Anda di halaman 1dari 73

KEGIATAN PEMBELAJARAN I

TEKNIK PEMELIHARAAN BIBIT RUMPUT LAUT

A. Tujuan

Peserta didik yang telah mempelajari materi teknik pemeliharaan bibit


rumput laut diharapkan mampu :
1. Mengadaptasikan bibit rumput laut berdasarkan studi pustaka dan
pengamatan langsung atau praktek di lapangan dengan teliti dan
penuh tanggung jawab
2. Mengelola pemeliharaan bibit rumput laut berdasarkan studi
pustaka dan pengamatan langsung atau praktek di lapangan
dengan teliti dan penuh tanggung jawab
3. Mengevaluasi hasil pengembangan produksi bibit rumput laut
berdasarkan studi pustaka dan pengamatan langsung atau praktek
di lapangan dengan teliti dan penuh tanggung jawab
4. Melaporkan hasil pengembangan pemeliharaan bibit rumput laut
berdasarkan studi pustaka dan pengamatan langsung atau praktek
di lapangan dengan teliti dan penuh tanggung jawab

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Peserta didik yang telah mempelajari materi pemeliharaan bibit


rumput laut diharapkan mampu :
1. Menganalisis faktor-faktor pendukung pengembangan produksi
bibit rumput laut
2. Menentukan sarana prasarana pengembangan produksi
pemeliharaan bibit rumput laut
3. Menentukan metode pemeliharaan untuk pengembangan produksi
bibit rumput laut (metode dasar, lepas dasar, apung)
4. Memvalidasi teknik adaptasikan bibit rumput laut
6
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
5. Mengelola pemeliharaan bibit rumput laut
6. Menganalisis parameter keberhasilan pengembangan produksi
bibit rumput laut
7. Mengevaluasi hasil pengembangan produksi bibit rumput laut
8. Melaporkan hasil pengembangan pemeliharaan bibit rumput laut

C. Uraian Materi

Pemeliharaan bibit rumput laut merupakan tahapan selanjutnya


dari kegiatan pembibitan rumput laut. Kegiatan pembibitan rumput
laut yang dilakukan pada skala kecil atau terbatas, sedangkan kegiatan
pemeliharaan bibit merupakan kegiatan pengembangan dari hasil
pembibitan yang dilakukan di lapangan dengan skala yang lebih besar.
Sehingga secara tidak langsung kegiatan pembibitan merupakan
pemeliharaan bibit di sentra pembibitan yang dikembangkan dari hasil
pembibitan dimana nantinya akan disebarluaskan ke pembudidaya
rumput laut sebagai bibit unggul.
Metode pembibitan rumput laut dapat dilakukan dengan
beberapa metode antara lain metode pembibitan dengan fragmentasi,
metode pembibitan dengan perkembangan spora (sporulasi) dan
metode pembibitan dengan kultur jaringan bahkan dengan rekayasa
genetik. Dalam modul ini hanya akan dipelajari dua buah metode saja
yaitu metode pembibitan dengan fragmentasi dan metode pembibitan
dengan spora. Metode pembibitan rumput laut dilakukan sesuai
dengan metode yang dipilihnya tetapi pada saat melakukan
penanaman dan pemeliharaan bibit rumput laut, atau peningkaan
produksi bibit yang dilakukan dilapangan sama dengan metode
penanaman dan pemeliharaan pada saat melakukan produksi budidaya
rumput laut.

7
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
1. Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan Produksi Bibit
Rumput Laut
Pada kegiatan pengembangan produksi bibit rumput laut yang
dilakukan dilapangan baik di laut maupun ditambak, terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
a. Faktor ekologis sebagai media hidup rumput laut
Tiap spesies alga memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap
faktor-faktor ekologis. Dalam melakukan budidaya, faktor ekologis
suatu lokasi merupakan faktor terpenting dalam menentukan
keberhasilan usaha budidaya. Parameter ekologis yang perlu
diperhatikan antara lain :
1) Ketersediaan bibit alam
Lokasi yang terdapat stok alami rumput laut yang akan
dibudidayakan merupakan petunjuk bahwa lokasi tersebut cocok
untuk usaha budidaya rumput laut. Apabila tidak terdapat sumber bibit
dapat memperolehnya dari lokasi lain. Pada lokasi dimana Eucheuma
cottonii bisa tumbuh, biasanya terdapat pula jenis lain seperti
Gracilaria dan Sargassum. Bibit juga data diperoleh secara vegetatif
ataupun generatif.

2) Kondisi dasar perairan


Semua makhluk hidup memerlukan tempat tumbuh untuk
menunjang hidupnya. Tempat hidup rumput laut berfungsi untuk
tempat menempel agar tahan terhadap terpaan ombak. Kebanyakan
tempat menempel rumput laut berupa karang mati atau cangkang
moluska walaupun dapat juga berupa pasir atau lumpur (Indriani dan
Sumiarsih, 2001). Pratomo dan Sulistiyowati (2002) juga menjelaskan
bahwa substrat yang umum ditumbuhi oleh rumput laut secara alami
di perairan Indonesia adalah pasir dan karang. Kedua jenis substrat
tersebut berada di perairan dangkal di sekeliling kepulauan Indonesia
8
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
dan banyak ditumbuhi rumput laut. Mubarak (1990) menyatakan
bahwa Eucheuma umumnya tumbuh di daerah pasang surut
(intertidal), atau daerah yang selalu terendam air (subtidal), melekat
pada substrat di dasar perairan yang berupa karang batu mati, karang
batu hidup, batu gamping, atau cangkang moluska.

3) Gerakan air (arus, gelombang)


Kenyataan bahwa gelombang kebanyakan berjalan pada jarak
yang luas, sehingga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya
dan tidak lagi dipengaruhi langsusng oleh angin. Sifat-sifat gelombang
dalam hal ini besar kecilnya dan kecuraman dipengaruhi oleh
kecepatan angin waktu dimana angin sedang bertiup dan jarak tanpa
rintangan dimana angin sedang bertiup (fetch) (Hutabarat, 1988).
Bentuk gelombang akan berubah dan akhirnya pecah begitu
mereka sampai di pantai. Pecahnya gelombang ini sering disertai
dengan gerakan maju ke depan yang berkekuatan sangat besar yang
dapat merusak kontruksi budiaya. Bila sebuah gelombang pecah,
airnya akan dilemparkan jauh ke depan sampai mencapai daerah
pantai sebagai sebuah arus. Kebanyakan rumput laut mampu
mentoleransi aksi gelombang yang besar dan terekspos pada daerah
intertidal berbatu dan substrat yang padat.
Gerakan air, selain berfungsi untuk mensuplai zat hara juga
membantu memudahkan rumput laut menyerap zat hara,
membersihkan kotoran yang ada, dan melangsungkan pertukaran CO2
dengan O2 sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah
(Indriani dan Sumiarsih, 2001). Arus di daerah pantai sangat
dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut, kecepatan angin, kecepatan
pergerakan air tawar dan transportasi gelombang (Hutabarat, 1988).
Arus dapat menimbulkan gerakan air yang dapat berfungsi
sebagai pensuplai zat hara, juga membantu memudahkan rumput laut
menyerap zat hara, membersihkan kotoran, serta melangsungkan
9
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
pertukaran CO2 dan O2, sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi
masalah (Rosdiana, 2003). Menurut Mubarak (1990) yang didukung
oleh Indriani dan Sumiarsih (2001) menyatakan bahwa kecepatan arus
yang baik untuk budidaya berkisar antara 20-40 cm/det.
Sedangkan kecepatan angin dapat menambah kecepatan arus
permukaan sebesar 1 – 5% dari kecepatan angin dan pengaruhnya
hanya sampai pada kedalaman tertentu (efektif pada kedalaman 0,5
m). kecepatan dan arah arus disuatu perairan penting untuk diketahui
karena untuk menghindari adanya massa air yang tidak bergerak
’death water bodies’ pada suatu saat di lokasi, yang akan berakibat
fatal bagi biota laut yang dibudidayakan (Hutabarat, 1988).

4) Kedalaman
Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung
makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sangat bergantung
pada sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Kedalaman
perairan di suatu daerah akan membatasi penetrasi cahaya matahari
dimana secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan biota
laut yang ada di dalamnya, karena jumlah oksigen untuk respirasi
fauna akan semakin berkurang dengan semakin dalamnya perairan
yang disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk dalam
perairan kecil. Hal ini dapat menyebabkan laju fotosintesis rumput
laut akan semakin menurun (Rosdiana, 2003). Kedalaman yang baik
untuk budidaya rumput laut metode lepas dasar berkisar 30 – 60 cm
saat surut, dan 1 – 15 m untuk metode apung, dengan sistem jalur.
Kondisi ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan
mengoptimalkan perolehan sinar matahari (Puja et al., 2001).

5) Kecerahan
Kecerahan merupakan parameter untuk menyatakan cahaya
matahari yang dapat menembus kolam perairan. Cahaya matahari
10
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
yang jatuh ke permukaan air sebagian akan dipantulkan dan diteruskan
ke dalam perairan (Sumawijaya, 1974). Intensitas cahaya matahari
merupakan faktor utama dalam proses fotosintesis (Sahlan, 1982).
Dengan semakin tinggi daya tembus cahaya matahari, maka lapisan
eufotik sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis bisa maksimal.
Air yang keruh biasanya mengandung lumpur yang dapat
menghalangi tembusnya cahaya dalam air dan dapat menimbun
permukaan thallus, sehingga akan menggangu pertumbuhan dan
perkembangannya. Lokasi yang baik bagi budidaya rumput laut
memiliki kecerahan lebih dari 1,5 m pada pengukuran dengan alat
Secchidisk (Puja et al., 2001).
Indriani dan Sumiarsih (2001) juga menyebutkan bahwa sinar
matahari diperlukan sekali dalam proses fotosintesis rumput laut.
Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam air berhubungan erat
dengan kecerahan air laut. Kejernihan air dipengaruhi oleh partikel-
partikel yang terkandung di air dan senyawa-senyawa kimia di
perairan serta kedalaman laut.
Transparansi air laut lebih besar dibandingkan air tawar,
sehingga cahaya lebih dalam menembus air laut dibandingkan air
tawar. Kegiatan fotosintesis air laut dapat berlangsung sampai
kedalaman yang cukup besar yaitu sampai kedalaman 200 m.
Mutu dan kualitas cahaya berpengaruh terhadap produksi spora
dan pertumbuhannya. Cahaya memiliki spektrum warna yang berbeda
sesuai dengan panjang gelombang. Air laut dapat mengurangi
intensitas cahaya, serta dapat menyerap warna yang berbeda dengan
panjang gelombang lebih pendek seperti warna biru, hijau, dan kuning
tidak begitu banyak diserap seperti halnya warna merah.
Pembentukkan spora dan pembelahan sel dapat dirangsang oleh
cahaya merah berintensitas tinggi. Menurut Nybakken (1992), alga
intertidal memerlukan cahaya dengan panjang gelombang terpanjang
(merah) yang diserap oleh air dengan cepat, dan cenderung banyak
11
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
ditemukan di daerah intertidal yang lebih tinggi, sehingga ketika alga
tenggelam (ketika benar-benar berfotosintesis), alga tersebut tidak
boleh berada di tempat yang terlalu dalam di bawah penetrasi cahaya
merah (kira-kira 2 m).
Intensitas maupun panjang gelombang berpengaruh pada
pengendalian penyebaran alga. Karena alga intertidal utama dibagi ke
dalam 3 kelompok: merah, cokelat, dan hijau, dan ketiganya menyerap
spektrum cahaya yang berbeda, maka dapat dikatakan bahwa alga-alga
tersebut akan tersusun di sepanjang gradien kedalaman. Pada satu
gradien, alga hijau berada di tempat teratas karena menyerap sinar
merah, alga cokelat di tengah, dan terakhir alga merah yang menyerap
cahaya hijau terdapat di daerah yang terdalam (Nybakken, 1992).
Menurut Aslan (1998) dalam Widayanti (2008) kebutuhan cahaya
pada alga merah agak rendah dibandingkan alga coklat. Hal ini
disebabkan oleh alga merah memiliki pigmen xantofil, karoten, dan
fikobiliprotein yang mampu menyerap energi cahaya gelombang
pendek dan ditransfer ke klorofil a. Alga yang berwarna hijau akan
tumbuh subur di dekat permukaan dengan intensitas cahaya yang
tinggi dengan cahaya merah yang melimpah, sedangkan alga merah
dapat hidup pada perairan yang lebih dalam dengan kondisi intensitas
cahaya yang lebih rendah yang mampu menggunakan cahaya dengan
panjang gelombang yang lebih pendek untuk melakukan fotosintesis.

6) Salinitas
Salinitas merupakan faktor lingkungan yang penting sehingga
setiap organisme laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap
salinitas untuk kelangsungan hidupnya. Nontji (1987) menyatakan
bahwa salinitas (kadar garam atau kegaraman) adalah jumlah berat
semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, yang
biasanya dinyatakan dalam satuan ‰ (permil, gram perliter).

