Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

Tahun Akademik 2023/2024

Mata Kuliah : Ekologi Laut Tropis Nama : I Made Aditya


Hari/Tanggal : Kamis, 16 November 2022 Putra
Dikumpulkan : Jumat, 17 November 2022 NPM : E1I022019
Tempat : Take home TandaTangan :

1. Penzonasian ekosistem estuaria berdasarkan sebaran salinitas, dan jelaskan


hubungannya dengan produktifitas hayati estuaria?

2. Jelaskan faktor-faktor fisika-kimiawi lingkungan yang berpengaruh


terhadap keanekaragaman hayati ekosistem Pantai berbatu. Jelaskan pula
bentuk-bentuk adaptasi flora dan fauna terhadap variasi kondisi lingkungan di
ekosistem Pantai berbatu?

3. jelaskan keterkaitan fungsional a n t a r e k o s i s t e m p e s i s i r , t e r u m b u


a r a n g , lamun dan mangrove, serta manfaat penting ketiga ekosistem
tersebut?

4. Jelaskan faktor-faktor hidro-oseanografis yang menjadi faktor pembatas


dalam penyebaran dan pertumbuhan rumput laut?
SELAMAT MENGERJAKAN
Note.
- Jawaban minimal 8 halaman A4 spasi 1.5, page set up 3, 3, 3, 3 huruf
TMS 12
- Tidak diperkenankan menyontek dan atau copy paste dari sumber
manapun
- Apabila ada indikasi kesamaan jawaban, tidak akan dikoreksi serta
dinilai

JAWABAN !

1. Penzonasian Ekosistem Estuaria Berdasarkan Sebaran Salinitas dan


Hubungannya dengan Produktivitas Hayati Estuaria yaitu:

Penzonasian ekosistem estuaria berdasarkan pada pembagian wilayah estuaria menjadi


zona-zona yang memiliki tingkat salinitas yang berbeda. Estuaria, sebagai perpaduan air
tawar dan air asin dari laut. Zona ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, termasuk zona air
tawar, zona peralihan/air payau, dan zona air asin.

1.Zona Air Tawar Terletak dekat dengan sumber air tawar dari sungai. Salinitasnya
paling rendah hingga tidak ada pengaruh salinitas dari laut karena pengaruh dominan air
tawar dari sungai.

2.Zona Peralihan/air payau: Merupakan wilayah pertemuan antara zona air tawar dan
zona air asin. Salinitas di zona ini lebih tinggi daripada zona air tawar tetapi lebih
rendah dari pada zona air asin biasanya salinitas pada perairan ini mencapai 15 ppm.
Menjadi daerah yang sangat produktif karena menciptakan kondisi yang sesuai untuk
keberagaman hayati tempatnya para produsen 1.

3.Zona Air Asin: Terletak di laut. Salinitasnya lebih tinggi karena pengaruh air asin
dari laut salinitas umum pada perairan laut mencapai 28 hingga 35 ppm.
Hubungan dengan Produktivitas Hayati Estuaria:

1.Nutrien dan Sedimen: Air tawar dari sungai membawa nutrien dan sedimen yang
kaya ke zona peralihan/air payau, yang sangat mendukung pertumbuhan plankton dan
organisme lain di zona peralihan/air payau.

2.Keanekaragaman Hayati: Zona peralihan menjadi tempat yang sangat produktif


karena menyediakan lingkungan yang ideal bagi berbagai spesies, termasuk ikan dan
hewan air lainnya.

3.Berdasarkan Makanan: Sebagian besar organisme di estuaria bergantung pada


sumber daya makanan yang bervariasi, yang dipengaruhi oleh perubahan salinitas.
Misalnya, beberapa spesies ikan lebih suka kondisi air tawar, sementara yang lain lebih
menyukai kondisi air asin. Ekosistem estuaria yang memiliki zonasi salinitas dapat
memberikan peluang bagi berbagai organisme untuk berkembang biak dan
memanfaatkan sumber daya yang beragam. Oleh karena itu, zona peralihan/air payau,
yang menciptakan kondisi ekologis yang unik, menjadi pusat produktivitas hayati
estuaria dan memiliki dampak positif pada keanekaragaman dan kelimpahan spesies di
ekosistem tersebut.

2. Faktor-Faktor Fisika-Kimiawi Lingkungan yang Berpengaruh terhadap


Keanekaragaman Hayati Ekosistem Pantai Berbatu:

1.Suhu Air: Suhu air memengaruhi aktivitas biologis organisme, termasuk


metabolisme dan reproduksi. Organisme di ekosistem pantai berbatu harus dapat
bertahan terhadap suhu harian dan musiman hingga suhu ekstrim akibat pemanasan
global saat ini.

