Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya air selain merupakan sumber daya alam juga merupakan komponen
ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan air cenderung
semakin meningkat dari waktu ke waktu, baik untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
seperti untuk air minum, air bersih dan sanitasi maupun sebagai sumber daya yang diperlukan
bagi pembangunan ekonomi seperti untuk pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik dan
pariwisata. Air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan dan keperluan hingga saat ini dan
untuk kurun waktu mendatang masih mengandalkan pada sumber air permukaan, khususnya
air sungai. Ketersediaan sumber daya air sungai cenderung menurun karena penurunan
kualitas dan kuantitas yang tersedia juga karena kualitas yang ada menjadi tidak dapat
dimanfaatkan karena adanya pencemaran.

Pertumbuhan industri dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Tidak dapat


dihindari, dampak ikutan dari industrialisasi ini adalah juga terjadinya peningkatan
pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi. Proses produksi ini akan menghasilkan
produk yang diinginkan dan hasil samping yang tidak diinginkan yaitu berupa limbah.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga) yang keberadaannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.

Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair yang
berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar
biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di masa
mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem perairan tidak
lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi tidak peduli terhadap permasalahan tersebut.

Sungai merupakan salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan. Hal ini tentu berbeda
lagi apabila sungai telah menjadi tercemar. Bagi beberapa anggota masyarakat yang
mengabaikan bahaya limbah, air sungai masih dimanfaatkan untuk mencuci, mandi, bahkan
memasak. Ikan–ikan yang hidup dalam sungai tersebut juga dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan protein mereka. Padahal jika sungai tersebut mengandung limbah, ikan yang
mereka konsumsi juga akan menimbulkan penyakit. Apalagi di daerah perkotaan, limbah
memang menjadi masalah yang serius. Selain limbah industri yang semakin besar, aktivitas
masyarakat setiap hari juga menimbulkan limbah rumah tangga yang sangat besar.

Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu prioritas dalam pengelolaan lingkungan di
Indonesia. Air mempunyai karakteristik fisik dan kimiawi yang sangat mempengaruhi
kehidupan organisme di dalamnya. Apabila terjadi perubahan kualitas perairan, terutama oleh
bahan pencemaran lingkungan, maka keseimbangan hidup organisme yang ada di perairan
tersebut bahkan kehidupan manusia pada khususnya dapat terganggu. Berdasarkan
permasalahan itulah, pemerintah mulai serius mencanangkan program untuk mengelola air
limbah, yakni dengan membentuk unit pengelola air limbah atau yang disebut Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana permasalahan air limbah
1.2.2 Apa faktor yang mempengaruhi air limbah
1.2.3 Apa sumber dari air limbah
1.2.4 Apa karakteristik dari air limbah
1.2.5 Apa komposisi dari air limbah

1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui permasalahan air limbah
1.3.2 Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi air limbah
1.3.3 Agar mahasiswa dapat mengetahui sumber air limbah
1.3.4 Agar mahasiswa dapat mengetahui karakteristik air limbah
1.3.5 Agar mahasiswa dapat mengetahui komposisi air limbah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Air Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis.

Beberapa pengertian tentang limbah :


1. Berdasarkan kepurusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I tentang
prosedur impor limbah, menyatakan bahwa Limbah adalah bahan/barang sisa atau
bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari
aslinya.
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999 Limbah didefinisikan
sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia.
Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa pencemaran
yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau paling tidak potensial
menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan
mengidentifikasi:sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan,banyaknya
buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik.
Dengan adanya perkiraan tersebut maka program pengendalian dan penanggulangan
pencemaran perlu dibuat. Sebab limbah tersebut baik dalam jumlah besar atau sedikit
dalam jangka panjang atau jangka pendek akan membuat perubahan terhadap lingkungan,
maka diperlukan pengolahan agar limbah yang dihasilkan tidak sampai mengganggu
struktur lingkungan. Namun demikian tidak selamanya harus diolah sebelum dibuang
kelingkungan. Ada limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah
yang setelah diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah
yang begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang. Ada beberapa jenis limbah
yang perlu diolah dahulu sebab mengandung pollutant yang dapat mengganggu kelestarian
lingkungan. Limbah diolah dengan tujuan untuk mengambil barang-barang berbahaya di
dalamnya dan atau mengurangi/menghilangkan senyawa-senyawa kimia atau nonkimia
yang berbahaya dan beracun.
2.2 Permasalahan Air Limbah

Limbah menjadi masalah serius terutama di perkotaan. Contohnya limbah pabrik


dibuang ke lingkungan sekitar yang mengakibatkan pencemaran udara dan air tanah, selain
masalah tersebut terdapat TPA dan TPS yang tidak dikelola dengan baik sehingga menjadi
sumber binatang maupun bakteri pembawa penyakit.

Air buangan merupakan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia, banyak juga
diciptakan pemuas atau pemenuhan kebutuhan manusia. Dalam jumlah produksi yang sagat
besar tiap harinya akan menghasilkan sisa-sisa hasil dari proses pengolahan yang tidak
terpakai. Sisa-sisa inilah (limbah) bila terakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat
mencemari lingkungan bila tidak ada penanganan khusus. Kemudian, masyarakat yang
sebagai pelaku konsumsi pun akan “mengeluarkan” limbah-limbah sebagai hasil penggunaan
hasil barang produksi tersebut. Karena limbah sekecil apapun bila dalam jumlah yang besar
dapat memberikan konstribusi besar dalam hal pengrusakan terhadap lingkungan. Untuk
itulah diperlukan penanganan yang tepat dalam pengolahan limbah-limbah industry maupun
limbah rumah tangga.
Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil
dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya
jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami
peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut. Jika
jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau
menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.
Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang
banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah
sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan
pengolahan limbah tersebut belum mendapatkan perhatian yang serius. Sebenarnya,
keberadaan limbah cair dapat memberikan nilai negatif bagi suatu kegiatan industri. Namun,
penanganan dan pengolahannya membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga kurang
mendapatkan perhatian dari kalangan pelaku industri, terutama kalangan industri kecil dan
menengah.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair
yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas,
teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak
demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya
dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri
kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang
dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi
pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang
bersangkutan.Untuk bisa memilih teknologi yang tepat, seseorang harus mengetahui
gambaran umum tentang metode-metode pengolahan air limbah yang ada, baik tentang
prinsip kerja, tentang penerapan metode-metode tersebut, keuntungan dan kerugian, dan juga
faktor biaya. Hal yang penting dalam konsep pengolahan air limbah industri adalah usaha
mencegah atau menekan beban pencemaran seminimal mungkin, yaitu melalui pengendalian
proses produksi itu sendiri. Baru pada tahap selanjutnya adalah pengolahan air limbah yang
dihasilkan agar tidak mencemari badan air (sungai, selokan dsb) atau dengan kata lain, agar
air buangan dari industri sesuai dengan baku mutu yang telah ditentukan.
Penentuan suatu sistem pengolahan limbah yang tepat terhadap air limbah terkait erat
dengan informasi komposisi dan karakteristik dari air limbah terlebih dahulu. Karena itu,
macam-macam industri dan karakteristik limbah menjadi penting untuk dipaparkan dalam
kaitan dengan teknologi pengolahan air limbah dari industri, prinsip dasar pemilihan
teknologi yang tepat, dan contoh sistem pengolahan limbah pada beberapa jenis industri.
Seiring dengan melajunya waktu, pertumbuhan penduduk, dan perkembangan
tekhnologi, mengakibatkan bertambahnya jenis dan volume limbah, sehingga belum semua
limbah penduduk terlayani oleh fasilitas umum pengolahan sampah Akibatnya sebagian
masyarakat yang mencari jalan keluar sendiri dengan membakarnya, atau membuang
kesungai yang tentunya bukanlah jalan keluar yang baik, karena akan lebih memperparah
kerusakan lingkungan. Jumlah pabrik industri semakin banyak dan penduduk Indonesia yang
tinggal diperkotaan semakin meningkat dari tahun ke tahun.Terkonsentrasinya pabrik-pabrik
industri dan penduduk didaerah perkotaan membuat daya dukung lingkungan untuk
menyerap bahan pencemar semakin menurun.
Menurut Ign Suharto 2011, terdapat 3 faktor yang berpengaruh pada kualitas limbah :
1. Jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.
2. Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula jumlah
per kapita limbah yang dibuang. Kualitas limbahnyapun banyak yang bersifat tidak dapat
terurai. Perubahan kalitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan
yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan limbah. Kenaikan kesejahteraan
inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan,
transportasi, produk pertanian, industri, dan lain-lain. Sebagai konsekuensi dari semua itu
akan menambah volume dan jenis sampah.
3. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas limbah, karena
pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur
yang semakin beragam pula.
Perkembangan lingkungan permukiman di perkotaan tidak terlepas dari pesatnya laju
pertumbuhan penduduk karena faktor pertumbuhan penduduk kota itu sendiri dan faktor
urbanisasi. Dampak negatif urbanisasi yang telah berlangsung selama ini lebih disebabkan
oleh tidak seimbangnya peluang untuk mencari nafkah di daerah perdesaan dan perkotaan,
sehingga memunculkan adanya daya tarik kota yang dianggap mampu memberikan masa
depan yang lebih baik bagi masyarakat perdesaan atau luar kota, sementara latar belakang
kapasitas dan kemampuan para pendatang sangat marjinal.
Selain itu, akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas
lainnya maka bertambah pula limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut menjadi
permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya dapat mengganggu
kehidupan makhluk hidup lainnya.
Berdasarkan informasi dari Kementerian lingkungan Hidup, setiap individu menghasilkan
rata-rata 0,8 kilogram sampah per hari. Rata-rata limbah per orang akan terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat. Dengan asumsi 220
juta penduduk Indonesia, limbah yang terbuang mencapai 176.000 ton per hari.
Seiring dengan melajunya waktu, pertumbuhan penduduk, dan perkembangan tekhnologi,
mengakibatkan bertambahnya jenis dan volume limbah, sehingga belum semua limbah
penduduk terlayani oleh fasilitas umum pengolahan sampah Akibatnya sebagian masyarakat
yang mencari jalan keluar sendiri dengan membakarnya, atau membuang kesungai yang
tentunya bukanlah jalan keluar yang baik, karena akan lebih memperparah kerusakan
lingkungan. Jumlah pabrik industri semakin banyak dan penduduk Indonesia yang tinggal
diperkotaan semakin meningkat dari tahun ke tahun.Terkonsentrasinya pabrik-pabrik industri
dan penduduk didaerah perkotaan membuat daya dukung lingkungan untuk menyerap bahan
pencemar semakin menurun.
Masalah pencemaran lingkungan di kota besar, khususnya DKI Jakarta telah
menunjukkan gejala yang cukup serius, khususnya masalah pencemaran air. Penyebab dari
pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri dari pabrik-pabrik yang
membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut,
tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah
masyarakat Jakarta itu sendiri. Yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya
makin hari makin besar sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota
Jakarta. Ditambah lagi rendahnya kesadaran sebagian masyarakat yang langsung membuang
kotoran/tinja maupun sampah ke dalam sungai, menyebabkan proses pencemaran sungai-
sungai yang ada di Jakarta bertambah cepat.
Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domestik yakni yang berasal dari
buangan rumah tangga dan yang ke tiga yakni air limbah dari perkantoran dan pertokoan
(daerah kemersial). Saat ini pencemaran akibat limbah domistik telah menunjukkan tingkat
yang cukup serius. Selain itu sumber pencemaran yang potensial adalah air limbah yang
berasal dari kegiatan industri kecil menengah.
Untuk industri besar, masalah air limbah mungkin dapat diatasi oleh pihak industri
sendiri karena mempunyai modal yang cukup, tetapi untuk masalah limbah dari industri kecil
dan menengah yang jumlahnya sangat banyak sekali tersebut belum tersentuh sama sekali.
Sebagai contoh misalnya industri kecil tahu-tempe. Limbah industri tahu/tempe ini dapat
menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan organik yang cukup
tinggi. Dari beberapa hasil penelitian, konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) di
dalam air limbah industri tahu-tempe cukup tinggi yakni berkisar antara 7.000 - 10.000 ppm,
serta mempunyai keasaman yang rendah yakni pH 4-5. Dengan kondisi seperti tersebut di
atas, air limbah industri tahu-tempe merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan
yang sangat potersial.

