PENDAHULUAN
Sumberdaya air selain merupakan sumber daya alam juga merupakan komponen
ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan air cenderung
semakin meningkat dari waktu ke waktu, baik untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
seperti untuk air minum, air bersih dan sanitasi maupun sebagai sumber daya yang diperlukan
bagi pembangunan ekonomi seperti untuk pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik dan
pariwisata. Air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan dan keperluan hingga saat ini dan
untuk kurun waktu mendatang masih mengandalkan pada sumber air permukaan, khususnya
air sungai. Ketersediaan sumber daya air sungai cenderung menurun karena penurunan
kualitas dan kuantitas yang tersedia juga karena kualitas yang ada menjadi tidak dapat
dimanfaatkan karena adanya pencemaran.
Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair yang
berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar
biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di masa
mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem perairan tidak
lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi tidak peduli terhadap permasalahan tersebut.
Sungai merupakan salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan. Hal ini tentu berbeda
lagi apabila sungai telah menjadi tercemar. Bagi beberapa anggota masyarakat yang
mengabaikan bahaya limbah, air sungai masih dimanfaatkan untuk mencuci, mandi, bahkan
memasak. Ikan–ikan yang hidup dalam sungai tersebut juga dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan protein mereka. Padahal jika sungai tersebut mengandung limbah, ikan yang
mereka konsumsi juga akan menimbulkan penyakit. Apalagi di daerah perkotaan, limbah
memang menjadi masalah yang serius. Selain limbah industri yang semakin besar, aktivitas
masyarakat setiap hari juga menimbulkan limbah rumah tangga yang sangat besar.
Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu prioritas dalam pengelolaan lingkungan di
Indonesia. Air mempunyai karakteristik fisik dan kimiawi yang sangat mempengaruhi
kehidupan organisme di dalamnya. Apabila terjadi perubahan kualitas perairan, terutama oleh
bahan pencemaran lingkungan, maka keseimbangan hidup organisme yang ada di perairan
tersebut bahkan kehidupan manusia pada khususnya dapat terganggu. Berdasarkan
permasalahan itulah, pemerintah mulai serius mencanangkan program untuk mengelola air
limbah, yakni dengan membentuk unit pengelola air limbah atau yang disebut Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui permasalahan air limbah
1.3.2 Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi air limbah
1.3.3 Agar mahasiswa dapat mengetahui sumber air limbah
1.3.4 Agar mahasiswa dapat mengetahui karakteristik air limbah
1.3.5 Agar mahasiswa dapat mengetahui komposisi air limbah
BAB II
PEMBAHASAN
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis.
Air buangan merupakan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia, banyak juga
diciptakan pemuas atau pemenuhan kebutuhan manusia. Dalam jumlah produksi yang sagat
besar tiap harinya akan menghasilkan sisa-sisa hasil dari proses pengolahan yang tidak
terpakai. Sisa-sisa inilah (limbah) bila terakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat
mencemari lingkungan bila tidak ada penanganan khusus. Kemudian, masyarakat yang
sebagai pelaku konsumsi pun akan “mengeluarkan” limbah-limbah sebagai hasil penggunaan
hasil barang produksi tersebut. Karena limbah sekecil apapun bila dalam jumlah yang besar
dapat memberikan konstribusi besar dalam hal pengrusakan terhadap lingkungan. Untuk
itulah diperlukan penanganan yang tepat dalam pengolahan limbah-limbah industry maupun
limbah rumah tangga.
Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil
dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya
jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami
peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut. Jika
jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau
menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.
Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang
banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah
sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan
pengolahan limbah tersebut belum mendapatkan perhatian yang serius. Sebenarnya,
keberadaan limbah cair dapat memberikan nilai negatif bagi suatu kegiatan industri. Namun,
penanganan dan pengolahannya membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga kurang
mendapatkan perhatian dari kalangan pelaku industri, terutama kalangan industri kecil dan
menengah.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair
yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas,
teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak
demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya
dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri
kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang
dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi
pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang
bersangkutan.Untuk bisa memilih teknologi yang tepat, seseorang harus mengetahui
gambaran umum tentang metode-metode pengolahan air limbah yang ada, baik tentang
prinsip kerja, tentang penerapan metode-metode tersebut, keuntungan dan kerugian, dan juga
faktor biaya. Hal yang penting dalam konsep pengolahan air limbah industri adalah usaha
mencegah atau menekan beban pencemaran seminimal mungkin, yaitu melalui pengendalian
proses produksi itu sendiri. Baru pada tahap selanjutnya adalah pengolahan air limbah yang
dihasilkan agar tidak mencemari badan air (sungai, selokan dsb) atau dengan kata lain, agar
air buangan dari industri sesuai dengan baku mutu yang telah ditentukan.
Penentuan suatu sistem pengolahan limbah yang tepat terhadap air limbah terkait erat
dengan informasi komposisi dan karakteristik dari air limbah terlebih dahulu. Karena itu,
macam-macam industri dan karakteristik limbah menjadi penting untuk dipaparkan dalam
kaitan dengan teknologi pengolahan air limbah dari industri, prinsip dasar pemilihan
teknologi yang tepat, dan contoh sistem pengolahan limbah pada beberapa jenis industri.
Seiring dengan melajunya waktu, pertumbuhan penduduk, dan perkembangan
tekhnologi, mengakibatkan bertambahnya jenis dan volume limbah, sehingga belum semua
limbah penduduk terlayani oleh fasilitas umum pengolahan sampah Akibatnya sebagian
masyarakat yang mencari jalan keluar sendiri dengan membakarnya, atau membuang
kesungai yang tentunya bukanlah jalan keluar yang baik, karena akan lebih memperparah
kerusakan lingkungan. Jumlah pabrik industri semakin banyak dan penduduk Indonesia yang
tinggal diperkotaan semakin meningkat dari tahun ke tahun.Terkonsentrasinya pabrik-pabrik
industri dan penduduk didaerah perkotaan membuat daya dukung lingkungan untuk
menyerap bahan pencemar semakin menurun.