12
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Salinitas merupakan salah satu parameter kualitas air yang
cukup berpengaruh pada organisme dan tumbuhan yang hidup di
perairan. Salinitas perairan yang ideal bagi lahan budidaya alga
berkisar antara 28-34 permil, dimana salinitas optimumnya adalah 32
permil. Agar dapat tumbuh dengan baik, tekanan osmosis di dalam
sel-sel alga harus sesuai dengan tekanan osmosis lingkungan perairan
tempat hidupnya. Mengingat salinitas berbanding lurus dengan
tekanan osmosis, maka tekanan osmosis sel-sel alga yang hidup di laut
yang bersalinitas lebih tinggi menjadi lebih tinggi dibanding tekanan
osmosis alga yang hidup di laut yang bersalinitas lebih rendah
(Luning, 1990).
Tinggi rendahnya salinitas dapat menyebabkan perubahan fisik
dan morfologis jenis rumput laut tertentu. Atmadja (1986) menyatakan
bahwa musim berpengaruh pada salinitas air laut. Pada musim hujan
salinitas menurun karena mendapat tambahan air hujan, begitu juga
bila mendapat tambahan air tawar dari muara sungai besar. Sedangkan
pada musim kemarau terjadi penguapan yang tinggi sehingga salinitas
air laut dapat meningkat. Puja et al., (2001) menyatakan bahwa
Eucheuma adalah alga laut yang bersifat stenohaline, relatif tidak
tahan terhadap perbedaan salinitas yang tinggi. Salinitas yang baik
berkisar antara 28 – 34 ppt dengan nilai optimal adalah 33 ppt.

7) Suhu
Suhu perairan mempengaruhi laju fotosintesis. Nilai suhu
perairan yang optimal untuk laju fotosintesis berbeda pada setiap
jenis. Secara prinsip suhu yang tinggi dapat menyebabkan protein
mengalami denaturasi, serta dapat merusak enzim dan membran sel
yang bersifat labil terhadap suhu yang tinggi. Pada suhu yang rendah,
protein dan lemak membran dapat mengalami keru-sakan sebagai
akibat terbentuknya kristal di dalam sel. Terkait dengan itu, maka
suhu sangat mempengaruhi beberapa hal yang terkait dengan
13
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
kehidupan rumput laut, seperti kehilangan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, fotosintesis dan respirasi (Luning, 1990).
Dalam hal kelangsungan hidup, maka alga-alga yang bersifat
eurythermal dapat bertahan hidup pada perairan yang suhunya sangat
berfluktuasi, sedangkan alga-alga yang bersifat stenothermal tidak
dapat hidup pada lingkungan yang demikian. Alga-alga yang bersifat
eurythermal dapat menyebar secara luas dan cenderung generalis,
sedangkan alga-alga yang stenothermal memiliki wilayah sebaran
yang sempit dan cenderung bersifat spesialis dalam batas kaitannya
dengan batas toleransi terhadap suhu (Luning, 1990).
Dalam kaitannya dengan pembiakkan, maka suhu sangat
mempengaruhi pembentukkan gamet dan spora. Suhu yang tinggi
dapat menghambat pembentukkan gametangia ordo alga tertentu yang
hidup di daerah iklim sedang yang hangat (Luning, 1990).
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan
dalam kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Suhu air
mempunyai peran penting dalam mempengaruhi kecepatan laju
metabolisme dan respirasi organisme air serta proses metabolisme
suatu ekosistem perairan. Suhu merupakan faktor pembatas utama di
habitat perairan karena jasad-jasad perairan sering kurang dapat
mentolerir perubahan-perubahan suhu (Odum, 1971). Suhu optimum
untuk budidaya rumput laut berkisar antara 27 - 30⁰C (Aslan, 1998),
sedangkan menurut Dawson (1966) suhu untuk pertumbuhan rumput
laut adalah 27 - 40⁰C.

8) Oksigen Terlarut
Gas oksigen terlarut sangat penting, karena gas ini sangat
dibutuhkan oleh organisme air. Oksigen terlarut umumnya banyak
dijumpai di lapisan permukaan, oleh karena gas oksigen berasal dari
udara di dekatnya melakukan pelarutan (difusi) ke dalam air laut.
Fitoplankton juga membantu menambah jumlah kadar oksigen terlarut
14
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
pada lapisan permukaan di waktu siang hari. Penambahan ini
disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai hasil dari
fotosintesis.

9) Derajat keasaman (pH)


Perubahan pH air sangat dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesa
tanaman dalam badan air, karena dalam proses fotosintesis ion karbon
banyak dibutuhkan oleh tanaman, sehingga kadar ion karbon banyak
dibutuhkan oleh tanaman, sehingga kadar ion hydrogen menjadi lebih
banyak hal ini meneyebabkan pH perairan meningkat. Indriani dan
Sumiarsih (2001) menyatakan bahwa perairan untuk budidaya
Eucheuma sebaiknya memiliki pH 7,3 – 8,2.

10) Substrat, Nutrien dan Grazing


Tipe dan sifat substratum dan dasar perairan merupakan faktor
penting dalam pemilihan lokasi. Keadaan substratum ini merupakan
refleksi dari keadaan oseanografi perairan karang dan dapat pula
digunakan untuk menentukan derajat kemudahan dalam pembangunan
konstruksi budidaya. Area yang sangat berkarang umumnya sangat
terbuka terhadap ombak (wave exposed), sedangkan tipe substratum
yang terdiri dari fine sand atau silt umumnya terlindung dari segala
macam gerak air. Kedua macam substratum ini tidak tepat untuk
dipilih (Mubarak , 1990).
Keberadaan nutrien dengan komposisinya dalam air laut
walaupun sangat sedikit, tetapi sangat penting bagi proses ekologi.
Pergerakan air sangat mempengaruhi kebanyakan proses ekologi dan
distribusi, terutama sirkulasi nutrien dan oksigen. Akibat peristiwa
upwelling dan turbulensi, nutrient tersebut menjadi tersedia di
perairan. Sekitar 10% dari produktifitas bersih rumput laut memasuki
jarring-jaring makanan dalam bentuk grazing, sisanya 90% memasuki
15
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
rantai makanan dalam bentuk detritus atau bahan organik terlarut
(Nybakken, 1988).
Ketersediaan zat hara tidak menjadi faktor penghambat untuk
pertumbuhan tanaman, keberadaannya di laut masih cukup, bahkan
masih berlebih untuk kebutuhan rumput laut (Indriani dan Sumiarsih,
2001). Zat hara untuk rumput laut diperoleh dari air disekelilingnya.
Penyerapan zat hara dilakukan oleh seluruh bagian thallus rumput
laut. Selama ini ketersediaan zat hara di laut tidak menjadi masalah,
hal ini dikarenakan adanya sirkulasi yang baik, run off dari darat dan
gerakan air. Nutrient pada perairan tidak pernah menjadi faktor
pembatas bagi pertumbuhan rumput laut karena jumlahnya yang
sangat melimpah. Hal ini terjadi karena adanya sirkulasi yang baik,
run off dan gerakan air. Melihat hal ini maka dalam upaya budidaya
kita tidak perlu menyediakan zat hara (Indriani dan Sumiarsih, 2001).
Berdasarkan factor-faktor ekologis diata maka terdapat kriteria
lokasi yang dapat digunakan untuk area produksi bibi rumput laut segi
kondisi tata letak dan kualitas perairan sangat berperan dalam
pencapaian hasil usaha bibit rumput laut. Indriani dan Sumiarsih
(1999) menyatakan untuk memperoleh hasil yang memuaskan dari
kegiatan pengembangan bibit rumput laut hendaknya dipilih lokasi
yang sesuai dengan ekobiologi (persyaratan tumbuh) rumput laut
sebagai berikut, (1) lokasi budidaya harus bebas dari pengaruh angin
topan, (2) tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar, (3)
mengandung unsur hara untuk pertumbuhan, (4) perairan harus bebas
dari predator dan pencemaran industri maupun rumah tangga dan (5)
lokasi harus mudah dijangkau.
Sulistijo dan Atmadja (1996) menyatakan bahwa lokasi perairan
untuk pengembangan bibit rumput laut biasanya merupakan daerah
terlindung seperti teluk, selat maupun perairan karang. Untuk
menentukan apakah lokasi suatu perairan sesuai atau tidak sesuai
untuk budidaya rumput laut, terdapat beberapa kriteria umum yang
16
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
harus dipenuhi. Berikut adalah beberapa parameter lingkungan yang
digunakan sebagai acuan kesesuaian kondisi suatu perairan untuk
dijadikan lokasi budidaya rumput laut.

Tabel 1. Kesesuaian perairan untuk pengembangan bibit rumput laut


Tingkat Potensi Perairan
No Faktor Pembatas Sangat Tidak
Cukup Sesuai
sesuai Sesuai
Kecepatan arus 0,31 – 0,4 atau < 0,1 atau >
1 0,2 – 0,3
(m/detik) 0,1 – 0,019 0,4
0,1 – 0,9 atau < 0,1 atau >
2 Nitrat (ppm) 0,9 – 3,0
3,0 – 3,5 3,5
0,01 – 0,02 <0,01 atau
3 Phospat (ppm) 0,02 – 1,00
atau < 1,0 – 2,0 >2,00
4 Kecerahan (m) >0,60 0,30 – 0,59 <0,30
05 – 1,0 atau <0,5 atau
5 Pasang surut (m) 1-3
3,0 – 3,5 >3,5
25 – 27 atau 33 <25 atau
6 Salinitas (‰) 28 – 32
– 35 >35
26 – 27 atau 30 <26 atau
7 Suhu (ºC) 28 – 30
– 31 >33
Sumber Sulistijo dan Atmadja (1996)

Selain faktor ekologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan


kehidupan bibit rumput terdapat faktor lain yang juga berpengaruh
adalah faktor internal seperti jenis rumput laut, galur, bagian thallus
rumput laut dan umur. Faktor pengelolaan yang dilakukan oleh
pengembang atau pembudidaya dalam kegiatan pemeliharaan bibit
merupakan fator utama yang perlu diperhatikan seperti jarak tanam,
dan penentuan metode penanaman.

17
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
2. Sarana prasarana pengembangan produksi pemeliharaan
bibit rumput laut
Persiapan sarana dan prasarana budidaya rumput laut diawali
dengan penentuan lokasi budidaya, penentuan metode budidaya yang
akan digunakan, penentuan jenis rumput laut yang akan
dibudidayakan sesuai lokasi dan metode yang digunakan serta
pemenuhan peralatan budidaya, serta penyediaan bibit rumput laut
yang akan ditanam sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Operasional persiapan tanam rumput laut yang dilakukan di laut
lepas meliputi pembuatan petakan atau rakit yang akan digunakan
sesuai metode tanam yang dipilih. Jumlah sarana tanam bibit rumput
laut harus disesuaikan dengan jumlah bibit yang akan dikembangkan.
Pada umumnya pengembangan bibit rumput laut skala produksi sama
dengan kegiatan budidaya rumput laut, hanya dibeakan pada lama
waktu penanaman. Pada kegiatan pembibitan rumput laut dilakukan
dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan waktu yang
digunakan untuk budidaya. Hal ini disebabkan karena pada kegiatan
pembibitan sasaran yang diharapkan adalah perbanyakan bibit rumput
laut sebelum dilakukan kegiatan budidaya yang mengharapkan
tingginya kandungan karaginan atau agar yang dihasilkan pada
kegiatan pasca panen.

18
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
(a) (b)
Gambar 2. Persiapan pembuatan media tanam bibit rumput laut (a)
pengikatan bibit dan (b) pembuatan rakit apung

Untuk itu kegiatan pembibitan membutuhkan persiapan


penanaman yang sama dengan kegiatan budidaya, hanya kapasitasnya
lebih sedikit jika dibandingkan dengan budidaya rumput laut,
demikian juga dengan kegiatan pemeliharaan rumput laut. kegiatan
penanamana dan pemeliharaan bibit rumput laut yang dilakukan di
laut diawali dengan persiapan sarana dan prasarana penanaman berupa
unit penanaman bibit. Kegiatan persiapan unit tanamn dapat dilakukan
di darat untuk kemudian dipasang di laut lepas sesuai metode
penanaman bibit yang dipilih.
Terdapat beberapa sarana prasarana yang biasa digunakan pada
kegiatan penanaman dan pemeliharaan bibit rumput laut, antara lain :
1) Pisau/gunting, digunakan untuk memotong thallus rumput laut
yang akan digunakan sebagai bibit
2) Sarung tangan, digunakan sebagai perlengkapan pelinung jika
berhubungan dengan benda tajam (sebagai peralatan keselamatan
kerja)

19
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
3) Keranjang, digunakan sebagai wadah seleksi thallus rumput laut
yang akan dijadikan bibit dan yang tidak dijadikan bibit (dipanen)
4) Golok, digunakan untuk membuat unit penanaman bibit rumput
laut
5) Palu, digunakan untuk membuat unit penanaman bibit jika
menggunakan metode tancap/patok
6) Tali pengikat, digunakan untuk mengikat bibit rumput laut.
7) Lilin dan api, digunakan dalam pembuatan simpul pengikatan tali
8) Wadah pencuci, digunakan sebagai wadah penampungan bibit
dan pencucian bibit rumput laut yang terseleksi
9) Terpal, digunakan sebagai pelindung dan alas duduk dari panas
matahari jika proses seleksi dilakukan dilapangan.
10) Unit pemeliharaan rumput laut, digunakan sebagai unit
penanaman bibit rumput laut dilapangan, disesuaikan dengan
metode penanaman bibit yang dipilih seperti : bambu, patok kayu,
jaring, tali utama (Poliethilene), tali ris, pelampung, bendera
sebagai penanda, pemberat/jangkar.
11) Perahu, digunakan sebagai sarana transportasi penenaman dan
pemeliharaan bibit yang dibudidayakan di laut.