2.Salinitas: Tingkat salinitas air laut dapat bervariasi akibat pengaruh pasang-surut,
curah hujan, dan sirkulasi air. Beberapa organisme memiliki toleransi salinitas yang
lebih baik daripada yang lain, mempengaruhi keberagaman spesies di ekosistem pantai
berbatu.

3.Ketersediaan Nutrien: Nutrien dapat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan dan


plankton, yang pada gilirannya memengaruhi organisme tingkat lebih tinggi di rantai
makanan.

4.Intensitas Cahaya: Organisme memerlukan cahaya untuk pertumbuhan dan produksi


makanan. Kedalaman air dan kondisi cuaca dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang
mencapai dasar laut di ekosistem pantai berbatu.

5.Kondisi Substrat Batuan: Jenis dan bentuk substrat batuan, seperti karang atau
bebatuan lainnya, memengaruhi jenis organisme yang dapat hidup di suatu wilayah.

Adaptasi Flora dan Fauna terhadap Variasi Kondisi Lingkungan di Ekosistem


Pantai Berbatu:

1.Flora:Adaptasi Terhadap Gelombang: Sebagian besar tumbuhan di pantai berbatu


memiliki struktur tubuh yang fleksibel atau bentuk yang meruncing untuk mengatasi
gelombang laut. Adaptasi Terhadap Kekeringan: Beberapa tumbuhan dapat menyimpan
air dalam jaringan mereka dan juga beberapa jenis tumbuhan akan memposisikan
tubuhnya seperti tidur hingga masih terkena oleh air.

2.Fauna: Adaptasi Terhadap Gelombang dan Arus Laut: Hewan seperti moluska,
krustasea, dan jenis teritip memiliki cangkang yang kuat atau cangkang yang menempel
pada substrat untuk melindungi diri dari gelombang dan arus laut dan juga pada jenis
kerang ada yang sudah memodifikasi bentuk cangkangnya agar pada saat terkena
gelombang dan arus tidak terseret. Adaptasi Terhadap Perubahan Suhu: Hewan
memiliki kemampuan untuk berpindah tempat atau mengubah aktivitas mereka untuk
mengatasi perubahan suhu.
3.Adaptasi Terhadap Ketersediaan Makanan: Organisme memiliki adaptasi perilaku
atau fisik untuk memanfaatkan sumber daya makanan yang bervariasi di lingkungan
pantai berbatu.

4.Adaptasi Terhadap Perubahan Salinitas: Beberapa spesies memiliki kemampuan


untuk mentoleransi atau beradaptasi dengan perubahan salinitas, sementara yang lain
mungkin memiliki preferensi untuk salinitas tertentu. Keanekaragaman hayati di
ekosistem pantai berbatu didorong oleh interaksi kompleks antara faktor-faktor fisika-
kimiawi lingkungan dan adaptasi unik dari flora dan fauna di lingkungan tersebut.
Adaptasi ini membantu organisme bertahan hidup dan berkembang biak di kondisi
lingkungan yang beragam.

3. Keterkaitan Fungsional antar Ekosistem Pesisir, Terumbu Karang, Lamun,


dan Mangrove serta Manfaat Penting:

Ekosistem pesisir membentuk suatu jaringan yang kompleks dan saling terkait,
melibatkan terumbu karang, lamun, dan mangrove dalam hubungan fungsional yang
penting. Terumbu karang, dengan struktur fisiknya yang unik, memberikan habitat yang
subur dan aman bagi berbagai organisme laut. Lamun, tumbuhan laut yang tumbuh di
dasar laut, menyediakan tempat berkembang biak untuk ikan dan invertebrata, sambil
membantu menjaga kualitas air dengan menangkap sedimen dan nutrien. Di sisi lain,
mangrove, hutan bakau yang tumbuh di daerah pasang-surut, memberikan perlindungan
pesisir dari abrasi dan gelombang laut, sekaligus menyediakan habitat vital bagi banyak
spesies ikan dan burung. Keterkaitan ini menciptakan kesatuan ekologis yang
memberikan manfaat penting bagi lingkungan dan manusia. Perlindungan pesisir dari
badai, sumber daya perikanan yang melimpah, siklus nutrien yang seimbang, dan
kontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan karbon adalah
beberapa dari banyak manfaat yang diperoleh dari interaksi harmonis antara ketiga
ekosistem pesisir ini. Oleh karena itu, pemahaman dan pengelolaan yang berkelanjutan
dari ketiga ekosistem ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam
dan keseimbangan ekosistem pesisir.

Manfaat Penting Ketiga Ekosistem Tersebut:

1.Keseimbangan Ekologis: Ketiga ekosistem tersebut berperan dalam menjaga


keseimbangan ekologis di wilayah pesisir. Mereka saling mendukung dalam
menyediakan habitat, makanan, dan tempat perlindungan bagi berbagai spesies.

