A. Tujuan
C. Uraian Materi
7
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
1. Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan Produksi Bibit
Rumput Laut
Pada kegiatan pengembangan produksi bibit rumput laut yang
dilakukan dilapangan baik di laut maupun ditambak, terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
a. Faktor ekologis sebagai media hidup rumput laut
Tiap spesies alga memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap
faktor-faktor ekologis. Dalam melakukan budidaya, faktor ekologis
suatu lokasi merupakan faktor terpenting dalam menentukan
keberhasilan usaha budidaya. Parameter ekologis yang perlu
diperhatikan antara lain :
1) Ketersediaan bibit alam
Lokasi yang terdapat stok alami rumput laut yang akan
dibudidayakan merupakan petunjuk bahwa lokasi tersebut cocok
untuk usaha budidaya rumput laut. Apabila tidak terdapat sumber bibit
dapat memperolehnya dari lokasi lain. Pada lokasi dimana Eucheuma
cottonii bisa tumbuh, biasanya terdapat pula jenis lain seperti
Gracilaria dan Sargassum. Bibit juga data diperoleh secara vegetatif
ataupun generatif.
4) Kedalaman
Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung
makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sangat bergantung
pada sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Kedalaman
perairan di suatu daerah akan membatasi penetrasi cahaya matahari
dimana secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan biota
laut yang ada di dalamnya, karena jumlah oksigen untuk respirasi
fauna akan semakin berkurang dengan semakin dalamnya perairan
yang disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk dalam
perairan kecil. Hal ini dapat menyebabkan laju fotosintesis rumput
laut akan semakin menurun (Rosdiana, 2003). Kedalaman yang baik
untuk budidaya rumput laut metode lepas dasar berkisar 30 – 60 cm
saat surut, dan 1 – 15 m untuk metode apung, dengan sistem jalur.
Kondisi ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan
mengoptimalkan perolehan sinar matahari (Puja et al., 2001).
5) Kecerahan
Kecerahan merupakan parameter untuk menyatakan cahaya
matahari yang dapat menembus kolam perairan. Cahaya matahari
10
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
yang jatuh ke permukaan air sebagian akan dipantulkan dan diteruskan
ke dalam perairan (Sumawijaya, 1974). Intensitas cahaya matahari
merupakan faktor utama dalam proses fotosintesis (Sahlan, 1982).
Dengan semakin tinggi daya tembus cahaya matahari, maka lapisan
eufotik sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis bisa maksimal.
Air yang keruh biasanya mengandung lumpur yang dapat
menghalangi tembusnya cahaya dalam air dan dapat menimbun
permukaan thallus, sehingga akan menggangu pertumbuhan dan
perkembangannya. Lokasi yang baik bagi budidaya rumput laut
memiliki kecerahan lebih dari 1,5 m pada pengukuran dengan alat
Secchidisk (Puja et al., 2001).
Indriani dan Sumiarsih (2001) juga menyebutkan bahwa sinar
matahari diperlukan sekali dalam proses fotosintesis rumput laut.
Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam air berhubungan erat
dengan kecerahan air laut. Kejernihan air dipengaruhi oleh partikel-
partikel yang terkandung di air dan senyawa-senyawa kimia di
perairan serta kedalaman laut.
Transparansi air laut lebih besar dibandingkan air tawar,
sehingga cahaya lebih dalam menembus air laut dibandingkan air
tawar. Kegiatan fotosintesis air laut dapat berlangsung sampai
kedalaman yang cukup besar yaitu sampai kedalaman 200 m.
Mutu dan kualitas cahaya berpengaruh terhadap produksi spora
dan pertumbuhannya. Cahaya memiliki spektrum warna yang berbeda
sesuai dengan panjang gelombang. Air laut dapat mengurangi
intensitas cahaya, serta dapat menyerap warna yang berbeda dengan
panjang gelombang lebih pendek seperti warna biru, hijau, dan kuning
tidak begitu banyak diserap seperti halnya warna merah.
Pembentukkan spora dan pembelahan sel dapat dirangsang oleh
cahaya merah berintensitas tinggi. Menurut Nybakken (1992), alga
intertidal memerlukan cahaya dengan panjang gelombang terpanjang
(merah) yang diserap oleh air dengan cepat, dan cenderung banyak
11
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
ditemukan di daerah intertidal yang lebih tinggi, sehingga ketika alga
tenggelam (ketika benar-benar berfotosintesis), alga tersebut tidak
boleh berada di tempat yang terlalu dalam di bawah penetrasi cahaya
merah (kira-kira 2 m).
Intensitas maupun panjang gelombang berpengaruh pada
pengendalian penyebaran alga. Karena alga intertidal utama dibagi ke
dalam 3 kelompok: merah, cokelat, dan hijau, dan ketiganya menyerap
spektrum cahaya yang berbeda, maka dapat dikatakan bahwa alga-alga
tersebut akan tersusun di sepanjang gradien kedalaman. Pada satu
gradien, alga hijau berada di tempat teratas karena menyerap sinar
merah, alga cokelat di tengah, dan terakhir alga merah yang menyerap
cahaya hijau terdapat di daerah yang terdalam (Nybakken, 1992).
Menurut Aslan (1998) dalam Widayanti (2008) kebutuhan cahaya
pada alga merah agak rendah dibandingkan alga coklat. Hal ini
disebabkan oleh alga merah memiliki pigmen xantofil, karoten, dan
fikobiliprotein yang mampu menyerap energi cahaya gelombang
pendek dan ditransfer ke klorofil a. Alga yang berwarna hijau akan
tumbuh subur di dekat permukaan dengan intensitas cahaya yang
tinggi dengan cahaya merah yang melimpah, sedangkan alga merah
dapat hidup pada perairan yang lebih dalam dengan kondisi intensitas
cahaya yang lebih rendah yang mampu menggunakan cahaya dengan
panjang gelombang yang lebih pendek untuk melakukan fotosintesis.
