SMK/MAK
jilid 1
Budi Daya
Perikanan Laut
Jakson Rumengan
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
REDAKSIONAL
Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran
Penulis:
Jakson Rumengan
Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono
Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah
Desain Sampul
Sonny Rasdianto
Layout/Editing:
Ratna Murni Asih
Apfi Anna Krismonita
Indah Mustika Ar Ruum
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
iii
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bahan ajar yang disusun pada tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktif dengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.
INDUSTRI PERIKANAN
iv LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PRAKATA
PRAKATA
Program Nawacita yang digaungkan oleh pemerintah saat ini salah satu sektor
yang dikembangkan adalah Kemaritiman dikerenakan Indonesia adalah Negara
kepulauan dimana 70% dari wilayah Indonesia adalah perairan (Laut). Dan disektor
ini menurut pemerintah lebih khusus Bapak Presiden Joko Widodo belum sepenuhnya
dioptimalkan, untuk itu sektor Industri Perikanan Laut dalam hal ini Budidaya Perikanan
Laut menjadi salah satu perhatian dari pemerintah untuk ketahanan pangan nasional
guna menghadapi tantangan saat ini di era Revolusi 4.0. namun permasalahan yang
dihadapi untuk menjawab tantangan Revolusi 4.0, perlu adanya peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia.
Menjawab akan permasalahan tersebut pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan tentang Revitalisasi SMK
dimana salah satu sektor yang diprioritaskan adalah Sumber Daya Manusia dimana
SMK adalah lembaga pendidikan yang dipersiapkan bersentuhan langsung dengan
Dunia Usaha/Dunia Industri.
Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan mampu menjadi solusi untuk tantangan
Revolusi Industri 4.0. SMK merupakan Sekolah menengah yang menitiberatkan pada
Skill/keahlian dari peserta didik sehingga didalam pelaksanaannya lebih banyak
praktik daripada teori.
Buku Budidaya Perikanan Laut ini disusun berdasarkan pengembangan
Kurikulum 2013 pada Kompetensi Keahlian Industri Perikanan Laut. Buku ini disusun
dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan Budidaya Perikanan
Laut bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan khususnya kompetensi keahlian
Industri Perikanan Laut.
Buku ini diharapkan bisa menjadi rujukan bagi para peserta didik dan bisa
memberi manfaat dan menjawab kebutuhan khususnya di Dunia Usaha/Dunia Industri.
Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk peningkatan kualitas buku ini
sehingga bisa menuju pada kesempurnaan buku ini.
Jakson Rumengan
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
v
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
KATA PENGANTAR................................................................................................ iv
PRAKATA.............................................................................................................. v
DAFTAR ISI........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... x
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU........................................................................... xi
PETA KONSEP BUKU........................................................................................... xiii
APERSEPSI......................................................................................................... xiv
INDUSTRI PERIKANAN
vi LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................178
BIODATA PENULIS.............................................................................................179
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
vii
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
INDUSTRI PERIKANAN
viii LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
DAFTAR GAMBAR
Bay dan (f) sumber air panas The grand prismatic spring di
Amerika Serikat............................................................................................109
Gambar 5.7 Alat Ukur pH ( kertas lakmus dan pH meter)..........................................112
Gambar 5.8 Kegiatan Pengukuran DO...........................................................................115
Gambar 5.9 Sirkulasi CO2............................................................................................................................................................................. 117
Gambar 5.10 Pengujian Amoniak dan Nitrit.................................................................120
Gambar 5.11 Macam – macam Plankton.......................................................................121
Gambar 5.12 Jenis – jenis Phytoplankton.....................................................................122
Gambar 5.13 Salah satu jenis Zooplankton..................................................................123
Gambar 5.14 Neuston........................................................................................................127
Gambar 5.15 Perifiton.......................................................................................................128
Gambar 6.1 kegiatan penyaluran pakan pada pembudidaya...................................138
Gambar 6.2 Suplai pakan untuk kegiatan budidaya perikanan...............................139
Gambar 6.3 (a) pemberian pakan alami pada induk ikan cobia (b) kolam
kultur pakan alami.......................................................................................154
Gambar 6.4 Kegiatan produksi pakan buatan..............................................................158
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
ix
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
INDUSTRI PERIKANAN
x LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PETUNJUK
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU
PENGGUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku dengan judul Budi Daya Perikanan Laut ini diharapkan dapat menjadi
panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan mmemperhatikan hal-
hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
xi
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
INDUSTRI PERIKANAN
xii LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PETA KONSEP
PETA KONSEP BUKU BUKU
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
xiii
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
APERSEPSI APERSEPSI
INDUSTRI PERIKANAN
xiv LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
1
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENDAHULUAN
INDUSTRI PERIKANAN
2 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
3
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
baik bagi karyawan maupun bagi mnajemen atau pihak pengusaha khususnya
dibidang perikanan.
Bila kita melihat pada kegiatan sehari-hari dalam masyarakat, kita sangat
mudah menemui banyak orang yang mengabaikan Kesehatan dan keselamatan
kerja tersebut yang kita dapat lihat dari cara mereka yang tidak membentengi
dirinya dengan perlengkapan keamanan. Sebagai contoh, banyak orang yang
bekerja sambil merokok ditempat yang rawan kebakaran,merokok diruangan yang
ber-AC, dalam bengkel kerja mengelas dan tidak pakai kacamata pengaman, sedang
mengendarai motor tidak pakia helm dan sambil baca dan menulis sms, memotong
rumput dengan menggunakan mesin pemotong rumput tidak menggunakan
kacamata pengaman,tidak menggunakan penutup telinga,dan hanya memakai
alas kaki dan/atau sandal/sepatu yang tidak standar, untuk pengelolaan wadah
budidaya (kolam) tidak menggunakan sepatu boot yang sesuai dengan standar,
untuk kegiatan di laboratorium khusus perikanan tidak menggunakan APD (Alat
Perlindungan Diri) yang memadai, dan banyak lagi contoh lain yang menunjukan
orang tidak perhatian dengan K3LH ini. Oleh karena itu perlu ditanamkan dan
dibudayakan bahwa K3LH itu penting untuk keselamatan semua orang.
Sebelum kita membicarakan hal-hal lain yang berkaitan dengan K3LH
sebaiknya kita pahami terlabih dahulu beberapa pengertian berikut ini :
1. Keselamatan kerja adalah hal-hal yang menyangkut dari risiko yang bekerja di
suatu tempat atau perusahaan yang disebabkan oleh kecelakaan yang terjadi
didalam, tempat atau perusahaan tersebut (Lidya dkk,1996). Keselamtan
kerja juga menunjuk pada suatu kondisi kerja yang aman dan selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja (Mangkunegara,2000).
Keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan
metode yang mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalami
cedera. Dalam peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah,mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
2. Kesehatan kerja adalah hal-hal yang :
a. Menyangkut kemungkinan ancaman terhadpa kesehatan sesorang yang
bekerja pada suatu tempat atau perusahaan selama waktu kerja yang
normal (Lidya dkk,1996)
b. Kondisi yang bebas dari gangguan fisik,mental emosi,atau rasa sakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja (Mangkunegara,2000)
c. Santoso (2004) mengatakan kesehatan kerja adalah kesehatan jasmani
dan rohani.
3. Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi
dalam pelaksanaan hubungan kerja. Adapun yang termasuk kecelakaan kerja
adalah :
Celaka akibat langsung pekerjaan, saat atau waktu kerja, perjalanan (dari
rumah ke tempat kerja, melalui jalan atau sarana yang wajar), dan penyakit
akibat kerja. Undang –undang No. 14 tahun 1969, tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, pasal 9 yang menyatakan “tiap tenaga kerja berhak
INDUSTRI PERIKANAN
4 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
5
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Ekonomi dan Sosial PBB pada waktu peninjauan terhadap hasil-hasil gerakan
Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-1 (1960-1970). Kebijakan lingkungan
adalah kebijakan negara atau pemerintah di bidang lingkungan. Kebijakan
lingkungan dengan demikian menjadi bagian dari kebijakan publik.
MATERI PEMBELAJARAN
2. Hukum, makna dari alasan hokum adlah semua perushaan harus tunduk
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,bila perusahaan
tidak bertanggung jawab, dan mengabaikan K3 dan terjadi kecelakaan atau
gangguan keamanan kerja dalam perusahaan hingga menyebabkan cedera
bagi para karyawan/pekerja, maka perusahaan akan dikenakan hukuman atau
denda sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku,untuk menghindari hal
ini maka perusahaan harus mengadakan dan menjaga adanya program K3.
3. Ekonomi, alasan aspek ekonomi ini adalah untuk menyadarkan pengusaha atau
pimpinan perusahaan bahwa bila terjadi gangguan keamanan dan kecelakaan
kerja, maka akan menjadi biaya tinggi bagi perusahaan, atau perusahaan harus
menanggung semua biaya untuk menanggulangi gangguan keamanan dan
kecelakaan itu, termasuk recovery sikap mental atau moral tenaga kerja yang
kena dampak gangguan kecelakaan atau mendapat cedera, harus disadari
oleh pimpinan perusahaan bahwa pemborosan biaya dapat ditekan melalui
terjaganya program K3 dalam perusahaan.
Secara umum orang menyadari bahwa untuk terjaganya program K3, maka
perusahaan harus menyediakan berbagai peralatan dan kelengkapan K3,
baik yang menyangkut perlengkapan yang terpasang pada berbagai aspek
kerja dalam perusahaan, seperti terpasang pada dinding,terpasang pada
mesin dan terpasang pada kendaraan, juga perlengkapan dan peralatan yang
langsung digunakan oleh karyawan saat mereka menunaikan tugas-tugasnya
yang disebut dengan alat perlindungan diri (APD) karyawan/pekerja, adapun
beberapa alat yang sering dipakai sebagai pelindung diri karyawan itu adalah :
a. Kacamata
b. Sepatu pengaman/sepatu boot
c. Sarung tangan
d. Topi pengaman
e. Pelindung paru-paru
f. Masker mulut
g. Filter skrin, dan lainnya.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
7
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
8 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
9
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
10 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Misalnya, untuk aktivitas budidaya perikanan di jarring apung baik di air tawar
maupun air laut tentu syarat-syarat keselamatan kerjanya akan terdapat perbedaan
dengan budidaya perikanan di kolam darat. Perbedaan yang mencolok adalah
dapat dilihat untuk agribisnis perikanan di jarring apung harus disediakannya
perahu/sekoci penolong dan jaket/pelampung keselamatan, yang harus cepat
dapat diraih oleh pekerja jika terjadi situasi kondisi darurat. Misalnya jika terjadi
kebakaran tempat kerja akibat korsleting listrik atau dari sumber-sumber api
lainnya. Pada saat berada di jarring apung, bagi pekerja yang tidak dapat berenang
diwajibkan menggunakan jaket pelampung. Ini dikhawatirkan pekrja terjatuh ke
dalam perairan yang cukup dalam.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
11
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko
yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Selanjutnya dilakukan pengendalian untuk menurunkan tingkat
resiko. Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan :
1. Kondisi dan kejadian yang menimbulkan potensi bahaya
2. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
Penilaian resiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tindakan
pengendalian,dimana perusahaan harus merencanakan manajemen dan
pengendalian kegiatan-kegiatan, produk jasa yang dapat menimbulkan resiko
kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan
dan menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan
bahan,prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
produk barang dan jasa.
Pengendalian resiko kesehatan dan keselamatan akibat kerja dilakukan melalui
metode:
1. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi, hygiene, dan sanitasi.
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi system bonus insentif,
penghargaan dan motivasi diri.
INDUSTRI PERIKANAN
12 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
13
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
14 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
CONTOH SOAL
Penyelesaiannya :
1. APD standar dalam perusahaan dapat dilihat pada gambar.
CAKRAWALA
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
15
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
CAKRAWALA
kecelakaan terjadi di saat mobil yang dikendarai tidak mampu menanjak dan
akhrinya terguling menindih korban, hingga yang bersangkutan nyawanya tidak
terselamatkan (26/9/2019).
Menurutnya, dari kronologi kejadian tersebut nampaknya aktifitas kerja yang
dibebankan kepada korban tidak didasari dengan system manajemen keselamatan
kerja, sebagaimana diatur dalam aturan perundang – undangan. Karena jika
ditelaah secara kasat mata, kondisi lokasi memungkinkan terjadinya kerawanan
kecelakaan kerja, sehingga semestinya bisa diantisipasi sedini mungkin. “Anehnya
hal demikian sepertinya dibiarkan saja dengan harapan semuanya baik-baik saja,
ya syukur – syukur kalau tidak terjadi apa – apa”kata Masykur.
Mantan wakil ketua komisi III DPRD Sulawesi Tengah itu menjelaskan bahwa
penerapan system kerja seperti itu yang ditetapkan oleh PT IMIP sangat tidak
kredibel dan jauh dari aspek perlindungan jaminan keselamatan kerja kepada
buruh.”sepertinya nyawa manusia tidak dipandang sebagai sesuatu yang mutlak
adanya untuk dilindungi, sesuai dengan harkat dan martabat manusia, padahal
dalam undang – undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal
87 memerintahkan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan manajemen
keselamatan kerja yang terintegerasi dengan menejemen perusahaan”ungkap
Masykur.
Masykur juga mendesak kepada PT IMIP agar bertanggung jawab dan tidak lepas
tangan atas kecelakaan kerja yang berujung kematian sebagaimana yang kerap
terjadi. Ia juga meminta kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah
melalui dinas terkait agar segera melakukan evaluasi atas manajemen keselamatan
kerja PT IMIP. “Jika hasilnya buruk, sebaiknya PT IMIP ditutup sementara, sambil
dilakukan perbaikan atas system keselamatan kerja yang sesuai”tandasnya.
Sumber : https://kailipost.com/2019/09/pt-imip-didesak-terapkan-sistem-kerja-
aman.html
JELAJAH INTERNET
INDUSTRI PERIKANAN
16 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
17
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa mampu (1) menentukan desain
dan tata letak budidaya perikanan laut secara jujur dan bertanggung jawab;
(2) menjelaskan jenis – jenis wadah budidaya perikanan laut secara jujur dan
bertanggung jawab; (3) menjelaskan media budidaya perikanan laut secara jujur
dan bertanggung jawab; dan (4) melaksanakan persiapan wadah dan media
budidaya perikanan laut secara berani,disiplin dan bertanggung jawab.
PETA KONSEP
Melaksanakan
Persiapan Wadah
Budidaya Perikanan
KATA KUNCI
INDUSTRI PERIKANAN
18 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENDAHULUAN
Pada dasarnya ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan usaha budidaya biota laut termasuk budidaya perikanan.
Karena laut yang dimanfaatkan sebagai lahan budidaya merupakan wilayah yang
penggunaannya melibatkan sektor lain (Common property) seperti; perhubungan,
pariwisata, dan lain-lain, maka perhatian terhadap persyaratan lokasi tidak hanya
terbatas pada faktor-faktor yang berkaitan dengan kelayakan teknis budidaya
melainkan juga faktor kebijaksanaan pemanfaatannya dalam kaitan dengan
kepentingan lintas sektor. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Pemerintah telah
mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut (SK. Mentan No.
473/Kpts./Um/7/1982). Agar pemilihan lokasi dapat memenuhi persyarataan teknis
sekaligus terhindar dari kemungkinan pengaruh penurunan daya dukung lingkungan
akibat pemanfaatan perairan di sekitarnya oleh kegiatan lain, maka lokasi yang dipilih
adalah yang memenuhi kriteria untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan di laut serta
kelangsungan usaha secara berkelanjutan.
Sebagai langkah awal budidaya perikanan laut adalah pemilihan lokasi budidaya
yang tepat. Oleh karena itu, pemilihan dan penentuan lokasi budidaya harus didasarkan
pertimbangan ekologis, teknis, higienis, sosio-ekonomis, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pemilihan lokasi sebaiknya dilakukan dengan
mempertimbangkan gabungan beberapa faktor yang dikaji secara menyeluruh. Oleh
karena itu, tidak semua lokasi dapat dijadikan sebagai tempat budidaya. Selain faktor
lokasi, faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan adalah faktor keamanan.
Faktor keamanan merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan setiap kegiatan
usaha yang dilakukan. Apalah gunanya Lokasi yang sangat ideal , tetapi faktor
keamanan tidak mendukung. Hal ini akan menimbulkan kerugian yang cukup besar
akibat dari pencurian.
Indonesia sebagai salah satu Negara Kepulauan kepulauan terbesar di dunia
memiliki potensi yang sangat besar di bidang Perikanan baik perikanan tangkap
maupun Budidaya. Namun saat ini untuk perikanan tangkap kendala yang di hadapi
adalah populasi ikan itu sendiri mulai berkurang di alam. Sehingga untuk memperbaiki
hal tersebut adalah dengan cara restocking di alam atau dengan cara Budidaya.
Menurut Undang-Undang Perikanan No.45 tahun 2009, yang dimaksud
dengan budidaya ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau
mengembangbiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,
termasuk kegiatan menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkan ikan. Ikan adalah
semua jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di
dalam lingkungan perairan yang meliputi binatang dan tumbuhan yang hidup dalam
air tawar, asin ataupun air payau. Penyebutan budidaya bisa berdasarkan jenis ikan,
tempat pemeliharaan, salinitas air dan tingkat teknologinya.
Teknologi budidaya perairan yang dimaksud yakni konstruksi wadah budidaya,
pemilihan lokasi budidaya, penentuan pola tanam, penggunaan benih unggul dan
padat penebaran (stocking density) yang tepat, pemberian pakan yang sesuai (jumlah,
mutu, waktu dan cara), pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan kualitas air,
pemantauan proses budidaya termasuk menghitung laju pertumbuhan komoditas
budidaya perikanan, pemanenan dan penanganan pascapanen.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
19
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Selain itu yang harus diperhatikan juga adalah perairan terlindung dari
arus dan ombak yang besar, bebas dari pencemaran terutama terhadap
pencemaran logam berat, lokasi mempunyai topografi yang landai dengan
dasar berpasir atau lumpur berpasir. Serta tidak kalah penting adalah
penempatan wadah tidak mengganggu pelayaran atau lalu lintas laut.
2. Aspek Ekonomis
Aspek ekonomis berkaitan dengan faktor-faktor pendukung kemudahan
produksi dan pemasaran. Semakin sulit menyiapkan faktor produksi dan
pemasaran maka semakin besar biaya yang dikeluarkan dan otomatis menekan
keuntungan. Aspek Ekonomis yang harus diperhatikan adalah:
a. Lokasi mudah dijangkau. Lokasi Budidaya harus dapat mudah dijangkau
INDUSTRI PERIKANAN
20 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
3. Aspek Sosial
Ditinjau dari aspek sosiologis/ sosial , lokasi yang dipilih untuk budidaya ikan
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Lingkungan hidup dan kelestarian alam dapat dijaga, artinya lahan yang
digunakan tidak merusak lingkungan yang sudah ada sehingga nantinya
dapat terjalin hubungan yang baik dengan masyarakat pengguna tanah di
sekitarnya.
b. Sumberdaya alam sekitar dapat digunakan, artinya dalam penyediaan
sarana dan prasarana tidak perlu harus dicari ke daerah lain.
c. Penduduk sekitar dapat digunakan sebagai tenaga kerja, artinya orang yang
bekerja pada usaha yang akan dibangun berasal dari lingkungan sekitarnya
sehingga dapat mengurangi pengangguran.
d. Ada dampak positif bagi masyarakat sekitar, artinya lokasi usaha yang akan
dibangun dapat dijadikan contoh bagi masyarakat dan adapat diadakan
kerja sama produksi dengan penduduk sekitarnya
e. Keamanan lokasi terjamin atau tidak terganggu oleh orang-orang yang tidak
bertanggung
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
21
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
22 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
23
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
5. Arus Air. Pemasangan unit jaring disarankan jangan pada arus air, sebab
jika dipasang pada arus air unit jaring apung akan hanyut terbawa arus air
tersebut. Arus air akan terasa besar
INDUSTRI PERIKANAN
24 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
25
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
26 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
karena suhu permukaan air lebih tinggi disbanding dengan suhu air
dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan
menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah
atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari
32oC menjadi 28oC). Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin
yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam
(dari 28oC menjadi 21oC ).
Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling
bawah dimana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif
konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya
matahari kedalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien
suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari 2
meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena
itu bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budidaya ikan
kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah
stratifikasi suhu pada wadah budidaya ikan diperlukan suatu alat bantu
dengan menggunakan aerator/blower/ kincir air. Berdasarkan hasil
penelitian suhu air sangat berpengaruh terhadap respon ikan dalam
mengkonsumsi pakan yang diberikan selama berlangsung kegiatan
budidaya. Respon tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1.
Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan pada ikan Suhu air
(oC) Respon konsumsi pakan Kondisi kritis minimal Tidak ada respon
terhadap pemberian pakan Pemberian pakan berkurang 50% optimum
Pemberian pakan optimum 50% optimum Pemberian pakan berkurang
Tidak respon terhadap pemberian pakan Kondisi kritis minimal Sumber
: Tucker and Hargreaves (2004) dalam Gusrina SMK Jilid I
5) Kecerahan dan kekeruhan air
Kecerahan dan kekeruhan air dalam suatu perairan dipengaruhi
oleh jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam perairan atau
disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari
didalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/tanaman
didalam air,. Oleh karena itu daya tembus cahaya kedalam air sangat
menentukan tingkat kesuburan air. Dengan diketahuinya intensitas
cahaya pada berbagai kedalaman tertentu, kita dapat mengetahui
sampai dimanakah masih ada kemungkinan terjadinya proses asimilasi
didalam air. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan
pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan
menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai
kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan
meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan
asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam
permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air. Masuknya
cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air
(turbidity). Sedangkan kekeruhan menggambarkan tentang sifat optic
yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam perairan. Definisi
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
27
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
28 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
29
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
30 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
31
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
32 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
CO2 yang berkeliaran bebas itu akan diikat oleh CaC03 yang
sulit larut dalam air tadi. Menurut persamaan reaksi: CaCO +
CO2 + H2O Ca (HCO3)2. Sehingga jumlah CO2 bebasnya akan
berkurang, akibatnya pH air mempunyai kecenderungan untuk
naik, sehingga kecenderungan pH untuk turun dapat disanggah.
Proses imbangan pH dapat dituliskan dengan reaksi sebagai
berikut : Ca (HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O Jadi jumlah Ca (HCO3
)2 dalam air merupakan salah satu unsur dari baik buruknya
perairan sebagai lingkungan hidup.
4) Bahan Organik dan garam mineral dalam air
Mineral merupakan salah satu unsure kimia yang selalu ada dalam suatu
perairan, beberapa jenis mineral antara lain adalah Kalsium (Ca), Pospor
(P), Magnesium (Mg), Potassium (K), Sodium (Na), Sulphur (S), zat besi (Fe),
Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Seng (Zn), Florin (F), Yodium (I) dan Nikel (Ni).
Diperairan umum mineral yang diperlukan oleh phytoplakton senantiasa
diperoleh dari pembongkaran bahan-bahan organik sisa dari tumbuhan
dan binatang yang sudah mati. Di alam mineral tersebut berasal dari air
yang masuk, atau adanya penambahan pupuk buatan. Pembongkaran
bahan organik dilakukan oleh jasad renik yang terdapat didalam air.
Pada menghendaki perairan yang pHnya 7 sedikit mendekati basa.
Pembongkaran bahan organik ada yang dilakukan secara anaerob (tidak
memerlukan oksigen). Proses pembongkaran itu juga dipengaruhi oleh
suhu air. Bahan organik yang larut didalam air belum dapat dimanfaatkan
oleh binatang air secara langsung.
Bahan-bahan organik yang mengendap di dasar perairan yang dangkal
dapat dimakan secara langsung oleh berbagai macam binatang benthos
(binatang yang hidup didasar perairan) seperti siput vivipar javanica,
cacing tubifex, larva chironomaus dan sebagainya. Bagian-bagian dari
pada lumpur organik demikian yang tidak dapat dicernakan, menyisa
sebagai detritus di dasar perairan. Jumlah bahan organik yang terdapat
dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai salah satu indikator
banyak tidaknya mineral yang dapat dibongkar kelak. Bila suasana
perairan anaerob, maka protein-protein yang menang mengandung
belerang dapat dibongkar oleh bakteri anaerob (diantaranya adalah
Bakterium vulgare). Hasil pembongkaran tersebut adalah gas hidrogen
sulfide (H2S) dan ditandai bau busuk, air berwarna kehitaman.
