Anda di halaman 1dari 36

HASIL PROPOSAL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN


RUMPUTLAUT (Kappaphycusalvarezii)
DENGAN METODE LONGLINE NET KANTONG
DI TELUK LUV, DESA WATRAN, KECAMATAN DULLAH UTARA

RISKY ALIA YABKENYANAN

NIM : 225 706 716 013

POLITEKNIK PERIKANAN NEGERI TUAL

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REKAYASA BUDIDAYA LAUT

LANGGUR

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Rumput laut termasuk golongan alga yaitu kelompok tumbuhan berkhlorofil


yang terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni, hidup diperairan
dangkal, dengan dasar perairan berkarang, berlumpur atau berpasir. Rumput laut
biasa hidup di daerah pasang surut yang perairannya jernih dan menempel pada
substrat baik yang berbentuk secara alamiah maupun buatan.
Rumputlautatau algalautbentik merupakan tumbuhan laut yang tidak dapat
dibedakan antara akar, batang dan daun, sehingga seluruh tubuhnya disebut
thallus, yang umumnyaberukuranbesardarikelasChlorophyceae, Rhodophyceae,
Phaeophyceaeatau alga hijau, merah, dan coklat.Alga mempunyai bentuk
bermacam-macam, seperti benang atau tumbuhan tingkat tinggi. Ciri utamanya
tidak mempunyai alat berupa akar, batang, dan daun yang dinding selnya dilapisi
lendir. Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung
makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sangat bergantung pada sinar
matahari untuk melakukan fotosintesis.
Rumput laut K. Alvareziimemiliki manfaat multiguna dalam berbagai aspek
kehidupan manusia. Selain dimanfaatkan langsung sebagaibahan makanan, juga
dimanfaatkan secara luas sebagai bahan utama dalam industri makanan,
kosmetik, farmasi, mikrobiologi dan medis, pupuk serta bahan aditif pengemas
dalam industri kertas, tekstil, fotografi, semir sepatu, pasta dan pengalengan
ikan/daging (Wong dan Cheung, 2000; Akrim, 2002; Nurdjana, 2005; Neksidin
dkk,2013).Sejalan dengan makin meningkatnya manfaat rumput laut bagi
keperluan bahan baku berbagai industri dan ditengah gencarnya isu lingkungan
yang menghendaki produk ramah lingkungan, maka rumput laut merupakan
salah satu sumberdaya hayati laut di Indonesia yang mempunyai peluang prospek
usaha pengembangan produksi dan eksport rumput laut semakin cerah. Ekspor

2
rumput laut dari Indonesia yang terbanyak adalah jenis K. Alvarezii (Arif dkk,
(2015).
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2005), potensi perairan laut
Indonesia untuk pengembangan budidaya rumput laut diperkirakan mencapai
1.110.900 ha. Pengembangan budidaya rumput laut telah dilakukan di seluruh
perairan Indonesia mulai dari Nangroe Aceh Darusalam sampai ke Papua. Luas
indikatif lahan yang telah digunakan untuk budidaya komoditas rumput laut
Indonesia mencapai 769.542 ha. Luas lahan yang secara efektif telah
dimanfaatkan adalah sekitar 384.733 ha atau baru 50% lahan yang dimanfaatkan,
dan akan terus dimanfaatkan sehingga target produksi 10 juta ton pada tahun
2014 dapat tercapai (Kementerian Perdagangan, 2013). Perairan Indonesia
merupakan salah satu perairan yang memiliki potensi cukup besar dalam
pengembangan perekonomian dibidang perikanan baik dibidang perikanan umum
maupun laut adalah Propinsi Maluku.
Luas perairan yang telah dimanfaatkan sebagai lahan budidaya rumput laut di
Provinsi Maluku secara indikatif adalah seluas 99.185 ha sedangkan luas lahan
secara efektif adalah 49.593 ha, yang mana meliputi Maluku Tengah, Seram
Bagian Barat, Sula, Maluku Tenggara dan Maluku Barat Daya (Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya KKP, 2013).Selanjutnya dijelaskan, produksi
rumput laut di Propinsi Maluku (58.740 ton) dan khusus K. alvarezii sebanyak
53.363 ton. Untuk memenuhi kebutuhan pasar diperlukan kesinambungan
produksi rumput laut hasil budidaya dari pengembangan budidaya yang
berkelanjutan (Utojo et al., 2007).
Pengembangan budidaya rumput laut masih menemui kendala atau hambatan
sehingga dapat menurunkan hasil panen sehingga berpengaruh terhadap
produktivitas. Kendala yang dihadapi pembudidaya adalah penanganan hama
rumput laut yang kadang tidak tepat dan teknik budidaya yang benar masih
kurang. Hal ini disebabkan pembudidaya yang belum memahami metode –
metode dan teknologi yang efektif dan efisien dalam pengembangan budidaya

3
rumput laut. Budidaya rumput laut di teluk Luv Ohoi Watran Kecamatan Dullah
UtaraKota Tual masih menggunakan metode long line tanpa kantong.
Pengembangan budidaya rumput laut dengan metode kantong jaring memiliki
kelebihan yakni dapat melindungi rumput laut dari serangan hama seperti ikan
beronang (Siganus spp.), penyu (Chelonia midas), bulu babi (Diadema sp.) dan
bintang laut (Protoneostes), tidak mudah rontok, hilang terbawa arus yang besar
(Insan, 2003; Soenardjo, 2011). Perairanteluk Luv merupakan perairan yang
sangat potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut di wilayah Kota
Tual.Hal ini disebabkan lokasi teluk Luv jarang digunakan sebagai sarana
transportasi umum dan kondisi kualitas air masih sesuai untuk lahan budidaya
rumput laut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak tanam
dan menentukan jarak tanam yang terbaik untuk pertumbuhan rumput laut
(kappaphyus alvarezii) di Perairan Teluk Luv Ohoi Watran, Kecamatan Dullah
Utaradalam upaya peningkatan produksi rumput laut K. alvarezii.
Menurut Insan, (2013) keuntungan dari sistem kantong jaring adalah bibit
rumput laut tidak mudah hilang, tumbuh baik pada perairan yang berdasar pasir
dan karang. Penggunaan sisten kantong jaring akan menekan kegagalan dalam
budidaya rumput laut yang penyebabnya adalah hama, sehingga dapat
menimbulkan kerusakan dan kematian tanaman. Oleh karena itu budidaya
rumput laut dengan sistem ini dapat lebih efektif dan efisien. Selain penggunaan
metode budidaya yang tepat, juga pemilihan jenis rumput laut yang baik untuk
meningkat pertumbuhan, salah satu jenis rumput laut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah K. alvarezii varietas coklat. Pemilihan K. alvarezii karena
rumput laut jenis ini mempunyai kemampuan untuk tumbuh baik di musim panas
maupun hujan, karena rumput laut K. alvarezii memiliki pigmen dominan
fikoeritrin dan fikosianin. Fikoeritrin merupakan protein yang bekerja sebagai
ofikobilin, berfungsi dalam sel alga untuk membantu klorofil –a dalam menyerap
cahaya pada proses fotosintesis (Chakdar et al., 2012).
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pembangunan perikanan.
Khususnya dalam membantu para petani rumput laut dan sebagai bahan

4
pertimbangan bagi para pengusaha yang berminat menanamkan modalnya
kedalam kegiatan budidaya rumput laut, untuk meningkatkan laju pertumbuhan
dengan metode kantong jaring pada kedalam jarak tanam yang berbeda. Selama
masa budidaya dapat dijadikan acuan untuk lebih mengoptimalkan kelestarian
yang berkelanjutan akan sumber daya alam dengan menggunakan metode ramah
lingkungan yang efektif dan efesien.

