Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Sapa Laut (e-ISSN : 2503-0396)

Jurnal Sapa Laut di terbitkan oleh Jurusan Ilmu Kelautan - Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Halu Oleo.

Jurnal Sapa Laut mempublikasikan hasil-hasil penelitian yang berkenaan dengan segala aspek bidang
Ilmu Kelautan, baik itu dari segi biologi, kimia, fisika, oseanografi, geologi laut, mitigasi bencana,
pencemaran laut, manajemen sumberdaya pesisir dan laut serta pengembangan ilmu di bidang
bioteknologi kelautan.

Cakupan artikel Jurnal Sapa Laut Meliputi :


Bio-ekologi Kelautan, Oseanografi dan Sains Atmosfer, Remote Sensing Kelautan dan GIS,
Bioteknologi Kelautan, Mitigasi Bencana Pesisir dan Adaptasi Perubahan Iklim, Pencemaran Laut
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Ekowisata Bahari.

Alamat :
Sekretariat Elektronik Jurnal
Gedung Kardiyo P. Kardiyo, Lt.2 FPIK-UHO,
Jl. HEA Mokodompit No.1, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu,
Kendari Sulawesi Tenggara 93232
Email: jsapalaut@uho.ac.id
Website: ojs.uho.ac.id/index.php/JSL/index

Dewan Editor

Ketua
La Ode Muhammad Yasir Haya, ST., M.Si, Ph.D

Dewan Editor
Dr. Ir. Muh.Ramli, M.Si
Dr. Baru Sadarun, S.Pi., M.Si
Dr. Asmadin
Ratna Diyah Palupi, ST., M.Si
Rahmadani, S.Pi., M.Si
Emiyarti, S.Pi., M.Si
Wa Nurgayah, S.Pi., M.Si
Ira, S.Kel., M.Si
Amadhan Takwir, S.Kel., M.Si

Editor Pelaksana
Subhan, S.Pi., M.Si
A. Ginong Pratikino, ST., M.Si
Muhammad Trial F. Erawan, S.Pi., M.Si
Arwan Arif Rahman, S.Si., M.Si

Mitra Bestari
Prof. Ir. La Sara, M.S., PhD (Universitas Halu Oleo)
Ivonne M. Radjawane, Ph.D (Institut Teknologi Bandung)
Dr. rer. nat. Hawis Madduppa (Institut Pertanian Bogor)
Achmad Fachruddin Syah, S.Pi., M.Si., Ph.D (Universitas Trunojoyo)
Dr. Ahmad Bahar, ST., M.Si (Universitas Hasanuddin)
Dr. Baru Sadarun (Universitas Halu Oleo)
Dr. -Ing. Widodo Setiyo Pranowo, S.T., M.Si (Pusat Riset Kelautan, BRSDM, KKP)
La Ode Muhammad Yasir Haya, S.T., M.Si., Ph.D (Universitas Halu Oleo)
Dr. Najamuddin, S.T., M.Si (Universitas Khairun)
DAFTAR ISI

Halaman

1. HUBUNGAN PERSENTASE TUTUPAN LAMUN DENGAN KELIMPAHAN 261-272


IKAN DI PERAIRAN UTARA KECAMATAN SIOMPU KABUPATEN
BUTON SELATAN
Jaludin, Muh. Ramli, Wa Nurgayah
2. SEBARAN LOGAM BERAT NIKEL (Ni) DALAM AIR DI PERAIRAN 273-280
KECAMATAN MOLAWE KABUPATEN KONAWE UTARA
Mohammad Afdhal Adidharma, Emiyarti, A.Ginong Pratikino
3. STRUKTUR KOMUNITAS DAN POLA DISTRIBUSI MAKROALGA DI 281-288
PERAIRAN WANGI-WANGI DESA LIYA MAWI KABUPATEN WAKATOBI
Nunung Afrianti, Wa Nurgayah, Rahmadani
4. DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS PERMUKAAN DI PERAIRAN 289-295
RANOOHA RAYA KECAMATAN MORAMO SULAWESI TENGGARA
Uun Yulistiani, Asmadin, Ira
5. KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA SEDIMEN DAN 297-303
KERANG (POLLYMESODA EROSA) DI DESA TOTOBO SULAWESI
TENGGARA
Balqis, Emiyarti, Amadhan Takwir
6. PENGARUH PERBEDAAN UKURAN FRAGMEN TERHADAP 305-311
PERTUMBUHAN KARANG ANACROPORA PUERTOGALERAE DI
PERAIRAN DESA LALANO, KECAMATAN SOROPIA
Muhammad Fadly Alqadri, Baru Sadarun, Rahmadani
7. IDENTIFIKASI SPONS BERDASARKAN TUTUPAN KARANG DI 313-322
PERAIRAN SOMBU TAMAN NASIONAL WAKATOBI
Wa Ode Husmayani, Baru Sadarun, Ratna Diyah Palupi
8. KEPADATAN JENIS SACCOSTREA CUCULLATA PADA EKOSISTEM 323-328
MANGROVE DI PULAU KAPOTA KECAMATAN WANGI - WANGI
SELATAN KABUPATEN WAKATOBI
Charli Pratama, Muhammad Ramli, Ira
9. SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT MENGGUNAKAN CITRA 329-337
LANDSAT-8 TIRS DI PERAIRAN KECAMATAN MAWASANGKA
KABUPATEN BUTON TENGAH
Indra, La Ode Muhammah Yasir Haya, Amadhan Takwir
10. KOMPOSISI DAN KEPADATAN JENIS KEPITING PADA EKOSISTEM 339-349
MANGROVE BERDASARKAN FASE BULAN DI DESA LAMONTOLI
KECAMATAN BUNGKU SELATAN
Muh. Abu Sofyan, Muhammad Ramli1, WaNurgayah
Sapa Laut November 2021. Vol.6(4): 313-322 E-ISSN 2503-0396