Gas itu merupakan limiting factor/ factor pembatas bagi kesuburan
perairan. Kandungan H2S – 6 mg/ l sudah dapat membunuh ikan Cyprinus
carpio dalam beberapa jam saja.Untuk mencegah timbulnya H2S dalam
kolam biasanya kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan harus
dilakukan pengolahan tanah dasar dan pengeringan. Jenis gas beracun
lainnya yang berasal dari pembongkaran bahan organik adalah gas
metana. Gas Metana ( CH4 ) adalah gas yang bersifat mereduksi dan
dikenal sebagai gas rawa. Metana itu timbul pada proses pembongkaran
hidrat arang dari bahan organik yang tertimbun dalam perairan. Hidrat
arang dalam suasana anaerob mulamula dibongkar menjadi asam-
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
33
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
34 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
1 mg/l P dan 1 mg/l K. Bila kadar NH3 hasil pembongkaran bahan organik
di dalam air terdapatndalam jumlah besar, yang disebabkan proses
pembongkaran protein terhenti sehingga tidak terbentuk nitrat sebagai
hasil akhir, maka air tersebut disebut “sedang mengalami pengotoran
(Pollution)”.
Kadar N dalam bentuk NH3 dipakai juga sebagai indikator untuk
menyatakan derajat polusi. Kadar 0,5 mg/l merupakan batas maksimum
yang lazim dianggap sebagai batas untuk menyatakan bahan air itu
“unpolluted”. Ikan masih dapat hidup pada air yang mengandung N
2 mg/l. Batas letal akan tercapai pada kadar 5 mg/l. Di perairan kolam
nitrogen dalam bentuk amonia sangat beracun bagi ikan budidaya,
tetapi jika dalam bentuk amonium tidak begitu berbahaya pada media
akuakultur. Amonia yang ada dalam wadah budidaya dapat diukur dan
biasanya dalam bentuk ammonia total. Menurut Boyd (1988), terdapat
hubungan antara kadar ammonia total dengan ammonia bebas pada
berbagai pH dan suhu yang dapat dilihat pada Tabel 3.4. Pada table
tersebut memperlihatkan daya racun ammonia yang akan meningkat
dengan meningkatnya kadar pH dan suhu terhadap organisme perairan
termasuk ikan. Kadar amonia yang dapat mematikan ikan budidaya
jika dalam wadah budidaya mengandung 0,1 – 0,3 ppm. Oleh karena
itu sebaiknya kadar amonia didalam wadah budidaya ikan tidak lebih
dari 0,2 mg/l (ppm). Kadar amonia yang tinggi ini diakibatkan adanya
pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industry
dan limpasan pupuk pertanian.
6) Alkalinitas dan kesadahan
Alkalinitas menggambarkan jumlah basa (alkali) yang terkandung dalam
air, sedangkan alkalinitas total adalah konsentrasi total dari basa yang
terkandung dalam air yang dinyatakan dalam ppm setara dengan kalsium
karbonat. Total alkalinitas biasanya selalu dikaitkan dengan pH karena
pH air ini akan menunjukkan apakah suatu perairan itu asam atau basa.
Alkalinitas juga disebut dengan Daya Menggabung Asam (DMA) atau
buffer/penyangga suatu perairan yang dapat menunjukkan kesuburan
suatu perairan tersebut. Sedangkan kesadahan menggambarkan
kandungan Ca, Mg dan ion-ion yang terlarut dalam air. Berdasarkan
Effendi (2000) Nilai alkalinitas berkaitan jenis perairan yaitu perairan
dengan nilai alkalinitas kurang dari sebagai perairan lunak (Soft water),
sedangkan perairan yang nilai alkalinatasnya lebih dari 40 mg/l CaCO3
disebut sebagai perairan keras (Hard water). Perairan dengan nilai
alkalinitas yang tinggi lebih produkstif daripada dengan perairan yang
nilai alkalinitasnya rendah. Menurut Schimittou (1991), perairan dengan
alkalinitas yang rendahm(misal kurang dari 15 mg/l) tidak diinginkan
dalam akuakultur karena :
a) Perairan tersebut sangat asam sehingga performansi produksi ikan
(Kesehatan umum da kelangsungan hidup, pertumbuhan, hasil dan
efisiensi pakan) dipengaruhi secara negatif.
b) Produksi phytoplankton dibatasi oleh ketidakcukupan CO2 dan
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
35
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
36 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
37
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
38 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
CAKRAWALA
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
39
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
1. Dalam pemilihan lokasi budidaya ada beberapa aspek yang harus kita
perhatikan sehingga hasil produksi budidaya dapat ditingkatkan atau
dikatakan berhasil yaitu ; Aspek Teknis, Aspek Ekonomis dan Aspek Sosial
2. Aspek teknis yang harus diperhatikan ialah Kualitas air Budidaya, perairan
terlindung dari arus dan ombak yang besar, bebas dari pencemaran terutama
terhadap pencemaran logam berat, lokasi mempunyai topografi yang landai
dengan dasar berpasir atau lumpur berpasir. Serta tidak kalah penting adalah
penempatan wadah tidak mengganggu pelayaran atau lalu lintas laut.
3. Aspek Ekonomis: Lokasi mudah dijangkau, Dekat dan atau memiliki sarana
penunjang,Tidak terlalu jauh dari sumber pakan benih, sarana produksi
lainnya, serta alat dan bahan untuk membangun komplek budidaya,dekat
dengan daerah pemasaran. Jarak yang dekat dengan pemasaran dapat
menekan biaya transportasi dan penurunan kualitas ikan. Tidak dekat
dengan pemukiman dan industri Pemukiman dan industri yang menghasilkan
INDUSTRI PERIKANAN
40 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Analisis Wadah Budidaya Perikanan merupakan satu hal yang harus diketahui
peserta didik. Analisis Media Budidaya sangat bemanfaat dan penting untuk
keberhasilan dalam budidaya perikanan dapat ditanamkan pada siswa melalui
berbagai contoh dan latihan. Tugas kalian adalah mencari di daerah sekitar anda
pembudidaya perikanan tersebut cara pengelolaan Wadah dan Media Budidaya.
Lakukan secara berkelompok bertiga-tiga kemudian tuangkan dalam bentuk
laporan dibuat dengan format yang sudah disepakati dengan guru pengampu.
REFLEKSI
Setelah mempelajari Bab II ini cobalah refleksikan diri Anda mengenai materi
pada bab ini, apakah masih ada materi yang belum anda pahami? Adakah yang
masih ingin ditanyakan pada guru pengampu? Jika ada, diskusikan dengan
teman maupun guru anda, sampaikan juga kekurangan atau kelebihan kegiatan
pembelajaran dalam Bab ini kepada guru pengampu untuk perbaikan kegiatan
pembelajaran kedepan
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
41
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
BAB
III CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB)
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
Biosecurity,Budidaya
INDUSTRI PERIKANAN
42 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENDAHULUAN
Dari potensi perikanan Indonesia yang mencapai 65 juta ton/tahun, 57,7 juta ton
merupakan potensi perikanan budidaya. Potensi perikanan penangkapan di laut dan
perairan umum (air tawar) sebesar 7,3 juta ton yang terdiri atas 6,4 juta ton potensi
penangkapan perikanan perairan umum.
Pada tahun 2004 Indonesia memprodiksi ikan mencapai 6 juta ton (9%), yang
terdiri atas 4,1 juta ton hasil tangkapan ikan laut dan 0,5 juta ton hasil tangkapan
di perairan umum. Sementara kontribusi dari sector budidaya sebesar 1,4 juta ton,
berarti tingkat pemanfaatan potensi perikanan budidaya baru mencapai sekitar 2,4
%, suatu jumlah yang sangat kecil.
Tingkat pemanfaatan perikanan tangkap di laut yang telah mencapai 4,1 juta
ton atau 63% sebenarnya sudah merupakan “lampu kuning” karena berdasarkan
tanggung jawab komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat Food and
Agriculture Organization (FOA) dan Code Of Conduct Responsible Fisheries (CSRF),
hanya sekitar 80% ikan yang boleh ditangkap. Itu berarti hanya tersisa sumber daya
ikan sekitar 20% penambahan penangkapan sepanjang tahun. Sementara sumber
daya perikanan tangkap di perairan umum, tingkat pemanfaatannya telah mencapai
55% (Tabel 1).
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
43
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENDAHULUAN
Karena itu, upaya peningkatan produksi pada perikanan tangkap mulai dibatasi
ketersediaan sumber daya ikan yang dapat ditangkap. Produksi perikanan dapat
ditingkatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, maupun
untuk ekspor,melalui usaha budidaya perairan, baik air tawar, payau (tambak),maupun
laut. Potensi lahan yang luas dan beragamnya komoditas budidaya yang dapat
dikembangkan merupakan suatu usaha yang prospektif.
Luas untuk budidaya laut (marine culture) mencapai 24 juta ha dengan potensi
produksi 47 juta ton/tahun. Komoditas yang dapat dikembangkan, antara lain, ikan
kerapu (cromileptes,epinephelus,plectropoma); kakap (lates, Psammoperca,Lutjanus);
beronang (siganus); bandeng (chanos); napoleon (cheilinus); kuwe/cepa/bobara/
lawakan (caranx, Alectis, Gnatodon); kuda laut (hippocampus); rumput laut/alga
atau seaweeds (Eucheuma,Gracillaria,Gelidium); tiram mutiara (Pinctada); kerang
(Crassostrea, Ostrea); kima (Tridacna); kerang hijau (Pema viridis/Mytilus viridis);
teripang (Holothuria,Stichopus); rajungan (Portunus) ; cumi-cumi (Loligo vulgaris);
sotong (Sepioteuthis sp); dan lain-lain. Pada tahun 2017 triwulan ke VI total produksi
perikanan Nasional mencapai 23,26 juta ton dimana perikanan tangkap 6,04 juta ton
dan perikanan budidaya 17,22 juta ton (sumber : Badan Pusat Statistik,2017).
Luas lahan pesisir (coastal lands) yang cocok untuk budidaya tambak atau budidaya
air payau (brackish water aquaculture) sekitar 1 juta ha dengan potensi produksi 5 juta
ton/tahun. Komoditas yang adapt dikembangkan pad lahan ini antara lain, berbagai
jenis udang laut (Penaeus), bandeng (Chanos), kakap (Lates,Psammoperca,Lutjanus)
kerapu (Cromileptes,Epinephelus,Plectropomus), beronang (Siganus), kepiting bakau
(Scylla), rumput laut (Eucheuma, Gracillaria,Gelidium),dan lain-lain.
INDUSTRI PERIKANAN
44 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENDAHULUAN
Kerapu merupakan salah satu ikan laut yang nilai ekonominya sangat tinggi
dan Indonesia berpotensi menjadi produsen Kerapu terbesar di dunia melalui usaha
budidaya. Kerapu dapat dipelihara di laut dengan system keramba jarring apung (KJA)
dan di tambak. Teknologi budidaya ataupun cara budidaya ikan yang baik (CBIB) kerapu
juga telah dikuasai dan terus disempurnakan dan penerapan biosecurity pun sudah
cukup memadai. Jenis kerapu yang dapat dibudidayakan pun cukup beragam, seperti
kerapu bebek atau kerapu tikus (Cromileptes altivelis), kerapu lumpur (Epinephelus
suillus), kerapu Malabar (E. malabaricus), kerapu macan (E. fuscoguttatus), dan kerapu
sunu (Plectropoma maculatus dan P. leopardus). Disamping kerapu, ikan ekonomis
yang juga telah dikuasai teknologi budidayanya adalah kakap. Beberapa jenis kakap
yang bernilai ekonomis dan telah dibudidayakan adalah kakap putih (Lates calcalifer),
kakap mata kucing (Psammoperca waigiensis), sert kakap merah (Lutjanus johni dan L.
argentimaculatus). Seperti Kerapu, kakap juga dapa dipelihara di KJA dan di tambak,
bahkan kakap putih (Lates calcalifer) dapat dipelihara di air tawar.
Indonesia juga tidak hanya kaya jenis rumput laut bernilai ekonomi tinggi, tetapi
juga potensi lahan untuk budidayanya yang sangat luas. Diperkirakan terdapat 56
jenis rumput laut bernilai ekonomi yang ada di perairan Indonesia. Sedangkan untuk
budidaya rumput laut dapat dilakukan, baik di daerah pasang surut maupun tambak.
Lahan di daerah pasang surut untuk budidaya rumput laut diperkirakan mencapai 1,1
juta ha. Dengan produktivitas rata-rata sebesar 16 ton rumput laut kering/ha/tahun,
maka dapat diproduksi sebesar 17,7 juta ton rumput laut kering /tahun. Dengan harga
rumput laut kering ditingkat pembudidaya sebesar Rp. 4.500/kg maka menghasilkan
nilai ekonomi (devisa) sebesar Rp 80 triliun/tahun = 9 miliar dollar AS/tahun, dengan
penyediaan lapangan kerja sekitar 1 juta orang (Dahuri,2004). Indonesia juga dapat
memproduksi mutiara mencapai ukuran paling besar. Jenis kernag atau tiram Pinctada
maxima dapat menghasilkan mutiara berukuran besar. Beberapa jenis kerang untuk
konsumsi yang bernilai ekonomi tinggi adalah kerang hijau (Perna viridis/Mytilus
viridis), kerang bakau (Crassostrea sp.), kerang darah (Anadara granosa), dan kima
(Tridacna sp.). Disamping itu, terdapat puluhan jenis siput dan keong yang potensial
dibudidayakan.
Teripang dan kepiting bakau adalah komoditas yang harganya terus meningkat
dari tahun ke tahun. Kedua komoditas ini diekspor ke Singapura, Hongkong, Jepang,
Taiwan, Cina (RRC), Amerika Serikat, dan di beberapa negara Eropa. Teripang (Holothuria
sp. Dan Stichopus sp.) dibudidayakan di daerah pasang surut dengan system pen
kultur atau pagar. Sedangkan kepiting bakau (Sylla serrata) dibudidayakan di tambak.
Teknologi pembenihan kedua komoditas ini terus disempurnakan.
Biota air yang dapat dikembangkan sebagai hewan budidaya, baik biota air tawar
maupun biota laut, jumlahnya masih sangat banyak. Beberapa jenis terancam punah
sementara teknologi pambudidayaanya belum dikuasai. Misalnya, ikan bungo atau
ikan beloso (Glossogobius bungo/G. giuris) yang terdapat di perairan umum Sulawesi.
Ikan ini merupakan salah satu ikan penting di Danau Tempe (Sulawesi Selatan) yang
semakin terdesak karena penangkapan yang intensif, introduksi dan degradasi
habitatnya. Padahal, bungo merupakan ikan endemic di beberapa danau dan sungai
di Sulawesi.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
45
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENDAHULUAN
Penyu (turtle) atau biasa disebut juga kura-kura laut, tuturuga, atau hen termasuk
hewan yang terancam. Enam jenis penyu dari tujuh jenis yang hidup di dunia,
ditemukan di perairan Indonesia, yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu
hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu lekang
(Lepidochelys olivacea), penyu tempayan (Carreta carreta), dan penyu pipih (Natator
depressus). Semua jenis penyu dilindungi karena populasinya diperkirakan hanya
sekitar 250.000 ekor. Hewan purba ini terus ditangkap yang tiap tahunnya diperkirakan
diatas 30.000 ekor. Telurnya pun terus diburu sehingga dikhawatirkan mempercepat
kepunahan hewan ini. Walaupun di beberapa lokasi penelurannya secara alami telah
dilindungi, tetapi kehidupan setelah menetas masih bergantung pada alam. Upaya
pembudidayaan secara terkontrol belum dilakukan sementara penangkapan penyu
dan pengambilan telurnya di alam terus berlangsung. Beberapa jenis siput yang
dilindungi secara hokum, tetapi terus dieksploitasi adalah kepala kambing atau taugu
(cassis cornuta), susu bundar atau cege (Trochus niloticus), siput terompet (Charonia
tritotis), dan siput hijau atau batu laga (Turbo marmuratus). Hewan – hewan ini bernilai
ekonomis, baik dikonsumsi maupun kulitnya dibuat perhiasan. Namun, biologi hewan
ini belum banyak diketahui sehingga upaya – upaya kearah pembenihan masih jauh.
MATERI PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan
diharapkan aman untuk dikonsumsi sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan
pasar sebagai konsekuensi dari kebutuhan pasar global. Produk perikanan
budidaya harus mempunyai daya saing,baik dalam mutu produk maupun efisiensi
dalam produksi. Hal tersebut akan berpengaruh positif dalm upaya meningkatkan
ekspor dan menekan impor serta pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya
dapat meningkatkan devisa dan pendapatan masyarakat.
Peningkatan mutu produk perikanan budidaya lebih diarahkan untuk
memberikan jaminan keamanan pangan (food safety) mulai bahan baku hingga
produk akhir hasil budidaya yang bebas dari bahan cemaran seperti sesuai
persyaratan pasar. Namun tidak sedikt pula di jumpai para pembudidaya yang
masih mengabaikan persyaratan yang dibutuhkan pasar ini,baik dari segi
biosecurity budidaya perikanan maupun cara budidaya ikan yang baik (CBIB).
Budidaya perairan (aquaculture) menjadi pilihan bagi Negara – Negara produsen
perikanan untuk meningkatkan produksi. Beberapa daerah penangkapan (fishing
ground) utama dunia makin menurun. Perairan diseluruh dunia dikelompokkan
menjadi 16 perairan,yang terdiri atas 6 wilayah peraiaran samudera atlantik, 2
wilayah perairan samudera Indonesia, 6 wilayah perairan samudera pasifik, serta
masing-masing 1 wilayah untuk laut Mediterania dan perairan Antartik. Menurut
kategori ini, kepulauan Indonesia masuk dalam 2 wilayah perairan, yaitu perairan
Pasifik Barat Tengah (Western Central Pacific) dengan kode wilayah 71 dan
Samudera Hindia Timur (Eastern Indian Ocean) dengan kode wilayah 57.
INDUSTRI PERIKANAN
46 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Hasil evaluasi FAO berdasarkan rasio produksi pada tahun 1998 dengan
potensi lestari Maximum Sustainable Yield (MSY) atau rasio produksi dengan
Maximum Long-Term Average Yield (MLTAY) menunjukkan bahwa empat wilayah
perairan telah mencapai puncak pemanfaatan sumber dayanya. Keempat wilayah
perairan tersebut termasuk dengan perairan dengankode wilayah 71 dan 57,
serta Pasifik Barat Daya (Southwest Pacific) dengan kode wilayah 81 dan Pasifik
Barat Laut (Northwest Pacific) dengan kode wilayah 61. Delapan perairan lainnya
telah dimanfaatkan sekitar lebih dari 70% sementara 4 perairan lainnya telah
dimanfaatkan antara 10% hingga 50% (FAO,2000).
Studi – studi FAO juga mengungkapkan bahwa produksi ikan dunia cenderung
stabil atau meningkat dengan presentase sangat kecil, yaitu sekitar 1,5% per tahun
selama lima tahun terakhir. Produksi hasil perikanan dari kegiatan penangkapan
dari laut justru menunjukkan gejala mulai menurun, yaitu dari 84,7 juta ton pada
tahun 1994 menjadi 84,1 juta ton pada tahun 1999. Kestabilamn produksi ikan
dunia lebih disebabkan kontribusi positif dari kegiatan budidaya perairan yang
meningkat sebesar 10% per tahun pada tahun 1994-1999, dari sekitar 20,8 juta
ton pada tahun 1994 menjadi 32,9 juta ton pada tahun 1999 (Nikijuluw,2002).
Pada tahun 2002 produksi budidaya perairan dunia telah mencapai 39,7 juta ton
dimana Asia mempunyai kontribusi sebesar 89%. Dengan demikian, jika pola ini
tetap berjalan, ketergantungan produksi pada kegiatan penangkapan ikan makin
kecil. Sebaliknya ketergantungan pada budidaya ikan semakin besar.
Berdasarkan hasil evaluasi FAO ini, dapat dikatakan bahwa sumber daya
ikan dunia telah dimanfaatkan secara penuh. Khusus untuk wilayah perairan
dengankode 71 dan 57 – Kepulauan Indonesia merupakan bagian dari wilayah
tersebut – secara agregat telah mencapai puncak pemanfaatannya. Kawasan
barat dan selatan Indonesia adalah bagian wilayah dengan kode 71 sementara
kawasan timur dan utara Indonesia adalah bagian wilayah dengan kode 57. Arti
dari hasil evaluasi ini bagi Indonesia adalah bahwa pembangunan perikanan
tangkap kedepan tidak akan dapat diexpansi,seperti tahun tahun sebelumnya.jika
pola pemanfaatan cenderung meningkat terus seperti sekarang,kelebihan atau
over exploitasi sumber daya ikan akan terjadi.oleh karena itu, Indonesia perlu
melakukan upaya upaya pengelolaan pemanfaatan sumber daya ikan secara lebih
baik sehingga ikan yang masi ada dapat menjadi modal bagi perbaikan (ricoveri)
stok dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Kondisi bahwa sumber daya perikanan Indonesia telah dimanfaatkan
secara penuh dapat juga dilihat dari komposisi jenis ikan yang ditangkap.
Ikan yang berharga murah dan yang lebih rendah derajatnya dalam rantai
makanan(foodchain) mendominasi komposisi produksi ikan. Idikator yang paling
jelas pada akhir akhir ini adalah munculnya ubur ubur sebagai jenis hayati laut
yang tinggi produksinya. Kemunculan ubur ubur dalam jumlah yang sangat
banyak disuatu perairan, tidak sepeti biasanya, sering mengelabui nelayan
sebagai suatu potensi baru yang perlu dimanfaatkan. Padahal, secara biologi,
booming (melimpahnya) ubur ubur ini adalah indicator bahwa pemangsanya,
yaitu ikan yang lebih besar dah lebih tinggi derajatnya dalam ranntai makan,telah
berkurang populasinya karena menjadi sasaran dan target penangkapan nelayan.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
47
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
48 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
49
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
negara ini memperoleh devisa sekitar 1,5 miliar dolar AS dari hasil budidaya
udang windu (Penaeus monodon). Kanada yang hampir sepanjang tahun
mengalami musim dingin mampu memproduksi scallop sekitar 18.000 ton/
tahun. Pada kondisi suhu rendah tentu laju pertumbuhan organisme perairan
sangat lambat dan banyak organism laut yang tidak dpat dibudidayakan
dengan efisien sehingga iklim di Kanada menjadi factor pembatas peluang
budidaya. Namun, toh Negara ini mampu meraup keuntungan yang besar dari
budidaya scallop pada kondisi tersebut.
Perancis dengan memanfaatkan perairan pantainya untuk budidaya
tiram (oyster) pada tahun 1990 negara ini telah mampu memproduksi tiram
sebanyak 200.000 ton dan memperoleh nilai tukar sekitar 3 miliar dolar AS.
Padahal, negara ini hanya mengandalkan kesuburan alami beberapa kawasan
perairan pantai barat yang berhadapan dengan Lautan Atlantik (Marennes
d’Öleron) dan beberapa kawasan di pantai selatan yang berhadapan dengan
Laut Mediterania, yang panjang pantainya sekitar 100 km.
Norwegia dapat memproduksi sekitar 300.000 ton/tahun ikan salmon
melalui usaha budidaya KJA di laut. Budidaya ikan salmon di Norwegia dan
Denmark telah menggunakan teknologi canggih dan serba otomatis sehingga
tidak banyak diperlukan tenaga manual. Australia, Selandia Baru, Jepang,
Meksiko, bahkan telah membudidayakan ikan tuna. Australia mengembangkan
budidaya tuna jenis sirip biru atau southern bluefin tuna (Thunnus maccoyi)
sejak tahun 1990. Pada awalnya rencana pembesaran ikan tuna dalam KJA
dilakukan selama enam bulan untuk mencapai ukuran pasar sebesar 35-45 kg/
ekor, tetapi ternyata pertumbuhannya sangat baik sehingga pembesarannya
cukup dilakukan selama 3 bulan. Ekspor perdana tuna sirip biru hasil budidaya
dari Australia mendapat tempat yang cukup baik di pasar Jepang dengan harga
jual lima kali lebih tinggi daripada harga ikan tuna hasil tangkapan dengan
purse seine dan pole and line.
Indonesia potensial menjadi produsen hasil – hasil perikanan terbesar
di dunia melalui usaha budidaya. Saat ini, Indonesia telah menempati urutan
kedua sebagai produsen terbesar Bandeng (Chanos chanos) di dunia dari
usaha budidaya setelah Filipina yang menempati urutan pertama. Dengan
potensi yang ada, Indonesia berpeluang menggeser Filipina. Tidak hanya
Bandeng beberapa komoditas seperti Kerapu (Epinephelus,Pletcropoma,
Cromileptes), rumput laut (Gracillaria, Eucheuma, Gelidum), teripang
(Holothuria, Stichopus), kakap (Lates, Psammoperca, Lutjanus), kerang mutiara
(Pinctada), kepiting bakau (Syclla serrata), ranjungan (Portunus), udang
windu (Penaeus monodon), udang putih (Penaeus indicus, P. merguiensis),
udang galah (Macrobrachium rosenbergii), arwana (Sceleropages formosus),
kerang hijau (perna viridis/Mytilus viridis), tiram/oyster (Crassostrea, Ostrea,
Saccostrea), serta berbagai jenis ikan air tawar,ikan hias laut, dan ikan hias air
tawar, bukan tidak mungkin dapat mengantarkan Indonesia menjadi produsen
utama hasil – hasil perikanan dunia melalui usaha budidaya perairan.