1.2. Rumusan Permasalahan


Permasalahan yang dihadapi selama ini pada budidaya rumput laut adalah
jarak tanam yang kurang teratur dalam penanaman rumput laut, sehingga hasil
panen yang didapatkan tidak selalu optimal karena disebabkan oleh tidak adanya
suatu pengetahuan tentang jarak tanam. Dari permasalahan diatas maka perlu
diketahui bagaimana pengaruh jarak tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan
rumput laut dengan metode kantong jaring apung.

1.3. Tujuan dan Manfaat


Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh jarak tanam yang berbeda
terhadap pertumbuhan rumput laut dengan menggunakan metode jaring apung
untuk meningkatkan produksi rumput laut K. Alvarezii.Penelitian ini dapat
diharapkan bermanfaat bagai masyarakat sebagai sumber informasi dalam
kegiatan budidaya rumput laut yang berkaitan dengan jarak tanam yang ideal
terhadap pertumbuhan rumput lautK. Alvarezidengan metode kantong jaring
apung.

1.4. Waktu dan Tempat penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan september sampai dengan bulan
november2021, bertempat di perairan teluk Luv, Ohoi Watran Kota Tual.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Rumput Laut


2.1.1. Morfologi dan Klasifikasi K. alvarezii
Rumput laut atau seaweed merupakan nama dalam perdagangan nasional
untuk jenis alga laut bentik. Rumput laut atau alga yang sering diterjemahkan
seaweed bukan seagrass yang sering disebut sebagai padang lamun (Nontji,
1981). Dari segi morfologinya, rumput laut tidak memperlihatkan adanya
perbedaan antara akar, batang, dan daun. Secara keseluruhan, tumbuhan ini
mempunyai bentuk yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk
tersebut hanyalah thallus. Bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam,
antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut, dan
sebagainya (Aslan, 1998).
Ciri-ciri morfologi Kappaphycus alvarezii menurut Parenrengi (2007), adalah
mempunyai thallus berbentuk silindris, permukaan licin, warna coklat, kuning,
dan hijau. Penampakan thallus bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai
kompleks. Percabangan ke berbagai arah dengan cabang-cabang utama keluar
saling berdekatan ke arah basal (pangkal). Cabang-cabang pertama dan kedua
tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah
kearah datangnya sinar matahari. Menurut Prihaningrum, dkk, (2001) dalam
Hitler (2011), menjelaskan bahwa morfologi K. Alvarezii adalah thallus tegak
lurus, silindris dengan dua sisi yang tidak sama lebarnya. Terdapat tonjolan-
tonjolan (nodule) dan duri (spine), thallus berbentuk silindris atau pipih,
bercabang – cabang tidak teratur

6
2.1.2 Kualitas Air
Sebagai parameter penunjang dilakukan pengamatan terhadap kualitas air.
Kecerahan, pasang surut, dan suhu air, salinitas, pH, dan oksigen terlarut diamati
setiap 7 hari sekali pada pukul 10: 00 WIT.
Kualitas air perludiperhatikan dan dikontrol untuk menunjang keberhasilan
pertumbuhan rumput laut dalam pemeliharaan. Pengontrolan dilakukan seminggu
sekali. Parameter yang diukur antara lain ,suhu, salinitas, pH, DO, kecepatan
arus, kecerahan, Rumput laut tumbuh dan berkembang dengan baik pada perairan
yang memiliki kisaran suhu 26 – 33 ᴼC, sedangkan Parenrengi dkk (2010), suhu
yang baik untuk pertumbuhan rumput laut adalah 20 – 28 ᴼC.
Kecerahan yang baik untuk budidaya rumput laut adalah 2.5 – 5 m dan
kecepatan arus adalah 20 – 40 cm/detik (Sulistjo. 2002). Selanjutnya Serdiati dan
Widiastuti (2010) bahwa gerakan air atau arus berperan dalam mempertahankan
sirkulasi zat hara yang berguna untuk pertumbuhan. salinitas berkisar antara 25 –
35 ppt dengan nilai optimum 30 ppt, pH berkisar antar 7.00 – 8. 30,

7
Gambar 1. Kappaphycus alvarezii
Sumber: Hitler, (2011)

Klasifikasi Kappaphycus alvarezii menurut Parenrengi, (2007), adalah


sebagai berikut:
Phylum : Hallophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Familia :Solieriaceae
Genus : Kappaphycus
Species : Kappaphycus alvarezii

Selanjutnya dijelaskan bahwa pigmen yang terdapat dalam thallus rumput laut
dapat digunakan dalam membedakan berbagai kelas. Pigmen ini dapat pula
menentukan warna thallus sesuai dengan pigmen yang ada pada kelas
Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae, dan Cyanophyceae. Perbedaan
warna thalli menimbulkan adanya ciri alga yang berbeda, sepertii alga hijau, alga
coklat, alga merah, dan alga biru. Namun dalam kenyataannya, kadang-kadang
sulit menentukan salah satu kelas hanya berdasarkan pada warna thallus yang
diketahui karena alga merah kadang-kadang berwarna hijau kekuning-kuningan,
coklat kehitam-hitaman atau kuning kecoklat-coklatan. Keadaan warna tidak
selalu dapat digunakan dalam menentukan kelasnya. Perubahan warna sering

8
terjadi hanya karena faktor lingkungan yang berubah. Kejadian ini merupakan
proses modifikasi yaitu perubahan bentuk dan fenotip yang tidak kekal sebagai
akibat pengaruh lingkungan antara lain iklim dan oseanografis yang relatif cukup
besar.
Struktur anatomi thalli tiap jenis rumput laut berbeda-beda, misalnya pada
famili yang sama antara K. alvarezii dan Eucheuma spinosum, potongan thallus
yang melintang mempunyai susunan sel yang berbeda. Perbedaan ini membantu
dalam pengenalan berbagai jenis rumput laut, baik dalam mengidentifikasi jenis,
genus, maupun famili (Aslan, 1998).
2.2. Habitat
Menurut Aslan (1998) bahwa umumnya K.alvareziitumbuh dengan baik di
daerah pantai terumbu (reef). Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh
aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang
mati. Dawes (1981) lebih jauh menjelaskan, substrat yang paling umum untuk
tempat hidup rumput laut adalah kapur atau bentuk lain dari kalsium karbonat
karena bahan ini memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, mudah tererosi dan
warna yang jelas sehingga sinar matahari terpantul. Selanjutnya Mubarak,
(1981); dan Kadi, (1989) mengemukakan pula bahwa tipe substrat yang paling
baik bagi pertumbuhan rumput laut adalah campuran pasir karang dan potongan
atau pecahan karang karena perairan dengan substrat demikian biasanya dilalui
oleh arus yang sesuai bagi pertumbuhan rumput laut. Faktor yang sangat
berpengaruh pada pertumbuhan alga jenis K.alvarezii yaitu cukup arus dan
salinitas (kadar garam) yang stabil, yaitu berkisar 28 -34 permil. Oleh karenanya
K.alvarezi akan hidup bila jauh dari muara sungai.
2.3. Reproduksi
Reproduksi rumput laut umumnya dilakukan melalui tiga cara yaitu secara
generatif (seksual) dengan gamet, vegetatif (aseksual) dengan spora, dan
fragmentasi (stek) (Aslan, 1998). Selanjutnya dikatakan bahwa pertukaran
generasi antara seksual dengan aseksual merupakan pola yang umumnya terdapat
pada tanaman rumput laut, sedangkan pembiakan secara stek biasanya banyak

