Anda di halaman 1dari 8

MASPARI JOURNAL

Juli 2016, 8(2):127-135

PENGARUH PERIODE PANEN YANG BERBEDA TERHADAP


KUALITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT
Kappaphycus alvarezii: KAJIAN RENDEMEN DAN
ORGANOLEPTIK KARAGINAN

THE EFFECT OF DIFFERENT HARVEST PERIOD


ON CARRAGEENAN QUALITY OF
Kappaphycus alvarezii: STUDIES OF CARRAGEENAAN RENDEMENT
AND ORGANOLEPTIC

Siti Basiroh1), Mahrus Ali2), dan Berta Putri2)


1)Mahasiswa Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Indonesia
Email: basyiroh_siti@yahoo.co.id
2)Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Indonesia

Registrasi: 29 September 2015; Diterima setelah perbaikan: 15 Januari 2016;


Disetujui terbit: 2 Juni 2016

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas karaginan Kappaphycus alvarezii
yang dipanen dalam periode panen yang berbeda. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu periode panen
35 hari, 40 hari, 45 hari, 50 hari dan 55 hari dengan 3 kali pengulangan. Data yang
diperoleh dianalisis sidik ragam menggunakan ANOVA dan hasil yang berbeda nyata
dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Berdasarkan hasil analisis
rendemen karaginan, rendemen rumput laut kering dan uji organoleptik, diketahui bahwa
kualitas karaginan terbaik diperoleh dari periode panen 45 hari. Sedangkan berdasarkan
hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut BNT menunjukkan bahwa periode panen K.
alvarezii berpengaruh nyata terhadap kualitas karaginan yang dihasilkan.

KATA KUNCI: Kappaphycus alvarezii, karaginan, periode panen.

ABSTRACT

The aim of this research to determine the quality of carrageenan Kappaphycus alvarezii that
was harvested in different periods. This research was conducted by using a completely
randomized design with 5 treatments, period of 35 days, 40 days, 45 days, 50 days and 55
days with 3 repetitions. The data were analyzed by using ANOVA analysis of variance and the
significantly different results followed by a further test of Least Significant Difference (LSD).
Based on the carrageenan analysis, rendement of dried carrageenan and organoleptic test
show that the best carrageenan quality was from 45 days harvest period. While based on the
analysis of variance and LSD test further showed that the harvest period K. alvarezii is
significantly affect the quality of carrageenan.

KEYWORDS: Carrageenan, harvest period, Kappaphycus alvarezii.


Siti Basiroh et al.
Pengaruh Periode Panen yang Berbeda terhadap
Kualitas Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii:
Kajian Rendemen dan Organoleptik Karaginan

