Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Sapa Laut (e-ISSN : 2503-0396)

Jurnal Sapa Laut di terbitkan oleh Jurusan Ilmu Kelautan - Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Halu Oleo.

Jurnal Sapa Laut mempublikasikan hasil-hasil penelitian yang berkenaan dengan segala aspek bidang
Ilmu Kelautan, baik itu dari segi biologi, kimia, fisika, oseanografi, geologi laut, mitigasi bencana,
pencemaran laut, manajemen sumberdaya pesisir dan laut serta pengembangan ilmu di bidang
bioteknologi kelautan.

Cakupan artikel Jurnal Sapa Laut Meliputi :


Bio-ekologi Kelautan, Oseanografi dan Sains Atmosfer, Remote Sensing Kelautan dan GIS,
Bioteknologi Kelautan, Mitigasi Bencana Pesisir dan Adaptasi Perubahan Iklim, Pencemaran Laut
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Ekowisata Bahari.

Alamat :
Sekretariat Elektronik Jurnal
Gedung Kardiyo P. Kardiyo, Lt.2 FPIK-UHO,
Jl. HEA Mokodompit No.1, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu,
Kendari Sulawesi Tenggara 93232
Email: jsapalaut@uho.ac.id
Website: ojs.uho.ac.id/index.php/JSL/index

Dewan Editor

Ketua
La Ode Muhammad Yasir Haya, ST., M.Si, Ph.D

Dewan Editor
Dr. Ir. Muh.Ramli, M.Si
Dr. Baru Sadarun, S.Pi., M.Si,
Ratna Diyah Palupi, ST., M.S
Emiyarti, S.Pi., M.Si
Wa Nurgayah, S.Pi., M.Si
Amadhan Takwir, S.Kel., M.Si

Editor Pelaksana
Subhan, S.Pi., M.Si
A. Ginong Pratikino, ST., M.Si
Muhammad Trial F. Erawan, S.Pi., M.Si
Arwan Arif Rahman, S.Si., M.Si

Mitra Bestari
Prof. Ir. La Sara, M.S., PhD (Universitas Halu Oleo)
Ivonne M. Radjawane, Ph.D (Institut Teknologi Bandung)
Dr. rer. nat. Hawis Madduppa (Institut Pertanian Bogor)
Achmad Fachruddin Syah, S.Pi., M.Si., Ph.D (Universitas Trunojoyo)
Dr. Ahmad Bahar, ST., M.Si (Universitas Hasanuddin)
Dr. Baru Sadarun (Universitas Halu Oleo)
Dr. -Ing. Widodo Setiyo Pranowo, S.T., M.Si (Pusat Riset Kelautan, BRSDM, KKP)
La Ode Muhammad Yasir Haya, S.T., M.Si., Ph.D (Universitas Halu Oleo)
Dr. Najamuddin, S.T., M.Si (Universitas Khairun)
DAFTAR ISI

Halaman

1. KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI GASTROPODA DAN BIVALVIA 75-86


PADA KAWASAN LAMUN DI PANTAI MARINA KECAMATAN WANGI-
WANGI KABUPATEN WAKATOBI
Safirudin, Muhammad Ramli, Wa Nurgayah
2. PENUTUPAN JENIS LAMUN BERDASARKAN TIPE SUBSTRAT DI 87-94
PERAIRAN KELURAHAN WAHA, KABUPATEN WAKATOBI
Hermawati, Ira, A.Ginong Pratikino
3. KEANEKARAGAMANDAN KELIMPAHAN MOLUSKA (GASTROPODA 95-105
DAN BIVALVIA) DI PADANG LAMUN PERAIRAN LAKALIBA,
KABUPATEN BUTON SELATAN
Fitri, Muhammad Ramli, Rahmadani
4. POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN TANJUNG TIRAM 107-113
KONAWE SELATAN
Siti Nening Fadila, Asmadin dan A. Ginong Pratikino
5. KOMPOSISI JENIS DAN KEPADATAN BIVALVIA PADA KAWASAN 115-122
MANGROVE DI PERAIRAN DESA LANGARA BAJO, KECAMATAN
WAWONII BARAT, KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
Alimito, Wa Nurgayah, Ira
6. KONTAMINASI JENIS MIKROPLASTIK PADA TUBUH IKAN TEMBANG 123-129
(SARDINELLA FIMBRIATA) DI PERAIRAN TELUK KENDARI
Hatia, La Sara, Emiyarti
7. KANDUNGAN SENYAWA METABOLIT SEKUNDER PADA IKAN 131-138
BUNTAL (AROTHRON MANILENSIS)
Tresia Sanda Layuk, Ratna Diyah Palupi, Rahmadani
8. STUDI LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE TERHADAP 139-146
KETERSEDIAAN DETRITUS MANGROVE DIDAERAH TELUK KENDARI
Agus Supriyadi, Muhammad Ramli, La Ode Baytul Abidin
9. IDENTIFIKASI ANEMON DI DAERAH TERUMBU KARANG PERAIRAN 147-152
KASWARI, TAMAN NASIONAL WAKATOBI
Amirudin, Ratna Diyah Palupi, Subhan
10. STRUKTUR KOMUNITAS ECHINODERMATA DI PERAIRAN 153-158
INTERTIDAL DESA PATUNO KABUPATEN WAKATOBI
Seli, Emiyarti, La Ode Muhammad Yasir Haya
11. KARATKTERISTIK SEDIMEN BERDASARKAN POLA ARUS DI 159-166
PERAIRAN TELUK KENDARI
Nur Aisah, Asmadin, Amadhan Takwir
Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105 E-ISSN 2503-0396

KEANEKARAGAMANDAN KELIMPAHAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN


BIVALVIA) DI PADANG LAMUN PERAIRAN LAKALIBA,
KABUPATEN BUTON SELATAN

Diversity And Abundance Of Molluscs (Gastropods And Bivalves) In Seagrass Bed


Of Lakaliba Waters, Buton Selatan Regency

Fitri1, Muhammad Ramli1, Rahmadani1


1,Progam Studi Ilmu Kelautan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Uneversitas Halu Oleo.


