Anda di halaman 1dari 49

BAB VI

LIMBAH DAN HASIL SAMPING PENGOLAHAN RUMPUT LAUT

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi limbah dan hasil samping rumput laut, peserta didik
diharapkan mampu melakukan penanganan dan pengolahan limbah khususnya
dari proses pengolahan rumput laut sesuai prosedur.

PETA KONSEP

Limbah dan Hasil


Samping Pengolahan
Rumput Laut

Pengolahan dan
Cara Penanganan
Jenis- Jenis Limbah Pemanfaatan Limbah
Limbah
Rumput laut

KATA KUNCI

Limbah, Rumput Laut, Produk Limbah

MATERI PEMBELAJARAN

Pendahuluan

Masalah limbah dewasa ini telah menjadi persoalan tersendiri seiring


dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Peningkatan produksi limbah
baik yang berasal dari sektor pertambangan, pertanian, perikanan maupun
perkotaan (rumah tangga) harus dikelola ekstra hati-hati sehingga tidak
menimbulkan dampak lingkungan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka
tantangan yang dihadapi dengan meningkatnya kebutuhan sumberdaya yang
tinggi dan kebutuhan untuk memproteksi lingkungan dari konsekuensi eksploitasi
sumberdaya serta kebutuhan untuk konservasi merupakan hal yang harus
dilakukan sehingga dapat tercapai suatu kondisi yang seimbang dan berkelanjutan
didalam pengelolaan suberdaya alam.
Pengolahan rumput laut baik skala UMKM maupun skala Industri akan
menghasilkan limbah padat maupun limbah cair yang saat ini menjadi masalah
yang serius dan harus ditangani oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu
sendiri. Masalah penanganan limbah padat dan cair dari rumput laut haruslah
mendapat perhatian khusus agar tidak mencemari dan merusak lingkungan
Pada bab ini akan dibahas mengenai limbah secara umum dan limbah hasil
pengolahan rumput laut, serta pemanfaatan hasil samping dan limbah rumput laut
untuk sesuatu yang bermanfaaat , sehingga keberadaan limbah dari rumput laut
dapat menjadi sumber penghasilan baru jika dikelola dengan cara yang benar

Gambar 6.1. Pupuk cair dari limbah rumput laut


Sumber:https://www.kompasiana.com/ir.h.diankusumanto/
55174d3d813311c9669de565/peluang-besar-pupuk-organik-dari-cairan-limbah-proses-
pengeringan-rumput-laut

Pengertian

Apa yang dimaksud dengan limbah? Secara umum, pengertian limbah adalah


buangan atau material sisa yang dianggap tidak memiliki nilai yang dihasilkan
dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga). Ada
juga yang mengatakan bahwa definisi limbah adalah semua material sisa atau
buangan yang berasal dari proses teknologi maupun dari proses alam dimana
kehadirannya tidak bermanfaat bagi lingkungan dan tidak memiliki nilai
ekonomis. Pada dasarnya berbagai jenis limbah dihasilkan oleh kegiatan manusia,
baik itu kegiatan industri maupun domestik (rumah tangga) dan berdampak buruk
terhadap lingkungan dan juga bagi kesehatan manusia. Dalam PP no.18 tahun
1999 disebutkan bahwa Pengertian “Limbah adalah sisa suatu
kegiatan/usaha”. Dalam pengertian lain limbah adalah buangan yang dihasilkan
dari aktivitas-aktivitas produksi, baik itu domestik ataupun non-domestik.
Domestik meliputi: rumah tangga, pasar, sekolah, pusat keramaian ataupun
sebagainya. Non-Domestik meliputi: Pabrik, transportasi, industri, pertanian
peternakan dan sebagainya Agar lebih memahami apa definisi limbah, maka kita
bisa merujuk kepada pendapat beberapa ahli berikut ini:

Susilowarno, Menurut Susilowarno (2007), pengertian limbah adalah sisa atau


hasil sampingan dari kegiatan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Karmana ,Menurut Karmana (2007), definisi limbah adalah sisa atau sampah dari
suatu proses kegiatan manusia yang dapat menjadi bahan polutan di suatu
lingkungan.
Cahyono Budi Utomo, Menurut Cahyono Budi Utomo, pengertian limbah adalah
suatu zat atau benda yang timbul sebagai hasil dari kegiatan manusia yang tidak
digunakan lagi dan dibuang.
Hieronymus Budi Santoso, Menurut Hieronymus Budi Santoso, pengertian
limbah adalah bahan yang dibuang/ terbuang dari hasil aktivitas manusia atau
berbagai proses alam, dan tidak memiliki nilai ekonomi, bahkan dapat merugikan
manusia.
Deden Abdurahman, Menurut Deden Abdurahman, pengertian limbah adalah
buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun
domestik (rumah tangga), dimana kehadirannya dapat menurunkan kualitas
lingkungan.
Daniel A. Okun dan George Ponghis, Menurut Daniel A. Okun dan George
Ponghis (1875), pengertian limbah adalah semua limbah cair rumah tangga,
termasuk air kotor dan semua limbah industri yang dibuang ke sistem saluran
limbah cair, kecuali air hujan atau drainase permukaan.
A. Jenis- jenis limbah
Limbah memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan benda
lainnya. Adapun beberapa karakteristik limbah adalah sebagai berikut:
Berukuran Mikro, limbah memiliki ukuran kecil atau partikel-partikel kecil yang
masih dapat dilihat oleh mata manusia.
Bersifat dinamis, limbah selalu bergerak sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
Misalnya, ketika limbah masuk ke sungai maka limbah tersebut akan mengikuti
arah aliran sungai tersebut. Penyebarannya berdampak luas, dampak yang
ditimbulkan oleh limbah pada lingkungan dan manusia efeknya beragam. Ketika
kontaminasi limbah sudah berat maka akan menyebabkan kerusakan bagi
lingkungan dan manusia. Berdampak jangka panjang, limbah dapat menimbulkan
dampak yang cukup lama di wilayah yang terkontaminasi. Sehingga dibutuhkan
waktu yang cukup lama untuk mengembalikan kondisi wilayah tersebut.
Jenis-jenis limbah dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu berdasarkan
wujudnya, berdasarkan sumbernya, berdasarkan senyawanya. Pengelompokan
Limbah Berdasarkan Bentuk atau Wujudnya dapat dibagi menjadi empat
diantaranya yaitu:
1. Limbah cair
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air menjelaskan pengertian dari limbah yaitu
sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Pengertian
limbah cair lainnya adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas
domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan
buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair
dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok diantaranya yaitu:
Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contohnya
yaitu: air sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.
Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan
industri. Contohnya yaitu: sisa pengolahan industri rumput laut, sisa pewarnaan
kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri pengolahan makanan, sisa cucian
daging, buah, atau sayur.

Gambar 6.2. Contoh limbah cair dari produksi minyak sawit


Sumber: https://www.bpdp.or.id/id/energi/limbah-cair-pabrik-sawit-diolah-untan-
jadi-biogas/
Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang
berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair
melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukan. Air limbah
dapat merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak,
atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang membuka atau
yang terhubung kepermukaan. Contohnya yaitu: air buangan dari talang atap,
pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau
perkebunan.
Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air
hujan di atas permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat
melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat
disebut limbah cair.
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam
sistem prosesnya. Selain itu, ada juga bahan baku mengandung air sehingga dalam
proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan
kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan
sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses
dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air
limbah cair yang tidak ditangani atau diolah dengan baik dapat menimbulkan
dampak yang besar bagi pencemaran lingkungan serta dapat menjadi sumber
penyakit bagi masyarakat.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang
limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti
industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya
mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang.
Selain itu, limbah cair domestik biasanya tidak terlalu diperhatikan dengan baik
padahal kalau dibiarkan terus menerus dalam jangka waktu lama dapat menjadi
masalah bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Industri primer pengolahan rumput laut juga termasuk salah satu industri
yang menghasilkan limbah cair yang berbahaya jika tidak diolah dengan benar,
karena dalam prosesnya (pembuatan ATC, SRC, RC) menggunakan bahan kimia
seperti KOH, kaporit dan bahan kimia lain yang jika tidak di olah maka, akan
sangat merusak lingkungan. Selain itu UMKM pengolahan rumput laut juga
menghasilkan limbah. Sebagai contoh, limbah air deterjen sisa cucian apabila
dibiarkan dalam jangka panjang akan menjadi sumber pencemaran lingkungan
dan menjadi sumber penyakit bagi masyarakat. Mengingat penting dan besarnya
dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair bagi lingkungan, sehingga penting
bagi sektor industri maupun domestik untuk memahami dasar-dasar teknologi
pengolahan limbah cair.
 2. Limbah padat

Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas domestik yang
berbentuk padat. Contoh dari limbah padat diantaranya yaitu: kertas, plastik,
serbuk besi, serbuk kayu, kain, dll. Limbah padat dapat diklasifikasikan menjadi
enam kelompok sebagai berikut:
a. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah,
berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau terurai
mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan, sisa dapur, sampah
sayuran,bkulit buah-buahan, termasuk sisa bahan rumput laut
b. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah
padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh
mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Contohnya yaitu: selulosa, kertas,
plastik, kaca, logam.
c. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak mudah
membusuk.

