Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KUALITAS AIR LAUT DAN INDEKS PENCEMARAN DI


PERAIRAN KELAPA 5 TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT

Oleh

Klaudius Roland Dora


2211030002

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Rumput laut merupahkan salah satu komoditas hasil laut yang cukup
potensial dan bernilai ekonomis tinggi dengan peluang pasar yang luas, baik
pasar lokal maupun ekspor. Rumput laut dapat dibudidayakan secara masal
sehingga menjadi salah satu komoditas strategis dalam progam revitalisasi
perikanan yang direncanakan kementrian kelautan dan perikanan, sehingga
pengembangan budidaya rumput laut merupahkan salah satu alternative
pemberdayaan masyarakat pesisir. Pengembangan budidaya rumput laut
merupakan salah satu alternatif pemberdayaan masyarakat pesisir yang
mempunyai keunggulan dalam hal (1) produk yang dihasilkan mempunyai
kegunaan yang beragam, (2) tersedianya lahan untuk budidaya yang cukup luas
serta (3) mudahnya teknologi budidaya yang diperlukan (Ditjenkan Budidaya,
2004).
Wilayah pesisir merupakan suatu tempat yang penting untuk ditinjau dari
segala sudut pandang, hal ini disebabkan karena transisi antara daratan dan lautan
telah membentuk beragam ekosistem yang produktif serta akan berdampak
positif untuk membangun perekonomian, namun akibat dari pembangunan ini
muncul juga dampak negatif, salah satu satunya yaitu timbulnya pencemaran
perairan (Hamuna et al., 2018). Berdasarkan Undang-undang no 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat 14
menyatakan bahwa pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau
fungsinya.

Nusa Tenggara Timur


merupakan
satu-satunya provinsi
kepulauan yang masuk dalam
kategori daerah penghasil
rumput laut tertinggi
di Indonesia,
Nusa Tenggara Timur merupahkan satu-satunya provinsi kepulauan yang
masuk dalam kategori daerah penghasil rumput laut tertinggi di Indonesia.
Menurut data BPS (2020), terjadi peningkatan produksi rumput laut 2.158.900
ton pada tahun 2020. Potensi lahan budidaya rumput laut di NTT sangat luas,
yakni mencapai 15.141,73 Ha dan jumlah pembudidaya telah mencapai 64.095
orang yang tersebar di 21 kabupaten. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
Provinsi NTT (2014) melaporkan luas lahan potensial untuk budidaya rumput
laut jauh lebih tinggi lagi yaitu 51.870 Ha atau 5% dari garis pantai. Lebih lanjut
DKP Provinsi NTT (2014) mendeskripsikan bahwa luas lahan potensial yang
sudah dimanfaatkan adalah 5.205,70 Ha, dengan potensi produksi sebesar 1,7
juta ton rumput laut basah atau 250.000 ton kering/tahun dan aktifitas budidaya
dapat dilakukan 3-5 siklus/ tahun. Apabila areal potensial di atas dikelola secara
optimal, maka total produksi rumput laut di Provinsi NTT diperkirakan mampu
mencapai 750.000 – 1.250.000 ton kering/tahun (Perindag, 2016).
Perairan Kelapa 5 merupahakan daerah perairan potensial dan strategis
dalam pengembangan budidaya rumput laut. Menyadari besarnya potensi
tersebut pemerintah kota kupang melalui depertemen kelautan dan perikanan
terus berupaya mengali potensi rumput laut yang di miliki. Salah satu jenis
rumput laut yang telah dibudidayakan secara ekstensif oleh petani dan nelayan di
wilayah perairan kelapa 5 adalah Kappaphycus alvarezii, jenis rumput laut ini
mempunyai arti penting terutama dilihat dari peranannya sebagai penghasil
bahan baku karaginan yang banyak digunakan dalam berbagai industri, sehingga
budidaya rumput laut menjadi alternative yang memiliki potensi yang
menjanjikan kesejahteraan masyarakat.
Meningkatnya aktivitas ekonomi yang terjadi di perairan kelapa lima
anatara lain kawasan industry dan perhotelan. Akitivitas-aktivitas ini tentunya
akan mempengaruhi kualitas perairan. Permasalahan yang sangat dominan adalah
pencemaran yang mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas
sumber daya pesisir dan laut. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya
guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya
perairan yang pada akhirnya menurunkan kekayaan sumberdaya alam. Menurut
(Gholizadeh et al., 2016), bahwa setiap perubahan dalam ekosistem rentan akibat
kegiatan antropogenik yang dapat membahayakan habitat ikan dan organisme air
lainnya. Beragam aktivitas tersebut akan menghasilkan limbah baik secara
langsung maupun tidak langsung yang akan mengganggu kehidupan di perairan
dan membuat wilayah tersebut menjadi terecemar. Pencemaran tidak hanya dapat
menimbulkan kerugian ekonomis dan ekologis berupa penurunan produktivitas
hayati perairan.
Pengelolaan sumberdaya pesisir yang belum optimal akan
menyebabkan kurang mendukung kegiatan budiddaya rumput laut seperti kondisi
kualitas perairan antara lain suhu, salinitas, oksigen terlarut dan lain-lain
diantaranya dapat menimbulkan penyakit ice-ice yang menghambat pertumbuhan
rumput laut serta akan berpengaruh terhadap mutu akhir dari rumput laut.
Penentuan status mutu air perlu dilakukan sebagai acuan dalam melakukan
pemantauan pencemaran kualitas air. Dalam upaya memaksimalkan produksi
rumput laut di Perairan kelapa 5 pada umumnya maka diperlukan suatu kajian
anlisis kualitas air dan indek pencemaran untuk peningkatan produksi budidaya
rumput laut sehingga memberikan dukungan bagi pertumbuhan biota dan
keberlangsungan usaha produksi budidaya rumput laut di wilayah perairan
Kelapa 5.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kualitas air laut di perairan kelapa 5

2. Bagaimana status mutu kualitas air laut dengan motode indeks pencemaran
pada perairan kelapa 5

3. Bagaimana pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii di perairan


Kelapa 5

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kualitas air laut di perairan kelapa 5

2. Untuk mengetahui status mutu kualitas air laut dengan motode indeks
pencemaran pada perairan kelapa 5

3. Untuk mengetahui pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii di


perairan Kelapa 5

1.4 Menfaat Penelitian


1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Dinas terkait dalam
membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan
pengembangan budiday rumput laut di NTT khsusnya Periairan Kelapa 5

2. Penelitian ini juga diharapkan menjadi salah satu bahan belajar bagi peneliti
dalam melakukan studi atau penelitian yang berkaitan dengan analisis kualitas
air laut dan indeks pencemaran di perairan kelapa 5 terhadap pertumbuhan air
laut

3. Hasil penelitian ini pada akhirnya diharapkan dapat digunakan oleh


masyarakat umum maupun akademisi dalam melakukan berbagai studi yang
berkaitan dengan analisis kualitas air laut dan indeks pencemaran terhadap
pertumbuhan rumput laut di perairan kelapa 5.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput Laut

Rumput laut salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk


dikembangkan dan ditetapkan dalam program revitalisasi perikanan sejak tahun
2005 dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Rumput laut merupakan
makro alga laut sebagai sumber utama karaginan, alginat, dan agar yang bersifat
multiguna dalam berbagai aspek kehidupan manusia (Nurdjana, 2006). Rumput
laut diketahui sebagai sumber serta pangan sebesar 78,94% dan vitamin A (beta
karoten), B1, B2, B6, B12, C dan niacin, serta mineral yang penting, seperti
kalsium dan zat besi(Astawan & Koswara, 2004). Menurut Sujatmiko (2003),
Jenis rumput laut yang mempunyai nilai ekonomis dan sudah banyak
dibudidayakan secara intensif di wilayah pesisir adalah jenis K.alvarezii.