IDENTIFIKASI SPONS BERDASARKAN TUTUPAN KARANG DI


PERAIRAN SOMBU TAMAN NASIONAL WAKATOBI

Identification of Sponge based on Coral Coverage in Sombu Waters Wakatobi


National Park

Wa Ode Husmayani1, Baru Sadarun1, Ratna Diyah Palupi1*


1JurusanIlmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Halu Oleo, Kendari.
Jl. H.E.A Mokodompit Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232, Tel/Fax: (0401) 31937821
*Email : ratna_dp@uho.ac.id

Diterima: 22 September 2021; Disetujui: 12 November 2021

Abstrak
Spons merupakan hewan multiseluler paling primitif yang hidup diberbagai tipe perairan mulai dari tawar, payau, dan
laut. Biota ini hidup di dasar perairan dan biasanya menempel pada substrat keras seperti batu atau karang dan
berkompetisi dengan organisme penempel lainnya untuk memperoleh ruang dan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keanekaragaman dan kepadatan spons berdasarkan tutupan karang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2020 – Juli 2021, di Perairan Sombu Taman Nasional Wakatobi. Pengambilan data spons dilakukan dengan
menggunakan metode belt transect dengan panjang line transect 50 m dengan lebar 4 m pada kedalaman 3 m (reef flat)
dan 7 m (reef slope) pada masing-masing stasiun. Data diambil bersama dengan tutupan karang menggunakan metode
line intercept transect (LIT) dengan panjang line transect 50 m pada kedalaman yang sama dengan data spons. Hasil
penelitian didapatkan bahwa keanekagaraman hayati spons yang ditemukan dilokasi penelitian yaitu sebanyak 2 kelas, 19
famili dan 23 genus. Yakni keanekaragaman jenis spons tertinggi yaitu pada stasiun I sebesar 20 genus, serta kepadatan
spons tertinggi sebesar 0,18 individu/m2 terdapat pada genus Spheciospongia sp., kepadatan spons tertinggi berdasarkan
stasiun terdapat pada stasiun I zona reef slope yaitu dengan nilai 0,32 individu/m². Persentase tutupan karang pada stasiun
I dan II masuk dalam kondisi baik, sedangkan pada stasiun III masuk dalam kondisi sedang. Keanekaragaman dan
kepadatan spons dipengaruhi adanya keberadaan terumbu karang, sehingga keberadaan tutupan karang yang tinggi
menyebabkan melimpahnya pertumbuhan spons.

Kata Kunci : Keanekaragaman, Kepadatan, Spons, Terumbu Karang

Abstract
Sponges are the most primitive multicellular animals that live in various types of waters ranging from fresh, brackish and
marine. They live on the bottom of the water and usually attach to hard substrates such as rocks or corals and compete
with other feeding organisms for space and food. This study aims to determine the diversity and density of sponges based
on coral cover. This research was carried out for nine months, namely in Desember 2020 - January 2021, in Sombu
waters, Wakatobi National. Spons data collection was carried out using the belt transect method with a line transect
length of 50 m and a width of 4 m, a depth of 3 m in the reef zona and 7 m reef slope at each research station, data
collection was carried out 2 times. Data were taken with coral reef cover using the line intercept (LIT) method with a line
transect lenght of 50 m at depth of 3 m in the reef zone and 7 m in the reef slope zone at earch research station, data
collection was carried out 2 times. Oceanographic namely temperature, salinity, pH, brightness and current velocity. The
results showed that the faunal diversity of sponge found in the study focus were 2 classes, 19 families and 23 genera. The
highest sponge density, 0,18 individuals, was found in the genus highest sponge density, 0.18 individual/m², was found in
the genus Spheciospongia sp. and the highest sponge density of sponge by station is at station I of the reef slope zone
with a value of 0.32 individual/m². And the percentage of coral reef at stations I and II is in good condition, whole at
station III it is in moderate condition.

Keywords: Diversity, Density, Spons, Coral Reef

Pendahuluan
Terumbu karang merupakan ekosistem tumbuhan maupun hewan. Terumbu karang
yang subur dan kaya akan makanan. Struktur sangat penting untuk habitat organisme, tetapi
fisiknya yang rumit, bercabang-cabang, yang paling utama dalam menempati
bergua-gua dan berongga membuat ekosistem komunitas biomassa terumbu karang adalah
ini menarik bagi banyak jenis biota laut. Oleh hewan invertebrata, seperti spons, ascidians,
sebab itu, penghuni terumbu karang sangat dan berbagai jenis karang (Romimohtarto dan
beranekaragam, baik yang berupa tumbuh- Juwana, 2001).

