TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi limbah dan hasil samping rumput laut, peserta didik
diharapkan mampu melakukan penanganan dan pengolahan limbah khususnya
dari proses pengolahan rumput laut sesuai prosedur.
PETA KONSEP
Pengolahan dan
Cara Penanganan
Jenis- Jenis Limbah Pemanfaatan Limbah
Limbah
Rumput laut
KATA KUNCI
MATERI PEMBELAJARAN
Pendahuluan
Pengertian
Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas domestik yang
berbentuk padat. Contoh dari limbah padat diantaranya yaitu: kertas, plastik,
serbuk besi, serbuk kayu, kain, dll. Limbah padat dapat diklasifikasikan menjadi
enam kelompok sebagai berikut:
a. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah,
berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau terurai
mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan, sisa dapur, sampah
sayuran,bkulit buah-buahan, termasuk sisa bahan rumput laut
b. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah
padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh
mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Contohnya yaitu: selulosa, kertas,
plastik, kaca, logam.
c. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak mudah
membusuk.
Sumber: https://www.viva.co.id/digital/955525-indonesia-akan-buat-abu-
sampah-jadi-chip-komputer-dan-ponsel
d. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa
bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.
e. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan
yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan, kertas
dan plastik.
f. Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat yang bersal
dari buangan industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.
Sumber: https://thegorbalsla.com/limbah/
Penanganan limbah padat bisa dibedakan dari kegunaan atau fungsi limbah padat
itu sendiri. Limbah padat ada yang dapat didaur ulang atau dimanfaatkan lagi serta
mempunyai nilai ekonomis seperti plastik, tekstil, potongan logam, namun ada
juga yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Limbah padat yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi biasanya dibuang, dibakar, atau ditimbun begitu saja. Beberapa
industri tertentu limbah padat yang dihasilkan terkadang menimbulkan masalah
baru yang berhubungan dengan tempat atau areal luas yang dibutuhkan untuk
menampung limbah tersebut.
3. Limbah gas
Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Secara alami
udara mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dll.
Sumber:http://www.ebiologi.net/2017/01/contoh-limbah-gas-pengertian-
gambar.html
Tabel 6.1 Beberapa macam limbah gas yang umum ada di udara
No Jenis Keterangan
1. Karbon monoksida (CO) Gas tidak berwarna, tidak berbau
2. Karbon dioksida (CO2) Gas tidak berwarna, tidak berbau
3. Nitrogen oksida (NOx) Gas berwarna dan berbau
4. Sulfur oksida (SOx) Gas tidak berwarna dan berbau tajam
5. Asam klorida (HCl) Berupa uap
6. Amonia (NH3) Gas tidak berwarna, berbau
7. Metan (CH4) Gas berbau
8. Hidrogen fluorida (HF) Gas tidak berwarna
9. Nitrogen sulfida (NS) Gas berbau
10. Klorin (Cl2) Gas berbau
4. Limbah suara
Limbah suara yaitu limbah yang berupa gelombang bunyi yang merambat
di udara. Limbah suara dapat dihasilkan dari mesin kendaraan, mesin-mesin
pabrik, peralatan elektronikdan sumber-sumber yang lainnya.
2. Limbah anorganik
Limbah anorganik terdiri dari dua suku kata yaitu limbah dan anorganik. Limbah
artinya sisa atau buangan, sedangkan anorgan artinya bukan berasal dari
kelompok jaringan yang melakukan beberapa fungsi (mahluk hidup). Apabila
kedua kata tersebut digabungkan maka limbah anorganik adalah limbah yang
bukan merupakan sisa atau bungan mahluk hidup mencangkup tumbuhan dan
hewan.
Pengertian lain dari limbah anorganik secara kimiawi yaitu limbah yang tidak
mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari mobil bekas atau
perkakas, dan aluminium dari kaleng bekas atau peralatan rumah tangga), kaca,
dan pupuk anorganik (misalnya yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor).
Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme. Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah anorganik
yang sering diterapkan di lapangan umumnya limbah anorganik dalam bentuk
padat (sampah). Selain itu, limbah anorganik juga merupakan limbah yang tidak
dapat atau sulit terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai,
sehingga plastik, kertas, dan karet juga dikelompokkan sebagai limbah anorganik.
Bahan-bahan tersebut sulit diurai oleh mikroorganisme karena unsur karbonnya
membentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang (polimer).
Beberapa limbah anorganik dapat didaur ulang kembali seperti plastik, logam, dan
kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang tersebut harus diolah terlebih
dahulu dengan cara sanitary landfill, pembakaran (incineration), atau
penghancuran (pulverisation).
Limbah anorganik seperti plastik, styrofoam, dll apabila dibiarkan terus-menerus
akan semakin banyak dan menumpuk sehingga selain dapat mengganggu
pemandangan juga dapat menjadi polutan pada tanah. Air limbah industri juga
dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut diantaranya :
Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari
kegiatan pertambangan dan industri
Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji
logam dan bahan bakar fosil
Gambar 6.7 Limbah anorganik
Sumber: https://ilmulingkungan.com/pengelompokan-limbah-
berdasarkan-jenis-senyawa-komposisnya/
C. Dampak Limbah
Seperti yang telah disinggung pada pengertian limbah di atas, ada beragam
dampak limbah yang dapat terjadi pada lingkungan dan juga kesehatan manusia.
Adapun dampak limbah adalah sebagai berikut:
1. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan
Secara umum, limbah memiliki dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
Selain merusak lingkungan dan menyebabkan nilai estetika lingkungan menjadi
buruk, limbah juga dapat menyebabkan kematian terhadap organisme yang
terdapat di lingkungan tersebut. Misalnya, limbah cair yang mengkontaminasi
sungai. Racun yang terdapat pada limbah tersebut akan menyebabkan banyak
organisme di dalam sungai tersebut mati keracunan, misalnya ikan. Kerusakan
pada sungai tersebut pada akhirnya akan mengganggu keseimbangan ekosistem
mahluk hidup secara keseluruhan.
2. Dampak Limbah Terhadap Manusia
Meskipun sebagian besar limbah dihasilkan oleh manusia, namun sebenarnya
yang paling merasakan dampak negatif pencemaran limbah adalah manusia itu
sendiri. Ada banyak sekali gangguan kesehatan yang terjadi jika limbah beracun
sudah mencemari lingkungan manusia. Beberapa contoh penyakit yang dapat
timbul karena limbah diantaranya: diare, keracunan, sesak napas, penyakit tifus
jamur pada kulit dan gangguan saraf
Pengolahan limbah menjadi sesuatu hal yang wajib dilakukan, karna tanpa
pengolahan limbah maka dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya bukan
hanya terhadap lingkungan tapi juga terhadap semua mahluk hidup yang ada di
bumi. Pada sub bab ini akan di paparkan cara pengolahan limbah cair, padat dan
gas serta beberapa penelitian dan pemanfaatan limbah dari rumput laut yang
diolah sehingga mendapatkan sesuatu yang betrmanfaat untuk lingkungan maupun
mahluk hidup
Berikut ini beberapa contoh pengolahan limbah secara umum baik yang dilakukan
pada industri maupun skala rumah tangga:
1. Pengolahan Limbah Cair
Limbah merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang mana limbah
tersebut berasal dari berbagai sumber seperti dari pembuangan rumah tangga, sisa
hasil produksi dan sebagainya. Limbah cair tersebut apabila tidak ditangani
sesegera mungkin maka akan menyebabkan terjadinya pencemaran air yang
tentunya akan menimbulkan dampak bagi lingkungan maupun masyarakat Untuk
itu limbah cair tersebut perlu diolah lebih lanjut agar tidak memberikan dampak
negatif. Proses pengolahan limbah cair memang sudah dikembangkan menjadi
beragam. Proses pengolahan limbah cair tersebut sudah disesuaikan dengan
kebutuhan ataupun faktor finansial. Adapun pengolahannya terbagi atas 5 macam,
yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder, pengolahan tersier, proses
desinfeksi dan pengolahan lumpur.
a. Pengolahan Primer
Tahap pertama dari pengolahan limbah cair industri adalah pengolahan primer
(primary treatment), pengolahan ini merupakan pengolahan secara fisika. Adapun
tahapan dari pengolahan primer adalah tahap penyaringan, tahap pengolahan awal,
tahap pengendapan dan terakhir adalah tahap pengapungan.