9
dilakukan dalam usaha membudidayakan rumput laut.Secara generatif terjadi
dengan adanya peleburan antara gamet-gamet yang berbeda yaitu antara
spermatozoid yang dihasilkan dalam antheridia dengan sel telur atau ovum yang
dihasilkan dalam oogenium. Gamet jantan dan betina dapat berada dalam satu
individu dari satu jenis, dan hal ini disebut biseksual atau hermaprodit.
Sebaliknya, apabila kedua gamet tersebut masing-masing terpisah menjadi
individu yang berlainan, maka disebut diusius atau monoseksual. Pada
reproduksi biseksual, gamet jantan dan betina masing-masing zigot yang akan
berkembang menjadi individu yang diploid. Reproduksi secara vegetatif yaitu
dengan memanfaatkan sifat reproduksi vegetatif. Bibit dipilih bagian ujung
tanaman karena bagian ini terdiri dari sel dan jaringan muda sehingga akan
memberikan pertumbuhan yang normal.
Reproduksi secara fragmentasi terjadi pada alga uniseluler yaitu dengan cara
pembelahan sel. Sedangkan pada alga multiseluler, thallus akan patah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil kemudian tiap bagian tersebut akan tumbuh
menjadi individu baru seperti pada jenis Eucheuma dan Gracilaria. Kadi dan
Atmaja (1988) menyatakan bahwa berbagai faktor lingkungan sangat
berpengaruh dalam proses reproduksi rumput laut seperti suhu, salinitas, cahaya,
gerakan air (arus), dan unsur hara (nitrat dan fosfat).
2.4. Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ukuran suatu organisme yang
dapat berupa berat pun panjang dalam waktu tertentu.Pertumbuhan merupakan
salah satu aspek biologi yang harus diperhatikan. Soegiarto dkk. (1978)
menyatakan bahwa laju pertumbuhan rumput laut adalah berkisar antara 2-3%
per hari.
Rumput laut adalah organisme yang memiliki syarat-syarat lingkungan
tertentu agar dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Semakin sesuai kondisi
lingkungan perairan dengan areal yang akan dilakukan pembudidayaan, maka
akan semakin baik pertumbuhan dan rumput laut yang akan didapat.

10
Beberapa parameter fisika dan kimia perairan yang berperan dalam
pertumbuhan rumput laut antara lain adalah suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan
arus, kedalaman perairan, kandungan nutrien, kekeruhan air, dan pH. Sedangkan
dari parameter biologi adalah hama dan penyakit. Suhu yang baik untuk
budidaya rumput laut adalah 27-30o C (Atmaja, 1988 dan Aslan, 1998), salinitas
30-35 ppt (Dawes, 1981), tanaman diusahakan berada pada kedalaman sekitar
30-40 cm di bawah permukaan air dan pada kedalaman jarak pandang dengan
alat keping secchi mencapai 2-5 m (Anggadiredja, dkk., 2006). Selanjutnya pH
yang baik dalam budidaya rumput laut Eucheuma sp adalah 7,3-8,2 (Poncomulyo
dkk., 2006) dan kecepatan arus 20-40 m/menit untuk budidaya Eucheuma sp
(Aslan, 1998).
Pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain jenis/
galur, atau asal bibit yang digunakan untuk budidaya, bagian thallus yang
digunakan untuk bibit apakah berasal dari pangkal thallus, tengah thallus atau
ujung thallus. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain keadaan
fisik dan kimiawi perairan. Namun demikian selain faktor-faktor tersebut ada
faktor lain yang sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan dari rumput laut
yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh manusia. Faktor pengelolaan yang harus
diperhatikan seperti jarak tanam bibit (Syahputra, 2005).
Jarak tanam bibit rumput laut yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan dan bibit thallus yang berasal dari bagian ujung akan
memberikan laju pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan bibit thallus
dari bagian pangkal (Yusuf, 2005). Rumput laut merupakan organisme laut yang
memiliki syarat-syarat lingkungan tertentu agar dapat hidup dan tumbuh dengan
baik. Semakin sesuai kondisi lingkungan perairan dengan areal yang akan
dibudidayakan akan semakin baik pertumbuhannya dan juga hasil yang diperoleh
(Syaputra, 2005).
Pertumbuhan rumput laut dikategorikan dalam pertumbuhan somatik dan
pertumbuhan fisiologis. Pertumbuhan somatik merupakan pertumbuhan yang

11
diukur berdasarkan pertambahan berat, panjang thallus.Laju pertumbuhan
rumput laut K.alvareziidipengaruh oleh jarak tanam yang berbeda menurut
Poncomulyoet al. (2008) yang menyatakan bahwa pertumbuhan rumput laut
dipengaruhi oleh jarakbibit yang diikat pada tali.Hasil penelitian menunjukkan
jarak tanam terbaik yang menghasilkan pertambahan berat tertinggi yaitu 25 cm
dengan rata-rata 331,4 g dan laju pertumbuhan spesifik 4,87 % per hari. Pada
jarak tanam 25 cm, thallus antar ikatan (antarrumpun) saling bersentuhan
sehingga dapat memecah gerakan air.Hal itu dapat meminimalkan terjadinya
kerontokan thallus akibatpatah oleh gerakanair.Sedangkan jarak tanam 30 cm
karena jarak antar rumpun terlalu jarang (tidakterlalutertutup) maka hempasan
ombaknya lebih keras yang dapat menyebabkan cepatnya rontok pada
thallus.Penelitian ini menghasilkan bahwa semakin bertambahnya jarak tanam
tidak menjamin dapat memberikan pertumbuhan rumput laut yang semakin baik,
hal ini berbeda dengan pernyataan Prihaningrum et al. (2001) yang menyatakan
semakin bertambahnya jarak tanam maka semakin luas pergerakan air yang
membawaunsur hara sehingga pertumbuhan rumput laut dapat meningkat.
Afrianto dan Liviawati (1993) menyarankan agar jarak tanam bibit tidak kurang
dari 20 cm.
Menurut Poncomulyo et al (2008). Tingginya pertumbuhan bera tmutlak pada
jaraktanam 25 cm mungkin disebabkan adanya perbedaan sirkulasi nutrien dan
cahaya matahari. Pada jaraktanam 25 cm, pergerakan air normal sehingga dapat
menghin dari terkumpulnya kotoran pada thalus yang akan membantu
pengudaraan dan penyerapan cahaya matahari masih stabil untuk proses
fotosintesis yang diperlukan untuk pertumbuhan K. alvarezii, sedangkan jarak
tanam 30 cm yang menyebabkan pertumbuhannya lebih rendah dari pada jarak
tanam 25 cm yaitu selain pengaruh gelombang (arus) penyerapan cahaya
mataharinya terganggu karena di duga jaraknya terlalu renggang jadi cahaya
matahari yang di dapatkan tidak optimal (berlebihan) sehingga pertumbuhanK.
Alvarezii menjadi terganggu (proses fotosintesisterganggu).