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut November 2021. Vol.6(4): 313-322

Spons merupakan hewan multiseluler pemantauan pencemaran laut, indikator dalam


paling primitif yang hidup di berbagai tipe interaksi komunitas, dan sebagai hewan
perairan mulai dari tawar, payau dan laut. bernilai ekonomis untuk hiasan akuarium laut
Biota ini hidup di dasar perairan dan biasanya (Haedar, 2016)
menempel pada substrat keras seperti batu Perairan Sombu terletak di Desa
atau karang dan berkompetisi dengan Sombu, Kelurahan Wanci, Kecamatan
organisme penempel lainnya untuk Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi yang
memperoleh ruang dan makanan (Cheng et memiliki tingkat keaneragaman hayati yang
al., 2008). Spons sebagai salah satu jenis tinggi. Keanekaragaman yang tinggi
kekayaan alam hayati, habitatnya di laut menjadikan perairan tersebut menjadi tempat
mencapai 830 spesies yang terdiri dari tiga zona wisata atau sebagai kawasan masyarakat
kelas, yaitu Calcarea, Demospongiae, dan yang mata pencahariannya sebagai nelayan
Hexactinellidae, ditemukan pada laut dangkal untuk melakukan aktivitas penangkapan.
sampai kedalaman 8.000 m. Pendapat lain Aktivitas masyarakat yang terus berlanjut di
menyatakan bahwa filum porifera terdiri dari kawasan tersebut memungkinkan terjadinya
empat kelas, yaitu: Calcarea, Demospongiae, degradasi ekosistem yang dapat mengancam
Hexactinellida, dan Sclerospongia. Tubuh habitat berbagai jenis organisme laut
porifera pada umumnya asimetris atau tidak termasuk spons.
beraturan meskipun ada yang simetris radial, Tujuan dari penelitian ini adalah
identitas utama spons adalah jenis hewan mengetahui keanekaragaman spons, kepadatan
berpori, bersifat filter feeder (menyerap, spons, persentase tutupan karang, serta
menyaring dan menyemprotkan) nutrient hubungan keterkaitan keanekaragaman dan
dalam memperoleh makanan (Marzuki, kepadatan spons dengan tutupan karang di
2018). Perairan Sombu Taman Nasional Wakatobi.
Spons memiliki potensi dibidang
farmakologi yang ekstrak metabolitnya Bahan dan Metode
dipercaya mengandung senyawa bioaktif yang Penelitian ini dilakukan pada Bulan Desember
mempunyai sifat sitotoksin, anti tumor, anti 2020 – Juli 2021, di Perairan Sombu Taman
virus, anti inflamasi, anti fungi, anti leukemia, Nasional Wakatobi. Waktu tersebut meliputi
dan penghambat aktivitas enzim. Selain pengambilan data penelitian, analisis data,
sebagai sumber senyawa bahan alam, spons serta penyusunan laporan akhir. Titik lokasi
juga memiliki manfaat yang lain, yakni penelitian ditetapkan sebanyak 3 (tiga) titik
digunakan sebagai indikator biologi untuk stasiun yang dapat di lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Identifikasi Spons Berdasarkan Tutupan Karang (Husmayani et al.) 314