Menurut Ign Suharto 2011, terdapat 3 faktor yang berpengaruh pada kualitas limbah :
1. Jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.
2. Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula jumlah
per kapita limbah yang dibuang. Kualitas limbahnyapun banyak yang bersifat tidak dapat
terurai. Perubahan kalitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan
yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan limbah. Kenaikan kesejahteraan
inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan,
transportasi, produk pertanian, industri, dan lain-lain. Sebagai konsekuensi dari semua itu
akan menambah volume dan jenis sampah.
3. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas limbah, karena
pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur
yang semakin beragam pula.
Perkembangan lingkungan permukiman di perkotaan tidak terlepas dari pesatnya laju
pertumbuhan penduduk karena faktor pertumbuhan penduduk kota itu sendiri dan faktor
urbanisasi. Dampak negatif urbanisasi yang telah berlangsung selama ini lebih disebabkan
oleh tidak seimbangnya peluang untuk mencari nafkah di daerah perdesaan dan perkotaan,
sehingga memunculkan adanya daya tarik kota yang dianggap mampu memberikan masa
depan yang lebih baik bagi masyarakat perdesaan atau luar kota, sementara latar belakang
kapasitas dan kemampuan para pendatang sangat marjinal.
Selain itu, akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas
lainnya maka bertambah pula limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut menjadi
permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya dapat mengganggu
kehidupan makhluk hidup lainnya.
Berdasarkan informasi dari Kementerian lingkungan Hidup, setiap individu menghasilkan
rata-rata 0,8 kilogram sampah per hari. Rata-rata limbah per orang akan terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat. Dengan asumsi 220
juta penduduk Indonesia, limbah yang terbuang mencapai 176.000 ton per hari.
Seiring dengan melajunya waktu, pertumbuhan penduduk, dan perkembangan tekhnologi,
mengakibatkan bertambahnya jenis dan volume limbah, sehingga belum semua limbah
penduduk terlayani oleh fasilitas umum pengolahan sampah Akibatnya sebagian masyarakat
yang mencari jalan keluar sendiri dengan membakarnya, atau membuang kesungai yang
tentunya bukanlah jalan keluar yang baik, karena akan lebih memperparah kerusakan
lingkungan. Jumlah pabrik industri semakin banyak dan penduduk Indonesia yang tinggal
diperkotaan semakin meningkat dari tahun ke tahun.Terkonsentrasinya pabrik-pabrik industri
dan penduduk didaerah perkotaan membuat daya dukung lingkungan untuk menyerap bahan
pencemar semakin menurun.
Masalah pencemaran lingkungan di kota besar, khususnya DKI Jakarta telah
menunjukkan gejala yang cukup serius, khususnya masalah pencemaran air. Penyebab dari
pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri dari pabrik-pabrik yang
membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut,
tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah
masyarakat Jakarta itu sendiri. Yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya
makin hari makin besar sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota
Jakarta. Ditambah lagi rendahnya kesadaran sebagian masyarakat yang langsung membuang
kotoran/tinja maupun sampah ke dalam sungai, menyebabkan proses pencemaran sungai-
sungai yang ada di Jakarta bertambah cepat.
Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domestik yakni yang berasal dari
buangan rumah tangga dan yang ke tiga yakni air limbah dari perkantoran dan pertokoan
(daerah kemersial). Saat ini pencemaran akibat limbah domistik telah menunjukkan tingkat
yang cukup serius. Selain itu sumber pencemaran yang potensial adalah air limbah yang
berasal dari kegiatan industri kecil menengah.
Untuk industri besar, masalah air limbah mungkin dapat diatasi oleh pihak industri
sendiri karena mempunyai modal yang cukup, tetapi untuk masalah limbah dari industri kecil
dan menengah yang jumlahnya sangat banyak sekali tersebut belum tersentuh sama sekali.
Sebagai contoh misalnya industri kecil tahu-tempe. Limbah industri tahu/tempe ini dapat
menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan organik yang cukup
tinggi. Dari beberapa hasil penelitian, konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) di
dalam air limbah industri tahu-tempe cukup tinggi yakni berkisar antara 7.000 - 10.000 ppm,
serta mempunyai keasaman yang rendah yakni pH 4-5. Dengan kondisi seperti tersebut di
atas, air limbah industri tahu-tempe merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan
yang sangat potersial.
Saat ini pengelolaan air limbah industri tahu-tempe umumnya dilakukan dengan cara
membuat bak penampung air limbah sehingga terjadi proses anaerob. Dengan adanya proses
biologis anaerob tersebut maka kandungan polutan organik yang ada di dalam air limbah
dapat diturunkan. Tetapi dengan proses tersebut efisiesi pengolahan hanya berkisar antara 50
% - 70 % saja. Dengan demikian jika konsertarsi COD dalam air limbah 7000 ppm, maka
kadar COD yang keluar masih cukup tinggi yakni sekitar 2100 ppm, sehinga hal ini masih
menjadi sumber pencemaran lingkungan.
