalah didasar
perairan, karena ditempat itu terjadi proses pembakaran bahan organik
yang cukup banyak. Untuk kegiatan asimilasi bagi tumbuh-tumbuhan,
jumlah CO2 harus cukup, tetapi bila jumlah CO2 melampaui batas akan
kritis bagi kehidupan binatang binatang air. Pengaruh CO2 yang terlalu
banyak tidak saja terhadap perubahan pH air, tetapi juga bersifat racun.
Dengan meningkatnya CO2, maka O2 dalam air juga ikut menurun, 
sehingga pada level tertentu akan berbahaya bagi kehidupan binatang
air. Kadar CO2 yang bebas didalam air tidak boleh mencapai batas yang
mematikan (lethal), pada kadar 20 ppm sudah merupakan racun bagi ikan
dan mematikan ikan jika kelarutan oksigen didalam air kurang dari 5 ppm
(5 mg/l). CO2 yang digunakan oleh organism dalam air, mula-mula adalah
CO2 bebas, bila yang bebas sudah habis, air akan melepaskan CO2 yang
terikat dalam bentuk Calsiumbikarbonat maupun Magnesium bikarbonat.
Air yang banyak mengandung persediaan Calsium atau Magnesium

INDUSTRI PERIKANAN
30 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

bikarbonat dalam jumlah yang cukup, mempunyai kapasitas produksi


yang baik.
3) pH Air
pH (singkatan dari “ puisance negative de H “ ), yaitu logaritma negatif
dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan
mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organism perairan,
sehingga pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik
buruknya sesuatu perairan. Pada perairan perkolaman pH air mempunyai
arti yang cukup penting untuk mendeteksi potensi produktifitas kolam.
Air yang agak basa, dapat mendorong proses pembongkaran bahan
organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan
oleh tumbuhtumbuhan (garam amonia dan nitrat). Pada perairan yang
tidak mengandung bahan organik dengan cukup, maka mineral dalam
air tidak akan ditemukan. Andaikata kedalam kolam itu kemudian kita
bubuhkan bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dsb dengan
cukup, tetapi kurang mengandung garam-garam bikarbonat yang dapat
melepaskan kationnya, maka mineral-mineral yang mungkin terlepas juga
tidak akan lama berada didalam air itu. Untuk menciptakan lingkungan
air yang bagus, pH air itu sendiri harus mantap dulu (tidak banyak
terjadi pergoncangan pH air). Ikan rawa seperti sepat siam (Tricogaster
pectoralis), sepat jawa (Tricogaster tericopterus  ) dan ikan gabus dapat
hidup pada lingkunganmpH air 4-9, untuk ikan lunjar kesan pH 5-8 ,ikan
karper (Cyprinus carpio) dan gurami, tidak dapat hidup pada pH 4-6, tapi
pH idealnya 7,2. Klasifikasi nilai pH dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu : Netral : pH = 7 Alkalis (basa) : 7 < pH < 14 Asam : 0 < pH < 7.
Derajat keasaman suatu kolam ikan sangat dipengaruhi oleh keadaan
tanahnya yang dapat menentukan kesuburan suatu perairan. Nilai
pH asam tidak baik untuk budidaya ikan dimana produksi ikan dalam
suatu perairan akan rendah. Pada pH netral sangat baik untuk kegiatan
budidaya ikan, biasanya berkisar antara 7 – 8, sedangkan pada pH basa
juga tidak baik untuk kegiatan budidaya. Pengaruh pH pada perairan
dapat berakibat terhadap komunitas biologi perairan, untuk jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Pengaruh pH terhadap komunitas
biologi perairan (Effendi, 2000) Nilai pH Pengaruh Umum 6,0 – 6,5
a) Keanekaragaman plankton dan benthos menga sedikit penurunan
b) Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas tak mengalami
perubahan 5,5 – 6,0
c) Penurunan nilai keanekaragaman plankton danbenthos semakin
nampak
d) Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas masih belum
mengalami perubahan berarti
e) Algae hijau berfilamen mulai nampak pada zonaliteral 5,0 – 5,5
f) Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton
dan benthos semakin besar
g) Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan benthos
h) Algae hijau berfilamen semakin banyak

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
31
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

i) Proses nitrifikasi terhambat 4,5 – 5,0


j) Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton
dan benthos semakin besar
k) Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan benthos
l) Algae hijau berfilamen semakin banyak
m) Proses nitrifikasi terhambat Air kolam yang pH nya bergoncang
antara 4,5-6,5 masih dapat diperbaiki dengan menambahkan kapur
dalam jumlah yang cukup. Agar pH nya dapat dinaikan menjadi 8,0
supaya pengaruh OH yang rendah bisa ditiadakan. Pada umumnya
pada pagi hari, waktu air banyak mengandung CO2, pH air rendah,
pada waktu sore hari air kehabisan CO2 untuk asimilasi pH air
menjadi tinggi. Kondisi pH ini akan sangat npenting artinya pada
pengangkutan ikan hidup secara tertutup dengan pemberian gas O2.
Pada pengangkutan ikan hidup secara terbuka, kelebihan CO2 hasil
pernafasan ikan yang diangkut tidak jadi masalah, sebab CO2 itu
senantiasa masih berkesempatan menjadi seimbang dengan udara
terbuka diatasnya, sehingga penurunan pH air tidak akan terlalu buruk
bagi ikan. Pada pengangkutan tertutup upaya mencegah penurunan
pH air dapat ditambahkan larutan buffer seperti Na2HPO4 , sehingga
pH yang sedianya akan turun dapat dicegah. Dengan demikian
waktu pengangkutan ikan dapat diupayakan lebih panjang. Metode
penentuan pH air dapat menggunakan alat pH meter atau dengan
menggunakan kertas indikator pH. Diperairan asli, pergoncangan pH
dari yang tinggi ke pH rendah dapat disanggah oleh unsur calsium
yang terdapat dalam air asli itu sendiri. Apabila suatu perairan
kadar calcium dalam bentuk Ca(HCO3)2 cukup tinggi, maka daya
menyanggah air terhadap pergoncangan pH menjadi besar. Unsur Ca
didalam air membentuk dua macam senyawa yaitu:
(1) Senyawa kalsium carbonat (CaCO3) yang tidak dapat larut
(2) Senyawa kalsium bicarbonat atau kalsium hidrogen karbonat
(Ca(HCO3)2) yang dapat larut dalam air. Faktor yang menentukan
besar kecilnya kemampuan penyanggah pergoncangan asam
(pH) adalah banyaknya Ca (HCO3)2 di dalam air. Proses terjadinya
penyanggahan asam didalam air adalah sbb: Kalau dalam suatu
perairan, CO2 terambil, maka mula-mula pH air akan naik, akan
tetapi pada saat yang bersamaan Ca(HCO3)2 yang larut dalam
air itu akan pecah menurut persamaan sebagai berikut: Ca
(HCO3)2 Ca CO3 + H2O + CO2 Sehingga dalam air itu terjadi
pembentukan CO2 yang baru, selanjutnya pH air mempunyai
kecenderungan untuk turun lagi. Berdasarkan proses tersebut
diatas, kadar Ca yang terkandung dalam air menjadi berkurang.
Kalcium bikarbonat yang terbentuk pada pemecahan itu akan
mengendap berupa endapan putih didasar perairan, pada daun-
daun tanaman air dsb. Sebaliknya, apabila terbentuk gas CO2
yang banyak didalam air maka mula-mula pH air mempunyai
kecenderungan untuk turun akan tetapi dengan segera gas

INDUSTRI PERIKANAN
32 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

CO2 yang berkeliaran bebas itu akan diikat oleh CaC03 yang
sulit larut dalam air tadi. Menurut persamaan reaksi: CaCO +
CO2 + H2O Ca (HCO3)2. Sehingga jumlah CO2 bebasnya akan
berkurang, akibatnya pH air mempunyai kecenderungan untuk
naik, sehingga kecenderungan pH untuk turun dapat disanggah.
Proses imbangan pH dapat dituliskan dengan reaksi sebagai
berikut : Ca (HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O Jadi jumlah Ca (HCO3
)2 dalam air merupakan salah satu unsur dari baik buruknya
perairan sebagai lingkungan hidup.
4) Bahan Organik dan garam mineral dalam air
Mineral merupakan salah satu unsure kimia yang selalu ada dalam suatu
perairan, beberapa jenis mineral antara lain adalah Kalsium (Ca), Pospor
(P), Magnesium (Mg), Potassium (K), Sodium (Na), Sulphur (S), zat besi (Fe),
Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Seng (Zn), Florin (F), Yodium (I) dan Nikel (Ni).
Diperairan umum mineral yang diperlukan oleh phytoplakton senantiasa
diperoleh dari pembongkaran bahan-bahan organik sisa dari tumbuhan
dan binatang yang sudah mati. Di alam mineral tersebut berasal dari air
yang masuk, atau adanya penambahan pupuk buatan. Pembongkaran
bahan organik dilakukan oleh jasad renik yang terdapat didalam air.
Pada menghendaki perairan yang pHnya 7 sedikit mendekati basa.
Pembongkaran bahan organik ada yang dilakukan secara anaerob (tidak
memerlukan oksigen). Proses pembongkaran itu juga dipengaruhi oleh
suhu air. Bahan organik yang larut didalam air belum dapat dimanfaatkan
oleh binatang air secara langsung.
Bahan-bahan organik yang mengendap di dasar perairan yang dangkal
dapat dimakan secara langsung oleh berbagai macam binatang benthos
(binatang yang hidup didasar perairan) seperti siput vivipar javanica,
cacing tubifex, larva chironomaus dan sebagainya. Bagian-bagian dari
pada lumpur organik demikian yang tidak dapat dicernakan, menyisa
sebagai detritus di dasar perairan. Jumlah bahan organik yang terdapat
dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai salah satu indikator
banyak tidaknya mineral yang dapat dibongkar kelak. Bila suasana
perairan anaerob, maka protein-protein yang menang mengandung
belerang dapat dibongkar oleh bakteri anaerob (diantaranya adalah
Bakterium vulgare). Hasil pembongkaran tersebut adalah gas hidrogen
sulfide (H2S) dan ditandai bau busuk, air berwarna kehitaman.
Gas itu merupakan limiting factor/ factor pembatas bagi kesuburan
perairan. Kandungan H2S – 6 mg/ l sudah dapat membunuh ikan Cyprinus
carpio dalam beberapa jam saja.Untuk mencegah timbulnya H2S dalam
kolam biasanya kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan harus
dilakukan pengolahan tanah dasar dan pengeringan. Jenis gas beracun
lainnya yang berasal dari pembongkaran bahan organik adalah gas
metana. Gas Metana ( CH4 ) adalah gas yang bersifat mereduksi dan
dikenal sebagai gas rawa. Metana itu timbul pada proses pembongkaran
hidrat arang dari bahan organik yang tertimbun dalam perairan. Hidrat
arang dalam suasana anaerob mulamula dibongkar menjadi asam-

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
33
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

asam karboksilat. Bila suasana air tetap anaerob maka asam-asam


karboksilat direduksikan lebih lanjut menjadi Metana. Bila gas Metana
ini berhubungan dengan O2 dalam air sekelilingnya, maka air itu akan
berkurang O2, dan sebagai hasilnya timbullah gas CO2. Pembongkaran
dalam suasana anaerob juga dapat dilakukan oleh ragi (Saccharomyces),
hasil pembongkaran itu adalah alkohol dan lebih lanjut lagi menjadi asam
cuka (asam asetat ) oleh bakterium aceti. Kandungan bahan organik dalam
air sangat sulit untuk ditentukan yang biasa disebut dengan kandungan
total bahan organik (Total Organic Matter/TOM).
5) Nitrogen
Nitrogen didalam perairan dapat berupa nitrogen organik dan nitrogen
anorganik. Nitrogen anorganik dapat berupa ammonia (NH3), ammonium
(NH4), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan molekul Nitrogen (N2) dalam bentuk
gas. Sedangkan nitrogen organic adalah nitrogen yang berasal bahan
berupa protein, asam amino dan urea. Bahan organik yang berasal dari
binatang yang telah mati akan mengalami pembusukan mineral yang
terlepas dan utama adalah garam-garam nitrogen (berasal dari asam
amino penyusun protein). Proses pembusukan tadi mula-mula terbentuk
amoniak (NH3) sebagai hasil perombakan asam amino oleh berbagai
jenis bakteri aerob dan anaerob. Pembongkaran itu akan menghasilkan
suatu gas CO2 bebas, menurut persamaan reaksinya adalah: R. CH.NH2.
COOH +O2 R. COOH + NH3 + CO2 Berdasarkan reaksi kimia tersebut
dapat diperlihatkan bahwa kolam yang dipupuk dengan pupuk kandang/
hijau yang masih baru dalam jumlah banyak dan langsung ditebarkan
benih ikan kedalam kolam, biasanya akan terjadi mortalitas yang tinggi
pada ikan karena kebanyakan gas CO2 . Bila keadaan perairan semakin
buruk, sehingga O2 dalam air sampai habis, maka secara perlahan
proses pembongkaran bahan organik akan diambil oleh bakteri lain
yang terkenal ialah Nitrosomonas menjadi senyawa nitrit. Reaksi tersebut
sebagai berikut: 2NH3 + 3O2 2HNO2 + H2O.
Bila perairan tersebut cukup mengandung kation-kation maka asam nitrit
yang terbentuk itu dengan segera dapat dirubah menjadi garam-garam
nitrit, oleh bakteri  Nitrobacter atau  Nitrosomonas, garam-garam nitrit itu
selanjutnya dikerjakan lebih lanjut menjadi garam-garam nitrit, reaksinya
sebagai berikut: 2NaNO2+O2 2NaNO3 Garam-garam nitrit itu penting
sebagai mineral yang diasimilasikan oleh tumbuh-tumbuhan hijau untuk
menyusun asam amino kembali dalam tubuhnya, untuk menbentuk
protoplasma itu selanjutnya tergantung pada nitrit, phytoplankton itu
selanjutnya menjadi bahan makanan bagi organisme yang lebih tinggi.
Nitrit tersebut pada suatu saat dapat dibongkar lebih lanjut oleh bakteri
denitrifikasi (yang terkenal yaitu  Micrococcus denitrifikan), bakterium
nitroxus menjadi nitrogennitrogen bebas, reaksinya sebagai berikut: 5
C6H12O0 + 24 HNO3 24 H2 CO3 + 6 CO3 +18 H2O +12 N2 Agar supaya
phitoplankton dapat tumbuh dan berkembang biak dengan subur dalam
suatu perairan, paling sedikit dalam air itu harus tersedia 4 mg/l nitrogen
(yang diperhitungkan dari kadar N dalam bentuk nitrat), bersama dengan

INDUSTRI PERIKANAN
34 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

1 mg/l P dan 1 mg/l K. Bila kadar NH3 hasil pembongkaran bahan organik
di dalam air  terdapatndalam jumlah besar, yang disebabkan proses
pembongkaran protein terhenti sehingga tidak terbentuk nitrat sebagai
hasil akhir, maka air tersebut disebut “sedang mengalami pengotoran
(Pollution)”.
Kadar N dalam bentuk NH3 dipakai juga sebagai indikator untuk
menyatakan derajat polusi. Kadar 0,5 mg/l merupakan batas maksimum
yang lazim dianggap sebagai batas untuk menyatakan bahan air itu
“unpolluted”. Ikan masih dapat hidup pada air yang mengandung N
2 mg/l. Batas letal akan tercapai pada kadar 5 mg/l. Di perairan kolam
nitrogen dalam bentuk amonia sangat beracun bagi ikan budidaya,
tetapi jika dalam bentuk amonium tidak begitu berbahaya pada media
akuakultur. Amonia yang ada dalam wadah budidaya dapat diukur dan
biasanya dalam bentuk ammonia total. Menurut Boyd (1988), terdapat
hubungan antara kadar ammonia total dengan ammonia bebas pada
berbagai pH dan suhu yang dapat dilihat pada Tabel 3.4. Pada table
tersebut memperlihatkan daya racun ammonia yang akan meningkat
dengan meningkatnya kadar pH dan suhu terhadap organisme perairan
termasuk ikan. Kadar amonia yang dapat mematikan ikan budidaya
jika dalam wadah budidaya mengandung 0,1 – 0,3 ppm. Oleh karena
itu sebaiknya kadar amonia didalam wadah budidaya ikan tidak lebih
dari 0,2 mg/l (ppm). Kadar amonia yang tinggi ini diakibatkan adanya
pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industry
dan limpasan pupuk pertanian.
6) Alkalinitas dan kesadahan
Alkalinitas menggambarkan jumlah basa (alkali) yang terkandung dalam
air, sedangkan alkalinitas total adalah konsentrasi total dari basa yang
terkandung dalam air yang dinyatakan dalam ppm setara dengan kalsium
karbonat. Total alkalinitas biasanya selalu dikaitkan dengan pH karena
pH air ini akan menunjukkan apakah suatu perairan itu asam atau basa.
Alkalinitas juga disebut dengan Daya Menggabung Asam (DMA) atau
buffer/penyangga suatu perairan yang dapat menunjukkan kesuburan
suatu perairan tersebut. Sedangkan kesadahan menggambarkan
kandungan Ca, Mg dan ion-ion yang terlarut dalam air. Berdasarkan
Effendi (2000) Nilai alkalinitas berkaitan jenis perairan yaitu perairan
dengan nilai alkalinitas kurang dari   sebagai perairan lunak (Soft water),
sedangkan perairan yang nilai alkalinatasnya lebih dari 40 mg/l CaCO3
disebut sebagai perairan keras (Hard water). Perairan dengan nilai
alkalinitas yang tinggi lebih produkstif daripada dengan perairan yang
nilai alkalinitasnya rendah. Menurut Schimittou (1991), perairan dengan
alkalinitas yang rendahm(misal kurang dari 15 mg/l) tidak diinginkan
dalam akuakultur karena :
a) Perairan tersebut sangat asam sehingga performansi produksi ikan
(Kesehatan umum da kelangsungan hidup, pertumbuhan, hasil dan
efisiensi pakan) dipengaruhi secara negatif.
b) Produksi phytoplankton dibatasi oleh ketidakcukupan CO2 dan

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
35
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

HCO3 yang cenderung menyebabkan rendahnya kelarutan oksigen


dan bisa mengakibatkan kematian plankton.
c) Pada tanah-tanah asam dapat menyerap fosfor yang akan mereduksi
efek pemupukan pada tingkat produksi akuakultur sistem ekstensif,
tingkat pemupukan ekstensif dan pemupukan intensif.
d) Fluktuasi pada pH dan faktorfaktor yang berhubungan dapat
menyebabkan ketidakstabilan mutu air yang dapat menyebabkan
ikan stres.
e) Pada tingkat pH yang ekstrem dapat menyebabkan kondisikondisi
stres masam pada pagi hari dan kondisi stres alkalin pada senja
hari. Untuk meningkatkan kandungan alkalinitas total pada kolam
pemeliharaan ikan dapat digunakan kapur pertanian. Oleh karena
itu dalam kolam pemeliharaan ikan sebelum digunakan dilakukan
proses pengapuran dengan menggunakan beberapa jenis batu kapur
yang disesuaikan dengan kualitas tanah dasar kolam pemeliharaan.
c. Sifat Biologi
Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran
untuk kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton, benthos
dan perifiton sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat
digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya. Kajian secara detail
dari ketiga aspek tersebut akan dibahas pada Bab 6. Kelimpahan plankton
yang terdiri dari phytoplankton dan zooplankton sangat diperlukan untuk
mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan dipergunakan untuk
kegiatan budidaya. Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah
yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti
pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap perubahan
lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll)
baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan. Berdasarkan
ukurannya, plankton dapatdibedakan sebagai berikut :
1) Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/
tanpa pertolongan mikroskop).
2) Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh
plankton net yang mata netnya 0,03 – 0,04 mm).
3) Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net
diatas). Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya,
plankton dapat merupakan :
a) Limnoplankton (plankton air tawar/danau)
b) Haliplankton (hidup dalam airmasin)
c) Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau)
d) Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)
e) Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir,
sungai)
d. Bakteri
Sudjarwo, (2007) Pada ekosistem perairan alami bakteri memiliki
peran sebagai reduktor/dekomposer yang mengontrol proses komponen
organik misalnya polimer protein atau karbohidrat menjadi senyawa yang

INDUSTRI PERIKANAN
36 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

lebih sederhana, secara umum bakteri berdasarakan cara mendapatkan


oksigen dibagi menjadi dua yaitu bakteri aerob dan anaerob. Kelompok
aerob memerlukan oksigen bebas dalam mengoksidasi nutrien (misalnya
glukosa) untuk memperoleh energi contohnya :  Azotobacter, Nitrosomonas,
Nitrococcus dan Nitrobacter.
Silalahi (2001), menyatakan dalam kehidupan manusia bakteri
mempunyai peranan yang menguntungkan dan merugikan pada dunia
akuakultur bakteri yang menguntungkan contohnya :Basillus spp,
Nitrosomonas, Nitrobacter  bakteri tersebut berperan dalam proses
dekomposisi bahan organik dasar tambak dan berperan dalam proses
nitrifikasi. Sedangkan yang merugikan diantaranya adalah bakteri  Vibrio
harveyyi,  V. alginolyticus, V. anguillarum, V. carchariae, V. cholerae, V.
ordalii  dan  V. Vulnificus  bakteri tergolong dalam bakteri gram negatif yang
sangat merugikan khususnya bagi pembudidaya udang.
Pemberian pakan yang tidak terkontrol mengakibatkan akumulasi
limbah organik di dasar tambak sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan
anaerob yang menghasilkan H2S. (Efendi 2004  dalam  Heriati, 1998). Akibat
akumulasi H2S tersebut maka bakteri patogen oportunistik, jamur, parasit,
dan virus mudah berkembang dan memungkinkan timbulnya penyakit pada
udang (Tompo1993 dalam Irianto, 2003).
Pada umumnya perlakuan tentang limbah organik selama ini adalah
dengan pengeringan dan penambahan kapur. Pengeringan dasar tambak
pada umumya dilakukan untuk mempercepat degradasi limbah organik.
Sedangkan pengapuran bertujuan untuk menetralkan keasaman dari
aktifityas mikrobial (Antony, 2006). Akhir-akhir ini penggunaan bioteknologi
yang dinamakan bioaugmentation mendapat perhatian yang tinggi karena
merupakan pendekatan yang ramah lingkungan untuk meminimalkan
degradasi lingkungan. Beberapa spesies bakteri  Basillus, Pseudomonas,
Acinetobacter, Cellulomonas, Rhodoseudomonas, Nitrosomonas, dan
Nitrobacter  yang diketahui dapat  membantu  proses mineralisasi limbah
organik (Heriati, 1998).
Tujuan dari aplikasi bioaugmentasi pada dasar tambak  dapat
mempercepat dekomposisi limbah organik (Antony, 2006). Jumlah total
bakteri yang mendukung bagi budidaya udang windu sebesar 106  cfu/ml
sedangkan kandungan bakteri pathogen (vibrio) sebesar 103  cfu/ml. Jika
total bakteri lebih dari 106c  fu/ml dan total vibrio rendah kurang dari 103c  fu/
ml secara mikrobiologi kondisi air cukup aman bagi budidaya.
 Pengukuran Kualitas air Budidaya Ikan
Parameter kualitas air yang dapatdigunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan di Indonesia sudah dibuat Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air. Dalam peraturan tersebut dibuat kriteria kualitas air
berdasarkan golongan yaitu Golongan A adalah kriteria kualitasair yang
dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu, Golongan B adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan
sebagai air baku air minum, Golongan C adalah kriteria kualitas air yang dapat

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
37
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

digunakan untuk keperluan Perikanan dan Peternakan, Golongan D adalah


kriteria kualitas air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga
air. Berdasarkan peraturan tersebut kriteria kualitas air untuk perikanan
dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Kriteria kualitas air Golongan C

 Pengukuran Kualitas air Budidaya Ikan


Parameter kualitas air yang dapatdigunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan di Indonesia sudah dibuat Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air. Dalam peraturan tersebut dibuat kriteria kualitas air
berdasarkan golongan yaitu Golongan A adalah kriteria kualitasair yang
dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu, Golongan B adalah kriteria kualitas air yang dapat digunakan
sebagai air baku air minum, Golongan C adalah kriteria kualitas air yang dapat
digunakan untuk keperluan Perikanan dan Peternakan, Golongan D adalah
kriteria kualitas air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga
air. Berdasarkan peraturan tersebut kriteria kualitas air untuk perikanan
dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Kriteria kualitas air Golongan C

Gambar 2.1 PH meter Gambar 2.2 Kertas lakmus

Gambar 2.3 Planktonnet Gambar 2.4 Haemocytometer

INDUSTRI PERIKANAN
38 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.5 Ekman dredge Gambar 2.6 Spektrofotometer

CAKRAWALA

Kakap Merah Strain Taiwan, Inovasi Baru Perikanan Budidaya Indonesia

Komoditas baru dalam dunia perikanan budidaya berhasil dikembangkan


Pemerintah Indonesia belum lama ini. Komoditas tersebut adalah jenis kakap
merah strain Taiwan (Lutjanus Malabaricus) yang menjadi inovasi dari UPT Balai
Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Sebagai inovasi baru, jenis
komoditas baru tersebut kini sudah mulai dilakukan pembenihan secara massal.
Pengembangan tersebuh dibawah pemanataun penuh Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP). “Upaya ini menambah deretan keberhasilan teknologi
perbenihan komoditas budidaya laut di Indonesia. Saat ini status perkembangan
teknologi akuakultur  nasional sangat menggembirakan,” ucap Direktur Jenderal
Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto di Jakarta, awal pekan ini. Menurut dia,
dalam melahirkan inovasi baru tersebut, pihaknya dibantu oleh perekayasaan
teknologi akuakultur yang berperan sangat penting dalam upaya pemanfaatan
potensi sumberdaya perikanan budidaya. Agar inovasi tersebut bisa bermanfaat
untuk percepatan optimalisasi potensi budidaya laut, Slamet menuturkan,
pihaknya akan mendorong pengembangan varian jenis komoditas budidaya laut
yang berbasis tren permintaan pasar. Untuk varian tersebut, ikan kakap masih
menjadi prioritas yang akan dikembangkan ke depan. “Selain itu, kami juga
lakukan upaya diversifikasi spesies budidaya laut yang secara langsung akan
mendorong optimalisasi budidaya laut secara berkelanjutan, dan meminimalisir
ketergantungan benih dari stok alam,” ujar dia.
“Apalagi saat ini prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan budidaya laut
menjadi hal yang penting dan mendasar,” tambah dia. Direktur Perbenihan KKP
Coco Kokarkin dalam kesempatan sama mengatakan, keberhasilan produksi
massal benih ikan kakap merah strain menjadi capaian yang menggembirakan
untuk saat ini. Menurutnya, jika jenis tersebut bisa menarik minat banyak orang

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
39
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

CAKRAWALA

sehingga kebutuhannya meningkat, maka akan dilakukan peningkatan produksi


melalui program perbanyakan induk. “Ke depan untuk memenuhi permintaan
benih, kita akan dorong perbanyakan induk melalui seleksi individu dengan
pengkayaan materi genetic hasil domestikasi,” ungkap dia. Tentang inovasi
komoditas baru tersebut, Coco menilai, komoditas kakap saat ini memiliki pangsa
pasar yang lebih luas dibanding komoditas budidaya laut lainnya. Karenanya,
dengan perekeyasaan teknologi perbenihan ikan kakap merah strain Taiwan yang
sudah berhasil dilakukan, dia optimis kebutuhan benih ikan kakap yang diprediksi
akan terus naik, bisa teratasi. “Kakap merah strain Taiwan sebagai salah satu varian
baru diharapkan akan menjadi alternatif usaha baru bagi masyarakat,” jelas dia.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai Wadah dan


Media Budidaya Perikanan laut, kalin juga dapat mempelajari
secara mandiri melalui internet. Di internet dapat dicari
lebih jauh mengenai materi Wadah dan Media Budidaya
Perikanan. Salah satu website yang dapat Anda kunjungi
untuk menambah wawawasan dan pemahaman kalian
tentang Wadah dan Media Budidaya Perikanan adalah:
http://blomulya.blogspot.com/2013/03/modul-agribisnis-
perikanan-menyiapkan.html

RANGKUMAN

1. Dalam pemilihan lokasi budidaya ada beberapa aspek yang harus kita
perhatikan sehingga hasil produksi budidaya dapat ditingkatkan atau
dikatakan berhasil yaitu ; Aspek Teknis, Aspek Ekonomis dan Aspek Sosial
2. Aspek teknis yang harus diperhatikan ialah Kualitas air Budidaya, perairan
terlindung dari arus dan ombak yang besar, bebas dari pencemaran terutama
terhadap pencemaran logam berat, lokasi mempunyai topografi yang landai
dengan dasar berpasir atau lumpur berpasir. Serta tidak kalah penting adalah
penempatan wadah tidak mengganggu pelayaran atau lalu lintas laut.
3. Aspek Ekonomis: Lokasi mudah dijangkau, Dekat dan atau memiliki sarana
penunjang,Tidak terlalu jauh dari sumber pakan benih, sarana produksi
lainnya, serta alat dan bahan untuk membangun komplek budidaya,dekat
dengan daerah pemasaran. Jarak yang dekat dengan pemasaran dapat
menekan biaya transportasi dan penurunan kualitas ikan. Tidak dekat
dengan pemukiman dan industri Pemukiman dan industri yang menghasilkan

INDUSTRI PERIKANAN
40 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

RANGKUMAN

limbah menjadikan kualitas air untuk budidaya berkurang dan mengganggu


pertumbuhan ikan,Mudah mendapatkan tenaga kerja. Kemudahan
mendapatkan tenaga kerja dari warga sekitar dapat menekan biaya
mendatangkan tenaga kerja dari daerah lain, serta memberikan pendapatan
bagi masyarakat sekitar,Sesuai dengan rencana induk pengembangan daerah
setempat.

TUGAS MANDIRI

Analisis Wadah Budidaya Perikanan merupakan satu hal yang harus diketahui
peserta didik. Analisis Media Budidaya sangat bemanfaat dan penting untuk
keberhasilan dalam budidaya perikanan dapat ditanamkan pada siswa melalui
berbagai contoh dan latihan. Tugas kalian adalah mencari di daerah sekitar anda
pembudidaya perikanan tersebut cara pengelolaan Wadah dan Media Budidaya.
Lakukan secara berkelompok bertiga-tiga kemudian tuangkan dalam bentuk
laporan dibuat dengan format yang sudah disepakati dengan guru pengampu.

PENILAIAN AKHIR BAB

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar


1. Tuliskan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam persiapan wadah
budidaya
2. Jelaskan persyaratan Media Budidaya perikanan
3. Tuliskan peralatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan Media Budidaya

REFLEKSI

Setelah mempelajari Bab II ini cobalah refleksikan diri Anda mengenai materi
pada bab ini, apakah masih ada materi yang belum anda pahami? Adakah yang
masih ingin ditanyakan pada guru pengampu? Jika ada, diskusikan dengan
teman maupun guru anda, sampaikan juga kekurangan atau kelebihan kegiatan
pembelajaran dalam Bab ini kepada guru pengampu untuk perbaikan kegiatan
pembelajaran kedepan

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
41
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

BAB
III CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB)

BAB III CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan siswa mampu memahami konsep


Biosecurity Budidaya Perikanan dan mampu menerapkan cara budidaya ikan
yang baik (CBIB).

PETA KONSEP

CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK


(CBIB)

Biosecurity Budidaya Cara Budidaya Ikan


Pengertian
Perikanan Yang Baik

KATA KUNCI

Biosecurity,Budidaya

INDUSTRI PERIKANAN
42 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENDAHULUAN

Gambar 3.1 kondisi lingkungan kerja budidaya


Sumber : https://www.google.com/search?q=biosecurity+budidaya+perairan&safe

Dari potensi perikanan Indonesia yang mencapai 65 juta ton/tahun, 57,7 juta ton
merupakan potensi perikanan budidaya. Potensi perikanan penangkapan di laut dan
perairan umum (air tawar) sebesar 7,3 juta ton yang terdiri atas 6,4 juta ton potensi
penangkapan perikanan perairan umum.
Pada tahun 2004 Indonesia memprodiksi ikan mencapai 6 juta ton (9%), yang
terdiri atas 4,1 juta ton hasil tangkapan ikan laut dan 0,5 juta ton hasil tangkapan
di perairan umum. Sementara kontribusi dari sector budidaya sebesar 1,4 juta ton,
berarti tingkat pemanfaatan potensi perikanan budidaya baru mencapai sekitar 2,4
%, suatu jumlah yang sangat kecil.
Tingkat pemanfaatan perikanan tangkap di laut yang telah mencapai 4,1 juta
ton atau 63% sebenarnya sudah merupakan “lampu kuning” karena berdasarkan
tanggung jawab komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat Food and
Agriculture Organization (FOA) dan Code Of Conduct Responsible Fisheries (CSRF),
hanya sekitar 80% ikan yang boleh ditangkap. Itu berarti hanya tersisa sumber daya
ikan sekitar 20% penambahan penangkapan sepanjang tahun. Sementara sumber
daya perikanan tangkap di perairan umum, tingkat pemanfaatannya telah mencapai
55% (Tabel 1).

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
43
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENDAHULUAN

Tabel 3.1 Potensi Produksi Lestari


Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Indonesia
Jenis Kegiatan Perikanan Luas Potensi Produksi Tingkat
Perairan Produksi Tahun Pemanfaatan
(Juta Ha) (Juta 2003 (%)
ton/Thn) (Juta Ton/
Thn)
Perikanan Laut

• Laut 580 6,4 4,10 63


• Perairan Umum
54 0,9 0,50 55
Perikanan Budidaya

• Laut 24 47 0,70 1,5


• Tambak (Payau)
• Perairan Umum dan 1 5 0,40 8,0
tawar
13,7 5,7 0,30 5,5
Sumber : Dahuri,2004

Karena itu, upaya peningkatan produksi pada perikanan tangkap mulai dibatasi
ketersediaan sumber daya ikan yang dapat ditangkap. Produksi perikanan dapat
ditingkatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, maupun
untuk ekspor,melalui usaha budidaya perairan, baik air tawar, payau (tambak),maupun
laut. Potensi lahan yang luas dan beragamnya komoditas budidaya yang dapat
dikembangkan merupakan suatu usaha yang prospektif.
Luas untuk budidaya laut (marine culture) mencapai 24 juta ha dengan potensi
produksi 47 juta ton/tahun. Komoditas yang dapat dikembangkan, antara lain, ikan
kerapu (cromileptes,epinephelus,plectropoma); kakap (lates, Psammoperca,Lutjanus);
beronang (siganus); bandeng (chanos); napoleon (cheilinus); kuwe/cepa/bobara/
lawakan (caranx, Alectis, Gnatodon); kuda laut (hippocampus); rumput laut/alga
atau seaweeds (Eucheuma,Gracillaria,Gelidium); tiram mutiara (Pinctada); kerang
(Crassostrea, Ostrea); kima (Tridacna); kerang hijau (Pema viridis/Mytilus viridis);
teripang (Holothuria,Stichopus); rajungan (Portunus) ; cumi-cumi (Loligo vulgaris);
sotong (Sepioteuthis sp); dan lain-lain. Pada tahun 2017 triwulan ke VI total produksi
perikanan Nasional mencapai 23,26 juta ton dimana perikanan tangkap 6,04 juta ton
dan perikanan budidaya 17,22 juta ton (sumber : Badan Pusat Statistik,2017).
Luas lahan pesisir (coastal lands) yang cocok untuk budidaya tambak atau budidaya
air payau (brackish water aquaculture) sekitar 1 juta ha dengan potensi produksi 5 juta
ton/tahun. Komoditas yang adapt dikembangkan pad lahan ini antara lain, berbagai
jenis udang laut (Penaeus), bandeng (Chanos), kakap (Lates,Psammoperca,Lutjanus)
kerapu (Cromileptes,Epinephelus,Plectropomus), beronang (Siganus), kepiting bakau
(Scylla), rumput laut (Eucheuma, Gracillaria,Gelidium),dan lain-lain.

INDUSTRI PERIKANAN
44 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENDAHULUAN

Kerapu merupakan salah satu ikan laut yang nilai ekonominya sangat tinggi
dan Indonesia berpotensi menjadi produsen Kerapu terbesar di dunia melalui usaha
budidaya. Kerapu dapat dipelihara di laut dengan system keramba jarring apung (KJA)
dan di tambak. Teknologi budidaya ataupun cara budidaya ikan yang baik (CBIB) kerapu
juga telah dikuasai dan terus disempurnakan dan penerapan biosecurity pun sudah
cukup memadai. Jenis kerapu yang dapat dibudidayakan pun cukup beragam, seperti
kerapu bebek atau kerapu tikus (Cromileptes altivelis), kerapu lumpur (Epinephelus
suillus), kerapu Malabar (E. malabaricus), kerapu macan (E. fuscoguttatus), dan kerapu
sunu (Plectropoma maculatus dan P. leopardus). Disamping kerapu, ikan ekonomis
yang juga telah dikuasai teknologi budidayanya adalah kakap. Beberapa jenis kakap
yang bernilai ekonomis dan telah dibudidayakan adalah kakap putih (Lates calcalifer),
kakap mata kucing (Psammoperca waigiensis), sert kakap merah (Lutjanus johni dan L.
argentimaculatus). Seperti Kerapu, kakap juga dapa dipelihara di KJA dan di tambak,
bahkan kakap putih (Lates calcalifer) dapat dipelihara di air tawar.
Indonesia juga tidak hanya kaya jenis rumput laut bernilai ekonomi tinggi, tetapi
juga potensi lahan untuk budidayanya yang sangat luas. Diperkirakan terdapat 56
jenis rumput laut bernilai ekonomi yang ada di perairan Indonesia. Sedangkan untuk
budidaya rumput laut dapat dilakukan, baik di daerah pasang surut maupun tambak.
Lahan di daerah pasang surut untuk budidaya rumput laut diperkirakan mencapai 1,1
juta ha. Dengan produktivitas rata-rata sebesar 16 ton rumput laut kering/ha/tahun,
maka dapat diproduksi sebesar 17,7 juta ton rumput laut kering /tahun. Dengan harga
rumput laut kering ditingkat pembudidaya sebesar Rp. 4.500/kg maka menghasilkan
nilai ekonomi (devisa) sebesar Rp 80 triliun/tahun = 9 miliar dollar AS/tahun, dengan
penyediaan lapangan kerja sekitar 1 juta orang (Dahuri,2004). Indonesia juga dapat
memproduksi mutiara mencapai ukuran paling besar. Jenis kernag atau tiram Pinctada
maxima dapat menghasilkan mutiara berukuran besar. Beberapa jenis kerang untuk
konsumsi yang bernilai ekonomi tinggi adalah kerang hijau (Perna viridis/Mytilus
viridis), kerang bakau (Crassostrea sp.), kerang darah (Anadara granosa), dan kima
(Tridacna sp.). Disamping itu, terdapat puluhan jenis siput dan keong yang potensial
dibudidayakan.
Teripang dan kepiting bakau adalah komoditas yang harganya terus meningkat
dari tahun ke tahun. Kedua komoditas ini diekspor ke Singapura, Hongkong, Jepang,
Taiwan, Cina (RRC), Amerika Serikat, dan di beberapa negara Eropa. Teripang (Holothuria
sp. Dan Stichopus sp.) dibudidayakan di daerah pasang surut dengan system pen
kultur atau pagar. Sedangkan kepiting bakau (Sylla serrata) dibudidayakan di tambak.
Teknologi pembenihan kedua komoditas ini terus disempurnakan.
Biota air yang dapat dikembangkan sebagai hewan budidaya, baik biota air tawar
maupun biota laut, jumlahnya masih sangat banyak. Beberapa jenis terancam punah
sementara teknologi pambudidayaanya belum dikuasai. Misalnya, ikan bungo atau
ikan beloso (Glossogobius bungo/G. giuris) yang terdapat di perairan umum Sulawesi.
Ikan ini merupakan salah satu ikan penting di Danau Tempe (Sulawesi Selatan) yang
semakin terdesak karena penangkapan yang intensif, introduksi dan degradasi
habitatnya. Padahal, bungo merupakan ikan endemic di beberapa danau dan sungai
di Sulawesi.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
45
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENDAHULUAN

Penyu (turtle) atau biasa disebut juga kura-kura laut, tuturuga, atau hen termasuk
hewan yang terancam. Enam jenis penyu dari tujuh jenis yang hidup di dunia,
ditemukan di perairan Indonesia, yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu
hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu lekang
(Lepidochelys olivacea), penyu tempayan (Carreta carreta), dan penyu pipih (Natator
depressus). Semua jenis penyu dilindungi karena populasinya diperkirakan hanya
sekitar 250.000 ekor. Hewan purba ini terus ditangkap yang tiap tahunnya diperkirakan
diatas 30.000 ekor. Telurnya pun terus diburu sehingga dikhawatirkan mempercepat
kepunahan hewan ini. Walaupun di beberapa lokasi penelurannya secara alami telah
dilindungi, tetapi kehidupan setelah menetas masih bergantung pada alam. Upaya
pembudidayaan secara terkontrol belum dilakukan sementara penangkapan penyu
dan pengambilan telurnya di alam terus berlangsung. Beberapa jenis siput yang
dilindungi secara hokum, tetapi terus dieksploitasi adalah kepala kambing atau taugu
(cassis cornuta), susu bundar atau cege (Trochus niloticus), siput terompet (Charonia
tritotis), dan siput hijau atau batu laga (Turbo marmuratus). Hewan – hewan ini bernilai
ekonomis, baik dikonsumsi maupun kulitnya dibuat perhiasan. Namun, biologi hewan
ini belum banyak diketahui sehingga upaya – upaya kearah pembenihan masih jauh.