Sapa Laut November 2021. Vol.6(4): 313-322

Bahan dan Metode


Survei pendahuluan dilakukan untuk dilakukan dua kali pengulangan pada setiap
melihat lokasi awal penelitian secara kedalaman 3 m (reef flat) dan 7 m (reef
menyeluruh. Hal ini bertujuan untuk slope), dengan jarak interval antar transek 2 m
mengetahui kondisi umum dan memberi sebanyak 3 stasiun (Gambar 2). Pengambilan
gambaran keberadaan organisme spons dalam data keanekaragaman dilakukan dengan
menentukan lokasi penelitian, sehingga dapat mengidentifikasi jenis spons yang ditemukan
memberi kemudahan pada saat melakukan pada transek sabuk kemudian didokumentasi
penelitian. tiap jenis spons yang ditemukan. Selain itu
Alat dan bahan yang digunakan pada juga dilakukan koleksi bebas untuk melihat
penelitian ini yaitu Thermometer, jenis spons yang berada di luar transek sabuk.
Handrefractometer, roll meter (50 m), Belt Pengambilan data kepadatan dilakukan dengan
transect, Stopwatch, Submersible Pressure mencatat jumlah individu untuk setiap jenis
Gauge (SPG), Global Positioning System spons yang ditemukan sepanjang transek
(GPS), alat scuba diving, kamera Underwater, sabuk, kemudian didokumentasi tiap jenis
alat tulis bawah air, Sechi disk, layangan arus, spons yang ditemukan. Identifikasi spons
kertas pH indikator, biota spons dan buku menggunakan buku A Field Guide to the
identifikasi spons (Patrick L. Colin dan Marine Invertebrates Occuring on Tropical
Charles Arneson, 1995). Pasific Coral Reef Seagrass Beds and
Berdasarkan survei pendahuluan yang Mangrove (Patrick L. Colin dan Charles
telah dilakukan pada lokasi penelitian sehingga Arneson, 1995).
penentuan stasiun penelitian dapat ditetapkan
pada dua titik stasiun, yang mewakili dua
daerah terumbu karang yaitu reef flat dan reef
slope. Stasiun I, terletak pada titik koordinat
5°16' 31.97" LS - 123° 31' 12.37" BT daerah
ini ditemukan karang dengan bentuk
pertumbuhan coral massive (CM), acropora
submassive (ACS), dan soft coral (SC) dengan
kondisi tutupan terumbu karang yang baik.
Bentuk topografi slope landai dengan
kemiringan 10-30° dan pantai berpasir. Stasiun
II, terletak pada titik koordinat 5°16' 1.88" LS
- 123° 31' 4.02" BT pada daerah ini berdekatan Gambar 2. Skema pengambilan data spons
dengan dermaga/jetty serta ditemukan karang
dengan bentuk pertumbuhan acropora Pengukuran parameter perairan yang
submassive (ACS) dan Soft Coral (SC) dengan dapat mempengaruhi kehidupan spons secara
kondisi tutupan terumbu karang yang baik. langsung di lapangan meliputi salinitas, suhu,
Bentuk topografi dasar perairan dari flat kecerahan, kecepatan arus dan derajat
hingga slope yang landai dengan kemiringan keasaman (pH), dan tutupan karang sebagai
10-30° dan pantai berbatu. Stasiun III, terletak parameter pendukung.
pada titik koordinat 5°16' 18.21" LS - 123° 31' Pengambilan data tutupan karang
8.26" BT pada daerah ini ditemukan karang dilakukan menggunakan metode Line Intercept
dengan bentuk pertumbuhan patahan Transect (LIT) (English et al., 1997).
karang/rubble (R) dan coral massive (CM) Pemasangan transek dilakukan sejajar garis
dengan kondisi tutupan terumbu karang yang pantai dengan membentang meteran roll
sedang dibandingkan stasiun I dan II. Bentuk sepanjang 50 m mengikuti kontur kedalaman
topografi slope landai dengan kemiringan 10- atau dasar perairan, pada dua tipe kedalaman
30° dan pantai berbatu. setiap stasiun yaitu pada kedalaman 3 m (reef
Pengambilan data keanekargaman dan flat) paparan terumbu dan 7 m (reef slope)
kepadatan spons dilakukan dengan tubir. pengambilan data dilakukan 2 kali
menggunakan metode belt transect menurut pengulangan. Pengamatan dilakukan dengan
(Lemloh et al., 2009). Panjang line transect 50 cara melihat pengelompokan komponen
m dengan lebar 4 m dibentang sejajar garis penyusun terumbu karang berdasarkan bentuk-
pantai dengan luas 200 m². Pengambilan data