Gambar 6.3. Contoh sampah abu

Sumber: https://www.viva.co.id/digital/955525-indonesia-akan-buat-abu-
sampah-jadi-chip-komputer-dan-ponsel
d. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa
bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.
e. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan
yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan, kertas
dan plastik.
f. Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat yang bersal
dari buangan industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.

Gambar 6.4. Sampah industri Elektronik

Sumber: https://thegorbalsla.com/limbah/

Penanganan limbah padat bisa dibedakan dari kegunaan atau fungsi limbah padat
itu sendiri. Limbah padat ada yang dapat didaur ulang atau dimanfaatkan lagi serta
mempunyai nilai ekonomis seperti plastik, tekstil, potongan logam, namun ada
juga yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Limbah padat yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi biasanya dibuang, dibakar, atau ditimbun begitu saja. Beberapa
industri tertentu limbah padat yang dihasilkan terkadang menimbulkan masalah
baru yang berhubungan dengan tempat atau areal luas yang dibutuhkan untuk
menampung limbah tersebut.
3. Limbah gas

Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Secara alami
udara mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dll.

Gambar 6.5. Contoh Limbah Gas

Sumber:http://www.ebiologi.net/2017/01/contoh-limbah-gas-pengertian-
gambar.html

Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara alami akan


menurunkan kualitas udara. Limbah gas yang dihasilkan berlebihan dapat
mencemari udara serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Zat pencemar
melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel
adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti
uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya
dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung.
Limbah gas yang dibuang keudara biasanya mengandung partikel-partikel bahan
padatan atau cairan yang berukuran sangat kecil dan ringan sehingga tersuspensi
dengan gas-gas tersebut. Bahan padatan dan cairan tersebut disebut sebagai materi
partikulat. Seperti limbah gas yang dihasilkan oleh suatu pabrik dapat
mengeluarkan gas yang berupa asap, partikel serta debu. Apabila ini tidak
ditangkap dengan menggunakan alat, maka dengan dibantu oleh angin akan
memberikan jangkauan pencemaran yang lebih luas. Jenis dan karakteristik setiap
jenis limbah akan tergantung dari sumber limbah.

Tabel 6.1 Beberapa macam limbah gas yang umum ada di udara

No Jenis Keterangan
1. Karbon monoksida (CO) Gas tidak berwarna, tidak berbau
2. Karbon dioksida (CO2) Gas tidak berwarna, tidak berbau
3. Nitrogen oksida (NOx) Gas berwarna dan berbau
4. Sulfur oksida (SOx) Gas tidak berwarna dan berbau tajam
5. Asam klorida (HCl) Berupa uap
6. Amonia (NH3) Gas tidak berwarna, berbau
7. Metan (CH4) Gas berbau
8. Hidrogen fluorida (HF) Gas tidak berwarna
9. Nitrogen sulfida (NS) Gas berbau
10. Klorin (Cl2) Gas berbau

4. Limbah suara
Limbah suara yaitu limbah yang berupa gelombang bunyi yang merambat
di udara. Limbah suara dapat dihasilkan dari mesin kendaraan, mesin-mesin
pabrik, peralatan elektronikdan sumber-sumber yang lainnya.

B. Pengelompokan Limbah Berdasarkan Jenis Senyawa (Komposisnya)


Pengelompokan limbah berdasarkan jenis senyawa (Komposisnya) atau
secara kimiawi, limbah dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu limbah organik
dan anorganik. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci kedua jenis limbah
tersebut. Komposisi limbah terbanyak di negara-negara berkembang adalah
limbah organik, sebesar 60- 70%, sedangkan limbah anorganik sebesar ± 30%.
1. Limbah organik
Limbah organik terdiri dari dua suku kata yaitu “Limbah” dan “Organ”. Limbah
diartikan menjadi sisa atau buangan, sedangkan organ diartikan sebagai kelompok
jaringan yang melakukan beberapa fungsi (mahluk hidup). Apabila kedua kata
tersebut digabungkan maka limbah organik adalah limbah yang merupakan sisa
atau buangan mahluk hidup mencangkup tumbuhan dan hewan. Ini merupakan
salah satu pengertian dari limbah organik.
Selain itu, ada beberapa definisi lain dari limbah organik yang akan dijelaskan
pada artikel ini. Limbah organik memiliki defenisi berbeda yang penggunaannya
dapat disesuaikan dengan tujuan penggolongannya. Berdasarkan pengertian secara
kimiawi limbah organik merupakan segala limbah yang mengandung unsur
karbon (C). Oleh sebab itu, limbah organik dapat meliputi limbah dari mahluk
hidup (misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan sisa-sisa
tumbuhan mati, termasuk rumput laut yang tidak diolah. Dilihat secara teknis
sebagian besar orang mendefinisikan limbah organik sebagai limbah yang hanya
berasal dari mahluk hidup (alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya, bahan-
bahan organik alami namun sulit membusuk/terurai, seperti kertas, dan bahan
organik sintetik (buatan) yang juga sulit membusuk/terurai, seperti plastik dan
karet, tidak termasuk dalam limbah organik. Hal ini berlaku terutama ketika orang
memisahkan limbah padat (sampah) di tempat pembuangan sampah untuk
keperluan pengolahan limbah.
Limbah organik yang berasal dari mahluk hidup mudah membusuk karena pada
mahluk hidup terdapat unsur karbon (C) dalam bentuk gula (karbohidrat) yang
rantai kimianya relatif sederhana sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi bagi
mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur. Hasil pembusukan limbah organik
oleh mikroorganisme sebagian besar adalah berupa gas metan (CH4) yang juga
dapat menimbulkan permasalahan lingkungan.
Pengertian lain dari limbah organik yaitu limbah yang dapat diuraikan secara
sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob. Limbah organik dapat
dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah ini mempunyai sifat
kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar
sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang
hidup di dalamnya.
Limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi
bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos
merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami,
alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses
pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.
Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan yang
jenisnya relatif seragam, dimana sebagian besar (95%) berupa sampah organik
sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya
sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan
sisanya anorganik.
Limbah organik dibagi menjadi dua yaitu limbah organik basah dan limbah
organik kering. Limbah organik basah memiliki kandungan air yang cukup tinggi
seperti kulit buah, rumput laut, dan sisa sayuran. Limbah organik kering
merupakan limbah yang memiliki kandungan air yang relatif sedikit seperti kayu,
ranting pohon, dedaunan kering dan lain sebagainya.

Gambar 6.6 Limbah organik


Sumber: https://ilmulingkungan.com/pengelompokan-limbah-berdasarkan-jenis-
senyawa-komposisnya/limbah-organik/

2. Limbah anorganik
Limbah anorganik terdiri dari dua suku kata yaitu limbah dan anorganik. Limbah
artinya sisa atau buangan, sedangkan anorgan artinya bukan berasal dari
kelompok jaringan yang melakukan beberapa fungsi (mahluk hidup). Apabila
kedua kata tersebut digabungkan maka limbah anorganik adalah limbah yang
bukan merupakan sisa atau bungan mahluk hidup mencangkup tumbuhan dan
hewan.
Pengertian lain dari limbah anorganik secara kimiawi yaitu limbah yang tidak
mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari mobil bekas atau
perkakas, dan aluminium dari kaleng bekas atau peralatan rumah tangga), kaca,
dan pupuk anorganik (misalnya yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor).
Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme. Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah anorganik
yang sering diterapkan di lapangan umumnya limbah anorganik dalam bentuk
padat (sampah). Selain itu, limbah anorganik juga merupakan limbah yang tidak
dapat atau sulit terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai,
sehingga plastik, kertas, dan karet juga dikelompokkan sebagai limbah anorganik.
Bahan-bahan tersebut sulit diurai oleh mikroorganisme karena unsur karbonnya
membentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang (polimer).
Beberapa limbah anorganik dapat didaur ulang kembali seperti plastik, logam, dan
kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang tersebut harus diolah terlebih
dahulu dengan cara sanitary landfill, pembakaran (incineration), atau
penghancuran (pulverisation).
Limbah anorganik seperti plastik, styrofoam, dll apabila dibiarkan terus-menerus
akan semakin banyak dan menumpuk sehingga selain dapat mengganggu
pemandangan juga dapat menjadi polutan pada tanah.  Air limbah industri juga
dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut diantaranya :
Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari
kegiatan pertambangan dan industri
Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji
logam dan bahan bakar fosil
Gambar 6.7 Limbah anorganik
Sumber: https://ilmulingkungan.com/pengelompokan-limbah-
berdasarkan-jenis-senyawa-komposisnya/