(a) (b) (c)

20
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
(d) (e) (f)

(g) (h)

(i) (j)
Gambar 3. Sarana dan prasarana penanaman rumput laut (a) patok, (b)
bambu, (c) tali PE, (d) keranjang, (e) palu, (f) pelampung, (g)
golok, (h) perahu, (i) tali nilon dan (j) tali rafia
21
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Penanaman rumput laut di tambak yang dilakukan secara
monokultur maupun polikultur tetap memerlukan beberapa tahapan
persiapan tambak. Hal ini dimaksud supaya rumput laut yang ditanam
mendapatkan suplai air dan nutrisi yang cukup untuk mendukung
pertumbuhannya, karena mengingat kondisi tambak yang relatif
tertutup jika dibandingkan dengan daerah pesisir atau laut lepas.
Keterbatasan suplai air dan nutrisi yang diperoleh oleh rumput laut
menjadikan faktor pembatas bagi keberhasilan penanaman rumput laut
di tambak. persiapan yang dilakukan utuk penanaman rumput laut
ditambak antara lain :
a) Pengeringan dasar tambak
Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi senyawa –
senyawa asam sulfide dan senyawa beracun yang terjadi selama
tambak terendam air, memungkinkan terjadinya pertukaran udara
dalam tambak sehingga proses mineralisasi bahan organik yang
diperlukan untuk pertumbuhan kelekap dapat berlangsung, serta
untuk membasmi hama penyakit dan benih-benih ikan liar yang
bersifat predator ataupun kompetitor.
Agar lebih mempermudah pelaksanaan pengeringan tambak dapat
dilakukan pada saat air laut surut. Pengeringan tambak
berlangsung selama 1-2 minggu, sampai keadaan tanah retak-
retak, namun tidak terlalu kering atau berdebu, atau bila tanah
dasar tambak diinjak, kaki masih melesak sedalam 10-20 cm.
Untuk mengetahui tingkat pengeringan tersebut yaitu dengan cara
mengukur ketinggian lekukan yang terjadi dalam tanah dasar
yang retak- retak tersebut, apabila lapisan telah mencapai 1-2 cm,
maka pengeringan sudah dianggap cukup.

22
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 4. Pengeringan dasar tambak

b) Kedok teplok
Kedok teplok adalah pengangkatan lumpur dasar tambak,
sebaiknya dilakukan pada saat lumpur dasar dapat diangkat.
Kebanyakan petambak melakukan kedok teplok pada saat
tergenang sehingga partikel-partikel lumpur yang halus
bercampur dengan air, sehingga kadar NH3 –N dan H2S tetap
tinggi.
c) Pengolahan tanah dasar tambak
Pengolahan tanah dasar dilakukan hanya pada tambak masam dan
tambak yang sudah lama beroperasi, dan dilakukan pada musim
tertentu, dimana unsur- unsur toksis dalam bongkahan tanah dapat
teroksidasi dengan sempurna (musim kemarau). Setelah tanah
dasar tambak dicangkul atau ditraktor, kemudian dibalik dan
lumpur yang ada di dalam caren harus diangkat sambil
memperbaiki pematang. Selanjutnya direndam air (10 – 20 cm)
selama ± 7 hari, lalu dikeringkan kembali.

23
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 5. Pengolahan tanah dasar tambak

d) Pengapuran
Pengapuran adalah upaya peningkatan produktivitas tambak,
utamanya tambak masam yang bertujuan :
(1) Memperbaiki struktur tanah yaitu meningkatkan daya
sanggah (buffer) tanah dan air sehingga tidak terjadi
perubahan kemasaman (pH) yang ekstrim.
(2) Menetralisasi unsur toksis yang disebabkan oleh aluminium
dan zat besi dengan ketersediaan kalsium dalam jumlah yang
cukup, sehingga ketersediaan unsur hara seperti posfat akan
bertambah.
(3) Menstimulir aktivitas organisme tanah sehingga dapat
menghambat organisme yang membahayakan kehidupan
udang (desinfectan)
(4) Dapat merangsang kegiatan jasad renik dalam tanah sehingga
dapat meningkatkan penguraian bahan organik dan nitrogen
dalam tanah.

24
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Pada tanah masam dengan pH<5, pengapuran dilakukan sesudah
diadakan reklamasi sehingga ph tanah tidak terjadi perubahan
yang drastis. Sedangkan pada tanah dasar tambak yang pH>7
tidak dilakukan pengapuran atau pengapuran dalam jumlah yang
sedikit sebagai desinfektan saja (Poernomo, 1992). Pengapuran
dilakukan pada saat tanah dasar tambak dalam keadaan lembab
dan juga dilakukan pada saat pengolahan atau pembalikan tanah
dasar tambak. Setelah tanah dasar tambak dikapur dengan kaptan
(kapur pertanian) selanjutnya dibiarkan kering dan terjemur.

Gambar 6. Pengapuran dasar tambak

e) Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama (terutama trisipan, kepiting dan udang / ikan
liar) yang paling efektif adalah melalui pengeringan tambak
secara sempurna. Sedangkan pengapuran dengan menggunakan
kapur hidrat dan kapur oksida pada suhu tinggi juga dapat
berfungsi untuk memberantas hama udang liar. Pemberantasan
hama ikan dapat dilakukan dengan menggunakan saponin, dimana
keampuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan salinitas
25
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
air tambak. Pada salinitas rendah yaitu salinitas <20 ppm
sebaiknya diaplikasi pada dosis 20-30 kg/ha dan dilakukan pada
siang hari, dan apabila salinitas >30 ppm, saponin diaplikasikan
dengan dosis 10-15 kg/ha.

f) Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesudah pemberantasan hama, dan pada
kondisi sekarang ini pemupukan dilakukan pada semua tingkat
teknologi. Jenis dan dosis pupuk ditentukan oleh tingkat
kesuburan dari masing- masing tanah dasar tambak. Kesuburan
suatu perairan tergantung pada produktivitas tanaman berklorofil,
dan ini merupakan interaksi dari berbagai faktor diantaranya
tersedianya zat hara dalam perairan. Pemupukan juga sebagai
salah satu upaya menambah nutrisi yang nantinya akan
dimanfaatkan untuk pertumbuhan rumput laut. Di dalam
pemupukan tambak sebaiknya dalam satu kali masa panen
dilakukan dua kali pemupukan, yaitu :
(1) Pemupukan Dasar
Pada pemupukan dasar yang ditumbuhkan terutama adalah
klekap (lumut dasar). Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan
dalam setiap hektar adalah : pupuk kandang dicampur dengan
dedak halus dengan dosis 1-2 ton/ha, kemudian disebar
merata ke dasar tambak. Selanjutnya campuran pupuk urea
100-150 kg/ha dan SP36 sebanyak 50-75 kg/ha, juga disebar
merata keseluruh permukaan tambak. Masukkan air ke dalam
tambak sampai mencapai ketinggian 10-20 cm dengan
menggunakan saringan dan biarkan menguap selama 2
minggu. Bila keadaan air di permukaan telah menjadi jernih
sedang dasar tambak telah tampak hijau ditumbuhi klekap,
maka air di dalam tambak ditambah secara bertahap sampai

26
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
mencapai kedalaman 60-100 cm. Jika keadaan air sudah
cukup stabil, maka petakan siap untuk ditebari.
(2) Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan pada saat air telah terisi dan
jika dirasa perlu. Jika diperkirakan makanan alami di tambak
hampir habis (masa pemeliharaan ±1 bulan), maka perlu
dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan pupuk
urea dan SP36 dengan dosis urea 10-15 kg/ha dan SP36 5-10
kg/ha. Pada pemupukan susulan ini merupakan penambahan
nutrisi bagi rumput laut, dan dilakukan setiap 10-14 hari
sekali. Pupuk susulan ditebarkan pada pelataran tambak.
Pemupukan tidak dianjurkan pada tambak-tambak yang
mempunyai tanah dasar bersifat masam (pH < 6). Dapat juga
dilakukan pemupukan apabila sudah dilakukan proses
pengapuran (penebaran kapur tohor) atau menggantungkan
batu kapur dimuka pintu-pintu air.

g) Pengisian air tambak dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pertama diisi


air laut 60 cm dan dibiarkan selama 2 hari, dan tahap kedua
penambahan air laut hingga 100 cm. Setelah tambak diisi air laut
dengan ketinggian 100 cm, tambak dibiarkan selama 2 hari untuk
memaksimalkan hasil pemupukan. Berikutnya, tambak siap
ditebari bibit rumput laut.

Penanaman rumput laut di tambak dapat dilakukan dengan


menggunakan metode dasar perairan dengan sistem sebar (broad
cast method) dan sistem dasar (bottom farm method) dan lepas
dasar, dengan sistem tali tunggal (monoline method), sistem jaring
(spider web method) atau dengan sistem kantong (tubular
method). Pada umumnya penanaman rumput laut di tambak
menggunakan metode lepas dasar dengan sistem tali tunggal
27
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
(monoline method) hal ini untuk menghindari penumpukan
lumpur dari dasar tambak, sehingga rumput laut tidak tertutupi
oleh lumpur yang terbawa oleh arus dan angin. Penanaman dapat
dilakukan dalam 1 petak atau beberapa petak sesuai dengan lokasi
yang tersedia. Persiapan unit penanaman dapat dilakukan pada
saat air telah terisi penuh. Sarana dan prasarana yang digunakan
dalam penanaman dan pemeliharaan bibit rumput laut di tambak
antara lain :
1) Bibit rumput laut yang akan dikembangkan ±100 gr/ titik
2) Gunting/pisau untuk memotong bibit dan tali
3) Golok untuk memotong patok kayu atau bambu
4) Meteran untuk mengukur kebutuhan panjang tali dan area
penanaman
5) Tali rafia untuk mengikat bibit rumput laut
6) Tali utama (multifilament polyethylene/PE) ukuran 6 mm
yang menghubungkan patok dengan patok
7) Tali ris bentang (multifilament polyethylene/PE) ukuran 4
mm sebagai tempat mengikat bibit rumput laut
8) Patok kayu atau bambu berdiameter minimal 5 cm
9) Palu untuk menancapkan patok kayu atau bambu
10) Keranjang untuk menampung bibit rumput laut yang akan
ditanam
11) Lilin dan api untuk menumpulkan tali PE.

3. Metode pemeliharaan pada pengembangan produksi bibit


rumput laut

Keberhasilan budidaya rumput laut selain tergantung pada


kondisi lingkungan budidaya juga dipengaruhi oleh metode budidaya
yang akan digunakan. Penggunaan metode budidaya rumput laut
sangat bergantung pada lokasi dan syarat hidup rumput laut yang akan
28
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
dibudidayakan. Penggunaan metode budidaya rumput laut perlu
disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar budidaya.
Pada budidaya rumput laut yang dilakukan di pantai atau laut
perlu memper-hatikan sifat air laut. Sifat air laut yang korosif dan
lebih dinamik, maka bahan-bahan yang digunakan dalam budidaya
rumput laut harus tahan terhadap air laut. Bahan-bahan yang
digunakan dalam rumput laut tidak boleh terbuat dari bahan logam,
kecuali sudah dilapis dengan bahan lain atau galvanized, karena bahan
logam mudah berkarat. Kayu yang digunakan harus dipilih dari jenis
yang tidak mudah lapuk di air laut serta kuat dan tidak mudah patah
(Mubarak et al., 1990).
Berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan, Aslan
(1998) membagi metode-metode budidaya rumput laut di lapangan
dengan tiga cara, yaitu: metode dasar, metode lepas dasar, dan metode
apung.
a. Metode dasar (bottom method)
Metode dasar (bottom method) merupakan metode
penanaman rumput laut yang dilakukan didasar perairan.
Persyaratan perairan untuk melakukan metode penanaman seperti
antara lain dasar perairan tidak boleh berlumpur sebaiknya
berpasir, pasir berbatu atau berbatu. Areal yang akan ditanami
rumput laut pada saat surut terendah masih tergenang oleh air
laut, karena bila tanaman tidak tergenang air laut dan terkena
sinar matahari langsung dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan kematian pada rumput laut yang dibudidayakan.
Metode dasar biasanya diakukan dengan teknik penanaman
tebar (broad cast method) atau dengan teknik penanaman di dasar
perairan (farm bottom method) dengan mengikatkan bibit rumput
laut pada batu atau pemberat yang kemudian disusun rapi.
Penanaman rumput laut yang dilakukan di dasar perairan
memiliki beberapa keuntungan antara lain rendahnya biaya
29
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
produksi karena tidak menggunakan bahan material yang banyak
dan bermacam-macam, sedangkan kerugian menggunakan
metode dasar adalah lebih mudah terserang hama yang hidup
didasar perairan seperti bulu babi dan teripang.

b. Metode lepas dasar (off-bottom method)


Metode lepas dasar dilakukan pada perairan yang memiliki
kedalaman perairan yang selalu terendam oleh perairan meskipun
dalam keadaan surut terendah, dan tidak dilakukan didasar
perairan maupun terapung di atas permukaan laut. Metode ini
sebaiknya dilakukan pada perairan dengan dasar pasir berbatu
atau karang dengan arus yang relative sedang sehingga mampu
mensuplay zat hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rumput
laut.