Identifikasi Spons Berdasarkan Tutupan Karang (Husmayani et al.) 315


Sapa Laut November 2021. Vol.6(4): 313-322

bentuk pertumbuhan (life form) karang, Keanekaragaman jenis dianalisis secara


selanjutnya didokumentasi dengan deskriptif dan melihat potensi (biodiversity)
menggunakan kamera underwater. pada organisme spons.
Pengukuran salinitas menggunakan Analisis Persentase total tutupan karang
handrefractometer, sampel air diambil pada menggunakan rumus berdasarkan English et al
permukaan perairan dengan menggunakan ., (1997) sebagai berikut :
pipet, kemudian diteteskan ke dalam
handrefractometer. Selanjutnya nilai skala ni
yang tertera pada handrefractometer dicatat %Li = x 100
L
nilai salinitas pada lokasi penelitian.
Suhu yang di ukur adalah suhu perairan Keterangan:
pada masing-masing stasiun. Suhu perairan Li = Persentase Tutupan Karang (%)
diukur dengan menggunakan thermometer ni = Panjang Kategori Lifeform ke-i (cm)
dengan cara mencelupkan ujung thermometer L = Panjang Transek (m)
ke dalam badan perairan hingga angka yang Kriteria penutupan kondisi terumbu
tertera pada thermometer menunjukkan nilai karang berdasarkan penutupan karang
konstan/stabil. Selanjutnya nilai tersebut hidupnya (Kepmen Lingkungan Hidup No.4
dicatat sebagai nilai suhu di lokasi penelitian. Tahun 2001) dapat dilihat pada Tabel 2.
Pengukuran tingkat kecerahan air dapat
diukur dengan mengunakan Secchi disc. Alat Tabel 2. Kriteria penutupan kondisi terumbu
ini berupa piringan besi berwarna hitam putih karang
yang diikat pada tali yang sudah ditandai Tutupan Karang
Kategori Kriteria
sentimeter kemudian diturunkan dari atas Hidup(%)
permukaan air ke dasar perairan sampai tidak 1 0,0-24,9 Buruk
bisa dilihat perbedaan warna hitam putih
piringan besi. 2 25,0-49,9 Sedang
Kecepatan arus diukur dengan 3 50,0-75,9 Baik
menggunakan Drift Float (layangan arus) yang Sangat
4 75.0-100,0
dilengkapi dengan tali berskala 10 m. Baik
Layangan arus diukur dengan cara
menghanyutkan ke permukaan air hingga tali Hasil dan Pembahasan
pada alat tersebut membentang lurus Berdasarkan hasil penelitian
kemudian melihat arah tali tersebut keanekaragaman jenis spons yang ditemukan
menggunakan stopwatch. Ketika tali dilokasi penelitian berjumlah 2 kelas, 19
menegang, stopwatch dimatikan dan famili, 23 genus spons (Tabel 3).
menghitung jarak tali, kemudian mencatat keanekaragaman tertinggi terdapat di stasiun I
jarak dan waktu yang digunakan sampai tali (20 genus) dan terendah pada stasiun III (8
menegang. Untuk penentuan arah arus genus). Tingginya keanekaragaman jenis
menggunakan kompas. spons pada stasiun I karena perbedaan nilai
Pengambilan data pH dilakukan dengan keanekaragaman tersebut diduga disebabkan
cara mencelupkan potongan kertas lakmus perbedaan jumlah jenis dan individu pada
kedalam sampel air laut kemudian setiap kedalaman, serta keberadaan terumbu
dikeringkan, kertas pH dicocokkan warna karang yang lebih banyak. Selain itu, spons
dengan indikator warna pH untuk menjadi penopang biodiversitas yang sangat
mendapatkan nilai pH air laut. efektif yaitu kemampuannya berasosiasi
Kepadatan spons diperoleh dengan dengan biota yang sangat beragam.
menggunakan rumus brower dkk (1998), yaitu : Berdasarkan pengamatan yang dilakukan nilai
arus yang diperoleh pada stasiun I 0,04
ni m/detik yang memiliki kecepatan arus yang
Ki = tinggi dibandingkan dengan stasiun II dan III.
𝐴
Kecepatan arus yang lewat melalui spons
Keterangan: membawa serta zat buangan dari tubuh spons,
Ki = Kepadatan Individu Spons (ind/m²) maka penting agar air yang keluar melalui
ni = Jumlah Genus ke-i Spons (ind) oskulum dibuang jauh dari badannya karena
A = Luasan Area Transek (m²) air ini sudah tidak berisi makanan lagi, tetapi

Identifikasi Spons Berdasarkan Tutupan Karang (Husmayani et al.) 316


Sapa Laut November 2021. Vol.6(4): 313-322

mengandung asam karbon dan sampah banyak ditemukan di zona reef slope. Hasil
nitrogen yang beracun lagi bagi hewan ini dapat dikatakan bahwa zona
tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil mempengaruhi kepadatan dari spons.
penelitian Pratama (2014), bahwa stasiun Kedalaman juga merupakan salah satu faktor
yang memiliki kecepatan arus yang tinggi keberadaan spons yang paling banyak
ditemukan jumlah jenis spons yang banyak ditemukan khususnya pada zona reef slope
dibandingkan pada stasiun yang kecepatan yang kedalamannya mencapai 7 m.
arus rendah. Didukung oleh pernyataan Spons sangat baik pertumbuhannya dan
Sinapoy dkk., (2018), bahwa kecepatan arus tumbuh subur pada perairan yang mempunyai
berperan penting dalam perairan terhadap kedalaman lebih dalam dibandingkan dengan
jumlah nutrien yang mampu bergerak bebas kedalaman yang lebih dangkal. Perbedaan
untuk suplai makanan spons. tingkat kepadatan di setiap zona ini sangat
dipengaruhi oleh faktor fisik perairan, oleh
karena itu lingkungan selalu menjadi faktor
25 penting sebagai bahan rujukan yang harus
diamati. Selain itu, kecerahan menjadi salah
20 satu parameter indikator keberadaan spons.
20 Kecerahan perairan yang tinggi
mempengaruhi kepadatan spons. Selain
Jumlah Genus

kecerahan, arus juga menjadi salah satu faktor


15
13 tinggi kepadatan selain kecerahan. Arus
menjadi salah satu faktor tinggi kepadatan
spons pada stasiun I khususnya pada zona
10
8 reef slope sebesar 0,32 individu/m². Arus
yang datang banyak menghantar bahan
5
makanan bagi perkembangan spons. Hal ini
sesuai dengan pendapat Haris dkk., (2013),
bahwa spons sangat menyukai perairan yang
0 cukup jernih karena spons termasuk plankton
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 feeder. Spons mampu menyaring air dan
menyerap zat organik yang larut dalam air
laut.
Gambar 3. Jumlah Keanekaragaman Kepadatan spons tertinggi ditemukan
Berdasarkan Genus pada genus Spheciospongia sp. dengan nilai
kepadatan 0,18 individu/m2. Jenis spons ini
Perbedaan jumlah famili pada setiap banyak ditemukan karena mempunyai
stasiun karena kondisi fisik perairan dari toleransi yang tinggi terhadap habitatnya
stasiun I lebih memungkinkan keberadaan yang melekat pada terumbu karang. Dimana
spons dibanding stasiun II dan III. Salah habitat ditemukannya genus ini didukung
satunya adalah kondisi karang hidup, hal ini oleh substratnya yang khas dibandingkan
mungkin mempengaruhi kehidupan spons, genus yang lain dan kedalaman mendukung
seperti berkompetisi ruang. Menurut Pratama untuk tumbuhnya genus ini. Ciri-ciri dari
(2014), bahwa morfologi luar spons sangat genus Spheciospongia sp. ini memiliki
dipengaruhi oleh faktor fisik, kimiawi, dan warna hijau gelap dan pertumbuhannya
biologis lingkungannya. Selain itu, merayap di permukaan atau struktur dasar
pertumbuhan spons muda menjadi individu terumbu karang. Hal ini didukung oleh
yang dewasa dipengaruhi oleh temperatur, pernyataan Reseck (2001), bahwa salah satu
salinitas, kekeruhan, arus, air, kemiringan, jenis pons dipengaruhi oleh faktor ekologis
dasar, sedimentasi serta kompetisi ruang. yang sangat memengaruhi bentuk dan
Kepadatan spons menunjukkan pertumbuhan spons laut, antara lain
perbedaan yang nyata antara zona reef flat kedalaman, struktur dasar, arus, suhu dan
dan zona reef slope. Fenomena ini salinitas.
menunjukkan bahwa keberadaan spons

