Disusun Oleh:
26040120140086
Ilmu Kelautan D
Dosen Pengampu:
Terumbu karang adalah salah satu ekosistem pesisir yang memiliki tingkat
keanekaragaman tertinggiserta jumlah spesies yang mencapai sekitar satu juta spesies di
seluruh dunia. Terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat tinggal, daerah asuhan, tempat
berpijah, tempat berlindung bagi hewan laut, sebagai sumber makanan serta obat-obatan.
Namun, kerusakan terumbu karang di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan
hasil pengamatan LIPI 2018 pada 1067 site di seluruh perairan Indonesia, sebanyak 386 site
termasuk terumbu kategori buruk, sebanyak 366 site termasuk terumbu kategori cukup,
sebanyak 245 site termasuk dalam terumbu kategori baik, dan sebanyak 70 site termasuk dalam
terumbu kategori sangat baik (Hadi et al., 2018). Kerusakan pada ekosistem terumbu karang
ini terjadi karena beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya peningkatan dan penurunan
suhu, karena ulah manusia seperti penggunaan bahan peledak, penambangan, pelemparan
jangkar, reklamasi, dan buangan limbah.
Kerusakan ekosistem terumbu karang di Pulau Sepa terjadi akibat adanya pariwisata
bahari. Pariwisata bahari sangat beresiko merusak ekosistem terumbu karang baik secara
langsung maupun tidak langsung. Hal ini karena interaksi dari wisatawan dengan suatu habitat
dapat mengganggu keberadaan habitat tersebut. Contohnya aktivitas penyelaman dan
snorkeling dapat merusak terumbu karang karena kecerobohan dari penyelam. Selain itu,
pemutihan karang juga dapat terjadi karena kenaikan suhu yang tinggi dan kurangnya nutrisi
(Dhewani dan Sjafrie., 2014). Pemutihan yang terjadi pada terumbu karang mengindikasikan
bahwa kondisi tutupan karang buruk hingga baik. Kondisi terumbu karang di Kepulauan Seribu
khususnya Pulau Sepa perlu mendapatkan perhatian khusus karena adanya aktivitas wisata
bahari yang berinteraksi dekat dengan ekosistem terumbu karang.
Secara keseluruhan kondisi kesehatan terumbu karang Pulau Sepa, Kepulauan Seribu
di kedalaman 1-5 m untuk koloni karang lunak, meja, bercabang, dan masif berada pada kondisi
kurang sehat sebanyak 86,6 % dan kondisi sehat sebanyak 11,4 %. Kondisi kurang sehat pada
terumbu karang di Pulau Sepa ini terjadi karena berbagai faktor. Faktor tersebut adalah adanya
kegiatan pelatihan diving untuk sertifikasi yang dilakukan pada kedalaman 1-5 m. Pengaruh
mobilitas kapan yang cukup tinggi di dermaga juga menjadi faktor penyebab kurang sehatnya
terumbu karang. Adanya pengaruh sedimentasi juga memperburuk kondisi ekosistem terumbu
karang. Hal ini dikarenakan sedimen akan berpengaruh pada zooxanthellae untuk melakukan
fotosintesis yang akhirnya akan mati dan meninggalkan karang. Kondisi seperti ini dapat
menyebabkan kerusakan terumbu karang yaitu coral bleaching. Terumbu karang yang rentan
terhadap sedimentasi ini dikarenakan posisinya tertutup oleh gugusan pulau sehingga terjadi
pengendapan sedimen yang tinggi (Assuyuti et al., 2018).
Ekosistem terumbu karang memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan biota laut.
Kelestarian dari ekosistem terumbu karang perlu dijaga dengan baik. Adanya kerusakan
terumbu karang dapat mempengaruhi hewan lain yang hidup di terumbu karang tersebut. Pulau
Sepa berada pada kawasan zonasi wisata yang terdapat interaksi secara dekat antara wisatawan
dengan terumbu karang. Hal ini dapat menyebabkan kurang sehatnya terumbu karang. Upaya
yang dapat dilakukan sebagai upaya pelestarian terumbu karang di Pulau Sepa adalah dengan
melakukan kegiatan konservasi terumbu karang yang dapat dilakukan oleh wisatawan dengan
memperhatikan beberapa hal agar ekosistem terumbu karang tetap dalam kondisi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Assuyuti, Y. M., Zikrillah, R. B., Arif Tanzil, M., Banata, A., & Utami, P. 2018. Distribusi dan
Jenis Sampah Laut serta Hubungannya terhadap Ekosistem. Majalah Ilmiah Biologi
Biosfera: A Scientific Journal, 35 (2) : 91–102.
Dhewani, N., & Sjafrie, M. 2014. Coral Bleaching: Mekanisme Pertahanan Karang Terhadap
Stres. Oseana, 39 (4) : 1–13.
Hadi, T.A., Giyanto, Prayudha, B., Hafitz, M., Budiyanto, A., Suharsono, Hafizt, M.,
Budiyanto, A., & Suharsono. 2018. Status Terumbu Karang Indonesia 2018. In Puslit
Oseanografi (Issue 8). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 34 hlm.
Koroy, K., Nurafni, N., & Mustafa, M. 2018. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung
Ekosistem Terumbu Karang Sebagai Ekowisata Bahari Di Pulau Dodola Kabupaten
Pulau Morotai. Jurnal Enggano, 3(1):52– 64.