6) Salinitas
Salinitas merupakan faktor lingkungan yang penting sehingga
setiap organisme laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap
salinitas untuk kelangsungan hidupnya. Nontji (1987) menyatakan
bahwa salinitas (kadar garam atau kegaraman) adalah jumlah berat
semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, yang
biasanya dinyatakan dalam satuan ‰ (permil, gram perliter).
12
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Salinitas merupakan salah satu parameter kualitas air yang
cukup berpengaruh pada organisme dan tumbuhan yang hidup di
perairan. Salinitas perairan yang ideal bagi lahan budidaya alga
berkisar antara 28-34 permil, dimana salinitas optimumnya adalah 32
permil. Agar dapat tumbuh dengan baik, tekanan osmosis di dalam
sel-sel alga harus sesuai dengan tekanan osmosis lingkungan perairan
tempat hidupnya. Mengingat salinitas berbanding lurus dengan
tekanan osmosis, maka tekanan osmosis sel-sel alga yang hidup di laut
yang bersalinitas lebih tinggi menjadi lebih tinggi dibanding tekanan
osmosis alga yang hidup di laut yang bersalinitas lebih rendah
(Luning, 1990).
Tinggi rendahnya salinitas dapat menyebabkan perubahan fisik
dan morfologis jenis rumput laut tertentu. Atmadja (1986) menyatakan
bahwa musim berpengaruh pada salinitas air laut. Pada musim hujan
salinitas menurun karena mendapat tambahan air hujan, begitu juga
bila mendapat tambahan air tawar dari muara sungai besar. Sedangkan
pada musim kemarau terjadi penguapan yang tinggi sehingga salinitas
air laut dapat meningkat. Puja et al., (2001) menyatakan bahwa
Eucheuma adalah alga laut yang bersifat stenohaline, relatif tidak
tahan terhadap perbedaan salinitas yang tinggi. Salinitas yang baik
berkisar antara 28 – 34 ppt dengan nilai optimal adalah 33 ppt.
7) Suhu
Suhu perairan mempengaruhi laju fotosintesis. Nilai suhu
perairan yang optimal untuk laju fotosintesis berbeda pada setiap
jenis. Secara prinsip suhu yang tinggi dapat menyebabkan protein
mengalami denaturasi, serta dapat merusak enzim dan membran sel
yang bersifat labil terhadap suhu yang tinggi. Pada suhu yang rendah,
protein dan lemak membran dapat mengalami keru-sakan sebagai
akibat terbentuknya kristal di dalam sel. Terkait dengan itu, maka
suhu sangat mempengaruhi beberapa hal yang terkait dengan
13
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
kehidupan rumput laut, seperti kehilangan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, fotosintesis dan respirasi (Luning, 1990).
Dalam hal kelangsungan hidup, maka alga-alga yang bersifat
eurythermal dapat bertahan hidup pada perairan yang suhunya sangat
berfluktuasi, sedangkan alga-alga yang bersifat stenothermal tidak
dapat hidup pada lingkungan yang demikian. Alga-alga yang bersifat
eurythermal dapat menyebar secara luas dan cenderung generalis,
sedangkan alga-alga yang stenothermal memiliki wilayah sebaran
yang sempit dan cenderung bersifat spesialis dalam batas kaitannya
dengan batas toleransi terhadap suhu (Luning, 1990).
Dalam kaitannya dengan pembiakkan, maka suhu sangat
mempengaruhi pembentukkan gamet dan spora. Suhu yang tinggi
dapat menghambat pembentukkan gametangia ordo alga tertentu yang
hidup di daerah iklim sedang yang hangat (Luning, 1990).
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan
dalam kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Suhu air
mempunyai peran penting dalam mempengaruhi kecepatan laju
metabolisme dan respirasi organisme air serta proses metabolisme
suatu ekosistem perairan. Suhu merupakan faktor pembatas utama di
habitat perairan karena jasad-jasad perairan sering kurang dapat
mentolerir perubahan-perubahan suhu (Odum, 1971). Suhu optimum
untuk budidaya rumput laut berkisar antara 27 - 30⁰C (Aslan, 1998),
sedangkan menurut Dawson (1966) suhu untuk pertumbuhan rumput
laut adalah 27 - 40⁰C.
8) Oksigen Terlarut
Gas oksigen terlarut sangat penting, karena gas ini sangat
dibutuhkan oleh organisme air. Oksigen terlarut umumnya banyak
dijumpai di lapisan permukaan, oleh karena gas oksigen berasal dari
udara di dekatnya melakukan pelarutan (difusi) ke dalam air laut.
Fitoplankton juga membantu menambah jumlah kadar oksigen terlarut
14
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
pada lapisan permukaan di waktu siang hari. Penambahan ini
disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai hasil dari
fotosintesis.
17
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
2. Sarana prasarana pengembangan produksi pemeliharaan
bibit rumput laut
Persiapan sarana dan prasarana budidaya rumput laut diawali
dengan penentuan lokasi budidaya, penentuan metode budidaya yang
akan digunakan, penentuan jenis rumput laut yang akan
dibudidayakan sesuai lokasi dan metode yang digunakan serta
pemenuhan peralatan budidaya, serta penyediaan bibit rumput laut
yang akan ditanam sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Operasional persiapan tanam rumput laut yang dilakukan di laut
lepas meliputi pembuatan petakan atau rakit yang akan digunakan
sesuai metode tanam yang dipilih. Jumlah sarana tanam bibit rumput
laut harus disesuaikan dengan jumlah bibit yang akan dikembangkan.
Pada umumnya pengembangan bibit rumput laut skala produksi sama
dengan kegiatan budidaya rumput laut, hanya dibeakan pada lama
waktu penanaman. Pada kegiatan pembibitan rumput laut dilakukan
dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan waktu yang
digunakan untuk budidaya. Hal ini disebabkan karena pada kegiatan
pembibitan sasaran yang diharapkan adalah perbanyakan bibit rumput
laut sebelum dilakukan kegiatan budidaya yang mengharapkan
tingginya kandungan karaginan atau agar yang dihasilkan pada
kegiatan pasca panen.