Identifikasi Spons Berdasarkan Tutupan Karang (Husmayani et al.) 317


Sapa Laut November 2021. Vol.6(4): 313-322

Tabel 3. Keanekaragaman Jenis Spons di Perairan Sombu Taman Nasional Wakatobi.


Stasiun Filum Kelas Famili Genus
Agelasidae Agelas sp.
Aplysinidae Aplysilla sp.
Callyspongidae Dactylia sp.
Chalinidae Chalinula sp.
Adocia sp.
Clionaidae Spheciospongia sp.
Dictyonilidae Liosina sp.
Geodidae Geodia sp.
Halichandridae Axinyssa sp.
Stylotella sp.
I Porifera Demospongia
Halisarcidae Halisarca sp.
Niphatidae Gelloides sp.
Petrosiidae Xestospongia sp.
Plakinidae Plakinalopha sp.
Pseudoceratinidae Pseudoceratina sp.
Spongidae Euryspongia sp.
Hippospongia sp.
Suberitidae Aaptos sp.
Theonellidae Theonella sp.
Thorectidae Lufariella sp.
Niphatidae Gelliodes sp.
Aplysinidae Aplysilla sp.
Chalinidae Adocia sp.
Clionaidae Chalinula sp.
Geodidae Geodia sp.
II Porifera Demospongia Halichandridae Axinyssa sp.
Stylotella sp.
Halisarcidae Halisarca sp.
Thorectidae Luffarialle sp.
Petrosiidae Petrosia sp.
Spongidae Hippospongia sp.
Theonellidae Theonella sp.
Calcarea Leucettidae Leucetta sp.
Petrosiidae Xestospongia sp.
Niphatidae Gelliodes sp.
Halisarcidae Halisarca sp.
III Porifera Demospongia Theonellidae Theonella sp.
Geodidae Geodia sp.
Suberitidae Aaptos sp.
Microcionidae Clathia sp.
Calcarea Leucettidae Leucetta sp.

Hasil persentase tutupan terumbu karang penangkapan ikan yang membahayakan


di Perairan Sombu Taman Nasional Wakatobi kehidupan karang (bahan peledak dan
memiliki nilai persentase tutupan karang yang beracun), serta minimnya limbah buangan.
berbeda disetiap stasiun. Yakni persentase Dibandingkan dengan kondisi karang stasiun
tutupan karang tertinggi terdapat pada stasiun I III (35,23%) yang berada dalam kategori
dan II sebesar 61,20-64,72% dimana faktor sedang. Rendahnya persentase tutupan karang
yang menunjang tingginya persentase tutupan pada stasiun III ini dipengaruhi oleh aktivitas
karang pada stasiun I dan II karena kurangnya manusia yang umumnya merusak ekosistem
aktivitas manusia seperti penggunaan alat terumbu karang seperti penggunaan bom

Identifikasi Spons Berdasarkan Tutupan Karang (Husmayani et al.) 318


Sapa Laut November 2021. Vol.6(4): 313-322

dalam menangkap ikan sehingga bio-indikator kualitas perairan laut mengingat


membahayakan kelangsungan hidup karang. sifat dari spons laut yang sesile serta
Menurut Dahuri dkk., (2004), bahwa ekosistem persebaran telur dan larvanya akan selalu
terumbu karang merupakan ekosistem yang terbatasi oleh barrier yang ada sehingga
sangat kompleks dan merupakan suatu mengharuskan spons tersebut selalu
ekosistem yang sangat sensitif terhadap beradaptasi terhadap komponen-komponen
berbagai gangguan baik yang ditimbulkan fisik maupun biotik yang terdapat pada
secara alamiah maupun akibat kegiatan wilayah tersebut. Salah satu interaksi ekologis
manusia. inter spesies yang mampu mempengaruhi
Keanekaragaman dan kepadatan spons komposisi struktur komunitas spons (porifera)
memiliki hubungan dengan keberadaan adalah kompetisi ruang antara spons dan
terumbu karang, yakni terumbu karang organisme benthik lain terutama coral. Dimana
menjadi salah satu habitat menempelnya spons dapat berkompetisi dengan alga dan
spons. Spons dapat beradaptasi baik dengan karang dalam mendapatkan cahaya dimana
alam, ruang/tempat maupun predator dan akan spons dapat tumbuh di sela-sela karang.
terus bertahan dan berkembang dengan baik. Kondisi perairan yang sesuai dengan
Hal ini juga diperkuat Subagio dan Aunurohim kehidupan spons yang di alam menyebabkan
(2013), bahwa komunitas spons laut disuatu distribusi dua kelompok spons yang lebih
wilayah perairan mampu menjadi salah satu melimpah.