Jl. HEA Mokodompit Kampus Hijau Bumi Tridharma Andunohu Kendari 93232, Telp/Fax: (0401) 3193782
1*Email : fhitri.ikl096@gmail.com

Diterima: 16 Maret 2021; Disetujui: 3 Mei 2021

Abstrak
Moluska terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas Gastropoda dan Bivalvia. Kelompok filum ini memiliki manfaat ekologis
dan banyak jenisnya yang memiliki nilai ekonomis. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui keanekaragaman dan
kelimpahan gastropoda dan bivalvia di Perairan Lakaliba Kabupaten Buton Selatan, mengetahui persentase tutupan
lamun, serta hubungan keanekaragaman dan kelimpahan dari gastropoda dan bivalvia terhadap persentase tutupan lamun.
Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret 2019 sampai Maret 2020, yang meliputi pengambilan data dan pengolahan
data penelitian. Bahan organik, tekstur substrat, dan DO dianalisa di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan
Perairan FPIK UHO. Keanekaragaman jenis gastropoda yang ditemukan 12 jenis dan keanekaragaman bivalvia yang
ditemukan 6 jenis. Kelimpahan gastropoda berkisar 5,0 ind/m2 - 9,3 ind/m2, dimana kelimpahan tertinggi ditemukan
pada stasiun I. Kelimpahan jenis pada bivalvia berkisar 3,5 ind/m2 - 7,4 ind/m2. Seperti pada gastropoda, kelimpahan
bivalvia tertinggi juga ditemukan pada stasiun I. Persentase tutupan lamun distasiun penelitian berkisar 47,33 % -
58,03%, dimana persentase tutupan lamun tertinggi terdapat di stasiun I. Keanekaragaman dan kelimpahan jenis
grastropoda dan bivalvia tertinggi ditemukan pada daerah lamun dengan tingkat persentase tutupan lamun yang tertinggi.
Hasil pengukuran parameter fisik kimia perairan berada dalam kisaran optimal sesuai dengan standar baku mutu air laut
untuk biota laut.

Kata kunci: Bivalvia, Gastropoda, Lakaliba, Lamun

Abstract
Molluscs are divided into two classes, namely the Gastropods and Bivalves. This group of phyla has ecological benefits
and many species have economic value. The purpose of this study is to determine the diversity and abundance of
gastropods and bivalves in Lakaliba waters, South Buton Regency, to determine the percentage of seagrass cover, and the
relationship between the diversity and abundance of gastropods and bivalves on the percentage of seagrass cover. This
research took place from March 2019 to March 2020, which included data collection and research data processing.
Organic matter, substrate texture, and DO were analyzed at the Laboratory of Productivity and Aquatic Environment of
FPIK UHO. There were 12 species of gastropod diversity and 6 types of bivalves. Gastropod abundance ranged from 5.0
ind / m2 - 9.3 ind / m2, where the highest abundance was found at station I. Species abundance in bivalves ranged from
3.5 ind / m2 - 7.4 ind / m2. As in gastropods, the highest abundance of bivalves was also found at station I. The
percentage of seagrass cover at the research station ranged from 47.33% - 58.03%, where the highest percentage of
seagrass cover was at station I. The highest diversity and abundance of gastropods and bivalves were found in seagrass
areas with the highest percentage of seagrass cover. The results of the measurement of the physical and chemical
parameters of the waters are in the optimal range according to the seawater quality standards for a marine organism.

Keywords: Bivalves, Gastropods, Lakaliba, Seagrass,

Pendahuluan
Ekosistem pesisir merupakan ekosistem bermanfaat. Lamun bisa dikatakan sebagai
yang dinamis dan memiliki kekayaan habitat sumber kehidupan bagi biota laut. Hal ini
yang berlimpah baik didarat maupun di laut dikarenakan banyak hewan laut yang bisa
serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. mendapatkan makanan, tempat tinggal
Lamun merupakan salah satu ekosistem sekaligus tempat berkembang biak dari padang
sumberdaya alam yang ada di laut dan banyak lamun. (Azkab, 1988). Padang lamun juga
diminati oleh biota laut karena sangat memberikan tempat perlindungan dan tempat

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105

menempel berbagai hewan dan tumbuh – pasir.Komunitas padang lamun di pesisir pantai
tumbuhan (alga) (Azkab, 1988). Lakaliba ini memiliki sebaran yang cukup luas,
Daerah padang lamun umumnya sehingga beragam biota laut yang potensial
berasosiasi dengan flora atau fauna akuatik berada di padang lamun terutama gastropoda dan
lainnya seperti alga, meiofauna, moluska, bivalvia. Meskipun lamun di pesisir pantai
echinodermata krustasea dan berbagai ikan. Lakaliba memiliki potensi yang besar, namun
Lamun memiliki keterkaitan salah satunya informasi tentang potensi yang dimiliki
memiliki karakteristik tipe substrat yang sama khususnya kerapatan lamun dan kepadan biota
yang dijadikan sebagai habitat bagi beragam yang berasosiasi dengan lamun masih sangat
organisme. Salah satu organisme yang umum minim dan tidak terinformasi dengan baik.
dijumpai di dasar perairan pada daerah lamun Karena belum didukung oleh penelitian-
adalah bivalvia. Menurut Nybakken (1992), penelitian ilmiah sebelumnya.Sejalan dengan hal
moluska mempunyai penyebaran yang luas, tersebut Wahyuni (2015), mengatakan bahwa
karena memiliki kemampuan adaptasi yang bvalvia merupakan salah satu filum dari moluska
tinggi, sehingga dapat hidup hampir di semua yang digunakan sebagai indikator biologi
tempat yang bermacam-macam (di dasar yang perairan dan memiliki kemampuan beradaptasi
lunak, kerang, padang lamun, atau rumput laut yang cukup tinggi pada berbagai habitat.Selain
dan juga di pantai). Selain itu asosiasi lamun dan itu hidupnya juga relative menetap dengan daur
bivalvia mempunyai keterkaitan yang kuat dalam hidup yang relative lama.Mudah dianalisa dan
siklus makanan. Asosiasi organisme yang prosedur pengambilanya relative mudah serta
menghuni padang lamun membentuk jarring - jumlahnya melimpah. Pemanfaatan yang
jaring makanan yang sangat kompleks, sehingga dilakukan seecara terus menerus namun tidak di
terjadi aliran energi dan siklus materi yang dukung dengan upaya pelestarian akan
sangat kompleks pula (ira dkk, 2013). Serasah menyebabkan penurunan populasi bivalvia
lamun yang terjatuh dan mengendap di dasar dialam bahkan dapat mengalami kepunahan.
perairan akan terurai oleh detritus dan pada Perairan Lakaliba yang terletak di
akhirnya akan kemudian menjadi makanan kecamatan Lapandewa merupakan salah satu
hewan bentik termasuk gastropoda dan bivalvia. wilayah pesisir yang sebagian besar
Kelompok moluska yang umum masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan
ditemukan di padang lamun adalah gastropoda tangkap. Perairan ini dimanfaatkan oleh
dan bivalvia. Gastropoda merupakan golongan masyarakat untuk melakukan aktivitas
yang paling berhasil menduduki berbagai habitat penangkapan. Perairan Lakaliba memiliki
seperti dasar laut, pelagis, perairan tawar dan ekosistem lamun yang cukup luas sehingga pada
darat. Mereka bisa terdapat di daerah pasang perairan ini terdapat banyak organisme yang
surut sekitar batas air tinggi (Wahyuni dkk, berasosiasi dengan lamun, organisme yang
2017). Bivalvia merupakan kelas kedua terbesar berasosiasi dengan lamun salah satunya adalah
dari filum moluska setelah gastropoda. Bivalvia gastropoda dan bivalvi. Perairan ini
termasuk kedalam hewan sesil yang tersebar di dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk
perairan pesisir seperti intertidal, dengan substrat melakukan aktivitas penangkapan yang sangat
lumpur bercampur pasir. Menurut Nybakken aktif yang berhubungan langsung dengan lamun.
(1992), maluska memiliki kemampuan adaptasi Tingginya akvitas manusia dalam pemanfaatan
yang tinggi. Daya adaptasi inilah yang wilayah perairan akan berdampak pada
menyebabkan adanya perbedaan jenis yang penurunan produktivitas organik dari lamun di
terdapat di suatu habitat, pola sebaran beberapa Perairan Lakaliba, sehingga akan berpengaruh
jenis moluska yag dominan dipengaruhi oleh terhadap keanekaragaman dan kelimpahan
substrat tempat hidup, frekuensi serta lama gastropoda dan bivalvia pada daerah perairan ini.
ketergantungan terhadap pasang surut. Aktivitas masyarakat setempat juga
Perairan Lakaliba merupakan salah satu dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap
perairan yang ada di Kabupaten Buton Selatan. persentase tutupan lamun di perairan Lakaliba
Perairan ini memiliki potensi sumber daya hayati Kabupaten Buton Selatan. Oleh karena itu, perlu
yang beragam. Pesisir ini memiliki perairan laut dilakukan penelitian sehingga dapat memenuhi
yang cukup luas yang mana terdapat beberapa kebutuhan informasi tentang keanekaragaman
ekosistem secara umum, baik ekosistem moluska di Perairan Lakaliba Kabupaten Buton
mangrove, maupun lamun. Pesisir ini memiliki Selatan. Berdasarkan penjelasan di atas maka
pantai yang berlumpur bercampur perlu dilakukan penelitian mengenai