1. PENDAHULUAN melakukan kerjasama untuk


Rumput laut merupakan sumber peningkatan kualitas bibit rumput laut
utama penghasil agar-agar, alginat dan Eucheuma cottonii atau yang sering juga
karaginan yang banyak dimanfaatkan disebut Kappaphycus alvarezii melalui
dalam industri makanan, kosmetik, teknik kultur jaringan pada tahun 2011.
farmasi, dan industri lainnya seperti Rumput laut ini merupakan hasil kultur
industri kertas, tekstil, fotografi, pasta, jaringan yang pertama di Indonesia.
dan pengalengan ikan. Tahun 2009 Bibit Rumput laut hasil kultur jaringan
produksi rumput laut sebesar 2,7 juta sampai di Propinsi Lampung pada
ton, pada tahun 2010 meningkat tahun 2012 dalam skala laboratorium.
menjadi 3,1 juta ton, selanjutnya pada Pengembangan rumput laut terus
tahun 2011 naik menjadi 4,3 juta ton. dilakukan oleh Balai Besar
Hal tersebut yang menjadi alasan Pengembangan Budidaya Laut
mengapa rumput laut merupakan salah Lampung untuk menyediakan bibit bagi
satu produk unggulan dalam kebijakan pembudidaya. Upaya pengembangan
pemerintah yang akan menjadikan bibit rumput laut berhasil dilakukan
indonesia sebagai penghasil produk dan telah didistribusikan ke beberapa
perikanan laut terbesar di dunia pada wilayah Teluk Lampung, salah satunya
tahun 2015 (Pandelaki, 2012). kecamatan Ketapang Lampung Selatan
Jenis rumput laut yang banyak (Runtuboy, 2014).
dibudidayakan di Indonesia adalah Rumput laut yang dihasilkan
Kappaphycus alvarezii. K. alvarezii melalui teknik kultur jaringan ini
merupakan salah satu komoditas mempunyai kelebihan dan keunggulan
prioritas karena memiliki beberapa mampu dibudidayakan di perairan yang
keunggulan, yaitu teknologi budidaya keruh, mampu tetap hidup pada
mudah dilakukan, modal yang salinitas rendah dan satu lagi tahan
diperlukan dalam budidaya rumput laut terhadap curah hujan tinggi. Dengan
relatif kecil, usia panen singkat keunggulan yang dimiliki rumput laut
sehingga merupakan komoditas yang kultur jaringan ini, kendala yang selama
cepat untuk mengatasi kemiskinan ini dihadapi dalam berbudidaya rumput
serta kegiatan budidaya rumput laut laut seperti kendala lokasi, salinitas,
hingga proses pengolahan pasca panen dan curah hujan, dapat diatasi sehingga
merupakan kegiatan yang padat karya mampu mendorong peningkatan
(Mulyaningrum et al., 2012). produksi rumput laut nasional
Salah satu kendala dalam khususnya jenis K. alvarezii. Selain itu,
pengembangan budidaya rumput laut pertumbuhan rumput laut hasil kultur
adalah keterbatasan benih yang jaringan ini juga lebih cepat
kontinyu dan berkualitas. Ketersediaan dibandingkan dengan rumput laut
benih yang kontinyu dan berkualitas alami. Pada rumput laut alami,
mutlak diperlukan untuk mendukung peningkatan bobot rumput laut 12 kali
program minapolitan produksi lipat dari bobot bibit yang diukur pada
perikanan sebesar 8 juta ton pada 2009 usia 20 hari, sedangkan pada bibit
akan dipacu hingga 353% pada 2014 rumput laut kultur jaringan bobotnya
(Mulyaningrum et al., 2012). meningkat 15 kali lipat (Soebjakto,
Kementerian Kelautan dan 2013).
Perikanan (KKP) bekerjasama dengan K. alvarezii termasuk jenis
SEAMEO BIOTROP Bogor telah Carragenophytes yaitu jenis rumput laut

128
Siti Basiroh et al.
Pengaruh Periode Panen yang Berbeda terhadap
Kualitas Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii:
Kajian Rendemen dan Organoleptik Karaginan