C. Dampak Limbah
Seperti yang telah disinggung pada pengertian limbah di atas, ada beragam
dampak limbah yang dapat terjadi pada lingkungan dan juga kesehatan manusia.
Adapun dampak limbah adalah sebagai berikut:
1. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan
Secara umum, limbah memiliki dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
Selain merusak lingkungan dan menyebabkan nilai estetika lingkungan menjadi
buruk, limbah juga dapat menyebabkan kematian terhadap organisme yang
terdapat di lingkungan tersebut. Misalnya, limbah cair yang mengkontaminasi
sungai. Racun yang terdapat pada limbah tersebut akan menyebabkan banyak
organisme di dalam sungai tersebut mati keracunan, misalnya ikan. Kerusakan
pada sungai tersebut pada akhirnya akan mengganggu keseimbangan ekosistem
mahluk hidup secara keseluruhan.
2. Dampak Limbah Terhadap Manusia
Meskipun sebagian besar limbah dihasilkan oleh manusia, namun sebenarnya
yang paling merasakan dampak negatif pencemaran limbah adalah manusia itu
sendiri. Ada banyak sekali gangguan kesehatan yang terjadi jika limbah beracun
sudah mencemari lingkungan manusia. Beberapa contoh penyakit yang dapat
timbul karena limbah diantaranya: diare, keracunan, sesak napas, penyakit tifus
jamur pada kulit dan gangguan saraf

Gambar 6.8. Contoh penyakit akibat terpapar limbah


Sumber: https://kabarindoraya.com/limbah-tpa-galuga-warga-terjangkit-penyakit-
kulit/

D. Cara penanganan limbah


Limbah merupakan masalah yang  bila tidak dikelola dengan baik bisa menjadi
bom waktu bagi kehidupan manusia dimasa yang akan datang. Jumlah limbah
yang sangat besar setiap harinya membuat manusia harus memutar otak untuk bisa
hidup berdampingan dengan limbah. Berikut beberapa penanganan limbah yang
dapat dilakukan yaitu :
1. Dibuatkan tempat pembuangan khusus
Untuk limbah yang berbetuk cair, bisa dibuatkan sumur pembuangan khusus yang
letaknya berjauhan dengan sumber air sehingga tidak mencemari air masyarakat.
Sedangkan untuk limbah padat, biasanya dibuatkan tempat pembuangan yang
memiliki cerobong yang sangat tinggi sehingga baunya tidak mengganggu
masyarakat.
2. Sebagai bahan baku produk turunan
Beberapa limbah padat maupun cair bisa diolah lagi untuk dijadikan sebagai
bahan baku produk turunannya yang lain. Seperti misalnya: limbah batok kelapa
yang diolah menjadi briket batok kelapa.
3. Di daur ulang
Beberapa jenis limbah yang memungkinkan untuk di daur ulang, sebaiknya
dipisahkan dengan limbah yang tidak bisa didaur ulang. nah dengan cara ini kita
bisa mendapatkan hasil yang sangat menguntungkan
4. Dibakar / dimusnahkan
Walaupun terlihat kurang arif namun cara memusnahkan limbah- limbah tertentu
dengan cara membakar limbah tersebut masih banyak dipakai oleh masyarakat
untuk mengurangi jumlah limbah yang ada.
5. Dinetralisir
Cara ini bisa digunakan untuk menangani jenis limbah cair dengan menetralisir
limbah cair, berarti kita telah melakukan suatu proses penjernihan sehingga air
limbah dari sebuah usaha bisa dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
6. Dikubur dalam tanah
Cara penanganan sampah dengan cara dikubur atau ditanam dalam tanah juga
termasuk populer di masyarakat selain menggunakan cara membakar limbah.
7. Dijadikan pakan ternak
Beberapa jenis limbah, biasanya yang berbentuk padat dan basah, bisa digunakan
sebagai bahan campuran pakan ternak yang bisa meningatkan kadar kandungan
pakan ternak ternak itu sendiri.
8. Dijadikan sebagai sumber energi alternatif
Kandungan sebuah zat pada limbah bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi
alternatif. Contohnya adalah penggunaan limbah kotoran sapi sebagai pengganti
gas LPG.
9. Dimanfaaatkn untuk proses produksi selanjutnya
Serbuk kayu pada perusahaan furniture bisa dimanfaatkan sebagai sumber bahan
bakar pada proses pengovenan. Selain bisa mengurangi jummlah limbah, cara
penanganan limbah seperti ini bisa digunakan untuk menghemat jumlah biaya
produksi.
10. Dijadikan pupuk
Pupuk tidak hanya berbentuk kompos karena dengan penggunaan teknologi
pengolahan limbah yang canggih kita bisa menyulap limbah baik padat maupun
cair menjadi beberapa jenis pupuk diantaranya adalah pupuk kompos dan juga
pupuk cair.

E. Pengolahan Dan Pemanfaatan Limbah

Pengolahan limbah menjadi sesuatu hal yang wajib dilakukan, karna tanpa
pengolahan limbah maka dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya bukan
hanya terhadap lingkungan tapi juga terhadap semua mahluk hidup yang ada di
bumi. Pada sub bab ini akan di paparkan cara pengolahan limbah cair, padat dan
gas serta beberapa penelitian dan pemanfaatan limbah dari rumput laut yang
diolah sehingga mendapatkan sesuatu yang betrmanfaat untuk lingkungan maupun
mahluk hidup
Berikut ini beberapa contoh pengolahan limbah secara umum baik yang dilakukan
pada industri maupun skala rumah tangga:
1. Pengolahan Limbah Cair
Limbah merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang mana limbah
tersebut berasal dari berbagai sumber seperti dari pembuangan rumah tangga, sisa
hasil produksi dan sebagainya. Limbah cair tersebut apabila tidak ditangani
sesegera mungkin maka akan menyebabkan terjadinya pencemaran air yang
tentunya akan menimbulkan dampak bagi lingkungan maupun masyarakat Untuk
itu limbah cair tersebut perlu diolah lebih lanjut agar tidak memberikan dampak
negatif. Proses pengolahan limbah cair memang sudah dikembangkan menjadi
beragam. Proses pengolahan limbah cair tersebut sudah disesuaikan dengan
kebutuhan ataupun faktor finansial. Adapun pengolahannya terbagi atas 5 macam,
yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder, pengolahan tersier, proses
desinfeksi dan pengolahan lumpur.
a. Pengolahan Primer
Tahap pertama dari pengolahan limbah cair industri adalah pengolahan primer
(primary treatment), pengolahan ini merupakan pengolahan secara fisika. Adapun
tahapan dari pengolahan primer adalah tahap penyaringan, tahap pengolahan awal,
tahap pengendapan dan terakhir adalah tahap pengapungan.

Gabar 6.9 Pengolahan limbah secara Primer


Sumber: https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/pengolahan-limbah-cair-industri