12
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunarto (2008) yaitu foto sintesi sakan
bertambah sejalan dengan peningkat anintensitas cahaya pada suatu nilai
optimum tertentu (cahaya saturasi). Intensitas cahaya juga berkaitan langsung
dengan produktivitas primer suatu perairan, semakin tinggi intensitas suatu
cahaya maka semakin tinggi pula produktivitas primer pada suatu batas anter
tentu. Intensitas cahaya yang sangat tinggi justru menjadikan terhambatnya
proses fotosintesis sedangkan intensitas yang terlalu rendah menjadi pembatas
bagi proses fotosintesis yang terjadi pada rumput laut. Selanjutnya Soegiarto
(1986) dalam Kune (2007) bahwafaktor penting yang mempengaruhi laju
pertumbuhan rumput laut adalah perbedaan intensitas cahaya yang diterima
rumput laut yang berpengaruh terhadap hamparan dinding sel baru yang hamper
tidak mengalami perubahan ketika perluasan daya tumbuh rumput laut dihambat
oleh cahaya. Pertumbuhan (mutlak dan spesifik) yang rendahya itu pada jarak
tanam 20 cm dan 15 cm, dan 25 cm (kontrol). Rendahnya pertumbuhan pada
jarak tanam 20 cm dan 15 cm diduga disebabkan rendahnya pergerakan air (arus)
dan rendahnya intensitas cahaya yang didapat untuk proses fotosintesis. Jarak
tanam 15 cm dan 20 cm maka kerapatan rumput laut lebih tinggi dibandingkan
dengan jarak yang lain, sehingga terjadi persaingan dalam penyerapan unsur hara
yang dibawa oleh arus (Abdan dan Ruslaini, 2013).
Selainitu, denganjarak yang rapat kemungkinan dapat terjadi pengumpulan
kotoran pada thallus yang akan menutupi thallus sehingga berakibat
terganggunya proses fotosintesis. Jarak tanam 25 cm (kontrol) yang bukan hasil
kultur jaringan, pertumbuhan mutlaknya paling rendah diantara perlakuan jarak
tanam 15 cm, 20 cm, 25 cm, dan 30 cm, hal ini disebabkan karena bibit yang
bukan hasil kultur jaringan sudah digunakan sebagai bibit berulang – ulang
selama bertahun-tahun sehingga menyebabkan kemampuan pertumbuhannya
menjadi menurun.
Menurut Sulistiani et al. (2014), laju pertumbuhan bobot rumput laut yang
dianggap cukup menguntungkan adalah di atas 3% pertambahan berat per hari.
Oleh karena itu usaha budidaya rumput laut ini sangat menguntungkan dengan

13
menggunakan bibit yang bersumber dari kebun bibit. Hilmi et al. (2013)
menyarankan rumput laut baik di panen pada umur 30 hari (lebihawal).Hal ini
karena rumput laut masih mengalami pertumbuhan yang bagus pada umur ± 30
hari dan pada umur tersebut yang mengalami pertumbuhan bagus tidak mampu
mempertahankan thallus yang berat setelah melewati 30 hari.

2.5. MetodeBudidayaRumputLaut
Metode yang dipilih disesuaikan dengan lokasi budidaya yang telah disiapkan
seperti kondisi perairan, persediaan material untuk konstruksi budidaya dan
untung-ruginya menggunakan metode tersebut. Menurut Aslan (1998), budidaya
rumput laut di lapangan (field culture) dapat dilakukan dengan tiga macam
metode berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan, yaitu :
 Metode Dasar (Bottom Method) yang terdiri atas:
 Broadcast method (metode sebaran)
 Bottom farm method (metode budidaya dasar laut)
 Metode Lepas Dasar (Off-bottom-method), terdiri atas:

 Off-bottom-monoline method (metode tali tunggal lepas dasar)


 Off-bottom-net method (metode jaring lepas dasar)
 Off-bottom-tubular-net method (metode jaring lepas dasar berbentuk tabung)
 Metode Apung (Floating Method), terdiri atas:

 Floating-monoline method (metode tali tunggal apung)


 Floating-net method (metode jaring apung)
Dalam memilih metode yang akan digunakan, selain memperhatikan kondisi
perairan, juga memperhitungkan persediaan material yang akan digunakan
dalam pembuatan konstruksi seperti jaring, bambu, tali, dan pengetahuan
mengenai untung rugi tiap metode yang telah diketahui. Dari berbagai metode
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode yang paling banyak diminati
dan sering digunakan oleh petani adalah metode apung, khususnya metode tali

14
tunggal apung karena lebih ekonomis juga fleksibel dalam pemilihan lokasi
sehingga lebih praktis dalam pengoperasiannya di lapangan.
2.6 Metode Tali Tunggal Apung
Metode tali tunggal apung biasa disebut juga sebagai metode rawai. Adapun
teknik budidaya rumput laut dengan metode tali tunggal apung di ilustrasikan
seperti metode jaring kantongapung ( Erbabley dkk, 2015).
 Perlu juga diperhatikankondisi air, hama, dan gulma yang
menyerangsepertilumutdarijenisEnteromorpha in Limnea glabra Muller yang
biasanyamenyerangdenganmembelitrumputlaut,
sehinggamemperlambatpertumbuhan.
 Metode jaring kantong [Net basket] yang digunakan adalah, untuk
melindungi budidaya Rumput Laut K.Alvarezii, dari gangguan peredator
seperti, ikan baronag, dan kepiting,dll. Selain itu metode jaring kantong dapat
mempercepat pertumbuhan Rumput Laut K.alavrezii

15
BAB III
METODOLOGI

3.1.Waktu dan tempat penilitan


Penelitian ini berlangsung dari bulan September sampai November 2021.
Lokasi penelitian bertempat di Teluk Luv DesaWatran, Kecamatan Dullah Utara

3.2Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan
2 dibawah ini:
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian
Jumlah/
No Nama alat Kegunaan Spesifikasi
Unit
Menjahit kantong jaring
Jarum
1 4 buah sebagai wadah budidaya 12 cm
jeroban
rumput laut
Untuk menggunting tali dan
2 Gunting 1 buah Gunting pakaian
jaring
Untuk memotong bibit rumput
3 Cutter 2 buah -
laut
4 Timbangan 1 buah Mengukur berat rumput laut Timbangan digital
Penahan jaring kantong dan
Pemberat/ Ukuran karung
5 juga penahan long line agar
Jangkar semen
tidak terbawah arus
Tali
6 polietylen 2 Roll Sebagai tali jangkar Nylon (PE)
(PE) 10 mm
Tali
7 polietylen 2 Roll Sebagai tali utama Nylon (PE)