Keanekaragamandan Kelimpahan Moluska (Fitri et al.) 96


Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105

“Keanekaragaman danKelimpahan Moluska di Titik koordinat setiap stasiun


padang lamun pada Perairan Lakaliba, pengamatan pada lokasi penelitian diambil
Kabupaten Buton Selatan”. Melalui penelitian berdasarkan aktivitas masyarakat dan
ini, diharapkan informasi tentang keberadaan jenis lamun di Perairan Lakaliba
keanekaragaman dan kelimpahan gastropoda dan dapat dilihat sebagai berikut: Stasiun I, berada
bivalve, persentase tutupan lamun, serta di titik koordinat 5°39’24,32” LS -
hubungan keanekaragaman dan kelimpahan 122°45’26,02’’ BT. Distasiun ini tidak
gastropoda dan bivalvia terhadap persentase terdapat aktivitas masyarakat sehingga
tutupan lamun di Perairan Lakaliba Kabupaten memiliki kerapatan lamun yang sangat padat.
Buton Selatan dapat diketahui. Stasiun II, berada di dekat breakwater
dengan titik koordinat 5°39’37,56” LS -
Bahan dan Metode 122°45’48,40” BT. Di stasiun ini dekat dengan
Penelitian ini telah dilakukan pada pemukiman masyarakat, sehingga memiliki
bulan Maret 2019, berlokasi di Perairan kerapatan lamun yang padat. Stasiun III,
Lakaliba Kabupaten Buton Selatan. Letak berada di dekat dermaga dengan titik koordinat
lokasi stasiun pengamatan ditentukan dengan 5°40’7,42” LS - 122°45’50,22” BT. Di stasiun
melakukan survei lapangan untuk mengetahui ini menjadi tempat wilayah transportasi dan
kondisi lokasi penelitian secara menyeluruh, tempat bersandarnya kapal-kapal nelayan
mengetahui keberadaan moluska di padang sehingga memiliki kerapatan lamun yang
lamun dan menentukan titik stasiun yang sedang.
sesuai untuk pengambilan sampel. Lokasi Pengambilan data lamun dilakukan
yang sesuai untuk titik stasiun ditandai pada setiap stasiun pengamatan di peroleh
koordinatnya menggunakan GPS (Global dengan menggunakan metode transek kuadrat
Positioning System). Berdasarkan survey (Fachrul, 2007). Transek kuadrat yang
pendahuluan yang telah dilakukan, maka dibentangkan tegak lurus dari garis pantai
stasiun penelitian dibagi menjadi tiga stasiun. kearah laut sepanjang 100 m. Masing-masing
Letak ketiga stasiun ini dipilih untuk melihat garis transek diletakkan transek kuadran 1 m2
keanekaragaman jenis lamun dan pola dengan jarak tiap kuadrat 10 m yang
sebarannya yang mewakili seluruh ekosistem diletakkan pada pertama kali lamun
lamun di Perairan Lakaliba. Peta lokasi ditemukan. Pengambilan data di setiap
penelitian selengkapnya disajikan pada stasiunnya dilakukan sebanyak 3 sub stasiun.
Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Perairan Lakaliba