INDUSTRI PERIKANAN
50 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
51
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
52 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
53
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
penggunaan alat siphon yang sama untuk beberapa unit produksi. Bahkan,
kulit, pakaian hingga siklus fisiologis pencernaann hewan liar disekitar
lokasi menjadi rute dan siklus umum untuk penyebaran penyakit. Sumber
penyebaran infeksi lainnya juga dapat berasal dari pakan khususnya pada
siklus produksi benih. Penggunaan rotifer atau artemia yang terinfeksi
dapat menjadi salah satu penyebab utama penyebaran penyakit infeksius
serta kontaminasi aflatoksi pada pakan dapat mempengaruhi tingkat
kelulushidupan ikan.
b. Tindakan pengendalian
Penyebaran penyakit dapat terjadi secara vertical dari induk ke benih yang
dihasilkan ataupun secara horizontal selama proses produksi. Pencegahan
terhadap introduksi ikan budidaya ke lingkungan bebas juga menjadi
tugas penting dalam aplikasi biosecurity. Oleh karena itu, tindakan
pengendalian berikut dapat dilakuakan untuk penerapan biosecurity :
1) Seleksi induk bebas penyakit serta penggunaan induk dengan variasi
genetic yang beragam. Kedua factor ini sangat mempengaruhi status
kesehatan dan system imun benih yang dihasilkanyang pada akhirnya
mempengaruhi tingkat laju pertumbuhan ikan.
2) Pengunaan benih yang memiliki sertifikat bebas penyakit dan berasal
dari panti benih (hatchery) yang tersertifikasi.
3) Tindakan desinfeksi terhadap telur, peralatan kerja, bak inkubasi, bak
pemeliharaan, kultur fitoplankton, pakan dan personil yang terlibat
dalam proses produksi. Prosedur dan pembuatan bahan desinfeksi
termasuk gambaran umum tentang penempatan bak desinfeksi kaki
untuk personel terangkum dalam SNI 8230:2016
4) Tindakan karantina terhadap induk dan benih yang berasal dari sumber
eksternal. Satu hal yang perlu diperhatikan pada tindakan karantina
ini adalah penggunaan peralatan dan air pemeliharaan yang harus
dibedakan dengan unit produksi lainnya. Pemisahan ini bertujuan
untuk mengurangi berbagai dampak negative yang dapat ditimbulkan
akibat tindakan pengendalian intensif selama fase karantina, seperti
penggunaan antibiotika, bahan kimia dan bahan aktif biologis lainnya.
Titik buangan air karantina juga menjadi perhatian penting dan harus
dipisahkan dengan titika air input/masukan atau yang digunakan
untuk produksi. Air buangan harus dikendalikan secara khusus dengan
menggunakan desinfektan atau melalui system biofiltrasi bertingkat.
Hal ini bertujuan untuk mencegah aktifnya mikroorganisme dalam
bahan aktif biologis yang digunakan selama proses karantina,
seperti probiotik dan vaksin, atau pathogen yang berasal dari media
transportasi, pada suhu dan kondisi lingkungan tertentu. Tindakan
sterilisasi air buangan ini juga bertujuan untuk mencegah masuknya
bahan kimia yang digunakan selama proses karantina dan berpotensi
dapat menimbulkan kontaminasi di lingkungan produksi.
5) Eliminasi hewan lain yang berpotensi sebagai vector penyebaran
penyakit dalam system produksi serta konstruksi bangunan yang
dapat mencegah lolosnya ikan budidaya ke lingkungan sekitar
INDUSTRI PERIKANAN
54 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
55
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
budidaya harus mempunyai daya saing, baik dalam mutu produk maupun efisiensi
dalam produksi. Hal tersebut akan berpengaruh positif dalam upaya meningkatkan
ekspor dan menekan impor serta pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya
dapat meningkatkan devisa dan pendapatan masyarakat. Peningkatan mutu
produk perikanan budidaya lebih diarahkan untuk memberikan jaminan keamanan
pangan (food safety) mulai bahan baku hingga produk akhir hasil budidaya yang
bebas dari bahan cemaran seperti sesuai persyaratan pasar. Cara budidaya Ikan
Yang Baik (CBIB) adalah penerapan cara memelihara dan atau membersarkan ikan
serta mamanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga memberikan
jaminan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan obat
ikan dan bahan kimia serta bahan biologi. Dalam menerapkan CBIB, pembudidaya
perlu memahami ketentuan yang dipersyaratkan sehingga dapat juga melakukan
pengawasan internal terhadap pelaksanaan usaha budidaya dengan menggunakan
checklist CBIB. Dokumen yang harus dimiliki dan diterapkan oleh suatu unit usaha
budidaya dalam menerapkan CBIB adalah:
1. SPO (Standar Prosedur Operasional), yang merupakan prosedur yang harus
dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan usaha budidaya
2. Catatan / rekaman sebagai bukti tertulis bahwa kegiatan usaha budidaya yang
dilakukan sudah sesuai dengan prosedur SPO.
Untuk menjamin bahwa penerapan CBIB telah memenuhi persyaratan, maka
perlu dilakukan Sertifikasi terhadap unit usaha budidaya yang bersangkutan.
Dengan cara penilaian yang obyektif dan transparan, sertifikasi diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan baik produsen maupun konsumen dan pada gilirannya
akan meningkatkan daya saing produk perikanan budidaya. Persyaratan penilaian
kesesuaian meliputi :
1. Lokasi
Lokasi Unit usaha budidaya berada pada lingkungan yang sesuai dimana
resiko keamanan pangan dari bahan kimiawi, biologis dan fisik diminimalisir
2. Suplai air
Suplai Air Unit usaha budidaya mempunyai sumber air yang baik dan air pasok
terhindar dari sumber polusi
3. Tata letak dan desain
Tata letak dan desain budidaya meliputi :
a. Area usaha budidaya hanya digunakan untuk pembudidayaan ikan
b. Unit usaha budidaya mempunyai desain dan tata letak yang dapat
mencegah kontaminasi silang
c. Toilet, septic tank, gudang dan fasilitas lainnya terpisah dan tidak
berpotensi mengkontaminasi produk budidaya
d. Unit usaha budidaya memiliki fasilitas pembangunan limbah cair ataupun
padat yang ditempatkan di area yang sesuai
e. Wadah budidaya seperti karamba dan jaring didesain dan dibangun agar
menjamin kerusakan fisik ikan yang minimal selama pemeliharaan dan
panen
4. Kebersihan fasilitas dan perlengkapan
Hal – hal yang harus juga diperhatikan untuk kebersihan fasilitas dan
perlengkapan budidaya adalah :
INDUSTRI PERIKANAN
56 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
58 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
59
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
INDUSTRI PERIKANAN
60 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
LEMBAR PRAKTIKUM
Lembar Kerja
Nama Kelompok :
Nama Anggota :
Kelas :
CONTOH SOAL
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
61
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
CAKRAWALA
INDUSTRI PERIKANAN
62 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
CAKRAWALA
“Ke depan tidak menutup kemungkinan bagi kedua negara menjalin kerjasama
dalam rangka sharing informasi terkait pengelolaan manajemen mutu dan
keamanan pangan bagi produk perikanan budidaya, disamping kerjasama dalam
upaya meningkatkan pemenuhan persyaratan produk udang asal Indonesia”,
ungkap Liu.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam
keterangannya di Jakarta, Senin (23/7) menyatakan bahwa penilaian positif tim
DAWR tentunya diharapkan akan kembali meningkatkan jaminan keberterimaan
produk udang di pasar Australia, sehingga volume ekspor Indonesia ke negeri
kanguru tersebut bisa terus digenjot. Slamet juga memastikan bahwa pengelolaan
sistem produksi budidaya terutama mulai pemilihan benih bermutu, penerapan
biosecurity, pengendalian penggunaan antibiotik dan pelarangan bahan
berbahaya lainnya, penataan sistem tata letak tambak, pengelolaan limbah
hingga pengendalian lingkungan telah menjadi kebijakan nasional yang mutlak
diterapkan di setiap unit budidaya guna menjamin food safety dan sustainability.
Salah satu bentuk konsistensinya, saat ini KKP telah mengeluarkan kebijakan
pengembangan budidaya udang berkelanjutan berbasis klaster di seluruh
Indonesia. Ia menegaskan konsep klaterisasi kawasan berkelanjutan adalah
bentuk upaya dalam memperketat sistem biosecurity dan mendorong manajemen
secara kolektif dan terintegrasi, dengan demikian aspek ketelurusan lebih efektif
dan keberlanjutan lingkungan dan usaha budidaya lebih terjamin.
Disamping itu, berkaitan dengan regulasi sistem mutu dan keamanan pangan di
level on farm, KKP tengah melakukan penggabungan berbagai standar seperti
Cara Perbenihan Ikan yang Baik (CPIB), Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), dan
Cara Pembuatan Pakan Ikan yang Baik (CPPIB) ke dalam satu standar yang lebih
komprehensif yakni Indonesian Good Aquaculture Practice (Indo GAP). Indo GAP
ini memiliki substansi lebih komprehensif termasuk didalamnya mencakup aspek
sustainability dan diharapkan semua standar persyararan produk dari negara
buyer baik public standar maupun private standar bisa terakomodir seluruhnya.
KKP juga melakukan kerjasama dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN) terkait
pendampingan pengembangan skema sertifiksasi Indo GAP.
“Kami berharap bentuk apresiasi dari pemerintah Australia akan lebih memacu
semua elemen pelaku usaha baik pembenihan udang, pabrik pakan, pembudidaya
udang dan processing untuk konsisten menerapkan sistem mutu dan keamanan
pangan. Mulai saat ini kita tidak bisa mengelak bahwa kebijakan hambatan non
tarif dalam perdagangan global menjadi prasyarat multlak yang harus dipenuhi.
Begitupun dengan pemberlakuan tariff barrier pada beberapa produk perikanan
akan kita antisipasi dengan penerapan regulasi nasional sistem mutu dan
keamanan pangan produk budidaya secara konsisten”, pungkasnya
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
63
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
INDUSTRI PERIKANAN
64 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
TUGAS MANDIRI
Setelah anda membaca dan mempelajari materi biosecurity dan Cara Budidaya
Ikan Yang Baik (CBIB), maka untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
anda, kerjakan tugas ini secara mandiri. Buatlah (pilihlah salah satu dari tugas
dibawah ini) :
1. Makalah yang berhubungan dengan Biosecurity dan CBIB.
2. Power point yang berhubungan dengan Biosecurity dan CBIB.
3. Melakukan pengamatan secara langsung pada lokasi kegiatan budidaya
perairan , kemudian membuat laporan.
Kerjakanlah soal-soal dibawah ini dengan baik dan benar, cobalah menggunakan
bahasa anda !
1. Jelaskan mengapa Biosecurty diperlukan dalam Budidaya perairan !
2. Cobalah mencari peralatan apa saja yang dapat mendukung penerapan
biosecurity budidaya perairan melalui googling!
3. Tuliskan 9 persyaratan yang mendukung penerapan CBIB dalam Budidaya
perairan
4. Berikan penjelasan bagaimana CBIB dapat mendukung proses produksi!
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ketiga ini anda tentu paham tentang penerpan
biosecurity dan CBIB. Dari semua materi yang sudah di pelajari dalam bab ketiga
ini bagian mana yang menurut anda sulit untuk dipahami ? coba anda diskusikan
dengan teman ataupun guru mata pelajaran, karena materi ini dasar dari materi –
materi selanjutnya.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
65
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
3. Ada tiga aspek yang harus kita perhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya
sehingga hasil produksi budidaya dapat ditingkatkan atau dikatakan berhasil.
Ketiga aspek itu adalah…
a. Aspek Teknis, Aspek Ekonomis dan Aspek Politik
b. Aspek Teknis, Aspek Ekonomis dan Aspek Sosial
c. Aspek Teknis, Aspek Ekonomis dan Aspek Hukum
d. Aspek Ekonomis, Aspek Politik dan Aspek Sosial
e. Aspek Politik, Aspek Sosial, Aspek Hukum
4. Satu jenis ikan yang cukup banyak dibudidayakan dan memiliki harga kompetitif
di pasar adalah ikan Kerapu. Wadah budidaya kerapu yang sering dijumpai adalah
dalam bentuk…
a. Kolam Tanah
b. Penculture
c. KJA (Keramba Jaring Apung)
d. Telaga
e. Kolam Beton
5. Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas
oksigen yang terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan
dalam…
a. ppm (part per million)
b. ppt (part per thousand)
c. pph (part per hundred)
d. ppm (part per meter)
e. ppb (part per billion)
INDUSTRI PERIKANAN
66 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
6. Penggunaan organism (biota) perairan atau bagian dari organisme perairan, seperti
sel dan enzim untuk membuat atau memodifikasi produk untuk memperbaiki
kualitas fauna (hewan) dan flora (tumbuhan) atau untuk mengembangkan
organism guna aplikasi tertentu, termasuk remediasi (perbaikan lingkungan)
akibat pencemaran dan kerusakan lainnya. Merupakan pengertian dari…
a. Biosecurity
b. Bioteknologi
c. Budidaya
d. Akuakultur
e. CBIB
7. Pada tahun 1992 di muara sungai Taura, Guayaquil, Ekuador ditemukan pertama
kali penyakit yang paling spesifik menyerang udang Vanammei (Litoppenaeus
Vanammei)…
a. TSV ( Taura Syndrom Virus)
b. WSSV (White Spot Syndrom Virus)
c. VNN (Viral Nervous Necrosis)
d. RSV (Red Spot Virus)
e. TSV (Taura Spot Virus)
10. Dalam kegiatan persiapan wadah budidaya salah satu tahapan yang dilakukan
adalah pengapuran. Pengapuran kolam pendederan bertujuan untuk ......
a. Membasmi hama dan penyakit
b. Mengeraskan dasar kolam
c. Meningkatkan Kekeruhan Air
d. Mengkatkan oksigen terlarut
e. Meningkatkan jumlah plankton
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
67
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
11. Wadah yang baik untuk memijahkan udang adalah yang terbuat dari beton yang
berbentuk ......
a. Segi tiga
b. Bulat mengerucut
c. Segi lima
d. Trapezium
e. Empat persegi panjang
12. Banyak tahapan yang dilakukan dalam perisapan wadah budidaya salah satunya
yaitu sanitasi. Sanitasi wadah pembenihan pada bak dilakukan dengan cara ...........
a. Pemanasan air
b. Penebaran kapur
c. Penebaran Pupuk
d. Pencucian menggunakan klorit
e. Pemasangan aerasi
13. Perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah
ikan bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan
ikan disebut ….
a. Sanitasi penyakit
b. Membasmi penyakit
c. Mencegah hama dan penyakit
d. Mengobati hama dan penyakit
e. Pemupukan
14. Budidaya perikanan meliputi beberapa kegiatan salah satunya adalah kegiatan
pembenihan. Biasanya kegiatan pembenihan ikan umumnya dilakukan pada …..
a. Hatchery
b. Kolam air deras
c. Kolam Jaring Terapung
d. Karamba
e. Kandang
15. Hama dan penyakit dalam kegiatan budidaya sering menghambat produktivitas.
Salah satu penyebab ikan terserang penyakit adalah….
a. Padat penebaran ikan tinggi
b. PH air tinggi
c. Suhu Air Stabil
d. Kurang makanan
e. Serangan predator
INDUSTRI PERIKANAN
68 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
16. Organisme yang hidup baik di lapisan atas dasar perairan maupun di dalam dasar
perairan dan dapat menjadi pakan alami bagi ikan adalah.....
a. Lumut
b. Bentos
c. Infusoria
d. Artemia
e. Teratai
17. Kegiatan yang bertujuan untuk optimalisasi, efisiensi dan efektivitas sumberdaya
yang ada (kolam, induk ikan, modal, tenaga kerja dll) agar produksi pembenihan
ikan dapat dilakukan secara kontiniu baik kualitas maupun kuantitas disebut ….
a. Pembesaran ikan
b. Pembenihan ikan
c. Pendederan benih ikan
d. Pemijahan induk ikan
e. Pengelolaan induk ikan
18. Pada sistem teknologi budidaya KJA padat tebarnya relatif tinggi. Hal ini
disebabkan karena....
a. Menggunakan pakan buatan
b. Kandungan DO tinggi
c. Banyak pakan alami
d. Kompetitornya kurang
e. Menyesuaikan dengan wadahnya
19. Pembesaran Sistem Intensif adalah sistem pembesaran ikan dengan kriteria...
a. padat tebar yang tinggi, luasan petakan kecil, menggunakan pakan buatan,
diusahakan sebagai pekerjaan utama.
b. padat tebar yang tinggi, luasan petakan sedang, menggunakan pakan buatan
dan pakan tambahan, diusahakan sebagai pekerjaan utama.
c. padat tebar sedang, luasan petakan sedang, menggunakan pakan buatan dan
pakan alami, diusahakan sebagai pek erjaan utama.
d. padat tebar yang rendah, petakannya besar, menggunakan pakan buatan dan
pakan alami, diusahakan sebagai pekerjaan sampingan.
e. padat tebar yang rendah, petakannya besar, menggunakan pakan buatan dan
pakan alami, diusahakan sebagai pekerjaan sampingan.
20. Apabila anda ingin membudidayakan ikan kakap yang menyukai salinitas cukup
tinggi, tipe kolam/tambak apakah yang cocok?
a. Kolam/tambak lanyah
b. Kolam/tambak Intensif
c. Kolam/tambak semi intensif
d. Kolam/tambak darat
e. Kolam/tambak tradisional
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
69
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
21. Jumlah benih yang ditebar per satuan luas sistem teknologi budidaya merupakan
pengetian dari ....
a. populasi benih
b. kepadatan benih
c. jumlah hasil sampling
d. jumlah benih
e. padat penebaran benih
22. Padat tebar benih sangat tergantung pada sistem teknologi yang digunakan
dan jenis ikannya. Di bawah ini jenis ikan budidaya yang paling tinggi padat
penebarannya adalah ...
a. Ikan kakap
b. Ikan kerapu
c. Ikan cobia
d. Ikan bobara
e. Ikan kakap putih
23. Benih hasil tangkapan dari alam memiliki banyak kekurangan. Di bawah ini adalah
kekurangan benih hasil tangkapan dari alam, kecuali...
a. Umur dan ukuran relatif sama
b. Tidak jelas keturunannya
c. Mortalitas tinggi
d. Umur tidak seragam/sama
e. natalitas tinggi
24. Sebelum melakukan penebaran benih pada kolam dilakukan aklimatisasi terlebih
dahulu. Cara untuk melakukan aklimatisasi adalah...
a. Memasukkan air dari wadah sedikit demi sedikit
b. Merendam kantong packing pada wadah
c. Memasukkan ikan ke dalam wadah
d. Memasukkan benih ke dalam baskom lalu dimasukkan air wadah
e. Semua jawaban benar
INDUSTRI PERIKANAN
70 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
26. Ikan yang mengalami gejala nafsu makan berkurang, luka-luka, lesu, mata suram,
lendir tubuh meningkat dan adanyaa bintik putih pada insang dan permukaan
kulit diserang penyakit :
a. Lernea
b. Dactylogyrus
c. Ichthyopthirius
d. Trichodina
e. Corona
28. Memilih benih-benih berdasarkan kriteria kualitas misalnya baik dan jelek
merupakan pengertian dari…
a. Aklimasi
b. Aklimatisasi
c. Sortasi
d. Grading
e. Budidaya
30. Sifat fisik kualitas air yang akan dikontrol pada proses pemeliharaan ikan adalah.....
a. pH
b. Suhu
c. Oksigen
d. Amonia
e. Nitrit
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
71
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
B. ESSAY
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Bisakah anda jelaskan bagian – bagian apa saja dalam setiap wadah budidaya
perikanan
2. Coba anda jelaskan secara singkat tahapan – tahapan atau proses aklimatisasi
komoditas budidaya
3. Dalam kegiatan budidaya perikanan salah satu faktor penentu keberhasilan
adalah ketersediaan benih yang baik. Tulislah cirri – cirri benih yang baik untuk
budidaya !
4. Mengapa Bioteknologi sangat diperlukan dalam kegiatan budidaya perairan !
5. Dalam penerapan CBIB (Cara Budidaya Ikan Yang Baik) perlu memenuhi beberapa
persyaratan agar unit usaha yang kita miliki bisa dipercaya oleh konsumen
bahkan meningkatkan daya saing produk perikanan Budidaya. Tuliskan beberapa
persyaratan yang dimaksud!
INDUSTRI PERIKANAN
72 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Padat Penebaran/
Sortasi/Grading
Stocking Density
KATA KUNCI
Benih,stocking,penebaran
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
73
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENDAHULUAN
Gambar 4.1 Program Pemerintah sektor perikanan (penyaluran benih pada masyarakat)
Sumber : Dokumen BBPBL Lampung
INDUSTRI PERIKANAN
74 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENDAHULUAN
(KKP RI) dimana target produksi perikanan nasional mencapai 33, 53 juta ton dibagi
menjadi perikanan tangkap 9,45 juta ton perikanan budidaya 24,08 juta ton dan garam
nasional 4,10 juta ton dimana perikanan budidaya di bagi atas, 7,91 juta ton ikan dan
rumput laut 16,17 juta ton, sehingga target yang lain diharapkan juga dapat tercapai
diantaranya PDB (Product Domestic Bruto) targetnya 11%, nilai tukar nelayan ada di
angka 112, tingkat konsumsi ikan dalam negeri di harapkan ada di angka 50,65 Kg/
Kapita/tahun naik dari sebelumnya 46,49 Kg/Kapita/tahun di 2017, nilai ekspor hasil
perikanan 5,0 USD miliar dan jumlah luas kawasan konservasi 19,3 juta hektar.
MATERI PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
75
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
B. SELEKSI BENIH
Gambar 4.3 Benih King Cobia (a) dan Kerapu Macan (b)
Sumber : Dokumen BBPBL Lampung
INDUSTRI PERIKANAN
76 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Dalam usaha Budidaya perikanan fase pembesaran ikan, salah satu faktor yang
menentukan keberhasilannya adalah ketersediaan benih. Dalam penyediaannya,
benih dapat diperoleh dengan dua cara yaitu:
1. dari alam, dan
2. dari panti-panti pembenihan (Hatchery).
Benih alam adalah benih yang diperoleh oleh petani dengan cara menangkap
di pantai-pantai sekitar kolam/tambak dengan cara menyeser seperti halnya
menangkap nener bandeng, benih kakap, benih belanak, benih kerapu lumpur,
benih gabus, benih toman, benih betok, dan lain sebagainya. Benih ikan yang
berasal dari alam kurang baik sebagai benih, karena memiliki kekurangan, antara
lain :
1. Benih alam memiliki tingkat pertumbuhan yang tidak seragam karena umurnya
berbeda , sehingga menyulitkan dalam pengelolaannya.
2. Tidak diketahui sifat asalnya, khususnya tentang kelainan sifat jeleknya yang
menurun, seperti pertumbuhannya lambat, rentan terhadap penyakit, dan lain
sebagainya.
3. Tidak diketahui tingkat kedewasaan induk dari benihnya.
4. Mortalitasnya relatif tinggi karena benih banyak yang stress akibat penangkapan
menggunakan alat tangkap seperti seser, bubu, jaring, dan sebagainya. Selain
itu benih hasil tangkapan terlalu lama dalam wadah penampungan sehingga
kondisi tubuhnya menurun, yang mengakibatkan benih stress dan akhirnya
mati.
5. Seringkali benih tidak murni dari spesies ikan yang akan kita besarkan,
sehingga dapat menurunkan tingkat produksi kita.
Benih ikan hasil kegiatan pembenihan di panti pembenihan (hatchery), merupakan
benih yang relatif lebih baik, karena melalui suatu tahapan-tahapan yang selektif
seperti pemilihan induk berkualitas, pemijahan induk, pemeliharaan larva dan
benih, pendederan benih, dan panen benih, dari hasil panen diperoleh benih
dilakukan sortasi dan grading sehingga diperoleh benih-benih dengan kriteria
ukuran dan biomassa yang berbeda.
Kriteria benih yang digunakan baik yang berasal dari alam maupun yang berasal
dari produksi pembenihan adalah sebgai berikut :
1. Spesies definitif tidak tercampur dengan spesies lain.
2. Organ tubuh lengkap, tidak cacat.
3. Berukuran seragam.
4. Respon terhadap gangguan.
5. Berenang dengan normal.
6. Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus.