18
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
(a) (b)
Gambar 2. Persiapan pembuatan media tanam bibit rumput laut (a)
pengikatan bibit dan (b) pembuatan rakit apung
19
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
3) Keranjang, digunakan sebagai wadah seleksi thallus rumput laut
yang akan dijadikan bibit dan yang tidak dijadikan bibit (dipanen)
4) Golok, digunakan untuk membuat unit penanaman bibit rumput
laut
5) Palu, digunakan untuk membuat unit penanaman bibit jika
menggunakan metode tancap/patok
6) Tali pengikat, digunakan untuk mengikat bibit rumput laut.
7) Lilin dan api, digunakan dalam pembuatan simpul pengikatan tali
8) Wadah pencuci, digunakan sebagai wadah penampungan bibit
dan pencucian bibit rumput laut yang terseleksi
9) Terpal, digunakan sebagai pelindung dan alas duduk dari panas
matahari jika proses seleksi dilakukan dilapangan.
10) Unit pemeliharaan rumput laut, digunakan sebagai unit
penanaman bibit rumput laut dilapangan, disesuaikan dengan
metode penanaman bibit yang dipilih seperti : bambu, patok kayu,
jaring, tali utama (Poliethilene), tali ris, pelampung, bendera
sebagai penanda, pemberat/jangkar.
11) Perahu, digunakan sebagai sarana transportasi penenaman dan
pemeliharaan bibit yang dibudidayakan di laut.
20
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
(d) (e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
Gambar 3. Sarana dan prasarana penanaman rumput laut (a) patok, (b)
bambu, (c) tali PE, (d) keranjang, (e) palu, (f) pelampung, (g)
golok, (h) perahu, (i) tali nilon dan (j) tali rafia
21
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Penanaman rumput laut di tambak yang dilakukan secara
monokultur maupun polikultur tetap memerlukan beberapa tahapan
persiapan tambak. Hal ini dimaksud supaya rumput laut yang ditanam
mendapatkan suplai air dan nutrisi yang cukup untuk mendukung
pertumbuhannya, karena mengingat kondisi tambak yang relatif
tertutup jika dibandingkan dengan daerah pesisir atau laut lepas.
Keterbatasan suplai air dan nutrisi yang diperoleh oleh rumput laut
menjadikan faktor pembatas bagi keberhasilan penanaman rumput laut
di tambak. persiapan yang dilakukan utuk penanaman rumput laut
ditambak antara lain :
a) Pengeringan dasar tambak
Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi senyawa –
senyawa asam sulfide dan senyawa beracun yang terjadi selama
tambak terendam air, memungkinkan terjadinya pertukaran udara
dalam tambak sehingga proses mineralisasi bahan organik yang
diperlukan untuk pertumbuhan kelekap dapat berlangsung, serta
untuk membasmi hama penyakit dan benih-benih ikan liar yang
bersifat predator ataupun kompetitor.
Agar lebih mempermudah pelaksanaan pengeringan tambak dapat
dilakukan pada saat air laut surut. Pengeringan tambak
berlangsung selama 1-2 minggu, sampai keadaan tanah retak-
retak, namun tidak terlalu kering atau berdebu, atau bila tanah
dasar tambak diinjak, kaki masih melesak sedalam 10-20 cm.
Untuk mengetahui tingkat pengeringan tersebut yaitu dengan cara
mengukur ketinggian lekukan yang terjadi dalam tanah dasar
yang retak- retak tersebut, apabila lapisan telah mencapai 1-2 cm,
maka pengeringan sudah dianggap cukup.
22
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 4. Pengeringan dasar tambak
b) Kedok teplok
Kedok teplok adalah pengangkatan lumpur dasar tambak,
sebaiknya dilakukan pada saat lumpur dasar dapat diangkat.
Kebanyakan petambak melakukan kedok teplok pada saat
tergenang sehingga partikel-partikel lumpur yang halus
bercampur dengan air, sehingga kadar NH3 –N dan H2S tetap
tinggi.
c) Pengolahan tanah dasar tambak
Pengolahan tanah dasar dilakukan hanya pada tambak masam dan
tambak yang sudah lama beroperasi, dan dilakukan pada musim
tertentu, dimana unsur- unsur toksis dalam bongkahan tanah dapat
teroksidasi dengan sempurna (musim kemarau). Setelah tanah
dasar tambak dicangkul atau ditraktor, kemudian dibalik dan
lumpur yang ada di dalam caren harus diangkat sambil
memperbaiki pematang. Selanjutnya direndam air (10 – 20 cm)
selama ± 7 hari, lalu dikeringkan kembali.
23
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 5. Pengolahan tanah dasar tambak
d) Pengapuran
Pengapuran adalah upaya peningkatan produktivitas tambak,
utamanya tambak masam yang bertujuan :
(1) Memperbaiki struktur tanah yaitu meningkatkan daya
sanggah (buffer) tanah dan air sehingga tidak terjadi
perubahan kemasaman (pH) yang ekstrim.
(2) Menetralisasi unsur toksis yang disebabkan oleh aluminium
dan zat besi dengan ketersediaan kalsium dalam jumlah yang
cukup, sehingga ketersediaan unsur hara seperti posfat akan
bertambah.
(3) Menstimulir aktivitas organisme tanah sehingga dapat
menghambat organisme yang membahayakan kehidupan
udang (desinfectan)
(4) Dapat merangsang kegiatan jasad renik dalam tanah sehingga
dapat meningkatkan penguraian bahan organik dan nitrogen
dalam tanah.