MATERI PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan
diharapkan aman untuk dikonsumsi sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan
pasar sebagai konsekuensi dari kebutuhan pasar global. Produk perikanan
budidaya harus mempunyai daya saing,baik dalam mutu produk maupun efisiensi
dalam produksi. Hal tersebut akan berpengaruh positif dalm upaya meningkatkan
ekspor dan menekan impor serta pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya
dapat meningkatkan devisa dan pendapatan masyarakat.
Peningkatan mutu produk perikanan budidaya lebih diarahkan untuk
memberikan jaminan keamanan pangan (food safety) mulai bahan baku hingga
produk akhir hasil budidaya yang bebas dari bahan cemaran seperti sesuai
persyaratan pasar. Namun tidak sedikt pula di jumpai para pembudidaya yang
masih mengabaikan persyaratan yang dibutuhkan pasar ini,baik dari segi
biosecurity budidaya perikanan maupun cara budidaya ikan yang baik (CBIB).
Budidaya perairan (aquaculture) menjadi pilihan bagi Negara – Negara produsen
perikanan untuk meningkatkan produksi. Beberapa daerah penangkapan (fishing
ground) utama dunia makin menurun. Perairan diseluruh dunia dikelompokkan
menjadi 16 perairan,yang terdiri atas 6 wilayah peraiaran samudera atlantik, 2
wilayah perairan samudera Indonesia, 6 wilayah perairan samudera pasifik, serta
masing-masing 1 wilayah untuk laut Mediterania dan perairan Antartik. Menurut
kategori ini, kepulauan Indonesia masuk dalam 2 wilayah perairan, yaitu perairan
Pasifik Barat Tengah (Western Central Pacific) dengan kode wilayah 71 dan
Samudera Hindia Timur (Eastern Indian Ocean) dengan kode wilayah 57.
INDUSTRI PERIKANAN
46 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Hasil evaluasi FAO berdasarkan rasio produksi pada tahun 1998 dengan
potensi lestari Maximum Sustainable Yield (MSY) atau rasio produksi dengan
Maximum Long-Term Average Yield (MLTAY) menunjukkan bahwa empat wilayah
perairan telah mencapai puncak pemanfaatan sumber dayanya. Keempat wilayah
perairan tersebut termasuk dengan perairan dengankode wilayah 71 dan 57,
serta Pasifik Barat Daya (Southwest Pacific) dengan kode wilayah 81 dan Pasifik
Barat Laut (Northwest Pacific) dengan kode wilayah 61. Delapan perairan lainnya
telah dimanfaatkan sekitar lebih dari 70% sementara 4 perairan lainnya telah
dimanfaatkan antara 10% hingga 50% (FAO,2000).
Studi – studi FAO juga mengungkapkan bahwa produksi ikan dunia cenderung
stabil atau meningkat dengan presentase sangat kecil, yaitu sekitar 1,5% per tahun
selama lima tahun terakhir. Produksi hasil perikanan dari kegiatan penangkapan
dari laut justru menunjukkan gejala mulai menurun, yaitu dari 84,7 juta ton pada
tahun 1994 menjadi 84,1 juta ton pada tahun 1999. Kestabilamn produksi ikan
dunia lebih disebabkan kontribusi positif dari kegiatan budidaya perairan yang
meningkat sebesar 10% per tahun pada tahun 1994-1999, dari sekitar 20,8 juta
ton pada tahun 1994 menjadi 32,9 juta ton pada tahun 1999 (Nikijuluw,2002).
Pada tahun 2002 produksi budidaya perairan dunia telah mencapai 39,7 juta ton
dimana Asia mempunyai kontribusi sebesar 89%. Dengan demikian, jika pola ini
tetap berjalan, ketergantungan produksi pada kegiatan penangkapan ikan makin
kecil. Sebaliknya ketergantungan pada budidaya ikan semakin besar.
Berdasarkan hasil evaluasi FAO ini, dapat dikatakan bahwa sumber daya
ikan dunia telah dimanfaatkan secara penuh. Khusus untuk wilayah perairan
dengankode 71 dan 57 – Kepulauan Indonesia merupakan bagian dari wilayah
tersebut – secara agregat telah mencapai puncak pemanfaatannya. Kawasan
barat dan selatan Indonesia adalah bagian wilayah dengan kode 71 sementara
kawasan timur dan utara Indonesia adalah bagian wilayah dengan kode 57. Arti
dari hasil evaluasi ini bagi Indonesia adalah bahwa pembangunan perikanan
tangkap kedepan tidak akan dapat diexpansi,seperti tahun tahun sebelumnya.jika
pola pemanfaatan cenderung meningkat terus seperti sekarang,kelebihan atau
over exploitasi sumber daya ikan akan terjadi.oleh karena itu, Indonesia perlu
melakukan upaya upaya pengelolaan pemanfaatan sumber daya ikan secara lebih
baik sehingga ikan yang masi ada dapat menjadi modal bagi perbaikan (ricoveri)
stok dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Kondisi bahwa sumber daya perikanan Indonesia telah dimanfaatkan
secara penuh dapat juga dilihat dari komposisi jenis ikan yang ditangkap.
Ikan yang berharga murah dan yang lebih rendah derajatnya dalam rantai
makanan(foodchain) mendominasi komposisi produksi ikan. Idikator yang paling
jelas pada akhir akhir ini adalah munculnya ubur ubur sebagai jenis hayati laut
yang tinggi produksinya. Kemunculan ubur ubur dalam jumlah yang sangat
banyak disuatu perairan, tidak sepeti biasanya, sering mengelabui nelayan
sebagai suatu potensi baru yang perlu dimanfaatkan. Padahal, secara biologi,
booming (melimpahnya) ubur ubur ini adalah indicator bahwa pemangsanya,
yaitu ikan yang lebih besar dah lebih tinggi derajatnya dalam ranntai makan,telah
berkurang populasinya karena menjadi sasaran dan target penangkapan nelayan.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
47
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

melihat indikasi indikasi ini,sebetulnya perairan laut Indonesia dengan sumber


daya ikanya tlah berda pada kondisi kritis(nikijuluw,2002).
Karena itu, budi daya perairan menjadi pilihan dimasa depan dalam
meningkatkan produksi perikanan nasional. Selain potensi yang dapat
dikembangkan cukup besar,factor lainya adalah tuntutan untuk memprodusi
suatu komoditas,termaksuk komuditas perikanan,yang kontinu,berkualitas, dan
lestari. Dari sudut industri perikanan, produk hasil budidaya dapat disamakan
denganproduk hasil tangkapan, hanya perlakuan dan karaakteristik saja yang
berbeda. Akan tetapi, konsumen memandang bahwa kedua produk tersebut
berbeda. Industry cenderung memfokuskan pada aspek kepentingan produk
terhadap industry (kualitas, kemasan, logistic, dan lain-lain), sedangkan
konsumen cenderung memperhatikan produk sebagai makanan dilihat dari
kemenarikan, rasa, dan harga. Hasil studi terhadap konsumen Eropa pada tahun
2002 menunjukkan bahwa mereka sangat yakin bahwa seafood hasil tangkapan
di alam “lebih baik”daripada hasil budidaya. Walaupun demikian, hasil studi ini
masih terus diperdebatkan (warta pasar Ikan, Januari 2005). Apalagi masyarakat
Eropa adalah konsumen yang sangat kritis dan sadar lingkungan di mana mereka
dapat memboikot hasil- hasil perikanan yang produksinya dianggap menimbulkan
kerusakan lingkungan.
Seringkali ekspor hasil – hasil perikanan ke berbagai Negara tidak kontinu
karena produksinya bergantung pada alam. Hasil – hasil laut yang ditangkap atau
dipungut di alam, kualitasnya seringkali rendah karena ditangkap dengan alat
tangkap yang menyebabkan penurunan kualitas komoditas tersebut. Ikan Kerapu
misalnya, adalah komoditas yang diekspor dalam keadaan hidup. Namun, ikan
– ikan yang ditangkap dengan jarring atau pancing sering mengalami luka- luka
yang menyebabkan stress dan kematian. Ukuran ikan yang ditangkap pun tidak
seragam. Apalagi jika penangkapan ikan yang dilakukan secara destruktif dengan
menggunakan bahan peledak atau bahan kimia beracun.
Budidaya perairan menjadi pilihan karena kesadaran masyarakat
internasional untuk mengonsumsi berbagai komoditas, termasuk hasil – hasil
perikanan, yang diproduksi dengan tidak merusak lingkungan. Penangkapan
yang intensif telah terbukti menyebabkan merosotnya berbagai populasi biota
air. Kampanye Internasional tentang pelestarian lingkungan dan penyelamatan
berbagai biota mnedapat sambutan diberbagai belahan dunia. Karenannya, suatu
Negara bisa diboikot jika terus memperdagangkan biota yang dianggap terancam
kepunahannya, dengan cara menangkap atau mengambilnya di alam.
Indonesia pun tidak luput dari boikot tersebut. Greenpeace, sebuah lembaga
non pemerintah internasional yang aktif dalam upaya pelestarian lingkungan,
mengampanyekan boikot pariwisata Bali yang dianggap menjadikan penyu
(turtle) sebagai salah satu daya tariknya. Penyu adalah hewan yang dilindungi,
baik secara internasional maupun nasional. Namun, penangkapan penyu di
Indonesia terus berlangsung. Bali yang merupakan pasar penyu terbesar terus
membutuhkan hewan purba ini, baik untuk upacara keagamaan maupun untuk
konsumsi. Diperkirakan sekitar 30.000 ekor penyu didaratkan di Bali dalam setiap
tahunnya. Dari jumlah tersebut 25.000 ekornya adalah penyu hijau atau penyu
daging (Chelonia mydas).

INDUSTRI PERIKANAN
48 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Kualitas hasil – hasil perikanan yang diproduksi dari pembudidaya dianggap


lebih baik karena ukurannya seragam dan ketersediaannya kontinu. Usaha
perikanan budidaya juga dapat memprediksi tingkat produksi dan waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi suatu komoditas. Karena itu, sekalipun usaha
budidaya juga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, tetapi dianggap lebih
produktif. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan pun bisa ditekan dan dapat
dikendalikan jika usaha yang dijalankan berpatokan pada factor – factor yang
meminimalisasi kerusakan lingkungan.
Usaha budidaya tidak hanya diharapkan memproduksi suatu komoditas
untuk kepentingan ekonomi semata, tetapi juga untuk kepentingan ekologi.
Biota – biota langka yang terancam punah jika telah berhasil dibenihkan secara
terkontrol, benih tersebut dapat ditebar kembali (restocking atau searching) ke
habitatnya untuk memulihkan populasinya yang terus merosot. Dengan demikian,
daerah penangkapan (fishing ground) yang telah mencapai tangkap penuh (full
fishing) atau tangkap lebih (overfishing), bahkan telah mengancam kepunahan
spesies (species extinction) tertentu dapat dipulihkan.

B. BIOTEKNOLOGI DAN BIOSECURITY BUDIDAYA PERIKANAN


1. Bioteknologi Budidaya Perikanan
Pengembangan bioteknologi perairan juga sangat bergantung pada
usaha budidaya. Bioteknologi perairan adalah penggunaan organism (biota)
perairan atau bagian dari organisme perairan, seperti sel dan enzim untuk
membuat atau memodifikasi produk untuk memperbaiki kualitas fauna (hewan)
dan flora (tumbuhan) atau untuk mengembangkan organism guna aplikasi
tertentu, termasuk remediasi (perbaikan lingkungan) akibat pencemaran dan
kerusakan lainnya. Mengingat bahwa dasar (modal) dari industry bioteknologi
perairan adalah kekayaan dan keanekaragaman biota perairan, maka Indonesia
berpotensi untuk menjadi Negara produsen produk – produk bioteknologi
perairan terbesar di dunia. Potensi aplikasi bioteknologi dalam mengekstraksi
bahan – bahan alamiah (bioprospecting) dari biota perairan untuk bahan
dasar industry makanan dan minuman, farmasi, kosmetika,bioenergy, dan
industry lainnya di Indonesia sangat besar dengan perkiraan nilai ekonomi
sebesar 40 miliar dolar AS per tahun (Dahuri, 2004b). Bioteknologi perairan
dapat berkembang dengan baik jika biota – biota yang dibutuhkan telah
berhasil dibudidayakan. Ketergantungan produksi pada alam untuk aplikasi
bioteknologi hanya akan mendorong kerusakan lingkungan.
Beberapa Negara yang walaupun potensi lahan budidayanya sangat
kecil, telah mengembangkan usaha budidaya perairan menjadi industry
penting. Filipina telah mengembangkan budidaya ikan Bnadeng di tambak,
laut, dan air tawar. Negara ini juga telah menghasilkan strain (varietas) ikan
Nila (Oreochromis sp.) unggul yang disebut Nila GIFT (Genetic Improvement
of Farmed Tilapias). Nila GIFT adalah hasil persilangan beberapa varietas
nila yang dilakukan oleh Internsional Centre fo Living Aquatic Resources
Management (ICLARM).
Thailand mempunyai garis pantai sekitar 2.500 km, kurang lebih sama
dengan panjang pantai yang dimiliki Provinsi jawa Timur. Pada tahun1993

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
49
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

negara ini memperoleh devisa sekitar 1,5 miliar dolar AS dari hasil budidaya
udang windu (Penaeus monodon). Kanada yang hampir sepanjang tahun
mengalami musim dingin mampu memproduksi scallop sekitar 18.000 ton/
tahun. Pada kondisi suhu rendah tentu laju pertumbuhan organisme perairan
sangat lambat dan banyak organism laut yang tidak dpat dibudidayakan
dengan efisien sehingga iklim di Kanada menjadi factor pembatas peluang
budidaya. Namun, toh Negara ini mampu meraup keuntungan yang besar dari
budidaya scallop pada kondisi tersebut.
Perancis dengan memanfaatkan perairan pantainya untuk budidaya
tiram (oyster) pada tahun 1990 negara ini telah mampu memproduksi tiram
sebanyak 200.000 ton dan memperoleh nilai tukar sekitar 3 miliar dolar AS.
Padahal, negara ini hanya mengandalkan kesuburan alami beberapa kawasan
perairan pantai barat yang berhadapan dengan Lautan Atlantik (Marennes
d’Öleron) dan beberapa kawasan di pantai selatan yang berhadapan dengan
Laut Mediterania, yang panjang pantainya sekitar 100 km.
Norwegia dapat memproduksi sekitar 300.000 ton/tahun ikan salmon
melalui usaha budidaya KJA di laut. Budidaya ikan salmon di Norwegia dan
Denmark telah menggunakan teknologi canggih dan serba otomatis sehingga
tidak banyak diperlukan tenaga manual. Australia, Selandia Baru, Jepang,
Meksiko, bahkan telah membudidayakan ikan tuna. Australia mengembangkan
budidaya tuna jenis sirip biru atau southern bluefin tuna (Thunnus maccoyi)
sejak tahun 1990. Pada awalnya rencana pembesaran ikan tuna dalam KJA
dilakukan selama enam bulan untuk mencapai ukuran pasar sebesar 35-45 kg/
ekor, tetapi ternyata pertumbuhannya sangat baik sehingga pembesarannya
cukup dilakukan selama 3 bulan. Ekspor perdana tuna sirip biru hasil budidaya
dari Australia mendapat tempat yang cukup baik di pasar Jepang dengan harga
jual lima kali lebih tinggi daripada harga ikan tuna hasil tangkapan dengan
purse seine dan pole and line.
Indonesia potensial menjadi produsen hasil – hasil perikanan terbesar
di dunia melalui usaha budidaya. Saat ini, Indonesia telah menempati urutan
kedua sebagai produsen terbesar Bandeng (Chanos chanos) di dunia dari
usaha budidaya setelah Filipina yang menempati urutan pertama. Dengan
potensi yang ada, Indonesia berpeluang menggeser Filipina. Tidak hanya
Bandeng beberapa komoditas seperti Kerapu (Epinephelus,Pletcropoma,
Cromileptes), rumput laut (Gracillaria, Eucheuma, Gelidum), teripang
(Holothuria, Stichopus), kakap (Lates, Psammoperca, Lutjanus), kerang mutiara
(Pinctada), kepiting bakau (Syclla serrata), ranjungan (Portunus), udang
windu (Penaeus monodon), udang putih (Penaeus indicus, P. merguiensis),
udang galah (Macrobrachium rosenbergii), arwana (Sceleropages formosus),
kerang hijau (perna viridis/Mytilus viridis), tiram/oyster (Crassostrea, Ostrea,
Saccostrea), serta berbagai jenis ikan air tawar,ikan hias laut, dan ikan hias air
tawar, bukan tidak mungkin dapat mengantarkan Indonesia menjadi produsen
utama hasil – hasil perikanan dunia melalui usaha budidaya perairan.

INDUSTRI PERIKANAN
50 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

2. Biosecurity Budidaya Perairan

Gambar 3.2 penerapan Biosecurity Budidaya Perairan


Sumber : https://industri.kontan.co.id/news/penerapan-sistem-biosecurity-
budidaya-udang-raih-apresiasi-pemerintah-australia

Budidaya perairan (akuakultur) merupakan usaha yang sangat penting


bagi manusia dalam pemenuhan akan kebutuhan pangan yang berprotein
tinggi yang akhir-akhir ini terus meningkat. Namun dalam beberapa dekade
terakhir terjadi penurunan kualitas lingkungan, khususnya terjadi di lingkungan
perairan dimana banyak aktifitas manusia. Hal ini sudah tentu harus menjadi
perhatian baik dari pelaku usaha budidaya,dunia pendidikan, pemerintah
daerah setempat, bahkan pemerintah pusat. Budidaya perairan jikalau tidak
diimbangi dengan pengetahuan/wawasan pemanfaatan Sumber Daya Alam
(SDA) dan praktek budidaya yang kontinu/berkelanjutan akan sangat mudah
terjadi kerusakan lingkungan, yang pada akhirnya juga itu berdampak pada
penurunan produksi budidaya dan berkurang daya dukung dari lingkungan.
Untuk itu sangat diperlukan kegiatan yang dapat meningkatkan
produksi budidaya dengan cara penerapan biosecurity budidaya perairan
guna peningkatan daya dukung lingkungan perairan dan menjadi salah satu
factor penentu keberlanjutan proses produksi. Penerapan system ini selain
karena di dorong oleh tren tuntutan konsumen dunia untuk mengkonsumsi
produk yang berasal dari system produksi yang memenuhi unsure – unsure
keamanan dan berkelanjutan (safety and sustainable), juga didorong oleh
tingginya tingkat kematian biota dan rendahnya laju pertumbuhan akibat
infeksi bakteri mikroorganisme petogen yang merugikan. Selain hal itu,

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
51
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

penerapan biosecurity juga dilakukan Karena adanya kekhawatiran terhadap


introduksi patogen eksotis melalui kegiatan impor organisme akuatik yang
bertindak sebagai pembawa infeksi (carrier) penyakit. Introduksi pathogen
ini merupakan salah satu factor juga penyebab menurunnya kualitas produk
yang diharapkan oleh para konsumen. Walaupun introduksi tidak selalu
membahayakan, tetapi lebih sering bersifat sangat merugikan (Miller,1989).
Misalnya, introduksi pathogen yang menyerang Udang Vanammei (Litopenaeus
vannamei) atau lazim disebut udang putih yang berasal dari Hawaii dan sudah
dibudidayakan di Indonesia khususnya di Lampung, Jawa Timur dan Sumatera
selatan. Penyakit yang yang paling spesifik menyerang udang ini adalah virus
TSV (Taura Syndrom Virus), yang pertama kali ditemukan pada tahun 1992
di muara sunagi Taura, Guayaquil, Ekuador. Virus ini sangat mematikan dan
menyerang benih udang, baik di Hatchery maupun di tambak pembesaran,
dan umumnya terjadi pada akhir ganti kulit (moulting) dengan kondisi kulit
berwarna kemerahan. Yang paling membahayakan adalah jika virus TSV ini
dapat menyerang udnag local, seperti udang windu, dan udang putih (Penaeus
mergulensis dan P. Indicus). Begitu juga dengan pengalaman penyebaran viru
White Spot Syndrom Virus (WSSV) penyebab penyakit “white spot”(bintik
putih) pada budidaya udang windu perlu menjadi perhatian berbagi pihak.
Penyakit ini pertama kali menyerang udang budidaya di Shanghai, Cina, tahun
1993, kemudian menyebar menyerang udang diberbagai kawasan dan dapat
menyerang hampir seluruh udang budidaya. Apalagi penyakit ini berkembang,
baik secara vertical (dari Induk ke benih) maupun secara horizontal (dari
udang ke udang). Penyebaran penyakit ini secara cepat di seluruh kawasan
Asia diduga melalui induk dan benih.

Gambar 3.3 udang terjangkit WSSV


Sumber : http://panchu.tripod.com/shrimp/disease/wssv_overview.htm

INDUSTRI PERIKANAN
52 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.4 Udang terjangkit viru TSV


Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Taura_syndrome

Oleh karena itu, untuk penerapan biosecurity, prinsip – prinsip yang


harus diterapkan sangat luas dan hal ini mencakup berbagai komponen
yang meliputi tindakan pencegahan, pengendalian dan pemusnahan
bebagai penyakit menular serta berbagai tindakan untuk menjaga kesehatan
manusia sebagai pengelola produksi, hewan dan lingkungan. Dalam konteks
lingkungan, penerapan biosecurity juga dilakukan untuk mencegah lolosnya
ikan budidaya ke lingkungan sekitar produksi.
Budidaya perairan atau akuakultur memiliki perbedaan yang cukup unik
dengan industri peternakan lainnya karena akuakultur memiliki beberapa
jenis system produksi yang disesuaikan dengan tujuan dan jenis ikan yang
dibudidayakan. Sistem produksi ini meliputi :
a. Sistem produksi indoor, termasuk produksi benih di hatchery dan
penerapan/aplikasi RAS (Recirculation Aquaculture System)
b. Sistem produksi outdoor yang meliputi penggunaan KJA (keramba jarring
apung) di perairan bebas hingga kepada aplikasi kolam terintegerasi
dengan system pergantian air yang intensif.
Kondisi ini menjadikan akuakultur memiliki komponen biosecurity yang lebih
kompleks dan disesuaikan dengan karakter produksi. Walaupun demikian
sesuai dengan tujuan biosecurity, dalam prakteknya penerapan prinsip –
prinsip utama seperti halnya identifikasi sumber infeksi, analisa factor resiko
dan tindakan pengendalian, tetap harus dilakukan secara konsisten untuk
mengurangi terjadinya resiko penyebaran penyakit.
a. Sumber Infeksi
Aplikasi system biosecurity akan dapat dilakukan secara efektif bila
kita mampu mengidentifikasi berbagai sumber penyakit dan kemudian
mengambil langkah untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
pathogen dimaksud dalam siklus produksi. Penyebaran penyakit
umumnya terjadi ketika spora atau bibit penyakit berpindah dari satu
tempat ke tempat yang lain melalui berbagai perantara, seperti melalui
teknisi pengelola, peralatan, kendaraan, hewan liar, transfer benih dan
sumber air yang digunakan.
Beberapa penelitian bahkan menyebutkan penyebaran Viral Nervous
Necrosis (VNN) dapat terjadi dari satu bak ke bak yang lain melalui

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
53
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

penggunaan alat siphon yang sama untuk beberapa unit produksi. Bahkan,
kulit, pakaian hingga siklus fisiologis pencernaann hewan liar disekitar
lokasi menjadi rute dan siklus umum untuk penyebaran penyakit. Sumber
penyebaran infeksi lainnya juga dapat berasal dari pakan khususnya pada
siklus produksi benih. Penggunaan rotifer atau artemia yang terinfeksi
dapat menjadi salah satu penyebab utama penyebaran penyakit infeksius
serta kontaminasi aflatoksi pada pakan dapat mempengaruhi tingkat
kelulushidupan ikan.
b. Tindakan pengendalian
Penyebaran penyakit dapat terjadi secara vertical dari induk ke benih yang
dihasilkan ataupun secara horizontal selama proses produksi. Pencegahan
terhadap introduksi ikan budidaya ke lingkungan bebas juga menjadi
tugas penting dalam aplikasi biosecurity. Oleh karena itu, tindakan
pengendalian berikut dapat dilakuakan untuk penerapan biosecurity :
1) Seleksi induk bebas penyakit serta penggunaan induk dengan variasi
genetic yang beragam. Kedua factor ini sangat mempengaruhi status
kesehatan dan system imun benih yang dihasilkanyang pada akhirnya
mempengaruhi tingkat laju pertumbuhan ikan.
2) Pengunaan benih yang memiliki sertifikat bebas penyakit dan berasal
dari panti benih (hatchery) yang tersertifikasi.
3) Tindakan desinfeksi terhadap telur, peralatan kerja, bak inkubasi, bak
pemeliharaan, kultur fitoplankton, pakan dan personil yang terlibat
dalam proses produksi. Prosedur dan pembuatan bahan desinfeksi
termasuk gambaran umum tentang penempatan bak desinfeksi kaki
untuk personel terangkum dalam SNI 8230:2016
4) Tindakan karantina terhadap induk dan benih yang berasal dari sumber
eksternal. Satu hal yang perlu diperhatikan pada tindakan karantina
ini adalah penggunaan peralatan dan air pemeliharaan yang harus
dibedakan dengan unit produksi lainnya. Pemisahan ini bertujuan
untuk mengurangi berbagai dampak negative yang dapat ditimbulkan
akibat tindakan pengendalian intensif selama fase karantina, seperti
penggunaan antibiotika, bahan kimia dan bahan aktif biologis lainnya.
Titik buangan air karantina juga menjadi perhatian penting dan harus
dipisahkan dengan titika air input/masukan atau yang digunakan
untuk produksi. Air buangan harus dikendalikan secara khusus dengan
menggunakan desinfektan atau melalui system biofiltrasi bertingkat.
Hal ini bertujuan untuk mencegah aktifnya mikroorganisme dalam
bahan aktif biologis yang digunakan selama proses karantina,
seperti probiotik dan vaksin, atau pathogen yang berasal dari media
transportasi, pada suhu dan kondisi lingkungan tertentu. Tindakan
sterilisasi air buangan ini juga bertujuan untuk mencegah masuknya
bahan kimia yang digunakan selama proses karantina dan berpotensi
dapat menimbulkan kontaminasi di lingkungan produksi.
5) Eliminasi hewan lain yang berpotensi sebagai vector penyebaran
penyakit dalam system produksi serta konstruksi bangunan yang
dapat mencegah lolosnya ikan budidaya ke lingkungan sekitar

INDUSTRI PERIKANAN
54 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

produksi. Di Amerika Serikat industry lele Channel Catfish mengalami


kerugian ekonomi yang cukup besar akibat penyebaran parasit oleh
burung pelican “Pelecanus erythrorhynchus”dengan menggunakan
siput sebagai inang perantara. Penyebaran wabah penyakit juga dapat
terjadi akibat berpindahnya ikan mati oleh burung atau hewan lainnya
dari satu unit produksi ke unit produksi yang lain.
6) Gunakan estimasi padat tebar yang tepat dengan merujuk kepada
publikasi ilmiah atau pengalaman selam produksi. Padat tebar yang
melebihi carrying capacity berpotensi menimbulkan stress dan
menyebabkan lemahnya system imun sehingga ikan menjadi lebih
rentan terinfeksi pathogen.
7) Penerapan monitoring dan surveillance yang konsisten di setiap
unit produksi. Selain identifikasi patoge, kegiatan ini sebaiknya juga
diarahkan untuk identifikasi organism yang memiliki kemungkinan
sebagai carrier penyakit dengan tidak menunjukan gejala klinis
spesifik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran
horizontal akibat degradasi kualitas lingkungan dan menurunnya
system daya tahan tubuh ikan.
8) Penerapan berbagai standar produksi yang dapat bersinergi positif
dengan penerapan biosecurity, seperti Cara Budidaya Ikan yang Baik
(CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Bila merujuk pada
ketentuan Internasional, para pelaku usaha dapat menyesuaikan
penerapan dimaksud sesuai dengan prinsip-prinsip Good Management
practices (GMPs) hingga kepada persyaratan yang lebih spesifik untuk
sertifikasi produk, seperti yang tercantum pada dokumen standar
Aquaculture Stewardship Council (ASC)
c. Biaya penerapan Biosecurity
Kerugian ekonomi yang diderita akibat merebaknya wabah penyakit
cukup besar. Estimasi dari World Bank menyatakan kerugian ekonomi
global akibat nfeksi penyakit di industry akuakultur melebihi USD 6
milyar/tahun. Keuntungan dari penerapan biosecurity bersifat universal
dan mungkin dapat diinterpretasikan secara berbeda tergantung dari
sudut pandang para pelaku usaha dan pengambil kebijakan.
Namun yang terpenting adalah investasi kesehatan lingkungan yang
dilakukan saat ini dapat menjamin keberlanjutan produksi dan mengurangi
kerugian ekonomi per setiap kematian ikan akibat infeksi penyakit. “there
is no one size fits all solution “, tidak ada satu solusi yang dapat mengatasi
semua permasalahan, namun setidaknya penerpan biosecurity dapat
mengurangi kerugian ekonomi akibat infeksi penyakit dan meningkatkan
reputasi perusahaan dan produk yang dihasilkan melalui system produksi
budidaya.

C. CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB)


Dalam rangka menghadapi persaingan dalam pasar global, maka produk
perikanan diharapkan aman untuk dikonsumsi sesuai persyaratan yang dibutuhkan
pasar sebagai konsekuensi dari kebutuhan pasar global, produk perikanan

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
55
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

budidaya harus mempunyai daya saing, baik dalam mutu produk maupun efisiensi
dalam produksi. Hal tersebut akan berpengaruh positif dalam upaya meningkatkan
ekspor dan menekan impor serta pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya
dapat meningkatkan devisa dan pendapatan masyarakat. Peningkatan mutu
produk perikanan budidaya lebih diarahkan untuk memberikan jaminan keamanan
pangan (food safety) mulai bahan baku hingga produk akhir hasil budidaya yang
bebas dari bahan cemaran seperti sesuai persyaratan pasar. Cara budidaya Ikan
Yang Baik (CBIB) adalah penerapan cara memelihara dan atau membersarkan ikan
serta mamanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga memberikan
jaminan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan obat
ikan dan bahan kimia serta bahan biologi. Dalam menerapkan CBIB, pembudidaya
perlu memahami ketentuan yang dipersyaratkan sehingga dapat juga melakukan
pengawasan internal terhadap pelaksanaan usaha budidaya dengan menggunakan
checklist CBIB. Dokumen yang harus dimiliki dan diterapkan oleh suatu unit usaha
budidaya dalam menerapkan CBIB adalah:
1. SPO (Standar Prosedur Operasional), yang merupakan prosedur yang harus
dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan usaha budidaya
2. Catatan / rekaman sebagai bukti tertulis bahwa kegiatan usaha budidaya yang
dilakukan sudah sesuai dengan prosedur SPO.
Untuk menjamin bahwa penerapan CBIB telah memenuhi persyaratan, maka
perlu dilakukan Sertifikasi terhadap unit usaha budidaya yang bersangkutan.
Dengan cara penilaian yang obyektif dan transparan, sertifikasi diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan baik produsen maupun konsumen dan pada gilirannya
akan meningkatkan daya saing produk perikanan budidaya. Persyaratan penilaian
kesesuaian meliputi :
1. Lokasi
Lokasi Unit usaha budidaya berada pada lingkungan yang sesuai dimana
resiko keamanan pangan dari bahan kimiawi, biologis dan fisik diminimalisir
2. Suplai air
Suplai Air Unit usaha budidaya mempunyai sumber air yang baik dan air pasok
terhindar dari sumber polusi
3. Tata letak dan desain
Tata letak dan desain budidaya meliputi :
a. Area usaha budidaya hanya digunakan untuk pembudidayaan ikan
b. Unit usaha budidaya mempunyai desain dan tata letak yang dapat
mencegah kontaminasi silang
c. Toilet, septic tank, gudang dan fasilitas lainnya terpisah dan tidak
berpotensi mengkontaminasi produk budidaya
d. Unit usaha budidaya memiliki fasilitas pembangunan limbah cair ataupun
padat yang ditempatkan di area yang sesuai
e. Wadah budidaya seperti karamba dan jaring didesain dan dibangun agar
menjamin kerusakan fisik ikan yang minimal selama pemeliharaan dan
panen
4. Kebersihan fasilitas dan perlengkapan
Hal – hal yang harus juga diperhatikan untuk kebersihan fasilitas dan
perlengkapan budidaya adalah :

INDUSTRI PERIKANAN
56 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

a. Unit usaha budidaya dan lingkungan dijaga kondisi kebersihan dan


higienis
b. Dilakukan tindakan pencegahan terhadap binatang dan hama yang
menyebabkan kontaminasi
c. BBM, bahan kimia (desinfektan, p upuk, reagen), pakan dan obat ikan
disimpan dalam tempat yang terpisah dan aman
d. Wadah, perlengkapan dan fasilitas budidaya dibuat dari bahan yang tidak
menyebabkan kontaminasi
e. Fasilitas dan perlengkapan dijaga dalam kondisi higienis dan dibersihkan
sebelum dan sesudah digunakan serta (bila perlu) didesinfeksi dengan
desinfektan yang diizinkan
5. Persiapan wadah budidaya
Wadah – wadah budidaya yang telah umum dikenal adalah kolam, tambak,
keramba, hampang, dan keramba jarring apung (KJA) yang telah dimodifikasi,
baik disesuaikan dengan lokasi meupun untuk mengoptimalkan produksi
wadah tersebut.namun ada beberapa hal yang secara umum harus
diperhatikan :
a. Wadah budidaya dipersiapkan dengan baik sebelum penebaran benih
b. Dalam persiapan wadah dan air, hanya menggunakan pupuk, probiotik
dan bahan kimia yang direkomendasikan
6. Pengelolaan air
Air sebagai media budidaya tidak hanya merupakan media hidup biota yang
dibudidayakan, tetapi juga berbagai biota lain yang hidup secara bebas,
baik didalam air maupun “menumpang”pada biota budidaya. Didalam air,
berbagai biota dan komponen lainnya merupakan suatu ekosistem yang
berhubungan. Untuk itu dalam pengelolaan air/media budidaya hal – hal
yang harus dilakukan :
a. Upaya filterisasi air atau pengendapan serta menjamin kualitas air yang
sesuai untuk ikan yang dibudidayakan
b. Monitor kualitas air sumber secara rutin untuk menjamin kualitas air yang
sesuai standar untuk ikan yang dibudidayakan (parameter Fisika, kimia,
dan Biologi)
7. Benih
Benih yang ditebar dalam kondisi sehat dan berasal dari unit pembenihan
bersertifikat dan tidak mengandung penyakit berbahaya maupun obat ikan.
8. Pakan
a. Pakan ikan yang digunakan memiliki nomor pendaftaran / sertifikat yang
dikeluarkan oleh Direktur Jenderal atau surat jaminan dari institusi yang
berkompeten
b. Pakan ikan disimpan dengan baik dalam ruangan yang kering dan sejuk
untuk menjaga kualitas serta digunakan sebelum tanggal kadaluarsa
c. Pakan tidak dicampur bahan tambahan seperti antibiotik, obat ikan, bahan
kimia lainnya atau hormon yang dilarang dan bahan tambahan yang
digunakan harus terdaftar pada DJPB.
d. Pakan buatan sendiri harus dibuat dari bahan yang direkomendasikan
oleh DJPB dan tidak dicampur dengan bahan-bahan terlarang (antibiotik,
pestisida, logam berat.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
57
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

e. Pemberian pakan dilakukan dalam efisiensi sesuai dengan dosis yang


direkomendasikan
f. Pakan berlabel / memiliki informasi yang mencantumkan komposisi,
tanggal kadaluarsa, dosis dan cara pemberian dengan jelas dalam bahasa
Indonesia.
9. Penggunaan bahan kimia, bahan biologi dan obat ikan
Dalam menanggulangi bakteri, virus yang merugikan sehingga proses produksi
menjadi terhambat kita perlu penggunaan bahan kimia, bahan biologi dan
obat ikan, namun harus memperhatikan :
a. Hanya menggunakan obat ikan, bahan kimia dan biologis yang diijinkan
(dengan nomor registrasi dari DJPB).
b. Penggunaan Obat ikan yang diijinkan sesuai petunjuk dan pengawasan
(obat keas harus digunakan dibawah pengawasan petugas yang
berkompeten).
c. Obat ikan, bahan kimia dan biologis disimpan dengan baik sesuai
spesifikasi.
d. Penggunaan obat ikan, bahan kimia dan biologis sesuai instruksi dan
ketentuan / petunjuk pada label.
e. Dilakukan test untuk mendeteksi residu obat ikan dan bahan kimia dengan
hasil dibawah ambang batas.
f. Obat ikan, bahan kimia dan bahan biologis yang digunakan mempunyai
label yang menjelaskan: dosis dan aturan pemakaian, tanggal kadaluarsa
dan masa henti obat yang ditulis dalam bahasa Indonesia.
10. Penggunaan es dan air
Penggunaan es dan air juga termasuk dalam system CBIB ini dengan
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a. Air bersih digunakan dan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk panen,
penanganan hasil dan pembersihan
b. Es hanya berasal dari pemasok yang disetujui dan menggunakan air
minum / air bersih
c. Es diterima dalam kondisi saniter
d. Es ditangani dan disimpan dalam kondisi higienis
11. Panen
Kriteria untuk kegiatan panen juga harus memperhatikan hal- hal berikut ini :
a. Perlengkapan dan peralatan mudah dibersihkan dan dijaga dalam kondisi
bersih dan higienis.
b. Panen dipersiapkan dengan baik untuk menghindari pengaruh temperatur
yang tinggi pada ikan.
c. Pada saat panen dilakukan upaya untuk menghindari terjadinya penurunan
mutu dan kontaminasi ikan.
d. Penanganan ikan dilakukan secara higienis dan efisien sehingga tidak
menimbulkan kerusakan fisik.
12. Penanganan hasil
Penanganan hasil atau pasca panen meliputi :
a. Peralatan dan perlengkapan untuk penanganan hasil mudah dibersihkan
dan didisinfeksi (bila perlu) serta selalu dijaga dalam keadaan bersih.

INDUSTRI PERIKANAN
58 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

b. Ikan mati segera didinginkan dan diupayakan suhunya mendekati 0 C di


seluruh bagian
c. Proses penanganan seperti pemilihan, penimbangan, pencucian,
pembiasaan, dll dilakukan dengan cepat dan higienis tanpa merusak
produk.
d. Berdasarkan persyaratan yang berlaku, bahan tambahan & kimia yang
dilarang tidak digunakan pada ikan, yang diangkut dalam kondisi mati
atau hidup.
13. Pengangkutan
Pengankutan ikan juga masih merupakan satu rangkaina dengan kegiatan
pemanenan dan tahapan untuk pengangkutan ini adalah :
a. Peralatan dan fasilitas pengangkutan yang digunakan mudah dibersihkan
dan selalu terjaga kebersihannya (boks, wadah, dll)
b. Pengangkutan dalam kondisi higienis untuk menghindari kontaminasi
sekitar (seperti udara, tanah, air, oli, bahan kimia, dll) dan kontaminasi
silang.
c. Suhu produk selama pengangkutan mendekati suhu cair es (0 C) pada
seluruh bagian produk.
d. Ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yang tidak menyebabkan
kerusakan fisik atau kontaminasi.
14. Pembuangan limbah
Limbah (cair, padat dan berbahaya) dikelola (dikumpulkan dan dibuang)
dengan cara yang higienis dan saniter untuk mencegah kontaminasi.
15. Pencatatan
Pencatatan ini juga merupakan bagian penting dalam kegiatan CBIB, yang
meliputi :
a. Dilakukan rekaman pada jenis dan asal pakan (pakan pabrikan) serta
bahan baku pada ikan (untuk pakan buatan sendiri).
b. Penyimpanan rekaman penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan
biologi atau perlakuan lain selama masa pemeliharaan.
c. enyimpanan rekaman kualitas air (air sumber, air pasok, air pemeliharaan
dan limbah cair) sesuai kebutuhan (lihat poin 6).
d. Penyimpanan rekaman kejadian penyakit yang mungkin berdampak pada
keamanan pangan produk perikanan.
e. Rekaman panen disimpan dengan baik
f. Catatan / rekaman pengangkutan ikan disimpan dengan baik
16. Tindakan perbaikan
Tindakan perbaikan (atas bahaya keamanan pangan) dilakukan sebagai
kegiatan yang rutin dan terkendali. Tindakan perbaikan dilakukan dengan
tepat dan segera sesuai masalah yang ditemukan.
17. Pelatihan
Pelatihan Pemilik unit usaha atau pekerja sadar dan terlatih (pelatihan, seminar,
workshop, sosialisasi, dsb) dalam mencegah dan mengendalikan bahaya
keamanan pangan dalam perikanan budidaya. Pelatihan ini bisa dilaksanakan
dengan mendatangi langsung Balai- balai perikanan, bahkan saat ini sudah
banyak yang tersedia pelatihan melalui sitem daring/online.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
59
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

18. Kebersihan Personil


Kebersihan Personil Pekerja yang menangani ikan dalam kondisi sehat guna
menunjang kegiatan produksi dan diharapkan sebagai pembudidaya dapat
melakukan penjaminan baik dari segi kesehatan maupun jaminan sosial bagi
para pekerja budidaya.

LEMBAR PRAKTIKUM

Buatlah kelompok kerja masing – masing beranggotakan 3-4 orang


I. Tujuan agar siswa mampu
a. Membeiasakan diri bekerja sama dalam kelompok dan mampu
menyelesaikan permasalahan
b. Memahami tentang :
1) Cara penerapan Biosecurity dalam Budidaya Perairan
2) Cara penerapan CBIB dalam Budidaya Perairan
c. Memiliki keberanian berkomunikasi dan menyampaikan ide/ gagasan
kepada orang lain.
d. Jujur dan bertanggungjawab terhadap hasil pekerjaan melalui kegiatan
presentasi
II. Tugas masing – masing kelompok :
Lakukan Identifikasi tentang:
a. Penerapan Biosecurity dalam Budidaya Perairan
b. Penerapan CBIB dalam Budidaya Perairan
c. Buatlah Laporan berdasarkan hasil diskusi kelompok ! jika menemukan
hal lain yang belum jelas bisa di komunikasikan pada guru pembimbing.
III. Presentasikan secara bergantian dengan kelompok lainnya
Langkah Kerja :
a. Baca dan pahami materi tentang cara penerapan bisecurity dalam
budidaya perairan !
b. Baca dan pahami materi tentang cara penerapan CBIB dalam Budidaya
perairan !
c. Lakukan identifikasi tentang cara penerapan bisecurity dalam budidaya
perairan !
d. Lakukan identifikasi tentang cara penerapan CBIB dalam budidaya
perairan !