7. Berwarna cerah, dan
8. Tidak membawa penyakit.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
77
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Ukuran benih yang akan ditebar, akan menentukan lama waktu pemeliharaan
untuk mencapai ukuran atau biomassa panen tertentu. Namun benih berukuran
kecil biasanya harga satuannya lebih murah dibanding benih yang berukuran
besar. Pertimbangan-pertimbangan dalam memilih benih yang bisa dibesarkan
pada sistem teknologi budidaya yang digunakan, diantaranya adalah:
1. Ketersediaan spesies benih yang akan dibesarkan. Apabila spesies atau jenis
benih yang tersedia banyak, maka kita tidak menemukan masalah dalam
menggunakan sistem teknologi buddidaya (wadah) yang akan kita pakai,
namun apabila spesiesnya terbatas maka sistem teknologi budidaya yang
akan dipakai harus sesuai dengan sifat dan tingkah laku spesies ikan tersebut.
2. Kecocokan spesies benih. Apabila kita sudah memilih sistem teknologi
budidaya tertentu (misalnya kolam), maka kita harus memilih spesies apa
yang cocok hidup dan tumbuh dengan baik di kolam. Sebagai contoh ikan
yang agresif seperti gabus akan sangat riskan apabila dipelihara di kolam
karena akan bisa kabur pada saat hujan atau kolam penuh dengan air.
3. Daya adaptasi benih (SR-nya) ketika dipelihara. Spesies ikan yang SR-
nya tinggi seperti ikan mas, beresiko dipelihara di KJA, apalagi apabila ada
peristiwa atau kejadian up-welling maka biasanya yang banyak mengalami
kematian adalah ikan mas.
4. Ukuran benih. Ukuran benih merupakan kriteria yang umum menjadi
pertimbangan dalam menentukan benih yang akan ditebar. Sebagai contoh
untuk budidaya di Karamba Jaring Apung baik di perairan tawar maupun laut,
ukuran benih yang layak ditebar adalah benih yng tidak lolos mata jaring KJA-
nya.
INDUSTRI PERIKANAN
78 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
5. Harga benih. Harga benih yang terlalu mahal bisa menjadi pertimbangan
untuk tidak memilih benih tersebut untuk dibesarkan, apalagi kalau ikan
sudah dipanen dan ketika dipasarkan harga jualnya tidak sesuai harapan
(ekspektasi) maka pengelola dan pemilik usaha akan merugi.
Beberapa jenis biota laut sudah dapat diperoleh benihnya dari hatchery.
Seperti kerapu bebek, kerapu macan, kerapu lumpur, kerapu sunu (lodi halus),
kerapu batik, kakap putih, kakap merah, ikan kuwe, nila merah, baronang,
bandeng, udang windu, udang vanamei, kepiting, tiram mutiara,abalone, serta
ikan cobia (king cobia). Untuk jenis tertentu (kerapu, bandeng, kakap, udang
windu) mudah diperoleh, bahkan untuk benih ikan kerapu dan bandeng sudah
banyak yang di ekspor. Untuk biota laut yang lain, seperti teripang dan udang
barong masih terbatas ketersediaannya atau konsumen harus memesan
terlebih dahulu sebelum benihnya diproduksi.
Apabila lokasi pembesaran biota laut jauh dari sumber benih, dibutuhkan
teknik transportasi yang baik. Pengangkutan dapat dilakukan secara terbuka
dan tertutup. System terbuka biasanya menggunakan bak/ember berisi air
dan diaerasi sepanjang perjalanan.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
79
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
80 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
81
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
82 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
c. Langkah Grading
Untuk kolam yang didesain khusus, proses pengambilan benih ini biasanya
dilakukan dengan membuka lubang air pembuangan. Pada keluaran air
kemudian dipasang jaring hingga ikan-ikan dapat berkumpul di situ dan
mulai dimasukkan ke alat grading.
Untuk kolam benih dengan kepadatan tinggi dan mode cepat di depan
pembeli, pengambilan benih dapat dilakukan dengan jaring atau serok
saja. Benih yang telah terambil kemudian diletakkan dalam ember grading
paling atas.
Benih yang berukuran besar akan tertinggal di ember bagian atas,
benih yang lebih kecil akan turun ke ember grading di bawahnya. Untuk
memastikan ikan yang berukuran kecil turun ke bawah, sebelum benih
dikumpulkan berdasarkan kelompoknya ember grading dapat diangkat-
celup dalam air beberapa kali atau sedikit dimiringkan. Ikan-ikan kemudian
dikelompokkan berdasarkan ukuran yang diperoleh. Untuk itu idealnya
tersedia beberapa kolam lain yang kosong selain kolam pendederan pada
proses pembenihan ikan ini.
d. Berok sebelum grading
Umumnya sebelum dilakukan proses grading ini, pada benih ikan
dilakukan pemberokan terlebih dahulu. Ikan tidak diberikan pakan
selama beberapa jam sebelumnya dengan tujuan ikan tidak akan buang
kotoran selagi dikirimkan ke tempat yang jauh. Air yang tetap bersih saat
pengiriman akan mempertinggi tingkat kehidupan benih saat tiba di
tempat konsumen.
Selesai proses grading ini dapat dilakukan proses penghitungan benih.
Perhitungan bisa dilakukan manual satu persatu dengan alat mangkok
dan pengambilan dilakukan dengan tangan langsung atau menggunakan
sendok. Dalam jumlah besar, benih kadang dijual berdasarkan sampling
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
83
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
bobot dengan gram, atau sampling volume dengan gelas takar. Tentunya
berdasarkan kesepakatan dengan konsumen.
INDUSTRI PERIKANAN
84 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 4.1 Padat Penebaran dan Produksi Bandeng (Chanos chanos) Di tambak sesuai
dengan Pola Penglolaan
Pola Padat Padat Produksi (kg/ha/
Pengelolaan Penebaran/m2 Penebaran/ha musim)
Ekstensif 0,3-0,5 3.000-5.000 300-1000
Ekstensif Plus 0,5-0,8 5.000-8.000 1.000-2.000
Semi Intensif 1-2 10.000-20.000 2.000-3.000
Intensif 3-5 40.000-50.000 4.000-5.000
2. EKSTENSIF PLUS
Pengelolaan budidaya system ekstensif plus atau tradisional plus
adalah perbaikan dari system ekstensif. Pada system ekstensif, biota budidaya
yang dipelihara dalam kolam, tambak, atau wadah lainnya bergantung
sepenuhnya pada pakan alami. Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan oleh
pembudidaya setelah menebar atau memasukkan benih kedalam wadah
pemeliharaan. Pada system ekstensif plus, sekalipun biota budidaya masih
bergantung pada pakan alami, pembudidaya telah melakukan beberapa
kegiatan untuk membantu penyediaan pakan alaim sehingga memungkinkan
ditingkatkannya padat penebaran.
Wadah pemeliharaan – kolam dan tambak – untuk budidaya perairan
system ekstensif plus, masih seperti pada system ekstensif. Biasanya kolam
dan tambak yang dikelola secara ekstensif dan ekstensif plus petakannya
sangat luas, lebih dari 1 ha. Namun, untuk peningkatan padat penebaran
yang berujung pada peningkatan produksi, penerapan system ekstensif plus
ditandai dengan pongolahan tanah dasar ( pengeringan, penjemuran, dan
pembajakan/pembalikan), pengapuran dan pemupukan. Dengan cara ini,
pakan alami dapat tumbuh dengan baik sehingga padat penebaran dapat
ditingkatkan. Pada budidaya Bandeng (chanos chanos), padat penebaran
ditingkatkan hingga mencapai 5.000 – 8.000 ekor/ha. Sering juga dilakukan
pergantian air, terutama memanfaatkan air pasang. Sekalipun waktu
pemeliharaan cukup lama, lebih dari enam bulan, tetapi hasil panen lebih
baik. Dengan asumsi tingkat kelangsungan hidup mencapai 80% dan Bandeng
dipanen rata-rata mencapai ukuran 400g/ekor, maka diperoleh Bandeng
sebanyak 1,6 ton (1.600 kg).
Pola pengelolaan ekstensif plus popular dalam budidaya Bandeng dan
Udang windu (Penaeus monodon). Pola ini diperkenalkan kepada petambak
untuk meningkatkan produksi Bandeng dan udang yang saat itu (awal tahun
1980-an) sangat rendah. Pada budidaya udang windu, penerapan system
ekstensif plus baru mampu meningkatkan produksi tambak hingga mencapai
500 – 800 kg/ha/musim panen.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
85
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
3. SEMI-INTENSIF
Pola pengelolaan Semi – intensif ini merupak pola perbaikan dari
ekstensif dan ekstensif plus sehingga sering disebut pola ekstensif yang
diperbaiki. Penerapan pola semi-intensif dicirikan dari beberapa factor :
a. Petak (pada tambak) pemeliharaan biota lebih kecil dibandingkan pada
pengelolaan ekstensif dan ekstensif plus.
b. Padat penebaran lebih tinggi. Pada ikan Bandeng antara 1 – 2 ekor/m2,
sedangkan pada udang windu antara 5 – 20 ekor/m2.
c. Kegiatan pengeloaan wada pemeliharaan semakin banyak. Pada tambak,
kegiatan dimulai dari pengolahan tanah, pengapuran, dan pemupukan.
Selama pemeliharaan, biota budidaya juga diberikan pakan buatan dan
tambahan secara teratur, 1 – 2 kali/hari.
d. Pergantian air dilakukan 5 – 20% setiap hari (tabel 3)
MATERI PEMBELAJARAN
semi – intensif adalah yang paling memenuhi tiga persyaratan investasi, yaitu
mempunyai nilai internal rate of return (IRR) sesuai yang diharapkan, net
present value (NPV) postif, dan net benfit cost (Net B/C) lebih dari satu.
4. INTENSIF
Pola pengelolaan usaha budidaya perairan intensif banyak diterapkan
pada budidaya air tawar dan tambak. Teknologi budidaya intensif ditandai
dengan :
a. Petak tambak/kolam untuk pemeliharaan yang lebih kecil. Luas petak
tambak untuk budidaya udang dan bandeng antara 0,2 – 0,5 ha walaupun
ada pada petak seluas 1,0 ha juga dikelola secara intensif.
b. Persiapan lahan untuk pemeliharaan (pengolahan tanah dan perbaikan
wadah budidaya) dan penggunaan sarana produksi (kapur, pupuk, dan
bahan kimia) menjadi mutlak.
c. Biota budidaya bergantung sepenuhnya pada pakan buatan atau pakan
yang diberikan secara teratur.
d. Penggunaan sarana budidaya untuk mendukung usaha, seperti pompa
dan aerator.
e. Produksi (hasil panen) sangat tinggi. Pada budidaya ikan bandeng dan
udang windu di tambak mencapai > 4 ton/ha/musim tanam.
Wadah budidaya untuk penerapan system budidaya intensif ialah kolam
air mengalir, kolam air deras, kolam bulat, tambak, keramba, sangkar, dan KJA.
KJA yang ditempatkan dilaut, padat penebarannya masih dapat ditingkatkan.
Pada budidaya ikan bandeng, benih berukuran berat rata – rata 50 g/ekor atau
panjang 7 – 10 cm dapat ditebar 500 ekor/m3. Ikan akan mencapai ukuran
berat rata – rata 450 g/ekor setelah dipelihara 120 hari (4 bulan). Pada ikan –
ikan berukuran besar seperti kakap (Lates, Lutjanus) dan Kerapu (Cromileptes,
Epinephelus, Plectropoma), padat penebarannya antara 60 -70 ekor/m3 untuk
benih yang berukuran 20 – 40 g/ekor, tetapi untuk benih yang telah mencapai
ukuran > 60 g/ekor, padat penebarannya diturunkan menjadi 40 – 50 ekor.m3.
Namun, bukan berarti penerapan teknologi budidaya intensif
tanpa masalah. Pada budidaya udang (Penaeus sp.), teknologi ini telah
menimbulkan masalah lingkungan pesisir yang cukup serius, baik karena
ketidaksesuaian lahan maupun usaha petambak menggenjot produksi tanpa
mempertimbangkan daya dukung. Budidaya udang di Negara – Negara
Asia telah menimbulkan kerusakan ekosistem mangrove dan pencemaran
perairan pesisir yang parah karena penerpan teknologi budidaya intensif
tanpa pertimbangan dampak yang ditimbulkannya. Sebenarnya, secara alami
berlangsung self purification (pemulihan sendiri). Akan tetapi, proses ini
perlu waktu dan seimbang antara besarnya limbah (organic) dan kecepatan
kerja bakteri yang berada di lingkungan perairan tambak. Jika akumulasi
limbah jumlahnya sangat besar hingga melampaui kemampuan kerja bakteri
pengurai, limbah itu akan tetap tersisa dan akan semakin menumpuk. Jika
saja kondisi ini berlangsung terus menerus, tak terelakkan lagi keseimbangan
lingkungan tambak menjadi terganggu. Gangguan ini tidak hanya sementara,
tetapi secara berangsur – angsur bakal merusak struktur lingkungan tambak
dalam masa – masa berikutnya. Karena itu, system budidaya udang yang
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
87
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
88 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
89
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Langkah berikutnya jika kita ingin menimbang berat rata – rata (bio massa)
benih maka :
a. Timbanglah terlebih dahulu baskom dengan air yang ad didalamnya
b. Ambilah secara acak sekitar 20 benih ikan, misalnya diperoleh data dari
20 ekor benih : 9,3 gram, 10,2 gram 8,4 gram, 9,6 gram, 9,5 gram, 10,5
gram, 9,1 gram, 9,8 gram, 9,3 gram 8,5 gram, 9,1 gram, 9,5 gram, 8,7 gram,
9,4 gram, 9,5 gram, 9,8 gram, 9,9 gram, 9,1 gram, 9,6 gram, 8,9 gram
c. Hitunglah bio massa rata-ratanya dengan menambahkan hasil pengukuran
dan membaginya dengan 20. Kenapa 20 karena sampel yang kita ambil
adalah 20 ekor benih. Biomassa rata – rata = (9,3 gram + 10,2 gram + 8,4
gram + 9,6 gram + 9,5 gram + 10,5 gram + 9,1 gram + 9,8 gram + 9,3 gram
+ 8,5 gram + 9,1 gram + 9,5 gram + 8,7 gram + 9,4 gram + 9,5 gram + 9,8
gram + 9,9 gram + 9,1 gram + 9,6 gram + 8,9 gram ) : 20 = 9,38 gram/ekor
INDUSTRI PERIKANAN
90 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Jadi apabila kita ingin menghitung atau mengetahui bobot rata- rata (bio
massa) benih yang akan kita tebar cukup mudah, yaitu tinggal mengalikan
berapa jumlah populasi benih yang kita ambil atau pesan untuk ditebar
dengan biomassa/bobot rata – rata benih ikan tadi, misalnya benih yang kita
ambil/beli berjumlah 31.500 ekor, maka :
Biomassa total = jumlah populasi benih X biomassa rata – rata benih
= 30.500 ekor X 9,38 gram/ekor
= 286090 gram
= 286.09 kg
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
91
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
LEMBAR PRAKTIKUM
Untuk mengerjakan tugas tentang seleksi benih dan penebaran benih, buatlah
kelompok kerja dengan membentuk kelompok beranggotakan 3 – 4 orang peserta
didik.
1. Tujuan agar siswa mampu :
a. Membiasakan diri bekerja secara tim dan mampu berkolaborasi dalam
menyelesaikan permasalahan
b. Memiliki rasa bangga terhadap karya sendiri/kelompok
c. Memiliki keberanian berkomunikasi dan menyampaikan ide di hadapan
orang lain
d. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan melalui kegiatan
presentasi
2. Tugas masing – masing kelompok
a. Lakukan teknik Sortasi benih budidaya perairan
b. Lakukan teknik grading benih budidaya perairan
c. Lakukan teknik penebaran benih sesuai dengan persyaratan
3. Langkah kerja :
a. Pakailah kelengkapan K3 minimal Alat Pengaman Diri (baju kerja, sepatu
boot, masker).
b. Siapkan lokasi kerja, jauhkan barang – barang yang tidak dibutuhkan
c. Lakukan identifikasi alat dan bahan seleksi dan penebaran benih
d. Siapkan alat dan komponen bahan seleksi dan penebaran benih
e. Ikuti prosedur/langkah kerja seleksi dan penebaran benih sesuai
persyaratan
f. Lakukan pekerjaan secara berkelompok
g. Jika menemukan hal lain yang belum jelas tanyakan pada guru
Lembar kerja
Nama Kelompok :
Nama Anggota :
Kelas :
Seleksi Benih :
Mengidentifikasi alat dan bahan seleksi dan penebaran benih
No Nama Alat Nama Bahan Fungsi/Cara Kerja
Kesimpulan :
INDUSTRI PERIKANAN
92 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
CONTOH SOAL
1. Agar dalam pelaksanaan pekerjaan anda merasa nyaman makan anda perlu
menerapkan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja ). Cobalah mengidentifikasi
prinsip K3 pada pekerjaan Seleksi dan Penebaran Benih
2. Anda akan melakukan Seleksi dan Penebaran Benih, sebelum melakukan
pekerjaan seleksi dan penebaran benih, buatlah identifikasi komponen
tambahan alternatif yang bisa anda kerjakan dan layak diaplikasikan
CAKRAWALA
Dalam penerapan sortasi dan grading yang perlu diperhatikan adalah waktu
pelaksanaan sortasi dan grading dan perlakuan terhadap benih yang di seleksi
jangan sampai luka. Gunakan seser yang halus dan lembut berbahan kain.
JELAJAH INTERNET
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
93
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
RANGKUMAN
1. Pengertian
Akuakultur dapat diartikan sebagai budidaya komoditas perairan seperti
ikan, kekerangan, krustasea, dan tanaman air (rumput laut). Akuakultur atau
budidaya perairan dibagi berdasarkan ekosistem perairan, yaitu budidaya
air tawar, air payau, dan budidaya laut. Istilah budidaya laut atau marikultur
adalah kegiatan budidaya komoditas akuatik yang dilakukan di laut.
2. Seleksi Benih
Benih dapat diperoleh dengan dua cara yaitu:
a. dari alam, dan
b. dari panti-panti pembenihan (Hatchery).
Beberapa kekurangan benih yang dipeoleh dari alam :
a. Benih alam memiliki tingkat pertumbuhan yang tidak seragam karena
umurnya berbeda , sehingga menyulitkan dalam pengelolaannya.
b. Tidak diketahui sifat asalnya, khususnya tentang kelainan sifat jeleknya
yang menurun, seperti pertumbuhannya lambat, rentan terhadap
penyakit, dan lain sebagainya.
c. Tidak diketahui tingkat kedewasaan induk dari benihnya.
d. Mortalitasnya relatif tinggi karena benih banyak yang stress akibat
penangkapan menggunakan alat tangkap seperti seser, bubu, jaring, dan
sebagainya. Selain itu benih hasil tangkapan terlalu lama dalam wadah
penampungan sehingga kondisi tubuhnya menurun, yang mengakibatkan
benih stress dan akhirnya mati.
e. Seringkali benih tidak murni dari spesies ikan yang akan kita besarkan,
sehingga dapat menurunkan tingkat produksi kita.
Kriteria benih yang digunakan dan diperoleh baik dari alam dan produksi
pembenihan (Hatchery) :
a. Spesies definitif tidak tercampur dengan spesies lain.
b. Organ tubuh lengkap, tidak cacat.
c. Berukuran seragam.
d. Respon terhadap gangguan.
e. Berenang dengan normal.
f. Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus.
g. Berwarna cerah, dan
h. Tidak membawa penyakit.
Pertimbangan-pertimbangan dalam memilih benih yang bisa dibesarkan
pada sistem teknologi budidaya yang digunakan, diantaranya adalah:
a. Ketersediaan spesies benih yang akan dibesarkan
b. Kecocokan spesies benih
c. Daya adaptasi benih (SR-nya) ketika dipelihara.
d. Ukuran benih.
e. Harga benih.
Aklimasi adalah proses penyesuaian biota air terhadap satu parameter kualitas
air di perairan tempat budidaya. Sedangkan aklimatisasi adalah penyesuaian
biota air terhadap faktor-faktor kualitas air pada lingkungan barunya seperti
suhu, pH, alkalinitas, dan sebagainya.
INDUSTRI PERIKANAN
94 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
95
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
ditimbang biomassanya ?
3. Bagaimanakah cara untuk mengukur panjang rata-rata dan biomassa rata-rata
benih?
4. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan aklimasi dan aklimatisasi ? Apa saja
faktor- faktor kualitas air yang erat kaitannya dengan aklimatisasi? Berikan
alasannya !
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab keempat ini, anda tentu paham tentang seleksi benih
meliputi : sortasi dan grading, dan penebaran benih serta teknik pengambilan
sampel. Dari semua materi yang sudah di uraikan diatas dalam bab keempat ini,
bagian mana yang menurut anda sulit untuk dipahami ? coba anda diskusikan
dengan teman maupun guru anda, karena bab ini dasar untuk materi – materi
selanjutnya.
INDUSTRI PERIKANAN
96 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
BAB
KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA PERIKANAN V
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
Media,Kualitas,Parameter
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
97
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENDAHULUAN
Air merupakan media kehidupan biota air yang sangat menentukan berhasil
tidaknya dalam suatu usaha budidaya perairan. Faktor penentu ini dikarenakan seluruh
kehidupan biota air sangat bergantung pada kondisi air, antara lain; untuk kebutuhan
respirasi, keseimbangan cairan tubuh, proses fisiologis serta ruang gerak. Kebutuhan
kondisi air ini sangat berpengaruh pada pengkondisian kualitas yang sesuai dengan
kebutuhan biota air. Air sebagai media budidaya tidak hanya merupakan media hidup
biota yang dibudidayakan, tetapi juga berbagai biota lain yang hidup secara bebas,
baik didalam air maupun “menumpang”pada biota budidaya. Didalam air, berbagai
biota dan komponen lainnya merupakan suatu ekosistem yang berhubungan.
Dengan mengetahui hubungan antara berbagai aspek di dalam air, baik biotic (biota
budidaya, plankton, parasit, bakteri, dan sebagainya); abiotik (lumpur, tanah, pasir, dan
sebagainya); maupun gas – gas yang terkandung di dalam air (oksigen, karbondioksida,
PH, dan sebagainya), maka upaya – upaya untuk memenuhi kebutuhan biota budidaya,
baik menyangkut pengelolaan air, pemberian pakan, penanggulangan hama dan
penyakit, maupun aktivitas lainnya dapat dilakukan secara tepat, tidak berdampak
terhadap biota lain serta tidak merusak habitat berbagai biota dan ekosistem perairan
secara luas.
INDUSTRI PERIKANAN
98 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
B. AIR LAUT
INDUSTRI PERIKANAN
100 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan
gas. Satu contoh air laut seberat 1.000 g akan berisi kurang lebih 35 g senyawa
– senyawa terlarut yang secar kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5 %
air laut berupa air murni dan 3,5 % zat terlarut. Banyaknya zat terlarut disebut
salinitas atau kadar garam yang biasa dinyatakan dengan satuan satu per seribu
(0/00). Oleh karena itu, suatu sampel air laut yang khas seberat 1000 g yang
mengandung 35 g senyawa – senyawa terlarut mempunyai salinitas 35 0/00 atau
ditulis ppt (part per thousand).
Salinitas pada berbagai tempat di lautan trbuka yang jauh dari daerah pantai
variasinya sempit saja, biasanya antara 34 – 37 0/00, dengan rata – rata 35 0/00.
Perbedaan salinitas terjadi karena perbedaan dalam penguapan dan presipitasi.
Salinitas lautan di daerah tropik seperti Indonesia lebih tinggi karena evaporasi
lebih tinggi. Sedangkan pada lautan di daerah beriklim sedang salinitasnya
rendah karena evaporasi lebih rendah. Di daerah pantai dan laut yang tertutup
sebagian, salinitasnya lebih bervariasi dan mungkin mendekati 0 di mana sungai
– sungai dan danau – danau besar mengalirkan air tawar, sedangkan di Laut Merah
dan Teluk Persia salinitasnya mencapai 40 0/00. Konsentrasi garam – garam ini
jumlahnya relative sama dalam setiap contoh – contoh air laut, sekalipun sampel
diambil dari tempat yang berbeda di seluruh dunia. Karena itu, tidak diperlukan
mengukur seluruh salinitas dari contoh – contoh setiap kali. Dalam hal ini sudah
cukup menghitung salinitas pada satu daerah saja dan dari hasil pengukuran ini
dapat dipakai untuk menentukan salinitas dari daerah – daerah yang lain. Cara
yang biasa dipergunakan untuk menentukan salinitas adalah dengan menghitung
jumlah kadar klor yang ada dalam satu sampel (cholorinity). Dari hasil pengukuran
ini, kemudian dapat ditentukan besarnya salinitas. Rumus yang digunakan adalah
(Hutabarat dan Evans, 1986) :
Salinitas = klorinitas x 1.817
Hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah – daerah
yang mempunyai perubahan salinitas yang kecil. Daerah estuari adalah suatu
daerah dimana kadar salinitasnya berkurang karena adanya sejumlah air tawar
yang masuk yang berasal dari sungai – sungai dan juga disebabkan oleh terjadinya
pasang surut di daerah ini. Akibatnya, daerah ini merupakan suatu tempat yang
sulit untuk dapat didiami sehingga daerah ini merupakan suatu tempat yang hanya
dapat dihuni oleh organisme – organisme tertentu yang telah menyesuaikan diri
dengan kondisi ini.