(PE) 8 mm

16
Tali
8 polietylen 3 Roll Sebagai tali Ris/ tali long line Nylon (PE)
(PE) 5 mm
Tali
9 polietylen 3 Roll Sebagai tali anakan Nylon (PE)
(PE) 2 mm
10 Refrakometer 1 Mengukur salinitas perairan Digital (ppt)
11 pH meter 1 Mengukur pH air Digital
Secchidisk,
12 tali pengukur 1 buah Mengukur kecerahan M
kedalaman
13 Current meter 1 buah Mengukur kecepatan arus m/detik
14 Pita/tali ukur 1 buah Mengukur kedalaman M
Mengukur kandungan oksigen
15 DO meter 1 Digital (mg/l)
terlarut
16 Thermometer 1 Mengukur suhu air Air raksa (ºC)
17 Kamera 1 Dokomentasi
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Nama bahan Kegunaan Spesifikasi

1 Rumput laut Objek yang diuji K.alvarezii

3.3 Konstruksi wadah budidaya

17
Keterangan :
60 hariusiapanen
100 m/longline
20 bibitsebagaisampel (diambilsecaraacak)
Jarak ikat longline 1 m

3.4.ProsedurPenelitian

18
3.4.1 Persiapan
Ada pun persiapan meliputi persiapan alat dan bahan yang dipergunakaan dalam
kegiatan pengamatan pengaruh jarring kantong dan jarak tanam yang berbeda
terhadap pertumbuhan rumput laut K. alvarezii
3.4.2 Pelaksanaan
Kegiatan ini meliputi penanaman dan pemeliharaan rumput laut dengan
menggunakan metode long line net (keranjang) sistem apung dengan jarak tanam
30 cm (long line A), long line B (kantong jarring apung dengan jarak tanam 40
cm), long line C (kantong jaring apung dengan jarak tanam 50 cm), long line K
(control kantong jaring apung dengan jarak tanam 20cm. Total berat rumput laut
awal yang ditanam 100 gr. Kualitas air perlu juga diperhatikan dan diukur, untuk
untuk menunjang keberhasilan budidaya rumput laut
3.4. MetodePenelitian dan pengumpulan data
Menurut solso dan MacLin ( 2002 ), penelitian eksperimen adalah suatu
penelitian yang didalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi
untuk mempelajari hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, penelitian
eksperimen erat kaitannya dalam menguji hipotesis dalam rangka mencari
pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang
dikenakan perlakuan. Sehingga penelitan eksperimen dapat dikatakan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono, 2010).
Teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi yang merupakan metode
mengumpulkan data dengan mengamati langsung di lapangan. Proses ini
berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam, menghitung,
mengukur dan mencatat kejadian. Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan
yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-
obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlakukan dalam mendukung
penelitian yang sedang dilikukan (Arikunto, 2006).

3.5. Rancangan Penelitian

19
Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL)
a) RAL adalah rancangan percobaan yang diterapkanjikainginmempelajari (l)
buahperlakuan dan menggunakan (f)
satuanpercobaanuntuksetiapperlakukanataumenggunakan total (Tf)
satuanpercobaan RAL membutuhkankitamengalokasikan (l)
perlakukansecaraacakkepada (Tf)
satuanpercobaandenganmengacaktanpapembatasan RAL,
disarankandigunakanuntukpenelitianskalalaboratorium, rumahkaca;
atautempat/lokasi yang menjaminkondisi relative homogeny.
b) Rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor perlakuan yang berjarak tanam
dengan 4 taraf jarak yang masing-masing tahap perlakuan di ulang sebanyak 3
kali
a) PerlakuanK :Kontrolditanam pada jarak yang berbedadenganjaraktanam20
cm.
b) PerlakuanA :Penanamanrumputlautdenganmetodejaringkantongdenganjar
aktanam30cm.
c) PerlakuanB :Penanamanrumputlautdenganmetodejaringkantongdenganjara
ktanam40 cm.
d) PerlakuanC :Penanamanrumputlautdenganmetodejaringkantong
denganjaraktanam 50 cm.
Masing-masing perlakuandiulang 3 kali
dengandenahpercobaanhasildaripengacakandapatdilihat pada Tabel 2
dibawahini :

Tabel3.Rancangandenahpenilitian
Ulangan
1 2 3

20
K K K
A A A
B B B
C C C

Keterangan :

K : (kontrollong line tanpakantong)


A, B, C : Perlakuandenganberatawalrumputlaut yang sama dan
jaraktanamyangberbeda
1, 2, 3 : Ulangan
3.6.Parameter Penelitian
Parameter yang di ambil dalam penilitian adalah meliputi berat rumput
laut.pengukuran dilakukan pada awal penanaman dan akhirWaktu 14 hari, panen
pada usia pemeliharaan 60 hariBerat rumput laut di nyatakan pada satuan gram
(g).Jumlah rumput laut yang di timbang stiap kasi sampling 20 rumpunUntuk
setiap ulangan.kemudian akan di cari berat rata rata satu rumpun.
 parameter kualitas air
Parameter kualitas air yg di ukur seperti yg tertera pada tabel 4 beriku
Parameter kualitas air yang di ukur

Tabel 4 Parameter kualitas air yang di ukur

NO Parameter satuan Alat/metode lokasi


ukur
1 Suhu OC Termpmeter
gantng Lapangan
2 DO Ppm Do meter Lapangan

3 Kecerahan M sechidisk Lapangan

4 Kec.arus Cm/detik currnet Lapangan

21
5 Sanilitas Ppm Refrakto meter Lapangan
6 No3 Ug/l Labolatarium
7 Fosfat Ug/l Labolatarium

3.3.5 Skema Penelitian


Pembuatan rumput laut K.alvarezi dilakukan dengan cara;

Rumput laut K.alvarezi

dipotong tallus yang


mudah (25-30 hari)

Ditimbang
seluruhnya

Diukur jarak tanam


rumput laut

Diikat rumput laut pada tali dan dimasukan pd


kanttong jaring apung, kemudian diikat sesuai patok

K. A B C

[50cm]
[25cm] [30cm [40cm]

Diberikan jangkar agar rumput laut& long


line tidak terbawaarus

Disempling 2 [dua]
minggu sekali

Hasil

Berat

Gambara 3. Skema Penelitian

Rumput laut k.alvarezi dipisahkan tallus yang rusak dan ditimbang


seluruhnya diukur jarak tanam rumput laut setelah itu diikat rumput laut pada
tali dan dipancangkan pada patok atau pasak.

22
Untuk kontrol (25cm) dan pada a (30cm), b (40cm), c (50cm), diberikan
jangkar pada rumput laut agar tidak terbawa arus, Sempling seminggu sekali
(1x) setelah itu diukur berat dari rumput laut tersebut.