0.20
Kepadatan (individu/m²)

0.16

0.12

0.08

0.04

0.00 Clathria sp.


Plakinalopha sp.
Dactylia sp.
Agelas sp.

Aaptos sp.
Xestospongia sp.

Gelliodes sp.

Euryspongia sp.

Adocia sp.
Leucetta sp.

Stylotella sp.
Aplysilla sp.

Axinyssa sp.
Geodia sp.
Theonella sp.

petrosia sp.
Halisarca sp.

Pseudoceratina sp.
Chalinula sp.

Liosina sp.
Lufariella sp.
Hippospongia sp.
Spheciospongia sp.

Jenis spons

Gambar 3. Kepadatan Spons Berdasarkan Genus

0.35 0.32
Kepdatan (Individu/m²)

0.30
Slope
0.25 Flat
0.20

0.15

0.10 0.08 0.08 0.09


0.07
0.05
0.05

0.00
Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Identifikasi Spons Berdasarkan Tutupan Karang (Husmayani et al.) 319


Sapa Laut November 2021. Vol.6(4): 313-322

Gambar 4. Kepadatan Spons Berdasarkan Stasiun Penelitian

80

70 LC
DC
60
A
Persentase Tutupan

50 OT

40

30

20

10

0
Slope Flat Slope Flat Slope Flat
Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Gambar 5. Persentase Tutupan Karang (Keteraangan: LC (Life Coral), DC (Death Coral), A


(Abiotik), OT (Others)

Tabel 4. Parameter Lingkungan di Perairan Sombu Taman Nasional Wakatobi.


Parameter Lingkungan Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Suhu (º C) 30 30 30
Salinitas (ppt) 35 34 35
pH 7 7 7
Kecerahan % 100 100 100
Kecepatan Arus (m/detik) 0,04 0,03 0,03

Spons menjadikan terumbu karang menjernikan air yang keruh, karena spons
sebagai tempat penunjang kehidupannya. Hal memiliki kemampuan yang tinggi menyaring
ini didukung oleh Yasakti (2017), bahwa spons air sekaligus memanfaatkan sebagai sumber
merupakan salah satu hewan dari filum makanan bahan-bahan yang terlarut dan
porifera yang hidup pada ekosistem terumbu tersuspensi dalam air. Selain itu pada sistem
karang. Spons merupakan biota laut multi sel sedimen, spons adalah penyumbang sedimen
yang fungsi jaringan dan organnya sangat lithogenous pada ekosistem terumbu karang
sederhana. Menurut Subhan (2009), spons dan sistem pantainya.
dapat menyaring mikro organisme yang Glynn dkk., (2010) bahwa kestabilan
berukuran <2 µm seperti bakteria heterotropik, substrat akan berpengaruh pada komposisi
sianobakteria (umumnya Synechococcus sp. spesies dalam struktur komunitas spons di
dan Prochlorophytes sp.). dalamnya. Spons yang terdapat pada substrat
Menurut Haris dkk., (2013) secara rubble akan lebih sering rusak apabila terjadi
ekologi spons merupakan salah satu penyusun penumpukan yang berpengaruh pada daya
pada ekosistem pesisir dan laut, terutama pada tahan dan pertumbuhannya. Spons akan
ekosistem terumbu karang dan padang lamun. memiliki pertumbuhan lebih optimal pada
Beberapa jenis spons merupakan makanan substrat yang berbatu dibanding spons yang
ikan-ikan tertentu, moluska dan banyak biota hidup di substrat kerikil atau rubble. Spons
laut lainnya. Spons juga sangat membantu hidupnya menetap pada suatu habitat pasir,