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola
sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai. Salinitas di perairan
Indonesia antara 30 – 35 ppt. nilai rata – rata tahunan yang terendah ditemukan
di Selat Malaka (30 ppt) karena banyak sekali mendapat pengenceran dari sungai
– sungai Sumatra dan Malaysia. Makin ke timur nilai rata – rata makin meningkat
hingga di laut Jawa ditemukan nilai rata – rata tahunan 32,5 ppt dan Laut Flores
33,5 ppt. laut Banda dan laut Sulawesi yang sangat banyak diperngaruhi oleh
Samudra Pasifik mempunyai nilai rata – rata tahunan yang tinggi 34 ppt (Nontji,
1987).
Zat terlarut meliputi garam – garam anorganik, senyawa – senyawa organic
yang berasal dari organisme hidup, dan gas – gas terlarut. Fraksi terbesar dari
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
101
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
bahan – bahan terlarut terdiri atas garam – garam anorganik berwujud ion – ion.
Enam ion anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Ion
– ion ini adalah klor, natrium, belerang (sebagai sulfat), magnesium, kalsium, dan
kalium. Lima ion berikutnya menambah 0,71% berat, yaitu bikarbonat, bromida,
asam borat, stronsium, dan potassium. Dengan demikian, 11 ion bersama – sama
membentuk 99,99% berat zat terlarut. Di antara sisa (0,01%) dari zat – zat terlarut
dalam air laut, terdapat beberapa garam anorganik yang sangat penting artinya
bagi binatang – binatang laut. Termasuk kedalamnya adalah nutrient, yaitu fosfat
dan nitrat, yang dibutuhkan tumbuh – tumbuhan untuk sintesis zat organic dalam
fotosintesis, dan silikon dioksida yang diperlukan diatom dan radiolarian untuk
membentuk cangkangnya.
Berbeda dengan ion- ion yang disebut diatas, perbandingan nitrat dan
fosfat dengan unsur atau ion – ion yang lain tidak konstan dan mempunyai
kecenderungankurang tersedia di air permukaan, jumlahnya bervariasi sebagai
akibat kegiatan biologik. Persediaan nutrien esensial ini dalam beberapa hal
dapat menjadi pembatas produksi tumbuh – tumbuhan. Zat - zat lain yang
terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas termasuk unsur-unsur esensial untuk
prose kehidupan, misalnya besi, mangan, kobalt, dan tembaga. Walaupun terdapat
dalam jumlah yang sangat terbatas, zat – zat ini tidak menjadi pembatas terhadap
kelangsungan kehidupan. Senyawa organik tertentu, tertentu, misalnya, vitamin
juga ada dalam jumlah yang sangat terbatas, tetapi sedikit sekali diketahui tentang
variasinya.
Dua macam gas, yaitu oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) yang terlarut
di air laut mempunyai arti penting dalam metabolisme. Kelarutan gas – gas dalam
air laut adalah suatu fungsi suhu, makin rendah suhu, makin besar kelarutannya.
Oleh karena itu, makin dingin suatu badan air, makin banyak oksigen yang dapat
dikandungnya. Kelarutan gas di dalam air tidak begitu besar. Pada suhu 00C, air
laut yang mempunyai salinitas 35 ppt hanya mengandung 5,4 ml/liter oksigen.
Kegiatan biologik tidak menyebabkan air laut bagian dalam bersifat anoksik (tidak
mengandung oksigen) karena ketika air tenggelam dari permukaan, air begitu
dingin sehingga mengandung oksigen yang maksimum lebih banyak daripada
yang dikonsumsi oleh populasi binatang laut dalam yang terbatas jumlahnya.
Penyebaran oksigen di dalam lautan bervariasi menurut kedalaman. Dengan
bertambahnya kedalaman, kandungan oksigen menurun. Penurunan ini minimum
pada kedalaman sekitar 500 – 1.000 m di perairan lautan terbuka (Nybakken,
1988).
Laut dalam juga mempunyai suhu yang rendah. Umumnya makin dalam,
semakin rendah suhu air laut, tetapi ini dipengaruhi pula oleh pola sirkulasi air
setempat. Di dasar palung Banda, misalnya, suhu minimum berkisar 30C, tetapi
di dasar palung Jawa suhu minimum berkisar 10C. sirkulasi air di laut dalam
berlangsung dengan lambat. Bentuk topografi dasar laut sangat menentukan
bagaimana pola sirkulasi dan ventilasi di dalam basin atau palung yang dalam.
Meskipun lambat, massa air yang bergerak tersebut membawa oksigen yang cukup
untuk kebutuhan respirasi hewan – hewan laut dalam. Hanya apabila terdapat air
yang diam (stagnant) terkurung di dasar basin atau palung tanpa ada ventilasi
yang dapat menjangkaunya, oksigen bisa habis. Kejadian anoksik bisa ditemukan
INDUSTRI PERIKANAN
102 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
di dasar Teluk Kao (Halmahera) yang dalam sekitar 500 m. Akan tetapi, didasar
Palung Banda (sekitar 7.000 m) dan Palung Mindanao (sekitar 10.000 m) yang
mendapat ventilasi yang memadai, kandungan oksigennya masih cukup untuk
menunjang kehidupan biota di situ (Nontji, 1987).
C. PENGERTIAN
Pengelolaan kualitas air adalah ilmu yang mempelajari tentang upaya
pemeliharaan kualitas air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Dalam kegiatan budidaya perairan, yang dimaksud dengan pengelolaan kualitas
air meliputi program kegiatan yang mengarahkan perairan budidaya pada
keseimbangan ekosistem perairan dalam suatu wadah yang terbatas, agar
tercipta suatu kondisi perairan yang menyerupai habitat alami biota air yang
dibudidayakan, baik dari segi sifat, tingkah laku, maupun secara ekologinya.
Kualitas air pada kegiatan budidaya perairan mudah sekali berfluktuasi
yang dipengaruhi oleh aktifitas kehidupan biota air itu sendiri maupun oleh
lingkungan sekitarnya. Kecenderungan akibat pengaruh ini seringkali dapat
menurunkan kualitas air yang dapat menyebabkan terganggunya fisiologis biota
air.Untuk memudahkan pengelolaan dalam kualitas air, maka parameter kualitas
air dibedakan dalam 3 bagian yaitu berdasarkan fisika, kimia dan biologi.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
103
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
D. PARAMETER FISIKA
Parameter fisika banyak mempengaruhi kehidupan organisme di dalam air.
Sifat-sifat fisika air juga merupakan faktor pemisah antara lingkungan air dengan
lingkungan udara. Adanya perbedaan yang amat besar dari masing-masing faktor
fisika di lingkungan air dengan lingkungan udara, mengakibatkan pengaruh yang
berbeda terhadap tumbuhan dan hewan pada masing-masing lingkungan tersebut.
Di samping itu air juga berfungsi untuk menjaga tekanan osmosis, sebagai pelarut
dan penghantar listrik yang baik. Parameter fisika yang sangat berpengaruh pada
kehidupan biota air atau budidaya perairan pada umumnya antara lain
1. Suhu
Suhu merupakan parameter yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan biota air khususnya metabolisme. Suhu suatu badan air
dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut
(altitude), waktu dalam hari. Sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran, serta
kedalaman air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia,
dan biologi badan air. Oleh karena itu, penyebaran organisme, baik di lautan
maupun di perairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Dengan kata
lain, suhu berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Suhu sangat
berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Secara umum
laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan
kehidupan hewan budidaya, bahkan menyebabkan kematian jika peningkatan
suhu berada pada titik ekstrim (drastis).
INDUSTRI PERIKANAN
104 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
105
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
106 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 5.2 Hubungan Antara Penurunan Salinitas Dengan Laju Pertumbuhan Dan
Kelulus Hidup Udang Windu
Perlakuan Laju Pertumbuhan Harian (%) Kelulusan Hidup (%)
I 2,12 82,5
II 2,08 82,5
III 2,45 60,0
IV 1,58 27,5
V 1,87 20,0
Sumber : Haryanti,et al.,1993.
Keterangan :
I. Perlakuan tanpa penurunan salinitas
II. Perlakuan penurunan salinitas dari 30 ke 15 ppt
III. Perlakuan penurunan salinitas air dari 25 ke 10 ppt
IV. Perlakuan penurunan salinitas air dari 20 ke 5 ppt
V. Perlakuan penurunan salinitas air dari 15 ke 0 ppt
Ikan bandeng (Chanos chanos), kakap putih (Lates calcalifer), beronang
(Siganus sp.), kerapu lumpur (Epinephelus suillus), nila (Oreochromis nilotica),
dan mujair (O. mossambica) dapat hidup pada kisaran salinitas luas. Bandeng
dan kakap putih yang merupakan ikan air laut dapat dipelihara di air tawar,
sedangkan nila dan mujair adalah ikan air tawar yang dapat dipelihara di air
asin. Namum, pertumbuhan optimal ikan dapat terjadi pada kisaran salinitas
tetap. Untuk menekan mortalitas ikan, maka dilakukan adaptasi secara
bertahap hingga benih dapat beradaptasi dengan media pada lingkungan
barunya. Menurut Suryanti dan Ismail (1993) bahwa semakin besar
ukuran ikan pada saat adaptasi, akan semakin sensitif (mudah mati), dan
sebaliknya semakin kecil ukuran ikan, akan lebih tahan atau lebih kuat pada
proses adaptasi. Adaptasi yang dilakukan oleh Wedjatmiko (1996) dengan
menggunakan benih ukuran rata – rata 2,29 g/ekor atau 4,30 mm memperoleh
tingkat kelangsungan hidup (survival rate) sebesar 95%.
Sampai saat ini belum ada cara yang praktis untuk mengubah salinitas air,
kecuali dengan pergantian air atau penambahan air. Pencampuran air tawar
dan air asin bisa menghasilkan salinitas baru yang dapat dihitung dengan
rumus berikut :
S3 =
Keterangan :
S3 = salinitas yang dikehendaki (ppt)
S2 = salinitas air laut (ppt)
S1 = salinitas air tawar (m3)
M1 = massa air tawar (m3)
M2 = massa air laut (m3)
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
107
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
3. KECERAHAN
Kecerahan merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan
proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan menggambarkan
sejumlah atau sebagian cahaya yang diteruskan pada kedalaman tertentu
yang dinyatakan dengan persen. Cahaya ini adalah cahaya dari beberapa
panjang gelombang di daerah spektrumcahayayang terlihat danjatuh tegak
lurs pada lapisan permukaan air pada kedalaman tertentu. Kecerahan yang
tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam
perairan. Begitu juga sebaliknya. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang
diteruskan ke dalam air yang dinyatakan dalam % dari beberapa panjang
gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya melalui lapisan 1 meter
jauh agak lurus pada permukaan air. Apabila kecerahan tidak baik, berarti
perairan itu keruh. Kekeruhan (turbidity) air sangat berpengaruh terhadap
ikan. Kekeruhan terjadi karena plankton, humus dan suspensi lumpur, atau bisa
juga diakibatkan oleh suspensi hidroksida besi atau bisa dipengaruhi warna
air. Kekeruhan perairan dapat menghambat pertumbuhan ikan budidaya baik
langsung maupun tidak langsung. Kekeruhan karena suspensi koloid tanah/
lumpur, lebih – lebih hidroksida besi sangat berbahaya bagi biota budidaya
karena partikel tersebut dapat menempel pada insang sehingga pernapasan
biota sangat terganggu. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas
yang setara dengan 1 mg/l SiO2. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk
mengukur turbiditas atau kekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter,
yang dikalibrasi dengan menggunakan silika. Kemudian, Jackson Candler
Turbidimeter dijadikan sebagai alat baku atau standar bagi pengukuran
kekeruhan. Satu unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan
dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekruhan dengan menggunakan Jackson
Candler Turbidimeter bersifat visual, yaitu membandingkan air sampel
dengan air standar (Effendi,2003).
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari
kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh,
radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan
akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih.
INDUSTRI PERIKANAN
108 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 5.6 Warna – warni Perairan umum (a) Pantai Raja Ampat, Indonesia
(b) Danau Hiller, Australia, (c) Danau Kelimutu, NTT Indonesia,
(d) Pantai La Jollla, San Diego, (e) Tambak Garam di San Fransisco Bay dan
(f) sumber air panas The grand prismatic spring di Amerika Serikat.
Sumber : https://www.tneutron.net/blog/parameter-fisika-kualitas-air/
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
109
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Warna air ditimbulkan oleh adanya bahan organic dan bahan anorganik;
karena keberadaan plankton, humus, dan ion – ion logam (misalnya, besi dan
mangan), serta bahan – bahan lain. Adanya oksida besi menyebabkan air
berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna
kecokelatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan
sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan
(Peavy et al., 1985). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur
,enimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan – bahan organik, misalnya,
tannin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang
telah mati menimbulkan warna kecoklatan (Effendi, 2003). Warna perairan
juga bisa dipengaruhi oleh kelimpahan (Blooming) plankton (fitoplankton). Di
perairan laut, jenis algae yang mengalami peledakan pertumbuhan biasanya
berasal dari filum Dinoflagellata. Sedangkan di perairan tawar biasanya
berasal dari fulum Cyanophyta.
Warna air yang didominasi oleh plankton antara lain :
a. Hijau, disebabkan oleh Dunaleilla dan Chlorella yang merupakan pakan
alami yang baik untuk biota budidaya, namun ada juga warna hijau yang
didominasi oleh Chaetomorpha dan Enteromorpha yang memeiliki
pengaruh kurang baik terhadap kehidupan biota budidaya.
b. Hijau tua, disebabkan oleh dominasi Mycrocystis, Spirulina, Oscillatoria
dan Phormidium yang termasuk blue green algae. plankton ini
mengindikasikan banyaknya bahan organik dalam perairan seperti
ammonia dan hydrogen sulfide, sehingga perairan dengan warna ini
kurang baik untuk kegiatan budidaya biota air.
c. Kuning kecoklatan, disebabkan oleh Chaetocheros, Nitzchia, Gyrossigma
dan Skletonema atau yang termasuk Diatom. diatom akan tumbuh cepat
pada lingkungan yang bersuhu rendah
d. Hijau kecoklatan, disebabkan karena kandungan Bacillariophyta, warna
air ini bagus untuk area pertambakan karena mengindikasikan banyaknya
fitoplankton yang dapat dimanfaatkan langsung oleh zooplankton.
e. Coklat kemerahan, disebabakan karean Peridinium dan Schizothrix
calcicolla atau dari jenis Phytoflagellata yang berbahaya karena beracun
sebagian plankton dapat mengeluarkan endotoksin yang merugikan biota
budidaya.
Ada juga beberapa warna – warna air alami dikarenakan beberapa sebab :
a. Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar
matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih
banyak dari pada sinar lain.
b. Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya
Sungai Kuning di Cina.
c. Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang
memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planktonplankton
dalam jumlah besar.
d. Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub
utara dan selatan.
INDUSTRI PERIKANAN
110 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
111
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
E. PARAMETER KIMIA
Pada dasarnya kita tidak akan pernah menemui air yang benar- benar
murni, dikarenakan bahan atau unsur yang ada di dalam air itu berasal dari tanah,
metabolism jasad air, udara. Unsur – unsur itu dapat dikategorikan dalam golongan
gas, anorganik dan organik. Ketiga golongan tersebut distribusinya sangat
menentukan sifat – sifat kimia air, ada yang dapat larut dan ada yang tidak dapat
larut dan umumnya yang mudah larut itu adalah unsur anorganik kecuali unsure
belerang (S). untuk itu di dalam air unsur – unsur tersebut digolongkan “makro
dan mikro”. Parameter Kimia yang umumnya berpengaruh terrhadap budidaya
perairan, antara lain :
1. DERAJAT KEASAMAN (PH)
Derajat keasaman lebih sering dikenal dengan istilah pH. pH mempunyai
arti puissance negatif de H, yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (hydrogen)
yang terlepas dalam suatu cairan. Ion hidrogen bersifat asam.pH air atau
derajat keasaman menunjukkan aktivitas ion hydrogen dalam larutan dan
dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam mol per liter) pada suhu
tertentu atau dapat ditulis :
pH = −log (H)+
INDUSTRI PERIKANAN
112 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Air murni (H2O) berasosiasi sempurna sehingga memiliki ion H+ dan ion
H dalam konsentrasi yang sama dan dalam keadaan demikian pH air murni =
-
7. Semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion
OH dan pH< 7, perairan semacam ini bersifat asam. Hal sebaliknya terjadi
apabila konsentrasi ion OH yang tinggi dan pH > 7, perairan bersifat alkalis
(basah). Perairan umum dengan segala aktivitas fotosintesis dan respirasi
organisme yang hidup didalamnya membentuk reaksi berantai karbonat-
karbonat sebagai berikut:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3 2H+ + CO32−
Semakin banyak CO2 yang diproduksi dari hasil respirasi, reaksi bergerak
ke kanan dan secara bertahap melepaskan ion H+ yang menyebabkan pH
air turun. Reaksi sebaliknya terjadi dengan aktivitas fotosintesis yang
membutuhkan banyak ion CO2, menyebabkan pH air naik.
Sekalipun air murni memiliki pH seimbang (netral) karena diasosiasi
molekul air menghasilkan jumlah ion – ion H+ dan OH- yang sama, kehadiran
CO2 dan sifat basa yang kuat dari ion natrium, kalium, dan kalsium dalam air
laut cenderung mengubah situasi ini sehingga kadar air laut sedikit basa,
biasanya bervariasi antara 7,5 sampai 8,4. System karbon dioksida – asam
karbonat – bikarbonat berguna untuk penyangga (buffer) yang dapat tetap
mempertahankan pH air laut dalam suatu kisaran yang sempit. System
tersebut dapat menjalankan peranannya dengan menyerap ion H+ di dalam air
jika ion ini berlebihan dan menghasilkan lebih banyak ion H+ jika jumlah ion
ini menyusut.
pH air juga berpengaruh terhadap kesuburan perairan karena
mempengaruhi jasad renik. Pada posisi pH air rendah akan sangat
mempengaruhi produktifitas perairan, malah bisa membunuh biota air yang
dibudidaya. Derajat keasaman yang tinggi atau pH rendah berpengaruh juga
terhadap kadar oksigen terlarut yang terkandung di dalam air akan berkurang,
dan akibatnya konsumsi oksigen akan menurun,aktivitas pernapasan biota air
meningkat dan selera makan berkurang. Berbeda dengan keadaan perairan
basa. Biota air sebagian besar sensitive terhadap perubahan pH air mereka
pada umumnya lebih menyukai nilai pH air sekitar 7 – 8,5. Nilai pH sangat
mempengaruhi proses bikimiawi perairan, misalnya, proses nitrifikasi akan
berakhir pada pH rendah. Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada
pH rendah (Novotny and Olem, 1994). Perhatikan tabel 7 yang memperlihatkan
penurunan plankton dan benthos jika pH rendah. Berdasarkan ini, maka
akuakultur atau budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan
kadar pH 6,5 – 9,0, dan kisaran optimal adalah pH 7,5 – 8,7. Di tabel 8 akan
diperlihatkan hubungan antara pH air dan kehidupan ikan budidaya.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
113
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
114 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
2. DO (Dissolved Oxygen)
Tabel 5.5 Kelarutan oksigen jenuh pada air murni dengan berbagai suhu (T - °C) pada
tekanan udara 760 mm Hg (1 atmosfir)
T - °C ppm T - °C ppm T - °C ppm
0 14,16 12 10,43 24 8,25
1 13,77 13 10,20 25 8,11
2 13,40 14 9,98 26 7,99
3 13,05 15 9,76 27 7,86
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
115
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Kadar osigen terlarut dalam wadah budidaya ikan dapat ditentukan dengan
dua cara yaitu dengan cara titrasi dan dengan menggunakan alat yang disebut
dengan DO meter (dissolved oxygen).
3. KARBON DIOKSIDA (CO2)
Karbon dioksida (CO2) atau biasa disebut asam arang sangat mudah larut
dalam suatu larutan. Pada umumnya perairan alami mengandung karbon
dioksida sebesar 2 mg/l (ppm). Pada konsentrasi yang tinggi (> 10 mg/l),
karbon dioksida dapat beracun karena keberadaannya dalam darah dapat
menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Dalam suatu larutan,
karbon dioksida menunjukkan reaksi keseimbangan sebagai berikut
(Zonneveld et al.,1991) :
a. CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 HCO3 + H+ (K=10-7)
HCO3- CO32- + H+ (K=1011)
INDUSTRI PERIKANAN
116 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
117
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
118 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 5.8 Kation dan anion utama pada perairan tawar dan laut.
Ion – Ion Utama Persentase (%)
Air Tawar Air Laut
Kation
• Kalsium (Ca2+) 60,9 3,2
• Magnesium (Mg2+) 19,0 10,1
• Sodium/Kalsium (Na+) 16,6 83,7
• Kalium (K+)
3,5 3,0
Anion
• Bikarbonat (HCO3-) dan 72,4 0,6
Karbonat (CO32-)
• Sulfat (SO42-) 16,1 12,2
• Klorida (Cl-) 11,5 87,2
Sumber : Cole, 1983 dalam Effendie, 2004
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
119
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
jika pH perairan kurang dari 7, sedangkan pada perairan dengan pHlebih dari 7,
amonia bebas atau amonia tak terionisasi yang bersifat toksik terdapat dalam
jumlah yang lebih banyak (Novotny dan Olem, 1994). Toksisitas amonia tak-
terionisasi berbahaya bagi organisme akuatik,khususnya bagi ikan (Effendi,
2003). Selain itu tingginya konsentrasi NH3 bebas dapat menyebabkan
meningkatnya kadar amonia dalam darah dan jaringan tubuh ikan, sehingga
dapat mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen serta
mengganggu kestabilan membran sel (Boyd,1989). Menurut McNeely et al.
(1979) dalam Effendi (2003), kadar amonia pada perairan alami tidak lebih
dari 0.1 mg/liter. Kemudian jika konsentrasi ammonia tak-terionisasi lebih
dari 0.2 mg/liter akan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan (Sawyer dan
McCarty, 1978 dalam Effendi, 2003).
Nitrit (NO2) merupakan zat yang beracun buat ikan dan biota perairan lainnya
karena mengoksidasi Fe2+ di dalam hemoglobin. Dalam bentuk ini,kemampuan
darah dalam mengikat oksigen sangat merosot. Pada udang yang darahnya
mengandung Cu (hemocyanin), mungkin terjadi oksidasi Cu oleh nitrit dan
memberikan akibat yang sama, seperti pada ikan (Smith dan Russo, 1975).
Kadar 6,4 mg/l NO2-N telah menghambat pertumbuhan sebanyak 50% udang
jenis Penaeus indicus (Wickins, 1976), sedangkan kadar 1,8 mg/l NO2-N telah
menghambat pertumbuhan sebanyak 35% pada udang galah, Macrobrachium
rosenbergii (Amstrong et al., 1976), untuk larva adalah 8,6 mg/l NO2-N, dan
tingkat yuwana ialah 15,4 mg/l NO2-N.
Persiapan wadah (kolam dan tambak) yang baik, mulai dari pengeringan wadah,
pengapuran,desinfektan, merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
akumulasi ammonia dan nitrit.
INDUSTRI PERIKANAN
120 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
F. PARAMETER BIOLOGI
Parameter biologi sebenarnya merupakan parameter yang sangat
menentukan untuk mengetahui pencemaran dalam perairan namun pada
kenyataannya parameter fisika dan kimia yang paling banyak dijadikan acuan untuk
kualitas perairan sekalipun cenderung memberikan hasil dengan interpretasi
dalam kisaran luas. Indikator biologis dapat digunakan untuk mengetahui
pencemaran lingkungan perairan yang terjadi yang dapat merusak keseimbangan
ekologi khususnya ekosistem akibat pengaruh limbah baik penggunaan pestisida
secara berlebihan dari pertanian maupun limbah rumah tangga dan limbah
organik lainnya. Untuk itu indikator biologis ini dapat digunakan sebagai petunjuk
yang mudah untuk memantau pencemaran lingkungan dikarenakan akan terjadi
penurunan keberagaman spesies dan terganggunya rantai makanan, kecuali
terjadi penyuburan. Keanekaragaman hayati (flora dan fauna) dalam suatu
perairan, seks ratio dan laju pertumbuhan struktur dapat dijadikan indicator
biologis pencemaran perairan. Jika dalam perairan terdapat keanekaragaman flora
dan fauna dapat menandakan kualitas perairan masih bagus dan belum tercemar.
Perlu dicermati untuk menentukan parameter biologi adalah reaksi tiap spesies
spesifik terhadap pencemaran. Ikan sulit digunakan sebagai indicator populasi.
Lebih baik gunakan spesies lain yang gerakannya lambat.