INDUSTRI PERIKANAN
60 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

LEMBAR PRAKTIKUM

Lembar Kerja
Nama Kelompok :
Nama Anggota :

Kelas :

No Jenis Kegiatan Indikator Pengamatan Identifikasi Kegiatan/


penerapan
1 Biosecurity KJA/Kolam Beton/Bak 1………..
Fiberglass/Dll. 2………..
3………..
4…........dst
2 CBIB KJA/Kolam Beton/Bak 1……….
Fiberglass/Dll. 2……….
3……….
4……....dst

CONTOH SOAL

1. Agar dalam pelaksanaan/penerapan Biosecurity maksimal anda perlu


mengidentifikasi beberapa hal. Cobalah anda identifikasi mengapa
biaosecurity harus diterapkan dalam budidaya perairan!
2. Anda akan menerapkan CBIB dalam usaha Budidaya Perairan. Dokumen apa
yang harus dipersiapkan untuk mendukung sistem tersebut !

Kunci Jawaban/Pembahasan soal :


1. Hal – hal yang menjadi penting dalam penerapan biosecurity adalah disamping
karena keberlanjutan proses produksi juga yang tidak kalah penting adalah
mencegah penyebaran pathogen eksotis/virus yang dapat memperlambat
proses produksi.
2. Dalam mendukung penerapan system CBIB di Akuakultur. Dokumen yang
harus dipersiapkan adalah :
a. SPO (Standar Prosedur Operasional), yang merupakan prosedur yang
harus dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan usaha budidaya.
b. Catatan / rekaman sebagai bukti tertulis bahwa kegiatan usaha budidaya
yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur SPO.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
61
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

CAKRAWALA

PEMERINTAH AUSTRALIA APRESIASI PENERAPAN SISTEM BIOSECURITY PADA


USAHA BUDIDAYA UDANG INDONESIA

Jakarta – Pemerintah Australia melalui Departemen Pertanian dan Sumberdaya Air


(Department of Agriculture and Water Resources/DAWR) memberikan apresiasi
terhadap pengelolaan sistem produksi budidaya udang yang diterapkan di
Indonesia. Mereka menilai penerapan  biosecurity, pengelolaan limbah, dan
ketelusuran produk pada sistem produksi budidaya udang telah dilakukan dengan
sangat baik. Hasil kunjungan tersebut juga memberikan gambaran positif tentang
pelaksanaan biosecurity secara nasional.
D
  emikian kesimpulan saat closing meeting hasil kunjungan lapang yang dilakukan
Tim DAWR pada hatcery PT. Prima Larvae, Tambak udang dan Unit Processing PT.
Indokom di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung belum lama ini. Kunjungan
juga dilakukan ke UPT Karantina Ikan dan DKP Provinsi Lampung.
  Sebelumnya selama periode 2-6 Juli 2018, Pemerintah Australia melakukan
tinjauan langsung untuk melihat sejauhmana penerapan sistem produksi pada unit
usaha budidaya udang di beberapa negara eksportir udang, termasuk Indonesia
mulai dari perbenihan, pembesaran, penanganan panen hingga pengolahan
produk.
  Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan salah satu pemasok udang ke
negara tersebut. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor udang
Indonesia ke Australia mencapai 370.969 juta USD dan memberikan share sebesar
0,03 persen terhadap seluruh pengapalan produk ke seluruh dunia.
  Menurut ketua tim familiarisation DAWR, Dr. June Liu, pihaknya melakukan
kunjungan langsung ke beberapa negara eksportir sebagai respon atas munculnya
wabah white spot disease di pertambakan Australia dan diduga masuk terbawa
dari udang yang dijadikan umpan pemancingan ikan. Untuk itu pihaknya perlu
mengklarifikasi dengan melakukan tinjauan implementasi sistem mutu khususnya
konsistensi penerapan biosecurity pada level on farm di negara eksportir tersebut
termasuk Indonesia
D   itambahkannya, bahwa Pemerintah Australia sangat konsisten dalam penerapan
biosecurity yang ketat pada produk perikanan guna menjamin keamanan pangan
dan keamanan hayati. Menurutnya Liu,  di dalam struktur DAWR sendiri ada divisi
khusus yang tangani masalah biosecurity yakni Biosec Animal. Pihaknya juga ketat
dalam menerapkan penilaian import atas produk hewan termasuk udang.
  “Kami menyatakan kepuasan atas upaya pengelolaan sistem budidaya yang
dilakukan unit usaha udang Indonesia. Utamanya bagaimana mereka konsisten
menerapkan biosecurity, pengelolaan limbah dan menjamin kualitas lingkungan
secara baik. Tentunya kami berharap hal serupa juga konsisten dilakukan oleh unit
usaha budidaya di seluruh Indonesia”

INDUSTRI PERIKANAN
62 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

CAKRAWALA

  “Ke depan tidak menutup kemungkinan bagi kedua negara  menjalin kerjasama
dalam rangka sharing informasi terkait pengelolaan manajemen mutu dan
keamanan pangan bagi produk perikanan budidaya, disamping kerjasama dalam
upaya meningkatkan pemenuhan persyaratan produk udang asal Indonesia”, 
ungkap Liu.
  Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam
keterangannya di Jakarta, Senin (23/7) menyatakan bahwa penilaian positif tim
DAWR tentunya diharapkan akan kembali meningkatkan jaminan keberterimaan
produk udang di pasar Australia, sehingga volume ekspor Indonesia ke negeri
kanguru tersebut bisa terus digenjot.  Slamet juga memastikan bahwa pengelolaan
sistem produksi budidaya terutama mulai pemilihan benih bermutu, penerapan
biosecurity, pengendalian penggunaan antibiotik dan pelarangan bahan
berbahaya lainnya, penataan sistem tata letak tambak, pengelolaan limbah
hingga pengendalian lingkungan telah menjadi kebijakan nasional yang mutlak
diterapkan di setiap unit budidaya guna menjamin food safety dan sustainability.
Salah satu bentuk konsistensinya, saat ini KKP telah mengeluarkan kebijakan
pengembangan budidaya udang berkelanjutan berbasis klaster di seluruh
Indonesia. Ia menegaskan konsep klaterisasi kawasan berkelanjutan adalah
bentuk upaya dalam memperketat sistem biosecurity dan mendorong manajemen
secara kolektif dan terintegrasi, dengan demikian aspek ketelurusan lebih efektif
dan keberlanjutan lingkungan dan usaha budidaya lebih terjamin.
  Disamping itu, berkaitan dengan regulasi sistem mutu dan keamanan pangan di
level on farm, KKP tengah melakukan penggabungan berbagai standar seperti
Cara Perbenihan Ikan yang Baik (CPIB), Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), dan
Cara Pembuatan Pakan Ikan yang Baik (CPPIB) ke dalam satu standar yang lebih
komprehensif yakni Indonesian Good Aquaculture Practice (Indo GAP). Indo GAP
ini memiliki substansi lebih komprehensif termasuk didalamnya mencakup aspek
sustainability dan diharapkan semua standar persyararan produk dari negara
buyer baik public standar maupun private standar bisa terakomodir seluruhnya.
KKP juga melakukan kerjasama dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN) terkait
pendampingan pengembangan skema sertifiksasi Indo GAP.
  “Kami berharap bentuk apresiasi dari pemerintah Australia akan lebih memacu
semua elemen pelaku usaha baik pembenihan udang, pabrik pakan, pembudidaya
udang dan processing untuk konsisten menerapkan sistem mutu dan keamanan
pangan. Mulai saat ini kita tidak bisa mengelak bahwa kebijakan hambatan non
tarif dalam perdagangan global menjadi prasyarat multlak yang harus dipenuhi.
Begitupun dengan pemberlakuan tariff barrier pada beberapa produk perikanan
akan kita antisipasi dengan penerapan regulasi nasional sistem mutu dan
keamanan pangan produk budidaya secara konsisten”, pungkasnya

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
63
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai biosecurity


dan CBIB budidaya perairan anda dapat mempelajari sendiri
di Internet. Di Internet anda bisa belajar lebih jauh materi.
salah satu website yang dapat menambah wawasan dan
pengetahuan anda mengenai biosecurity dan CBIB adalah
sebagai berikut : https://www.youtube.com/watch?v=6-Azt_
WY3cw

RANGKUMAN

1. Bioteknologi perairan adalah penggunaan organism (biota) perairan atau


bagian dari organisme perairan, seperti sel dan enzim untuk membuat atau
memodifikasi produk untuk memperbaiki kualitas fauna (hewan) dan flora
(tumbuhan) atau untuk mengembangkan organism guna aplikasi tertentu.
2. Penerapan biosecurity budidaya perairan berguna untuk peningkatan
daya dukung lingkungan perairan dan menjadi salah satu factor penentu
keberlanjutan proses produksi.
3. Dokumen yang harus dimiliki dan diterapkan oleh suatu unit usaha budidaya
dalam menerapkan CBIB adalah:
a. SPO (Standar Prosedur Operasional), yang merupakan prosedur yang
harus dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan usaha budidaya
b. Catatan / rekaman sebagai bukti tertulis bahwa kegiatan usaha budidaya
yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur SPO.
4. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penerapan CBIB :
a. Lokasi
b. Supali Air
c. Tata letak desain
d. Kebersihan fasilitas dan perlengkapan
e. Persiapan wadah budidaya
f. Pengelolaan Air
g. Benih
h. Pakan
i. Penggunaan bahan kimia, bahan biologi, dan obat ikan
j. Penggunaan es dan air
k. Panen
l. Penanganan hasil
m. Pengangkutan
n. Pembuangan limbah
o. Pencatatan
p. Tindakan perbaikan
q. Pelatihan
r. Kebersihan personil

INDUSTRI PERIKANAN
64 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

TUGAS MANDIRI

Setelah anda membaca dan mempelajari materi biosecurity dan Cara Budidaya
Ikan Yang Baik (CBIB), maka untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
anda, kerjakan tugas ini secara mandiri. Buatlah (pilihlah salah satu dari tugas
dibawah ini) :
1. Makalah yang berhubungan dengan Biosecurity dan CBIB.
2. Power point yang berhubungan dengan Biosecurity dan CBIB.
3. Melakukan pengamatan secara langsung pada lokasi kegiatan budidaya
perairan , kemudian membuat laporan.

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakanlah soal-soal dibawah ini dengan baik dan benar, cobalah menggunakan
bahasa anda !
1. Jelaskan mengapa Biosecurty diperlukan dalam Budidaya perairan !
2. Cobalah mencari peralatan apa saja yang dapat mendukung penerapan
biosecurity budidaya perairan melalui googling!
3. Tuliskan 9 persyaratan yang mendukung penerapan CBIB dalam Budidaya
perairan
4. Berikan penjelasan bagaimana CBIB dapat mendukung proses produksi!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ketiga ini anda tentu paham tentang penerpan
biosecurity dan CBIB. Dari semua materi yang sudah di pelajari dalam bab ketiga
ini bagian mana yang menurut anda sulit untuk dipahami ? coba anda diskusikan
dengan teman ataupun guru mata pelajaran, karena materi ini dasar dari materi –
materi selanjutnya.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
65
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL


SEMESTER GASAL
A. PILIHAN GANDA
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Secara spesifik ada tiga alasan mengapa K3 itu diperlukan, yaitu…


a. Moral, Hukum, Ekonomi
b. Moral, Sosial, Budaya
c. Moral, Hukum, Sosial
d. Hukum, Ekonomi, Sosial
e. Ekonomi, Sosial, Budaya

2. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atau keselamatan, kesehatan,


kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama. Merupakan bunyi…
a. Undang – undang No 14 tahun 1969 tentang K3 pasal 7
b. Undang – undang No 14 tahun 1969 tentang K3 pasal 8
c. Undang – undang No 14 tahun 1969 tentang K3 pasal 9
d. Undang – undang No 14 tahun 1969 tentang K3 pasal 10
e. Undang – undang No 14 tahun 1969 tentang K3 pasal 11

3. Ada tiga aspek yang harus kita perhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya
sehingga hasil produksi budidaya dapat ditingkatkan atau dikatakan berhasil.
Ketiga aspek itu adalah…
a. Aspek Teknis, Aspek Ekonomis dan Aspek Politik
b. Aspek Teknis, Aspek Ekonomis dan Aspek Sosial
c. Aspek Teknis, Aspek Ekonomis dan Aspek Hukum
d. Aspek Ekonomis, Aspek Politik dan Aspek Sosial
e. Aspek Politik, Aspek Sosial, Aspek Hukum

4. Satu jenis ikan yang cukup banyak dibudidayakan dan memiliki harga kompetitif
di pasar adalah ikan Kerapu. Wadah budidaya kerapu yang sering dijumpai adalah
dalam bentuk…
a. Kolam Tanah
b. Penculture
c. KJA (Keramba Jaring Apung)
d. Telaga
e. Kolam Beton

5. Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas
oksigen yang terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan
dalam…
a. ppm (part per million)
b. ppt (part per thousand)
c. pph (part per hundred)
d. ppm (part per meter)
e. ppb (part per billion)

INDUSTRI PERIKANAN
66 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

6. Penggunaan organism (biota) perairan atau bagian dari organisme perairan, seperti
sel dan enzim untuk membuat atau memodifikasi produk untuk memperbaiki
kualitas fauna (hewan) dan flora (tumbuhan) atau untuk mengembangkan
organism guna aplikasi tertentu, termasuk remediasi (perbaikan lingkungan)
akibat pencemaran dan kerusakan lainnya. Merupakan pengertian dari…
a. Biosecurity
b. Bioteknologi
c. Budidaya
d. Akuakultur
e. CBIB

7. Pada tahun 1992 di muara sungai Taura, Guayaquil, Ekuador ditemukan pertama
kali penyakit yang paling spesifik menyerang udang Vanammei (Litoppenaeus
Vanammei)…
a. TSV ( Taura Syndrom Virus)
b. WSSV (White Spot Syndrom Virus)
c. VNN (Viral Nervous Necrosis)
d. RSV (Red Spot Virus)
e. TSV (Taura Spot Virus)

8. Alat yang digunakan untuk meningkatkan kandungan oksigen pada wadah


pembenihan ikan adalah ....
a. Hi- Blower
b. Refraktometer
c. Autoclave
d. Thermometer
e. PH Meter

9. Desain wadah pembenihan ikan sangat tergantung dari…


a. Jenis ikan
b. Luas Lokasi
c. Bentuk Lokasi
d. Biaya
e. Model ikan

10. Dalam kegiatan persiapan wadah budidaya salah satu tahapan yang dilakukan
adalah pengapuran. Pengapuran kolam pendederan bertujuan untuk ......
a. Membasmi hama dan penyakit
b. Mengeraskan dasar kolam
c. Meningkatkan Kekeruhan Air
d. Mengkatkan oksigen terlarut
e. Meningkatkan jumlah plankton

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
67
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

11. Wadah yang baik untuk memijahkan udang adalah yang terbuat dari beton yang
berbentuk ......
a. Segi tiga
b. Bulat mengerucut
c. Segi lima
d. Trapezium
e. Empat persegi panjang

12. Banyak tahapan yang dilakukan dalam perisapan wadah budidaya salah satunya
yaitu sanitasi. Sanitasi wadah pembenihan pada bak dilakukan dengan cara ...........
a. Pemanasan air
b. Penebaran kapur
c. Penebaran Pupuk
d. Pencucian menggunakan klorit
e. Pemasangan aerasi

13. Perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah
ikan bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan
ikan disebut ….
a. Sanitasi penyakit
b. Membasmi penyakit
c. Mencegah hama dan penyakit
d. Mengobati hama dan penyakit
e. Pemupukan

14. Budidaya perikanan meliputi beberapa kegiatan salah satunya adalah kegiatan
pembenihan. Biasanya kegiatan pembenihan ikan umumnya dilakukan pada …..
a. Hatchery
b. Kolam air deras
c. Kolam Jaring Terapung
d. Karamba
e. Kandang

15. Hama dan penyakit dalam kegiatan budidaya sering menghambat produktivitas.
Salah satu penyebab ikan terserang penyakit adalah….
a. Padat penebaran ikan tinggi
b. PH air tinggi
c. Suhu Air Stabil
d. Kurang makanan
e. Serangan predator

INDUSTRI PERIKANAN
68 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

16. Organisme yang hidup baik di lapisan atas dasar perairan maupun di dalam dasar
perairan dan dapat menjadi pakan alami bagi ikan adalah.....
a. Lumut
b. Bentos
c. Infusoria
d. Artemia
e. Teratai

17. Kegiatan yang bertujuan untuk optimalisasi, efisiensi dan efektivitas sumberdaya
yang ada (kolam, induk ikan, modal, tenaga kerja dll) agar produksi pembenihan
ikan dapat dilakukan secara kontiniu baik kualitas maupun kuantitas disebut ….
a. Pembesaran ikan
b. Pembenihan ikan
c. Pendederan benih ikan
d. Pemijahan induk ikan
e. Pengelolaan induk ikan

18. Pada sistem teknologi budidaya KJA padat tebarnya relatif tinggi. Hal ini
disebabkan karena....
a. Menggunakan pakan buatan
b. Kandungan DO tinggi
c. Banyak pakan alami
d. Kompetitornya kurang
e. Menyesuaikan dengan wadahnya

19. Pembesaran Sistem Intensif adalah sistem pembesaran ikan dengan kriteria...
a. padat tebar yang tinggi, luasan petakan kecil, menggunakan pakan buatan,
diusahakan sebagai pekerjaan utama.
b. padat tebar yang tinggi, luasan petakan sedang, menggunakan pakan buatan
dan pakan tambahan, diusahakan sebagai pekerjaan utama.
c. padat tebar sedang, luasan petakan sedang, menggunakan pakan buatan dan
pakan alami, diusahakan sebagai pek erjaan utama.
d. padat tebar yang rendah, petakannya besar, menggunakan pakan buatan dan
pakan alami, diusahakan sebagai pekerjaan sampingan.
e. padat tebar yang rendah, petakannya besar, menggunakan pakan buatan dan
pakan alami, diusahakan sebagai pekerjaan sampingan.

20. Apabila anda ingin membudidayakan ikan kakap yang menyukai salinitas cukup
tinggi, tipe kolam/tambak apakah yang cocok?
a. Kolam/tambak lanyah
b. Kolam/tambak Intensif
c. Kolam/tambak semi intensif
d. Kolam/tambak darat
e. Kolam/tambak tradisional

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
69
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
21. Jumlah benih yang ditebar per satuan luas sistem teknologi budidaya merupakan
pengetian dari ....
a. populasi benih
b. kepadatan benih
c. jumlah hasil sampling
d. jumlah benih
e. padat penebaran benih

22. Padat tebar benih sangat tergantung pada sistem teknologi yang digunakan
dan jenis ikannya. Di bawah ini jenis ikan budidaya yang paling tinggi padat
penebarannya adalah ...
a. Ikan kakap
b. Ikan kerapu
c. Ikan cobia
d. Ikan bobara
e. Ikan kakap putih

23. Benih hasil tangkapan dari alam memiliki banyak kekurangan. Di bawah ini adalah
kekurangan benih hasil tangkapan dari alam, kecuali...
a. Umur dan ukuran relatif sama
b. Tidak jelas keturunannya
c. Mortalitas tinggi
d. Umur tidak seragam/sama
e. natalitas tinggi

24. Sebelum melakukan penebaran benih pada kolam dilakukan aklimatisasi terlebih
dahulu. Cara untuk melakukan aklimatisasi adalah...
a. Memasukkan air dari wadah sedikit demi sedikit
b. Merendam kantong packing pada wadah
c. Memasukkan ikan ke dalam wadah
d. Memasukkan benih ke dalam baskom lalu dimasukkan air wadah
e. Semua jawaban benar

25. Pada pembesaran intensif benih yang ditebar umumnya ...


a. Berukuran lebih besar
b. Berukuran lebih kecil
c. Pertumbuhannya cepat
d. Kurang Sehat
e. Berukuran seragam

INDUSTRI PERIKANAN
70 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

26. Ikan yang mengalami gejala nafsu makan berkurang, luka-luka, lesu, mata suram,
lendir tubuh meningkat dan adanyaa bintik putih pada insang dan permukaan
kulit diserang penyakit :
a. Lernea
b. Dactylogyrus
c. Ichthyopthirius
d. Trichodina
e. Corona

27. Penanggulangan penyakit Trichodina dapat dilakukan dengan cara seperti


dibawah ini, kecuali :
a. Perendaman dengan malachite green
b. Pengeringan kolam
c. Pemberantasan dengan garam dapur
d. Perendaman dengan PK
e. Perendaman dengan daun papaya

28. Memilih benih-benih berdasarkan kriteria kualitas misalnya baik dan jelek
merupakan pengertian dari…
a. Aklimasi
b. Aklimatisasi
c. Sortasi
d. Grading
e. Budidaya

29. Mengelompokkan benih-benih ikan berdasarkan kriteria ukuran panjang tubuh,


misalnya benih ukuran 3 – 5 cm, 5 – 7 cm, 8 – 10 cm. adalah pengertian dari…
a. Aklimasi
b. Aklimatisasi
c. Sortasi
d. Grading
e. Budidaya

30. Sifat fisik kualitas air yang akan dikontrol pada proses pemeliharaan ikan adalah.....
a. pH
b. Suhu
c. Oksigen
d. Amonia
e. Nitrit

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
71
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
B. ESSAY
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Bisakah anda jelaskan bagian – bagian apa saja dalam setiap wadah budidaya
perikanan
2. Coba anda jelaskan secara singkat tahapan – tahapan atau proses aklimatisasi
komoditas budidaya
3. Dalam kegiatan budidaya perikanan salah satu faktor penentu keberhasilan
adalah ketersediaan benih yang baik. Tulislah cirri – cirri benih yang baik untuk
budidaya !
4. Mengapa Bioteknologi sangat diperlukan dalam kegiatan budidaya perairan !
5. Dalam penerapan CBIB (Cara Budidaya Ikan Yang Baik) perlu memenuhi beberapa
persyaratan agar unit usaha yang kita miliki bisa dipercaya oleh konsumen
bahkan meningkatkan daya saing produk perikanan Budidaya. Tuliskan beberapa
persyaratan yang dimaksud!

INDUSTRI PERIKANAN
72 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

SELEKSI DAN PENEBARAN BENIH


BAB
KOMODITAS PERIKANAN IV
BAB IV SELEKSI DAN PENEBARAN BENIH
KOMODITAS PERIKANAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu mengidentifikasi benih


sortasi dan grading dan menerapkan penebaran benih komoditas perikanan
sesuai dengan stocking density yang di persyaratkan.

PETA KONSEP

SELEKSI DAN PENEBARAN BENIH


KOMODITAS PERIKANAN

Seleksi Benih Penebaran Benih

Padat Penebaran/
Sortasi/Grading
Stocking Density

KATA KUNCI

Benih,stocking,penebaran

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
73
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENDAHULUAN

Gambar 4.1 Program Pemerintah sektor perikanan (penyaluran benih pada masyarakat)
Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

Pertumbuhan penduduk dunia umumnya dan Indonesia khususnya dalam


beberapa dasawarsa terakhir ini sangat pesat untuk dunia hampir diperkirakan 6 milyar
jiwa dan Indonesia sendiri dengan jumlah penduduk ± 260 juta jiwa. Hal ini menjadi
bahan pemikiran bagi para ahli kependudukan di dunia untuk mencari pemecahan
masalah bagaimana cara mengelola sumber daya alam agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup manusia tanpa harus merusaknya. Sumber daya perikanan cukup
memberikan sumbangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi
masyarakat. Mengapa demikian ? Melalui kementerian kelautan dan perikanan dalam
hal ini menteri kkp dalam Kabinet Kerja jilid I (periode 2014-2019) Susi Pudjastuti
mendorong masyarakat untuk gemar makan ikan. Karena ikan merupakan salah satu
sumber daya alam yang dapat diperbaharui, mengandung gizi lengkap dan aman
dikonsumsi, yaitu mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, omega
3, dan asam lemak tak jenuh yang dapat meningkatkan kecerdasan. Pemerintah sejauh
ini terus menggenjot produksi ikan khususnya budidaya perikanan baik laut,payau,
dan tawar sebab berkaitan juga dengan ketahanan pangan karena pemerintah juga
saat ini mengurangi produksi perikanan tangkap yang ketersediaaan ikan di laut sudah
semakin berkurang dan juga menjaga keberlangsungan ikan di alam. Faktor lain yang
mendasari Budidaya perairan ini adalah dari segi ekonomi, diharapkan ada perbaikan
ekonomi dikalangan masyarakat ketika dilakukan proses budidaya ini. Dari data yang
ada sampai dengan triwulan IV 2017 total produksi perikanan Nasional 23,26 juta
ton dimana perikanan tangkap 6,04 juta ton dan perikanan budidaya 17,22 juta ton
(sumber : Badan Pusat Statistik melalui KKP RI,2017 *angka sementara s.d November
2017). Hal ini menunjukkan bahwa Perikanan Budidaya menyumbang 16.68 % dari
total produksi perikanan nasional. Sehingga pada tahun 2018 ada beberapa target
yang dijadikan prioritas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

INDUSTRI PERIKANAN
74 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENDAHULUAN

(KKP RI) dimana target produksi perikanan nasional mencapai 33, 53 juta ton dibagi
menjadi perikanan tangkap 9,45 juta ton perikanan budidaya 24,08 juta ton dan garam
nasional 4,10 juta ton dimana perikanan budidaya di bagi atas, 7,91 juta ton ikan dan
rumput laut 16,17 juta ton, sehingga target yang lain diharapkan juga dapat tercapai
diantaranya PDB (Product Domestic Bruto) targetnya 11%, nilai tukar nelayan ada di
angka 112, tingkat konsumsi ikan dalam negeri di harapkan ada di angka 50,65 Kg/
Kapita/tahun naik dari sebelumnya 46,49 Kg/Kapita/tahun di 2017, nilai ekspor hasil
perikanan 5,0 USD miliar dan jumlah luas kawasan konservasi 19,3 juta hektar.

MATERI PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN

Gambar 4.2 Budidaya perairan /akuakultur


Sumber : https://www.vistaeducation.com/news/v/all/5-hal-soal-jurusan-
akuakultur-yang-wajib-kamu-tahu

Keanekaragaman Hayati yang saat ini dimiliki oleh bangsa Indonesia


ketersediaan teknologi memungkinkan dihasilkannya berbagai produk hasil
laut melalui akuakultur. Akuakultur dapat diartikan sebagai budidaya komoditas
perairan seperti ikan, kekerangan, krustasea, dan tanaman air (rumput laut).
Dalam budidaya tersebut terdapat intervensi lebih dalam proses pemeliharaan
untuk peningkatan produksi, seperti penebaran benih, pemberian pakan, serta
pemberantasan hama dan penyakit.
Akuakultur atau budidaya perairan dibagi berdasarkan ekosistem perairan,
yaitu budidaya air tawar, air payau, dan budidaya laut. Istilah budidaya laut atau
marikultur adalah kegiatan budidaya komoditas akuatik yang dilakukan di laut.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
75
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Perkembangan budidaya laut di Indonesia diawali dengan adanya keberhasilan


budidaya mutiara oleh perusahaan Jepang pada tahun 1928 di Buton, Sulawesi
Tenggara. Selanjutnya, awal tahun 1970-an dilakukan pengembangan budidaya
rumput laut (Euchema sp.) di pulau Samaringa, Sulawesi Tengah, yang bekerja
sama dengan Lembaga Penelitian Perikanan Laut dan perusahaan Denmark.
Sementara itu, awal tahun 1980-an banyak pengusaha ekspor ikan Kerapu hidup
di Kepulauan Riau dengan membuat keramba jaring tancap maupun keramba
jaring apung sebagai tempat penampungan ikan hidup hasil tangkapan sebelum di
ekspor ke Singapura dan Hongkong. Perkembangan budidaya komoditas laut yang
pesat dengan keramba jarring apung (KJA), diawali oleh keberhasilan pembenihan
ikan Bandeng dan ikan Kerapu di hatchery secara masal di Gondol, Bali pada
tahun1990-an. Kerapu merupakan jeni ikan laut yang paling popular dan bernilai
ekonomis tinggi diantara jenis ikan karang di Asia Pasifik. Permintaan ikan Kerapu
khususnya dalam kondisi hidup untuk tujuan ekspor, seperti ke Hongkong dan
Cina bagian selatan cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal ini telah memicu
nelayan untuk melakukan penangkapan ikan Kerapu ini secara intensif, baik legal
maupun illegal. Penangkapan secara illegal antara lain menggunakan potassium
(sianida) sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan dan penurunan populasi
ikan dihabitatnya. Untuk itu dalam menghadapi masalah ini, perlu dikembangkan
budidaya ikan laut dengan benih hasil dari hatchery. Beberapa wilayah pantai
Indonesia kini telah berkembang budidaya ikan kerapu bahkan pemerintah saat
ini Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI) melalui
Balai – Balai Budidaya Laut yang ada salah satunya adalah Balai Besar Perikanan
Budidaya Laut Lampung yang terus mengembangkan komoditas – komiditas laut
salah satunya adalah ikan Kerapu ini di smaping ada beberapa jenis lain yang
dikembangkan dan ditunjang oleh adanya penyediaan benih dari panti benih
(hatchery).

B. SELEKSI BENIH

Gambar 4.3 Benih King Cobia (a) dan Kerapu Macan (b)
Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

INDUSTRI PERIKANAN
76 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Dalam usaha Budidaya perikanan fase pembesaran ikan, salah satu faktor yang
menentukan keberhasilannya adalah ketersediaan benih. Dalam penyediaannya,
benih dapat diperoleh dengan dua cara yaitu:
1. dari alam, dan
2. dari panti-panti pembenihan (Hatchery).
Benih alam adalah benih yang diperoleh oleh petani dengan cara menangkap
di pantai-pantai sekitar kolam/tambak dengan cara menyeser seperti halnya
menangkap nener bandeng, benih kakap, benih belanak, benih kerapu lumpur,
benih gabus, benih toman, benih betok, dan lain sebagainya. Benih ikan yang
berasal dari alam kurang baik sebagai benih, karena memiliki kekurangan, antara
lain :
1. Benih alam memiliki tingkat pertumbuhan yang tidak seragam karena umurnya
berbeda , sehingga menyulitkan dalam pengelolaannya.
2. Tidak diketahui sifat asalnya, khususnya tentang kelainan sifat jeleknya yang
menurun, seperti pertumbuhannya lambat, rentan terhadap penyakit, dan lain
sebagainya.
3. Tidak diketahui tingkat kedewasaan induk dari benihnya.
4. Mortalitasnya relatif tinggi karena benih banyak yang stress akibat penangkapan
menggunakan alat tangkap seperti seser, bubu, jaring, dan sebagainya. Selain
itu benih hasil tangkapan terlalu lama dalam wadah penampungan sehingga
kondisi tubuhnya menurun, yang mengakibatkan benih stress dan akhirnya
mati.
5. Seringkali benih tidak murni dari spesies ikan yang akan kita besarkan,
sehingga dapat menurunkan tingkat produksi kita.
Benih ikan hasil kegiatan pembenihan di panti pembenihan (hatchery), merupakan
benih yang relatif lebih baik, karena melalui suatu tahapan-tahapan yang selektif
seperti pemilihan induk berkualitas, pemijahan induk, pemeliharaan larva dan
benih, pendederan benih, dan panen benih, dari hasil panen diperoleh benih
dilakukan sortasi dan grading sehingga diperoleh benih-benih dengan kriteria
ukuran dan biomassa yang berbeda.
Kriteria benih yang digunakan baik yang berasal dari alam maupun yang berasal
dari produksi pembenihan adalah sebgai berikut :
1. Spesies definitif tidak tercampur dengan spesies lain.
2. Organ tubuh lengkap, tidak cacat.
3. Berukuran seragam.
4. Respon terhadap gangguan.
5. Berenang dengan normal.
6. Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus.
7. Berwarna cerah, dan
8. Tidak membawa penyakit.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
77
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 4.4 Benih Ikan Nemo


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

Ukuran benih yang akan ditebar, akan menentukan lama waktu pemeliharaan
untuk mencapai ukuran atau biomassa panen tertentu. Namun benih berukuran
kecil biasanya harga satuannya lebih murah dibanding benih yang berukuran
besar. Pertimbangan-pertimbangan dalam memilih benih yang bisa dibesarkan
pada sistem teknologi budidaya yang digunakan, diantaranya adalah:
1. Ketersediaan spesies benih yang akan dibesarkan. Apabila spesies atau jenis
benih yang tersedia banyak, maka kita tidak menemukan masalah dalam
menggunakan sistem teknologi buddidaya (wadah) yang akan kita pakai,
namun apabila spesiesnya terbatas maka sistem teknologi budidaya yang
akan dipakai harus sesuai dengan sifat dan tingkah laku spesies ikan tersebut.
2. Kecocokan spesies benih. Apabila kita sudah memilih sistem teknologi
budidaya tertentu (misalnya kolam), maka kita harus memilih spesies apa
yang cocok hidup dan tumbuh dengan baik di kolam. Sebagai contoh ikan
yang agresif seperti gabus akan sangat riskan apabila dipelihara di kolam
karena akan bisa kabur pada saat hujan atau kolam penuh dengan air.
3. Daya adaptasi benih (SR-nya) ketika dipelihara. Spesies ikan yang SR-
nya tinggi seperti ikan mas, beresiko dipelihara di KJA, apalagi apabila ada
peristiwa atau kejadian up-welling maka biasanya yang banyak mengalami
kematian adalah ikan mas.
4. Ukuran benih. Ukuran benih merupakan kriteria yang umum menjadi
pertimbangan dalam menentukan benih yang akan ditebar. Sebagai contoh
untuk budidaya di Karamba Jaring Apung baik di perairan tawar maupun laut,
ukuran benih yang layak ditebar adalah benih yng tidak lolos mata jaring KJA-
nya.

INDUSTRI PERIKANAN
78 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

5. Harga benih. Harga benih yang terlalu mahal bisa menjadi pertimbangan
untuk tidak memilih benih tersebut untuk dibesarkan, apalagi kalau ikan
sudah dipanen dan ketika dipasarkan harga jualnya tidak sesuai harapan
(ekspektasi) maka pengelola dan pemilik usaha akan merugi.

Teknologi pembenihan biota laut di Indonesia umumnya di mulai dari kegiatan


penelitian dan ekperimen oleh institusi penelitian dan pengembangan perikanan.
Penyediaan benih komoditas laut
Pengadaan benih biota laut dapat diperoleh dari alam atau hatchery.
1. Pengumpulan benih dari alam
Hingga saat ini daerah terpencil, sumber benih biota laut masih dari alam
walupun pembenihan di hatchery telah berhasil dilakukan. Biota laut
berupa benih ikan yang berukuran sekitar 20-50g, banyak tersebar pad
perairan dangkal di sekitar daerah padang lamun (seagrass). Biota laut ini
dapt ditangkap menggunakan alt tangkap seperti redi (pukat Pantai), sero,
bandrong (jarring angkat), bubu, pancing, dan bagan. Alat tangkap tersebut
selain berfungsi untuk menangkap benih ikan dan ikan ekonomis lainnya, juga
dapat menangkap ikan – ikan rucah untuk dijadikan pakan.
2. Pembelian benih dari hatchery

Gambar 4.5 Benih yang tersedia di Hatchery (panti benih)


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

Beberapa jenis biota laut sudah dapat diperoleh benihnya dari hatchery.
Seperti kerapu bebek, kerapu macan, kerapu lumpur, kerapu sunu (lodi halus),
kerapu batik, kakap putih, kakap merah, ikan kuwe, nila merah, baronang,
bandeng, udang windu, udang vanamei, kepiting, tiram mutiara,abalone, serta
ikan cobia (king cobia). Untuk jenis tertentu (kerapu, bandeng, kakap, udang
windu) mudah diperoleh, bahkan untuk benih ikan kerapu dan bandeng sudah
banyak yang di ekspor. Untuk biota laut yang lain, seperti teripang dan udang
barong masih terbatas ketersediaannya atau konsumen harus memesan
terlebih dahulu sebelum benihnya diproduksi.
Apabila lokasi pembesaran biota laut jauh dari sumber benih, dibutuhkan
teknik transportasi yang baik. Pengangkutan dapat dilakukan secara terbuka
dan tertutup. System terbuka biasanya menggunakan bak/ember berisi air
dan diaerasi sepanjang perjalanan.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
79
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Apabila waktu pengangkutan sekitar 8 – 10 jam, biota laut berupa ikan


harus dipuaskan terlebih dahulu minimal 1 X 24 jam sebelum diangkut. Benih
berukuran 7 cm dapat diangkut dengan metode tertutup. Caranya adalah ikan
diangkut dengan menggunakan dua lapis kantong plastic yang diisi air laut
sekitar 7 – 8 liter, suhu air 20 – 220 C ini di karenakan agar proses metabolism
benih menjadi lambat sehingga tidak banyak feses/kotoran didalam kantong,
kemudian ditambahkan oksigen (O2 ) dengan perbandingan antara air : O2 = 1
: 3. Kepadatan ikan dalam kantong plastik, yaitu 10 – 15 ekor/liter. Kantong
plastic tersebut kemudian dimasukkan kedalam boks Styrofoam. Selanjutnya,
es yang telah dikemas dalam kantong plastic dan dibungkus kertas koran di
masukkan ke sela- sela kanting plastic benih sebanyak 2 – 3 buah Styrofoam
untuk mempertahankan suhu air. Wadah tersebut dihindarkan dari sinar
matahari langsung.
Setelah benih sampai ke lokasi budidaya, maka benih segera akan ditebar
ke dalam wadah. Dalam penebaran benih, hal yang tidak boleh dilewatkan
adalah aklimasi dan aklimatisasi. Aklimasi adalah proses penyesuaian biota air
terhadap satu parameter kualitas air di perairan tempat budidaya. Sedangkan
aklimatisasi adalah penyesuaian biota air terhadap faktor-faktor kualitas
air pada lingkungan barunya seperti suhu, pH, alkalinitas, dan sebagainya.
Mengapa benih ikan yang akan ditebar harus diaklimatisasi ? Ya, karena
ikan adalah binatang berdarah dingin (Poikiloterm) dimana suhu tubuhnya
sama dengan suhu lingkungannya. Jadi apabila lingkungannya berganti
dimana suhu lingkungan hidupnya yang baru juga berganti. Yang menjadi
masalah adalah apabila perbedaan suhu lingkungan asal dan lingkungan
baru berbeda terlalu besar maka ikan-ikan akan stres. Maka aklimatisasi
bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan akan terjadi “shock atau stres”
bagi biota air tersebut, dimana biota air akan terganggu fungsi fisiologisnya
bahkan bisa lebih parah lagi mengakibatkan kematian. Terlebih bagi biota
air yang sudah dalam kondisi lemah akan lebih fatal lagi. Sedangkan aklimasi
adalah penyesuaian biota air terhadap satu faktor kualitas air saja, misalnya
penyesuaian suhu saja, atau pH saja.

Gambar 4.6 Proses aklimatisasi benih di KJA


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

INDUSTRI PERIKANAN
80 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Proses aklimatisasi sebagai berikut.


a. Benih di dalam kemasan kantong plastik diapungkan di dalam wadah.
Biarkan kantong plastik mengapung selama lebih kurang 30 menit agar
suhu di dalam kantong kemasan sama dengan suhu di dalam wadah
(proses aklimasi).
b. Setelah 30 menit, kantong dibuka satu persatu, tambahkan air dari wadah
atau air lingkungan sebanyak kira-kira 1/4 dari volume air kemasan ke
dalam kantong tersebut, biarkan selama 15 menit. Perlu diperhatikan
agar setelah kantong dibuka posisinya di air tidak miring, sehingga air
tidak masuk.
c. Setelah 15 menit, tambahkan lagi air wadah sebanyak 1/4 volume
volume air kantong ke dalam kantong-kantong, lalu biarkan 30 -60 menit.
Penambahan air wadah atau lingkungan wadah ke dalam kantong untuk
menyesuaikan pH dan alkalinitas (salinitas untuk ikan payau dan laut) air
dalam kantong dengan air kolam/tambak secara bertahap.
d. Setelah dilakukan dua kali penambahan air media pada kantong, maka
diperkirakan salinitas air di kedua tempat sudah sama atau mendekati
sama. Bila petani memiliki alat pengukur kadar garam, seyogyanya kadar
garam diukur. Jika ada perbedaan kadar garam antara air kemasan benih
dan air petakan perbedaannya tidak boleh terlalu besar melebihi 5 ppt.
Jika ternyata perbedaan lebih besar, masukkan lagi air kolam/tambak ¼
volume lagi ke dalam kantung dan biarkan tenang selama 30 menit.
e. Selanjutnya, periksa apakah benih sehat. Benih yang sehat akan berenang
dengan gesit. Apabila sudah dipastikan bahwa benih sudah melakukan
aktifitas berenang dengan aktif, maka saatnya kantongkantong dimiringkan
hingga benih-benih dapat berenang keluar sendiri dari kantong dan
menyebar ke dalam kolam/tambak. Namun jangan lupa ambillah data
tentang waktu penebaran (hari, tanggal, jam), jumlah populasi benih
yang ditebar, biomassa rata-rata, dan biomassa total, sebagai data awal
untuk menentukan kebutuhan pakan. Ketika sampling data awal ini juga
sangat dibutuhkan, karena untuk menduga pertumbuhan biomassa ikan
dan perhitungan FCR harus diketahui data awal ini.
3. Sortasi Dan Grading

Gambar 4.7 Kegiatan Sortasi dan Grading


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
81
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Sortasi adalah memilih benih-benih berdasarkan kriteria kualitas


misalnya baik dan jelek. Pengertian benih jelek apabila benih-benih ada
yang badannya cacat, sangat kecil, dan sakit. Sedangkan grading adalah
mengelompokkan benih-benih ikan berdasarkan kriteria ukuran panjang
tubuh, misalnya benih ukuran 3 – 5 cm, 5 – 7 cm, 8 – 10 cm.
a. Tujuan Grading sortasi benih
Grading bertujuan untuk mengelompokkan benih ikan berdasarkan grade
/ ukurannya. Selain itu grading juga bertujuan untuk memenuhi ukuran-
ukuran benih yang diminati peternak. Sebagian peternak lebih memilih
benih dengan ukuran 2-3, 3-5 atau 4-6 dengan alasan harga yang lebih
murah.
Sebagian lagi lebih menyukai benih ikan dengan ukuran lebih tinggi dari
5-7 hingga 7-9 cm bahkan 9-12 cm dengan alasan lebih cepat panen.
Jika ada peternak yang panen dalam waktu hanya 30 hari atau 45 hari,
bolehlah dipercaya saja, kemungkinan benih yang ditebar pun berukuran
super. Bagi pembenih sendiri, grading juga bertujuan dalam menentukan
harga benihnya.
Ikan-ikan yang telah digrading ini kemudian dapat dipisahkan dalam
kolam yang berbeda untuk menunggu penjualan atau pemeliharaan lebih
lanjut. Saat grading sekaligus dapat disortir ikan-ikan yang sakit atau
tumbuh tidak normal.
b. Peralatan Grading
Terlebih dahulu disiapkan peralatan yang diperlukan. Satu ember
besar penampung air, beberapa ember grading, serok atau jaring halus,
beberapa ember tampungan sementara ikan, mangkok kecil atau piring
dan sendok. Ember grading dengan berbagai ukuran dapat dibeli ditoko-
toko ikan atau poultry terdekat.
Isi ember besar dengan air hampir penuh. Susun ember-ember grading
bertumpuk di dalam ember besar ini. Pada prakteknya, seringkali hanya
diperlukan satu ember atau dua ember grading saja. Ember dengan
lubang lebih kecil diletakkan paling bawah, paling atas adalah ember
dengan lubang yang paling besar.
Dalam penyusunan ember grading, pastikan harus ada ruang yang cukup
antara alas ember satu dengan ember di bawahnya. Ember yang terlalu
dempet alasnya dapat menyebabkan benih yang turun ke ember di
bawahnya tergencet dan mati. Pasang kayu atau suatu penyangga yang
lain di antara ember-ember grading agar memberikan ruang yang cukup
bagi benih yang turun ke bawah. Atau bisa juga di gunakan alat tutup saji
untuk beberapa jenis ikan tertentu.