24
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Pada tanah masam dengan pH<5, pengapuran dilakukan sesudah
diadakan reklamasi sehingga ph tanah tidak terjadi perubahan
yang drastis. Sedangkan pada tanah dasar tambak yang pH>7
tidak dilakukan pengapuran atau pengapuran dalam jumlah yang
sedikit sebagai desinfektan saja (Poernomo, 1992). Pengapuran
dilakukan pada saat tanah dasar tambak dalam keadaan lembab
dan juga dilakukan pada saat pengolahan atau pembalikan tanah
dasar tambak. Setelah tanah dasar tambak dikapur dengan kaptan
(kapur pertanian) selanjutnya dibiarkan kering dan terjemur.
e) Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama (terutama trisipan, kepiting dan udang / ikan
liar) yang paling efektif adalah melalui pengeringan tambak
secara sempurna. Sedangkan pengapuran dengan menggunakan
kapur hidrat dan kapur oksida pada suhu tinggi juga dapat
berfungsi untuk memberantas hama udang liar. Pemberantasan
hama ikan dapat dilakukan dengan menggunakan saponin, dimana
keampuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan salinitas
25
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
air tambak. Pada salinitas rendah yaitu salinitas <20 ppm
sebaiknya diaplikasi pada dosis 20-30 kg/ha dan dilakukan pada
siang hari, dan apabila salinitas >30 ppm, saponin diaplikasikan
dengan dosis 10-15 kg/ha.
f) Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesudah pemberantasan hama, dan pada
kondisi sekarang ini pemupukan dilakukan pada semua tingkat
teknologi. Jenis dan dosis pupuk ditentukan oleh tingkat
kesuburan dari masing- masing tanah dasar tambak. Kesuburan
suatu perairan tergantung pada produktivitas tanaman berklorofil,
dan ini merupakan interaksi dari berbagai faktor diantaranya
tersedianya zat hara dalam perairan. Pemupukan juga sebagai
salah satu upaya menambah nutrisi yang nantinya akan
dimanfaatkan untuk pertumbuhan rumput laut. Di dalam
pemupukan tambak sebaiknya dalam satu kali masa panen
dilakukan dua kali pemupukan, yaitu :
(1) Pemupukan Dasar
Pada pemupukan dasar yang ditumbuhkan terutama adalah
klekap (lumut dasar). Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan
dalam setiap hektar adalah : pupuk kandang dicampur dengan
dedak halus dengan dosis 1-2 ton/ha, kemudian disebar
merata ke dasar tambak. Selanjutnya campuran pupuk urea
100-150 kg/ha dan SP36 sebanyak 50-75 kg/ha, juga disebar
merata keseluruh permukaan tambak. Masukkan air ke dalam
tambak sampai mencapai ketinggian 10-20 cm dengan
menggunakan saringan dan biarkan menguap selama 2
minggu. Bila keadaan air di permukaan telah menjadi jernih
sedang dasar tambak telah tampak hijau ditumbuhi klekap,
maka air di dalam tambak ditambah secara bertahap sampai
26
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
mencapai kedalaman 60-100 cm. Jika keadaan air sudah
cukup stabil, maka petakan siap untuk ditebari.
(2) Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan pada saat air telah terisi dan
jika dirasa perlu. Jika diperkirakan makanan alami di tambak
hampir habis (masa pemeliharaan ±1 bulan), maka perlu
dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan pupuk
urea dan SP36 dengan dosis urea 10-15 kg/ha dan SP36 5-10
kg/ha. Pada pemupukan susulan ini merupakan penambahan
nutrisi bagi rumput laut, dan dilakukan setiap 10-14 hari
sekali. Pupuk susulan ditebarkan pada pelataran tambak.
Pemupukan tidak dianjurkan pada tambak-tambak yang
mempunyai tanah dasar bersifat masam (pH < 6). Dapat juga
dilakukan pemupukan apabila sudah dilakukan proses
pengapuran (penebaran kapur tohor) atau menggantungkan
batu kapur dimuka pintu-pintu air.
31
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Metode tebar yang dilakukan di laut harus dipilih lokasi
yang sesuai antara lain terletak pada daerah pasang surut sehingga
masih ada pertukaran zat hara sebagai nutrien yang diperlukan
untuk kehidupan rumput laut, tanpa perlu ada perlakuan khusus
pada lahan budidaya. Berbeda dengan budidaya rumput laut yang
dilakukan di tambak, budidaya rumput laut yang dilakukan di
tambak memerlukan persiapan khusus pada lahan budidaya
dengan cara pengolahan tanah, pengapuran, pengeringan dan
pemupukan tanah terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena pada
budidaya yang dilakukan di tambak pergantian air relative lebih
sedikit sehingga zat hara yang diperlukan sebagai nutrien perlu
disediakan dengan dilakukannya pemupukan tambak terlebih
dahulu.
Metode tebar sering juga dikenal dengan metode sebaran
(broad cast method) atau metode dasar (bottom farm method)
metode ini adalah salah satu cara budidaya rumpiut laut yang
paling sederhana, dimana bibit tanaman hanya disebarkan di
perairan yang diinginkan. Bibit tanaman dipotong-potong hingga
seberat 25 – 30 g, diikat dengan tali, atau dapat juga dengan
menggunakan pemberat berupa batu, lalu disebarkan pada
perairan yang dasarnya berbatu karang atau pasir berbatu jika
ditanam di laut. Namun jika penanaman dilakukan di tambak
maka bibit yang telah diikat ke batu atau pemberat dapat langsung
diletakkan di dasar tambak yang telah diolah sebelumnya.
Teknik budidaya rumput laut dengan metode tebar dapat
dilakukan sebaran secara acak maupun disusun rapi atau berjalur.
Ukuran tiap jalusr sekitar 120 cm dan jarak antar jalur sekitar 60
cm, hal ini bertujuan untuk mempermudah pengawasan. Jarak
antar tanaman minimal 20 cm, sehingga penanaman rumput laut
di dasar perairan (metode tebar) menyerupai kebun di dasar laut
(gambar).