Parameter biologis yang biasa diukur dalam pengamatan kualitas air untuk
budidaya perairan adalah plankton, nekton, neuston, perifiton dan bentos karena
masing-masing memiliki karakteristik yang khas.
1. Plankton
MATERI PEMBELAJARAN
bakteri). Cara hidup organisme ini dapat sebagai saprophyte ataupun parasit.
Kelompok ini hidupnya melayang – layang diatas permukaan air secara pasif,
dan mudah hanyut, walaupung ada yang bergerak dengan mekanisme dan
organ tertentu, pergerakannya cenderung lemah.
Plankton digolongkan atau di klasifikasikan berdasarkan atas perbedaan
ukurannya menurut Margalef (1955) dan Dussart (1965) dalam Subandiyo
(1992).
INDUSTRI PERIKANAN
122 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
123
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
2. Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup didasar perairan dan dapat
dibedakan atas zoobentos (binatang) dan fitobentos (tumbuhan).
Benthos dalam kehidupannya relative menetap, sehingga baik untuk
menjadi indikator kualitas lingkungan perairan, karena selalu kontak dengan
limbah yang masuk di habitat hidupnya. Diantara hewan bentos yang relatif
mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro.
Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos.
Benthos juga dipengaruhi oleh factor lingkungan biotik dan abiotik suatu
perairan. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang
merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Sedangkan factor
abiotik adalah fisika – kimia suatu perairan diantaranya : suhu, pH, oksigen
terlarut, CO2, BOD,COD, kandungan Nitrogen (N) perairan, kedalaman air.
Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus
hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali
lubang (Odum, 1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam
perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik
yang memasuki perairan, serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam
rantai makanan (Odum, 1993).
Benthos sendiri mempunyai berbagai ciri-ciri yang diantaranya menurut
Sudarjanti dan Wijarni (2006) adalah :
a. Mempunyai toleransi yang berbeda terhadap berbagai tipe pencemaran
dan mempunyai reaksi yang cepat.
b. Ditemukan melimpah di perairan, terutama di ekosistem sungai,
dipengaruhi oleh berbagai tipe polutan yang ada.
c. Mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan mempunyai respon
terhadap lingkungan yang stress.
d. Hidup melekat didasar perairan.
e. Mempunyai siklus hidup yang panjang.
Berdasarkan ukurannya, organisme hewan benthos digolongkan atas:
a. Makrobentos (0, 425 – 15 mm)
b. Meiobentos (0,05 – 1 mm)
c. Mikrobentos (< 50 µ, misalnya Protozoa, Rotifer, dan Nematode)
Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea,
Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Jenis-
jenis bentos berdasarkan tingkat kerusakan perairan dikemukakan oleh
Mulyanto (1995) sebagai berikut :
a. Perairan bersih adalah Planaria, Perla, Isoperia, Leuctra, Nemoura,
Eodyonurus dan Ephemera.
b. Perairan tercemar organik ringan adalah Caenis, Ephemerella, Baetis,
Limnophillus dan Hydropsyche.
c. Perairan tercemar organik sedang adalah Simulium, Lymnaea dan Physa.
d. Perairan tercemar organik berat adalah Chironomous dan Tubifex.
INDUSTRI PERIKANAN
124 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
125
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
b. Meropilagik
Meropipelagik merupakan kelompok ikan yang menghabiskan sebagian
waktu hidupnya di daerah epipelagik. Meropelagik dapat dibagi lagi
berdasarkan pola hidup masing-masing organisme, diantaranya :
1) Organisme yang menghabiskan sebagian waktu hidupnya di
daerah epipelagik, kelompok ini beragam dan mencakup ikan yang
menghabiskan masa dewasanya di epipelagik tetapi memijah di
daerah pantai. Contohnya : haring, geger lintang jinak, dolpin, kacang-
kacang.
2) Organisme yang hanya memasuki daerah epipelagik pada waktuwaktu
tertentu, seperti ikan perairan-dalam semacam ikan lentera yang
bermigrasi ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan.
3) Organisme yang menghabiskan awal daur hidupnya di epipelagik,
tetapi masa dewasanya di daerah lain. Contohnya : juvenile.
Gambar 5. :Nekton
Beberapa kondisi lingkungan perlu diperhatikan karena memberikan
perbedaan yang jelas bagi nekton dan di mana adaptasi terjadi ;
1) laut merupakan daerah “tiga dimensi” yang sangat besar.
2) tidak ada substrat padat di mana pun, sehingga hewan-hewan ini
selalu melayang dalam medium yang transparan tanpa perlindungan
terhadap predator yang potensial. Oleh sebab itu, tidak ada tempat
perlindungan bagi hewan yang berpindah dari satu tempat ke tempat
lain secara horizontal
3) kurangnya subtrat, yang berarti tidak adanya pendukung yang kuat
bagi hewan yang kebanyakan mempunyai daging yang lebih padat
daripada air laut disekelilingnya.
Kombinasi antara keadaan tiga dimensi dan kurangnya rintangan,
memudahkan evolusi adaptasi untuk mobilitas yang besar. Besarnya
mobilitas dan kemampuan untuk menempuh jarak-jarak jauh pada
gilirannya menyebabkan perkembangan sistem saraf dan indra (sensory)
yang akan menangkap dan mengolah informasi yang diperlukan untuk
menjelajahi daerah, mencari dan menangkap makanan, serta untuk
menghindari predator. Kurangnya perlindungan serta besarnya ukuran
kebanyakan nekton, juga menyebabkan perkembangan kecepatan
renang yang tinggi untuk menghindari predator dan sekaligus untuk
mencari makanan. Kamuflase juga merupakan usaha yang lain. Keadaan
tersuspensinya tubuh hewan nektonik yang kerapatan tubuhnya lebih
besar daripada kerapatan air laut secara terus-menerus menyebabkan
perkembangan progresif berbagai adaptasi agar dapat tetap terapung.
4. Neuston
Neuston adalah istilah untuk organisme yang mengapung di atas
air (epineuston) atau tinggal tepat di bawah permukaan (hyponeuston).
neuston terkadang hanya mengandalkan tegangan permukaan air untuk
mempertahankan posisinya mengapung di atas permukaan air. Neuston
terdiri dari beberapa spesies ikan yang senang hidup di atas permukaan air
INDUSTRI PERIKANAN
126 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
seperti ikan terbang. Contoh lain neuston adalah, kumbang, protozoa, bakteri
dan laba-laba.
5. Perifiton
Istilah perifiton diartikan sebagai sekumpulan organisme (berukuran
mikro) yang menempel atau menetap pada suatu substrat. Sedangkan pada
literature berbahasa jerman, istilah Aufwuchs dipakai untuk menggantikan
istilah perifiton karena memiliki arti yang lebih luas. Aufwuchs adalah
sekumpulan organisme yang menempel atau menentap pada suatu substrat,
termasuk didalamnya kelompok organisme hewani atau nabati yang bergerak
lambat (merayap atau merangkak) pada substrat tersebut. Kelompok ini, tidak
seperti bentos, tidak dapat menembus substrat.
Pada tulisan ini akan digunakan perifiton, karena hanya kelompok
organisme yang tetap melekat saja yang terambil ketika substrat diangkat
dari air pada waktu pengambilan sampel, sedangkan kelompok lainnya
(sebagaimana definisi kelompok aufwuchs) akan terlepas atau lari dari
substrat.
Berdasarkan tipe substrat tempat menempelnya, perifition dapat digolongkan
:
a. Epiphytic, yaitu organisme perifiton yang menempel pada bagianbagian
dari tumbuhan, misalnya pada daun, batang atau akar dari tumbuhan air
b. Epizoich, yaitu organisme perifiton yang menempel pada bagian tubuh
hewan air, misalnya pada sisik ikan, cangkang penyu, dan sebagainya.
c. Epipelic, yaitu organisme perifiton yang menempel pada lumpur di
dasaran perairan
d. Epilitic, organisme perifiton yang menempel pada batu-batuan
e. Episammic, organisme perifiton yang menempel pada butiranbutiran
pasir, misalnya pada butiran pasir di pantai atau di sungai.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
127
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok kerja, masing – masing kelompok berjumlah antara 3-4 siswa.
1. Tujuan agar siswa mampu :
a. Membiasakan diri bekerja sama secara tim dan mampu berkolaborasi
dalam menyelesaikan permasalahan.
b. Memiliki rasa bangga terhadap karya sendiri/kelompok
c. Memiliki keberanian berkomunikasi dan menyampaikan ide/gagasan
dihadapan orang lain.
d. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan melalui kegiatan
presentasi.
2. Tugas masing – masing kelompok :
a. Lakukan identifikasi alat – alat pengukuran pengelolaan kualitas air
secara fisika, kimia, dan biologi
b. Lakukan pengukuran kualitas air secara fisika, kimia dan biologi sesuai
dengan prosedur !
3. Langkah kerja :
a. Pakailah kelengkapan K3 minimal Alat Pengaman Diri (baju kerja,
sepatu boot, dan masker).
b. Siapkan tempat kerja, bersihkan tempat kerja dari benda – benda yang
tidak diperlukan
c. Lakukan identifikasi alat dan bahan pengelolaan kualita air
INDUSTRI PERIKANAN
128 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
LEMBAR PRAKTIKUM
Nama Kelompok :
Nama Anggota :
Kelas :
Mengukur Parameter Kualitas Air :
Mengidentifikasi alat – alat Pengukuran Kualitas Air
Parameter Kualitas Air Nama Alat/Komponen Fungsi/cara kerja
Kesimpulan :
CONTOH SOAL
1. Agar dalam menjaga kualitas air budidaya tetap baik, perlu dilakukan
pengelolaan yang baik pula. Parameter apa saja yang dapat diukur dalam
pengelolaan kualitas air budidaya perikanan.
2. Anda akan melakukan pengelolaan kualitas air budidaya perikanan. Agar
pengelolaan kualitas air berjalan dengan lancar, anda juga perlu menerapkan
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Cobalah mengidentifikasi prinsip K3
pada pekerjaan pengelolaan kualitas air budidaya perikanan.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
129
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
CONTOH SOAL
b. Parameter Kimia : Meliputi, pH, DO, CO2, Alkalinitas, Amoniak dan Nitrit.
c. Parameter Biologi : Meliputi, Plankton (Fitoplankton dan Zooplankton),
Benthos, Nekton, Neuston, dan Perifiton.
2. Identifikasi prinsip K3 (Kesehatan, dan Keselamatan Kerja), pada pekerjaan
pengelolaan kualitas air.
a. Penerapan K3 pada pekerjaan pengelolaan kualitas air meliputi :
1) Alat Pengaman Diri : Baju kerja, Sepatu Boot, dan Masker
2) Perlengkapan : Alat pengaman kerja, Alat pemadam kebakaran, dan
peralatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
b. Identifikasi prisnsip K3 :
1) Pemakaian alat pengaman diri
2) Pemilihan dan pemakaian alat pengaman kerja
3) Komunikasi
CAKRAWALA
INDUSTRI PERIKANAN
130 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
1. Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas.
Satu contoh air laut seberat 1.000 g akan berisi kurang lebih 35 g senyawa –
senyawa terlarut yang secar kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5 %
air laut berupa air murni dan 3,5 % zat terlarut.
2. Pengelolaan kualitas air adalah ilmu yang mempelajari tentang upaya
pemeliharaan kualitas air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
3. Untuk memudahkan pengelolaan dalam kualitas air, maka parameter kualitas
air dibedakan dalam 3 bagian yaitu berdasarkan fisika, kimia dan biologi.
4. Parameter fisika merupakan parameter yang dapat diamati akibat perubahan
fisika air seperti cahaya, suhu, kecerahan, kekeruhan, warna, padatan
tersuspensi dan padatan terlarut hingga salinitas air. Sedangkan parameter
kimia perairan merupakan parameter perairan yang terukur akibat adanya
reaksi kimia di perairan, seperti pertukaran ion-ion terlarut dalam air.
Parameter biologi yang teramati diperairan merupakan organisme akuatik
yang hidup bersama diperairan budidaya dapat berupa tumbuhan maupun
hewan dengan bentuk yang mikro maupun makro.
5. Parameter fisika yang sangat berpengaruh pada kehidupan biota air atau
budidaya perairan pada umumnya antara lain
a. Suhu
Suhu merupakan parameter yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan biota air khususnya metabolisme. Suhu suatu badan air
dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan
laut (altitude), waktu dalam hari. Sirkulasi udara, penutupan awan, dan
aliran, serta kedalaman air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia, dan biologi badan air.
b. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam
air laut. Konsentrasi garam – garam jumlahnya relative sama dengan
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
131
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
RANGKUMAN
dalam setiap contoh air atau air laut sekalipun pengambilannya dilakukan
ditempat yang berbeda.
Cara yang biasa dilakukan untuk menentukan salinitas adalah menghitung
jumlah kadar garam yang dalam suatu sampel disebut klorinitas dengan
rumus berikut (Hutabarat dan Evans, 1986; Nontji, 1987) :
0
/00 = chlorinitas x 1,817
c. Kecerahan
Kecerahan merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan menggambarkan
sejumlah atau sebagian cahaya yang diteruskan pada kedalaman tertentu
yang dinyatakan dengan persen. Alat yang digunakan untuk mengukur
kecerahan adalah secchi disk.
d. Warna air
Warna air ditimbulkan oleh adanya bahan organic dan bahan anorganik;
karena keberadaan plankton, humus, dan ion – ion logam (misalnya,
besi dan mangan), serta bahan – bahan lain. Warna perairan juga bisa
dipengaruhi oleh kelimpahan (Blooming) plankton (fitoplankton). Di
perairan laut, jenis algae yang mengalami peledakan pertumbuhan
biasanya berasal dari filum Dinoflagellata.
e. Debit air
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat
dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam suatu tempat tiap
satu satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik).
f. Padatan Tersuspensi Total
Padatan Tersuspensi Total/Total Suspended Solid (TSS) adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk
TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri
dan jamur.
6. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman lebih sering dikenal dengan istilah pH. pH mempunyai
arti puissance negatif de H, yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H
(hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Air murni (H2O) berasosiasi
sempurna sehingga memiliki ion H+ dan ion H- dalam konsentrasi yang
sama dan dalam keadaan demikian pH air murni = 7.
INDUSTRI PERIKANAN
132 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
RANGKUMAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
133
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
RANGKUMAN
d. Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau
dikenal dengan sebutan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas
anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas
juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap
perubahan pH perairan. pembentukan alkalinitas yang utama adalah
bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Diantara ketiga ion tersebut,
bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan alami (Effendi, 2003).
e. Amoniak dan Nitrit
Aminoa di dalam budidaya perairan dihasilkan melalui proses ekskresi
dan dekomposisi bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan feses/
kotoran selama pemeliharaan. Amonia di perairan dapat dijumpai dalam
bentuk amonia total yang terdiri dari amonia bebas (NH3) dan ion
amonium (NH4+) (Effendi,2003). Menurut McNeely et al. (1979) dalam
Effendi (2003), kadar amonia pada perairan alami tidak lebih dari 0.1 mg/
liter.
Nitrit (NO2) merupakan zat yang beracun buat ikan dan biota perairan
lainnya karena mengoksidasi Fe2+ di dalam hemoglobin. Dalam bentuk
ini,kemampuan darah dalam mengikat oksigen sangat merosot.
7. Parameter Biologi
a. Plankton
Plankton berasal dari bahasa Yunani ‘planktos’ yang berarti mengembara
atau berkeliaran. Kemudian plankton didefinisikan sebagai kumpulan
organisme (umumnya berukuran mikro), yang diwakili oleh hampir
semua kelompok dunia tumbuhan maupun hewan, baik sebagai produser
primer, herbivore, karnivor, maupun sebagai transformer (seperti jamur
dan bakteri). Berdasarkan jenisnya, plankton dibedakan atas :
1) Fitoplankton
Cyanophyta, Chlorophyta dan Euglena adalah jenis fitoplankton yang
melimpah di perairan tawar, sedangkan dinoflagellata dan pyrrophyta
banyak terdapat di perairan laut.
2) Zooplankton
Zooplankton dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan fase
hidupnya yaitu :
(a) Holoplankton, organisme yang seluruh fase hidupnya memiliki
sifat planktonik (contoh: Diatom, Dinoflagellata, Copepode).
(b) Meroplankton, organisme yang sebagian dari fase hidupnya
bersifat planktonik sebelum berkembang menjadi nekton atau
benthos (contoh: larva teripang, larva bintang laut, larva cacing
laut).
b. Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup didasar perairan dan dapat
dibedakan atas zoobentos (binatang) dan fitobentos (tumbuhan).
Benthos sendiri mempunyai berbagai ciri-ciri yang diantaranya menurut
Sudarjanti dan Wijarni (2006) adalah :
INDUSTRI PERIKANAN
134 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
135
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini manfaat apa saja yang anda peroleh, bahkan kesulitan
– kesulitan apa yang anda temui,silakan anda diskusikan dengan teman – teman
anda bahkan guru mata pelajaran.
INDUSTRI PERIKANAN
136 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Kebutuhan Nutrisi
Pakan Alami Pakan Buatan
Biota Air
KATA KUNCI
Nutrisi,Pakan,Alami, Buatan
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
137
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENDAHULUAN
INDUSTRI PERIKANAN
138 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
139
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
mata ikan redup, anemia, kulit pucat, dan pertumbuhan tulang belakang kurang
baik.
Selain kandungan nutrisinya lengkap, dalam artian seluruh zat gizi telah
dikandung oleh pakan, juga komposisinya harus berimbang. Pakan yang tidak
seimbang atau salah satu komponennya berlebihan, dapat juga menimbulkan
masalah. Kelebihan protein dan lemak dapat menimbulkan penimbunan lemak
dinhati dan ginjal (lipoid liver degeneration) sehingga ikan menjadi gemuk, nafsu
makan berkurang, dan bengkak di sekitar perut. Kelebihan karbohidrat juga dapat
menyebabkanpenimbunan lemak di hati dan organ dalam lainnya, rongga perut
melebar, insang menjadi pucat, telur tertahan, dan kualitasnya menurun.
Dengan demikian, kita perlu mengetahui terlebih dahulu nutrisi yang
dibutuhkan biota budidaya sebelum kita membuat pakan atau mengkultur pakan
alami. Banyaknya zat – zat gizi yang dibutuhkan ini, disamping bergantung pada
spesies biota, juga pada ukuran atau besarnya biota, serta keadaan lingkungan
biota itu hidup. Nilai nutrisi (gizi) pakan pada umumnya dilihat dari komposisi
zat gizinya. Beberapa komponen nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam
pakan, antara lain, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
1. Protein
Protein merupakan senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak
asam amino yang mengandung unsur – unsur karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen
(O), dan Nitrogen (N) yang tidak dimiliki oleh lemak atau kerbohidrat. Molekul
protein mengandung pula fosfor dan sulfur. Protein sangat penting bagi tubuh
karena zat ini berfungsi sebagai bahan – bahan dalam tubuh serta sebagai zat
pembangun, zat pengatur, dan zat pembakar.
Sebagai zat pembangun protein berfungsi membentuk berbagai
jaringan baru untuk pertumbuhan, mengganti jaringan yang rusak, ataupun
bereproduksi. Sedangkan sebagai zat pengatur, protein berperan dalam
pembentukan enzim dan hormon penjaga dan pengatur berbagai proses
metabolism di dalam tubuh biota. Dan sebagai zat pembakar karena unsur
karbon yang terkandung di dalamnya dapat difungsikan sebagai sumber
energy pada saat kebutuhan energy tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan
lemak.
Pada budidaya biota akuatik harus diusahakan pemberian sejumlah
protein yang cukup secara terus – menerus. Jumlah dan kualitas protein
memengaruhi pertumbuhan ikan (Hasting dan Dickle, 1972). Protein
merupakan zat pakan yang sangat diperlukan biota akuatik bagi pertumbuhan.
Kadar protein pakan dapat memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan
ikan (Khans et al., 1993). Kekurangan protein berpengaruh negatif terhadap
konsumsi pakan, sebagai konsekuensinya terjadi penurunan pertambahan
bobot ikan. Peningkatan tingkat protein meningkatkan daya konsumsi pakan
(Li dan Lovell, 1992). Menurut Dahlar dan Lovell (1995), konsumsi pakan
menurun sejalan dengan meningkatnya energy pakan. Hal ini diduga karena
peningkatan energy pakan akan menurunkan konsumsi, yang mengakibatkan
menurunnya laju pertumbuhan. Sebagaimana disebutkan Cowey dan Sargent
(1972), kandungan energy makanan yang rendah menyebabkan sebagian
INDUSTRI PERIKANAN
140 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
141
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
142 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
143
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Keterangan : 1) In preparation
INDUSTRI PERIKANAN
144 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
esensial menghasilkan telur yang 75% mengendap. Sementara itu, pada ikan
yang diberi pakan yang cukup asam lemak esensial hanya 11,5% telur yang
mengendap (Girl, 1998).
Dari analisis organ dan jaringan ikan diketahui bahwa asam lemak
esensial dari pakan kebanyakan disimpan di hati, ovary, saluran pencernaan,
dan jaringan adipose ikan (Tandler et al., 1995). Ada perbedaan dengan ikan
air tawar, kebanyakan larva ikan laut hanya mempunyai kemampuan yang
sangat terbatas untuk mensintesa n-3 HUFA dari asam lemak n-3 rantai
karbon yang lebih pendek (Kanazawa et al.,1979). Asam lemak n-3 HUFA,
seperti eicosapentaenoat/EPA (20:5n-3) dan dekosaheksaenoat/DHA (22:6n-
3) merupakan asam lemak esensial bagi kebanyakan ikan laut (Webster dan
Lovell, 1990). Handerson dan Sargent (1985), menemukan bahwa kebutuhan
n-3 HUFA meningkat pada stadium awal perkembangan larva karena banyak
yang digunakan pada pembentukan membrane. Sedangkan Izquerdo et al.,
(1989 dalam Girl, 1998), melaporkan bahwa dibutuhkan 3,0% n-3 HUFA (bobot
kering) pada naupli artemia atau 3,48% n-3 HUFA (bobot kering) pada rotifer
untuk memenuhi kebutuhan asam lemak n-HUFA dari larva red sea bream.
Pertumbuhan larva gillthead sea bream (Sparus aurata) yang diberi pakan
rotifer yang mengandung 0,4% n-3 HUFA (bobot kering) meningkat 250%
dibandingkan dengan hanya diberi pakan dengan kandungan n-3 HUFA 0,08%
sampai hari ke-22. Kekurangan n-3 HUFA mengakibatkan tingkat kematian
larva yang tinggi dan pertumbuhan yang lambat, serta tidak sempurnanya
pembentukan dan fungsi gelembung renang pada larva ikan (Webster dan
Lovell, 1990). Sedangkan Salhi et al. (1994) melaporkan kandungan n-3
HUFA 2,05 – 2,16% dalam pakan mikro menghasilkan sintasan gilthead sea
bream (Sparus aurata) terbaik dibandingkan dengan yang diberikan pakan
mengandung 0,74-0,82% n – HUFA, dan kebutuhan n-3 HUFA tidak menurun
dengan menurunnya kandungan total lemak pakan.
Pakan yang baik mempunyai kandungan lemak atau minyak antara
4 – 18% (Hastings, 1976; Djajasewaka, 1985; Chao dan Watanabe, 1985).
Dalam paka buatan, kadar lemak tidak boleh berlebihan. Huisman (1997),
menyatakan bahwa kadar lemak yang tinggi akan menyebabkan pengaruh
sampingan, yaitu penurunan konsumsi makanan dan pertumbuhan, serta
degenerasi hati. Sedangkan Yamada (1983) menjelaskan bahwa kelebihan
lemak akan menimbulkan penyakit nutrisi, seperti hati berlemak atau
pengendapan lemak pada otot atau usus yang menyebabkan kualitas ikan
menurun dan mengurangi bobot tubuh.
Penelitian Subamia dan Suhenda (2003) pada ikan jambal siam (Pangasius
hypopthalmus) menunjukkan bahwa makin tinggi kadar lemak pakan akan
menghasilkan bobot akhir yang makin rendah. Pakan yang mengandung
protein 35% dan lemak 4% sudah cukup untuk memperoleh pertumbuhan
yang baik bagi benih jambal siam. Pakan yang mengandung lemak 4% juga
menghasilkan konversi pakan yang paling rendah, yaitu 1,09. Hal yang sama
ditemukan oleh Seenappa dan Devaraj (1995) pada ikan indian major carp
(Catla catla) yang diberi paka dengan kadar lemak rendah 4% memberikan
bobot akhir yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi lemak 8% dan
INDUSTRI PERIKANAN
146 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
12%. Menurut Halver (1988) bahwa kekurangan atau kelebihan energy dari
lemak dapat menurunkan atau meningkatkan bobot ikan.
3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa organic yang terdiri atas serat kasar
dan bahan bebas tanpa nitrogen (nitrogen free extract) atau dalam bahasa
Indonesia disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Jadi, unsur – unsur
karbohidrat terdiri atas karbon, hydrogen, dan oksigen dalam perbandingan
yang berbeda – beda. Karbohidrat dalam bentuk yang sederhana, umumnya
lebih mudah larut dalam air daripada lemak atau protein.