Rumput laut kappaphycus alvarezii termasuk alga merah


(Rhodophyceae). Warna yang dimiliki alga merah paling mencolok jika
dibandingkan dengan kelompok lainnya, ada yang berwarna merah ungu, violet,
coklat, dan hijau. Oleh karena itu alga merah memiliki pigmen fikobilin yang
terdiri dari fokoeritrin (merah) dan fikosianin (biru) yang mampu mengumpulkan
cahaya hijau untuk masuk ke perairan dalam. Rumput laut spesies K.alvarezii
merupakan alga yang hidup mengapung di permukaan air. Alga menyimpan hasil
kegiatan fotosintesis di dalam sel sebagai bahan cadangan makanan. Proses
fotosintesis rumput laut dipengaruhi oleh sinar matahari dan ketersediaan zat
hara di sekelilingnya (Pitriana, 2008).

Rumput laut jenis K. alvarezii (telah dibudidayakan dengan cara diikat


pada tali sehingga tidak perlu melekat pada substrat karang atau benda lain (Jana,
2006). Menurut Atmadja et. al (1996), bahwa rumput laut jenis K. alvarezii
memiliki ciri-ciri yaitu : thallus silindris, permukaan licin, mempunyai tulang
rawan (cartilageneus), serta berwarna hijau terang, hijau olive dan coklat
kemerahan. Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi
nodulus (tonjolan-tonjolan) dan duri lunak/tumpul, percabangan bersifat
alternates (berseling), tidak teratur, serta dapat bersifat dichotomus (percabangan
dua-dua) atau tricholornus (atau sistem percabangan tiga-tiga). Menurut Achmad
(2016), bagian thallus dibedakan menjadi dua bagian, yakni bagian basal
(jaringan tua) dan bagian apical (jaringan muda). Umumnya kelompok alga
merah dibatasi oleh meristem apical, sehingga terdapat gradien basal-apical di
sepanjang cabang. Bagian apical thallus mewakili jaringan muda

Atmadja (1996) mengatakan bahwa rumput laut Kappaphycus alvarezi


umunya tumbuh pada daerah tertentu dengan syarat –syarat khusus. Kebanyakan
hidup didaerah intertidal atau daerah litorital dan sub litorital, melekat pada
subtract batu didasar perairan. umumnya tumbuh dengan baik didaerah terumbuh
karang, kerena didaerah ini beberapa persyaratan untuk pertumbuhannya lebih
banyak terpenuhi, antara lain faktor kedalaman, pencahayaan, substrat dan fisika
air. Kappaphycus alvarezi tumbuh dan tersebar secara merata diseluruh perairan
pantai Indonesia terutama daerah Maluku, Irian jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi
tenggara, NTT, NTB, Pantai karimun Jawa, Nusa Kambangan, Bali, Lombok,
Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Riau, dan Jawa tengah (Afrianto dan
liviawati, 1989).

Pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh lokasi budidayanya.


Produksi dan kualitas rumput laut dipengaruhi oleh factor-faktor ekologi yang
meliputi kondisi substrat perairan, kualitas air, iklim dan geografis dasar
perairan. Kappaphycus alvarezii pada umumnya hidup didasar perairan pada
daerah-daerah terutama di Indonesia. Komoditas rumput laut unggulan yang
dibudidayakan di NTT adalah jenis kappaphycus alverezii dengan pangsa
produksi mencapai hampir 90 % ( Antara NTT, 2017). Salah satu parameter
keberhasilan budidaya rumput laut adalah pertumbuhan. Pertumbuhan K.
alvarezii dipengaruhi faktor internal dan eksternal Faktor internal yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan K. alvarezii antara lain jenis, galur, bagian
thallus dan umur. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain
keadaan lingkungan fisik, kimiawi perairan dan pengelolaan oleh manusia
(Mamang, 2008).

2.2 Kualitas Perairan

Pengertian kualitas lingkungan (perairan) adalah sebagai faktor biofisika


kimia yang mempengaruhi kehidupan organisme perairan dalam ekosistem.
Menurut Wardoyo dalam Bapedalda (2003), perairan yang ideal adalah perairan
yang dapat mendukung organisme dalam menyelesaikan daur hidupnya.
Sedangkan menurut Boyd dalam Bapedalda (2003), kualitas lingkungan perairan
adalah suatu kelayakan lingkungan perairan untuk menunjang kehidupan dan
pertumbuhan organisme air yang nilainya dinyatakan dalam suatu kisaran
tertentu. Masuknya bahan pencemar dalam perairan dapat mempengaruhi
kualitas air dan terkait dengan kapasitas asimilasinya. Apabila kapasitas asimilasi
terlampaui, selanjutnya akan menurunkan daya dukung, nilai guna dan fungsi
perairan bagi peruntukan lainnya.

Kualitas perairan ditentukan oleh nilai kisaran parameter yang terukur di


lingkungan perairan. Nilai kisaran parameter tersebut secara langsung atau tidak
langsung ditentukan oleh proses hidrodinamika suatu perairan. Selain itu juga
tergantung beberapa faktor seperti intensitas bahan pencemar, iklim, kedalaman
arus, topografi dan geografi, sehingga terjadi proses perubahan sifat fisik, kimia
dan biologi yang saling berinteraksi. Apabila salah satu faktor terganggu atau
mengalami perubahan akan berdampak pada sistem ekologi (Bapedalda 2003).
Untuk tumbuh optimal, biota budidaya membutuhkan lingkungan hidup yang
optimal pula. Kualitas air dan pengaruhnya terhadap biota budidaya sangat
penting diketahui, kualitas air dapat diketahui dari beberapa parameternya.
Sebagai parameter untuk budidaya biota air adalah karateristik fisika, dan kimia
sebagai berikut :

2.2.1 Parameter Fisika Kualitas Air

1. Kecerahan

Intensitas cahaya yang diterima sempurna oleh thallus merupakan


faktor utama dalam proses fotosintesis yang menentukan tingkat
pertumbuhan rumput laut laut. Penetrasi cahaya lebih optimal bila
menggunakan metode terapung dalam pembudidaya rumput laut. Intensitas
cahaya yang diterima sempurna oleh thallus merupakan faktor utama dalam
proses fotosintesis yang menentukan tingkat pertumbuhan rumput laut laut.
Penetrasi cahaya lebih optimal bila menggunakan metode terapung dalam
pembudidaya rumput laut. Radiasi matahari menentukan intensitas cahaya
pada suatu kedalaman tertentu dan juga sangat mempengaruhi suhu perairan.
Sinar matahari yang jatuh dipermukaan air sebagian akan dipantulkan dan
sebagian lagi menembus ke dalam air, cahaya yang menembus permukaan
air adalah penting bila ditinjau dari produktivitas perairan (Sutika, 1989).
Bagi biota laut cahaya mempunyai pengaruh besar secara tak langsung,
yakni sebagai sumber energi untuk proses 8 fotosintesis tumbuh-tumbuhan
yang menjadi tumpuan hidup mereka karena menjadi sumber makanan
(Romimohtarto, 2001).