INDUSTRI PERIKANAN
82 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 4.8 Peralatan Sortasi dan Grading


Sumber : https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fecs7.tokopedia.net%2Fimg%2Fcache%2F700%2
Fproduct-1%2F2019%2F6%2F21%2F2330179%2F2330179_52fd7af7-4d46-4feb-

c. Langkah Grading
Untuk kolam yang didesain khusus, proses pengambilan benih ini biasanya
dilakukan dengan membuka lubang air pembuangan. Pada keluaran air
kemudian dipasang jaring hingga ikan-ikan dapat berkumpul di situ dan
mulai dimasukkan ke alat grading.
Untuk kolam benih dengan kepadatan tinggi dan mode cepat di depan
pembeli, pengambilan benih dapat dilakukan dengan jaring atau serok
saja. Benih yang telah terambil kemudian diletakkan dalam ember grading
paling atas.
Benih yang berukuran besar akan tertinggal di ember bagian atas,
benih yang lebih kecil akan turun ke ember grading di bawahnya. Untuk
memastikan ikan yang berukuran kecil turun ke bawah, sebelum benih
dikumpulkan berdasarkan kelompoknya ember grading dapat diangkat-
celup dalam air beberapa kali atau sedikit dimiringkan. Ikan-ikan kemudian
dikelompokkan berdasarkan ukuran yang diperoleh. Untuk itu idealnya
tersedia beberapa kolam lain yang kosong selain kolam pendederan pada
proses pembenihan ikan ini.
d. Berok sebelum grading
Umumnya sebelum dilakukan proses grading ini, pada benih ikan
dilakukan pemberokan terlebih dahulu. Ikan tidak diberikan pakan
selama beberapa jam sebelumnya dengan tujuan ikan tidak akan buang
kotoran selagi dikirimkan ke tempat yang jauh. Air yang tetap bersih saat
pengiriman akan mempertinggi tingkat kehidupan benih saat tiba di
tempat konsumen.
Selesai proses grading ini dapat dilakukan proses penghitungan benih.
Perhitungan bisa dilakukan manual satu persatu dengan alat mangkok
dan pengambilan dilakukan dengan tangan langsung atau menggunakan
sendok. Dalam jumlah besar, benih kadang dijual berdasarkan sampling

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
83
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

bobot dengan gram, atau sampling volume dengan gelas takar. Tentunya
berdasarkan kesepakatan dengan konsumen.

Gambar 4.9 Benih Hasil Sortasi dan Grading


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

C. PENEBARAN BENIH/STOCKING DENSITY


Padat penebaran merupakan factor penting karen terkait dengan system
pengelolaan. Semakin tinggi padat penebaran, semakin banyak pula kegiatan yang
dilakukan untuk pengelolaannya. Peningkatan padat penebaran dimaksudkan
untuk meningkatkan produksi dan pemanfaatan lahan secara optimal. Namun,
peningkatan padat penebaran tidak serta – merta bisa dilakukan begitu saja tanpa
memperhitungkan daya dukung (carrying capacity) lahan. Daya dukung lahan
bisa ditingkatkan dengan input teknologi, tetapi harus selalu mempertimbangkan
dampak – dampak yang ditimbulkannya.
Karena itu, padat penebaran dan pengelolaan harus mempertimbangkan
daya dukung lahan dan input teknologi, serta dampak yang ditimbulkannya.
Dalam budidaya perairan, dikenal pengelolaan ekstensif (tradisional), ekstensif
plus (tradisional plus), semi-intensif, intensif, dan superintensif.
1. EKSTENSIF
Pengelolaan usaha budidaya perairan sistem ekstensif atau tradisional sangat
sederhana, dan padat penebaran yang rendah. Pada budidaya Bandeng
(Chanos chanos) di tambak misalnya, nener (benih Bandeng) di tebar dengan
kepadatan 3.000- 5.000 ekor/ha atau 0,3-0,5/m2. Dengan padat penebaran
tersebut dipanen ikan Bandeng 300-1000 kg/ha/musim. Padat penebaran
rendah juga diterapkan pada kolam air tawar.

INDUSTRI PERIKANAN
84 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 4.1 Padat Penebaran dan Produksi Bandeng (Chanos chanos) Di tambak sesuai
dengan Pola Penglolaan
Pola Padat Padat Produksi (kg/ha/
Pengelolaan Penebaran/m2 Penebaran/ha musim)
Ekstensif 0,3-0,5 3.000-5.000 300-1000
Ekstensif Plus 0,5-0,8 5.000-8.000 1.000-2.000
Semi Intensif 1-2 10.000-20.000 2.000-3.000
Intensif 3-5 40.000-50.000 4.000-5.000

2. EKSTENSIF PLUS
Pengelolaan budidaya system ekstensif plus atau tradisional plus
adalah perbaikan dari system ekstensif. Pada system ekstensif, biota budidaya
yang dipelihara dalam kolam, tambak, atau wadah lainnya bergantung
sepenuhnya pada pakan alami. Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan oleh
pembudidaya setelah menebar atau memasukkan benih kedalam wadah
pemeliharaan. Pada system ekstensif plus, sekalipun biota budidaya masih
bergantung pada pakan alami, pembudidaya telah melakukan beberapa
kegiatan untuk membantu penyediaan pakan alaim sehingga memungkinkan
ditingkatkannya padat penebaran.
Wadah pemeliharaan – kolam dan tambak – untuk budidaya perairan
system ekstensif plus, masih seperti pada system ekstensif. Biasanya kolam
dan tambak yang dikelola secara ekstensif dan ekstensif plus petakannya
sangat luas, lebih dari 1 ha. Namun, untuk peningkatan padat penebaran
yang berujung pada peningkatan produksi, penerapan system ekstensif plus
ditandai dengan pongolahan tanah dasar ( pengeringan, penjemuran, dan
pembajakan/pembalikan), pengapuran dan pemupukan. Dengan cara ini,
pakan alami dapat tumbuh dengan baik sehingga padat penebaran dapat
ditingkatkan. Pada budidaya Bandeng (chanos chanos), padat penebaran
ditingkatkan hingga mencapai 5.000 – 8.000 ekor/ha. Sering juga dilakukan
pergantian air, terutama memanfaatkan air pasang. Sekalipun waktu
pemeliharaan cukup lama, lebih dari enam bulan, tetapi hasil panen lebih
baik. Dengan asumsi tingkat kelangsungan hidup mencapai 80% dan Bandeng
dipanen rata-rata mencapai ukuran 400g/ekor, maka diperoleh Bandeng
sebanyak 1,6 ton (1.600 kg).
Pola pengelolaan ekstensif plus popular dalam budidaya Bandeng dan
Udang windu (Penaeus monodon). Pola ini diperkenalkan kepada petambak
untuk meningkatkan produksi Bandeng dan udang yang saat itu (awal tahun
1980-an) sangat rendah. Pada budidaya udang windu, penerapan system
ekstensif plus baru mampu meningkatkan produksi tambak hingga mencapai
500 – 800 kg/ha/musim panen.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
85
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

3. SEMI-INTENSIF
Pola pengelolaan Semi – intensif ini merupak pola perbaikan dari
ekstensif dan ekstensif plus sehingga sering disebut pola ekstensif yang
diperbaiki. Penerapan pola semi-intensif dicirikan dari beberapa factor :
a. Petak (pada tambak) pemeliharaan biota lebih kecil dibandingkan pada
pengelolaan ekstensif dan ekstensif plus.
b. Padat penebaran lebih tinggi. Pada ikan Bandeng antara 1 – 2 ekor/m2,
sedangkan pada udang windu antara 5 – 20 ekor/m2.
c. Kegiatan pengeloaan wada pemeliharaan semakin banyak. Pada tambak,
kegiatan dimulai dari pengolahan tanah, pengapuran, dan pemupukan.
Selama pemeliharaan, biota budidaya juga diberikan pakan buatan dan
tambahan secara teratur, 1 – 2 kali/hari.
d. Pergantian air dilakukan 5 – 20% setiap hari (tabel 3)

Tabel 4.2 Perbandingan Pola Pengelolaan pada Budidaya Udang di Tambak


Variabel Ekstensif Semi - Intensif Intensif
Luas Petakan (ha) >1 0,5 – 1,0 0,2 – 0,5
Padat tebar (ekor/m2) <5 5 – 20 > 20
Pakan Alami + tambahan Buatan + tambahan Buatan
Volume ganti air (%/ bergantung 5 – 20 5 – 30
hari)

Manajemen pengelolaan tambak semi – intensif tidak serumit tambak


intensif. Itu karena padat penebaran benur/benih yang tidak terlalu tinggi
dan kebutuhan pakan yang tidak sepenuhnya mengandalkan paka buatan.
Penurunan kualitas air juga tidak sedrastis tambak intensif. Itu terjadi karen
akibat dari penumpukan limbah organic yang berasal dari sisa – sisa pakan
dan kotoran udang. Sisa – sisa pakan dan kotoran semakin menumpuk sejalan
dengan aktifitas budidaya. Namun, pada tambak semi intensif, kualitas air
masih bisa dipertahankan dalam kondisi yanag cukup baik hingga menjelang
panen.
Besarnya nilai keuntungan yagn diperoleh dari tambak semi – intensif
tentu tak lepas dari biaya kebutuhan sarana dan prasarana yang jauh lebih
murah, yaitu bisa mencapai empat kali lebih kecil dibandingkan tambak
intensif. Karenanya, keuntungan pertama dari tambak semi – intensif akan
lebih besar dari tambak intensif terhadap biaya operasional awal. Lebih dari
itu, penerapan tingkat teknologi budidaya ini juga berpengaruh tehadap
hasil produksi pada masa pemeliharaan berikutnya. Pada tambak intensif,
kecenderungan penurunan produksi bisa mencapai 15% dari jumlah panen
sebelumnya. Sedangkan pada tambak semi – intensif, penurunan produksi
sekitar 10% saja. Oleh sebab itu, menurut Pasaribu (1995) penerapan
teknologi budidaya udang semi- intensif akan lebih efisien dibandingkan
teknologi ekstensif dan intensif. Hal ini didasarkan pada perhitungan ekonomis
yang memberikan tingkat keuntungan yang paling optimal dalm jangka waktu
yang lama. Dengan demikian, secara teknis investasi, usaha budidaya udang
INDUSTRI PERIKANAN
86 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

semi – intensif adalah yang paling memenuhi tiga persyaratan investasi, yaitu
mempunyai nilai internal rate of return (IRR) sesuai yang diharapkan, net
present value (NPV) postif, dan net benfit cost (Net B/C) lebih dari satu.
4. INTENSIF
Pola pengelolaan usaha budidaya perairan intensif banyak diterapkan
pada budidaya air tawar dan tambak. Teknologi budidaya intensif ditandai
dengan :
a. Petak tambak/kolam untuk pemeliharaan yang lebih kecil. Luas petak
tambak untuk budidaya udang dan bandeng antara 0,2 – 0,5 ha walaupun
ada pada petak seluas 1,0 ha juga dikelola secara intensif.
b. Persiapan lahan untuk pemeliharaan (pengolahan tanah dan perbaikan
wadah budidaya) dan penggunaan sarana produksi (kapur, pupuk, dan
bahan kimia) menjadi mutlak.
c. Biota budidaya bergantung sepenuhnya pada pakan buatan atau pakan
yang diberikan secara teratur.
d. Penggunaan sarana budidaya untuk mendukung usaha, seperti pompa
dan aerator.
e. Produksi (hasil panen) sangat tinggi. Pada budidaya ikan bandeng dan
udang windu di tambak mencapai > 4 ton/ha/musim tanam.
Wadah budidaya untuk penerapan system budidaya intensif ialah kolam
air mengalir, kolam air deras, kolam bulat, tambak, keramba, sangkar, dan KJA.
KJA yang ditempatkan dilaut, padat penebarannya masih dapat ditingkatkan.
Pada budidaya ikan bandeng, benih berukuran berat rata – rata 50 g/ekor atau
panjang 7 – 10 cm dapat ditebar 500 ekor/m3. Ikan akan mencapai ukuran
berat rata – rata 450 g/ekor setelah dipelihara 120 hari (4 bulan). Pada ikan –
ikan berukuran besar seperti kakap (Lates, Lutjanus) dan Kerapu (Cromileptes,
Epinephelus, Plectropoma), padat penebarannya antara 60 -70 ekor/m3 untuk
benih yang berukuran 20 – 40 g/ekor, tetapi untuk benih yang telah mencapai
ukuran > 60 g/ekor, padat penebarannya diturunkan menjadi 40 – 50 ekor.m3.
Namun, bukan berarti penerapan teknologi budidaya intensif
tanpa masalah. Pada budidaya udang (Penaeus sp.), teknologi ini telah
menimbulkan masalah lingkungan pesisir yang cukup serius, baik karena
ketidaksesuaian lahan maupun usaha petambak menggenjot produksi tanpa
mempertimbangkan daya dukung. Budidaya udang di Negara – Negara
Asia telah menimbulkan kerusakan ekosistem mangrove dan pencemaran
perairan pesisir yang parah karena penerpan teknologi budidaya intensif
tanpa pertimbangan dampak yang ditimbulkannya. Sebenarnya, secara alami
berlangsung self purification (pemulihan sendiri). Akan tetapi, proses ini
perlu waktu dan seimbang antara besarnya limbah (organic) dan kecepatan
kerja bakteri yang berada di lingkungan perairan tambak. Jika akumulasi
limbah jumlahnya sangat besar hingga melampaui kemampuan kerja bakteri
pengurai, limbah itu akan tetap tersisa dan akan semakin menumpuk. Jika
saja kondisi ini berlangsung terus menerus, tak terelakkan lagi keseimbangan
lingkungan tambak menjadi terganggu. Gangguan ini tidak hanya sementara,
tetapi secara berangsur – angsur bakal merusak struktur lingkungan tambak
dalam masa – masa berikutnya. Karena itu, system budidaya udang yang

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
87
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

diterapkan harus sesuai dengan daya dukung, tidak memaksakan kemampuan


lahan untuk mengejar produksi.
Pada budidaya laut (marine culture), budidaya rumput laut (alga
laut) merupakan kegiatan budidaya yang paling aman/ramah lingkungan,
sekalipun dilakukan pada padat penebaran tinggi, budidaya rumput laut
relative tidak menimbulkan akibat yang merugikan pada ekosistem perairan
sekitarnya karena melalui proses fotosintesis unsure – unsure yang bersifat
menyuburkan, seperti nitrogen, fosfor, dan unsure hara lainnya akan diserap
dan diubah menjadi bahan organic berupa jaringan tubuh rumput laut. Saat di
panen, jaringan tubuh tersebut dimanfaatkan seluruhnya sehingga tidak akan
menimbulkan permasalahan limbah.
5. SUPERINTENSIF
Pola penglolaan budidaya perairan superintensif adalah perkembangan
lanjut dari teknologi intensif. Teknologi superintensif diterapkan pada
budidaya udang di tambak, ikan di kolam air deras, dan kolam bulat. Teknologi
superintensif yang pernah diterapkan di Indonesia adalah budidaya sidat
(Anguilla sp). Selain wadah pemeliharaan yang didesain canggih dan serba
beton, sebagian besar pekerjaan telah dilakukan oleh mesin secara otomatis,
seperti pemberian pakan dan pergantian air. Bahkan, untuk control kualitas air
telah dihubungkan dengan computer yang bekerja secara otomatis. Teknologi
budidaya ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu :
a. System budidaya superintensif ini tidak memerlukan areal yang luas
sehingga lebih efisien dalam penggunaan tempat;
b. Dengan system resirkulasi air, system ini lebih hemat dalam penggunaan
air;
c. Air yang digunakan untuk budidaya selalu bersih sehingga hasil ikannya
pun lebih higienis, sesuai dengan persyaratan ekspor;
d. Menghasilkan bahan cemaran lebih sedikit karena bisa mendaur ulang
kotoran sludge (lumpur) ataupun air kotor;
e. System ini menjamin pertumbuhan ikan lebih baik karena dapat
mengontrol iklim mikro (lingkungan hidup ikan) sesuai dengan syarat
hidupnya;
f. Memungkinkan diterapkannya padat penebaran lebih tinggi dari system
insentif sehingga produksi per satuan luasnya lebih tinggi;
g. Budidaya system ini juga fleksibel karena produk ini dirancang per modul
(1 – 10) sehingga dapat menghasilkan ikan dari 25 sampai 100 ton/tahun.
Dan karena tiap modul bekerja secara terpisah, maka jika satu modul
diserang penyakit, yang lainnya dapat diselamatkan ; dan
h. Penerapan system modul ini, memungkinkan budidaya ini dilakukan di
mana saja tanpa harus memilih – milih lokasi.
Namun, untuk penerapan system ini budidaya superintensif dibutuhkan
modal yang sangat besar. Negara – Negara maju telah menerapkan system
budidaya ini untuk memproduksi berbagai biota budidaya. Akan tetapi,
di Negara – Negara berkembang, system budidaya ini masih merupakan
teknologi mewah dan mahal.

INDUSTRI PERIKANAN
88 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

6. TEKNIK SAMPLING BENIH IKAN DAN PERHITUNGAN POPULASI

Gambar 4.10 Kegiatan Persiapan Sampling


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

Seperti dijelaskan di atas, bahwa sebelum ditebar, benih harus didata


terlebih dahulu. Data yang dikumpulkan terdiri dari panjang baku rata-rata,
biomassa rata-rata, dan biomassa total. Bagaimanakah cara untuk melakukan
agar cepat dan ikannya tidak stres? Ini merupakan hal yang harus diperhatikan
dan dilakukan dengan menggunakan teknik yang baik. Teknik yang diterapkan
adalah dengan sampling untuk mengukur panjang dan bobot benih ikan.
Panjang benih yang diukur biasanya ada dua, yaitu panjang total dan panjang
baku. Panjang total adalah panjang ikan yang diukur dari ujung ekor sampai
kepala, sedangkan panjang baku adalah panjang ikan yang diukur dari pangkal
ekor sampai kepala. Penimbangan biomassa benih ikan yang akan ditebar

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
89
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

meliputi biomassa rata-rata dan biomassa total. Teknik mengukur panjang


rata-rata benih ikan adalah sebagai berikut.
a. Ambillah 5 - 10 ekor benih pada masing-masing kantong kemasan benih
ikan menggunakan seser halus,
b. Masukkan benih-benih ke dalam baskom berisi air dari wadah budidaya.
c. Ukurlah secara acak contoh ikan dalam baskom, misalnya diperoleh data
dari 10 ekor benih: 5,5 cm; 5,7 cm; 4,8 cm; 5,4 cm; 4,7 cm; 4,8 cm; 5,8 cm;
5,3 cm; 5,2 cm; 5,4 cm. Maka panjang rata-ratanya adalah:
d. (5,5 + 5,7 + 4,8 + 5,4 + 4,7 + 4,8 + 5,8 + 5,3 + 5,2 + 5,4) : 10 = 5,26 cm

Gambar 4.11 Cara mengukur panjang rata – rata benih ikan


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

Langkah berikutnya jika kita ingin menimbang berat rata – rata (bio massa)
benih maka :
a. Timbanglah terlebih dahulu baskom dengan air yang ad didalamnya
b. Ambilah secara acak sekitar 20 benih ikan, misalnya diperoleh data dari
20 ekor benih : 9,3 gram, 10,2 gram 8,4 gram, 9,6 gram, 9,5 gram, 10,5
gram, 9,1 gram, 9,8 gram, 9,3 gram 8,5 gram, 9,1 gram, 9,5 gram, 8,7 gram,
9,4 gram, 9,5 gram, 9,8 gram, 9,9 gram, 9,1 gram, 9,6 gram, 8,9 gram
c. Hitunglah bio massa rata-ratanya dengan menambahkan hasil pengukuran
dan membaginya dengan 20. Kenapa 20 karena sampel yang kita ambil
adalah 20 ekor benih. Biomassa rata – rata = (9,3 gram + 10,2 gram + 8,4
gram + 9,6 gram + 9,5 gram + 10,5 gram + 9,1 gram + 9,8 gram + 9,3 gram
+ 8,5 gram + 9,1 gram + 9,5 gram + 8,7 gram + 9,4 gram + 9,5 gram + 9,8
gram + 9,9 gram + 9,1 gram + 9,6 gram + 8,9 gram ) : 20 = 9,38 gram/ekor

INDUSTRI PERIKANAN
90 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 4.12 menimbang biomassa benih ikan


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

Jadi apabila kita ingin menghitung atau mengetahui bobot rata- rata (bio
massa) benih yang akan kita tebar cukup mudah, yaitu tinggal mengalikan
berapa jumlah populasi benih yang kita ambil atau pesan untuk ditebar
dengan biomassa/bobot rata – rata benih ikan tadi, misalnya benih yang kita
ambil/beli berjumlah 31.500 ekor, maka :
Biomassa total = jumlah populasi benih X biomassa rata – rata benih
= 30.500 ekor X 9,38 gram/ekor
= 286090 gram
= 286.09 kg

Gambar 4.13 Benih Ikan Kakap Putih


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
91
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

LEMBAR PRAKTIKUM

Untuk mengerjakan tugas tentang seleksi benih dan penebaran benih, buatlah
kelompok kerja dengan membentuk kelompok beranggotakan 3 – 4 orang peserta
didik.
1. Tujuan agar siswa mampu :
a. Membiasakan diri bekerja secara tim dan mampu berkolaborasi dalam
menyelesaikan permasalahan
b. Memiliki rasa bangga terhadap karya sendiri/kelompok
c. Memiliki keberanian berkomunikasi dan menyampaikan ide di hadapan
orang lain
d. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan melalui kegiatan
presentasi
2. Tugas masing – masing kelompok
a. Lakukan teknik Sortasi benih budidaya perairan
b. Lakukan teknik grading benih budidaya perairan
c. Lakukan teknik penebaran benih sesuai dengan persyaratan
3. Langkah kerja :
a. Pakailah kelengkapan K3 minimal Alat Pengaman Diri (baju kerja, sepatu
boot, masker).
b. Siapkan lokasi kerja, jauhkan barang – barang yang tidak dibutuhkan
c. Lakukan identifikasi alat dan bahan seleksi dan penebaran benih
d. Siapkan alat dan komponen bahan seleksi dan penebaran benih
e. Ikuti prosedur/langkah kerja seleksi dan penebaran benih sesuai
persyaratan
f. Lakukan pekerjaan secara berkelompok
g. Jika menemukan hal lain yang belum jelas tanyakan pada guru

Lembar kerja
Nama Kelompok :
Nama Anggota :
Kelas :
Seleksi Benih :
Mengidentifikasi alat dan bahan seleksi dan penebaran benih
No Nama Alat Nama Bahan Fungsi/Cara Kerja

Kesimpulan :


INDUSTRI PERIKANAN
92 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

CONTOH SOAL

1. Agar dalam pelaksanaan pekerjaan anda merasa nyaman makan anda perlu
menerapkan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja ). Cobalah mengidentifikasi
prinsip K3 pada pekerjaan Seleksi dan Penebaran Benih
2. Anda akan melakukan Seleksi dan Penebaran Benih, sebelum melakukan
pekerjaan seleksi dan penebaran benih, buatlah identifikasi komponen
tambahan alternatif yang bisa anda kerjakan dan layak diaplikasikan

Pembahasan/kunci jawaban dari contoh soal


1. Identifikasi prinsip K3 pada pekerjaan Seleksi dan penebaran benih
a. Penerapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) pada pekerjaan seleksi
dan penebaran benih meliputi :
1) Alat pengaman diri; pakaian kerja, masker, sepatu boot
2) Perlengkapan ; alat pengaman kerja, alat pemadam kebakaran, dan
peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
2. identifikasi komponen sortasi dan grading
a. Sesser
b. tutup saji plastik

CAKRAWALA

Dalam penerapan sortasi dan grading yang perlu diperhatikan adalah waktu
pelaksanaan sortasi dan grading dan perlakuan terhadap benih yang di seleksi
jangan sampai luka. Gunakan seser yang halus dan lembut berbahan kain.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai seleksi


dan penebaran benih anda bisa mempelajari secara mandiri
di internet. Di internet kalian bisa mencari lebih jauh
materi. Salah satu website yang bisa anda kunjungi dan
mempelajarinya adalah :
https://www.youtube.com/watch?v=5vu237y00YE

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
93
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

RANGKUMAN

1. Pengertian
Akuakultur dapat diartikan sebagai budidaya komoditas perairan seperti
ikan, kekerangan, krustasea, dan tanaman air (rumput laut). Akuakultur atau
budidaya perairan dibagi berdasarkan ekosistem perairan, yaitu budidaya
air tawar, air payau, dan budidaya laut. Istilah budidaya laut atau marikultur
adalah kegiatan budidaya komoditas akuatik yang dilakukan di laut.
2. Seleksi Benih
Benih dapat diperoleh dengan dua cara yaitu:
a. dari alam, dan
b. dari panti-panti pembenihan (Hatchery).
Beberapa kekurangan benih yang dipeoleh dari alam :
a. Benih alam memiliki tingkat pertumbuhan yang tidak seragam karena
umurnya berbeda , sehingga menyulitkan dalam pengelolaannya.
b. Tidak diketahui sifat asalnya, khususnya tentang kelainan sifat jeleknya
yang menurun, seperti pertumbuhannya lambat, rentan terhadap
penyakit, dan lain sebagainya.
c. Tidak diketahui tingkat kedewasaan induk dari benihnya.
d. Mortalitasnya relatif tinggi karena benih banyak yang stress akibat
penangkapan menggunakan alat tangkap seperti seser, bubu, jaring, dan
sebagainya. Selain itu benih hasil tangkapan terlalu lama dalam wadah
penampungan sehingga kondisi tubuhnya menurun, yang mengakibatkan
benih stress dan akhirnya mati.
e. Seringkali benih tidak murni dari spesies ikan yang akan kita besarkan,
sehingga dapat menurunkan tingkat produksi kita.
Kriteria benih yang digunakan dan diperoleh baik dari alam dan produksi
pembenihan (Hatchery) :
a. Spesies definitif tidak tercampur dengan spesies lain.
b. Organ tubuh lengkap, tidak cacat.
c. Berukuran seragam.
d. Respon terhadap gangguan.
e. Berenang dengan normal.
f. Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus.
g. Berwarna cerah, dan
h. Tidak membawa penyakit.
Pertimbangan-pertimbangan dalam memilih benih yang bisa dibesarkan
pada sistem teknologi budidaya yang digunakan, diantaranya adalah:
a. Ketersediaan spesies benih yang akan dibesarkan
b. Kecocokan spesies benih
c. Daya adaptasi benih (SR-nya) ketika dipelihara.
d. Ukuran benih.
e. Harga benih.
Aklimasi adalah proses penyesuaian biota air terhadap satu parameter kualitas
air di perairan tempat budidaya. Sedangkan aklimatisasi adalah penyesuaian
biota air terhadap faktor-faktor kualitas air pada lingkungan barunya seperti
suhu, pH, alkalinitas, dan sebagainya.

INDUSTRI PERIKANAN
94 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

RANGKUMAN

Sortasi adalah memilih benih-benih berdasarkan kriteria kualitas misalnya


baik dan jelek. Pengertian benih jelek apabila benih-benih ada yang
badannya cacat, sangat kecil, dan sakit.
Grading adalah mengelompokkan benih-benih ikan berdasarkan kriteria
ukuran panjang tubuh, misalnya benih ukuran 3 – 5 cm, 5 – 7 cm, 8 – 10 cm.
Grading bertujuan untuk mengelompokkan benih ikan berdasarkan grade /
ukurannya. Selain itu grading juga bertujuan untuk memenuhi ukuran-ukuran
benih yang diminati peternak.
3. Padat Penebaran Benih
Peningkatan padat penebaran dimaksudkan untuk meningkatkan produksi
dan pemanfaatan lahan secara optimal. Namun, peningkatan padat penebaran
tidak serta – merta bisa dilakukan begitu saja tanpa memperhitungkan daya
dukung (carrying capacity) lahan. Daya dukung lahan bisa ditingkatkan
dengan input teknologi, tetapi harus selalu mempertimbangkan dampak –
dampak yang ditimbulkannya. Dalam budidaya perairan, dikenal pengelolaan
ekstensif (tradisional), ekstensif plus (tradisional plus), semi-intensif, intensif,
dan superintensif.
4. Teknik Sampling Benih
Panjang benih yang diukur biasanya ada dua, yaitu panjang total dan panjang
baku. Panjang total adalah panjang ikan yang diukur dari ujung ekor sampai
kepala, sedangkan panjang baku adalah panjang ikan yang diukur dari pangkal
ekor sampai kepala. Penimbangan biomassa benih ikan yang akan ditebar
meliputi biomassa rata-rata dan biomassa total.
Rumus menghitung Biomassa total
Biomassa total = Jumlah populasi benih X biomassa rata – rata benih

TUGAS MANDIRI

1. Siapkanlah alat-alat untuk menangkap benih di pantai seperti anco


(mempunyai tangkai/kerangka), baskom, seser kecil untuk benih, dan hapa.
Lakukanlah penangkapan benih dengan cara mendorong hapa. Masukkanlah
benih hasil tangkapanmu ke dalam hapa.
2. Lakukanlah identifikasi jenis benih yang ada lalu pisahkanlah sesuai jenisnya.

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar !


1. Coba anda jelaskan mengapa benih yang berasal dari alam kurang baik
digunakan dibandingkan dengan benih hasil pembenihan di panti-panti
benih ?
2. Tuliskan alasannya, mengapa benih ikan yang akan ditebar harus diukur dan

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
95
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR BAB

ditimbang biomassanya ?
3. Bagaimanakah cara untuk mengukur panjang rata-rata dan biomassa rata-rata
benih?
4. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan aklimasi dan aklimatisasi ? Apa saja
faktor- faktor kualitas air yang erat kaitannya dengan aklimatisasi? Berikan
alasannya !

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab keempat ini, anda tentu paham tentang seleksi benih
meliputi : sortasi dan grading, dan penebaran benih serta teknik pengambilan
sampel. Dari semua materi yang sudah di uraikan diatas dalam bab keempat ini,
bagian mana yang menurut anda sulit untuk dipahami ? coba anda diskusikan
dengan teman maupun guru anda, karena bab ini dasar untuk materi – materi
selanjutnya.

INDUSTRI PERIKANAN
96 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

BAB
KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA PERIKANAN V

BAB V KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA PERIKANAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan mampu mengidentifikasi parameter


kualitas air pada media budidaya komoditas perikanan dan menerapkan
pengukuran kualitas air secara fisika, kimia, dan biologi pada budidaya komoditas
perairan.

PETA KONSEP

KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA


PERIKANAN

Parameter Fisika Parameter Kimia Parameter Biologi

KATA KUNCI

Media,Kualitas,Parameter

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
97
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENDAHULUAN

Gambar 5.1 Kegiatan Budidaya berbasis Perairan Laut


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

Air merupakan media kehidupan biota air yang sangat menentukan berhasil
tidaknya dalam suatu usaha budidaya perairan. Faktor penentu ini dikarenakan seluruh
kehidupan biota air sangat bergantung pada kondisi air, antara lain; untuk kebutuhan
respirasi, keseimbangan cairan tubuh, proses fisiologis serta ruang gerak. Kebutuhan
kondisi air ini sangat berpengaruh pada pengkondisian kualitas yang sesuai dengan
kebutuhan biota air. Air sebagai media budidaya tidak hanya merupakan media hidup
biota yang dibudidayakan, tetapi juga berbagai biota lain yang hidup secara bebas,
baik didalam air maupun “menumpang”pada biota budidaya. Didalam air, berbagai
biota dan komponen lainnya merupakan suatu ekosistem yang berhubungan.
Dengan mengetahui hubungan antara berbagai aspek di dalam air, baik biotic (biota
budidaya, plankton, parasit, bakteri, dan sebagainya); abiotik (lumpur, tanah, pasir, dan
sebagainya); maupun gas – gas yang terkandung di dalam air (oksigen, karbondioksida,
PH, dan sebagainya), maka upaya – upaya untuk memenuhi kebutuhan biota budidaya,
baik menyangkut pengelolaan air, pemberian pakan, penanggulangan hama dan
penyakit, maupun aktivitas lainnya dapat dilakukan secara tepat, tidak berdampak
terhadap biota lain serta tidak merusak habitat berbagai biota dan ekosistem perairan
secara luas.

INDUSTRI PERIKANAN
98 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

A. SIFAT – SIFAT AIR


Air murni merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat sederhana
yang terdiri atas dua atom hydrogen (H) yang berkaitan dengan satu atom Oksigen
(O). secara simbolik dinyatakan sebagai H2O. atom – atom Hidrogen terikat ke
atom oksigen secara asimetris sedemikian rupa sehingga kedua atom hidrogen
berada di satu ujung, sedangkan atom oksigen berada di ujung lainnya. Ikatan
antara atom hidrogen dan oksigen dilakukan melalui pemakaian elektron secara
bersama, yaitu setiap atom hydrogen memiliki satu electron yang dipakai bersama
– sama dengan atom oksigen. Dengan cara demikian, oksigen mendapat dua
electron yang dibutuhkan untuk memenuhi kulit electron terluarnya, dan setiap
atom hydrogen juga mendapat satu electron untuk kulit electron terluarnya. Akan
tetapi, atom oksigen yang lebih besar mempunyai kecenderungan untuk menarik
elektorn- electron yang didapat dari atom – atom hydrogen lebih dekat ke intinya.
Hal ini mengakibatkan muatan yang sedikit negatif pada tempat kedudukan
oksigen, sedangkan penyingkiran electron – electron menjauhi inti atom hidrogen
mengakibatkan muatan yang sedikit positif pada tempat kedudukan hydrogen.
Pemisahan muatan listrik ini menghasilkan suatu molekul polar. Sifat molekul
polar ini mengakibatkan kedudukan hydrogen yang positif akan menarik tempat
kedudukan oksigen yang negative dari molekul air yang lain. Ikatan hydrogen yang
terjadi di antara dua molekul air yang berdekatan, kekuatannya sangat lemah,
hanya 6% dari kekuatan ikatan antara atom oksigen dan atom hydrogen dalam
sebuah molekul air, dan ikatan ini mudah sekali lepas, tetapi juga mudah terbtnuk
kembali. Ikatan hydrogen antara dua molekul air yang berdekatan dan sifat
terpolarisasi molekul air inilah yang bertanggung jawab terhadap banyaknya sifat
– sifat kimia dan fisika air yang unik. Jika molekul – molekul air tidak terpolarisasi
dan tidak membentuk ikatan hydrogen, pada suhu kamar, air akan berbentuk
gas, bukan berbentuk cairan, dan titik bekunya akan jauh lebih rendah daripada
yang dijumpai sekarang ini di hampir seluruh permukaan bumi. Dalam keadaan
demikian, kehidupan yang dikenal sekarang tidak mungkin terjadi.

Table 5.1 Beberapa Sifat Air


Sifat Dibandingkan dengan Zat Lain
Tegangan permukaan Paling tinggi dari semua zat cair pada
umumnya.
Penghantaran panas Paling tinggi dari semua zat cair pada
umumnya, kecuali air raksa
viskositas Relatih rendah untuk suatu zat cair
(menurun dengan meningkatnya suhu).
Panas laten penguapan; jumlah Paling tinggi dari semua zat pada
pertambahan atau kehilangan panas umumnya.
per satuan massa oleh perubahan
zat dari fase padat ke gas atau gas ke
padat tanpa disertai kenaikan suhu
(kal/g)
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
99
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Sifat Dibandingkan dengan Zat Lain


Panas laten peleburan; jumlah Paling tinggi dari semua zat cair pada
pertambahan atau kehilangan panas umumnya dan sebagian besar zat padat.
per atuan massa oleh perubahan zat
dari fase padat ke cairatau cair ke
padat tanpa disertai kenaikan suhu
(kal/g)
Kapasitas panas; jumlah kebutuhan Paling tinggi dari semua zat padat dan zat
panas untuk menaikkan suhu 1 g zat cair pada umumnya.
10C (kal/g/0C)
Kerapatan; massa per satuan volume Berat jenis ditentukan oleh :
(g/cm3 atau g/ml). 1. Suhu;
2. Salinitas;
3. Tekanan;
4. Berat jenis maksimum air murni
adalah pada 40C. untuk air laut,
titik beku menurun dengan
meningkatnya salinitas
Kemampuan melarutkan Melarutkan banyak zat dalam jumlah lebih
besar daripada zat cair lain pada umumnya.
Sumber : Ingmanson dan Wallace (1973)

B. AIR LAUT

Gambar 5.2 Kegiatan Budidaya Perairan Laut


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

INDUSTRI PERIKANAN
100 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan
gas. Satu contoh air laut seberat 1.000 g akan berisi kurang lebih 35 g senyawa
– senyawa terlarut yang secar kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5 %
air laut berupa air murni dan 3,5 % zat terlarut. Banyaknya zat terlarut disebut
salinitas atau kadar garam yang biasa dinyatakan dengan satuan satu per seribu
(0/00). Oleh karena itu, suatu sampel air laut yang khas seberat 1000 g yang
mengandung 35 g senyawa – senyawa terlarut mempunyai salinitas 35 0/00 atau
ditulis ppt (part per thousand).
Salinitas pada berbagai tempat di lautan trbuka yang jauh dari daerah pantai
variasinya sempit saja, biasanya antara 34 – 37 0/00, dengan rata – rata 35 0/00.
Perbedaan salinitas terjadi karena perbedaan dalam penguapan dan presipitasi.
Salinitas lautan di daerah tropik seperti Indonesia lebih tinggi karena evaporasi
lebih tinggi. Sedangkan pada lautan di daerah beriklim sedang salinitasnya
rendah karena evaporasi lebih rendah. Di daerah pantai dan laut yang tertutup
sebagian, salinitasnya lebih bervariasi dan mungkin mendekati 0 di mana sungai
– sungai dan danau – danau besar mengalirkan air tawar, sedangkan di Laut Merah
dan Teluk Persia salinitasnya mencapai 40 0/00. Konsentrasi garam – garam ini
jumlahnya relative sama dalam setiap contoh – contoh air laut, sekalipun sampel
diambil dari tempat yang berbeda di seluruh dunia. Karena itu, tidak diperlukan
mengukur seluruh salinitas dari contoh – contoh setiap kali. Dalam hal ini sudah
cukup menghitung salinitas pada satu daerah saja dan dari hasil pengukuran ini
dapat dipakai untuk menentukan salinitas dari daerah – daerah yang lain. Cara
yang biasa dipergunakan untuk menentukan salinitas adalah dengan menghitung
jumlah kadar klor yang ada dalam satu sampel (cholorinity). Dari hasil pengukuran
ini, kemudian dapat ditentukan besarnya salinitas. Rumus yang digunakan adalah
(Hutabarat dan Evans, 1986) :
Salinitas = klorinitas x 1.817
Hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah – daerah
yang mempunyai perubahan salinitas yang kecil. Daerah estuari adalah suatu
daerah dimana kadar salinitasnya berkurang karena adanya sejumlah air tawar
yang masuk yang berasal dari sungai – sungai dan juga disebabkan oleh terjadinya
pasang surut di daerah ini. Akibatnya, daerah ini merupakan suatu tempat yang
sulit untuk dapat didiami sehingga daerah ini merupakan suatu tempat yang hanya
dapat dihuni oleh organisme – organisme tertentu yang telah menyesuaikan diri
dengan kondisi ini.
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola
sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai. Salinitas di perairan
Indonesia antara 30 – 35 ppt. nilai rata – rata tahunan yang terendah ditemukan
di Selat Malaka (30 ppt) karena banyak sekali mendapat pengenceran dari sungai
– sungai Sumatra dan Malaysia. Makin ke timur nilai rata – rata makin meningkat
hingga di laut Jawa ditemukan nilai rata – rata tahunan 32,5 ppt dan Laut Flores
33,5 ppt. laut Banda dan laut Sulawesi yang sangat banyak diperngaruhi oleh
Samudra Pasifik mempunyai nilai rata – rata tahunan yang tinggi 34 ppt (Nontji,
1987).
Zat terlarut meliputi garam – garam anorganik, senyawa – senyawa organic
yang berasal dari organisme hidup, dan gas – gas terlarut. Fraksi terbesar dari

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
101
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

bahan – bahan terlarut terdiri atas garam – garam anorganik berwujud ion – ion.
Enam ion anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Ion
– ion ini adalah klor, natrium, belerang (sebagai sulfat), magnesium, kalsium, dan
kalium. Lima ion berikutnya menambah 0,71% berat, yaitu bikarbonat, bromida,
asam borat, stronsium, dan potassium. Dengan demikian, 11 ion bersama – sama
membentuk 99,99% berat zat terlarut. Di antara sisa (0,01%) dari zat – zat terlarut
dalam air laut, terdapat beberapa garam anorganik yang sangat penting artinya
bagi binatang – binatang laut. Termasuk kedalamnya adalah nutrient, yaitu fosfat
dan nitrat, yang dibutuhkan tumbuh – tumbuhan untuk sintesis zat organic dalam
fotosintesis, dan silikon dioksida yang diperlukan diatom dan radiolarian untuk
membentuk cangkangnya.
Berbeda dengan ion- ion yang disebut diatas, perbandingan nitrat dan
fosfat dengan unsur atau ion – ion yang lain tidak konstan dan mempunyai
kecenderungankurang tersedia di air permukaan, jumlahnya bervariasi sebagai
akibat kegiatan biologik. Persediaan nutrien esensial ini dalam beberapa hal
dapat menjadi pembatas produksi tumbuh – tumbuhan. Zat - zat lain yang
terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas termasuk unsur-unsur esensial untuk
prose kehidupan, misalnya besi, mangan, kobalt, dan tembaga. Walaupun terdapat
dalam jumlah yang sangat terbatas, zat – zat ini tidak menjadi pembatas terhadap
kelangsungan kehidupan. Senyawa organik tertentu, tertentu, misalnya, vitamin
juga ada dalam jumlah yang sangat terbatas, tetapi sedikit sekali diketahui tentang
variasinya.
Dua macam gas, yaitu oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) yang terlarut
di air laut mempunyai arti penting dalam metabolisme. Kelarutan gas – gas dalam
air laut adalah suatu fungsi suhu, makin rendah suhu, makin besar kelarutannya.
Oleh karena itu, makin dingin suatu badan air, makin banyak oksigen yang dapat
dikandungnya. Kelarutan gas di dalam air tidak begitu besar. Pada suhu 00C, air
laut yang mempunyai salinitas 35 ppt hanya mengandung 5,4 ml/liter oksigen.
Kegiatan biologik tidak menyebabkan air laut bagian dalam bersifat anoksik (tidak
mengandung oksigen) karena ketika air tenggelam dari permukaan, air begitu
dingin sehingga mengandung oksigen yang maksimum lebih banyak daripada
yang dikonsumsi oleh populasi binatang laut dalam yang terbatas jumlahnya.
Penyebaran oksigen di dalam lautan bervariasi menurut kedalaman. Dengan
bertambahnya kedalaman, kandungan oksigen menurun. Penurunan ini minimum
pada kedalaman sekitar 500 – 1.000 m di perairan lautan terbuka (Nybakken,
1988).
Laut dalam juga mempunyai suhu yang rendah. Umumnya makin dalam,
semakin rendah suhu air laut, tetapi ini dipengaruhi pula oleh pola sirkulasi air
setempat. Di dasar palung Banda, misalnya, suhu minimum berkisar 30C, tetapi
di dasar palung Jawa suhu minimum berkisar 10C. sirkulasi air di laut dalam
berlangsung dengan lambat. Bentuk topografi dasar laut sangat menentukan
bagaimana pola sirkulasi dan ventilasi di dalam basin atau palung yang dalam.
Meskipun lambat, massa air yang bergerak tersebut membawa oksigen yang cukup
untuk kebutuhan respirasi hewan – hewan laut dalam. Hanya apabila terdapat air
yang diam (stagnant) terkurung di dasar basin atau palung tanpa ada ventilasi
yang dapat menjangkaunya, oksigen bisa habis. Kejadian anoksik bisa ditemukan

INDUSTRI PERIKANAN
102 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

di dasar Teluk Kao (Halmahera) yang dalam sekitar 500 m. Akan tetapi, didasar
Palung Banda (sekitar 7.000 m) dan Palung Mindanao (sekitar 10.000 m) yang
mendapat ventilasi yang memadai, kandungan oksigennya masih cukup untuk
menunjang kehidupan biota di situ (Nontji, 1987).