1). Tahap Penyaringan (Screening) – Limbah cair yang terkumpul harus melewati
proses penyaringan terlebih dahulu melalui saluran pembuangan. Metode ini dapat
dikatakan sebagai metode yang efisien dan tentunya tidak terlalu banyak
mengeluarkan biaya untuk menyaring bahan padat yang terdapat dalam air
limbah. ( baca : Ciri-ciri Air yang Tercemar )
2). Tahap Awal (Pretreatment) – Setelah melewati proses penyaringan, maka
limbah tersebut akan disalurkan menuju tangki atau bak yang berfungsi untuk
memisahkan pasir dan partikel padat lain yang berukuran besar. Cara kerja dari
tangki tersebut adalah dengan memperlambat aliran air limbah sehingga partikel
pasir yang ada akan mengendap di dasar tangki, sedangkan air limbah akan
dialirkan untuk diproses lebih lanjut.
3). Tahap Pengendapan – Setelah melewati proses awal maka air limbah akan
ditampung dalam tangki khusus pengendapan. Metode pengendapan merupakan
metode paling dasar dalam pengolahan untuk mengolah limbah cair. Dalam tangki
pengendapan, limbah cair akan didiamkan dalam jangka waktu tertentu agar
partikel padat yang masih ada dapat mengendap di dasar tangki. Biasanya
endapan partikel tersebut berupa lumpur yang nantinya akan dipisahkan menuju
saluran lain untuk diolah lebih lanjut. ( baca : Lumpur Hidup )
4). Tahap Pengapungan (Floation) – Metode terakhir dari proses pengolahan
primer adalah tahap pengapungan. Metode ini sangat efektif digunakan untuk
memisahkan polutan seperti minyak dan lemak. Proses pengapungan ini
menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung udara, dimana gelembung
tersebut akan membawa partikel polutan menuju permukaan air limbah dan
kemudian akan dihilangkan.
Perlu diketahui bahwa apabila limbah cair yang mengandung polutan tadi sudah
bersih melalui proses primer, maka limbah akan langsung dibuang ke perairan.
Akan tetapi apabila limbah cair yang mengandung polutan tadi masih menyisakan
polutan lain yang sulit dihilangkan, maka limbah tadi akan diproses lebih lanjut
menuju pengolahan sekunder.
b. Pengolahan Sekunder
Pengolahan sekunder (secondary treatment) merupakan pengolahan limbah cair
secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme untuk menguraikan
bahan organik. Salah satu mikroorganisme yang sering digunakan pada proses ini
adalah bakteri aerob. Pengolahan sekunder secara umum terbagi atas 3 tahapan,
yaitu tahap penyaringan dengan tetesan (tricking filter), tahap lumpur aktif
(activated sludge) dan terakhir tahap kolam (treatment ponds).