Menurut ukuran molekulnya, karbohidrat digolongkan menjadi
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida (Cn(H2O)n) sendiri
dibagi menjadi empat golongan, masing – masing triosa, tetrosa, pentosa,
dan heksosa. Dari golongan monosakarida yang paling banyak terdapat
dalam sel adalah pentose dan heksosa. Dari golongan pentosa,yakni ribose
dan dioksiribosa yang membentuk inti. Sedangkan dari golongan heksosa,
misalnya, fruktosa, glukosa, dan galaktosa.
Kebutuhan karbohidrat pada pakan ikan bergantung dari jenis
ikannya. Menurut Wilson (1977), hanya ikan herbivor dan omnivore yang
dapat memanfaatkan karbohidrat tanaman. Sedangkan Watanabe (1988)
mengatakan bahwa kadar karbohidrat optimum untuk ikan omnivora
adalah antara 20 – 40%, sedangkan umtuk ikan karnivor antara 10 – 20%.
Berdasarkan penelitian Wilson (1994), kadar karbohidrat untuk ikan di daerah
tropis antara 25 – 40%. Watanabe (1988) menyebutkan bahwa tingkat
pemanfaatan karbohidrat oleh tubuh ikan dipengaruhi oleh kemampuan
mencerna karbohidrat dan kemampuan untuk memanfaatkan glukosa. Ikan
karnivor memiliki toleransi glukosa lebih rendah dibandingkan dengan ikan
omnivor (Shimeno, 1974). Ikan Kerapu membutuhkan karbohidrat tidak
lebih dari 10%, sedangkan pada ikan kakap putih antara 20 – 25%. Ikan
karnivor, khususnya ikan – ikan laut, secara alami pakannya mengandung
protein tinggi sehingga kurang dapat mencerna karbohidrat dengan baik.
Akan tetapi, kenyataanya ikan – ikan tersebut dapat mensintesis karbohidrat
dari lemak dan protein. Tubuh ikan membutuhkan lemak untuk disimpan
sebagai lemak structural. Untuk memenuhi kebutuhan lemak tersebut, maka
ikan mensintesis (biokonversi) lemak berasal dari nutrient nonlemak, seperti
karbohidrat menjadi asam – asam lemak, dan trigliserida yang terjadi di ahti
dan jaringan lemak (Linder, 1992). Brauge et al., (1994) menyatakan bahwa
timgginya kadar karbohidrat yang dapat tercerna merangsang terjadinya
proses lipogenesis dan meningkatkan penyimpanan lemak did ala hati.
Menurut Suhenda et al. (2003), makin turun kadar lemak dan makin tinggi
kadar karbohidrat, menyebabkan nilai retensi protein, rasio efisiensi protein,
dan pertambahan bobot yang menurun. Demikian pula pakan tersebut akan
kurang efisien karena cenderung naiknya nilai konversi pakan.
Karbohidrat yang terkandung dalam pakan ikan terdiri atas serat kasar
dan BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen). Bagi ikan – ikan laut karnivor seperti
kerapu dan kakap, karbohidrat dalam bentuk serat kasar bukan merupakan
nutrisi penting yang harus tersedia dalam pakan karena sulit dicerna.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
147
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Kandungan serat kasar dalam pakan ikan yang sulit dicerna akan menimbilkan
pengotoran di dalam wadah pemeliharaan ikan. Walaupun begitu, dalam
jumlah tertentu karbohidrat dalam bentuk serat kasar tetap diperlukan untuk
membentuk gumpalan kotoran sehingga memudahkan pengeluaran feses
dari dalam usus. Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan ikan akan
memengaruhi daya cerna dan penyerapan di dalam alat pencernaan ikan.
Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya
sisa metabolisme dan akan mempercepat penurunan kualitas air. Kandungan
serat kasar yang tinggi (lebih dari 8%) akan mengurangi kualitas pakan ikan,
sedangkan kandungan serat kasar yang rendah (dibawah 8%) akan menambah
baik struktur pakan ikan dalam bentuk pellet.Walaupun karbohidrat per
gramnya hanya menghasilkan energy lebih sedikit daripada lemak ataupun
protein, tetapi karbohidrat masih merupakan pemasok energi termurah.
Biji – bijian (cerealia) mengandung 60 – 70 % karbohidrat, terutama dalam
bentuk tepung. Biji – bijian dan limbah biji – bijian biasanya merupakan bahan
pakan yang paling murah. Bahan – bahan pakan yang banyak mengandung
karbohidrat adalah jagung, beras, tepung terigu, dedak halus, tepung tapioka,
tepung, sagu, dan beberapa bahan lainnya. Sebagian bahan diatas selain
sebagai sumber karbohidrat, juga berfungsi sebagai bahan perekat (binder)
dalam pembuatan pakan.
4. Vitamin
Zat organik yang dibutuhkan tubuh komoditas budidaya perikanan
dalam jumlah yang sedikit adalah vitamin, dalam jumlah sedikit tetapi
sangat penting untuk mempertahankan perkembangan dan pemeliharaan
kondisi tubuh. Pada umumnya vitamin tidak dapat disintesis dalam tubuh
biota sehingga harus tersedia dalam pakan. Ditinjau dari sifat – sifat fisiknya,
vitamin dibagi ke dalam dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan
vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air, antara lain,
tiamin (B1), riboflavin (B2), asam pantotenat (B6), biotin dan kobalamin (B12),
vitamin C, dan lain – lain. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak antara
lain retinola (vitamin A), kolekalsiferol atau elgoklasiferol (vitamin D), alfa
tokoferol (vitamin E), dan menadion (vitamin K).
Fungsi utama vitamin secara umum adalah :
a. Sebagai bagian dari enzim atau koenzim sehingga dapat mengatur
berbagai proses metabolism
b. Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh
c. Memengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel – sel baru; dan
d. Membantu dalam pembuatan zat – zat tertentu dalam tubuh.
Sedangkan fungsi spesifik dari beberapa vitamin, antara lain, vitamin
B1, B6 dan B12 untuk menunjang pertumbuhan serta dapat merangsang
nafsu makan. Vitamin B2 berperan dalam pertumbuhan dan pertukaran zat
– zat makanan ( seperti karbohidrat, lemak, dan protein) dari sel – sel dalam
tubuh serta untuk proses reproduksi. Vitamin A berfungsi untuk menunjang
kesehatan mata, sedangkan vitamin D dibutuhkan untuk proses metabolisme
dari mineral (terutama kalsium dan fosfor). Vitamin E berpengaruh, baik
terhadap pergerakan biota maupun dalam proses reproduksi, sedangkan
INDUSTRI PERIKANAN
148 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
149
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
c. Ikan rucah, menyebutkan bahwa tingkat kematian yang nyata baru terjadi
pada minggu ketujuh dan pada minggu kesembilan.
Semua ikan kerapu bebek yang diberi pakan ikan rucah sudah mengalami
kematian. Sampai pada minggu keenam, kerapu bebek yang diberi pakan
ikan rucah masih mampu bertahan hidup, tetapi pada minggu ketujuh diduga
kerusakan sel sudah mencapai tingkat yang dapat menyebabkan kematian
sihingga sintasan setelah delapan minggu mencapai 44,44%. Begitu juga,
pengaruh perlakuan pada bobot benih kerapu bebek. Mulai pada minggu
kelima terlihat bahwa nafsu makan ikan yang diberi makan iakn rucah saja
jauh menurun. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pertumbuhan negatif
pada minggu keenam. Demikian pula pada minggu – minggu selanjutnya, ikan
terlihat semakin lemah dan kurus. Pertumbuhan terbaik ternyata ditunjukkan
oleh ikan yang diberi makan ikan rucah yang diperkaya vitamin mix saja.
Meskipin begitu, jumlah vitamin yang dibutuhkan ikan jumlahnya sedikit
dibandingkan dengan zat pada makanan lainnya. Namun, jika ada kekurangan
salah satu vitamin saja akan mempengaruhi pertumbuhan ikan dengan gejala
– gejala yang tidak normal baik secara morfologi maupun fisiologi ikan.
Pada akhirnya akan terjadi kerusakan sel dan dapat menyebabkan kematian.
Kematian yang nyata akibat kekurangan vitamin biasanya terjadi pada minggu
ketujuh dan minggu kesembilan.
Tabel 6.4 Vitamin Premix yang digunakan per Kg pakan untuk Kerapu
Jenis Vitamin Dosis yang Digunakan
Vitamin A (retinol) 6.000 IU/kg minimal
Vitamin D3 (kolikalsiferol) 2.000 IU/kg minimal
Vitamin E (tokoferol) 200 mg/kg
Vitamin K (K3 menadion) 40 mg/kg
Vitamin B1 (tiamin) 120 mg/kg
Vitamin B2 (riboflavin) 40 mg/kg
Piridoksin 120 mg/kg
Asam pantotenat 100 mg/kg
Asam nikotinat 150 mg/kg
Biotin 0,75 mg/kg
Asam folat 6 mg/kg
Vitamin B12 (sianokobalamin) 0,04 mg/kg
Vitamin C (Na-askorbat) 1.000 mg/kg
Kolin klorida 1.500 mg/kg
Inositol 800 mg/kg
Sumber : Akbar,2000
INDUSTRI PERIKANAN
150 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
5. Mineral
Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan komoditas
budidaya dalam jumlah yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat
penting. Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen utama dalm struktur
gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam-basa, menjaga
keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan, struktur dari
jaringan, dan sebagai penerus dalam system saraf dan kontraksi otot, fungsi
metabolism, sebagai komponen utama dalam enzim, vitamin, hormon, pigmen
dan sebagai enzim aktivator.
Berdasarkan jumlah yang diperlukan, mineral dapat digolongkan ke
dalam dua kelompok, yaitu makro mineral dan mikro mineral (trace mineral).
Makro mineral antara lain, kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium
(K), fosfor (P), klorida (Cl), dan sulfur (S). Sedangkan mikro mineral terdiri besi
(Fe), seng (Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), iodium (I), kobalt (Co), molibdenium
(Mo), nikel (Ni), fluor (F), khrom (Cr), silikon (Si), dan selenium (Se).
Menurut fungsinya, mineral dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu
fungsi structural, pernapasan, dan metabolism umum. Fungsi structural
adalah fungsi mineral untuk pembentukan struktur tubuh, seperti tulang, gigi,
dan sisik untuk ikan. Mineral yang banyak berperan dalam fungsi ini adalah
Ca, P, F, dan Mg. yang membantu pernapasan adalah Fe, Cu, dan Co. sedangkan
mineralyang membantu proses metabolism adalah semua mineral esensial,
baik makro maupun mikro. Termasuk berperan dalam metabolism adalah
pembentukan enzim, mengatur keseimbangan cairan tubuh dan beberapa
fungsi penting lainnya. Umumnya kekurangan mineral berpengaruh pada
pertumbuhan.
Kebutuhan mineral bagi ikan sangat bergantung pada konsentrasi air
tempat budidaya. Penambahan mineral dalam pakan yang berlebihan justru
akan berakibat negative bagi pertumbuhan ikan budidaya karena dapat
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan. Gejala defisiensi mineral, pada
umumnya tidak disebabkan oleh kadarnya yang rendah, tetapi lebih sering
terjadi karena ketidakseimbangan antara mineral dan nutrisi lainnya.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
151
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
152 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
153
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
C. PAKAN ALAMI
Gambar 6.3 (a) pemberian pakan alami pada induk ikan cobia
(b) kolam kultur pakan alami
Sumber : Dok. BPBL Lampung
Pakan alami adalah pakan atau makanan yang langsung diperoleh dari alam
baik dari penangkapan, pemungutan ataupun dibudidayakan/kultur. Untuk pakan
alami yang dibudidaya dapat dibagi atas dua kelompok besar yaitu : penyediaan
pakan alami yang selektif dan penyediaan pakan alami nonselektif seperti
pemupukan di lahan perairan.
Agar dapat membudidayakan pakan alami maka harus dikuasai teknik
budidayanya yang didasarkan pada pengetahuan aspek biologi dan kimianya
yang mencakup: morfologi, tahapan stadia perkembangbiakkannya, daur hidup
dan habitat, kecepatan dan tingkat pertumbuhan, kebiasaan dan cara makan atau
unsur hara yang dibutuhkan untuk hidup dan pertumbuhan serta nilai gizi pakan
alami. Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa penggunaan pakan alami
dalam usaha budidaya ikan selalu ada antara lain :
1. Kandungan nutrisi yang tinggi dan sesuai bagi larva ikan serta dapat
ditingkatkan kandungan gizinya melalui pengayaan (enrichment).
2. Toleransi hidup terhadap lingkungan yang tinggi.
3. Laju reproduksi tinggi (misalnya: 0,7 – 1,4 kali/rotifera/hari).
4. Dapat diproduksi secara massal dengan melakukan budidaya intensif.
5. Ukuran tubuh pakan alami umunya kecil sehingga sesuai dengan ukuran
bukaan mulut larva ikan konsumsi dan ikan hias.
6. Mobilitas rendah artinya pakan alami ini memiliki gerakan yang lambat
sehingga menarik perhatian dan memudahkan larva untuk menangkapnya.
7. Autolisis artinya pakan alami ini mengandung enzim-enzim pencernaan yang
memudahkan larva dalam mencerna makanannya.
8. Tingkat pencemaran terhadap kualitas air dalam wadah budidaya rendah.
Pakan alami yang biasanya di budidayakan untuk kebutuhan larva ikan air tawar/
INDUSTRI PERIKANAN
154 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
payau/ dan laut dan juga tersedia di alam dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu, phytoplankton, zooplankton, dan benthos.
Phytoplankton adalah organisme air yang melayang-layang mengikuti pergerakan
air dan berupa jasad nabati. Dalam siklus hidupnya phytoplankton melakukan
proses fotosintesa dan berukuran kecil yaitu terdiri dari satu sel atau beberapa
sel. Bentuk phytoplankton antara lain : oval, bulat dan seperti benang.
Tabel 6.6 Beberapa jenis pakan alami yang sudah dibudidayakan secara massal.
ɥ
Kelas Species Ukuran ( m)
Mikroalga Skeletonema costatum 15-25
Chaetoceros muelleri 6-9
Tetraselmis chuii 8-16
Nannochloropsis oculata 2-5
Isochrysis galbana 3-7
Rotifera Brachionus sp (SS-type) 94-163
Brachionus rotundiformis 150-205
(S-type) Brachionus 162-243
plicatilis (L-type)
Brachiopoda Artemia salina 400-10000
Copepoda Tigriopus japonicus 100-900
Cladocera Moina sp 150-1.500
Daphnia sp 400-1.150
MATERI PEMBELAJARAN
raksasa bergantung pada phytoplankton baik secara langsung atau tidak langsung
melalui rantai makanan. Berdasarkan zat warna yang dimiliki oleh alga ini, maka
alga dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelas diantaranya adalah:
1. Alga Hijau (Kelas Chlorophyceae)
2. Alga Coklat (Kelas Bacillariophyceae/kelas Phaephyceae)
3. Alga Keemasan (Kelas Chrysophyceae)
4. Alga Merah (Kelas Rhodophyceae)
5. Alga Hijau Kebiruan (Kelas Cyanophyceae)
Ada beberapa jenis phytoplankton yang sudah dapat dibudidayakan untuk
konsumsi udang, ikan dan ikan hias, antara lain:
1. Kelas Chlorophyceae, yang mempunyai ciri – ciri umum; berwarna hijau rumput
karena mengandung khlorofil, mempunyai empat bulu cambuk, reproduksi sel
terjadi secara vegetatif aseksual dan seksual. Sedangkan untuk ciri khusus
pada setiap jenisnya berbeda misalnya, Cholorococcum, dan Chlorella (bersel
tunggal tidak bergerak), Chlamydomonas, Euglena, Tetraselmis (bersel tunggal
dapat bergerak), Volvox, Scenedesmus (bentuk koloni dapat bergerak),
Hydrodictyon, Reticulatum (bentuk koloni yang tidak bergerak), Spyrogyra,
Oedogonium (bentuk benang), Ulva, Chara (bentuk lembaran)
2. Kelas Bacillariophyceae, mempunyai ciri – ciri ; berwarna coklat karena
mengandung silikat, berbentuk seperti cawan petri, reproduksi secara
pembelahan sel, bersel tunggal, misalnya Chaetoceros calcitran dan
Skeletonema costatum.
3. Kelas Cyanophyceae, mempunyai cirri – cirri ; berwarna hijua kebiruan karena
mengandung klorofil dan pigmen kebiru – biruan yaitu phycocyanin, berbentuk
benang yang melingkar seperti spiral, misalnya Spirulina
Jenis pakan alami yang kedua adalah zooplankton yaitu organisme air yang
melayang-layang mengikuti pergerakan air dan berupa jasad hewani. Ada beberapa
jenis zooplankton yang sudah biasa digunakan sebagai pakan khususnya larva
atau benih ikan,udang, maupun ikan hias dan sudah dapat dibudidayakan adalah:
1. Rotifera, yaitu Brachionus sp.
Cirri – cirinya antara lain ; berwarna putih, tubuhnya berbentuk seperti piala
dan mempunyai panjang 60 – 80 mikron meter, terlihat koronanya dan terdapat
bulu getar yang bergerak aktif, perkembangbiakannya dilakukan dengan dua
cara yaitu secara phartenogenesis dan seksual.
Gambar rotifera
2. Brachiopoda, yaitu Artemia salina
Cirri – cirinya adalah; telurnya berwarna coklat dengan diameter 200 –
300 mikron meter, sedangkan pada saat dewasa berwarna kuning cerah;
Perkembangbiakan dengan dua cara yaitu parthenogenesis dan biseksual;
Nauplius tubuhnya terdiri dari tiga pasang anggota badan yaitu antenula,
antenna I dan antenna II; Artemia dewasa berukuran 1 - 2 cm dengan sepasang
mata majemuk dan 11 pasang thoracopoda.
Gambar Artemia
3. Cladocera, yaitu Moina sp. Dan Daphnia sp.
Cirri – cirinya adalah; Berwarna merah karena mengandung haemoglobin;
INDUSTRI PERIKANAN
156 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Bergerak aktif; Bentuk tubuh membulat untuk moina dan lonjong untuk
daphnia; Perkembangbiakannya secara sexual dan parthenogenesis
4. Infosaria, yaitu Paramecium sp.
Cirri – cirinya antara lain adalah ; bersel tunggal; berwarna putih
Jenis pakan alami yang ketiga yang biasanya di berikan kepada ikan, larva dan
benih ikan/udang dan ikan hias adalah benthos. Benthos adalah organisma air
yang hidupnya di dasar perairan. Filum-filum Hewan Bentos di Perairan Laut
Dangkal 1. Chordata (Sub Filum Tunicata) 2. Arthropoda 3. Echinodermata 4.
Mollusca 5. Annelida 6. Nemertea 7. Platyhelminthes 8. Cnidaria 9. Porifera.
Filum Chordata Sub Filum Tunicata Secara sekilas hewan Tunicata tampak
seperti hewan spons (filum Porifera) tetapi susunan tubuh hewan Tunicata
lebih kompleks dibandingkan dengan hewan Porifera Satu ciri khas utama
hewan Tunicata adalah adanya Notochord yang terkadang terlihat dengan
mata telanjang dan berada di sisi dorsal (“punggung”) tubuh Lubang air
keluar Lubang air masuk Rhopalea sp. Ciri lain yang dimiliki hewan Tunicata
adalah: - Individu menempel pada substrat dan tidak dapat bergerak (sesil),
dapat berdiri sendiri ataupun berkoloni - Tubuh lunak dan bentuknya seperti
“tas” dan memiliki lapisan pelindung yang disebut dengan tunik - Umumnya
l ubang yang terletak pada bagian atas individu merupakan lubang tempat
masuknya air laut. Air laut disaring untuk mendapat makanan Tunik Atriolum
robustum
Filum Echinodermata Dalam bahasa Yunani Echinodermata berarti berkulit duri.
Ciri-ciri: -Seluruh permukaan tubuh ditutupi duri - Hewan memiliki kaki tabung
-Tubuh simetri radial pentamer. ada beberapa kelas yang termasuk dalam filum
echinodermata diantaranya :
1. Kelas Crinoidea Yang termasuk ke dalam kelas ini ialah jenis-jenis lili laut
2. Kelas Stelleroidea Kelas ini mencakup jenis-jenis bintang laut, bintang
mengular, bulu seribu, dan bantal raja Bantal Raja ( Culcita sp.) Bintang laut
Bulu seribu ( Acanthaster planckii )
3. Kelas Echinoidea Kelas ini mencakup jenis-jenis bulu babi (bulu jane),
manggis-manggis dan dolar pasir Manggis-manggis ( Mespilia globulus ) Dolar
pasir ( Clypeaster sp.) Bulu babi ( Echinothrix calamaris )
4. Kelas Holothuroidea Kelas ini terdiri dari beragam jenis-jenis teripang
Filum Arhtropoda Semua hewan dalam filum Arthropoda memiliki rangka luar
(eksoskeleton) yang bersegmen-segmen Tubuh terbagi atas segmen-segmen,
dan pada umumnya terdapat penggabungan antarkelompok segmen tubuh
(tagmatisasi) menjadi bagian yang khusus; yaitu Cephal (kepala), Thorax (dada),
dan Abdomen (perut). Yang termasuk hewan filum Arthropoda adalah: jenis-jenis
udang, jenis-jenis kepiting, dan jenis-jenis teritip Udang anemon ( Periclimenes
brevicarpalis ) Kepiting kotak ( Calappa calappa) Teritip ( Balanus sp.).
Filum Mollusca Hewan bertubuh lunak Umumnya dilindungi oleh cangkang; baik
eksternal maupun internal, tetapi ada juga hewan Mollusca yang tidak memiliki
cangkang. Filum Mollusca dapat dibagi menjadi beberapa kelas yang mungkin
sering dijumpai di perairan dangkal, yaitu: Gastropoda, Pelecypoda, Cephalopoda.
1. Kelas Gastropoda, merayap menggunakan “kaki” yang berada di bawah
perutnya. ada yang bercangkang eksternal, internal, maupun tidak
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
157
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
bercangkang. jenis-jenis siput dan keong, jenis-jenis kelinci laut, dan jenis-
jenis siput telanjang (nudibranch), Tanpa cangkang Keong Racun ( Conus sp.)
Cangkang Eksternal Cangkang Internal Kelinci Laut ( Pleurobranchus forskalii)
2. Kelas Pelecypoda, Memiliki cangkang setangkup, bergerak menggunakan
“kaki” yang berbentuk kapak; Kima raksaksa ( Tridacna squamosa ) Hyotissa
hyotis
3. Kelas Cephalopoda Nama cephalopoda berarti “kaki kepala”, karena alat gerak
hewan pada kelas ini berupa tentakel di dekat kepalanya. Sotong Gurita
Filum Annelida Tubuh lunak, lonjong memanjang, pada permukaan tubuh terlihat
segmen-segmen menyerupai cincin mengelilingi tubuhnya Cacing pohon natal (
Spirobranchus giganteus) Eunice sp. Cacing karang/Cacing Kipas ( Sabellastartre
sp.).
Filum Platyhelminthes Tubuh pipih, lunak, dan memanjang; itulah ciri-ciri hewan
Platyhelminthes. Walaupun tampak seperti nudibranch hewan ini tidak memiliki
organ pernafasan seperti halnya nudibranch/Pseudoceros sp.
Filum Cnidaria, Dinamakan filum Cnidaria karena semua hewan dalam filum ini
memiliki cnidoblas (sel-sel penyengat) di dalam tentakelnya. Hewan filum Cnidaria
ada yang hidup berkoloni seperti jenis-jenis karang keras yang berkoloni dan ada
yang hidup soliter. Misalnya, Koloni karang keras Tubastraea sp. karang keras
soliter Fungia sp. Jenis-jenis hewan lain yang termasuk ke dalam filum Cnidaria
adalah: kipas laut, akar bahar, jelatang, dan zoanthids. Kipas laut ( Semperina sp.)
Soft coral/ Karang lunak ( Dendronephthya sp.)