penghasil karaginan yang banyak karaginan rumput laut. Pelaksanaan


diperlukan untuk bidang industri, penelitian adalah sebagai berikut:
farmasi, maupun pangan (Pasande dan
Mujayana, 2013). Proses pemanenan 1. Budidaya rumput laut K. alvarezii
rumput laut biasanya pada usia 25-30 Budidaya K. alvarezii dilakukan
untuk benih, 45 hari untuk industri dan dengan dengan sistem long line dengan
pangan (Runtuboy, 2014). Periode cara bibit diikatkan pada tali titik
panen rumput laut yang berbeda-beda berjarak 25–30 cm dengan berat 10 g
ini akan mempengaruhi kualitas setiap titik ikat dengan cara simpul pita
karaginan yang dihasilkan. Selain itu, dan sedikit longgar. Jika proses
perbedaan varietas rumput laut juga pengikatan sudah selesai, tahap
dapat mempengaruhi kualitas berikutnya yaitu pengontrolan
karaginan yang dihasilkan. Oleh sebab perkembangan kondisi bibit yang
itu perlu dilakukan penelitian kualitas ditanam dari serangan hama dan
karaginan dari K. alvarezii penyakit. Hal ini dilakukan untuk
menggunakan kultur alami dan hasil mengetahui perlu tidaknya dilakukan
pengembangan kultur jaringan dalam penyulaman pada minggu pertama, jika
rentang waktu pemanenan yang ada bibit yang rontok atau terlepas
berbeda. (SNI, 2010). Tahap terahir dalam
budidaya yitu pemanenan. Proses
2. BAHAN DAN METODE pemanenan rumput laut dilakukan
Penelitian ini dilakukan sejak dengan cara tali ris bentang dilepas dari
tanggal 28 September 2014 sampai tali utama, kemudian rumput laut
dengan 22 November 2015 di Ketapang dilepas dari tali ris dengan cara ikatan
Lampung Selatan. Analisis dibuka sebelum dijemur (SNI, 2010).
laboratorium dilakukan pada tanggal
19 Desember 2014 sampai dengan 15 2. Ektraksi Karaginan
Januari 2015 di Laboratorium Teknik Ekstraksi karaginan dilakukan
Pertanian Universitas Lampung. dengan cara rumput laut dicuci dengan
Alat-alat yang digunakan dalam air bersih dan dikeringkan. Selanjutnya
penelitian ini adalah timbangan digital, 5 gr rumput laut yang telah dicuci dan
tali rafia, gunting, pelampung, pisau, dipotong-potong kecil kemudian
keranjang, perahu, trash bag, oven, dimasukkan ke dalam gelas piala dan
termometer, beaker glass, petridish, ditambahkan aquades sampai semua
kompor, alumunium foil, DO meter, rumput laut terendam selama 24 jam.
refaktometer, secchi disk dan pH meter . Setelah itu dicuci hingga bersih pada air
Bahan-bahan yang digunakan dalam yang mengalir dan dimasukan kembali
penelitian ini adalah bibit rumput laut kedalam gelas piala yang berisi aquades
Kappaphycus alvarezii, aquades, alkohol dan ditambahkan larutan NaOH 1 %.
96% dan NaOH 1%. Nilai pH sampel diatur sekitar 8,5–9
dengan menggunakan pH meter.
Metode Penelitian Sampel dipanaskan di atas penangas air
Kegiatan penelitian yang pada suhu 70-90oC selama 3 jam, pada
dilakukan meliputi budidaya rumput saat itu rumput laut hancur dan
laut yang terdiri dari penanaman, menjadi gel. Sebelum padat, gel
pengontrolan pertumbuhan bibit serta disaring dalam keadaan panas
pemanenan rumput laut, dan ekstraksi menggunakan kain kasa. Hasil saringan

129
Siti Basiroh et al.
Pengaruh Periode Panen yang Berbeda terhadap
Kualitas Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii:
Kajian Rendemen dan Organoleptik Karaginan