Gambar 6.10. Pengolahan Limbah Secara Sekunder
Sumber: https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/pengolahan-limbah-cair-industri
1). Tahap Tricking Filter – Pada tahap ini, bakteri aerob akan digunakan untuk
menguraikan bahan organik yang melekat dan berkembang pada media kasar yang
berupa batuan kecil atau plastik dengan ketebalan 1-3 mili. Limbah cair akan
dialirkan ke media kasar tadi dan dibiarkan agar dapat meresap. Pada proses
peresapan tersebut, bahan organik yang terkandung pada limbah akan diuraikan
oleh bakteri aerob dan selanjutnya hasil resapan tersebut akan sampai pada dasar
lapisan media dan kemudian akan ditampung dalam wadah yang selanjutnya akan
disalurkan pada tangki khusus pengendapan. Endapan tersebut nantinya akan
diproses lebih lanjut. ( baca : Proses Sedimentasi )
2). Tahap Lumpur Aktif – Pada tahap ini limbah cair yang telah melewati
proses filter akan ditampung pada tangki khusus yang didalamnya terdapat lumpur
yang kaya akan bakteri aerob. Setelah itu limbah akan disalurkan kembali ke
tangki pengendapan yang lainnya sementara itu lumpur yang mengandung bakteri
aerob akan disalurkan pada tangki aerasi.
c.Tahap Treatment Ponds – Tahap terakhir pada tahap sekunder adalah treatment
ponds atau kolam perlakuan. Pada tahap ini limbah cair akan ditempatkan pada
kolam terbuka dimana didalamnya terdapat alga yang dapat menghasilkan
oksigen. Oksigen inilah yang nantinya akan digunakan bakteri aero untuk
menguraikan bahan organik dalam limbah cair. Apabila limbah telah mengendap
maka air permukaan dapat disalurkan ke lingkungan untuk diolah dan digunakan
lagi. ( baca : Sifat-sifat Air )
3. Pengolahan Tersier
Seperti yang telah disinggung diawal bahwa apabila setelah melalui proses
pengolahan primer dan sekunder masih ada zat dalam limbah yang tentunya
berbahaya bagi lingkungan dan juga masyarakat, maka akan dilanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu tertiary treatment. Pengolahan ini umumnya bersifat khusus
yang berarti pengolahan akan disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa pada
lembah cair tersebut.
Adapun zat zat yang biasanya masih tertinggal adalah nitrat, fosfat dan garam.
Pengolahan tersier terdiri atas rangkaian dari proses kimia dan fisika. Metode
pengolahan ini sebenarnya jarang sekali digunakan pada pengolahan limbah cair
industri karena biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses pengolahan ini
cenderung tinggi dan tentunya tidak ekonomis.
a. Desinfikasi
Pengolahan limbah cair industri yang berikutnya adalah desinfeksi atau sering
disebut sebagai porses pembunuhan kuman yang tentunya bertujuan untuk
membunuh dan mengurangi mikroorganisme yang ada dalam limbah cair.
Mekanisme pada proses ini bersifat kimia yaitu dengan menambahkan senyawa
pada cairan limbah tersebut.
Perlu diketahui bahwa dalam menambahkan senyawa kimia tersebut harus
memperhatikan hal-hal seperti daya tingkat racun, efektivitasnya, dosis yang
digunakan, tidak boleh membahayakan bagi manusia dan hewan, tahan air dan
tentunya biayanya terjangkau. Salah satu contoh pada proses ini adalah dengan
menambahkan klorin. Apabila benar-benar sudah bersih maka limbah sudah aman
untuk dibuang ke lingkungan.
4. Pengolahan Lumpur
1). Metode Sumur dalam atau sumur injeksi (deep well injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam,
di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori,
limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari
tanah maupun air.
Sumber : http://blh.bogorkab.go.id/index.php/post/detail/1498/pengelolaan-limbah-bahan-
berbahaya-dan-beracun-b3-
Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih
diperlukan pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan.
Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling
banyak dilakukan antara tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang
dibangun setelah tahun 1980.
Sumber : https://ekonomi.bisnis.com/read/20170312/45/636173/kementerian-
pupr-dorong-perbaikan-kualitas-lingkungan-permukiman
Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin
tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut
menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.
Sumber: http://lingkungan.itats.ac.id/mengenal-secure-landfill/
Limbah black water tidak dapat disatukan, karena sifat limbah yang berbeda. oleh
karena itu black water tidak dapat memakai sistem SPAL. Pada black water,
pengelolaannya dapat dilakukan dengan memakai system biogas. Biogas adalah
energy alternative yang berasal dari kotoran. Pada biogas, proses biologisnya
dilakukan secara anaerobic, tanpa oksigen, dan pada hasil akhirnya akan
menghasilkan gas yang dapat dipakai untuk memasak.