32
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Keuntungan menggunakan metode tebar antara lain adalah
biaya material yang rendah, penenamannya mudah dan tidak
memakan waktu, biaya pemeliharaan sedikit, dapat digunakan
pada perairan pasir berbatu atau karang, penanaman metode tebar
dasar dengan penataan yang rapi menghasilkan produksi yang
lebih banyak dibandingkan tebar dasar secara acak.
33
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Metode rakit merupakan teknik penanaman rumput laut
yang banyak digunakan di Indonesia. Metode rakit untuk
penanaman rumput laut hanya dapat digunakan untuk penanaman
rumput laut yang dilakukan di laut lepas yang berarus kecil
sampai sedang (20 – 40 cm/detik) dengan ketinggian air saat surut
> 80 cm dan dasar perairan pasir berbatu atau sedikit berlumpur.
Metode rakit biasanya juga diterapkan pada lepas dasar maupun
apung, karena posisi rakit dapat di badan perairan atau di
permukaan perairan. Metode rakit yang terapung di permukaan
atau lepas dasar juga dapat di gunakan di perairan laut yang agak
dalam hingga mencapai 10 m tergantung pada kekuatan
konstruksi dan tali yang digunakan, karena metode ini dapat
bergerak bebas dan hanya bertumpu pada jangkar di dasar
perairan.
Ukuran rakit biasanya berkisar antara 2,5 x 2,5 meter atau
2,5 x 5 m, hal ini merupakan ukuran yang tepat untuk pembuatan
rakit karena bila jarak terlalu jauh atau ukuran rakit terlalu besar
dapat mengurangi ketegangan tali yang digunakan sehingga tali
akan menjuntai karena bibit yang diikatkan terlalu berat. Metode
rakit dapat menggunakan tali monoline dengan membentuk
sejajar atau dengan berbentuk seperti jaring dengan jarak antara
tanaman yang sama yaitu 20 – 25 cm. pelampung utama diikatkan
pada setiap sudut rakit dan dibantu dengan pelampung bantuan
yang ukurannya lebih kecil di beberapa titik rakit untuk
membantu menjaga posisi rakit agar tidak tenggelam (Gambar ).
Jumlah pelampung disesuaikan dengan ketinggian rakit yang
diharapkan. Posisi rakit yang berada di permukaan dan terkena
sinar matahari langsung rawan terhadap serangan penyakit rumput
laut, karena rumput laut yang terkena sinar matahari langsung
dalam waktu yang cukup lama dapat rusak dan akhirnnya mati.
Sebaiknya posisi bibit rumput laut yang terikat dirakit sedikit
34
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
tenggelam minimal 10 cm dibawah permukaan air untuk
menghindari kerusakan bibit yang dibudidayakan.
36
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 10. Areal budidaya rumput laut dengan metode rakit apung
(a)
(c)
(b)
Gambar 11. Model metode pancang (a) monoline (b) jurai (c) jaring
39
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Penanaman rumput laut dengan metode pancang juga dapat
dilakukan secara bersusun, hal ini dapat dilakukan dengan syarat
perairan lokasi budidaya rumput laut memiliki arus yang sedang
dan dasar perairan pasir berbatu, kedalaman dan kecerahan air
laut cukup untuk menjaga kehidupan dan suplay zat hara.
Mengingat posisi dengan metode pancang yang menggunakan
kayu atau bambu bersifat menetap (tidak dapat mengikuti
pergerakan air/ pasang surut) maka harus memperhatikan kondisi
perairan terutama pasang surut air laut. Pada saat surut terendah
rak paling atas masih terendam air hingga ketinggian ± 10 cm dari
permukaan air.
42
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
lain, maka dengan metode kantong akan memper-mudah
penanaman, bibit tidak mudah hilang karena arus dan ombak atau
pun dimakan predator, tidak banyak memerlukan pemeliharaan,
baik untuk dasar perairan yang berpasir, dapat digunakan pada
perairan bergelombang sedang hingga besar. Sedangkan
kelemahan menggunakan metode ini adalah membutuhkan waktu
untuk pembuatan tabung jaring, instalasi konstruksi maupun saat
penanaman bibit rumput laut, hal ini juga berakibat terhadap
biaya produksi untuk pembutan jaring juga lebih tinggi
44
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 17. Metode kombinasi kantong apung secara vertikal
46
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 18. Penimbangan bibit rumput laut
(a) (b)
48
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 19. Pengikatan bibit rumput laut (a) bibit langsung dimasukkan
diantara pilinan tali (b) bibit diikat dengan tali rafia dengan
posisi seimbang.
49
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
tali gantung, penanaman dilakukan dengan menggantungkan rangka
gantungan yang sudah berisi tanaman pada konstruksi yang sudah
tersedia.
Pengikatan bibit rumput laut pada media tanam pada penanaman
yang dilakukan di perairan dengan kedalaman >2 meter sebaiknya
dilakukan didaratan sehingga bibit dapat langsung diikatkan pada rakit
atau jaring yang akan digunakan. Sedangkan pada penanaman di dasar
perairan dengan perairan yang dangkal penanaman bibit rumput laut
dapat dilaksanakan langsung di lokasi budidaya.
Rakit dan jaring yang telah ditanami bibit rumput laut di darat
dapat dimasukkan atau dibawa ke lokasi penanaman rumput laut yang
telah ditentukan. Penanaman rumput laut ke lokasi budidaya pada
rakit dan jaring yang telah siap ditarik dengan bantuan kapal. Setelah
tiba di lokasi yang budidaya maka dilakukan penurunan jangkar yang
dapat terbuat dari batu atau besi yang diikatkan pada tali yang
terhubung dengan konstruksi rakit atau jaring. Jangkar biasanya
digunakan pada budidaya rumput laut yang dilakukan pada laut yang
memiliki kedalaman lebih dari 3 m, atau kedalaman yang tidak
memungkinkannya dilakukan pemancangan dengan kayu atau besi di
dasar perairan dengan penyelaman. Bila dapat dilakukan penyelaman
untuk menancapkan tiang pancang didasar perairan maka penggunaan
jangkar dapat diganti dengan tiang pancang. Penggunaan tiang
pancang biasanya digunakan pada perairan yang relatif dangkal.