1). Tahap Penyaringan (Screening) – Limbah cair yang terkumpul harus melewati
proses penyaringan terlebih dahulu melalui saluran pembuangan. Metode ini dapat
dikatakan sebagai metode yang efisien dan tentunya tidak terlalu banyak
mengeluarkan biaya untuk menyaring bahan padat yang terdapat dalam air
limbah. ( baca : Ciri-ciri Air yang Tercemar )
2). Tahap Awal (Pretreatment) – Setelah melewati proses penyaringan, maka
limbah tersebut akan disalurkan menuju tangki atau bak yang berfungsi untuk
memisahkan pasir dan partikel padat lain yang berukuran besar. Cara kerja dari
tangki tersebut adalah dengan memperlambat aliran air limbah sehingga partikel
pasir yang ada akan mengendap di dasar tangki, sedangkan air limbah akan
dialirkan untuk diproses lebih lanjut.
3). Tahap Pengendapan – Setelah melewati proses awal maka air limbah akan
ditampung dalam tangki khusus pengendapan. Metode pengendapan merupakan
metode paling dasar dalam pengolahan untuk mengolah limbah cair. Dalam tangki
pengendapan, limbah cair akan didiamkan dalam jangka waktu tertentu agar
partikel padat yang masih ada dapat mengendap di dasar tangki. Biasanya
endapan partikel tersebut berupa lumpur yang nantinya akan dipisahkan menuju
saluran lain untuk diolah lebih lanjut. ( baca : Lumpur Hidup )
4). Tahap Pengapungan (Floation) – Metode terakhir dari proses pengolahan
primer adalah tahap pengapungan. Metode ini sangat efektif digunakan untuk
memisahkan polutan seperti minyak dan lemak. Proses pengapungan ini
menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung udara, dimana gelembung
tersebut akan membawa partikel polutan menuju permukaan air limbah dan
kemudian akan dihilangkan.
Perlu diketahui bahwa apabila limbah cair yang mengandung polutan tadi sudah
bersih melalui proses primer, maka limbah akan langsung dibuang ke perairan.
Akan tetapi apabila limbah cair yang mengandung polutan tadi masih menyisakan
polutan lain yang sulit dihilangkan, maka limbah tadi akan diproses lebih lanjut
menuju pengolahan sekunder.
b. Pengolahan Sekunder
Pengolahan sekunder (secondary treatment) merupakan pengolahan limbah cair
secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme untuk menguraikan
bahan organik. Salah satu mikroorganisme yang sering digunakan pada proses ini
adalah bakteri aerob. Pengolahan sekunder secara umum terbagi atas 3 tahapan,
yaitu tahap penyaringan dengan tetesan (tricking filter), tahap lumpur aktif
(activated sludge) dan terakhir tahap kolam (treatment ponds).
Gambar 6.10. Pengolahan Limbah Secara Sekunder
Sumber: https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/pengolahan-limbah-cair-industri
1). Tahap Tricking Filter – Pada tahap ini, bakteri aerob akan digunakan untuk
menguraikan bahan organik yang melekat dan berkembang pada media kasar yang
berupa batuan kecil atau plastik dengan ketebalan 1-3 mili. Limbah cair akan
dialirkan ke media kasar tadi dan dibiarkan agar dapat meresap. Pada proses
peresapan tersebut, bahan organik yang terkandung pada limbah akan diuraikan
oleh bakteri aerob dan selanjutnya hasil resapan tersebut akan sampai pada dasar
lapisan media dan kemudian akan ditampung dalam wadah yang selanjutnya akan
disalurkan pada tangki khusus pengendapan. Endapan tersebut nantinya akan
diproses lebih lanjut. ( baca : Proses Sedimentasi )
2). Tahap Lumpur Aktif – Pada tahap ini limbah cair yang telah melewati
proses filter akan ditampung pada tangki khusus yang didalamnya terdapat lumpur
yang kaya akan bakteri aerob. Setelah itu limbah akan disalurkan kembali ke
tangki pengendapan yang lainnya sementara itu lumpur yang mengandung bakteri
aerob akan disalurkan pada tangki aerasi.
c.Tahap Treatment Ponds – Tahap terakhir pada tahap sekunder adalah treatment
ponds atau kolam perlakuan. Pada tahap ini limbah cair akan ditempatkan pada
kolam terbuka dimana didalamnya terdapat alga yang dapat menghasilkan
oksigen. Oksigen inilah yang nantinya akan digunakan bakteri aero untuk
menguraikan bahan organik dalam limbah cair. Apabila limbah telah mengendap
maka air permukaan dapat disalurkan ke lingkungan untuk diolah dan digunakan
lagi. ( baca : Sifat-sifat Air )

3. Pengolahan Tersier

Gambar 6.11. Pengolahan limbah secara tersier


Sumber: (https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/pengolahan-limbah-cair-industri)

Seperti yang telah disinggung diawal bahwa apabila setelah melalui proses
pengolahan primer dan sekunder masih ada zat dalam limbah yang tentunya
berbahaya bagi lingkungan dan juga masyarakat, maka akan dilanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu tertiary treatment. Pengolahan ini umumnya bersifat khusus
yang berarti pengolahan akan disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa pada
lembah cair tersebut.
Adapun zat zat yang biasanya masih tertinggal adalah nitrat, fosfat dan garam.
Pengolahan tersier terdiri atas rangkaian dari proses kimia dan fisika. Metode
pengolahan ini sebenarnya jarang sekali digunakan pada pengolahan limbah cair
industri karena biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses pengolahan ini
cenderung tinggi dan tentunya tidak ekonomis.
a. Desinfikasi
Pengolahan limbah cair industri yang berikutnya adalah desinfeksi atau sering
disebut sebagai porses pembunuhan kuman yang tentunya bertujuan untuk
membunuh dan mengurangi mikroorganisme yang ada dalam limbah cair.
Mekanisme pada proses ini bersifat kimia yaitu dengan menambahkan senyawa
pada cairan limbah tersebut.
Perlu diketahui bahwa dalam menambahkan senyawa kimia tersebut harus
memperhatikan hal-hal seperti daya tingkat racun, efektivitasnya, dosis yang
digunakan, tidak boleh membahayakan bagi manusia dan hewan, tahan air dan
tentunya biayanya terjangkau. Salah satu contoh pada proses ini adalah dengan
menambahkan klorin. Apabila benar-benar sudah bersih maka limbah sudah aman
untuk dibuang ke lingkungan.
4. Pengolahan Lumpur

Gambar. 6.12 . Pengolahan limbah lumpur


Sumber: https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/pengolahan-limbah-cair-industri
Pengolahan lumpur atau slude treatment adalah tahap pengolahan paling terakhir
yang dilakukan ketika pengolahan limbah cair primer, sekunder dan tersier yang
menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tentunya tidak
dapat dibuang ke lingkungan begitu saja, karena akan mencemari lingkungan.
Maka dari itu lumpur tadi perlu diolah agar ramah lingkungan. Proses pengolahan
lumpur ini biasanya dengan menguraikannya dengan cara aerob yang nantinya
akan disalurkan ke beberapa alternatif seperti dibuang ke laut atau dibuang ke
lahan pembuangan khusus, bahkan dapat dijadikan sebagai pupuk kompos.
Secara umum penanganan limbah cair dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1). Penyaringan
Limbah cair bisa di saring / difiltrsi unt memisahkan partikel tersusensi dari air
2). Flotasi
Flotasi merupakan proses penanganan limbah dengan cara  membuang dan
memisahkan partikel yang mengapung diatas permukaan air
3). Absorbsi/ penyerapan
Proses absorbsi ini dilakukan dengan menggunakan karbon sehngga partikel yang
tidak dibutuhkn bisa terserap dan terpisah dari air
4). Pengendapan
Pengendapan diakukan dengan tujan supaya bahan yangtidak mudah larut bisa
terpisah dari air. Proses ini dilakukan dengan cara menambahkan elektrolit
5). Penyisihan
Penyisihan dapat dilakuan dengan cara mengoksidsi limbah cair sehingga
zatorganis beracun bisa terpisah dari air
6). Menghilangkan material organik
Pada cara penanganan limbah cair ini dilakukan dengan cara memberikan
mikroorganisme supaya material organik dalam air hancur atau  hilang
7). Menghilangkan organisme penyebab penyakit
Pada proses ini, kita bisa menggunakan sinar ltravioletataupun menambahkan
khlorin
8). Penghancuran partikel perusak
Ini perlu dilakukan untuk melindungi alat dari partiel – partikel yanng bersifat
merusak
9). Penggunaan kolam oksidasi
Ini merupakan metode penanganan limbah cair secara Biologi
10). Pengurangan limbah cair
Jumlah limbah cair bisa dikurangi dengan cara mengefisienkan proses produksi
sehingga jumlah limbah cair yang dihasilkan bisa diminimalisir 
Sumber : carapedia.com