Lokasi budidaya harus jernih, terhindar dari pengaruh sedimentasi atau


intrusi air sungai. Budidaya Rumput Laut K. alvarezii keadaan perairan
relatif jernih dengan tingkat kecerahan tinggi dan tampakan (jarak pandang
kedalaman), mengetahui kecerahan air menggunakan alat sechidisk.
kecerahan yang baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 2 – 5 m
sehingga cahaya matahari dapat mencapai rumput laut untuk proses
fotosintesis (Anggadiredja et al., 2006).

2. Suhu

Suhu erat kaitannya dengan cahaya. Pemanasan yang terjadi di


permukaan laut yang terjadi pada siang hari tidak seluruhnya dapat
diabsorbsi oleh air laut karena adanya awan posisi lintang. Energi akan
cukup banyak diserap ketika matahari berada di atas ketinggian dan
berkurang ketika dekat horizon. Posisi matahari di daerah tropik dan
subtropik yang selalu berada di atas horizon sepanjang musim menjadikan
daerah ini lebih hangat dibandingkan umumnya di daerah kutub (Widodo
dan Suadi, 2006).
Suhu perairan sangat penting dalam proses fotosintesis rumput laut.
Suhu yang optimal untuk pertumbuhan Kappaphycus alvarezi adalah
berkisar 26 – 320C akan tetapi, Kappaphycus alvarezi mempunyai toleransi
terhadap suhu antara 24 – 36 0C dengan fluktuasi harian 40 C . (Irfan ambas
2006)

3. Arus

Arus adalah pergerakan air yang disertai dengan perpindahan massa air
yang dapat disebabkan oleh hembusan angin, perbedaan densitas air laut dan
gerakan gelombang panjang. Arus mempunyai peranan penting dalam
penyebaran unsur hara di laut. Arus ini sangat berperan dalam perolehan
makanan bagi alga laut karena arus dapat membawa nutrien yang
dibutuhkannya Rumput laut membutuhkan pergerakan air untuk membantu
proses percepatan absobrsi unsur – unsur hara. Arus dapat disebabkan oleh
arus pasang surut. Kecepatan arus yang ideal untuk budidaya rumput laut K.
alvarezii berrkisar antara 20 – 40 cm per detik. Indikator suatu lokasi yang
memiliki arus yang baik biasanya ditumbuhi karang lunak dan padang lamun
yang bersih dari kotoran dan miring ke satu arah (Arisandi dan Akhmad,
2014).

Arus juga sangat berperan dalam sirkulasi dan transpor nutrien dalam
perairan, kelarutan oksigen, serta mengurangi organisme penempel (fouling)
pada thallus (Syamsuddin dan Syamsu, 2014). Manfaat arus adalah
menyuplai nutrien, melarutkan oksigen, menyebarkan plankton, dan
menghilangkan lumpur, detritus dan produk eksresi biota laut (Prud’homme
dan Trono, 2001 dalam Khasanah, 2013). Arus kuat ataupun lemah
berpengaruh dalam kegiatan budidaya rumput laut (Dahuri, 2003 dalam
Khasanah, 2013).

2.2.2 Parameter Kimia Kualitas Air


1. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman merupakan faktor lingkungan kimia air yang


berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Menurut
pendapat Soesono (1988) bahwa pengaruh bagi organisme sangat dan
penting, kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju pertumbuhan
bahkan tingkat keasamannya dapat mematikan dan tidak ada laju reproduksi
sedangkan pH 6,5-9 merupakan kisaran optimal dalam suatu perairan.

Derajat keasamaan atau pH air merupakan ukuran konsentrasi


hydrogen dala sebuah larutan yaitu berat (g) ion hydrogen per L air. Rumput
laut K. alvarezii dapat tumbuh dengan baik dengan kisaran optimum 7,3 –
8,3 (Sujatmiko, 2009 dalam Syamsuddin dan Syamsu, 2014).

2. Salinitas

Air laut dapat dikatakan merupakan larutan garam. Kadar garam air
biasanya didefinisikan sebagai jumlah (dalam garam) dari total garam
terlarut yang ada dalam 1 kg air laut dan biasanya diukur dengan
kondiktivitas. Semakin tinggi konduktivitas semakin tinggi kadar garamnya.
Komposisi kadar garam tersebut selalu dalam keadaan yang konstan dalam
jangka waktu yang panjang. Hal ini disebabkan karena adanya kontrol dari
berbagai proses kimia dan biologi di dalam perairan laut. Kondisi ini
menyebabkan sebagian besar organisme yang hidup di perairan laut
merupakan organisme yang memiliki toleransi (sensitivitas) terhadap
perubahan salinitas yang sangat kecil atau organisme yang diklasifikasikan
sebagai organisme stenohalin (Widodo dan Suadi, 2006).

Menurut Dahuri (2001), secara umum salinitas permukaan perairan


Indonesia rata-rata berkisar antara 32-34 ppt. Menurut Sutika (1989) bahwa
salinitas air laut pada umumnya berkisar 33-37 ppt dan berubah-ubah
berdasarkan waktu dan ruang. Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai
air tawar ke air laut, curah hujan, musim, topografi, pasang surut dan
evaporasi (Nontji, 1987; Nybakken, 2000). Salinitas merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Kondisi salinitas yang
baik untuk pertumbuhan rumput laut yaitu berkisar antara 15-35 ppt (Aslan,
1999).

Salinitas untuk pertumbuhan rumput laut K. alvarezii yang optimal


berkisar 28 – 33 per mil. Oleh karena itu, lokasi budidaya diusahakan yang
jauh dari sumber air tawar, dekat muara sungai karena dapat menurunkan
salinitas air (Anggadiredja et al., 2006). Kondisi ekstrim akibat perubahan
cuaca yang drastis antara musim hujan dan kemarau, menyebabkan
perubahan salinitas dan konsentrasi nutrien di laut secara tiba-tiba sehingga
siklus penyakit ice-ice menjadi lebih panjang dan tidak dapat diprediksi
(Vairappan et al., 2010).