Saat ini pengelolaan air limbah industri tahu-tempe umumnya dilakukan dengan cara
membuat bak penampung air limbah sehingga terjadi proses anaerob. Dengan adanya proses
biologis anaerob tersebut maka kandungan polutan organik yang ada di dalam air limbah
dapat diturunkan. Tetapi dengan proses tersebut efisiesi pengolahan hanya berkisar antara 50
% - 70 % saja. Dengan demikian jika konsertarsi COD dalam air limbah 7000 ppm, maka
kadar COD yang keluar masih cukup tinggi yakni sekitar 2100 ppm, sehinga hal ini masih
menjadi sumber pencemaran lingkungan.

Potensi industri telah memberikan sumbangan bagi perekonomian Indonesia melalui


barang produk dan jasa yang dihasilkan, namun di sisi lain pertumbuhan industri telah
menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius. Buangan air limbah industri
mengakibatkan timbulnya pencemaran air sungai yang dapat merugikan masyarakat yang
tinggal di sepanjang aliran sungai, seperti berkurangnya hasil produksi pertanian,
menurunnya hasil tambak, maupun berkurangnya pemanfaatan air sungai oleh penduduk.

Seiring dengan makin tingginya kepedulian akan kelestarian sungai dan kepentingan
menjaga keberlanjutan lingkungan dan dunia usaha maka muncul upaya industri untuk
melakukan pengelolaan air limbah industrinya melalui perencanaan proses produksi yang
effisien sehingga mampu meminimalkan limbah buangan industri dan upaya pengendalian
pencemaran air limbah industrinya melalui penerapan installasi pengolahan air limbah. Bagi
Industri yang terbiasa dengan memaksimalkan profit dan mengabaikan usaha pengelolaan
limbah agaknya bertentangan dengan akal sehat mereka, karena mereka beranggapan bahwa
menerapkan instalasi pengolahan air limbah berarti harus mengeluarkan biaya pembangunan
dan biaya operasional yang mahal. Di pihak lain timbul ketidakpercayaan masyarakat bahwa
industri akan dan mampu melakukan pengelolaan limbah dengan sukarela mengingat
banyaknya perusahaan industry yang dibangun di sepanjang aliran sungai, dan membuang air
limbahnya tanpa pengolahan. Sikap perusahaan yang hanya berorientasi “Profit motive” dan
lemahnya penegakan peraturan terhadap pelanggaran pencemaran ini berakibat timbulnya
beberapa kasus pencemaran oleh industry dan tuntutan-tuntutan masyarakat sekitar industry
hingga perusahaan harus mengganti kerugian kepada masyarakat yang terkena dampak.

Latar belakang yang menyebabkan terjadinya permasalahan pencemaran tersebut


dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Upaya pengelolaan lingkungan yang ditujukan untuk mencegah dan atau


memperkecil dampak negatif yang dapat timbul dari kegiatan produksi dan jasa di
berbagai sektor industri belum berjalan secara terencana.
2. Biaya pengolahan dan pembuangan limbah semakin mahal dan dana pembangunan,
pemeliharaan fasilitas bangunan air limbah yang terbatas, menyebabkan perusahaan
enggan menginvestasikan dananya untuk pencegahan kerusakan lingkungan, dan
anggapan bahwa biaya untuk membuat unit IPAL merupakan beban biaya yang besar
yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan.
3. Tingkat pencemaran baik kualitas maupun kuantitas semakin meningkat, akibat
perkembangan penduduk dan ekonomi, termasuk industri di sepanjang sungai yang
tidak melakukan pengelolaan air limbah industrinya secara optimal.
4. Perilaku sosial masyarakat dalam hubungan dengan industri memandang bahwa
sumber pencemaran di sungai adalah berasal dari buangan industri, akibatnya isu
lingkungan sering dijadikan sumber konflik untuk melakukan tuntutan kepada
industri berupa perbaikan lingkungan, pengendalian pencemaran, pengadaan sarana
dan prasarana yang rusak akibat kegiatan industri.
5. Adanya Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air nomor: 82 Tahun 2001, meliputi standar lingkungan, ambang batas
pencemaran yang diperbolehkan, izin pembuangan limbah cair, penetapan sanksi
administrasi maupun pidana belum dapat menggugah industri untuk melakukan
pengelolaan air limbah.

Permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa ” Penerapan Pengelolaan air Limbah


pada industri kurang optimal” dan jawaban terhadap berbagai pertanyaan di atas pada
umumnya menyangkut:

a. Apakah industri telah melakukan upaya minimisasi limbah untuk


mencegah/memperkecil dampak negatif yang timbul dari kegiatan produksi?
b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan penerapan pengolahan air limbah kurang
optimal?
c. Apakah penerapan pengolahan air limbah secara bersama-sama dipengaruhi
oleh biaya, beban buangan air limbah, teknologi ipal, perilaku sosial masyarakat, dan
peraturan pemerintah?

Pertanyaan ini tentunya dimaksudkan untuk para pelaku usaha agar dalam usaha
industrinya dapat melakukan minimisasi air limbahnya pada proses produksi, faktor-faktor
yang menyebabkan pengelolaan limbah cair pada industri tidak dilakukan dengan optimal,
pengaruh dari investasi terhadap pencemaran lingkungan, tingkat buangan limbah, teknologi
Ipal, perilaku sosial masyarakat dan peraturan pemerintah terhadap penerapan pengelolaan
air limbah industry termasuk menghitung biaya manfaat penerapan Ipal industri.
Berdasarkan dugaan yang terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia bahwa Penerapan
Installasi Pengolahan air limbah industri dipengaruhi oleh biaya investasi, beban buangan
limbah, teknologi proses ipal, sosial masyarakat dan peraturan pemerintah tentang
pengelolaan lingkungan, serta menyangkut manfaat penerapan ipal lebih besar daripada
biaya investasi ipal.

Dari 350 industri terdapat kelompok jenis industri pengolahan makanan dengan 110
perusahaan, industri kimia/farmasi 70 perusahaan, permesinan 60 perusahaan, tekstil 40
perusahaan, furniture 30 perusahaan dan kelompok jenis industri kemasan dan lain-lain
masing-masing 20 perusahaan, yang umumnya telah mengupayakan minimisasi air limbah
pada proses produksinya melalui optimalisasi proses (reduce 74,29%), pemakaian kembali
sisa air proses (reuse 8,57%), pemanfaatan kembali air limbah (recycle 8,57%), melakukan
pengambilan kembali air limbah (recovery 5,71%), sedangkan industri yang melakukan
penerapan ipal ( 42,85%) atau sebanyak 150 industri.

1. Sebaiknya industri dapat melakukan program minimisasi ke arah cleaner production


yang terpadu dijalankan oleh semua bagian terkait baik itu produksi, enginering,
maintenance, lingkungan, keuangan dan lainnya.
2. Bagi industri yang limbahnya belum memenuhi baku mutu meskipun telah
menerapkan minimisasi limbah perlu menerapkan ipal mengingat ipal merupakan aset
perusahaan yang bermanfaat untuk mengurangi beban pencemaran dan untuk
kelangsungan industri di masa depan.
3. Bagi industri yang menerapkan ipal dan memenuhi bakumutu buangan air limbah
perlu diberikan penghargaan oleh Pemerintah. Keterlibatan pemerintah, masyarakat,
dan industri dalam mengusahakan daerah aliran sungai sekitar industri ditata secara
berkelanjutan melalui system pengelolaan bersama.

Contoh Kasus tentang air limbah :

TEMPO.CO, Bandung - Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)


Jawa Barat Dadan Ramdhan mengatakan, hampir 80 persen pabrik di wilayah Jawa Barat
melanggar aturan soal pembuangan limbah cair. Ratusan pabrik yang berdiri di kawasan
aliran Sungai Citarum hampir sebagian besar melakukan pelanggaran dengan membuang
limbahnya ke aliran sungai.Hal itu membuat Sungai Citarum semakin tercemar limbah
berbahaya.
"Aturan dan Undang-undang yang mengatur masalah limbah berbahaya sudah
ada.Tapi, pelaksanaanya yang lemah.Hampir 80 persen pabrik di Jawa Barat melanggar
aturan," ujar Dadan kepada Tempo, Sabtu, 15 April 2017.

Dadan menuturkan, setiap pabrik seharusnya memiliki Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL). IPAL tersebut digunakan untuk mengurangi kadar limbah berbahaya
sebelum dibuang. Namun, banyak pabrik yang membandel.Sejumlah pabrik tidak
memanfaatkan IPAL dengan maksimal. Malah, ia katakan, ada sejumlah pabrik yang tidak
memilki IPAL sesuai standar.

"Selain IPAL yang bermasalah. Peraturan soal baku mutu air limbah juga jadi
masalah. Meskipun kadar limbahnya sudah berkurang dengan IPAL, limbah tetaplah
limbah. Pabrik tetap membuang limbah ke sungai," kata dia.

Akibat pengawasan terhadap pembuangan limbah pabrik yang lemah, ia katakan,


kondisi Sungai Citarum makin lama makin memprihatinkan. Di beberapa titik sungai yang
mengalir di 12 kota/kabupaten itu aliran sungai kadang berwarna tidak normal dan
mengeluarkan bau.Bahkan, di beberapa lokasi sejumlah sawah yang mengandalkan aliran
air dari sungai Citarum mengalami gagal panen.

"Karena pengawasan yang lemah, kita harus mengedukasi masyarakat sekitar pabrik
agar mengerti apabila ada kegiatan pabrik yang melanggar langsung laporkan," ujar dia.

Organisasi nirlaba Blacksmith Institute yang berbasis di New York dan Green Cross
asal Swiss pada tahun 2013 melansir daftar tempat paling tercemar di bumi tahun ini. Ada
10 lokasi yang dipandang sangat tercemar akibat limbah industri, pengolahanlimbah yang
buruk, hingga bencana nuklir.

Sungai Citarum di Jawa Barat dan kawasan di sekitarnya masuk dalam daftar karena
pencemaran limbah industri dan bahan kimia. Laporan Blacksmith menyebutkan lebih dari
500 ribu orang terkena dampak langsung pencemaran di Sungai Citarum.Sementara lebih
dari 5 juta orang terkena dampak tak langsung akibat polutan kimia yang dibuang di sungai
dan terbawa aliran air.

Namun, kondisi yang dipaparkan hasil penelitian itu tidak beranjak lebih baik.Di
Kabupaten Purwakarta, Tempo menjumpai kawasan industri di Kecamatan Babakan Cikao.
Di sana, terdapat dua pabrik tekstil besar yang membelakangi Sungai Citarum. Pantauan
Tempo, kondisi Sungai Citarum yang dibelakangi dua pabrik tersebut kondisinya cukup
memprihatinkan.

Selain aliran sungai yang diduga telah terpapar limbah, kondisi pemukiman
penduduk yang berada di kawasan pabrik pun terpapar polusi asap. Bau menyengat sangat
terasa saat Tempo mengunjungi salah satu pemukiman yang berada di belakang pabrik.
Aktivis Wahana Pemerhati Lingkungan Indonesia (Wapli) Purwakarta Tedi
Hartawan menyebutkan, dua pabrik yang berdiri di Kecamatan Babakan Cikao kerap
melakukan pembungan limbah berbahaya ke aliran sungai.Dua pabrik tersebut yakni PT
IBR dan PT SPV.
"PT IBR sudah dinyatakan bersalah oleh Pengadilan.Tapi, mereka mengajukan
banding, hingga sekarang kasusnya tidak tahu bagaiamana," ujar Tedi kepada Tempo.
Tedi menyebutkan, kedua pabrik itu menggunakan bahan baku batu bara untuk
melakukan pembakaran. Selain itu, pabrik kerap membuang limbah berbahaya."Biasanya
kalau malam dan hujan mereka membuang limbah ke sungai," kata Tedi.
Salah seorang warga yang tinggal di Kampung Sawah, Desa Cilangkap, Kecamatan
Babakan Cikao, Purwakarta, mengatakan kondisi Sungai Citarum yang berada di dekat
rumah mereka sudah sangat kritis. Ia mengatakan, warga sudah tak ada yang berani untuk
menggunakan air dari sungai.
"Jangankan manusia, ikan aja hanya satu jenis yang hidup di sana. Padahal dulu
banyak ikan yang hidup di sana," ujar warga yang enggan disebutkan namanya itu
kepada Tempo.

STUDI KASUS DAN ANALISIS LIMBAH CAIR


Sebanyak 575 dari 719 perusahaan modal asing (PMA) dan perusahaan modal dalam
negeri (PMDN) di Pulau Batam tak memiliki Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) seperti yang digariskan. Dari 274 industri penghasil limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3), hanya 54 perusahaan yang melakukan pengelolaan
pembuangan limbahnya secara baik.Sisanya membuang limbahnya ke laut lepas atau
dialirkan ke sejumlah dam penghasil air bersih.Tragisnya, jumlah libah B3 yang dihasilkan
oleh 274 perusahaan industri di Pulau Batam yang mencapai 3 juta ton per tahun selama ini
tak terkontrol.
Salah satu industri berat dan terbesar di Pulau Batam penghasil limbah B3 yang tak
punya pengolahan limbah adalah McDermot. Berdasarkan fakta dilapangan dari 24 kawasan
industri, hanya 4 yang memiliki AMDAL dan hanya 1 yang mempunyai unit pengolahan
limbah (UPL) secara terpadu, yaitu kawasan industri Muka Kuning, Buatamindo Investment
Cakrawala. Panbil Industrial Estate, Semblong Citra Nusa, dan Kawasan Industri
Kabil.Semua terjadi karena pembangunan di Pulau Batam yang dikelola otorita Batam selama
32 tahun, tidak pernah mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial kemasyarakatan.
Seolah-olah investasi dan pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan segalanya. Sesuai
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup dan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), maka pengelolan sebuah kawasan industri tanpa mengindahkan
aspek lingkungan, jelas melanggar hukum. Semenjak Pemerintah Kota Batam dan Bapedalda
terbentuk tahun 2000, barulah diketahui bahwa Pulau Batam ternyata kondisi lingkungan dan
alamnya sudah rusak parah.

Analisis dari persoalan diatas antara lain:


1. Dampak dari tidak adanya Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk
setiap perusahaan yang akan membangun usahanya disuatu daerah akan mengakibatkan
rusaknya ekosistem alam dari daerah itu sendiri.
2. Menjaga lingkungan itu penting, karena apabila lingkungan disekitar kita rusak
dampaknya akan berimbas ke pada kita sendiri. Contohnya seperti banjir yang belum
lama terjadi belakangan ini, hal tersebut diakibatkan ketidakdisiplinan masyarakat dalam
membuang sampah ke aliran sungai yang mengakibatkan saluran air menyempit dan
tersumbat sehingga air meluap ke jalanan dan rumah-rumah penduduk.
3. Pemerintah seharusnya ikut menjaga dan mengatur dari lingkungan hidup yang ada
disekitar kita. Salah satu caranya dengan membuat perundang-undangan tentang
lingkungan hidup dan mengontrol apabila ada pelanggaran yang terjadi.

Permasalahan Limbah terhadap Lingkungan


A. Pencemaran air

adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah
adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian
dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar
danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi
sebagai objek wisata.

Di Indonesia banyak pabrik yang membuang limbah yang sudah diolah ataupun yang
belum diolah ke perairan. Limbah yang dibuang ke perairan ini menyebabkan
pencemaran air. Pencemaran air ini menimbulkan banyak masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Salah satunya kemungkinan besar warga yang tinggal di daerah sungai
akan memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Pencemaran sungai terjadi
karena perubahan kualitas air sungai karena masuknya limbah pabrik secara berlebihan.
Limbah yang dibuang ke sungai telah menimbulkan pencemaran air dan mengganggu
kehidupan air. Pencemaran oleh limbah industri akan tampak pada kondisi fisik pada air
tersebut, misalnya perubahan warna pada air, bau yang kurang sedap.

PENYEBABNYA :
1. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam
berat, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal,
terutama yang dikeluarkan olehpembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi
oksigen dalam air.
2. limbah pabrik yg mengalir ke sungai.
3. imbah pabrik yang dengan sengaja dibuang ke sungai tanpa ada proses filtrasi terlebih
dahulu.
4. Pencemaran air oleh sampah pabrik

B. Permasalahan Limbah Cair Rumah


Di daerah-daerah sekitar pemukiman, adanya sungai selain sebagai saluran
alamiah air, sering pula pada sungai digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah.
Aktifitas rumah tangga atau industri selalu membutuhkan tempat kosong untuk
membuang benda-benda tidak berguna, bekas kegiatannya. Sungai pun tidak terlepas
dari sampah yang dihasilkan manusia. Beragam limbah sering dibuang oleh manusia ke
sungai, menjadikan sungai kotor dan keruh.
Air limbah yang dibuang secara langsung ke sungai tanpa proses pengolahan
dapat membahayakan kehidupan biota di dalamnya dan penurunan kualitas air. Disadari
atau tidah limbah detergen yang dihasilkan dari perumahan telah menimbulkan
kerusakan yang tidak terlihat. Umumnya, air tercemar dapat terlihat dari fisiknya, yaitu
semula jernih menjadi keruh atau kehitaman-hitaman bahkan sering menimbulkan bau
tidak enak. Masyarakat umumnya tidak mengetahui dari efek bahaya dari detergen yang
dibuang ke sungai. Kurangnya sosialisasi dari produsen dan pemerintah tentang bahaya
dari sisa detergen ke lingkungan memperlihatkan ketidakpedulian pada masyarakat dan
alam. Sekali lagi kepentingan ekonomi dan keuntungan pribadi menjadi alasan pokok
permasalahan tersebut.

Dibandingkan dengan negara maju di Eropa yang membangun tempat


pengolahan limbah rumah tangga pada setiap daerah penduduk, pemerintah Indonesia
tidak banyak berbuat apapun. Memang Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang dengan rata-rata pendapatan per kapita warganya hanya US$ 3.452 per
orang per tahun, namun hal ini jangan menjadi alasan Indonesia dalam mengatasi limbah
buangan pemukiman penduduk. Sebelum permasalahan bertambah serius, seharusnya
pemerintah bersedia untuk menggelontorkan dana mengatasi limbah cair rumah. Orang
pemerintahan yang pernah menjalani pendidikan hingga perguruan tinggi seharusnya
sudah mengetahui bahwa limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai mengandung
bahan kimia berbahaya yang berasal dari pemakaian detergen dan produk lain seperti
personal cleaning service produck. Tanpa adanya pengolahan limbah cair rumah
tangga, bisa dibayangkan dampak yang dihadapi masyarakat yang menggunakan air
tanah.Sisa detergen bekas pakai dapat begitu saja terbuang tanpa pengolahan lebih lanjut.

Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang digunakan


untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dua
bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi
mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg
ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil
pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak
dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’
pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan
anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat
membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM.
Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi
kesehatan.kandungan deterjen yang digunakan masyarakat Indonesia umumya
mengandungABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras.

Alkil Benzana Sulfonat adalah bahan kimia yang sukar dirusak oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam
konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan
manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Selain itu, deterjen dalam badan air dapat
merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap
badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun.Keberadaan busa-busa
di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas
sehingga menurunkan oksigen terlarut.Beberapa negara di dunia secara resmi telah
melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan deterjen dan memperkenalkan
senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat. Namun pemerintah Indonesia
belum mengikuti jejak tersebut dan masih membiarkan beberapa perusahaan
menambahalan ABG dalam poses pembuatan detergen.

Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari bagi lingkungan karena
dari beberapa kajian menyebutkan bahwa detergen memilki kemampuan untuk
melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene.Proses oenguraian
detergen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan khlor akan
membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor
sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum. Kandungan detergen dalam air
minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Dalam jangka panjang, air minum
yang telah terkontaminasi limbah detergen berpotensi sebagai salah satu penyebab
penyakit kanker.

Masyarakat selaku pelaku perusak lingkungan tidak dapat banyak berbuat


terhadap sisa limbah cair rumah tangga karena kekurangan fasilitas yang disediakan
pemerintah. Sisa bekas cucu akan langsung dialirkan ke selokan dan terbuang ke sungai.
Jika menghitung debit limbah cair yang dibuang sekitar 150 liter/orang/hari ke selokan,
dapat dibayangkan kerusakan yang terjadi jika 242. 325.638 orang Indonesia
melakukannya setiap hari.
Air limbah adalah air yang bercampur zat padat (dissolved dan suspended) yang
berasal dari kegiatan rumah tangga, pertanian, perdagangan dan industri. Oleh karena itu,
dipastikan bahwa air buangan atau air limbah industri bisa menjadi salah satu penyebab
air tercemar jika tidak diolah sebelum dibuang ke badan air.

Pengelolaan air limbah merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya
penyehatan lingkungan suatu instansi atau lembaga tertertentu yang mempunyai tujuan
melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan. Air limbah yang tidak
ditangani secara benar akan mengakibatkan dampak negatif khususnya bagi kesehatan,
sehingga perlu pengelolaan yang baik agar bila dibuang ke suatu areal tertentu tidak
menimbulkan pencemaran yang didukung dengan Instalasi Pengolahan Air limbah
(IPAL) yang dimiliki oleh instansi atau lembaga itu sendiri. Bahan pencemar adalah
jumlah berat zat pencemar dalam satuan waktu tertentu yang merupakan hasil perkalian
dari kadar pencemar dengan debit limbah cair.

Komposisi air limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9 %) dan sisanya terdiri
dari partikel-partikel padat terlarut (dissolved solid) dan tersuspensi (suspended solid)
sebesar 0,1 %. Partikel-partikel padat terdiri dari zat organik (± 70 %) dan zat anorganik
(±30 %).

Zat-zat organik terdiri dari :

a. Protein (± 65 %)

b. Karbohidrat (± 25 %)

c. Lemak (± 10 %).

Zat-zat organik tersebut sebagian besar mudah terurai (biodegradable) yang


merupakan sumber makanan dan media yang baik bagi bakteri dan mikroorganisme lain.

Zat-zat anorganik terdiri dari grit, salts dan metals (logam berat) yang merupakan
bahan pencemar yang penting. Solids (dissolved dan suspended) sangat cocok untuk
menempel dan bersembunyinya mikroorganisme baik yang bersifat saprophit mau pun
pathogen .

Terdapat beberapa parameter yang umum digunakan sebagai indikator kualitas


air limbah diantaranya adalah :
1) BOD (Biochemical Oxygent Demand)

BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan
secara biologis

Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan ukuran yang sering digunakan untuk
mengukur kualitas lingkungan hidup, contohnya seperti air, atau limbah cair. Ukuran tersebut
digunakan untuk memantau kualitas air dengan melihat kadar oksigen yang terkandung di
dalamnya. Apabila kadar oksigen dalam air menurun karena penggunaan zat organik yang
berlebih, maka hal tersebut membuat kualitas air menurun. Terganggunya kualitas air
ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa, dan yang paling parah adalah terganggunya
biota yang ada dalam ekosistem air.

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sisitem pengolahan biologis bagi air
yang tercermar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah; kalau sesuatu
badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut, dalam air
selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan
keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air. Pemeriksaan BOD
didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut
berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon
dioksida, air dan Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut:

CnHaObNc + ( n + a/4 – b/2 – 3c/4 ) O2 ——–à nCO2 + ( a/2 – 3c/2 ) + H2O + cNH3

BOD merupakan parameter untuk limbah cair, parameter ini bertujuan untuk
pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai hampir semua zat
organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan, dinyatakan dengan BOD5 hari pada
suhu 20 °C dalam mg/liter atau ppm. Pemeriksaan BOD5 diperlukan untuk menentukan
beban pencemaran terhadap air buangan domestik atau industri juga untuk mendesain sistem
pengolahan limbah biologis bagi air tercemar. Penguraian zat organik adalah peristiwa
alamiah, jika suatu badan air tercemar oleh zat organik maka bakteri akan dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses biodegradable berlangsung, sehingga
dapat mengakibatkan kematian pada biota air dan keadaan pada badan air dapat menjadi
anaerobik yang ditandai dengan timbulnya bau busuk.

Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari dimana 50% reaksi telah
tercapai, 5 hari supaya 75 % dan 20 hari supaya 100% tercapai maka pemeriksaan BOD dapat
dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis. Chemical Oxygen
Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat – zat organis yang ada dalam 1 L sampel air. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organis yang secara alamiah dapat
dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air.

Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur
dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air
baku. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang
relatif kecil. Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga
koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan polutan –
polutan dalam air menyebabkan konsusmsi bertambah.

Metode Analisa BOD


Metode Pemeriksaan BOD adalah dengan metode Winkler (titrasi di laboratorium).
Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih
dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH-KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2.
Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan
juga akanmembebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium
yang dibebaskan ini selanjutnyadititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3)
dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Prinsip pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik dengan
oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Untuk
menguraikan zat organik memerlukan waktu ± 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk 75%
reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai. Dengan kata lain tes BOD berlaku
sebagai simulasi proses biologi secara alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah
mengalami inkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C atau 3 hari pada suhu 25°C–27°C diukur
lagi DO air tersebut.
Perbedaan DO air tersebut yang dianggap sebagai konsumsi oksigen untuk proses
biokimia akan selesai dalam waktu 5 hari dipergunakan dengan anggapan segala proses
biokimia akan selesai dalam waktu 5 hari, walau sesungguhnya belum selesai.
Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan
BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam
sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur
kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer
fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi,
dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida
azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum

Metoda titrasi dengan cara Winkler


Prinsip analisa BOD sama dengan penganalisaan Oksigen Terlarut salah satunya adalah
metode winkler. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH-KI, sehingga akan terjadi
endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atau HCl maka endapan yang terjadi akan
larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi denganlarutan standar natrium
tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang
terjadi dapat dirumuskan :
MnCI2 + NaOH à Mn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH)2 + O2 à 2 MnO2 + 2 H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2O à Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH

I2 + 2 Na2S2O3 à Na2S4O6 + 2 NaI

Metode Elektrokimia adalah menggunakan peralatan DO Meter. Untuk menganalisa


kadar BOD dengan alat ini adalah dengan menganalisa kadar DO hari 0 dan selanjutnya
menganalisa kadar DO hari ke 5. Selanjtnya kadar BOD dapat dianalisa dengan
mengurangkan selisih keduanya. Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda
elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter.
Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda
yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanyamenggunakan
katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan
membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan
terjadi adalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e à 4 HO-
Anoda : Pb + 2 HO- à PbO + H2O + 2e

Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis BOD


 Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler
Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisa BOD melalui penganalisaan oksigen
terlarut (DO) terlebih dahulu adalah metoda Winkler lebih analitis, teliti dan akurat apabila
dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dala titrasi iodometri
ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan indikator
amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara analitis, akan
diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan cara DO meter,
harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas
ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter.
Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat
menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan
oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.
Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah
dimanadengan cara Winkler penambahan indikator amylum harus dilakukan pada saat
mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan
amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan
sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah menguap. Dan ada yang harus
diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada titrasi iodometri
yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan.
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia tidak lebih akurat
dibandingkan metode winkler disebabkan alat ini tidak dapat mendeteksi keseluruhan nilai
oksigen terlarut dengan baik. Namun kelebihan metode ini adalah alat ini mudah digunakan
dan hasil yang diperoleh relatif cepat.

 Penanggulangan Kelebihan Kadar BOD


Penanggulangan kelebihan kadar BOD adalah dengan cara sistem lumpur aktif yang
efisien dapat menghilangkan padatan tersuspensi dan BOD sampai 90%. Ada pula cara yang
lain yaitu dengan Sistem Constructed Wetland merupakan salah satu cara untuk pengolahan
lindi yang memanfaatkan simbiosis mikroorganisme dalam tanah dan akar tanaman. Sistem
ini juga merupakan sistem pengolahan limbah yang ekonomis. Penelitian ini bertujuan
menganalisis kemampuan sistem sub-surface constructed wetland untuk menurunkan
kandungan COD, BOD dan N total.
Apabila kandungan zat-zat organik dalam limbah tinggi, maka semakin banyak oksigen
yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organik tersebut, sehingga nilai BOD dan COD
limbah akan tinggi pula. Oleh karena itu untuk menurunkan nilai BOD dan COD limbah,
perlu dilakukan pengurangan zat-zat organik yang terkandung di dalam limbah sebelum
dibuang ke perairan. Pengurangan kadar zat-zat organik yang ada pada limbah cair sebelum
dibuang ke perairan, dapat dilakukan dengan mengadsorpsi zat-zat tersebut menggunakan
adsorben. Salah satu adsorben yang memiliki kemampuan adsorpsi yang besar adalah zeolit
alam. Kemampuan adsorpsi zeolit alam akan meningkat apabila zeolit terlebih dahulu
diaktifkan.

2) COD (Chemical Oxygen Demand)

COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang
terdapat dalam limbah cair dengan memanfaatkan oksidator kalium dikromat sebagai sumber
oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara
alamiah dapat dioksidasi melalui proses biologis dan dapat menyebabkan berkurangnya
oksigen terlarut dalam air.

COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).

COD Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia
guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion)
atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984). Pengukuran kekuatan limbah dengan COD
adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah. Pengukuran ini
menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah
bahan-bahan yang tidak dapat dipecah secara biokimia.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik. Dalam
laboratorium, pengukuran COD dilakukan sesaat dengan membuat pengoksidasi K2Cr2O7
yang digunakan sebagi sumber oksigen.

KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah
oksidan Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2untuk tiap
1000 ml contoh uji. Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji
dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang
dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri
sinar tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat
mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan
900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji
dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan
konsentrasi Cr2O7(2-) pada panjang gelombang 420 nm.

 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis COD


a. Memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari.

b. Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran

sampel, sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran.

c. Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi

dari tes BOD5.

d. Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.

Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang
sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini
disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi
kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja. Untuk tingkat
ketelitian pinyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan
maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih
diperkenankan.Senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi
juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978), sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD
mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk gambaran kandungan bahan organik.
 Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Kadar COD

Penanggulangan kelebihan Kadar COD

Pada Trickling filter terjadi penguraian bahan organik yang terkandung dalam limbah.
Penguraian ini dilakukan oleh mikroorganisme yang melekat pada filter media dalam bentuk
lapisan biofilm. Pada lapisan ini bahan organik diuraikan oleh mikroorganisme aerob,
sehingga nilai COD menjadi turun. Pada proses pembentukan lapisan biofilm, agar diperoleh
hasil pengolahan yang optimum maka dalam hal pendistribusian larutan air kolam retensi
Tawang pada permukaan media genting harus merata membasahi seluruh permukaan media.
Hal ini penting untuk diperhatikan agar lapisan biofilm dapat tumbuh melekat pada seluruh
permukaan genting.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semakin lama
waktu tinggal, maka nilai COD akhir semakin turun (prosentase penurunan COD semakin
besar). Hal ini disebabkan semakin lama waktu tinggal akan memberi banyak kesempatan
pada mikroorganisme untuk memecah bahan-bahan organik yang terkandung di dalam
limbah. Di sisi lain dapat diamati pula bahwa semakin kecil nilai COD awal (sebelum
treatment dilakukan) akan menimbulkan kecenderungan penurunan nilai COD akhir sehingga
persentase penurunan COD nya meningkat. Karena dengan COD awal yang kecil ini,
kandungan bahan organik dalam limbah pun sedikit, sehingga bila dilewatkan trickling filter
akan lebih banyak yang terurai akibatnya COD akhir turun. Begitu pula bila diamati dari sisi
jumlah tray (tempat filter media). Semakin banyak tray, upaya untuk menurunkan kadar COD
akan semakin baik. Karena dengan penambahan jumlah tray akan memperbanyak jumlah
ruang / tempat bagi mikroorganisme penurai untuk tumbuh melekat. Sehingga proses
penguraian oleh mikroorganisme akan meningkat dan proses penurunan kadar COD semakin
bertambah. Jadi prosen penurunan COD optimum diperoleh pada tray ke 3.
Pada penelitian ini, efisiensi Trickling Filter dalam penurunan COD tidak dapat
menurunkan sampai 60% dikerenakan :
a. Aliran air yang kurang merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle yang

digunakan meyumbat aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi Tawang.

b. Supplay oksigen dan sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan

didalam ruangan sehingga pertumbuhan mikroba kurang maksimal.


Dalam penumbuahan mikroba distibusi air limbah dibuat berupa tetesan agar air limbah
tersebut dapat memuat oksigen lebih banyak jika dibanding dengan aliran yang terlalu deras
karena oksigen sangat diperlukan mikroba untuk tumbuh berkembang

Penanggulangan Kekurangan Kadar COD

Senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen aditif
nitrogen, sulfur, fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang tersedia dalam
limbah air dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mendegredasi senyawa organik akhirnya
oksigen. Konsentrasi dalam air limbah menurun, ditandai dengan peningkatan COD, BOD,
TSS dan air limbah juga menjadi berlumpur dan bau busuk. Semakin tinggi konsentrasi COD
menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik tinggi tidak dapt terdegredasi secara
biologis. EM4 pengobatan 10 hari dalam tangku aerasi harus dilanjutkan karena peningkatan
konsentrasi COD

3) DO Dissolved Oxygen (DO)

DO adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob


mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperatur dan salinitas. Keadaan
DO berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD semakin rendah DO. Keadaan
DO dalam air dapat menunjukan tanda-tanda kehidupan organisme dalam perairan. Angka
DO yang tinggi menunjukan keadaan air yang semakin baik.

DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan oksigen di dalam air.


Kemampuan air dalam melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air, tekanan gas
oksigen dan kemurnian air.

Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut dalam air pada
urutan kedua setelah Nitrogen. Namun jika dilihat kepentingannya bagi kehidupan ikan dan
udang, Oksigen menempati urutan paling atas. Oksigen yang sangat diperlukan udang
untuk pernafasannya harus dalam bentuk terlarut dalam air, karena udang tidak dapat
memanfaatkan Oksigen langsung dari udara.

Analisis Oksigen Telarut


Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :
a. Metoda titrasi dengan cara WINKLER
b. Metoda elektrokimia

Metode Winkler
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.
Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH - KI,
sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan
yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul Iodium (I2) yang
ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum
(kanji).
Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnCI2 + NaOH àMn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH) 2 + O2 à MnO2 + 2 H20
MnO2 + 2 KI + 2 H2Oà Mn(OH) 2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3 àNa2S4O6 + 2 NaI

 Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler


Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metoda winkler lebih
analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam
titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan
pembuatan larutan standar kaliumbikromat yang tepat.Dengan mengikuti prosedur
penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil
penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan
H+ 24 cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa.
Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan
cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat
sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan,
penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.
Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah
dimana dengan cara winkler penambahan indikator amylum harus dilakukan pada saat
mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan
amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan
sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah menguap. Dan ada yang harus
diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada titrasi iodometri
yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan.
 Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Oksigen Terlarut
Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara :
a. Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur naik maka kadar oksigen

terlarut akan menurun.

b. Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar

oksigen terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan

kadar oksigen digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan

anorganik.

Cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara:
a. Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen

terlarut akan naik.

b. Mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar

oksigen terlarut akan naik karena proses fotosintesis semakin meningkat.

c. Mengurangi bahan – bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan

organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.

d. Diusahakan agar air tersebut mengalir.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Air Limbah

Kualitas limbah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi


kualitas limbah adalah sebagai berikut :
1. Volume limbah, banyak sedikitnya limbah memengaruhi kualitas limbah.
2. Kandungan limbah, kualitas limbah dipengaruhi oleh kandungan bahan pencemar.
3. Frekuensi pembuangan limbah, pembuangan limbah dengan frekuensi yang sering
akan menimbulkan masalah.
2.3.1 Volume

Air Kualitas limbah ditentukan dari banyaknya parameter dalam limbah dan
konsentrasi setiap parameter. Semakin banyak volume air yang bercampur dengan limbah
semakin kecil konsentrasi pencemar. Badan penerima yang menerima limbah sering tidak
mendapat pengaruh.

Volume air limbah yang dihasilkan pada suattu masyarakat di pengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :

a. Kebiasaan manusia
Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang
dihasilkan
b. Penggunaan sistem pembuangan kombinasi atau terpisah pada sistem kombinasi,
volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih per kapita, sedangkan pada
sistem terpisah volume limbah mencapai rata-rata 25-50 galon perkapita
c. Waktu
Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi bergantung pada
waktu. Dalam sehari dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan air
yang menyebabkan aliran air limbah lebih banyak. Sedangkan di tengah hari,
volumenya sedikit. Dan di malam hari agak meningkat lagi.

2.3.2 Kualitas Air

Kualitas air badan penerima mengandung bahan/senyawa tertentu sebelum menerima


buangan. Kualitas tersebut menetapkan arah penggunaan air. Adanya bahan pencemar yang
sama, tidak akan mempengaruhi konsentrasi bahan dalam air penerima. Tetapi bila
konsentrasi bahan pencemar dalam limbah lebih besar dari konsentrasi bahan pencemar
dalam badan penerima (kemungkinan juga tidak ada), maka konsentrasi bahan pencemar
setelah bercampur akan menjadi lebih kecil. Sejauh mana konsentrasi tersebut dapat
ditoleransi sesuai dengan standar kualitas lingkungan agar kualitas lingkungan tidak
mengalami perubahan sebagai yang telah distandarkan.

2.3.3 Kegunaan Air

Air dibutuhkan untuk bermacam-macam keperluan. Kualitas air untuk keperluan


minum berbeda dengan untuk keperluan industri.
2.3.4 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk dalam suatu lokasi tertentu turut mempengaruhi tingkat


pencemaran lingkungan. Hal ini dikaitkan dengan tingkat kesadaran penduduk dalam
memelihara lingkungan yang sehat dan bersih. Buangan air rumah tangga, padatan berupa
sampah yang dibuang ke sungai, air cucian kamar mandi maupun buangan tinja akan
mempengaruhi tingkatkandungan BOD, COD dan bakteri coli dalam air sungai. Semakin
padat penduduk suatu lingkungan semakin banyak limbah yang harus dikendalikan.

2.3.5 Lingkungan

Lingkungan seperti hutan, perkebunan, peternakan, alam yang 573 luas


mempengaruhi kondisi badan penerima. Dalam keadaan tertentu badan-badan pencemar akan
ternetralisasi secara alamiah. Lintasan air sungai yang panjang dengan turbulensi yang keras
akan mempengaruhi tingkat penyerapan oksigen ke dalam air. Adanya sinar matahari yang
langsung masuk dalam badan penerima terjadi fotosintesa hingga sejumlah bakteri tertentu
akan terancam. Adanya tumbuhan tertentu dalam badan penerima akan menetralisasi
senyawa pencemar sebab sesuai dengan kondisi pertumbuhan. Phosphat dalam air buangan
menyuburkan tumbuh-tumbuhan tertentu, tapi tumbuhan itu sendiri akan merusak
lingkungan.

2.3.6 Volume Air Limbah

Seluruh air dalam pabrik pada umumnya ditampung dalam saluran-saluran untuk
kemudian disatukan dalam saluran yang lebih besar. Banyak saluran dan volume saluran
disesuaikan dengan keadaan pabrik dan jumlah air yang akan dibuang. Volume air limbah
akan menentukan konsentrasi bahan pencemar. Bahan pencemar dari suatu pabrik tergantung
kepada banyaknya bahan-bahan yang terbuang. Dengan asumsi bahwa semua terkendali
dengan baik. Pengendalian hanya terbatas pada bahan pencemar yang tidak dapat dihindari,
maka konsentrasi bahan pencemaran telah dapat diperkirakan jumlahnya. Penambahan
volume air hanya menyebabkan konsentrasi turun. Dengan perkataan lain bahwa akibat
pengenceran otomatis menyebabkan konsentrasi turun.
2.3.7 Frekuensi Pembuangan Limbah

Limbah dari suatu pabrik ada kalanya tidak tetap volumenya. Untuk beberapa pabrik
tertentu limbah airnya mengalir dalam jumlah yang sama setiap hari, tetapi ada lain yang
mengalirkan limbah pada jam-jam (waktu) tertentu bahkan pada satu minggu atau satu bulan.
Bercampurnya limbah air pada jumlah yang berbeda-beda mengakibatkan konsentrasi bahan
pencemar pada badan penerima bervariasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa standar kualitas
lingkungan juga mengalami perubahan sesuai dengan limbah yang diterima.

Dari uraian di atas, kualitas limbah dapat diukur pada dua tempat yaitu, pada titik
sebelum dan sesudah bercampur dengan badan penerima. Penetapan kualitas limbah ini perlu
mendapat penegasan karena beberapa hal yang mendasari yaitu: bila limbah tidak dibuang ke
tempat umum dibuatkan tempat tersendiri dan tidak bercampur dengan badan penerima.
Biasanya hal seperti ini terjadi untuk limbah air.
Menurut Ign Suharto 2011, terdapat 3 faktor yang berpengaruh pada kualitas limbah :

1. Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak pula limbah yang


dihasilkan.

2. Keadaan sosial ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula


jumlah per kapita limbah yang dibuang. Kualitas limbahnyapun banyak yang bersifat
tidak dapat terurai. Perubahan kalitas sampah ini, tergantung pada bahan yang
tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan limbah.
Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan
pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi, produk pertanian, industri, dan lain-
lain. Sebagai konsekuensi dari semua itu akan menambah volume dan jenis sampah.

3. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas limbah, karena


pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk
manufaktur yang semakin beragam pula.

Pengolahan limbah secara biologi adalah pengolahan air limbah dengan menggunakan
mikroorganisme seperti ganggang, bakteri, protozoa, untuk menguraikan senyawa organik
dalam air limbah menjadi senyawa yang sederhana. Pengolahan tersebut mempunyai tahapan
seperti pengolahan secara aerob, anaerob dan fakultatif.

Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan bahan organik, anorganik,


amoniak, dan posfat dengan bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter telah
dikenal luas guna menangani air untuk keperluan industri dan rumah tangga, cara ini juga
dapat diterapkan untuk pengolahan air limbah yaitu dengan memakai berbagai jenis media
filter seperti pasir dan antrasit. Pada penggunaan sistem saringan anaerobik, media filter
ditempatkan dalam suatu bak atau tangki dan air limbah yang akan disaring dilalukan dari
arah bawah ke atas.
Bau : Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan atau air
limbah kegiatan industri, atau dapat juga berasal dari hasil degradasi bahan buangan oleh
mikroba yang hidup di dalam air (Wardhana, 1999). Zat organik dalam limbah, yang secara
umum mewakili bagian yang mudah menguap dari seluruh benda padat yang terdiri dari
senyawa nitrogen, karbohidrat, lemak-lemak dan minyak-minyak mineral, bentuknya tidak
tetap dan membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Mahida, 1993).

Timbulnya bau pada air limbah secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda
terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi (Wardhana, 1999 ). Beberapa
karakteristik fisik ini mencerminkan kualitas estetik dari air limbah (seperti warna dan bau ),
sedangkan karakteristik lain seperti pH dan temperatur dapat memberikan dampak negatif
pada badan air penerima.

Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam


air adalah :

Sumber air :Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air
seperti air laut, air hujan, air tanah dan air permukaan. Komponen nutrient dalam air – Secara
alamiah air mengandung mineral-mineral yang cukup untuk kehidupan mikroorganisme. Air
buangan sering mengandung komponenkomponen yang dibutuhkan oleh spesies
mikroorganisme tertentu. Komponen beracun – Bila terdapat di dalam air akan
mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air sebagai contoh
asam-asam organik dan anorganik dapat membunuh mikroorganisme dan kehidupan lainya
dalam air. Organisme air – Adanya organisme lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah
dan jenis mikroorganisme air, seperti protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri. Faktor
fisik – Faktor fisik seperti suhu, pH, tekanan osmotik tekanan hidrostatik, aerasi dan penetrasi
sinar matahari dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam
air.

Tujuan pemrosesan air limbah secara biologi adalah untuk menghilangkan bahan
organik dan anorganik yang terlarut dalam air yang sukar mengendap melalui proses
penguraian biologis, penguraian ini memerlukan oksigen pada proses aerobik dan pada proses
anaerobik berlangsung tanpa oksigen, proses biologis dapat digunakan untuk meniadakan
pospat kebanyakan sistem biologis dapat mentolerir naik turunnya suhu. Pada pengolahan
biologi air limbah, perlu dipertahankan agar mikroorganisme dapat menunjukkan
kemampuannya yang optimal seperti bakteri untuk mengambil bahan-bahan organik dengan
merancang peralatan dan sistem pengolahan yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri.

Sebelum melakukan pengolahan perlu ditinjau bahwa pada proses pengolahan air
limbah pH harus berkisar 7 atau 6,5 – 9,5 karena semua proses berlangsung pada suasana
netral. Proses netralisasi pada umumnya dilakukan dengan penambahan Ca(OH)2 kemudian
dilakukan pengadukan agar reaksi antara asam dan basa dapat berlangsung dengan baik
(Djabu et al.,1 990).

2.3 Sumber Air Limbah

Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah tangga, perusahaan, dan/atau
kendaraan merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan
lingkungan. Pembuangan sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu
tempat sampah seharusnya selalu tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan
jenisnya, sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), dan sisa-sisa industri (industrial
waste).

Selain itu, kebiasaan meludah, buang air kecil dan besar (human excreta), air limbah
(sewage) juga harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan
bau yang tidak sedap.
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
menggangu lingkungan hidup.

Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-
sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada. Dari batasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik
kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya.

Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih kurang 80% dari
air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam
bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke
sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi.

Air limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis besar air limbah dapat
dikelompokkan menjadi :

a. Air limbah yang bersumber dari rumah tangga (Domestic Wastes Water), yaitu air
limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada dasarnya air limbah rumah
tangga terdiri dari 3 fraksi penting diantaranya:
1. Tinja(feces)berpotensi mengandung mikroba patogen contohnya bakteri E.coli
2. Aoir seni(urine) umumnya mengandung nitrogen dan fosfor, serta kemungkinan
kecil mikroorganisme
3. Greywater merupakan air limbah domestik yang berasal dari dapur(tempat cuci
piring), air bekas cuci pakaian(air dari saluran pembuangan mesin cuci), dan air
mandi(buakn dari toilet). Campuran feces dan urine disebut sebagai excreta.
Adapun campuran excreta denagn air bilasan toilet diebut sebagai black water.
Mikroba patogen banyak terdapat pada excreta. Excreta ini merupakan cara
transfor utama bagi penyakit bawaan air(water born desease). Black water adalah
istilah yang digunakann untuk air limbah yang mengandung kotoran manusia.
Kelompok air limbah ini harus diolah terlebih dahulu karna mengandung bakteri
patogen. Black water dikenal juga dengan istilah sewage
Beberapa hal utama ynag membedakan dari greywater dan blackwater antara lain:
1. Greywater mengandung kandungan nitrogen yang jauh lebih rendah dibanding
blackwater
2. Greywater mengandung patogen yang jauh lebih rendah daripada blackwater
3. Greywater jauh lebih mudah didekomposisi daripada blackwater
Pada saat ini banyak yang memanfaatkan greywater untuk keperluan lain
dalam rangka konservasi sumberdaya air. Salah satu manfaatnya adalah untuk
menyiram tanaman. Hal penting yang ditekankan, yaitu tidak boleh ada materi
toksik yang mencemari greywater. Sabun cuci piring yang digunakanpun
harus yang ramah lingkungan. Sementara itu, blackwater biasanya disalurkan
ke septictank atau langsung disalurkan ke sewage system untuk kemudian
didalam instalasi pengolahan air limbah domestik.
b. Air limbah industri (Industrial Wastes Water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri. Zat-
zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang
dipakai oleh masing-masing industi, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak,
garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan
menjadi lebih rumit.
Pemanfaatan air pada kegiatan industri memiliki beberapa fungsi berikut:
1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi pada proses
industri.
2. Untuk mentrasfortasikan produk atau bahan baku.
3. Sebagai air proses misalnya, sebagai umpan boiler, pada pabrik minuman, dan
sebagainya.
4. Untuk mencuci dan membilas produk dan/ atau gedung serta instalasi.
c. Air limbah kotapraja (Municipal Wastes Water), yaitu air buangaan yang berasal dari
daerah: perkotaan, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat
ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air
limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
Air kimbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a. Rumah tangga
Contohnya : air bekas cucian , air bekas memasak , air bekas mandi, dan sebagainya.
b. Perkotaan
Contohnya : air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat
ibadah.
c. Industri
Contohnya : air limbah dari pabrik baja, pabrok tinta, pabrik cat dan dari pabrik karet.

Jenis Air Limbah


1. Limbah Beracun
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) bila
mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung
maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku
yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan
khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik
berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk
limbah B3.
Macam Limbah Beracun Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila
telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia
dan lingkungan.Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau
limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi
dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki PH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat
asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
2. Limbah Hitam
Limbah hitam (bahasa Inggris: blackwater) adalah air limbah yang berasal dari
buangan biologis seperti kakus, berbentuk tinja manusia, maupun buangan lainnya berupa
cairan ataupun buangan biologis lainnya yang terbawa oleh air limbah rumah tangga bekas
cuci piring, maupun limbah cairan dari dapur.
3. Limbah Medis
Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas medis.
Menurut WHO (2005) klasifikasi limbah berbahaya yang berasal dari layanan kesehatan
meliputi, antra lain :
4. Limbah Infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung bahan patogen (bakteri,
virus, parasit atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan
penyakit pada penjamu yang rentan. Kultur dan persediaan agens infeksius, limbah dari
otopsi, bangkai hewan dan limbah lain yang terkontaminasi, terinfeksi atau terkena agens
semacam itu disebut limbah yang sangat infeksius.
5. Limbah Farmasi
Limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin dan serum yang sudah
kedaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan
harus dibuang dengan tepat. Kategori ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah
digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu,
sarung tangan, masker, selang penghubung dan ampul obat.

6. Limbah Genotoksik
Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, tetratogenik atau
karsinogenik.Limbah ini menimbulkan persoalan pelik, baik di dalam area instalasi kesehatan
itu sendiri maupun setelah pembuangan sehingga membutuhkan perhatian khusus.Limbah
genotoksik dapat mencakup obat-obatan sitostatik tertentu, muntahan, urine atau tinja pasien
yang diterapi dengan obat-obatan sitostasik, zat kimia, maupun radioaktif.
Obat-obatan sitotoksik (atau antineoplastik), sebagai subtansi pokok di dalam kategori
ini, memiliki kemampuan untuk membunuh atau menghentikan pertumbuhan sel tertentu dan
digunakan dalam kemoterapi kanker.Selain memainkan peranan penting di dalam terapi
berbagai penyakit neoplastik, obat-obatan ini juga banyak digunakan sebagai agens
imunosupresif dalam transplantasi organ atau dalam mengobati berbagai penyakit
imunologis.Obat-obatan sitotoksik ini kebanyakan digunakan di unit spesialisasi seperti unit
kanker dan unit radioterapi, yang fungsi pokoknya adalah mengobati kanker.Pada Rumah
Sakit khusus kanker, limbah genotoksik (yang mengandung zat sitostatik atau radioaktif)
diperkirakan mencapai 1% dari keseluruhan limbah pelayanan kesehatan.
7. Limbah Mengandung Logam Berat
Limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam
subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik.Contohnya adalah limbah
merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak (misalnya, termometer,
dan alat pengukur tekanan darah).Dengan demikian, tetesan merkuri yang tertumpah itu
sedapatnya ditutup. Residu yang berasal dari ruang pemeriksaan gigi kemungkinan juga
mengandung merkuri dalam kadar yang tinggi. Limbah kadmium kebanyakan berasal dari
baterai bekas, panel kayu tertentu yang mengandung tmbal masih digunakan dalam
pembatasan radiasi sinar X dan di bagian diasnogtik.Serta sejumlah obatobatan yang
mengandung logam berat arsen, tetapi dikategorikan sebagai limbah farmasi.
8. Limbah Kemasan Bertekanan
Berbagai jenis gas digunakan dalam kegiatan di instalasi kesehatan dan kerap dikemas
dalam tabung, cartridge, dan kaleng aerosol. Banyak di antaranya begitu kosong dan tidak
terpakai lagi dapat dipergunakan kembali tetapi ada beberapa jenis yang harus dibuang,
misalnya kaleng aerosol.Baik gas mulia maupun yang berpotensi membahayakan, pengunaan
gas di dalam kontainer bertekanan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena container
dapat meledak jika terbakar atau tanpa sengaja bocor.
9. Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif mencakup benda padat, cair dan gas yang terkontaminasi
radionuklida.Limbah ini terbentuk akibat pelaksanaan prosedur seperti analisis in-vitro pada
jaringan dan cairan tubuh, pencitraan organ dan lokalisasi tumor secara in-vivo, dan berbagai
jenis metode investigasi dan terapi lainnya.Radionuklida yang digunakan di dalam layanan
kesehatan biasanya berada dalam sumber yang tidak tersegel (terbuka) atau sumber yang
tersegel (tertutup rapat). Sumber yang tidak tertutup biasanya berupa cairan siap pakai dan
tidak ditutup lagi selama penggunaannya; sumber yang tertutup misalnya zat radioaktif yang
terkandung dalam bagian perlengkapan atau peralatan atau terbungkus dalam kemasan
antipecah atau kedap air seperti seeds dan jarum.
10. Limbah Minyak
Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak,
pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan
minyak pada kapal laut.Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif.Limbah minyak merupakan bahan
berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat
mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan
mahluk hidup lainnya.

2.4 Karakteristik Air Limbah

Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman, rumah tangga, dan juga berasal
dari industry, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya yang telah dipergunakan untuk
berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang
sehat dan baik. Air limbah memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan sifatnya.
Karakter air limbah meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi.
1. Karakteristik Berdasarkan Sifat Fisika
Air limbah terdiri dari 99,9 % air, sedangkan kandungan bahan padatnya mencapai
0.1 % dalam bentuk suspensi padat ( suspended solid) yang volumenya bervariasi antara 100-
500 mg/l. Apabila volume suspensi padat kurang dari 100 mg/l, air limbah disebut lemah,
sedangkan bila lebih dari 500 mg/l disebut kuat.
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan
suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun,
sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras
dan sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya.
Karaketer fisika air limbah meliputi suhu, bau, warna, dan padatan. Suhu
menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke dalam skala-skala. Suhu
air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya tambahan air hangat dari
pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan juga
tergantung pada letak geografisnya.
Bau merupakan parameter yang subjektif. Pengukuran bau tergantung pada sensivitas
indra penciuman seseorang. Kehadiran bau menunjukkan adanya komponenkomponen lain
dalam air. Misalnya, bau seperti telur busuk menunjukkan adanya hydrogen sulfide yang
dihasilkan oleh permukaan zat-zat organic dalam kondisi anaerobik.
Pada air limbah, warna biasanya disebabkan oleh kehadiran materi-materi dissolved,
suspended, dan senyawa-senyawa koloidal yang dapat dilihat dari pectrum warna yang
terjadi. Padatan yang terdapat dalam air limbah dapat diklasifikasikan menjadi floating,
settleable, suspended, atau dissolved. Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut
atau bahan padat yang terapung serta senyawa – senyawa yang larut dalam air. Kandungan
bahan padat terlarut ditentukan dengan mengeringkan serta menimbang residu yang didapat
dari pengeringan.
Karakteristik fisika :
a. zat padat
Di dalam limbah dapat ditemukan zat padat yang secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mudah terlarut dan tidak mudah terlaru.

b. Bau
Limbah sering menimbulkan bau. Hal ini dapat dikarenakan adanya gas-gas
hasil dekomposisi zat di dalam limbah. Gas yang dapat menimbulkan bau di dalam air
antara lain hidrogen sulfida, amonia, dan senyawa organik sulfida.
c. Suhu
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada suhu lingkungan di sekitarnya.
Naiknya suhu dapat menimbulkan semakin berkurangnya oksigen, meningkatnya
reaksi kimia, dan mengganggu kehidupan organisme lainnya.
d. Warna
Sering kali air limbah memiliki karakteristik warna tertentu, tergantung dari
kandungan pada limbahnya. Namun air yang tidak menjadi jaminan kalau air tersebut
tidak mengandung limbah.
e. Kekeruhan
air limbah cenderung terlihat keruh. Hal ini dikarenakan adanya zat organik,
lumpur, jasad renik, zat lainnya yang mengapung pada air dan tidak segera
mengendap.

2. Karakteristik Berdasarkan Sifat Kimia


Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal
dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine dan
sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya bersifat basa pada waktu masih baru
dan cenderung ke asam apabila sudah mulai membusuk.
Substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 gabungan, yakni:
a. gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein, amine dan asam amino.
b. gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun dan karbohidrat,
termasuk selulosa.
Karaakteristik kimia :
a. Bahan organik
Dalam air limbah terdapat kandungan berupa karbohidrat sekitar 65%, karbohidrat
25%, dan lemak 10%.
b. BOD (Biologycal Oxygen Demand)
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam
lingkungan air untuk mengubah bahan organik yang ada di lingkungan air tersebut. Air
buangan dengan kadar BOD tinggi dapat menimbulkan polusi jika langsung dibuang ke
air
c. DO (Dissolved Oxygen)
DO dapat disebut juga sebagai oksigen terlarut yang mana merupakan kebutuhan
dasar dari kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Air mengandung sekitar 8 ppm
oksifen terlarut. Standar minimal oksigen terlarut adalah 5 ppm.
Karakter kimia air limbah senyawa organik dan senyawa anorganik Senyawa organik
adalah karbon yang dikombinasi dengan satu atau lebih elemen-elemen lain (O, N, P, H).
Senyawa anorganik terdiri dari kombinasi elemen yang bukan tersusun dari karbon organic.
Pengujian kimia dari air limbah yaitu meliputi pengukuran Biological Oxygen Demand
(BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO), Derajat keasaman (pH),
logam berat, ammonia, sulfide, fenol. Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan
Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini telah sangat
umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian-pengujian
lain seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air
limbah yang sudah diolah dipakai kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses
pengolahan.

3. Karakteristik Berdasarkan Sifat Biologi


Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air
limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses
pengolahan air buangan. Sesuai dengan zat-zat yang tergantung dalam air limbah ini, maka
air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :
a. Menjadi transmisi atau edia penyebaran berbagai penyakit terutama : kolera, tifus
abdominalis, disentri baciler.
b. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme patogen
c. Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk
d. Menimbulkan bau yang tidak sedap serta pandangan yang tidak enak
e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya
f. Mengurangi produktivitas manusia karna orang bekerja dengan tidak nyaman, dan
sebagainya.
Merupakan banyaknya mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah tersebut.
Mikroorgaisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dlam semua bentuk air
limbah, bisanya dengan konsentrasi 105-108 organisme/l. Kebanyakan merupakan sel
tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan
(tumbuh, metabolism, dan reproduksi). Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur
kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang
biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci sukses efisiensi
proses biologi. Bakteri untuk evaluasi kualitas air.
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung didalam air limbah, maka air limbah yang
tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup antara lain:
a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama kolera, typhus
abdominalis, disentri basiler.
b. Menjadi media berkembang-biak mikroorganisme patogen.
c. Menjadi tempat-tempat berkembangbiak nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.
d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan hidup lainnya.
f. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tindak nyaman dan
sebagainya.
Untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut di atas diperlukan kondisi,
persyaratan, dan upaya-upaya sedemikian rupa sehingga air limbah tersebut:
a. Tidak mengkontaminasi sumber air minum.
b. Tidak mengakibatkan pencemaran permukaan tanah.
c. Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-
tempat rekreasi.
d. Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya
berbagai bibit penyakit dan vektor.
e. Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat dicapai oleh anak-
anak.
f. Baunya tidak mengganggu.

Karakteristik Padat Dari Air Limbah


Ada beberapa karakteristik padat dari air limbah tersebut yang biasanya berasal dari yaitu:
a. Limbah manusia, feses, tisu toilet, urin atau cairan tubuh lainnya disebut juga dengan
limbah hitam.
b. Pengeluaran pengolahan limbah.
c. Air yang digunakan untuk mencuci disebut juga dengan air kelabu.
d. Pengeluaran septic tank.
e. Air hujan yang jatuh diatas atap dan perkarangan dan tidak dikumpulkan.
f. Air hujan yang mengalir di jalan raya, lahan parkir dan infrastruktur lainnya yang
biasanya mengalir ke selokan atau saluran drainase lainnya.
g. Pada air tanah yang mengalami infiltrasi ke saluran pembuangan air.
h. Kelebihan cairan yang diproduksi industri “minuman. minyak goreng, pestisida,
pelumas, cat dan sebagainya”.
i. Air pendingin dari kendaraan atau industri.
j. Limbah industri hasil samping pengolahan bahan baku.
k. Air limbah dari tempat pembuangan sampah akhir sisa air irigasi yang tidak diserap
tanaman.
l. Rekahan hidrolika.

Dan selain berkarakteristik padat, karakteristik khusus lainnya dari air limbah ialah:

a. Dapat menimbulkan bau, hal ini disebabkan karena adanya gas-gas hasil dekomposisi
zat di dalam limbah. Gas yang dapat menimbulkan bau di dalam air, antara lain yakni
hidrogen sulfida, amonia dan senyawa organik sulfida.
b. Pada suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada suhu lingkungan di sekitarnya.
Naiknya suhu dapat menimbulkan semakin berkurangnya oksigen, meningkatnya
reaksi kimia dan menggangu kehidupan organisme lainnya.
c. Memiliki karakteristik pada warna tertentu, tergantung dari kandungan pada
limbahnya, namun air yang tidak menjadi jaminan kalau air tersebut tidak
mengandung limbah.
d. Cenderung terlihat keruh, hal ini dikarenakan adanya zat organik, lumpur, jasad renik,
zat lainnya yang mengapung pada air dan tidak segera mengendap.

3.5 Komposisi Air Limbah

Ada beberapa komposisi air limbah berkarakteristik padat yang diantaranya yaitu:

a. Air “> 95%”.


b. Bakteri patogen.
c. Bakteri non-patogen.
d. Bahan organik tak larut seperti feses, rambut, makanan, serat kertas dan sebagainya.
e. Bahan organik larut air seperti urea, urin, bahan kimia obat-obatan dan sebagainya.
f. Partikel anorganik seperti pasir, pecahan kaca, pecahan keramik dan sebagainya.
g. Bahan organik larit air seperti amonia, garam, sianida, senyawa merkuri dan
sebagainya.
h. Bahan padat berukuran makro seperti kantong plastik, mainan anak-anak dan
sebagainya.
i. Bahan padat berukuran sangat besar seperti pohon, atap dan sebagainya, terjadi ketika
banjir besar.
j. Hewan hidup seperti ikan serangga, crustacea.
k. Bangkai atau potongan tubuh hewan.
l. Tanaman air, alga.
m. Potongan tanaman seperti daun, ranting dan sebagainya.
n. Gas seperti hidrogen sulfida, karbon dioksida dan metana.

Komposisi air limbah domestik

Komposisi air limbah domestik hampir lebih dari 99% berisi air itu sendiri sisanya adalah
kandungan pencemar . rata-rata timbulan air limbah yang dihasilkan dari permukaan adalah
sebagai berikut (Met calf dan eddy)

1. Apartement
Komposisi limbah cair domestik
Komposisi limbah cair domestik dari kamar mandi dan WC
Faeces Satuan Urine Satuan

Massa basah (gr/org/hari) 135-270 gr 1-1.31 gr

Massa kering (gr/org/hari) 20-35 gr 0.5-0.7 gr

Uap air 66-80 gr 93-96 %

Organik 88-97 % 93-96 %

Nitrogen 5-7 % 15-19 %

Fospor(P2O) 3-5.4 % 2.5-5 %

Potasium(K2O) 1-2.5 % 11-17 %

Carbon 44-55 % 11-17 %

Calcium(CaO) 4.5-5 % 4.5-6 %

a. High-rise: 35-75 gal/orang/hari(tipikal:50)


b. Low-rise : 50-80 gal/orang/hari(tipikal:65)
2. Rumah individu
a. Sederhana: 45-90 gal/orang/hari(70)
b. Menengah: 60-100 gal/orang/hari(80)
c. Mewah : 70-150 gal/orang/hari(95)
3. Hotel:30-55 gal/orang/hari(100)
4. Motel:
a. Dengan dapur:90-180 gal/orang/hari(100)
b. Tanpa dapur:75-150 gal/orang/hari(95)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Limbah menjadi masalah serius terutama di perkotaan. Contohnya limbah pabrik


dibuang ke lingkungan sekitar yang mengakibatkan pencemaran udara dan air
tanah, selain masalah tersebut terdapat TPA dan TPS yang tidak dikelola dengan
baik sehingga menjadi sumber binatang maupun bakteri pembawa penyakit.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi air limbah : volume, kualitas air, kegunaan air,
kepadatan penduduk, lingkungan, volume air limbah, frekuensi pembuangan limbah.
3. Sumber air limbah : Limbah rumah tangga, limbah industri, limbah kotapraja
4. Karakteristik air limbah : secara fisik, kimia dan biologi
5. Komposisi air limbah yaitu Air “> 95%”, Bakteri patogen, Bakteri non-patogen,
Bahan organik tak larut seperti feses, rambut, makanan, serat kertas dan sebagainya,
Bahan organik larut air seperti urea, urin, bahan kimia obat-obatan dan sebagainya,
Partikel anorganik seperti pasir, pecahan kaca, pecahan keramik dan sebagainya,
Bahan organik larit air seperti amonia, garam, sianida, senyawa merkuri dan
sebagainya, Bahan padat berukuran makro seperti kantong plastik, mainan anak-
anak dan sebagainya, Bahan padat berukuran sangat besar seperti pohon, atap dan
sebagainya, terjadi ketika banjir besar.Hewan hidup seperti ikan serangga, crustacea,
Bangkai atau potongan tubuh hewan, Tanaman air, alga. Potongan tanaman seperti
daun, ranting dan sebagainya, Gas seperti hidrogen sulfida, karbon dioksida dan
metana.

3.2 Saran

1. Dengan tidak adanya pencemaran, masyarakat menjadi sehat, sejahtera, dan cerdas,

serta lingkungannya bersih.

2. Dengan tidak adanya pencemaran, sumur penduduk bisa dikonsumsi memenuhi

standar kesehatan.
3. Dengan tidak adanya pencemaran, sungai menjadi bersih sehingga bisa digunakan

sumber air baku PDAM.

4. Masyarakat untuk dapat menyambungkan air limbahnya ke jaringan pipa air limbah.

5. Untuk masyarakat, seharusnya masyarakat lebih sadar diri untuk tidak membuang

limbahnya ke sungai sehingga tidak mencemari sungai karena apabila sungai bersih

membuat lingkungan menjadi lebih sehat.

6. Untuk pemerintah, seharusnya pemerintah mengadakan lebih banyak lagi penyuluhan

tentang baiknya menggunakan jasa pengolahan air limbah.

7. Dengan didirikannya IPAL, diharapkan masyarakat untuk lebih meningkatkan

kesadaran untuk lebih peduli lagi terhadap pencemaran dan pengolahan air limbah.

Anda mungkin juga menyukai