ditampung dalam beaker glass Pengamatan kualitas air dilakukan


kemudian ditambahkan alkohol 96% menggunakan alat. Suhu (termometer),
sampai semua bagian terendam selama pH (pH meter), DO (DO meter), salinitas
24 jam. Proses terahir yaitu ektrak (refraktometer), kecerahan (secchi disk)
karaginan ditiriskan dan dioven pada dan kecepatan arus (bola yang
suhu 60oC selama 4 jam (Winarno, dilempar).
1990).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter Pengamatan Pertumbuhan
Pertumbuhan rumput laut Bobot rumput laut terus
dilakukan pada masing-masing meningkat setiap minggunya, hingga
perlakukan dengan cara rumput laut K. mencapai berat maksimum 98,33 g
alvarezii diambil kemudian ditiriskan, pada minggu kelima yaitu pada usia 35
setelah itu ditimbang. Penimbangan hari. Hal ini sesuai dengan hasil
dilakukan setiap minggu sekali. penelitian Ali et al. (2015) bahwa
Pertambahan bobot atau biomassa pertumbuhan rumput laut terus
didapatkan dari hasil selisih antara mengalami peningkatan hingga minggu
bobot atau biomassa ahir pada saat kelima. Pada minggu keenam dan
pengukuran dengan bobot atau ketujuh bobot rumput laut mengalami
biomassa awal pemelihaaraan. penurunan dari 98,33 g (minggu
Rendemen rumput laut kering kelima) menjadi 91,67 g (minggu
adalah perbandingan antara hasil keenam) dan terus menurun hingga
panen (rumput laut basah) dengan 30,67 g pada minggu ketujuh (Gambar
rumput laut kering yang dinyatakan 1.).
dengan persen. Rendemen rumput laut
kering dapat dihitung dengan 120 98,33
Pertumbuhan (g)

menggunakan persamaan: 100 88,67 91,67


72
80 53,33
Berat rumput laut kering
R(%) = x 100% 60 31,33
Berat rumput laut basah 30,67
40 10±0
(AOAC, 1995) 20
Rendemen karaginan adalah 0
kadar kandungan karaginan di dalam 0 1 2 3 4 5 6 7
rumput laut yang dinyatakan dengan Minggu ke-
persen. Rendemen karaginan dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Gambar 1. Grafik pertumbuhan harian
Berat karaginan kering
R(%) =
Berat rumput laut kering
x 100% rumput laut Kappaphycus alvarezii
(AOAC, 1995)
Pada minggu keenam, ombak di
Uji organoleptik dilakukan dengan perairan Ketapang Lampung Selatan
teknik skoring. Uji organoleptik relatif tenang (stabil) sehingga
dilakukan dengan cara mengamati tiga menyebabkan lumut-lumut yang ada
spesifikasi karaginan rumput laut yang diperairan ini mudah menempel pada
dihasilkan. Spesifikasi yang diamati rumput laut (Gambar 2.). Lumut yang
yaitu warna, tekstur dan aroma dengan menempel pada rumput laut menjadi
jumlah panelis sebanyak 30 orang penghalang sinar matahari sehingga
(Rahayu, 2001). proses fotosintesis terhambat. Hal ini

130
Siti Basiroh et al.
Pengaruh Periode Panen yang Berbeda terhadap
Kualitas Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii:
Kajian Rendemen dan Organoleptik Karaginan

sesuai dengan yang dikemukakan oleh 25


17.72
Sumidi (2014). Penurunan bobot 21

SGR (%)
rumput laut juga terjadi pada minggu 17 12.7
9.86
ketujuh, tetapi kendala yang dihadapi 13 8.116.75
9 5.42
berbeda dengan minggu keenam. Pada 2.31
minggu ketujuh bobot rumput laut 5
1
menurun karena serangan penyakit. 0 1 2 3 4 5 6 7
Penyakit yang menyerang rumput laut Minggu ke-
yaitu penyakit busuk batang atau yang
sering dikenal dengan sebutan ice-ice
Gambar 3. Grafik laju pertumbuhan
harian rumput laut Kappaphycus
alvarezii