3.7.Analisis data

a). Perhitungan pertumbuhan mutlak berat rumput laut dihitung menggunakan


rumus (Effendie, 2002)

GR= [Wt-Wo]
Dimana

GR = Growth Rate/pertumbuhan mutlak (gr)


Wt =bobot rata-rata akhir percobaan (gr)
Wo = bobot rata-rata awalppercobaan(gr)

b). Pertumbuhan relatif (Wearherley and Gill,1989 dalam Wattimury, 2008):

G [%] = (Wt – Wo)/Wo x 100


Dimana,

Gr = Pertumbuhan relatif (%)


Wt = Berat akhir percobaan (gram)
Wo = Berat awal percobaan (gram]

Pertumbuhan Nisbi/Relatif rumput laut yang diukur pada setiap minggu


(sampling) pengamatan selama enam minggu (± 42 hari) dengan rumus umum
menurut Aji (1991).
h = Wt – Wo
Wo
`
dimana :

23
H = PertumbuhanNisbi/relatif (gr)
Wt =Beratsetelah t hari (gr)
Wo = Beratawal (gr)

c). Laju Pertumbuhan Harian spesitik (LPH) (%/hari)

LPH = (LnWt-LnWo) x 100


t
dimana :
LPH = LajuPertumbuhanHarianspesifik (%/hr)
Ln = Logaritma natural
Wt = Beratakhir percobaan (gr)
Wo = Berat awal percobaan (gr)
t = Lama waktupemeliharaan (hr)

Untuk mengetahui pengaruh jarak tanam yang berbeda terhadap budidaya


rumput laut K.alvarezidigunakan analisis keragaman atau sidik ragam (Uji F) dengan
taraf kepercayaan 95% dengan ketentuan:
 Apabila F hitungan lebih besar dari F tabel 5%, maka perbedaan nyata
diantara perlakuan dan ditandai dengan tanda (*).
 Apabila F hitung kurang dari F tabel 5%, maka tidak berbeda nyata diantara
perlakuan dan ditandai dengan (ns).
Bila sidik ragam menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata (highly
signifcant) atau berbeda nyata (signififant) maka dilakukan uji BNT (uji Duncan)
untuk mengetahui jarak tanam mana yang memberi hasil paling baik

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

24
4.1. Pertumbuhan Mutlak

Selama periode pengamatan yang dilakukan terlihat adanya peningkatan rata-


rata pertumbuhan mutlak berat dari rumput laut (K. alvarezii) pada setiap waktu
pengukuran untuk setiap perlakuan jarak tanam (Gambar. 4). Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan: A (kontrol), perlakuan B, perlakuan C
dan perlakuan D berat awalnya adalah sebesar 100 g mengalami peningkatan berat
pada setiap waktu pengukuran yakni: perlakuan A sebesar 130,3 g di hari ke 14, di
hari ke 28 sebesar 144,0 g, dan 165,5 g di hari ke 42. Perlakuan B sebesar 143,0 g di
hari ke 14; 225,0 g di hari ke 28 dan 321,5 g di hari ke 42.

350.0 321.5 321.2

300.0
Pertumtubuhan mutlak (g)

250.0 225.0
228.8

200.0
164.5 162.0 20 cm
143.0 145.3 144.0 144.0
150.0 130.3 124.0 30 cm
100.0 100.0 100.0100.0 40 cm
100.0
50 cm
50.0

0.0
0 14 28 42
waktu (hari ke-)

Gambar 4. Pertumbuhan mutlak rumput laut (K. alvarezii) selama periode


pengamatan.
Baik perlakuan C maupun D juga mirip dengan perlakuan A dan B yakni
menunjukkan peningkatan berat selama pemeliaharaan. Pada hari ke14 rata-rata berat
menjadi sebesar 145,3 g, di hari ke 28 sebesar 228,8 g, dan di hari ke 42 menjadi
321,2 g. Sedangkan pada perlakuan D di hari ke 14 sebesar 124,0 g, di hari ke 28
sebesar 144,0 g, dan di hari ke 42 sebesar 162,0 g.

Secara umum terdapat dua kelompok perbedaan pertumbuhan mutlak akibat


perlakuan yang diberikan (Gambar 4). Dari hasil pengukuran ini terlihat bahwa
pertumbuhan mutlak dari perlakuan B dan C yang tertinggi bila dibandingkan dengan

25
perlakuan A dan D. Pertumbuhan mutlak dari perlakuan B dan C atau dengan jarak
tanam 30 dan 40 cm pada setiap waktu pengukuran menunjukkan nilai pertumbuhan
mutlak yang sama yakni 143,0 g di hari ke 14, 225,0 g di hari ke 28, dan 321,5 g di
hari ke 42.

Rendahnya pertumbuhan mutlak rumput laut pada perlakuan A yakni jarak


tanam 20 cm diduga disebabkan karena tingkat kepadatan talus yang lebih tinggi
dibandingkan jarak tanam lainnya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Marisca (2013) yang menyatakan bahwa, semakin besar biomassa tanaman dan
semakin padat densitas tanaman karena tumbuhnya tunas-tunas baru dan cabang yang
membesar rmenyebabkan ruang gerak semakin sempit, persaingan antar tanaman
untuk memperoleh makanan (nutrien) semakin besar, serta mendapatkan cahaya
matahari dalam proses fotosintesis semakin ketat. Selain adanya kompetisi antar
talus, terdapat juga kompetisi antara talus dengan tanaman lain yang menempel pada
rumput laut memerlukan sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Tidak
seperti tumbuhan pada umumnya mendapatkan unsur hara dari tanah, rumput laut
mendapat zat hara dari air di sekelilingnya.

Sedangkan rendahnya pertumbuhan mutlak pada jarak tanam paling besar (50
cm) atau pada perlakuan D dalam penelitian ini, diduga disebabkan karena ……..
(Cari juga pendapat ahli)

Pertumbuhan mutlak dari hari pertama sampai hari ke 42 untuk masing-


masing jarak tanam.

Cari perbandingan dengan hasil penelitian orang lain pada metode yang
sama, dan juga metode yang berbeda dengan jarak tanam yang sama atau
mendekati.

4.2. Laju Pertumbuhan Relatif

26
Pertumbuhan Relatif dapat dijelaskan sebagai berikut, pertumbuhan rumput laut
(K. alvarezii) pada dua minggu pertama untuk masing-masing jarak tanam
menunjukkan perbedaan yang signifikan (Gambar 5). Dimana laju pertumbuhan
relatif pada perbandingan jarak tanam berbeda yaitu 20 cm, 30 cm, 40 cm, dan 50 cm
dengan total keseluruan waktu selama 42 hari dapat digambarkan bawah yang
tertinggi adalah 40 cm dengan nilai pertumbuhan relative adalah minggu pertama
seragam nilainya dengan jarak tanam yang lain yaitu 0,9 % dan minggu ke 2 dengan
nilai 3,2, minggu ke 3 nilainya 6 selanjutnya minggu ke 4 naik 6,6,

7 6.6
6.1
5.9 6
6
Pertumbuhan relatif (%)

4 20 cm
3.1 3.2 30 cm
3
2.3 40 cm
2 1.7 50 cm
1.3 1.4 1.4 1.3
0.9 0.9 0.9 0.9
1

0
0 14 28 42
Waktu (hari ke-)

Gambar 5. Laju pertumbuhan relatif rumput laut (K. alvarezii) selama periode
pengamatan.

Terdapat dua perbedaan laju pertumbuhan ralatif rumput laut karena perlakuan
jarak tanam yang diteliti selama 42 hari pemeliharaan. Kelompok pertama terdapat
perlakuan B dan C dan kelompok kedua adalah perlakuan A dan D. Pada kelompok
perlakuan B dan C, laju pertumbuhan relatif memerlihatkan peningkatan yang
kontinyu dari hari pertama penanaman sampai hari ke 42. Laju pertumbuhan tertinggi
pada kelompok ini berturut-turut sebesar 6,6% (Perlakuan C) dan 6,1% (Perlakuan B)
dicapai pada hari ke 42 (Gambar 5).