50
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
(a) (b)
Gambar 20. Penanaman bibit rumput laut (a) penurunan rakit ke laut, (b)
bibit yang akan ditanam dengan metode monoline di bawa ke
lokasi budidaya.
51
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
5. Teknik pemeliharaan bibit rumput laut
Pemeliharaan yang meliputi pengawasan dan perawatan baik
konstruksi tanam bibit maupun bibit sendiri harus dilakukan terus
menerus agar keberhasilan pembibitan rumput laut maksimal.
Konstruksi tanam bibit harus dipelihara dari kerusakan yang
disebabkan olah alam atau menurunnya daya tahan bahan. Ombak
besar dapat menyebabkan tercabutnya patok, jangkar serta putusnya
tali ris dan ris utama.
Perawatan terhadap fasilitas dan bibit dilaksanakan dengan
pengamatan secara berkala. Setiap kerusakan yang terjadi karena
pengaruh angin dan ombak, seperti kerusakan konstruksi atau posisi
rakit, tali yang kendor atau putus, segera diperbaiki. Pembersihan
terhadap sampah atau berbagai penempel pada rakit maupun pada
bibit rumput laut juga dilaksanakan pada kesempatan yang sama, dan
dianana perlu bibit yang rusak atau terlepas dari ikatannya diganti
dengan yang baru. Pengamatan dan perawatan dilaksanakan dengan
frekuensi antara 2 × 1 minggu sampai 1 × 2 minggu.
Menurunnya daya tahan bahan menyebabkan patahnya patok,
rakit atau putusnya tali ris atau ris utama. Dalam rangka pemeliharaan
maka harus dilakukan pengawasan setiap hari dan perbaikan terhadap
bagian-bagian yang rusak segera dilakukan. Tertundanya perbaikan
menyebabkan kerugian lebih besar karena makin banyaknya tanaman
yang hilang. Pada budidaya Gracillaria di tambak diperlukan
perawatan pintu-pintu saluran air agar pergantian air dapat dengan
mudah dilakukan. Hal-hal yang harus dilakukan dalam perawatan
adalah:
a) Bersihkan tanaman dari tumbuhan dan lumpur yang mengganggu,
sehingga tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari dan
mendapatkan makanan.
b) Jika ada sampah yang menempel, angkat tali perlahan, agar
sampah-sampah yang menyangkut bisa larut kembali.
52
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
c) Jika ada tali bentangan yang lepas ikatannya, sudah lapuk atau
putus, segera diperbaiki dengan cara megencangkan ikatan atau
mengganti dengan tali baru.
d) Waspadai penyakit ice-ice, yaitu adanya tanda bercak-bercak
putih pada rumput laut. Jika ada tanda tersebut, tanaman harus
dibuang, karena dapat menularkan penyakit pada tanaman
lainnya. Kalau dibiarkan, tanaman akan kehilangan warna sampai
menjadi putih dan akhirnya mudah putus.
e) Untuk menghindari penyakit ice-ice, lakukan monitoring terhadap
setiap tanaman, sehingga jika ada tanaman memutih bisa
dilakukan pemotongan. Cara lain menghindari penyakit ice-ice
adalah dengan menurunkan posisi tanaman lebih dalam untuk
mengurangi panetrasi banyaknya sinar matahari, karena penyakit
ini biasanya terjadi pada daerah pertanaman yang terlalu tinggi
dengan permukaan air. Karena itu disarankan agar tanaman
berada 1 meter dibawah permukaan air.
f) Hama rumput laut yang harus diwaspadai antara lain adalah : (a).
Larva bulu babi (Tripneustes sp) bersifat planktonik yang
melayang-layang di dalam air, lalu menempel pada tanaman. (b).
Teripang (Holothuria sp) mula-mula menempel dan menetap pada
rumput laut, lalu membesar dan dapat memakan rumput laut
dengan menyisipkan ujung cabang rumput laut ke dalam mulut.
Walaupun hama tersebut pengaruhnya kecil menyerang pada areal
budidaya yang cukup luas, namun tetap perlu diwaspadai. Untuk
menghindarinya, bisa dilakukan pemasangan jaring pada keliling
areal tanaman.
54
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
bagian yang luka pada musim yang tidak menguntungkan mudah
terinfeksi oleh bakteri ice-ice.
c) Sanitasi lingkungan yang tidak bersih (banyak sampah) juga
merupakan salah satu kontribusi melimpahnya bakteri di sekitar
budidaya.
d) Tidak adanya antisipasi pergantian musim yang dapat memicu
terjangkitnya penyakit ice-ice.
e) Bibit yang digunakan selama bertahun-tahun tidak diganti dengan
bibit yang segar dari luar daerah, sehingga bakteri dapat mudah
beradaptasi dengan kondisi fisiologis rumput laut
55
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Gambar 21. Bibit rumput laut yang terserang ice-ice
56
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Wo = bobot awal rumput laut
Wt−Wo
G=
t
Keterangan :
G = Laju pertumbuhan harian (g/hari)
Wt = bobot akhir rumput laut (g)
Wo = bobot awal rumput laut (g)
t = lama pemeliharaan (hari)
Keterangan :
G = Laju pertumbuhan dalam persen per hari
Wn = Berat tanaman sesudah n hari
Wo = Berat tanaman awal
N = Lama pemeliharaan (hari)
( Wt−Wo ) x B
Pr ¿
A
Keterangan :
Pr = Produksi biomasa rumput laut (g/m)
Wt = Bobot akhir rumput laut (g)
Wo = Bobot awal rumput laut (g)
B = Panjang tali (m)
A = Jumlah titik tanam
59
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Laporan dapat dibuat dengan ketentuan-ketentuan tertentu antara lain :
a) Jelas, laporan yang baik harus jelas dalam pemakaian bahasa,
istilah, maupun penggunaan kalimat yang mudah dipahami dan
dimengerti oleh pembaca
b) Tepat sasaran, penggunaan kata dan kalimat penyusunan laporan
sebaiknya tegas dan tidak bertele-tele serta mampu menjawab
tujuan dilaksanakannya kegiatan yang dilakukan serta tujuan
pelaporan
c) Lengkap, permasalahan yang dibahas dan dilaporkan sebaiknya
terselesaikan sehingga tidak menimbulkan tanda tanya.