Seiring dengan makin tingginya kepedulian akan kelestarian sungai dan kepentingan
menjaga keberlanjutan lingkungan dan dunia usaha maka muncul upaya industri untuk
melakukan pengelolaan air limbah industrinya melalui perencanaan proses produksi yang
effisien sehingga mampu meminimalkan limbah buangan industri dan upaya pengendalian
pencemaran air limbah industrinya melalui penerapan installasi pengolahan air limbah. Bagi
Industri yang terbiasa dengan memaksimalkan profit dan mengabaikan usaha pengelolaan
limbah agaknya bertentangan dengan akal sehat mereka, karena mereka beranggapan bahwa
menerapkan instalasi pengolahan air limbah berarti harus mengeluarkan biaya pembangunan
dan biaya operasional yang mahal. Di pihak lain timbul ketidakpercayaan masyarakat bahwa
industri akan dan mampu melakukan pengelolaan limbah dengan sukarela mengingat
banyaknya perusahaan industry yang dibangun di sepanjang aliran sungai, dan membuang air
limbahnya tanpa pengolahan. Sikap perusahaan yang hanya berorientasi “Profit motive” dan
lemahnya penegakan peraturan terhadap pelanggaran pencemaran ini berakibat timbulnya
beberapa kasus pencemaran oleh industry dan tuntutan-tuntutan masyarakat sekitar industry
hingga perusahaan harus mengganti kerugian kepada masyarakat yang terkena dampak.
Pertanyaan ini tentunya dimaksudkan untuk para pelaku usaha agar dalam usaha
industrinya dapat melakukan minimisasi air limbahnya pada proses produksi, faktor-faktor
yang menyebabkan pengelolaan limbah cair pada industri tidak dilakukan dengan optimal,
pengaruh dari investasi terhadap pencemaran lingkungan, tingkat buangan limbah, teknologi
Ipal, perilaku sosial masyarakat dan peraturan pemerintah terhadap penerapan pengelolaan
air limbah industry termasuk menghitung biaya manfaat penerapan Ipal industri.
Berdasarkan dugaan yang terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia bahwa Penerapan
Installasi Pengolahan air limbah industri dipengaruhi oleh biaya investasi, beban buangan
limbah, teknologi proses ipal, sosial masyarakat dan peraturan pemerintah tentang
pengelolaan lingkungan, serta menyangkut manfaat penerapan ipal lebih besar daripada
biaya investasi ipal.
Dari 350 industri terdapat kelompok jenis industri pengolahan makanan dengan 110
perusahaan, industri kimia/farmasi 70 perusahaan, permesinan 60 perusahaan, tekstil 40
perusahaan, furniture 30 perusahaan dan kelompok jenis industri kemasan dan lain-lain
masing-masing 20 perusahaan, yang umumnya telah mengupayakan minimisasi air limbah
pada proses produksinya melalui optimalisasi proses (reduce 74,29%), pemakaian kembali
sisa air proses (reuse 8,57%), pemanfaatan kembali air limbah (recycle 8,57%), melakukan
pengambilan kembali air limbah (recovery 5,71%), sedangkan industri yang melakukan
penerapan ipal ( 42,85%) atau sebanyak 150 industri.
"Selain IPAL yang bermasalah. Peraturan soal baku mutu air limbah juga jadi
masalah. Meskipun kadar limbahnya sudah berkurang dengan IPAL, limbah tetaplah
limbah. Pabrik tetap membuang limbah ke sungai," kata dia.
"Karena pengawasan yang lemah, kita harus mengedukasi masyarakat sekitar pabrik
agar mengerti apabila ada kegiatan pabrik yang melanggar langsung laporkan," ujar dia.
Organisasi nirlaba Blacksmith Institute yang berbasis di New York dan Green Cross
asal Swiss pada tahun 2013 melansir daftar tempat paling tercemar di bumi tahun ini. Ada
10 lokasi yang dipandang sangat tercemar akibat limbah industri, pengolahanlimbah yang
buruk, hingga bencana nuklir.
Sungai Citarum di Jawa Barat dan kawasan di sekitarnya masuk dalam daftar karena
pencemaran limbah industri dan bahan kimia. Laporan Blacksmith menyebutkan lebih dari
500 ribu orang terkena dampak langsung pencemaran di Sungai Citarum.Sementara lebih
dari 5 juta orang terkena dampak tak langsung akibat polutan kimia yang dibuang di sungai
dan terbawa aliran air.
Namun, kondisi yang dipaparkan hasil penelitian itu tidak beranjak lebih baik.Di
Kabupaten Purwakarta, Tempo menjumpai kawasan industri di Kecamatan Babakan Cikao.
Di sana, terdapat dua pabrik tekstil besar yang membelakangi Sungai Citarum. Pantauan
Tempo, kondisi Sungai Citarum yang dibelakangi dua pabrik tersebut kondisinya cukup
memprihatinkan.
Selain aliran sungai yang diduga telah terpapar limbah, kondisi pemukiman
penduduk yang berada di kawasan pabrik pun terpapar polusi asap. Bau menyengat sangat
terasa saat Tempo mengunjungi salah satu pemukiman yang berada di belakang pabrik.
Aktivis Wahana Pemerhati Lingkungan Indonesia (Wapli) Purwakarta Tedi
Hartawan menyebutkan, dua pabrik yang berdiri di Kecamatan Babakan Cikao kerap
melakukan pembungan limbah berbahaya ke aliran sungai.Dua pabrik tersebut yakni PT
IBR dan PT SPV.
"PT IBR sudah dinyatakan bersalah oleh Pengadilan.Tapi, mereka mengajukan
banding, hingga sekarang kasusnya tidak tahu bagaiamana," ujar Tedi kepada Tempo.
Tedi menyebutkan, kedua pabrik itu menggunakan bahan baku batu bara untuk
melakukan pembakaran. Selain itu, pabrik kerap membuang limbah berbahaya."Biasanya
kalau malam dan hujan mereka membuang limbah ke sungai," kata Tedi.
Salah seorang warga yang tinggal di Kampung Sawah, Desa Cilangkap, Kecamatan
Babakan Cikao, Purwakarta, mengatakan kondisi Sungai Citarum yang berada di dekat
rumah mereka sudah sangat kritis. Ia mengatakan, warga sudah tak ada yang berani untuk
menggunakan air dari sungai.
"Jangankan manusia, ikan aja hanya satu jenis yang hidup di sana. Padahal dulu
banyak ikan yang hidup di sana," ujar warga yang enggan disebutkan namanya itu
kepada Tempo.
adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah
adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian
dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar
danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi
sebagai objek wisata.
Di Indonesia banyak pabrik yang membuang limbah yang sudah diolah ataupun yang
belum diolah ke perairan. Limbah yang dibuang ke perairan ini menyebabkan
pencemaran air. Pencemaran air ini menimbulkan banyak masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Salah satunya kemungkinan besar warga yang tinggal di daerah sungai
akan memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Pencemaran sungai terjadi
karena perubahan kualitas air sungai karena masuknya limbah pabrik secara berlebihan.
Limbah yang dibuang ke sungai telah menimbulkan pencemaran air dan mengganggu
kehidupan air. Pencemaran oleh limbah industri akan tampak pada kondisi fisik pada air
tersebut, misalnya perubahan warna pada air, bau yang kurang sedap.
PENYEBABNYA :
1. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam
berat, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal,
terutama yang dikeluarkan olehpembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi
oksigen dalam air.
2. limbah pabrik yg mengalir ke sungai.
3. imbah pabrik yang dengan sengaja dibuang ke sungai tanpa ada proses filtrasi terlebih
dahulu.
4. Pencemaran air oleh sampah pabrik
Alkil Benzana Sulfonat adalah bahan kimia yang sukar dirusak oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam
konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan
manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Selain itu, deterjen dalam badan air dapat
merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap
badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun.Keberadaan busa-busa
di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas
sehingga menurunkan oksigen terlarut.Beberapa negara di dunia secara resmi telah
melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan deterjen dan memperkenalkan
senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat. Namun pemerintah Indonesia
belum mengikuti jejak tersebut dan masih membiarkan beberapa perusahaan
menambahalan ABG dalam poses pembuatan detergen.
Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari bagi lingkungan karena
dari beberapa kajian menyebutkan bahwa detergen memilki kemampuan untuk
melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene.Proses oenguraian
detergen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan khlor akan
membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor
sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum. Kandungan detergen dalam air
minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Dalam jangka panjang, air minum
yang telah terkontaminasi limbah detergen berpotensi sebagai salah satu penyebab
penyakit kanker.
Pengelolaan air limbah merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya
penyehatan lingkungan suatu instansi atau lembaga tertertentu yang mempunyai tujuan
melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan. Air limbah yang tidak
ditangani secara benar akan mengakibatkan dampak negatif khususnya bagi kesehatan,
sehingga perlu pengelolaan yang baik agar bila dibuang ke suatu areal tertentu tidak
menimbulkan pencemaran yang didukung dengan Instalasi Pengolahan Air limbah
(IPAL) yang dimiliki oleh instansi atau lembaga itu sendiri. Bahan pencemar adalah
jumlah berat zat pencemar dalam satuan waktu tertentu yang merupakan hasil perkalian
dari kadar pencemar dengan debit limbah cair.
Komposisi air limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9 %) dan sisanya terdiri
dari partikel-partikel padat terlarut (dissolved solid) dan tersuspensi (suspended solid)
sebesar 0,1 %. Partikel-partikel padat terdiri dari zat organik (± 70 %) dan zat anorganik
(±30 %).
a. Protein (± 65 %)
b. Karbohidrat (± 25 %)
c. Lemak (± 10 %).
Zat-zat anorganik terdiri dari grit, salts dan metals (logam berat) yang merupakan
bahan pencemar yang penting. Solids (dissolved dan suspended) sangat cocok untuk
menempel dan bersembunyinya mikroorganisme baik yang bersifat saprophit mau pun
pathogen .
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan
secara biologis
Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan ukuran yang sering digunakan untuk
mengukur kualitas lingkungan hidup, contohnya seperti air, atau limbah cair. Ukuran tersebut
digunakan untuk memantau kualitas air dengan melihat kadar oksigen yang terkandung di
dalamnya. Apabila kadar oksigen dalam air menurun karena penggunaan zat organik yang
berlebih, maka hal tersebut membuat kualitas air menurun. Terganggunya kualitas air
ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa, dan yang paling parah adalah terganggunya
biota yang ada dalam ekosistem air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sisitem pengolahan biologis bagi air
yang tercermar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah; kalau sesuatu
badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut, dalam air
selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan
keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air. Pemeriksaan BOD
didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut
berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon
dioksida, air dan Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut:
CnHaObNc + ( n + a/4 – b/2 – 3c/4 ) O2 ——–à nCO2 + ( a/2 – 3c/2 ) + H2O + cNH3
BOD merupakan parameter untuk limbah cair, parameter ini bertujuan untuk
pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai hampir semua zat
organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan, dinyatakan dengan BOD5 hari pada
suhu 20 °C dalam mg/liter atau ppm. Pemeriksaan BOD5 diperlukan untuk menentukan
beban pencemaran terhadap air buangan domestik atau industri juga untuk mendesain sistem
pengolahan limbah biologis bagi air tercemar. Penguraian zat organik adalah peristiwa
alamiah, jika suatu badan air tercemar oleh zat organik maka bakteri akan dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses biodegradable berlangsung, sehingga
dapat mengakibatkan kematian pada biota air dan keadaan pada badan air dapat menjadi
anaerobik yang ditandai dengan timbulnya bau busuk.
Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari dimana 50% reaksi telah
tercapai, 5 hari supaya 75 % dan 20 hari supaya 100% tercapai maka pemeriksaan BOD dapat
dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis. Chemical Oxygen
Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat – zat organis yang ada dalam 1 L sampel air. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organis yang secara alamiah dapat
dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur
dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air
baku. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang
relatif kecil. Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga
koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan polutan –
polutan dalam air menyebabkan konsusmsi bertambah.
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang
terdapat dalam limbah cair dengan memanfaatkan oksidator kalium dikromat sebagai sumber
oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara
alamiah dapat dioksidasi melalui proses biologis dan dapat menyebabkan berkurangnya
oksigen terlarut dalam air.
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
COD Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia
guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion)
atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984). Pengukuran kekuatan limbah dengan COD
adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah. Pengukuran ini
menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah
bahan-bahan yang tidak dapat dipecah secara biokimia.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik. Dalam
laboratorium, pengukuran COD dilakukan sesaat dengan membuat pengoksidasi K2Cr2O7
yang digunakan sebagi sumber oksigen.
KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah
oksidan Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2untuk tiap
1000 ml contoh uji. Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji
dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang
dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri
sinar tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat
mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan
900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji
dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan
konsentrasi Cr2O7(2-) pada panjang gelombang 420 nm.
c. Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang
sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini
disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi
kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja. Untuk tingkat
ketelitian pinyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan
maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih
diperkenankan.Senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi
juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978), sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD
mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk gambaran kandungan bahan organik.
Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Kadar COD
Pada Trickling filter terjadi penguraian bahan organik yang terkandung dalam limbah.
Penguraian ini dilakukan oleh mikroorganisme yang melekat pada filter media dalam bentuk
lapisan biofilm. Pada lapisan ini bahan organik diuraikan oleh mikroorganisme aerob,
sehingga nilai COD menjadi turun. Pada proses pembentukan lapisan biofilm, agar diperoleh
hasil pengolahan yang optimum maka dalam hal pendistribusian larutan air kolam retensi
Tawang pada permukaan media genting harus merata membasahi seluruh permukaan media.
Hal ini penting untuk diperhatikan agar lapisan biofilm dapat tumbuh melekat pada seluruh
permukaan genting.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semakin lama
waktu tinggal, maka nilai COD akhir semakin turun (prosentase penurunan COD semakin
besar). Hal ini disebabkan semakin lama waktu tinggal akan memberi banyak kesempatan
pada mikroorganisme untuk memecah bahan-bahan organik yang terkandung di dalam
limbah. Di sisi lain dapat diamati pula bahwa semakin kecil nilai COD awal (sebelum
treatment dilakukan) akan menimbulkan kecenderungan penurunan nilai COD akhir sehingga
persentase penurunan COD nya meningkat. Karena dengan COD awal yang kecil ini,
kandungan bahan organik dalam limbah pun sedikit, sehingga bila dilewatkan trickling filter
akan lebih banyak yang terurai akibatnya COD akhir turun. Begitu pula bila diamati dari sisi
jumlah tray (tempat filter media). Semakin banyak tray, upaya untuk menurunkan kadar COD
akan semakin baik. Karena dengan penambahan jumlah tray akan memperbanyak jumlah
ruang / tempat bagi mikroorganisme penurai untuk tumbuh melekat. Sehingga proses
penguraian oleh mikroorganisme akan meningkat dan proses penurunan kadar COD semakin
bertambah. Jadi prosen penurunan COD optimum diperoleh pada tray ke 3.
Pada penelitian ini, efisiensi Trickling Filter dalam penurunan COD tidak dapat
menurunkan sampai 60% dikerenakan :
a. Aliran air yang kurang merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle yang
digunakan meyumbat aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi Tawang.
b. Supplay oksigen dan sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan
Senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen aditif
nitrogen, sulfur, fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang tersedia dalam
limbah air dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mendegredasi senyawa organik akhirnya
oksigen. Konsentrasi dalam air limbah menurun, ditandai dengan peningkatan COD, BOD,
TSS dan air limbah juga menjadi berlumpur dan bau busuk. Semakin tinggi konsentrasi COD
menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik tinggi tidak dapt terdegredasi secara
biologis. EM4 pengobatan 10 hari dalam tangku aerasi harus dilanjutkan karena peningkatan
konsentrasi COD
Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut dalam air pada
urutan kedua setelah Nitrogen. Namun jika dilihat kepentingannya bagi kehidupan ikan dan
udang, Oksigen menempati urutan paling atas. Oksigen yang sangat diperlukan udang
untuk pernafasannya harus dalam bentuk terlarut dalam air, karena udang tidak dapat
memanfaatkan Oksigen langsung dari udara.
Metode Winkler
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.
Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH - KI,
sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan
yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul Iodium (I2) yang
ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum
(kanji).
Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnCI2 + NaOH àMn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH) 2 + O2 à MnO2 + 2 H20
MnO2 + 2 KI + 2 H2Oà Mn(OH) 2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3 àNa2S4O6 + 2 NaI
b. Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar
oksigen terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan
kadar oksigen digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan
anorganik.
Cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara:
a. Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen
b. Mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar
c. Mengurangi bahan – bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan
Air Kualitas limbah ditentukan dari banyaknya parameter dalam limbah dan
konsentrasi setiap parameter. Semakin banyak volume air yang bercampur dengan limbah
semakin kecil konsentrasi pencemar. Badan penerima yang menerima limbah sering tidak
mendapat pengaruh.
Volume air limbah yang dihasilkan pada suattu masyarakat di pengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
a. Kebiasaan manusia
Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang
dihasilkan
b. Penggunaan sistem pembuangan kombinasi atau terpisah pada sistem kombinasi,
volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih per kapita, sedangkan pada
sistem terpisah volume limbah mencapai rata-rata 25-50 galon perkapita
c. Waktu
Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi bergantung pada
waktu. Dalam sehari dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan air
yang menyebabkan aliran air limbah lebih banyak. Sedangkan di tengah hari,
volumenya sedikit. Dan di malam hari agak meningkat lagi.
2.3.5 Lingkungan
Seluruh air dalam pabrik pada umumnya ditampung dalam saluran-saluran untuk
kemudian disatukan dalam saluran yang lebih besar. Banyak saluran dan volume saluran
disesuaikan dengan keadaan pabrik dan jumlah air yang akan dibuang. Volume air limbah
akan menentukan konsentrasi bahan pencemar. Bahan pencemar dari suatu pabrik tergantung
kepada banyaknya bahan-bahan yang terbuang. Dengan asumsi bahwa semua terkendali
dengan baik. Pengendalian hanya terbatas pada bahan pencemar yang tidak dapat dihindari,
maka konsentrasi bahan pencemaran telah dapat diperkirakan jumlahnya. Penambahan
volume air hanya menyebabkan konsentrasi turun. Dengan perkataan lain bahwa akibat
pengenceran otomatis menyebabkan konsentrasi turun.
2.3.7 Frekuensi Pembuangan Limbah
Limbah dari suatu pabrik ada kalanya tidak tetap volumenya. Untuk beberapa pabrik
tertentu limbah airnya mengalir dalam jumlah yang sama setiap hari, tetapi ada lain yang
mengalirkan limbah pada jam-jam (waktu) tertentu bahkan pada satu minggu atau satu bulan.
Bercampurnya limbah air pada jumlah yang berbeda-beda mengakibatkan konsentrasi bahan
pencemar pada badan penerima bervariasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa standar kualitas
lingkungan juga mengalami perubahan sesuai dengan limbah yang diterima.
Dari uraian di atas, kualitas limbah dapat diukur pada dua tempat yaitu, pada titik
sebelum dan sesudah bercampur dengan badan penerima. Penetapan kualitas limbah ini perlu
mendapat penegasan karena beberapa hal yang mendasari yaitu: bila limbah tidak dibuang ke
tempat umum dibuatkan tempat tersendiri dan tidak bercampur dengan badan penerima.
Biasanya hal seperti ini terjadi untuk limbah air.
Menurut Ign Suharto 2011, terdapat 3 faktor yang berpengaruh pada kualitas limbah :
1. Jumlah penduduk
3. Kemajuan teknologi
Pengolahan limbah secara biologi adalah pengolahan air limbah dengan menggunakan
mikroorganisme seperti ganggang, bakteri, protozoa, untuk menguraikan senyawa organik
dalam air limbah menjadi senyawa yang sederhana. Pengolahan tersebut mempunyai tahapan
seperti pengolahan secara aerob, anaerob dan fakultatif.
Timbulnya bau pada air limbah secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda
terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi (Wardhana, 1999 ). Beberapa
karakteristik fisik ini mencerminkan kualitas estetik dari air limbah (seperti warna dan bau ),
sedangkan karakteristik lain seperti pH dan temperatur dapat memberikan dampak negatif
pada badan air penerima.
Sumber air :Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air
seperti air laut, air hujan, air tanah dan air permukaan. Komponen nutrient dalam air – Secara
alamiah air mengandung mineral-mineral yang cukup untuk kehidupan mikroorganisme. Air
buangan sering mengandung komponenkomponen yang dibutuhkan oleh spesies
mikroorganisme tertentu. Komponen beracun – Bila terdapat di dalam air akan
mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air sebagai contoh
asam-asam organik dan anorganik dapat membunuh mikroorganisme dan kehidupan lainya
dalam air. Organisme air – Adanya organisme lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah
dan jenis mikroorganisme air, seperti protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri. Faktor
fisik – Faktor fisik seperti suhu, pH, tekanan osmotik tekanan hidrostatik, aerasi dan penetrasi
sinar matahari dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam
air.
Tujuan pemrosesan air limbah secara biologi adalah untuk menghilangkan bahan
organik dan anorganik yang terlarut dalam air yang sukar mengendap melalui proses
penguraian biologis, penguraian ini memerlukan oksigen pada proses aerobik dan pada proses
anaerobik berlangsung tanpa oksigen, proses biologis dapat digunakan untuk meniadakan
pospat kebanyakan sistem biologis dapat mentolerir naik turunnya suhu. Pada pengolahan
biologi air limbah, perlu dipertahankan agar mikroorganisme dapat menunjukkan
kemampuannya yang optimal seperti bakteri untuk mengambil bahan-bahan organik dengan
merancang peralatan dan sistem pengolahan yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri.
Sebelum melakukan pengolahan perlu ditinjau bahwa pada proses pengolahan air
limbah pH harus berkisar 7 atau 6,5 – 9,5 karena semua proses berlangsung pada suasana
netral. Proses netralisasi pada umumnya dilakukan dengan penambahan Ca(OH)2 kemudian
dilakukan pengadukan agar reaksi antara asam dan basa dapat berlangsung dengan baik
(Djabu et al.,1 990).
Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah tangga, perusahaan, dan/atau
kendaraan merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan
lingkungan. Pembuangan sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu
tempat sampah seharusnya selalu tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan
jenisnya, sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), dan sisa-sisa industri (industrial
waste).
Selain itu, kebiasaan meludah, buang air kecil dan besar (human excreta), air limbah
(sewage) juga harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan
bau yang tidak sedap.
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
menggangu lingkungan hidup.
Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-
sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada. Dari batasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik
kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya.
Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih kurang 80% dari
air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam
bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke
sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi.
Air limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis besar air limbah dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Air limbah yang bersumber dari rumah tangga (Domestic Wastes Water), yaitu air
limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada dasarnya air limbah rumah
tangga terdiri dari 3 fraksi penting diantaranya:
1. Tinja(feces)berpotensi mengandung mikroba patogen contohnya bakteri E.coli
2. Aoir seni(urine) umumnya mengandung nitrogen dan fosfor, serta kemungkinan
kecil mikroorganisme
3. Greywater merupakan air limbah domestik yang berasal dari dapur(tempat cuci
piring), air bekas cuci pakaian(air dari saluran pembuangan mesin cuci), dan air
mandi(buakn dari toilet). Campuran feces dan urine disebut sebagai excreta.
Adapun campuran excreta denagn air bilasan toilet diebut sebagai black water.
Mikroba patogen banyak terdapat pada excreta. Excreta ini merupakan cara
transfor utama bagi penyakit bawaan air(water born desease). Black water adalah
istilah yang digunakann untuk air limbah yang mengandung kotoran manusia.
Kelompok air limbah ini harus diolah terlebih dahulu karna mengandung bakteri
patogen. Black water dikenal juga dengan istilah sewage
Beberapa hal utama ynag membedakan dari greywater dan blackwater antara lain:
1. Greywater mengandung kandungan nitrogen yang jauh lebih rendah dibanding
blackwater
2. Greywater mengandung patogen yang jauh lebih rendah daripada blackwater
3. Greywater jauh lebih mudah didekomposisi daripada blackwater
Pada saat ini banyak yang memanfaatkan greywater untuk keperluan lain
dalam rangka konservasi sumberdaya air. Salah satu manfaatnya adalah untuk
menyiram tanaman. Hal penting yang ditekankan, yaitu tidak boleh ada materi
toksik yang mencemari greywater. Sabun cuci piring yang digunakanpun
harus yang ramah lingkungan. Sementara itu, blackwater biasanya disalurkan
ke septictank atau langsung disalurkan ke sewage system untuk kemudian
didalam instalasi pengolahan air limbah domestik.
b. Air limbah industri (Industrial Wastes Water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri. Zat-
zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang
dipakai oleh masing-masing industi, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak,
garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan
menjadi lebih rumit.
Pemanfaatan air pada kegiatan industri memiliki beberapa fungsi berikut:
1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi pada proses
industri.
2. Untuk mentrasfortasikan produk atau bahan baku.
3. Sebagai air proses misalnya, sebagai umpan boiler, pada pabrik minuman, dan
sebagainya.
4. Untuk mencuci dan membilas produk dan/ atau gedung serta instalasi.
c. Air limbah kotapraja (Municipal Wastes Water), yaitu air buangaan yang berasal dari
daerah: perkotaan, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat
ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air
limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
Air kimbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a. Rumah tangga
Contohnya : air bekas cucian , air bekas memasak , air bekas mandi, dan sebagainya.
b. Perkotaan
Contohnya : air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat
ibadah.
c. Industri
Contohnya : air limbah dari pabrik baja, pabrok tinta, pabrik cat dan dari pabrik karet.
6. Limbah Genotoksik
Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, tetratogenik atau
karsinogenik.Limbah ini menimbulkan persoalan pelik, baik di dalam area instalasi kesehatan
itu sendiri maupun setelah pembuangan sehingga membutuhkan perhatian khusus.Limbah
genotoksik dapat mencakup obat-obatan sitostatik tertentu, muntahan, urine atau tinja pasien
yang diterapi dengan obat-obatan sitostasik, zat kimia, maupun radioaktif.
Obat-obatan sitotoksik (atau antineoplastik), sebagai subtansi pokok di dalam kategori
ini, memiliki kemampuan untuk membunuh atau menghentikan pertumbuhan sel tertentu dan
digunakan dalam kemoterapi kanker.Selain memainkan peranan penting di dalam terapi
berbagai penyakit neoplastik, obat-obatan ini juga banyak digunakan sebagai agens
imunosupresif dalam transplantasi organ atau dalam mengobati berbagai penyakit
imunologis.Obat-obatan sitotoksik ini kebanyakan digunakan di unit spesialisasi seperti unit
kanker dan unit radioterapi, yang fungsi pokoknya adalah mengobati kanker.Pada Rumah
Sakit khusus kanker, limbah genotoksik (yang mengandung zat sitostatik atau radioaktif)
diperkirakan mencapai 1% dari keseluruhan limbah pelayanan kesehatan.
7. Limbah Mengandung Logam Berat
Limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam
subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik.Contohnya adalah limbah
merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak (misalnya, termometer,
dan alat pengukur tekanan darah).Dengan demikian, tetesan merkuri yang tertumpah itu
sedapatnya ditutup. Residu yang berasal dari ruang pemeriksaan gigi kemungkinan juga
mengandung merkuri dalam kadar yang tinggi. Limbah kadmium kebanyakan berasal dari
baterai bekas, panel kayu tertentu yang mengandung tmbal masih digunakan dalam
pembatasan radiasi sinar X dan di bagian diasnogtik.Serta sejumlah obatobatan yang
mengandung logam berat arsen, tetapi dikategorikan sebagai limbah farmasi.
8. Limbah Kemasan Bertekanan
Berbagai jenis gas digunakan dalam kegiatan di instalasi kesehatan dan kerap dikemas
dalam tabung, cartridge, dan kaleng aerosol. Banyak di antaranya begitu kosong dan tidak
terpakai lagi dapat dipergunakan kembali tetapi ada beberapa jenis yang harus dibuang,
misalnya kaleng aerosol.Baik gas mulia maupun yang berpotensi membahayakan, pengunaan
gas di dalam kontainer bertekanan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena container
dapat meledak jika terbakar atau tanpa sengaja bocor.
9. Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif mencakup benda padat, cair dan gas yang terkontaminasi
radionuklida.Limbah ini terbentuk akibat pelaksanaan prosedur seperti analisis in-vitro pada
jaringan dan cairan tubuh, pencitraan organ dan lokalisasi tumor secara in-vivo, dan berbagai
jenis metode investigasi dan terapi lainnya.Radionuklida yang digunakan di dalam layanan
kesehatan biasanya berada dalam sumber yang tidak tersegel (terbuka) atau sumber yang
tersegel (tertutup rapat). Sumber yang tidak tertutup biasanya berupa cairan siap pakai dan
tidak ditutup lagi selama penggunaannya; sumber yang tertutup misalnya zat radioaktif yang
terkandung dalam bagian perlengkapan atau peralatan atau terbungkus dalam kemasan
antipecah atau kedap air seperti seeds dan jarum.
10. Limbah Minyak
Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak,
pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan
minyak pada kapal laut.Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif.Limbah minyak merupakan bahan
berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat
mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan
mahluk hidup lainnya.
Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman, rumah tangga, dan juga berasal
dari industry, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya yang telah dipergunakan untuk
berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang
sehat dan baik. Air limbah memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan sifatnya.
Karakter air limbah meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi.
1. Karakteristik Berdasarkan Sifat Fisika
Air limbah terdiri dari 99,9 % air, sedangkan kandungan bahan padatnya mencapai
0.1 % dalam bentuk suspensi padat ( suspended solid) yang volumenya bervariasi antara 100-
500 mg/l. Apabila volume suspensi padat kurang dari 100 mg/l, air limbah disebut lemah,
sedangkan bila lebih dari 500 mg/l disebut kuat.
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan
suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun,
sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras
dan sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya.
Karaketer fisika air limbah meliputi suhu, bau, warna, dan padatan. Suhu
menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke dalam skala-skala. Suhu
air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya tambahan air hangat dari
pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan juga
tergantung pada letak geografisnya.
Bau merupakan parameter yang subjektif. Pengukuran bau tergantung pada sensivitas
indra penciuman seseorang. Kehadiran bau menunjukkan adanya komponenkomponen lain
dalam air. Misalnya, bau seperti telur busuk menunjukkan adanya hydrogen sulfide yang
dihasilkan oleh permukaan zat-zat organic dalam kondisi anaerobik.
Pada air limbah, warna biasanya disebabkan oleh kehadiran materi-materi dissolved,
suspended, dan senyawa-senyawa koloidal yang dapat dilihat dari pectrum warna yang
terjadi. Padatan yang terdapat dalam air limbah dapat diklasifikasikan menjadi floating,
settleable, suspended, atau dissolved. Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut
atau bahan padat yang terapung serta senyawa – senyawa yang larut dalam air. Kandungan
bahan padat terlarut ditentukan dengan mengeringkan serta menimbang residu yang didapat
dari pengeringan.
Karakteristik fisika :
a. zat padat
Di dalam limbah dapat ditemukan zat padat yang secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mudah terlarut dan tidak mudah terlaru.
b. Bau
Limbah sering menimbulkan bau. Hal ini dapat dikarenakan adanya gas-gas
hasil dekomposisi zat di dalam limbah. Gas yang dapat menimbulkan bau di dalam air
antara lain hidrogen sulfida, amonia, dan senyawa organik sulfida.
c. Suhu
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada suhu lingkungan di sekitarnya.
Naiknya suhu dapat menimbulkan semakin berkurangnya oksigen, meningkatnya
reaksi kimia, dan mengganggu kehidupan organisme lainnya.
d. Warna
Sering kali air limbah memiliki karakteristik warna tertentu, tergantung dari
kandungan pada limbahnya. Namun air yang tidak menjadi jaminan kalau air tersebut
tidak mengandung limbah.
e. Kekeruhan
air limbah cenderung terlihat keruh. Hal ini dikarenakan adanya zat organik,
lumpur, jasad renik, zat lainnya yang mengapung pada air dan tidak segera
mengendap.
Dan selain berkarakteristik padat, karakteristik khusus lainnya dari air limbah ialah:
a. Dapat menimbulkan bau, hal ini disebabkan karena adanya gas-gas hasil dekomposisi
zat di dalam limbah. Gas yang dapat menimbulkan bau di dalam air, antara lain yakni
hidrogen sulfida, amonia dan senyawa organik sulfida.
b. Pada suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada suhu lingkungan di sekitarnya.
Naiknya suhu dapat menimbulkan semakin berkurangnya oksigen, meningkatnya
reaksi kimia dan menggangu kehidupan organisme lainnya.
c. Memiliki karakteristik pada warna tertentu, tergantung dari kandungan pada
limbahnya, namun air yang tidak menjadi jaminan kalau air tersebut tidak
mengandung limbah.
d. Cenderung terlihat keruh, hal ini dikarenakan adanya zat organik, lumpur, jasad renik,
zat lainnya yang mengapung pada air dan tidak segera mengendap.
Ada beberapa komposisi air limbah berkarakteristik padat yang diantaranya yaitu:
Komposisi air limbah domestik hampir lebih dari 99% berisi air itu sendiri sisanya adalah
kandungan pencemar . rata-rata timbulan air limbah yang dihasilkan dari permukaan adalah
sebagai berikut (Met calf dan eddy)
1. Apartement
Komposisi limbah cair domestik
Komposisi limbah cair domestik dari kamar mandi dan WC
Faeces Satuan Urine Satuan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Dengan tidak adanya pencemaran, masyarakat menjadi sehat, sejahtera, dan cerdas,
standar kesehatan.
3. Dengan tidak adanya pencemaran, sungai menjadi bersih sehingga bisa digunakan
4. Masyarakat untuk dapat menyambungkan air limbahnya ke jaringan pipa air limbah.
5. Untuk masyarakat, seharusnya masyarakat lebih sadar diri untuk tidak membuang
limbahnya ke sungai sehingga tidak mencemari sungai karena apabila sungai bersih
kesadaran untuk lebih peduli lagi terhadap pencemaran dan pengolahan air limbah.