C. PENGERTIAN
Pengelolaan kualitas air adalah ilmu yang mempelajari tentang upaya
pemeliharaan kualitas air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Dalam kegiatan budidaya perairan, yang dimaksud dengan pengelolaan kualitas
air meliputi program kegiatan yang mengarahkan perairan budidaya pada
keseimbangan ekosistem perairan dalam suatu wadah yang terbatas, agar
tercipta suatu kondisi perairan yang menyerupai habitat alami biota air yang
dibudidayakan, baik dari segi sifat, tingkah laku, maupun secara ekologinya.
Kualitas air pada kegiatan budidaya perairan mudah sekali berfluktuasi
yang dipengaruhi oleh aktifitas kehidupan biota air itu sendiri maupun oleh
lingkungan sekitarnya. Kecenderungan akibat pengaruh ini seringkali dapat
menurunkan kualitas air yang dapat menyebabkan terganggunya fisiologis biota
air.Untuk memudahkan pengelolaan dalam kualitas air, maka parameter kualitas
air dibedakan dalam 3 bagian yaitu berdasarkan fisika, kimia dan biologi.

Gambar 5.3 Kegiatan Pengelolaan Kualitas Air


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

Pengelolaan suatu kualitas air dilakukan dengan cara mengamati parameter


- parameter kualitas air yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dengan pemahaman
yang baik tentang terminologi, karakteristik dan interkoneksi dari parameter -
parameter kualitas air akan membantu dalam melakukan pengelolaan kualitas air
yang sesuai untuk kegiatan budidaya perairan.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
103
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tuhan telah membentuk alam ciptaanNya dengan segala keteraturannya.


Dalam kegiatan budidaya perairan, keteraturan itu selalu ada. Oleh karena itu,
segala sesuatu yang dipelajari dalam mata pelajaran pengelolaan kualitas air
membuktikan adanya kebesaran Tuhan. Untuk menciptakan lingkungan hidup
yang baik bagi biota air yang dipelihara dalam wadah budidaya, maka air sebagai
media hidup harus dikelola agar memenuhi standar kualitas dan kuantitas yang
sesuai dan memenuhi persyaratan. kebutuhan biota air tersebut. Untuk hal
tersebut, maka perlu dilakukan suatu pengelolaan kualitas air dengan baik.
Lingkungan perairan sebagai tempat hidup atau media hidup organisme
akuatik merupakan salah satu aspek terpenting yang perlu diperhatikan dalam
melakukan budidaya perairan. Hal ini disebabkan karena kualitas perairan
suatu wadah budidaya sangat menentukan kehidupan organisme akuatik yang
dibudidayakan, baik dari aspek sumber air yang digunakan seperti parameter
fisika, kimia dan biologi, juga perlu diketahui dan dipahami aspek-aspek yang
diperlukan dalam pengelolaan kualitas air. Parameter fisika merupakan parameter
yang dapat diamati akibat perubahan fisika air seperti cahaya, suhu, kecerahan,
kekeruhan, warna, padatan tersuspensi dan padatan terlarut hingga salinitas air.
Sedangkan parameter kimia perairan merupakan parameter perairan yang terukur
akibat adanya reaksi kimia di perairan, seperti pertukaran ion-ion terlarut dalam
air. Parameter biologi yang teramati diperairan merupakan organisme akuatik
yang hidup bersama diperairan budidaya dapat berupa tumbuhan maupun hewan
dengan bentuk yang mikro maupun makro.

D. PARAMETER FISIKA
Parameter fisika banyak mempengaruhi kehidupan organisme di dalam air.
Sifat-sifat fisika air juga merupakan faktor pemisah antara lingkungan air dengan
lingkungan udara. Adanya perbedaan yang amat besar dari masing-masing faktor
fisika di lingkungan air dengan lingkungan udara, mengakibatkan pengaruh yang
berbeda terhadap tumbuhan dan hewan pada masing-masing lingkungan tersebut.
Di samping itu air juga berfungsi untuk menjaga tekanan osmosis, sebagai pelarut
dan penghantar listrik yang baik. Parameter fisika yang sangat berpengaruh pada
kehidupan biota air atau budidaya perairan pada umumnya antara lain
1. Suhu
Suhu merupakan parameter yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan biota air khususnya metabolisme. Suhu suatu badan air
dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut
(altitude), waktu dalam hari. Sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran, serta
kedalaman air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia,
dan biologi badan air. Oleh karena itu, penyebaran organisme, baik di lautan
maupun di perairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Dengan kata
lain, suhu berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Suhu sangat
berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Secara umum
laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan
kehidupan hewan budidaya, bahkan menyebabkan kematian jika peningkatan
suhu berada pada titik ekstrim (drastis).

INDUSTRI PERIKANAN
104 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Perkembangan bahkan kehidupan biota air sangat dipengaruhi oleh


suhu. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah
antara 280 – 320C. pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g
berat tubuh-jam. Dibawah 250C, konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat
tubuh-jam. Pada suhu 18 – 250C, ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu
makannya mulai menurun. Suhu air 12 – 180C mulai berbahaya bagi ikan.
Sedangkan pada suhu dibawah 120C ikan tropis mati kedinginan. Berdasarkan
pengamatan di Instalasi Tambak Percobaan Marana (Sulawesi Selatan), ikan
Bandeng (chanos chanos) masih hidup normal pada suhu 350C. secara teoretis,
ikan tropis masih bisa hidup normal pada suhu 30 – 350C kalau konsentrasi
oksigen terlarut cukup tinggi (Ahmad et.al, 1998).
Suhu air dapat memengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung,
yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air. Semakin
tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya.
Pada suhu 360C dan salinitas 36 ppt, nilai kelarutan oksigen dalam air sebesar
5,53 mg/l (ppm), sedangkan pada suhu 300C dan 250C, serta salinitas yang
sama kelarutan tersebut berturut – turut adalah setinggi 6,14 mg/l dan 6,71
mg/l (Boyd,1981).
2. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh
dalam air laut. Konsentrasi garam – garam jumlahnya relative sama dengan
dalam setiap contoh air atau air laut sekalipun pengambilannya dilakukan
ditempat yang berbeda. Oleh karena itu, tidak diperlukan untuk mengukur
seluruh salinitas dari contoh setiap kali. Cara yang biasa dilakukan untuk
menentukan salinitas adalah menghitung jumlah kadar garam yang dalam
suatu sampel disebut klorinitas dengan rumus berikut (Hutabarat dan Evans,
1986; Nontji, 1987) :
0
/00 = chlorinitas x 1,817
Sedangkan menurut Boyd (1982), salinitas adalah kadar seluruh ion –
ion yang terlarut dalam air. Komposisi ion – ion pada air laut dapat dikatakan
mantap dan didominasi oleh ion – ion tertentu, seperti klorida, karbonat,
bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium, dan magnesium. Salinitas dinyatakan
dalam satuan g/kg,promil (0/00), atau ppt (part per thousand). Nilai salinitas di
perairan tawar biasanya kurang dari 0,5 ppt, perairan payau antara 0,5 – 30
ppt, dan perairan laut 30 – 40 ppt. pada perairan hipersaline, nilai salinitas
sangat di pengaruhi oleh masukan air tawar dari sungai.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
105
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 5.4 Pengukuran Salinitas air


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Samakin


tinggi salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang
hidup di air asin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan
osmotik dari lingkungannya. Penyesuaian ini memerlukan banyak energy
yang diperoleh dari makanan dan digunakan untuk keperluan tersebut.
Menurut Liao (1986 dalam Saenong, 1992) bahwa tekanan osmotic cairan
tubuh udang windu (Paneaus monodon) dan tekanan osmotik lingkungan
akan seimbang (isosmotik) pada salinitas 28 ppt. udang windu memiliki
kemampuan toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam. Udang windu
mampu menyesuaikan diri terhadap salinitas 3 – 45 ppt (Tseng,1987), dan
dengan perubahan perlakuan masih mampu hidup sampai 50 ppt, tetapi
untuk pertumbuhan optimal di dalam tambak kisaran salinitas terletak antara
15 – 25 ppt. udang windu yang dipelihara di tambak dengan salinitas antara
35 – 40 ppt memperlihatkan pertumbuhan agak lambat dibandingkan dengan
yang dipelihara pada salinitas 15 – 25 ppt. sebaliknya, pertumbuhan cukup
cepat pada salinitas antara 5 – 10 ppt, hanya lebih sensitive terhadap penyakit
(Kordi,1997).
Penelitian yang dilakukan oleh Haryanti et.al (dalam soim,1993),
membuktikan bahwa produksi udang dapat menurun karena perubahan
salinitas. Penelitian dengan perlakuan penurunan salinitas sebanyak 5
ppt setiap 3 minggu sekali, selama 12 minggu untuk udang stadia juwana,
menunjukkan bahwa selang perubahan salinitas yang masih layak bagi udang
windu adalah 30 – 10 ppt (tabel 5). Penurunan salinitas dari 25 ppt menjadi
10 ppt walaupun laju pertumbuhannya tinggi (2,45%), kelulus hidupannya
lebih rendah (60,0%). Apalagi jika salinitas tambak udang turun antara nilai
20 – 5 ppt atau 15 – 0 ppt, kelulus hidupnya sangat rendah.

INDUSTRI PERIKANAN
106 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 5.2 Hubungan Antara Penurunan Salinitas Dengan Laju Pertumbuhan Dan
Kelulus Hidup Udang Windu
Perlakuan Laju Pertumbuhan Harian (%) Kelulusan Hidup (%)
I 2,12 82,5
II 2,08 82,5
III 2,45 60,0
IV 1,58 27,5
V 1,87 20,0
Sumber : Haryanti,et al.,1993.

Keterangan :
I. Perlakuan tanpa penurunan salinitas
II. Perlakuan penurunan salinitas dari 30 ke 15 ppt
III. Perlakuan penurunan salinitas air dari 25 ke 10 ppt
IV. Perlakuan penurunan salinitas air dari 20 ke 5 ppt
V. Perlakuan penurunan salinitas air dari 15 ke 0 ppt
Ikan bandeng (Chanos chanos), kakap putih (Lates calcalifer), beronang
(Siganus sp.), kerapu lumpur (Epinephelus suillus), nila (Oreochromis nilotica),
dan mujair (O. mossambica) dapat hidup pada kisaran salinitas luas. Bandeng
dan kakap putih yang merupakan ikan air laut dapat dipelihara di air tawar,
sedangkan nila dan mujair adalah ikan air tawar yang dapat dipelihara di air
asin. Namum, pertumbuhan optimal ikan dapat terjadi pada kisaran salinitas
tetap. Untuk menekan mortalitas ikan, maka dilakukan adaptasi secara
bertahap hingga benih dapat beradaptasi dengan media pada lingkungan
barunya. Menurut Suryanti dan Ismail (1993) bahwa semakin besar
ukuran ikan pada saat adaptasi, akan semakin sensitif (mudah mati), dan
sebaliknya semakin kecil ukuran ikan, akan lebih tahan atau lebih kuat pada
proses adaptasi. Adaptasi yang dilakukan oleh Wedjatmiko (1996) dengan
menggunakan benih ukuran rata – rata 2,29 g/ekor atau 4,30 mm memperoleh
tingkat kelangsungan hidup (survival rate) sebesar 95%.
Sampai saat ini belum ada cara yang praktis untuk mengubah salinitas air,
kecuali dengan pergantian air atau penambahan air. Pencampuran air tawar
dan air asin bisa menghasilkan salinitas baru yang dapat dihitung dengan
rumus berikut :

S3 =

Keterangan :
S3 = salinitas yang dikehendaki (ppt)
S2 = salinitas air laut (ppt)
S1 = salinitas air tawar (m3)
M1 = massa air tawar (m3)
M2 = massa air laut (m3)

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
107
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

3. KECERAHAN
Kecerahan merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan
proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan menggambarkan
sejumlah atau sebagian cahaya yang diteruskan pada kedalaman tertentu
yang dinyatakan dengan persen. Cahaya ini adalah cahaya dari beberapa
panjang gelombang di daerah spektrumcahayayang terlihat danjatuh tegak
lurs pada lapisan permukaan air pada kedalaman tertentu. Kecerahan yang
tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam
perairan. Begitu juga sebaliknya. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang
diteruskan ke dalam air yang dinyatakan dalam % dari beberapa panjang
gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya melalui lapisan 1 meter
jauh agak lurus pada permukaan air. Apabila kecerahan tidak baik, berarti
perairan itu keruh. Kekeruhan (turbidity) air sangat berpengaruh terhadap
ikan. Kekeruhan terjadi karena plankton, humus dan suspensi lumpur, atau bisa
juga diakibatkan oleh suspensi hidroksida besi atau bisa dipengaruhi warna
air. Kekeruhan perairan dapat menghambat pertumbuhan ikan budidaya baik
langsung maupun tidak langsung. Kekeruhan karena suspensi koloid tanah/
lumpur, lebih – lebih hidroksida besi sangat berbahaya bagi biota budidaya
karena partikel tersebut dapat menempel pada insang sehingga pernapasan
biota sangat terganggu. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas
yang setara dengan 1 mg/l SiO2. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk
mengukur turbiditas atau kekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter,
yang dikalibrasi dengan menggunakan silika. Kemudian, Jackson Candler
Turbidimeter dijadikan sebagai alat baku atau standar bagi pengukuran
kekeruhan. Satu unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan
dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekruhan dengan menggunakan Jackson
Candler Turbidimeter bersifat visual, yaitu membandingkan air sampel
dengan air standar (Effendi,2003).
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari
kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh,
radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan
akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih.

Gambar 5.5 Secchi disk


Sumber : http://limnoloan.org/waterquality/secchi-disk/

INDUSTRI PERIKANAN
108 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Pengukuran kecerahan air sebaiknya dilakukan pada saat siang hari


dan cuaca relatif cerah. Pada perairan kecerahan air erat hubungannya
dan berbanding terbalik dengan kelimpahan plankton terutama jenis
phytoplankton yang berada di dalam perairan tersebut, atau dengan kata lain
semakin tinggi tingkat kecerahan air maka kelimpahan phytoplankton akan
semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah tingkat kecerahan air maka
kelimpahan phytoplankton di perairan tersebut semakin tinggi. Jika kecerahan
sudah kurang dari 25 cm kedalaman pinggan secchi (secchi disk) semua
plankton jadi berbahaya. Secchi disk dikembangkan oleh Profesor Secchi pada
sekitar abad ke – 19, yang berusaha menghitung tingkat kekeruhan air secara
kuantitatif. Cara pengukurannya, lingkaran tripleks berdiameter 30 cm dicat
hitam putih berselang – seling dalam kuadran serta diberi pemberat supaya
dapat tenggelam dan dilengkapi tali atau tangkai untuk mengukur kedalaman
pada saat pinggan secchi hilang dari pandangan. Kecerahan yang baik bagi
usaha budidaya ikan dan udang berkisar 30 – 40 cm yang diukur menggunakan
pinggan secchi. Jika kecerahan sudah mencapai kedalaman kurang dari 25
cm, pergantian air sebaiknya segera dilakukan sebelum fitoplankton mati
berurutan yang diikuti penurunan kadar oksigen terlarut secara drastis.
4. WARNA AIR

Gambar 5.6 Warna – warni Perairan umum (a) Pantai Raja Ampat, Indonesia
(b) Danau Hiller, Australia, (c) Danau Kelimutu, NTT Indonesia,
(d) Pantai La Jollla, San Diego, (e) Tambak Garam di San Fransisco Bay dan
(f) sumber air panas The grand prismatic spring di Amerika Serikat.
Sumber : https://www.tneutron.net/blog/parameter-fisika-kualitas-air/

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
109
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Warna air ditimbulkan oleh adanya bahan organic dan bahan anorganik;
karena keberadaan plankton, humus, dan ion – ion logam (misalnya, besi dan
mangan), serta bahan – bahan lain. Adanya oksida besi menyebabkan air
berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna
kecokelatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan
sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan
(Peavy et al., 1985). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur
,enimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan – bahan organik, misalnya,
tannin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang
telah mati menimbulkan warna kecoklatan (Effendi, 2003). Warna perairan
juga bisa dipengaruhi oleh kelimpahan (Blooming) plankton (fitoplankton). Di
perairan laut, jenis algae yang mengalami peledakan pertumbuhan biasanya
berasal dari filum Dinoflagellata. Sedangkan di perairan tawar biasanya
berasal dari fulum Cyanophyta.
Warna air yang didominasi oleh plankton antara lain :
a. Hijau, disebabkan oleh Dunaleilla dan Chlorella yang merupakan pakan
alami yang baik untuk biota budidaya, namun ada juga warna hijau yang
didominasi oleh Chaetomorpha dan Enteromorpha yang memeiliki
pengaruh kurang baik terhadap kehidupan biota budidaya.
b. Hijau tua, disebabkan oleh dominasi Mycrocystis, Spirulina, Oscillatoria
dan Phormidium yang termasuk blue green algae. plankton ini
mengindikasikan banyaknya bahan organik dalam perairan seperti
ammonia dan hydrogen sulfide, sehingga perairan dengan warna ini
kurang baik untuk kegiatan budidaya biota air.
c. Kuning kecoklatan, disebabkan oleh Chaetocheros, Nitzchia, Gyrossigma
dan Skletonema atau yang termasuk Diatom. diatom akan tumbuh cepat
pada lingkungan yang bersuhu rendah
d. Hijau kecoklatan, disebabkan karena kandungan Bacillariophyta, warna
air ini bagus untuk area pertambakan karena mengindikasikan banyaknya
fitoplankton yang dapat dimanfaatkan langsung oleh zooplankton.
e. Coklat kemerahan, disebabakan karean Peridinium dan Schizothrix
calcicolla atau dari jenis Phytoflagellata yang berbahaya karena beracun
sebagian plankton dapat mengeluarkan endotoksin yang merugikan biota
budidaya.
Ada juga beberapa warna – warna air alami dikarenakan beberapa sebab :
a. Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar
matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih
banyak dari pada sinar lain.
b. Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya
Sungai Kuning di Cina.
c. Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang
memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planktonplankton
dalam jumlah besar.
d. Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub
utara dan selatan.

INDUSTRI PERIKANAN
110 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

e. Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-


sinar fosfor seperti di laut ambon.
f. Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut
hitam
g. Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah
yang terapung-apung.
Warna air member gambaran dan informasi tentang kualitas air. Ketika kita
akan melakukan penebaran benih/ benur, perlu dilakukan pembentukan
warna air. Pembentukan warna air dimaksudkan agar benih tidak terkejut atau
stress.
5. DEBIT AIR
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat
dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam suatu tempat tiap satu
satuan waktu. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut
tidak dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini
berarti pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-
masing titik dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi
bumi. Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah, tinggi permukaan
air sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya
dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran
sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI
besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik).
Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui
potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan
sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan
melalui pendekatan potensi sumberdaya air permukaan yang ada. Pada
aliran sungai mislanya, debit air terjadi karena adanya penumpukan air pada
ketinggian diatas gunung atau disebuah puncak dikarenakan air hujan yang
tergenang atau terdapat mata air yang tertampung pada bagian yang cekung,
kemudian mengalir pada sela – sela atau bibir cekungan yang terkikis oleh air
dan air akan mengalir pada permukaan tanah yang rendah yang mengikuti alur
– alur seperti yang terlihat pada sungai,dan akan berbelok ketika menemukan
permukaan yang keras (batu) dan akan menuju tempat yang rendah.
6. TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)
Padatan Tersuspensi Total/Total Suspended Solid (TSS) adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan
kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung
mengendap. TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya
lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu,
sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Yang termasuk TSS adalah lumpur,
tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya
dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi
untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
111
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat


dikonversi ke nilai TSS.
Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan
cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi
dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas
sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel
serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg/L dari fine talcum
powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
yang mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan
memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung
1.000 mg / L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung
nilai TSS yang sama. TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang
paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu
perairan (Tarigan dan Edward, 2003).

E. PARAMETER KIMIA
Pada dasarnya kita tidak akan pernah menemui air yang benar- benar
murni, dikarenakan bahan atau unsur yang ada di dalam air itu berasal dari tanah,
metabolism jasad air, udara. Unsur – unsur itu dapat dikategorikan dalam golongan
gas, anorganik dan organik. Ketiga golongan tersebut distribusinya sangat
menentukan sifat – sifat kimia air, ada yang dapat larut dan ada yang tidak dapat
larut dan umumnya yang mudah larut itu adalah unsur anorganik kecuali unsure
belerang (S). untuk itu di dalam air unsur – unsur tersebut digolongkan “makro
dan mikro”. Parameter Kimia yang umumnya berpengaruh terrhadap budidaya
perairan, antara lain :
1. DERAJAT KEASAMAN (PH)
Derajat keasaman lebih sering dikenal dengan istilah pH. pH mempunyai
arti puissance negatif de H, yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (hydrogen)
yang terlepas dalam suatu cairan. Ion hidrogen bersifat asam.pH air atau
derajat keasaman menunjukkan aktivitas ion hydrogen dalam larutan dan
dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam mol per liter) pada suhu
tertentu atau dapat ditulis :
pH = −log (H)+

Gambar 5.7 Alat Ukur pH ( kertas lakmus dan pH meter)


Sumber : https://medcenterdkskr.tumblr.com/

INDUSTRI PERIKANAN
112 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Air murni (H2O) berasosiasi sempurna sehingga memiliki ion H+ dan ion
H dalam konsentrasi yang sama dan dalam keadaan demikian pH air murni =
-

7. Semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion
OH dan pH< 7, perairan semacam ini bersifat asam. Hal sebaliknya terjadi
apabila konsentrasi ion OH yang tinggi dan pH > 7, perairan bersifat alkalis
(basah). Perairan umum dengan segala aktivitas fotosintesis dan respirasi
organisme yang hidup didalamnya membentuk reaksi berantai karbonat-
karbonat sebagai berikut:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3 2H+ + CO32−
Semakin banyak CO2 yang diproduksi dari hasil respirasi, reaksi bergerak
ke kanan dan secara bertahap melepaskan ion H+ yang menyebabkan pH
air turun. Reaksi sebaliknya terjadi dengan aktivitas fotosintesis yang
membutuhkan banyak ion CO2, menyebabkan pH air naik.
Sekalipun air murni memiliki pH seimbang (netral) karena diasosiasi
molekul air menghasilkan jumlah ion – ion H+ dan OH- yang sama, kehadiran
CO2 dan sifat basa yang kuat dari ion natrium, kalium, dan kalsium dalam air
laut cenderung mengubah situasi ini sehingga kadar air laut sedikit basa,
biasanya bervariasi antara 7,5 sampai 8,4. System karbon dioksida – asam
karbonat – bikarbonat berguna untuk penyangga (buffer) yang dapat tetap
mempertahankan pH air laut dalam suatu kisaran yang sempit. System
tersebut dapat menjalankan peranannya dengan menyerap ion H+ di dalam air
jika ion ini berlebihan dan menghasilkan lebih banyak ion H+ jika jumlah ion
ini menyusut.
pH air juga berpengaruh terhadap kesuburan perairan karena
mempengaruhi jasad renik. Pada posisi pH air rendah akan sangat
mempengaruhi produktifitas perairan, malah bisa membunuh biota air yang
dibudidaya. Derajat keasaman yang tinggi atau pH rendah berpengaruh juga
terhadap kadar oksigen terlarut yang terkandung di dalam air akan berkurang,
dan akibatnya konsumsi oksigen akan menurun,aktivitas pernapasan biota air
meningkat dan selera makan berkurang. Berbeda dengan keadaan perairan
basa. Biota air sebagian besar sensitive terhadap perubahan pH air mereka
pada umumnya lebih menyukai nilai pH air sekitar 7 – 8,5. Nilai pH sangat
mempengaruhi proses bikimiawi perairan, misalnya, proses nitrifikasi akan
berakhir pada pH rendah. Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada
pH rendah (Novotny and Olem, 1994). Perhatikan tabel 7 yang memperlihatkan
penurunan plankton dan benthos jika pH rendah. Berdasarkan ini, maka
akuakultur atau budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan
kadar pH 6,5 – 9,0, dan kisaran optimal adalah pH 7,5 – 8,7. Di tabel 8 akan
diperlihatkan hubungan antara pH air dan kehidupan ikan budidaya.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
113
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 5.3 Pengaruh pH terhadap Komonitas Biologi Perairan


pH air Pengaruh Umum
6,0 – 6,5 • keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
• kelimpahan total, biomassa dan produktivitas tidak mengalami
perubahan
5,5 – 6,0 • penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin
tampak.
• kelimpahan total, biomassa dan produktivitas masih belum
mengalami perubahan yang berarti.
• alga hijau berfilamen mulai tampak pada zona litora.
5,0 – 5,5 • penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifiton dan bentos semakin besar.
• terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton
dan bentos.
• alga hijau berfilamen semakin banyak.
• proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0 • penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifiton dan bentos semakin besar.
• penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan
bentos.
• alga hijau berfilamen semakin banyak.
• proses nitrifikasi terhambat
Sumber : Effendi (2003)

Tabel 5.4 Hubungan antara pH air dan kehidupan ikan budidaya


pH air Pengaruh Terhadap Budidaya Perikanan
< 4,5 Air bersifat racun bagi ikan
5 – 6,5 Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitive terhadap
bakteri dan parasit
6,5 – 9,0 Ikan mengalami pertumbuhan optimal
>9,0 Pertumbuhan ikan terhambat

INDUSTRI PERIKANAN
114 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

2. DO (Dissolved Oxygen)

Gambar 5.8 Kegiatan Pengukuran DO


Sumber : Dokumen BBPBL Lampung

DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut merupakan factor


yang sangat penting dalam budidaya perairan. Oksigen juga adalah salah
satu faktor pembatas sehingga jika ketersediaannya di perairan tidak
mencukupi kebutuhan biota budidaya, segala aktivitas biota akan terhambat.
Menurut Zonneveld et.al (1991), kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai
kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies
tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada metabolism ikan.
Di udara, atmosfer mengandung oksigen sebanyak 20,95% dari volume
udara. Sedangkan dalam air kelarutan oksigen diukur dalam mg / liter air atau
berat oksigen (mg) per juta mg air (ppm).
Kelarutan oksigen tergantung pada;
a. Suhu air
b. Tekanan udara
c. Tekanan uap air

Tabel 5.5 Kelarutan oksigen jenuh pada air murni dengan berbagai suhu (T - °C) pada
tekanan udara 760 mm Hg (1 atmosfir)
T - °C ppm T - °C ppm T - °C ppm
0 14,16 12 10,43 24 8,25
1 13,77 13 10,20 25 8,11
2 13,40 14 9,98 26 7,99
3 13,05 15 9,76 27 7,86

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
115
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

T - °C ppm T - °C ppm T - °C ppm


4 12,70 16 9,56 28 7,75
5 12,37 17 9,37 29 7,64
6 12,06 18 9,18 30 7,53
7 11,76 19 9,01 31 7,42
8 11,47 20 8,84 32 7,32
9 11,19 21 8,68 33 7,22
10 10,92 22 8,53 34 7,13
11 10,67 23 8,38 35 7,04

Menurut Brown (1987) peningkatan suhu 1°C akan meningkatkan konsumsi


oksigen sekitar 10%. Untuk mempertahankan hidupnya, maka makhluk
hidup yang tinggal di air baik tanaman maupun hewan tergantung pada kadar
oksigen terlarut.

Tabel 5.6 Pengaruh oksigen pada ikan


Dissolved Oxygen (DO)
dalam mg/liter air Efek Pada Ikan
(ppm)
<1 Ikan cepat mati
Ikan dapat hidup tetapi reproduksi rendah dan
1–5
pertumbuhan lambat
>5 Pertumbuhan dan reproduksi normal

Kadar osigen terlarut dalam wadah budidaya ikan dapat ditentukan dengan
dua cara yaitu dengan cara titrasi dan dengan menggunakan alat yang disebut
dengan DO meter (dissolved oxygen).
3. KARBON DIOKSIDA (CO2)
Karbon dioksida (CO2) atau biasa disebut asam arang sangat mudah larut
dalam suatu larutan. Pada umumnya perairan alami mengandung karbon
dioksida sebesar 2 mg/l (ppm). Pada konsentrasi yang tinggi (> 10 mg/l),
karbon dioksida dapat beracun karena keberadaannya dalam darah dapat
menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Dalam suatu larutan,
karbon dioksida menunjukkan reaksi keseimbangan sebagai berikut
(Zonneveld et al.,1991) :
a. CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 HCO3 + H+ (K=10-7)
HCO3- CO32- + H+ (K=1011)

INDUSTRI PERIKANAN
116 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

b. CO2 + OH- HCO3-


Pada pH <8, reaksi terjadi seperti pada reaksi (1), sedangkan reaksi (2) terjadi
terutama apabila nilai pH > 10, CO2/CO32-/HCO3- sistem ini sangat menentukan
daya penyangga dari badan air tertentu, yang bergabung dengan kation
– kation Cu2+, Mg2+, K+, dan Na+ . Daya penyangga sangat mudah ditentukan
dengan titrasi yang menggunakan 0,1 NHCl dan metil jingga sebagai indicator
– indicator 1 ml 0,1 NHCl = 1 unit daya mengikat asam.
(Ca(HCO3)2 + 2HCl CaCl2 + 2H2CO3)
Karbondioksida yang terdapat di dalam air dapat diperoleh dari:
a. Difusi dari atmosfer secara langsung
b. Air tanah yang melewati tanah organic
c. Air hujan, air hujan yang jatuh ke permukaan bumi secara teoritis
memiliki kandungan karbondioksida sebesar 0,55 – 0,6 mg/l.
d. Hasil penguraian bahan organik di dasar perairan.
e. Dari hasil proses pernafasan (respirasi) hewan dan tumbuhan air.
f. Hasil proses pemecahan/ penguraian senyawa-senyawa kimia.

Gambar 5.9 Sirkulasi CO2


Sumber : https://jurnalbumi.wordpress.com/2007/01/27/laut-indonesia-
miliki-potensi-besar-menyerap-karbon/

Sebagaimana dengan factor kimia lainnya, kelarutan karbondioksida ini


dipengaruhi oleh faktor suhu, pH dan senyawa karbondioksida. Kelarutan
karbondioksida dalam air dapat dilihat pada Tabel 6.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
117
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 5.7 Pengaruh suhu terhadap kelarutan karbondioksida diperairan alami


Suhu (oC) CO2 (mg/liter)
0 1,10
5 0,91
10 0,76
15 0,65
20 0,56
25 0,48
30 0,42

Pengaruh karbondioksida terhadap kehidupan organisme air dapat secara


langsung (proses respirasi) maupun tidak langsung (proses fotosintesis).
Secara umum pengaruh karbondioksida terhadap organisme air adalah
sebagai berikut:
a. Pada kisaran 15 ppm akan mempengaruhi kehidupan ikan(organisme
akuatik) karena merupakan racun bagi organisme tersebut.
b. Dibutuhkan oleh tanaman berhijau daun (berklorofil) untuk proses
fotosintesis.
c. Dapat mempertahankan kestabilan pH dalam air, terutama dalam
bentuk senyawa karbonat/ bikarbonat. Hal tersebut, berarti dapat
mempertahankan kondisi lingkungan perairan yang stabil untuk
mendukung kehidupan organisme.
4. ALKALINITAS
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam
atau dikenal dengan sebutan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas
anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas juga
diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan
pH perairan. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-),
karbonat (CO32-), dan Hidroksida (OH-). Borat (H2BO3-), silikat (HsiO3-), fosfat
(HPO42- dan H2PO4-), sulfide (HS-), dan ammonia (NH3) juga memberikan
kontribusi terhadap alkalinitas. Namun, pembentukan alkalinitas yang utama
adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Diantara ketiga ion tersebut,
bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan alami (Effendi, 2003).
Jeffries et.al., (1986) menyatakan nilai ANC dalam persamaan berikut :
ANC = Σ kation basa - Σ anion asam kuat
= ([Ca] + [Mg + [Na + [K - ([SO4 + [NO3 + [Cl).
Kation utama yang mendominasi perairan tawar adalah kalsium dan
magnesium. Anion utama dalam perairan tawar adalah bikarbonat dan
karbonat, sedangkan pada perairan laut adalah Klorida (Barnes,1989).

INDUSTRI PERIKANAN
118 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 5.8 Kation dan anion utama pada perairan tawar dan laut.
Ion – Ion Utama Persentase (%)
Air Tawar Air Laut
Kation
• Kalsium (Ca2+) 60,9 3,2
• Magnesium (Mg2+) 19,0 10,1
• Sodium/Kalsium (Na+) 16,6 83,7
• Kalium (K+)
3,5 3,0
Anion
• Bikarbonat (HCO3-) dan 72,4 0,6
Karbonat (CO32-)
• Sulfat (SO42-) 16,1 12,2
• Klorida (Cl-) 11,5 87,2
Sumber : Cole, 1983 dalam Effendie, 2004

Alkalinitas juga berhubungan dengan pH dan karbondioksida bebas dalam


perairan, semakin tinggi pH perairan maka semakin tinggi pula alkalinitas
dan karbondioksida yang terkandung dalam perairan tersebut. Alkalinitas
perairan berperan dalam hal-hal berikut :
a. Sistem penyangga (buffer)
Bikarbonat yang terdapat pada perairan dengan nilai alkalinitas total
tinggi berperan sebagai penyangga (buffer capacity) perairan terhadap
perubahan pH yang drastis.
b. Koagulasi Kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam proses koagulasi air atau air limbah
bereaksi dengan air membentuk presipitasi hidroksida yang tidak larut.
c. Pelunakan air (water softening)
Alkalinitas perlu dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soda abu
dan kapur yang bertujuan untuk menurunkan kesadahan.
5. AMONIAK DAN NITRIT
Aminoak di dalam budidaya perairan dihasilkan melalui proses ekskresi
dan dekomposisi bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan feses/
kotoran selama pemeliharaan. Sumber amonia lainnya di perairan adalah
gas nitrogen dari proses difusi udara yang tereduksi di dalam air. Amonia di
perairan dapat dijumpai dalam bentuk amonia total yang terdiri dari amonia
bebas (NH3) dan ion amonium (NH4+) (Effendi,2003). Kesetimbangan antara
kedua bentuk amonia di atas bergantung pada kondisi pH dan suhu perairan
(Midlen dan Redding, 2000). Berikut ini adalah bentuk kesetimbangan gas
amonia dan ion amonium di perairan:
NH3 + H2O --> NH4+ + OH –
Amonia di perairan akan ditemukan lebih banyak dalam bentuk ion amonium

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
119
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

jika pH perairan kurang dari 7, sedangkan pada perairan dengan pHlebih dari 7,
amonia bebas atau amonia tak terionisasi yang bersifat toksik terdapat dalam
jumlah yang lebih banyak (Novotny dan Olem, 1994). Toksisitas amonia tak-
terionisasi berbahaya bagi organisme akuatik,khususnya bagi ikan (Effendi,
2003). Selain itu tingginya konsentrasi NH3 bebas dapat menyebabkan
meningkatnya kadar amonia dalam darah dan jaringan tubuh ikan, sehingga
dapat mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen serta
mengganggu kestabilan membran sel (Boyd,1989). Menurut McNeely et al.
(1979) dalam Effendi (2003), kadar amonia pada perairan alami tidak lebih
dari 0.1 mg/liter. Kemudian jika konsentrasi ammonia tak-terionisasi lebih
dari 0.2 mg/liter akan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan (Sawyer dan
McCarty, 1978 dalam Effendi, 2003).

Gambar 5.10 Pengujian Amoniak dan Nitrit


Sumber : https://twitter.com/DJPB_TATELU/status/1004889840578523136

Nitrit (NO2) merupakan zat yang beracun buat ikan dan biota perairan lainnya
karena mengoksidasi Fe2+ di dalam hemoglobin. Dalam bentuk ini,kemampuan
darah dalam mengikat oksigen sangat merosot. Pada udang yang darahnya
mengandung Cu (hemocyanin), mungkin terjadi oksidasi Cu oleh nitrit dan
memberikan akibat yang sama, seperti pada ikan (Smith dan Russo, 1975).
Kadar 6,4 mg/l NO2-N telah menghambat pertumbuhan sebanyak 50% udang
jenis Penaeus indicus (Wickins, 1976), sedangkan kadar 1,8 mg/l NO2-N telah
menghambat pertumbuhan sebanyak 35% pada udang galah, Macrobrachium
rosenbergii (Amstrong et al., 1976), untuk larva adalah 8,6 mg/l NO2-N, dan
tingkat yuwana ialah 15,4 mg/l NO2-N.
Persiapan wadah (kolam dan tambak) yang baik, mulai dari pengeringan wadah,
pengapuran,desinfektan, merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
akumulasi ammonia dan nitrit.