27
Pada kelompok kedua dengan perlakuan A dan D atau jarak tanam 20 dan 40
cm, terlihat bahwa laju pertumbuhan tertinggi dicapai selama 14 hari pertama
pemeliharaan. Selepas hari ke 14, rumput laut memerlihatkan laju pertumbuhan
relative yang lebih rendah dan bertahan sampai akhir penelitian. Laju pertumbuhan
tertinggi pada kelompok ini berturut-turut sebesar 2,3% (Perlakuan A) dan 1,7%
(Perlakuan D) dicapai pada 14 hari pertama pemeliharaan. Selepas itu, laju
pertumbuhan relative untuk kedua perlakuan adalah sama berkisar 1,3 dan 1,4%
(Gambar 5). Mok et al. (2012), menyatakan parameter kualitas perairan dan musim
berperan penting untuk budidaya rumput laut, dalam menentukan laju pertumbuhan.

Laju pertumbuhan relative rumput laut jika dihitung secara keseluruhan dari
hari ke-0 sampai hari ke 42 juga memberikan nilai yang berbebeda antar kelompok
perlakuan. Pada jarak tanam 20 cm, laju pertumbuhan realtifnya adalah … %

28
4.3. Laju pertumbuhan spesifik harian

Selama periode pengamatan yang dilakukan terlihat adanya peningkatan rata-


rata pertumbuhan mutlak berat dari rumput laut (K. alvarezii) pada setiap sewaktu

3.5 3.2 3.2


3
2.5 2.6
2.5 2.3 2.4
2.0
LPH (%/hari)

2
1.5 20 cm
1.5 30 cm
1.1
0.9 0.9
1 0.8 40 cm
0.5 50 cm
0.0 0 0 0
0
0 14 28 42
Waktu (hari)

Gambar 6. Laju pertumbuhan harian rumput laut(K. alvarezii) selama periode


pengamatan
Pengukuran untuk setiap perlakuan jarak tanam (Gambar. 6).Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan untuk laju pertumbuhan harian adalah: 20
cm atau A (kontrol), perlakuan 30 cm (B), perlakuan 40 cm(C) dan perlakuan 50
cm(D)beratawal masing-masing adalah sebesar 100 g mengalami peningkatan berat
pada setiap hari yakni: perlakuan A sebesar2,0% di hari ke 14; 0,9% di hari ke 28
dan 0,9% di hari ke 42perlakuan B sebesar2,5 % di hari ke 14; 3,2% di hari ke 28 dan
2,3% di hari ke 42 dengan nilai persentase pertumbuhan tertingia dalah pada
perlakuan B dan C. Dari hasil tersebut kalau dilihat dari pernyataan Ariyanti et. al
(2016) dimana budidaya rumput laut yang tumbuh mencapai lebih dari 2% perhari
dikategorikan layak dibudidayakan oleh sebabitusangat di anjurkan jarak tanam
sangat peting diutamakan dikarenakan perubutan nutrient dari laut dengan kualitas air
yang sesuai dengan kebutuhan dan nutrient yang cukup rumput laut tersebut Surni .
(2014)

29
4.4. Parameter Kualitas Air
Data kuliatas air dapat dilihat pada Tabel 5 di bawahini :
Tabel5. Data PengukuranKualitas Air
Parameter Awal I II II IV
Suhu (0C) 27-30 27-29 27-29 27-30 29-29
DO (ppm) 3-8 4-7 3-7 4-8 3-7
Kecerahan 1-3 1 3 1 3
(m)
Kec. Arus 15-20 15-20 15-20 15-20 15-20
(cm/detik)
Salinitas 28 28 27 27 28
(ppm)
No3 (µg/l) 0.364 0.362 0.364 0.362 0.364

Fosfat (µg/l) 0.0302 0.0301 0.0302 0.0301 0.0302

Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa parameter kualitas air untuk suhu
paling terendah selema waktu 42 hari pemeliharaan adalah pada angka 27 C 0 dan
paling maximal adalah 30C0 dan selanjutnya untuk oksigen terlarut adalah maximal 8
dan minimumnya 3 ppm, kecerahan 1-3 meter, kecapatanarus 15-20 m/sec, salinitas
27-28, nitrit 0,362-0,364 µg/l dan yang terakir adalah fosfat yang memiliki nilai
kisaran0.0301-0.0302.
Pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh parameter fisika kimia
seperti DO, salinitas, pH, kecerahan, nitrat, fosfat, dan kecepetanarus (Tabel5).
Menurut Surni (2014) Parameter fisika-kimia ini memiliki pengaruh yang cukup
penting bagi pertumbuhan rumput laut (K. alvarezii) sedangkan SJana, T.(2006),
menyatakan pada kegiatan budidaya rumput laut air merupakan media untuk hidup,
oleh sebab itu kualitas air yang baik dan sesuai sangat diperlukan untuk menunjang
keberhasilan budidaya rumput laut. Dari hasil pengukuran parameter kualitas air pada
lokasi penelitian dapat dikatakan berada dalam batas yang kisaran yang layak untuk
pertumbuhan rumput laut (K.alvarezii) kecuali kecepatan arus hasil pengukuran
kecepatan arus pada lokasi penelitian menunjukan kisaran 15-20 cm/s. Menurut
Mudeng et al. (2015)Besarnya kecepatanarus yang ideal adalah sebesar 20-40

30
cm/detik, karena dalam hal ini rumput laut akan memperoleh nutrient melalui aliran
air yang cukup.
Gerakan air yang cukup akan membawa nutrien yang cukup pula dan sekaligus
mencuc ikotoran yang menempel pada thallus rumputlaut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil pengukuran pergerakan arus di titik lokasi cukup baik.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jarak tanan antara 20,30,40,dan 50
cm ialah jarak tanan 30 dan 40 cm yang tertinggi untuk 30 cm nilai pertumbuhan
tidak beda jauhd engan 40 cm, sedangkan untuk nilai terendah adalah 20 cm dan
dapat disimpulkan bhawa jarak tanam sangat mempengarui pertumbuhan bobot
rumput K. alvarezii).

5.2. Saran

Dalam melakukan budidaya rumpu tlaut yang sangat diperhatikan adalah


kelender tanam dan juga harus rajin pembersihan dari organisme lain yang menempel
di bibit maupun tali induk dan tali anakan serta pelampung.

DAFTAR PUSTAKA

32
Afif, S., Fasya A.G., Ningsih, R. 2015.Extraction, Toxicity Assay and
Identification of active Compounds of Red Algae(Eucheuma cottonii) from
Sumenep Madura. Journal ALCHEMY (journal of chemistry), Vol.4.No. 2. Hal
101-106.

Akrim, H. D. 2002. Pengembangan Industri Rumput Laut di Indonesia, dalam


Desiminasi Teknologi dan temu Bisnis Rumput Laut, Makasar 11 september
2006. Badan Riset kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan
Perikanan, hal. 50-74.