3. Oksigen Terlarut (DO)

Menurut Effendi (2003), bahwa hubungan antara kadar oksigen


terlarut jenuh dengan suhu yaitu semakin tinggi suhu maka kelarutan
oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas,
sehingga kadar oksigen terlarut dalam laut cenderung lebih rendah dari pada
kadar oksigen di perairan tawar. Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan
suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%.

Distribusi oksigen secara vertikal dipengaruhi oleh gerakan air, proses


kehidupan di laut dan proses kimia (Achmad, 2006). Pada dasarnya proses
penurunan oksigen dalam air disebabkan oleh proses kimia, fisika dan
biologi yaitu proses respirasi baik oleh hewan maupun tanaman, proses
penguraian (dekomposisi) bahan organik dan proses penguapan. Kelarutan
oksigen ke dalam air terutama dipengaruhi oleh faktor suhu, oleh sebab itu,
kelarutan gas oksigen pada suhu rendah relatif lebih tinggi jika dibandingkan
pada suhu tinggi (Sutika, 1989). Pertumbuhan rumput laut Kappapycus
alvarezii dibutuhkan jumlah oksigen terlarut dalam perairan sebanyak 2 – 4
ppm, tetapi pertumbuhan lebih baik jika oksigen terlarut berada di atas 4
ppm (Sumiarsih, 1991 dalam Khasanah, 2013).

2.3 Pencemaran Air Laur

Perkembangan wisata bahari dan pariwisata laut, selalu memberikan


kontribusi terhadap pencemaran laut. Pencemaran laut adalah perubahan pada
lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukannya oleh manusia secara langsung
ataupun tidak langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut
(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat sedemikian buruknya
sehingga memberikan kerugian terhadap kekayaan hayati, bahaya terhadap
kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan
lain-lain, penggunaan laut yang wajar, pemburukan dari pada kualitas air laut dan
menurunnya tempat-tempat pemukiman dan rekreasi (Kusumaatmaja, 1978).
Menurut Undang-Undang no. 32 tahun 2009 pengertian pencemaran lingkungan
hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran air
menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam air
oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran dapat juga diartikan sebagai bentuk Environmental
impairment, yakni adanya gangguan, perubahan, atau perusakan (Silalahi, 2001).
Pengaruhnya bukan saja menjangkau seluruh kegiatan yang berlangsung di laut,
melainkan juga menyangkut kegiatan-kegiatan yang berlangsung di wilayah
pantai termasuk muara-muara sungai yang berhubungan dengan laut. Pada
dasarnya laut itu mempunyai kemampuan alamiah untuk menetralisir zat-zat
pencemar yang masuk ke dalamnya. Akan tetapi, apabila zat-zat pencemar
tersebut melebihi batas kemampuan air laut untuk menetralisirnya, maka kondisi
itu dikategorikan sebagai pencemaran. Pencemaran akan berakibat buruk bagi
kehidupan atau lingkungan laut tergantung tempat terjadinya pencemaran. Ini
berdampak negatif bagi kesuburan produktivitas biologis di laut terbagi secara
tidak merata (Djalal, 1979).

Pencemaran yang terjadi di laut tidak lepas dari kondisi pesisir pantai
yang ada. Pesisir pantai memiliki beragam aktivitas yang digunakan oleh
masyarakat. Wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau batasan
wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau aktivitas
bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan
(Kay dan Alder, 1999). Penggolongan kondisi pencemaran air laut selalu
memiliki standar kualitas terhadap parameter–parameter yang dapat memberikan
kontribusi terjadinya pencemaran terhadap air laut. Standar kualitas tersebut
diatur baik skala nasional maupun internasional yang dikenal dengan istilah baku
mutu.

Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) dalam


Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003, dapat memberi
masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk
suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika
terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Metode ini dapat
langsung menghubungkan tingkat pencemaran mengenai dapat atau tidaknya
sungai dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameter-parameter
tertentu.
Penelitian yang relevan

NO Judul Karya Ilmiah dan Metode (Desain, Sampel, Variabel, Hasil Kategori
Penulis Instrumen, dan Analisis)
1 The Impact of Spatio- D: Kuantitatif Dapat disimpulkan bahwa tingginya Jurnal Environment
temporal Variation on konsentrasi barium, tembaga, Asia 14(1) 2021 80-92
Seawater Quality and its Eff S: Sampel air di tiga lokasi Pulau mangan, DO, dan nitrat dalam air laut
ect on the Domination of Tidung, Sebesi, dan Bintan. dapat menyebabkan dominasi spesies
Sargassum polycystum on ini. Hasil penelitian menunjukkan
Small Islands in Western V: struktur komunitas, kualitas bahwa variasi spatio-temporal di
Indonesian Waters lingkungan, maupun kesuburan air lokasi penelitian secara signifikan
(Pengaruh Variasi Spatio- mempengaruhi keragaman kumpulan
temporal terhadap Kualitas I: alat kesuburan perairan adalah makroalga di perairan Indonesia
Air Laut dan Pengaruhnya spektrometer Ultra Violet-Visible bagian barat.
terhadap Dominasi (UV-VIS). Analisis elemen jejak
Sargassum polikistik pada dilakukan dengan menggunakan
Pulau-Pulau Kecil di Atomic Absorption Spectro-
Perairan Indonesia Bagian photometry (AAS) Perkin Elmer
Barat)_I Ketut Sumandiarsa, PinAAcle 900H dengan teknik Flame
Dietriech G. Bengen, Joko (Acetylene-Air) dengan metode
S., & Hedi I. Januar APHA. Pengawetan unsur dari
sampel air dilakukan dengan
menggunakan larutan H SO hingga
pH ≤ 2.

A: Analisis diskriminan Kruska l-Wa


llis dan multivariat
2 Kelayakan Perairan di Pantai Pengamatan menggunakan metode Penelitian ini mendapatkan Jurnal Laut
Camar Bulan Pada Musim Purposif Sampling, hasil dari tiga stasiun bahwa nilai Khatulistiwa 2 (3), P
Kemarau Untuk Budidaya kemudian di tandai dengan untuk suhu (31,1 – 32,8 oC), salinitas 151, Tanjungpura
Eucheuma Cottonii GPS. Pengukuran parameter suhu, (31,8 – 32,3ppt), pH (7,3 – 7,6), DO ( University, ISSN 2614-
Menggunakan Metode Lepas salinitas dan DO menggunakan 19,3 -19,5 mg/L), kecerahan (6-7 m), 8005 (2019)
Dasar_ H. Irawan, N. Water Quality Checker(WQC). kedalaman(0,63-0,93m), kecepatan
Indiawati, Shifa Helena Pengukuran pH dilakukan arus (0-0,38 m/s), jenis substrat (pasir
menggunakan alat pH meter. Data dan karang mati), nitrat (0,163 –
sekunder kecepatan arus diperoleh 0,254 mg/L) dan fosfat (< 0,001).
dari Tide Model Driver (TMD). Sehingga hasil total skoring yang
Analisis kelayakan perairan untuk diperoleh perairan Pantai Camar
budidaya rumput laut ditentukan Bulan adalah 84 dan dikategorikan
berdasarkan nilai skoring pembagian dalam kelas sangat sesuai.
menjadi 3 kelas kesesuaian perairan
berdasarkan nilai Ʃ (AxB) yaitu kelas
sangat sesuai (S2) dengan nilai 67-
110, kelas sesuai bersyarat (S1)
dengan nilai 23 – 66, kelas
tidak sesuai (N) dengan nilai <22.
3 Pengambilan sampel kualitas air Hasil penelitian menunjukan bahwa Jurnal Ilmu
Kajian Kualitas Air Laut dan
dilakukan pada bulan oktober 2017 di parameter yang masih sesuai baku Lingkungan, Vol 16,
Indeks Pencemaran lima stasiun penelitian, kemudian mutu antara lain suhu, pH, ammonia No 1 (2018)
Berdasarkan Parameter hasilnya hasilnya di bandikan dengan total, nitrat, dan fosfat. Berdasarkan
baku mutu air laut. Pengkuran hasil perhitungan indeks pencemran
Fisika-Kimia di Perairan
kualitas air laut secara insitu menunjukan bahwa perairan ditrik
Distrik Depapre, Jayapura_ sebanyak 5 kali ulangan. Analisis Depapre berada dalam kategori
B. Hamuna, R. Tanjung, data hasil pengukuran dilakuakn tercemar ringan hinga tercemar
secara deskriptif. sedang.
Suwito, H. Maury & Alianto