Keanekaragamandan Kelimpahan Moluska (Fitri et al.) 97


Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105

Sampel lamun yang terdapat di dalam box uuntuk menjaga keawetan hingga sampel
kuadran dihitung jumlah perjenisnya bisa dianalisis di laboratorium. Pengukuran
(individu) kemudian sampel lamun salinitas diukur dengan menggunakan alat
dimasukkan ke kantong plastik untuk di Handrefaktometer dengan cara mengambil
identifikasi menggunakan buku identifikasi sampel air laut kemudian meneteskan 1-2 tetes
dan di dokumentasikan. pada kaca Handrefaktometer, kemudian
Pengambilan data moluska dilakukan mengamati dan mencatat hasil yang
dengan menggunakan metode transek kuadrat, ditampilkan pada Handrefaktometer.
dengan cara membentang line transek Pengukuran pH (Derajat keasaman )
sepanjang 100 m secara tegak lurus dari garis dilakukan dengan cara memasukkan sebagian
pantai kearah laut. Masing-masing transek kertas lakmus ke dalam air kurang lebih 30
garis diletakan transek kuadrat ukuran 1 m2 detik, didiamkan sebentar lalu mencocokan
secara zig-zag dengan jarak ukuran kuadrat 10 warna yang dihasilkan dengan pH indikator,
m sebanyak 3 kali ulangan disetiap stasiun kemudian mencatat hasil pengamatan.
penelitian. Pengambilan sampel moluska Pengukuran DO dilakukan dengan
dilakukan saat air surut yang ditemukan mengambil sampel air pada setiap plot dengan
didalam transek 1 m2, kemudian diidentifikasi menggunakan botol berukuran 500 ml,
berdasarkan jenis dan jumlah individu dari mengusahakan tidak terdapat gelembung udara
masing-masing jenis dan yang tertinggal dalam botol sampel.
diamati menggunakan buku identifikasi acuan Memasukan sampel air yang telah diambil ke
Dharma (1988), Dharma (1992), Carpenter dan dalam botol winkler, kemudian menambahkan
Niem (1998), Abbott dan Dance (2000), 2 ml, NaOH dan MnSo4 lalu dihomogenkan,
Setyobudiandi (2010), dan setelah itu didiamkan sebentar hingga terjadi
Syafikri, (2010) lalu didokumentasikan. endapan putih dan berwarna coklat, kemudian
Pengukuran suhu dilakukan yaitu menambahkan 2 ml H2SO4 pekat dikocok
dengan menggunakan Thermometer ke dalam kembali hingga larutan menjadi warna kuning.
air kurang lebih 20 detik, dan didiamkan Mengambil 50 ml larutan dan memasukan
selama 3 menit. Setelah itu mengamati nilai kedalam Erlenmeyer 250 ml, kemudian
yang terdapat pada Thermometer dan menambahkan 3-4 tetes indikator amilum
mencatat hasilnya. Pengukuran kecerahan tunggu beberapa saat sampai berubah menjadi
dilakukan dengan menggunakan secchi disk warna biru. Selanjutnya ditirasi dengan
yang diturunkan secara perlahan ke arah dasar Na2S2O3 yang digunakan menunjukan jumlah
perairan sampai warna hitam pada sechi disk untuk menghitung kadar DO.
tidak terlihat, kemudian tali sechi disk
dinaikkan perlahan sampai warna hitam sechi Analisis Data
disk terlihat. Pada posisi tersebut kemudian Data yang diperoleh dijelaskan secara
mengukur panjang tali secchi disk pada saat deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian,
pengamatan. Pengukuran kecerahan perairan untuk mengetahui data kuantitatif kelimpahan
dilakukan pada setiap stasiun pengamatan. dan keanekaragaman moluska. Persentase
Pengukuran tekstur substra dilakukan tutupan lamun dihitung dengan menggunakan
dengan mengambil sampel substrat rumus (Setyobudiandi, et al., 2009)
menggunakan pipa paralon sedalam 10-15 cm. 𝐶
C= 𝑁𝑖 × 100%
Kemudian dibilas dengan air tawar dan dikerin
Keterangan:
gkan dalam oven dengan suhu 80°C selama 48
C = Persentase penutupan jenis lamun pada
jam. Setelah kering, sedimen diayak dalam
substasiun
saringan bertingkat menggunakan saringan
Ci = Persentase penutupan lamun jenis ke-I
tanah selama ±10 menit. Kemudian masing-
pada tiap plot
masing sedimen yang tersisa pada setiap
N = Jumlah plot transek disetiap substasiun
timbangan saringan ditimbang dengan
Kondisi ekosistem lamun dapat diketahui
menggunakan timbangan “triple balance”.
dengan melihat Persentase tutupan lamun
Sampel bahan organik dilakukan pada
berdasarkan COREMAP-LIPI (2014) Tentang
setiap titik sampling dengan menggunakan
kategori tutupan lamun dan pedoman
ember, kemudian dimasukkan dalam botol
penentuan status padang lamun (Tabel 1).
sampel yang telah dibunkgus dan diberi label.
Sampel kemudian dimasukkan ke dalam ice