Filum Porifera, Hewan Porifera adalah koloni hewan bersel satu, bentuk hewan
yang kita lihat adalah koloni dari berjuta-juta hewan bersel tunggal, Disekujur
tubuh koloni yang kita lihat terdapat pori-pori kecil yang berguna sebagai jalan
masuk air. Air laut disaring untuk mendapat makanan. Lubang terbesar pada
koloni merupakan lubang tempat keluarnya air
D. PAKAN BUATAN
INDUSTRI PERIKANAN
158 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
159
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 6.8 Formula Pakan untuk Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus Suilus) Dewasa
Bahan Baku Persentase (%) Nilai Nutrisi
Tepung ikan cokelat 50,21 Protein : 41,30%
Tepung kedelai 12,06 Lemak : 13,46%
Tepung cumi 15,42 Serat kasar : 3,11%
Tepung beras 12,85 Abu : 10,46%
Tepung singkong 5,42 Karbohidrat : 31,67%
Minyak cumi 2,00 Air : 0,00%
CMC 0,03 Energi : 360,60 (kkal/g
Vitamin C 1,00 pakan)
vitamin mix 2,00
Sumber : Ahmad et al., 1992
Pakan buatan pada umumnya ada dua jenis, pakan terapung dan pakan
tenggelam. Dalam pembuatan pakan, salah satu faktor penting yang harus
diketahui adalah metode menyusun formulasi pakan. Formulasi digunakan sebagai
rumusan untuk mendapatkan jumlah bahan baku dan kandungan nutrisi yang
akan digunakan untuk membuat pakan. Penyusunan formulasi pakan, yang paling
utama adalah memperhatikan penghitungan nilai kandungan protein karena zat
gizi ini merupakan komponen utama dalam pertumbuhan. Apalagi bahan baku
protein termasuk bahan yang paling banyak dibutuhkan dalam pembuatan pakan
dan harganya pun relatif mahal. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah
ketersediaan bahan baku pembuatan pakan, karena ketersediaannya sangat
terbatas disebabkan oleh bahan – bahan tersebut digunakan juga sebagai bahan
makanan manusia. Oleh karena itu, penggunaannya kurang memungkinkan,
kecuali apabila ketersediaan bahan tersebut dalam keadaan surplus. Untuk itu
sebagai pembudidaya kita dituntut harus kreatif dalam mencari alternative –
alternative bahan baku pakan yang ketersediaannya cukup dan harga pun relative
murah namun tidak mengurangi kandungan nutrisi yang ada dalam bahan baku
pakan. Sumber bahan baku untuk pakan berasal dari bahan hewani dan bahan
nabati, dan utntuk memperoleh bahan baku yang murah, ketersediaannya juga
tidak sulit didapatkan, dan kandungan protein tetap tinggi bisa didapat dari
limbah bahan hewani dan limbah bahan nabati.
Terdapat beberapa cara atau metode untuk menyusun formulasi pakan,
tetapi yang paling umum dan mudah dilakukan adalah dengan menggunakan
metode persegi pearson’s atau biasanya disebut pearson’s square. Metode ini
dikembangkan oleh Karl Pearson, yang pada abad ke 19 telah menjadi pelopor
penggunaan metode statistic dalam berbagai penelitian bidang biologi maupun
pemecahan berbagai permasalahan yang bersifat sosio ekonomis. Metode
ini biasanya digunakan untuk menggambarkan kadar nutrisi protein, lemak,
karbohidrat atau nutrisi lain yang diperlukan oleh biota air, seperti vitamin
dan mineral. Dasar dalam penyusunan formulasi pakan menggunakan metode
ini adalah adanya pembagian tingkatan protein bahan-bahan pakan. Tingkatan
tersebut dibagi menjadi 2, yaituprotein basaldan protein suplemen. Tahukah
INDUSTRI PERIKANAN
160 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
anda perbedaan dari protein basal dan protein suplemen ? perhatikan tabel 11
di bawah ini !
Hal penting yang harus diketahui bahwa protein basal adalah semua bahan baku
pakan, baik nabati, hewani dan limbah industry, yang memiliki kandungan protein
kurang dari 20 % sedangkan protein suplemen adalah semua bahan baku pakan,
baik nabati, hewani dan limbah industry, yang memiliki kandungan protein lebih
dari 20%.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini
adalah :
1. Nilai protein yang diletakkan di tengah kotak harus memiliki nilai di antara
rata–rata protein basal dan suplemen yang diletakkan di sisi kiri kotak
Tepung ikan 60%
30%
Tepung jagung 11%
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
161
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Kandungan protein yang diinginkan, yaitu sebesar 30%, yang berada di tengah
kotak memilki nilai diantara 11% (tepung jagung) dan 60% (tepung ikan).
Apabila tepung ikan digantikan dengan bahan baku lain seperti silase ikan
yang memiliki kandungan protein sebesar 18%, maka metode perhitungan
tidak akan bisa dilakukan, karena nilai 30% berada diluar nilai 11% dan 18%
2. Abaikan hasil yang diperoleh dari pengurangan antara protein yang
diinginkan dengan protein yang terkandung dalam bahan (terletak disebelah
kanan kotak), jika hasilnya negative
Metode Pearson’s square digunakan dalam penyusunan formulasi pakan
menggunakan 2 bahan baku pakan, menggunakan lebih dari 2 bahan baku,
menggunakan lebih dari 2 bahan baku dengan penentuan jumlah/bagian bahan
yangdigunakan, atau menggunakan kombinasi beberapa bahan baku yang sudah
ditetapkan persentasenya.
1. Formulasi pakan menggunakan dua bahan baku
Contoh : akan dibuat pakan sebanyak 10 kg kandungan protein 35%
menggunakan bahan baku berupa tepung ikan (mengandung 65% protein)
dan dedak (mengandung 12% protein). Hitunglah kebutuhan masing- masing
bahan !
Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk menyusun
formulasinya :
Langkah 1
Buat kotak segi empat, kemudian cantumkan nilai protein yang diinginkan di
tengah-tengah kotak segi empat yang telah dibuat
Langkah 2
Letakkan nilai protein masing – masing bahan baku yang telah ditentukan di
sudut kiri atas dan bawah kotak segi empat
Dedak 12%
Nilai protein bahan baku dapat diletakkan secara terbalik, misalnya untuk nilai
protein dedak halus (12%) diletakkan di sudut kiri atas bawah, sedangkan
nilai protein tepung ikan (65%), diletakkan pada sudut kiri bawah.
Langkah 3
Kurangkan jumlah protein yang terdapat dalam bahan baku dengan protein
yang diinginkan dalam kotak dan letakkan hasilnya secara diagonal disudut
kanan kotak (tanda positif maupun negative tidak perlu dicantumkan)
INDUSTRI PERIKANAN
162 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Tepung ikan
65% 23%
Dedak
12% 30%
Nilai 30% pada sudut kanan bawah kotak segi empat diperoleh dari : 65%
- 35% = 30% sedangkan nilai 23% pada sudut kanan ata kotak segi empat
diperoleh dari : 12% - 35% = - (23%) (abaikan tanda negatifnya)
Perhatian : hasil pengurangan harus selalu diletakkan secara diagonal
Langkah 4
Jumlahkan kedua hasil pengurangan tersebut
Tepung ikan 65% 23%
Dedak
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
163
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Langkah 7
Menghitung kebutuhan setiap bahan baku dalam bentuk bobot kering.
Untuk membuat pakan berprotein 35% sebanyak 10 kg (10.000 gram)
diperlukan bahan baku tepung ikan dan dedak, dengan komposisi sebagai
berikut :
Tepung ikan = 43,40% X 10.000 gram = 4.340 gram
Dedak = 56,60% X 10.000 gram = 5.660 gram
Jumlah total seluruh bahan adalah :
4.340 gram + 5.660 gram = 10.000 gram
a. formulasi pakan menggunakan lebih dari dua bahan baku
Pakan ikan yang dibuat menggunakan lebih dari 2 bahan baku sangat
memungkinkan untuk diselesaikan menggunakan metodePearson’s square.
Satu hal yang perlu diperhatikan jika menggunakan lebih dari 2 bahan baku
adalah pengelompokkan setiap bahan baku tersebut ke dalam protein basal
dan suplemen. Masih ingatkah anda dengan perbedaan antara protein basal
dan suplemen ?
Contoh : akan dibuat pakan untuk ikan Kerapu berprotein 40% sebanyak 15
kg menggunakan bahan baku sebagai berikut :
Jenis bahan baku Kandungan protein (%)
Tepung ikan cokelat 62,65 (%)
Tepung kedelai 39,60 (%)
Dedak halus 11,35 (%)
Tepung beras 8,90 (%)
Tepung singkong 7,63 (%)
2. Tentukan komposisi yang tepat dari masing – masing bahan baku tersebut !
3. Hitunglah bobot kering masing – masing bahan bakunyang dibutuhkan !
Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk menyusun
formulasinya :
Langkah 1
Kelompokkan bahan baku yang tergolong ke dalam protein basal dan protein
suplemen. Kemudian jumlah dan rata – ratakan.
Sebagai pengingat kembali, bahwa yang dimaksud dengan protein basal
adalah seluruh bahan baku yang memiliki nilai protein <20%, dan protein
suplemen adalah seluruh bahan baku yang memiliki nilai protein >20%. Dari
tabel bahan baku diatas, diperoleh kelompok protein suplemen dan protein
basal sebagi berikut :
INDUSTRI PERIKANAN
164 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Langkah 3
Kurangkan jumlah protein yang terdapat dalam bahan baku dengan
protein yang diinginkan dalam kotak dan letakkan hasilnya secara diagonal
(berlawanan) di sudut kanan kotak (tanda positif maupun negatif tidak perlu
dicantumkan). Selanjutnya, jumlahkan hasil pengurangannya.
Nilai 30,71% padasisikanan bawah kotak segi empat diperoleh dari :9,29
%-40 % = 30,71% (tanda negatif diabaikan); dan Nilai11,13 % pada sisi
kanan atas kotak segi empat diperoleh dari : 51,1,3 %-40 % = 11,13 %
Langkah 4
Menghitung kebutuhan setiap bahan bakuuntuk memperoleh komposisi
bahan baku yang diperlukan
Kebutuhan setiap bahan baku diperoleh dengan membagi hasil pengurangan
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
165
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
Protein Suplemen
membutuhkan protein basal sebanyak 26,60% dan protein suplemen
sebesar 73,40%. Oleh karena bahan baku yang termasuk dalam protein basal
ada tiga, yaitu dedak halus, tepung terigu dan tepung jagung,maka komposisi
masing–masing bahan baku adalah : Dedak halus = 26,60% : 3= 8,87%
Tepung beras= 26,60% : 3= 8,87%
Tepung singkong= 26,60% : 3= 8,87%
Sedangkan bahan baku yang termasuk dalam protein suplemen ada dua, yaitu
tepung ikan cokelat dan tepung kedelai,maka komposisi masing–masing
bahan baku adalah:
Tepung ikan cokelat = 73,40% : 2= 36,70%
Tepung kedelai = 73,40% : 2= 36,70%
Langkah 5
Membuktikan perolehan hasil perhitungan
Untuk membuktikan bahwa dalam komposisi tersebut mengandung kadar
protein 40% dilakukan dengan mengalikan kandungan protein pada bahan
baku dengan kandungan protein yang digunakan sebagai berikut :
Nama bahan Kandungan protein Jumlah bahan yang Hasil kali
dalam bahan baku dibutuhkan (axb)
(a) (b)
Tepung ikan 62,65 36,70 % 22,99%
cokelat
Tepung kedelai 39,60 36,70 % 14,53%
Dedak halus 11,35 8,87% 1,01%
Tepung beras 8,90 8,87 % 0,79%
Tepung singkong 7,63 8,87 % 0,68%
Jumlah protein dalam pakan (%) 40
Langkah 6
Menghitung kebutuhan setiap bahan baku dalam bentuk bobot kering
Untuk membuat pakan berprotein 40% sebanyak 15 kg (15.000 gram) diperlukan
bahan baku dengan komposisi sebagai berikut :
INDUSTRI PERIKANAN
166 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok kerja, masing – masing kelompok berjumlah antara 3-4 siswa.
1. Tujuan agar siswa mampu :
a. Membiasakan diri bekerja sama secara tim dan mampu berkolaborasi
dalam menyelesaikan permasalahan.
b. Memahami tentang :
1) Komposisi dan jenis pakan buatan
2) Kandungan nutrisi yang terkandung dalam pakan
c. Memiliki keberanian berkomunikasi dan menyampaikan ide/gagasan
kepada orang lain
d. Jujur dan bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan melalui kegiatan
persentasi
2. Tugas masing – masing kelompok :
Lakukan identifikasi tentang :
a. Komposisi dan jenis pakan buatan
b. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam pakan buatan
c. Buatlah laporan berdasarkan hasil diskusi kelompok! Jika menemukan
hal lain yang belum jelas tanyakan pada guru pembimbing.
3. Presentasikan secara bergantian dengan kelompok lainnya
Langkah kerja :
a. Baca dan pahami materi tentang kebutuhan pakan komoditas perikanan
b. Baca dan pahami tentang kandungan nutrisi yang terkandung dalam
pakan buatan
c. Lakukan identifikasi tentang komposisi dan jenis pakan buatan pada
kolom lembar kerja yang tersedia !
d. Lakukan identifikasi tentang kandungan nutrisi yang terkandung dalam
pakan pada kolom lembar kerja yang tersedia !
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
167
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
LEMBAR PRAKTIKUM
Lembar Kerja
Nama kelompok :
Nama Anggota :
Kelas :
Identifikasi komposisi dan jenis pakan buatan
INDUSTRI PERIKANAN
168 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
CONTOH SOAL
Harga tepung ikan impor dengan kandungan protein 66% adalah Rp. 15.000/kg,
sedangkan harga tepung ikan lokal yang mengandung protein 40% adalah Rp.
12.000/kg.
Lakukan langkah – langkah perhitungan di bawah ini untuk mendapatkan harga
yang terkandung dalam setiap kg protein pakan.
1. Bagi harga tepung ikan impor dengan jumlah bagian protein yang terkandung
dalam 1 kg tepung ikan
2. Kalikan dengan 1 kg Berapa hasil yang anda peroleh ? Tepung ikan manakah
yang berharga lebih murah ?
Penyelesaian
Tepung ikan impor = X 1000g = Rp. 22.727/kg protein
Dari hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa harga tepung ikan impor
lebih murah dibandingkan dengan harga tepung ikan
CAKRAWALA
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
169
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
INDUSTRI PERIKANAN
170 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
RANGKUMAN
5. Beberapa komponen nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam pakan,
antara lain, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
6. Protein merupakan senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak asam
amino yang mengandung unsur – unsur karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O),
dan Nitrogen (N) yang tidak dimiliki oleh lemak atau kerbohidrat.
7. Lemak dan minyak yang lazim disebut lipid merupakan sumber energi paling
tinggi dalam pakan. Lemak dan minyak adalah senyawa organic yang tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelerut organik. Dasar perbedaan antara
lemak dan minyak adalah pada titik cairnya (melting point).
8. Karbohidrat merupakan senyawa organic yang terdiri atas serat kasar dan
bahan bebas tanpa nitrogen (nitrogen free extract) atau dalam bahasa
Indonesia disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Jadi, unsur – unsur
karbohidrat terdiri atas karbon, hydrogen, dan oksigen dalam perbandingan
yang berbeda – beda. Karbohidrat dalam bentuk yang sederhana, umumnya
lebih mudah larut dalam air daripada lemak atau protein.
9. Zat organik yang dibutuhkan tubuh komoditas budidaya perikanan dalam
jumlah yang sedikit adalah vitamin, dalam jumlah sedikit tetapi sangat penting
untuk mempertahankan perkembangan dan pemeliharaan kondisi tubuh.
10. Vitamin yang larut dalam air, antara lain, tiamin (B1), riboflavin (B2), asam
pantotenat (B6), biotin dan kobalamin (B12), vitamin C, dan lain – lain.
Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak antara lain retinola (vitamin A),
kolekalsiferol atau elgoklasiferol (vitamin D), alfa tokoferol (vitamin E), dan
menadion (vitamin K).
11. Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan komoditas budidaya
dalam jumlah yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting.
Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen utama dalm struktur gigi
dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam-basa, menjaga
keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan, struktur dari
jaringan, dan sebagai penerus dalam system saraf dan kontraksi otot, fungsi
metabolism, sebagai komponen utama dalam enzim, vitamin, hormon, pigmen
dan sebagai enzim aktivator.
12. Pakan alami yang biasanya di budidayakan untuk kebutuhan larva ikan
air tawar/payau/ dan laut dan juga tersedia di alam dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu, phytoplankton, zooplankton, dan benthos.
13. Phytoplankton adalah organisme air yang melayang-layang mengikuti
pergerakan air dan berupa jasad nabati.
14. Zooplankton yaitu organisme air yang melayang-layang mengikuti pergerakan
air dan berupa jasad hewani.
15. Benthos adalah organisma air yang hidupnya di dasar perairan. Filum-filum
Hewan Bentos di Perairan Laut Dangkal 1. Chordata (Sub Filum Tunicata)
2. Arthropoda 3. Echinodermata 4. Mollusca 5. Annelida 6. Nemertea 7.
Platyhelminthes 8. Cnidaria 9. Porifera.
16. Pakan buatan pada umumnya ada dua jenis, pakan terapung dan pakan
tenggelam. Dalam pembuatan pakan, salah satu faktor penting yang harus
diketahui adalah metode menyusun formulasi pakan.
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
171
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ke VI ini, anda tentu menjadi paham tentang kebutuhan
pakan komoditas perikanan yang meliputi : kebutuhan nutrisi pakan, jenis – jenis
pakan alami, dan formulasi pakan buatan.
Dari semua materi yang sudah dijelsakn dalam bab ke VI ini, bagian mana yang
menurut anda paling sulit dipahami? Coba anda diskusikan dengan teman maupun
guru anda. Karena bab ini menjadi dasar untuk materi- materi selanjutnya.
INDUSTRI PERIKANAN
172 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP
SEMESTER GENAP
A. PILIHAN GANDA
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Dibawah ini yang termasuk ke dalam kelompok parameter fisika air adalah…
a. Salinitas, suhu, oksigen terlarut
b. Oksigen terlarut, karbondioksida bebas, ammonia
c. Intensitas cahaya, kekeruhan, suhu
d. Gas metana, suhu, salinitas
4. Stratifikasi suhu pada kolom air pada lapisan epilimnion memiliki penurunan suhu
yang relatif kecil yaitu…
a. Konstan b. 21 °C menjadi 15 °C
c. 28 °C menjadi 21 °C d. 32 °C menjadi 28 °C
6. Lokasi di bumi akan mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari
dikenal dengan istilah…
a. Tide generating force b. Spring tide
c. Neap tide d. Semi diurnal tides
8. Unsur hara yang sangat diperlukan oleh organisme nabati dalam perairan adalah…
a. unsur N, Cu, Vd c. unsur N, P, Mo
b. unsur N, P, Mg d. unsur N, Mg, Zn
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
173
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
10. Kelompok organisme yang tinggal di dalam kolom air (water column) baik di
perairan tawar maupun laut disebut…
a. plankton b. bentos c. nekton d. perifiton
12. Sampel air yang merupakan campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari
suatu tempat yang sama pada waktu yang berbeda adalah…
a. Grap sample b. Composite sample
c. Integrated sample d. Combined sample
13. Pertemuan dua sungai merupakan salah satu area yang dapat dijadikan titik
sampling, namun memerlukan uji ……….. terlebih dahulu
a. homogenitas b. heterogenitas
c. oksigen terlarut d. suhu dan salinitas
15. Pada sungai dengan debit antara 5 – 150 m3/detik maka titik pengambilan sampel
pada…
a. jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai dengan 0,5 kedalaman sungai
b. jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai dengan diatas permukaan dan di dasar sungai
c. jarak ½ lebar sungai dengan 0,5 kedalaman sungai
d. jarak ¼, ½ dan ¾ lebar sungai dengan 0,5 kedalaman sungai
INDUSTRI PERIKANAN
174 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
19. Memperlambat proses perubahan kimia dan biologis yang tidak terelakan adalah
fungsi dari…
a. pengambilan sampel c. pengawetan sampel
b. penanganan sampel d. pengukuran sampel
20. Selain dengan pendinginan pengawetan sampel air juga dapat dilakukan dengan
penambahan…
a. HCl pekat atau H2SO4 pekat c. H2SO4 pekat atau H2O
b. NaOH pekat atau HCl pekat d. HCl pekat atau H2O
21. Kandungan nutrisi pada pakan alami sangat menentukan keberhasilan dalam
usaha pembenihan ikan, pakan alami Artemia sering digunakan sebagai pakan
awal pada usaha pembenihan karena memiliki kadar protein tinggi yaitu:
a. 30%-40% b. 40%-50% c. 50%-60%
d. 60%-70% e. 20%-30%
22. Kandungan gizi yang dikandung pakan, yang diberikan kepada komoditas
budidaya merupakan pengertian dari…
a. Nutrisi (nutrition)
b. protein
c. vitamin
d. mineral
e. Kalsium
23. Jika komoditas Budidaya mengonsumsi pakan yang kandungan gizi/ nutrisi rendah,
pertumbuhan terhambat bahkan, bahkan pada komoditas budidaya timbul gejala
– gejala tertentu, biasanya gejala – gejala ini disebut…
a. malfunction
b. malpraktek
c. malnutrition
d. malprotein
e. malcalsium
24. Senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak asam amino yang mengandung
unsur – unsur karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), dan Nitrogen (N) adalah
kandungan yang terkandung dalam…
a. Vitamin
b. Mineral
c. Protein
d. Kalsium
e. Karbohidrat
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
175
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
25. 1) Sebagai bagian dari enzim atau koenzim sehingga dapat mengatur berbagai
proses metabolisme
2) Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh
3) Memengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel – sel baru; dan
4) Membantu dalam pembuatan zat – zat tertentu dalam tubuh.
Merupakan Fungsi utama dari…
a. Vitamin
b. Mineral
c. Protein
d. Kalsium
e. Karbohidrat
26. Komponen utama dalam struktur gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga
keseimbangan asam-basa, menjaga keseimbangan tekanan osmosis dengan
lingkungan perairan, struktur dari jaringan, dan sebagai penerus dalam system
saraf dan kontraksi otot, fungsi metabolism, sebagai komponen utama dalam
enzim, vitamin, hormon, pigmen dan sebagai enzim aktivator. Adalah fungsi utama
dari…
a. vitamin
b. Mineral
c. Protein
d. kalsium
e. Karbohidrat
27. Jenis zooplankton yang tubuhnya berbentuk seperti piala, terlihat koronanya dan
terdapat bulu getar yang aktif serta sudah dibudidayakan secara massal adalah:
a. Brachionus sp
b. Moina sp
c. Daphnia sp
d. Artemia salina
e. Chitoceros
28. Cirri – cirinya antara lain ; berwarna putih, tubuhnya berbentuk seperti piala dan
mempunyai panjang 60 – 80 mikron meter, terlihat koronanya dan terdapat bulu
getar yang bergerak aktif, perkembangbiakannya dilakukan dengan dua cara yaitu
secara phartenogenesis dan seksual. Merupakan cirri- cirri dari…
a. Rotifera, yaitu Brachionus sp.
b. Brachiopoda, yaitu Artemia salina
c. Cladocera, yaitu Moina sp. Dan Daphnia sp.
d. Infosaria, yaitu Paramecium sp.
e. Cyanopyceae yaitu Spirulina
INDUSTRI PERIKANAN
176 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
29. Metode perhitungan pakan ini dikembangkan oleh Karl Pearson. yang pada abad ke
19 telah menjadi pelopor penggunaan metode statistic dalam berbagai penelitian
bidang biologi maupun pemecahan berbagai permasalahan yang bersifat sosio
ekonomis. Metode ini biasanya digunakan untuk menggambarkan kadar nutrisi
protein, lemak, karbohidrat atau nutrisi lain yang diperlukan oleh biota air, seperti
vitamin dan mineral. Metode ini biasanya disebut.
a. Metode Pearson Squre
b. Metode Person Square
c. Metode Pearson Square
d. Metode Person Sqare
e. Metode Pearson Squire
30. Semua bahan baku pakan, baik nabati, hewani dan limbah industry, yang memiliki
kandungan protein lebih dari 20%. Dikenal dengan istilah…
a. Protein basal
b. Protein Suplemen
c. Protein basah
d. Protein Suplaymen
e. Protein basa
B. ESSAY
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Berdasarkan zat warna yang dimiliki oleh alga, maka alga dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelas diantaranya adalah…
2. Coba anda tuliskan beberapa alasan yang mendasari mengapa penggunaan pakan
alami dalam usaha budidaya ikan selalu ada !
3. Tuliskan berbagai parameter fisika air yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan
yang dibudidayakan !
4. Tuliskan berbagai parameter Kimia air yang berpengaruh terhadap kehidupan
ikan yang dibudidayakan
5. Kita akan membuat pakan ikan Kerapu berprotein 35% sebanyak 20 kg.
menggunakan bahan baku sebagai berikut :
Jenis bahan baku Kandungan protein (%)
Tepung ikan cokelat 62,65 (%)
Tepung kedelai 39,60 (%)
Dedak halus 11,35 (%)
Tepung beras 8,90 (%)
Tepung singkong 7,63 (%)
Dengan menggunakan metode kotak bujur sangkar ;
a. Tentukan komposisi yang tepat dari masing – masing bahan baku tersebut !
b. Hitunglah bobot kering masing – masing bahan bakunyang dibutuhkan !
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
177
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
INDUSTRI PERIKANAN
178 LAUT
BUDI DAYA PERIKANAN
LAUT
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS
INDUSTRI PERIKANAN
LAUT
179