a. Pengolahan Limbah Padat


Limbah padat merupakan limbah yang paling banyak diproduksi oleh manusia.
hal ini karena sebagian besar barang yang digunakan olah manusia adalah
berbentuk fisik, sehingga ketika barang tersebut sudah dihabiskan nilai gunanya,
yang tertinggal hanyalah suatu bentuk fisik pula. Limbah padat ini juga sering
dikenal sebagai sampah. Keberadaan limbah padat ini dapat diolah dengan
berbagai cara. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai bentuk
pengolahan limbah padat antara lain sebagai berikut:
1). Penimbunan terbuka
Solusi atau pengolahan pertama yang bisa dilakukan pada limbah padat adalah
penimbunan terbuka. Limbah padat dibagi menjadi organik dan juga non organik.
Limbah padat organik akan lebih baik ditimbun, karena akan diuraikan oleh
organisme- organisme pengurai sehingga akan membuat tanah menjadi lebih
subur (baca: ciri- ciri tanah subur dan tidak subur).
2). Sanitary landfill
Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga
plastik untuk mencegah pembesaran di tanah dan gas metana yang terbentuk dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik.
3). Insenerasi
Hasil panas digunakan untuk listrik atau pemanas ruangan.
4). Membuat kompos padat
Seperti halnya penimbunan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
bahwasannya limbah padat yang bersifat organik akan lebih bermanfaat apabila
dibuat menjadi kompos. Kompos ini bisa dijadikan sebagai usaha masyarakat
yang sangat bermanfaat bagi banyak orang.
5). Daur ulang
Limbah padat yang bersifat non organik bisa dipilah- pilah kembali. Limbah padat
yang masih bisa diproses kembali bisa di daur ulang menjadi barang yang baru
atau dibuat barang lain yang bermanfaat atau bernilai jual tinggi. Sebagai contoh
adalah kerajinan dari barang- barang bekas.
6). Dibakar
Pembakaran limbah padat atau sampah juga bisa digunakan sebagai salah satu
alternatif untuk mengatasi adanya limbah padat yang sangat banyak. Biasanya,
sampah- sampah rumah tangga akan dikumpulkan di sebuah bank sampah atau
tempat pembuangan sampah. Apabila sampah yang terkumpul tidak terlalu
banyak, maka pembakaran ini bisa saja dilakukan. Namun perlu kita ingat juga
bahwasannya apabila kita membakar sampah, maka hal itu akan membuat udara
yang ada di sekitar kita menjadi tercemar. Jika udara sudah tercemar maka kita
akan merasakan sesak di bagian nafas dan hidung akan terasa sakit apabila
menghirup udara.
Itulah beberapa cara pengolahan limbah padat yang dapat kita lakukan untuk
mengatasi keberadaan limbah yang berbentuk padat. Upaya- paya tersebut dapat
dilaukan secara mandiri aau individu, maupun secara kolektif atau bersama- sama
dengan masyarakat. Apabila masyarakat mempunyai kesadaran dan melakukan
upaya- upaya tersebut bersama- sama, maka hasinya akan lebih bagus dan
lingkungan menjadi lebih cepat lestari 
b. Pengolahan Limbah Gas
Limbah gas merupakan limbah yang berbentuk gas. Karena bentuknya yang gas,
maka limbah ini sangat fleksibel dan tentu saja jika dibiarkan akan mencemari
udara (baca: penyebab pencemaran udara). Limbah gas supaya tidak semakin
berdampak buruk maka perlu adanya penanganan yang pas. Limbah gas perlu
mendapatkan pengolahan khusus. Biasanya pengolahan limbah gas ini melibatkan
alat- alat khusus yang membantu mengatasi pencemaran udara.
Pada umumnya, pengolahan limbah gas ini bertujuan untuk menangani
adanya pencemaran udara (baca juga: pencemaran air dan pencemaran tanah).
Secara umum ada 2 metode yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini, yaitu
mengurangi pencemaran dari sumbernya dan melakukan pengenceran limbah gas.
Berikut ini beberapa langkah pengolahan limbah gas  agar dapat menangani
terjadinya pencemaran udara serta materi- materi partikulat yang terbawa limbah
gas tersebut:
1). Pengurangan gas buang
Gas- gas berbahaya yang terkandung di dalam limbah gas perlu untuk dikontrol
jumlahnya supaya tidak mencemari udara yang ada di sekitar kita. ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol jumlah gas berbahaya ini, antara
lain:
2). Desulfurisasi.
Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan filter basah atau wet scrubber.
Desulfurisasi ini dapat menghilangkan gas sulfur oksida sebagai hasil pembakaran
bahan bakar. Selain sulfur oksida, cara ini juga dapat mengontrol jumlah gas- gas
buang lainnya seperti nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon.
3). Menurunkan suhu pembakaran.
Cara ini dapat dilakukan dengan cara memasang alat pengubah katalitik dengan
tujuan menyempurnakan pembakaran. Gas – gas buang yang dapat dikontrol
dengan menggunakan alat ini antara lain adalah nitrogen oksida, karbon
monoksida dan hidrokarbon.
4). Menggunakan bahan bakar alternatif.
Penggunaan bahan bakar alternatif juga dapat menjadi cara menangani
pencemaran udara oleh adanya limbah gas. Pakailah bahan bakar yang lebih
ramah lingkungan dan tidak banyak mengandung bahan- bahan kimia yang
berbahaya.
5). Penggunaan metode fisik- kimia
Metode fisik dan kimia dapat dilakukan untuk memurnikan gas buangan agar
lebih ramah lingkungan. Metode fisik- kimia ini dilakukan berdasarkan perubahan
fase atau penyerapan pada suatu adsorban, yang dijelaskan sebagai berikut:
6). Metode fase gas
Metode ini digunakan untuk menyamarkan bau busuk yang tidak disukai dengan
memberikan bau- bauan yang enak. Pada dasarnya metode ini bukan untuk
menghilangkan gas, namun hanya untuk menyamarkan saja.
7). Metode fase cair
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk penyerapan gas yang
memiliki tingkat kelarutan yang tinggi pada zat cair. Gas buangan dialirkan
kemudian dikontakkan dengan senyawa penyerap gas (adsorban) yang mana pada
umumnya menggunakan air (baca: jenis-jenis air). Kemudian adsorban akan
dimurnikan kembali jika memungkinkan, dimanfaatkan untuk penggunaan
lainnya, atau dibuang.
8). Metode fase padat
Metode ini digunakan untuk penyerapan gas oleh senyawa penyerap atau
adsorban dalam bentuk padat. Proses ini dimulai dengan melarikan gas dan
mengontakkannya dengan dengan adsorban padat. Molekul gas akan terserap dan
terkondensasi di permukaan adsorban secara fisik maupun kimia. Contoh salah
satu adsorban yang sering digunakan adalah arang aktif. Arang aktif ini banyak
bentuknya.
Arang aktif dalam bentuk granular banyak digunakan sebagai penyerap bau dan
juga warna. Arang aktif dalam bentuk serat banyak digunakan untuk menyerap
bau dan warna pula. Arang aktif jenis serat ini mempunyai daya serap yang lebih
tinggi daripada jenis granular. Daya serap secara fisik dan kimia ini hanya
berlangsung selama 2 hingga 3 hari saja sebelum mencapai titik jenuh.
9). Metode pembakaran
Metode ini dilakukan dengan cara membakar langsung gas senyawa organik pada
tingkat suhu yang cukup sehingga dapat menghasilkan karbondioksida dan air.
Namun metode ini mempunyai kelemahan, yaitu membutuhkan biaya yang
lumayan besar, sehingga banyak orang menghindari metode ini.
Itulah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengolah limbah gas agar
nantinya tidak terlalu mencemari udara. Cara- cara tersebut dapat dilakukan secara
indivial maupun kolektif. Sehingga kita bisa memulainya dari diri sendiri
kemudian kepada masyarakat.
e. Pengolahan limbah B3
Pengolahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) memiliki cara yang
berbeda, berhubung jenis limbah ini bisa menimbulkan bahaya bagi lingkungan
maka penanganan dengan benar haruslah diperhatikan. Untuk pembuangan limbah
B3 haruslah berhati-hati karena tidak bisa dibuang begitu saja, limbah haruslah
diolah terlebih dahulu baik melalui pengolahan fisik, biologi dan kimia dengan
tujuan dapat menghilangkan efek berbahaya yang terdapat didalam limbah.
Berikut ini beberapa cara pengolahan limbah B3:
dapat diterapkan melalui beberapa metode dibawah ini :

1). Metode Sumur dalam atau sumur injeksi (deep well injection)

Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam,
di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori,
limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari
tanah maupun air.

Gambar 6.13. Contoh penerapan sumur Injeksi

Sumber : http://blh.bogorkab.go.id/index.php/post/detail/1498/pengelolaan-limbah-bahan-
berbahaya-dan-beracun-b3-

Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih
diperlukan pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan.
Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling
banyak dilakukan antara tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang
dibangun setelah tahun 1980.

Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah


B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang
memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki
kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta
hidrogeologi wilayah setempat.
2). Metode kolam penyimpanan atau Surface Impoundments

Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus


bagi limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah
perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi
dan mengendap di dasar.

Gambar 6.14. Contoh kolam penampungan limbah B3

Sumber : https://ekonomi.bisnis.com/read/20170312/45/636173/kementerian-
pupr-dorong-perbaikan-kualitas-lingkungan-permukiman

Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin
tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut
menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.

3). Metode Landfill untuk limbah B3 atau Secure Land fills

Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan


tingkat tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan
kedalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain
khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. 

Gambar 6.15. Penanganan limbah B3 dengan metode land fill

Sumber: http://lingkungan.itats.ac.id/mengenal-secure-landfill/

Landfill harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol


kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan
benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Metode secure
landfillmerupakan metode yang memiliki biaya operasi tinggi, masih ada
kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang
karena limbah akan semakin menumpuk.

f. Pengolahan Limbah Grey Water Komunal


Gambar. 6.16 Pengolahan limbah grey water komunal
Sumber: https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/pengolahan-limbah-
domestik

Pada pengelolaan grey water, masyarakat dapat membuat Saluran Pembuangan


Air Limbah (SPAL) besar yang tertanam di dekat tempat masyarakat biasa
melakukan akitifitas mencuci. Karena beberapa kampung di Indonesia, tidak
setiap rumah memiliki WC pribadi, sehingga keberadaan WC umum menjadi
tempat mandi sekaligus mencuci pakaian. SPAL yang di buat demi kepentingan
komunal, harus berukuran besar, dan mampu menampung limbah yang di
keluarkan oleh setiap individu.
Limbah grey water akan ditempatkan terpisah dengan limbah black water. berbeda
dengan limbah black water, limbah grey water komunal hanya menghasilkan air
bersih pada proses akhir penyaringan. Akan tetapi jika air hasil dari SPAL
disterilkan kembali, maka air tersebut dapat di pakai lagi untuk mencuci. Selain
memakai SPAL, warga dapat menanam tanaman yang mampu meyerap zat
pencemar disekitar selokan. Tanaman tersebut adalah  bunga ungu, lidi air, bunga
coklat, melati air, dan lili air. Selain dapat menyerap zat pencemar, lingkungan
kampung akan akan semakin asri dengan adanya tanaman.
g. Pengolahan Limbah Black Water Komunal