Identifikasi Spons Berdasarkan Tutupan Karang (Husmayani et al.) 320


Sapa Laut November 2021. Vol.6(4): 313-322

batu-batuan atau juga pada karang-karang mati resources. Australian Institute of Marine
di dalam laut. Dalam mencari makanan, hewan Science. Townsville.
ini aktif mengisap dan menyaring air yang Glynn, B.K., Logan, A., and Thomas, M.L.H.
melalui seluruh permukaan tubuhnya. 2010. Sponge Ecology on Sublittoral
Menurut Suharyanto (2008), beberapa Hard Substrates in a High Current
jenis spons dapat bertahan hidup pada Velocity Area. Estuarine, Coastal and
kedalaman sampai 20 m asalkan kebutuhan Shelf Science.
sinar matahari cukup. Hal ini diperkuat oleh Haedar., Sadarun, B. dan Palupi, R,D. 2016.
Haedar dkk., (2016), bahwa semakin dalam Potensi Keanekaragaman Jenis dan
tempat tumbuhnya maka semakin besar dan Sebaran Spons di Perairan Pulau
panjang ukurannya. Sebaran spons di Perairan Saponda Laut Kabupaten Konawe. Sapa
Pulau Saponda Laut juga tersebar hingga di Laut, 1(1): 1-9.
kedalaman 30 m. terbukti dengan temuan jenis Haris, A., Werorilangi, S., dan Gosalam, G.
spons Petrosia sp. dengan ukuran spons yang 2013. Komposisi Jenis dan Kepadatan
lebih besar. Hal ini menguatkan dugaan bahwa Sponge (Porifera: Demospongiae) di
semakin dalam perairannya maka spons yang Kepulauan Spermonde Kota Makassar.
di temukan bentuknya semakin besar dengan Tesis. Fakultas Ilmu Kelautan dan
sebaran sampai di kedalaman 30 m. Perikanan, Universitas Hasanuddin.
Menurut Haedar dkk., (2016), pada Makassar 19(1): 36−42.
perairan yang lebih dalam spons cenderung Lemloh, M.L.J. Fromont, F. Brümmer. and
memiliki bentuk tubuh yang lebih simetris dan K.M. Usher. 2009. Diversity and
lebih besar sebagai akibat dari lingkungan abundance of photosynthetic sponges in
yang lebih stabil dibandingkan dengan jenis temperate Western Australia. BMC
yang sama yang hidup pada perairan yang Ecol, 9(4): 1-13.
lebih dangkal. Marzuki, I. 2018. Eksplorasi Spons Indonesia:
Seputaran Spermonde. Penerbit CV. Nas
Simpulan Media Pustaka. Makassar. 224.
Keanekagaraman hayati spons yang Pratama, F. 2014. Distribusi dan Kelimpahan
ditemukan di lokasi penelitian yaitu sebanyak di Perairan Pulau Karammasang
2 kelas, 19 famili dan 23 genus. Kepadatan Kabupaten Polewali Mandar:
spons memiliki nilai rata-rata kepadatan di Keterkaitan dengan Terumbu Karang
lokasi penelitian yaitu 0,11 individu/m². dan Oseanografi Perairan. Skripsi
Kepadatan tertinggi yaitu 0,18 individu/m2 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
terdapat pada genus Spheciospongia sp. dan Universitas Hasanuddin. Makassar.
kepadatan spons tertinggi berdasarkan stasiun Patrick L. Colin and Charles Arneson. 1995. A
terdapat pada stasiun I zona reef slope yaitu Field Guide to the Marine Invertebrates
dengan nilai 0,32 individu/m². Persentase Occuring on Tropical Pasific Coral Reef
tutupan karang pada lokasi penelitian masuk Seagrass Beds and Mangrove. Coral
dalam kondisi sedang dan baik. Reef Press 270 North Canon Drive,
Keanekaragaman dan kepadatan spons Suite 1524 Beverly Hills, Callifornia
dipengaruhi adanya keberadaan terumbu 90210 U.S.A:17-61.
karang, sehingga keberadaan tutupan karang Reseck. J. Jr. 2001. Marine Biology. Second
yang tinggi menyebabkan melimpahnya Edition. A Restorn Book. Frentica Hail.
pertumbuhan spons. Engliwood Cliff., New Jersey.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001.
Daftar Pustaka Biologi laut : Ilmu Pengetahuan
Brower, J.E. & J.H. Zar & C.N. Ende Von. Tentang Biota Laut. Jakarta. Pusat
1998. Field and Laboratory Method for Penelitian dan Pengembangan
general ecology. MWC Brawn Oseanologi-LIPI.
Company Publishing, IOWA : 194. Sinapoy, H,Y., Palupi, R,D. dan Rahmadani.
Dahuri Rokhmin, dkk. 2004. Sumber Daya 2018. Keanekaragaman dan Kepadatan
Wilayah Pesisir dan Laut. Jakarta : PT. Spons di Perairan Lalowaru Sulawesi
Pradnya Paramita. Tenggara. 5(1): 61-67.
English S, Wilkinson C, Baker V. 1997. Subagio, I.B. dan Aunurohim. 2013. Struktur
Survey manual for tropical marine Komunitas Spons Laut (Porifera) di

Identifikasi Spons Berdasarkan Tutupan Karang (Husmayani et al.) 321


Sapa Laut November 2021. Vol.6(4): 313-322

Pantai Pasir Putih Situbondo. Jurnal


sains dan seni pomits, 2(2):2337-3520.
Suharyanto. 2008. Distribusi dan Persentase
Tutupan Sponge (Porifera) pada Kondisi
Terumbu Karang dan Kedalaman yang
Berbeda di Perairan Pulau
Barranglompo, Sulawesi Selatan.
Biodiversitas, 9(3):209-212.
Yasakti, E. 2017. Analisis Keanekaragaman
Beta Sponge (Porifera) di Perairan
Pulau-Pulau Kecil Selat Buton
Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara.
Universitas Halu Oleo Kendari.

Identifikasi Spons Berdasarkan Tutupan Karang (Husmayani et al.) 322

Anda mungkin juga menyukai