Keanekaragamandan Kelimpahan Moluska (Fitri et al.) 98


Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105

Tabel 1. Kategori Tutupan Lamun kandungan bahan organik maka semakin tinggi
Persentase nilai keanekaragaman jenis. Hal ini sesuai
No. Kategori
Penutupan (%) dengan peryataan ira et al., (2018) bahwa
1. 0-25 Jarang keanekaragaman jenis moluska di suatu habitat
2. 26-50 Sedang sangat bergantung pada kemampuannya untuk
3. 51-75 Padat beradaptasi terhadap kondisi lokal, ketersedian
4. 76-100 Sangat Padat sumber makanan dan keragaman habitat didalam
Sumber: COREMAP-LIPI, 2014. suatu kawasan perairan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
Data keanekaragaman dianalisis secara 3 stasiun memiliki substrat yang berbeda.
deskriptif dengan menggunakan buku Dimana untuk stasiun I berupa lumpur berpasir,
identifikasi moluska Dharma (1992), stasiun II berupa lumpur, dan stasiun III lumpur
Carpenter dan Niem (1998), Abbott dan Dance berpasir. Penelitian gastropoda oleh ira, dkk
(2000), Setyobudiandi (2010) (Syafikri, 2010) (2015) di daerah intertidal Morindino, Buton
sebagai sumber bahan pustaka. Utara, spesies gastropoda terbanyak ditemukan
Kelimpahan individu dapat dihitung didaerah pantai berbatu jika dibandingkan
menggunakan rumus (Brower & Zar, 1998) dengan daerah pantai berpasir. Hal ini
sebagai berikut : memperlihatkan bahwa gastropoda memiliki
Xi kemampuan beradaptasi yang baik pada kondisi
A = ni
substrat yang beragam. Gastropoda mempunyai
Keterangan: kemampuan beradaptasi baik dengan lingkungan
A = Kelimpahan individu ke-i (ind/m2) dengan cara merayap atau berjalan dan
Xi = Jumlah individu ke-i merekatkan badanya pada substrat. Gastropoda
ni = Luas plot jenis ke-i (m2) juga memiliki daya tahan tubuh dan adaptasi
cangkang baik, sehingga mampu bertahan hidup
Hasil dan pembahasan. dibandingkan kelas lainnya. Gastropoda yang
Berdasarkan hasil penelitian, mendiami pasang surut mengalami adaptasi
keanekaragaman jenis gastropoda yang terhadap serangan ombak dengan cara
ditemukan pada setiap stasiun penelitian mempertebal cangkangnya. Gastropoda yang
sebanyak 12 jenis yaitu Strombus sp., Oliva sp., ditemukan hampir semuanya memiliki cangkang
Trocus niloticus linne , Terebralia palustris, yang tebal, sehingga mampu tertahan terhadap
Mitra episcopalis, Lobatus raninus, Nassarius serangan ombak dengan cara meletakkan dirinya
coronatus, Uberella Vitrea, Canarium urceus, pada substrat (Istiqlal dkk, 2013).
Canarium labiatum, Gibberulus albus, Vexillum Kelimpahan jenis gastropoda dan jenis
gruneri reeve. Sebaran keanekaragaman jenis bivalvia yang ditemukan pada setiap stasiun
gastropoda dapat dilihat dilihat pada Tabel 2. penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.
Keanekaragaman jenis bivalvia yang ditemukan Hasil kelimpahan gastropoda dan bivalvia dari
pada setiap stasiun penelitian sebanyak 6 jenis ketiga stasiun penelitian yaitu, stasiun I dengan
yaitu Atrina vexillum, Anadara sp., Phapia sp., nilai 9,3 ind/m2, stasiun II dengan nilai 6,3
Chama reflexa, Gafrarium pectinatum, ind/m2, dan stasiun III 5,0 ind/m2. Kelimpahan
Polymesoda erosa. Sebaran keanekaragaman gastropoda dan bivalvia tertinggi terdapat pada
jenis gastropoda dapat dilihat dilihat pada Tabel staasiun I yaitu, gastropoda dengan nilai 9,3
3. ind/m2, dan bivalvia dengan nilai 7,4 ind/m2
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dikarenakan pada stasiun I memiki kondisi
keanekaragaman jenis gastropoda dan bivalvia perairan yang baik dan merupakan kawasan
dari stasiun I, stasiun II, dan stasiun III. lamun yang mana memberikan sumbangan
Keanekaragaman jenis gastropoda tertinggi bahan organic ke perairan serta tidak adanya
terdapat pada stasiun I dengan nilai 12 jenis dan aktivitas masyarakat yang mempengaruhi. Selain
keanekargaman jenis bivalvia tertinggi pada itu kelimpahan gastropoda dan bivalvia tinggi
stasiun I dengan nilai 6 jenis. Karena pada yang di dukung dengan persentase tutupan
stasiun ini memiliki persen tutupan lamun yang lamun dengan kategori sangat padat dengan nilai
padat dengan nilai 58.03% serta memiliki tipe 58,03% dibanding dengan stasiun lainnya.
substrat lumpur berpasir. Berdasarkan hasil Dengan didukung oleh keberadaan lamun yang
analisis spesies moluska yang ditemukan bahwa menjadi habitat bagi gastropoda untuk hidup dan
semakin tinggi nilai persen tutupan lamun serta berkembang.

Keanekaragamandan Kelimpahan Moluska (Fitri et al.) 99


Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105

Tabel 2. Hasil Keanekaragaman Jenis Gastropoda


Spesies Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Strombus sp. + + +
Oliva sp. + + +
Trocus niloticus linne + + +
Terebralia palustris + + +
Mitra episcopalis + + +
Lobatus raninus + + +
Nassarius coronatus + + +
Uberella vitrea + + +
Canarium urceus + + -
Canarium labiatum + - +
Gibberulus albus + - +
Vexillum gruneri reeve + - -
Total 12 9 10
Keterangan: ( + ) = Ada; ( - ) = Tidak ada

Tabel 3. Hasil Keanekaragaman Jenis Bivalvia


Spesies Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Atrina vexillum + + -
Anadara sp. + + -
Phapia sp. + + +
Chama reflexa + + +
Gafrarium pectinatum + + +
Polymesoda erosa + + -
Total 6 6 3
Keterangan: ( + ) = Ada; ( - ) = Tidak ada

Tabel 4. Kelimpahan Jenis Organisme Gastropoda


Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Spesies
(ind/m2) (ind/m2) (ind/m2)
Strombus sp. 0,2 1,3 0,7
Oliva sp. 1,4 1,2 0,6
Trocus niloticus linne 0,4 1,1 0,3
Terebralia palustris 1,2 0,7 0,2
Mitra episcopalis 1,3 0,8 0,5
Lobatus raninus 0,7 0,3 0,3
Nassarius coronatus 1 0,5 0,3
Uberella vitrea 0,7 0,4 1,6
Canarium urceus 0,3 5 0
Canarium labiatum 0,5 0 0,2
Gibberulus albus 0,8 0 0,3
Vexillum gruneri reeve 0,8 0 0
Total 9,3 6,3 5,0

Tingginya nilai persentase tutupan menjadi lebih tenang sehingga partikel-partikel


lamun dapat memberikan perlindungan yang mineral maupun organic yang tersisa
memungkinkan gastropoda dan bivalvia untuk diperairan dengan mudah mengendap didaerah
medapatkan tempat yang aman, memberikan padang lamun, menjadikan padang lamun
ketersediaan bahan makanan, dan merupakan lingkungan yang sangat baik untuk
perlindungan terhadap pemangsa. Vegetasi kehidupan gastropoda dan bivavia.
yang lebat tersebut dapat menenangkan Rendahnya nilai kelimpahan gastropoda
getaran air yang ditimbulkan oleh arus dan dan bivalvia pada stasiun II dan III dengan
gelombang yang menyebabkan perairan sekitar nilai 5,0 ind/m2dan 3,5 ind/m2 diduga karena

Keanekaragamandan Kelimpahan Moluska (Fitri et al.) 100


Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105

kondisi lingkungan perairan yang kurang baik, pada stasiun ini dekat dengan pemukiman
selain itu aktivitas manusia yang sering masyarakat, dan menjadi tempat wilayah
melakukan penangkapan, dekat dengan transportasi dan tempat bersandarnya kapal-
pemukiman masyarakat, serta menjadi tempat kapal nelayan. Sehinga jumlah persentase
wilayah transportasi dan tempat bersandarnya tutupan lamun yang ditemukan lebih sedikit.
kapal-kapal nelayan, ini menjadi salah satu Menurut Dahuri et al., (2004) bahwa luas
faktor yang menyebabkan terhambatnya proses persentase tutupan lamun dapat dipegaruhi
fotosintesis pada lamun yang akan ketersedian nutrient pada substrat yang tidak
mempengaruhi kelimpahan gastropoda dan merata sehingga lamun hanya tumbuh pada
bivalvia. titik tertentu. Kondisi stasiun I tergolong
Selain itu rendahnya persentase tutupan sehat/kaya, sedangkan stasiun II dan III
lamun pada stasiun II dan III juga tergolong kurang sehat/kurang kaya. Hal in
menyebabkan kelimpahan gastropoda dan sesuai dengan KEPMEN-LH Nomor 200 tahun
bivalvia rendah. Hal ini dikarenakan kerapatan 2004 yang menyatakan bahwa kondisi
lamun yang sedikit kurang memberikan ekosistem lamun yang sehat/kaya memiliki
perlindungan bagi epifauna karena tidak persen tutupan ≥60%, kurang sehat/kurang
memiliki daun yang rimbun untuk kaya 30-59.9%.
menenangkan perairan dari arus dan Hubungan persentase tutupan lamun dan
gelombang yang besar. Hal ini sesuai dengan keanekaragaman gastropoda dan bivalvia
pernyataan Krebs dalam Suryono (2013), ditunjukan dari karakteristik tipe substrat
kerapatan lamun yang rendah mengakibatkan berpasir yang dijadikan sebagai habitat lamun.
gastropoda dan bivalvia tidak terlindung dari Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat
predator serta ketersediaan makanan yang Nurzahraeni (2014) bahwa lamun dapat
cukup. tumbuh dan berkembang biak dengan baik
Berdasarkan hasil penelitian di Perairan pada substrat pasir, dimana dengan jenis
Lakaliba terdapat enam jenis lamun yaitu, E. substrat berpasir tersebut menjadi sumber
acoroides, T. hemprichi, H. pinifolia, H. makanan bagi lamun. Sari et al., (2018)
ovalis, C. Rotundata, dan C. Serrulata, menyatakan bahwa tipe substrat berpasir dapat
adapun jumlah jenis lamun yang ditemukan mempermudah gastropoda dan bivalvia dalam
pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat mendapatkan suplai nutrisi dan air yang
pada Tabel 6. Jenis lamun yang dominan diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
keberadaannya yaitu jenis lamun E. acoroides Hubungan persentase tutupan lamun dan
dengan persentase tutupan sebesar 33.83% keanekaragaman gastropoda dan bivalvia yang
pada stasiun II, sedangkan jenis lamun C. ditunjukkan pada Tabel 3 persentase tutupan
rotundata memiliki persentase tutupan lamun dengan kategori padat berada pada
terendah sebesar 2.17% pada stasiun III. Nilai stasiun I dengan nilai persentase tutupan
persentasi tutupan lamun distasiun penelitian sebesar 58.03%. Persentase tutupan lamun
berkisar 47,33 % - 58,03%. Stasiun I dengan padat dapat mempengaruhi tingginya nilai
nilai tutupan persentasi 58.03%, Stasiun II keanekaragaman dan kelimpahan moluska.
dengan nilai tutupan 47.33% dan Stasiun III Tingginya nilai kelimpahan gastropoda dan
dengan nilai tutupan 49.83%. bivalvia terdapat pada stasiun I, karena pada
Persentase tutupan lamun berdasarkan stasiun ini didukung oleh keberadaan lamun
COREMAP-LIPI 2014, bahwa pada stasiun I yang menjadi habitat bagi moluska untuk
memiliki persen tutupan lamun dengan hidup dan berkembang. Hal ini sesuai dengan
kategori padat yaitu 51-75%, Stasiun I pernyataan Nontji (2005), yang menyatakan
memiliki persentase tutupan lamun padat bahwa padang lamun merupakan salah satu
karena pada stasiun ini tidak terdapat aktivitas ekosistem yang memiliki produktivitas organik
masyarakat. Persentase tutupan lamun padat tinggi dengan keanekaragaman biota laut
dapat mempengaruhi pergerakan gastropoda, diantaranya adalah gastropoda. Gastropoda
karena semakin besar persentase tutupan dan bivalviaini diketahui berasosiasi dengan
lamun, moluska yang ditemukan spesiesnya baik terhadap ekosistem lamun dengan
akan semakin banyak dan sebaliknya. stasiun memanfaatkan daun lamun yang jatuh dan
II dan III jenis persentase tutupan lamun sama mensirkulasi zat-zat yang tersuspensi di dalam
dengan kategori sedang yaitu 26-50%, karena air guna mendapatkan makanan.

Keanekaragamandan Kelimpahan Moluska (Fitri et al.) 101


Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105

Tabel 5. Kelimpahan Jenis Organisme Bivalvia


Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Spesies
(ind/m2) (ind/m2) (ind/m2)
Atrina vexillum 1,4 1,1 0
Anadara sp. 0,7 0,8 0
Phapia sp. 2,1 2 0,6
Chama reflexa 1,1 0,9 1,6
Gafrarium pectinatum 0,7 0,2 1,3
Polymesoda erosa 1,4 0,2 0
Total 7,4 5,2 3,5

Tabel 6. Hasil Persentase Tutupan Lamun


Persentase Penutupan Lamun (%)
No. Jenis Lamun
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
1. Enhalus acoroides 22.17 33.83 0
2. Thallasia hemprichii 30.7 0 0
3. Halodule pinifolia 5.17 8.3 14.13
4. Helophila ovalis 0 5.17 8.9
5. Cymodocea rotundata 0 0 2.17
6. Cymojdocea serrulata 0 0 24.63
Total 58.03 47.33 49.83

Pengukuran parameter lingkungan ini keruh (25-100), perairan sedikit keruh (100-
dilakukan sebagai data penunjang dalam 500), dan perairan jernih (>500%). Perairan
menganalisis hasil pengambilan data dimana yang sedikit keruh juga mempengaruhi
parameter lingkungan tersebut memiliki keberadaan gastropoda didalamnya karena bisa
keterkaitan dalam proses pertumbuhan mengurangi kadar oksigen di dalamnya
ekosistem laut, terutama lamun. Pengukuran sehingga bisa mempengaruhi pertumbuhan dan
parameter lingkungan yang digunakan dalam perkembangan organisme tersebut.
penelitian ini diantaranya suhu, kecerahan, Kecepatan arus Perairan Lakaliba
kecepatan arus, substrat, bahan organik, berkisar 0.01-0.03 m/det, nilai tersebut
salinitas, pH, dan DO. menunjukkan bahwa kecepatan arus di
Hasil pengamatan menunjukkan suhu perairan ini masih dalam kisaran yang baik
pada ketiga lokasi pengamatan relatif tidak untuk kehidupan lamun. Hal ini sesuai dengan
berbeda jauh yakni berkisar 29-31°C, rentang Hasanah (2014) bahwa kecepatan arus 0.01-
suhu pada lokasi penelitian tersebut dapat 0.10 merupakan kecepatan arus yang baik
mendukung kehidupan gastropoda dimana untuk pertumbuhan lamun.
menurut Wijayanti dalam Budiman (2015) Jenis substrat yang diperoleh didominasi
bahwa suhu yang baik untuk pertumbuhan oleh pasir. Substrat pada stasiun penelitian
hewan makrobenthos berkisar antara 25-31°C. merupakan substrat yang baik untuk
Berdasarkan kondisi tersebut kondisi suhu gastropoda. Hal ini sesuai dengan pendapat
masih layak untuk kehidupan gastropoda Sianu (2014) yang menyatakan bahwa
karena masih sesuai pada kisaran optimal yang organisme hewan makrobentos khususnya
ditentukan. gastropoda umumnya dijumpai pada pantai
Hasil pengukuran kecerahan 100% berpasir karena tipe substrat berpasir akan
disetiap stasiun. Kecerahan mempunyai kaitan memudahkan gastropoda untuk mendapatkan
erat dengan hasil fotosintesis, yang secara suplai nutrisi dalam air yang diperlukan untuk
tidak langsung mempengaruhi keberadaan kelangsungan hidupnya. Tipe substrat berpasir
gastropoda diperairan. Nilai kecerahan yang juga akan memudahkan menyaring makanan
rata-rata 100% bisa mencerminkan kondisi yang diperlukan dibandingkan dengan tipe
perairan Lakaliba masih mendukung kondisi substrat berlumpur.
biota laut. Menurut Munarto (2010), kondisi Nilai bahan organik tidak berbeda jauh
perairan dapat dibagi atas 3 kategori tiap stasiun dimana yang paling tinggi terdapat
berdasarkan nilai kecerahan, yaitu perairan pada stasiun I (1,445 %) dan terendah terdapat

Keanekaragamandan Kelimpahan Moluska (Fitri et al.) 102


Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105

pada stasiun III (1,219 %). Pada stasiun I nilai LH nomor 51 tahun 2004 (> 5 mg/L).
kandungan bahan organik tinggi diduga Sedangkan terendah terdapat pada stasiun II
karenaletak stasiun I merupakan kawasan jauh berkisar 5.7 mg/L, hal ini diduga karena
dengan aktivitas masyarakat, pada lokasi ini adanya sisa pembuangan minyak dari kapal-
juga bisa disebabkan oleh serasah lamun yang kapal yang bersandar di tepi pantai sekitar
jatuh ke dasar perairan dalam kurun waktu stasiun II, Walaupun pengukuran oksigen
yang cukup lama, kemudian didekomposisikan terlarut pada stasiun II rendah, tetapi kondisi
lebih lanjut oleh mikroorganisme dan ini masih layak untuk kehidupan gastropoda.
menghasilkan nutrien untuk Hal ini didukung pendapat menurut
perkembangbiakan lamun. Dengan adanya Romimohtarto dan Juwana dalam Sari (2006)
aktivitas ini yang menghasilkan bahan organik, menyatakan bahwa perairan laut yang
maka gastropoda memanfaatkan untuk mengandung kadar oksigen sebesar 5.7 mg/L
mendapat makanan. Hal ini sesuai dengan sangat baik bagi organisme laut, seperti
pendapat Istiqlal (2013) yang menyatakan moluska. Sedangkan kadar minimum yang
bahwa kompleksitas ekosistem padang lamun masih dapat ditolerir adalah sebesar 4 mg/L.
serta melimpahnya makanan berupa endapan
materi organik dari lamun yang telah Simpulan
membusuk yang berasal dari patahan-patahan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
daun tumbuhan. dilakukan di Perairan Lakaliba dapat
Salinitas yang diperoleh pada setiap disimpulkan bahwa keanekaragaman moluska
stasiun di perairan Lakaliba memiliki kadar (gastropoda dan bivalvia) yang ditemukan
yang berbeda dimana Stasiun I dan Stasiun III diperairan Lakaliba 12 jenis gastropoda dan 6
sama yaitu 30‰ (Tabel 12), sedangkan jenis bivalvia. Kelimpahan jenis gastropoda
salinitas terendah terdapat Stasiun II yaitu berkisar 5,0 ind/m2 - 9,3 ind/m2, sedangkan
25‰ karena di stasiun ini dekat dengan kelimpahan jenis untuk bivalvia berkisar nilai
pemukiman warga. Hal ini disebabkan 3,5 ind/m2 - 7,4 ind/m2. Persentase tutupan
sampling dilakukan pada saat kondisi cuaca lamun berkisar 47,33 % - 58,03%, dimana
hujan serta ketika surut terjadi sehingga hasil termasuk dalam 2 kelompok kategori yaitu
salinitas yang didapat tinggi. Hal ini didukung kategori padat (58.03%) dan kategori sedang
oleh pendapat Sari (2006) yang menyatakan persentase tutupan lamun dengan nilai
bahwa nilai salinitas paling tinggi dijumpai (47.33% dan 49,83%). Keanekaragaman dan
ketika surut terendah terjadi, dimana hal ini kelimpahan jenis grastropoda dan bivalvia
dipengaruhi oleh adanya penguapan yang tertinggi ditemukan pada daerah padang lamun
menyebabkan berkurangnya volume air dan dengan tingkat persentase penutupan lamun
meningkatnya salinitas perairan. Menurut yang tertinggi.
Mentungun et al., (2011), bahwa kisaran
salinitas bagi kehidupan makrozoobentos Daftar Pustaka.
adalah berkisar 25-40‰. Jika dibandingkan Abbott, R. T. dan Dance, S. P. 2000.
dengan baku mutu menurut KEPMEN-LH Compendium of Seashells. 8th Printing.
nomor 51 tahun 2004 sudah sesuai standar Odyssey Publishing. China.
baku mutu yaitu berkisar 33-34‰. Azkab, M. H. 2000. Produktivitas di Lamun.
Nilai pH di perairan Lakaliba normal Oseana, 25(1): 1-11
yaitu 7. Hal ini sesuai dengan pendapat Brower J. E., dan Zar, J. H. 1998. Field and
Hasniar et al., (2011) yang menyatakan bahwa Laboratory Methods ForEcology. The
sebagian besar gastropoda dapat hidup pada Mcgraw-Hill Companies. Zaeland:
perairan dengan pH berkisar 5-9. Jika Jakarta.
dibandingkandengan baku mutu menurut Budiman, R. R.2015 Struktur Komunitas
KEPMEN-LH nomor 51 tahun 2004, nilai pH Gastropoda di ekosistem Lamun
di perairan Lakaliba telah sesuai standar baku Perairan Desa Busung Kabupaten Bitan.
mutu yaitu berkisar 7-8,5. Jurnal Penelitian. Jurusan ilmu kelautan.
Hasil pengukuran oksigen terlarut di FPIK UMRAH. Tanjung Piang.
perairan Lakaliba tertinggi terdapat pada Carpenter, K. E. dan Niem, V. H. 1998 .FAO.
stasiun III berkisar antara 6.6 mg/L. nilai Species Identification Guidie for Fishery
kandungan oksigen terlarut tersebut termasuk Purposes. The Living Marine
dalam standar baku mutu menurut KEPMEN- Resourcesof the Wastern Central Pacific

Keanekaragamandan Kelimpahan Moluska (Fitri et al.) 103


Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105

Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Pedoman Penentuan Status Padang


Holothurians, and Sharks. Lamun. Jakarta.
COREMAP-LIPI. 2014. Panduan Monitoring KEPMENLH. 2004. Keputusan Menteri
Padang Lamun. Pusat Penelitian Negara Kependudukan dan Lingkungan
Oseanografi LIPI, Jakarta. Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku
Dahuri, R. 2004. Keanekaragaman Hayati Laut Mutu Air Laut. Sekretariat Negara,
Aset Pembangunan Berkelanjutan Jakarta.
Indonesia. Gramedia Pustaka 1ama. Mentungun, J., Juliana dan M.Y. Beruatjaan.
Jakarta. 2011. Kelimpahan Gastropoda pada
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia Habitat Lamundi Perairan Teluk Maluku
I. PT. Sarana Graha. Jakarta. Tenggara. Prosiding Seminar Nasional:
__________1992. Siput dan Kerang Indonesia Pengembangan Pulau-Pulau Kecil 2011.
II. PT. Sarana Graha. Jakarta. ISBN: 978-602-98439-2-7. Hal : 225-
__________2005. Recent dan Fossil Indonesia 231.
Shell. Conchbooks. Germany. Munarto. 2010. Studi Komunitas di Sittu
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Salam Kampus Universitas Depok.
Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Hasanah. 2014. Efek Umur Semaian Lamun Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan.
Enhalus Acoroides Terhadap Jakarta.
Pertumbuhan dan Sintasannya Saat Nurzahraeni. 2014. Keragaman Jenis dan
ditanam di Pulau Barranglompo. Kondisi Padang Lamun di Perairan
Skripsi. Makassar. Pulau Panjang Kepulauan Derawana
Hasniar, M. Litaay dan D. Priosambodo. 2013. Kalimantan Timur. Skripsi. Jurusan
Biodiversitas Gastropoda di Padang Ilmu Kelautan. Fakultas Kelautan dan
Lamun Perairan Mara’bombang Perikanan. Universitas Hasanuddin.
kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Makassar.
Selatan. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu
dan Perikanan). ISSN: 0853-4489. 23 Pendekatan Ekologis. Eidmen, M. et al.
(3): 127-136. (penterjemah). Sukardjo. PT. Gramedia
Ira, D. Oetama, dan J. Juliati. 2013. Pustaka Utama. Jakarta. 459 hlm.
Kerapatan dan Penutupan Lamun Pada Odum, E. P. 1993. Fundamental Of Ecology.
Daerah Tanggul Pemecah Ombak di Gajahmada University Pres.
Perairan Desa Terebino Propinsi Yogyakarta.
Sulawesi Tengah. Jurnal AquaSains. Sari, Debby, P., Lestari, F., dan Kurniawan, D.
Vol. 2 No.1. 88-96. 2018. Hubungan Kerapatan Lamun
Ira, N. Irawati, Rahmadani, 2015. dengan Kepadatan Bivalvia di Perairan
Keanekaragaman dan Kepadatan Desa Pengudang Kabupaten Nintan.
Gastropoda di Perairan Desa Morindino Skripsi. Program Studi Manajemen
Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Sumberdaya Perairan. Fakultas Ilmu
Utara. Jurnal AquaSains. Vol. 3 nomor Kelautan dan Perikanan. Universitas
2. 265-272. Maritim Raja Ali Haji.
Istiqlal, B. A., D. S. Yusup, and N. M. Setyobudiandi I, Yulianda F, Juariah U,
Suartini. 2013. Distribusi Horizontal Abukenan SL. Amiluddin NM dan
Moluska di Kawasan Padang Lamun Bahtiar. 2010. Gastropoda dan
Pantai Merta Segera Sanur. Denpasar. Bivalvia: Biota Laut - Mollusca
Jurnal Biologi. Vol. 8(4): 10-14 Indonesia. STP Hatta - Sjahrir. Banda
Istiqlal, B. A., D. S. Yusup, and N. M. Naira.
Suartini. 2013. Distribusi Horizontal Sianu, N. E. 2014. Keanekaragaman dan
Moluska di Kawasan Padang Lamun Asosiasi Gastopoda Dengan Ekosistem
Pantai Merta Segera Sanur. Denpasar. lamun di Perairan Teluk Tomini Sekitar
Jurnal Biologi. Vol. 8(4): 10-14 Desa Tabulo Selatan Kecamatan
KEPMENLH. 2004. Daftar Peraturan Mananggu Provinsi Gorontalo. Artikel.
Perundangan Lingkungan Hidup: Jurusan Manajemen Sumberdaya
KepMen LH Nomor 200 Tahun 2004 Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Kelautan. Universitas Negeri Gorontalo.

Keanekaragamandan Kelimpahan Moluska (Fitri et al.) 104


Sapa Laut Mei 2021. Vol.6(2): 95-105

Suryono CA, Dinar Ayu BA, dan Raden A.


2013. Studi Kelimpahan Gastropoda di
Bagian Timur Perairan Semarang.
UNDIP. Semarang. Journal Of Marine
Research, hal 56-65. http://ejourna S1.
undip.ac.id/index.php/jmr.
Syafikri. D. 2010. Kajian Potensi dan
Pengelolaan Kekerangan di Perairan
Pulau Saringi Kabupaten Sumbawa.
Thesis. Program Magister Manajemen
Sumberdaya Pantai Universitas.
Diponegoro Semarang. 247 hal.
Wahyuni, I., Sari, I. J. dan Ekanara, B. 2017.
Biodiversitas Mollusca (Gastropoda dan
Bivalvia) Sebagai Bioindikator Kualitas
Perairan Di Kawasan Pesisir Pulau
Tunda. Jurnal Biodidaktika. Vol. 12(2):
46-48.
Wahyuni, S. 2015. Jenis-jenis Moluska
(Gastropoda dan Bivalvia) Pada
Ekosistem Mangrove di Desa Dedap
Kecamatan Tasiputripuyu Kabupaten
Kepulauan Meranti Riau.E-Journal
Mahasiswa Prodi Biologi. 13(2): 1-15.

Keanekaragamandan Kelimpahan Moluska (Fitri et al.) 105

Anda mungkin juga menyukai