Anam, K. 2010. Pengembangan Usaha BudidayaRumputLaut di KepulauanSeribu,


Provinsi DKI Jakarta. TanggalPengaksesan 8 Januari 2011.

Anggadiredja J.T, Achmad Z, Heri P, Sri I. 2006. Rumput Laut. Pembudidayaan,


Pengolahan & Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. PenebarSwadaya,
Depok.

Aslan L.M. 1998. BudidayaRumputLaut (EdisiRevisi). Kanisius, Yogyakarta.

Atmadja W.S. 1996. PengenalanJenis Alga Merah (Rhodophyta) dalam


PengenalanJenis-jenisRumputLaut Indonesia. Editor: Atmadja WS., Kadi A,
Sulistijo, dan Rachmaniar S. PuslitbangOceanologi LIPI, Jakarta.

Ariyanti RW, Widowati LL dan Rejeki S. 2016. Performa ProduksiRumputLaut


Eucheuma cottoni yang DibudidayakanMenggunakanMetode Longline Vertikal
dan Horizontal. Prosiding Seminar Nasional Ke-V Hasil-
hasilPenelitianPerikanan dan Kelautan.

Biro Pusat Statistik., 2000. Ekspor Statistik Perdagangan Laut Negeri Indonesia.
Biro Pusat Statistik. http: // www. Bi. Go. Id/ Sipuk/ Im/ind/rumput
laut/produksi.

Burhanudin, 2012. Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput LautEucheuma


cottonii Yang Dibudidayakan pada Jarak dari Dasar Perairan yang Berbeda.
Jurnal Octopus, Vol.1. No.2. 1-8.

Chakdar H, Pabbis. 2012. Extration and purification of phycoerythrin from


Anabaena variabilis (CCC421). Phykos42 : 25-31.

Dawes C.J, Matheieson A.C, Chenney D.P.1981. Marine Botany.John Wiley and
Sons University of South Florida, New York.

33
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Republik Indonesia. 2005. Revitalisasi
Perikanan. DKP, Jakarta.

Doty M.S and J.N Norris. 1987. The Production and Use of Eucheumain Case
Studies of Seven Commercial Seaweed Resources. Editor M.S.
Doty.J.F.Caddy. B. Santelices.FAO Technical Paper.No. 281.FAO.Roma.

Eidman HM. 1991. StudiEfektivitasBibit Algae Laut (RumputLaut).Salah satu


Upaya Peningkatan Produksi Budidaya Algae Laut (Eucheuma sp).
LaporanPenelitian. FakultasPerikanan, IPB.

Insan Al, Widyartini DS. 2013. Posisitanamrumputlautdenganmodifikasi system


jarring terhadappertumbuhan dan produksiEucheuma
cottoniidiperairanpanturaBrebes. JurnalLitbangProvinsiJawa Tengah 11: 125-
133.

Jana, T.2006. RumputLaut. PenebarSwadaya. Jakarta.

Kadi A dan Atmadja WS. 1988. RumputLaut(Algae). Jenis, Reproduksi, Produksi,


Budidaya, dan PascaPanen.
ProyekStudiPotensiSumberdayaAlamIndonesia.PusatPenelitian dan
PengembanganOsenologi.LIPI, Jakarta.

Luning K. 1990. Seaweeds, their Environment, Biogeography, and


Ecophysiology.A WileyInterscience Publication John Wiley & Sons, Inc. New
York.

Nesikin, Utama K, Pengerang dan Emiyarti, 2013. StudiKualitas Air


untukBudidayaRumputLaut (Kappaphycusalvarezii) di
perairanTelukKolonoKabupatenKonaweselatan.Jurnal Mina LautIndonesia.Vol.
03. N0.12 (147-155). ISSN: 2303-3959.
Mubarak, H. 1982. Teknik budidayaRumputlaut.Lon-LIPI, Jakarta.

Mok, W. J., Senoo, S., Itoh, T., Tsukamasa, Y., Kawasaki, K. I., & Ando, M. (2012).
Assessment of concentrations of toxic elements in aquaculture food products in
Malaysia. Food Chemistry, 133(4), 1326- 1332

Marisca N. 2013. AklimatisasiRumputLautKappaphycusalvarezii Hasil Kultur


JaringanDenganKepadatan Yang BerbedaDalamAkuarium di RumahKaca
[skripsi]. Bogor :FakultasPerikanan dan IlmuKelautan, InstitutPertanian Bogor.
73 hal

MudengJoppy D. Magdalena E. F. Kolopita Abdul Rahman. 2015


KondisiLingkunganPerairan Pada
LahanBudidayaRumputLautKappaphycusalvarezii Di

34
DesaJayakarsaKabupatenMinahasa Utara JurnalBudidayaPerairan Vol. 3 No. 1:
172- 186

Nontji A. 1981. Fotosintesis dan Fitoplankton Laut. Tinjauan Fisiologis dan


Ekologis. Program Pascasarjana, IPB.

NovyandiR, RirisAryawati dan Isnaini.


2011.LajuPertumbuhanRumputLautGracilariaspdenganMetodeRakBertingkat
di PerairanKalianda, Lampung Selatan. Maspari Journal 03 (2011) 58-62

Nurdjana, M.L, 2005. Iklimusaha yang KondusifBagiPengembanganAkuakulturdi


Indonesia.Disampaikan pada Acara KonfrensinasionalAkuakultur di Makassar,
23-25 November 2005.Kerjasama Masyarakat Akuakultur Indonesia,
BalaiRisetPerikananBudidayaLaut Makassar, 25 hal.

Parenrengi, A., Rachnansya, Suryati, E. 2010. BudidayaRumput laut.53 hal.


Poncomulyo T, Maryani H, Kristiani L 2006. Budidaya & Pengolahan Rumput
Laut. PT. AgroMedia Pustaka.

Soegiarto AW, Sulistijo, Mubarak H. 1978. Rumputlaut.(Algae). Manfaat, Potensi,


dan Usaha Budidayanya. Lembaga Oseanologi Nasional. LIPI, Jakarta.

Sulistijo.2002. PenelitianBudidayaRumputLaut (Algae Makro/Seaweed) di


Indonesia.Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang Akuakultur. LIPI,
Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta.

Syahputra Y. 2005. Pertumbuhan Dan


KandunganKaraginanBudidayaRumputLautEucheuma cottonii Pada
KondisiLingkungan Yang Berbeda Dan Perlakuan Jarak Tanam Di
TelukLhokSeudu. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Surni . 2014. Pertumbuhanrumputlaut Pada kedalaman air laut yang berbeda Di


dusunKotaniaDesaEtiKecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat.
JurnalBiopendix x, 1 (1), 2014.

Surni .WA 2014. Pertumbuhanrumputlaut (K. Alverezzi) Pada kedalaman air laut
yang berbeda Di dusunKotaniaDesaEtiKecamatan Seram Barat Kabupaten
Seram Bagian Barat. JurnalBiopendix x, 1 (1), 2014.

Wong K.H. and cheung. 2000. Nutritional evaluation of some subtropical ed and
green seweed : part II – In Vitro Protein Digestibelity and Amini Acid Profiles
of Protein Concentrates. Food Chemitry. 72 ; 11 – 17.

35
36

Anda mungkin juga menyukai