Rendemen Rumput Laut Kering


Rendemen terendah dengan nilai
4,06% diperoleh pada usia 35 hari,
Gambar 2. (a) Rumput laut yang sedangkan rendemen tertingi dengan
tertutupi oleh lumut dan (b) ruput laut nilai 10,54% diperoleh pada usia 55
yang mengalami busuk batang hari. Tinggi rendahnya kadar
rendemen rumput laut kering ini dapat
Laju Pertumbuhan Harian dipengaruhi oleh perbedaan tingkat
Laju pertumbuhan harian rumput kekeringan rumput laut tersebut.
laut yang dibudidayakan di perairan Tingkat kekeringan rumput laut
Ketapang Lampung Selatan tertinggi dipengaruhi oleh kadar air yang
terjadi pada minggu pertama (usia 7 terkandung didalamnya. Menurut
hari) yaitu sebesar 17,72 %. Sedangkan Melki dan Agussalim (2004), rumput
laju pertubuhan harian terendah terjadi laut kering yang diharapkan memiliki
pada minggu ketujuh dengan nilai kadar air sebesar 30% dengan kadar
2,31% (Gambar 3.). Laju pertubuhan rendemen rumput laut kering sebesar
harian dalam penelitian ini memenuhi 10 - 30%.
standar yang ada, karena menurut
Anggadireja et al. (2006) laju 15.00
pertumbuhan harian yang baik untuk 10,53
Rendemen Rumput

8,40
rumput laut adalah tidak kurang dari 10.00 6,11 6,22
Laut (%)

3%. 4,06
5.00

0.00
35 40 45 50 55
Umur (hari)

Gambar 4. Grafik rendemen rumput


laut kering

131
Siti Basiroh et al.
Pengaruh Periode Panen yang Berbeda terhadap
Kualitas Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii:
Kajian Rendemen dan Organoleptik Karaginan

Rendemen Karaginan tergolong rendah. Hal ini dapat


Rendemen optimum diperoleh disebabkan karena ekstrak karaginan
dari hasil panen rumput laut pada usia kontrol diperoleh dari rumput laut yang
45 hari dengan kadar rendemen mengandung kapur sebagai bahan
sebesar 42,08%. Kadar karaginan pemutih sehingga ekstrak yang
rumput laut terus mengalami dihasilkan berwarna putih bersih,
peningkatan dari usia panen 35, 40 sedangkan untuk perlakuan penelitian
hingga 45 hari, tetapi pada usia 50 hari yang diujikan tidak menggunakan
kadar karaginan mengalami penurunan kapur. Dalam penelitian ini dilakukan
hingga kadar terendah yaitu 29,23% proses bleaching sebagai cara untuk
yang diperoleh dari perlakuan periode menghilangkan pigmen warna pada
panen 55 hari. Apabila memperhatikan rumput laut, sehingga rumput laut yang
kandungan karaginan yang awalnya berwarna kemerahan menjadi
dipersyaratkan untuk produk (raw warna cream kekuningan. Oleh sebab
material) yang ditetapkan oleh itu kenampakan ektrak karaginan yang
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dihasilkan lebih rendah dari kontrol
(2012), hasil budidaya rumput laut yang ada.
minimal memiliki kadar karaginan
sebesar 25%. Oleh kadungan karaginan 10
8,29
yang diperoleh pada semua usia yang 8
6,07 6,38 6,27
Organoleptik

diujikan memenuhi persyaratan.


6
4
4 2,89
50 39,07 42,08 40,4
Rendemen (%)

40 31,48 29,23 2
30 0
20 35 40 45 50 55 K
10 Umur (hari)
0 Gambar 6. Grafik uji organoleptik
35 40 45 50 55 kenampakan
Umur (hari)
Organoleptik Tekstur
Gambar 5. Grafik analisis Tekstur karaginan terbaik
rendemenkaraginan diperoleh dari hasil panen 45 hari
dengan nilai 6,47. Nilai uji organoleptik
Organoleptik Kenampakan tersebut menunjukkan bahwa
Kenampakan karaginan terbaik karaginan memiliki tektur halus dan
diperoleh dari hasil panen 50 hari kering. Sedangkan tekstur karaginan
dengan nilai 6,38. Nilai tersebut terendah diperoleh dari hasil panen 40
menunjukkan kenampakan karaginan hari dengan nilai 3,67, yang artinya
kurang bersih dan warna putih karaginan memiliki tekstur kasar dan
kekuningan merata. Sedangkan untuk lembab. Tekstur karaginan yang kasar
kontrol, nilai kenampakan karaginan disebabkan karena ekstrak yang
yaitu 8,29 dengan spesifikasi dihasilkan tidak dapat dihaluskan lagi
kenampakan karaginan bersih dan menjadi partikel-partikel yang lebih
warna putih merata. Jika dibandingkan kecil. Hal ini kemungkinan disebabkan
dengan kontrol yang ada, nilai karena pada usia panen 40 hari ekstrak
kenampakan karaginan masih karaginan dalam kondisi optimum

132
Siti Basiroh et al.
Pengaruh Periode Panen yang Berbeda terhadap
Kualitas Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii:
Kajian Rendemen dan Organoleptik Karaginan

sehingga lebih padat dan sulit untuk kecerahan optimal berkisar antara
dipecah. Tekstur karaginan yang 113,80 - 136,67 cm.
lembab kemungkinan disebabkan
karena proses pengeringan dalam oven Tabel 1. Pengamatan parameter
yang kurang optimal. Hal ini dapat kualitas air budidaya
disebabkan karena panas yang terdapat Parameter
Penelitian
Optimum
dalam oven tidak dapat menembus Kisaran
hingga bagian dalam sehingga pada Suhu 29 - 30 26 – 31a
permukaan luar sudah kering tetapi pH 7,57 - 8,06 7 - 8,5b
pada bagian dalam masih lembab. Do (ppm) 5,24 - 6,03 2 – 4c
Salinitas 30 - 32 28 – 34a
10.00 Kecerahan
7.87 (cm) 120 - 152,5 113,8 - 136,67a
Organoleptik

8.00 6.47 6.27 Arus (m/s) 0,11 - 0,18 0,2 - 0,4d


6.00 5.24
a(SNI, 2010); b(Aslan, 1991); c(Indriani dan
3.84 3.67
4.00 Sumiarsih, 1991); d(Anggadiredja et al., 2006)
2.00
0.00 Salinitas di perairan Ketapang
35 40 45 50 55 K cenderung tinggi meskipun masih
Umur (hari) berada dalam kisaran salinitas optimal
untuk budidaya rumput laut. Salinitas
Gambar 8. Grafik uji organoleptik optimal untuk perairan budidaya
tekstur berkisar antara 28 - 34 mg/l (SNI,
2010). Salinitas terendah di perairan
Kualitas Air tersebut yaitu 30 mg/l, sedangkan
Suhu di perairan ketapang salinitas tertinggi yaitu 32 mg/l.
berkisar antara 29 - 31°C (Tabel 1.). Tingginya salinitas perairan ini
Suhu standar untuk budidaya rumput dimungkinkan karena rendahnya curah
laut berkisar antara 26 - 32°C (SNI, hujan pada saat penelitian, sehingga
2010). Suhu diperairan ini relatif tinggi kadar garam tinggi.
untuk budidaya rumput laut. Hal ini Arus di perairan Ketapang
kemungkinan disebabkan karena Lampung Selatan sangat lambat dan
kondisi curah hujan yang kurang kurang sesuai dengan standar optimal
selama proses penanaman. Nilai pH di budidaya rumput laut. Arus di perairan
perairan Ketapang berkisar antara 7,57 ini berkisar antara 0,11 – 0,18
- 8,06, sedangkan nilai pH optimal meter/detik, sedangkan arus optimal
untuk budidaya rumput laut berkisar untuk budidaya rumput laut berkisar
antara 7 - 8,5 (SNI, 2010). DO dan antara 0,2 - 0,4 meter/detik
kecerahan di perairan ketapang (Anggadiredja et. al., 2006).
tergolong tinggi karena melebihi Perubahan suhu, pH dan salinitas
kisaran optimal yang diperlukan. Hal di perairan Ketapang Lampung Selatan
ini sesuai dengan pendapat Indriani dan relatif stabil. Nilai pH terendah yaitu
Sumiarsih (1991), bahwa DO yang 7,57 pada minggu ke 4, sedangkan pH
optimal untuk budidaya rumput laut tertinggi yaitu 8,06 pada minggu
berkisar antara 2 - 4 ppm, namun pertama.
pertumbuhan lebih baik pada DO lebih
dari 4 ppm. Sedangkan untuk untuk

133
Siti Basiroh et al.
Pengaruh Periode Panen yang Berbeda terhadap
Kualitas Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii:
Kajian Rendemen dan Organoleptik Karaginan

4. KESIMPULAN Melki, Agussalim, A. 2004. Keadaan


Berdasarkan hasil penelitian yang Budidaya Rumput Laut di Pulau
telah dilakukan maka dapat Panjang Provinsi Bangka Belitung.
disimpulkan bahwa kualitas karaginan Jurnal Penelitian Sains. 2(10).
terbaik diperoleh dari periode panen 45 Mulyaningrum SRH, Nursyam H, Risjani
hari. Y, Parenrengi A. 2012. Regenerasi
Filamen Kallus Rumpu Laut
DAFTAR PUSTAKA Kappaphycus alvarezii dengan
Formulasi Zat Pengatur Tubuh
Ali M, Putri B, Romadhoni S. 2015. yang Berbeda. Jurnal Penelitian
Pengaruh Perbedaan Media dan Perairan. 1(1).
Periode Transportasi terhadap Pandelaki L. 2012. Strategi
Pertumbuhan Bibit Rumput Laut pengembangan Rumput Laut di
Kappaphycus alvarezii. Jurnal Pulau Nain Kabupaten Minahasa
Aquasains. 3(2). Utara. Jurnal Perikanan dan
Anggadiredja JS, Zatnika A, Purwoto H, kelautan Tropis. 8(2).
Istiani S. 2006. Rumput Laut. Pasande R, Mujayana. 2013. Kekuatan
Jakarta: Penebar Swadaya. Agar Rumput Laut Gracilaria
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis verrucosa Asal Bone dengan
of The Association of Official Panjang Stek Berbeda. Prosiding
Analytical Chemists. Washington. Pertemuan Teknis Teknisi
Aslan LM. 1991. Budidaya Rumput Laut. Litkayasa.
Yogyakarta: Kanisius Rahayu WP. 2001. Penuntun Praktikum
Food Chemical Codex. 1981. National Organoleptik Jurusan Teknologi
Academy of Sciences. Washington Pangan dan Gizi Fakultas
DC: US Pharmacopeia. Teknologi Pertanian. IPB: Bogor.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Runtuboy N. 2014. Komunikasi Pribadi
Indonesia. 2012. Determinasi Mengenai Waktu Pemeliharaan
Identifikasi Sampel Rumput Laut Rumput Laut di Balai Besar
dari Pusat Penelitian Oseanografi Pengembangan Budidaya Laut
Research Centre for Oceanography. (BBPBL) Lampung.
Jakarta: LIPI. http://www.djpb.kkp.go.id/berita
.php?id=914. [23 April 2014]
Hanura: Pesawaran, Lampung. Selasa, Pada Rumput Laut. Lampung
15 April 2014. Selatan. 17 November 2014.
SNI. 2006. Petunjuk Pengujian Winarno. 1990. Teknologi Pengolahan
Organoleptik dan Sensori. Jakarta: Rumput Laut. Jakarta: Pustaka
BSN. Sinar Harapan.
SNI. 2010. Produksi Rumput Laut
Kotonii (Eucheuma cottonii) –
Bagian 2: Metode Long-Line.
Bandung: BSN.
Soebjakto S. 2013. Rumput Laut Kultur
Jaringan Dorong Produksi Rumput
Laut Nasional.
Sumidi, 2014. Komunikasi Pribadi
Mengenai Penyakit Busuk Batang

134

Anda mungkin juga menyukai