Pembahasan urutan sesuai dengan prioritas yang harus
diselesaikan.
d) Tepat waktu dan cermat, dalam penyampaian laporan kepada
pihak yang membutuhkan sebaiknya dapat dilakukan sesuai
jadwal yang telah ditentukan, sehingga dalam penyusunan laporan
sebaiknya segera dilaksanakan setelah kegiatan selesai tanpa
menunda waktu.
e) Tetap, data yang disampaikan dalam laporan bersifat tetap dan
akurat sesuai perkembangan waktu dan keadaan, sehingga
terkadang ada laporan sementara dan laporan akhir. Laporan
sementara merupakan penyampaian data yang diperoleh pada saat
kegiatan masih berjalan dikenal juga sebagai progress report,
sedangkan laporan akhir dibuat setelah kegiatan selesai dan
merupakan laporan pertanggungjawaban.
f) Objektif dan factual, penyusunan laporan harus berasarkan fakta
yang bisa dibuktikan kebenarannya dan dibuat secara objektif.
61
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
a) Di dalamnya terpapar segala data dan fakta yang telah dipisah-
pisahkan menurut kepentingan penyelesaian.
b) Terdapat analisa si pelapor.
c) Terdapat hasil penyelesaian masalah dan kemudian ditarik
kesimpulan dan saran dari si pelapor.
Ketiga : Saran-saran
Saran-saran disini sudah terangkum semua penyelesaian masalah
secara tegas tanpa memberikan alternatif-alternatif pilihan lagi.
Biasanya pada laporan survei, saran-saran tersebut dimasukkan ke
dalam tiap akhir uraian pada tiap-tiap akhir bab atau bisa juga dapat
sekaligus disatukan sebagai bab terakhir dari seluruh laporan.
D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi
kelompok, praktikum dan presentasi kelompok hasil diskusi dan yang
telah dipraktekkan. Kegiatan pembelajaran juga dapat menggunakan
model project based learning sehingga peserta diklat diminta untuk
mampu membuat projek pembibitan ruput laut baik dengan metode
fragmentasi maupun spora. Langkah-langkah pembelajaran dengan
model project based learning dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut
63
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
a. Penentuan proyek, peserta diklat menentukan tema/topik proyek
berdasarkan tugas proyek pilihan. Pilihan judul projek kelompok
adalah :
1) Pembibitan rumput laut dengan metode fragmentasi
2) Pembibitan rumput laut dengan metode perkembangan spora
b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek, peserta diklat
merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari
awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan
proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek,
pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas
proyek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung
penyelesaian tugas proyek, dan kerja sama antar anggota
kelompok.
c. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, peserta diklat di bawah
pendampingan fasilitator melakukan penjadwalan semua kegiatan
yang telah dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus
diselesaikan tahap demi tahap.
d. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring fasilitator,
langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan
proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam
kegiatan proyek di antaranya adalah dengan a) membaca, b)
meneliti, c) observasi, d) interviu, e) merekam, f) berkarya seni,
g) mengunjungi objek proyek, atau h) akses internet. Fasilitator
bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta diklat dalam
melakukan tugas proyek mulai proses hingga penyelesaian
proyek. Pada kegiatan monitoring, Fasilitator membuat rubrik
yang akan dapat merekam aktivitas peserta diklat dalam
menyelesaikan tugas proyek.
e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek Hasil
proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis,
64
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan
dan/atau dipublikasikan kepada peserta diklat yang lain dan
fasilitator
f. Evaluasi proses dan hasil proyek, fasilitator dan peserta diklat
pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas proyek
dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap
evaluasi, peserta diklat diberi kesempatan mengemukakan
pengalamannya selama menyelesaikan tugas proyek yang
berkembang dengan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama
menyelesaikan tugas proyek.
65
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Keselamatan kerja :
1. Kenakan pakaian praktek dan gunakan sarung tangan jika
memegang bahan-bahan yang bersifat keras.
2. Hati-hati dalam menggunakan peralatan listrik dan melakukan
kegiatan .
Langkah kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan tersebut!
2. Bersihkan terlebih dahulu wadah untuk meletakkan bibit rumput
laut dengan desinfektan !
3. Lakukan pemilihan bibit rumput laut berdasarkan morfologi
thallus, pilihlah thallus yang masih muda, segar, keras, tidak layu
dan kenyal !
4. Ambillah thallus dengan menggunakan tangan yang telah bersih
agar rumput laut tidak terkontaminasi dengan bakteri, sebaiknya
gunakan sarung tangan plastik !
5. Letakkan thallus yang telah dipilih kedalam wadah plastik yang
berisi air laut dan wadah tersebut harus terlindungi dari sinar
matahari !
6. Timbanglah bibit yang telah dipilih dan lakukan pencatatan
sebagai data dasar tentang jumlah bibit !
Keselamatan kerja :
1. Kenakan pakaian praktek dan sarung tangan jika memegang
bahan-bahan yang bersifat keras dan tajam.
2. Hati-hati dalam melakukan kegiatan penanaman.
Langkah kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan !
2. Tentukanlah metoda penanaman rumput laut yang akan
diterapkan dalam menanam rumput laut di laut !
3. Buatlah media penanaman rumput laut sesuai dengan metoda
yang sudah ditetapkan !