4 Suitability water quality Data yang dikumpulkan data primer Daerah yang cocok untuk IOP Conference Series:
parameters for seaweed (kualitas air) dan data sekunder. pengembangan budidaya rumput laut Earth and
culture at Muara Gembong Stasiun penelitian dipilih berdasarkan di pesisir Muara Gembong adalah Environmental Science
coastal area, Bekasi District luas wilayah. Total stasiun dalam Muara Kuntul Muara sampai Terluar (2022)
(Kesesuaian parameter penelitian ini adalah 11 stasiun Muara Kuntul dan Muara Mati
kualitas air untuk rumput dipilih Dari 23 stasiun penelitian, sampai Muara Mati Terluar. Lokasi
laut budaya di kawasan ditetapkan 11 stasiun. Parameter yang juga linier dengan hasil berdasarkan
pesisir Muara Gembong, diamati adalah parameter fisik salinitas, DO, dan kecerahan
Bekasi Daerah)_ Mujiyanto, (transparansi disk Secchi, suhu, dan (kecerahan air).
A R Syam, D Wijaya & S E kedalaman) serta parameter kimia
Purnamaningtyas (salinitas, pH, DO, fosfat, dan nitrat).
Analisis parameter kualitas air
meliputi penyusunan matriks yang
disusun melalui studi pustaka, Kelas
“sesuai” diberi skor 4, kelas “cukup
sesuai” diberi nilai a skor 3, kelas
“cocok dengan persyaratan” diberi
skor 2, dan kelas “tidak sesuai” diberi
skor diberi skor 1. Parameter kualitas
air yang berpengaruh lebih kuat
diberi skor lebih tinggi
5 Analisis kualitas air pada Penelitian ini merupakan jenis Hasil penelitian ini menunjukkan Jurnal Pendidikan
kawasan budidaya rumput penelitian deskriptif dengan bahwa kualitas air stasiun 1 (Desa Teknologi Pendidikan.
laut Eucheuma Cottoni di menggunakan metode survei, Tanrusampe) meliputi suhu, Vol 6, No 1 (2020)
Kabupaten Jeneponto_ A. penelitian ini dilakukan dengan kecerahan, kecepatan arus, pH,
Atmanisa mengambil sampel air pada dua salinitas, oksigen terlarut, fosfat dan
stasiun berbeda yakni, Desa plankton masih dalam kategori
Tanrusampe dan Desa Bontosunggu, normal dan masih berada pada
Kabupaten Jeneponto pada musim ambang batas kualitas air perairan,
hujan. Alat dan bahan: Botol sampel, sedangkan nitrat sudah dalam faktor
Sechi disk, pH meter, Do meter, pembatas atau kandungan nitratnya
Thermometer, Refraktometer, bersifat toksik. Sedangkan kualitas
Layang-layang arus, Plankton net, air pada stasiun 2 (Desa
Coolbox, Pelampung, alat tulis Bontosunggu) masih berada pada
menulis, dan kamera. Bahan yang ambang batas kualitas air perairan,
digunakan dalam penelitian ini dan masih layak untuk budidaya
adalah air laut, aquades, dan lugol. rumput laut Eucheuma cottoni.
Diharapkan pada penelitian
selanjutnya Analisis Kualitas Air
pada Kawasan Budidaya Rumput
Laut Eucheuma cottoni di Kabupaten
Jeneponto pada musim kemarau
sehingga data yang diperoleh lebih
akurat dan memberikan pengetahuan
kepada masyarakat di masa
mendatang.
6 Analisis Sebaran Parameter Pengukuran sampel air dilakukan Hasil menunjukkan sebaran suhu, Jurnal Ilmu
Kualitas Air dan Indeks secara purposive sampling dengan salinitas, ammonia, dan pH terlarut Lingkungan, Vol 18,
Pencemaran di Perairan menggunakan alat multiparameter berkesesuaian dengan baku mutu, No 2 (2020)
Teluk Parepare-Sulawesi WQC-24 merk TOA-DKK secara in sedangkan konsentrasi timbal dan
Selatan situ. Metode interpolasi yang dipilih tembaga (logam berat) berada di atas
adalah Inverse Distance Weighted baku mutu. Indeks pencemaran (IP)
(IDW) sesuai dengan Standar menghasilkan nilai antara 1,69–
Nasional Indonesia (SNI 7644:2010). 38,66. Nilai IP diklasifikasikan
menjadi indeks cemar ringan di 14
stasiun pengamatan dan sebaran
cemar ringan dominan di Teluk
Parepare bagian dalam. Indeks cemar
sedang terdapat di 12 stasiun
pengamatan dan sebarannya di Teluk
Parepare bagian luar, sedangkan
cemar berat terdapat di 2 stasiun dan
sebarannya di sekitar pesisir Kota
Parepare. Kondisi ini menunjukkan
bahwa parameter logam berat (seperti
timbal dan tembaga) telah melebihi
baku mutu dan berkaitan dengan
berbagai kegiatan pelabuhan, serta
perkapalan di sekitar perairan Teluk
Parepare.
7 Analisis Kesesuaian Dan analisis data spasial dengan metode Hasil analisis menunjukkan bahwa Jurnal Akuakultur,
Daya Dukung Lingkungan Sistem Informasi Geogerafis, analisis luas kesesuain lahan untuk budidaya Teknologi dan
Perairan Terhadap SWOT untuk menetukan strategi rumput laut berdasarkan peta Manajemen perikanan
Pengembangan Budidaya pengembangan k Penelitian ini kesesuaian lahan adalah sesuai (S) ± tangkap dan ilmu
Rumput Laut Eucheuma menggunakan metode spasial dan 578,57 ha dan tidak sesuai (N) ± kelautan. Vol 5, No 1
Cottonii Di Pesisir nilai daya dukung lingkungan 759,68, sedangkan daya dukung (2022)
Kecamatan Suppa perairan berdasarkan unsur nutrien N lahan untuk budidaya rumput laut
Kabupaten Pinrang_Damis dan P karena kedua unsur tersebut adalah ± 173,571 ha. Prioritas
et al memiliki pengaruh terhadap Strategi Pengembangan Rumput Laut
kelangsungan budidaya rumput laut. berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan, ditetapkan 8 strategi
Terbaik pengembangan usaha
budidaya rumput laut di Kecamatan
Suppa Kabupate Pinrang 1.
Mengembangkan pengolahan hasil
budidaya, 2. Memberikan pelatihan
secara bertahap. 3. Memberikan
penyuluhan secara bertahap, 4.
Mengoptimalkan kapasitas produksi
yang ada, 5. Memperluas areal
budidaya, 6. Mengoptimalkan
produksi, 7. Peningkatan akses
permodalan, 8. Memperluas dan
mempertahankan jaringan pemasaran.
8 Distribusi Spasial dan Sampel air diambil menggunakan Hasil penelitian memperlihatkan nilai Jurnal Oseanologi dan
Temporal Nutrien di Danau Kemmerer water sampler di tujuh konsentrasi N dan P bervariasi di Limnologi Di
Tempe, Sulawesi Selatan_ stasiun pada strata permukaan dan semua lokasi pengamatan. Nilai Indonesia. Vol 1, No 2
Siti Aisyah & Sulung dasar. Pengukuran parameter oksigen konsentrasi N-nitrat, TN, dan TP (2016)
Nomosatryo terlarut (DO), suhu, pH, dan cenderung tinggi pada bulan Oktober,
transparansi dilakukan langsung di sedangkan konsentrasi N-nitrit, N-
lapangan menggunakan Water amonium, dan ortofosfat cenderung
Quality Checker (WQC) HORIBA tinggi pada bulan April. Analisis
U-10. Parameter N-nitrit, N-nitrat, PCA menunjukkan kondisi kualitas
Namonium, N total (TN), ortofosfat, air di Danau Tempe dicirikan oleh
P total (TP), dan parameter senyawa N dan P. Konsentrasi rata-
pendukung COD, bahan organik total rata TN dan TP di Danau Tempe
(TOM), dan klorofil-a dianalisis di yang tinggi dengan nilai masing-
laboratorium menggunakan metode masing sebesar 1,386 mg/L dan 0,198
yang ditunjukkan dalam Tabel 2. mg/L menunjukkan bahwa Danau
Data dianalisis secara piktorial Tempe termasuk danau produktif
menggunakan perangkat lunak Ms. dengan kategori perairan eutrofik dan
Excel 2007. Untuk melihat Nitrogen sebagai faktor pembatas
konstribusi setiap variabel kualitas air kesuburan danau. Pengayaan nutrien
terhadap masing-masing stasiun yang terus berlanjut akan berdampak
pengamatan digunakan pendekatan buruk terhadap kualitas perairan
analisis multi- variat yang didasarkan Danau Tempe.
pada Analisis Komponen Utama
(Principal Component Analysis,
PCA) menurut Legendre & Legendre
(1983) dan Bengen et al. (1994).
Sebelum analisis PCA dilakukan,
variabel kualitas air diseleksi terlebih
dahulu guna menghindari variabel
yang berautokorelasi (Jolliffe, 2002).
Seleksi variabel yang berautokorelasi
dilakukan dengan menggunakan uji
multikolinearitas. Penghitungan PCA
dilakukan dengan menggunakan
software MVSP versi 3.2.