Limbah yang dapat dipakai dan diolah menjadi biogas adalah kotoran manusia,
limbah yang berasal dari pabrik tahu dan tempe, kotoran dari hewan ternak serta
rumah pemotongan hewan. Pengolahan limbah black water sebagai energi
alternatif, dapat membantu meringkan pengeluaran warga. Karena alat yang
dibutuhan tidak mahal, dan perawatannya juga tidak membutuhkan banyak waktu.
Akan tetapi kekurangan dari pengolahan black water adalah bau yang
ditumbulkan. Sehingga tangki penampungan limbah harus benar- benar tertutup
rapat agar bau tidak keluar.
Berikut ini akan dibahas beberapa contoh penelitian dan pemanfaatan dari
Pengolahan limbah rumput laut yang bermanfaat bagi lingkungan maupun mahluk
hidup
a. Pengolahan dan pemanfaatan limbah dari proses Alkali Treated Cottonii
(ATC)
Pada proses pembuatan ATC, perbandingan antara bahan baku dengan air pada
tahap netralisasi (setelah ekstraksi alkali rumput laut) mencapai 1 : 40 (w/v)
sehingga limbah cair yang dihasilkan sangat besar. Hal ini menimbulkan masalah
serius terhadap pencemaran lingkungan. Hal itu karena limbah cair yang
dihasilkan dari proses pengolahan ATC memiliki karakteristik alkalinitas yang
tinggi pH antara 12 – 13, memiliki kandungan organik, serta padatan terlarut yang
tinggi. Dengan demikian, pembuangan limbah ke lingkungan tanpa melalui
proses penanganan yang baik akan mengancam keberlangsungan ekosistem yang
berada di sekitarnya (Bakti et al.,2007).
Gambar 6.18. Contoh Limbah pengolahan rumput laut yang tidak di kelola
dengan baik
Sumber: https://m.medcom.id/jawa-timur/peristiwa/0KvW9M1N-limbah-
perusahaan-olahan-rumput-laut-di-sidoarjo-dipersoalkan
Dengan melakukan daur ulang pada limbah cair, pengolahan ATC akan
mengefisienkan penggunaan air sekaligus mengurangi masalah pencemaran
lingkungan. Daur ulang limbah cair dapat menurunkan jumlah Total Dissolve
Solid (TDS) dan Biologycal Oxygen (BOD) hingga 56,60% dan 60,66%. Selain
itu, nilai pH, kekeruhan, bau, warna limbah juga akan menurun. Dengan
pengolahan tersebut, limbah cair dapat didaur ulang hingga 5 kali untuk proses
pengolahan ATC selanjutnya.
Dalam proses produksi alginat, menyisakan limbah berupa limbah padat yang
mengandung banyak senyawa organik tidak larut air seperti selusosa dan limbah
cair yang mengandung banyak senyawa organik dan anorganik larut air seperti
mineral dan pigmen. Kedua jenis limbah tersebut dapat diproses lebih lanjut
menjadi bahan baku industri lain dengan memberikan nilai tambah sehingga tetap
menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Limbah padat dikumpulkan untuk diolah kembali menjadi pupuk atau produk lain,
sedangkan limbah cair diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke limbah
pembuangan. Pengolahan limbah cair dapat dilewatkan melalui bak-bak
penyaringan, pengendapan, dan penjernihan secara berseri yang dapat diisi dengan
bahan penyaring, seperti zeolit atau kerikil dan pasir, sebelum dialirkan ke saluran
pembuangan air di sekitar tempat pengolahan.
Ekstraksi alginat menghasilkan fitrate untuk diproses lebih lanjut menjadi tepung
alginat dan padatan yang dominan mengandung serat, selulosa, mineral dan
hormon pertumbuhan. Oleh karena itu, padatan hasil sampling ekstraksi ini dapat
dimanfaatkan lebih lanjut menjadi: pulp, dan kertas, pakan ikan, pakan ternak,
serta pupuk.
1). Pulp dan Kertas
Selulosa sebagai komponen dominan dalam limbah pembuatan alginat dapat
digunakan sebagai bahan pulp untuk pembuatan kertas. Selulosa yang dihasilkan
dari pembuatan alginat dengan bahan baku rumput laut cokelat sargassum sp.
memiliki ukuran yang pendek (kurang dari 2 mikron) sehingga untuk
pemanfaatannya dalam produk kertas perlu dicampur dengan pulp selulosa dari
bahan lainnya.
Pulp tersebut dapat diolah lebih lanjut menjadi kertas dengan warna keruh, coklat
kehitaman pada kondisi basah, dan cokelat mudah pada kondisi kering atau warna
lain jika ditambahkan proses bleaching dan colouring pada pulp siap cetak.
Pengolahannya menjadi kertas tekstur (seni) maupun kertas pengemas tidak perlu
menggunakan pemutih, sedangkan pada pengolahan menjadi kertas print untuk
kegiatan perkantoran memerlukan pemutih, NaOH dan H2O2.
2). Pupuk
Selain selulosa, limbah pembuatan alginat masih mengandung beragam senyawa
organik dan mineral seperti pigmen, fukoidan, senyawa fenol, unsur hara makro,
N, P, K, dan Ca, unsur hara mikro Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, dan B, serta hormon
pertumbuhan seperti sitokinin, auksin, dan giberelin.
Gambar. 6.20 . Contoh pupuk organik dari limbah rumput laut
Sumber: https://indonesian.alibaba.com/product-detail/liquid-seaweed-fertilizer-
liquid-organic-fertilizer-liquid-kelp-fertilizer-60044380145.html
Limbah proses ini dapat dimanfaatkan untuk pupuk padat (kompos) dan pupuk
cair dengan mengombinasikannya dengan limbah perikanan lainnya seperti
limbah kepala udang dan limbah filet ikan. Proses pembuatan pupuk dari limbah
padat dengan cara limbah padat dinetralkan dengan menggunakan asam fosfat,
selanjutnya dijemur hingga kering. Untuk memperkaya unsur hara N dan mineral
lainnya limbah padat yang sudah kering tersebut dapat dicampur dengan silase
limbah perikanan yang kaya akan asam amino dan mineral seperti mineral Ca, P,
Na, N.
4). Bahan Sumber Nutrisi Ikan
Limbah ekstraksi alginat kaya kandungan selulosa dan serat sehingga dapat
menjadi sumber nutrisi ikan. Penyediaan pakan, khususnya untuk ikan merupakan
tahapan dalam budidaya yang tertinggi biayanya. Pembuatan pakan sendiri
mempunyai biaya produksi yang sangat tinggi karena beberapa bahan, misalnya
pollard sebagai sumber serat, masih bergantung dari impor. Demikian halnya
dengan mineral yang ditambahkan dalam pakan ikan juga masih impor. Limbah
ekstraksi alginat dapat menjadi alternatif bahan sumber serat dan mineral yang
harganya lebih murah dan dapat dihasilkan sendiri. Saat ini, penelitian mengenai
pembuatan bahan sumber nutrisi ikan sedang dilakukan oleh BBP4BKP (Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan).
Produksi pengolahan rumput laut menghasilkan jumlah limbah yang sangat besar
baik berupa limbah cair maupun limbah padat. Salah satu limbah yang dihasilkan
oleh industri pengolahan rumput laut yaitu limbah padat hasil pengolahan produk
agar. Berdasarkan data penelitian oleh Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2002-2003, jumlah limbah padat yang
dihasilkan pada pengolahan agar berkisar 70–85% (Basmal et al., 2003). Sejak
berkembangnya industri pengolahan agar sampai dengan saat ini, belum ada
kegiatan pengolahan limbah padat yang sekaligus memanfaatkannya menjadi
produk lain, dengan demikian limbah padat yang dihasilkan menjadi suatu
permasalahan bagi industri pengolahan rumput laut. Beberapa perusahaan
pengolahan rumput laut di Indonesia menggunakan area lahan yang luas untuk
membuang limbah padat yang dihasilkan. Berdasarkan karakterisasi limbah
diketahui bahwa limbah pengolahan rumput laut terdiri dari dua fase yakni fase
cair dan fase padat. Fase cair berasal dari pencucian dan presipitasi ekstraksi
rumput laut, sedangkan fase padat berasal dari pemisahan ekstrak rumput laut dari
padatannya. Komposisi utama fase padat adalah selulosa, sedangkan komponen
lainnya adalah mineral-mineral. Kadar air fase padat dapat mencapai 68,4%, kadar
abu 31%, dan kadar serat 20,1% (Basmal et al., 2003). Kandungan selulosa yang
tinggi pada limbah padat pengolahan rumput laut ini dijadikan dasar dalam
penelitian untuk memanfaatkannya menjadi bahan pembuatan papan partikel.
Papan partikel adalah salah satu jenis panil kayu yang terbuat dari partikel-partikel
kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang dicampur dengan perekat sintetis
atau bahan pengikat lain kemudian dikempa dengan panas.
Dalam pembuatan panil, dapat ditambahkan bahan penolong dengan tujuan untuk
memperbaiki sifat-sifat tertentu dari panil tersebut (Maloney, 1977). Keuntungan
dari usaha pembuatan papan partikel tidak hanya terletak pada banyaknya macam
bahan baku yang dapat digunakan, akan tetapi juga pada cara pembuatan dan sifat
papan partikel yang dapat diberikan. Papan partikel mudah dikerjakan (dipotong,
dipaku, dan lainlain) sehingga mudah untuk memenuhi persyaratan yang
diperlukan dalam pemakaian (Sulastiningsih et al., 1999). Tuntutan pasar yang
berkembang saat ini yaitu semakin gencarnya penolakan produk kayu olahan yang
berbahan baku kayu dari hutan alam tropis (Prasetya et al., 2006). Dengan
semakin langkanya bahan baku kayu untuk industri perkayuan, akhir-akhir ini
berkembang kecenderungan untuk memanfaatkan bahan-bahan lain sebagai
alternatif dari kayu, misalnya limbah dari kegiatan pertanian (Xu et al., 2004)
d. Pemanfaatan limbah alkali rumput laut untuk pupuk anorganik
Limbah cair dari industri rumput laut (Eucheuma cottoni) yang dalam
proses pengolahannya menggunakan Kalium Hidroksida (KOH) mempunyai
kandungan Kalium. Sedangkan dari proses pickling di industri lapis listrik
dihasilkan limbah cair sekitar 2 m3 untuk setiap 1000 m2 benda yang dilapis.
Limbah cair ini mengandung FeCl2/FeCl3, jika tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan pencemaran lingkungan. Dengan dimanfaatkannya secara bersama
limbah pickling dan limbah cair dari rumput laut, maka lingkungan akan tetap
terjaga.
Gambar 6.15. Proses pemanfaatan Klorofil dari hasil olahan rumput laut untuk
pengobatan kanken
Sumber: https://kanal.temporaktif.com/2018/12/manfaat-limbah-hasil-
olahan-rumput-laut.html
Selain itu Klorofil A juga bisa digunakan untuk Photo Dynamic Therapy (PDT),
yakni pengobatan kanker dengan menginjeksikan klorofil ke penderita kanker.
Kemudian Tubuh penderita akan disinari sehingga oksigen di sekitar berubah
menjadi oksigen radikal yang akan membunuh sel kanker. Selain klorofil, limbah
lain dari pengolahan rumput laut adalah cangkang jenis Navicula Sp. yang dapat
digunakan sebagai bahan nano bio silika dan nano material untuk katalis berbasis
ziolit.
Besarnya potensi pasar untuk olahan limbah alga merupakan suatu peluang
industri tambahan selain pengolahan bahan bakar biodiesel mikroalga.
Jika produksi dilakukan dalam skala besar, volume limbah banyak, serta produksi
minyak dan limbah berjalan, kita dapat menjual produk murah yang dibutuhkan
banyak orang yang otomatis membuka industri dan lapangan kerja baru.
CAKRAWALA
BIOETANOL
DARI LIMBAH
PRODUKSI
AGARAGAR
Pemanfaatan limbah dari proses pengolahan rumput laut bisa dimanfaatkan untuk
membuat berbagai macam produk untuk kebutuhan manusia. Untuk lebih
memperkaya wawasan kalian terhadap pemanfaatan limbah rumput laut silahkan
kalian mengunjungi link dibawah ini
LEMBAR PRAKTIKUM
I .Tujuan
1. Siswa dapat menyiapkan alat dan bahan dalam pengolahan limbah cair
rumput laut dengan sistem sand filter
2. Siswa mampu melakukan pengolahan limbah cair rumput laut dengan
sistem sand filter
II. Alat
1. Thermometer
2. pH meter/ Kertas Indikator pH
3. Baskom
4. Kaos tangan
5. Masker
6. Ember/Jerigen volume 20 ltr
7. Arang aktif
8. Tawas
9. Pasir
10. Kain kasa
11. Batu kerikil
12. Kran air ½ inci
13. Pipa ½ inci
III. Bahan
1. Air limbah hasil pembuatan ATC
2. Air tawar
Nilai Keterangan
......
.............,........................
........................ ..........................
Nis NIP.
RANGKUMAN
Dari pembelajaran pada bab ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Limbah rumput laut adalah sisa buangan dari proses produksi dan
pengolahan rumput laut yang masih bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
lainnya
TUGAS MANDIRI
Setelah mempelajari materi tentang limbah dan hasil samping rumput laut,
lakukanlah observasi di lingkungan sekitar anda amatilah kegiatan
industri/UMKM yang melakukan kegiatan pengolahan rumput laut .. Kemudian
lakukanlah tugas dibawah ini:
1. Dokumentasikan semua kegiatan yang kalian amati
2. Catatlah beberapa kegiatan yang mereka lakukan terkait dengan pengelolaan
limbah yang tidak didapatkan di kegiatan pembelajaran
3. Diskusikanlah hal tersebut dengan kelompokmu dan presentasekan di depan
kelas pada pertemuan selanjutnya
PENILAIAN MANDIRI
Kerjakanlah soal-soal dibawah ini dengan baik dan benar
1. Jelaskan menurut kalian apa yang dimaksud dengan limbah dan pengolahan
hasil samping pada rumput laut!
2. Jelaskan cara penanganan limbah cair dari pengolahan rumput laut!
3. Jelaskan cara penanganan limbah padat dari pengolahan rumput laut!
4. Jelaskan cara penanganan limbah gas dari kegiatan industri!
5. Jelaskan perbedaan antara limbah organik dan anorganik!
6. Jelaskan dampak yang ditimbulkan oleh limbah secara umum pada lingkungan
dan manusia jika tidak diolah dengan baik!
7. Jelaskan cara pengolahan dan pemanfaatan limbah cair dari pengolahan rumput
laut!
8. Jelaskan cara pengolahan dan pemanfaatan limbah padat dari pengolahan
rumput laut!
9. Jelaskan cara pengolahan limbah B3!
10.Jelaskan perbedaan antara limbah Grey water Komunal dengan Black water
Komunal!
12. Jelaskan cara pemanfaatan limbah industri rumput laut (Pembuatan ATC)
agar airnya dapat digunakan lagi untuk proses pengolahan ATC!
13. Jelaskan beberapa pemanfaatan limbah hasil proses produksi Alginat pada
kegiatan atau industri lain!
14. Jelaskan beberapa pemanfaatan limbah hasil proses produksi Agar pada
kegiatan atau industri lain!
REFLEKSI