INDUSTRI PERIKANAN
120 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

F. PARAMETER BIOLOGI
Parameter biologi sebenarnya merupakan parameter yang sangat
menentukan untuk mengetahui pencemaran dalam perairan namun pada
kenyataannya parameter fisika dan kimia yang paling banyak dijadikan acuan untuk
kualitas perairan sekalipun cenderung memberikan hasil dengan interpretasi
dalam kisaran luas. Indikator biologis dapat digunakan untuk mengetahui
pencemaran lingkungan perairan yang terjadi yang dapat merusak keseimbangan
ekologi khususnya ekosistem akibat pengaruh limbah baik penggunaan pestisida
secara berlebihan dari pertanian maupun limbah rumah tangga dan limbah
organik lainnya. Untuk itu indikator biologis ini dapat digunakan sebagai petunjuk
yang mudah untuk memantau pencemaran lingkungan dikarenakan akan terjadi
penurunan keberagaman spesies dan terganggunya rantai makanan, kecuali
terjadi penyuburan. Keanekaragaman hayati (flora dan fauna) dalam suatu
perairan, seks ratio dan laju pertumbuhan struktur dapat dijadikan indicator
biologis pencemaran perairan. Jika dalam perairan terdapat keanekaragaman flora
dan fauna dapat menandakan kualitas perairan masih bagus dan belum tercemar.
Perlu dicermati untuk menentukan parameter biologi adalah reaksi tiap spesies
spesifik terhadap pencemaran. Ikan sulit digunakan sebagai indicator populasi.
Lebih baik gunakan spesies lain yang gerakannya lambat.
Parameter biologis yang biasa diukur dalam pengamatan kualitas air untuk
budidaya perairan adalah plankton, nekton, neuston, perifiton dan bentos karena
masing-masing memiliki karakteristik yang khas.
1. Plankton

Gambar 5.11 Macam – macam Plankton


Sumber : https://www.isw.co.id/post/2019/02/20/macam-jenis-plankton-yang-ada-di-perairan

Plankton berasal dari bahasa Yunani ‘planktos’ yang berarti


mengembara atau berkeliaran. Kemudian plankton didefinisikan sebagai
kumpulan organisme (umumnya berukuran mikro), yang diwakili oleh hampir
semua kelompok dunia tumbuhan maupun hewan, baik sebagai produser
primer, herbivore, karnivor, maupun sebagai transformer (seperti jamur dan
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
121
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN
bakteri). Cara hidup organisme ini dapat sebagai saprophyte ataupun parasit.
Kelompok ini hidupnya melayang – layang diatas permukaan air secara pasif,
dan mudah hanyut, walaupung ada yang bergerak dengan mekanisme dan
organ tertentu, pergerakannya cenderung lemah.
Plankton digolongkan atau di klasifikasikan berdasarkan atas perbedaan
ukurannya menurut Margalef (1955) dan Dussart (1965) dalam Subandiyo
(1992).

Tabel 5.9 Plankton berdasarkan perbedaan ukuran


Margalef (plankton Dussart (plankton air tawar
Klasifikasi
air tawar) dan laut)
Ultraplankton <5µ -
Ultranannoplankton - <2µ
Nannoplankton 5 – 50 µ 2 – 20 µ
Microplankton 50 – 500 µ 20 – 200 µ
Mesoplankton 500 – 1000 µ 200 – 2000 µ
Makroplankton > 1000 µ -
Megaplankton - > 2000 µ

Secara umum keberadaan plankton dipengaruhi oleh tipe perairan (tergenang


dan mengalir), parameter fisika dan kimia perairan (suhu, pH, kecerahan, CO2,
unsur – unsur hara lainnya), dan adanya pesaing – pesaing bahkan pemangsa
- pemangsa plankton. Pada perairan tergenang (misalnya; kolam, rawa, situ,
danau), keberadaan plankton akan berbeda dari waktu ke waktu (temporal
differences) dan berbeda pula dalam menempati ruang atau kolom air (spatial
differences). Sedangkan pada perairan mengalir unsur waktu dan ruang
relative tidak berbeda nyata, kecuali jika ada kasus pencemaran sungai oleh
aktifitas manusia.
Berdasarkan jenisnya, plankton dibedakan atas :
a. Phytoplankton

Gambar 5.12 Jenis – jenis Phytoplankton


Sumber : http://oseanografi.lipi.go.id/datakolom/25%20Fitoplankton.pdf

INDUSTRI PERIKANAN
122 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Phytoplankton mendapat makanan dari difusi air dan beberapa mampu


berfotosintesis, berperan sebagai produsen primer dalam perairan.
Cyanophyta, Chlorophyta dan Euglena adalah jenis fitoplankton yang
melimpah di perairan tawar, sedangkan dinoflagellata dan pyrrophyta banyak
terdapat di perairan laut.
Phytoplankton dalam perairan berperan sebagai :
1) Pakan alami hewan budidaya perairan
2) Untuk mengetahui iklim pada periode geologi yang berbeda dalam
penentuan palaentologi (fosil) seperti cocolithopora dan diatom yang
memiliki kulit (skeleton) yang mampu berperan mengidentifikasi daerah
alami laut.
3) Ciri spesifik spesies yang melimpah pada suatu daerah terentu digunakan
sebagai indikator kesuburan perairan daerah tropis dan subtropics.
4) Berperan sebagai indikator pencemaran sekunder, sebagai deteksi
keberadaan zooplankton yang mengkonsumsinya.
5) Pada perairan tawar 100% fitoplankton dimakan oleh zooplankton,
sedangkan di perairan laut hanya 10 % fitoplankton yang dimakan oleh
zooplankton.
b. Zooplankton

Gambar 5.13 Salah satu jenis Zooplankton


Sumber: https://strukturkomunitasplankton.wordpress.com/2012/04/23/zooplankton/

Zooplankton (binatang) mampu bergerak secara horizontal dan vertical namun


lemah, didominasi oleh crustacean dan cladosera. Zooplankton dapat juga
digunakan sebagai indikator pencemaran. Zooplankton dibedakan menjadi 2
kelompok berdasarkan fase hidupnya yaitu :
1) Holoplankton, organisme yang seluruh fase hidupnya memiliki sifat
planktonik (contoh: Diatom, Dinoflagellata, Copepode)
2) Meroplankton, organisme yang sebagian dari fase hidupnya bersifat
planktonik sebelum berkembang menjadi nekton atau benthos (contoh:
larva teripang, larva bintang laut, larva cacing laut)
Plankton dalam perairan berperan sebagai penyedia makanan pemula
bagi seluruh komponen :zooplankton dan anak ikan (benih), sumber
oksigen terlarut yang digunakan untuk berfotosintesis, fondasi dari
siklus makanan di perairan, indikasi pencemaran suatu perairan.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
123
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

2. Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup didasar perairan dan dapat
dibedakan atas zoobentos (binatang) dan fitobentos (tumbuhan).
Benthos dalam kehidupannya relative menetap, sehingga baik untuk
menjadi indikator kualitas lingkungan perairan, karena selalu kontak dengan
limbah yang masuk di habitat hidupnya. Diantara hewan bentos yang relatif
mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro.
Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos.
Benthos juga dipengaruhi oleh factor lingkungan biotik dan abiotik suatu
perairan. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang
merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Sedangkan factor
abiotik adalah fisika – kimia suatu perairan diantaranya : suhu, pH, oksigen
terlarut, CO2, BOD,COD, kandungan Nitrogen (N) perairan, kedalaman air.
Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus
hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali
lubang (Odum, 1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam
perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik
yang memasuki perairan, serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam
rantai makanan (Odum, 1993).
Benthos sendiri mempunyai berbagai ciri-ciri yang diantaranya menurut
Sudarjanti dan Wijarni (2006) adalah :
a. Mempunyai toleransi yang berbeda terhadap berbagai tipe pencemaran
dan mempunyai reaksi yang cepat.
b. Ditemukan melimpah di perairan, terutama di ekosistem sungai,
dipengaruhi oleh berbagai tipe polutan yang ada.
c. Mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan mempunyai respon
terhadap lingkungan yang stress.
d. Hidup melekat didasar perairan.
e. Mempunyai siklus hidup yang panjang.
Berdasarkan ukurannya, organisme hewan benthos digolongkan atas:
a. Makrobentos (0, 425 – 15 mm)
b. Meiobentos (0,05 – 1 mm)
c. Mikrobentos (< 50 µ, misalnya Protozoa, Rotifer, dan Nematode)
Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea,
Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Jenis-
jenis bentos berdasarkan tingkat kerusakan perairan dikemukakan oleh
Mulyanto (1995) sebagai berikut :
a. Perairan bersih adalah Planaria, Perla, Isoperia, Leuctra, Nemoura,
Eodyonurus dan Ephemera.
b. Perairan tercemar organik ringan adalah Caenis, Ephemerella, Baetis,
Limnophillus dan Hydropsyche.
c. Perairan tercemar organik sedang adalah Simulium, Lymnaea dan Physa.
d. Perairan tercemar organik berat adalah Chironomous dan Tubifex.

INDUSTRI PERIKANAN
124 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Organisme benthos juga dapat dibagi menjadi 2 kelompok, berdasarkan


habitat hidupnya antara lain :
a. Infauna, kelompok zoobenthos dan bakteri dari berbagai ukuran yang
hidup di dalam dasar sedimen, yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah cacing dan kerang. Meskipun hidup di dalam dasar sedimen
kelompok ini memiliki bentuk tubuh yang dapat menghubungkan dengan
air yaitu dengan menggunakan organ yang menyerupai pipa atau membuat
terowongan dalam sedimen.
b. Epifauna, kelompok zoobentos yang hidup berhimpitan dengan permukaan
yang kasar atau keras (seperti batu karang, kerangkerangan dan tumpukan
pasir) atau di atas permukaan teluk. Yang termasuk kelompok ini adalah
tiram, kerang, remis, siput, bintang laut, teripang
Berdasarkan pertimbangan dan uraian diatas, maka metode pengambilan
sampel organisme bentos dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Metode kolonisasi (container sampler atau core sampler)
b. Metode perangkap (trap sampler)
c. Metode tangkap segera (impedite sampler, seperti surbur dan eikman
dragde)
3. Nekton
Kata “nekton” diberikan oleh Ernst Haeckel tahun 1890 yang berasal dari
kata Yunani (Greek) yang artinya berenang (the swimming) yang meliputi
(biofluidynamics, biomechanics, functional morphology of fluid locomotion,
locomotor physiology). Nekton adalah kelompok organisme yang tinggal di
dalam kolom air (water column) baik di perairan tawar maupun laut. Ilmunya
disebut Nektology dan orangnya disebut sebagai nektologis.
Sementara pengertian dari nekton bahari adalah hewan-hewan
nektonik yang tersebar di zona epipelagik pada laut terbuka. Nekton bahari
merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama
untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi. Tumpukan bangkai nekton
merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan
minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan
bahkan jutaan tahun.
Nekton (hewan) laut sebagian besar terdiri dari tiga kelas :
a. Vertebrata, bentuk kontribusi terbesar, hewan-hewan ini juga didukung
oleh tulang atau tulang rawan.
b. Moluska, merupakan hewan seperti cumi-cumi dan kerang.
c. Crustacea, adalah hewan seperti lobster dan kepiting.
Berdasarkan kelompok ikan yang berbeda dijumpai dalam kelompok nekton :
a. Holoepipelagik
Holoepipelagik merupakan kelompok ikan yang menghabiskan seluruh
waktunya di daerah epipelagik. Kelompok ikan ini mencakup ikan-ikan hiu
tertentu (cucut, martil, hiu mackerel, cucut biru), kebanyakan ikan terbang,
tuna, setuhuk, cucut gergaji, lemuru, ikan dayung, dan lain-lain.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
125
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

b. Meropilagik
Meropipelagik merupakan kelompok ikan yang menghabiskan sebagian
waktu hidupnya di daerah epipelagik. Meropelagik dapat dibagi lagi
berdasarkan pola hidup masing-masing organisme, diantaranya :
1) Organisme yang menghabiskan sebagian waktu hidupnya di
daerah epipelagik, kelompok ini beragam dan mencakup ikan yang
menghabiskan masa dewasanya di epipelagik tetapi memijah di
daerah pantai. Contohnya : haring, geger lintang jinak, dolpin, kacang-
kacang.
2) Organisme yang hanya memasuki daerah epipelagik pada waktuwaktu
tertentu, seperti ikan perairan-dalam semacam ikan lentera yang
bermigrasi ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan.
3) Organisme yang menghabiskan awal daur hidupnya di epipelagik,
tetapi masa dewasanya di daerah lain. Contohnya : juvenile.
Gambar 5. :Nekton
Beberapa kondisi lingkungan perlu diperhatikan karena memberikan
perbedaan yang jelas bagi nekton dan di mana adaptasi terjadi ;
1) laut merupakan daerah “tiga dimensi” yang sangat besar.
2) tidak ada substrat padat di mana pun, sehingga hewan-hewan ini
selalu melayang dalam medium yang transparan tanpa perlindungan
terhadap predator yang potensial. Oleh sebab itu, tidak ada tempat
perlindungan bagi hewan yang berpindah dari satu tempat ke tempat
lain secara horizontal
3) kurangnya subtrat, yang berarti tidak adanya pendukung yang kuat
bagi hewan yang kebanyakan mempunyai daging yang lebih padat
daripada air laut disekelilingnya.
Kombinasi antara keadaan tiga dimensi dan kurangnya rintangan,
memudahkan evolusi adaptasi untuk mobilitas yang besar. Besarnya
mobilitas dan kemampuan untuk menempuh jarak-jarak jauh pada
gilirannya menyebabkan perkembangan sistem saraf dan indra (sensory)
yang akan menangkap dan mengolah informasi yang diperlukan untuk
menjelajahi daerah, mencari dan menangkap makanan, serta untuk
menghindari predator. Kurangnya perlindungan serta besarnya ukuran
kebanyakan nekton, juga menyebabkan perkembangan kecepatan
renang yang tinggi untuk menghindari predator dan sekaligus untuk
mencari makanan. Kamuflase juga merupakan usaha yang lain. Keadaan
tersuspensinya tubuh hewan nektonik yang kerapatan tubuhnya lebih
besar daripada kerapatan air laut secara terus-menerus menyebabkan
perkembangan progresif berbagai adaptasi agar dapat tetap terapung.
4. Neuston
Neuston adalah istilah untuk organisme yang mengapung di atas
air (epineuston) atau tinggal tepat di bawah permukaan (hyponeuston).
neuston terkadang hanya mengandalkan tegangan permukaan air untuk
mempertahankan posisinya mengapung di atas permukaan air. Neuston
terdiri dari beberapa spesies ikan yang senang hidup di atas permukaan air

INDUSTRI PERIKANAN
126 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

seperti ikan terbang. Contoh lain neuston adalah, kumbang, protozoa, bakteri
dan laba-laba.

Gambar 5.14 Neuston


Sumber : https://www.britannica.com/science/neuston

5. Perifiton
Istilah perifiton diartikan sebagai sekumpulan organisme (berukuran
mikro) yang menempel atau menetap pada suatu substrat. Sedangkan pada
literature berbahasa jerman, istilah Aufwuchs dipakai untuk menggantikan
istilah perifiton karena memiliki arti yang lebih luas. Aufwuchs adalah
sekumpulan organisme yang menempel atau menentap pada suatu substrat,
termasuk didalamnya kelompok organisme hewani atau nabati yang bergerak
lambat (merayap atau merangkak) pada substrat tersebut. Kelompok ini, tidak
seperti bentos, tidak dapat menembus substrat.
Pada tulisan ini akan digunakan perifiton, karena hanya kelompok
organisme yang tetap melekat saja yang terambil ketika substrat diangkat
dari air pada waktu pengambilan sampel, sedangkan kelompok lainnya
(sebagaimana definisi kelompok aufwuchs) akan terlepas atau lari dari
substrat.
Berdasarkan tipe substrat tempat menempelnya, perifition dapat digolongkan
:
a. Epiphytic, yaitu organisme perifiton yang menempel pada bagianbagian
dari tumbuhan, misalnya pada daun, batang atau akar dari tumbuhan air
b. Epizoich, yaitu organisme perifiton yang menempel pada bagian tubuh
hewan air, misalnya pada sisik ikan, cangkang penyu, dan sebagainya.
c. Epipelic, yaitu organisme perifiton yang menempel pada lumpur di
dasaran perairan
d. Epilitic, organisme perifiton yang menempel pada batu-batuan
e. Episammic, organisme perifiton yang menempel pada butiranbutiran
pasir, misalnya pada butiran pasir di pantai atau di sungai.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
127
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Selain dipengaruhi oleh tipe substrat keberadaan perifiton, baik


kelimpahan jenis maupun individu, banyak dipengaruhi oleh iklim, arus air,
kekeruhan, suhu air dan adanya bahan pencemar di perairan. Oleh karena
itu pengetahuan tentang perifiton disamping berguna untuk mengetahui
produktifitas (kesuburan) suatu perairan juga dapat menjadi indikator dalam
pencemaran air.

Gambar 5.15 Perifiton


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Perifiton

LEMBAR PRAKTIKUM

Buatlah kelompok kerja, masing – masing kelompok berjumlah antara 3-4 siswa.
1. Tujuan agar siswa mampu :
a. Membiasakan diri bekerja sama secara tim dan mampu berkolaborasi
dalam menyelesaikan permasalahan.
b. Memiliki rasa bangga terhadap karya sendiri/kelompok
c. Memiliki keberanian berkomunikasi dan menyampaikan ide/gagasan
dihadapan orang lain.
d. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan melalui kegiatan
presentasi.
2. Tugas masing – masing kelompok :
a. Lakukan identifikasi alat – alat pengukuran pengelolaan kualitas air
secara fisika, kimia, dan biologi
b. Lakukan pengukuran kualitas air secara fisika, kimia dan biologi sesuai
dengan prosedur !
3. Langkah kerja :
a. Pakailah kelengkapan K3 minimal Alat Pengaman Diri (baju kerja,
sepatu boot, dan masker).
b. Siapkan tempat kerja, bersihkan tempat kerja dari benda – benda yang
tidak diperlukan
c. Lakukan identifikasi alat dan bahan pengelolaan kualita air

INDUSTRI PERIKANAN
128 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

LEMBAR PRAKTIKUM

d. Siapkan alat dan komponen pengukuran kualitas air


e. Ikuti prosedur/langkah kerja untuk pengukuran pengelolaan kualitas
air secara fisika, kimia, dan bilogi
f. Jika menemukan hal lain yang belum jelas tanyakan pada guru
pembimbing

Nama Kelompok :
Nama Anggota :

Kelas :
Mengukur Parameter Kualitas Air :
Mengidentifikasi alat – alat Pengukuran Kualitas Air
Parameter Kualitas Air Nama Alat/Komponen Fungsi/cara kerja

Kesimpulan :


CONTOH SOAL

1. Agar dalam menjaga kualitas air budidaya tetap baik, perlu dilakukan
pengelolaan yang baik pula. Parameter apa saja yang dapat diukur dalam
pengelolaan kualitas air budidaya perikanan.
2. Anda akan melakukan pengelolaan kualitas air budidaya perikanan. Agar
pengelolaan kualitas air berjalan dengan lancar, anda juga perlu menerapkan
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Cobalah mengidentifikasi prinsip K3
pada pekerjaan pengelolaan kualitas air budidaya perikanan.

Pembahasan contoh soal/ kunci jawaban


1. Parameter – parameter yang diukur dalam pengelolaan kualitas air budidaya
perikanan adalah :
a. Parameter Fisika : Meliputi, Suhu, Salinitas, Kecerahan,warna air, Debit
air, Padatan Tersuspensi Total (TSS)

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
129
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

CONTOH SOAL

b. Parameter Kimia : Meliputi, pH, DO, CO2, Alkalinitas, Amoniak dan Nitrit.
c. Parameter Biologi : Meliputi, Plankton (Fitoplankton dan Zooplankton),
Benthos, Nekton, Neuston, dan Perifiton.
2. Identifikasi prinsip K3 (Kesehatan, dan Keselamatan Kerja), pada pekerjaan
pengelolaan kualitas air.
a. Penerapan K3 pada pekerjaan pengelolaan kualitas air meliputi :
1) Alat Pengaman Diri : Baju kerja, Sepatu Boot, dan Masker
2) Perlengkapan : Alat pengaman kerja, Alat pemadam kebakaran, dan
peralatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
b. Identifikasi prisnsip K3 :
1) Pemakaian alat pengaman diri
2) Pemilihan dan pemakaian alat pengaman kerja
3) Komunikasi

CAKRAWALA

Teknologi RAS untuk Budidaya Perikanan

Beragam inovasi terus dikembangkan Pemerintah Indonesia untuk mengangkat


sektor perikanan budidaya sejajar dengan sektor yang sama di level
internasional. Yang paling mutakhir, inovasi berhasil dibuat untuk sistem
teknologi  Recirculating  Aquaculture System  (RAS). Di negara perikanan maju
seperti Norwegia, teknologi tersebut sudah biasa digunakan. Direktur Jenderal
Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet
Soebjakto di Jakarta belum lama ini menjelaskan, teknologi modern yang berhasil
dikembangkan itu, merupakan buah kerja keras dari tim Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar (BPBAT) Tatelu, Minahasa, Sulawesi Utara. “Ini adalah teknologi modern
yang ada di negara (perikanan) maju. Kita sudah bisa mengadopsinya dengan
model dan perangkat prasarana yang lebih murah,” ungkap dia. Kepala BPBAT
Tatelu Fernando S mengungkapkan, prinsip dasar teknologi RAS diseluruh dunia
memiliki kesamaan, yaitu  memanfaatkan air sebagai media pemeliharaan secara
berulang-ulang dengan mengendalikan beberapa indikator kualitas air agar tetap
pada kondisi prima.

INDUSTRI PERIKANAN
130 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai pengelolaan


kualitas air and dapat mempelajari secara mandiri di internet.
Di internet kalian bisa mencari lebih jauh mengenai materi.
Salah satu website yang dapat jadi wawasan dan pemahaman
kalian tentang pengelolaan kualitas air adalah : https://
www.studocu.com/id/document/universitas-diponegoro/
budidaya-laut/essays/paper-manajemen-kualitas-air-pada-
budidaya-periaran/2939006/view

RANGKUMAN

1. Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas.
Satu contoh air laut seberat 1.000 g akan berisi kurang lebih 35 g senyawa –
senyawa terlarut yang secar kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5 %
air laut berupa air murni dan 3,5 % zat terlarut.
2. Pengelolaan kualitas air adalah ilmu yang mempelajari tentang upaya
pemeliharaan kualitas air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
3. Untuk memudahkan pengelolaan dalam kualitas air, maka parameter kualitas
air dibedakan dalam 3 bagian yaitu berdasarkan fisika, kimia dan biologi.
4. Parameter fisika merupakan parameter yang dapat diamati akibat perubahan
fisika air seperti cahaya, suhu, kecerahan, kekeruhan, warna, padatan
tersuspensi dan padatan terlarut hingga salinitas air. Sedangkan parameter
kimia perairan merupakan parameter perairan yang terukur akibat adanya
reaksi kimia di perairan, seperti pertukaran ion-ion terlarut dalam air.
Parameter biologi yang teramati diperairan merupakan organisme akuatik
yang hidup bersama diperairan budidaya dapat berupa tumbuhan maupun
hewan dengan bentuk yang mikro maupun makro.
5. Parameter fisika yang sangat berpengaruh pada kehidupan biota air atau
budidaya perairan pada umumnya antara lain
a. Suhu
Suhu merupakan parameter yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan biota air khususnya metabolisme. Suhu suatu badan air
dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan
laut (altitude), waktu dalam hari. Sirkulasi udara, penutupan awan, dan
aliran, serta kedalaman air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia, dan biologi badan air.
b. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam
air laut. Konsentrasi garam – garam jumlahnya relative sama dengan

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
131
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

RANGKUMAN

dalam setiap contoh air atau air laut sekalipun pengambilannya dilakukan
ditempat yang berbeda.
Cara yang biasa dilakukan untuk menentukan salinitas adalah menghitung
jumlah kadar garam yang dalam suatu sampel disebut klorinitas dengan
rumus berikut (Hutabarat dan Evans, 1986; Nontji, 1987) :
0
/00 = chlorinitas x 1,817
c. Kecerahan
Kecerahan merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan menggambarkan
sejumlah atau sebagian cahaya yang diteruskan pada kedalaman tertentu
yang dinyatakan dengan persen. Alat yang digunakan untuk mengukur
kecerahan adalah secchi disk.
d. Warna air
Warna air ditimbulkan oleh adanya bahan organic dan bahan anorganik;
karena keberadaan plankton, humus, dan ion – ion logam (misalnya,
besi dan mangan), serta bahan – bahan lain. Warna perairan juga bisa
dipengaruhi oleh kelimpahan (Blooming) plankton (fitoplankton). Di
perairan laut, jenis algae yang mengalami peledakan pertumbuhan
biasanya berasal dari filum Dinoflagellata.
e. Debit air
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat
dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam suatu tempat tiap
satu satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik).
f. Padatan Tersuspensi Total
Padatan Tersuspensi Total/Total Suspended Solid (TSS) adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk
TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri
dan jamur.
6. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman lebih sering dikenal dengan istilah pH. pH mempunyai
arti puissance negatif de H, yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H
(hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Air murni (H2O) berasosiasi
sempurna sehingga memiliki ion H+ dan ion H- dalam konsentrasi yang
sama dan dalam keadaan demikian pH air murni = 7.

INDUSTRI PERIKANAN
132 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

RANGKUMAN

Tabel 5.10 Hubungan antara pH air dan kehidupan ikan budidaya


pH air Pengaruh Terhadap Budidaya Perikanan
< 4,5 Air bersifat racun bagi ikan
5 – 6,5 Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitive terhadap
bakteri dan parasit
6,5 – 9,0 Ikan mengalami pertumbuhan optimal
>9,0 Pertumbuhan ikan terhambat

b. Dissolved Oxygen (DO)/Oksigen Terlarut


Menurut Zonneveld et.al (1991), kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai
kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies
tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada metabolism
ikan. Kelarutan oksigen tergantung pada;
1) Suhu air
2) Tekanan udara
3) Tekanan uap air
c. Karbon dioksida Bebas (CO2)
Karbondioksida yang terdapat di dalam air dapat diperoleh dari:
1) Difusi dari atmosfer secara langsung
2) Air tanah yang melewati tanah organic
3) Air hujan, air hujan yang jatuh ke permukaan bumi secara teoritis
memiliki kandungan karbondioksida sebesar 0,55 – 0,6 mg/l.
4) Hasil penguraian bahan organik di dasar perairan.
5) Dari hasil proses pernafasan (respirasi) hewan dan tumbuhan air.
6) Hasil proses pemecahan/ penguraian senyawa-senyawa kimia.

Tabel 5.11 Pengaruh suhu terhadap kelarutan karbondioksida diperairan alami


Suhu (oC) CO2 (mg/liter)
0 1,10
5 0,91
10 0,76
15 0,65
20 0,56
25 0,48
30 0,42

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
133
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

RANGKUMAN

d. Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau
dikenal dengan sebutan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas
anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas
juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap
perubahan pH perairan. pembentukan alkalinitas yang utama adalah
bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Diantara ketiga ion tersebut,
bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan alami (Effendi, 2003).
e. Amoniak dan Nitrit
Aminoa di dalam budidaya perairan dihasilkan melalui proses ekskresi
dan dekomposisi bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan feses/
kotoran selama pemeliharaan. Amonia di perairan dapat dijumpai dalam
bentuk amonia total yang terdiri dari amonia bebas (NH3) dan ion
amonium (NH4+) (Effendi,2003). Menurut McNeely et al. (1979) dalam
Effendi (2003), kadar amonia pada perairan alami tidak lebih dari 0.1 mg/
liter.
Nitrit (NO2) merupakan zat yang beracun buat ikan dan biota perairan
lainnya karena mengoksidasi Fe2+ di dalam hemoglobin. Dalam bentuk
ini,kemampuan darah dalam mengikat oksigen sangat merosot.
7. Parameter Biologi
a. Plankton
Plankton berasal dari bahasa Yunani ‘planktos’ yang berarti mengembara
atau berkeliaran. Kemudian plankton didefinisikan sebagai kumpulan
organisme (umumnya berukuran mikro), yang diwakili oleh hampir
semua kelompok dunia tumbuhan maupun hewan, baik sebagai produser
primer, herbivore, karnivor, maupun sebagai transformer (seperti jamur
dan bakteri). Berdasarkan jenisnya, plankton dibedakan atas :
1) Fitoplankton
Cyanophyta, Chlorophyta dan Euglena adalah jenis fitoplankton yang
melimpah di perairan tawar, sedangkan dinoflagellata dan pyrrophyta
banyak terdapat di perairan laut.
2) Zooplankton
Zooplankton dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan fase
hidupnya yaitu :
(a) Holoplankton, organisme yang seluruh fase hidupnya memiliki
sifat planktonik (contoh: Diatom, Dinoflagellata, Copepode).
(b) Meroplankton, organisme yang sebagian dari fase hidupnya
bersifat planktonik sebelum berkembang menjadi nekton atau
benthos (contoh: larva teripang, larva bintang laut, larva cacing
laut).
b. Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup didasar perairan dan dapat
dibedakan atas zoobentos (binatang) dan fitobentos (tumbuhan).
Benthos sendiri mempunyai berbagai ciri-ciri yang diantaranya menurut
Sudarjanti dan Wijarni (2006) adalah :

INDUSTRI PERIKANAN
134 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

RANGKUMAN

1) Mempunyai toleransi yang berbeda terhadap berbagai tipe


pencemaran dan mempunyai reaksi yang cepat.
2) Ditemukan melimpah di perairan, terutama di ekosistem sungai,
dipengaruhi oleh berbagai tipe polutan yang ada.
3) Mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan mempunyai respon
terhadap lingkungan yang stress.
4) Hidup melekat didasar perairan.
5) Mempunyai siklus hidup yang panjang.
c. Nekton
Kata “nekton” diberikan oleh Ernst Haeckel tahun 1890 yang berasal
dari kata Yunani (Greek) yang artinya berenang (the swimming) yang
meliputi (biofluidynamics, biomechanics, functional morphology of fluid
locomotion, locomotor physiology). Nekton adalah kelompok organisme
yang tinggal di dalam kolom air (water column) baik di perairan tawar
maupun laut. Ilmunya disebut Nektology dan orangnya disebut sebagai
nektologis. Nekton (hewan) laut sebagian besar terdiri dari tiga kelas :
1) Vertebrata, bentuk kontribusi terbesar, hewan-hewan ini juga
didukung oleh tulang atau tulang rawan.
2) Moluska, merupakan hewan seperti cumi-cumi dan kerang.
3) Crustacea, adalah hewan seperti lobster dan kepiting.
d. Neuston
Neuston adalah istilah untuk organisme yang mengapung di atas air
(epineuston) atau tinggal tepat di bawah permukaan (hyponeuston).
e. Perifiton
Istilah perifiton diartikan sebagai sekumpulan organisme (berukuran
mikro) yang menempel atau menetap pada suatu substrat.

TUGAS MANDIRI

1. Lakukanlah pengamatan pengelolaan kualitas air mulai dari parameter fisika,


kimia dan biologi di perairan sekitar anda sesuai dengan pemahaman dan
imajinasi anda !

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Cobalah anda jelaskan mengapa pengelolaan kualitas air sangat diperlukan
di dalam Budidaya Perairan, sesuai dengan pemahaman anda !
2. Indikator – indikator apa saja yang diukur dalam pengelolaan kualitas air
secara fisika, kimia dan biologi, sesuai dengan apa yang sudah anda pahami !

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
135
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR BAB

3. Silakan anda tuliskan peralatan – peralatan yang digunakan dalam pengukuran


kualitas air baik secara fisika, kimia dan biologi
4. Tolong anda tuliskan organisme – organisme apa yang masuk dalam ketegori
Benthos.

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini manfaat apa saja yang anda peroleh, bahkan kesulitan
– kesulitan apa yang anda temui,silakan anda diskusikan dengan teman – teman
anda bahkan guru mata pelajaran.

INDUSTRI PERIKANAN
136 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

KEBUTUHAN PAKAN KOMODITAS BUDIDAYA


BAB
PERIKANAN VI
BAB VI KEBUTUHAN PAKAN KOMODITAS BUDIDAYA
PERIKANAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang Kebutuhan Pakan Komoditas Budidaya


Perikanan diharapkan siswa mampu mengidentifikasi jenis – jenis pakan
alami,menjelaskan kebutuhan nutrisi biota air dan formulasi pakan buatan
dengan cermat dan terarah.

PETA KONSEP

KEBUTUHAN PAKAN KOMODITAS


BUDIDAYA PERIKANAN

Kebutuhan Nutrisi
Pakan Alami Pakan Buatan
Biota Air

Jenis-jenis Pakan Formulasi Pakan


Alami Buatan

KATA KUNCI

Nutrisi,Pakan,Alami, Buatan

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
137
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENDAHULUAN

Gambar 6.1 kegiatan penyaluran pakan pada pembudidaya


Sumber : Dok. BPBL Lampung

Salah satu faktor keberhasilan dalam akuakultur/budidaya perikanan adalah


pakan. Pakan memegang peranan cukup penting untuk peningkatan produksi
budidaya perikanan, baik pada budidaya ekstensif (tradisional), semi intensif, dan
intensif. Dalam perhitungan persentase biaya produksi, pakan memiliki kontribusi
60% dalam kegiatan budidaya perikanan, sehingga faktor ini yang harus diperhatikan
betul oleh para pembudidaya, baik dari segi kontinyuitas (ketersediaan) pakan,
maupun kandungan nutrisi yang terkandung dalam pakan tersebut. Dalam budidaya
ekstensif (tradisional), komoditas budidaya biasanya masih bergantung pada pakan
alami. Namun, pada budidaya semi intensif dan intensif biasanya komoditas budidaya
sudah di berikan pakan buatan yang disediakan oleh para pembudidaya.

INDUSTRI PERIKANAN
138 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN

Gambar 6.2 Suplai pakan untuk kegiatan budidaya perikanan


Sumber : dok. BPBL Lampung

Pakan merupakan peristilahan yang digunakan dalam dunia perikanan yang


mempunyai arti makanan. Pakan yang digunakan dalam budidaya perairan berupa
pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang di peroleh dari
alam atau ketersediaannya dari alam sedangkan pakan buatan adalah pakan yang
dibuat sepenuhnya oleh pabrik dengan memperhatikan kandungan – kandungan
nutrisi yang dibutuhkan oleh komoditas yang di budidayakan.

B. KEBUTUHAN NUTRISI BIOTA AIR


Nutrisi (nutrition) adalah kandungan gizi yang dikandung pakan, yang
diberikan kepada komoditas budidaya. Apabila pakan yang diberikan kepada
komoditas perikanan mempunyai kandungan nutrisi yang baik dan cukup tinggi,
hal ini tidak saja menjamin keberlangsungan kehidupan komoditas yang dipelihara
tetapi juga dapat mempecepat pertumbuhannya sehingga target produksi bisa
tercapai. Oleh sebab itu, pakan yang diberikan kepada komoditas budidaya
selama pemeliharaan tidak hanya sekedar cukup dan tepat waktu, tetapi pakan
tersebut juga harus memiliki kandungan gizi atau nutrisi yang cukup tinggi. Jika
komoditas budidaya mengonsumsi pakan yang kandungan gizi/ nutrisi rendah,
pertumbuhan terhambat bahkan, bahkan pada komoditas budidaya timbul gejala
– gejala tertentu yang disebut kekurangan gizi (malnutrition).
Biota budidaya yang kekurangan gizi juga merupkana sumber dan penyebab
penyakit. Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan menghambat laju
pertumbuhan biota budidaya, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat
menyebabkan biota menjadi mudah terserang penyakit. Kekurangan lemak atau
asam lemak pada ikan akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, kesulitan
reproduksi, dan warna kulit ikan tidak normal (kusam/suram). Kekurangan
karbohidrat dan mineral jarang terjadi, kecuali yodium yang dapat menyebabkan
gondok. Kekurangan vitamin dapat mengakibatkan pertumbuhan ikan menurun,

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
139
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

mata ikan redup, anemia, kulit pucat, dan pertumbuhan tulang belakang kurang
baik.
Selain kandungan nutrisinya lengkap, dalam artian seluruh zat gizi telah
dikandung oleh pakan, juga komposisinya harus berimbang. Pakan yang tidak
seimbang atau salah satu komponennya berlebihan, dapat juga menimbulkan
masalah. Kelebihan protein dan lemak dapat menimbulkan penimbunan lemak
dinhati dan ginjal (lipoid liver degeneration) sehingga ikan menjadi gemuk, nafsu
makan berkurang, dan bengkak di sekitar perut. Kelebihan karbohidrat juga dapat
menyebabkanpenimbunan lemak di hati dan organ dalam lainnya, rongga perut
melebar, insang menjadi pucat, telur tertahan, dan kualitasnya menurun.
Dengan demikian, kita perlu mengetahui terlebih dahulu nutrisi yang
dibutuhkan biota budidaya sebelum kita membuat pakan atau mengkultur pakan
alami. Banyaknya zat – zat gizi yang dibutuhkan ini, disamping bergantung pada
spesies biota, juga pada ukuran atau besarnya biota, serta keadaan lingkungan
biota itu hidup. Nilai nutrisi (gizi) pakan pada umumnya dilihat dari komposisi
zat gizinya. Beberapa komponen nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam
pakan, antara lain, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
1. Protein
Protein merupakan senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak
asam amino yang mengandung unsur – unsur karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen
(O), dan Nitrogen (N) yang tidak dimiliki oleh lemak atau kerbohidrat. Molekul
protein mengandung pula fosfor dan sulfur. Protein sangat penting bagi tubuh
karena zat ini berfungsi sebagai bahan – bahan dalam tubuh serta sebagai zat
pembangun, zat pengatur, dan zat pembakar.
Sebagai zat pembangun protein berfungsi membentuk berbagai
jaringan baru untuk pertumbuhan, mengganti jaringan yang rusak, ataupun
bereproduksi. Sedangkan sebagai zat pengatur, protein berperan dalam
pembentukan enzim dan hormon penjaga dan pengatur berbagai proses
metabolism di dalam tubuh biota. Dan sebagai zat pembakar karena unsur
karbon yang terkandung di dalamnya dapat difungsikan sebagai sumber
energy pada saat kebutuhan energy tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan
lemak.
Pada budidaya biota akuatik harus diusahakan pemberian sejumlah
protein yang cukup secara terus – menerus. Jumlah dan kualitas protein
memengaruhi pertumbuhan ikan (Hasting dan Dickle, 1972). Protein
merupakan zat pakan yang sangat diperlukan biota akuatik bagi pertumbuhan.
Kadar protein pakan dapat memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan
ikan (Khans et al., 1993). Kekurangan protein berpengaruh negatif terhadap
konsumsi pakan, sebagai konsekuensinya terjadi penurunan pertambahan
bobot ikan. Peningkatan tingkat protein meningkatkan daya konsumsi pakan
(Li dan Lovell, 1992). Menurut Dahlar dan Lovell (1995), konsumsi pakan
menurun sejalan dengan meningkatnya energy pakan. Hal ini diduga karena
peningkatan energy pakan akan menurunkan konsumsi, yang mengakibatkan
menurunnya laju pertumbuhan. Sebagaimana disebutkan Cowey dan Sargent
(1972), kandungan energy makanan yang rendah menyebabkan sebagian

INDUSTRI PERIKANAN
140 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

besar protein makanan akan digunakan sebagai sumber energy untuk


keperluan metabolisme, sebaliknya jika energy pakan terlalu tinggi, ikan akan
makan sejumlah kecil pakan. Hal ini akan membatasi banyaknya protein pakan
yang dimakan sehingga akan menghambat pertumbuhan ikan. Jadi, pakan
harus mempunyai rasio energy tertentu yang dapat menyediakan energy
nonprotein dalam jumlah yang cukup sehingga protein pakan sebagian besar
digunakan untuk pertumbuhan (Wilson, 1985).
Dalam menyusun komposisi pakan ikan saat ini para peneliti sudah
melakukan penyusunan komposisi pakan berdasarkan kebutuhan asam amino
setiap jenis ikan. Hal ini dikarenakan komposisi kebutuhan asam amino setiap
jenis ikan sangat berbeda dan sangat menentukan laju pertumbuhan dari ikan
yang dibudidayakan. Asam amino merupakan bahan dasar yang dihasilkan dari
proses pemecahan atau hidrolisis dari protein. Asam amino ini membangun
blok protein. Istilah amino datang dari -NH2 atau suatu kelompok amino
yang merupakan bahan dasar alami dan asam datang dari perbandingan
-COOH atau suatu kelompok karboxyl, oleh karena itu disebutlah asam amino.
Dalam molekul protein asam amino membentuk ikatan peptida (ikatan antara
amino dan kelompok karboxyl) di dalam rantai yang panjang disebut rantai
polipeptida. Ada banyak asam amino di dalam alam tetapi hanya dua puluh
yang terjadi secara alami. Asam amino sangat dibutuhkan oleh ikan untuk
tumbuh dan berkembang. Dalam pengelompokkannnya dibagi menjadi dua
yaitu asam amino essensial dan nonessensial. Asam amino secara umum
ditulis dengan satu atau tiga huruf yang dapat dilihat pada Tabel 1.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
141
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 6.1 Nama dan singkatan asam amino (Millamena, 2002)


Asam amino Singkatan tiga huruf Singkatan satu huruf
Asam amino essensial Arginin
Histidin Arg R
Isoleucin His H
Leucin Ile I
Lysin Leu L
Methionin Lys K
Phenylalanin Met M
Threonin Phe F
Tryptophan Thr T
Valin Trp W
Asam amino nonessensial Val V
Alanin
Asparagin Ala A
Asam Aspartad Asn N
Cystein Asp D
Asam Glutamat Cys C
Glutamin Glu E
Glycin Gln Q
Prolin Gly G
Serin Pro P
Tyrosin Ser S
Tyr Y

Kebutuhan protein (asam amino) masing – masing jenis ikan berbeda


– beda. Jumlah protein yang dibutuhkan ikan dipengaruhi oleh berbagai
factor, antara lain, ukuran ikan, suhu air, jumlah pakan yang dimakan ikan,
ketersediaan dan kualitas pakan alami, dan kualitas protein. Sampai saat ini,
baru sedikit jenis ikan yang diketahui secara persis kebutuhan asam amino
yang dibutuhkan. Untuk pembuatan pakan ikan – ikan karnivor (pemakan
daging/hewan) dapat mengacu pada parameter kebutuhan asam amino
esensial yang dibuat oleh Tacon (1986) pada tabel 2.