4. Lakukan penimbangan bibit rumput laut sesuai dengan kebutuhan
dan tanam pada media yang sudah disiapkan sesuai dengan
persyaratan !
5. Letakkan media tanam tersebut di areal lokasi budidaya yang
telah ditentukan !
Keselamatan kerja :
1. Kenakan pakaian praktek dan sarung tangan jika memegang
bahan-bahan yang bersifat keras dan tajam.
2. Hati-hati dalam melakukan kegiatan penanaman.
Langkah kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan !
2. Tentukanlah metoda penanaman rumput laut yang akan
diterapkan dalam menanam rumput laut di tambak !
3. Buatlah media penanaman rumput laut sesuai dengan metoda
yang sudah ditetapkan !
4. Lakukan penimbangan bibit rumput laut sesuai dengan kebutuhan
dan tanam pada media yang sudah disiapkan sesuai dengan
persyaratan !
Keselamatan Kerja :
1. Gunakan pakaian kerja saat melakukan kegiatan di lapangan
2. Lakukan kegiatan dengan berhati-hati
69
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
Langkah kerja :
1. Timbang bibit rumput laut yang akan ditanam, untuk masing-
masing titik tanam
2. Lakukan penanaman bibit rumput laut dengan metode dan pada
lokasi yang telah ditentukan
3. Peliharalah bibit rumput laut yang telah ditanam dengan baik
hingga rumput laut siap di panen atau kira2 berusia 35 hari
4. Timbanglah rumput laut yang telah dipanen untuk masing-masing
titik tanam
5. Hitunglah laju pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan
sesuai rumus yang telah ditentukan.
Keselamatan Kerja :
1. Gunakan pakaian kerja saat melakukan kegiatan di lapangan
2. Lakukan kegiatan dengan berhati-hati
Langkah kerja :
1. Perhatikan dan amati setiap saluran air yang masuk dan keluar
tambak budidaya rumput laut.
70
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
2. Bila terjadi penyumbatan akibat kotoran, bersihkan saluran air
hingga tidak mengganggu pertukaran air tambak.
3. Perhatikan konstruksi tanam rumput laut yang dilakukan
ditambak, bila rumput laut yang ditanam terhalang oleh lumpur
maka bersihkan rumput laut dengan menggoyang-goyang tali atau
konstruksi tanam. Bila terdapat kotoran atau tumbuhan epifit atau
hama maka buang kotoran dari area penanaman rumput laut.
4. Bila terdapat konstruksi tanam yang rusak maka sebaiknya segera
diperbaiki.
E. Rangkuman
Pada kegiatan pengembangan produksi bibit rumput laut yang
dilakukan dilapangan baik di laut maupun ditambak, terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya seperti faktor
ekologis (ketersediaan bibit, salinitas, suhu, nutrien, pH, kondisi dasar
perairan, dsb) dan faktor lain seperti jarak tanam, metode penanaman
dan penanganan bibit rumput laut.
Persiapan sarana dan prasarana budidaya rumput laut
dilaksanakan tergantung pada penentuan lokasi budidaya, penentuan
metode budidaya yang akan digunakan, penentuan jenis rumput laut
yang akan dibudidayakan sesuai lokasi dan metode yang digunakan
serta pemenuhan peralatan budidaya, serta penyediaan bibit rumput
laut yang akan ditanam sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan, metode-
metode budidaya rumput laut di lapangan dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu: metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.
Sedangkan jika berdasarkan teknologinya, metode penanaman bibit
rumpu laut dapat dikelompokkan menjadi metode tebar, metode rakit,
metode pancang/patok, metode kantong, serta metode kombinasi.
Pemeliharaan yang meliputi pengawasan dan perawatan baik
konstruksi budidaya maupun tanaman harus dilakukan terus menerus
71
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
agar keberhasilan budidaya maksimal. Konstruksi budidaya harus
dipelihara dari kerusakan yang disebabkan olah alam atau
menurunnya daya tahan bahan. Ombak besar dapat menyebabkan
tercabutnya patok, jangkar serta putusnya tali ris dan ris utama. Pada
budidaya Gracillaria di tambak diperlukan perawatan pintu-pintu
saluran air agar pergantian air dapat dengan mudah dilakukan.
Parameter keberhasilan pengembangan produksi bibit rumput laut
adalah dengan menghitung laju pertumbuhan bibit rumput laut serta
produksi yang telah dihasilkan.
__________________________________________________
__________________________________________________
__________________________________________________
__________________________________________________
72
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
__________________________________________________
__________________________________________________
__________________________________________________
__________________________________________________
G. Kunci Jawaban
73
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
c. Faktor pengelolaan seperti pemeliharaan, jarak tanam serta
metode penanaman bibit
74
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
jaring, tali utama (Poliethilene), tali ris, pelampung, bendera
sebagai penanda, pemberat/jangkar.
k. Perahu, digunakan sebagai sarana transportasi penenaman dan
pemeliharaan bibit yang dibudidayakan di laut.
75
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan
a. Metode kantong/ jarring yang dilakukan pada dasar, lepas dasar
ataupun apung baik yang dilakukan dengan horizontal maupun
vertical. Hal ini disebabkan karena dengan metode kantong/jaring
bibit rumput laut yang berukuran kecil dapat terlindung dari
hempasan ombak ataupun arus. Bibit rumput laut juga relative
terlindung dari hama yang senang mengkonsumsi rumput laut.
b. Metode lepas dasar dengan tali juga dapat digunakan pada
pembibitan rumput laut. metode ini dilakukan pada area pesisir
atau pasang surut sehingga relative memerlukan biaya yang tidak
mahal dan mudah dalam pengontrolan hasil pembibitan.
c. Metode apung dengan teknik tali tunggal atau rakit apung juga
dapat dilakukan dalam kegiatan pembibitan.
78
Modul 02 Pembibitan Rumput Laut
Kompetensi Keahlian Agribisnis Rumput Laut
SMK Negeri 3 Tarakan