Gambar 6.17. Pengolahan limbah black water komunal


Suumber: https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/pengolahan-limbah-
domestik

Limbah black water tidak dapat disatukan, karena sifat limbah yang berbeda. oleh
karena itu black water tidak dapat memakai sistem SPAL. Pada black water,
pengelolaannya dapat dilakukan dengan memakai system biogas. Biogas adalah
energy alternative yang berasal dari kotoran. Pada biogas, proses biologisnya
dilakukan secara anaerobic, tanpa oksigen, dan pada hasil akhirnya akan
menghasilkan gas yang dapat dipakai untuk memasak.
Limbah yang dapat dipakai dan diolah menjadi biogas adalah kotoran manusia,
limbah yang berasal dari pabrik tahu dan tempe, kotoran dari hewan ternak serta
rumah pemotongan hewan. Pengolahan limbah black water sebagai energi
alternatif, dapat membantu meringkan pengeluaran warga. Karena alat yang
dibutuhan tidak mahal, dan perawatannya juga tidak membutuhkan banyak waktu.
Akan tetapi kekurangan dari pengolahan black water adalah bau yang
ditumbulkan. Sehingga tangki penampungan limbah harus benar- benar tertutup
rapat agar bau tidak keluar.
Berikut ini akan dibahas beberapa contoh penelitian dan pemanfaatan dari
Pengolahan limbah rumput laut yang bermanfaat bagi lingkungan maupun mahluk
hidup
a. Pengolahan dan pemanfaatan limbah dari proses Alkali Treated Cottonii
(ATC)

Pada proses pembuatan ATC, perbandingan antara bahan baku dengan air pada
tahap netralisasi (setelah ekstraksi alkali rumput laut) mencapai 1 : 40 (w/v)
sehingga limbah cair yang dihasilkan sangat besar. Hal ini menimbulkan masalah
serius terhadap pencemaran lingkungan. Hal itu karena limbah cair yang
dihasilkan dari proses pengolahan ATC memiliki karakteristik alkalinitas yang
tinggi pH antara 12 – 13, memiliki kandungan organik, serta padatan terlarut yang
tinggi. Dengan demikian, pembuangan limbah ke lingkungan tanpa melalui
proses penanganan yang baik akan mengancam keberlangsungan ekosistem yang
berada di sekitarnya (Bakti et al.,2007).

Gambar 6.18. Contoh Limbah pengolahan rumput laut yang tidak di kelola
dengan baik
Sumber: https://m.medcom.id/jawa-timur/peristiwa/0KvW9M1N-limbah-
perusahaan-olahan-rumput-laut-di-sidoarjo-dipersoalkan
Dengan melakukan daur ulang pada limbah cair, pengolahan ATC akan
mengefisienkan penggunaan air sekaligus mengurangi masalah pencemaran
lingkungan. Daur ulang limbah cair dapat menurunkan jumlah Total Dissolve
Solid (TDS) dan Biologycal Oxygen (BOD) hingga 56,60% dan 60,66%. Selain
itu, nilai pH, kekeruhan, bau, warna limbah juga akan menurun. Dengan
pengolahan tersebut, limbah cair dapat didaur ulang hingga 5 kali untuk proses
pengolahan ATC selanjutnya.

b. Pengolahan dan pemanfaatan limbah dari proses Produksi Alginat

Dalam proses produksi alginat, menyisakan limbah berupa limbah padat yang
mengandung banyak senyawa organik tidak larut air seperti selusosa dan limbah
cair yang mengandung banyak senyawa organik dan anorganik larut air seperti
mineral dan pigmen. Kedua jenis limbah tersebut dapat diproses lebih lanjut
menjadi bahan baku industri lain dengan memberikan nilai tambah sehingga tetap
menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Limbah padat dikumpulkan untuk diolah kembali menjadi pupuk atau produk lain,
sedangkan limbah cair diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke limbah
pembuangan. Pengolahan limbah cair dapat dilewatkan melalui bak-bak
penyaringan, pengendapan, dan penjernihan secara berseri yang dapat diisi dengan
bahan penyaring, seperti zeolit atau kerikil dan pasir, sebelum dialirkan ke saluran
pembuangan air di sekitar tempat pengolahan.
Ekstraksi alginat menghasilkan fitrate untuk diproses lebih lanjut menjadi tepung
alginat dan padatan yang dominan mengandung serat, selulosa, mineral dan
hormon pertumbuhan. Oleh karena itu, padatan hasil sampling ekstraksi ini dapat
dimanfaatkan lebih lanjut menjadi: pulp, dan kertas, pakan ikan, pakan ternak,
serta pupuk.
1). Pulp dan Kertas
Selulosa sebagai komponen dominan dalam limbah pembuatan alginat dapat
digunakan sebagai bahan pulp untuk pembuatan kertas. Selulosa yang dihasilkan
dari pembuatan alginat dengan bahan baku rumput laut cokelat sargassum sp.
memiliki ukuran yang pendek (kurang dari 2 mikron) sehingga untuk
pemanfaatannya dalam produk kertas perlu dicampur dengan pulp selulosa dari
bahan lainnya.

Gambar 6.19. Industri pulp dan kertas


Sumber : https://www.qureta.com/post/kita-dan-kertas-terhadap-tantangan-
lingkungan-hari-ini-2

Pulp tersebut dapat diolah lebih lanjut menjadi kertas dengan warna keruh, coklat
kehitaman pada kondisi basah, dan cokelat mudah pada kondisi kering atau warna
lain jika ditambahkan proses bleaching dan colouring pada pulp siap cetak.
Pengolahannya menjadi kertas tekstur (seni) maupun kertas pengemas tidak perlu
menggunakan pemutih, sedangkan pada pengolahan menjadi kertas print untuk
kegiatan perkantoran memerlukan pemutih, NaOH dan H2O2.
2). Pupuk
Selain selulosa, limbah pembuatan alginat masih mengandung beragam senyawa
organik dan mineral seperti pigmen, fukoidan, senyawa fenol, unsur hara makro,
N, P, K, dan Ca, unsur hara mikro Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, dan B, serta hormon
pertumbuhan seperti sitokinin, auksin, dan giberelin.
Gambar. 6.20 . Contoh pupuk organik dari limbah rumput laut
Sumber: https://indonesian.alibaba.com/product-detail/liquid-seaweed-fertilizer-
liquid-organic-fertilizer-liquid-kelp-fertilizer-60044380145.html

Limbah proses ini dapat dimanfaatkan untuk pupuk padat (kompos) dan pupuk
cair dengan mengombinasikannya dengan limbah perikanan lainnya seperti
limbah kepala udang dan limbah filet ikan. Proses pembuatan pupuk dari limbah
padat dengan cara limbah padat dinetralkan dengan menggunakan asam fosfat,
selanjutnya dijemur hingga kering. Untuk memperkaya unsur hara N dan mineral
lainnya limbah padat yang sudah kering tersebut dapat dicampur dengan silase
limbah perikanan yang kaya akan asam amino dan mineral seperti mineral Ca, P,
Na, N.
4). Bahan Sumber Nutrisi Ikan
Limbah ekstraksi alginat kaya kandungan selulosa dan serat sehingga dapat
menjadi sumber nutrisi ikan. Penyediaan pakan, khususnya untuk ikan merupakan
tahapan dalam budidaya yang tertinggi biayanya. Pembuatan pakan sendiri
mempunyai biaya produksi yang sangat tinggi karena beberapa bahan, misalnya
pollard sebagai sumber serat, masih bergantung dari impor. Demikian halnya
dengan mineral yang ditambahkan dalam pakan ikan juga masih impor. Limbah
ekstraksi alginat dapat menjadi alternatif bahan sumber serat dan mineral yang
harganya lebih murah dan dapat dihasilkan sendiri. Saat ini, penelitian mengenai
pembuatan bahan sumber nutrisi ikan sedang dilakukan oleh BBP4BKP (Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan).