2.Perlindungan Pantai: Mangrove dan terumbu karang membantu melindungi pantai


dari abrasi dan dampak badai laut. Vegetasi lamun juga dapat memberikan perlindungan
tambahan dengan mengurangi kecepatan gelombang.

3.Keanekaragaman Hayati: Ketiga ekosistem ini mendukung keanekaragaman hayati


dengan menyediakan habitat yang beragam bagi berbagai spesies ikan, moluska,
krustasea, dan flora laut lainnya.

4.Penyaringan Air: Lamun dan mangrove berperan dalam menyaring air dari limbah
dan polutan, meningkatkan kualitas air di wilayah pesisir.

5.Makanan dan Sumber Daya: Ekosistem pesisir memberikan sumber daya makanan
bagi komunitas manusia, seperti ikan dan hasil tangkapan lainnya. Terumbu karang dan
mangrove juga memberikan sumber daya seperti kayu bakau dan hasil perikanan.

6.Ekonomi dan Pendapatan: Ekosistem pesisir mendukung sektor ekonomi melalui


pariwisata, perikanan, dan kegiatan ekonomi lainnya. Mangrove juga memberikan kayu
bakau yang bernilai ekonomi. Keterkaitan fungsional antar ketiga ekosistem pesisir ini
menciptakan suatu kesatuan ekologis yang penting untuk keberlanjutan lingkungan
pesisir dan kesejahteraan manusia. Perlindungan dan pengelolaan berkelanjutan dari
ketiga ekosistem ini diperlukan untuk memastikan manfaat jangka panjang bagi
lingkungan dan masyarakat yang bergantung pada ekosistem pesisir.
4. Faktor-Faktor Hidro-Oseanografis dalam Penyebaran dan Pertumbuhan
Rumput Laut:

1.Suhu Air: Faktor hidro-oseanografis yang pertama adalah suhu air. Suhu air
memainkan peran penting dalam penyebaran dan pertumbuhan rumput laut. Setiap
spesies rumput laut memiliki rentang suhu yang optimal untuk pertumbuhannya, dan
fluktuasi suhu di luar rentang ini dapat secara signifikan mempengaruhi proses
fotosintesis dan pertumbuhan rumput laut.

2. Kedalaman Air: Kedalaman air merupakan faktor pembatas kedua. Kondisi


kedalaman yang sesuai sangat penting karena mempengaruhi intensitas cahaya yang
mencapai rumput laut. Sebagian besar rumput laut membutuhkan cahaya matahari untuk
melakukan fotosintesis, sehingga kedalaman air yang sesuai adalah faktor kunci dalam
penyebaran dan pertumbuhan mereka.

3. Intensitas Cahaya: Terkait erat dengan kedalaman air, intensitas cahaya adalah
faktor penting yang memengaruhi pertumbuhan rumput laut. Jika intensitas cahaya
kurang, misalnya karena air keruh atau adanya tumbuhan lain yang menaungi, rumput
laut mungkin mengalami hambatan dalam melakukan fotosintesis.

4. Arus Laut: Arus laut menjadi faktor pembatas berikutnya. Arus laut dapat
mempengaruhi penyebaran spora rumput laut, distribusi nutrien, dan transportasi bibit.
Arus yang terlalu kuat dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan rumput laut atau
menyulitkan proses reproduksi dan penyebarannya.

5. Ketersediaan Nutrien: Ketersediaan nutrien, seperti nitrogen dan fosfor, juga


berperan dalam penyebaran dan pertumbuhan rumput laut. Nutrien ini diperlukan untuk
mendukung proses fotosintesis dan metabolisme, dan ketersediaan nutrien yang cukup
dapat meningkatkan produktivitas rumput laut.

6. Salinitas: Salinitas air adalah faktor penting lainnya. Rumput laut memiliki toleransi
salinitas tertentu, dan fluktuasi salinitas yang ekstrem dapat memengaruhi kesehatan dan
pertumbuhan mereka. Perubahan salinitas dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti
curah hujan, pengaruh sungai, atau penguapan.

7. Oksigen Terlarut: Kandungan oksigen terlarut dalam air juga memainkan peran
krusial. Oksigen diperlukan untuk respirasi dan metabolisme rumput laut. Jika kadar
oksigen terlarut rendah, dapat membatasi pertumbuhan dan kelangsungan hidup rumput
laut.

Faktor-faktor hidro-oseanografis ini secara bersama-sama membentuk kondisi


lingkungan yang mendukung atau membatasi penyebaran dan pertumbuhan rumput laut
di ekosistem laut. Keterbatasan atau perubahan dalam salah satu faktor tersebut dapat
memiliki dampak yang signifikan pada keberlanjutan ekosistem rumput laut.

Anda mungkin juga menyukai