9 Analisis Kesesuaian Perairan Parameter fisikokimia yang diukur Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jurnal Rumput Laut
untuk Lokasi Budidaya meliputi pasang surut, gelombang, perairan Kecamatan Sajoanging Indonesia. Vol 1, No 2
Rumput Laut Eucheuma kecepatan arus, total padatan Kabupaten Wajo berada pada (2016)
cottonii di Perairan tersuspensi (TSS), salinitas, suhu, kategori ‘Tidak Sesuai’ (389,76ha),
Kecamatan Sajoanging nitrat, fosfat, keasaman ( ph ), dan ‘Cukup Sesuai’ (1578,43 ha) dan
Kabupaten Wajo_ Uswatun kedalaman ‘Sesuai’ (24,32ha) untuk budidaya E.
Khasanah et al Cottoni .
10 Pemetaan Kesesuaian Pengambilan data sample air laut Hasil penelitian dapat disimpulkan Jurnal Trunojoyo. Vol
Perairan untuk Budidaya dilakukan di titik pengamatan yang bahwa lokasi yang sesuai untuk 13, No 3 (2020)
Laut di Perairan Pesisir tersebar di 15 kecamatan pesisir di pengembangan budidaya laut di
Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Situbondo (Selat Madura) Kabupaten Situbondo terletak di
Banyuwangi Jawa Timur_ dan Banyuwangi (Selat Bali dan Kecamatan Suboh, Kendit, Arjasa
Zainul Hidayah Samudera Hindia). Metode yang dan Jangkar dengan nilai indeks
digunakan adalah dengan kesesuaian berkisar antara 63,5-67,5.
menganalisis parameter kualitas Sementara untuk Kabupaten
perairan dan menghitung nilai indeks Banyuwangi, kawasan yang sesuai
kesesuaian. Selain itu dilakukan pula untuk pengembangan budidaya laut
pendugaan besarnya beban limbah terletak di Kecamatan Wongsorejo
dan analisis komponen utama. dan Muncar dengan nilai indeks
antara 64 – 68.5. Estimasi beban
limbah menunjukkan bahwa potensi
limbah yang terjadi akibat budidaya
laut dengan KJA adalah sekitar 0,24
ton N/10 unit karamba. Hasil
perhitungan analisis komponen utama
menunjukkan stasiun pengamatan
memiliki karakteristik nilai parameter
kualitas air yang beragam
11 Potential bioremediation Sampel sedimen dikumpulkan dalam Konsentrasinya sangat bervariasi: Cd Jurnal Internasional.
effects of seaweed rangkap tiga, dan dikumpulkan dari (0,04–1,02) μg g−1; Cu (1,19–37,70) Chemosphere. Vol 245
Gracilaria lemaneiformis on Desember 2014 hingga Juli 2015 dari μg g−1; Pb (8,45–74,45) μg g−1; Zn (2020)
heavy metals in coastal lima belas zona dengan ambil (36.80–201.24) μg g−1. Konsentrasi
sediment from a typical Peterson logam berat terendah pada sedimen
mariculture zone(Potensi terjadi pada zona budidaya
efek bioremediasi rumput Gracilaria, sedangkan konsentrasi
laut Gracilaria yang lebih tinggi terjadi pada zona
lemaneiformis pada logam kontrol dan zona budidaya ikan.
berat di sedimen pantai dari Indeks beban pencemaran, komponen
zona budidaya laut yang utama dan analisis kluster
khas)_ H. Lao et al menunjukkan bahwa konsentrasi
logam berat tertinggi terdapat pada
zona budidaya ikan, sedangkan
konsentrasi terendah terdapat pada
zona budidaya Gracilaria, dan
budidaya Gracilaria mempengaruhi
logam berat dalam sedimen.
Gracilaria memiliki kapasitas
adsorpsi yang kuat untuk logam berat
dari air laut, menunjukkan Faktor
Biokonsentrasi logam berat tertinggi
pada bulan Mei (periode biomassa
rumput laut yang lebih tinggi).
Akibatnya, hasil menunjukkan bahwa
budidaya Gracilaria mempengaruhi
konsentrasi logam berat dalam
sedimen dari zona budidaya laut khas
pesisir. Budidaya Gracilaria
berpotensi untuk bioremediasi logam
berat di sedimen pesisir. Oleh karena
itu, budidaya Gracilaria dapat
menambah manfaat lingkungan dan
nilai ekologi pada zona budidaya laut
pesisir.
12 Species-specific Penelitian ini menganalisis 11 spesies Hasilnya mengungkapkan bahwa Jurnal Internasional.
bioaccumulation and health rumput laut dan 13 logam berat untuk ganggang merah terutama Science of The Total
risk assessment of heavy menguji hipotesis bahwa kapasitas terkonsentrasi V, Se, Mn, Ni, dan Ag. Environment. Vol 832
metal in seaweeds in tropic bioakumulasi logam berat spesifik Alga coklat terutama (2022)
coasts of South China Sea spesies memiliki signifikansi yang mengonsentrasikan Cr, Co, Cu, Cd,
(Bioakumulasi spesifik besar terhadap risiko kesehatan As dan Fe, sedangkan alga hijau
spesies dan penilaian risiko manusia. Rumput laut dikumpulkan terutama mengonsentrasikan Zn dan
kesehatan logam berat pada dari pantai tropis Pulau Hainan. Kami Pb. Analisis kluster, analisis
rumput laut di pantai tropis secara komparatif menentukan komponen utama dan indeks
Laut Cina Selatan)_ Z. Peng tingkat bioakumulasi logam pada pencemaran logam menunjukkan
et al spesies yang berbeda. bahwa Padina crassa, Sargassum
thunbergii, Caulerpa racemosa dan
Asparagopsis taxiformis
menunjukkan perilaku bioakumulasi
logam yang serupa. Penilaian risiko
kesehatan mengungkapkan bahwa
indeks bahaya keseluruhan (HI) dari
konsumsi rumput laut untuk orang
dewasa kurang dari 1, sedangkan HI
konsumsi Sargassum oligocystum,
Turbinaria ornate, Sargassum
polycystum dan Sargassum
thunbergii untuk anak-anak lebih
besar dari 1, menunjukkan sedang
atau resiko tinggi pada anak. Selain
itu, jumlah paparan dan parameter
risiko karsinogenik menunjukkan
bahwa As dan Cr merupakan faktor
pembatas konsumsi rumput laut.
Secara keseluruhan, temuan kami di
sini sebagian besar mendukung
hipotesis kami bahwa perilaku
bioakumulasi logam berat dan risiko
kesehatan sangat bervariasi dan
kompleks di antara spesies yang
berbeda. Oleh karena itu kami
menyarankan bahwa risiko kesehatan
khusus spesies dari logam berat
dalam rumput laut harus dievaluasi
secara hati-hati di lingkungan alami.
13 Concentrations of various Dalam penelitian kami, kandungan Kadar Cr, Ni, Mn, Zn, Cd dan Pb Jurnal Internasional.
elements in seaweed and unsur K, P, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, Zn, pada rumput laut menunjukkan Science of The Total
seawater from Shen'ao Bay, Cu, B, Cd, Cr, Ni, Pb dan Se, kandungan yang hampir sama. Selain Environment. Vol 659
Nan'ao Island, Guangdong ditentukan dari delapan rumput laut itu, tingkat B dan Se berada dalam (2019)
coast, China: Environmental dominan dan air laut dari Teluk pola yang sama seperti yang
monitoring and the Shen'ao, Pulau Nan'ao. dilaporkan dari daerah pesisir
bioremediation potential of lainnya. Rhodophyta menunjukkan
the seaweed (Konsentrasi kandungan dan faktor biokonsentrasi
berbagai unsur dalam (BCF) B yang lebih tinggi daripada
rumput laut dan air laut dari Chlorophyta atau Phaeophyta.
Teluk Shen'ao, Pulau Chlorophyta memiliki kandungan Fe,
Nan'ao, pantai Guangdong, Ni dan Pb yang lebih besar daripada
Cina: Pemantauan Rhodophyta atau Phaeophyta. U.
lingkungan dan potensi fasciata adalah biomonitor yang baik
bioremediasi rumput laut)_ dan akumulator Ni dan Pb yang kuat,
X. Sun G. lemaneiformis dari Zn, Cr dan Se,
dan S. fusiforme dari Cu dan Cd.
Data kami, bersama dengan data dari
peneliti lain, dapat membantu
menginterpretasikan data
biomonitoring dan desain program
biomonitoring untuk perlindungan
dan pengelolaan lingkungan pesisir.
14 Investigating terrestrial and Kami melakukan penyelidikan Hasil kualitas air laut menunjukkan Jurnal Internasioanal.
oceanic environmental komprehensif berdasarkan tidak ada perbedaan yang jelas antara Continental Shelf
conditions to identify pengambilan sampel air dan wilayah NE dan SW. Pengamatan ini Research. Vol 245
possible factors influencing analisisnya dalam penelitian ini. menunjukkan bahwa bahan, termasuk (2022)
seaweed bed distribution in Kualitas air termasuk besi total, besi besi yang dipasok dari wilayah
Tsushima Islands, Japan terlarut, nitrogen nitrat, nitrogen nitrit terestrial, bukanlah faktor utama yang
(Investigasi kondisi dan fosfat-fosfor, dan rasio isotop mencirikan distribusi hamparan
lingkungan darat dan laut stabil karbon dari bahan organik rumput laut, meskipun distribusi
untuk mengidentifikasi partikulat (POM) di air laut dan air hamparan rumput laut di wilayah NE
kemungkinan faktor yang sungai di wilayah NE dan barat daya lebih besar daripada di wilayah SW.
mempengaruhi distribusi (SW) Kepulauan Tsushima adalah Sementara itu, variasi musiman pada
rumput laut di Kepulauan dipantau secara musiman. nilai δ13C POM di daerah NE lebih
Tsushima, Jepang) _ M. jelas dibandingkan di daerah SW. Ini
Yumamoto et al menyiratkan kontribusi yang
signifikan dari POM kelautan di
wilayah NE, mungkin karena
keberadaan arus yang diinduksi pulau
dan pusaran siklon, dan pengaruhnya
terhadap kualitas air pesisir. Sifat-
sifat lingkungan ini diduga berpotensi
mempengaruhi karakteristik distribusi
hamparan rumput laut di Kepulauan
Tsushima.
15 Analisis kualitas air Alat yang digunakan pada penelitian Berdasarkan hasil pengamatan dan Indonesian Journal Of
budidaya segi fisika perairan adalah : Seichidisk, Termometer, pembahasan yang telah dilakukan Aquaculture Medium.
kecamatan sangia wambulu Refraktometer, Perahu, Senter, maka pentingnya menarik beberapa Vol 1, No 2 (2021)
kabupaten buton tengah_ I. Layangan arus, Tali raffia, Stopwatch kesimpulan yaitu : Parameter fisik
Failu et al dan Waterpass. Bahan yang yaitu suhu perairan berkisar 26
digunakan dalam penelitian adalah hingga 28º C, salinitas 29 - 31 ppt,
air sampel yang diambil dari Spot kecerahan 5 hingga 7,3 m, dan
yang sudah ditentukan lokasinya. kecepatan arus 7,01 - 11,38 cm/detik.
Metode yang digunakan dalam Secara umum keberadaan kualitas air
penelitian ini adalah metode fisik; suhu dan kecerahan masih
deskriptif analitis. Teknik berada pada kondisi yang relatif baik.
pengambilan sampel yang digunakan Pada dasarnya perairan Kecamatan
yaitu Purposive Sampling. Sangia Wambulu yakni sekitar Desa
Baruta Analalaki, Baruta Doda dan
Tolandona masih dapat di gunakan
usaha budidaya.
16 Penentuan Daerah Potensial Data yang digunakan dalam Dari hasil penelitian di peroleh Seminar Nasional
Budidaya Rumput Laut penelitian ini adalah peta administrasi bahwa kadar nitrat, arus, kedalaman, Geomatika (2019)
Kappaphycus Alvarezii Di Provinsi NTT (Bapeda NTT tahun dan lokasi muara sungai menjadi
Provinsi Nusa Tenggara 2017) dan data parameter penentu parameter penentu utama. Jarak
Timur_ M. F. Logo et al daerah potensial budidya rumput laut. maksimum dari bibir pantai adalah
Pembobotan parameter pada sekitar 10 km. potensial budidaya
penelitian ini menggunakan metode rumput laut kappaphycus alvarezii di
ranking mengunakan sistem tentukan di puklau flores bagian
informasi geografis melalui overlay barat, kepulauan di kabupaten flores
peta tematik setiap parameter. Setiap timur dan alor, selatan pulau sumba,
kelas kesesuain parameter, Nilai 5 pulau rote, dan teluk kupang
untuk sesuai, nilai 3 untuk cukup
sesuai, dan 1 untuk tidak sesuai.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perairan Kelapa 5 kecamatan Kelapa Lima, Kota