Gambar 6.21. Contoh Pakan ikan


Sumber:https://www.isw.co.id/single-post/2019/01/12/5-Bahan-yang-Dapat-
Diolah-Menjadi-Pakan-Ikan
c. Pengolahan dan pemanfaatan limbah dari proses produksi agar

Produksi pengolahan rumput laut menghasilkan jumlah limbah yang sangat besar
baik berupa limbah cair maupun limbah padat. Salah satu limbah yang dihasilkan
oleh industri pengolahan rumput laut yaitu limbah padat hasil pengolahan produk
agar. Berdasarkan data penelitian oleh Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2002-2003, jumlah limbah padat yang
dihasilkan pada pengolahan agar berkisar 70–85% (Basmal et al., 2003). Sejak
berkembangnya industri pengolahan agar sampai dengan saat ini, belum ada
kegiatan pengolahan limbah padat yang sekaligus memanfaatkannya menjadi
produk lain, dengan demikian limbah padat yang dihasilkan menjadi suatu
permasalahan bagi industri pengolahan rumput laut. Beberapa perusahaan
pengolahan rumput laut di Indonesia menggunakan area lahan yang luas untuk
membuang limbah padat yang dihasilkan. Berdasarkan karakterisasi limbah
diketahui bahwa limbah pengolahan rumput laut terdiri dari dua fase yakni fase
cair dan fase padat. Fase cair berasal dari pencucian dan presipitasi ekstraksi
rumput laut, sedangkan fase padat berasal dari pemisahan ekstrak rumput laut dari
padatannya. Komposisi utama fase padat adalah selulosa, sedangkan komponen
lainnya adalah mineral-mineral. Kadar air fase padat dapat mencapai 68,4%, kadar
abu 31%, dan kadar serat 20,1% (Basmal et al., 2003). Kandungan selulosa yang
tinggi pada limbah padat pengolahan rumput laut ini dijadikan dasar dalam
penelitian untuk memanfaatkannya menjadi bahan pembuatan papan partikel.
Papan partikel adalah salah satu jenis panil kayu yang terbuat dari partikel-partikel
kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang dicampur dengan perekat sintetis
atau bahan pengikat lain kemudian dikempa dengan panas.

Gambar 6.22. Contoh papan Partikel


Sumber: http://balitbangtek-hhbk.org

Dalam pembuatan panil, dapat ditambahkan bahan penolong dengan tujuan untuk
memperbaiki sifat-sifat tertentu dari panil tersebut (Maloney, 1977). Keuntungan
dari usaha pembuatan papan partikel tidak hanya terletak pada banyaknya macam
bahan baku yang dapat digunakan, akan tetapi juga pada cara pembuatan dan sifat
papan partikel yang dapat diberikan. Papan partikel mudah dikerjakan (dipotong,
dipaku, dan lainlain) sehingga mudah untuk memenuhi persyaratan yang
diperlukan dalam pemakaian (Sulastiningsih et al., 1999). Tuntutan pasar yang
berkembang saat ini yaitu semakin gencarnya penolakan produk kayu olahan yang
berbahan baku kayu dari hutan alam tropis (Prasetya et al., 2006). Dengan
semakin langkanya bahan baku kayu untuk industri perkayuan, akhir-akhir ini
berkembang kecenderungan untuk memanfaatkan bahan-bahan lain sebagai
alternatif dari kayu, misalnya limbah dari kegiatan pertanian (Xu et al., 2004)
d. Pemanfaatan limbah alkali rumput laut untuk pupuk anorganik
Limbah cair dari industri rumput laut (Eucheuma cottoni) yang dalam
proses pengolahannya menggunakan Kalium Hidroksida (KOH) mempunyai
kandungan Kalium. Sedangkan dari proses pickling di industri lapis listrik
dihasilkan limbah cair sekitar 2 m3 untuk setiap 1000 m2 benda yang dilapis.
Limbah cair ini mengandung FeCl2/FeCl3, jika tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan pencemaran lingkungan. Dengan dimanfaatkannya secara bersama
limbah pickling dan limbah cair dari rumput laut, maka lingkungan akan tetap
terjaga.

Gambar 6.23. Pupuk anorganik yang memanfaatkan limbah rumput laut


Sumber : http://id.organicferti.com/npk-fertilizer/urea-phosphate-up-fertilizer-
high-percentage.html
e. Pemanfaatan Limbah Rumput Laut sebagai Pakan Alternatif Itik
Limbah rumput laut Gracilaria sp. terdiri dari bagian tanaman yang berwarna
kusam dan merupakan hasil sortiran dari budi daya rumput laut (Alamsjah et al.,
2011; Mustaqim et al., 2014). Ketersediaan yang melimpah dan kandungan yang
tidak jauh berbeda dengan rumput laut itu sendiri membuat limbah Gracilaria sp.
potensial sebagai pakan ternak.
bahan aktif yang terkandung dalam rumput laut berupa polisakarida yang terdapat
dalam Gracilaria sp. (sulfat polisakarida). Sulfat polisakarida kaya akan
senyawa fucoidan. Fucoidan memiliki monomer fukosa salah satu jenis gula
biologis, selain itu juga terdapat kandungan galaktosa, xylose, mannose dan
residu asam glucoronic (Lim et al., 2014). Proses pemurnian polisakarida asal
rumput laut menghasilkan senyawa fenol sebesar 9,87 mg/g dan flavonoid sebagai
antioksidan (Woo et al., 2012; Lim et al., 2014; Imjongjairak et al., 2015).
Menurut Shields (2012), jenis mikroalga seperti rumput laut memiliki potensi
mineral yang dapat ditambahkan ke pakan sebagai penyedia sumber mineral
organik yang mudah diserap. Namun limbah Gracilaria sp. memiliki kekurangan
yaitu kecernaan yang rendah khususnya di dalam saluran pencernaan unggas.
Dinding selnya tersusun atas kalsium karbonat (CaCO3), selulosa, dan produk
fotosintetik berupa karaginan dan agar (Suparmi dan Sahri, 2009).
Limbah Gracilaria sp. memiliki kandungan serat kasar selulosa dan polisakarida
yang sulit dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan. Selulosa dalam
limbah Gracilaria sp. termasuk dalam golongan Xylooligosaccharides yang di
dalamnya terdapat ikatan β-(1,4) osidik (Madhukumar dan Muralikhrishna, 2010).

f. Pemanfaatan limbah hasil olahan rumput laut untuk kesehatan


Rumput laut banyak dikenal orang sebagai bahan baku makanan yaitu agar-agar.
Akan tetapi, rumput laut juga menyimpan sejuta manfaat lainnya. Selain dapat
digunakan sebagai sumber energi alternatif, limbah sampingan hasil olahan
rumput laut dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi dengan manfaat yang
berbeda. Limbah rumput laut berupa pigmen merupakan zat warna yang
mengandung beta-karoten dan klorofil untuk fotosintesis.
Kandungan beta-karoten dan klorofil pada rumput laut dapat membantu proses
penangkapan sinar matahari untuk mengubah karbondioksida dan air menjadi
makanan bagi tanaman. Selain itu juga dapat digunakan sebagai pemeka sel surya.
Zat beta-karoten yang ditempelkan pada sel surya terbukti menghasilkan arus
listrik di permukaan sel tersebut sehingga dapat digunakan sebagai antena
penangkap energi foton pada sel surya. Bangunan yang jendela-jendelanya
dilapisi dengan beta-karoten hasil olahan limbah alga bisa difungsikan sebagai
power house. Zat klorofil pada limbah rumput laut berupa pigmen merupakan zat
warna juga bisa diolah menjadi bahan kosmetik ataupun klorofil kemasan untuk
dijual secara komersial. Bahkan jenis Klorofil A murni ternyata mempunyai nilai
jual yang sangat tinggi, yaitu mencapai Rp 70 juta per miligramnya.

Gambar 6.15. Proses pemanfaatan Klorofil dari hasil olahan rumput laut untuk
pengobatan kanken

Sumber: https://kanal.temporaktif.com/2018/12/manfaat-limbah-hasil-
olahan-rumput-laut.html
Selain itu Klorofil A juga bisa digunakan untuk Photo Dynamic Therapy (PDT),
yakni pengobatan kanker dengan menginjeksikan klorofil ke penderita kanker.
Kemudian Tubuh penderita akan disinari sehingga oksigen di sekitar berubah
menjadi oksigen radikal yang akan membunuh sel kanker. Selain klorofil, limbah
lain dari pengolahan rumput laut adalah cangkang jenis Navicula Sp. yang dapat
digunakan sebagai bahan nano bio silika dan nano material untuk katalis berbasis
ziolit.
Besarnya potensi pasar untuk olahan limbah alga merupakan suatu peluang
industri tambahan selain pengolahan bahan bakar biodiesel mikroalga. 
Jika produksi dilakukan dalam skala besar, volume limbah banyak, serta produksi
minyak dan limbah berjalan, kita dapat menjual produk murah yang dibutuhkan
banyak orang yang otomatis membuka industri dan lapangan kerja baru.