INDUSTRI PERIKANAN
142 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Jenis Tingkat Ukuran Ikan


Asam Amino
Benih Pendederan Juwana Pembesaran Induk
Leusin 2,66 2,50 2,40 2,30 2,40
Metionin 1,00 0,94 0,90 0,87 0,90
Isoleusin 1,46 1,37 1,32 1,26 1,32
Triptofan 1,67 1,58 1,57 1,45 1,50
Valin 0,31 0,29 0,28 0,27 0,28
Arginin 2,24 2,11 2,02 1,94 2,02
Treonin 1,20 1,13 1,09 1,04 1,09
Histidin 0,95 0,89 0,85 0,82 0,85
Fenilalamin 1,57 1,42 1,36 1,31 1,36
Lisin 3,08 2,90 2,78 2,66 2,78
Sumber : Tacon, 1986

Menurut Lovell (1989), tingkat protein optimum dalam pakan untuk


pertumbuhan ikan berkisar antara 25 – 50 %. Sedangkan Yone et.al., (1974)
menyebutkan bahwa beberapa jenis ikan laut memerlukan protein lebih dari
separo pakannya dan ikan tersebut bersifat karnivor. Pakan yang dirancang
untuk beberapa jenis ikan laut (percoidae) harus mengandung tingkat protein
antara 40-50% dalam bentuk kering untuk pertumbuhannya. Sementara itu,
menurut Boonyaratpalin (1993), kebutuhan protein dalam pakan buatan
untuk ikan karnivor seperti kakap dan kerapu cukup tinggi.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
143
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 6.2 Kebutuhan Protein pada Beberapa Jenis Kerapu


Spesies Kebutuhan Pustaka
Protein (50%)
Epinephelus salmoides 50 Teng et al. (1978)
Epinephelus striatus > 55 Ellis et al. (1996)
Epinephelus malabaricus 47,8 Chen & Tsui (1994)
Epinephelus malabaricus 50,2 Shiau & Lan (1996)
Epinephelus areolatus 60 Chua et al. (1996)
Epinephelus akaara 49,5 Chen et al. (1995)
Cromileptes altivelis 54,2 Giri et al. 1)
Cromileptes altivelis 49,68-57,50 Suwirya et al. (1998)
Cromileptes altivelis 45-52 Akbar (2000)
Epinephelus suilus 46 Ningsum AD (1992)
Epinephelus suilus 50 Tim Fak. Perikanan IPB
(Siom,1993)
Epinephelus tauvina 40-50 Ahmad et al. (1992); Teng et
al. (1997); Teng et al. (1979);
Sukhawongs et al. (1978)
Sumber : Giri, 1998, M Ghufran 2007

Keterangan : 1) In preparation

Dalam pembuatan pakan udang ataupun ikan, protein merupakan


komponen penting, karenanya dalam penyusunan bahan (ramuan) pakan,
dengan menghitung kandungan protein pakan, kebutuhan nutrisi udang dan
ikan budidaya sudah dapat dipenuhi. Artinya, utnuk menyusun bahan (ramuan)
pakan buatan bagi udnag maupun ikan, tidak semua gizi yang dibutuhkan
(protein, kerbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral) diperhitungkan nilainya.
Akan tetapi, cukup menghitung kebutuhan protein, total energi (kkal/100 g),
persen protein yang dapat dicerna, dan asam amino (Methionine dan Arginine).
2. Lemak
Lemak dan minyak yang lazim disebut lipid merupakan sumber energi
paling tinggi dalam pakan. Lemak dan minyak adalah senyawa organic yang
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelerut organik. Dasar perbedaan antara
lemak dan minyak adalah pada titik cairnya (melting point). Lemak cenderung
lebih tinggi titik cairnya, molekulnya lebih berat, dan rantai molekulnya lebih
panjang, dengan bentuk yang sama, seperti molekul minyak.
Lemak berfungsi sebagai sumber energy yang paling besar di antara
protein dan karbohidrat, satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal/g. lemak
juga menjadi sumber asam lemak, fospolipid, kolestrol, dan sebagai pelarut
pada proses penyerapan vitamin A, D, E, dan K. selain itu, lemak juga berfungsi
membantu proses metabolism, osmoregulasi, dan menjaga keseimbangan
daya apung biota akuatik dalam air, serta untuk memelihara bentuk dan fungsi
membran/jaringan (fosfolipida). Sedangkan kelebihan lemak dapat disimpan

INDUSTRI PERIKANAN
144 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi dalam jangka panjang


selama melakukan aktivitas atau selama periode tanpa makanan.
Di dalam lemak terkandung asam lemak yang diklasifikasikan sebagai asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ditandai dengan
adanya ikatan rangkap atau rantai jamak ( poly – unsaturated fatty acids = PUFA)
yang lebih banyak seri n-3-nya daripada seri n-6-nya. Sedangkan asam lemak
jenuh ditandai dengan tidak adanya ikatan rangkap. Sebagaimana pada protein
yang diketahui adanya asam amino esensial dan asam amino nonesesnsial,
maka pada lemak pun terdapat asam lemak esensial (ALE), seperti asam
linoleat (18:2n-6), asam lenolenat (18:3n-3), eicosapentaenoat/EPA (20:5n-
3), dekosaheksaenoat/DHA (22:6n-3), dan asam arakidonat (arachidonic)
yang merupakan asam lemak penting untuk pemijahan, pertumbuhan, dan
kelangsungan hidup ikan.

Tabel 6.3 Beberapa Sumber Lemak/Lipid


Nama Titik Cair (0C)
Minyak ikan 21,8-38,0
Minyak jagung 17,0-20,0
Minyak biji kapas 34,5
Minyak kelapa 23,0-28,0
Minyak kelapa sawit 24,0-30,0
Minyak kacang tanah 26,0-36,0
Minyak kacang kedelai 26,2-27,5
Lemak sapi 40,0-50,0
Lemak ayam 33,0-40,0
Lemak kelinci 35,0-50,0

Watanabe et al. (1984b), mengatakan bahwa penambahan β-carotin dan


canthaxanthin atau ekstra minyak krill dapat meningkatkan jumlah telur yang
mengapung dari 49,1% menjadi 56,4% dan 69,6%. Meningkatnya jumlah
telur yang mengapung juga dapat diperoleh dengan penambahan krill beku
pada pakan induk ikan. Sebaliknya, penambahan 10% minyak jagung dalam
pakan mengakibatkan menurunya jumlah telur yang mengapung. Pengaruh
yang tidak baik ini diduga karena terjadinya akumulasi asam lemak lenoleat
(18:2n-6) dalam telur. Ini menunjukkan diperlukan adanya keseimbangan
asam lemak esensial dalam pakan untuk induk ikan. Abnormalitas dalam
jumlah gelembung minyak pada telur dapat di kurangi dengan penambahan
pigmen, ekstrak minyak krill, atau krill beku dalam pakan induk. Akan tetapi,
peranan pigmen (carotenoid) pada proses reproduksi belum jelas.
Dilaporkan juga bahwa meningkatnya kandungan bahan – bahan larut
lemak, seperti vitamin E dan astaxanthin atau fosfolipid pada telur ikan
efektif meningkatkan pemijahan. Dari hasil analisis diketahui bahwa fraksi
lemak dari krill meal dan fraksi bukan lemak dari tepung cumi merupakan
komponen yang efektif berperan pada proses reproduksi dari red sea bream
(Watanabe et al., 1984c). ikan yang diberi pakan defisien akan asam lemak
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
145
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

esensial menghasilkan telur yang 75% mengendap. Sementara itu, pada ikan
yang diberi pakan yang cukup asam lemak esensial hanya 11,5% telur yang
mengendap (Girl, 1998).
Dari analisis organ dan jaringan ikan diketahui bahwa asam lemak
esensial dari pakan kebanyakan disimpan di hati, ovary, saluran pencernaan,
dan jaringan adipose ikan (Tandler et al., 1995). Ada perbedaan dengan ikan
air tawar, kebanyakan larva ikan laut hanya mempunyai kemampuan yang
sangat terbatas untuk mensintesa n-3 HUFA dari asam lemak n-3 rantai
karbon yang lebih pendek (Kanazawa et al.,1979). Asam lemak n-3 HUFA,
seperti eicosapentaenoat/EPA (20:5n-3) dan dekosaheksaenoat/DHA (22:6n-
3) merupakan asam lemak esensial bagi kebanyakan ikan laut (Webster dan
Lovell, 1990). Handerson dan Sargent (1985), menemukan bahwa kebutuhan
n-3 HUFA meningkat pada stadium awal perkembangan larva karena banyak
yang digunakan pada pembentukan membrane. Sedangkan Izquerdo et al.,
(1989 dalam Girl, 1998), melaporkan bahwa dibutuhkan 3,0% n-3 HUFA (bobot
kering) pada naupli artemia atau 3,48% n-3 HUFA (bobot kering) pada rotifer
untuk memenuhi kebutuhan asam lemak n-HUFA dari larva red sea bream.
Pertumbuhan larva gillthead sea bream (Sparus aurata) yang diberi pakan
rotifer yang mengandung 0,4% n-3 HUFA (bobot kering) meningkat 250%
dibandingkan dengan hanya diberi pakan dengan kandungan n-3 HUFA 0,08%
sampai hari ke-22. Kekurangan n-3 HUFA mengakibatkan tingkat kematian
larva yang tinggi dan pertumbuhan yang lambat, serta tidak sempurnanya
pembentukan dan fungsi gelembung renang pada larva ikan (Webster dan
Lovell, 1990). Sedangkan Salhi et al. (1994) melaporkan kandungan n-3
HUFA 2,05 – 2,16% dalam pakan mikro menghasilkan sintasan gilthead sea
bream (Sparus aurata) terbaik dibandingkan dengan yang diberikan pakan
mengandung 0,74-0,82% n – HUFA, dan kebutuhan n-3 HUFA tidak menurun
dengan menurunnya kandungan total lemak pakan.
Pakan yang baik mempunyai kandungan lemak atau minyak antara
4 – 18% (Hastings, 1976; Djajasewaka, 1985; Chao dan Watanabe, 1985).
Dalam paka buatan, kadar lemak tidak boleh berlebihan. Huisman (1997),
menyatakan bahwa kadar lemak yang tinggi akan menyebabkan pengaruh
sampingan, yaitu penurunan konsumsi makanan dan pertumbuhan, serta
degenerasi hati. Sedangkan Yamada (1983) menjelaskan bahwa kelebihan
lemak akan menimbulkan penyakit nutrisi, seperti hati berlemak atau
pengendapan lemak pada otot atau usus yang menyebabkan kualitas ikan
menurun dan mengurangi bobot tubuh.
Penelitian Subamia dan Suhenda (2003) pada ikan jambal siam (Pangasius
hypopthalmus) menunjukkan bahwa makin tinggi kadar lemak pakan akan
menghasilkan bobot akhir yang makin rendah. Pakan yang mengandung
protein 35% dan lemak 4% sudah cukup untuk memperoleh pertumbuhan
yang baik bagi benih jambal siam. Pakan yang mengandung lemak 4% juga
menghasilkan konversi pakan yang paling rendah, yaitu 1,09. Hal yang sama
ditemukan oleh Seenappa dan Devaraj (1995) pada ikan indian major carp
(Catla catla) yang diberi paka dengan kadar lemak rendah 4% memberikan
bobot akhir yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi lemak 8% dan

INDUSTRI PERIKANAN
146 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

12%. Menurut Halver (1988) bahwa kekurangan atau kelebihan energy dari
lemak dapat menurunkan atau meningkatkan bobot ikan.
3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa organic yang terdiri atas serat kasar
dan bahan bebas tanpa nitrogen (nitrogen free extract) atau dalam bahasa
Indonesia disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Jadi, unsur – unsur
karbohidrat terdiri atas karbon, hydrogen, dan oksigen dalam perbandingan
yang berbeda – beda. Karbohidrat dalam bentuk yang sederhana, umumnya
lebih mudah larut dalam air daripada lemak atau protein.
Menurut ukuran molekulnya, karbohidrat digolongkan menjadi
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida (Cn(H2O)n) sendiri
dibagi menjadi empat golongan, masing – masing triosa, tetrosa, pentosa,
dan heksosa. Dari golongan monosakarida yang paling banyak terdapat
dalam sel adalah pentose dan heksosa. Dari golongan pentosa,yakni ribose
dan dioksiribosa yang membentuk inti. Sedangkan dari golongan heksosa,
misalnya, fruktosa, glukosa, dan galaktosa.
Kebutuhan karbohidrat pada pakan ikan bergantung dari jenis
ikannya. Menurut Wilson (1977), hanya ikan herbivor dan omnivore yang
dapat memanfaatkan karbohidrat tanaman. Sedangkan Watanabe (1988)
mengatakan bahwa kadar karbohidrat optimum untuk ikan omnivora
adalah antara 20 – 40%, sedangkan umtuk ikan karnivor antara 10 – 20%.
Berdasarkan penelitian Wilson (1994), kadar karbohidrat untuk ikan di daerah
tropis antara 25 – 40%. Watanabe (1988) menyebutkan bahwa tingkat
pemanfaatan karbohidrat oleh tubuh ikan dipengaruhi oleh kemampuan
mencerna karbohidrat dan kemampuan untuk memanfaatkan glukosa. Ikan
karnivor memiliki toleransi glukosa lebih rendah dibandingkan dengan ikan
omnivor (Shimeno, 1974). Ikan Kerapu membutuhkan karbohidrat tidak
lebih dari 10%, sedangkan pada ikan kakap putih antara 20 – 25%. Ikan
karnivor, khususnya ikan – ikan laut, secara alami pakannya mengandung
protein tinggi sehingga kurang dapat mencerna karbohidrat dengan baik.
Akan tetapi, kenyataanya ikan – ikan tersebut dapat mensintesis karbohidrat
dari lemak dan protein. Tubuh ikan membutuhkan lemak untuk disimpan
sebagai lemak structural. Untuk memenuhi kebutuhan lemak tersebut, maka
ikan mensintesis (biokonversi) lemak berasal dari nutrient nonlemak, seperti
karbohidrat menjadi asam – asam lemak, dan trigliserida yang terjadi di ahti
dan jaringan lemak (Linder, 1992). Brauge et al., (1994) menyatakan bahwa
timgginya kadar karbohidrat yang dapat tercerna merangsang terjadinya
proses lipogenesis dan meningkatkan penyimpanan lemak did ala hati.
Menurut Suhenda et al. (2003), makin turun kadar lemak dan makin tinggi
kadar karbohidrat, menyebabkan nilai retensi protein, rasio efisiensi protein,
dan pertambahan bobot yang menurun. Demikian pula pakan tersebut akan
kurang efisien karena cenderung naiknya nilai konversi pakan.
Karbohidrat yang terkandung dalam pakan ikan terdiri atas serat kasar
dan BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen). Bagi ikan – ikan laut karnivor seperti
kerapu dan kakap, karbohidrat dalam bentuk serat kasar bukan merupakan
nutrisi penting yang harus tersedia dalam pakan karena sulit dicerna.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
147
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Kandungan serat kasar dalam pakan ikan yang sulit dicerna akan menimbilkan
pengotoran di dalam wadah pemeliharaan ikan. Walaupun begitu, dalam
jumlah tertentu karbohidrat dalam bentuk serat kasar tetap diperlukan untuk
membentuk gumpalan kotoran sehingga memudahkan pengeluaran feses
dari dalam usus. Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan ikan akan
memengaruhi daya cerna dan penyerapan di dalam alat pencernaan ikan.
Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya
sisa metabolisme dan akan mempercepat penurunan kualitas air. Kandungan
serat kasar yang tinggi (lebih dari 8%) akan mengurangi kualitas pakan ikan,
sedangkan kandungan serat kasar yang rendah (dibawah 8%) akan menambah
baik struktur pakan ikan dalam bentuk pellet.Walaupun karbohidrat per
gramnya hanya menghasilkan energy lebih sedikit daripada lemak ataupun
protein, tetapi karbohidrat masih merupakan pemasok energi termurah.
Biji – bijian (cerealia) mengandung 60 – 70 % karbohidrat, terutama dalam
bentuk tepung. Biji – bijian dan limbah biji – bijian biasanya merupakan bahan
pakan yang paling murah. Bahan – bahan pakan yang banyak mengandung
karbohidrat adalah jagung, beras, tepung terigu, dedak halus, tepung tapioka,
tepung, sagu, dan beberapa bahan lainnya. Sebagian bahan diatas selain
sebagai sumber karbohidrat, juga berfungsi sebagai bahan perekat (binder)
dalam pembuatan pakan.
4. Vitamin
Zat organik yang dibutuhkan tubuh komoditas budidaya perikanan
dalam jumlah yang sedikit adalah vitamin, dalam jumlah sedikit tetapi
sangat penting untuk mempertahankan perkembangan dan pemeliharaan
kondisi tubuh. Pada umumnya vitamin tidak dapat disintesis dalam tubuh
biota sehingga harus tersedia dalam pakan. Ditinjau dari sifat – sifat fisiknya,
vitamin dibagi ke dalam dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan
vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air, antara lain,
tiamin (B1), riboflavin (B2), asam pantotenat (B6), biotin dan kobalamin (B12),
vitamin C, dan lain – lain. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak antara
lain retinola (vitamin A), kolekalsiferol atau elgoklasiferol (vitamin D), alfa
tokoferol (vitamin E), dan menadion (vitamin K).
Fungsi utama vitamin secara umum adalah :
a. Sebagai bagian dari enzim atau koenzim sehingga dapat mengatur
berbagai proses metabolism
b. Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh
c. Memengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel – sel baru; dan
d. Membantu dalam pembuatan zat – zat tertentu dalam tubuh.
Sedangkan fungsi spesifik dari beberapa vitamin, antara lain, vitamin
B1, B6 dan B12 untuk menunjang pertumbuhan serta dapat merangsang
nafsu makan. Vitamin B2 berperan dalam pertumbuhan dan pertukaran zat
– zat makanan ( seperti karbohidrat, lemak, dan protein) dari sel – sel dalam
tubuh serta untuk proses reproduksi. Vitamin A berfungsi untuk menunjang
kesehatan mata, sedangkan vitamin D dibutuhkan untuk proses metabolisme
dari mineral (terutama kalsium dan fosfor). Vitamin E berpengaruh, baik
terhadap pergerakan biota maupun dalam proses reproduksi, sedangkan

INDUSTRI PERIKANAN
148 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

vitamin K berpengaruh dalam proses pembekuan darah. Vitamin C berpengaruh


terhadap kemampuan tubuh dalam mengatasi stress dan pertumbuhan ikan.
Peranan vitamin C dalam meningkatkan kemampuan biota untuk mengatasi
stress berkaitan dengan reproduksi norepineprin dan epineprin dalam
biosintesis katekolamin. Menurut Murray et al., (1999), katekolamin berperan
memacu proses glukoneogenesis dan glikogenolisis dalam penyediaan
glukosa darah untuk dipakai sebagai sumber energi. Selanjutnya, energi ini
digunakan untuk menahan guncangan fisiologis tubuh akibat stress (Pickering,
1981). Vitamin C dapat meningkatkan daya tahan ikan terhadap stress
(Ishibashi et al., 1992). Vitamin C dan E diketahui mempunyai kemampuan
meningkatkan aktivitas fagostik makrofag ikan (Hardi et al., 1990). Jika vitamin
C tersedia dalam jumlah yang cukup, pembentukan kolagen akan normal
dan ini akan mendukung pertumbuhan dan akhirnya efisiensi pemanfaatan
pakan meningkat. Kolagen ini merupakan komponen protein yang terbanyak,
yaitu sekitar 25 – 30% dari total protein tubuh (Combs, 1992). Berdasarkan
peran vitamin C tersebut, ikan dapat memanfaatkan protein dan melakukan
sitensis kolagen dengan baik sehingga pada akhirnya tercapai pertumbuhan
optimal. Peningkatan kualitas pakan standar dengan penambahan vitamin C,
vitamin E atau minyak capelin dapat meningkatkan jumlah telur yang baik.
Watanabe et al., (1983) melaporkan bahwa penambahan 200 mg vitamin E
asefat dalam pakan induk dapat meningkatkan pemijahan dan jumlah telur
yang mengapung dari 42,7% menjadi 77,9%. Juga dilaporkan meningkatnya
kandungan bahan – bahan larut lemak, seperti vitamin E dan astaxanthin atau
fosfolipid pada telur ikan efektif meningkatkan pemijahan.
Kekurangan vitamin C, asam pantotenat, dan piridoksin, terutama
menyebabkan hilangnya nafsu makan ikan sehingga ikan menjadi lemah dan
pada akhirnya menimbulkan kematian (Post, 1987). Sedangkan penelitian
Phromkunthong et al., (1993) pada ikan kerapu (Epinephelus malabaricus)
mengemukakan bahwa kekurangan vitamin C dapat menimbulkan pendarahan
(haemorrhages) pada sirip, ekor, otot, dan mata; deformasi operkulum; erosi
sirip ekor; ikan kehilangan keseimbangan; warna tubuh jadi gelap; dan
fotopobia; serta secara histologi terjadi hyperplasia pada lamella insang.
Sebelumnya, juga sudah dilaporkan behwa kekurangan asam pantotenat
dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia dan hipertrofi pada epitel
pernapasan dalam waktu singkat (Peters et al., 1984). Terjadinya hyperplasia
menyebabkan jarak antara darah dan oksigen terlarut dalam air meningkat dan
konsekuensinya tidak dapat terpenuhinya kebnutuhan oksigen pada jaringan
tubuh ikan (Phromkunthong et al., 1993). Kekurangan vitamin tidak langsung
menyebabkan kematian terhadap ikan tetapi bersifat kronis. Jika kekurangan
vitamin tersebut begitu serius, aktivitas enzim kimia akan menurun sampai
pada titik dimana fungsi sel akan terganggu dan penurunan nafsu makan,
pada akhirnya akan terjadi kerusakan sel dan kematian (Brin, 1964). Penelitian
Zafran et al.,(1998) pada benih kerapu bebek (cromileptes altivelis), dengan
menggunakan :
a. Ikan rucah yang dicampur vitamin mix dan peptidoglikan;
b. Ikan rucah diperkaya dengan vitamin mix; dan

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
149
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

c. Ikan rucah, menyebutkan bahwa tingkat kematian yang nyata baru terjadi
pada minggu ketujuh dan pada minggu kesembilan.
Semua ikan kerapu bebek yang diberi pakan ikan rucah sudah mengalami
kematian. Sampai pada minggu keenam, kerapu bebek yang diberi pakan
ikan rucah masih mampu bertahan hidup, tetapi pada minggu ketujuh diduga
kerusakan sel sudah mencapai tingkat yang dapat menyebabkan kematian
sihingga sintasan setelah delapan minggu mencapai 44,44%. Begitu juga,
pengaruh perlakuan pada bobot benih kerapu bebek. Mulai pada minggu
kelima terlihat bahwa nafsu makan ikan yang diberi makan iakn rucah saja
jauh menurun. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pertumbuhan negatif
pada minggu keenam. Demikian pula pada minggu – minggu selanjutnya, ikan
terlihat semakin lemah dan kurus. Pertumbuhan terbaik ternyata ditunjukkan
oleh ikan yang diberi makan ikan rucah yang diperkaya vitamin mix saja.
Meskipin begitu, jumlah vitamin yang dibutuhkan ikan jumlahnya sedikit
dibandingkan dengan zat pada makanan lainnya. Namun, jika ada kekurangan
salah satu vitamin saja akan mempengaruhi pertumbuhan ikan dengan gejala
– gejala yang tidak normal baik secara morfologi maupun fisiologi ikan.
Pada akhirnya akan terjadi kerusakan sel dan dapat menyebabkan kematian.
Kematian yang nyata akibat kekurangan vitamin biasanya terjadi pada minggu
ketujuh dan minggu kesembilan.

Tabel 6.4 Vitamin Premix yang digunakan per Kg pakan untuk Kerapu
Jenis Vitamin Dosis yang Digunakan
Vitamin A (retinol) 6.000 IU/kg minimal
Vitamin D3 (kolikalsiferol) 2.000 IU/kg minimal
Vitamin E (tokoferol) 200 mg/kg
Vitamin K (K3 menadion) 40 mg/kg
Vitamin B1 (tiamin) 120 mg/kg
Vitamin B2 (riboflavin) 40 mg/kg
Piridoksin 120 mg/kg
Asam pantotenat 100 mg/kg
Asam nikotinat 150 mg/kg
Biotin 0,75 mg/kg
Asam folat 6 mg/kg
Vitamin B12 (sianokobalamin) 0,04 mg/kg
Vitamin C (Na-askorbat) 1.000 mg/kg
Kolin klorida 1.500 mg/kg
Inositol 800 mg/kg
Sumber : Akbar,2000

Kebutuhan vitamin sangat dipengaruhi oleh jenis, laju pertumbuhan,


komposisi pakan, kondisi fisiologis, serta lingkungan perairan.

INDUSTRI PERIKANAN
150 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

5. Mineral
Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan komoditas
budidaya dalam jumlah yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat
penting. Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen utama dalm struktur
gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam-basa, menjaga
keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan, struktur dari
jaringan, dan sebagai penerus dalam system saraf dan kontraksi otot, fungsi
metabolism, sebagai komponen utama dalam enzim, vitamin, hormon, pigmen
dan sebagai enzim aktivator.
Berdasarkan jumlah yang diperlukan, mineral dapat digolongkan ke
dalam dua kelompok, yaitu makro mineral dan mikro mineral (trace mineral).
Makro mineral antara lain, kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium
(K), fosfor (P), klorida (Cl), dan sulfur (S). Sedangkan mikro mineral terdiri besi
(Fe), seng (Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), iodium (I), kobalt (Co), molibdenium
(Mo), nikel (Ni), fluor (F), khrom (Cr), silikon (Si), dan selenium (Se).
Menurut fungsinya, mineral dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu
fungsi structural, pernapasan, dan metabolism umum. Fungsi structural
adalah fungsi mineral untuk pembentukan struktur tubuh, seperti tulang, gigi,
dan sisik untuk ikan. Mineral yang banyak berperan dalam fungsi ini adalah
Ca, P, F, dan Mg. yang membantu pernapasan adalah Fe, Cu, dan Co. sedangkan
mineralyang membantu proses metabolism adalah semua mineral esensial,
baik makro maupun mikro. Termasuk berperan dalam metabolism adalah
pembentukan enzim, mengatur keseimbangan cairan tubuh dan beberapa
fungsi penting lainnya. Umumnya kekurangan mineral berpengaruh pada
pertumbuhan.
Kebutuhan mineral bagi ikan sangat bergantung pada konsentrasi air
tempat budidaya. Penambahan mineral dalam pakan yang berlebihan justru
akan berakibat negative bagi pertumbuhan ikan budidaya karena dapat
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan. Gejala defisiensi mineral, pada
umumnya tidak disebabkan oleh kadarnya yang rendah, tetapi lebih sering
terjadi karena ketidakseimbangan antara mineral dan nutrisi lainnya.

Tabel 6.5 Fungsi Mineral dan Kebutuhan untuk Ikan


Unsure Mineral Fungsi Gejala Kekurangan Kebutuhan
(Per Kg
Pakan Kering
Kalsium Pembentukan tulang Kurang jelas 5g
dan tulang rawan,
pembekuan darah, dan
kontraksi otot
Fosfor Pembentukan tulang, Lordosis, 7g
energy tinggi, ester pertumbuhan yang
fosfor, dan senyawa sangat kurang
organo-fosfor yang lain

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
151
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Unsure Mineral Fungsi Gejala Kekurangan Kebutuhan


(Per Kg
Pakan Kering
Magnesium Enzim yang merupakan Kehilangan selera, 500 mg
faktor pembantu yang pertumbuhan yang
luas terlibat dalam miskin, dan tetani
metabolism lemak,
karbohidrat, dan protein
Natrium Kation primer Tidak jelas 1 – 3 mg
monovalensi dari cairan
intraseluler, terlibat
keseimbangan asam-
basa dan osmoregulasi
Kalium Kation primer Tidak jelas 1 – 3 mg
monovalensi, terlibat
dalam gerakan urat saraf
dan osmoregulasi
Sulfur Bagian integral dalam Tidak jelas 3 – 5 mg
dari sulfur, asam amino,
dan kolagen, terlibat
dalam detoksifikasi
senyawa aromatic
Klorin Anion primer Tidak jelas 1 – 5 mg
monovalensi dalam
cairan seluler, komponen
cairan pencernaan (HCl);
keseimbangan asam-
basa
Besi Bagian esensial Mikrositik, 50 – 100 mg
dari heme dalam homokronik dan
hemoglobin, sitokrom, anemia
peroksidase, dan
sebagainya
Tembaga Komponen dari heme Tidak jelas 1 – 4 mg
dalam hemoglobin
(dari sefalopoda)
faktor pembantu dalam
tirosinase dan oksidasi
asam askorbit

INDUSTRI PERIKANAN
152 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Unsure Mineral Fungsi Gejala Kekurangan Kebutuhan


(Per Kg
Pakan Kering
Mangan Faktor pembantu untuk Tidak jelas 20 – 50 mg
arginase dan enzim
metabolisme tertentu
yang lain terlibat dalam
pembentukan tulang dan
regenerasi eritrosit
Kobalt Komponen logam Tidak jelas 5 – 10 mg
dari sianokobalamin
(B12), mencegah
anemia, terlibat dalam
metabolisme C1 dan C3
Seng Esensial untuk struktur Tidak jelas 30 – 100 mg
dan fungsi insulin,
factor pembantu untuk
anhidrase karbonat
Iodin Bagian dari tiroksin, Tiroid hyperplasia 100 – 300
melancarkan (gondok) mg
penggunaan oksigen
Molybdenum Factor pembantu Tidak jelas Sedikit
dari xantin, oksidase,
hidrogenase, dan
reduktase
Khromium Terlibat dalam Tidak jelas Sedikit
pembentukan kolagen
dan regulasi laju
metabolisme glukose
Flourin Komponen pembentukan Tidak jelas Sedikit
tulang
Sumber : Chow dan Schell, 1980

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
153
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

C. PAKAN ALAMI

Gambar 6.3 (a) pemberian pakan alami pada induk ikan cobia
(b) kolam kultur pakan alami
Sumber : Dok. BPBL Lampung

Pakan alami adalah pakan atau makanan yang langsung diperoleh dari alam
baik dari penangkapan, pemungutan ataupun dibudidayakan/kultur. Untuk pakan
alami yang dibudidaya dapat dibagi atas dua kelompok besar yaitu : penyediaan
pakan alami yang selektif dan penyediaan pakan alami nonselektif seperti
pemupukan di lahan perairan.
Agar dapat membudidayakan pakan alami maka harus dikuasai teknik
budidayanya yang didasarkan pada pengetahuan aspek biologi dan kimianya
yang mencakup: morfologi, tahapan stadia perkembangbiakkannya, daur hidup
dan habitat, kecepatan dan tingkat pertumbuhan, kebiasaan dan cara makan atau
unsur hara yang dibutuhkan untuk hidup dan pertumbuhan serta nilai gizi pakan
alami. Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa penggunaan pakan alami
dalam usaha budidaya ikan selalu ada antara lain :
1. Kandungan nutrisi yang tinggi dan sesuai bagi larva ikan serta dapat
ditingkatkan kandungan gizinya melalui pengayaan (enrichment).
2. Toleransi hidup terhadap lingkungan yang tinggi.
3. Laju reproduksi tinggi (misalnya: 0,7 – 1,4 kali/rotifera/hari).
4. Dapat diproduksi secara massal dengan melakukan budidaya intensif.
5. Ukuran tubuh pakan alami umunya kecil sehingga sesuai dengan ukuran
bukaan mulut larva ikan konsumsi dan ikan hias.
6. Mobilitas rendah artinya pakan alami ini memiliki gerakan yang lambat
sehingga menarik perhatian dan memudahkan larva untuk menangkapnya.
7. Autolisis artinya pakan alami ini mengandung enzim-enzim pencernaan yang
memudahkan larva dalam mencerna makanannya.
8. Tingkat pencemaran terhadap kualitas air dalam wadah budidaya rendah.
Pakan alami yang biasanya di budidayakan untuk kebutuhan larva ikan air tawar/

INDUSTRI PERIKANAN
154 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

payau/ dan laut dan juga tersedia di alam dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu, phytoplankton, zooplankton, dan benthos.
Phytoplankton adalah organisme air yang melayang-layang mengikuti pergerakan
air dan berupa jasad nabati. Dalam siklus hidupnya phytoplankton melakukan
proses fotosintesa dan berukuran kecil yaitu terdiri dari satu sel atau beberapa
sel. Bentuk phytoplankton antara lain : oval, bulat dan seperti benang.

Tabel 6.6 Beberapa jenis pakan alami yang sudah dibudidayakan secara massal.
ɥ
Kelas Species Ukuran ( m)
Mikroalga Skeletonema costatum 15-25
Chaetoceros muelleri 6-9
Tetraselmis chuii 8-16
Nannochloropsis oculata 2-5
Isochrysis galbana 3-7
Rotifera Brachionus sp (SS-type) 94-163
Brachionus rotundiformis 150-205
(S-type) Brachionus 162-243
plicatilis (L-type)
Brachiopoda Artemia salina 400-10000
Copepoda Tigriopus japonicus 100-900
Cladocera Moina sp 150-1.500
Daphnia sp 400-1.150

Phytoplankton yang hidup di dalam perairan ini akan memberikan warna


yang khas pada perairan tersebut seperti berwarna hijau, biru atau coklat. Hal ini
dikarenakan didalam tubuh phytoplankton terdapat zat warna atau pigmen. Zat
warna atau pigmen ini dapat diklasifikasikan yaitu :
1. Warna biru (Fikosianin)
2. Warna hijau (Klorofil)
3. Warna pirang (Fikosantin)
4. Warna merah (Fikoeritrin)
5. Warna kuning (Xantofil)
6. Warna keemasan (Karoten)
Phytoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat
menyebabkan perubahan warna pada air laut. Phytoplankton mempunyai fungsi
penting di perairan tawar, payau dan laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat
menghasilkan sendiri bahan organik untuk makanannya. Selain itu, phytoplankton
juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik
karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini, phytoplankton disebut
sebagai produser primer.Bahan organik yang diproduksi phytoplankton menjadi
sumber energi untuk menjalani segala fungsinya. Di samping itu energi yang
terkandung di dalam phytoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh
hewan laut seperti udang, ikan, cumi-cumi, sampai ikan paus yang berukuran
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
155
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

raksasa bergantung pada phytoplankton baik secara langsung atau tidak langsung
melalui rantai makanan. Berdasarkan zat warna yang dimiliki oleh alga ini, maka
alga dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelas diantaranya adalah:
1. Alga Hijau (Kelas Chlorophyceae)
2. Alga Coklat (Kelas Bacillariophyceae/kelas Phaephyceae)
3. Alga Keemasan (Kelas Chrysophyceae)
4. Alga Merah (Kelas Rhodophyceae)
5. Alga Hijau Kebiruan (Kelas Cyanophyceae)
Ada beberapa jenis phytoplankton yang sudah dapat dibudidayakan untuk
konsumsi udang, ikan dan ikan hias, antara lain:
1. Kelas Chlorophyceae, yang mempunyai ciri – ciri umum; berwarna hijau rumput
karena mengandung khlorofil, mempunyai empat bulu cambuk, reproduksi sel
terjadi secara vegetatif aseksual dan seksual. Sedangkan untuk ciri khusus
pada setiap jenisnya berbeda misalnya, Cholorococcum, dan Chlorella (bersel
tunggal tidak bergerak), Chlamydomonas, Euglena, Tetraselmis (bersel tunggal
dapat bergerak), Volvox, Scenedesmus (bentuk koloni dapat bergerak),
Hydrodictyon, Reticulatum (bentuk koloni yang tidak bergerak), Spyrogyra,
Oedogonium (bentuk benang), Ulva, Chara (bentuk lembaran)
2. Kelas Bacillariophyceae, mempunyai ciri – ciri ; berwarna coklat karena
mengandung silikat, berbentuk seperti cawan petri, reproduksi secara
pembelahan sel, bersel tunggal, misalnya Chaetoceros calcitran dan
Skeletonema costatum.
3. Kelas Cyanophyceae, mempunyai cirri – cirri ; berwarna hijua kebiruan karena
mengandung klorofil dan pigmen kebiru – biruan yaitu phycocyanin, berbentuk
benang yang melingkar seperti spiral, misalnya Spirulina
Jenis pakan alami yang kedua adalah zooplankton yaitu organisme air yang
melayang-layang mengikuti pergerakan air dan berupa jasad hewani. Ada beberapa
jenis zooplankton yang sudah biasa digunakan sebagai pakan khususnya larva
atau benih ikan,udang, maupun ikan hias dan sudah dapat dibudidayakan adalah:
1. Rotifera, yaitu Brachionus sp.
Cirri – cirinya antara lain ; berwarna putih, tubuhnya berbentuk seperti piala
dan mempunyai panjang 60 – 80 mikron meter, terlihat koronanya dan terdapat
bulu getar yang bergerak aktif, perkembangbiakannya dilakukan dengan dua
cara yaitu secara phartenogenesis dan seksual.
Gambar rotifera
2. Brachiopoda, yaitu Artemia salina
Cirri – cirinya adalah; telurnya berwarna coklat dengan diameter 200 –
300 mikron meter, sedangkan pada saat dewasa berwarna kuning cerah;
Perkembangbiakan dengan dua cara yaitu parthenogenesis dan biseksual;
Nauplius tubuhnya terdiri dari tiga pasang anggota badan yaitu antenula,
antenna I dan antenna II; Artemia dewasa berukuran 1 - 2 cm dengan sepasang
mata majemuk dan 11 pasang thoracopoda.
Gambar Artemia
3. Cladocera, yaitu Moina sp. Dan Daphnia sp.
Cirri – cirinya adalah; Berwarna merah karena mengandung haemoglobin;

INDUSTRI PERIKANAN
156 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Bergerak aktif; Bentuk tubuh membulat untuk moina dan lonjong untuk
daphnia; Perkembangbiakannya secara sexual dan parthenogenesis
4. Infosaria, yaitu Paramecium sp.
Cirri – cirinya antara lain adalah ; bersel tunggal; berwarna putih
Jenis pakan alami yang ketiga yang biasanya di berikan kepada ikan, larva dan
benih ikan/udang dan ikan hias adalah benthos. Benthos adalah organisma air
yang hidupnya di dasar perairan. Filum-filum Hewan Bentos di Perairan Laut
Dangkal 1. Chordata (Sub Filum Tunicata) 2. Arthropoda 3. Echinodermata 4.
Mollusca 5. Annelida 6. Nemertea 7. Platyhelminthes 8. Cnidaria 9. Porifera.
Filum Chordata Sub Filum Tunicata Secara sekilas hewan Tunicata tampak
seperti hewan spons (filum Porifera) tetapi susunan tubuh hewan Tunicata
lebih kompleks dibandingkan dengan hewan Porifera Satu ciri khas utama
hewan Tunicata adalah adanya Notochord yang terkadang terlihat dengan
mata telanjang dan berada di sisi dorsal (“punggung”) tubuh Lubang air
keluar Lubang air masuk Rhopalea sp. Ciri lain yang dimiliki hewan Tunicata
adalah: - Individu menempel pada substrat dan tidak dapat bergerak (sesil),
dapat berdiri sendiri ataupun berkoloni - Tubuh lunak dan bentuknya seperti
“tas” dan memiliki lapisan pelindung yang disebut dengan tunik - Umumnya
l ubang yang terletak pada bagian atas individu merupakan lubang tempat
masuknya air laut. Air laut disaring untuk mendapat makanan Tunik Atriolum
robustum
Filum Echinodermata Dalam bahasa Yunani Echinodermata berarti berkulit duri.
Ciri-ciri: -Seluruh permukaan tubuh ditutupi duri - Hewan memiliki kaki tabung
-Tubuh simetri radial pentamer. ada beberapa kelas yang termasuk dalam filum
echinodermata diantaranya :
1. Kelas Crinoidea Yang termasuk ke dalam kelas ini ialah jenis-jenis lili laut
2. Kelas Stelleroidea Kelas ini mencakup jenis-jenis bintang laut, bintang
mengular, bulu seribu, dan bantal raja Bantal Raja ( Culcita sp.) Bintang laut
Bulu seribu ( Acanthaster planckii )
3. Kelas Echinoidea Kelas ini mencakup jenis-jenis bulu babi (bulu jane),
manggis-manggis dan dolar pasir Manggis-manggis ( Mespilia globulus ) Dolar
pasir ( Clypeaster sp.) Bulu babi ( Echinothrix calamaris )
4. Kelas Holothuroidea Kelas ini terdiri dari beragam jenis-jenis teripang
Filum Arhtropoda Semua hewan dalam filum Arthropoda memiliki rangka luar
(eksoskeleton) yang bersegmen-segmen Tubuh terbagi atas segmen-segmen,
dan pada umumnya terdapat penggabungan antarkelompok segmen tubuh
(tagmatisasi) menjadi bagian yang khusus; yaitu Cephal (kepala), Thorax (dada),
dan Abdomen (perut). Yang termasuk hewan filum Arthropoda adalah: jenis-jenis
udang, jenis-jenis kepiting, dan jenis-jenis teritip Udang anemon ( Periclimenes
brevicarpalis ) Kepiting kotak ( Calappa calappa) Teritip ( Balanus sp.).
Filum Mollusca Hewan bertubuh lunak Umumnya dilindungi oleh cangkang; baik
eksternal maupun internal, tetapi ada juga hewan Mollusca yang tidak memiliki
cangkang. Filum Mollusca dapat dibagi menjadi beberapa kelas yang mungkin
sering dijumpai di perairan dangkal, yaitu: Gastropoda, Pelecypoda, Cephalopoda.
1. Kelas Gastropoda, merayap menggunakan “kaki” yang berada di bawah
perutnya. ada yang bercangkang eksternal, internal, maupun tidak

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
157
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

bercangkang. jenis-jenis siput dan keong, jenis-jenis kelinci laut, dan jenis-
jenis siput telanjang (nudibranch), Tanpa cangkang Keong Racun ( Conus sp.)
Cangkang Eksternal Cangkang Internal Kelinci Laut ( Pleurobranchus forskalii)
2. Kelas Pelecypoda, Memiliki cangkang setangkup, bergerak menggunakan
“kaki” yang berbentuk kapak; Kima raksaksa ( Tridacna squamosa ) Hyotissa
hyotis
3. Kelas Cephalopoda Nama cephalopoda berarti “kaki kepala”, karena alat gerak
hewan pada kelas ini berupa tentakel di dekat kepalanya. Sotong Gurita
Filum Annelida Tubuh lunak, lonjong memanjang, pada permukaan tubuh terlihat
segmen-segmen menyerupai cincin mengelilingi tubuhnya Cacing pohon natal (
Spirobranchus giganteus) Eunice sp. Cacing karang/Cacing Kipas ( Sabellastartre
sp.).
Filum Platyhelminthes Tubuh pipih, lunak, dan memanjang; itulah ciri-ciri hewan
Platyhelminthes. Walaupun tampak seperti nudibranch hewan ini tidak memiliki
organ pernafasan seperti halnya nudibranch/Pseudoceros sp.
Filum Cnidaria, Dinamakan filum Cnidaria karena semua hewan dalam filum ini
memiliki cnidoblas (sel-sel penyengat) di dalam tentakelnya. Hewan filum Cnidaria
ada yang hidup berkoloni seperti jenis-jenis karang keras yang berkoloni dan ada
yang hidup soliter. Misalnya, Koloni karang keras Tubastraea sp. karang keras
soliter Fungia sp. Jenis-jenis hewan lain yang termasuk ke dalam filum Cnidaria
adalah: kipas laut, akar bahar, jelatang, dan zoanthids. Kipas laut ( Semperina sp.)
Soft coral/ Karang lunak ( Dendronephthya sp.)
Filum Porifera, Hewan Porifera adalah koloni hewan bersel satu, bentuk hewan
yang kita lihat adalah koloni dari berjuta-juta hewan bersel tunggal, Disekujur
tubuh koloni yang kita lihat terdapat pori-pori kecil yang berguna sebagai jalan
masuk air. Air laut disaring untuk mendapat makanan. Lubang terbesar pada
koloni merupakan lubang tempat keluarnya air  

D. PAKAN BUATAN

Gambar 6.4 Kegiatan produksi pakan buatan


Sumber : Dok. BPBL Lampung

INDUSTRI PERIKANAN
158 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat berdasarkan formulasi tertentu


sehingga kandungan gizinya lebih lengkap sesuai dengan kebutuhan biota
budidaya, pakan buatan bisa terbuat dari bahan makanan baik nabati maupun
hewani. Penggunaan pakan buatan dinilai lebih baik untuk budidaya sistem
intensif, ada beberapa keunggulan dari penggunaan pakan buatan antara lain :
1. Dapat diramu dan dibuat sesuai dengan kebutuhan nutrisi komoditas yang
dibudidayakan;
2. Dapat disimpan dalam waktu yang lama;
3. Penyimpanannya lebih mudah dan lebih sederhana;
4. Pemberiannya lebih mudah;
5. Ketersediaan dan kontinuitasnya dapat ditentukan;serta
6. Lebih higienis.
Dalam usaha budidaya perikanan, pakan mampu memangkas biaya
operasional sampai dengan 60% dari total biaya produksi budidaya. Untuk itu,
guna menekan biaya produksi dalam budidaya, para pembudidaya bahkan kita
sebagai tenaga terampil diharapkan dapat memproduksi atau membuat pakan
sendiri. Pakan yang kita buat sendiri memliki keuntungan tersendiri seperti yang
sudah disebutkan diatas, dibandingkan jika kita membeli di pasar. Karena setiap
jenis komoditas yang dipelihara mempunyai kebutuhan nutrisi/ zat gizi yang
spesifik.
Tabel 6.7 Formula pakan untuk Benih Kerapu Bebek (Cromileptes Altivelis)
Bahan Baku Persentase (%) Nilai Nutrisi
Tepung ikan 51,0 Protein : 57,50%
Tepung Kedelai 11,6 Lemak : 10,98%
Ikan rucah giling 13,0 Serat kasar : 16,50%
Kasein 9,1 Abu : 10,55%
Minyak ikan 0,0
Minyak cumi 2,0
Lesitin 2,0
Vitamin mix 0,4
Mineral mix 0,3
Dekstrin 0,0
Kanji 2,8
Selulosa 7,7
Sumber : Akbar, 2000

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
159
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 6.8 Formula Pakan untuk Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus Suilus) Dewasa
Bahan Baku Persentase (%) Nilai Nutrisi
Tepung ikan cokelat 50,21 Protein : 41,30%
Tepung kedelai 12,06 Lemak : 13,46%
Tepung cumi 15,42 Serat kasar : 3,11%
Tepung beras 12,85 Abu : 10,46%
Tepung singkong 5,42 Karbohidrat : 31,67%
Minyak cumi 2,00 Air : 0,00%
CMC 0,03 Energi : 360,60 (kkal/g
Vitamin C 1,00 pakan)
vitamin mix 2,00
Sumber : Ahmad et al., 1992

Pakan buatan pada umumnya ada dua jenis, pakan terapung dan pakan
tenggelam. Dalam pembuatan pakan, salah satu faktor penting yang harus
diketahui adalah metode menyusun formulasi pakan. Formulasi digunakan sebagai
rumusan untuk mendapatkan jumlah bahan baku dan kandungan nutrisi yang
akan digunakan untuk membuat pakan. Penyusunan formulasi pakan, yang paling
utama adalah memperhatikan penghitungan nilai kandungan protein karena zat
gizi ini merupakan komponen utama dalam pertumbuhan. Apalagi bahan baku
protein termasuk bahan yang paling banyak dibutuhkan dalam pembuatan pakan
dan harganya pun relatif mahal. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah
ketersediaan bahan baku pembuatan pakan, karena ketersediaannya sangat
terbatas disebabkan oleh bahan – bahan tersebut digunakan juga sebagai bahan
makanan manusia. Oleh karena itu, penggunaannya kurang memungkinkan,
kecuali apabila ketersediaan bahan tersebut dalam keadaan surplus. Untuk itu
sebagai pembudidaya kita dituntut harus kreatif dalam mencari alternative –
alternative bahan baku pakan yang ketersediaannya cukup dan harga pun relative
murah namun tidak mengurangi kandungan nutrisi yang ada dalam bahan baku
pakan. Sumber bahan baku untuk pakan berasal dari bahan hewani dan bahan
nabati, dan utntuk memperoleh bahan baku yang murah, ketersediaannya juga
tidak sulit didapatkan, dan kandungan protein tetap tinggi bisa didapat dari
limbah bahan hewani dan limbah bahan nabati.
Terdapat beberapa cara atau metode untuk menyusun formulasi pakan,
tetapi yang paling umum dan mudah dilakukan adalah dengan menggunakan
metode persegi pearson’s atau biasanya disebut pearson’s square. Metode ini
dikembangkan oleh Karl Pearson, yang pada abad ke 19 telah menjadi pelopor
penggunaan metode statistic dalam berbagai penelitian bidang biologi maupun
pemecahan berbagai permasalahan yang bersifat sosio ekonomis. Metode
ini biasanya digunakan untuk menggambarkan kadar nutrisi protein, lemak,
karbohidrat atau nutrisi lain yang diperlukan oleh biota air, seperti vitamin
dan mineral. Dasar dalam penyusunan formulasi pakan menggunakan metode
ini adalah adanya pembagian tingkatan protein bahan-bahan pakan. Tingkatan
tersebut dibagi menjadi 2, yaituprotein basaldan protein suplemen. Tahukah

INDUSTRI PERIKANAN
160 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

anda perbedaan dari protein basal dan protein suplemen ? perhatikan tabel 11
di bawah ini !

Tabel 6.9 Jenis bahan baku dan kandungan nutrisinya

JENIS BAHAN PROTEIN KARBOHIDRAT LEMAK TINGKATAN PROTEIN


BAKU (%) (%) (%) BASAL SUPLEMEN
Tepung terigu 8,90 77,30 1,30
Tepung kedelai 39,6 29,50 14,30
Tepung daun 27,54 21,30 4,73
turi
Tepung jagung 7,63 74,23 4,43
Tepung ikan 62,65 5,81 15,38
import
Tepung rebon 59,40 3,20 3,60
Dedak padi 11,35 28,62 12,15
Tepung bekicot 54,29 30,45 4,18
Bungkil kelapa 18,7 64 4,5
sawit
Tepung kepala 53,74 0 6,65
udang
Tepung darah 71,45 13,32 0,42
Silase ikan 18,20 - 1,20
Ampas tahu 23,55 43,45 5,54

Hal penting yang harus diketahui bahwa protein basal adalah semua bahan baku
pakan, baik nabati, hewani dan limbah industry, yang memiliki kandungan protein
kurang dari 20 % sedangkan protein suplemen adalah semua bahan baku pakan,
baik nabati, hewani dan limbah industry, yang memiliki kandungan protein lebih
dari 20%.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini
adalah :
1. Nilai protein yang diletakkan di tengah kotak harus memiliki nilai di antara
rata–rata protein basal dan suplemen yang diletakkan di sisi kiri kotak
Tepung ikan 60%
30%
Tepung jagung 11%

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
161
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Kandungan protein yang diinginkan, yaitu sebesar 30%, yang berada di tengah
kotak memilki nilai diantara 11% (tepung jagung) dan 60% (tepung ikan).
Apabila tepung ikan digantikan dengan bahan baku lain seperti silase ikan
yang memiliki kandungan protein sebesar 18%, maka metode perhitungan
tidak akan bisa dilakukan, karena nilai 30% berada diluar nilai 11% dan 18%
2. Abaikan hasil yang diperoleh dari pengurangan antara protein yang
diinginkan dengan protein yang terkandung dalam bahan (terletak disebelah
kanan kotak), jika hasilnya negative
Metode Pearson’s square digunakan dalam penyusunan formulasi pakan
menggunakan 2 bahan baku pakan, menggunakan lebih dari 2 bahan baku,
menggunakan lebih dari 2 bahan baku dengan penentuan jumlah/bagian bahan
yangdigunakan, atau menggunakan kombinasi beberapa bahan baku yang sudah
ditetapkan persentasenya.
1. Formulasi pakan menggunakan dua bahan baku
Contoh : akan dibuat pakan sebanyak 10 kg kandungan protein 35%
menggunakan bahan baku berupa tepung ikan (mengandung 65% protein)
dan dedak (mengandung 12% protein). Hitunglah kebutuhan masing- masing
bahan !
Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk menyusun
formulasinya :
Langkah 1
Buat kotak segi empat, kemudian cantumkan nilai protein yang diinginkan di
tengah-tengah kotak segi empat yang telah dibuat

Langkah 2
Letakkan nilai protein masing – masing bahan baku yang telah ditentukan di
sudut kiri atas dan bawah kotak segi empat

Tepung ikan 65%


35%

Dedak 12%
Nilai protein bahan baku dapat diletakkan secara terbalik, misalnya untuk nilai
protein dedak halus (12%) diletakkan di sudut kiri atas bawah, sedangkan
nilai protein tepung ikan (65%), diletakkan pada sudut kiri bawah.
Langkah 3
Kurangkan jumlah protein yang terdapat dalam bahan baku dengan protein
yang diinginkan dalam kotak dan letakkan hasilnya secara diagonal disudut
kanan kotak (tanda positif maupun negative tidak perlu dicantumkan)

INDUSTRI PERIKANAN
162 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tepung ikan
65% 23%

Dedak
12% 30%

Nilai 30% pada sudut kanan bawah kotak segi empat diperoleh dari : 65%
- 35% = 30% sedangkan nilai 23% pada sudut kanan ata kotak segi empat
diperoleh dari : 12% - 35% = - (23%) (abaikan tanda negatifnya)
Perhatian : hasil pengurangan harus selalu diletakkan secara diagonal
Langkah 4
Jumlahkan kedua hasil pengurangan tersebut
Tepung ikan 65% 23%

Dedak 12% 30% +


53%
Langkah 5
Menghitung kebutuhan setiap bahan baku untuk memperoleh komposisi
bahan baku yang diperlukan. Kebutuhan setiap bahan baku diperoleh dengan
membagi hasil pengurangan (langkah 3) dengan jumlah hasil pengurangan
(langkah 4) dikalikan dengan 100%. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut
:
Tepung ikan

Dedak

Jadi untuk membuat pakan yang mengandung 35% protein, membutuhkan


bahan berupa tepung ikan sebanyak 43,40% dan dedak sebanyak 56,60%.
Langkah 6
Membuktikan perolehan hasil perhitungan
Untuk membuktikan bahwa dalam komposisi tersebut mengandung kadar
protein 35% dilakukan dengan mengalikan kandungan protein pada bahan
baku dengan kendungan protein yang digunakan seperti pada Tabel, sebagai
berikut :
Tabel 6.10 nama bahan, kandungan protein, jumlah bahan dan hasil kali
Kandungan protein Jumlah bahan yang
Nama bahan Hasil kali
dalam bahan baku dibutuhkan
Tepung ikan 65 43,40% 28,21
dedak 12 56,60% 6,80
Jumlah protein dalam pakan (%) 35,01

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
163
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Langkah 7
Menghitung kebutuhan setiap bahan baku dalam bentuk bobot kering.
Untuk membuat pakan berprotein 35% sebanyak 10 kg (10.000 gram)
diperlukan bahan baku tepung ikan dan dedak, dengan komposisi sebagai
berikut :
Tepung ikan = 43,40% X 10.000 gram = 4.340 gram
Dedak = 56,60% X 10.000 gram = 5.660 gram
Jumlah total seluruh bahan adalah :
4.340 gram + 5.660 gram = 10.000 gram
a. formulasi pakan menggunakan lebih dari dua bahan baku
Pakan ikan yang dibuat menggunakan lebih dari 2 bahan baku sangat
memungkinkan untuk diselesaikan menggunakan metodePearson’s square.
Satu hal yang perlu diperhatikan jika menggunakan lebih dari 2 bahan baku
adalah pengelompokkan setiap bahan baku tersebut ke dalam protein basal
dan suplemen. Masih ingatkah anda dengan perbedaan antara protein basal
dan suplemen ?
Contoh : akan dibuat pakan untuk ikan Kerapu berprotein 40% sebanyak 15
kg menggunakan bahan baku sebagai berikut :
Jenis bahan baku Kandungan protein (%)
Tepung ikan cokelat 62,65 (%)
Tepung kedelai 39,60 (%)
Dedak halus 11,35 (%)
Tepung beras 8,90 (%)
Tepung singkong 7,63 (%)

2. Tentukan komposisi yang tepat dari masing – masing bahan baku tersebut !
3. Hitunglah bobot kering masing – masing bahan bakunyang dibutuhkan !
Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk menyusun
formulasinya :
Langkah 1
Kelompokkan bahan baku yang tergolong ke dalam protein basal dan protein
suplemen. Kemudian jumlah dan rata – ratakan.
Sebagai pengingat kembali, bahwa yang dimaksud dengan protein basal
adalah seluruh bahan baku yang memiliki nilai protein <20%, dan protein
suplemen adalah seluruh bahan baku yang memiliki nilai protein >20%. Dari
tabel bahan baku diatas, diperoleh kelompok protein suplemen dan protein
basal sebagi berikut :

INDUSTRI PERIKANAN
164 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Protein basal (%) Protein Suplemen (%)


Dedak halus 11,35 T. ikan cokelat 62,65
Tepung beras 8,90 Tepung kedelai 39,60
Tepung Singkong 7,63
Jumlah 27,88% Jumlah 102,25%
Rata - rata 9,29% Rata - rata 51,13%

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa rata–rata protein basal sebesar


9,29% (diperoleh dari 27,88% : 3) dan rata–rata protein suplemen sebesar
51,13% (diperoleh dari 102,25% : 2).
Setelah diketahui rata–rata protein basal dan suplemen, langkah selanjutnya
adalah menghitung komposisi antara protein basal dan suplemen. Langkah
penghitungannya sama seperti pada langkah penghitungan menggunakan 2
bahan baku
Langkah 2
Buat kotak segi empat, dan cantumkan nilai protein yang diinginkan di
tengah–tengah kotak segi empat yang telah dibuat. Kemudian letakkan rata-
rata nilai protein basal dan suplemen di sisi kiri atas dan bawah kotak segi
empat.
Protein Basal 9,29%
40%
Protein Suplemen 51,13%

Langkah 3
Kurangkan jumlah protein yang terdapat dalam bahan baku dengan
protein yang diinginkan dalam kotak dan letakkan hasilnya secara diagonal
(berlawanan) di sudut kanan kotak (tanda positif maupun negatif tidak perlu
dicantumkan). Selanjutnya, jumlahkan hasil pengurangannya.

Protein Basal 9,29% 11,13%

Protein Suplemen 51,13% 30,71% +


41,84 %

Nilai 30,71% padasisikanan bawah kotak segi empat diperoleh dari :9,29
%-40 % = 30,71% (tanda negatif diabaikan); dan Nilai11,13 % pada sisi
kanan atas kotak segi empat diperoleh dari : 51,1,3 %-40 % = 11,13 %
Langkah 4
Menghitung kebutuhan setiap bahan bakuuntuk memperoleh komposisi
bahan baku yang diperlukan
Kebutuhan setiap bahan baku diperoleh dengan membagi hasil pengurangan
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
165
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

dengan jumlah hasil pengurangan dikalikan 100%. Sehingga diperoleh hasil


sebagai berikut :
Protein Basal

Protein Suplemen
membutuhkan protein basal sebanyak 26,60% dan protein suplemen
sebesar 73,40%. Oleh karena bahan baku yang termasuk dalam protein basal
ada tiga, yaitu dedak halus, tepung terigu dan tepung jagung,maka komposisi
masing–masing bahan baku adalah : Dedak halus = 26,60% : 3= 8,87%
Tepung beras= 26,60% : 3= 8,87%
Tepung singkong= 26,60% : 3= 8,87%
Sedangkan bahan baku yang termasuk dalam protein suplemen ada dua, yaitu
tepung ikan cokelat dan tepung kedelai,maka komposisi masing–masing
bahan baku adalah:
Tepung ikan cokelat = 73,40% : 2= 36,70%
Tepung kedelai = 73,40% : 2= 36,70%
Langkah 5
Membuktikan perolehan hasil perhitungan
Untuk membuktikan bahwa dalam komposisi tersebut mengandung kadar
protein 40% dilakukan dengan mengalikan kandungan protein pada bahan
baku dengan kandungan protein yang digunakan sebagai berikut :
Nama bahan Kandungan protein Jumlah bahan yang Hasil kali
dalam bahan baku dibutuhkan (axb)
(a) (b)
Tepung ikan 62,65 36,70 % 22,99%
cokelat
Tepung kedelai 39,60 36,70 % 14,53%
Dedak halus 11,35 8,87% 1,01%
Tepung beras 8,90 8,87 % 0,79%
Tepung singkong 7,63 8,87 % 0,68%
Jumlah protein dalam pakan (%) 40

Langkah 6
Menghitung kebutuhan setiap bahan baku dalam bentuk bobot kering
Untuk membuat pakan berprotein 40% sebanyak 15 kg (15.000 gram) diperlukan
bahan baku dengan komposisi sebagai berikut :

INDUSTRI PERIKANAN
166 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

MATERI PEMBELAJARAN

Tepung ikan cokelat = 36,70% X 15.000 gram = 5.505 gram


Tepung kedelai = 36,70% X 15.000 gram = 5.505 gram
Dedak halus = 8,87% X 15.000 gram = 1.330,5 gram
Tepung beras = 8,87% X 15.000 gram = 1.330,5 gram
Tepung singkong = 8,87% X 15.000 gram = 1.330,5 gram

LEMBAR PRAKTIKUM

Buatlah kelompok kerja, masing – masing kelompok berjumlah antara 3-4 siswa.
1. Tujuan agar siswa mampu :
a. Membiasakan diri bekerja sama secara tim dan mampu berkolaborasi
dalam menyelesaikan permasalahan.
b. Memahami tentang :
1) Komposisi dan jenis pakan buatan
2) Kandungan nutrisi yang terkandung dalam pakan
c. Memiliki keberanian berkomunikasi dan menyampaikan ide/gagasan
kepada orang lain
d. Jujur dan bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan melalui kegiatan
persentasi
2. Tugas masing – masing kelompok :
Lakukan identifikasi tentang :
a. Komposisi dan jenis pakan buatan
b. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam pakan buatan
c. Buatlah laporan berdasarkan hasil diskusi kelompok! Jika menemukan
hal lain yang belum jelas tanyakan pada guru pembimbing.
3. Presentasikan secara bergantian dengan kelompok lainnya
Langkah kerja :
a. Baca dan pahami materi tentang kebutuhan pakan komoditas perikanan
b. Baca dan pahami tentang kandungan nutrisi yang terkandung dalam
pakan buatan
c. Lakukan identifikasi tentang komposisi dan jenis pakan buatan pada
kolom lembar kerja yang tersedia !
d. Lakukan identifikasi tentang kandungan nutrisi yang terkandung dalam
pakan pada kolom lembar kerja yang tersedia !

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
167
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

LEMBAR PRAKTIKUM

Lembar Kerja
Nama kelompok :
Nama Anggota :
Kelas :
Identifikasi komposisi dan jenis pakan buatan

Contoh pakan Parameter yang diamati Indikator


Pakan 1 Ukuran ……..
……..
Warna ……..
……..
Aroma ……..
……..
Pakan 2 Ukuran ……..
……..
Warna ……..
……..
Aroma ……..
……..

Identifikasi kandungan nutrisi dalam pakan


Contoh pakan Parameter yang indikator Jumlah yang
diamati terkandung
Pakan 1 Komposisi nutrisi Protein :…………..%
Karbohidrat :…………..%
Lemak :…………..%
Kadar air :…………..%
lainnya :…………..%
Pakan 2 Komposisi nutrisi Protein :…………..%
Karbohidrat :…………..%
Lemak :…………..%
Kadar air :…………..%
Lainnya :…………..%

INDUSTRI PERIKANAN
168 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

CONTOH SOAL

Harga tepung ikan impor dengan kandungan protein 66% adalah Rp. 15.000/kg,
sedangkan harga tepung ikan lokal yang mengandung protein 40% adalah Rp.
12.000/kg.
Lakukan langkah – langkah perhitungan di bawah ini untuk mendapatkan harga
yang terkandung dalam setiap kg protein pakan.
1. Bagi harga tepung ikan impor dengan jumlah bagian protein yang terkandung
dalam 1 kg tepung ikan
2. Kalikan dengan 1 kg Berapa hasil yang anda peroleh ? Tepung ikan manakah
yang berharga lebih murah ?
Penyelesaian
Tepung ikan impor = X 1000g = Rp. 22.727/kg protein

Tepung ikan lokal = X 1000 g = Rp. 30.000/kg protein

Dari hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa harga tepung ikan impor
lebih murah dibandingkan dengan harga tepung ikan

CAKRAWALA

Tingginya harga pakan menjadi tantangan bagi pengembangan budidaya


perikanan. Karenanya, Kementerian Kelautan dan Perikanan berencana
mengembangkan produksi pakan alternatif secara masif. Magot salah satunya.
Saat ini, kata Sjarief, ada 21 perusahaan di tanah air telah mengembangkan
produksi magot. Beberapa di antaranya Biomagg (Depok), Great Giant Pineapple
(Lampung), PT Maggot Indonesia Lestari (Bogor), ACEL (Tangerang), Morodasdi
Farm (Blitar), dan Kampung Lala (Banyumas).
“Ini menunjukkan bahwa produksi magot dapat dijalankan dalam jumlah besar
komersial. Terlebih, saat ini pemerintah tengah menggenjot budidaya perikanan
sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo,” ucap Sjarief.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
169
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

CAKRAWALA

Sebagai salah satu langkah untuk mewujudkannya, KKP berencana untuk


mengembangkan 7 lokasi pusat budidaya magot yang tersebar di seluruh
Nusantara yakni Sukabumi, Karawang, Situbondo, Jepara, Banjar, Tatelu (Manado),
dan Jambi.
Mengenai komponen pakan dalam budidaya perikanan, Sjarief menjelaskan, hal
ini sangat krusial mengingat bahan baku pakan harus memiliki kandungan gizi
yang baik, mudah didapatkan, mudah diproses, mengandung zat gizi tinggi, dan
memiliki harga yang terjangkau.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai kebutuhan pakan komodiras


perikanan anda dapat mempelajari secara mandiri di internet. Di internet kalian
bisa mencari lebih jauh tentang materi. Salah satu website yang dapat menambah
wawasan dan pemahaman kalian tentang kebutuhan pakan komoditas perikanan
adalah sebagai berikut : https://www.poultryshop.id/2016/09/mengenal-pakan-
ikan-alami-dan-buatan.html dan https://news.kkp.go.id/index.php/kkp-akan-
masifkan-produksi-pakan-alternatif-magot/

RANGKUMAN

1. Pakan merupakan peristilahan yang digunakan dalam dunia perikanan yang


mempunyai arti makanan
2. Pakan alami adalah pakan yang di peroleh dari alam atau ketersediaannya
dari alam
3. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat sepenuhnya oleh pabrik dengan
memperhatikan kandungan – kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh
komoditas yang di budidayakan
4. Nutrisi (nutrition) adalah kandungan gizi yang dikandung pakan, yang
diberikan kepada komoditas budidaya.

INDUSTRI PERIKANAN
170 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

RANGKUMAN

5. Beberapa komponen nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam pakan,
antara lain, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
6. Protein merupakan senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak asam
amino yang mengandung unsur – unsur karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O),
dan Nitrogen (N) yang tidak dimiliki oleh lemak atau kerbohidrat.
7. Lemak dan minyak yang lazim disebut lipid merupakan sumber energi paling
tinggi dalam pakan. Lemak dan minyak adalah senyawa organic yang tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelerut organik. Dasar perbedaan antara
lemak dan minyak adalah pada titik cairnya (melting point).
8. Karbohidrat merupakan senyawa organic yang terdiri atas serat kasar dan
bahan bebas tanpa nitrogen (nitrogen free extract) atau dalam bahasa
Indonesia disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Jadi, unsur – unsur
karbohidrat terdiri atas karbon, hydrogen, dan oksigen dalam perbandingan
yang berbeda – beda. Karbohidrat dalam bentuk yang sederhana, umumnya
lebih mudah larut dalam air daripada lemak atau protein.
9. Zat organik yang dibutuhkan tubuh komoditas budidaya perikanan dalam
jumlah yang sedikit adalah vitamin, dalam jumlah sedikit tetapi sangat penting
untuk mempertahankan perkembangan dan pemeliharaan kondisi tubuh.
10. Vitamin yang larut dalam air, antara lain, tiamin (B1), riboflavin (B2), asam
pantotenat (B6), biotin dan kobalamin (B12), vitamin C, dan lain – lain.
Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak antara lain retinola (vitamin A),
kolekalsiferol atau elgoklasiferol (vitamin D), alfa tokoferol (vitamin E), dan
menadion (vitamin K).
11. Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan komoditas budidaya
dalam jumlah yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting.
Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen utama dalm struktur gigi
dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam-basa, menjaga
keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan, struktur dari
jaringan, dan sebagai penerus dalam system saraf dan kontraksi otot, fungsi
metabolism, sebagai komponen utama dalam enzim, vitamin, hormon, pigmen
dan sebagai enzim aktivator.
12. Pakan alami yang biasanya di budidayakan untuk kebutuhan larva ikan
air tawar/payau/ dan laut dan juga tersedia di alam dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu, phytoplankton, zooplankton, dan benthos.
13. Phytoplankton adalah organisme air yang melayang-layang mengikuti
pergerakan air dan berupa jasad nabati.
14. Zooplankton yaitu organisme air yang melayang-layang mengikuti pergerakan
air dan berupa jasad hewani.
15. Benthos adalah organisma air yang hidupnya di dasar perairan. Filum-filum
Hewan Bentos di Perairan Laut Dangkal 1. Chordata (Sub Filum Tunicata)
2. Arthropoda 3. Echinodermata 4. Mollusca 5. Annelida 6. Nemertea 7.
Platyhelminthes 8. Cnidaria 9. Porifera.
16. Pakan buatan pada umumnya ada dua jenis, pakan terapung dan pakan
tenggelam. Dalam pembuatan pakan, salah satu faktor penting yang harus
diketahui adalah metode menyusun formulasi pakan.

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
171
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

RANGKUMAN

17. Penyusunan formulasi pakan, yang paling utama adalah memperhatikan


penghitungan nilai kandungan protein karena zat gizi ini merupakan
komponen utama dalam pertumbuhan.
18. Terdapat beberapa cara atau metode untuk menyusun formulasi pakan,
tetapi yang paling umum dan mudah dilakukan adalah dengan menggunakan
metode persegi pearson’s atau biasanya disebut pearson’s square.

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan eksperimen pengujian sederhana pakan buatan terapung (kecepatan


tenggelam dan daya hancur pakan). Untuk pengujian sederhana anda hanya
memerlukan air dalam sebuah gelas kimia atau sejenisnya
2. Tuliskan pengalaman anda selama melakukan eksperimen/pengujian

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal dibawah ini dengan baik dan benar !


1. Jelaskan komponen nutrisi yang harus terkandung dalam pakan
2. Tuliskan jenis – jenis pakan alami yang biasa digunakan dalam budidaya
perikanan!
3. Jelaskan jenis – jenis pakan alami phytoplankton berdasarkan kelasnya serta
cirri – cirinya!
4. Mengapa perlu dilakukan penyusunan formulasi pakan dalam produksi
pakan buatan!
5. Coba anda jelaskan yang dimaksud dengan formulasi pakan!
6. Metode – metode apa saja yang biasa digunakan dalam penyusunan
formulasi pakan!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ke VI ini, anda tentu menjadi paham tentang kebutuhan
pakan komoditas perikanan yang meliputi : kebutuhan nutrisi pakan, jenis – jenis
pakan alami, dan formulasi pakan buatan.
Dari semua materi yang sudah dijelsakn dalam bab ke VI ini, bagian mana yang
menurut anda paling sulit dipahami? Coba anda diskusikan dengan teman maupun
guru anda. Karena bab ini menjadi dasar untuk materi- materi selanjutnya.

INDUSTRI PERIKANAN
172 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP
SEMESTER GENAP

A. PILIHAN GANDA
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Dibawah ini yang termasuk ke dalam kelompok parameter fisika air adalah…
a. Salinitas, suhu, oksigen terlarut
b. Oksigen terlarut, karbondioksida bebas, ammonia
c. Intensitas cahaya, kekeruhan, suhu
d. Gas metana, suhu, salinitas

2. Berdasarkan hubungan intensitas matahari dengan kemampuan fotosintesis di


perairan secara vertikal terbagi menjadi…
a. Mintakat eufotik, disfotik, afotik c. Mintakat abiotik, disfotik, afotik
b. Mintakat eufotik, disfotik, biotic d. Mintakat eufotik, biotik, abiotik

3. Penyebaran suhu di laut terutama disebabkan oleh…


a. Intensitas matahari c. Kekeruhan dan kecerahan
b. Pergerakan air (arus dan turbulensi) d. Salinitas

4. Stratifikasi suhu pada kolom air pada lapisan epilimnion memiliki penurunan suhu
yang relatif kecil yaitu…
a. Konstan b. 21 °C menjadi 15 °C
c. 28 °C menjadi 21 °C d. 32 °C menjadi 28 °C

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan air adalah…


a. Bahan organik dan garam-garam terlarut
b. Kekeruhan dan kecerahan air
c. Padatan tersuspensi dan padatan terlarut
d. Oksigen dan karbondioksida bebas

6. Lokasi di bumi akan mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari
dikenal dengan istilah…
a. Tide generating force b. Spring tide
c. Neap tide d. Semi diurnal tides

7. Bahan organik di perairan biasanya dimanfaatkan oleh…


a. Perkembangan alga dan jasad renik c. Menambah kekeruhan air
b. Meningkatkan suhu perairan d. Meningkatkan salinitas air

8. Unsur hara yang sangat diperlukan oleh organisme nabati dalam perairan adalah…
a. unsur N, Cu, Vd c. unsur N, P, Mo
b. unsur N, P, Mg d. unsur N, Mg, Zn

9. Berikut ini merupakan sumber oksigen terlarut di perairan yaitu, kecuali…


a. Difusi langsung dari udara c. Proses respirasi hewan
maupun tanaman dalam air
b. Hasil fotosintesis tanaman berklorofil d. Pergerakan air yang teratur

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
173
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
10. Kelompok organisme yang tinggal di dalam kolom air (water column) baik di
perairan tawar maupun laut disebut…
a. plankton b. bentos c. nekton d. perifiton

11. Tujuan dilakukannya pengujian air adalah untuk…


a. kepentingan umat manusia di bidang industry, pertanian, perikanan, air
minum, dsb
b. kebijakan pengelolaan air limbah
c. standart baku mutu air minum
d. kepentingan pemerintah dalam penanganan banjir

12. Sampel air yang merupakan campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari
suatu tempat yang sama pada waktu yang berbeda adalah…
a. Grap sample b. Composite sample
c. Integrated sample d. Combined sample

13. Pertemuan dua sungai merupakan salah satu area yang dapat dijadikan titik
sampling, namun memerlukan uji ……….. terlebih dahulu
a. homogenitas b. heterogenitas
c. oksigen terlarut d. suhu dan salinitas

14. Jumlah titik sampling yang dilakukan disungai dipengaruhi oleh…


a. debit rata-rata tahunan b. klasifikasi sungai
c. kedalaman sungai d. lebar sungai

15. Pada sungai dengan debit antara 5 – 150 m3/detik maka titik pengambilan sampel
pada…
a. jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai dengan 0,5 kedalaman sungai
b. jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai dengan diatas permukaan dan di dasar sungai
c. jarak ½ lebar sungai dengan 0,5 kedalaman sungai
d. jarak ¼, ½ dan ¾ lebar sungai dengan 0,5 kedalaman sungai

16. Pengambilan sampel pada titik permukaan, lapisan termoklin (metalimnion),


diatas lapisan hipolimnion, dan dasar danau/waduk dilakukan pada waduk dengan
kedalaman…
a. kurang dari 10 m b. 10 – 30 m
c. 30 - 100 m d. lebih dari 100 m

17. Persyaratan peralatan pengambilan sampel adalah kecuali…


a. Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya,
b. Contoh mudah dipindahkan ke botol penampung tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalamnya,
c. Alat yang digunakan tergantung dari ketersediaan di lokasi
d. Mudah dan aman dibawa

INDUSTRI PERIKANAN
174 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

18. Frekuensi pengambilan sampel untuk air danau dapat dilakukan…


a. setiap bulan sekali c. setiap 3 bulan sekali
b. setiap 2 bulan sekali d. setiap 6 bulan sekali

19. Memperlambat proses perubahan kimia dan biologis yang tidak terelakan adalah
fungsi dari…
a. pengambilan sampel c. pengawetan sampel
b. penanganan sampel d. pengukuran sampel

20. Selain dengan pendinginan pengawetan sampel air juga dapat dilakukan dengan
penambahan…
a. HCl pekat atau H2SO4 pekat c. H2SO4 pekat atau H2O
b. NaOH pekat atau HCl pekat d. HCl pekat atau H2O

21. Kandungan nutrisi pada pakan alami sangat menentukan keberhasilan dalam
usaha pembenihan ikan, pakan alami Artemia sering digunakan sebagai pakan
awal pada usaha pembenihan karena memiliki kadar protein tinggi yaitu:
a. 30%-40% b. 40%-50% c. 50%-60%
d. 60%-70% e. 20%-30%

22. Kandungan gizi yang dikandung pakan, yang diberikan kepada komoditas
budidaya merupakan pengertian dari…
a. Nutrisi (nutrition)
b. protein
c. vitamin
d. mineral
e. Kalsium

23. Jika komoditas Budidaya mengonsumsi pakan yang kandungan gizi/ nutrisi rendah,
pertumbuhan terhambat bahkan, bahkan pada komoditas budidaya timbul gejala
– gejala tertentu, biasanya gejala – gejala ini disebut…
a. malfunction
b. malpraktek
c. malnutrition
d. malprotein
e. malcalsium

24. Senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak asam amino yang mengandung
unsur – unsur karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), dan Nitrogen (N) adalah
kandungan yang terkandung dalam…
a. Vitamin
b. Mineral
c. Protein
d. Kalsium
e. Karbohidrat

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
175
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
25. 1) Sebagai bagian dari enzim atau koenzim sehingga dapat mengatur berbagai
proses metabolisme
2) Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh
3) Memengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel – sel baru; dan
4) Membantu dalam pembuatan zat – zat tertentu dalam tubuh.
Merupakan Fungsi utama dari…
a. Vitamin
b. Mineral
c. Protein
d. Kalsium
e. Karbohidrat

26. Komponen utama dalam struktur gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga
keseimbangan asam-basa, menjaga keseimbangan tekanan osmosis dengan
lingkungan perairan, struktur dari jaringan, dan sebagai penerus dalam system
saraf dan kontraksi otot, fungsi metabolism, sebagai komponen utama dalam
enzim, vitamin, hormon, pigmen dan sebagai enzim aktivator. Adalah fungsi utama
dari…
a. vitamin
b. Mineral
c. Protein
d. kalsium
e. Karbohidrat

27. Jenis zooplankton yang tubuhnya berbentuk seperti piala, terlihat koronanya dan
terdapat bulu getar yang aktif serta sudah dibudidayakan secara massal adalah:
a. Brachionus sp
b. Moina sp
c. Daphnia sp
d. Artemia salina
e. Chitoceros

28. Cirri – cirinya antara lain ; berwarna putih, tubuhnya berbentuk seperti piala dan
mempunyai panjang 60 – 80 mikron meter, terlihat koronanya dan terdapat bulu
getar yang bergerak aktif, perkembangbiakannya dilakukan dengan dua cara yaitu
secara phartenogenesis dan seksual. Merupakan cirri- cirri dari…
a. Rotifera, yaitu Brachionus sp.
b. Brachiopoda, yaitu Artemia salina
c. Cladocera, yaitu Moina sp. Dan Daphnia sp.
d. Infosaria, yaitu Paramecium sp.
e. Cyanopyceae yaitu Spirulina

INDUSTRI PERIKANAN
176 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

29. Metode perhitungan pakan ini dikembangkan oleh Karl Pearson. yang pada abad ke
19 telah menjadi pelopor penggunaan metode statistic dalam berbagai penelitian
bidang biologi maupun pemecahan berbagai permasalahan yang bersifat sosio
ekonomis. Metode ini biasanya digunakan untuk menggambarkan kadar nutrisi
protein, lemak, karbohidrat atau nutrisi lain yang diperlukan oleh biota air, seperti
vitamin dan mineral. Metode ini biasanya disebut.
a. Metode Pearson Squre
b. Metode Person Square
c. Metode Pearson Square
d. Metode Person Sqare
e. Metode Pearson Squire

30. Semua bahan baku pakan, baik nabati, hewani dan limbah industry, yang memiliki
kandungan protein lebih dari 20%. Dikenal dengan istilah…
a. Protein basal
b. Protein Suplemen
c. Protein basah
d. Protein Suplaymen
e. Protein basa

B. ESSAY
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Berdasarkan zat warna yang dimiliki oleh alga, maka alga dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelas diantaranya adalah…
2. Coba anda tuliskan beberapa alasan yang mendasari mengapa penggunaan pakan
alami dalam usaha budidaya ikan selalu ada !
3. Tuliskan berbagai parameter fisika air yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan
yang dibudidayakan !
4. Tuliskan berbagai parameter Kimia air yang berpengaruh terhadap kehidupan
ikan yang dibudidayakan
5. Kita akan membuat pakan ikan Kerapu berprotein 35% sebanyak 20 kg.
menggunakan bahan baku sebagai berikut :
Jenis bahan baku Kandungan protein (%)
Tepung ikan cokelat 62,65 (%)
Tepung kedelai 39,60 (%)
Dedak halus 11,35 (%)
Tepung beras 8,90 (%)
Tepung singkong 7,63 (%)
Dengan menggunakan metode kotak bujur sangkar ;
a. Tentukan komposisi yang tepat dari masing – masing bahan baku tersebut !
b. Hitunglah bobot kering masing – masing bahan bakunyang dibutuhkan !

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
177
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jalaludin Sayuti,S.E,M.Hum,Res, Manajemen Kantor Praktis,Alfabeta,2013


Bandung
Repository.unpas.ac.id di akses tanggal 30 Maret 2020
http://eprints.undip.ac.id/48101/1/LaporanAkhirHIKOM2012_Sapto.pdf
https://www.kompasiana.com/romitisam/58fa0e142e7a61482df2d4ff/penerapan-
biosekuriti-di-industri-akuakultur
https://www.mongabay.co.id/2019/06/18/sistem-biosekuriti-budi-daya-udang-
indonesia-diakui-dunia-begini-ceritanya/
https://docplayer.info/31637140-Penerapan-cara-budidaya-ikan-yang-baik-cbib-
pada-unit-usaha-budidaya.html
http://www.ipkanipurbalingga.or.id/2018/02/cara-melakukan-proses-grading-pada.
html
https://dkp.jatimprov.go.id/index.php/2019/01/04/budidaya-ikan-kakap-di-
keramba-jaring-apung-kja/
https://www.slideshare.net/terangi2011/hewanhewan-bentos-di-perairan-laut-
dangkal
M. Ghufran H, Kordi K, Budidaya Perairan Buku Kesatu, Citra Aditya Bakti, 2008,
Bandung
M. Ghufran H, Kordi K, Budidaya Perairan Buku Kedua, Citra Aditya Bakti, 2009, Bandung
Intan Rahima Sary, S.St.Pi, M.Si, Produksi Pakan Buatan Semester 2, 2013, Jakarta.

INDUSTRI PERIKANAN
178 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT

BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS

Nama lengkap : Jakson Rumengan, S,Pd


Tempat,Tanggal Lahir : Manado,26 Januari 1986
Telepon/WA : 082189250558
Email : rumenganjakson86@gmail.com
Facebook : Jackson_rumengan@yahoo.co.id
Alamat Kantor : Jl. Trans Sulawesi Lingkar
Selatan Desa Motongkad Kec.
Motongkad Kab. Bolaang
Mongondow Timur
Kompetensi Keahlian : APAT

Riwayat pekerjaan/Profesi (6 Tahun terakhir)


1. Guru SMK Negeri Motongkad ( Tahun 2014 s.d sekarang)

Riwayat pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar


1. S1 Pendidikan Ekonomi Koperasi STKIP PGRI Manado (Lulus Tahun 2012)
2. Akta IV STKIP PGRI Manado (Lulus Tahun 2012)

Judul buku dan Tahun terbit (6 tahun terakhir)


-

Informasi lain dari penulis


Tinggal di Tosuraya Barat Ling. II Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Sekolah Dasar di SD Inpres Winangun dan SMP Negeri 4 Manado dan SMA Negeri
4 Kotamobagu. Tahun 2008 kuliah di STKIP PGRI Manado lulus pada tahun 2012.
Menjadi guru di SMKN Motongkad pada tahu 2014 – sekarang. Mengikuti program
diklat Keahlian Ganda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan program
Keahlian Agribisnis Perikanan pada tahun 2017

INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
179

Anda mungkin juga menyukai