Kupang, Nusa Tenggara Timur.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Tali, botol
mineral, jangkar, pisau, timbangan digital, thermometer, refrakometer, stop
watch, layang-layang arus, secchi disk, Water Quality Checker, botol sampel,
cool box, air laut, asam askorbik H3BO2, Brucine sulfat H2SO4, dan aquades,
buku catatan dan lain sebagainya yang akan disesuaikan di lapangan.
3.3 Pengukuran dan Pengambil Sempel Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian ini adalah (1) parameter
fisika meliputi suhu, kecerahan, kedalaman dan kecepatan arus; (2)
parameter kimia meliputi derajat keasaman (pH), salinitas dan oksigen
terlarut (DO).

3.4 Anlisis Data

Metode penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data primer


yang dilakukan dengan pengukuran langsung parameter fisika, dan kimia di
lapangan. Analisa kualitas air dilakukan di Laboratorium Kualitas Air. Data
yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dan didukung oleh literatur
pendukung.

Penentuan status pencemaran ditentutakan dengan indeks pencemaran


menururt Sumiotomo dan Nerow (1970) dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 sebagai berikut:

PI J=¿ √ ¿¿ ¿¿

DImana:

Li : Konsentrasi parameter kualitas air dalam baku mutu


peruntukan air (j)

Ci : Konsentrasi parameter kualitas air hasil survey

PIj : Indeks pencemaran bagi peruntukan (j)

¿ : Nilai Ci/Lij Maksimum

¿ : Nilai Ci/Lij Rata-rata

Adapun hubungan tingkat ketercemaran dengan kriteria indeks


pencemaran berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
115 Tahun 2003 tentang Penetapan Status Mutu Air sebagai berikut:
1. 0 ≤ PI j ≤ 1,0 : Memenuhi baku mutu (kondisi baik)
2. 1,0 < PIj ¿ 5 , 0 : Tercemar ringan
3. ≤
5,0¿PIJ 10 : Tercemar Sedang
4. PIj¿10 : Tercemar Berat

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, M. 2016. Studi


Peran Interaksi Bakteri
Patogen Dan Lingkungan
Terhadap Penyakit
Ice-ice Pada Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii.
Sekolah pascasarjana.
Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Achmad, M. 2016. Studi Peran Interaksi Bakteri Patogen Dan Lingkungan Terhadap

Penyakit Ice-Ice Pada Rumput laut Kappaphycus alvarezii. Sekolah

Pascaserjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Anggadiredja, J. T., Zatrika, A., Purwono, H. dan Istini, S., 2006. Rumput Laut.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Astawan, M., & Koswara, S. (2004). PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Eucheuma

cottonii) UNTUK MENINGKATKAN KADAR IODIUM DAN SERAT

PANGAN PADA SELAI DAN DODOL. 1.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds For Aquaculture, Auburn University.

Alabama. USA.

Gholizadeh, M., Melesse, A., & Reddi, L. (2016). A Comprehensive Review on

Water Quality Parameters Estimation Using Remote Sensing Techniques.

Sensors, 16(8), 1298. https://doi.org/10.3390/s16081298

Hamuna, B., Tanjung, R. H. R., Suwito, S., Maury, H. K., & Alianto, A. (2018).

Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter


Fisika-Kimia di Perairan Distrik Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan,

16(1), 35. https://doi.org/10.14710/jil.16.1.35-43

Jana, T. dkk. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nurdjana, M.L. 2006. Pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia. Diseminasi

Teknologi dan Temu Bisnis Rumput Laut (Hand Out). Makassar, 12

September 2006. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.

Pitriana. 2008. Bio Ekspo Menjelajah Dunia Dengan Biologi. Jatra Graphic. Solo.

Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir

Secara Berkelanjutan. Djambatan. Jakarta.

Sujatmiko, W., Angkasa, W.I 2003. Teknik Budidaya Rumput Laut Dengan Metode

Tali Panjang. Pengkajian Ilmu Kehidupan-BPPT. Jakarta.

Sujatmiko, W., Angkasa,


W.I. 2003. Teknik
Budidaya Rumput Laut
Dengan Metode Tali
Panjang. Pengkajian Ilmu
Kehidupan-BPPT. Jakarta
Sujatmiko, W., Angkasa,
W.I. 2003. Teknik
Budidaya Rumput Laut
Dengan Metode Tali
Panjang. Pengkajian Ilmu
Kehidupan-BPPT. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai