JAWABAN !
1.Zona Air Tawar Terletak dekat dengan sumber air tawar dari sungai. Salinitasnya
paling rendah hingga tidak ada pengaruh salinitas dari laut karena pengaruh dominan air
tawar dari sungai.
2.Zona Peralihan/air payau: Merupakan wilayah pertemuan antara zona air tawar dan
zona air asin. Salinitas di zona ini lebih tinggi daripada zona air tawar tetapi lebih
rendah dari pada zona air asin biasanya salinitas pada perairan ini mencapai 15 ppm.
Menjadi daerah yang sangat produktif karena menciptakan kondisi yang sesuai untuk
keberagaman hayati tempatnya para produsen 1.
3.Zona Air Asin: Terletak di laut. Salinitasnya lebih tinggi karena pengaruh air asin
dari laut salinitas umum pada perairan laut mencapai 28 hingga 35 ppm.
Hubungan dengan Produktivitas Hayati Estuaria:
1.Nutrien dan Sedimen: Air tawar dari sungai membawa nutrien dan sedimen yang
kaya ke zona peralihan/air payau, yang sangat mendukung pertumbuhan plankton dan
organisme lain di zona peralihan/air payau.
2.Salinitas: Tingkat salinitas air laut dapat bervariasi akibat pengaruh pasang-surut,
curah hujan, dan sirkulasi air. Beberapa organisme memiliki toleransi salinitas yang
lebih baik daripada yang lain, mempengaruhi keberagaman spesies di ekosistem pantai
berbatu.
5.Kondisi Substrat Batuan: Jenis dan bentuk substrat batuan, seperti karang atau
bebatuan lainnya, memengaruhi jenis organisme yang dapat hidup di suatu wilayah.
2.Fauna: Adaptasi Terhadap Gelombang dan Arus Laut: Hewan seperti moluska,
krustasea, dan jenis teritip memiliki cangkang yang kuat atau cangkang yang menempel
pada substrat untuk melindungi diri dari gelombang dan arus laut dan juga pada jenis
kerang ada yang sudah memodifikasi bentuk cangkangnya agar pada saat terkena
gelombang dan arus tidak terseret. Adaptasi Terhadap Perubahan Suhu: Hewan
memiliki kemampuan untuk berpindah tempat atau mengubah aktivitas mereka untuk
mengatasi perubahan suhu.
3.Adaptasi Terhadap Ketersediaan Makanan: Organisme memiliki adaptasi perilaku
atau fisik untuk memanfaatkan sumber daya makanan yang bervariasi di lingkungan
pantai berbatu.
Ekosistem pesisir membentuk suatu jaringan yang kompleks dan saling terkait,
melibatkan terumbu karang, lamun, dan mangrove dalam hubungan fungsional yang
penting. Terumbu karang, dengan struktur fisiknya yang unik, memberikan habitat yang
subur dan aman bagi berbagai organisme laut. Lamun, tumbuhan laut yang tumbuh di
dasar laut, menyediakan tempat berkembang biak untuk ikan dan invertebrata, sambil
membantu menjaga kualitas air dengan menangkap sedimen dan nutrien. Di sisi lain,
mangrove, hutan bakau yang tumbuh di daerah pasang-surut, memberikan perlindungan
pesisir dari abrasi dan gelombang laut, sekaligus menyediakan habitat vital bagi banyak
spesies ikan dan burung. Keterkaitan ini menciptakan kesatuan ekologis yang
memberikan manfaat penting bagi lingkungan dan manusia. Perlindungan pesisir dari
badai, sumber daya perikanan yang melimpah, siklus nutrien yang seimbang, dan
kontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan karbon adalah
beberapa dari banyak manfaat yang diperoleh dari interaksi harmonis antara ketiga
ekosistem pesisir ini. Oleh karena itu, pemahaman dan pengelolaan yang berkelanjutan
dari ketiga ekosistem ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam
dan keseimbangan ekosistem pesisir.
4.Penyaringan Air: Lamun dan mangrove berperan dalam menyaring air dari limbah
dan polutan, meningkatkan kualitas air di wilayah pesisir.
5.Makanan dan Sumber Daya: Ekosistem pesisir memberikan sumber daya makanan
bagi komunitas manusia, seperti ikan dan hasil tangkapan lainnya. Terumbu karang dan
mangrove juga memberikan sumber daya seperti kayu bakau dan hasil perikanan.
1.Suhu Air: Faktor hidro-oseanografis yang pertama adalah suhu air. Suhu air
memainkan peran penting dalam penyebaran dan pertumbuhan rumput laut. Setiap
spesies rumput laut memiliki rentang suhu yang optimal untuk pertumbuhannya, dan
fluktuasi suhu di luar rentang ini dapat secara signifikan mempengaruhi proses
fotosintesis dan pertumbuhan rumput laut.
3. Intensitas Cahaya: Terkait erat dengan kedalaman air, intensitas cahaya adalah
faktor penting yang memengaruhi pertumbuhan rumput laut. Jika intensitas cahaya
kurang, misalnya karena air keruh atau adanya tumbuhan lain yang menaungi, rumput
laut mungkin mengalami hambatan dalam melakukan fotosintesis.
4. Arus Laut: Arus laut menjadi faktor pembatas berikutnya. Arus laut dapat
mempengaruhi penyebaran spora rumput laut, distribusi nutrien, dan transportasi bibit.
Arus yang terlalu kuat dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan rumput laut atau
menyulitkan proses reproduksi dan penyebarannya.
6. Salinitas: Salinitas air adalah faktor penting lainnya. Rumput laut memiliki toleransi
salinitas tertentu, dan fluktuasi salinitas yang ekstrem dapat memengaruhi kesehatan dan
pertumbuhan mereka. Perubahan salinitas dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti
curah hujan, pengaruh sungai, atau penguapan.
7. Oksigen Terlarut: Kandungan oksigen terlarut dalam air juga memainkan peran
krusial. Oksigen diperlukan untuk respirasi dan metabolisme rumput laut. Jika kadar
oksigen terlarut rendah, dapat membatasi pertumbuhan dan kelangsungan hidup rumput
laut.