Metode lepas dasar ini biasanya dilakukan dengan


menggunakan teknik pancang dengan model tali tunggal
(monoline), jaring lepas dasar, atau jaring yang berbentuk tabung
(tubular net). Metode lepas dasar cenderung lebih baik
dibandingkan dengan metode dasar karena relative lebih aman
dari gangguan hama, namun juga memerlukan biaya yang dapat
disesuaikan dengan teknik penanaman yang akan digunakan.

c. Metode apung (floating method)


Metode apung hampIr sama dengan metode lepas dasar
perbedaannya adalah posisi tanam yang berada di permukaan air
laut, sehingga metode ini lebih banyak membutuhkan pelampung.
Metode apung dapat digunakan pada perairan yang memiliki
kedalaman tinggi hingga > 10 m. dengan dasar perairan yang
beragam, dan dapat digunakan pada perairan dengan arus air
sedang hingga kuat. Taknik budidaya yang digunakan dalam
30
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
metode ini dapat bervariasi mulai dari model tali tunggal, rakit
dengan model tali tunggal (monoline) atau model jaring.

Sedangkan berdasarkan teknik budidaya yang digunakan dapat dibagi


menjadi beberapa metode antara lain : metode tebar, metode rakit,
metode pancang, metode jaring dan metode kombinasi.

a. Budidaya Rumput Laut dengan Metode Tebar


Budidaya rumput laut dengan metode tebar dapat dilakukan
pada untuk budidaya yang dilakukan di laut dengan karakteristik
perairan yang landai atau daerah pasang surut, yang memiliki
substrat pasir, pasir berbatu, karang atau batu, dengan pergerakan
perairan yang relative tenang sampai sedang. Metode ini juga
dapat dilakukan pada budidaya rumput laut yang dilakukan di
tambak mengingat ketinggian air yang bergantung pada pasang
surut, ketinggian air tidak lebih dari 60 cm.

Gambar 7. Teknik penanaman bibit dengan metode tebar


(broad cast method) (www. nusaceningan.go.id)

31
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Metode tebar yang dilakukan di laut harus dipilih lokasi
yang sesuai antara lain terletak pada daerah pasang surut sehingga
masih ada pertukaran zat hara sebagai nutrien yang diperlukan
untuk kehidupan rumput laut, tanpa perlu ada perlakuan khusus
pada lahan budidaya. Berbeda dengan budidaya rumput laut yang
dilakukan di tambak, budidaya rumput laut yang dilakukan di
tambak memerlukan persiapan khusus pada lahan budidaya
dengan cara pengolahan tanah, pengapuran, pengeringan dan
pemupukan tanah terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena pada
budidaya yang dilakukan di tambak pergantian air relative lebih
sedikit sehingga zat hara yang diperlukan sebagai nutrien perlu
disediakan dengan dilakukannya pemupukan tambak terlebih
dahulu.
Metode tebar sering juga dikenal dengan metode sebaran
(broad cast method) atau metode dasar (bottom farm method)
metode ini adalah salah satu cara budidaya rumpiut laut yang
paling sederhana, dimana bibit tanaman hanya disebarkan di
perairan yang diinginkan. Bibit tanaman dipotong-potong hingga
seberat 25 – 30 g, diikat dengan tali, atau dapat juga dengan
menggunakan pemberat berupa batu, lalu disebarkan pada
perairan yang dasarnya berbatu karang atau pasir berbatu jika
ditanam di laut. Namun jika penanaman dilakukan di tambak
maka bibit yang telah diikat ke batu atau pemberat dapat langsung
diletakkan di dasar tambak yang telah diolah sebelumnya.
Teknik budidaya rumput laut dengan metode tebar dapat
dilakukan sebaran secara acak maupun disusun rapi atau berjalur.
Ukuran tiap jalusr sekitar 120 cm dan jarak antar jalur sekitar 60
cm, hal ini bertujuan untuk mempermudah pengawasan. Jarak
antar tanaman minimal 20 cm, sehingga penanaman rumput laut
di dasar perairan (metode tebar) menyerupai kebun di dasar laut
(gambar).
32
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Keuntungan menggunakan metode tebar antara lain adalah
biaya material yang rendah, penenamannya mudah dan tidak
memakan waktu, biaya pemeliharaan sedikit, dapat digunakan
pada perairan pasir berbatu atau karang, penanaman metode tebar
dasar dengan penataan yang rapi menghasilkan produksi yang
lebih banyak dibandingkan tebar dasar secara acak.

Sedangkan kerugiannya menggunakan metode ini antara lain :


bibit banyak yang hilang terbawa arus atau ombak, tanaman dapat
dimakan ikan dan hewan predator, hal ini dapat ditanggulangi
dengan pembuatan pagar di sekitar areal budidaya rumput laut
dengan ukuran mata jaring 2,5 cm dengan ketinggian sekitar 0,5
cm, metode ini kurang baik untuk perairan dengan dasar tanah
berpasir (laut) atau lumpur di tambak.

Gambar 8. Teknik penanaman bibit rumput laut dengan metode bottom


farm method

b. Budidaya Rumput Laut dengan Metode Rakit

33
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Metode rakit merupakan teknik penanaman rumput laut
yang banyak digunakan di Indonesia. Metode rakit untuk
penanaman rumput laut hanya dapat digunakan untuk penanaman
rumput laut yang dilakukan di laut lepas yang berarus kecil
sampai sedang (20 – 40 cm/detik) dengan ketinggian air saat surut
> 80 cm dan dasar perairan pasir berbatu atau sedikit berlumpur.
Metode rakit biasanya juga diterapkan pada lepas dasar maupun
apung, karena posisi rakit dapat di badan perairan atau di
permukaan perairan. Metode rakit yang terapung di permukaan
atau lepas dasar juga dapat di gunakan di perairan laut yang agak
dalam hingga mencapai 10 m tergantung pada kekuatan
konstruksi dan tali yang digunakan, karena metode ini dapat
bergerak bebas dan hanya bertumpu pada jangkar di dasar
perairan.
Ukuran rakit biasanya berkisar antara 2,5 x 2,5 meter atau
2,5 x 5 m, hal ini merupakan ukuran yang tepat untuk pembuatan
rakit karena bila jarak terlalu jauh atau ukuran rakit terlalu besar
dapat mengurangi ketegangan tali yang digunakan sehingga tali
akan menjuntai karena bibit yang diikatkan terlalu berat. Metode
rakit dapat menggunakan tali monoline dengan membentuk
sejajar atau dengan berbentuk seperti jaring dengan jarak antara
tanaman yang sama yaitu 20 – 25 cm. pelampung utama diikatkan
pada setiap sudut rakit dan dibantu dengan pelampung bantuan
yang ukurannya lebih kecil di beberapa titik rakit untuk
membantu menjaga posisi rakit agar tidak tenggelam (Gambar ).
Jumlah pelampung disesuaikan dengan ketinggian rakit yang
diharapkan. Posisi rakit yang berada di permukaan dan terkena
sinar matahari langsung rawan terhadap serangan penyakit rumput
laut, karena rumput laut yang terkena sinar matahari langsung
dalam waktu yang cukup lama dapat rusak dan akhirnnya mati.
Sebaiknya posisi bibit rumput laut yang terikat dirakit sedikit
34
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
tenggelam minimal 10 cm dibawah permukaan air untuk
menghindari kerusakan bibit yang dibudidayakan.

Gambar 9. Teknik penanaman rumput laut dengan metode rakit apung

Rakit dapat dibuat dari potongan kayu atau bambu yang


diikat membentuk persegi panjang atau bujur sangkar. Setiap
sudut rakit diberi pelampung yang terbuat dari bahan plastik
dengan bentuk dan ukuran disesuaikan dengan bobot rakit yang
dibuat. Bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan rakit adalah
sebagai berikut :
1) Bambu diameter 10 cm dengan panjang 5 meter sebanyak 2
buah, berfungsi sebagai pengapung
2) Bambu berdiameter 5 cm dengan panjang 2,5 m sebanyak 2
buah, berfungsi sebagai perentang tali untuk melekatkan bibit
3) Tali untas merupakan tali untuk tempat mengikat bibit
rumput laut dengan panjang 4 m, 1,5 m digunakan untuk
mengikat kedua ujung tali untas ke bambu, 2,5 m dilengkapi
dengan tali raffia dengan jarak 25 cm, sehingga 1 tali untas
35
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
terdapat 10 tali raffia yang berfungsi untuk tempat mengikat
bibit rumput laut. Tali untas terbuat dari plastik multifilament
berdiameter 7 mm yang diikatkan pada bambu berdiameter
2,5 cm, usahakan menggunakan tali multifilament karena
lebih kuat dan tahan lama, dengan jarak antar tali 20 cm
4) Tali raffia untuk mengikat benih (berat benih sekitar 50 – 100
gram) jarak tiap ikatan bibit sekitar 20-25 cm.
5) Jangkar yang terbuat dari besi atau batu yang dapat berfungsi
sebagai pemberat sehingga tidak merubah posisi rakit.
Pemberat dapat juga dibuat dari karung berisi pasir. Salikin
(2005) menambahkan bahwa masing-masing pemberat ± 100
kg. panjang tali pemberat 1,5 – 2 kali kedalaman perairan.
Tali pemberat yang digunakan poliethilen dengan diameter
10 cm.

Penanaman rumput laut dengan menggunakan metode rakit


memerlukan alat tambahan berupa kayu atau bambu yang
berfungsi sebagai penanda atau rambu di laut untuk menghindari
lalu lintas di laut sehingga areal budidaya dapat diketahui oleh
orang lain, atau dapat juga digunakan sebagai penanda bahwa
dilokasi tersebut merupakan areal budidaya rumput laut
perorangan atau kelompok.
Untuk meningkatkan produksi rumput laut satu unit rakit
yang telah dibuat (2,5 x 2,5 m) dapat digabungkan menjadi 2 atau
4 unit. Penggabungan unit rakit yang dibuat dapat secara
horizontal (melebar) atau vertical (bertumpuk) hal ini disesuaikan
dengan karakteristik perairan, karena nantinya akan berpengaruh
terhadap suplai nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
rumput laut.

36
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 10. Areal budidaya rumput laut dengan metode rakit apung

Keuntungan menggunakan metode rakit antara lain tanaman


rumput laut terbebas dari serangan hama yang banyak terdapat di
dasar perairan seperti bulu babi, pertumbuhan rumput laut lebih
baik sehingga produkstifitas yang dihasilkan juga lebih tinggi,
dapat dilakukan di perairan dengan kedalaman bervariasi tidak
harus landai karena posisinya berada di badan air atai di
permukaan air, tanpa harus memiliki tiang yang terpancang.
Sedangkan kerugian atau kekurangan metode rakit ini adalah
tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat
konstruksi rakit yang kuat dan tahan lama serta memerlukan
waktu yang lebih lama dalam proses persiapan tanam dan
penanamannya.

c. Budidaya Rumput Laut dengan Metode Pancang.


Metode pancang dalam budidaya rumput laut dapat
dilakukan di lepas dasar ataupun di permukaan air. Metode
pancang yang digunakan di lepas dasar dengan ketinggian air saat
surut minimal 1 m dengan jarak dari dasar perairan sekitar 60 cm,
dengan menggunakan kayu pancang yang dibuat memanjang
37
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
berjalur ataupun berbentuk seperti jaring. Sedangkan metode
pancang yang digunakan di permukaan perairan dapat dilakukan
pada perairan yang agak dalam ± 5 m, karena pemancangan
menggunakan jangkar dengan tali multifilament yang kuat.

(a)

(c)

(b)
Gambar 11. Model metode pancang (a) monoline (b) jurai (c) jaring

Metode pancang yang digunakan dalam penanaman rumput


laut merupakan salah satu metode penanaman rumput laut yang
dilakukan di tambak untuk jenis Gracilaria sp. Hal ini disebabkan
karena ketinggian dan kondisi perairan di tambak sangat sesuai
untuk metode penanaman dengan metode pancang. Metode
pancang yang banyak digunakan adalah model monoline atau tali
tunggal yang terbuat dari tali nilon yang diikatkan pada sebilah
bambu atau kayu dengan jarak sekitar 3-5 m. model lain untuk
metode pancang adalah dengan menggunakan rakit dengan
ukuran 3 x 3 atau 2,5 x 2,5 m. Jarak antar jalur tiang pancang
sekitar 1,5 m untuk mempermudah pengecekan tanaman
38
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
budidaya, bila ingin menambah produksi yang dihasilkan maka
jarak antar tiang pancang dapat dirapatkan hingga 0,5 m, hal ini
menyesuaikan dengan pergerakan air laut yang melalui area
budidaya.
Teknik budidaya dengan metode pancang dapat digabung
antara model monoline dengan model jurai aau gantung seperti
terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 12. Metode pancang dengan penggabungan model monoline dan


jurai/ gantung

39
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Penanaman rumput laut dengan metode pancang juga dapat
dilakukan secara bersusun, hal ini dapat dilakukan dengan syarat
perairan lokasi budidaya rumput laut memiliki arus yang sedang
dan dasar perairan pasir berbatu, kedalaman dan kecerahan air
laut cukup untuk menjaga kehidupan dan suplay zat hara.
Mengingat posisi dengan metode pancang yang menggunakan
kayu atau bambu bersifat menetap (tidak dapat mengikuti
pergerakan air/ pasang surut) maka harus memperhatikan kondisi
perairan terutama pasang surut air laut. Pada saat surut terendah
rak paling atas masih terendam air hingga ketinggian ± 10 cm dari
permukaan air.

Gambar 13. Metode pancang tunggal dan bersusun


Material yang digunakan dalam pembuatan metode pancang
antara lain tali nylon monofolamen berukuran 80 lb test, kayu
yang kuat terendam di air laut sebagai pemancang dengan
40
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
ketinggian 1 – 1,5 m. Sedangkan metode pancang yang
menggunakan jaring memerlukan tali yang lebih banyak untuk
membuat jaring dengan jarak pertitik optimal adalah 20 – 25 cm.
Keuntungan menggunakan metode pancang hampir sama
dengan metode rakit yaitu bebas dari hama rumput laut yang
hidup di dasar perairan seperti bulu babi, dapat digunakan pada
perairan dengan dasar berpasir, pengawasan lebih mudah, hasil
yang diperoleh lebih tinggi dari pada metode tebar atau metode
dasar. Sedngkan kekurang metode pancang adalah membutuhkan
biaya yang lebih tinggi dibanding metode tebar, karena
memerlukan konstruksi untuk membuat metode pancang tersebut,
membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam membuat
konstruksi dan pemasangan bibit.

Gambar 14. Penanaman bibit dengan metode pancang model monoline

d. Budidaya rumput laut dengan metode kantong


Metode kantong dalam budidaya rumput laut biasa dikenal
dengan metode jaring atau tabung (tubular net). Penggunaan
metode kantong biasanya dilakukan pada budidaya rumput laut di
laut lepas dengan kedalaman lebih dari 2 m, dengan pergerakan
41
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
air air yang relative keras atau perairan dengan gelombang yang
sedang hingga tinggi. Metode kantong/ tabung terbuat dari jaring
yang dibuat menyerupai tabung dapat diposisikan secara
horizontal maupun vertical, disesuaikan dengan karakteristik
perairan tempat dilakukannya budidaya.
Kantong atau tabung yang telah dibuat dari jaring memiliki
lubang pintu kecil yang berada di atas atau di samping tabung.
Setelah bibit rumput laut yang akan ditanam dimasukkan ke
dalam kantong maka pintu atau lubang tersebut akan dijahit atau
diikat sehingga lubang tersebut rapat kembali dan akan dibuka
pada saat panen. Lebar mata jaring dan diameter tabung,
tergantung ukuran thallus dari jenis rumput laut yang
dibudidayakan. Untuk jenis Eucheuma dapat digunakan jaring
dengan lebar matanya 2,5 cm dengan diameter tabung 10 cm,
sedangkan jenis rumput laut yang thallusnya kecil dan sukar
diikat misalnya Gellidium, diperlukan jaring dengan lebar
matanya 0,5 – 1 cm dengan diameter tabung sekitar 5 cm. Tabung
yang dibuat dari jaring diikatkan pada tali yang telah diberi
jangkar sebagai penahan terhadap gelombang, sehingga tabung
lebih kuat dan stabil.

Gambar 15. Kantong jaring yang digunakan pada pembibitan rumput


laut

Kelebihan menggunakan metode ini antara lain adalah


mempermudah penanaman bibit rumput laut yang ukurannya
pendek atau kecil yang sulit diikat, bila menggunakan metode

42
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
lain, maka dengan metode kantong akan memper-mudah
penanaman, bibit tidak mudah hilang karena arus dan ombak atau
pun dimakan predator, tidak banyak memerlukan pemeliharaan,
baik untuk dasar perairan yang berpasir, dapat digunakan pada
perairan bergelombang sedang hingga besar. Sedangkan
kelemahan menggunakan metode ini adalah membutuhkan waktu
untuk pembuatan tabung jaring, instalasi konstruksi maupun saat
penanaman bibit rumput laut, hal ini juga berakibat terhadap
biaya produksi untuk pembutan jaring juga lebih tinggi

e. Budidaya Rumput Laut dengan Metode Kombinasi


Metode kombinasi merupakan metode budidaya rumput laut
yang mengkombina-sikan teknik antara metode kantong dan
pancang, karena penggunaannya menggunakan kantong jaring
pada tiap titiknya dan dipancang pada tiang atau dengan jangkar
pada perairan yang lebih dalam dan berarus kuat. Metode
kombinasi antara kantong dan pancang biasanya dilakukan di
lepas dasar pada perairan yang tidak terlalu dalam dengan model
horizontal, sedangkan pada perairan yang lebih dalam posisi
kantong dibuat secara vertical atau menggantung pada tali ris.
Pada perairan yang berombak sedang dan ketinggian air
yang berkisar 60 – 100 cm saat surut penggunaan metode
kombinasi dilakukan dengan membuat kantong jaring dan
mengikatkan secara horizontal yang kemudian dipancangkan pada
kayu atau bambu. Diameter kantong yang dibuat secara horizontal
berkisar 10 cm dengan panjang kantong sekitar 1-2 m. bibit
rumput laut dimasukkan ke dalam kantong terlebih dahulu
sebelum jaring diikatkan pada tiang pancang. Pengikatan kantong
jaring dilakukan secara tersusun sepanjang 5 m dengan jarak antar
kantong 0,5 m.
43
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 16. Kombinasi teknik penanaman bibit dengan teknik pancag
dengan jaring yang dipasang horizontal

Pada perairan yang memiliki ombak kencang seperti pantai


selatan jawa, beberapa peneliti telah melakukan penelitian untuk
tetap dapat melakukan budidaya rumput laut dengan
memodifikasi metode yang ada dengan memperkuat infrastruktur
saran yang akan dibuat salah satunya adalah dengan membuat
metode kombinasi berupa kantong yang diletakkan secara
vertical.

44
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 17. Metode kombinasi kantong apung secara vertikal

Kantong yang telah disiapkan didarat, dapat langsung diisi


dengan bibit rumput laut yang akan ditanam, sehingga
mempercepat kegiatan penanaman. Setelah bibit rumput laut
dimasukkan dan lubang kantong ditutup maka kantong-kantong
yang telah disiapkan diikatkan pada tali pancang yang diikatkan
pada jangkar dengan konstruksi yang baik dan diberi pelampung
pada beberapa titik untuk menahan posisi tanaman rumput laut
agar selalu terendam oleh air namun juga tahan terhadap
hempasan ombak yang kuat.
Keuntungan menggunakan metode kombinasi antara
kantong dan pancang antara lain dapat menggunakan bibit yang
berukuran kecil, rumput laut yang dibudidayakan terhindar dari
hama dan predator seperti ikan beronang, produktifitas rumput
laut lebih tinggi dibandingkan dengan metode dasar, dapat
digunakan pada setiap karakteristik perairan yang berombak
sedang hingga kuat. Sedangkan kekurangan metode ini terletak
pada tingginya biaya yang dibutuhkan untuk membuat konstruksi
tanam yang kuat karena harus menggunakan jaring dan pancang
45
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
baik yang berupa kayu ataupun dengan jangkar, mengingat lokasi
penanaman yang relative berombak besar, sehingga juga
memerlukan waktu yang lebih lama.

4. Teknik penanaman bibit rumput laut


Teknik penanaman bibit rumput laut diawali dari kegiatan
pengikatan bibit rumput laut yang akan ditanam. Pengikatan bibit
rumput laut dapat dilakukan di darat atau langsung dilokasi budidaya.
Pengikatan bibit rumput laut di darat lebih mengefisienkan waktu
karena dapat menggunakan tenaga kerja yang lebih banyak sehingga
bibit tidak terlalu lama berada di daratan dan terpapar sinar matahari
langsung. Pengikatan bibit rumput laut dapat dilakukan dengan sistem
borongan oleh beberapa tenaga kerja yang membantu, atau secara
gotong royong bergantian antar petani rumput laut. Kegiatan
pengikatan bibit ini juga dapat memberikan lapangan pekerjaan baru
yang sifatnya musiman bagi masyarakat pesisir. Pengikatan bibit
rumput laut ada beberapa metode tergantung dari daerah masing-
masing, karena setiap daerah punya cara yang berbeda dalam
pengikatan bibit rumput laut. Sebelum diikat bibit rumput laut
dipotong dan ditimbang terlebih dahulu. rata-rata bobot bibit yang
akan ditanam 50 - 100 gr per titik.

46
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 18. Penimbangan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut sebaiknya secara horizontal bukan


potongan miring, hal ini bertujuan untuk memperkecil penampang
thallus rumput laut yang akan terpampang langsung dengan perairan
bebas. Penampang rumput laut akan mempermudah resiko rumput laut
yang terserang penyakit, hal ini karena bibit rumput laut juga
memerlukan adaptasi pada saat penanaman. Besarnya penampang
maka akan memperbesar juga resiko rumput laut untuk infeksi akibat
sayatan.

Pengikatan bibit sebaiknya dilakukan cepat setelah bibit tersedia.


Pengikatan bibit dikenal ada tiga cara yaitu cara simpul pita, loop
pendek dan loop panjang. Masing-masing cara mempunyai kelemahan
dan kelebihan
a) Cara simpul pita biasanya menggunakan tali rafia mudah
dikerjakan tetapi tali rafia tidak tahan lama sehingga harus sering
diganti.
b) Cara loop pendek pengikatan bibit lebih kaku tetapi cara
pemasangan lebih cepat lebih kuat.
47
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
c) Cara loop panjang pengikatan bibit lebih mudah tetapi mudah
terbelit bila arus relatif besar

Penanaman bibit dilakukan segera saat bibit masih segar.


Sebelumnya bibit rumput laut dipotong-potong dan diikat dengan
menggunakan tali rafia. Hal ini dimaksudkan agar tidak berhamburan
dan mudah penanamannya. Juneidi (2004) menjelaskan bahwa cara
mengikatkan bibit rumput laut pada tali nilon di beberapa daerah tidak
sama. Masing-masing daerah memiliki kebiasaan sendiri dalam
mengikatkan bibit pada tali nilon. Beberapa teknik mengikat bibit
pada tali nilon, antara lain:
a) Membuka pilinan tali nilon dan memasukkan tali rafia 20 cm
yang dilipat dua, kemudian ujung tali rafia dimasukkan ke dalam
lipatan rafia, dan ditarik kencang. Bibit rumput laut diikatkan
dengan cara menempatkan bibit di antara lipatan dan mengikatnya
dengan simpul hidup.
b) Membuka pilinan tali nilon dan memasukkan tali rafia ke dalam
pilinan dan membuatnya terikat. Kemudian tali rafia dilingkarkan
dan buatlah terikat kencang pada tali nilon.

(a) (b)

48
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 19. Pengikatan bibit rumput laut (a) bibit langsung dimasukkan
diantara pilinan tali (b) bibit diikat dengan tali rafia dengan
posisi seimbang.

Pengikatan rumpun bibit tanaman dengan tali rafia yang terdiri


beberapa thallus dengan berat ±50 g harus cukup kuat, sehingga tidak
mudah lepas akan tetapi tidak menyebabkan putusnya thallus.
Pengikatan setiap ikat rumpun bibit pada tali ris harus kuat agar tidak
mudah lepas atau bergeser, bibit juga sebaiknya diikat dengan posisi
seimbang dan tidak bertumpuk atau terlalu banyak. Hal ini bertujuan
untuk menjaga ikatan bibit agar tidak mudah patah dan rusak.
Pengikatan bibit yang terlalu banyak dan bertumpuk juga dapat
mempengaruhi penerimaan cahaya sehingga nantinya akan
menghambat proses fotosintesis.
Bibit rumput laut yang telah terikat dan telah siap ditanam ke
laut atau tambak sebaiknya dicek terlebih dahulu untuk menghindari
bibit terlepas atau tali bentang yang kusut akibat terlalu banyak ikatan.
Penanaman rumput laut sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore
hari agar bibit rumput laut yang ditanam tidak rusak karena perubahan
suhu yang cukup tinggi. Kegiatan tanam harus dilakukan dengan hati-
hati agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kegiatan tanam adalah dimasukkannya bibit tanaman ke dalam air di
lokasi budidaya, baik dengan metode lepas dasar, rakit maupun tali
gantung. Pada metode lepas dasar penanaman dilakukan dengan
mengikat tali ris yang sudah berisi ikatan rumput tanaman pada tali ris
utama. Penanaman dapat pula dilakukan dengan megikatkan rumput
tanaman pada tali ris yang sudah terentang di lokasi budidaya akan
tetapi pekerjaan demikian dibatasi oleh keadaan pasang. Pada metode
rakit, penanaman dilakukan dengan menurunkan rakit yang sudah
berisi tanaman ke air di lokasi budidaya atau mengikatkan tali ris yang
berisi tanaman pada rakit yang sudah terpasang di laut. Pada metode

49
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
tali gantung, penanaman dilakukan dengan menggantungkan rangka
gantungan yang sudah berisi tanaman pada konstruksi yang sudah
tersedia.
Pengikatan bibit rumput laut pada media tanam pada penanaman
yang dilakukan di perairan dengan kedalaman >2 meter sebaiknya
dilakukan didaratan sehingga bibit dapat langsung diikatkan pada rakit
atau jaring yang akan digunakan. Sedangkan pada penanaman di dasar
perairan dengan perairan yang dangkal penanaman bibit rumput laut
dapat dilaksanakan langsung di lokasi budidaya.
Rakit dan jaring yang telah ditanami bibit rumput laut di darat
dapat dimasukkan atau dibawa ke lokasi penanaman rumput laut yang
telah ditentukan. Penanaman rumput laut ke lokasi budidaya pada
rakit dan jaring yang telah siap ditarik dengan bantuan kapal. Setelah
tiba di lokasi yang budidaya maka dilakukan penurunan jangkar yang
dapat terbuat dari batu atau besi yang diikatkan pada tali yang
terhubung dengan konstruksi rakit atau jaring. Jangkar biasanya
digunakan pada budidaya rumput laut yang dilakukan pada laut yang
memiliki kedalaman lebih dari 3 m, atau kedalaman yang tidak
memungkinkannya dilakukan pemancangan dengan kayu atau besi di
dasar perairan dengan penyelaman. Bila dapat dilakukan penyelaman
untuk menancapkan tiang pancang didasar perairan maka penggunaan
jangkar dapat diganti dengan tiang pancang. Penggunaan tiang
pancang biasanya digunakan pada perairan yang relatif dangkal.

50
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
(a) (b)
Gambar 20. Penanaman bibit rumput laut (a) penurunan rakit ke laut, (b)
bibit yang akan ditanam dengan metode monoline di bawa ke
lokasi budidaya.

Penanaman harus dilakukan pada keadaan laut dan cuaca yang


memungkinkan untuk bekerja dengan mudah. Pada metode lepas dasar
penanaman dilakukan pada saat air surut. Pada metode rakit
penanaman dilakukan ketika laut tidak berombak besar (tinggi
gelombang kurang dari 0,5 m). Penanaman harus dilakukan pada saat
tanaman masih segar segera setelah selesai pengikatan bibit agar
diperoleh pertumbuhan yang maksimal.
Bila jarak antara sumber bibit rumput laut dengan areal
penanaman rumput laut maka bibit dapat diangkut dengan
menggunakan perahu dengan ditutup terpal agar tidak terkena
sengatan sinar matahari secara langsung. Bibit rumput laut sebaiknya
tetap dalam keadaan basah dan hindarkan dari terkena air hujan,
minyak atau bahan kimia lainnya.

51
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
5. Teknik pemeliharaan bibit rumput laut
Pemeliharaan yang meliputi pengawasan dan perawatan baik
konstruksi tanam bibit maupun bibit sendiri harus dilakukan terus
menerus agar keberhasilan pembibitan rumput laut maksimal.
Konstruksi tanam bibit harus dipelihara dari kerusakan yang
disebabkan olah alam atau menurunnya daya tahan bahan. Ombak
besar dapat menyebabkan tercabutnya patok, jangkar serta putusnya
tali ris dan ris utama.
Perawatan terhadap fasilitas dan bibit dilaksanakan dengan
pengamatan secara berkala. Setiap kerusakan yang terjadi karena
pengaruh angin dan ombak, seperti kerusakan konstruksi atau posisi
rakit, tali yang kendor atau putus, segera diperbaiki. Pembersihan
terhadap sampah atau berbagai penempel pada rakit maupun pada
bibit rumput laut juga dilaksanakan pada kesempatan yang sama, dan
dianana perlu bibit yang rusak atau terlepas dari ikatannya diganti
dengan yang baru. Pengamatan dan perawatan dilaksanakan dengan
frekuensi antara 2 × 1 minggu sampai 1 × 2 minggu.
Menurunnya daya tahan bahan menyebabkan patahnya patok,
rakit atau putusnya tali ris atau ris utama. Dalam rangka pemeliharaan
maka harus dilakukan pengawasan setiap hari dan perbaikan terhadap
bagian-bagian yang rusak segera dilakukan. Tertundanya perbaikan
menyebabkan kerugian lebih besar karena makin banyaknya tanaman
yang hilang. Pada budidaya Gracillaria di tambak diperlukan
perawatan pintu-pintu saluran air agar pergantian air dapat dengan
mudah dilakukan. Hal-hal yang harus dilakukan dalam perawatan
adalah:
a) Bersihkan tanaman dari tumbuhan dan lumpur yang mengganggu,
sehingga tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari dan
mendapatkan makanan.
b) Jika ada sampah yang menempel, angkat tali perlahan, agar
sampah-sampah yang menyangkut bisa larut kembali.
52
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
c) Jika ada tali bentangan yang lepas ikatannya, sudah lapuk atau
putus,  segera diperbaiki dengan cara megencangkan ikatan atau
mengganti dengan tali baru.
d) Waspadai penyakit ice-ice, yaitu adanya tanda bercak-bercak
putih pada rumput laut. Jika ada tanda tersebut, tanaman harus
dibuang, karena dapat menularkan penyakit pada tanaman
lainnya. Kalau dibiarkan, tanaman akan kehilangan warna sampai
menjadi putih dan akhirnya mudah putus.
e) Untuk menghindari penyakit ice-ice, lakukan monitoring terhadap
setiap tanaman, sehingga jika ada tanaman memutih bisa
dilakukan pemotongan. Cara lain menghindari penyakit ice-ice
adalah dengan menurunkan posisi tanaman lebih dalam untuk
mengurangi panetrasi banyaknya sinar matahari, karena penyakit
ini biasanya terjadi pada daerah pertanaman yang terlalu tinggi
dengan permukaan air. Karena itu disarankan agar tanaman
berada 1 meter dibawah permukaan air.
f) Hama rumput laut yang harus diwaspadai antara lain adalah : (a).
Larva bulu babi (Tripneustes sp) bersifat planktonik yang
melayang-layang di dalam air, lalu menempel pada tanaman.  (b).
Teripang (Holothuria sp) mula-mula menempel dan menetap pada
rumput laut, lalu membesar dan dapat memakan rumput laut
dengan menyisipkan ujung cabang rumput laut ke dalam mulut.
Walaupun hama tersebut pengaruhnya kecil menyerang pada areal
budidaya yang cukup luas, namun tetap perlu diwaspadai. Untuk
menghindarinya, bisa dilakukan pemasangan jaring pada keliling
areal tanaman.

Agar pertumbuhan Gracillaria di tambak memberikan hasil yang


maksimal diperlukan penggantian air dan pemupukan secara teratur.
Penggantian air tambak sebanyak 60% dilakukan setiap 15 hari sekali
waktu bulan baru dan bulan purnama. Pemupukan dilakukan setiap 15
53
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
hari sekali sesaat sesudah penggantian air. Pupuk yang digunakan
adalah campuran urea, TSP dan ZA dengan perbandingan 1:1:1 dan
jumlahnya 20 kg/ha tiap kali pemupukan. Ada juga petani yang
membuat perbandingan campuran 2:1:1 dengan jumlah 100kg/ha.
Penyakit pada bibit rumput laut pertama kali diketahui pada
tahun 1974 di Filipina dengan gejala yang dilaporkan adanya bercak
pada thallus yang terinfeksi selanjutnya berwarna putih dan mati
kemudian hancur. Penyakit ini menyerang Eucheuma spp, terutama
disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan arus, suhu, kecerahan,
dll dilokasi budidaya dan berjalan dalam waktu yang cukup lama.
Penyakit pada rumput laut ini terjadi di daerah-daerah dengan
kecerahan tinggi dan dikenal sebagai ice-ice dengan gejala timbulnya
bercak-bercak pada bagian thallus, lama kelamaan akan kehilangan
warna sampai menjadi putih dan terputus. Kondisi ini disebabkan
karena adanya perubahan lingkungan yang ekstrim dan tidak dapat
ditolerir, sehingga tanaman menjadi lemah (tidak sehat). Bila keadaan
ini terus berlanjut, maka akan mengakibatkan kegagalan panen.
Bercak putih (ice-ice) merupakan penyakit yang timbul pada musim
laut tenang dan arus lemah diikuti dengan musim panas yang dapat
merusak areal tanaman sampai mencapai 60-80% dan lamanya 1-2
bulan (Sulistijo, 2002)
Dari beberapa hasil penelitian tentang penyakit ice-ice, maka
gagalnya musim panen di duga dapat disebabkan karena;
a) Nelayan tidak menghentikan sementara kegiatan budidayanya
pada saat penyakit mewabah
b) Banyaknya predator ikan herbivore yang ukurannya relative kecil
(5-10 cm) seperti ikan marga Siganus sp dan Pomacentris sp pada
saat rumput laut mengalami stress. Ikan-ikan tersebut memakan
tunas-tunas yang tumbuh pada thalli serta memakan bagian thalli
dan kerugian yang diakibatkan tidak cukup berarti, namun pada

54
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
bagian yang luka pada musim yang tidak menguntungkan mudah
terinfeksi oleh bakteri ice-ice.
c) Sanitasi lingkungan yang tidak bersih (banyak sampah) juga
merupakan salah satu kontribusi melimpahnya bakteri di sekitar
budidaya.
d) Tidak adanya antisipasi pergantian musim yang dapat memicu
terjangkitnya penyakit ice-ice.
e) Bibit yang digunakan selama bertahun-tahun tidak diganti dengan
bibit yang segar dari luar daerah, sehingga bakteri dapat mudah
beradaptasi dengan kondisi fisiologis rumput laut

f) Perlunya perhatian dalam menghadapi timbulnya penyakit ice-ice


dapat melalui beberapa cara, yaitu hindari budidaya rumput laut
satu sampai dua minggu menjelang musim kemarau (musim
dimana penyakit mulai muncul setelahnya algae filament
blooming) dan istirahat selama 1-2 bulan untuk membersihkan tali
atau rakit, setelah itu baru menanam. Kemudian perhatikan juga
waktu tanam/bulan tanam yang ideal yaitu pada akhir musim
hujan. Penyegaran bibit dari luar daerah, artinya bibit lokal jangan
digunakan lagi setelah bibit yang diambil dari hasil panen tiga
kali berturut-turut. Perhatikan juga lokasi budidaya, termasuk
didalamnya salinitas, kecerahan/ kebersihan, predator, unsure
hara, arus dan bebas dari ombak yang besar. Dalam jangka
panjang juga perlu adanya penelitian bibit unggul secara
biomolekuler agar memperoleh tanaman yang cepat tumbuh,
thallusnya besar, mutu fikokoloidnya baik dan tahan terhadap
goncangan lingkungan maupun penyakit.

55
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 21. Bibit rumput laut yang terserang ice-ice

6. Parameter keberhasilan pengembangan produksi bibit


rumput laut
Parameter yang dapat menunjukkan keberhasilan kegiatan
pembibitan rumput laut adalah laju pertumbuhan thallus bibit rumput
laut. Pada pembibitan dengan spora jumlah karpospora yang
dihasilkan dan perkembangan karpospora hngga menjadi thallus juga
dapat dihitung untuk membandingkan keberhasilan pembibitan
dengan perkembangan spora.
Pertumbuhan thallus hasil pembibitan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
a) Pertumbuhan mutlak, perhitungan pertumbuhan mutlak
dilakuan untuk mengetahui selisih total dan pertambahan
biomassa rumput laut yang telah ditanam. Penimbangan
dilakukan pada kondisi rumput laut basah.
W = Wt – Wo
Keterangan :
W = Pertambahan bobot rumput laut
Wt = Bobot akhir rumput laut

56
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Wo = bobot awal rumput laut

b) Laju pertumbuhan harian, perhitungan laju pertumbuhan harian


bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan rumput laut yang
terjadi setiap harinya, semakin tinggi laju pertumbuhan harian
menunjukkan pertumbuhan rumput laut semakin baik.

Wt−Wo
G=
t
Keterangan :
G = Laju pertumbuhan harian (g/hari)
Wt = bobot akhir rumput laut (g)
Wo = bobot awal rumput laut (g)
t = lama pemeliharaan (hari)

c) Laju pertumbuhan harian spesifik (Spesific Growt Rate/


SGR), perhitungan ini banyak digunakan untuk skala penelitian
karena menggunakan perhitungan eksponensial sehingga akan
didapat nilai pertumbuhan yang lebih spesifik.

Keterangan :
G = Laju pertumbuhan dalam persen per hari
Wn = Berat tanaman sesudah n hari
Wo = Berat tanaman awal
N = Lama pemeliharaan (hari)

d) Produksi rumput laut, perhitungan hasil produksi rumput laut


dilakukan untuk mengetahui hasil panen keseluruhan yang
57
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
diperoleh dan tingkat efisiensi produksi rumput laut yang
dibudidayakan.

( Wt−Wo ) x B
Pr ¿
A
Keterangan :
Pr = Produksi biomasa rumput laut (g/m)
Wt = Bobot akhir rumput laut (g)
Wo = Bobot awal rumput laut (g)
B = Panjang tali (m)
A = Jumlah titik tanam

7. Evaluasi kegiatan pengembangan produksi bibit rumput


laut
Evaluasi merupakan salah satu rangkaian manajemen yang harus
dilaksanakan, baik evaluasi proses atau monitoring maupun evaluasi
hasil atau dampak. Suatu kegiatan tanpa evaluasi, tidak akan diketahui
kelemahan maupun kelebihan dalam suatu proses usaha, dengan
evaluasi maka semua tahapan dalam suatu usaha dapat kiranya
diketahui tahapan mana yang masih lemah dan tahapan mana saja
yang sudah baik sesuai dengan rencana.
Evaluasi adalah kegiatan yang penting, karena evaluasi
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian suatu
pekerjaan baik dari sisi teknis, sosial, ekonomi maupun dari sisi
keuangan dan mentalitas dari pengelola sebuah usaha. Secara
keseluruhan evaluasi kegiatan bertujuan untuk :
a) Menilai apakah realisasi kegiatan usaha tani sesuai dengan
rencana kegiatan usaha tani. Dari hasil penilaian ini maka lebih
rinci diketahui potensi usaha dan kemajuan usaha.
b) Berupaya mencari penyebab dari adanya ketidaksesuaian antara
rencana dengan realisasi kegiatan usaha.
58
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
c) Merumuskan atau memutuskan tindakan untuk solusi agar
realisasi kegiatan sesuai dengan rencana yang sekaligus sebagai
pengembangan kegiatan yang lebih menguntungkan usaha. Dalam
hal ini dapat diputuskan langkah perbaikan dan pengembangan
usaha serta dapat ditetapkan target usaha selanjutnya.

Kegiatan evaluasi pembibitan rumput laut dapat dimulai dari


pengumpulan data baik data primer yang diperoleh dari sampling
lapangan berisi tentang parameter-parameter keberhasilan pembibitan
seperti laju pertumbuhan bibit rumput laut, jumlah pelepasan
karpospora, perkembangan karpospora serta derajat kelulushidupan
karpospora. Data primer yang diperoleh dapat didukung dengan data
sekunder berupa kualitas air dan foto atau dokumentasi pelaksanaan
kegiatan. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis hasilnya
untuk memperoleh rekomendasi dan penyusunan laporan kegiatan
sehingga dapat bermanfaat sebagai rekaman yang digunakan sebagai
upaya perbaikan kegiatan berikutnya atau rekaman kegiatan.

8. Penyusunan laporan pengembangan produksi bibit rumput


laut
Laporan adalah suatu bentuk peyampaian berita, keterangan,
pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun
tertulis dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada
pada penyusun. Laporan juga merupakan cara komunikasi dari pihak
yang satu kepada pihak yang lain. Laporan selain bentuk
pertanggungjawaban juga dapat digunakan sebagai landasan
pengambilan keputusan atau kebijakan pihak berwenang serat
merupakan alat pengawasan terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Laporan juga dapat berperan sebagai dokumen bahan studi dan
pengalaman bagi orang lain.

59
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Laporan dapat dibuat dengan ketentuan-ketentuan tertentu antara lain :
a) Jelas, laporan yang baik harus jelas dalam pemakaian bahasa,
istilah, maupun penggunaan kalimat yang mudah dipahami dan
dimengerti oleh pembaca
b) Tepat sasaran, penggunaan kata dan kalimat penyusunan laporan
sebaiknya tegas dan tidak bertele-tele serta mampu menjawab
tujuan dilaksanakannya kegiatan yang dilakukan serta tujuan
pelaporan
c) Lengkap, permasalahan yang dibahas dan dilaporkan sebaiknya
terselesaikan sehingga tidak menimbulkan tanda tanya.
Pembahasan urutan sesuai dengan prioritas yang harus
diselesaikan.
d) Tepat waktu dan cermat, dalam penyampaian laporan kepada
pihak yang membutuhkan sebaiknya dapat dilakukan sesuai
jadwal yang telah ditentukan, sehingga dalam penyusunan laporan
sebaiknya segera dilaksanakan setelah kegiatan selesai tanpa
menunda waktu.
e) Tetap, data yang disampaikan dalam laporan bersifat tetap dan
akurat sesuai perkembangan waktu dan keadaan, sehingga
terkadang ada laporan sementara dan laporan akhir. Laporan
sementara merupakan penyampaian data yang diperoleh pada saat
kegiatan masih berjalan dikenal juga sebagai progress report,
sedangkan laporan akhir dibuat setelah kegiatan selesai dan
merupakan laporan pertanggungjawaban.
f) Objektif dan factual, penyusunan laporan harus berasarkan fakta
yang bisa dibuktikan kebenarannya dan dibuat secara objektif.

Laporan merupakan hal yang sangat penting sehingga


pembuatan laporan haruslah tepat, adapun ketepatan tersebut harus
melalui prosedur-prosedur yang tepat pula di mana prosedur
pembuatan laporan mencakup tujuh pokok langkah sebagai berikut :
60
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
a) Pengumpulan data dan fakta
Laporan yang tepat adalah laporan yang lengkap data yang
dibutuhkan maupun memuat fakta yang akurat, misalnya data dan
fakta mengenai hasil analisis data primer dan sekunder pada
kegiatan pembibitan yang telah dilakukan.
b) Pemindahan tabulating/ analisis data dan fakta
Setelah melakukan pengumpulan data secara acak atau kasar
mengenai observasi atau penelitian yang dilakukan maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pemilihan data dan fakta tersebut.
Data yang telah diolah dan dianalisis dapat dirubah bentuknya
menjadi grafik, table maupun gambar yang dapat mempermudah
visualisasi atau pendeskripsian data.
c) Membuat kerangka laporan
Pembuatan kerangka laporan sangat diperlukan karena dalam
kerangka ini termasuk juga didalamnya pemaparan mengenai bab-
bab laporan yang dibuat ataupun inti masalah yang dirangkum
dalam suatu laporan.

Pada dasarnya kerangka laporan mencakup 4 bagian pokok yaitu :


Pertama : Pendahuluan
Dengan melihat isi pendahuluan pembaca bisa mengetahui :
a) Maksud dan tujuan pembuatan laporan.
b) Masalah yang akan dibahas.
c) Batasan masalah.
d) Sistematika penulisan laporan.
e) Pendekatan penyelesaian yang digunakan.

Kedua : Tubuh Laporan


Dalam tubuh laporan inilah yang merupakan pembahasan maupun
penyelesaian masalah yang dikemukakan,karena :

61
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
a) Di dalamnya terpapar segala data dan fakta yang telah dipisah-
pisahkan menurut kepentingan penyelesaian.
b) Terdapat analisa si pelapor.
c) Terdapat hasil penyelesaian masalah dan kemudian ditarik
kesimpulan dan saran dari si pelapor.

Biasanya bagian tubuh laporan ini yang merupakan bagian terpanjang


dari keseluruhan laporan, oleh karenanya bagian ini biasanya terbagi-
bagi lagi menjadi beberapa bagian, misalnya terdiri dari :
a) Permasalahan.
b) Batasan masalah.
c) Hipotesa.
d) Latar belakang teori.
e) Bagian (part).
f) Bab-bab (chapters).
g) Sub bab-sub bab (section) dan sebagainya.

Ketiga : Saran-saran
Saran-saran disini sudah terangkum semua penyelesaian masalah
secara tegas tanpa memberikan alternatif-alternatif pilihan lagi.
Biasanya pada laporan survei, saran-saran tersebut dimasukkan ke
dalam tiap akhir uraian pada tiap-tiap akhir bab atau bisa juga dapat
sekaligus disatukan sebagai bab terakhir dari seluruh laporan.

Keempat : Konklusi dan Penutup


Konklusi dan penutup sebagai logika dari hubungan korelasi antara
data, fakta dan analisa. Adapun konklusi ini bisa juga dijadikan
kedalam satu bab dengan bab saran-saran karena saran-saran tersebut
merupakan pencerminan kesimpulan yang jelas tanpa pemberian
alternatif lagi. Sedangkan pada penutup disamping tercermin
penegasan logika juga berupa penegasan saran-saran atau harapan
62
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
penyempurnaan kegiatan-kegiatan selanjutnya serta implementasi dan
follow up dari semua ide-ide yang terpapar.

Kelengkapan laporan dapat dibuat berdasarkan kebutuhan. Laporan


juga sebaiknya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan apa (what),
mengapa (why), siapa (who), dimana (where), kapan (when),
bagaimana (how).

D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi
kelompok, praktikum dan presentasi kelompok hasil diskusi dan yang
telah dipraktekkan. Kegiatan pembelajaran juga dapat menggunakan
model project based learning sehingga peserta diklat diminta untuk
mampu membuat projek pembibitan ruput laut baik dengan metode
fragmentasi maupun spora. Langkah-langkah pembelajaran dengan
model project based learning dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut

Berdasarkan bagan di atas, kegiatan yang harus dilakukan pada setiap


langkah PBL adalah sebagai berikut:

63
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
a. Penentuan proyek, peserta diklat menentukan tema/topik proyek
berdasarkan tugas proyek pilihan. Pilihan judul projek kelompok
adalah :
1) Pembibitan rumput laut dengan metode fragmentasi
2) Pembibitan rumput laut dengan metode perkembangan spora
b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek, peserta diklat
merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari
awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan
proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek,
pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas
proyek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung
penyelesaian tugas proyek, dan kerja sama antar anggota
kelompok.
c. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, peserta diklat di bawah
pendampingan fasilitator melakukan penjadwalan semua kegiatan
yang telah dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus
diselesaikan tahap demi tahap.
d. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring fasilitator,
langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan
proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam
kegiatan proyek di antaranya adalah dengan a) membaca, b)
meneliti, c) observasi, d) interviu, e) merekam, f) berkarya seni,
g) mengunjungi objek proyek, atau h) akses internet. Fasilitator
bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta diklat dalam
melakukan tugas proyek mulai proses hingga penyelesaian
proyek. Pada kegiatan monitoring, Fasilitator membuat rubrik
yang akan dapat merekam aktivitas peserta diklat dalam
menyelesaikan tugas proyek.
e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek Hasil
proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis,
64
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan
dan/atau dipublikasikan kepada peserta diklat yang lain dan
fasilitator
f. Evaluasi proses dan hasil proyek, fasilitator dan peserta diklat
pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas proyek
dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap
evaluasi, peserta diklat diberi kesempatan mengemukakan
pengalamannya selama menyelesaikan tugas proyek yang
berkembang dengan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama
menyelesaikan tugas proyek.

Alternatif kegiatan pembelajaran dapat dilaksnakan kegiatan praktek


dengan menggunakan lembar kerja siswa sebagai berikut :

Lembar Kerja Siswa I. Memilih bibit rumput laut


Tujuan : Peserta diklat mampu menentukan bibit
rumput laut yang baik sesuai dengan kriteria
Alat dan bahan :
1. Wadah plastik
2. Bibit rumput laut
3. Kantong plastik
4. Karet gelang
5. Air laut
6. Oksigen
7. Timbangan
8. Sarung tangan plastik
9. Desinfektan
10. ATK (pinsil, buku gambar,penghapus)

65
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Keselamatan kerja :
1. Kenakan pakaian praktek dan gunakan sarung tangan jika
memegang bahan-bahan yang bersifat keras.
2. Hati-hati dalam menggunakan peralatan listrik dan melakukan
kegiatan .

Langkah kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan tersebut!
2. Bersihkan terlebih dahulu wadah untuk meletakkan bibit rumput
laut dengan desinfektan !
3. Lakukan pemilihan bibit rumput laut berdasarkan morfologi
thallus, pilihlah thallus yang masih muda, segar, keras, tidak layu
dan kenyal !
4. Ambillah thallus dengan menggunakan tangan yang telah bersih
agar rumput laut tidak terkontaminasi dengan bakteri, sebaiknya
gunakan sarung tangan plastik !
5. Letakkan thallus yang telah dipilih kedalam wadah plastik yang
berisi air laut dan wadah tersebut harus terlindungi dari sinar
matahari !
6. Timbanglah bibit yang telah dipilih dan lakukan pencatatan
sebagai data dasar tentang jumlah bibit !

Lembar Kerja siswa II. Menanam bibit rumput laut di laut


Tujuan : Peserta diklat diharapkan mampu melakukan
penanaman bibit rumput laut di laut
Alat dan bahan :
1. Tali nilon/PE
2. Botol air minum
3. Pelampung bola
4. Pelampung kapsul
5. Pemberat
66
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
6. Sweevel
7. Jaring net size 2,5 cm
8. Coban
9. Gunting
10. Bibit Eucheuma sp

Keselamatan kerja :
1. Kenakan pakaian praktek dan sarung tangan jika memegang
bahan-bahan yang bersifat keras dan tajam.
2. Hati-hati dalam melakukan kegiatan penanaman.

Langkah kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan !
2. Tentukanlah metoda penanaman rumput laut yang akan
diterapkan dalam menanam rumput laut di laut !
3. Buatlah media penanaman rumput laut sesuai dengan metoda
yang sudah ditetapkan !
4. Lakukan penimbangan bibit rumput laut sesuai dengan kebutuhan
dan tanam pada media yang sudah disiapkan sesuai dengan
persyaratan !
5. Letakkan media tanam tersebut di areal lokasi budidaya yang
telah ditentukan !

Lembar Kerja siswa III. Menanam bibit rumput laut di tambak


Tujuan : Peserta diklat diharapkan mampu menanam
bibit rumput laut
Alat dan bahan :
1. Bibit Gracilaria sp
2. Timbangan
3. Areal penanaman rumput laut
4. Tali nilon/PE
67
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
5. Tali rafia
6. Pelampung (botol air minum)

Keselamatan kerja :
1. Kenakan pakaian praktek dan sarung tangan jika memegang
bahan-bahan yang bersifat keras dan tajam.
2. Hati-hati dalam melakukan kegiatan penanaman.

Langkah kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan !
2. Tentukanlah metoda penanaman rumput laut yang akan
diterapkan dalam menanam rumput laut di tambak !
3. Buatlah media penanaman rumput laut sesuai dengan metoda
yang sudah ditetapkan !
4. Lakukan penimbangan bibit rumput laut sesuai dengan kebutuhan
dan tanam pada media yang sudah disiapkan sesuai dengan
persyaratan !

Lembar Kerja IV. Pengamatan kualitas air


Tujuan : Peserta diklat diharapkan mampu melakukan
pengamatan kualitas air pada kegiatan
pengembangan produksi bibit rumput laut
Alat dan bahan :
1. Thermometer air
2. Secchidisk
3. DO meter
4. pH meter/ pH paper
5. Refraktometer
6. Bola arus
7. Penggaris/ meteran/ tali kedalaman
8. Alat tulis
68
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Keselamatan Kerja :
1. Gunakan pakaian kerja saat melakukan kegiatan di lapangan
2. Lakukan kegiatan dengan berhati-hati
Langkah kerja :
1. Tentukan beberapa titik sampling yang dapat mewakili kualitas
air di lokasi budidaya rumput laut.
2. Ukur kualitas air di lokasi budidaya antara lain suhu, kedalaman,
kecerahan, O2 terlarut (DO), pH, salinitas, ketinggian rumput laut
dari permukaan air.
3. Catat semua parameter kualitas air yang telah diukur.
4. Lakukan pengukuran kualitas air pada waktu yang berbeda (pagi,
siang, sore atau saat pasang dan surut air laut) untuk mengetahui
perbedaan fluktuasi harian kualitas air.

Lembar Kerja V. Pengukuran pertumbuhan rumput laut


Tujuan : Peserta diklat diharapkan mampu mengukur
pertumbuhan rumput laut dan memprediksi hasil
produksi bibit rumput laut
Alat dan bahan :
1. Bibit rumput laut
2. Rumput laut siap panen
3. Konstruksi tanam rumput laut
4. Keranjang
5. Pisau
6. Timbangan
7. Alat tulis

Keselamatan Kerja :
1. Gunakan pakaian kerja saat melakukan kegiatan di lapangan
2. Lakukan kegiatan dengan berhati-hati
69
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Langkah kerja :
1. Timbang bibit rumput laut yang akan ditanam, untuk masing-
masing titik tanam
2. Lakukan penanaman bibit rumput laut dengan metode dan pada
lokasi yang telah ditentukan
3. Peliharalah bibit rumput laut yang telah ditanam dengan baik
hingga rumput laut siap di panen atau kira2 berusia 35 hari
4. Timbanglah rumput laut yang telah dipanen untuk masing-masing
titik tanam
5. Hitunglah laju pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan
sesuai rumus yang telah ditentukan.

Lembar Kerja VI. Perawatan bibit rumput laut dan konstruksi


tanam
Tujuan : Peserta diklat diharapkan mampu merawat
bibit rumput laut dan konstruksi tanam
Alat dan bahan :
1. Pakaian lapangan
2. Gunting
3. Tali
4. Pisau atau golok
5. Wadah penampungan

Keselamatan Kerja :
1. Gunakan pakaian kerja saat melakukan kegiatan di lapangan
2. Lakukan kegiatan dengan berhati-hati

Langkah kerja :
1. Perhatikan dan amati setiap saluran air yang masuk dan keluar
tambak budidaya rumput laut.

70
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
2. Bila terjadi penyumbatan akibat kotoran, bersihkan saluran air
hingga tidak mengganggu pertukaran air tambak.
3. Perhatikan konstruksi tanam rumput laut yang dilakukan
ditambak, bila rumput laut yang ditanam terhalang oleh lumpur
maka bersihkan rumput laut dengan menggoyang-goyang tali atau
konstruksi tanam. Bila terdapat kotoran atau tumbuhan epifit atau
hama maka buang kotoran dari area penanaman rumput laut.
4. Bila terdapat konstruksi tanam yang rusak maka sebaiknya segera
diperbaiki.

E. Rangkuman
Pada kegiatan pengembangan produksi bibit rumput laut yang
dilakukan dilapangan baik di laut maupun ditambak, terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya seperti faktor
ekologis (ketersediaan bibit, salinitas, suhu, nutrien, pH, kondisi dasar
perairan, dsb) dan faktor lain seperti jarak tanam, metode penanaman
dan penanganan bibit rumput laut.
Persiapan sarana dan prasarana budidaya rumput laut
dilaksanakan tergantung pada penentuan lokasi budidaya, penentuan
metode budidaya yang akan digunakan, penentuan jenis rumput laut
yang akan dibudidayakan sesuai lokasi dan metode yang digunakan
serta pemenuhan peralatan budidaya, serta penyediaan bibit rumput
laut yang akan ditanam sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan, metode-
metode budidaya rumput laut di lapangan dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu: metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.
Sedangkan jika berdasarkan teknologinya, metode penanaman bibit
rumpu laut dapat dikelompokkan menjadi metode tebar, metode rakit,
metode pancang/patok, metode kantong, serta metode kombinasi.
Pemeliharaan yang meliputi pengawasan dan perawatan baik
konstruksi budidaya maupun tanaman harus dilakukan terus menerus
71
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
agar keberhasilan budidaya maksimal. Konstruksi budidaya harus
dipelihara dari kerusakan yang disebabkan olah alam atau
menurunnya daya tahan bahan. Ombak besar dapat menyebabkan
tercabutnya patok, jangkar serta putusnya tali ris dan ris utama. Pada
budidaya Gracillaria di tambak diperlukan perawatan pintu-pintu
saluran air agar pergantian air dapat dengan mudah dilakukan.
Parameter keberhasilan pengembangan produksi bibit rumput laut
adalah dengan menghitung laju pertumbuhan bibit rumput laut serta
produksi yang telah dihasilkan.

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Isilah pernyataan berikut ini sebagai refleksi pembelajaran!


1. Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda
peroleh dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap?

__________________________________________________

__________________________________________________

2. Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut,


jika ya apa manfaat yang anda peroleh? jika tidak mengapa?

__________________________________________________

__________________________________________________

3. Apa yang anda rencanakan untuk mengimplementasikan


pengetahuan, keterampilan dan sikap dari apa yang telah anda
pelajari?

72
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
__________________________________________________

__________________________________________________

4. Apa yang anda harapkan untuk pembelajaran berikutnya?

__________________________________________________

__________________________________________________

G. Kunci Jawaban

Setelah anda mencoba mengerjakan latihan diatas, coba anda cek


kembali jawaban anda dengan kunci jawaban dibawah ini!

1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


dan kehidupan bibit rumput laut!
Jawaban :
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kehiduan bibit rumput laut antara lain :
a. Faktor ekologis sebagai media hidup rumput laut, faktor ini
merupakan syarat hidup bibit rumput laut yang paling penting
untuk diperhatikan. Parametr-parameter ekologis tersebut antara
lain ketersediaan bibit alam, kondisi dasar perairan, gerakan air
(arus, gelombang), kedalaman perairan, kecerahan, salinitas,
suhu, oksigen terlarut, derajat keasaman, substrat, nutrien dan
grazing.
b. Faktor internal seperti jenis rumput laut, galur, bagian thallus
rumput laut dan umur

73
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
c. Faktor pengelolaan seperti pemeliharaan, jarak tanam serta
metode penanaman bibit

2. Jelaskan sarana prasarana yang digunakan dalam kegiatan


penanaman dan pemeliharaan bibit rumput laut beserta
fusngsinya masing-masing!
Jawaban :
Sarana prasarana yang biasa digunakan pada kegiatan
penanaman dan pemeliharaan bibit rumput laut yang dilakukan di laut,
antara lain :
a. Pisau/gunting, digunakan untuk memotong thallus rumput laut
yang akan digunakan sebagai bibit
b. Sarung tangan, digunakan sebagai perlengkapan pelinung jika
berhubungan dengan benda tajam (sebagai peralatan keselamatan
kerja)
c. Keranjang, digunakan sebagai wadah seleksi thallus rumput laut
yang akan dijadikan bibit dan yang tidak dijadikan bibit (dipanen)
d. Golok, digunakan untuk membuat unit penanaman bibit rumput
laut
e. Palu, digunakan untuk membuat unit penanaman bibit jika
menggunakan metode tancap/patok
f. Tali pengikat, digunakan untuk mengikat bibit rumput laut.
g. Lilin dan api, digunakan dalam pembuatan simpul pengikatan tali
h. Wadah pencuci, digunakan sebagai wadah penampungan bibit
dan pencucian bibit rumput laut yang terseleksi
i. Terpal, digunakan sebagai pelindung dan alas duduk dari panas
matahari jika proses seleksi dilakukan dilapangan.
j. Unit pemeliharaan rumput laut, digunakan sebagai unit
penanaman bibit rumput laut dilapangan, disesuaikan dengan
metode penanaman bibit yang dipilih seperti : bambu, patok kayu,

74
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
jaring, tali utama (Poliethilene), tali ris, pelampung, bendera
sebagai penanda, pemberat/jangkar.
k. Perahu, digunakan sebagai sarana transportasi penenaman dan
pemeliharaan bibit yang dibudidayakan di laut.

Sarana dan prasarana yang digunakan dalam penanaman bibit rumput


laut di tambak antara lain :
a. Bibit rumput laut yang akan dikembangkan ±100 gr/ titik
b. Gunting/pisau untuk memotong bibit dan tali
c. Golok untuk memotong patok kayu atau bambu
d. Meteran untuk mengukur kebutuhan panjang tali dan area
penanaman
e. Tali rafia untuk mengikat bibit rumput laut
f. Tali utama (multifilament polyethylene/PE) ukuran 6 mm yang
menghubungkan patok dengan patok
g. Tali ris bentang (multifilament polyethylene/PE) ukuran 4 mm
sebagai tempat mengikat bibit rumput laut
h. Patok kayu atau bambu berdiameter minimal 5 cm
i. Palu untuk menancapkan patok kayu atau bambu
j. Keranjang untuk menampung bibit rumput laut yang akan
ditanam
k. Lilin dan api untuk menumpulkan tali PE

3. Menurut anda metode penanaman bibit rumput laut yang


paling baik adalah menggunakan metode apa? Jelaskan
alasannya!
Jawaban :
Metode penanaman bibit rumput laut yang dapat digunakan
dalam produksi bibit rumput laut antara lain :

75
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
a. Metode kantong/ jarring yang dilakukan pada dasar, lepas dasar
ataupun apung baik yang dilakukan dengan horizontal maupun
vertical. Hal ini disebabkan karena dengan metode kantong/jaring
bibit rumput laut yang berukuran kecil dapat terlindung dari
hempasan ombak ataupun arus. Bibit rumput laut juga relative
terlindung dari hama yang senang mengkonsumsi rumput laut.
b. Metode lepas dasar dengan tali juga dapat digunakan pada
pembibitan rumput laut. metode ini dilakukan pada area pesisir
atau pasang surut sehingga relative memerlukan biaya yang tidak
mahal dan mudah dalam pengontrolan hasil pembibitan.
c. Metode apung dengan teknik tali tunggal atau rakit apung juga
dapat dilakukan dalam kegiatan pembibitan.

4. Jelaskan teknik penanaman bibit rumput laut yang diakukan


di laut!
Jawaban :
Teknik penanaman bibit rumput laut diawali dari kegiatan
pengikatan bibit rumput laut yang akan ditanam. Pengikatan bibit
rumput laut dapat dilakukan di darat atau langsung dilokasi budidaya.
Pengikatan bibit rumput laut ada beberapa metode tergantung dari
daerah masing-masing, karena setiap daerah punya cara yang berbeda
dalam pengikatan bibit rumput laut. Sebelum diikat bibit rumput laut
dipotong dan ditimbang terlebih dahulu. rata-rata bobot bibit yang
akan ditanam 50 - 100 gr per titik.
Bibit rumput laut yang telah terikat dan telah siap ditanam ke
laut atau tambak sebaiknya dicek terlebih dahulu untuk menghindari
bibit terlepas atau tali bentang yang kusut akibat terlalu banyak ikatan.
Penanaman rumput laut sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore
hari agar bibit rumput laut yang ditanam tidak rusak karena perubahan
suhu yang cukup tinggi. Kegiatan tanam harus dilakukan dengan hati-
hati agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
76
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Kegiatan tanam adalah dimasukkannya bibit tanaman ke dalam air di
lokasi budidaya, baik dengan metode lepas dasar, rakit maupun tali
gantung.
Rakit dan jaring yang telah ditanami bibit rumput laut di darat
dapat dimasukkan atau dibawa ke lokasi penanaman rumput laut yang
telah ditentukan. Penanaman rumput laut ke lokasi budidaya pada
rakit dan jaring yang telah siap ditarik dengan bantuan kapal. Setelah
tiba di lokasi yang budidaya maka dilakukan penurunan jangkar yang
dapat terbuat dari batu atau besi yang diikatkan pada tali yang
terhubung dengan konstruksi rakit atau jaring. Bila dapat dilakukan
penyelaman untuk menancapkan tiang pancang didasar perairan maka
penggunaan jangkar dapat diganti dengan tiang pancang. Penggunaan
tiang pancang biasanya digunakan pada perairan yang relatif dangkal.

5. Jelaskan alasan mengapa diperlukan kegiatan pemeliharaan


bibit rumput laut!
Jawaban :
Pemeliharaan yang meliputi pengawasan dan perawatan baik
konstruksi tanam bibit maupun bibit sendiri harus dilakukan terus
menerus agar keberhasilan pembibitan rumput laut maksimal.
Konstruksi tanam bibit harus dipelihara dari kerusakan yang
disebabkan olah alam atau menurunnya daya tahan bahan. Ombak
besar dapat menyebabkan tercabutnya patok, jangkar serta putusnya
tali ris dan ris utama.

6. Jelaskan manfaat penghitungan parameter keberhasilan


pengembangan bibit rumput laut!
Jawaban :
Perhitungan parameter keberhasilan pengembangan bibit rumput
laut merupakan suatu parameter keberhasilan kegiatan pemibitan,
melalui pengumpulan data pertumbuhan, laju pertumbuhan hingga
77
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
hasil produksi rumput laut yang diperoleh. Hasil pengumpulan data
dapat dianalisis untuk memperoleh suatu rekomendasi atau
kesimpulan keberhasilan. Hasil analisis dapat dikembangkan untuk
perhitungan analisa usaha ataupun kelayakan usaha pembibitan
rumput laut yang juga dapat dijadikan suatu acuan dalam proses
evaluasi kegiatan dan pelaporan.

78
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan

Anda mungkin juga menyukai