CAKRAWALA

BIOETANOL
DARI LIMBAH
PRODUKSI
AGARAGAR

Rumput laut sebagai


bahan baku energi
alternatif dapat dibuat
menjadi bioetanol karena
tidak mengurangi lahan
pertanian pangan dan luas
Sumber:http://www.jasuda.net/litbangdtl.php?judul=Bioetanol%20Rumput
%20Laut%20Sebagai%20Solusi%20Energi%20Terbaru%20Masa
%20Depan&hlm=1041
wilayah negara indonesia yang 2/3-nya berupa lautan tentunya bisa menjadi
pertimbangan utama.Bioetanol merupakan produk fermentasi yang dapat dibuat
dari substrat yang mengandung karbohidrat (gula, pati, atau selulosa). Etanol
disebut juga etil alkohol bersifat polar dengan rumus kimianya adalah C2H5OH,
mudah menguap, tidak berwarna, jernih, memiliki bau yang sangat halus dan rasa
yang pedas. Proses pembuatan bioetanol dari rumput laut adalah persiapan bahan
baku, yang berupa proses hidrolisa pati menjadi glukosa. Tahap kedua berupa
proses fermentasi, merubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Tahap terakhir yaitu
pemurnian hasil dengan cara distilasi. Destilasi dilakukan untuk memisahkan air
dengan etanol.
JELAJAH INTERNET

Pemanfaatan limbah dari proses pengolahan rumput laut bisa dimanfaatkan untuk
membuat berbagai macam produk untuk kebutuhan manusia. Untuk lebih
memperkaya wawasan kalian terhadap pemanfaatan limbah rumput laut silahkan
kalian mengunjungi link dibawah ini

LEMBAR PRAKTIKUM

Lembar Kerja Siswa (LKS)/ Worksheet

Judul : Melakukan pengolahan limbah cair rumput laut


Mata Pelajaran/Kompetensi : Teknik Pengolahan Rumput Laut
Kompetensi Dasar : Teknik pengeringan dan pengemasan rumput laut
Kelas : XI
Alokasi Waktu : 7 x 45 menit

I .Tujuan
1. Siswa dapat menyiapkan alat dan bahan dalam pengolahan limbah cair
rumput laut dengan sistem sand filter
2. Siswa mampu melakukan pengolahan limbah cair rumput laut dengan
sistem sand filter
II. Alat
1. Thermometer
2. pH meter/ Kertas Indikator pH
3. Baskom
4. Kaos tangan
5. Masker
6. Ember/Jerigen volume 20 ltr
7. Arang aktif
8. Tawas
9. Pasir
10. Kain kasa
11. Batu kerikil
12. Kran air ½ inci
13. Pipa ½ inci

III. Bahan
1. Air limbah hasil pembuatan ATC
2. Air tawar

IV. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Gunakan pakaian kerja saat melakukan kegiatan di lapangan sesui kaidah
K3
2. Lakukan kegiatan dengan berhati-hati
3. Jaga kebersihan lingkungan dan alat praktik
4. Kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dalam kondisi kering,
bersih dan rapi
V.Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Cuci bersih pasir, arang, ijuk dan batu kerikil sebelum digunakan untuk
membuat sand filter
3. Buatlah saringan (sand filter ) dengan memanfaatkan ember/jerigen
4. Susunlah bahan sand filter dengan urutan (dari bawah keatas): pasir, arang
aktif , ijuk, dan batu kerikil. Jangan lupa memeberi saringan kasa disetiap
lapisan pada sand filter
5. Buatlah lubang pada bagian bawah ember/jerigen sebagai tempat
keluarnya air dengan menggunakan keran
6. Tuanglah limbah cair hasil pengolahan ATC rumput laut
7. Lakukan pengamatan terhadap air yang telah di saring (bau dan warna)
8. Ukurlah pH air yang keluar, (pH air yang normal 7,0)
VI. Hasil
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
VII. Pembahasan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
VIII. Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
IX. Penilaian

Nilai Keterangan

......
.............,........................

Peserta Didik Guru

........................ ..........................
Nis NIP.
RANGKUMAN

Dari pembelajaran pada bab ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Limbah rumput laut adalah sisa buangan dari proses produksi dan
pengolahan rumput laut yang masih bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
lainnya

2. Pengelompokan Limbah Berdasarkan Bentuk atau Wujudnya dapat dibagi


menjadi empat diantaranya yaitu:
a. Limbah Cair
b. Limbah Padat
c. Limbah Gas
d. Limbah Suara

3. Pengelompokan Limbah Berdasarkan jenis senyawanya dapat dibagi


menjadi empat diantaranya yaitu:
a. Limbah Organik
b. Limbah Anorganik
4. Dampak limbah bagi alam dapat merusak lingkungan dan bagi manusia
dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jika tidak diolah dengan baik

5. Cara penanganan limbah yang dapat dilakukan yaitu :


a. Dibuatkan tempat pembuangan khusus
b. Sebagai bahan baku produk turunan
c. Di daur ulang
d. Di bakar/dimusnahkan
e. Dinetralisir
f. Dikubur dalam tanah
g. Dijadikan pakan ternak
h. Dijadikan sebagai sumber energi alternatif
i. Dimanfaaatkn untuk proses produksi selanjutnya
j. Dijadikan pupuk
6. Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan cara:
a. Pengolahan primer
b. Pengolagan sekunder
c. Pengolahan tersier
d. Pengolahan lumpur
7. Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan cara:
a. Penimbunan terbuka
b. Sanitary landfill
c. Insenerasi
d. Membuat kompos padat
e. Daur ulang
f. Dibakar
8. Pengolahan limbah gas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pengurangan buangan gas
b. Desulfurisasi.
c. Menurunkan suhu pembakaran
d. Menggunakan bahan bakar alternatif
e. Penggunaan metode fisik- kimia
f. Metode fase gas
g. Metode fase cair
h. Metode fase padat
i. Metode pembakaran
9. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara:
a. Metode Sumur dalam atau sumur injeksi (deep well injection)
b. Metode kolam penyimpanan atau Surface Impoundments
c. Metode Landfill untuk limbah B3 atau Secure Land fills
10. Pengolahan Limbah Grey Water Komunal dapat dilakukan dengan cara
menggunakan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) besar yang
tertanam di dekat tempat masyarakat biasa melakukan akitifitas
11. Pengolahan Limbah Black Water Komunal dapat dilakukan dengan
memakai system biogas.
12. Pengolahan dan pemanfaatan limbah dari proses Alkali Treated Cottonii
(ATC) dapat dilakukan dengan metode penanganan limbah cair yang jika
diolah dengan baik akan dapat digunakan kembali pada prses pembuatan
ATC hingga 5 kali proses
13. Pengolahan dan pemanfaatan limbah dari proses Produksi Alginat jika
dilakukan dengan baik akan bisa menghasilkan hasil samping yang
bermanfaat bagi industri pulp dan kertas, pakan ikan, pakan ternak serta
pupuk
14. Pengolahan dan pemanfaatan limbah dari proses produksi agar jika
dilakukan dengan benar, dapat menghasilkan hasil samping yang
bermanfaat untuk pembuatan papan partikel, pupuk organik dan
anorganik, pakan ternak itik, bahkan sampai bidang kesehatan

TUGAS MANDIRI

Setelah mempelajari materi tentang limbah dan hasil samping rumput laut,
lakukanlah observasi di lingkungan sekitar anda amatilah kegiatan
industri/UMKM yang melakukan kegiatan pengolahan rumput laut .. Kemudian
lakukanlah tugas dibawah ini:
1. Dokumentasikan semua kegiatan yang kalian amati
2. Catatlah beberapa kegiatan yang mereka lakukan terkait dengan pengelolaan
limbah yang tidak didapatkan di kegiatan pembelajaran
3. Diskusikanlah hal tersebut dengan kelompokmu dan presentasekan di depan
kelas pada pertemuan selanjutnya

PENILAIAN MANDIRI
Kerjakanlah soal-soal dibawah ini dengan baik dan benar

1. Jelaskan menurut kalian apa yang dimaksud dengan limbah dan pengolahan
hasil samping pada rumput laut!
2. Jelaskan cara penanganan limbah cair dari pengolahan rumput laut!
3. Jelaskan cara penanganan limbah padat dari pengolahan rumput laut!
4. Jelaskan cara penanganan limbah gas dari kegiatan industri!
5. Jelaskan perbedaan antara limbah organik dan anorganik!
6. Jelaskan dampak yang ditimbulkan oleh limbah secara umum pada lingkungan
dan manusia jika tidak diolah dengan baik!
7. Jelaskan cara pengolahan dan pemanfaatan limbah cair dari pengolahan rumput
laut!
8. Jelaskan cara pengolahan dan pemanfaatan limbah padat dari pengolahan
rumput laut!
9. Jelaskan cara pengolahan limbah B3!

10.Jelaskan perbedaan antara limbah Grey water Komunal dengan Black water
Komunal!

11.Limbah industri pengolahan rumput laut secara rumahan (UMKM) dapat


diolah dengan menggunakn sistem? Jelaskan pendapat kalian!

12. Jelaskan cara pemanfaatan limbah industri rumput laut (Pembuatan ATC)
agar airnya dapat digunakan lagi untuk proses pengolahan ATC!
13. Jelaskan beberapa pemanfaatan limbah hasil proses produksi Alginat pada
kegiatan atau industri lain!
14. Jelaskan beberapa pemanfaatan limbah hasil proses produksi Agar pada
kegiatan atau industri lain!

REFLEKSI

Setelah mempelajari dan memahami limbah dan hasil samping pengolahan


rumput laut pada bab ini, menurut anda apakah anda telah menguasai seluruh
materi pembelajaran ini? Jika ada materi yang belum dikuasai tulis materi apa
saja. Anda boleh berdiskusi dengan teman maupun guru anda sehingga
pemahaman anda pada materi ini bisa anda gunakan untuk mengikuti materi
selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai